pendahuluanejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewfile/... · web viewgrafik pola...

13
Vol. 15 No. 1 Tahun 2007 Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin yang Terpapar dalam Makanan Yoghurt as Effective Detoxicant into Formaline Toxicity in Feed Chanif Mahdi, Aulaniam, Widodo MA dan Sumarno S 3 Biomedik program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya email: [email protected] Abstract Background: Formaldehide or formaline is a toxic compound and carsinogenic . Formaline in short term could cause cell and liver culture damage. Yoghurt is one of milk fermentation product that has potency as exogen antioxidant and anti cancer matter, which neutralize free radical oxygen and toxic in body. Yoghurt supplementation is expected to eliminate free radical compound that caused by formaldehyde, prevent oxidative stress and cell destruction and hepar culture. Metode: Fifty mouses were divided into two groups, the first was then divided into 5 sub groups and give formaldehyde with dossages 0 ppm (kontrol) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm and 100 ppm . Second group was received the same dossages and each animal received 2 ml/days yoghurt. Each sub group was replicated three times. Malonyl dialdehide (MDA) was measured as liver destruction parameter and level of culture damage was measured with hematoxylen-eosin (HE). Result: Formaldehyde dossage has highly significant (P< 0,01) increasing MDA production. MDA production (μg/ml) are 5,36; 18,69; 29,49; 35; and 39,46 respectively. Yoghurt supplementation also give highly significant (P< 0,01) in decreasing MDA. The lower formaldehyde the higher MDA production descent, and the value are: 5,16 ; 5,71; 12,13; 16,13; and 20,53 mutual with culture damage from HE test. Keyword: formaldehyde; supplementasion; expose, MDA; Abstrak Latar Belakang: Formaldehid (formalin) merupakan senyawa toksik dan bersifat karsinogen. Pengaruh negatif paparan formaldehid dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan hepar. Yogurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang mempunyai potensi sebagai antioksidan eksogen dan sebagai bahan anti kanker, yang dapat menetralkan senyawa reaktif oxygen radikal bebas serta racun yang masuk dalam tubuh. Suplementasi yogurt diharapkan dapat mengeliminasi senyawa radikal bebas akibat paparan formaldehid, mencegah terjadinya stres oksidatif dan kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan hepar, yang ditandai dengan meningkatnya kembali kandungan antioksidan ( GSH ), dan menurunnya kembali produksi Malonildialdehide (MDA) . 9

Upload: lexuyen

Post on 12-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007 Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin

Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin yang Terpapar dalam Makanan

Yoghurt as Effective Detoxicant into Formaline Toxicity in Feed

Chanif Mahdi, Aulaniam, Widodo MA dan SumarnoS3 Biomedik program Pasca Sarjana Universitas Brawijayaemail: [email protected]

AbstractBackground: Formaldehide or formaline is a toxic compound and carsinogenic . Formaline in short term could cause cell and liver culture damage. Yoghurt is one of milk fermentation product that has potency as exogen antioxidant and anti cancer matter, which neutralize free radical oxygen and toxic in body. Yoghurt supplementation is expected to eliminate free radical compound that caused by formaldehyde, prevent oxidative stress and cell destruction and hepar culture. Metode: Fifty mouses were divided into two groups, the first was then divided into 5 sub groups and give formaldehyde with dossages 0 ppm (kontrol) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm and 100 ppm . Second group was received the same dossages and each animal received 2 ml/days yoghurt. Each sub group was replicated three times. Malonyl dialdehide (MDA) was measured as liver destruction parameter and level of culture damage was measured with hematoxylen-eosin (HE). Result: Formaldehyde dossage has highly significant (P< 0,01) increasing MDA production. MDA production (μg/ml) are 5,36; 18,69; 29,49; 35; and 39,46 respectively. Yoghurt supplementation also give highly significant (P< 0,01) in decreasing MDA. The lower formaldehyde the higher MDA production descent, and the value are: 5,16 ; 5,71; 12,13; 16,13; and 20,53 mutual with culture damage from HE test.

