tugas power sim2

Upload: merza-rahma-wati

Post on 14-Jul-2015

148 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MODEL SIMULASI POPULASI SPESIES HARIMAU SUMATRA (PANTHERA TIGRIS SUMATRAE) Di TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Tugas Mata Kuliah Permodelan Dosen : Ibu Yulianti

Disusun Oleh: Leni Setyaningsih

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

1. PENDAHULUAN Populasi Harimau Sumatra di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBSS) masuk kedalam tahap kritis (critically endangered). Menurut IUCN, tahap kritis ini berarti menghadapi resiko kepunahan dalam waktu dekat. Harimau Sumatra termasuk kedalam kelompok kerajaan Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Mammalia, Ordo : Carnivora, Famili : Felidae, Genus: Panthera, Spesies : P. tigris, Upas Spesies : P. sumatrae. Badak jawa atau javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai 1,5 ton, berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh wilayah gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn. Tangkuban Perahu dan gunun Ciremei. Nama sebutan Badak Jawa agaknya kurang tepat karena distribusi alaminya, sejauh yang bisa dipastikan, pernah mencapai kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh sampai Vietnam serta ke sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak pertama berasal dari spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi aslinya secara menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena pada suatu waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak Jawa ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis dan badak India/bercula satu Rhinoceros unicornis. Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg. Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka

mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan. Harimau Sumatra mengalami ancaman akan kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dimana seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia Kepunahan spesies merupakan hal serius yang mengancam tingkat keanekaragaman hayati. Hilangnya satu spesies penting dalam satu ekosistem akan berpengaruh bagi spesies yang lain. Jika kepunahan spesies merupakan spesies kunci dalam suatu ekosistem maka akan menimbulkan efek domino bagi spesies lain. Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat berkembang biak dan membentuk generasi. Suatu spesies juga disebut fungsional punah bila beberapa anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak, misalnya karena sudah tua, atau hanya ada satu jenis kelamin. Di dalam ilmu ekologi, istilah kepunahan dipakai untuk kepunahan disuatu studi area. Namun demikian, spesies ini masih bisa ditemukan di tempat lain. Contohnya kepunahan harimau Jawa yang diprediksi punah pada tahun 1980an dalam ilmu ekologi akan dinyatakan punah bila harimau itu tidak ditemukan lagi di pulau Jawa. Tapi ada kemungkinan harimau Jawa masih terdeteksi hidup dalam koleksi individu atau perorangan.

2. INDENTIFIKASI SYSTEM

Identifikasi sistem dilakukan untuk mengetahui komponen- komponen yang terlibat di dalam sistem yang akan dikaji (Muh. Farid Samawi, 2007). Menurut Prihastomo, identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang di kaji dalam bentuk diagram antara komponen masukan (input) dengan sistem lingkungan di mana sistem ini menghasilkan suatu keluaran (output) baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, Indentifikasi merupakan salah satu tahapan dalam aplikasi pendekatan system yang menghubungkan berbagai kepentingan dengan permasalahan sebagai mata rantai antara input yang masuk dan input yang keluar. 3. PERMODELAN Membangun model dilakukan bertujuan melihat perilaku system dalam membantu mensimulasi kepunahan spesies Harimau Sumatra perencanaan strategi pengendalian penduduk. Model bersandar pada hasil pendekatan kotak gelap dan kondisi faktual hasil studi yang dikombinasikan dengan konsep teoritis dari berbagai kepustakaan. Simulasi adalah program (software) komputer yang berfungsi untuk menirukan perilaku sistem nyata (realitas) tertentu. Tujuan simulasi antara lain untuk pelatihan (training), studi perilaku sistem (behaviour) dan hiburan / permainan (game).

