ummu hisyam binti haritsah

16
UMMU HISYAM BINTI HARITSAH A. Biografi Nama : Ummu Hisyam binti Haritsah Nama ibu : Ummu Khalid binti Khalid bin Ya’isy Al- Anshariyah dari suku malik (Masuk Islam dan berbaiat pada Nabi) Nama Ayah : Harisah bin Nu’man dari suku Najar. Nama saudara : Abdullah,Abdurrahman,Saudah,Umrah. (semuanya berbaiat pada Nabi) B. Latar belakang keluarga : Haritsah bin nu’man adalah seorang tokoh sahabat yang masuk islam pada masa-masa awal. Beliau masuk Islam lewat dakwahnya Mushab bin Umair.Dan mengajak seluruh keluarganya serta ibunya untuk masuk Islam.Beliau sangat berbakti pada ibunya.Aisyah menceritakan bahwa Rasullah berabda,”Aku tidur dan bermimpi ada di surga.Aku mendengar suara orang laki-laki membaca Al-Quran.Aku bertanya ,”Siapa orang ini? Para malaikat menjawab, Ini adalah Haritsah bin Nu’man.”Lalu Rasullah berkata pada Aisyah,”Itulah pahala kebajikan ,itulah pahala kebajikan.”Nu’man adalah orang yang paling berbakti

Upload: parlin

Post on 19-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

Wanita dalam Isilam

TRANSCRIPT

Page 1: Ummu Hisyam Binti Haritsah

UMMU HISYAM BINTI HARITSAH

A. Biografi

Nama : Ummu Hisyam binti Haritsah

Nama ibu : Ummu Khalid binti Khalid bin Ya’isy Al-Anshariyah dari

suku malik (Masuk Islam dan berbaiat pada Nabi)

Nama Ayah : Harisah bin Nu’man dari suku Najar.

Nama saudara : Abdullah,Abdurrahman,Saudah,Umrah.(semuanya berbaiat

pada Nabi)

B. Latar belakang keluarga :

Haritsah bin nu’man adalah seorang tokoh sahabat yang masuk islam

pada masa-masa awal. Beliau masuk Islam lewat dakwahnya Mushab bin

Umair.Dan mengajak seluruh keluarganya serta ibunya untuk masuk

Islam.Beliau sangat berbakti pada ibunya.Aisyah menceritakan bahwa

Rasullah berabda,”Aku tidur dan bermimpi ada di surga.Aku mendengar suara

orang laki-laki membaca Al-Quran.Aku bertanya ,”Siapa orang ini? Para

malaikat menjawab, Ini adalah Haritsah bin Nu’man.”Lalu Rasullah berkata

pada Aisyah,”Itulah pahala kebajikan ,itulah pahala kebajikan.”Nu’man

adalah orang yang paling berbakti pada ibunya.Dia selalu menyuapi ibunya

dan selalu mentaati perintahnya.Dan sepanjang usianya pernah melihat

Malaikat Jibril 2 kali. Pada peristiwa Shauran (dalan sosok Dihya) dan perang

hunain. Malaikat Jibril mengabarkan bahwa dia dijamin rizkinya di

surga.Harisah memiliki beberapa rumah yang dekat dengan tempat tinggal

Nabi,Setiap Keluarga Nabi bertambah ,maka dia memberikan satu persatu

rumahnya.Karena rumahnya dekat dengan rumah Nabi, maka keluarga ini

sering mengantar makanan dan membantu keperluanya selain itu keluarga ini

dapat berinteraksi langsung dengan Nabi dalam menimba ilmu Islam.Bahkan

Ummu Hisyam menghafal surah Qaf langsung dari lisan Nabi.

Page 2: Ummu Hisyam Binti Haritsah

C. Keistemewaan :

1. Semangat tinggi dalam mempelajari Islam

Ummu Hisyam sangat besemangat dalam mempelajari Islan.Ia tidak

berputus asa dalam menghafal Al-Quran dan hadits,hingga ia menjadi

Hafidhah dan telah meriwayatkan beberapa hadits Nabi.Rasul telah

bersabda,”Orang yang dikehendaki Allah menjadi baik,pasti akan

dipahamkan ajaran Islam.

Rasul bersabda,”Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari

ilmu,maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.Para malaikat

meletakkan sayapnya sebagai tanda senang kepada orang yang mencari

ilmu.Orang yang mencari ilmu akan dimintakan ampun oleh penduduk

langit dan penduduk bumi sampai ikan-ikan pun ikut beristighfar

untuknya.Keutamaan orang yang berilmu di banding ahli ibadah.Seperti

keutamaan bulan dibanding bintang lainya .

