skripsi_perancangan relai
DESCRIPTION
tugas akhir_universitas indonesiaTRANSCRIPT
PE
PAD
DI DA
SK
RANCAN
A PERUB
AERAH O
KRIPSI INI
PERS
DE
FAKULT
NGAN KO
BAHAN J
OPERASI
I DIAJUKA
SYARATAN
GIOVA
EPARTEM
TAS TEKN
i
OORDIN
JUMLAH
I CNOOC
AN UNTUK
N MENJAD
OLEH
ANNI JOSH
0706267
MEN TEK
NIK UNIV
JUNI 2
NASI REL
H PEMBA
C SES LT
K MELENG
DI SARJAN
H:
HUA ARIE
7736
KNIK ELE
VERSITAS
011
LE ARUS
ANGKIT
D BAGIA
GKAPI SEB
NA TEKNIK
EL
EKTRO
S INDONE
S LEBIH
LISTRIK
AN UTAR
BAGIAN
K
ESIA
K
RA
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:
PERANCANGAN KOORDINASI RELE ARUS LEBIH
PADA PERUBAHAN JUMLAH PEMBANGKIT LISTRIK
DI DAERAH OPERASI CNOOC SES LTD BAGIAN UTARA
yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
program studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Depok, 6 Juni 2011
Giovanni Joshua Ariel
0706267736
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
Skripsi de
D
dibuat un
program
Universita
engan judul:
PERANC
PADA PE
DI DAERAH
ntuk meleng
studi Tekn
as Indonesia
P
:
CANGAN K
ERUBAHAN
H OPERAS
gkapi seba
nik Elektro
a dan disetu
iii
PERSETU
KOORDIN
N JUMLAH
SI CNOOC
gian persy
o Departem
ujui untuk di
UJUAN
NASI RELE
H PEMBAN
C SES LTD
aratan men
men Teknik
iajukan dala
D
D
Prof. Dr
NIP. 1
ARUS LEB
NGKIT LIST
BAGIAN U
njadi Sarjan
k Elektro F
am sidang u
Depok, 6 Jun
Dosen Pembi
r. Ir. Rudy S
1954100719
BIH
TRIK
UTARA
na Teknik
Fakultas T
ujian skripsi
ni 2011
imbing,
Setiabudy, D
984031001
pada
eknik
i.
DEA
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
iv
iv
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada YHWH, Tuhan Yang Maha Esa,
yang oleh karena anugerah dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Adapun dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan berbagai pihak, penulis tidak akan mamun menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, penjelasan, dan dorongan
selama pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Ridwan Gunawan, MT selaku dosen pembimbing akademis yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan, selama penulis berkuliah di
Universitas Indonesia.
3. Bapak Tompiner Naibaho dan Bapak Nurhadi Prasetyo, selaku pembimbing
dari CNOOC SES Ltd., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk kerja praktek dan membuat skripsi di Departemen PGF, dan telah
memberikan waktu, ide, bimbingan, serta penjelasan kepada penulis.
4. Papa, Mama, Samuel, Bunga, dan Ci Aina, yang bergumul dan berdoa sehingga
penulis dapat menjalani kuliah. Terima kasih untuk seluruh perhatian,
dukungan moril, juga material yang telah diberikan kepada penulis. Tante Rini
dan keluarga, terima kasih untuk perhatian, bantuan, dan dukungannya,
sehingga penulis dapat menjalani kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
5. Arif Wirawan, senior yang telah banyak memberikan waktu, arahan, dan
penjelasan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
vi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak pihak-
pihak yang membantu penulis, namun tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Depok, 6 Juni 2011
Giovanni Joshua Ariel
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Giovanni Joshua Ariel
NPM : 0706267736
Program Studi : Teknik Elektro
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PERANCANGAN KOORDINASI RELE ARUS LEBIH
PADA PERUBAHAN JUMLAH PEMBANGKIT LISTRIK
DI DAERAH OPERASI CNOOC SES LTD BAGIAN UTARA
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 6 Juni 2011
Yang menyatakan,
(Giovanni Joshua)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
viii
ABSTRAK
Giovanni Joshua Ariel,”Perancangan Koordinasi Rele Arus Lebih Pada Perubahan Jumlah
Pembangkit Listrik di Daerah Operasi CNOOC SES Ltd”, Skripsi S1 Departemen Teknik Elektro
FTUI, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA, Juni 2011, xi halaman + 89 + 43
halaman lampiran
Skripsi ini meninjau rencana perubahan jumlah pembangkit yang pada jaringan sumur minyak bumi dan gas alam yang berada dibawah pengelolaan CNOOC SES Ltd yang berlokasi di Blok Widuri, Laut Jawa. Perubahan jumlah pembangkit sebuah sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan koordinasi rele yang sudah ditetapkan sejak awal menjadi terganggu. Hal ini dikarenakan perubahan suplai daya di jaringan mengakibatkan perubahan besar arus hubung singkat yang mungkin terjadi. Arus hubung singkat adalah salah satu parameter utama dalam menentukan setelan rele arus lebih agar dapat berkoordinasi dengan baik. Bila besar arus hubung singkat maksimum dan minimumnya mengalami perubahan sementara setelan rele tetap sama, maka koordinasi antar rele akan terganggu.
Untuk menentukan setelan rele arus lebih, diperlukan analisis aliran daya untuk mendapatkan arus beban maksimum yang dialami rele. Kemudian dilakukan analisis hubung singkat untuk menentukan arus hubung singkat minimum yang akan menjadi patokan dalam setelan rele yang digunakan. Setelah itu sistem proteksi akan disimulasikan untuk mengevaluasi koordinasi antar rele. Baik analisis maupun simulasi koordinasi proteksi akan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
Skripsi ini akan menghasilkan setelan rele untuk rele arus lebih gangguan fasa dan gangguan tanah pada jaringan dengan kondisi terbaru, berupa arus setelan (Ipickup) rele, waktu kerja (time dial) rele, dan kurva karakteristik rele. Kata kunci: rele arus lebih, koordinasi rele, sistem proteksi.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...…………………………………………....iv
UCAPAN TERIMA KASIH...…………………………………………….. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………vii
ABSTRAK……………………………………………………………….... viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………….. 2
1.3 Pembatasan Masalah………………………………………………….... 2
1.4 Metode Penulisan………………………………………………………. 3
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………….. 4
BAB 2 DASAR TEORI
2.1 Analisis Aliran Daya…………………………………………………… 5
2.1.1 Metode Perhitungan Aliran Beban……………….………………. 7
2.2 Analisis Hubung Pendek……………………………………………….. 11
2.2.1 Gangguan Hubung Singkat……………...……………………….. 11
2.2.2 Komponen Simetri……………………………………….………. 12
2.2.3 Jenis dan Metode Perhitungan Gangguan………………………... 16
2.3 Sistem Proteksi ………………………………..……………................. 21
2.3.1 Pengertian Sistem Proteksi..……………………………………... 21
2.3.2 Prinsip Sistem Proteksi……………………...…………………… 22
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
x
2.3.3 Karakteristik Waktu Kerja Relay………………………………… 25
2.4 Bagian-Bagian Sistem Proteksi……...…..…………………………….. 27
2.5 Transformator Instrumen…………….………………………………... 29
2.5.1 Transformator Arus……………………………………………… 29
2.5.2 Transformator Tegangan……………………................................. 31
2.6 Rele Arus Lebih.......…...………………………………………………. 31
2.6.1 Prinsip Kerja Rele Arus Lebih………..………………………….. 32
2.6.1.1 Rele Arus Lebih Gangguan Fasa…………………………. 32
2.6.1.2 Rele Arus Lebih Gangguan Tanah……………………….. 34
2.7 Koordinasi Rele…………….………………………………………….. 36
2.7.1 Diskriminasi Waku………….………..………………………….. 36
2.7.2 Diskriminasi Arus…………...………..………………………….. 38
2.7.3 Diskriminasi Arus dan Waktu.………..………………………….. 40
BAB 3 PERANCANGAN PENYETELAN RELE ARUS LEBIH
3.1 Umum………………………………………………………………….. 44
3.2 Langkah- langkah Perancangan Sistem Proteksi.……………….……... 44
3.3 Perhitungan Arus Beban Maksimum.………….………………………. 47
3.4 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Pendek…….…………………… 49
3.5 Konfigurasi Rele Proteksi……………...…………………..................... 51
3.6 Perhitungan Setelan Arus dan Waktu Kerja Rele Arus Lebih…………. 54
3.7 Penentuan Time Multiplier Setting………………………………..…… 57
BAB 4 SIMULASI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH
4.1 Penyetelan Rele pada Jaringan………...……………………………….. 59
4.2 Langkah- langkah Perancangan Sistem Proteksi.……………….……... 61
4.2.1 Aida………………………….………..………………………….. 61
4.2.2 Indri-A (INDA)…..………….………..………………………….. 63
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
xi
4.2.3 Intan-A (INTA)……..……….………..………………………….. 64
4.2.4 Intan-B (INTB)……..……….………..………………………….. 65
4.2.5 North-East Intan-A (NEIA).………..……………………...…….. 67
4.2.6 Vita…………...……..……….………..………………………….. 68
4.2.7 Widuri-A (WIDA)…….…….………..………………………….. 69
4.2.8 Widuri-A PCR-C (WIDA PCR)……..………………………….. 70
4.2.9 Widuri-B (WIDB).....……….………..………………………….. 72
4.2.10 Widuri-C (WIDC)………….………..………………………….. 73
4.2.11 Widuri-D (WIDD)..……….………..………………………….. 74
4.2.12 Widuri-E (WIDE)..……….…………………………………….. 76
4.2.13 Widuri-F (WIDF)..……….………....………………………….. 77
4.2.14 Widuri-G (WIDG)……….……...…..………………………….. 78
4.2.15 Widuri-H (WIDH)..……….….……..………………………….. 79
4.2.16 Widuri-P (WIDP).……….…………..………………………….. 80
4.2.17 Widuri-T Solar (WITS)…..………..…………………...……….. 83
4.2.18 Widuri North-A (WINA)….………..………………………….. 85
KESIMPULAN…………………………………….……………………… 87
DAFTAR ACUAN………………………………………………………… 88
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 89
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 90
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem tenaga listrik (STL) adalah sistem yang terdiri dari sistem
pembangkitan listrik, sistem transmisi listrik, sistem distribusi listrik, dan juga
sistem proteksi yang melindungi ketiga sistem lainnya [1]. Setiap sistem saling
berkaitan satu dengan yang lain, sehingga gangguan pada sebagian sistem akan
mempengaruhi sistem lainnya.
Gangguan yang paling sering terjadi pada sistem tenaga listrik adalah
gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah [3]. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun faktor pemakaian. Gangguan ini bersifat tidak
seimbang dan apabila arus gangguan yang dihasilkannya cukup besar dan tidak
segera diatasi dapat menyebabkan padamnya keseluran sistem pembangkitan.
Rele arus lebih, sebagai bagian dari sistem proteksi, cukup efektif untuk
mengatasi gangguan hubung pendek tersebut. Namun agar rele tersebut dapat
bekerja dengan baik, rele harus disetel sesuai dengan konfigurasi sistem dimana ia
diletakkan.
Dalam usaha meningkatkan kehandalan atau keekonomisan sistem,
seringkali dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada jaringan sitem tenaga listrik.
Penyesuaian yang dilakukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk jaringan
(misalnya dari bentuk radial ke bentuk loop), mengubah besar pasokan daya,
menambah atau mengurangi beban, mengubah sistem proteksi, atau menambah
kompensator pada jaringan.
Perubahan jumlah dan letak daya yang dibangkitkan akan mengakibatkan
perubahan arus beban puncak yang mengalir. Selain itu, besarnya arus gangguan
hubung pendek minimum dan maksimum yang mungkin terjadi mengalami
perubahan juga. Perubahan arus beban puncak dan arus hubung pendek
mengakibatkan perubahan koordinasi rele di bagian tersebut. Oleh karena itu,
harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada setelan rele, bila ingin merubah
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
kapasitas daya yang dipasok atau memindahkan posisi pembangkit daya
(generator).
Skripsi ini akan membahas mengenai perancangan koordinasi sistem
proteksi pada perencanaan perubahan pembangkitan di jaringan sistem tenaga
listrik CNOOC SES Ltd bagian Utara, dengan menggunakan rele arus lebih.
Adapaun daerah operasi tersebut terbagi kedalam 3 wilayah operasi yang lebih
kecil, yaitu Utara (North Business Unit, NBU), Tengah (Central Business Unit,
CBU), dan Selatan (South Business Unit, SBU).
Dengan jumlah sumur yang beroperasi lebih dari 345 buah, maka CNOOC
menggunakan PLTG sebagai tulang punggung penyediaan energi listrik. Selain
itu, terdapat juga beberapa generator diesel yang berfungsi sebagai cadangan
listrik dan PLTU (steam turbine) yang menggunakan bahan bakar crude-oil
(minyak mentah) untuk keperluan pompa-pompa pada kapal tanker. Besarnya
daya yang dihasilkan oleh keseluruhan sistem pembangkitan saat ini 111 MW dan
beban sistem keseluruhan sistem sebesar 94 MW. Karena persebaran sumur paling
banyak terletak di bagian Utara, yaitu sebesar 55 MW, maka pembangkitan pun
banyak ditempatkan di bagian Utara.
Analisis aliran daya dan analisis arus hubung pendek akan dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak sistem tenaga listrik ETAP 7, untuk mendapatkan
parameter-parameter yang akan dijadikan patokan bagi setelan rele. Kemudian,
koordinasi antar rele arus lebih akan disimulasikan kembali dengan bantuan
perangkat lunak sistem tenaga listrik ETAP 7.
1.2 Tujuan Skripsi
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk merancang koordinasi rele arus lebih
yang digunakan dalam jaringan sistem tenaga listrik di bagian Utara daerah
operasi CNOOC SES Ltd.
1.3 Batasan Masalah
Yang akan dibahas dalam skripsi ini akan dibatasi oleh hal-hal berikut,
yaitu:
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
3
Universitas Indonesia
1. Analisis aliran daya, hubung pendek, dan koordinasi rele arus lebih
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
2. Standar yang digunakan adalah ANSI atau IEEE.
3. Simulasi dilakukan pada kondisi pembangkitan maksimum, yaitu dengan
pembangkitan dan beban seluruhnya beroperasi (sesuai dengan data wank).
4. Pembahasan difokuskan hanya pada jaringan sistem tenaga listrik di bagian
Utara (NBU), terutama anjungan Widuri dan Seafox.
5. Gangguan hubung pendek yang disimulasikan dibatasi pada jenis gangguan
hubung pendek tiga fasa dan satu fasa ke tanah.
6. Rele yang akan ditinjau dalam koordinasi sistem proteksi adalah rele arus
lebih dengan berbagai tipe dan produsen, antara lain buatan GE Multilin,
Basler Electric, Siemens, dan Schweitzer.
1.4 Metode Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode:
1. Metode Newton-Rhapson, untuk menghitung arus beban puncak di setiap
penyulang (feeder) sistem tenaga listrik, yang dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak ETAP 7.
2. Metode Komponen Simetri (Symmetrical Component), untuk menghitung
besarnya arus hubung pendek minimum dan maksimum, yang dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
3. Metode Star – Protective Device Coordination, untuk membuat simulasi
koordinasi rele arus lebih. Metode ini berasal dari perangkat lunak ETAP 7,
untuk membuat simulasi bagi koordinasi seluruh peralatan proteksi, mulai
dari transformator arus, rele, hingga pemutus daya.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
4
Universitas Indonesia
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan seminar ini penulis membaginya ke dalam 4 bagian yang
terdiri atas:
Bab satu, anatara lain membahas mengenai latar belakang masalah yang
menjelaskan mengapa masalah yang dikemukaan dalam skripsi ini dianggap
penting untuk dibahas, tujuan skripsi yang menjelaskan hal apa saja yang ingin
dicapai lewat penulisan skripsi ini, batasan masalah yang menjelaskan parameter-
parameter yang menjadi pembatas dalam pembahasan yang dilakukan, metodologi
penulisan yang menjelaskan langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam
penulisan seminar ini, dan yang terakhir sistematika penulisan yang
menggambarkan sistematis keseluruhan penulisan skripsi ini.
Bab dua yang berisi landasan teori membahas konsep dan prinsip dasar
mengenai sistem proteksi, terutama mengenai rele arus lebih, analisis aliran daya,
dan analisis hubung pendek. Landasan teori berupa uraian deskritif dan matematis
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Bab tiga membahas mengenai urutan kerja yang dilakukan untuk membuat
rancangan koordinasi rele, perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk
menetukan setelan rele, dan simulasi berserta langkah-langkah yang dilakukan di
dalamnya.
Bab empat akan menampilkan hasil simulasi dari perangkat lunak ETAP 7,
baik aliran daya, arus hubung pendek, dan koordinasi rele arus lebih, untuk setiap
kasus gangguan. Kemudian menganalisis hasil simulasi tersebut menurut dasar
teori dan perhitungan-perhitungan yang telah dibuat.
Bab lima yang merupakan kesimpulan skripsi berisikan pernyataan singkat
dan tepat, yang merupakan rangkuman dari hasil studi dan simulasi yang
dilakukan dalam skripsi ini.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
5 Universitas Indonesia
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1. Analisis Aliran Daya
Analisis aliran daya (load flow analysis) adalah sebuah istilah dalam sistem
tenaga listrik untuk pemecahan masalah pada jaringan dalam keadaan tunak
(steady-state) dan seimbang. Sekalipun dalam bahasa inggris disebut load flow,
yang secara harafiah berarti aliran beban, namun yang mengalir adalah daya
(power). Analisis aliran daya merupakan masukan yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan ketika ingin meninjau, merencanakan, atau
mengendalikan sistem tenaga listrik. Dari hasil analisis ini dapat diketahui baik
secara kualitatif maupun secara kuantitaif keadaan sistem yang sedang ditinjau,
sehingga analisis aliran daya digunakan untuk dalam studi optimisasi dan
stabilitas sistem tenaga listrik [1].
