tradisi mistis ketika gerhana bulan

Upload: abdul-rahim

Post on 01-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Tradisi Mistis Ketika Gerhana Bulan

    1/4

    Kepangan Ulan

    Malam itu sepulang dari Mushalla yang jaraknya sekitar 30 meter dari rumah, suasana

    tampak gelap walaupun penerangan listrik di tiap rumah tetangga sudah menyala, ketika

    mendongak ke langit kulihat bulan seperti ditutupi bayangan berbentuk bulat yang menghalangi

    sinarnya untuk menerangi bumi. Iya, gerhana bulan sedang terjadi malam itu, anak-anak yang

    baru pulang dari Mushalla pun menjadi heboh dengan fenomena tersebut. Seketika suasana yang

    tadinya lengang menjadi hiruk-pikuk, tetangga yang tadinya berada di dalam rumah banyak yang

    berhamburan keluar untuk melihat kejadian tersebut, ada yang membawa baskom aluminium,

    ada yang membawa panci, ada juga yang membawa piring aluminium dan sendok makan lalu

    memukul-mukul benda yang dibawa tersebut membuat suasana semakin hiruk-pikuk.

    Dalam tradisi orang Sasak (Lombok Timur, Lengkok Kec. Wanasaba) ketika terjadi

    gerhana bulan (kepangan ulan, Bahasa Sasak) mereka dianjurkan untuk memukul-mukul benda

    yang terbuat dari aluminium, seng, atau besi yang sekiranya menghasilkan suara nyaring ketika

    dipukul untuk menghindari datangnya makhluk halus (jin) yang sering menyembunyikan anak

    kecil ketika terjadi gerhana bulan. Selain itu pada waktu gerhana bulan juga dipercaya sebagai

    waktu ketika leaq(Tuselaq, orang yang mempunyai ilmu hitam) untuk berkumpul mengadakan

    pertemuan dengan merencanakan sesuatu yang bisa membuat semakin tinggi ilmu mereka,

    misalnya mencari bayi yang belum genap sebulan, mendatangi tempat ada orang meninggal, atau

    mendatangi tempat yang ada orang sakit parah. Seperti yang diceritakan oleh orang-orang tua

    kami dahulu yang sering melihat leaqketika sedang mengairi sawah mereka, pertemuan mereka

    biasanya dilakukan di jalur pertemuan dua arah aliran air, misalnya aliran air yang dari barat dan

    aliran air yang dari timur bertemu di satu titik, titik itulah yang menjadi tempat pertemuan para

    leaqketika terjadi gerhana bulan.

    Tak jarang ketika terjadi gerhana bulan banyak orang-orang yang penasaran dengan

    kebenaran adanya leaq ini diam-diam mendatangi titik pertemuan dua aliran air untukmembuktikannya. Seperti yang dilakukan teman-teman pemuda ketika terjadi gerhana bulan

    waktu itu, mereka sengaja mendatangi titik pertemuan dua aliran air yang ada di bawah jembatan

    jalur menuju Pringgabaya dan Pohgading. Mereka bersembunyi di bawah pohon sengon sebagai

    peneduh jalan dan tameng pembatas di jembatan tersebut, mereka menceritakan ada sekitar 30

    orang yag tiba-tiba saja sudah berada di bawah jembatan itu langsung menceburkan diri ke dalam

  • 7/26/2019 Tradisi Mistis Ketika Gerhana Bulan

    2/4

    air di suasana gelap tersebut. Beruntung gerhana bulan waktu bisa dikatakan berlangsung cukup

    lama, tidak seperti biasanya, akan tetapi yang mereka lihat seperti bayangan samar-samar dengan

    rambut rata-rata panjang tak terurus dan gondrong mekar (bahasa Sasaknya kambe). Lalu orang-

    orang yang mandi tersebut dikatakan langsung saja menghilang dalam sekejap padahal bulan

    masih belum menampakkan cahanya, ternyata dari kejauhan dilihat ada seseorang yang

    menyalakan senter menyorot ke arah tempat orang-orang yang mandi tadi. Orang yang

    menyalakan senter tersebut juga membawa kail, rupanya dia sedang memancing ikan di aliran

    sungai tersebut, leaqdikatakan juga mempunyai penciuman yang tajam terhadap orang lain yang

    bukan sebangsanya, jadi ketika mereka mencium bau manusia selain mereka, sekejap saja

    mereka langsung hilang takut untuk diketahui identitas mereka.

    Di sisi lain, di rumah-rumah warga yang ada orang hamil, mereka beramai-ramai

    mendatangi kandang kambing atau kandang sapi untuk mandi ketika terjadi gerhana bulan.