2. Mengikuti sumpah baiat Ridwan

Pada bulan Dzulqa’dah tahun 6 Hijrah. Nabi mengumumkan

berangkat melaksanakan umrah di Makkah.kaum muslimin menyambut

dengan gembira.1500 orang siap berangkat termasuk Ummu

Hisyam.Ketika orang Quraisy mendengar berita ini ,mereka sepakat untuk

menghalangi kaum muslimin.Sesampainya di Makkah ,Nabi mengutus

Usman bin affan untuk berunding,terdengar kabar bahwa Usman terbunuh,

maka kaum muslimin bersatu padu mengambil sumpah setia.Sumpah setia

ini dilakukan Rasul di bawah pohon.Umar bin Khatab memegang tangan

rasul dan Ma’qil bin Yasar memegang ranting pohon untuk memayungi

Rasul.Sumpah setia inilah yang disebut baiat Ridwan.berkaitan dengan

baiat ini.Allah menurunkan firmanya,”Allah benar-benar merindhoi orang-

orang mukmin ketika bersumpah setia kepadamu di bawah sebuah

pohon........(Al-Fath :18).

Page 3: Ummu Hisyam Binti Haritsah

Ummu Hisyam adalah salah seorang wanita yang mengikuti baiat

itu. Dan Rasul bersabda”Tidak akan masuk neraka orang yang bersumpah

setia di bawah pohon”1.

D. Hadist

Al Hafizh Adz Dzahabi berkata: “Belum ditemukan pada wanita bahwa dia

berdusta dalam (meriwayatkan) suatu hadits.”[1] Berkata pula Asy Syaukani:

“Tidak pernah diriwayatkan dari salah seorang ulama bahwa dia menolak

riwayat seorang wanita karena dia wanita. Betapa banyak sunnah yang sampai

kepada umat ini diterima dari salah seorang istri sahabat. Dalam hal ini, belum

seorang pun yang menyangkal, betapa pun rendah pengetahuannya tentang

sunnah.”

Ummu Hisyam binti Haritsah ibn An-Nu’man An-Najjariy Al-Anshariyah

adalah saudara seibu dengan ‘Amrah ibn ‘Abdurrahman. Ia meriwayatkan

Hadits langsung dari Nabi. Adapun yang meriwayatkan Haditsnya adalah

saudarinya: ‘Amrah; Muhammad ibn ‘Abdurrahman ibn Sa’ad ibn Zurarah,

Yahya ibnu ‘Abdullah ibn ‘Abdurrahman ibn Sa’ad ibn Zurarah. Ia masuk

Islam dan mengikuti bai’at al-ridwan. Suaminya bernama ‘Umarah ibn Al-

Hijab ibn Sa’ad ibn Qays.

Ummu Hisyam meriwayatkan 10 Hadits yang terdapat dalam kitab-kitab

berikut ini: Shahih Muslim 3 Hadits; Sunan An-Nasaiy 2 Hadits; Sunan Abî

Dawud 2 Hadits; Musnad Ahmad 3 Hadits.

Hadits Ahmad 26344

ب�ن� ب�ي�ب� خ ع�ن� ع�ب�ة ش ث�ن�ا ال� ق� ر� ع�ف� ج� ب�ن د م� مح� د�ث�ن�ا ح�ع�ن� ع�ن� م� ب�ن� د� م� ح� م ب�ن� الل�ه� ع�ب�د� ع�ن� م�ن� ح� الر� ع�ب�د�

ن� م� إ�ال� ق ظ�ت ف� ح� ا م� ال�ت� ق� الن)ع�م�ان� ب�ن� ار�ث�ة� ح� اب�ن�ة�ي�خ�طب و� و�ه ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه ل�ى ص� الل�ه� ول� س ر� ف�ي

1 Endang, Ummu Hisyam Binti Haritsah (Surga Dan Ridho Allah Diperoleh Pada Peristiwa Baiat Ridwan http://paiendang.blogspot.com/2011/11/ummu-hisyam-binti-haritsah-surga-dan.html

Page 4: Ummu Hisyam Binti Haritsah

الل�ه� ول� س ر� ت�ن)ور و� ن�ا ت�ن)ور و�ك�ان� ال�ت� ق� ع�ة� م ال�ج ي�و�م�د;ا و�اح� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه ل�ى ص�

Aku hafal surat Qaaf langsung dari Rasulullah sewaktu beliau khutbah Jum'at,

dia berkata, Karena kompor kami & kompor Rasulullah itu satu. [HR. Ahmad

No.26344].