Dalam analisis ini digunakan representasi yang paling sederhana, yaitu
menggunakan diagram satu garis (one-line diagram). Untuk perhitungan
digunakan sistem per unit (p.u.). Dengan menggunakan analisis ini kita dapat
mengetahui beberapa hal yang esensial mengenai suatu jaringan, antara lain
sebagai berikut:
1. Daya
Sesuai dengan namanya, analisis aliran daya utamanya digunakan
untuk melihat besar dan arah daya (baik daya aktif, daya reaktif, maupun
daya semu) yang mengalir pada jaringan, terutama pada setiap bus dan
percabangannya. Informasi daya yang paling dibutuhkan adalah aktif (P)
dan reaktif (Q). Dengan melihat daya yang mengalir pada setiap penyulang
(feeder), kita dapat melihat seberapa banyak daya yang dikirim dari sistem
pembangkitan, daya yang diserap oleh beban, dan daya yang dipasok oleh
sebuah jaringan ke jaringan lainnya. Dalam perhitungan analisis ini
digunakan kondisi pembangkitan maksimum, yaitu pembangkit dan beban
seluruhnya beroperasi, sehingga dari hasilnya kita dapat mengetahui arus
beban puncak yang mengalir.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
6
Universitas Indonesia
2. Tegangan
Analisis aliran daya juga digunakan untuk menentukan tegangan
terdapat di setiap bus. Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
sistem tenaga listrik ETAP 7, kita dapat melihat tegangan dengan satuan
aslinya (V, kV) maupun dengan satuan persentase (%). Dengan
menggunakan satuan persentase kita dapat lebih mudah melihat berapa %
tegangan yang dimiliki setiap bus terhadap tegangan sistem. Mengingat
semakin jauh bus dari sumber tegangan memiliki kecenderungan semakin
rendahnya tegangan yang sampai di bus tersebut, maka dengan melihat
persentase tegangan di setiap bus, kita dapat melihat pengaruh impedansi
setiap komponen di jaringan terhadap jatuh tegangan.
Jatuh tegangan adalah turunnya tegangan akibat elemen pasif pada
rangkaian listrik. Sebagian besar komponen dalam sistem tenaga listrik
memberi kontribusi terhadap jatuh tegangan karena komponen tersebut
bersifat induktif secara dominan. Sebaliknya, komponen yang sifat
kapasitifnya lebih dominan akan mengakibatkan kenaikan tegangan pada
sisi penerima.
Di dalam analisis aliran daya dikenal 3 jenis bus, yaitu:
1. Bus Swing, Slack, atau Floating
Dalam sebuah jaringan, terdapat 1 buah bus swing sebagai referensi
(sebagai bus yang pertama dalam perhitungan), di mana besarnya magnitude
tegangan (|V|) dan sudut fasa tegangannya (θ) telah ditentukan. Yang ingin
diketahui adalah daya aktif (P) dan daya reaktifnya (Q). Besarnya P dan Q
dapat dihitung setelah keseluruhan pehitungan arus sudah selesai. Bus swing
memiliki fungsi untuk menyuplai kekurangan P dan Q, termasuk rugi-rugi
transmisi pada sistem. Karena rugi-rugi baru dapat diketahui setelah hasil
akhir perhitungan diperoleh, maka bus yang dijadikan bus swing haruslah
bus yang memiliki pembangkit (umumnya diambil dari unit pembangkit
yang terbesar) [1].
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
7
Universitas Indonesia
2. Bus Kontrol atau Pembangkitan (PV)
Bus kontrol adalah, bus yang besar magnitude tegangan (|V|) dan daya
aktif (P) telah diketahui. Sudut fasa tegangan (θ) dan daya reaktifnya (Q)
adalah komponen yang ingin diketahui. Nama lain untuk bus kontrol adalah
bus teregulasi (regulated bus) dan bus tegangan terkontrol (voltage
controlled bus) [2]. Sesuai dengan namanya, yaitu bus pembangkitan, bus
ini harus terhubung dengan unit pembangkit atau generator.
3. Bus Beban (PQ)
Bus beban adalah bus yang besarnya beban sudah diketahui dalam
bentuk daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Yang ingin diketahui adalah
besarnya magnitude tegangan (|V|) dan sudut fasa tegangan (θ).
Jadi, untuk setiap bus terdapat empat besaran dimana dua diantaranya telah
diketahui dan dua sisanya harus dihitung terlebih dahulu, sesuai dengan Tabel 2.1
di bawah ini:
Tabel 2.1 Jenis bus dalam analisis aliran daya [1].
Bus P Q |V| θ
Swing dihitung dihitung DIKETAHUI DIKETAHUI
Kontrol DIKETAHUI dihitung DIKETAHUI dihitung
Beban DIKETAHUI DIKETAHUI dihitung dihitung
2.1.1 Metode Perhitungan Aliran Beban
Terdapat tiga metode perhitungan dalam modul analisis aliran daya, yaitu
Newton-Rhapson, Accelerated Gauss-Seidel, dan Fast-Decoupled. Setiap metode
perhitungan tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Namun secara umum, metode yang dianggap paling menguntungkan sehingga
paling banyak digunakan adalah metode Newton-Rhapson. Sekalipun lebih
kompleks dalam perhitungannya, metode Newton-Rhapson memiliki beberapa
kelebihan yang akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Dengan perangkat
lunak ETAP 7, ketiga metode tersebut dapat dipilih oleh pengguna dengan bebas.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
8
Universitas Indonesia
Dalam penulisan skripsi ini, metode perhitungan yang akan digunakan dalam
analisis aliran daya adalah metode Newton-Rhapson.
1. Metode Newton–Rhapson
Metode Newton–Rhapson membuat persamaan aliran daya ke dalam
matriks Jacobian seperti yang tertulis dalam persamaan berikut [2]:
1 2
3 4
J JPJ JQ V
δ∆ ∆ = ∆ ∆
(2.1)
Dimana:
∆P = vektor penyimpangan daya aktif, antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
∆Q = vektor penyimpangan daya reaktif antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
∆V = vektor magnitude tegangan dalam bentuk incremental
∆δ = sudut tegangan bus
J1 , J2 , J3 , J4 = matriks Jacobian
Metode Newton–Rhapson memiliki karakteristik konvergensi kuadrat
yang berbeda dengan metode lainnya. Metode ini biasanya memiliki
kecepatan konvergensi yang sangat cepat dibandingkan dengan metode
Accelerated Gauss-Seidel. Kriteria tersebut memungkinkan akurasi dalam
analisis aliran daya dapat ditentukan besarnya sesuai dengan yang
diinginkan. Kriteria konvergensi untuk metode ini dapat mencapai 0,001
MW atau 0,001 Mvar [2]. Oleh karena kelebihan-kelebihannya, metode
Newton-Rhapson disarankan untuk menjadi pilihan pertama agar digunakan
untuk membuat analisis aliran daya pada sistem jenis apapun.
Karena metode Newton–Rhapson sangat bergantung pada nilai
tegangan bus yang paling awal, maka sebelum memulai perhitungan aliran
daya menggunakan metode Newton–Rhapson, perangkat lunak ETAP 7
akan membuat beberapa perhitungan dengan menggunakan metode Gauss–
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
9
Universitas Indonesia
Seidel (akan dibahas di bagian selanjutnya) untuk menentukan besarnya
tegangan bus yang pertama.
2. Metode Fast–Decoupled
Metode Fast–Decoupled adalah hasil penurunan dari metode Newton–
Rhapson. Metode ini dibuat setelah melihat bahwa sedikitnya perubahan
dari magnitude tegangan bus tidak memberikan perubahan yang berarti pada
daya nyata bus. Karena daya aktif terkait (P) dengan sudut tegangan bus (δ),
dan daya reaktif (Q) terkait dengan magnitude tegangan (V), maka
persamaan aliran daya dari metode Newton–Rhapson dapat disederhanakan
menjadi 2 persamaan yang terpisah terhadap persamaan aliran daya
(decoupled). Oleh karena itu terbentuklah persamaan berikut ini [2]:
[∆P] = [J1][∆δ]
[∆Q] = [J4][∆V] (2.2)
Dimana:
∆P = vektor penyimpangan daya aktif, antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
∆Q = vektor penyimpangan daya reaktif antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
∆V = vektor magnitude tegangan dalam bentuk incremental
∆δ = sudut tegangan bus
J1, J4 = matriks Jacobian
Seperti pada metode Newton–Rhapson, kriteria konvergensi metode
Fast–Decoupled dibuat berdasarkan penyimpangan daya aktif dan daya
reaktif, yang umumnya nilaiya ditetapkan sebesar 0,001 MW atau 0,001
Mvar [2]. Karena matriks Jacobiannya konstan, metode Fast–Decoupled
juga dapat menghitung persamaan aliran daya lebih cepat dibandingkan
dengan metode Newton–Rhapson.
Metode Fast–Decoupled memiliki kelebihan lain, yaitu mengurangi
pemakaian memori komputer hingga sebesar setengah dari pemakaian
memori komputer untuk metode Newton–Rhapson. Penghematan waktu
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
10
Universitas Indonesia
komputer dan kriteria konvergensi yang lebih baik menjadikan metode ini
secara umum memiliki unjuk kerja yang sangat baik, meskipun untuk
beberapa perhitungan tertentu, metode ini tidak seakurat metode Newton–
Rhapson. Metode Fast–Decoupled dapat digunakan sebagai pengganti dari
metode Newton–Rhapson apabila metode Newton–Rhapson tidak dapat
menyelesaikan sistem radial yang sangat besar.
3. Metode Accelerated Gauss–Seidel
Metode Accelerated Gauss–Seidel (persamaan 2.4), merupakan hasil
penurunan dari persamaan nodal (persamaan 2.3) [2]:
[I] = [YBUS][V] (2.3)
[P + jQ] = [VT][Y*BUS][V*] (2.4)
Dimana:
I = vektor arus rangkaian
P = vektor daya nyata rangkaian
Q = vektor daya reaktif rangkaian
V = vektor tegangan rangkaian
YBUS = matriks admitansi sistem
Metode Accelerated Gauss–Seidel adalah metode memiliki
persyaratan nilai tegangan awal pada rangkaian yang lebih sedikit
dibandingkan metode Newton–Rhapson dan metode Fast–Decoupled.
Dibandingkan dengan dua metode sebelumnya yang menggunakan
penyimpangan daya aktif dan daya reaktif sebagai kriteria konvergensi,
metode ini lebih meninjau apakah toleransi besarnya nilai tegangan
rangkaian antara dua perhitungan berurutan, untuk mengendalikan akurasi
hasil perhittungan. Nilai akurasi besarnya tegangan bus yang digunakan
umumnya ditetapkan sebesar 0,000001 pu.
Seperti yang telah dikethaui, metode Accelerated Gauss–Seidel
memiliki kecepatan perhitungan yang lebih lambat. Jika faktor percepatan
yang digunakan dalam perhitungan tepat, maka dapat menghasilkan
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
11
Universitas Indonesia
peningkatan kecepatan perhitungan secara drastis. Jangkauan nilai faktor
percepatan berkisar di antara 1,2 dan 1,7. Umumnya nilai yang sering
digunakan sebesar 1,45.
2.2. Analisis Hubung Pendek
2.2.1 Gangguan Hubung Pendek
Hubung pendek adalah, fenomena mengalirnya arus listrik dari potensial
yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, baik secara langsung maupun
dengan melalui hambatan yang sangat kecil, sehingga hambatan dapat diabaikan.
Fenomena ini dapat terjadi karena kesalahan teknis, seperti rusaknya isolasi kabel,
maupun karena pengaruh alam seperti petir, gempa, hujan, atau kontak antara
kabel saluran dengan tumbuhan.
Fenomena hubung pendek menimbulkan gangguan karena arus yang
mengalir sangat tinggi, melebih batas yang diperbolehkan mengalir pada sistem,
sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan pada komponen-komponen maupun
peralatan yang terkait. Penurunan tegangan yang sangat besar pada saluran yang
mengalami hubung pendek memberikan gangguan pada stabilitas sistem dan
seringkali dapat mengakibatkan lumpuhnya sistem tenaga lisrik secara
keseluruhan, sehingga dapat mengakibatkan kehilangan produksi (loss of
production) yang sangat besar.
Tabel 2.2 Jenis Gangguan Hubung pendek [3].
Jenis Gangguan Frekuensi Terjadinya Gangguan
Satu fasa ke tanah 67%
Dua fasa 25%
Dua fasa ke tanah 3%
Tiga fasa 5%
Tiga fasa ke tanah
Gangguan hubung pendek dapat dikelompokan menjadi 5 jenis, yang
diklasifikasikan berdasarkan banyak fasa yang mengalami hubung pendek. Tabel
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
12
Universitas Indonesia
2.2 akan menunjukan jenis-jenis gangguan hubung pendek dan frekuensi
terjadinya gangguan tersebut.
Tujuan utama dari melakukan analisis hubung pendek adalah untuk
mementukan arus hubung pendek maksimum dan minimum. Arus hubung pendek
tersebut akan dijadikan salah satu acuan dalam perhitungan untuk menentukan
nilai setelan rele. Adapun analisis hubung pendek dapat dilakukan untuk
menentukan arus gangguan tidak seimbang (unbalance fault current), menentukan
kapasitas pemutusan circuit breaker, pemeriksaan kinerja rele proteksi, dan
menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan bus selama kondisi
hubung pendek [4].
2.2.2 Komponen Simetri
Prinsip komponen simetri pada dasarnya adalah merumuskan sebuah
sistem yang terdiri dari 3 buah sistem fasor yang terpisah, yang mana apabila
ketiganya disuperposisikan, akan memberikan kondisi yang tidak seimbang pada
rangkaian [4]. Sebenarnya prinsip ini pada dasarnya hanyalah sebuah
kesepakatan/ konsensus bersama para ilmuwan dan digunakan hanya untuk
membantu perhitungan. Di dalam kondisi sesungguhnya, tegangan dan arus
urutan yang terdiri dari 3 komponen tersebut tidak ada secara fisik, sekalipun
mereka dapat diamati menggunakan filter spesial [4]. Prinsip komponen simetri
pertama kali dikembangkan oleh Charles L. Fortescue pada tahun 1913 dan
diperkenalkan kepada konvensi tahunan AIEE tahun 1918.
Komponen simetri menguraikan sebuah sistem tegangan dan arus tiga fasa
yang tidak seimbang ke dalam 3 buah sistem tiga fasa yang terpisah dan
seimbang, yaitu:
1. Komponen urutan positif (positive phase-sequence)
Memiliki sistem tiga fasa dengan urutan fasa a-b-c yang sama dengan
fasa aslinya (berputar searah jarum jam). Setiap fasa memiliki besar
magnitude yang sama dan memiliki beda antar fasa yang teratur sebesar
120o sehingga sistem ini seimbang. Tegangan dan arus urutan positif
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
13
Universitas Indonesia
diberikan indeks dengan angka 1. Sistem yang berjalan secara normal hanya
akan memiliki komponen urutan positif saja.
Gambar 2.1 Komponen urutan positif
Kita dapat menguraikan vektor di atas menjadi seperti berikut [2]:
1 1
2 21 1 1 1
1 1 1 1
240
120
a
ob a
oc a
I I
I a I a I I
I aI aI I
=
= = = ∠
= = = ∠
1 1
2 21 1 1 1
1 1 1 1
240
120
a
ob a
oc a
V V
V a V a V V
V aV aV V
=
= = = ∠
= = = ∠
(2.5)
2. Komponen urutan negatif (negative phase-sequence)
Memiliki sistem tiga fasa dengan urutan fasa a-c-b, yaitu kebalikan
dari arah fasa aslinya (berputar berlawanan arah jarum jam). Sistem ini juga
seimbang karena besarnya magnitude setiap fasa sama dan memiliki beda
antar fasa teratur, yaitu 120o. Tegangan dan arus urutan negatif diberikan
indeks dengan angka 2. Komponen urutan negatif hanya akan muncul pada
sistem yang mengalami gangguan yang tidak seimbang (unbalance fault),
yaitu pada jenis hubung pendek satu fasa ke tanah, dua fasa, dan dua fasa ke
tanah.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Komponen urutan negatif
Komponen fasor di atas dapat diuraikan menjadi [2]:
2 2
2 2 2 2
2 22 2 2 2
120
240
a
ob a
oc a
I I
I aI aI I
I a I a I I
=
= = = ∠
= = = ∠
2 2
2 2 2 2
2 22 2 2 2
120
240
a
ob a
oc a
V V
V aV aV V
V a V a V V
=
= = = ∠
= = = ∠
(2.6)
3. Komponen urutan nol (zero phase-sequence)
Komponen ini tidak memiliki urutan fasa, karena ketiga fasa a, b, dan
c memiliki sudut fasa yang sama, sehingga arah fasornya sama (co-phasal).
Selain itu, komponen ini juga memiliki besar magnitude yang sama untuk
setiap fasanya. Komponen urutan nol hanya akan muncul pada sistem yang
mengalami gangguan hubung pendek yang terhubung dengan netral, yaitu
hubung pendek satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, dan tiga fasa ke tanah.
Besarnya impedansi urutan nol dapat bervariasi sesuai dengan jenis
pembangkit, pengaturan kumparan, dan metode pentanahan.
Gambar 2.3 Komponen urutan nol
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
15
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Aplikasi komponen simetri (arus urutan positif, negatif, dan nol) [2].
Dengan penguraian fasor menjadi [2]:
0 0 0 0a b cI I I I= = = dan 0 0 0 0a b cV V V V= = = (2.7)
Dengan demikian, bila setiap fasa dibuat penjabaran dengan memasukan
komponen simetri, maka akan menjadi [2]:
• Untuk fasa a
1 2 0
1 2 0
a a a aI I I I
I I I
= + +
= + + (2.8)
1 2 0
1 2 0
a a a aV V V V
V V V
= + +
= + + (2.9)
• Untuk fasa b
1 2 0
21 2 0
b b b bI I I I
a I aI I
= + +
= + + (2.10)
1 2 0
21 2 0
b b b bV V V V
a V aV V
= + +
= + + (2.11)
• Untuk fasa c
1 2 0
21 2 0
c c c cI I I I
aI a I I
= + +
= + + (2.12)
1 2 0
21 2 0
c c c cV V V V
aV a V V
= + +
= + + (2.13)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
16
Universitas Indonesia
2.2.3 Jenis dan Metode Perhitungan Gangguan
Analisa gangguan dilakukan dengan memperhitungkan gangguan melalui
impedansi gangguan (Zf).
