bappenas.go.id · web view8 diatas dasar u.u.d. '45, kabinet baru jang terkenal dengan nama kabinet...

180
AMANAT PRESIDEN TENTANG PEMBANGUNAN SEMESTA BERENTJANA DEWAN PERANTJANG NASIONAL

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AMANAT PRESIDEN

TENTANG

PEMBANGUNAN SEMESTA BERENTJANA

DEWAN PERANTJANG NASIONAL

ISINJA:

I. Amanat jang diutjapkan.

II. Amanat jang tertulis.

III. Pidato pembukaan dan penutup rapat-pleno I Depernas di Istana Negara (28.8.1959) seperti diutjapkan oleh Ketua Depernas.

Perpustakaai Dewan Perantjang Nasiogal Republik Indonesia

BUNG KARNO

mengutjapkan Amanat Presiden tentang Pembangunan Semesta dan Berentjana didepan rapat-pleno I Depernas di Istana Negara pada hari Djumat tanggal 28 Agustus 1959..

I

AMANAT PRESIDEN SOEKARNO PADA SIDANG PLENO PERTAMA

DEWAN PERANTJANG NASIONAL

PADA TANGGAL 28 AGUSTUS 1959 - BAGIAN JANG DIUTJAPKAN -

Saudara-saudara sekalian,

Pada hari ini kita menjaksikan sidang pleno pertama daripada Dewan Perantjang Nasional atau disingkatkan Depernas. Didalam sidang pleno pertama ini saja dipersilahkan oleh Saudara Ketua Depernas, untuk memberi amanat.

Sebenarnja, Saudara-saudara, banjak sekali hal-hal jang hendak saja berikan, pesankan, titipkan kepada Saudara-saudara anggotaanggota Depernas sebagai bekal bekerdja. Tetapi Saudara mengerti bahwa tidak semua hal itu bisa saja berikan sekaligus didalam amanat saja jang sekarang: Terlebih-lebih pula oleh karena sidang pleno pertama ini, mempunjai sifat seremoniil, sehingga amanat sajapun akan bersifat amanat seremoniil.

Saja telah membuat beberapa tjatatan-tjatatan jang harapdiperhatikan oleh Depernas dalam menunaikan tugasnja menjusun pola daripada masjarakat adil dan makmur didalam waktu jang sesing- kat-singkatnja, tetapi berhubung dengan keseremoniilan sidang jang pertama ini tjatatan-tjatatan itu tidak akan saja batjakan, melainkan naskahnja akan saja serahkan kepada Saudara Ketua. Saudara Ketua nanti akan meneruskan naskah itu kepada sidang, dan dapatlah naskah itu digunakan sebagai teks bagi Saudara-saudara sekalian dalam menunaikan tugas Saudara-saudara sekalian sebagai anggota Depernas.

Presiden lalu menjerahkan Naskah jang tertulis kepada Ketua Depernas:

Inilah Saudara Ketua. Itulah naskah itu. Dan marilal sekarang saja berikan beberapa garis-besar bagi pekerdjaan Saudara-saudara sekalian. Saudara-saudara sekalian memetahui bahwa kita, sedjak berpuluh-puluh tahun ini hidup didalam suasana jang gegap.gempita, kita sebagai bangsa Indonesia, kita sebagai satu bangsa jang tadinja beratus-ratus tahun tidak merdeka, beratus-ratustahun didjadjah orang lain, masjarakat beratus-ratus tahun dikotjar-katjirkan,

7

beratus-ratus tahun didjadikan suatu bangsa jang papa-sengsara, kita jang kemudian daripada itu mengadakan satu gerakan nasional jang telah minta korbanan seberat-beratnja dari pada bangsa Indonesia dan jang aehirnja sjukur alhamdulillah pada tanggal 17 Agustus 1945 telah mentjapai Kemerdekaan daripada hangsa Indonesia. Dan Saudara-saudara mengetahui bahwa Kemerdekaan daripada bangsa Indonesia itu sekadar hanjalah, sebagai saja katakan berulang-ulang, satu djembatan untuk menudju dan achirnja mentjapai kepada tjita-tjita bangsa Indonesia jang pokok, jaitu satu masjarakat jang adil dan makmur, satu masjarakat jang tiaptiap warganegara dapat hidup sedjahtera didalamnja, satu masjarakat tanpa penindasan, satu masjarakat tanpa exploitation de 1'honunc par 1'honme, satu masjarakat jang meinberi kebahagiaan kepada seluruh rakjat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, satu masjarakat jang berulang-ulang mendjadi inspirasi penegak semangat daripada segenap pedjoang-pedjoang bangsa Indonesia dan telah memberikan korbanannja diatas persada perdjoangan bangsa Indonesia itu.

Maka pekerdjaan kita antara 17 Agustus 1945 sampai kepada kini, herupa pada hakekatnja talc lain tak bukan menjempurnakan djembatan itu, melalui beberapa tingkatan-tingkatan jang Saudarasaudara semuanja telah kenal terutjapkan melalui mulut saja. Ada tingkatan jang herois, tingkatan jang penuh dengan kepahlawanan, tingkatan jang kita bertindak dan bersikap sebagai satu bangsa jang kompak, ada tingkatan jang menundjukkan gedjala-gedjala dan keadaan-keadaan jang kurang njaman, tingkatan-tingkatan jang semuanja sudah saja sinjalir didalam pidato saja pada tanggal 17 Agustus 1959 jang lalu. Dan achir-achir ini kita pada tanggal 5 Djuli telah memproklamirkan kembali dengan Dekrit Presiden kembalinja djembatan emas itu diatas tiang-tiang Undang-undang Dasar 1945. Segala sesuatu ini, Saudara-saudara mengetahui kupasan-kupasan didalam pidato 17 Agustus 1959 jang lalu, jang sampai sekarang terkenal: sebagai „manifesto politik”.

Sesudah 5 Djuli itu, maka dengan segera Kabinet Karya mcnjerahkau mandatnja dan Tuhan Jang Maha Esa amat bermurah kita tidak lama kemudian daripada itu dapat membentuk Kabinet baru

8

diatas dasar U.U.D. '45, Kabinet baru jang terkenal dengan nama Kabinet Kerdja. Pada tanggal 12 Djuli jang lalu, Dewan Nasional dibubarkan, sebagai kelandjutan daripada Dekrit 5 Djuli incasu sebagai landjutan kembalinja kita kepada U.U.D. '45. Dan pada tanggal 22 Djuli jang lalu dengan setjara simultan terbitlah 4 penetapan. Pertama, penetapan jang mengenai D.P.R. Dengan penetapan itu dinjatakan bahwa D.P.R. sekarang bekerdja terus didalam rangka U.U.D. '45, terbitlah pula pada tanggal 22 Djuli itu penetapan mengenai Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara, djuga sebagai akibat dan kelandjutan daripada Dekrit oleh karena didalam U.U.D. '45 dengan mutlak disebutkan adanja Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Sebagai nomor 3 dalam tindakan tanggal 22 Djuli telah terbitnja penetapan mengenai Dewan Pertimbangan Agung Sementara dan nomor 4 penetapan mengenai Depernas, jang Depernas itu pada tanggal 18 Agustus, satu hari sesudah kita memperingati Proklamasi, bersidang di Istana Negara ini untuk membitjarakan beberapa pokok tata-tertib dan urusan tehnis dan sekarang pada tanggal 28 Agustus kita berkumpul kini, Depernas, mengadakan sidang plenonja jang pertama, disaksikan oleh pembesar-pembesar daripada Negara kita, disaksikan oleh para Menteri Inti dan para Menteri Muda dari Kabinet Kerdja, disaksikan oleh anggota Dewan Pertimbangan Agung, disaksikan oleh anggota-anggota jang terhormat pada Perwakilan-perwakilan Asing di Djakarta, disaksikan oleh Saudara-saudara wakil-wakil D.P.R., disaksikan, boleh dikatakan, oleh seluruh masjarakat Djakarta, dan didengarkan, diperhatikan oleh seluruh masjarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dan saja jakin pula diperhatikan oleh seluruh umat manusia didunia ini jang berminat kepada segala sesuatu jang terdjadi di Indonesia ini. Sehingga pada tempatnjalah pada ini hari, setjara seremoniil saja sebagai Presiden Republik Indonesia memberi petundjuk, amanat kepada sidang Depernas, agar supaja sidang Depernas itu, berdjalan lantjar dan bisa berdiri tetap diatas rel-relnja jang ditugaskan kepadanja, jaitu membuat pola daripada masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila, jang hendaknja dengan selekas mungkin dalam batas-batas kemungkinan harus kita selenggarakan bersama agar supaja tjita-tjita

9

daripada Bangsa Indonesia jang sudah diperdjoangkan dengan korban berpuluh-puluh tahun itu, lekas dapat diketjap, dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Saja mengharap agar supaja pola itu lekas tersusun dan sebagai saja katakan didalam pidato 17 Agustus jang lulu, saja bermaksud Insja Allah S.w.t., membawa pola itu, melewati Kabinet ke Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Oleh karena M.P.R. saja anggap sebagai Madjelis jang tertinggi daripada Negara Republik Indonesia dan Rakjat Indonesia. Pola jang akan, Saudara susun sebagai suring saja katakan, hendaknja mendjadi satu pola nasional, milik bukan lagi daripada Depernas, milik bukan lagi daripada Pemerintah, tetapi milik daripada segenap rakjat Indonesia. Milik daripada seluruh bangsa Indonesia, milik nasional.

Maka oleh karena itulah saja berpendapat bahwa pola itu sedianja dibawa kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat oleh karena M.P.R. itu adalah Madjelis kita jang terlengkap dan tertinggi. Dan sebagai saja katakan pada pidato 17 Agustus 1959, djikalau pola ini nanti sudah diterima oleh M.P.R., artinja djikalau pola itu sudah mendjadi satu milik nasional, mendjadi satu national property, mendjadi satu nationaal bezit, maka pola itu harts diselenggarakan oleh segenap rakjat Indonesia agar supaja ia mendjadi satu realitet. Didalam pidato 17 Agustus 1959, maka saja katakan segenap minat, segenap tenaga, segenap keringat dari Bangsa Indonesia harus di holopiskuntulbariskan, untuk menjelenggarakan, melaksanakan apa jang tergores diatas pola itu. Saudara-saudara, dus mengerti, bahwa Depernas menghadapi satu pekerdjaan jang amat besar sekali. Amat berat, tetapi Saudarasaudara mengetahui, amat mulia, djikalau pola ini sudah diterima oleh M.P.R., djikalau pola dus, sudah mendjadi satu national property, djikalau pola ini sudah mendjadi nationaal bezit, tidak boleh satu orangpun merobahmja. Tidak boleh Pemerintah merobah pola ini. Tidak boleh seseorang Menteri merobah pola ini. Tidak boleh Presiden merobah pola ini. Tidak boleh Panglima Tertinggi merobah pola ini, oleh karena sebagai tadi saja katakan, pola ini telah diterima oleh Madjelis Tertinggi daripada seluruh bangsa Indonesia, antara Sabang dan Merauke.

10

Saudara-saudara, sebagai tadi saja katakan, menghadapi satu pekerdjaan jang berat. Berat oleh karena bukan sadja scope daripada pekerdjaan Saudara adalah amat besar, tetapi djuga berat oleh karena Saudara-saudara harus bekerdja dengan setjepat mungkin. Saja minta supaja Saudara-saudara mengambil tjermin, misalnja daripada Konstituante jang lalu. Konstituante jang lalu telah gagal. Konstituante jang lalu telah sampai kepada satu impasse. Konstituante jang lalu telah sampai kepada titik bertele-tele. Dan hendaknja Saudara-saudara djangan sampai mengalami keadaan jang demikian itu. Hendaknja djangan sampai Saudara bekerdja sedemikian rupa sehingga Saudara-saudara nanti datang kepada satu impasse bertele-tele.