Hadits Ahmad 26345

�ن�ا أ ع�ته م� و�س� الل�ه� ع�ب�د ال� ق� ى موس� ب�ن ك�م ال�ح� د�ث�ن�ا ح�ال� ج� الر? ب�ي

� أ ب�ن م�ن� ح� الر� ع�ب�د ث�ن�ا ال� ق� ك�م� ال�ح� م�ن�ام� ه�ش� أم? ع�ن� ة� ر� ع�م� ع�ن� ع�يد� س� ب�ن ي�ى ي�ح� ه ذ�ك�ر� ال� ق�

آن� ر� ال�ق و� ق ذ�ت أ�خ� ا م� ال�ت� ق� الن)ع�م�ان� ب�ن� ث�ة� ار� ح� ب�ن�ت�ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه ل�ى ص� الن�ب�ي? اء� و�ر� م�ن� إ�ال� يد� ال�م�ج�

ب�ح� الص) ف�ي ا ب�ه� ل?ي يص� ك�ان�

Aku tak mengambil QAAF WAL QUR'ANIL MAJIID (surat Qaaf) kecuali di

belakang Nabi , sewaktu beliau membacanya pada saat shalat subuh. [HR.

Ahmad No.26345].

Dari hadits ini dapat ditangkap pengertian, Pertama: “Ada seorang perempuan

setiap hari jumat menghadiri Jum’atan dan selama itu pula mendapati

Rasulullah SAW membaca Al Qur’an surah Qaf dalam khutbah Jumat”.

Inilah satu dalil bahwa perempuan diizinkan mendatangi shalat jum’at di

masjid.

Kedua: “Rasulullah berkhutbah membaca ayat-ayat kitabullah”.

Ketiga: “Isi surah Qaf menekankan keimanan kepada hari akhirat.”

.

Oleh karenanya khutbah yang lalu menekankan surah Qaf, yakni ayat 24-26

dan 45: Allah berfirman: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka

semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan

Page 5: Ummu Hisyam Binti Haritsah

melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah

sembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan

yang sangat”2.

Inilah ayat yang menunjukkan nasib ummat Islam yang kafir (ingkar) kepada

ajaran agamanya, menentang praktek Islam, keras kepala, menolak usaha

mengamalkan Islam, ragu-ragu terhadap Islam, akhirnya menjadi musyrik

karena memilih aturan lain selain Islam.

Karenanya Allah dan Rasul-Nya memperingatkan dengan surah Qaf

selanjutnya yaitu ayat 45: Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka

katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka.

Maka berilah peringatan dengan Al Qur’an orang yang takut kepada ancaman-

Ku.

Surat ini merupakan surat pertama dari kelompok surat mufashshal

(terpotong-potong/ terperinci). Ada juga yang berpendapat bahwa surat

tersebut termasuk surat al-Hujuraat. Imam Ahmad meriwayatkan dari

‘Abdullah bin ‘Abdillah, bahwa ‘Umar bin al-Khaththab pernah bertanya

kepada Abu Waqid al-Laitsi mengenai apa yang dibaca Rasulullah saw. pada

shalat ‘Ied. Ia menjawab: “Yaitu surat Qaaf dan surat Iqtarabatissaa’ah.”

Demikian yang diriwayatkan oleh Muslim dan para penulis kitab as-Sunan

yang empat (Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah) dari hadits

Malik.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummu Hisyam binti Hatitsah, ia bercerita:

“Sesungguhnya kami dan Nabi saw. telah mendapat cahaya dari satu surat

selama dua tahun, atau satu tahun setengah. Dan aku tidak mendapatkan surat

‘Qaaf wal qur-aanil majiid’ melainkan dari lisan Rasulullah saw.. Beliau

senantiasa membacanya setiap hari Jum’at di atas mimbar jika menyampaikan

2 Muslim, Kitab: Jum’at, Bab: Menyederhanakan shalat dan khotbah, jilid 3, hlm. 13

Page 6: Ummu Hisyam Binti Haritsah

khutbah kepada orang-orang.” Demikian yang diriwayatkan oleh Muslim dari

hadits Ibnu Ishaq; an-Nasa-i, dan Ibnu Majah dari hadits Syu’bah.

Maksudnya, Rasulullah saw. senantiasa membacakan surat ini dalam

pertemuan-pertemuan besar, misalnya pada hari Raya dan hari Jum’at.