1. Hubung Pendek Satu Fasa ke Tanah
Gambar 2.5 Rangkaian pengganti untuk hubung pendek 1 fasa ke tanah.
Gambar 2.5 didapatkan dari perhitungan berikut ini, dengan asumsi
fasa yang mengalami hubung pendek dengan tanah adalah Fasa-a [5]:
�� � � (2.14)
�� � �
�� � �
�� � � ��� �� ��� (2.15)
�� � � � �� � �� ��
�� � �� � �� (2.16)
� � ���� ���
� � � �� � (2.17)
� � �� ��� �� ��
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
17
Universitas Indonesia
2. Hubung Pendek Dua Fasa
Gambar 2.6 Rangkaian pengganti untuk hubung pendek dua fasa.
Gambar 2.6 didapatkan dari perhitungan berikut ini dengan asumsi
fasa yang mengalami hubung pendek adalah Fasa-b dan Fasa-c [5]:
�� � � (2.18)
�� � ��
�� � ���
�� � � (2.19)
�� � �
�� � �� � �� (2.20)
� � ���
� � � ��� �� �� ��� ��� (2.21)
�� � �� � ��� ��� �� �� ���
� � ��
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
18
Universitas Indonesia
� � � �� � (2.22)
� � �� ��� ��
3. Hubung Pendek Dua Fasa ke Tanah
Gambar 2.7 Rangkaian urutan untuk hubung pendek dua fasa ke tanah.
Gambar 2.7 didapatkan dari perhitungan berikut ini dengan asumsi
fasa yang mengalami hubung pendek dengan tanah adalah Fasa-b dan Fasa-
c [5]:
�� � � (2.23)
�� � �
�� � �
�� � � ��� �� ��� (2.24)
�� � � � �� � ����
�� � � ���� � � ��
�� (2.25)
�� � �����
� � ���
�� � �� � �� (2.26)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
19
Universitas Indonesia
� � � � ���� ����� ��
�
� � � �� � (2.27)
� � � � ��� ����� ��� ��
4. Hubung Pendek Tiga Fasa
Gambar 2.8 Rangkaian urutan untuk hubung pendek tiga fasa.
Gambar 2.8 didapatkan dari perhitungan berikut ini [5]:
�� � �� � �� (2.28)
�� �� �� � �
�� � �
�� � �
� � � ��� �� �� ��� ��� (2.29)
� � �� �� � �����
� � �
�� � � ��� ��� �� �� ��� (2.30)
�� � �
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
20
Universitas Indonesia
�� � �
� � � �� � (2.31)
� � �� �
5. Hubung Pendek Tiga Fasa ke Tanah
Gambar 2.9 Rangkaian urutan untuk hubung pendek tiga fasa ke tanah.
Gambar 2.9 sama seperti gambar 2.8, didapatkan dari perhitungan
berikut ini [5]:
�� � �� � �� � � (2.32)
�� � � ��� �� ��� (2.33)
�� � � � �� � �
�� � �
�� � �
� � � �� � (2.34)
� � �� �
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
21
Universitas Indonesia
2.3. Sistem Proteksi
2.3.1. Pengertian Sistem Proteksi
Inti dari pengertian sistem proteksi adalah sistem yang melindungi
peralatan listrik atau bagian dari sistem tenaga listrik dari gangguan-gangguan
yang dapat merusak peralatan listrik tersebut.
Dari definisi sederhana tersebut kita mengetahui tujuan digunakannya
sistem proteksi. Pertama, mendeteksi gangguan. Sebuah sistem proteksi tentunya
tidak dapat melindungi peralatan listrik dari gangguan, apabila sistem proteksi
tersebut tidak dapat mendeteksi gangguan yang timbul pada peralatan yang
dilindungi. Kedua, mengisolasi gangguan. Mengisolasi gangguan adalah langkah
yang diambil oleh sistem proteksi setelah gangguan terdeteksi.
Tujuan utama dari sistem proteksi adalah melindungi sistem dari
kerusakan yang disebabkan oleh gangguan (dengan cara mengisolasi gangguan),
dan agar bagian yang sehat tidak terputus akibat gangguan tersebut sehingga
gangguan tidak memberikan dampak yang meluas kepada sistem. Salah satu
contoh cara mengisolasi gangguan adalah dengan memutus aliran listrik pada
tempat gangguan terjadi.
Menurut kesepakatan American Standart for Relay Associated with
Electric Power Apparatus (ASA) nomor C37.1, rele didefinisikan sebagai sebuah
alat yang membuat tindakan spontan pada satu atau banyak rangkaian listrik,
dengan cara yang sudah ditentukan, ketika kualitas dan kuantitas parameter yang
dapat memberikan perubahan pada sistem telah terukur [4]. Secara lebih spesifik,
rele proteksi didefiniskan sebagai rele yang berfungsi untuk mendeteksi
penyimpangan pada saluran atau perlatan listrik, atau kondisi yang tidak
diinginkan lainnya, dan untuk memberikan peringatan yang selanjutnya
memprakarsai pemutusan suplai listrik yang selektif.
Filosofi umum dari pengaplikasian rele proteksi adalah untuk membagi
sistem tenaga listrik kedalam beberapa zona proteksi yang dapat cukup terlindungi
dengan pemutusan sistem yang seminimum mungkin. Oleh karena itu, sistem
biasanya dibagai kedalam zona proteksi seperti berikut:
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
22
Universitas Indonesia
1. Generator atau unit generator-transformator.
2. Transformator.
3. Bus.
4. Saluran transmisi.
5. Motor.
Terdapat 51 jenis rele proteksi yang dan 24 jenis perlindungan yang telah
terdaftar dan didefinisakan oleh ASA [4]. Contoh jenis rele adalah rele diferensial,
rele jarak, dan rele arah. Contoh jenis perlindungan adalah perlindungan terhadap
arus lebih, perlindungan terhadap gangguan tanah (ground-fault), dan
perlindungan terhadap undervoltage.
2.3.2. Prinsip Sistem Proteksi
Ukuran baik atau tidaknya suatu sistem proteksi dapat ditentukan dari
berbagai aspek. Setidaknya ada empat aspek terpenting yang menjadi parameter
baik atau tidaknya suatu sistem proteksi. Keempat aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Selektif (Selectivity)
Mampu mendeteksi lokasi terjadinya gangguan dan mengisolir hanya
di tempat terjadinya gangguan. Misalnya, bila hanya ada satu bagian dari
sistem yang mengalami gangguan, maka bukan keseluruhan system yang
harus mengalami pemutusan, karena bila seluruh sistem putus akan sangat
merugikan bagian lain yang tidak mengalami gangguan. Hal ini
membutuhkan koordinasi.
Selektifitas dapat diperoleh dengan dua metode, yaitu unit systems dan
non-unit systems. Metode yang pertama adalah dengan mengapit daerah
atau unit yang diproteksi dengan alat sensing, sehingga dapat membuat
perbandingan parameter tertentu (misalnya arus) yang nantinya akan
membuat rele bekerja. Contoh penerapan metode ini adalah dengan
menggunakan rele diferensial. Pada metode kedua, kita dapat menggunakan
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
23
Universitas Indonesia
cara lain, seperti memakai sistem waktu bertingkat (time graded system)
atau rele jarak (distance protection).
Untuk sistem berdasarkan tingkatan waktu (time graded), kita dapat
membuat perlindungan berlapis (primary and back-up protection) pada
suatu lokasi, sehingga apabila terjadi kegagalan trip pada rele utama, masih
ada rele back-up yang siap bekerja. Dengan proteksi berdasar jarak, kita
dapat menagtur agar bila rele yang berada paling dekat dengan gangguan
gagal bekerja, masih ada rele di tempat berikutnya yang siap untuk
mengisolir gangguan.
2. Kecepatan Operasi (Fastness of Operation)
Sistem proteksi yang baik harus dapat bekerja secepat mungkin. Yang
dimaksud secapat mungkin adalah jeda waktu ketika sinyal gangguan
ditangkap alat pengindera, kemudian diolah oleh rele, hingga actuator
bekerja (trip), memakan waktu yang secepat mungkin. Hal ini dimaksudkan
agar kerusakan tidak meluas dan mengakibatkan dampak yang lebih besar.
Namun ada kalanya dimana sistem diatur untuk trip beberapa saat setelah
gangguan terjadi (dengan selang waktu tertentu). Oleh karena itu,
diharapkan terjadi koordinasi yang baik dalam sistem proteksi. Sehingga
ketika terjadi gangguan di satu tempat, hanya rele tertentu yang bekerja
lebih dahulu. Apabila dalam selang waktu tertentu rele tersebut tidak
bekerja, maka rele lainnya yang bekerja.
Selain itu, untuk unit yang tidak boleh terlalu sering ”nyala-mati”,
seperti generator, sebelum circuit breaker membuat trip sistem, maka
diberikan peringatan berupa alarm. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada operator untuk segera memperbaiki keadaan. Jadi, untuk
jenis gangguan tertentu yang tidak terlalu fatal atau untuk gangguan hanya
bersifat sementara, maka sistem proteksi disetel agar tidak terlalu cepat
membuat trip. Gambar 2.9 menunjukan hubungan antara kecepatan rele
men-trip sistem yang dilindungi dengan jenis gangguan yang terjadi.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
24
Universitas Indonesia
Gambar 2.9 Kurva Kecepatan Trip Terhadap Jenis Fault [10].
3. Handal (Busiability)
Handal artinya rele harus pasti bekerja pada saat dibutuhkan dan pasti
tidak bekerja saat tidak dibutuhkan. Dengan kata lain tidak boleh salah
bekerja. Hal ini tidak hanya dipengaruhi dari desain dan kualitas rele yang
digunakan, tetapi dipengaruhi juga oleh, instalasinya, desain rangkaian
proteksi dan kecocokan rele dengan peralatan proteksi lainnya (CT kabel,
CB, bahkan baterai rele), dan perawatan pada peralatan proteksi.
Rele elektromekanikal kadangkala lebih rentan terhadap gangguan
mekanis, seperti guncangan fisik. Rele dapat trip bukan karena terjadi fault
di dalam sistem yang diproteksi, tetapi karena guncangan, yang misalnya
disebabkan terlalu keras menutup pintu panel tempat rele berada.
Pada zaman sekarang telah banyak digunakan rele digital untuk
menggantikan rele elektromekanikal. Selain lebih handal, pada rele digital
umumnya terdapat memori yang dapat mencatat penyebab gangguan, posisi
atau urutan rele mana yang trip terlebih dahulu ketika terjadi gangguan.
Waktu kerja rele dan CB
Daya
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
25
Universitas Indonesia
Fitur-fitur tambahan ini sangat membantu operator dalam menganalisis jenis
gangguan apa yang telah terjadi dan dimana lokasi gangguan terjadi.
4. Membedakan Gangguan (Discrimination)
Yang dimaksud dengan diskriminasi adalah kemampuan rele untuk
membedakan jenis gangguan. Karena seringkali beberapa gangguan
memiliki fenomena yang hampi sama. Contohnya, rele harus dapat
membedakan antara short-circuit fault dengan overload atau dengan
starting motor induksi, yang sama-sama mengalirkan arus yang sangat besar
dan tegangan turun dengan drastis. Pada sistem tenaga listrik interkoneksi,
ada fenomena power swing, yang harus dapat diabaikan oleh rele. Hal ini
menjadi sagat penting karena mempengaruhi tingkat selectivity sistem
proteksi.
2.3.3. Karakteristik Waktu Kerja Rele
Setiap rele memiliki karakteristik kerja yang terkait dengan waktu.
Karakteristik waktu kerja rele dapat kita tentukan dengan mengatur time dial dan
time delay-nya. Pada umumnya terdapat tiga jenis karakteristik waktu kerja rele,
yaitu:
1. Instantenous (Seketika)
Karakteristik waktu kerja instantenous terdapat pada rele yang bekerja
dengan sangat cepat, yaitu sesaat setelah gangguan terjadi. Oleh karena itu,
seakan-akan hampir tidak terdapat jeda waktu antara terjadinya gangguan
hingga bekerjanya pemutus daya (CB).
2. Definite Time
Karakteristik waktu kerja definite time terdapat pada rele yang bekerja
dengan jeda waktu tertentu yang telah ditetapkan nilainya dari awal. Sehingga,
terdapat jeda waktu antara terjadinya gangguan hingga bekerjanya pemutus
daya (CB). Namun, besarnya jeda waktu ini konstan sesuai dengan nilai
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
26
Universitas Indonesia
setting-annya dan tidak terpengaruh oleh besar arus gangguan ataupun variabel
lain (misalnya tegangan).
Gambar 2.10 Contoh Kurva Karakteristik Waktu Kerja Rele Definite Time [2].
3. Inverse Time
Karakteristik waktu kerja inverse time terdapat pada rele yang bekerja
dengan jeda waktu antara terjadinya gangguan hingga bekerjanya circuit
breaker berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan ataupun variabel
lain. Jadi semakin besar arus gangguan maka semakin cepat rele bekerja, dan
sebaliknya. Contohnya kurva karakteristik waktu kerja inverse time pada
Gambar2.11.
Gambar 2.11 Contoh Kurva Karakteristik Waktu Kerja Rele Inverse Time [2].
Karakteristik inverse itu sendiri masih dikelompokan ke dalam beberapa
variasi kurva, berdasarkan derajat kemiringan atau kelengkungan kurvanya.
Gambar 2.12 akan menunjukan beberapa variasi karakteristik inverse time,
yaitu extremly inverse time, very inverse time, standar inverse time, dan
inverse definite minimum time (IDMT).
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
27
Universitas Indonesia
Gambar 2.12 Variasi Kurva Karakteristik Waktu Kerja Rele Inverse Time [6].
2.4 Bagian-Bagian Sistem Proteksi
Sistem proteksi dibagi kedalam empat bagian utama, yaitu:
1. Penginderaan (Sensing)
Penginderaan adalah bagian dari dari sistem proteksi yang berfungsi
sebagai sensor, yaitu untuk mengukur besaran-besaran yang menjadi
parameter bekerjanya rele. Ada dua jenis alat sensing yang sering digunakan
pada sistem proteksi, yaitu transformator arus (current transformer/ CT) dan
transformator tegangan (potential transformer/ PT). Prinsip kerja CT dan
PT pada dasarnya sama seperti dengan transformator daya, yaitu induksi
dari bagian perimer ke bagian sekunder. Namun yang membedakan
keduanya adalah bentuk fisik, besar daya yang disalurkan, dan parameter
yang dijadikan acuan proses transformasinya. Sesuai dengan namanya, pada
CT, yang menjadi acuannya adalah arus (arus sekunder merepresentasikan
arus di titik yang diukur). Pada PT yang menjadi acuan adalah tegangan
(tegangan sekunder merepresentasikan tegangan di titik yang diukur).
Selain mengukur arus dan tegangan, besaran lain yang bisa menjadi
parameter bekerjanya rele adalah frekuensi, temperatur, tekanan (contohnya
Waktu (detik)
Arus Pickup
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
28
Universitas Indonesia
untuk minyak trafo), kecepatan penggerak utama (prime mover), dan kilatan
ultraviolet (contohnya untuk flash atau spark).
2. Pembanding (Comparator)
Alat yang digunakan sebagai pembanding adalah unit rele.
Comparator berfungsi untuk membandingkan besaran yang telah diukur
dengan nilai besaran yang telah ditentukan. Contohnya, arus yang
dikirimkan CT akan digunakan rele untuk mengambil keputusan. Bila arus
yang dikirimkan CT ke rele masih di dalam batas standar, maka rele tidak
bekerja. Namun, bila diluar batas setting yang ditetapkan, maka rele akan
bekerja dan memberi perintah pada actuator untuk men-trip sistem.
3. Actuator
Actuator adalah alat yang mengeksekusi keputusan Pembanding.
Actuator biasanya berupa circuit breaker (CB). Ketika rele memberi sinyal
untuk men-trip, CB yang akan memutus aliran. CB sendiri jenisnya
bermacam-macam, antara lain vacuum dan SF6. CB jenis vacuum
mempunyai dimensi yang lebih besar. Sedangkan SF6 sekalipun harganya
mahal, namun dimensinya jauh lebih kecil dan lebih handal.
4. Baterai
Pada sistem proteksi, baterai digunakan sebagai sumber tenaga listrik
atau catu daya bagi peralatan sistem proteksi lainnya, seperti rele dan circuit
breaker. Rele maupun circuit breaker mampu melakukan tugasnya dengan
sumber tenga dari sistem tenaga listrik yang berbeda dengan sistem tenaga
listrik yang dilindunginya, agar ketika sistem tenaga listrik yang
dilindunginya mengalami gangguan, rele dan circuit breaker tetap
beroperasi dengan normal. Baterai yang digunakan umumnya adalah aki
yang disusun secara seri hingga mencapai tegangan 120 Volt, kemudian
dipararel agar memiliki daya yang cukup untuk menyuplai semua peralatan
sistem proteksi.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
29
Universitas Indonesia
2.5 Transformator Instrumen
Transformator instrumen adalah alat yang digunakan untuk menurunkan
tegangan atau arus yang terlalu besar dengan skala tertentu (ratio device), agar
dapat digunakan oleh instrumen-instrumen yang beroperasi pada tegangan dan
arus yang lebih rendah, seperti rele. Apabila tegangan atau arus pada sistem
tenaga listrik terlalu besar langsung dihubungkan dengan alat-alat instrumen
pengukuran atau rele, maka harus digunakan transformator instrumen untuk
memperkecil arus atau tegangan sistem tersebut. Sebenarnya, mungkin saja dibuat
rele atau alat ukur yang dapat langsung beroperasi pada arus dan tegangan yang
tinggi, namun pastilah harga instrumentasi tersebut terlalu mahal dan ukuran
fisiknya lebih besar, sehingga tidak ekonomis. Oleh karena itu, digunakanlah
instrumen yang beroperasi pada arus dan tegangan rendah.
