yaman
DESCRIPTION
diskusi pelajar terkait konflik atau krisis yang terjadi di YamanTRANSCRIPT
-
YAMAN, NEGERI YANG MALANG
Sejarah Yaman
Dalam hadits dari Sayyidina Jabir bin Abdullah al-Anshari, Rasulullah
bersabda (maksudnya): Sepertiga keberkahan dunia kembali ke Yaman. Barangsiapa
(yang ingin) lari dari fitnah hendaklah ia lari ke Yaman.
Dari sisi historisitasnya, Yaman termasuk salah satu pusat peradaban tertua di dunia.
Bangsa Romawi Kuno menyebut negara ini sebagai Arabia Felix, atau Arab yang
berbahagia, karena dimakmurkan oleh perdagangan. Kaisar Agustus pernah melancarkan
serangan untuk merebut wilayah ini, namun gagal. Kerajaan Aksum dari Ethiopia berhasil
menaklukkan Yaman pada tahun 520. Pada tahun 570, Yaman berada dalam penguasaan
Parsia Sassanid. Sedangkan pada abad ke-7, kekhalifahan Islam mulai menguasai wilayah ini.
Yaman termasuk salah satu negara berpenduduk Islam nomer satu di dunia saat itu.
Pada tahun 1918, Yaman lepas dari kekuasaan kekhalifahan Utsmaniyah. Setelah
lepas dari khilafah, Yaman Utara berdiri dengan nama: Kerajaan Yaman, dengan Raja
pertama Yahya Muhammad Hamid ed-Din. Daerah kerajaan ini menguasai Yaman bagian
utara. Kerajaan Yaman dalam perjalanannya dikudeta militer pada tahun 1962, sekaligus
mengakhiri era Kerajaan Yaman & lahir Republik Arab Yaman. Di bawah ini merupakan
gambaran posisi Yaman saat ini dan Yaman ketika masih terbagi menjadi Yaman Utara dan
Selatan.
Yaman Utara merupakan basis bagi kelompok Houthi. Di mana pusatnya berada di
Provinsi Sadah yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi. Kelompok Al Houthi ini
sebenarnya ada sejak tahun 1994, namun pada tahun 2004 mulai melakukan perlawanan total.
Gerilyawan Al Houthi mayoritas Muslim Zaidiyah (salah satu aliran dalam Syi'ah).
Yaman dan Arab Saudi menuding ada peran Iran di balik pemberontakan Al Houthi,
bahwa senjata Al Houthi itu disuplai Iran. Parahnya, Pemerintah Yaman mempersenjatai
suku-suku membentuk milisi untuk menghadapi kelompok Al Houthi. Di sisi lain, Arab
-
Saudi dan Yaman adalah partner bangsa Arab yang keduanya memiliki kedekatan dengan
Amerika Serikat. Selama Yaman memerangi Al Houthi, AS diduga kuat terlibat membantu.
Tercatat, sejak tahun 2007, AS telah memasok lebih dari 500 juta dolar AS (sekitar 6,4 triliun
rupiah) bantuan militer ke Yaman melalui program yang dikelola oleh Departemen
Pertahanan dan Departemen Luar Negeri. Selain itu, AS juga secara sepihak melakukan
serangan pesawat tanpa awak (drone) kontroversial ke wilayah Yaman, dengan alsan
menargetkan teroris di negara tersebut.
Tidak hanya dipusingkan dengan adanya kelompok militan, selain itu, Yaman
merupakan negara termiskin di Timur Tengah. Walaupun memiliki cadangan minyak 3 miliar
barel namun 45% penduduk Yaman buta huruf, 10 juta orang di sana tidak memiliki
persediaan makanan, 40% warganya berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan pada tahun
2011, pertumbuhan ekonomi Yaman minus 10,5%, sementara tingkat inflasinya mencapai
18%.
Baru-baru ini Arab Saudi dan negara-negara Teluk juga telah melancarkan serangan
udara hari Rabu (25/3) terhadap pemberontak Houthi Syiah di Yaman sebagai tanggapan atas
permohonan dari Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung internasional. Peran
Amerika Serikat sangat terasa. Hal itu telah menjadi jelas dengan memantau apa yang telah
dan sedang terjadi. Saudi berkonsultasi dengan Amerika sebelum aksi militernya di Yaman.
Pihak-pihak yang melakukan peran militer secara aktif adalah agen-agen Amerika, khususnya
Salman, Raja Saudi, dan al-Sisi, Presiden Mesir. Adapun negara-negara Teluk lainnya,
Yordania dan Maroko lebih memainkan peran politis menurut kebiasaan Inggris dalam
mendampingi Amerika. Tujuannya adalah agar Inggris berada dalam potret dan mendapat
bagian dalam negosiasi-negosiasi mendatang agar bisa memperoleh pembagian pengaruh.