Kita ini, sebagai pemimpin-pemimpin memikul pertanggungan djawab jang besar, terutama sekali kita-kita ini jang memikul tugas kewadjiban untuk merealisasikan apa jang ditjita-tjitakan oleh Bangsa Indonesia berpuluh-puluh tahun. Dan terutama masjarakat adil dan makmurlah jang mendjadi tjita-tjita hidup, tjita-tjita jang dikorbani oleh segenap rakjat Indonesia.. Saja, sebagai Saudara-saudara mengetahni, dahulu didalam hidup saja ini, telah berpuluh-puluh tahun duduk dalam matjam-matjam pergerakan nasional, matjam-matjam aliran dalam pergerakan nasional antara bangsa kita. Saja telah duduk sjukur alhamdulillah dengan karunia Allah S.w.t. didalam gerakan nasional. 40 tahun saja melihat perdjoangan bangsa Indonesia, 40 tahun saja melihat perdjoangan daripada gerakan, misalnja Sjarikat Islam, jang sekarang mendjadi Partai Sjarikat Islam Indonesia, 40 tahun saja mengenal gerakan jang sekarang dikenal dengan Partai Komunis Indonesia, 40 tahun saja melihat gerakan nasionalisme, 40 tahun lamanja saja melihat gerakan-gerakan agama, 40 tahun lamanja saja melihat gerakan-gerakan ini masing-masing memberi korbanan jang hebat untuk mentjapai tjita-tjita ini, masjarakat adil dan makmur. Saja melihat pemimpim-pemimpin berdjumlah ribuan; puluhan ribu, masu'k kedalam pendjara, dengan muka tersenjum masuk kedalam pendjara. Ada jang satu tahun, ada jang dua tahun, ada jang dua puluh tahun. Saja melihat ribuan pemimpin-pemimpin dibuang ketempat pengasingan jang djauh daripada tenipat ibu dan bapak‑

11

nja. Merekapun pergi kesana dengan muka jang berseri.seri, oleh karena mereka mengetahui memberi korbanan kepada tjita-tjita masjarakat adil dan makmur. Saja melihat wadjahnja orang-orang jang hidup didalam kemiskinan terus, tak lain dan tak bukan ialah agar supaja ia punja anak dan tjutju nantinja hidup didalam satu masjarakat jang adil dan makmur.

Saja menerima Surat-surat jang berisi utjapan selamat tinggal daripada orang-orang jang besok paginja akan digantung oleh Pemerintah Belanda. Semuanja surat itu berbunji: „Selamat tinggal, Bung Karno, saja akan menaiki tiang penggantungan dengan rela dan ichlas oleh karena saja berkorban untuk tertjapainja tjita-tjita kita, satu masjarakat jang adil dan makmur”. Sehingga tidak salahlah djikalau saja katakan, bahwa masjarakat jang demikian itu, masjarakat adil dan makmur dan sebagai saja katakan disuatu tempat, masjarakat sosialis a la Indonesia adalah amanat penderitaan daripada segenap rakjat Indonesia, jang amanat penderitaan itu sekarang terpikul diatas pundak kita, jang amanat penderitaan itu kita sekarang harus merealisasikan, terutama sekali kita jang hidup didalam tahun-tahun jang sekarang ini, jang hidup sebagai orang-orang daripada angkatan sekarang ini, jang hidup sebagai orang-orang generasi sekarang ini. Generasi jang terdahulu, boleh dikatakan hidup didalam tjita-tjita, didalam alam angan-angan, didalam alam berkorban untuk tjita-tjita. Kita sekarang ini hidup didalam satu alam harus merealisasikan angan-angan itu.

Saudara-saudara, keadaan jang demikian ini, menempatkan kita kepada kesulitan-kesulitan. Tetapi sebagai saja katakan didalam pidato 17 Agustus jang lalupun,kesulitan-kesulitan hendaknja tidak mendjadi penghalang daripada tekad kita, tidak mendjadi penghalang daripada kesediaan kita untuk terus berdjoang dan terus bekerdja, bahkan kesulitan-kesulitan itu hendaknja mendjadi satu tjambukan bagi kita untuk berdjalan terus, bekerdja terus oleh karena memang diharapkan daripada kita sekarang ini realisasi daripada penjelenggaraan daripada masjarakat jang adil dan makmur jang telah lama ditjita-tjitakan oleh rakjat Indonesia itu. Kesulitan, karena memang keadaan-keadaan objektif membawa kesulitan-kesulitan itu.

12

Saja tadi memakai perkataan sosialisme, sosialisme a la Indonesia. Kita harus menggolongkan diri kita kepada golongan jang tidak setudju dengan golongannja orang-orang jang menjebutkan golong• an evolutionist. Golongan jang mengikuti teori evolusi, golongan jang mengatakan bahwa masjarakat sosialis a la Indonesia atau bukan a la Indonesia dengan sendirinja nanti akan datang. Saudarasaudara mengetahui bahwa dalam evolusi-teori, dikatakan bahwa masjarakat ini bertumbuh dari satu tingkat setjara evolutionair — tjepat atau tidaknja evolusi ini tergantung daripada keadaan — kelain tingkat. Dikatakan bahwa misalnja masjarakat manusia jang dulunja agraris, setjara evolutionair dengan sendirinja masuk kedalam tingkat fase industri ketjil. Dan bahwa tingkat industri ketjil, bertjampur dengan tingkat agraris ini, dengan sendirinja nanti automatis evolutionair masuk dalam ,tingkatan industriele kapitalisme. Dan dari tingkatan industriele kapitalisme itu setjara evolutionair, dengan sendirinja masuk didalam alam sosialis. Kita hendaknja djangan masuk didalam golongannja orang-orang jang berteori evolusi ini. Sebab njata bahwa teori jang demikian itu adalah salah.

Saudara-saudara, tidak masjarakat itu .dengan sendirinja dari satu tingkat pindah kelain tingkat, tetapi pengerahan daripada dynamische krachten didalam masjarakat itulah jang membawa kita kepada tingkat-tingkat jang lebih tinggi. Dibalik daripada teori evolusi ini ada lagi teori lain jang didalam tahun 1928 saja namakan teori pelompatan fase, teori fasen-sprong, jang mengatakan: dari masjarakat agraria kita bisa melompat kemasjarakat sosialis. Teori jang demikian itupun tidak benar.

Djadi hendaknja Anggota.anggota dari Depernas djangan masuk didalam galongan orang-orang jang ber-evolusi teori, tetapi djuga djangan masuk didalam golongan orang-orang berteori fasen-sprong. Tidak ada satu masjarakat jang melompati fase. Satu fase diikuti lain fase, tetapi pertumbuhan, peraliran, perpindahan, transisi daripada satu fase kelain fase itu minta pengerahan daripada segenap tenaga-tenaga dinamik jang ada didalam masjarakat, dan tidak — sebagai saja tadi katakan — aliran sebagai alirannja air sungai jang tenang.

13

Perpindahan itu selalu membawa schokken, gontjangan-gontjangan didalam masjarakat. Maka oleh karena itu, kita dengan tegas, saja ulangi lagi, dengan tegas harus menudju kepada masjarakat adil dan makmur, atau dengan lain perkataan, masjarakat sosialis a la Indonesia. Dan kita harus merealisasikan masjarakat adil dan makmur itu; tidak 'boleh tidak kita harus mengadakan planning dan kita harus mengadakan pimpinan dan harus kita mengadakan kerahan tenaga. Tanpa planning, tanpa pimpinan, tanpa pengerahan tenaga tak mungkin masjarakat jang ditjita-tjitakan oleh rakjat Indonesia itu bisa tertjapai dan terrealisasi.

Saudara-saudara mengetahui bahwa kita sedjak beberapa tahun ini telah tidak senang pada apa jang dinamakan liberalisme, dan memang kita sebagai satu bangsa jang hendak merealisasikan tjitatjita bangsa, masjarakat jang adil dan makmur ini, harus meninggal'kan alam fikiran dan alam tindakan.tindakan datipada liberalisme itu.

Kita baik melihat kedunia luaran. Apa jang kite lihat didunia luaran, terutama sekali dialam Barat, dimana berdjalan dengan leluasa lebih dari satu abad lamanja liberalisme, baik liberalisme politik dan liberalisme ekonotni.'Kita lihat bahwa liberalisme selalu membawa konflik. Konflik disegala bidang. Konflik dilapangan politik, konflik dilapangan ekonomi, konflik dilapangan sosial, konflik jang achirnja semuanja meng-udjung kepada exploitation de l'homme par l'hmnme, baik exploitation ekonomis maupun exploitation politik, maupun exploitation moral. Ini adalah semuanja akibat daripada liberalisme. Konflik antara sikaja dan simiskin, konflik siterpeladjar dan si-bukan terpeladjar, konflik antara satu golongan produsen dengan lain golongan produsen. Semuanja konflik adalah anak-anak kandung daripada ibu imperialisme itu. Dan itu semuanja harus kita 'hindari.. Semuanja harus kita hindari agar supaja kita dengan — saja tidak berkata dengan senang — agar supaja kita 'dengan effisien dapat merealisasikan masjarakat adil dan makmur jang kita tjita-tjitakan itu.

Lihat didunia Barat, konflik jang achirnja memuntjak didalam alam industriil kapitalisme; demi'kian besar konflik ini jang ditimbulkan, sehingga achirnja terdjadilah revolusi sosial. Konflik jang

14

amat besar tabrakannja antara industrial kapitalisme dengan tenagatenaga revolusioner jang menghendaki satu masjarakat adil dan makmur sehingga mendjadi revolusi pertumpahan darah. Revolusi jang berdjalan berpuluh-puluh tahun jang achirnja baru bisa mendatangkan satu masjarakat menurut tjita-tjita ditempat itu, tjitatjita daripada bangsa itu.

Hal jang demikian itu harus kita hindari. Maka oleh karena itu dalam pada kita — sebagai tadi saja katakan mengadakan planning, mengadakan pimpinan, mengadakan pengerahan tenaga — kita harus bekerdja demikian rupa sehingga konflik-konflik jang besar ini dihindari.

Opgave kita memang sangat sulit. Saja tadi berkata, bahwa kita tidak bisa menganut theori fasensprong jang kita sekonjongkonjong daripada alam agraris — sekarang ini sudah tjampur agraris dengan sedikit industrialisme — masuk kedalam alam masjarakat adil dan makmur sebagai jang kita tjita-tjitakan.

Tetapi didalam pada kita bekerdja jang demikian itu dengan planning, dengan pimpinan, dengan pengerahan tenaga, kita bisa membawa masjarakat Indonesia ini ketudjuan kita jang terachir dengan menghindari konflik-konflik sebagai tadi saja katakan.

Tugas kita berat sekali. Pertama, tugas kita apa? Didalam alam pendjadjahan kita punja ekonomi adalah ekonomi kolonial dan ekonomi kolonial ini harus kita robah mendjadi ekonomi nasional jang bersih daripada imperialisme, bersih daripada penghisapan, daripada exploitasi oleh tenaga-tenaga luaran. Ekonomi nasional ini harus kita robah mendjadi ekonomi jang sesuai dengan apa jang ditulis dalam U.U.D. '45 fasal 33 jaitu dengan kata gampangnja, masjarakat adil dan makmur.

Ini bukan opgave jang ketjil. Ekonomi kolonial pindah keekonomi nasional, pindah ke-ekonomi sebagai jang kita tjita-tjitakan bukan suatu opgave jang ketjil, malahan salahlah kita djikalau kita mengertikan tiga golongan ini sebagai terpisah satu sama jang lain. Djanganlah kira bahwa kita dengan proklamasi 17 Agustus 1945 telah membuat satu, telah bisa membuat satu dinding daripada besi atau daripada baton jang samasekali meniadakan ekonomi kolonial itu dan kita sekaligus dengan 17 Agustus '45 memasuki

15

fase ekonomi nasional dan bahwa nanti ekonomi nasional inipun dengan sekaligus dengan mudah kita bisa transformir mendjadi satu masjarakat jang adil dan makmur.

Djangan kita berfikir a la kotakkotak jang demikian itu. Tetapi kita — dan ini kita alami semuanja — melihat bahwa dengan segenap tenaga kita ekonomi kolonial ini lambat laun telah kita bisa — belum seratus persen tetapi buat sebagian besar — transformir mendjadi satu ekonomi nasional. Didalam pidato 17 Agustus 1959 jang lalu telah raja meng-indikasi hal ini, misalnja bahwa kekuatan ekonomi kaki sedjak misalnja pengambilan alih daripada perusahaan-perusahaan Belanda, sedjak adanja tindakan-tindakan kita jang lain-lain telah buat 70 persen ditangan kita. Tetapi ingat, apa kjang harus kita perbuat dan telah kita kerdjakan didalam transisi ekonomi kolonial mendjadi ekonomi nasional. Tidak herdjalanlah hal ini dengan litjin, tidak berdjalanlah hal ini dengan mudah? Tetapi dengan banjak sekali keringat dan dengan banjak sekali kepedihan dan banjak sekali ,penderitaan, achirnja kits bisa, jah, 70 persen transformeren ekonomi kolonial ini mendjadi ekonomi nasional. Dan nantipun antara ekonomi nasional dan ekonomi masjarakat adil dan makmur inipun kita harus mengada. kan banjak pekerdjaan, banjak keringat, banjak penderitaan barangkali. Memang tidak mudah untuk merobah sesuatu bentuk kehidupan ekonomi. Tatkala didjaman pendjadjahan maka ekonomi berbentuk: Indonesia pertama mendjadi pasar pendjualan daripada produk-produk negeri pendjadjah atau negeri-negeri luaran ditanah air kita. Satu. Nomor dua: Indonesia mendjadi tempat pengambilan bahan-bahan pokok bagi industriil kapitalisme dinegeri pendjadjah atau negeri-negeri lain. Tiga: Indonesia mendjadi tempat investasi daripada modal-modal pendjadjah dan modal-modal asing jang lain. Tiga pokok ini telah beheersen hidup bangsa kita kalau tidak beratus-rates tahun, sedikitnja berpuluhpuluh tahun. Indonesia mendjadi pasar pendjualan barang-barang produk dari negara sana. Indonesia mendjadi tempat pengambilan bahan-bahan pokok bagi industriil, kapitalisme disana. Indonesia mendjadi investasi-gebied daripada modal asing. Dan tiga tenaga ini bekerdja exploitasi demikian rupa sehingga kita — dan ini

16

sudah saja katakan berpuluh-puluh kali — telah mendjadi satu bangsa jang hidup dari.dua setengah sen satu orang satu hari. „Een natie van koelies en een koelie onder de naties” "A nation of coolies and a coolie amongst nations". Ini utjapan orang Belanda, bukan utjapan kita sendiri. Proses jang berdjalan berpuluh-puluh tahun jang telah membuat kita mendjadi "A nation of coolies and a coolie amongst nations" ini. Sedjak 17 Agustus 1945 dengan banjak kesulitan, dengan banjak rintangan, dengan banjak perdjoangan, dengan banjak mengatasi tantangan-tantangan dan konflikten didalam negeri sendiri, achirnja bisa kita transformir mendjadi satu keadaan jang sekarang, jang, sebagai tadi saja katakan, lebih daripada 70 persen daripada hidup perekonomian itu didalam tangan kita. Dan sekarang kita harus merobah ini pula didalam alam sosialisme a la Indonesia dan Saudara-saudara harus mengadakan planning untuk itu. Tanpa planning tak dapat lagi kita bekerdja.