Keyword: formaldehyde; supplementasion; expose, MDA;

AbstrakLatar Belakang: Formaldehid (formalin) merupakan senyawa toksik dan bersifat karsinogen. Pengaruh negatif paparan formaldehid dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan hepar. Yogurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang mempunyai potensi sebagai antioksidan eksogen dan sebagai bahan anti kanker, yang dapat menetralkan senyawa reaktif oxygen radikal bebas serta racun yang masuk dalam tubuh. Suplementasi yogurt diharapkan dapat mengeliminasi senyawa radikal bebas akibat paparan formaldehid, mencegah terjadinya stres oksidatif dan kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan hepar, yang ditandai dengan meningkatnya kembali kandungan antioksidan ( GSH ), dan menurunnya kembali produksi Malonildialdehide (MDA) . Metode: 50 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok I untuk penelitian paparan formaldehid dengan dosis masing- masing adalah 0 ppm (kontrol) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm dan 100 ppm . Kelompok kedua diberi paparan formaldehid dengan dosis yang sama seperti kelompok I dan diberi yogurt 2 ml/hari. (MDA) diukur sebagai parameter kerusakan hepar dan kerusakan jaringan diukur dengan metode pewarnaan hematoxylen-eosin (HE). Hasil: Dosis formaldehid sangat nyata (P< 0,01) meningkatkan produksi MDA. Nilai MDA (μg/ml) sesuai dengan dosis perlakuan berturut- turut: 5,36; 18,69; 29,49; 35; dan 39,46. Suplementasi yogurt sangat nyata (P< 0,01)menurunkan produksi MDA. Makin rendah formaldehid yang diberikan, akan semakin tinggi tingkat penurunan produksi MDA (μg/ml), dengan urutan sebagai berikut: 5,16 ; 5,71; 12,13; 16,13; dan 20,53 sesuai dengan tingkat kerusakan jaringan hasil uji dengan pewarna HE yang dilakukan.

Keyword: formaldehid; suplementasi; paparan; MDA;

PENDAHULUAN

Keberadaan formaldehid dalam dapat menyebabkan menurunnya secara drastis antioksidan dalam tubuh, seperti superoksid

dismutase dan glutathione tereduksi GSH), sebaliknya meningkatkan produksi senyawa reactive oxygen species (ROS) dalam tubuh, yang dapat menyebabkan terjadinya stres oxidatif. Stres oksidatif adalah keadaan yang

9

Page 2: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Mahdi, Jurnal PROTEIN

tidak seimbang antara antioksidan yang ada dalam tubuh dengan produksi ROS. Stres oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi lipid, protein termasuk enzim dan DNA, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif, apabila ini berlanjut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar. Terjadinya reaksi peroksifdasi lemak membrane sel ditandai dengan meningkatnya produksi senyawa malondialdehid (MDA) dalam sel dan jaringan hepar.

Hepar merupakan organ tubuh yang perta mendetoksi racun atau senobiotik yang masuk dalam tubuh. Hepar merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksi, oleh karena itu hepar sangat baik dipakai dalam pengamatan histopatologis ( Smith, 200 ; Hudgson, 2004 ; Plotken et al. 2007).

Ada dua alur detoksikasi oleh hepar, yang pertama dikenal sebagai sistim sitokrom, dimana sel hepar memodifikasi senyawa toksik melalui proses biotransformasi (reaksi oksidasi reduksi, dan hidrolisa) yang bertujuan untuk mengurangi toksisitas racun yang masuk dalam tubuh. Selama proses tahap ini sangat dibutuhkan senyawa antioksidan baik enzimatis maupun non enzimatis. Alur tahap kedua dikenal sebagai tahap konyugasi. Dalam tahap ini sel hepar sangat membutuhkan berbagai protein dan asam amino, serta vitamin dan garam sulfat untuk mengikat racun supaya dapat larut dalam air, sehingga racun dapat dikeluarkan dari tubuh.