Negara-negara yang melakukan serangan tersebut beralasan ingin melindungi kiblat
kaum muslimin karena letak kelompok militan Al-Houthi yang berbatasan dengan Arab
Saudi. Akan tetapi, di mana pesawat-pesawat, rudal, dan tank-tank negara tersebut ketika
bumi Palestina diinjak-injak oleh Yahudi? Di mana mereka ketika jutaan kaum muslimin
yang notabenya adalah saudara seakidah mereka dibombardir habis-habisan?
Akar Masalah
Sesungguhnya apa yang terjadi di Yaman saat ini adalah peperangan yang
digawangi oleh AS dan Inggris. Dua negara ini melakukan efisiensi perang dengan tidak
melibatkan diri secara aktif melalui peperangan fisik. Mereka dengan cerdiknya mengadu
domba dan memecah belah persatuan kaum muslimin melalui agen-agen diktatornya yang
-
setia. Amerika dan Inggris memiliki kepentingan yang besar di negeri-negeri kaum muslimin.
Dari konflik yang terjadi negara kafir barat akan mengambil keuntungan baik itu berupa
penguasaan materi maupun berupa pengaruh politis. Inilah kelicikan yang dimiliki orang-
orang kafir barat dalam membenamkan kewibawaan islam. Tidak perlu mengeluarkan banyak
tenaga, hanya memberikan bantuan saja ke salah satu pihak sudah cukup untuk membuat
konflik di timur tengah. Dari sini pihak AS dan Inggris juga tidak akan dicap buruk karena
mereka berperang di belakng pihak-pihak yang berkonflik. Apabila masyarakat tidak jeli
melihat kenyataan yang ada, niscaya yang mereka pahami konflik di Yaman adalah konflik
antara Syiah dan Sunni saja. Dan kebanyakan kaum muslimin saat ini justru salah
menempatkan mana kawan dan lawan, serta salah menempatkan prioritas. Negara-negara
kafir barat yang melakukan perlawanan keras terhadap kaum muslimin justru diperlakukan
dengan hormat, segala perintahnya dilaksanakan. Padahal Allah berfirman untuk berlaku
keras terhadap kaum kafir yang jelas-jelas mengadakan makar terhadap Allah dan islam.
73. Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu,
dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat
kembali yang seburuk-buruknya.
Akar permasalahan yang menjadi penyebab kondisi Yaman saat ini adalah tidak
diterapkannya hukum Allah dalam ranah kehidupan. Sejalan dengan Surat Al-Araf ayat 96
berikut
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
-
Tidak dijalankannya hukum Allah secara kaffah dalam ranah kehidupan merupakan
dampak dari semakin jauhnya pemikiran kaum muslimin dari agamanya sendiri yang begitu
sempurna. Padahal Islam seharusnya mampu menjadi qaidah dan qiyadah fikriyah yang
nantinya akan melahirkan pemahaman dan persepsi dan pada akhirnya akan melahirkan
tindakan.
Keberadaan pemimpin yang dzalim juga menjadi faktor dominan ketika banyak dari
rakyatnya ingin menerapkan kembali hukum Allah namun terhadang kebijakan penguasa.
Penguasa-penguasa di negeri kaum muslimin saat ini justru membela kepentingan kaum kafir
barat dari pada membela kepentingan rakyatnya. Padahal seorang pemimpin laksana perisai,
di mana orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikan ia sebagai pelindung. Akan
tetapi, saat ini justru rakyat yang sharusnya diriayah dengan baik diperlakukan bagaikan anak
tiri hanya untuk kepentingan pribadi pemimpin tersebut.
Kekuatan kaum muslimin yang terkotak-kotak oleh nasionalisme juga menjadi
penyebab tidak mampunya kaum muslimin menghadapi makar kaum kafir barat. Kaum
muslimin saat ini laksana singa yang tertidur dan kekuatannya tengah dibungkam oleh rantai
kapitalisme. Kaum muslimin di negeri lainnya juga sibuk menghadapi gempuran para
kapitalis yang membawa kesengsaraan bagi kehidupan kaum muslimin sendiri, melalui
mekanisme ekonomi dan politik, penjajahan neoliberalisme digaungkan.
Khilafah Solusi Permasalahan Umat
Gejolak yang terjadi di Yaman atau di negeri-negeri muslim lainnya adalah akibat
tidak diterapkannya aturan islam di tengah-tengah kaum muslimin. Aturan Islam secara
kaffah hanya dapat diterapkan dalam institusi yang bernama khilafah. Akan tetapi, institusi
ini sudah 99 tahun terbenam dalam sejarah.
Agama dan kekuasaan bagaikan saudara kembar Agama adalah asas dan kekuasaan
adalah penjaganya. Apa saja yang tak ada asasnya akan hancur, dan apa saja yang tak ada
penjaganya akan lenyap. (Imam Ghazali, Al-Iqtishad fi Al-Itiqad, hal. 76)
Begitulah Imam Ghazali menggambarkan di mana urgensi sebuah negara dalam
melaksanakan semua hukum Allah. Ketika khilafah itu ada, maka kedaulatan hanya akan ada
di tangan syara dan kekuasaan di tangan umat. Tidak ada campur tangan asing dalam urusan
kebijakan negara.
-
http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2014/06/negara-negara-dengan-perekonomian_19.html