Kita hidup didalam abad ke-20, abad ke-20 penuh dengan turbulensi abad ke-20 jang segala hal menimpa kepada umat manusia ini setjara simultan. Abad ke-20 jang telah melemparkan kita kedalam satu revolusi jang djuga simultan. Tidakkah berulangulang saja katakan bahwa revolusi kita ini satu revolusi jang multi kompleks. Tidakkah didalam pidato 17 Agustus 1959 saja katakan bahwa revolusi kita adalah "A summing up of many revolutions in one generation?" Tidakkah saja berkata bahwa seorang sardjana asing mengatakan bahwa kita punja revolusi ini adalah satu "revolution of many generations in one". Revolusi kita ini adalah satu "telescoped revolution", satu revolusi jang ditelescoopkan, „een getelescopeerde revolutie”. Ja revolusi politik — kataku — ja revolusi ekonomi, ja revolusi-sosial, ja revolusi kulturil — bahkan saja berkata, ja revolusi jang mengenai idee manusia — ini revolusi jang multi kompleks. Dan agar supaja tiap-tiap revolusi kita, ja jang politik, ja jang ekonomi, ja jang sosial, ja jang mental, ja jang kulturil, ja jang mengenai isi manusia berdjalan dengan sebaik-baiknja, maka kita hams mengadakan pimpinan dan planning. Tanpa pimpipan dan planning maka revolusi kita jang multi kompleks ini mendjadi satu kompleksitet daripada kekatjauan. Kita harus mengadakan "planned policy", politik jang terentjana.

17

Tidak bisa lagi kita mendjalankan politik liberalisme jang kita serahkan politik itu kepada, sudah, sak maunja sadja daripada masjarakat. Tidak, raja tadi telah berkata bahwa revolusi kita ini adalah satu revolusi jang multi-kompleks, "a summing up of many revolutions in one generation", jang semuanja membawa pergolakanpergolakan, konflikten. Djikalau tidak diberi pimpinan, tidak memberi planning dimasing-masing bidang dari kompleksitet daripada revolusi ini, maka kita achirnja sebagai tadi sudah saja katakan, datang kepada kompleksitet kekatjauan. Kita harus mengadakan "planned policy", politik jang terentjana. Dan inilah pokok daripada demokrasi terpimpin. Kita harus mengadakan ekonomi jang terentjana untuk memberi pimpinan kepada revolusi ekonomi. Planned economy, ekonomi terpimpin. Kita harus mengadakan revolusi sosial jang terpimpin, planned political activity, planned economic activity, planned social activity, planned cultural activity, planned mental activity, semuanja planned, semuanja terentjana. Dan kalau Saudara mengerti hal ini, maka Saudara mengerti inti

pokoknja, maka diadakan Depernas. Sebab pekerdjaan Saudarasaudara bukan hanja mengurus planning daripada satu bidang sadja. Tidak! Depernas mengadakan "overall planning", planning semesta, planning jang meliputi semua bidang, planning jang mengenai ja ekonomi, ja kulturil, ja mental, planning diatas segala bidang. Planning overall. Maka oleh karena itulah Depernas disusun demikian rupa sehingga dianggap Depernas mampu mengadakan planning overall jang saja maksudkan itu.

Maka djikalau Saudara-saudara mulai bekerdja untuk mengadakan planning jang demikian itu, sebagai tadi saja katakan, seluruh rakjat melihat kepada Saudara-saudara, seluruh rakjat menunggununggu kepada pola pembangunan semesta jang kita djandjikan sebagai basil. daripada Depernas. Seluruh rakjat mengharap agar supaja Saudara-saudara bekerdja dengan tjepat dan tidak berteletele. Saja tadi berkata bahwa kita ini menjaksikan rakjat telah berpuluh-puluh tahun berdjoang untuk tjita-tjita kita ini. Didalam beberapa pidato saja katakan, bahwa rakjat sekedar mempunjai angan-angan, sekedar mempunjai tjita-tjita. Didalam beberapa pidato saja katakan, bahwa tjita-tjita rakjat itu sekedar tampak

18

dengan remeng-remeng. Dimuka pandangan rakjat tampak dengan remeng-remeng suatu masjarakat jang adil dan makmur. Dengan remeng-remeng dilihatnja: Ha, didalam masjarakat jang demikian itu aku akan tjukup sandang dan tjukup pangan, didalam masjarakat jang demikian itu anakku tidak lagi menderita, didalam masjarakat jang demikian itu aku tidak lagi basah djikalau hudjan turun, dan tidak lagi kepanasan djikalau matahari terik. Didalam masjarakat jang demikian itu aku mudah sekali bergerak dari suatu tempat kelain tempat. Didalam masjarakat jang demikian itu aku mudah sekali menghirup segala udara segar daripada kebudajaan jang tinggi. Didalam masjarakat jang demikian itu aku akan hidup bahagia menurut tjita-tjita orang tua djaman dahulu „tata tentrem kerta rahardja”. Remeng-remeng dilihatnja, remengremeng dengan maksud -- kata saja — tidak djelas apa jang mendjadi bagian-bagian daripada apa jang mereka lihat itu, Maka sebagaimana jang saja katakan didalam heberapa pidato, orang jang memerlukan atau jang berhadjat membuat rumah pun, biasanja pun tidak tahu dengan djelas bagaimana rupanja rumah itu. Sekedar dengan remeng-remeng didalam tjita-tjitanja orang mengingini suatu rumah tinggal dimana ia dapat hidup dengan anakisterinja, dimana dia bisa bernaung daripada hudjan, dimana ia bernaung daripada teriknja matahari, dimana dia bisa menghadapi hari kemudian dengan tenteram dan sedjahtera. Tetapi djikalau ditanja kepadanja: „He Saudara, apakah engkau mengetahui persis dan bagaimana rumah jang kau tjita-tjitakan itu harus diselenggarakan?” Ia akan mendjawab: „Saja tidak tahu. Saja sekedar berpuluh-puluh tahun mengumpulkan uang untuk nantinja uang ini aku bikinkan rumah bagiku, bagi isteriku, bagi anakku, bagi tjutjuku”. Maka orang jang demikian itu memanggil seorang arsitek, kataku didalam pidato-pidato jang populer, dan kepada arsitek itu diwadjibkan, diminta, ditugaskan untuk membuat blueprint daripada rumah itu. ,,Saudara arsitek, saja ada uang sekian. Saja ingin dengan uang sekian ini membuat suatu rumah, mempunjai suatu rumah untuk anak saja, untuk isteri saja, untuk tjutju-tjutju saja, untuk hari kemudian saja, rumah jang berisi sekian kamar, bidang tanahnja sekian. Saja tidak bisa membuat rumah jang

19

demikian itu. Saja minta kepada Saudara arsitek untuk membuat blueprint bagi rumah jang demikian itu". Maka sang arsiteklah membuat blueprintnja. Dan djikalau blueprint ini sudah diterima baik oleh sang opdrachtgever, maka blueprint ini harus diselenggarakan. Dan penjelenggaraan blueprint ini tidak dapat berdjalan dengan tanpa pimpinan. Saja sendiri adalah seorang insinjur-arsitek. Saja mengetahui bahwa penjelenggaraan sesuatu pola, sesuatu blueprint tidak dapat didjalankan dengan tjara melepaskan sadja semua orang-orang pekerdja. Tidak! Tetapi harus dengan pimpinanku sebagai insinjur-arsitek, dengan pimpinanku atau dengan pimpinan overseer, opseter-opseter. Segala sesuatu diselenggarakan dengan pimpinan agar supaja blueprint ini terselenggara mendjadi suatu rumah jang baik.

Nah, bangsa Indonesia adalah sematjam jang demikian itu, bangsa Indonesia jang 88 djuta sekedar remeng-remeng, remeng-remeng dalam garis-garisnja, tetapi tjahajanja gilang-gemilang, tjahajanja selalu memanggil-manggil ditjakrawala, tjahajanja selalu menarik kepada fantasi dan inspirasi dari kesediaan berkorban daripada rakjat Indonesia itu, tjahajanja gilang-gemilang, sehingga rakjat Indonesia bersedia untuk berkorban mentjapai tjahaja gemilang itu, tetapi garis-garis besarnja remeng-remeng didalam matanja. Ia membutuhkan seorang arsitek. Maka arsitek itu adalah Saudara-saudara. Saja sendiri, terns terang sadja, pun tidak tahu garis-garis presis daripada masjarakat adil dan makmur itu. Saja sekadar mengetahui garisgaris besarnja, raja sekadar sebagai penjambung lidah daripada rakjat, ikut tertarik kepada tjahaja gemilang jang telah berpuluh-puluh tahun bersinar memanggil-manggil ditepi langit. Saja serahkan sekarang kepada Saudara-saudara, dibawah pimpinan Saudara Ketua, Mr Muhammad Yamin, untuk bertindak sebagai arsitek, membuat blueprint daripada masjarakat jang demikian itu, agar supaja blueprint ini nanti djikalau sudah diterima oleh Madjelis Permusjawaratan Rakjat, bisa dilaksanakan, diselenggarakan ioleh seluruh rakjat Indonesia jang 88 djuta, dengan meng-holopiskuntulbariskan segenap ia punja minat dan tenaga pekerdja. Blueprint jang achirnja, Saudara-saudara, harps membawa kita kepada paradiso jang tertulis didalam kitab Divina Commedia-nja Dante Alighieri.

20

Saudara-saudara, demikianlah amanat seremoniil jang saja berikan kepada Saudara-saudara. Sebagai tadi saja katakan, tjatatantjatatan tertulis didalam naskah sudah saja serahkan kepada Ketua Saudara-saudara.

Moga-moga Tuhan Jang Maha Esa memberkati pekerdjaan Saudara-saudara. Moga-moga saudara dengan pimpinanNja dapat mengadakan blueprint jang demikian itu, dan nanti djikalau blue-print itu sudah selesai, marilah kita semua, Saudara-saudara, mengerahkan kita punja tenaga agar supaja blueprint itu terselenggara. Kita hidup didalam masjarakat adil dan makmur jang. Saudarasaudara rentjanakan.

Sekian.

Terima kasih.

21

ISINJA: PENDAHULUAN.

1. Pidato Proklamasi 1959.

2. U.U.D. 1945.

3. Program Kabinet Kerdja.

Bab I. DASAR DAN TUDJUAN PEMBANGUNAN SEMESTA.

A. Artinja satu perentjanaan overall.

B. Hubungan Pembangunan dalam Demokrasi terpimpin dan Ekonomi terpimpin.

C. Faktor penghambat pembangunan sedjak 1950.

1. Faktor politis.

2. „psychologis.

3. „pendidikan.

4. „administrasi.

5. „potensi rakjat.

6. „tjampur tangan negara asing.

D. Faktor pelantjarkan Pembangunan.

1. Stabilisasi harga.

2. Kegiatan Ekonomi dengan hubungan Luar Negeri,

3. Standard Kebutuhan.

4. Ketjepatan.

5. Gotong-Rojong.

Bab II. PERANAN DEPERNAS.

A. Tugas Depernas.

B. Pengaruh Depernas.

23

Bab III. PEMBENTUKAN POLA PEMBANGUNAN.

1. Umum dan tudjuan.

2. Pokok-pokok Perentjanaan.

3. Kenjataan-kenjataan.

4. Pembentukan Pola.

a. Watak Pembangunan.

b. Tentang Struktur.

c Sifat Pembangunan.

d. Kombinasi dan penjelarasan.

e. Modal.

f. Pembangunan terpimpin.