SIMBOL

DEFINISI LEVEL merupakan variable dalam memori yang mengakumulasi jumlah masukan dan keluaran dalam system AUXILIARY akan meneriima, menghitung,dan kemudian menyampaikan sejumlah informasi mengenai perubahan variabel pada setiap step waktu CONSTANT merupakan sebuah nilai tetap yang tidak berubah sepanjang waktu

FLOW RATE VARIABLE merupakan variabel yang menghubungkan antara aliran data yang masuk dan aliran data yang keluar FLOW merupakan aliran

TABEL Merupakan tempat untuk datadata perhitungan

GRAFIK merupakan tempat untuk mengilustrasikan masalah

Selanjutnya dibangun menggunakan program Powersim ver 1.3. untuk membuat simulasi pemodelan untuk meramalkan kepunahan Harimau Sumatra. Jika diasumsikan jumlah pakan berkurang 5 % tiap tahun dan keterbatasan lahan untuk jelajah Harimau Sumatara berkurang tiap tahun sebesar 10 %. Pertambahan Harimau Sumatra juga mengikuti suatu fungsi dari kelahiran, kematian dan emigrasi. Harimau Sumatara pada suatu waktu (PHM) (Ekor) ditentukan oleh populasi saat ini (PHMo) (ekor), jumlah kelahiran (KEL) (%), jumlah kematian (KEM) (%). a. Causal Loop

Gambar 1. Diagram Simpal kausal bagi Dinamika Populasi Harimau Sumatra

F e tilita s _ B D K _b La jua P e rtu m b u h a_ P o pu la s i_ N et to e tin _ M a s a_ H id u p _ B D K _ ra ta _ rat a

P o pu la s i L a ju_ K e la h ira n L a ju _ K em a tia n p e rb u ru a n

K e p a d a t an _ p o p u la s i P op u la s i_B a da k _ B e tin a R a s io _ J e n is _ K e lam in

L u as _ la h an

K ela n g s u ng a n _ H id u p _a n a k _B a d ak

Gambar 2. Diagram Dinamo Alir Dinamika Populasi Harimau Sumatra Persamaan powersim: Init Doc Unit Aux Doc Unit Aux Doc Unit Aux Doc Unit Populasi Harimau Sumatra = 15 Populasi Harimau Sumatra = jumlah harimau pada tahun 0 Populasi Harimau Sumatra = ekor laju Kelahiran = Kelangsungan hidup Harimau* harimau*fertilitas harimau betina Laju Kelahiran = Jumlah Harimau yang lahir setiap tahun Laju Kelahiran = ekor/bulan Laju Kematian = Populasi Harimau /Masa Hidup Harimau rata-rata Laju Kematia = Jumlah harimau yang mati setiap tahunnya Laju Kematian = ekor/tahun Kepadatan populasi = Populasi Harimau/luas lahan Kepadatan populasi = Jumlah harimau per satuan luas Kepadatan populasi = ekor/kilometer Flow Populasi Harimau Sumatra = -dt*laju kematian+dt*laju kelahiran

Aux Doc Unit Aux Doc Unit Aux Doc Unit Const Doc Unit Const Doc Unit Const Doc Unit Spec Spec Spec Spec

Laju Pertumbuhan Populasi Netto = Laju Kelahiran-Laju Kematian Laju Pertumuhan Populasi Netto = Jumlah Harimau yang bertambah setiap tahun Laju Pertumbuhan Populasi Netto= ekor/tahun Populasi Harimau betina = Populai Harimau*rasio jenis kelamin Populasi Harimau betina = Jumlah Harimau yang lahir setiap100 ekor per tahun Populasi tikus betina =ekor Fertilitas Harimau Betina = 0,4 fertilitas Harimau Betina = jumlah harimau betina yang lahir setiap 100 ekor setiap tahun Fertilitas harimau Betina = fraksi/bulan Luas lahan = 11000 Luas lahan = luas lahan dimana harimau Sumatra hidup dan berkembang biak Luas lahan = hektar Masa Hidup Harimau rata-rata = 30 tahun Masa Hidup Harimau rata-rata = umur rata-rata Harimau Hidup Masa Hidup Harimau rata-rata = tahun Rasio Jenis Kelamin = 0.5 Rasio Jenis Kelamin = Nisbah antara Harimau betina dan Harimau Jantan Rasio Jenis Kelamin = tidak bersatuan star = 0.0 stop = 15 dt = 1.0 method = euler (fixed step)