Selain itu, transformator instrumen berfungsi juga sebagai insulating
device, yaitu sebagai pemisah bagi alat-alat instrumen dan operator dari arus dan
tegangan tinggi. Bila arus dan tegangan tingi langsung diterapkan pada alat-alat
instrumentasi, maka resiko terjadinya lompatan listrik, dan masalah-masalah pada
high-voltage dapat muncul. Selain itu, alat instrumentasi itu sendiri menjadi lebih
berbahaya bagi operator.
Terdapat dua jenis transformator instrumen, yaitu transformator arus dan
transformator tegangan, yang akan dijelaskan pada bahasan berikut ini.
2.5.1. Transformator Arus
Transformator arus atau current transformer (CT) yang berfungsi untuk
menurunkan arus primer yang memiliki nilai lebih besar menjadi arus yang lebih
kecil pada sisi sekunder. Arus dari sisi sekunder ini yang akan dihubungkan
dengan alat ukur dan rele. Transformator ini tidak memiliki kumparan primer.
Bagian primernya adalah kabel pada sistem tenaga listrik yang ingin diukur, yang
langsung dikalungi oleh kumparan sekunder.
Besar arus yang mengalir di sisi sekunder tentunya merepresentasikan arus
primer dengan skala tertentu. Misalnya rasio pada sebuah CT tertulis 2000:5. Hal
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
30
Universitas Indonesia
ini menunjukan bahwa CT akan menghasilkan arus sebesar 5 ampere pada sisi
sekunder apabila arus yang mengalir pada bagian primernya sebesar 2000 ampere.
Perlu diperhatikan dalam pemilihan rasio sebuah CT, besarnya arus sekunder
yang dihasilkan pada saat beban maksimum terjadi jangan sampai melebihi arus
yang dapat diterima oleh rele. Hal ini juga diterapkan pada rele netral secara tidak
langsung, sekalipun rele netral tanah menerima arus beban karena rele netral
terhubung dengan CT yang sama seperti yang diterima oleh rele fasa. Umumnya
digunakan CT dengan rasio yang dapat menghasilkan arus sekunder sebesar 5
ampere pada saat arus beban maksimum terjadi. Beberapa rele dapat menerima
arus hingga 10 ampere dan rasio CT yang digunakan dapat disesuaikan dengan
relenya.
Kualitas CT yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada jenis penggunaan
relenya. Untuk rele diferensial, dimana bekerja berdasarkan perbandingan arus
yang berasal lebih dari satu CT, membutuhkan CT dengan kualitas yang baik
arena akurasi arus sekunder yang dihasilkannya menjadi penting. Kualitas CT
ditentukan oleh keakuratan arus yang dihasilkan, tidak hanya pada saat arus beban
mengalir, namun juga ketika arus gangguan mengalir. Kualitas CT dapat dilihat
dari kelas kesalahan (error class) CT tersebut. Sebagai contoh, CT 2.5 VA Class
5P20, artinya CT tersebut menyedot daya dari sistem yang dikalunginya sebesar
2,5 VA dengan kesalahan tidak melebihi 5% sampai batas akurasi rating arusnya.
Angka 20 adalah batas akurasi rating arusnya. Berarti CT tersebut masih akurat
bila diaplikasikan dengan arus sekunder yang dihasilkan tidak lebih dari 20 kali
dari arus ratingnya, yaitu 5 ampere, sehingga maksimum arus sekundernya 100
ampere. Bila rasio CT tersebut 2000:5, berarti arus primer maksimumnya tidak
boleh melebihi 20 x 2000 A = 40000 A. Selain itu, beban pada CT (burden) dapat
menunjukan impedansi yang dimiliki CT. Sebuah CT 1 ampere dengan burden
2,5 VA memiliki impedansi sebesar 2,5 ohm.
Dapat dikatakan bahwa pada proteksi saluran transmisi, keakuratan CT
bukanlah hal yang terlalu penting. Pada saat gangguan yang sangat hebat terjadi,
arus gangguan yang timbul sangat besar dan sekalipun melebihi batas akurasi
rating arusnya, magnitude arus sekunder tidaklah penting, karena arus yang datar
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
31
Universitas Indonesia
di bagian tersebut sudah cukup besar untuk mengoperasikan rele arus lebih yang
digunakan. Dalam penggunaan rele arus lebih biasa, arah aliran arus juga tidaklah
penting karena rele dapat berfungsi pada kedua arah aliran arus. Berbeda halnya
dengan penggunaan rele arah, dimana arah aliran arus menentukan apakah rele
bekerja atau tidak.
2.5.2. Transformator Tegangan
Transformator tegangan atau potential transformer (PT) yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan yang rendah
pada sisi sekunder, dengan skala tertentu. Transformator tegangan memiliki
kumparan primer dan kumparan sekunder, seperti transformator daya, namun
dalam ukuran yang lebih kecil.
Berbeda dengan CT, rasio pada PT seringkali tidak menjadi perhatian
khusus, selama bisa mengubah tegangan primer menjadi 120 volt di sisi sekunder.
Dalam aplikasinya, seringkali pemasangan PT dilakukan dengan sistem fasa ke
fasa. Dengan kata lain, pada umumnya 120 volt adalah tegangan sekunder fasa ke
fasa. Apabila rele menerapkan sistem fasa ke netral, maka setiap kumparan
sekunder menghasilkan tegangan sebesar 69 volt terhadap netral.
Sama sepertiCT, PT juga memiliki kelas akurasi. Sebagai contoh, terdapat
PT 13.8 kV/120 V Class 3P, artinya PT tersebut beroperasi pada tegangan primer
13.8 kV dan menghasilkan tegangan sekunder 120 V. Tulisan 3P artinya
kesalahan PT tersebut maksimum sebesar 3% dari tegangan rating-nya.
PT tidak digunakan pada rele arus lebih biasa. PT digunakan untuk
memberikan masukan pada rangkaian tegangan pada rele jarak atau rele arus lebih
berarah. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penggunaan PT tidak ditinjau,
mengingat bahwa koordinasi proteksi jaringan yang digunakan menggunakan rele
arus lebih biasa.
2.6. Rele Arus Lebih
Rele arus lebih adalah relay yang bekerja apabila magnitude arus yang
mengalir pada sistem yang dilindunginya lebih besar daripada nilai arus yang
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
32
Universitas Indonesia
telah ditetapkan. Rele arus lebih biasa tidak dapat membedakan arah arus,
sehingga rele akan bekerja apabila arah aliran arus terbalik. Rele arus lebih biasa
adalah rele proteksi yang paling murah dan paling sederhana. Rele ini dapat
dipasang untuk mengamankan saluran, bus, motor, transformator, dan genetaror.
Rele arus lebih memiliki waktu kerja seperti yang telah dibahas dalam
subbab 2.3, yaitu instantenous, definite time, dan inverse time. Semua jenis waktu
kerja rele memiliki kecenderungan untuk menjadi garis lurus ke suatu nilai
tertentu, apabila arus yang mengalir terus meningkat nilainya. Ini adalah sifat
elektromagnetik rele yang disebabkan oleh rangkaian magnetik pada rele. Ketiga
karakteristik waktu kerja tersebut didapatkan dengan cara mengubah titik saturasi.
Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh piringan induksi dan mangkuk induksi rele
pada rele elektromekanik. Untuk rele digital, karakteristik tersebut diatur oleh
rangkaian digital yang mengatur kerja rele sesuai dengan karakteristik yang
dipilih.
2.6.1 Prisip Kerja Rele Arus Lebih
2.6.1.1 Rele Arus Lebih Gangguan Fasa
Rele arus lebih gangguan fasa adalah rele arus lebih biasa yang
ditempatkan pada setiap fasa saluran. Rele arus lebih gangguan fasa akan
bekerja apabila arus yang mengalir pada salah satu atau pada kedua atau
pada ketiga fasa saluran melebihi nilai yang telah ditetapkan. Rele arus lebih
gangguan fasa dapat bekerja pada kondisi gangguan yang seimbang
(balance-fault) maupun gangguan yang tidak seimbang (unbalance-fault).
Perbedaan mendasar dari prinsip kerja rele arus lebih gangguan fasa dan
arus lebih gangguan tanah terletak pada pemasangannya. Gambar 2.13 akan
menunjukan perbedaan pemasangan rele arus lebih gangguan fasa dan rele
arus lebih gangguan tanah.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
33
Universitas Indonesia
Gambar 2.13 Penyusunan CT dan Rele Arus Lebih Fasa dan Tanah [7].
Rele ini utamanya digunakan untuk mengatasi gangguan hubung
pendek antar fasa, baik gangguan 2 fasa dan 3 fasa. Namun overload pada
transformator dan generator dapat mengaktifkan rele ini apabila arus yang
mengalir melebihi nilai yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terjadi pada
sistem yang memiliki perbedaan antara arus beban puncak dan arus hubung
pendek yang tidak terlalu besar.
Rele arus lebih gangguan fasa umumnya memiliki nilai setelan yang
lebih tinggi dibandingkan rele arus lebih gangguan tanah. Hal ini
dikarenakan arus gangguan fasa biasanya lebih tinggi dibandingkan arus
gangguan tanah. Perbedaan besar arus gangguan tersebut disebabkan karena
pada gangguan fasa, impedansi totalnya lebih kecil dibandingkan dengan
impedansi total pada gangguan tanah.
Seringkali, gangguan (fault) yang terjadi pada sistem mengakibatkan
turunnya tegangan. Seiring dengan turunnya tegangan, maka arus yang telah
ditentukan besarnya untuk mengoperasikan rele juga ikut bekurang. Oleh
karena itu, pada sistem proteksi dibutuhkan rele arus lebih yang diatur oleh
tegangan (voltage restraint) untuk membuat sistem proteksi dapat berjalan
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
34
Universitas Indonesia
dan berkoordinasi dengan baik. Selain itu, rele arus lebih dengan voltage
restrain (kode ANSI: 51V) lebih tidak rentan bila digunakan ketika kondisi
swing (pada generator isoch) atau ketika pengasutan (starting) motor,
dimana kondisi-kondisi tersebut dapat membuat tegangan menjadi turun.
2.6.1.2 Rele Arus Lebih Gangguan Tanah
Rele arus lebih gangguan tanah adalah salah satu peralatan proteksi
yang paling penting. Hal ini disebabkan karena sebagian besar gangguan
yang terjadi adalah gangguan hubung pendek 1 fasa ke tanah. Rele ini
utamanya digunakan untuk mengatasi gangguan tanah (ground-fault), yaitu
gangguan yang mengakibatkan mengalirnya arus gangguan tanah, antara
lain gangguan 1 fasa ke tanah, 2 fasa ke tanah, dan 3 fasa ke tanah. Rele
arus lebih ke tanah sangat efektif terhadap gangguan yang tidak seimbang
(unbalance-fault).
Mengenai pemasangannya, rele arus lebih gangguan tanah dapat
dihubungkan dengan CT yang terdapat setiap fasa, atau pada CT window
type yang mengelilingi keseluruhan saluran secara keseluruhan, maupun
pada CT yang terhubung pada kawat pentanahan (disebut CT ground).
Tidak seperti rele arus lebih gangguan fasa yang membutuhkan 3 buah rele,
pada rele arus lebih gangguan tanah hanya dibutuhkan 1 buah rele untuk
menyediakan sebuah sistem proteksi.
Cara kerja rele arus lebih cukup sederhana, hanya dibutuhkan satu
buah CT (untuk CT window type dan CT ground), dan kemudian arus yang
mengalir pada CT akan diukur. Arus yang terukur pada rele adalah arus
resultan dari ketiga fasa salauran atau arus yang mengalir pada kawat
pentanahan (ground). Bila arus tersebut melebihi batas yang ditetapkan,
maka rele akan bekerja. Perhatikan Gambar 2.14 untuk lebih memahami
cara kerja rele arus lebih gangguan tanah.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
35
Universitas Indonesia
AGroundRelay
R
S
T
CT
CT
BNeutralRelay
CT
CGroundRelay
Gambar 2.14 Penyusunan CT dan Rele Arus Lebih Tanah.
Relay B dan C bekerja apabila resultan arus yang mengalir pada
saluran tersebut tidak seimbang. Rele C lebih sensitif daripada rele B.
Sekalipun rele A, B, dan C sama-sama rele arus lebih gangguan tanah,
namun dalam aplikasi di lapangan rele B lebih sering disebut rele arus lebih
netral (neutral OCR), sedangkan rele A dan C disebut rele arus lebih
gangguan (ground OCR). Rele A adalah rele yang dipasang pada kawat
pentanahan transformator atau generator. Rele B adalah rele yang dipasang
seperti pada Gambar 2.13. Rele C adalah rele yang menggunakan CT
window type, dimana CT tersebut melingkupi ketiga saluran sekaligus.
Pada rele arus lebih gangguan tanah, selain memiliki nilai setelan
yang lebih kecil, diskriminasi arus atau current grading (akan dijelaskan
pada subbab 2.7) tidak dapat dipraktekan. Hal ini dikarenakan sistem
umumnya hanya terbatas pada bagian yang tegangan sistemnya sama, akibat
penggunaan tranformator dengan hubung delta-star. Pada sistem yang
dipisahkan transformator, gangguan tanah di suatu bagian transformator
(sebagai contoh sisi sekunder) tidak akan memberikan arus gangguan tanah
pada bagian transformator lainnya (sisi primer). Sehingga gangguan tanah di
sisi sekunder transformator tidak akan terdeteksi oleh rele arus lebih tanah
di sisi primer transformator, dan demikian juga sebaliknya [8].
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
36
Universitas Indonesia
Rele arus lebih akan mengalami kendala apabila digunakan pada
sistem dengan bentuk loop. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tersebut digunakan rele arus lebih berarah (kode ANSI: 67). Namun untuk
aplikasinya dibutuhkan VT dan CT.
2.7 Koordinasi Rele
Rele membutuhkan nilai arus hubung pendek minimum dan arus beban
maksimum untuk membuat setelan pada rele arus lebih. Kriteria ini dibutuhkan
untuk menghindari kemungkinan kesalahan operasi rele ketika sistem berjalan
normal. Proteksi dalam bentuk seperti ini hanya dapat digunakan pada sistem
yang sederhana. Rele membutuhkan penyesuaian kembali atau bahkan
pemindahan tempat ketika perubahan dalam sistem terjadi. Umumnya hal ini
dilakukakan pada sistem berskala besar.
Proteksi terhadap arus lebih dapat dibagi kedalam 2 kategori, yaitu berarah
(directional) dan tak berarah (nondirectional). Karena dalam sistem tidak
menggunakan rele arus lebih berarah, maka proteksi yang dapat digunakan hanya
yang tak berarah (nondirectional). Proteksi nondirectional itu sendiri dapat dibagi
menjadi 3 metode. Yang pertama, sistem waktu bertingkat (time-graded systems)
atau diskriminasi waktu (time discrimination). Yang kedua, sistem arus bertingkat
(current-graded systems) atau diskriminasi arus (current discrimination). Yang
terakhir, sistem arus dan waktu bertingkat (current/time-graded systems) atau
diskriminasi arus dan waktu (current and time discrimination). Ketiga metode
tersebut pada dasarnya dibuat untuk memilih dan mengisolasi bagian yang
mengalami gangguan dan meninggalkan sisanya, sistem yang tidak terganggu.
2.7.1 Diskriminasi Waktu
Pada metode ini, waktu interval yang tepat diberikan oleh setiap rele yang
mengontrol CB untuk memastikan CB yang terletak paling dekat dengan
gangguan yang pertama beroperasi. Untuk menjamin selektifitas pengoperasian
dalam jaringan radial, waktu operasi proteksi meningkat mulai dari yang tercepat
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
37
Universitas Indonesia
pada ujung yang paling jauh hingga yang paling lambat pada bagian yang terdekat
dengan sumber pasokan daya/ generator. Jadi, gangguan yang dekat dengan
generator akan dibersihkan setelah interval waktu yang lebih panjang. Hal ini
merupakan salah satu kekurangan metode diskriminasi waktu. Namun kelebihan
dari metode ini adalah, gangguan yang terjadi pada bagian yang lebih jauh tidak
mempengaruhi bagian pangkalnya.
Diskriminasi waktu dapat dicapai dengan menggunakan rele waktu tunda
tetap (definite-time-delay relay). Rele ini memiliki setelan waktu yang lebih
akurat, yang mana bebas terhadap saturasi CT, sehingga dapat memberikan
perbedaan waktu yang lebih singkat antara CB yang satu dengan yang berikutnya.
Gambar 2.15 Diskriminasi Waktu Dengan Rele Definite Time [10].
Gambar 2.15 menjelaskan prinsip diskriminasi waktu dengan rele waktu
tetap pada rangkaian radial. Sistem proteksi disediakan pada setiap ujung bagian
R1, R2, dan R3. Ketika gangguan terjadi dekat dengan R3, maka rele yang bekerja
pertama adalah rele di R3 (setelah 0,5 detik), dan sistem proteksi di R2 dan R1
menjadi proteksi cadangan. Bila rele di R3 tidak bekerja, maka rele di R2 akan
bekerja (setelah 1 detik), dan demikian seterusnya hingga rele di R1 bekerja
(setelah 1,5 detik). Setelan waktu untuk rele berikutnya berbeda dengan jeda
waktu/ interval yang disebut time delay step, yang mana dipengaruhi oleh fault
clearance time dari CB, finite contact gap untuk memastikan CB lain jangan
sampai bekerja dahulu, overshoot dari rele, dan juga toleransi CT dan rele [8].
Umumnya jeda waktu tunda antar tingkatan rele sekitar 0,5 detik atau lebih.
Waktu (detik) Arus
gangguan (Ampere)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
38
Universitas Indonesia
Gambar 2.16 Diskriminasi Waktu Dengan Rele Inverse Definite Minimum Time [9].