A. Pola Projek Pembangunan.

1. Umum.

2. Rentjana bertahun.

3. Titik Berat dan Susunan Utama Pembangunan.

4. Pimpinan Management,

5. Pokok-pokok keselarasan.

B. Pola Pendjelasan Pembangunan.

1. Unsur Pokok.

2. Menaikkan Produksi:

3. Industrialisasi.

4. Agraria.

5. Pimpinan.

C. Pola Pembiajaan. PENUTUP.

24

II

AMANAT PRESIDEN

TENTANG

PEMBANGUNAN SEMESTA BERENTJANA

jaitu nnskah lengkap fang disampaikan kepada Sidang DEPERNAS di Istana Negara di Djakarta pada hari Djum'at tanggal 28 Agustus 1959.

— BAGIAN TERTULIS JANG DISAMPAIKAN KEPADADEPERNAS —

BUNG KARNOketika mengutjapkan Anumat Presides didepan Para Anggota Depernas tentang Pembanguntar Semesta-Bererttjana dalamrapat-pleno di Istana Negara pada hari Djumat tanggal 28 Agustus 1959.

26

AMANAT PRESIDEN

tentang

PEMBANGUNAN SEMESTA DAN BERENCANA.

PENDAHULUAN

Dalam pidato saja tanggal 17 Agustus 1959 telah saja djadikan

bahwa saja akan memberi pedoman bekerdja pada DEPERNAS.

Setjara garis besar telah saja singgung beberapa hal mengenai

DEPERNAS.

Saja ingin lebih dahulu memperingatkan Saudara-saudara pada apa jang saja telah utjapkan pada :hari kemerdekaan mengenai DEPERNAS sebelum saja uraikan lebih landjut keinginan-keinginan masjarakat dari Saudara-saudara sebagai anggota DEPERNAS. Waktu itu saja katakan Saudara-saudara adalah berasal dari seluruh tanah air, dan tugas pokok Saudara-saudara ialah merantjangkan pola masjarakat jang adil dan makmur, maktnur dan adil sebagai dimaksudkan oleh Mukaddinah U.U.D. 1945.

Pola jang Saudara-saudara susun akan saja sampaikan kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat untuk disjahkan dan kemudian dikerdjakan oleh seluruh masjarakat.

Kini saja ingin meminta perhatian Saudara-saudara untuk dua hal jang harus Saudara.saudara perhitungkan dalam pekerdjaan DEPERNAS:-!

1. Semangat dan djiwa U.U.D.= 45,

2. Program Kabinet Kerdja.

Djiwa U.U.D;'45 adalah tegas, tepat, dan tidak ragu-ragu. Peker. Djaan Saudara hendaklah tegas dan tidak Samar-samar. Garis-garis jang saudura akan gariskan, gariskanlah dengan tegas.

DEPERNAS harus menggariskan gambarnja dengan djiwa pelukis jang tegas, kuat, terang. Gambarkanlah sesuatu dengan garis-garis jang fors, sehingga gambar itu berkata kepada Bangsa Indonesia. Ganrbar itu harus mengandung harapan bagi Bangsa Indonesia,

27

sebagai U.U.D,.1945 djuga memberi harapan kepada kita semua. Gambar itu harus dapat mengadjak Bangsa Indonesia untuk mengerdjakan pola jang dimaksud.

U.U.D, kita adalah tepat bagi Bangsa Indonesia. Pola jang saudara tjiptakan harus sesuai dengan irama, rasa, kepribadian dan tindjauan hidup Bangsa Indonesia.

Pola jang membuat Bangsa Indonesia mendjadi mirip kebangsa lain tidak akan dapat memikat hati bangsa Indonesia.

U.U.D. 1945 kita mengandung sifat tjepat. DEPERNAS djangan bertele-tele dalam pekerdjaannja. Procedure-procedure jang berlang. sung di Konstituante diwaktu jang lampau harus mendjadi tjermin bagi Saudara-saudara. Masjarakat mengingini tindakan jang tjepat.

Djika Saudara-saudara dapat memahami dan melaksanakan apa jang saja andjurkan diatas, maka saudara telah dapat menangkap Djiwa U.U,D:-'45 dan Insja Allah saudara akan ,dapat memenuhi keinginan nusa dan bangsa. Kemudian saja mengharapkan supaja Program Kabinet Kerdja mendapat perhatian pula dari DEPERNAS. Apa jang harus kita perbuat dalam djangka pendek dan djangka pandjang untuk melaksanakan program tersebut. Chusus untuk pokok pertama deri program Kabinet, juitu jang mengenai sandang-pangan, masjarakat mengharapkan sangat saran DEPERNAS. Tindakan apa jang harus kita adakan untukmengatasi kesulitan-kesulitan dilapangan sandang-pangan, dan bagaimana achirnja tindakan kita untuk menguasai persoalan ini seluruhnja.

Saja akan uraikan sekarang garis-garis besar pembangunan jang harus mendapat perhatian DEPERNAS.

28

BAB I

DASAR DAN TUDJUAN PEMBANGUNAN SEMESTA DAN

BERENCANA

Dalam pergolakan Revolusi Kemerdekaan sedjak hari Proklamasi 1945 maka Rakjat Indonesia telah berhasil membentuk negarakesatuan Republik Indonesia jang bebas dan berkedaulatan Rakjat dari Sabang sampai Merauke. Negara Kesatuan itu ialah Negara Kebangsaan.

Setelah 14 tahun berdjuang dalam kantjah RevoIusi Indonesia, maka datanglah kini waktunja, karena keamanan dalam negeri telah membuka kemungkinan untuk itu, supaja melandjutkan pembangunan semesta dan berentjana dengan bertekad bulat hendak menudju masjarakat jang adil dan makmur. Pembangunan. berentjana dengan pengerahan Rakjat Indonesia ialah djalan-utama untuk mentjapai tudjuan membentuk masjarakat sosialis a la Indonesia, seraja menghabiskan dan membinasakan segala penghelang sebagai sisa-sisa imperialisme, kolonialisme dan feodalisme jang masih bertjokol dalam masjarakat kita.

Rentjana pembangunan semesta atau overall seperti jang akan selesai diselenggarakan oleh Dewan Perantjang Nasional ditahun depart itu, adalah Pembangunan dizaman peralihan. Zaman transisi ini bermula sedjak waktu sekarang sampai kewaktu sudah terben. tuknja negara.kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pantjasila dengan meliputi masjarakat Indonesia jang adil dan makmur jang djuga berdasarkan adjaran Pantjasila. Berapa lamanja zamanperalihan itu, adalah tergantung kepada djajanja dan lekas putar. rodanja Revolusi Kemerdekaan Indonesia dihari. depan. dan lekas

terbentuknja masjarakat adil dan makmur itu. Banjak jang harus

berlaku dalam perdjuangan kemerdekaan: menghilakan tjatjat-

tjatjat,.badan Rakjat dan negara karena perdjuangan;dalam Revolusi, atau karena bertempur dan berdjuang; menghilangkan

29

pengaruh Hollands denken dalam tjara kita berpikir dan dalam

dunia perundang-undangan serta dalam tingkah-laku orang Indonesia, jang dipikulkan oleh pendjadjahan Belanda selama 350 tahun kepada pundak kita. Likwidasi masjarakat kolonial adalah sjarat-mutlak untuk merintis djalan menudju pembentukan masjarakat jang mengenai ekonomi nasionaL

Sukar sekali kita dapat meramalkan berapa lamanja zaman.peralihan itu. Mudah-mudahan setelah beberapa kali pembangunan semesta berentjana herdjalan, misalnja sesudah lima atau enam kali, maka hendaknja kita telah memasuki atau minimal telah mendekati masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila jang diidamidamkan perdjuangan Rakjat Indonesia.

Djadi tudjuan dan maksud Pembangunan semesta ialah membangun masjarakat jang adil dan makmur; adil dan makmur jaitu menurut tindjauan adjaran Pantjasila, jang saja duga telah dikenal dengan sempurna oleh para Anggota Dewan Perantjang Nasional sebelum dan sesudah mengangkat sumpah mendjadi Anggota Dewan Perantjang Nasional.

Mengenal dasar-dasar Pembangunan dan merenungkan pelbagai faktor sekeliling perentjanaan Pembangunan itu adalah Pula sumbangan berisi djaminan kepada hasil pekerdjaan Dewan Perantjang Nasional jang diharapkan oleh Undang-undang dan Peraturan Pembangunan.

Terutama sekali maka sebelum Dewan Perantjang Nasional mulai memutar rodanja untuk bekerdja dengan pemandangan jang djelas dan kegiatan jang tangkas, haruslah para anggota jang terhormat lebih dahulu merenungkan sedalam-dalamnja hubungan Pembangunan Semesta berentjana dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, dengan U.U.D.-1945 dan dengan program Pemerintah Kabinet Kerdja serta pidato saja pada hari Proklamasi jangntendjadi pokok-azasi landjutan R'evolusi Kemerdekaun kita. Hubumgannja itu terletak pada tenaga Rakjat dalam kesanggupan memberi isi dan tudjuan kepadaProklamasi jang luhur dan megah. Atau lebih tegas lagi dapat saja ulangi dengan memakai perkataan lain:

30

Kemerdekaan jang telah diproklamirkan pada tangga117 Agustus 1945 itu mengandung pesanan luhur supaja diisi dengan pembangunan. Membangun mempunjai arti jang sangat luas, jaitu membangun, dalam segala bidang kehidupan Negara dan masjarakat, membangun dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial, dalam bidang pendidikan dan,kebudajaan dan jang tidak kurang pentingnja dalam bidang spirituil, guna mentjapai penghidupan jang berbahagia bagi seluruh Rakjat Indonesia. Oleh karenanja mendjadilah kewadjiban bagi setiap warga-negara tanpa perketjualian, karena Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 itu adalah manifestasi dari pada perdjuangan seluruh Bangsa Indonesia jang penuh dengan pengorbanan.

Dalam Revolusi Kemerdekaan jang belum selesai itu,. Rakjat Indonesia telah berhasil memberi isi-politik kepada Proklamasi dengan membentuk negara-kesatuan Republik Indonesia sebagai pendjelmaan adjaran Pantjasila. Organisasi negara kita telah diabadikan resmi dalam tiga Undang-undang Dasar jang berturut-turut berlaku sedjak tahun 1945 sampai kini. Konstituante Bandung tidak berhasil menjusun Konstitusi jang keempat, jang akan menuliskan dalam buku-kodipikasi dengan djari para wakil pilihan rakjat bersama-sama dengan Pemerintah Republik Indonesia.

Kini sesudah 14 tahun berdjuang maka U.U!D.- 45 telah berlaku lagi. Dewan Perantjang Nasional akan memberi isi kepada Proklamasi dengan bertudjuan masjarakat Indonesia jang adil dan makmur dengan mempertimbangkan faktor-faktor dibawah ini.

A. Artinja ada suatu perentjanaan overall.

Oleh karena soal pembangunan adalah soal jang tidak berdiri sendiri, jang tidak lepas dari hubungannja dengan bidang-bidang lain jaitu kehidupan Negara dan masjarakat, maka dalam melaksanakan pembangunan,semesta, perlu adanja suatu perentjanaan overall, suatu,perentjanaan semesta, jang didasarkan kepada kebutuhan, dan kepribadian Rakjat Indonesia, tanpa mengabaikan tjontoh pengalaman-pengalaman dalam pembangunan. diluar negeri dengan perpaduan pengalaman dan keadaan jang konkrit didalamn negeri.

31

Perlu kiranja kita mengambil perbandingan dari pada pengalaman pembangunan jang dilaksanakan oleh beberapa negara-negara jang kita ambil sebagai bahan-bahan perbandingan, kesemuanja menudju kepembangunan sosialisme. Tidaklah sadja kemadjuan pembangunan diluar negeri kita harus perhatikan, tetapi djuga bidang-bidang pembangunan jang menemui kegagalan diluar negeri karena ber. sifat individualisme harus diperhatikan. Dengan berpokok kepada kebutuhan dan kepribadian Bangsa Indonesia, maka tjontoh pembangunan diluar negeri jang sesuai atau sedjadjar dengan kebutuhan dan kepribadian nasional itu dapat dipertimbangkan untuk dite. ladani.