Analisis Dimensi Laju Kelahiran = Pengali Kelangsungan Hidup anak Harimau*populasi Harimau*fertilitas Harimau Betina Ekor/tahun = Pengali Kelangsungan HIdup anak Harimau*ekor*fraksi/tahun Pengali Kelangsungan Hidup = tidak bersatuan

b. Simulasi

Time 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Populasi Laju_Kelahiran Laju_Kematian 15,00 1,88 2,50 14,38 1,80 2,48 13,69 1,71 2,46 12,95 1,62 2,43 12,13 1,52 2,40 11,25 1,41 2,37 10,28 1,28 2,34 9,22 1,15 2,31 8,07 1,01 2,27 6,80 0,851 2,23 5,43 0,679 2,18 3,93 0,491 2,13 2,29 0,286 2,08 0,496 0,062 2,02 -1,46 -0,182 1,95 -3,59 -0,449 1,88 =? =? =?

Tabel 1. Model simulasi Harimau Sumatra pada tahun awal sampai tahun ke15

20

15 1

10

1

1 2 3

Populasi Laju_Kelahiran Laju_Kematian

5 2 0 0 5 3 2 3

1 3 2 10 15

3

Tahun

Grafik 1. Grafik yang menggambarkan penurunan populasi Harimau Sumatra pada tahun ke 0 sampai tahun ke 13

4. PEMBAHASAN Pada tahap simulasi ini, pertumbuhan Harimau Sumatra terus menerus turun karena laju kematian yang sangat tinggi. Kematian ini dipengaruhi oleh maraknya perburan yang dilakukan oleh manusia karena nilai eksotis harimau sebagai salahsatu spesies yang langka sangat diminati oleh manusia. Laju kelahiran yang rendah dimungkinkan habitat yang tidak memungkinkan lagi untuk tempat berkembang biak karena introduksi manusia kedalam taman nasional sudah sangat tinggi. Populasi ini terus menerus turun setiap tahun sampai tahun ke 12 diperkirakan masih ada 2 ekor. Kemungkinan Harimau Sumatra yang tinggal 2 ekor ini tidak dapat berkembang biak dimungkinkan karena keduanya betina ataupun kondisi lainnya sehingga pada tahun ke 13 bisa kita lihat tidak ada populasi Harimau Sumatra lagi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dalam model simulasi diatas dapat kita lihat bahwa dengan laju kematian tingi dan laju kelahiran yang rendah, maka ancaman kepuanahan bagi

spesies Harimau Sumatra ini. Tindakan konservasi hendaknya segera dilakukan karena keberadaan Harimau Sumatra ini sangat penting dalam ekosistem di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai konsumen yang pada akhirnya menjadi salah satu factor menuju keseimbangan alam.5. KESIMPULAN DAN SARAN

Model simulasi diatas menggambarkan jika populasi Harimau Sumatra yang sudah semakin kritis dibiarkan begitu saja maka kepunahan spesies kritis ini akan benar-benar terjadi. Sumber pakan harus tersedia di habitatnya dan introduksi manusia di habitatnya diminimalkan sehingga Harimau ini mempunyai daya jelajah yang cukup dan memungkinkannya untuk tumbuh dan berkembangbiak. Peraturan dari pemerintah sebaiknya lebih dipertegas bahwa siapapun yang memperdagangkan Harimau ini dapat dikenakan penjara seumur hidup sehingga para pemburu menjadi jera. Hewan yang sangat eksotik sebaiknya dilindungi dengan sepreventif mungkin untuk menjaga keanekaragaman hayati yang kita miliki sehingga generasi mendatang dapat menikmatinya. 6. DAFTAR PUSTAKA Farid Samawi, M. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai Kota. Jurnal Sains & Teknologi, April 2007, Vol. 7 No. 1 : 1-12 Sutanto dan Juliswanto, Ripno. Implentasi simulasi kkomputer dalam perencanaan masalah kependudukan. Muhammadi, Erman Aminullah, Budhi Soesilo, 2001. Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta. UMJ Press.