Penyelesaian masalah dalam metode ini dapat diilustrasikan oleh kurva yang
terdapat pada Gambar 2.16. Bila menggunakan rele definite time, gangguan yang
semakin dekat denga generator, memiliki arus gangguan yang lebih semakin
besar. Seperti yang telah kita ketahui bahwa gangguan yang lebih dekat dengan
generator akan dibersihkan lebih lama. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semakin besar gangguan, maka semakin lambat dibersihkan. Dengan
demikian maka dengan menggunakan rele IDMT, maka gangguan di R1 yang arus
gangguannya lebih besar dapat dibersihkan lebih cepat.
2.7.2 Diskriminasi Arus
Diskriminasi arus didasarkan pada kenyataan bahwa arus gangguan
bervariasi terhadap lokasi gangguan karena perbedaan nilai impedansi antara
sumber dengan gangguan. Jika rele disetel untuk bekerja lebih cepat pada arus
yang lebih besar (semakin dekat dengan sumber), maka kelemahan panjangnya
waktu tunda yang terdapat dalam diskriminasi waktu dapat diatasi sebagian. Inilah
yang dimaksud dengan diskriminasi arus. Setiap rele akan disetel untuk bekerja
semakin cepat apabila arus gangguannya semakin besar. Rele yang menggunakan
metode ini disebut high-set-overcurrent relays (instantaneous).
Waktu (detik)
Arus gangguan (Ampere)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
39
Universitas Indonesia
Penggunaan diskriminasi arus secara sederhana dari bentuk sistem seperti
yang terdapat dalam Gambar 2.15, yang mana terdapat rele arus lebih high-set
pada R1, R2, dan R3. Rele R1 akan beroperasi untuk gangguan antara R1 dan R2,
rele R2 akan beroperasi untuk gangguan antara R2 dan R3, dan rele R3 akan
beroperasi untuk gangguan di R3.
Dalam penerapannya, timbul beberapa masalah, antara lain rele tidak dapat
membedakan antara gangguan yang sangat dekat namun berada di sisi lain R2,
karena perbedaan arusnya sangat kecil sekali. Selain itu magnitude dari arus
gangguan tidak dapat ditentukan secara akurat, karena semua parameter rangkaian
mungkin tidak diketahui. Juga keakuratan rele di dalam kondisi transien dapat
berubah.
R1 R2 R3
t
t
IDMT element at R2
IDMT element at R1
t
(i)
(ii)
Time gained by using Instantaneous element at R2
F
Instantaneouselements at R1
Instantaneouselements at R2
Gambar 2.17 Diskriminasi Arus Dengan Rele Instantenous dan IDMT [8].
Oleh sebab itu, untuk diskriminasi, rele disetel hanya untuk memproteksi
80% dari feeder. Dikarenakan diskriminasi arus saja tidak dapat digunakan,
sehingga harus digabungkan bersama dengan diskriminasi waktu atau dengan
sistem rele IDMT. Gambar 2.17 menunjukan karakteristik dari gabungan dari
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
40
Universitas Indonesia
gabungan antara rele arus lebih instantaneous dan IDMT. Untuk diskriminasi
yang benar, elemen instantaneous harus disetel sehingga mereka tidak bekerja
pada gangguan di feeder yang tidak diproteksinya. Sesuai dengan aturan umum,
direkomendasikan memberi margin sebesar 50%, sebagai contoh arus kerja
primer dari rele instantaneous di R1 tidak boleh kurang dari 150% arus gangguan
maksimum di R2 [9]. Dengan adanya margin, kesalahan overreach dari rele
instantaneous pada saat kondisi transien dapat ditoleransi.
Overreach pada kondisi transien terjadi ketika gelombang arus mengandung
komponen DC, dan dadpat didefiniskan dengan persamaan berikut [8]:
��� �!"#$!%�&'$ $��( � )*�+)*�)*�
, ���� (2.35)
Dimana:
IR1 = arus rms pickup rele dalam kondisi tunak (steady-state).
IR2 =arus rms dalam kondisi tunak ketika fully-offset hampir membuat rele bekerja.
Derajat cakupan proteksi feeder yang dimiliki rele antara lain 5%, 20%, dan 33%
overreach [8].
Dapat dilihat dari Gambar 2.17 bahwa terdapat pengurangan interval waktu
yang diijinkan antara rele-rele IDMT. Rele IDMT-R1 harus terpisah dengan rele
instantaneous-R2 untuk gangguan di R2, dan terpisah dengan rele IDMT-R2
untuk gangguan di F (batas cakupan dari rele instantaneous-R2). Jika tidak
terdapat rele instantaneous-R2, maka rele IDMT-R1 harus dibuat menjadi lebih
landai kurva karakteristiknya.
2.7.3 Diskriminasi Arus dan Waktu
Metode ini dapat dicapai dengan menggunaka rele arus lebih waktu terbalik
(inverse-time). Yang paling banyak digunakan secara luas adalah rele IDMT,
dimana diskriminasi dapat melampui rentang arus setelan rele, dengan disertakan
batasan, yaitu nilai waktu mininal yang ditentukan. Karakteristik inverse lainnya,
seperti very inverse dan extremly inverse kadang juga digunakan untuk tujuan
yang sama. Jika arus gangguan berkurang seiring dengan menjauhnya letak
gangguan dari sumber, beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
41
Universitas Indonesia
menggunakan rele yang very inverse dibandingkan menggunakan rele IDMT.
Waktu operasi yang panjang pada nilai overload IDMT yang rendah membuat
rele extremly inverse lebih sangat cocok [8].
Terdapat 2 setelan dasar pada semua jenis rele waktu terbalik. Yang pertama
adalah time multiplier setting (TMS), dan yang kedua adalah setelan arus yang
biasanya disebut plug setting multiplier (PSM). TMS dapat disetel dari 0,1 hingga
1,0. Nilai yang dipilih akan menjadi faktor pengali dari waktu operasi (operation
time), seperti yang digambarkan dalam kurva di Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Kurva TMS Rele IDMT [11].
Setelan TMS untuk rele waktu terbalik didapatkan dari persaman [8]:
�-. � � //0 (2.36)
Waktu (detik)
Arus (Multiple of plug setting)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
42
Universitas Indonesia
Dimana:
T = waktu operasi yang dibutuhkan rele.
Tm= waktu yang diperoleh dari kurva karaktristik rele pada TMS=1.0, dan
menggunakan PSM yang setara dengan arus gangguan maksimum.
Jadi, bila TMS bernilai 0,1 dan waktu yang didapatkan dari kurva untuk
arus tertentu, sebesar 4 detik, maka waktu operasi (operation time) rele
sebenarnya akan bernilai 4 X 0,1 = 0,4 detik. Dengan kata lain, bila waktu dari
kurva 4 detik dan waktu operasi rele yang dibutuhkan 0,4 detik, maka TMS
sebesar 0,1 detik. Memperbesar nilai TMS akan berdampak pada bergesarnya
posisi kurva menjadi lebih jauh dari sumbu-x (waktunya akan meningkat).
Setelan arus dapat diatur dengan cara mengubah tombol tap pada
transformator, karena itu disebut sebagai PSM.
1.- �� 2345�36�78339:;2345�36�<9;;4:=�78339:; (2.37)
1.- �� 2345�36�78339:;>9?�6�78339:;�<9;;4:=�,7/�3�;4@ (2.38)
Pada kondisi sekarang, PSM sudah tidak digunakan pada rele digital.
Koordinasi rele arus lebih waktu terbalik memiliki prosedur pemilihan
setelan arus pickup dan setelan waktu seperti berikut ini. Pemilihan setelan arus
diawali dengan menghitung arus gangguan maksimum yang dapat mengalir pada
posisi rele. Gangguan hubung pendek 3 fasa memberikan arus gangguan
maksimum, sedangkan gangguan hubung pendek 1 fasa ke tanah memberikan
arus gangguan minimum. Pada sistem radial, setelan yang paling rendah haruslah
yang berada paling jauh dari sumber, dan setelan meningkat nilainya untuk rele
yang semakin dekat dengan sumber. Umumnya, nilai setelan arus pickup rele
yang digunakan untuk merancang sistem koordinasi rele arus lebih [2]:
�ABC , �?@�D�5�E F� �G9;;4:= �F �AC� , �H�8?;�54: (2.39)
Persamaan diatas didapatkan berdasarkan standar ANSI/IEEE.
Pada pemilihan setelan waktu, untuk menjamin bekerjanya sistem proteksi
secara selektif ketika terdapat beberapa rele yang terhubung seri, rele yang paling
jauh dari sumber harus memiliki waktu operasi yang paling singkat. Untuk rele-
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
43
Universitas Indonesia
rele berikutnya yang semakin mendekati sumber, diberikan waktu tunda (time
delay) yang bertahap. Untuk rele arus lebih waktu terbalik, setelan waktu harus
dilakukan dengan menggunakan arus gangguan maksimum [8]. Bila rele memiliki
selektifitas yang cukup baik pada kondisi arus gangguan maksimum diterapkan,
hal ini secara otomatis membuat selektifitas yang lebih besar daripada bila
menggunakan arus gangguan minimum, yang kurvanya lebih inverse dan daerah
arusnya (current region) lebih rendah.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
44 Universitas Indonesia
BAB 3
PERANCANGAN PENYETELAN RELE ARUS LEBIH
3.1 Umum
CNOOC SES Ltd hendak mengganti pembangkit 2 x 20 MW di anjungan
Seafox. Sebagai gantinya dilakukan penambahan pembangkit 2 x 10 MW di
anjungan Widuri-A dan pembangkit 3,5 MW di anjungan Widuri-T-Solar,
sehingga daya total yang dibangkitan menjadi 95,5 MW.
Perubahan jumlah dan letak daya yang dibangkitkan akan mengakibatkan
perubahan arus beban puncak yang mengalir. Selain itu, besarnya arus hubung
pendek minimum dan maksimum yang mungkin terjadi mengalami perubahan
juga. Perubahan arus beban puncak dan arus hubung pendek mengakibatkan
perubahan koordinasi rele di bagian tersebut. Oleh karena itu, harus dilakukan
penyesuaian-penyesuaian pada setelan rele, agar rele dapat kembali berkoordinasi
dengan baik.
Karena perubahan daya yang dibangkitkan hanya dilakukan di bagian Utara
dan jarak antara bagian Utara dengan Tengah dan Selatan sangat jauh, maka
impedansi yang sangat besar antara bagian Utara dengan bagian lainnya membuat
perubahan arus hubung pendek di bagian Tengah dan Selatan yang diakibatkan
oleh perubahan daya di Utara tidak signifikan. Oleh karena itu, penyesuaian
setelan rele hanya dilakukan di bagian Utara saja.
3.2 Langkah-langkah Perancangan Sistem Proteksi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang sistem proteksi adalah
sebagai berikut:
1. Membuat diagram satu garis untuk seluruh daerah operasi CNOOC SES Ltd
(area Utara, Tengah, dan Selatan). Diagram satu garis yang dibuat, harus
disesuaikan karakteristiknya dengan kondisi aktual di lapangan.
2. Melakukan analisis aliran daya. Analisis dilakukan untuk mengetahui arus
beban maksimum yang melewati rele.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
45
Universitas Indonesia
3. Melakukan analisis arus hubung pendek. Analisis dilakukan untuk
mendapatkan arus hubung pendek maksimum dan minimum yang melewati
rele. Perhitungan arus hubung pendek dilakukan untuk gangguan 1 fasa ke
tanahan dan gangguan 3 fasa.
4. Membuat perhitungan arus setelan rele (pickup current), waktu kerja rele
(time dial) dari arus beban maksimum dan arus hubung pendek minimum.
5. Memperbaiki nilai setelan arus untuk rele (pickup current/ Ipickup), waktu
kerja rele, dan kurva karakteristik rele, agar rele terkoordinasi satu dengan
yang lain.
6. Melakukan simulasi koordinasi proteksi. Simulasi dilakukan untuk gangguan
satu fasa ke tanah dan gangguan tiga fasa.
7. Apabila dari hasil simulasi rele bekerja dan terkoordinasi dengan baik (rele
bekerja sesuai dengan urutan yang direncanakan), maka proses selesai.
Namun bila belum baik maka proses akan diulangi dari langkah nomor 5.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
46
Universitas Indonesia
Mulai
KonfigurasiJaringan,
KarakteristikSistem
Simulasi Aliran Daya
Arus Gangguan Dan Waktu Kerja Rele
Perbaikan Setting Arus, Time Dial, & Kurva Karaktristik
Rele
Simulasi Koordinasi
Selesai
ApakahRele Bekerja Berurutan,
Sesuai Dengan Yang Direncanakan?
Ya
Tidak
Simulasi Arus Hubung Singkat
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Koordinasi Rele
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
47
Universitas Indonesia
3.3 Perhitungan Arus Beban Maksimum
Perhitungan arus beban maksimum atau arus beban puncak menjadi sangat
penting agar rele arus lebih gangguan fasa tidak bekerja ketika sistem berjalan
normal, khususnya ketika arus beban maksimum melewati rele. Selain itu arus
beban maksimum juga digunakan untuk menentukan seberapa besar arus yang
mengalir ke tanah dapat dianggap sebagai arus gangguan (akan dibahas lebih
lanjut pada subbab 3.6).
Arus beban maksimum merupakan hasil dari analisis aliran daya dengan
metode Newton-Rhapson. Untuk melakukan analisis aliran daya pada perangkat
lunak ETAP 7, yang harus dilakukan adalah:
1. Membuat diagram satu garis beserta dengan karakteristik setiap komponen
dalam diagram tersebut.
2. Memilih opsi Analisis Aliran Daya (Load Flow Analisys).
3. Memilih opsi Jalankan Aliran Daya (Run Load Flow).
Tabel 3.1 menunjukan contoh hasil analisis aliran daya pada beberapa rele
di setiap anjungan. Untuk hasil analisis aliran daya yang lengkap, lihat lampiran 2.
Dari tabel 3.1 dapat kita lihat arus beban maksimum yang melewati masing-
masing rele. Rele-rele yang ditampilkan pada tabel 3.1, adalah rele-rele dengan
nilai arus beban maksimum yang paling ekstrem (paling besar atau paling kecil)
diantara rele-rele lain dalam anjungan masing-masing.
Pada tabel 3.1 terdapat juga data arus beban puncak yang dilewati rele
tersebut pada kondisi pertama, yaitu pada saat belum terjadi perubahan pada
jumlah pembangkitan. Data hasil analisis aliran daya pada kondisi pertama,
disandingkan dengan data hasil analisis aliran daya pada kondisi kedua (kondisi
pada saat telah terjadi perubahan pada jumlah pembangkitan), agar dapat terlihat
perubahan besar arus yang mengalir pada sistem.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
48
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Contoh Hasil Analisis Aliran Daya Pada Beberapa Rele di Setiap Anjungan (Platform)
Anjungan Nama Rele I Load Max Lama (A) I Load Max Baru (A)
AIDA AIDA11-3A-1/N 157.7 172.6 AIDA12-9A-1/N 18.9 20.7
INDRI-A INDA11-1C-1/N 75.5 79.1 INDA13-7A-1/N 38.2 39.9
INTAN-A INTA21-F1-1/P 459.3 535.4
INTAC11-1C-1/N 32.3 37.6
INTAN-B INTB11-T20A-1/N 40.4 47 INTB21-F2-1/P 457.9 538.8
NORTH EAST
INTAN
NEIA12-3B-1/P 174.3 64.5 NEIA12-8B-1/G 469 531.9 NEIAC11-2C-1/N 2.7 3
VITA VITA11-1A-1/P 29 30.3 VITA21-1-1/N 166.5 174.1
WIDURI-A WIDA11-8-1/P 29 30.3
WIDA21-F1-1/P 234.9 245.6
WIDURI-A PCR
WIDA16A-1B-1/P 161.3 501.4 WIDA16A-2A-1/N 23.2 24.2
WIDURI-B WIDB11-T20B-2/N 34.8 36.5 WIDB11-T20C-2/G 324.5 340.2
WIDURI-C WIDC11-T20B-2/N 32.1 33.6
WIDC21-F1-1/P 261.6 273.6
WIDURI-D WIDD11-F2-2/N 88.6 130.3 WIDD21-F1-2/N 371.3 390.9
WIDURI-E WIDE12-4D-1/N 16.4 17.9 WIDE14-1C-1/N 157.7 172.6
WIDURI-F WIDF11-3A-1/P 3.2 3.3 WIDF21-1-1/N 18.3 19.2
WIDURI-G WIDG11-2A-1/P 28 29.5
WIDG11-2A-2/G 160.9 169.4
WIDURI-H WIDH11-1A-1/P 23.2 24.2 WIDH11-2A-1/N 18.8 19.6
WIDURI-P
WIDP11A-2B-3/N 223.5 234
WIDP11A-3B-1/P 155.6 162.4
WIDP11A-4B-3/N 6.2 6.5
WIDP11B-11A-1/P 499.1 621.4
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
49
Universitas Indonesia
WIDURI NORTH-A
WINA11-2A-1/P 43.3 45.7
WINA11-2A-2/G 249.2 262.7
WIDURI-T SOLAR
WITS11A-2A-1/P 13.5 13.9
WITS11B-10B-1/P 32.1 287.4
3.4 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Pendek
Perhitungan arus gangguan hubung pendek dilakukan untuk menentukan
besar arus minimum rele mulai bekerja (pickup current) atau untuk menentukan
ketahanan peralatan (device) terhadap arus gangguan. Perhitungan gangguan 1
fasa ke tanah dengan waktu gangguan 30 cycle digunakan untuk koordinasi rele
arus lebih gangguan tanah. Gangguan 3 fasa dengan waktu gangguan 30 cycle
digunakan untuk koordinasi rele arus lebih gangguan fasa. Gangguan 3 fasa
dengan waktu 0,5 cycle digunakan untuk uji ketahanan peralatan [11]. Namun
karena dalam perubahan daya yang dibangkitkan semakin mengecil, maka tidak
dilakukan uji ketahanan peralatan karena arus hubung pendeknya otomatis
semakin mengecil juga.
Untuk melakukan analisis hubung pendek pada perangkat lunak ETAP 7,
dapat dilakukan dengan menggunakan opsi Analisis Hubung Pendek (Short
Circuit Analisys) atau dengan menggunakan Star – Protective Device
Coordination (Star-PDC). Langkah-langkah yang harus dilakukan pada kedua
metode tersebut sama. Dimulai dari menentukan jenis gangguan, lalu menentukan
waktu gangguan, dan kemudian menentukan lokasi terjadinya gangguan.
Yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi hubung pendek adalah,
lokasi terjadinya hubung pendek menentukan lokasi alat proteksi yang bekerja,
dan arus hubung pendek yang terkecil belum tentu dihasilkan oleh gangguan yang
terletak paling dekat dengan alat proteksi tersebut. Oleh karena itu dipilih opsi
Star-PDC untuk memudahkan menentukan arus gangguan dari mana yang paling
kecil.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
50
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Contoh Hasil Analisis Hubung pendek Pada Beberapa Rele di Setiap Anjungan
Anjungan Nama Rele I fault 1Φ -ground min LAMA (kA)
I fault 3Φ min
LAMA (kA)
I fault 1Φ -ground min BARU (kA)
I fault 3Φ min BARU
(kA)
AIDA AIDA11-3A-1/N 0.91 1.39 0.356 1.19
AIDA12-9A-1/N 0.91 1.39 0.356 1.34
INDRI-A INDA11-1C-1/N 0.991 1.01 0.383 1.01
INDA13-7A-1/N 0.991 1.52 0.383 1.51
INTAN-A INTA21-F1-1/P 14.45 12.1 14.04 11.42
INTAC11-1C-1/N 0.89 1.35 0.374 1.31
INTAN-B INTB11-T20A-1/N 0.643 0.918 0.384 0.853
INTB21-F2-1/P 12.67 10.41 6.01 9.67
NORTH EAST
INTAN
NEIA12-3B-1/P 0.486 0.754 0.173 0.614
NEIA12-8B-1/G 9.01 7.99 8.8 7.67
NEIAC11-2C-1/N 0.389 0.68 0.376 1.36
VITA VITA11-1A-1/P 0.967 1.42 0.348 1.41
VITA21-1-1/N 9.63 8.17 9.61 8.1
WIDURI-A WIDA11-8-1/P 0.967 1.42 0.348 1.41
WIDA21-F1-1/P 9.19 8.58 9.32 8.4
WIDURI-A PCR
WIDA16A-1B-1/P 0.14 1.37 0.069 3.43
WIDA16A-2A-1/N 0.963 1.49 0.388 6.64
WIDURI-B WIDB11-T20B-2/N 0.93 1.36 0.389 1.34
WIDB11-T20C-2/G 10.85 9.64 10.82 9.53
WIDURI-C WIDC11-T20B-2/N 0.604 0.907 0.388 0.896
WIDC21-F1-1/P 8.59 7.35 8.6 7.26
WIDURI-D WIDD11-F2-2/N 0.084 0.457 0.085 0.594
WIDD21-F1-2/N 14.47 12.06 13.98 11.49
WIDURI-E WIDE12-4D-1/N 0.827 1.27 0.381 1.22
WIDE14-1C-1/N 0.91 1.39 0.357 1.19
WIDURI-F WIDF11-3A-1/P 0.81 1.18 0.336 1.17
WIDF21-1-1/N 8.07 6.79 8.02 6.7
WIDURI-G WIDG11-2A-1/P 0.922 1.41 0.377 1.38
WIDG11-2A-2/G 9.18 8.09 9.12 7.96
WIDURI-H WIDH11-1A-1/P 0.963 1.49 0.388 1.48
WIDH11-2A-1/N 0.963 1.49 0.388 1.48
WIDURI-P
WIDP11A-2B-3/N 1.09 6.93 0.389 6.76
WIDP11A-3B-1/P 0.163 0.979 0.18 0.466
WIDP11A-4B-3/N 0.549 0.911 0.421 0.899
WIDP11B-11A-1/P 0.81 1.06 0.372 1.29
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
51
Universitas Indonesia
WIDURI NORTH-A
WINA11-2A-1/P 0.877 1.29 0.334 1.27
WINA11-2A-2/G 8.73 7.42 8.68 7.32
WIDURI-T SOLAR
WITS11A-2A-1/P 2.14 0.548 0.415 0.546
WITS11B-10B-1/P 0.128 1.13 0.138 2.84
Tabel 3.2 menunjukan contoh besarnya arus hubung pendek minimum 1
fasa ke tanah dan 3 fasa dengan waktu gangguan 30 cycle yang melewati beberapa
rele di setiap anjungan (platform). Untuk melihat hasil analisis hubung pendek
yang lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Rele-Rele yang terdapat pada tabel
3.2 adalah rele-rele dengan nilai gangguan hubung pendek terbesar atau terkecil
untuk kedua jenis gangguan yang disimulasikan.
3.5 Konfigurasi Rele Proteksi
Konfigurasi rele arus lebih yang akan digunakan pada jaringan akan sangat
terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan. Perubahan
pembangkitan pada jaringan akan dilakukan dari gambar 3.2 menjadi gambar 3.3.
Gambar 3.2 dan gambar 3.3 tidak menunjukkan keseluruhan jaringan pada bagian
utara, namun hanya menunjukan anjungan yang memiliki unit-unit pembangkit
(generator).
52 52
52 52
52
WIDPToshiba
34.5 kV
52 52 52 5252
WIDB TR-5
52 52 52
52
52 52 52 52 52 5252
TR-1
5252
52
52 52 52 52 52 5252 5252 52
52 52 52 5252
52 52
SF3GT1
SF3GT2
INDA
PT PT
PT PT
PT PT
52
INTB2
WIDE
WIDD WIDA
5252 52 5252
T-1 GCU1 GCU2
TX-1
52
TX-2
T-2GCU3 GCU4
TR-2Spare Spare
52 52PT PT5252PT 5252 PT
INTB1 Spare
Out ofuse
Spare
Spare SpareTR-3
Spare
WIDPPowell
WIDTPowell
SeafoxCutler
Hammer
20 MW20 MW
10-MVATR-1
10-MVATR-2
13.8 kV 13.8 kV
13.8 kV
1.6 Ohm
Reactor
Reactor
1.6 Ohm
1A
1B
2B
2A
3B
3A 4A
4B 5A
5B 7B
7A 8B
8A 9A
9B
10B
10A
11B
11A 12B
12A
1A
1B 2A52
3B
2B
4B 5B
6B 7B
12B 13B 14B 16A
10B 11A 15A 15B 16B
F1 F4
T1A
T2A
INC
. K
AR
A
FA1
FA2
FA3
FA4
FA5
FA6 G1 G2 FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
F3 F2
G2
G3
3.5 MW
52
WIDC
52 52
52
2B1B
WIDH
2A
PT
3B
3A
breaker open
52
52
52
PT
dead bus
WIDA/PCR-CSiemens
5B
5A
6B
6A52
2 x 500 MCM
T1B T2
B
2 x 500 MCM
Spare
Spare Spare
2 x 500 MCM
TO KARAG8G7G5 G6
3.5 MW3.5 MW3.5 MW3.5 MW
3.5 MW
Gambar 3.2 Simplified One Line Diagram Sistem Pembangkitan Kondisi Pertama
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
52
Universitas Indonesia
52 52
52 52
52
WIDPToshiba
34.5 kV
52 52 52 5252
WIDB TR-5
52 52 52
52
52 52 52 52 52 5252 5252 52
52 52 52 5252
52
GT6
52
GT7
INDA
PT PT
PT PT
PT PT
52
INTB2 WIDD WIDA
52
GT5
52 52
GT8
5252
T-1 GCU1 GCU2
TX-1
52
TX-2
T-2GCU3 GCU4
Out ofuse
WIDPPowell
WIDTLB
3.5 MW 3.5 MW 3.5 MW 3.5 MW
10-MVATR-1
10-MVATR-2
13.8 kV
13.8 kV
1A
1B
2B
2A
3B
3A 4A
4B 5A
5B 7B
7A 8B
8A 9A
9B
10B
10A
11B
11A 12B
12A
1A
1B 2A52
3B
2B
4B 5B
6B 7B
12B 13B 14B 16A
10B 11A 15A 15B 16B
F1 F4
T1A
T2A
INC
. K
AR
A
F3 F2
G2
3.5 MW
G3
3.5 MW
52
WIDC
52 52
52
2B1B
WIDH
2A
PT
3B
3A
breaker open
52PT
WIDA/PCR-CSiemens
5B
5A
6B
6A52
2 x 500 MCM
T1B T2
B
2 x 500 MCM
2 x 500 MCM
52 5252
G11
10 MW
G10
10 MW
INTB-1
Spare
NEW
G12
3.5 MWRENTAL
Spare
Spare
EX WIDT
EX WIDT
EX WIDTEX WIDTEX WIDT
TO KARA
Gambar 3.3 Simplified One Line Diagram Sistem Pembangkitan Kondisi Kedua
Pada kondisi pertama, pembangkitan di daerah utara akan diberikan oleh 2
unit generator 20 MW di Seafox (total 40 MW), 4 unit generator 3,5 MW di
Widuri-T Solar (total 14 MW), dan 2 unit generator 3,5 MW di Widuri-P (total 7
MW). Jadi, total pembangkitan di daerah utara pada kondisi pertama sebesar 61
MW.
Perubahan jumlah dan letak pembangkitan yang akan dilakukan CNOOC
SES Ltd, meliputi penghapusan seluruh pembangkitan di Seafox, penambahan 2
unit generator 10 MW (total menjadi 20 MW) di Widuri-A PCR-C (selanjutnya
akan ditulis Widuri-A PCR) , dan penambahan 1 unit generator 3,5 MW di
Widuri-T Solar (berganti nama menjadi Lentera Bangsa/ LB), sehingga
pembangkitan di Widuri-T Solar menjadi 17,5 MW. Sementara 2 unit generator
3,5 di Widuri-P tetap. Jadi, total pembangkitan di daerah utara pada kondisi
kedua menjadi 44,5 MW.
Perubahan jumlah daya yang dibangkitkan tersebut tentunya akan
berpengaruh pada arus beban maksimum dan arus hubung pendek. Hal tersebut
akan menyebabkan perubahan koordinasi rele, yaitu pada arus setelan rele (Pickup
Current/ Ipickup), time dial (TMS), dan kurva karakteristik rele (time dial curve).
Tabel 3.3 menunjukan contoh setelan rele pada jaringan kondisi pertama. Rele-
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
53
Universitas Indonesia
rele yang terdapat pada tabel tersebut hanyalah perwakilan rele-rele dari setiap
anjungan yang ada. Untuk melihat setelan rele pada kondisi pertama secara
lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 3.3 Contoh Setelan Rele pada Sistem Pembangkitan Kondisi Pertama
Nama Rele Pabrik Tipe Rasio CT
Arus Setelan
Time Dial Kurva Kerja Rele
AIDA11-3A-1/P Basler BE1-851 400/5 4 6.3 E2, Extremely Inverse
AIDA12-9A-1/N Basler BE1-851 500/5 0.5 1 I2, Inverse Time
INDA11-1C-1/P Basler BE1-851 400/5 4 1.7 V2, Very Inverse
INDA13-7A-1/N ABB SPAJ 140 C 600/5 0.5 0.1 Extremely Inverse
INTA21-F1-1/P GE IFC 77 1200/5 5 4 Extremely Inverse
INTAC11-1C-1/N Siemens 7SJ62 200/5 2.5 0.5 V, Very Inverse
INTB11-T20A-1/N GE IFC 53 300/5 1 1 Very Inverse
INTB21-F2-1/P GE IFC 77 1200/5 5 4.5 Extremely Inverse
NEIA12-8B-1/G GE IFC 77 600/5 6 2.5 Extremely Inverse
NEIA12-3B-1/P ABB SPAJ 140 C 400/5 6 0.27 Extremely Inverse
VITA11-1A-1/P Basler BE1-51 200/5 4.5 17 B7 Extremely Inv
VITA21-1-1/N Siemens 7SJ600 600/5 3.5 3.7 E, Extremely Inverse
WIDA11-8-1/N Basler BE1-851 600/5 1.1 2.6 E2, Extremely Inverse
WIDA11-8-1/P Basler BE1-851 600/5 1.7 8.5 E1, Extremely Inverse
WIDA16A-1B-1/P GE F35 1200/5 5 1.2 Moderately Inverse
WIDA16A-2A-1/N GE F35 600/5 2.15 0.24 Very Inverse
WIDB11-T20B-1/P GE IFC 77 150/5 6 6.5 Extremely Inverse
WIDB11-T20B-2/N GE IFC 53 150/5 0.8 1 Very Inverse
WIDC11-T20B-2/N GE IFC 53 200/5 1 0.7 Very Inverse
WIDC21-F1-1/P GE IFC 77 600/5 6 5.7 Extremely Inverse
WIDD11-F2-2/N GE IFC 53 600/5 0.5 1 Very Inverse
WIDD21-F1-1/P GE IFC 77 1200/5 6 5 Extremely Inverse
WIDE12-4D-1/N Siemens 7SJ600 200/5 0.5 3 Very Inverse
WIDE12-4D-1/P Siemens 7SJ600 200/5 3 2.2 E, Extremely Inverse
WIDE14-1C-1/N Basler BE1-851 300/5 1.8 2.1 V2, Very Inverse
WIDF11-3A-1/P Siemens 7SJ600 150/5 4 2.5 E, Extremely Inverse
WIDF21-1-1/N Siemens 7SJ600 600/5 5.5 2 E, Extremely Inverse
WIDG11-2A-1/P Basler BE1-851 200/5 3 3.7 E2, Extremely Inverse
WIDG11-2A-2/G GE IFC 77 600/5 6 5 Extremely Inverse
WIDH11-1A-1/P Basler BE1-851 200/5 6.5 1.6 V2, Very Inverse
WIDH11-2A-1/N Basler BE1-851 200/5 0.56 4 V2, Very Inverse
WIDP11A-2B-3/N GE F35 600/5 0.2 0.85 Very Inverse
WIDP11B-11A-1/P Schweitzer SEL-351 1200/5 3 10 U3, US Very Inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
54
Universitas Indonesia
WINA11-2A-1/P ABB SPAJ 140 C 200/5 3 0.3 Extremely Inverse
WINA11-2A-2/G GE IFC 77 600/5 6 5 Extremely Inverse
WITS11A-2A-1/G Basler BE1-51 75/5 0.5 1 B7 Extremely Inv
WITS11B-10B-1/P Basler BE1-51 1200/5 5 20 B6 Very Inv
3.6 Perhitungan Setelan Arus
Dalam melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai setelan arus rele
arus lebih gangguan fasa dan gangguan tanah, sesuai dengan IEEE Standart 242 –
2001, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah arus hubung pendek tiga fasa
dan satu fasa pada saat 30 cycle. Mengapa digunakan arus gangguan ketika 30
cycle, karena arus gangguan yang ada pada sistem dengan waktu yang cukup lama
memiliki nilai yang kurang lebih sama dengan nilai arus gangguan ketika 30
cycle.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus setelan rele arus lebih
gangguan fasa, sesuai dengan standar IEEE adalah sebagai berikut:
(3.1)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus setelan rele arus lebih
gangguan tanah, sesuai dengan standar IEEE adalah sebagai berikut:
(3.2)
Dimana:
Iload max = Arus beban maksimum (Ampere)
Ipick-up = Arus setelan rele (Ampere)
If L-G min = Arus hubung pendek satu fasa ke tanah minimum (Ampere)
If 3Ø min = Arus hubung pendek tiga fasa minimum (Ampere)
Nilai batas bawah seperti tedapat pada persamaan 3.1 dan persamaan 3.2
ditetapkan agar sistem proteksi tetap stabil, yaitu sistem proteksi tidak akan
bekerja apabila sistem yang dilindungi berjalan dalam kondisi normal terberat.
Pengoperasian pada kondisi normal terberat terjadi ketika pengasutan (starting)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
55
Universitas Indonesia
motor induksi [3]. Sedangkan nilai batas atas ditetapkan 50% dari arus hubung
pendek minimum agar ketika terjadi hubung pendek yang tidak langsung
(indirect), maka sistem proteksi cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan.
Tabel 3.4 dan tabel 3.5 adalah contoh hasil perhitungan untuk mendapatkan
arus setelan (Ipickup) pada rele arus lebih gangguan tanah dan fasa. Untuk data yag
lebih lengkap, lihat lampiran 2.