Berlainan dengan beberapa negara dibenua Asia, maka Republik Rakjat Tiongkok, mendasarkan pembangunannja kepada kolektiv isme dan pengalaman-pengalaman pembangunan diluar negeri jang disesuaikan dengan keadaan serta pengalaman jang konkrit di Tiongkok sendiri. Pembangunan R.R.T., India dan Yugoslavia ini ternjata telah berhasil deugan memuaskan dengan rentjana-rentjana lima tahunnja. Hal itu ternjata dalarn masa proces pembangunan selama 8 tahun belakangan ini. Dan suatu kenjataan jang tidak dipungkiri ialah, bahwa pembangunan di R.R.T. tersebut, adalah pembangunan dengan rentjana keseluruhannja dibawah pim pinan kebidjaksanaan dari pada Demokrasi Baru atau Demokrasi Rakjat, jaitu suatu bentuk ketata.negaraan jang sesuai dengan kepribadian bangsa Tionghoa, seperti Demokrasi Terpimpin ditanah Indonesia jang akan kita laksanakan dewasa ini untuk mengganti. kan Demokrasi liberal jang telah usang dan tidak memenuhi tun. tutan zaman. Terutama hasrat Rakjat jang dikerahkan tenaganja untuk ikut membangun dengan melihatkan tendens untuk berhemat pembiajaan, waktu dan tenaga, hendaklah diperhatikan benar-benar, supaja ditimbulkan pula pada Rakjat membangun: berhemat biaja, waktu dan bahan.

untuk ini perlu adanja blue-print, adanja rentjana overall ,jang konkrit berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia jang , pada hakekatnja bukanlah barang baru bagi kita, jang telah dirumuskau dengan kata-kata jang bersahadja, jaitu gotong-rojong dan dileng.

32

kapi dengan pengalaman-pengalaman pembangunan. jang , baik diluar negeri.

B. Hubungan Pembangunan dengan Demokrasi Terpimpindan Ekonomi Terpimpin.

Oleh karena tidak Ada suatu persoalan dalam kehidupan Negara dan Bangsa jang berdiri sendiri, terpisah antara satu sama lain, maka hal inipun perlu mendapat perhatian dari Dewan Perantjang Nasional, apabila kita tidak mau gagal dalam pekerdjaan kita.

Ekonomi sebagai sendi dari pada kehidupan dan kesedjahteraan Nasional, haruslah dapat dilaksanakan sebagai dasar dari pada pembangunan keseluruhannja. Sistem ekonomi itu ialah Ekonomi Terpimpin dan untuk melaksanakan ekonomi terpimpin ini. diperlukan suatu kebidjaksanaan dalam sistim pemerintahan, jang memungkinkan stabilisasi politik. Bentuk ketata-negaraan kita pada waktu sekarang memungkinkan dan membuka pintu seluas-luasnja bagi pelaksanaan Demakrasi Terpimpin. Dasar Demokrasi Terpimpin telah didjamin dan tersusun pada garis-garis besarnja dalam U.U.D:-'45 jang kini berlaku lagi.

Atas alasan-alasan diatas, maka dalam merentjanakan Pembangunan, hendaklah diperhatikan benar-benar:

Pedoman dasar Ekonomi Terpimpin.

1. Supaja, sesuai dengan tjita-tjita Proklamasi 17 Agustus 1945 menegaskan, bahwa tudjuan dari pada segala usaha dalam lapangan ekonomi dan keuangan ialah mewudjudkan keadilan, melenjapkan pendjadjahan dalam bentuk apapun, memberantas penindasan dan perbudakan, jang memandang manusia hanja sebagai alat untuk kepentingan sendiri atau golongan sendiri.

2. Supaja mengarahkan segala usaha dalam lapangan ekonmni dan keuangan kesuatu masjarakat jang adil dan makmur berdasarkan Pantjasila, dan jang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan bangsa Indonesia. Kepribadian bangsa Indonesia mengenai sifat gotong-rojong dan azas kekeluargaan. Hal iniperlu diperkembang dan diatur dalam lapangan ekonomi dan keuangan.

33

3. Supaja Pembangunan mewudjudkan dengan tegas apa jang ditentukan oleh Pasal 33 Undang-undang Dasar.

4. Supaja Pembangunan menjempurnakan ekonomi terpimpin sedjalan dengan tjita-tjita demokrasi terpimpin, untuk melenjapkan sisa-sisa ekonomi kolonial, bahaja-bahaja paham kapitalisme dan free fight liberalism, balk dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

5. Supaja dalam menjusun pola pembangunan harus dipikirkan DEPERNAS konsentrasi produksi, distribusi dan pembangunan untuk memenuhi hadjat hidup rakjat terbanjak dikuasai oleh Negara.

6. Supaja djuga dalam lapangan ekonomi dan keuangan memegang

Teguh pada politik bebas dan actief terhadap luar negeri,

terutama dalam mendjalankan export, import dan kredit.

Dalam melaksanakan rantjangan Dasar Undang.undang Pem. bangunan Semesta, hendaklah Dewan Perantjang Nasional berpegang teguh kepada pedoman pelaksanaan pembangunan seperti berikut:

A. Produksi.

1. Untuk mentjapai kedudukan selfsufficiency diilapangan sandangpangan, bahan makanan dan pakaian dan obat.obatan, dilakukan intensifikasi pertanian untuk menaikkan produksi dalam negeri, berupa hasil-hasil bahan makanan dan bahan pakaian, supaja dalam waktu jang pendek produksi sandang-pangan mendjadi selfsupporting.

2. Untuk memperkokoh alat-alat pembajaran luar negeri, harus

diintensiveer menaikkan produksi bahan-bahan export.

3. a) Inventarisasi dan penggunaan industri -industri jang sudah

ada setjara efficient.

b) Mendahulukan pendirian industri-industri pengolahan bahanbahan mentah hasil Indonesia mendjadi barang-barang jang siap untuk dipakai.

c) Memperluas/mengusahakan industri-industri besar/ketjil dan sedang jang menghasilkan barang-barang kebutuhan konsumsi Rakjat sehari-hari.

34

d) Mengusahakan industri-industri, jang menghasilkan bahan untuk keperluan pertanian dan perkebunan.

e) Mempergiat dan memperluas pertambangan bahan-bahan galian dan bahan-bahan tenaga nuklir.

f) Memulai research jang berentjana dan usaha-usaha kearah pendirian industri-industri berat.

4. Supaja diadakan pembangunan jang akan berakibat adanja perubahan jang radikal dalam peraturan hak agraria, sebagai sjarat untuk meninggikan taraf hidup dan daja-beli rakjat, sehingga memberikan kemungkinan peninggian pendapatan nasional, dan menghidupkan pasar industri dalam negeri. Peraturan Agraria tersebut terutama harus berisi usul djaminan pemilikan dan penggunaan tanah setjara lajak dan adil untuk petani, perdjandjian kerdja jang pantas antara pemilik dan penjewa atau ,pemaro serta penguasaan negara atas tanah untuk memudahkan penjebaran penduduk dan herverkaveling, sesuai dengan semangat Pasal 33 U.U.D. 1945.

5. Supaja Pembangunan Semesta menindjau dalam rangka industrialisasi dan mekanisasi masalah penduduk, transmigrasi besarbesaran teristimewa jang akan berakibat perentjanaan dan pelaksanaan penjebarannja dari daerah jang padat kedaerah jang masih tipis penghuninja setjara integral, massal, rasionil dan tegas, sehingga faktor tanah dan ruang sekitarnja mendjadi sumber-sumber positip dari. keperluan hidup sehari.hari chususnja, perekonomian dan kesedjahteraan umumnja.

B. Distribusi sebagai akibat Pembangunan Semesta.

a. Konsentrasi import dan export ditangan Pemerintah.

b. Distribusi Pemerintah disalurkan melalui alat-alat perdagangan jang dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

c. Mengandjurkan koperasi dalam mendjalankan distribusi.

d. Menguasai alat-alat komunikasi jang vital dan mengawasi komunikasi partikelir.

C. Keuangan sebagai akibat Pembangunan Semesta.

1. Pemetjahan Anggaran Belandja mendjadi dua:

a) Anggaran Belandja untuk routine;

b) Anggaran Belandja untuk pembangunan.

35

2. Melakukan "deficit financing" untuk pembangunan produktif.

3. Padjak:

a) Padjak langsung diutamakan;

b) Penjempurnaan pelaksanaan padjak progresip;

c) Penjempurnaan apparat dan sistem penarikan padjak.

4. a) Mendirikan Bank Pembangunan;

b) Konsentrasi dari Bank-bank ditangan Pemerintah.

5. Pindjaman dari dalam dan luar negeri, dimana perlu dengan :memperhitungkan plafond pindjaman dan kesanggupan pembajaran kembali.

D. Apparatuur sebagai akibat Pembangunan Semesta:

1. Kerdja, Organisasi dan Pimpinan:

a) Mengeffektifkan pekerdjaan-pekerdjaan menurut ketentuan djam kerdja 40 djam seminggu dengan maximum 7 djam sehari, disertai perbaikan-perbaikan nasib buruh.

b) Memperluas kesempatan kerdja dengan mendjalankan ploeg system.

c) Memperhebat pendidikan dalam lapangan tehnik dan pimpinan (technical and managerial skill), dengan djalan antara lain mengadakan applikasi-cursus.

d) Menghargai serta menggunakan ketjakapan berdasarkan prestasi kerdja.

e) Mempertjepat Indonesianisasi, industrialisasi dan mekanisasi.

2. Mengenai Koperasi :

Menjempurnakan bimbingan dan mengawasi perkoperasian Rakjat dibidang produksi, distribusi dan industri.

C. Faktor-faktor penghambat Pembangunan sedjak tahun 1950:

Pembangunan semesta dan berentjana barn dapat berdjalan setelah kembali ke-U.U.D.-1945 jang memungkinkan demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin.

Sebelum tahun 1959 pembangunan terbentur pada berbagai matjam faktor jang mendjadi penghambat bagi terlaksananja Pembangunan tersebut. Sebab-sebab pokok sudah sama kita fahami, sehingga pada achir-achir ini setelah pikiran liberalisme, sabotage,

36

pertjobaan intervensi dan gerakan subversif dan pemberontakan berhasil ditindas, timbul kebulatan fikiran untuk mengadakan retooling dalam susunan ekonomi, ketata-negaraan dan susunan masjarakat, jang tentu akan berakibat besar bagi kebidjaksanaan politik dalam struktura ketata-negaraan Indonesia, jaitu suatu susunan jang pada hakekatnja bukan merupakan barang baru !bagi masjarakat Indonesia jang disebut pelaksanaan Demokrasi Terpim

pin atau jang disebut dengan kata-kata jang sederhana oleh Rakjat kita, ialah masjarakat Gotong-rojong, sebagai satu-satunja djalan keluar menudju kepada Pembangunan semesta atau pembangunan sosialisme a let Indonesia.

Faktor-faktor jang telah merupakan kebulatan fikiran itu kiranja tidak perlu kita kupas lagi, akan tetapi karena persoalan itu merupakan suatu persoalan jang sangat luas, karena tidak berdiri sen‑

Diri maka perlulah kiranja meminta perhatian kepada aspek-aspek jang ditimbulkan oleh sebab-sebab pokok itu, agar kita mendapat hasil jang tetap guna tertjapainja pembangunan semesta.

a. Faktor politis.

Pelaksanaan pembangunan berlangsung atas stabilisasi dibidang politik, sehingga pelaksanaannja itu tidak terbentur pada seringkali diadakannja pergantian program Pemerintah jang mungkin sekali berlainan dengan program jang semula, bahkan mungkin bertentangan dengan jang telah dillaksanakan. Akan tetapi praktek membuktikan sebaliknja. Dalam kehidupan politik Negara kita sedjak Proklamasi Kemerdekaan, belum pernah ditjapai stabilisasi jang kuat dan kokoh sehingga hampir setiap tahun, bahkan kadangkadang kurang dari setahun kabinet sudah harus berganti. Perpetjahan timbul dikalangan masjarakat luas. Opposisi didjalankan sebagai suatu hobby; opposisi didjalankan hanja untuk mendjatuhkan lawan politik dan menggantikannja. Lebih djauh faktor itu mengakibatkan lemahnja kedudukan kita diforum politik Internasional. Pada waktu ini semendjak 5 Djuli 1959, ketika Bangsa Indonesia dengan tegas kembali ke U.U.D.-1945, stabilisasi dan keamanan dalam negeri sudah sampai ketaraf jang memungkinkan pelaksanaan pembangunan semesta berentjana. Situasi politik 1959 membuka pintu kearah itu.

37

b. Faktor psychologis.

Tekanan ekonomi, kegontjangan politik, pertentangan ideologi dan akibat-akibat revolusi bersendjata masih sangat berkesan pada kaum Buruh, Tani dan Pemuda serta potensi nasional lainnja ditambah pula dengan politik adu-domba imperialisme jang, dengan sadar atau tidak, telah dilaksanakan djustru oleh gembong-gembong politik, mengakibatkan Rakjat diam dalam seribu bahasa dalam perdjuangan menjelesaikan Revolusi. Mereka bersikap menanti, atau apatis dalam menghadapi pekerdjaan pembangunan. Faktor psychologis ini akan dapat dihidupkan kemballi dengan melaksanakan pembangunan semesta.

c. Faktor Pendidikan.