Yogurt atau yoghurt merupakan produk susu fermentasi hasil pertumbuhan bakteri Lactic acid bacteria (LAB) atau bakteri asam laktat dalam hal ini adalah golongan bakteri species Lactobacillus bulgaricus, dan bakteri Streptococcus thermophillus, pada susu pasterisasi. Yogurt banyak mengandung berbagai vitamin, terutama vitamin, B, C yang larut dalam air, dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak, dan mengandung berbagai asam amino essensiil, yang berberan sebagai antioksidan dan detoksikan, yang dapat menetralkan senyawa ROS dan radikal bebasGabungan vitamin A, E dan karoten, dapat menghambat dan menetralkan radikal bebas

yang baru terbentuk (Smith, 2003 ; Hudgson, 2004 ; Eltean 2005).

Dinding bakteri asam laktat mengandung senyawa yang berperan sebagai adjuvan, yaitu senyawa peptidoglikan dan muramyl dipeptida (MDP), senyawa ini mampu mendorong sel sel imun , seperti makrofag, sel- sel T dan sel–sel B limfosit memperoduksi berbagai sitokin dan antibodi untuk meningkatkan ketahan tubuh atau sebagai immunomodulator (Maydani and Ha 200 ; Kumar et al., 2003).

Dengan demikian dengan suplementasi yogurt diharapkan dapat mencegah dengan mengeliminasi senyawa ROS dan radikal bebas akibat paparan formaldehid, mencegah terjadinya stres oksidatif dan kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan hepar, yang ditandai dengan meningkatnya kembali kandungan antioksidan (GSH), dan menurunnya kembali produksi MDA .

MATERI DAN METODE

Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di

laboratorium Biokimia jurusan kimia, Laboratorium Biologi molekuler dan sel jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya , serta laboratorium Biomedik, dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Materi PenelitianBahan yang digunakan dalam

penelitian antara lain formalin atau formaldehid, Tikus putih Rattus norwegigus umur 8–10 minggu, dengan berat badan sekitar 100 g, NaCl, KCl, Na2PO4, KH2PO4, TCA, TBA, HCl, aquabidest, Kit GSH , Kit MDA.

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain neraca analitik Mettler AE- 50, Spektrofotometer UV-Vis, vortex Gua Hug, spoit 1 ml, gavage, seperangkat alat gelas, water bath, mikro pipet, mikrotip, tabung mikro eppendorf.

Assay of Glutation colometric detection Kit ( BioVision )

Kit ini dapat menditeksi Glutathion dalam bentuk tereduksi ( GSH ) saja. Dengan

10

Page 3: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007 Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin

cara menghilangkan enzim glutathione reduktase dalam larutan yang diselidiki. Kemempuan menditeksi reasgen kit ini dengan tanpa proses recycling , adalah 100 kali lebih rendah dibanding dengan diteksi total glutathione, dengan satuan konsentrasinya nano g per mikroliter atau μg per ml.

Kit Assay MDA colorimetri detection Kit Prinsip: MDA merupakan produk

sekunder dari lipid peroksidasi, akan bereaksi dengan thiobarbituric acid (TBA)pada suasana asam (pH 2- 3) dan suhu 97- 1000 Cakan memberikan warna pink.

Kerusakan oksidatatif heparDengan metode pewarnaan

hematoxylen- eosin ( HE).

Pengelompokan tikus 50 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok , masing- masing kelompok terdiri dari 25 ekor. 25 ekor kelompok tikus I adalah untuk penelitian paparan formaldehid tanpa suplementasi yogurt yang diberikan dalam feeding diet, dengan dosis masing- masing adalah 0 ppm (control) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm dan 100 ppm sesuai dengan sub kelompoknya. Masing- masing sub kelompok terdiri dari 5 ekor sebagai ulangan.

25 ekor ekor kelompok tikus yang kedua adalah untuk penelitian paparan formaldehid dalam feeding diet, dengan dosis yang sama masing- masing adalah o ppm sebagai control , 25 ppm, 50 ppm , 75 ppm dan 100 ppm, dan secara bersamaan tiap harinya diberi minuman yogurt sebanyak 2 ml per hari dengan menggunakan jarum tumpul gavage).