    Persepsi mereka yang didapat dari tradisi turun-temurun, ketika terjadi gerhana bulan supaya

    anak yang dikandung tidak sumbing (bahasa Sasaknya sebit) atau mempunyai kelainan yang

    tidak diinginkan, mereka diminta untuk mandi di kandang hewan piaraan untuk menghindari hal

    tersebut. Di zaman modern seperti sekarang ini masih saja ada yang mempunyai pemikiran

    seperti ini, padahal jelas-jelas dalam masyarakat Sasak masih kental tradisi Agama, masih saja

    membiarkan tradisi-tradisi seperti itu. Tetangga samping rumah saya pun begitu, ketika

    kumencoba menjelaskan sikap mereka mempercayai takhayul semacam itu, mereka hanya

    mengelak dengan mengatakan mengikuti saran orang-orang tua dengan tetap meniatkan berdoa

    kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan keturunan yang baik dan tidak cacat. Lalu kenapa

    mesti di kandang kambing, padahal masih banyak tempat-tempat yang lebih baik tempat mandi

    yang diniatkan ketika terjadi gerhana bulan. Mereka mengatakan supaya hewan peliharaan

    tersebut juga mendapatkan keberkahan semakin berkembang biak yang menguntungkan

    peternak.

    Dalam ilmu sains gerhana bulan mungkin hanya fenomena alam biasa, namun dalam Islam

    pada kejadian tersebut ada keberkahan tersembunyi yang tidak banyak kita yang mengetahui,

    memang ketika terjadi gerhana bulan kita dianjurkan untuk mandi dan menghadiri shalat gerhana

    bulan (khusuf) secara berjamaah. Selain itu ketika terjadi gerhana bulan juga banyak hal-hal

    mistis menurut kepercayaan orang Sasak, spektrum warna gelap karena cahaya bulan yang

  • 7/26/2019 Tradisi Mistis Ketika Gerhana Bulan

    3/4

    terhalang ke bumi dipercaya merupakan waktunya jin-jin yang berkumpul di tempat

    persembunyiannya mulai berkeliaran di sekitar kita, maka tak jarang banyak yang menceritakan

    ketika terjadi gerhana bulan ada saja yang melihat makhluk-makhluk halus yang menampakkan

    diri dalam bentuk yang buruk-buruk, misalnya dalam bentuk makhluk yang panjang kakinya

    terlihat seperti bayangan, ada juga yang melihat beboro (wewe gombel, Bahasa Indonesia)

    makhluk yang berukuran besar yang katanya sering menyembunyikan anak kecil di payudaranya,

    ada juga yang bercerita pernah melihat kambing tanpa kulit/yang sudah dikelupasi sedang

    berkeliaran ketika terjadi gerhana bulan.

    Semua hal mistis tersebut kadang tidak masuk akal, namun dalam kearifan lokal orang

    Sasak itu menjadi cerita turun-temurun pengantar tidur yang cukup seru agar kami cepat terlelap.

    Seiring bergantinya zaman, anak-anak kecil sekarang bahkan melihat di layar Televisi hal yang

    lebih parah lagi, ada manusia serigala yang sewaktu-waktu bisa berubah dengan taring yang

    mencolok sementara di kehidupan biasanya tampak kehidupan glamour mereka jalani, baru

    menginjak SMA sudah membawa mobil ke sekolah, mencerminkan Hedonisme mereka. Ada

    pula manusia harimau yang sakti mempunyai kekuatan yang suka menolong orang. Dalam

    kearifan lokal masyarakat kita di Indonesia, lebih-lebih masyarakat Sasak yang jauh tinggal di

    pedalaman, cerita-cerita manusia seperti itu tidak pernah kami temui, yang ada hanyalah cerita-

    cerita orang sakti yang kebal terhadap peluru maupun senjata tajam yang mempunyai jimat yang

    ditelan di dalam perut mereka, bahkan ada juga yang diceritakan terlindas mobil Tank Jepang

    namun tak bergeming juga.

    Dalam tradisi kepercayaan masyarakat dahulu yang masih sering menuntut ilmu

    kebathinan, pada waktu gerhana bulan inilah waktu yang tepat untuk semakin menyempurnakan

    ilmu mereka. Bahkan menurut orang yang pernah menuntut ilmu kebathinan seperti itu, pada

    waktu gerhana bulan dia diminta untuk tidur semalaman di kuburan orang yang baru meninggal

    siang harinya atau di kuburan orang meninggal yang tidak lebih dari 3 hari setelah dikuburkan.

    Kadang mereka harus pergi jauh mencari kuburan yang dimaksud jika tidak terdapat di kuburan-

    kuburan sekitar tempat tinggalnya atau kuburan di kampung tetangga.

  • 7/26/2019 Tradisi Mistis Ketika Gerhana Bulan

    4/4

    Sampai sekarang pun ketika terjadi gerhana bulan gaung-gaung cerita mistik masih tetap

    diceritakan oleh orang-orang tua kita, entah untuk menakuti atau menjaga cerita tersebut sebagai

    sebuah kearifan lokal yang pernah ada di masyarakat Sasak. (Abdul Rahim, Lengkok, 04-09-2015)