Sistim pendidikan jang sebagian besar menurut dasarnja masih mentpergunakan sistim lama, jaitu sistim pendidikan-kolonial sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan nasional. Pendidikan jang diberikan setjara umum itu memang memberikan pengetahuan kepada seseorang tentang berbagai matjam limit, akan tetapi sangat terbatas, sehingga sukar untuk menudju kepada differensiasi, dimana tiaptiap bidang ilmu-pengetahuan ada ahli-ahlinja. Tidak adanja literatur jang bernilai tinggi bagi para pemuda kita, pun telah menjebabkan unsur-unsur jang baik dan tenaga kreatif dalam kebudajaan kita itu mendjadi samar-samar.

Semua ini telah menambahkan kekurangan keahlian dikalangan bangsa kita jang seharusnja didalam masa Pembangunan ini memegang peranan penting. Pada hal pembangunan semesta dan berentjana sangat memerlukan tenaga ahli-pembangunan jang kini sangat terbatas djumlahnja. Tetapi pembangunan tak boleh ditang• guhkan karena djumlah ahli-pembangunan jang terbatas itu. Melainkan kita harus bersemangat: Sambil membangun akan memperkaja keahlian dengan pengalaman jang dibutuhkan untuk melandjutkan pembangunan. Sekolah teknik hendaklah ditindjau kembali dan diarahkan kepada penanam tenaga pembangunan jang ahli dan berdjiwa 1945.

38

d, Faktor Administrasi Negara.

Dalam pembangunan raksasa, maka organisasi dan administrasipun menentukan berhasil atau tidaknja pelaksanaan dari sesuatu planning. Walaupun planning itu telah disusun dengan sebaikbaiknja, semuluk-muluknja, akan tetapi dengan organisasi dan administrasi jang tidak teratur dan tepat, maka rentjana itu mungkin akan merupakan suatu impian belaka. Oleh karenanja faktor itu harus dilaksanakan dengan baik disemua instansi dan/ atan lembaga jang mengatur kebidjaksanaan politik, ekonomi dan sosial bagi masjarakat. Birokrasi jang berlebih-lebihan jang meradjalela diinstansi Pemerintah, mengakibatkan pekerdjaan jang

seharusnja dapat diselesaikan dalam waktu sehari, mendjadi ber

bulan-bulan.

Mismanagement dan korupsi pun merupakan suatu kebobrokan atan faktor penghalang dalam suatu masjarakat jang disebabkan kurangnja ahli-ahli terutama dalam bidang administrasi kenegaraan. Penempatan tenaga-ahli pada Dewan Perantjang Nasional dan pelaksanaan perantjang pembangunan harus dipertimbangkan dari sudut bakat, ketjakapan dan keahlian, jang dibutuhkan.

e. Menghidupkan potensi Rakjat.

Pembangunan semesta dan berentjana baru terdjamin akan terhasil baik, apabila pembangunan itu tidak sadja mempunjai tudjuan untuk membentuk masjarakat jang adil dan makmur, tetapi djuga harus didukung oleh Rakjat sendiri jang diikut-sertakan dalam menjusun, mengesahkan, menilai, mengawasi dan melaksanakan pembangunan itu.

Sangatlah penting faktor potensi Rakjat, jang barus dihidupkan untuk mendjamin terlaksananja overall planning dengan berhasil baik. Dalam hal pengerahan tenaga-benda, baik berupa uang atanpun bahan pembangunan, barus lebih dahulu dikerahkan jang ada ditanah air kita, dan sesudah itu apabila tak tjukup baru difikirkan pentjarian tenaga-benda dari luar-negeri. Begitu pula, untuk menaikkan potensi Rakjat, supaja dapat berhemattenaga dan berhemat-waktu dalam melaksanakan pembangunan, maka haruslah Dewan Perantjang Nasional menindjau sedalam

39

dalamnja dan menunidjukkan djalan setjara konkrit, bagaimana pada hari depan tenaga Ra'kjat dapat dikerahkan untuk pelaksanaan Pembangunan jang harus berhasil balk itu.

f. Faktor tjampur-tangan negara asing.

Kalau faktor-faktor jang dikemukakan diatas tadi merupakan faktor-faktor jang tumbuh didalam negeri, maka faktor-faktor lain dari luar negeri pun banjak mempengaruhidjalannja pembangunan dinegara kita jang masih muda ini Satu diantara faktor-faktor jang datangnja dari luar negeri, ialah faktor tjampur-tangannja negara-negara asing terhadap persoalan dalam negeri kita.

Sesudahnja selesai perang dunia kedua, maka timbullaih dua „matjam stabilisasi” didunia ini, jaitu stabilisasi kapitalisme dan stabilisasi sosialisme. Ketenangan jang ditimbulkan oleh stabilisasi ini hanja untuk sementara sadja, karena kedua belah pihak selalu bertentangan antara satu sama lain. Kalau stabilisasi kapitalisme jang ditudjukan untuk kepentingan finans-kapitalis mengandung pertentangan diantara sesama negara-negara imperialisme dan diantara negara-negara imperialisme dengan rakjat-rakjat djadjahan, maka stabilisasi sosialisme 'mengandung konsolidasi kedalam dan keluar. Untuk mengimbangi stabilisasi sosialisme ini, maka negara-negara imperialis dengan berbagai matjam djalan telah mengusahakan mempengaruhi negara-negara setengah djadjahan dan jang baru mendapatkan kemerdekaannja, terutama dengan menanamkan modal monopolinja dan mengikatnja dengan pakta-pakta minter jang tidak boleh tidak mengandung kerugian besar dipihak negara setengah djadjahan atau jang baru menerima kemerdekaannja. Timbullah kekatjauan-kekatjauan dibidang ekonomi, 'politik dan sosial dan hal ini membawakan kesempatan bagi negara-negara imperialis untuk mengadakan tjampur-tangan jang langsung terhadap persoalan dalam negeri dari negara-negara tersebul:. Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin akan memimpin pemben. tukan masjarakat adil dan makmur, jang lepas dari pada tindasan imperialisme dan kolonialisme berupa apapun.

Demikianlah diantaranja faktor-faktor jang telah menimbulkan penghambatan bagi pembangunan semesta Negara kita ini.

40

D. Faktor-faktor pelantjar pembangunaa I. Stabilisasi Varga

Untuk pembangunan perlu adanja stabilisasi harga, dengan konsentrasi perdagangan (jang menguasai hadjad hidup orang banjak dikuasai olch negara'U U.D. 1945 pasal 33).

Hal-hal jang diuraikan dibawah ini akan dapat mentjapai stabilisasi harga tersebut malahan menekan harga itu.

Lapangan keuangan dan perusahaan.-

a. National saving.

Menaikkan national saving dengan djalan:

1. penghematan sektor-sektor Pemerintah maupun partikelir.

2. inteusifikasi sumber.sumber jang sudah ada; menggali sumber-sumber jang belum ada.

b. Deficit financing.

1. menjalurkan ke-usaha-usaha produktip (agar supaja anggaran belandja dalam waktu tertentu dapat seimbang)..

2. menarik "hot-money" diantaranja dengan djalan mendjual obligasi (djuga perusahaan-perusahaau partikelir nasional didalam masa peralihan dibolehkan untuk mengeluarkan obligasi tidak bernama (aan toonder).

Akan tetapi untuk menjalurkan uang itu kearah produksi, perlu pentjegahan akan adanja spekulasi. Bahan-bahan perdagangan jang panting harus dikuasai oleh negara,sebagai taraf pertama bahan-bahan kebutuhan rakjat sehari-hari (beras, gula, ikan asin, bahan pakaian).

c. Sistim padjak mungkin akan ditindjau kembali.

1. langsung.

2. progressip.

3. penjempurnaan aparat.

4. mentjari objek-objek baru, tjontoh: mobil jang lebih dari satu lebih berat padjaknja; rumah jang melebihi jang normal dikenakan padjak jang berat, dan sebagainja.

41

d. Bank.

Pada dasarnja perputaran modal harus dikuasai oleh negara dan digunakan untuk membiajai pembangunan menudju masjarakat sosialis a la Indonesia; oleh karenanja Bank-bank seharusnja dikuasai oleh negara.

Politik perkreditan. seharusnja membantu untuk mentjapai tjita-tjita itu.

Mengusahakan terpentjarnja pembagian modal dalam negara. Modal warga-negara diatur supaja dapat merupakan modal nasional dan dipakai untuk membantu pembangunan negara. Pada prinsipnja modal using dapat diterima hanja sebagai pindjaman.

Bank-bank dan badan-badan kredit jang banjak djumlahnja di Indonesia ini perlu diatur dan dikonsentreer oleh Pemerintah (sentralisasi keuangan).

Bank Indonesia baik dipusat maupun didaerab hanja bekerdja sebagai Bank central. Bank-bank Negara lain diberi pungsi jang tertentu sesuai dengan rentjana pembangunan semesta, diantara mana. harus ada jang bekerdja aktip sebagai pelopor pembangunan (Bank Pembangunan), dan lainnja mengerdjakan onderhoud dan spesialisasi.

Bank-bank Negara ialah:

Bank Industri.

Bank Negara.

Bank Rakjat.

Bank Tani Nelajan.

Selainnja dari. pada itu ada pula bank asing jang baru diambil alih. Bank-bank Nasional partikelir mengadakan gabungan-gabungan sehingga merupakan Bank-bank besar jang mudah diawasi oleh Pemerintah. Sesuai dengan politik pada sektor usaha nasional partikelir masih dibolehkan untuk bekerdja jang lambat-laun akan menjesuaikan diri dengan rentjana Pemerintah sesuai dengan berkembangnja masjarakat jang adil dan makmur. Sesuai dengan tudjuan pokok, maka seharusnja Bank-bank itu bekerdja menudju kemasjarakat jang adil dan makmur.

42

Sesuai dengan tudjuan, maka pembiajaan hendaknja ditudju. kan kepada:

IUsaha-usaha masjarakat desa.

2. Usaha Negara (Industri berat, pertanian, perkebunan, perhubungan, dan sebagainja).

3. Sedang usaha nasional partikelir (dalam masa peralihan, dua masa sebelum 1 dan 2 bertumbuh) dapat dibantu oleh negara dalam bidang-bidang jang sifatnja membantu usaha-usaha, satu dan dua dengan diberi keuntungan tertentu.

Dalam rentjana pembiajaan perlu didjaga:

1. Penafsiran modal.

2. Penentuan produksi.

3. Djumlah modal pembangunan djangka pandjang.

4. Faktor tempo.

5. Penggunaan tenaga.

6. Penggunaan transport.

e. Inventarisasi dan mobilisasi alat-alat produksi baik kepunjaan Pemerintah ataupun Partikelir.

1. Jang hantjur akibat perang kolonial dipulihkan dan diproduksikan kembali.,

2. Jang masih ada, dikerahkan produksinja (pabrik-pabrik tenun, pabrik-pabrik beras, gula, dan lain-lain).

3. Segala peralatan, mesin-mesin dan sebagainja jang dapat digunakan oleh negara untuk pembangunan. Baru kalau ada kekurangan-kekurangan, dapat mengimport dari luar negeri (penghematan dan mengurangi pemakaian devisen).

4. Perusahaan-perusahaan Belanda jang dinasionalisasi dengan umumnja didjadikan perusahaan-perusahaan Negara jang keuntungannja digunakan untuk pembangunan (perusahaanperusahaan, bank-bank, asuransi, dan lain-lain).

5. Perusahaan-perusahaan Negara perlu di-intensifeer dan dipimpin sebaik-baiknja dan keuntungannja dipakai untuk pembangunan.

Tjontoh: perusahaan-perusahaan, bank-bank, dan lain-lain perusahaan negara.

43

d.. Nutsbedrijven jang hanja bersifat sosial sadja dan merugikan negara perlu ditindjau lebih daalam dan diatur setjara' komersiil biasa jang barus mcnguntungkan bagi negara dengan tidak meninggalkan sifat-sifat sosialnja. Tjontoh: air, tilpon, listrik.

2. Kegiatan Ekonomi berhubung dengan Luar Negeri.

1. Pimpinan import dan export keluar negeri.

2. Foreign aid dan lain-lainnja.dikuasai

3. Pampasan.negara.

Mengingat pentingnja pembangunan, tidak dibenarkan pemakaian pampasan untuk keperluan konsumptief.

Dalam masa peralihan, pindjaman luar negeri melalui partikelir pun dipermudah dengan mengadakan modus: dapat menggunakan hasilnja untuk kepentingan pembangunan sesuai dengan rentjana Pemerintah. Pindjaman luar negeri untuk kepentingan partikulir dibawah pengawasan dun djaminan Republik Indonesia hendaklah dimungkinkan.

4. Produksi bahan export dipergiat untuk memperlipat-gandakan devisen.

5. Penghematan devisen (tidak mengimport bahan-buhan jang sebenarnja masih dapat diusahakan didalam negeri).

Sektor-sektor: aimport.

b. export.dikuasai negara.

c. distribusi.