Analisis Data Data kadar GSH dan MDA yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam pola rancangan acak lengkap sederhana, menurut Suntoyo (1990).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Paparan formaldehid dalam makanan tikus ( Rattus norwegicus ) tanpa suplementasi yogurt terhadap kadar MDA hepar jaringan hepar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan tikus (Rattus norwegicus ) tanpa suplementasi yogurt memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap produksi MDA jaringan hepar. Data selengkapnya terdapat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

010203040

Produksi MDA

0ppm

50ppm

100ppm

Konsentrasi formaldehid

Hubungan antara paparan formaldehid dengan produksi MDA

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

Ulangan 4

Ulangan 5

Gambar 1. Grafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt.

Tabel 1. Paparan formaldehid dalam makanan tikus tanpa suplementasi yogurt terhadap kadar MDA jaringan hepar.

PerlakuanMDA

1 2 3 4 5 rataanKontrol 5,31 5,47 5,41 5,29 5,30 5,3625 ppm 18,61 19,05 18,59 18,42 18,76 18,6750 ppm 29,59 29,29 29,25 29,70 29,60 29,4975 ppm 35,26 35,43 35,26 35,27 35,41 35,33

100 ppm 39,63 39,43 39,29 39,51 39,46 39,46

11

Page 4: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Mahdi, Jurnal PROTEIN

Hasil penelitian sebagaimana tertera pada tabel 4 dan gambar 4 menunjukkan bahwa paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt dapat menyebabkan peningkatan secara sangat nyata ( P < 0,01 ) terhadap produksi senyawa malondialdehid (MDA) jaringan hepar.

Hal ini menunjukkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan dapat menimbulkan stress oksidatif, kerusakan oksidatif, dan terjadinya reaksi peroksidasi senyawa biologis yang terdapat pada sel dan jaringan hepar, terutama lemak membrane sel hepar. Makin tinggi dosis paparan formaldehid, akan semakin tinggi potensi kerusakan lemak membran sel , bahkan bisa menimbulakan kerusakan serius, sampai dengan kematian sel, yang ditandai dengan semakin tinggi produksi MDA.

Muller (2006) menyatakan bahwa senyawa radikal bebas , terutama radikal hidroksil (.OH-) dapat menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi asam lemak tidak jenuh pada membrane sel. Reaksi peroksidasi lebih lanjut pada asam- asam lemak tidak jenuh, menghasilkan produk senyawa malondialdehid (MDA).

Peroksidasi lemak adalah bentuk kerusakan oksidatif lemah tidak jenuh (Polyunsaturated fatty acid = PUFA). Inisiasi peroksidasi lemak disebabkan oleh serangan terhadap yang memiliki reaktivitas untuk mengabtraksi atom hydrogen dari suatu gugus metilen (- CH2 -). Asam- asam lemak dengan satu atau tanpa ikatan ganda lebih resisten terhadap serangan PUFA . Ikatan ganda yang ada disampingnya memperlemh energi energi pengiikatan atom hydrogen pada atom karbon, terutama atom karbon yang terdapat gandar pada kedua sisi – CH- (Halliwell and Gutteridge, 1999 ; Suryohudoyo, 2000).

Abstraksi H. dari -CH2 – menyebabkan terbentuknya elektron yang tidak berpasangan pada karbon (-CH2-), karena atom hydrogen hanya mempunyai satu elektron . Pada kondisi aerob, sebagian besar radikal karbon akan

bereaksi dengan O2 akan menhasilkan suatu radikal peroksil, yang dapat mengabstraksi atom H dari molekul lemak yang lain, yaitu rantai samping asam lemak yang berada didekatnya, dan menghasilkan karbon radikal (C-) dengan reaksinya sebagai berikut : ROO.- + . C- + CH → ROOH + . C Radikal karbon yang terbentuk dapat bereaksi dengan O2 untuk membentuk peroksil lain, sehingga reaksi berantai dari peroksidasi lemak dapat berlanjut ( tahap propogasi ). Radikal peroksil berikutnya akan bereaksi dengan atom hydrogen yang diabstraksi akan menghasilkan lemak peroksida (LOOH ).