Karena surat ini mencakup tentang penciptaan pertama, kebangkitan,

pengumpulan, pengembalian, kiamat, hisab, surga, neraka, siksaan, targhib,

dan tarhib. WallaaHu a’lam.

“1. Qaaf[1] demi Al Quran yang sangat mulia. 2. (mereka tidak menerimanya)

bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang

pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, Maka berkatalah orang-

orang kafir :”Ini adalah suatu yang Amat ajaib”. 3. Apakah Kami setelah mati

dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi) ?, itu adalah suatu

pengembalian yang tidak mungkin. 4. Sesungguhnya Kami telah mengetahui

apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi

Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). 5. sebenarnya, mereka telah

mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, Maka

mereka berada dalam Keadaan kacau balau.” (Qaaf: 1-5)

[1] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-

surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad

dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya

kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada

pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang

memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa

huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar

supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al

Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-

huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari

Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah

mereka buat semacam Al Quran itu.

Page 7: Ummu Hisyam Binti Haritsah

“Qaaf” termasuk salah satu huruf Hijaiyyah yang disebutkan pada permulaan

beberapa surat, seperti firman Allah Ta’ala: Thaa siin, haa miim, alif laam

miim, nuun, shaad, dan lain sebagainya. Demikian yang dikemukakan oleh

Mujahid dan ulama lainnya.

Firman-Nya: wal qur-aanil majiid (“Demi Al-Qur’an yang sangat mulia”)

yakni yang sangat terhormat lagi agung. Yang menjadi jawaban adalah

kandungan firman yang tercantum setelah sumpah, yaitu penetapan tentang

kenabian, hari kiamat, pengukuhan dan penegasannya. Meskipun sumpah di

dalam ayat ini tidak memiliki jawaban yang tegas, namun hal ini banyak

terdapat di dalam sumpah-sumpah yang terdapat di dalam al-Qur’an.

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dalam firman Allah Ta’ala:

Shaad, wal qur-aani dzidzikr. Balil ladziina kafaruu fii ‘izzatiw wa syiqaaq

(“Shaad. Demi Al-Qur’an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-

orang kafir itu berada dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.”)

(Shaad: 1-2)

Demikian pula Allah berfirman disini yang artinya: “Qaaf, demi Al Quran

yang sangat mulia. (mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang

karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari

(kalangan) mereka sendiri, Maka berkatalah orang-orang kafir :”Ini adalah

suatu yang Amat ajaib”. Maksudnya mereka benar-benar merasa heran atas

diutusnya seorang Rasul kepada mereka dari kalangan manusia. Padahal yang

demikian itu sesungguhnya bukan suatu hal yang mengherankan. Karena

Allah telah memilih utusan dari kalangan malaikat dan juga dari kalangan

manusia.

Selanjutnya Allah berfirman seraya memberitahukan pula tentang keheranan

mereka terhadap hari pengembalian dan keingkaran mereka terhadap

kejadiannya: a idzaa mitnaa wa kunnaa turaaban dzaalika raj’um ba’iid

Page 8: Ummu Hisyam Binti Haritsah

(“Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah [akan kembali lagi]?

Yang demikian itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.”) artinya,

mereka berkata: “Apakah jika kami sudah mati, hancur luluh, terputus-putus,

dan menjadi tanah, [bagaimana mungkin] kami ini akan dikembalikan lagi

setelah itu seperti keadaan yang ada sesuai dengan susunannya?” dzaalika

raj’um ba’iid (“Yang demikian itu adalah suatu pengembalian yang tidak

mungkin.”) maksudnya, sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Dan sebagai bantahan terhadap mereka, Allah Ta’ala berfirman: qad ‘alimnaa

maa tangqushul ardlu minHum (“Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa

yang telah dihancurkan oleh bumi dari [tubuh-tubuh] mereka.”) maksudnya,

tubuh-tubuh mereka yang telah dihancurkan oleh bumi, Kami [Allah]

mengetahuinya. Tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dari Kami, dimana

bagian tubuh-tubuh mereka itu berceceran, kemana dan dimana semuanya itu

berada. Wa ‘indanaa kitaabun hafiidz (“Dan pada sisi Kami pun ada kitab

yang memelihara [mencatat].”) yakni, yang menjaga hal tersebut. Jadi, ilmu

dan kitab-Nya itu sangat sempurna mencakup segala sesuatu secara

terperinci.