Dapatlah dengan segera sctjara tegas dikuasai oleh negara kcbutuhan panting rakjat (beras, gula, ikan asin, bahan pakanan). Sifat-sifat fang monopolistis hendaknja ditiadakan dan dialihkan kenegara, maupun koperasi-koperasi rakjat. memperbesar produksi barang-barang konsumsi Jang dibutuhkan rakjat banjak mengurangi tenaga administrasi dan disalurkan ketenaga produksi. Untuk mentjegah inflasi perlu pembangunan besarbesaran untuk mengimbangi produksi dan peredaran uang.

3. Standard Kebutuhan.

Untuk rakjat dibuat standard kebutuhan, dan selebihnja dikenakan pembajaran mahal.

Hal ini mendjadi inti-sari dari ekonomi terpimpin in a nut shelll.

44

4. Ketjepatan.Sedang rentjana-rentjana harus setjepat-tjepatnja dilaksanakan.

5. Tjara Gotong Rojong.

Mengikut-sertakan rakjat. Bekerdja dengan mendapat upah. Memupuk kepribadian kita jang ada (gotong-rojong) terutama

Didesa-desa.

Pembangunan jang kiranja sesuai dengan kebutuhan mereka

Dan dalam djangka pendek kelihatan hasilnja: misalnja: pem-

Bangunan waduk saluran air, djalan-djalan dan sebagainja.

Dalam hal ini hendaknja para pemimpin memberi tjontoh

Untuk kepentingan mereka.

45

Penting sekali peranan DEPERNAS dalam penjusunan masja rakat, negara serta kehidupan rochani Bangsa Indonesia pada hari depan.

,Garis-garis,.besar jang membatasi peranan penting ini dapat diperhatikan dalam U.U.D.-1945 dan peraturan-peraturan DEPERNAS sendiri. Saja minta perhatian tentang tugas dan pengaruh DEPERNAS jang sewadjarnja.

A. Tugas DEPERNAS.

Pelaksanaan menjusun blue-pront dari rentjana overall-planning

itu tidaklah dapat dikerdjakan dengan sambil lalu. Haruslah semua fikiran dengan kesadaran dikonsentrir pada pekerdjaan tersebut. Penjusunan pola pembangunan adalah guna mendapatkan suatu rem. tjana overall disegala bidang kehidupan Negara dan Rakjat, menudju kepembangunan sosialisme a la Indonesia atau kemasjarakatan

gotong-rojong.

Belum tjukup sampai disana sadja tugas itu. Dewan Perantjang Nasional sesuai dengan namanja, bertugas pula menggembleng semangat kerdja serta daja dari pada Rakjat jang 85 djuta djiwa djumlahnja ini dengan mengumpulkan semua faktor-faktor positif menudju tertjiptanja pembangunan sosialisme dengan tepat, berhasil `baik dan dalam waktu jang sesingkat-singkatnja, dengan tidak melupakan sumber keramat dari pada kepribadian bangsa Indonesia, ialah Proklamasi 17 Agustus 1945 DEPERNAS bertugas merantjang, menindjau, menilai dan mengawasi Pembangunan.

Perlu saja peringatkan, bahwa merantjang pola ialah dengan mempertimbangkan faktor pembiajaan dan waktu lamanja pembangunan akan dilaksanakan, demikian djuga spreiding daripada

47

special projects diseluruh Indonesia. Djuga pertebaran atau spreiding dari objck pembangunan itu (hendaklah pula ditindjau dari sudut strategi dan defense).

Selandjutnja jang diawasi dan dinilai oleh DEPERNAS ialah seluruh bidang pembangunan, djadi djuga masuk pembangunan jang telah dirantjangkan oleh Biro Perantjang Negara pembangunan routine Kementerian-kementerian, pembangunan Pemerintah Due-rah dan pembangunan oleh pihak Partikulir.

B. Pengaruh DEPERNAS.Arti Dewan Perantjang Nasional bagi Tata Tertib dan Keamanan.

Masjarakat dan Bangsa Indonesia sekarang ini mentjita-tjitakan masjarakat jang adil dan makmur berdasarkan Pantjasila. Masjara, kat jang demikian itu dapat tertjapai dalam parentjanaan jang tepat, persiapan pelaksanaan jang tepat dan pelaksanaan jang tepat: pula.

Perentjanaan harus ditudjukan kepada segala sudut pembangunan, djasmaniah dan rochaniah, technis, mental, etis dan spiritual menurut norma dan nilai-nilai jang tersimpul dalam alam adil dan makmur itu. Masjarakat jang kita idam-idamkan itu dapat ditjapai melalui proces pembangunan,jang sjarat mutlaknja adalah suasana tata.tertib dalam segala segi kehidupan dan penghidupan kemasjarakatan dan kenegaraan.

Bagi suatu Bangsa jang merasa tinggi kebudajaannja peraturanperaturan itu lambat-laun mendjadi pengertian. Pengertian ini kemudian akan menimbulkan sopan-santnn serta kesadaran dan kedua-duanja akan menghasilkan tata-tertib.

Demikianlah peranan DEPERNAS pada hari akan datang Tentang tugas pokok daripada DEPERNAS tetaplah kewadjiban merantjang Dasar Undang-undang Pembangunan jang akan dilan-

Djutkan tinjauannja dalam bab ke III.

48

BAB III

PEMBENTUKAN POLA PEMBANGUNAN SEMESTA DAN. BERENTJANA.

1. Umum dan Tudjuan.

Tugas DEPERNAS ialah terutama menjusun Dasar Undang. undang Pembangunan berentjana, jang berisi blue print atau tri pola jaitu:

pola projek pembangunan

pola pendjelasan pembangunan

pola pembiajaan pembangunan.

Tugas DEPERNAS ini adalah tugas-kewadjiban pokok.. Hasi1-baik atau gagalnja pekerdjaan DEPERNAS adalah bergantung kepada penilaian tugas-kewadjiban pokok itu.

Apakah jang hendak ditjapai dengan membuat tri pola pembangunan oleh DEPERNAS itu? Pertanjaan ini dapat didjawab dengan memikirkan kemadjuan negara dan masjarakat jang sewa. djarnja dihari depan.

Salah satu tudjuan daripada pembangunan Negara ialah mama-djukan negara kita dari negara jang sebagian kehidupannja misih dikuasai oleh imperialisme dan feodalisme, kenegara jang merdeka penuh. Tudjuan ini dapat ditjapai dengan setapak demi setapak. Tjara kerdja setapak demi setapak itu sangat panting untuk diperhatikan supaja selalu menjesuaikan perentjanaan dengan perke-

bangan masjarakat jang makin madju dan agar supaja basil jang ditjapai itu sesuai dengan harapan jang telah dapat dibangun dika- langan Rakjat, dan supaja tidak mengetjewakan Rakjat.

Negara kita jang setjara politis sudah merdeka menundjukkan bahwa dalam bidang ekonomi Rakjat kita masih tergantung dari pada suasana pendjadjahan. Banjak sektor-sektor ekonomi jang belum sepenuhnja dikuasai oleh Negara atau Pengusaha-pengusaha

49

Nasional. Oleh karena itu disamping angan-angan untuk mendirikan industri berat, industri-industri pokok, tidak boleh dilupakan adanja keharusan untuk menguasai sektor-sektor ekonomi jang mendjamin kelantjaran pembangunan selandjutnja.

Sebagai akibat daripada politik pendjadjahan dalam bidang ekonomi, maka Indonesia mendjadi sumber bahan-bahan mentah untuk di-export, dan telah membuktikan, bahwa kehidupan ekonomi Belanda didasarkan kepada bahan-bahan mentah. Oleh karena itu maka penting sekali untuk memberikan legalisasi dan pelaksanaan kepada pengambil-alihan perusahaan-perusahaan milik kolonialis Belanda, sebagai salah satu dasar untuk menghimpun modal menudju pembentukan ekonomi nasional. Dan Supaja perusahaan-perusahaan milik kolonialis Belanda jang diambil-alih itu dikuasai oleh Negara. Supaja dalam soal modal ini Negara dan Rakjat kita tidak tergantung dari modal using semata-mata, apalagi jang didapatnja dengan berbagai matjam sjarat jang mengikat, maka adalah penting sekali adanja politik untuk memobilisasi potensi dan modal nasional. Disini djuga akan diudji kesetiaan dan ketjintaan Rakjat kepada Tanah air. Dan kalau tach harus mendatangkan modal dari luar, maka jang penting ialah mendapatkan modal itu dengan djalan pindjaman dengan sjarat-sjarat jang mung-. kin diterima oleh Rakjat dan tidak memberatkan beban Rakjat.

Untuk. mendjamin kelantjaran perdagangan jang djuga akan mendatangkan modal dan devisen, maka penting sekali agar import dan export dari bahan-bahan jang penting dikuasai oleh Pemerintah. Begitu djuga didalam hal distrihusi didalam Negeri. Dalam hal ini djuga penting sekali dikembangkan koperasi king dikuasai Peme• rintah. Begitu djuga export, import dan distribusi perusahaan partikulir.

Dengan adanja modal dan bahan-bahan pembangunan jang telah dapat didatangkan, maka akan timbullah kemungkinan jang besar untuk mengatasi pengangguran jang ditanah air kita ini jang makin hari makin meningkat. Pembangunan akan disambut dengan gairah oleh Rakjat, apabila dengan demikian dengan njata dapat makin mengurangi dan achirnja melenjapkan pengangguran...

50

Sekarang ini makin banjak anak-anak sekolah jang tidak dapat pekerdjaan. Oleh karena itu merentjanakan pembangunan harus sekaligus berarti djuga memperluas kesempatan bagi pemudapemuda guna meneruskan peladjarannja, mengembangkan bakatnja dan memperluas kesempatan bekerdja. Semuanja ini harus ditindjau dalam rangka pengerahan Rakjat dan potensi nasional.

Dalam masalah pembangunan, faktor manusia mendjadi soal jang gangat panting, apalagi. dalam negara,kita, dimana alat-alat modern belum terdapat banjak. Dimana sadja Rakjat djanganlah akan bersikap atjuh tak atjuh, djangan lah.bersikap.masabodoh terhadap pekerdjaan pembangunan, malahan sebaliknja Rakjat dari segala lapisan akan menjambut. baik semua rentjana pembangunan dan akan.mengambil. bagian jang aktip, asal dipenuhi sjarat-sjarat minimum untuk dapat menggerakkan mereka.

,,,Usaha uutuk benar-benar meringankan beban hidup Rakjat dari segala golongan termasuk sesuatu jang harus dipertimbangkan terlebih dahulu, karena, itu adalab sjarat,utama untuk membangkitkan semangat kerdja Rakjat, dan untuk meningkatkan produksi. pengerahan tenaga Rakjat akan besar manfaatnja dan akan berhasil baik, apabila pembentukan pola pembangunan memperhitungkan

lebih dahulu dengan saksama potensi Rakjat. Perlu pula diperhatikan`dengan saksama oleh DEPERNAS beberapa hal tersebut di-bawah ini:

1 Bagi kita, walaupun kelihatan tjara-tjara jang beraneka warna

dalam zaman peralihan namun tiada adalah kesulitan jang maha

besar jang kita hadapi, sebab pada Rakjat Indonesia sudah ada satu tudjuan jang dengan bulat telah kita setudjui, ialah tudjuan

masjarakat jang adil dan makmur sesuai dengan kepribadian

Indonesia.

2.Blue-print .pada Dewan Perantjang Nasional jang mengandung rantjangan semesta,; harus. dibuat dengan bentuk jang saksama,

dan harus pula dibuat hanja demi kepentingan bersama. Kepentingan suatu golongan atau daerah harus dimasukkan

dalam blueprint itu'Salah apabila blue-print itu diperuntukkan hanja Bagi suatu golongan jang tertentu, Salah karena tidak semesta dan tidak adil

51

DEPERNAS harus waspada, agar djangan menemui kegagalan-kegagalan atau pada permulaannja kompak, tetapi kemudian timbul ketegangan-ketegangan

Perlu pula diperhatikan oleh para anggota sjarat-sjarat berikut:

a. Anggota-anggota DEPERNAS dalam menjalankan tugasnja harus memiliki djiwa Nasional 100%

b. b.Tidak boleh mengutamakan partai politik,

c. Tidak boleh hanja mementingkan daerah, suku bangsa atau golongan sendiri sadja,

d. Jang bersikap rochani terpendam hendak menjeleweng atau tidak mentjukupi sjarat-sjarat keanggotaan menurut peraturan pem-bangunan dan isi sumpah para anggota baik menarik diri atau akan ditarik kembali oleh pemerintah dari keanggotaan DEPERNAS.

Perkenankanlah pula saja selanjutnja mengemukakan sjara

sjarat seperti berikut:

1. Dasar Perantjang Nasional seharusnja bersifat ilmiah, jakni, supaja segala rentjana bersandar atas penjelidikan jang dilakukan olelr DEPERNAS sendiri. Djuga berdasarkan kenjataan-kenjataaii jang terdapat dimasjarakat Indonesia.