Peroksidasi lemak merupakan yang palin banyak dipelajari dalam reaksi berantai radikal bebas, dengan malondialdehid (MDA) sebagai produk akhir (Wink and Khresna, 2006).

Paparan formaldehid dalam makanan tikus (Rattus norwegikus) dengan suplementasi yogurt terhadap kadar MDA jaringan hepar. Hasil penelitan paparan formaldehid pada makanan tikus , dengan suplementasi yogurt menunjukkan berpengaruh sangat sangat nyata (P < 0,01) terhadap produksi MDA jaringan hepar, walaupun sudah ada penurunan secara nyata produksi MDA. Data selengkapnya terdapat pada Tabel 2 dan Gambar 2.

0

5

10

15

20

25

produksi MDA

0ppm

25ppm

50ppm

75ppm

100ppm

Konsentrasi formaldehid

Hubungan antara suplementasi yogurt (Terapi) pada paparan formaldehid terhadap

produksi MDA

0 ppm

25 ppm

50 ppm

75 ppm100 ppm

Gambar 2. Grafik pola produksi MDA hasil paparan formaldehid dengan suplementasi yogurt pada jaringan hepar tikus.

12

Page 5: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007 Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin

Tabel 2. Paparan formaldehid dengan suplementasi yogurt terhadap produksi MDA hepar.

PerlakuanMDA

1 2 3 4 5 RatanKontrol 5,13 5,17 5,13 5,19 5,20 5,1625 ppm 5,68 5,67 5,85 5,57 5,76 5,7150 ppm 12,29 12,45 11,87 11,59 12,43 12,1375 ppm 16,56 16,17 16,19 15,87 15,85 16,13100 ppm 20,46 20,27 21,11 20,76 20,05 20.53

Tabel 3. Hasil uji t rataan produksi MDA paparan formaldehid tanpa dan dengan suplementasi yogurt terhadap MDA hepar.

PerlakuanMDA

0 ppm 25 ppm 50 ppm 75 ppm 100 ppm

Paparan5,36 18,69 29,49 35,33 39,46

Suplementasi5,16 5,71 12,13 16,13 20,53

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paparan formaldehid tanpa dan dengan suplementasi yogurt menunjukkan pengaruh yang sangat nyata ( P < 0,01 ) terhadap produksi MDA.

Grafik paparan formaldehid tanpa dan dengan suplemetasi( terapi ) yogurt

terhadap kandungan MDA

01020304050

0ppm

25ppm

50ppm

75ppm

100ppm

Dosis paparan formaldehid

kadu

ngan

MD

A

Toksisitas

Terapi

Gambar 3. Pola produksi MDA Hepar hasil paparan formaldehid tanpa suplementasi yogurt Toksisitas ) dan dengan suplementasi yogurt ( Terapi ).

Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 2 dan 3 dan Gambar 2 dan 3, menunjukkan bahwa perlakuan suplementasi yogurt yang diberikan bersamaan dengan paparan formaldehid dalam makanan tikus, dapat menurunkan produksi MDA jaringan hepar. Hal ini tidak lain karena yogurt sebagai produk fermentasi kaya akan zat- zat nutrisi seperti vitamin dan asam – asam amino yang

berberan sebagai antioksidan dan penyusun antioksidan dalam tubuh, yang dapat mencegah terjadinya stres oksidati dan kerusakan oksidatif, dan reaksi peroksidasi lemak akibat produksi senyawa ROS dan radikal bebas, akibat paparan formaldehid. Yogurrt juga mengandung bakteri gram positif, yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan bakteri Streptococcus thermophillus, yang dinding selnya mengandung senyawa peptidoglikan dan muramyl dipeptida (MDP) yang bersifat sebagi adjuvant, yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sistim pertahan tubuh.

Hal ini sesuai dengan pendapat Smith (2003) ; Hudgson (2004) dan Eltean 2005 , yang menyatakan bahwa yogurt banyak mengandung berbagai vitamin, terutama vitamin B dan C yang bersifat larut dalam air, dan vitamin A, D, dan E yang bersifat larut dalam lemak, yang dapat berperan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan senyawa ROS dan radikal bebas yang bersifat merusak sel dan jaringan hepar.