Al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman Allah Ta’ala: qad

‘alimnaa maa tangqushul ardlu minHum (“Sesungguhnya Kami telah

mengetahui apa yang telah dihancurkan oleh bumi dari [tubuh-tubuh]

mereka.”) yakni daging, kulit, tulang dan rambut mereka yang telah

dihancurkan oleh bumi. Hal yang sama juga disampaikan oleh Mujahid,

Qatadah, adl-Dlahhak, dan lain-lain.

Selanjutnya Allah menjelaskan sebab kekufuran, keingkaran, dan penolakan

mereka terhadap apa yang sesungguhnya bukan sesuatu yang mustahil,

dimana Dia berfirman: bal kadzdzabuu bil haqqi lammaa jaa-aHum fa Hum

fii amrim mariij (“Sebenarnya mereka telah mendustakan kebenaran, tatkala

kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan

Page 9: Ummu Hisyam Binti Haritsah

kacau balau.”) demikianlah keadaan setiap orang yang keluar dari kebenaran.

Apa pun yang ia katakan setelah itu, maka semuanya adalah kebathilan3.

ebuah ayat yang menarik sekali untuk dikaji yang berisi pelajaran agar kita

pintar-pintar menjaga lisan. Ayat tersebut terdapat dalam surat Qaaf tepatnya

ayat 18.

Allah Ta’ala berfirman,

�يد� ع�ت ق�يب� ر� �ه� �د�ي ل �ال� إ ق�و�ل� م�ن� �ف�ظ� �ل ي م�ا

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya

Malaikat Pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)

Ucapan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah yang diucapkan oleh

manusia, keturunan Adam. Ucapan tersebut dicatat oleh malaikat yang

sifatnya roqib dan ‘atid yaitu senantiasa dekat dan tidak pernah lepas dari

seorang hamba. Malaikat tersebut tidak akan membiarkan satu kalimat dan

satu gerakan melainkan ia akan mencatatnya. Hal ini sebagaimana firman

Allah Ta’ala,

Tentang masalah ini para ulama ada dua pendapat. Ada ulama yang

mengatakan bahwa yang dicatat hanyalah yang bernilai pahala dan dosa.

Namun jika kita melihat dari tekstual ayat, yang dimaksud ucapan dalam ayat

tersebut adalah ucapan apa saja, sampai-sampai ucapan yang mubah

sekalipun. Akan tetapi, untuk masalah manakah yang kena hukuman, tentu

saja amalan yang dinilai berpahala dan dinilai dosa.

Sebagian ulama yang berpendapat bahwa semua ucapan yang bernilai netral

(tidak bernilai pahala atau dosa) akan masuk dalam lembaran catatan amalan,

sampai-sampai punya sikap yang cukup hati-hati dengan lisannya. Cobalah

kita saksikan bagaimana kisah dari Imam Ahmad ketika beliau merintih sakit.

Imam Ahmad pernah didatangi oleh seseorang dan beliau dalam keadaan

sakit. Kemudian beliau merintih kala itu. Lalu ada yang berkata kepadanya

(yaitu Thowus, seorang tabi’in yang terkenal), “Sesungguhnya rintihan sakit

3 Tafsir Ibnu Katsir Surah Qaaf

Page 10: Ummu Hisyam Binti Haritsah

juga dicatat (oleh malaikat).” Setelah mendengar nasehat itu, Imam Ahmad

langsung diam, dan beliau tidak merintih lagi. Beliau takut jika merintih sakit,

rintihannya tersebut akan dicatat oleh malaikat.

Coba bayangkan bahwa perbuatan yang asalnya wajar-wajar saja ketika sakit,

Imam Ahmad pun tidak ingin melakukannya karena beliau takut perbuatannya

tadi walaupun dirasa ringan masuk dalam catatan malaikat. Oleh karena itu,

beliau rahimahullah pun menahan lisannya. Barangkali saja rintihan tersebut

dicatat dan malah dinilai sebagai dosa nantinya. Barangkali rintihan tersebut

ada karena bentuk tidak sabar.

Mari berdzikir dengan Al Qur’an karena Qur’an memang adz-dzikra. Dan

khutbah yang lalu sudah pula kita peringatkan dengan surah Ali Imran ayat 7,

dimana orang-orang yang sesat dari ummat Islam ini adalah mereka yang

gandrung, hobi dan sangat senang dengan ayat-ayat sub-hat yang multi tafsir:

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat

muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain mutasyaabihaat.

Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka

mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah

dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui

takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya

berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi

Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang

yang berakal.