2. Tjara melaksanakan rentjana seharusnja didahului dengan. perundingan dengan atau penilaian oleh DEPERNAS sendiri atau golongan-golongan king bersangkutan, supaja sebanjak mungkin mereka membantu dengan pengartian dan suka hati.

3. Sebanjak mungkin supaja diberikan kesempatan kepada Dewan Perwakilan Rakjat dan chalajak ramai untuk mengikuti djalannja pelaksanaan rentjana, dan kesempatan untuk memberikan kritik dan koreksi.

4. Objek atau projek pembangnnan supaja meliputi kekajaan nasional jang pada umumnja belum dapat perhatian, bahan-bahan sandang pangan dan untuk obat-obatan, bahan pertambangan jang terdapat di Indonesia, keradjinan tangan dan sebagainja.

Oleh sebab itu haruslah dimasukkan pula kedalam pola pembangunan pekerdjaan penjelidikan jang berentjana atau research kekajaan alam, dalam bumi atau diatas permukaan alam.

52

Rasearch berentjana mendjadi sjarat mutlak bagi pembangunan semesta. Kita harus menjelidiki logam dan minjak jang terpendam dalam tanah kita. Kita harus mengetahui tersebarnja bahan-bahan penting, velumina bahan-bahan tersebut dan tjara-tjara mengolah bahan-bahan itu.

Aehirnja saja meminta perhatian, supaja ditindjau pokok-pokok pembangunan seperti tersebut dibawah ini.

Tudjuan perentjanaan ialah membentuk susunan masjarakat baru, jang mendjamin terlaksananja masjarakat jang adil dan makmur berdasarkan Pantjasila.

Masjarakat jang demikian, adalah masjarakat sosialis a la Indo- nesia. Dalam masjarakat ini, negara memegang peranan jang panting dalam pembangunan dart kemadjuan masjarakat. Dalam hal itu Undang-undang Dasar Republik Indonesia pasal 33 harus dilaksanakan dalam rantjangan Pembangunan semesta. hendaklah diperhitungkan bahwa selainnja nasionalisasi perusahaan Belanda, hak cigendom ditangan Belanda telah dihapuskan. masjarakat Indonesia, bekas negeri djadjahan jang belum parnah berkesempatan membangun sendiri dan baru berlatih berdiri sendiri, mang- alami beberapa kekurangan-kekurangan. Antara lain, kekurangankekurangan ini meliputi masalah-masalah:

a. modal,

b. tenaga-tenaga ahli,

c. tenaga kedjuruan,

d. pengalaman-pengalaman.

Kekurangan-kekurangan itu harus diisi selekas mungkin. Tundjukkanlah rantjangan atau pola untuk melaksanakan pembangunan dibidang itu.

Maka sebab itu, harus dipikirkan pelaksanaan masa peralihan seperti telah didje]askan pada permulaan amanat uti. Masa ini ialah masa sebelum terlaksananja masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila.

2. POKOK-POKOK PERENTJANAAN.

Sudah berulan;-ulnng saja katakan bahwa succes pembangunan dilapangan jang saja sebut diatas tergantumg pada tenaga nanusia

53

dan alat-alat. Pokok utama ialah tenaga manusia jang berwatak pembangun, berani mengambil inisiatip, tidak lekas putus asa,ulet dan gigih untuk mentjapai tudjuannja.

Pokok dari. pembangunan kita ialah pendidikan kader jang dapat dan sanggup melaksanakan projek-projek kita.

Dalam masa peralihan ini harus diperlengkapkan dan dipersiapkan aparatuur negara, jang akan memegang peranan penting dalam pembangunan disegala lapangan. Antara lapangan-lapangan pembangunan, jang urgent harus segera dilaksanakan, ialah lapangan pembangunan dalam bidang industri, keuangan, perekonomian dan dibidang mental.

Kader Pembangunan.

Untuk mendidik kader-kader itu setjara biasa, sebagai dinegerinegeri jang telah madju, tidak mungkin. Datum hal ini sambil melaksanakan pembangunan harus ditempuh djalan-djalan:

A.a.Mempergunakan tenaga-tenaga ahli dan kedjuruan darinegara-negara jang tidak memusuhi Republik Indonesia untuk memberi didikan kepada pemuda-pemuda kita dan tjalon tenaga-tenaga ahli pembangunan kita.

b.Mengadakan sitim pendidikan: „bekerdja sambil beladjar”. Peladjar-peladjar kedjuruan, dalam tingkat klas atas, diwadjibkan bcrpraktek dilapangan-lapangan pekerdjaan bermatjam-matjam menurut kedjuruan jang diambilnja. Misalnja, dipabrik-pabrik, diperkebunan, dilaboratorium dan sebagainja. Sehabis lulus, diharuskan bekerdja pada negara untuk waktu jang ditentukan bekerdja itu dengan menerima upah.

Ditempat-tempat pekerdjaan terutama jang vitaal, bagi buruh-buruh diberi kesempatan untuk menambah pengetahuannja, ditempat itu. Djadi misalnja, disuatu pabrik, diadakan tempat dan waktu bagi pekerdja-pekerdjanja, untuk mengikuti peladjaran, jang mempermahir mereka, mendjalunkan tugasnja. Bagi mereka jang telah lulus, jang baik, dihuruskan mendidik kader-kader lainnja dibawahnja.

54

Dengan tjara ini, maka tenaga-tenaga kedjuruan akan bertambah, dan biaja akan lebih murah. Dalam sistim pengadjaran dari P.P. & K. selekas mungkin diadakan bidang pendidikan jang baru atau sistim pendidikan jang sudah ada disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan. Sekolah sekolah. kedjuruan harus lebih diperbanjak, melebihi. dari sekolah umum. Bagi mereka jang sudah lulus. dari sekolah kedjuruan tingkat bawah, diberi kesempatan untuk melandjutkan kesekolah tingkat menengah: Seterusnja jang dari tingkat menengah, diberi kesempatan untuk melandjutkan ketingkat tinggi. Mengenai kesukaran-kesukaran atau kekurangan-kekurangan para siswa itu dalam beberapa matapeladjaran jang bersifat umum, hendaknja diadakan schakelklas, atau klas perantara (penghubung) dimana peladjarpeladjar itu diberi kesempatan untuk mengedjar kekurang-annja, sehingga mutu peladjarannja, mengenai vak umum, tidak kalah dengan mereka jang dari sekolah umum. Sebagai tjontoh, misalnja, adanja sekolah pertanian tingkat rendah dari (SR.), tingkat menengah (dari S.M.P.) dan tingkat atas (dari S.M.A.). Djika kedjuruan-kedjuruan ini diadakan setjara banjak, mulai dari tingkat bawah, maka kesempatan untuk anak-anak petani dan buruh lebih banjak untuk memasuki sekolah-sekolah kedjuruan. Dan anak-anak petani dan buruh akan lebih balk hasilnja dalam lapangan pertanian dan industri dari pada anak-anak jang selamanja tak pernah berhubungan dengan pengolahan tanah atau industri. Begitu djuga dalam lapangan tehnik dan sebagainja. Tjaratjara ini bisa mengatasi adanja birokrasi jang tidak sehat dalam beberapa lapangan usaha.

Pendidikan setjara masal, mengenai sistim masjarakat a la Indonesia, haruslah sudah ditanamkan mulai sekarang. Ini bisa dimasukkan dalam peladjaran-peladjaran disekolahsekolah, mulai dari sekolah rendah sampai sekolah tinggi. Djuga dimasukkan melalui kursus-kursus, penerangan-penerangan, baik liwat surat kabar, madjalah, maupun liwat R.R.I,seminar-seminar dan sebagainja.

55

Rentjana masjarakat sosialis ala Indonesia tidak akan djadi, bila masjarakat tidak berkesedaran sosialisme.

Disamping itu, perlu diinsjafi, bahwa pelaksanaan kearah itu, membutuhkan ketjakapan, pengalaman dun ketabahan. Soal jang penting, ialuh adanja pelaksana-pelaksana jang tjakap, ahli, berscmangat, sub bekerdja dan selalu mempergunakan ratio-nja dalam bertindak.

Pengusaha•pengusaha nasional.

Dalam masa peralihan ini, pengusaha-pengusaha nasional masih perlu dihidupkan.

Mereka ini bisa mendorong kegiatan dan kegcmbiraan bekerdja, mendorong adanja penemuan-peuemuan baru dilapangan pengusahaan, mendorong tjara•Ijara hekerdja Jung zakelijk.

Lain daripada itu, dimasa peralihan, dimana aparatuur negara masih belum mentjukupi dalam arti djumluh dan nilainja, maka mungkin akan timbul birokrasi-birokrasi jang tiduk sehat, jang dalam hakekatnja menghambat pembangunan dan mcnghambat lantjarnja lalu lintas perusahaan.

Adanja birokrasi jang tiduk sehat itu mcmudahkan timbulnja korupsi, manipulasi dan sebagainja jang merugikan negara dan masjarakat. Maka adanja pengusaha-pengusaha nasional, adalah mendjadi salab satu salurun untuk membentuk ekonomi nasional dengan mentjegah timbulnja birokrasi jang tidak sehat. Pengusaha-pengusaha nasional itu djangnn berkembang mcndjadi kapitalis-kapitalis nasional. Usaha-usaha kearah bcntuk-beutuk koperasi dalam lapangan-lapangan pengusaha nasional ini barus diutamakan. Lambat-laun, mereka akan termasuk kepnda usaba besar jang diadakan dan dikuasai oleh Negara. Untuk meng• hidupkan pengusaha-pengusaha nasional setjara sehat itu, Pemerintali memberikan fasiliteit-fasiliteit Jang wadjar. Bantuanbantuan kepada mereka mesti bersifat mendidik. Bantuan dengan djangka waktu jang terteutu, schingga pada mereka timbul kegiatan untuk berdiri sendiri. parasit negara harus ditjegah.

56

3. Kenjataan-kenjataan.

Haruslah DEPERNAS dalam mendjalankan tugasnja berdiri atas kenjataan-kenjataan, bahwa:

1. kehidupan dan penghidupan rakjat dan negara dibidang perekonomian dan keuangan umumnja sedjak Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, dan chususnja setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia sampai sekarang belum mendapat kemadjuan jang meringankan penderitaan rakjat dan Negara;

2. ketiadaan kestabilan politik akibat sistim free fight liberalism jang berlandaskan kebebasan kepartaian tanpa kendali sangat menjukarkan pembangunan;

3. keadaan perekonomian dan keuangan jang buruk,serta ketidakstabilan politik telah disalah-gunakan oleh reaksi dalam dan luar negeri untuk mengadakan pengatjauan-pengatjauan, pergolakan, bahkan pemberontakan-pemberontakan jang mengantjam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menambah kesengsaraan rakjat;

4. Undang-undang kolonial dalam sektor ekonomi dan keuangan masih berlaku sehingga tidak memberikan kemungkinan setjara luas untuk kemadjuan Rakjat dan Negara;

5. dasar tudjuan hidup bangsa Indonesia dengan Proklamasi ke. merdekaan tahun 1945 ialah menudju kebahagiaan hidup, berupa tertjapainja kemakmuran jang adil dan makmur berdasarkan tindjauan hidup Pantjasila;

6. keadaan ekonomi dan keuangan kita sampai kini belum memuaskan, karena sisa-sisa kolonial, bahaja-bahaja dari paham kapitalisme, baik asing maupun nasional, unsur-unsur dari free fight liberalism dilapangan ekonomi dan keuangan masih berpengaruh;

7. perlu diadakan retooling dan herorientasi, bahkan perobahanperobahan radikal dalam segi politik ekonomi dan keuangan dan dalam perundang-undangan dibidang agraria, jang berbentuk suatu rentjana jang semesta jang mengandung kemungkinan pelaksanaan suatu ekonomi terpimpin;

57

8. perentjanaan, perbaikan dan herorientasi dilapangan ekonomidan keuangan sn'kar terlaksana, djika tidak disertai dengan ke‑mungkinan perobahan-perobahan radikal dalam segi politik

dengan mematikan dem'o'krasi liberal dan penghidnpan demo‑

krasi terpimpin;

9. untuk melaksanakan perbaikan dalam lapangan ekonomi dan keuangan perlu diikut-sertakan dan dikoordinasikan seluruh tenaga rakjat dan pedjabat-pedjabat, baik sipil ataupun militer.

4. Pembcntukan Pola.

Amanat jang menguraikan pembentukan pola diatas dengan umumnja, dapat saja ringkaskan dengan rumusan sebagai berikut.Rentjana pembangunan ekonomi nasional jang mendjadi pusat semesta mempunjai arti sedjarah jang menentukan dasar, sifat serta tudjuan daripada pembangunan itu. Arti sedjarahnja terletak dalam