Gabungan antara vitamin C dan E serta karoten dapat menghambat dan menetralkan ROS dan radikal bebas yang baru terbentuk, sehingga kerusakan sel dapat dicegah, dengan demikian dapat menurunkan produksi MDA (Kumar et al., 2003; Wink and Kresna, 2006 ; Plotkin, 2007).

13

Page 6: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Mahdi, Jurnal PROTEIN

Given and Gulmez (2003) menyatakan bahwa produk susu fermentasi memberikan efek protektif yang lebih baik terhadap senyawa toksik dan karsinogen dibanding denganm vitamin E.

Hasil uji t menunjukkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan tanpa dan dengan suplementasi yogurt menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap kadar MDA jaringan hepar. Paparan formaldehid dalam makanan yang secara bersamaan diberikan suplementasi yogurt, dapat menurunkan produksi MDA jaringan hepar secara nyata.

Dengan demikian terbukti baik secara teoritis dan terapan, bahwa yogurt dapat mencegah terjadinya bstres oksidatif, kerusakan oksidatif dan peroksidasi lemak,khususnya lemak membran sel dan dapat menurunkan produksi MDA

Paparan Formaldehid dalam makanan tikus tanpa dan dengan suplementasi yogurt terhadap histopatologis hepar.

Tikus putih Rattus norwegicus strain wistar jantan diberikan pakan diet yang terpapar formaldehid dengan variasi dosis (0. 25, 50, 75, dan 100 ppm). Ransum makanan diberikan singgle dosis selama satu minggu diberikan per hari selama tujuh hari berturut- turut. Setelah mendapatkan paparan formaldehid selama tujuh hari secara terus menerus, tikus dikorbankan dan diambil organ hatinya, untuk tujuan persiapan pembuatan preparat histopatologis , yang meliputi perendaman dalam PFAS 4 %, embedding dalam parafin block dan pemotongan preparat hepar setebal 4- 5 μM yang sudah dicoated pada objeck glass. Hasil irisan preparat jaringan hepar tikus, selanjutnya dilakukan pewarnaan HE ( Hematoxiylen Eosin ), selanjutnya diamati dibawah mikroskop untuk melihat gambaran kerusakan hepar.

Kontrol

50 ppm 75 ppm

25 ppmKontrol

50 ppm 75 ppm

25 ppm

Gambar 4. Hasil pewarnaan HE pada preparat hepar yang terpapar formalin Pembesaran 400 x .

Gambar 4. menunjukkan perbandingan kondisi kerusakan sel jaringan hepar tikus kontrol ( A ), tikus yang terpapar formalin dengan dosis 25 ppm ( B), 50 ppm ( C ) dan 75 ppm ( D), apabila kita bandingkan jaringan hepar tikus kontrol dengan perlakuan 0 ppm formaldehid, tampak bahwa jaringan heparnya hampir berisi

penuh dengan sel- sel hepar, sedangkan pada tikus yang terpapar formalin terjadi pengurangan sel secara bertingkat, sesuai dengan dengan tingkat dosis paparan formaldehid yang diberikan..

14

A BA

C D

Page 7: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007 Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif Terhadap Toksisitas Formalin

Gambaran PA Terapi HeparGambaran PA Terapi Hepar

Kontrol 25 ppm

50 ppm 75 ppm

Gambar 5. Hasil pewarnaa HE hepar tikus yang memperoleh suplementasi (terapi) yogurt .

Gambar 5. menunjukkan adanya

perbaikan kerusakan sel hepar dengan adanya perlakuan suplementasi ( terapi ) yogurt, pada tikus yang terpapar formalin. Pada gambar 5 menunjukkan bahwa yang effektif terapi hepar dengan suplementasi yogurt, adalah pada hepar tikus yang terpapar 25 ppm. Lebih dari 25 ppm sulit untuk diperbaiki seperti keadaan mendekati kontrol. Dengan demikian dosis paparan formaldehid dalam makanan dianggap sebagai batas ambang atau sebagai batas acceptable daily intake ( ADI ) adalah sekitar 25 ppm kebawah. Hal ini sesuai The International for occupational safety and healt atau NIOSH ( 2002 ) yang menyatakan bahwa formaldehid atau formalin yang brbahaya bagi kesehatan adalah pada kadar 20 ppm.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian maka

dapat disimpulkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan tikus tanpa suplementasi yogurt dapat menurunkan kadar GSH, kadar MDA dan kerusakan jaringan hepar, sesuai dengan dosis yang diberikan, terutama pada dosis 25 ppm paparan formaldehid, karena dapat menaikkan kembali kadar GSH sama dengan kontrol.

Paparan formaldehid dalam makanan tikus dengan suplementasi yogurt, dapat mencegah penurunan secara drastis kadar GSH, dan dapat mencegah produksi MDA secara

berlebihan, dapat memperbaiki kerusakan jaringan hepar, terutama pada dosis 25 ppm, karena dapat menurunkan kembali kadar MDA sama dengan kontrol.

DARTAR PUSTAKA

Brown, J., Khedr, H., Heder, R., Ricl- E C. 1998. Structure dependence of flavonoid interaction with Cu2+ ion; Implication for their antioxidant properties. Biochem J. 320 : 1173- 1178.

Eltean, 2005. The national value of yogurt. Incoperated.Sdn. Bhd. Perak Http://www.eltean.com/yoghurt.html. p. 1- 8.

Davidson, MW., 2005. Moleculer Expression. Cell biology and microscopy. Structure function on cell and viruses. The Florida state university. p. 1-4. Graphics, 2006. Bacterial cell structure. File : //F/bacterial% 20 cell% 20.model html.p.1- 4.

Guven, A., and Gulmez. 2003. The effect of kefir on activities of GSH-pX, GST,CAT GSH and LPO level in carbon tetrachloride induces mice tissue. Guy, J., Prevot, DS., Bascands, JL., 2000. Rapid automatic

15

Page 8: PENDAHULUANejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/viewFile/... · Web viewGrafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan suplementasi yogurt. Tabel 1

Mahdi, Jurnal PROTEIN

analysis of glutathione reductase, peroxidase, and S- transferase activity : Aplacation to cisplotin- inducer toxixity. Clin. Biochem. 23 : 501- 504.

Halliwell,B.,and Guterridge,JMC. 1999. Free radical in biology and medicine. Third edition, Oxford. Oxford university press. P.1-35 ; 246- 350. Hudgson, E. 2004. A teks book of modern toxicology. Third edition. Willey interscine. John Willey & Son Inc. Publication. P. 263- 269.

Kumar, V., Constran,RS.,Robbin, SL. 2003. Robin basic pathology. 7th ed. Arrangement with elsiver inc. New York. USA .p. 3-31 ; 113- 150. Lee, WM.,2003. Drug induced hepatotoxicity. N Engl J Med : 349 ( 5 ) : 474- 484.

Muller, S. 2004. Redox antioxidant system of malaria parasite plasmodium. Microreview Rolecoler microbiology. 53 ( 5 ) : 1291- 1305.

Murray, R. 2005. Five recent abstract on formaldehyde damage to cells. Vitamin E and selenium protect. http://www.health.group. Yahoo.com/group/aspartame,nm. P 10.

Plotken, M. 2007. Detoxification & drainage.http://www.heelusa.com/file/mice/plotken-detox.october.no 29/pdf.

Smith, SA. 2003. The premaire all national liver/ kidney detox. The live tree. Alabama USA. P. 142.

Stait, S., Leake, D. 2005. The effect of ascorbate and dehydroascorbate on the oxidation of low density lipoprotein. Biochem J. 320 : 373- 381.

Suryohudoyo, P. 2000. Ilmu kedokteran molekuler. CV Sugeng Seto. Cetakan pertama, hlm. 31- 43.

Wink , DA and Kreshna, MC. 2006. Redox biology. National Institute of Health National Cancer Institute Raditian- Biology, Branch Maryland. USA p. 1-19.

16