Tabel 3.4 Perhitungan Arus Setelan Rele Arus Lebih Gangguan Tanah
Nama Rele
I Load Max
BARU (A)
I fault 1Φ - ground min BARU (kA)
0.3 x I Load
Max (A)
0.5 x I fault 1Φ-ground
(kA)
I Pickup Primer
(A)
CT Ratio (x:5)
CT Ratio (x:1)
I Pickup Sekunder (A)
AIDA11-3A-1/N 172.6 0.356 51.78 0.178 100 400 80 1.25
INDA11-1C-1/N 79.1 0.383 23.73 0.1915 200 400 80 2.5
INTAC11-1C-1/N 37.6 0.374 11.28 0.187 60 200 40 1.5
INTB11-T20A-1/N 47 0.384 14.1 0.192 60 300 60 1
NEIA12-8B-1/G 531.9 8.8 159.57 4.4 720 600 120 6
VITA21-1-1/N 174.1 9.61 52.23 4.805 84 600 120 0.7
WIDA11-8-1/N 30.3 0.348 9.09 0.174 132 600 120 1.1
WIDA16A-2A-1/N 24.2 0.388 7.26 0.194 90 600 120 0.75
WIDB11-T20C-2/G 340.2 10.82 102.06 5.41 600 600 120 5
WIDC11-T20B-2/N 33.6 0.388 10.08 0.194 40 200 40 1
WIDD21-F1-2/N 390.9 13.98 117.27 6.99 480 1200 240 2
WIDE12-4D-1/N 17.9 0.381 5.37 0.1905 40 200 40 1
WIDF21-1-1/N 19.2 8.02 5.76 4.01 132 600 120 1.1
WIDG11-2A-2/G 169.4 9.12 50.82 4.56 720 600 120 6
WIDH11-2A-1/N 19.6 0.388 5.88 0.194 30 200 40 0.75
WIDP11A-2B-3/N 234 0.389 70.2 0.1945 72 600 120 0.6
WINA11-2A-2/G 262.7 8.68 78.81 4.34 600 600 120 5
WITS11A-2A-1/G 13.9 0.415 4.17 0.2075 7.5 75 15 0.5
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
56
Universitas Indonesia
Tabel 3.5 Perhitungan Arus Setelan Rele Arus Lebih Gangguan Fasa
Nama Rele I Load Max
BARU (A)
I fault 3Φ min BARU
(kA)
1.25 x I Load
Max (A)
0.5 x I fault 3Φ min (kA)
I Pickup Primer
(A)
CT Ratio (x:5)
CT Ratio (x:1)
I Pickup Sekunder
(A)
AIDA11-3A-1/P 172.6 1.19 215.75 0.595 300 400 80 3.75
INDA11-1C-1/P 79.1 1.01 98.875 0.505 200 400 80 2.5
INTA21-F1-1/P 535.4 11.42 669.25 5.71 960 1200 240 4
INTB21-F2-1/P 538.8 9.67 673.5 4.835 1200 1200 240 5
NEIA12-3B-1/P 64.5 0.614 80.625 0.307 200 400 80 2.5
VITA11-1A-1/P 30.3 1.41 37.875 0.705 180 200 40 4.5
WIDA21-F1-1/P 245.6 8.4 307 4.2 720 1200 240 3
WIDA16A-1B-1/P 501.4 3.43 626.75 1.715 720 1200 240 3
WIDB11-T20B-1/P 36.5 1.34 45.625 0.67 180 150 30 6
WIDC21-F1-1/P 273.6 7.26 342 3.63 480 600 120 4
WIDD21-F1-1/P 390.9 11.49 488.625 5.745 1440 1200 240 6
WIDE12-4D-1/P 17.9 1.22 22.375 0.61 80 200 40 2
WIDF11-3A-1/P 3.3 1.17 4.125 0.585 24 150 30 0.8
WIDG11-2A-1/P 29.5 1.38 36.875 0.69 120 200 40 3
WIDH11-1A-1/P 24.2 1.48 30.25 0.74 180 200 40 4.5
WIDP11B-11A-1/P 621.4 1.29 776.75 0.645 780 1200 240 3.25
WINA11-2A-1/P 45.7 1.27 57.125 0.635 90 200 40 2.25
WITS11B-10B-1/P 287.4 2.84 359.25 1.42 1200 1200 240 5
Arus setalan (Ipickup) yang didapat dari perhitungan seperti yang tertulis di
atas akan digunakan untuk menyetel rele-rele pada kondisi kedua. Kemudian,
akan dilakukan simulasi koordinasi rele dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
Apabila kinerja rele dinilai kurang sesuai dengan yang diinginkan, maka setelan
akan diubah secara manual dengan mencari nilai arus setelan yang tepat, agar
kurva karakteristik antara rele yang satu dengan rele yang lain tidak
bersinggungan atau berpotongan. Oleh karena itu, nilai arus setelan yang
digunakan dapat berbeda dengan hasil perhitungan, namun masih dalam nilai yang
diijinkan oleh persamaan 3.1 dan persamaan 3.2.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
57
Universitas Indonesia
3.7 Penentuan Time Multiplier Setting dan Kurva Karakteristik Rele
Untuk mendapatkan koordinsai rele yang selektif dan sesuai dengan yang
diinginkan, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat setelan time
dial/ time multiplier setting (TMS) dan kurva karakteristik rele adalah sebagai
berikut [3]:
1. Penyetelan rele dilakukan dari bagian hilir terlebih dahulu, yaitu bagian yang
paling dekat dengan beban. Hal ini dikarenakan bagian yang paling dekat
dengan beban harus memiliki time dial yang paling singkat.
2. Pemilihan TMS pada kurva rele dilakukan dengan memilih TMS yang
terkecil untuk rele di bagian hilir. Untuk daerah selanjutnya, nilai TMS akan
cenderung semakin membesar, sesuai dengan koordinasi yang diinginkan.
3. Waktu interval antar rele yang diaplikasikan sekitar 0,3 – 0,4 detik, karena
memperhitungkan waktu pembukaan pemutus tenaga/ PMT (clearence time)
dan faktor kesalahan.
Nilai TMS didapatkan dengan menggeser kurva karakteristrik rele serta
mengubah-ubah jenis karaketristik kurva tersebut secara manual pada simulasi
koordinasi proteksi menggunakan perangkat lunak ETAP 7, hingga didapatkan
nilai TMS dan jenis karakteristik kurva yang sesuai serta tidak berpotongan
dengan kurva milik rele lain.
Setelah melakukan penggeseran dan pemilihan kurva karakteristik rele,
maka akan didapat data seperti yang ditunjukkan oleh tabel 3.6 berikut ini. Tabel
3.6 hanya menampilkan contoh setelan rele di tiap anjungan. Untuk data yang
lebih lengkap dapat dilihat di lampiran 2.
Tabel 3.6 Penentuan TMS dan Kurva Karakteristik Rele
Nama Rele TMS /
Time Dial (detik)
Kurva Karakteristik Rele
AIDA11-3A-1/N 2.3 E2 extremly inverse
INDA11-1C-1/N 0.7 E2 extremly inverse
INTAC11-1C-1/N 0.5 ANSI very inverse
INTB11-T20A-1/N 1.7 53 very inverse
NEIA12-8B-1/G 2.5 77 extremely inverse
VITA21-1-1/N 1.8 ANSI extreme inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
58
Universitas Indonesia
WIDA11-8-1/N 2.6 E2 extremely inverse
WIDA16A-2A-1/N 0.49 IEEE very inverse
WIDB11-T20C-2/G 5.3 77 extremely inverse
WIDC11-T20B-2/N 2.7 53 very inverse
WIDD21-F1-2/N 2.5 53 very inverse
WIDE12-4D-1/N 0.5 ANSI very inverse
WIDF21-1-1/N 2 ANSI extreme inverse
WIDG11-2A-2/G 5 77 extremely inverse
WIDH11-2A-1/N 4 V2 very inverse
WIDP11A-2B-3/N 2.93 IEEE very inverse
WINA11-2A-2/G 1.9 77 extremely inverse
WITS11A-2A-1/G 1 B7 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
59 Universitas Indonesia
BAB 4
SIMULASI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH
4.1 Penyetelan Rele Pada Jaringan
Perubahan jumlah pembangkitan yang dilakukan CNOOC SES Ltd di
bagian utara diikuti dengan beberapa perubahan dalam bentuk jaringan.
Perubahan bentuk jaringan tentunya akan mempengaruhi setelan rele yang
digunakan, penambahan rele baru, rele yang diaktifkan.
Perubahan bentuk jaringan meliputi penempatan unit pembangkit listrik di
lokasi anjungan lain, penambahan bus baru, serta perubahan jalur distribusi.
Untuk penempatan unit pembangkit, telah dibahas pada subbab 3.5 dan telah
ditunjukkan oleh gambar 3.3. Sedangkan jalur distribusi yang berubah antara lain:
1. Bus INTB01 pada anjungan Intan-B yang sebelumnya disuplai oleh Seafox,
pada kondisi kedua INTB01 disuplai oleh Widuri-A.
2. Bus WIDE11 pada anjungan Widuri-E yang sebelumnya disuplai oleh
Seafox, kini WIDE11 disuplai oleh bus Widuri-P no.1A.
3. Bus Widuri-P no.10A yang tadinya terhubung dengan Seafox, kini
terhubung dengan bus Widuri-A PCR no.6B.
Penambahan bus baru terjadi pada anjungan Widuri-A PCR, yaitu bus
nomor 7B. Di dalam kondisi kedua, Bus Widuri-A PCR no.7B akan terhubung
dengan bus Widuri-T no.6B. Pada kondisi pertama, bus Widuri-T no.6B
terhubung dengan bus Widuri-A PCR no.3B, namun bus Widuri-A PCR no.3B
tersebut akan digunakan untuk unit generator 10MW pada kondisi kedua.
Gambar 4.1 berikut ini akan menampilkan skema jaringan sistem tenaga
listrik daerah operasi CNOOC SES Ltd bagian utara pada kondisi kedua, yaitu
ketika telah terjadi perubahan jumlah pembangkitan dan beberapa penyesuaian
pada pebentuk jaringan. Gambar 4.1 tidak menunjukan letak anjungan secara
geografis, namun hanya menunjukan hubungan antar anjungan yang ada. Untuk
gambar yang lebih besar, lihat lampiran 3.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Diagram Satu Garis Daerah Operasi CNOOC SES Ltd Bagian Utara Kondisi Kedua
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
61
Universitas Indonesia
Rele-rele yang digunakan oleh CNOOC SES Ltd pada jaringan kondisi
kedua adalah rele-rele yang sama pada jaringan kondisi sebelumnya, kecuali
untuk rele INTB11-F3-1/P, INTB11-F3-2/N, INTB11-F4-1/P, dan INTB11-F4-
2/N yang merupakan rele IFC buatan GE, diganti dengan rele BE1-851 buatan
Basler. Rele-rele yang digunakan adalah rele arus lebih gangguan tanah dan
gangguan fasa buatan dari berbagai pabrikan, yaitu dari General Electric (GE),
Siemens, Basler Electric, Schweitzer, Asea Brown Boveri (ABB).
Karena keberagaman pabrikan yang digunakan, maka dalam penyajian data,
yg digunakan sebagai arus setelan bagi seluruh rele adalah arus pickup biasa
(Ipickup / Ip) yang belum dikonversi menjadi faktor pengali, seperti yang diterapkan
pada beberapa rele, dan ketentuan besarnya faktor pengali berbeda-beda untuk
setiap pabrikan.
Untuk hasil akhir perhitungan dan simulasi jaringan kondisi kedua, yaitu
setelan rele berupa arus pickup, TMS, dan jenis kurva karakteristik rele, dapat
dilihat di lampiran 2.
4.2 Hasil Simulasi Koordinasi Rele Proteksi
Berikut ini adalah hasil simulasi koordinasi rele arus lebih gangguan fasa
dan gangguan tanah beserta dengan pembahasanya. Pembahasan mengenai
koordinasi akan dilakukan untuk setiap anjungan yang ada (seluruhnya
berjumlah 18 anjungan).Untuk gambar diagram satu garis setiap anjungan
dapat dilihat di lampiran 3.
4.2.1 Aida
Anjungan Aida mendapat suplai daya yang berasal dari Widuri-E. Aida
memiliki delapan buah sumur (well) yang dapat beroperasi. Kedelapan sumur
tersebut disuplai dari tiga buah penyulang (feeder) beban. Penyulang AIDA12-
7A menyuplai sumur 1, 3, 9, dan 10, dengan total beban 2,028 MVA.
Penyulang AIDA12-9A menyuplai sumur 15, dengan total beban 0,424 MVA.
Penyulang AIDA12-10A menyuplai sumur 2, 5, dan 13, dengan total beban
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
62
Universitas Indonesia
1,088 MVA. Pada sumur terdapat sebuah motor pompa Electric Submergible
Pump (ESP) yang besarnya bervariasi dari 360 HP sampai 676 HP.
Tabel 4.1 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Aida
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
AIDA11-3A-1/N 400/5 1.25 2.3 E2 extremly inverse
AIDA11-3A-1/P 400/5 3.75 6.3 E2 extremly inverse
AIDA12-9A-1/N 500/5 0.5 1 I2 inverse time
AIDA12-9A-1/P 500/5 1 3 E2 extremly inverse
AIDA12-10A-1/N 500/5 1 1 I2 inverse time
AIDA12-10A-1/P 500/5 1.1 3 E2 extremly inverse
Setiap penyulang memiliki rele arus lebih gangguan fasa dan tanah yang,
diberi nama sesuai dengan nama penyulang tersebut, kecuali AIDA12-7A yang
tidak memiliki rele arus lebih. Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu
fasa ke tanah pada salah satu motor yang disuplai penyulang AIDA12-7A,
maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.2 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
AIDA11-3A-1/N 0.978 356
WIDE14-1C-1/N 3.335 356
AIDA11-3A-1/P 54.392 356
WIDE14-1C-1/P 58.909 356
Untuk kasus hubung pendek 3 fasa, bila gangguan terjadi pada salah satu
motor yang disuplai AIDA12-10A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.3 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 2
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
AIDA12-10A-1/P 0.181 1193
AIDA11-3A-1/P 2.09 1193
WIDE14-1C-1/P 2.397 1193
Waktu yang dibutuhkan CB untuk trip sebesar 0,083 detik. Hal ini juga
berlaku untuk setiap CB yang ada di seluruh anjungan.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
63
Universitas Indonesia
4.2.2 Indri-A (INDA)
Indri-A mendapat suplai daya yang berasal dari Widuri-P. Aida memiliki
sembilan buah sumur (well) yang dapat beroperasi. Kedelapan sumur tersebut
disuplai dari tiga buah penyulang (feeder). Penyulang INDA12-1B menyuplai
sumur 22, dengan total beban 52,8 kVA. Penyulang INDA13-4A menyuplai
sumur 6 dan 18, dengan total beban 0,795 MVA. Penyulang INDA13-7A
menyuplai sumur 2, 5, 17, 20, 23, dan 24 , dengan total beban 0,877 MVA.
Setiap sumur memiliki sebuah motor pompa Electric Submergible Pump (ESP)
yang besarnya bervariasi dari 40 HP sampai 360HP dengan pf 0,82 lag.
Tabel 4.4 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Indri-A
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
INDA11-1C-1/N 400/5 2.5 0.7 E2 extremly inverse
INDA11-1C-1/P 400/5 3 1.7 V2 very inverse
INDA13-7A-1/N 600/5 0.5 0.1 IEC extremely inverse
INDA13-7A-1/P 600/5 0.5 0.05 IEC extremely inverse
Dari ketiga penyulang beban tersebut, hanya INDA13-7A yang memiliki
rele arus lebih gangguan fasa dan tanah. Selebihnya, penyulang yang memiliki
rele adalah INDA11-1C (penyulang utama). Apabila terjadi gangguan hubung
pendek satu fasa ke tanah pada salah satu motor yang disuplai oleh penyulang
INDA13-7A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.5 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 2
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
INDA13-7A-1/P 0.4 988
INDA11-1C-1/P 0.7 988
Alasan mengapa yang bekerja adalah rele arus lebih gangguan fasa dan
bukannya gangguan tanah adalah, karena rele arus lebih gangguan tanah
ditempatkan di sisi primer transformator, dan karena transformator memiliki
lilitan delta di bagian primer dan lilitan bintang yang ditanahkan pada bagian
sekunder, apabila terjadi gangguan tidak seimbang (seperti satu fasa ke tanah),
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
64
Universitas Indonesia
maka arus balik (return current) yang berupa arus urutan nol (I0) akan kembali
ke sisi sekunder transformator, sehingga sisi primer transformator tidak
merasakan I0. Sisi primer transformator hanya merasakan arus urutan positif
(I1) dan arus urutan negatif (I2) pada fasa A dan fasa C, dengan perbedaan
sudut fasor antara arus di fasa A dan fasa C sebesar 180o. Hal ini membuat arus
gangguan menjadi seimbang dan mengaktifkan rele arus lebih gangguan fasa.
Apabila gangguan satu fasa ke tanah terjadi di bagian primer
transformator INDA-TR3, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.6 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di INDA-TR3
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
INDA13-7A-1/N 0.05 383
INDA11-1C-1/N 1.289 383
INDA13-7A-1/P 3.2 383
INDA11-1C-1/P 5.2 383
4.2.3 Intan-A (INTA)
Tabel 4.7 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Intan-A
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
INTA11-F1-1/P 600/5 2.5 8.5 77 extremely inverse
INTA11-F1-2/N 600/5 1.2 9.2 53 very inverse
INTA11-T20-1/N 300/5 1.2 3.9 53 very inverse
INTA11-T20-1/P 300/5 3 0.7 77 extremely inverse
INTA11-T20-3/G 600/5 4 2.5 53 very inverse
INTA11-T21-1/P 250/5 8 10 77 extremely inverse
INTA11-T21-2/N 250/5 4 4.5 53 very inverse
INTA21-F1-1/P 1200/5 4 0.5 77 extremely inverse
INTAC11-1C-1/N 200/5 1.5 0.5 ANSI very inverse
INTAC11-1C-1/P 200/5 5 3.07 ANSI extreme inverse
INTAC11-3C-1/N 150/5 2 0.5 ANSI extreme inverse
INTAC11-3C-1/P 150/5 2 3.2 ANSI extreme inverse
INTAC21-T1-1/N 600/5 2.5 0.5 ANSI very inverse
INTAC21-T1-1/P 600/5 1.6 4.3 ANSI extreme inverse
Intan-A mendapat suplai daya dari Intan-B. Intan-A memiliki 10 buah
sumur. Penyulang INTA11-T20 menyuplai sumur 6 dan 15, dengan beban total
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
65
Universitas Indonesia
1,846 MVA. Penyulang INTA12 menyuplai sumur 2, 9 , dan 12 dengan total
beban 1,358 MVA. Penyulang INTA13-2B menyuplai sumur 11 dengan beban
0,38 MVA. Penyulang INTAC11menyuplai sumur 13, 18, 21, 22, dan 23,
dengan total beban 0,748 MVA. Beban berupa motor ESP dengan pf sekitar
0,82 lag. Motor ESP merupakan motor sentrifugal, sehingga momen inersia
sangat kecil dan dapat diabaikan. Penyulang INTA12 dan INTA13-2B yang
langsung menyuplai motor, tidak memiliki rele arus lebih.
Apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada salah satu motor yang
disuplai penyulang INTAC11, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.8 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 13
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
INTAC21-T1-1/N 0.109 8714
INTAC21-T1-1/P 0.403 8714
INTAC11-1C-1/P 1.029 875
INTA11-T21-2/N 1.418 8714
INTA11-F1-2/N 2.132 875
INTA11-F1-1/P 4.878 875
4.2.4 Intan-B (INTB)
Tabel 4.9 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Intan-B
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
INTB01-F1-1/N1 800/5 0.8 3.6 ANSI very inverse
INTB01-F1-1/P 800/5 3.5 3.2 IEC very inverse
INTB11-F1-1/P 1200/5 2.5 10 53 very inverse
INTB11-F1-2/N 1200/5 0.3 10 53 very inverse
INTB11-F2-1/N 600/5 1.3 0.3 C extremely inverse
INTB11-F2-1/P 600/5 3.4 4 E2 extremely inverse
INTB11-F3-1/P 600/5 3.4 4 E2 extremely inverse
INTB11-F3-2/N 600/5 1.5 2 E1 extremely inverse
INTB11-F4-1/P 600/5 0.7 9.9 E2 extremely inverse
INTB11-F4-2/N 600/5 0.7 1.8 E1 extremely inverse
INTB11-T20A-1/N 300/5 0.8 1.7 53 very inverse
INTB11-T20A-1/P 300/5 2 8 77 extremely inverse
INTB11-T20A-3/G 600/5 5 1.8 53 very inverse
INTB11-T20B-1/N 300/5 1.2 1.3 53 very inverse
INTB11-T20B-1/P 300/5 4 7 77 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
66
Universitas Indonesia
INTB11-T20B-3/G 1200/5 2.5 8.5 77 extremely inverse
INTB12-3B-1/N 600/5 1 0.8 E2 extremely inverse
INTB12-3B-1/P 600/5 4 3.9 E2 extremely inverse
INTB13-4B-1/N 400/5 1.25 3 E2 extremely inverse
INTB13-4B-1/P 400/5 6 3 E2 extremely inverse
INTB13-5B-1/N 200/5 2.5 0.6 E2 extremely inverse
INTB13-5B-1/P 200/5 7.5 3.9 E2 extremely inverse
INTB21-F1-1/P 1200/5 1.2 0.5 77 extremely inverse
INTB21-F2-1/P 1200/5 4 0.5 53 very inverse
Intan-B mendapat suplai daya dari Widuri-P dan Widuri-A PCR-C.
Intan-B adalah salah satu anjungan besar, karena memiliki 6 buah sumur dan
menyuplai daya secara penuh kepada 2 anjungan lainnya (INTA dan NEIA).
Penyulang INTB13 menyuplai sumur 6,7, dan 14 (total 1,596 MVA) melalui
INTB14 dan menyuplai sumur 33 (0,781 MVA) melalui INTB15, tanpa
perlindungan rele arus lebih. Penyulang INTB13 juga bersama dengan
penyulang INTB11-F4 menyuplai NEIA, sedangkan yang menyuplai INTA
adalah penyulang INTB11-F3. INTB11-F2 menyuplai sumur 37 (1,113 MVA),
sedangkan penyulang INTB11-T20A dan INTB11-T20B menyuplai sumur 36
(2,787 MVA). Beban berupa motor ESP dengan pf sekitar 0,82 lag, dan
momen inersia yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada motor di sumur 36
yang disuplai penyulang INTB11-T20A dan T20B, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.10 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 36
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
INTB21-F1-1/P 0.034 6130
INTB21-F2-1/P 0.084 12180
INTB11-T20B-1/N 0.156 1220
INTB11-T20A-1/N 1.219 618
INTB11-T20A-3/G 0.257 618
INTB11-T20B-3/G 0.264 1220
INTB11-F4-1/P 0.957 618
INTB11-F1-2/N 1.154 1263
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
67
Universitas Indonesia
4.2.5 North-East Intan-A (NEIA)
Seperti yang telah disebutkan, bahawa anjungan NEIA mendapatkan
suplai daya dari INTB. NEIA memiliki 13 sumur yang aktif beroperasi. Setiap
sumur memiliki motor ESP mulai dari 200 HP sampai 677 HP dengan pf
sebesar 0,82 lag. Penyulang NEIA12-4B menyuplai sumur 10 dan 12 (total 1,2
MVA). Penyulang NEIA12-6B menyuplai sumur 3 dan 5 ( total 0,598 MVA).
NEIA12-7B menyuplai sumur 15 (0,38 MVA). NEIA12-8B menyuplai sumur
4, 6, 11, 15, dan 19 (total 1,814 MVA). Penyulang NEIAC11-2C menyuplai
sumur 20 dan 25 (total 0,613 MVA). Penyulang NEIAC11-4C menyuplai
sumur 1 (0,467 MVA). Pada penyulang NEIAC11-4C, NEIA12-6B, dan
NEIA12-7B, tidak terdapat rele arus lebih.
Tabel 4.11 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan North-East Intan-A
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
NEIA12-3B-1/N 400/5 0.75 0.09 IEC very inverse
NEIA12-3B-1/P 400/5 2.5 0.26 IEC very inverse
NEIA12-8B-1/N 100/5 1.5 0.35 IEC very inverse
NEIA12-8B-1/P 100/5 6 0.2 IEC extremely inverse
NEIA12-8B-1/G 600/5 6 2.5 77 extremely inverse
NEIA13-8A-1/N 200/5 3 0.05 IEC very inverse
NEIA13-8A-1/P 200/5 2.5 0.06 IEC extremely inverse
NEIAC11-1C-1/N 200/5 2.5 0.7 E1 extremely inverse
NEIAC11-1C-1/P 200/5 7.5 0.4 E2 extremely inverse
NEIAC11-2C-1/N 200/5 0.6 1 E2 extremely inverse
NEIAC11-2C-1/P 200/5 2.5 0.4 E2 extremely inverse
NEIAC11-2C-2/G 200/5 10 3.5 53 very inverse
Yang menarik adalah, NEIA membentuk jaringan berbentuk loop dengan
INTB. Sehingga, apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah
pada motor ke 20 atau 25 (pada bus NEIAC11), maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.12 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 20
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
NEIAC11-2C-1/P 0.05 903
NEIAC11-2C-2/G 0.35 8990
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
68
Universitas Indonesia
NEIAC11-1C-1/P 1.152 495
NEIA12-3B-1/P 3.259 415
INTB13-5B-1/P 10.984 495
INTB13-4B-1/P 25.916 495
4.2.6 Vita
Anjungan Vita mendapatkan aliran daya dari Anjungan Widuri-A
(WIDA). Vita memiliki 3 sumur yang aktif, yang terhubung dengan penyulang
tunggal, dimana total beban yang dipikul sebesar 0,669 MVA. Beban berupa
motor sentrifugal (ESP) 466 HP, 180 HP, dan 90 HP dengan pf 0,82 lag.
Tabel 4.13 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Vita
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
VITA11-1A-1/N 200/5 1 0.1 B7 extremely inverse
VITA11-1A-1/P 200/5 4.5 17 B7 extremely inverse
VITA11-2A-1/N 200/5 1 0.1 B7 extremely inverse
VITA11-2A-1/P 200/5 4 7 B7 extremely inverse
VITA21-1-1/N 600/5 0.7 1.8 ANSI extreme inverse
VITA21-1-1/P 600/5 2 5.3 ANSI extreme inverse
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa pada salah satu motor
tersebut, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.14 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
VITA21-1-1/N 0.063 9610
VITA11-2A-1/P 0.559 965
VITA21-1-1/P 0.602 9610
VITA11-1A-1/P 1.374 965
WIDA11-8-1/P 1.895 965
Tidak bekerjanya rele arus lebih gangguan tanah pada rele-rele lain selain
pada rele yg berada di sisi sekunder transformator, dikarenakan sisi sekunder
tersebut ditanahkan. Rele arus lebih gangguan tanah di sisi primer
transformator akan bekerja apabila transformator mengalami gangguan hubung
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
69
Universitas Indonesia
pendek satu fasa ke tanah. Rele yang bekerja ketika kondisi tersebut terjadi
adalah:
Tabel 4.15 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di VITA-TR1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
VITA11-2A-1/N (inst) 0.028 348
VITA11-2A-1/N 0.114 348
VITA11-1A-1/N 0.274 348
WIDA11-8A-1/N 2.136 348
VITA11-2A-1/P 3.951 348
VITA11-1A-1/P 10.91 348
WIDA11-8A-1/P 21 348
4.2.7 Widuri-A (WIDA)
Widuri-A adalah anjungan yang mendapat aliran daya langsung dari
Widuri-P dengan bentuk jaringan loop. Widuri-A memiliki 16 buah sumur
yang 15 diantaranya disuplai dari penyulang-penyulang yang terhubung dengan
bus WIDE12, dan 1 diantaranya disuplai dari bus WIDE13 dengan penyulang
ekspres. Beban pada anjungan ini berupa motor-motor ESP dengan pf 0,82lag,
yang mendapatkan daya melalui transformator berkapasitas 2,5 MVA dengan
susunan seperti yang tertera pada gambar 4.8 berikut ini.
Dapat kita katakan bahwa, pada anjungan Widuri-A jumlah rele arus
lebih yang ada sangat sedikit, dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan
yang selektif. Hal ini dapat terlihat dari adanya penyulang-penyulang beban
yang tidak memiliki rele arus lebih, melainkan hanya memiliki sekring dan
saklar.
Tabel 4.16 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-A
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDA11-8-1/N 600/5 1.1 2.6 E2 extremely inverse
WIDA11-8-1/P 600/5 1.7 5.5 E1 extremely inverse
WIDA21-F1-1/P 1200/5 3 0.5 77 extremely inverse
WIDA21-G1-1/P 600/5 7 7.7 53 very inverse
WIDA21-G1-2/N 600/5 4 5.3 53 very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
70
Universitas Indonesia
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada salah
satu motor yang disuplai oleh transformator WIDA TR20A dan WIDA TR20B,
maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.17 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDA21
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDA21-F1-1/P 0.047 9.121
WIDA21-G1-2/N 0.551 9.321
WIDA21-G1-1/P 1.058 9.321
Apabila gangguan yang terjadi adalah gangguan 3 fasa, maka rele yang
bekerja adalah sama dan dengan urutan kerja yang sama, tetapi hanya waktu
kerja relenya saja yang berbeda.
Rele WIDA11-8-1/N dan WIDA11-8-1/P berfungsi untuk melindungi
VITA agar gangguan pada anjungan Vita tidak memberikan dampak yang lebih
luas bagi Widuri-A, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Apabil gangguan
terjadi pada salah satu motor yang disuplai oleh transformator WIDA TR20C
atau WIDA TR20D, maka sistem proteksi yang akan bekerja adalah sekring
yang ada pada penyulang masing-masing. Demikian halnya dengan sumur 21
yang hanya memiliki sekring dan saklar. Apabila sekring gagal bekerja, maka
rele yang bekerja adalah rele dari anjungan Widuri-P, sehingga seluruh aliran
daya ke Widuri-A akan terputus.
4.2.8 Widuri-A PCR-C (WIDA PCR)
Tabel 4.18 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-A PCR-C
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDA16A-1B-1/N 1200/5 0.525 4.08 IEEE very inverse
WIDA16A-1B-1/P 1200/5 3 5.29 IEEE mod inverse
WIDA16A-1B-2/N 1200/5 0.38 4.36 IEEE very inverse
WIDA16A-1B-2/P 1200/5 1.8 5.68 IEEE mod inverse
WIDA16A-2A-1/G 50/5 10 0.77 IEEE very inverse
WIDA16A-2A-1/N 600/5 0.75 0.49 IEEE very inverse
WIDA16A-2A-1/P 600/5 2.25 0.84 IEEE very inverse
WIDA16A-2B-1/G 50/5 10 6.78 IEEE very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
71
Universitas Indonesia
WIDA16A-2B-1/N 600/5 0.95 5.61 IEEE very inverse
WIDA16A-2B-1/P 600/5 2.1 9.14 IEEE very inverse
WIDA16A-3B-1/G 50/5 14 0.24 IEEE very inverse
WIDA16A-3B-1/N 1200/5 0.83 0.63 IEEE very inverse
WIDA16A-3B-1/P 1200/5 2.4 2.82 IEEE mod inverse
WIDA16A-5B-1/G 50/5 14 0.24 IEEE very inverse
WIDA16B-5B-1/N 1200/5 0.6 0.63 IEEE very inverse
WIDA16B-5B-1/P 1200/5 2.4 2.82 IEEE mod inverse
WIDA16B-6A-1/G 50/5 12.5 1.26 IEEE very inverse
WIDA16B-6A-1/N 600/5 1.05 1.74 IEEE very inverse
WIDA16B-6A-1/P 600/5 5 57 IAC extreme inverse
WIDA16B-6B-1/G 50/5 5 36.26 IAC extreme inverse
WIDA16B-6B-1/N 600/5 1 0.02 IEEE very inverse
WIDA16B-6B-1/P 600/5 1 25.57 IEEE extreme inverse
WIDA16B-7B-1/G 50/5 6.5 1.25 IAC very inverse
WIDA16B-7B-1/N 600/5 0.68 1.1 IEEE very inverse
WIDA16B-7B-1/P 600/5 2.58 23.87 IAC extreme inverse
WIDA PCR adalah salah satu anjungan besar, dimana terletak
pembangkitan daya 2 x 10 MW. Tidak seperti anjungan lainnya, beban utama
pada WIDA PCR bukanlah motor-motor ESP, tetapi yang menjadi beban
WIDA PCR adalah anjungan lain. Setidaknya ada 4 anjungan yang
mendapatkan daya dari WIDA PCR, yaitu Intan-B, Widuri-C, Widuri-H, dan
Widuri-P. WIDA PCR juga terhubung dengan Widuri-T Solar (WITS). WITS
mengalirkan daya pada WIDA PCR, untuk disalurkan lagi ke anjungan
lainnya. Daya paling banyak dialirkan ke Widuri-P, karena Widuri-P memikul
beban banyak anjungan. Daya sebesar 12 MVA dialirkan melalui dua buah
penyulang, yaitu WIDA16A-1B dan WIDA16B-6B.
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada kabel
bawah laut milik penyulang WIDA16B-6B, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.19 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDA16B-6B
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDA16B-6B-1/N 0.053 372
WIDA16B-6B-1/G 4.954 372
WIDP11B-10A-3/N 6.842 51
WIDA16A-1B-1/N 14.335 345
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
72
Universitas Indonesia
WIDA16A-1B-2/N 22.765 345
WIDP11B-10B-1/N 25.056 199
WIDP11B-10B-2/N 28.258 199
WIDA16B-6B-1/P 78.446 372
4.2.9 Widuri-B (WIDB)
Widuri-B mendapatkan aliran daya dari Widuri-P. Widuri-B memiliki 16
sumur yang mendpatkan aliran daya dari lima penyulang, yang tiga diantaranya
terdapat transformator berkapasitas 2,5 MVA. Sama seperti anjungan lainnya,
beban pada Widuri-B berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag. Setiap penyulang
memikul beban mulai dari 0,8 MVA hingga 1,3 MVA. Setiap penyulang
memiliki rele arus lebih yang cukup memadai untuk membuat sistem proteksi
yang baik.
Tabel 4.20 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-B
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDB11-F1-1/P 600/5 5 10 77 extremely inverse
WIDB11-F1-2/N 600/5 1.5 5 53 very inverse
WIDB11-F1-3/N 600/5 1.5 0.7 V2 very inverse
WIDB11-F1-3/P 600/5 5 9.9 V2 very inverse
WIDB11-F2-1/P 600/5 1 1 51 inverse
WIDB11-F2-2/N 600/5 0.8 0.8 53 very inverse
WIDB11-F3-1/N 600/5 0.8 0.2 C extremely inverse
WIDB11-F3-1/P 600/5 1 0.9 V2 very inverse
WIDB11-T20A-1/P 150/5 6 6.5 77 extremely inverse
WIDB11-T20A-2/N 150/5 2.5 2.8 53 very inverse
WIDB11-T20A-3/G 600/5 1.5 2.1 53 very inverse
WIDB11-T20B-1/P 150/5 6 6.5 77 extremely inverse
WIDB11-T20B-2/N 150/5 4 4.9 53 very inverse
WIDB11-T20C-1/N 600/5 1 0.2 C extremely inverse
WIDB11-T20C-1/P 600/5 1.25 4.5 E2 extreme inverse
WIDB11-T20C-2/G 600/5 5 5.3 77 extremely inverse
WIDB21-F1-1/P 600/5 5 5.4 77 extremely inverse
WIDB21-F2-1/P 600/5 5 5.4 77 extremely inverse
WIDB21-F2-2/N 600/5 3 0.5 77 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
73
Universitas Indonesia
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa pada salah satu motor
yang disuplai oleh penyulang WIDB11-F2, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.21 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 23
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDB11-F2-2/N 0.288 389
WIDB11-F2-1/P 0.476 389
WIDB11-F1-3/N 0.984 389
WIDP11A-2B-2/N 2.655 389
WIDP11A-2B-3/N 4.647 389
WIDB11-F1-2/N 5.954 389
WIDP11A-2B-3/P 19.078 389
Setiap penyulang memiliki jumlah rele arus lebih yang cukup untuk
membuat sistem proteksi yang baik.
4.2.10 Widuri-C (WIDC)
Tabel 4.22 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-C
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDC11-F1-1/P 600/5 3 6.6 53 very inverse
WIDC11-F1-2/N 600/5 1.5 10 77 extremely inverse
WIDC11-F3-1/N 300/5 4.9 0.65 V2 very inverse
WIDC11-F3-1/P 300/5 5 1.5 V2 very inverse
WIDC11-T20A-1/P 150/5 4 10 53 very inverse
WIDC11-T20A-2/N 150/5 2.5 2.8 53 very inverse
WIDC11-T20A-3/G 600/5 4 10 53 very inverse
WIDC11-T20B-1/P 200/5 2 9 53 very inverse
WIDC11-T20B-2/N 200/5 1 2.7 53 very inverse
WIDC12-1B-1/N 300/5 0.7 0.6 U3 very inverse
WIDC12-1B-1/P 300/5 2.5 1.21 U4 extremely inverse
WIDC12-2B-1/N 300/5 1.7 0.5 U4 extremely inverse
WIDC12-2B-1/P 300/5 2 2.32 U4 extremely inverse
WIDC13-2C-1/N 600/5 0.85 0.5 E2 extremely inverse
WIDC13-2C-1/P 600/5 1 2.6 E2 extremely inverse
WIDC21-F1-1/P 600/5 4 2.3 53 very inverse
WIDC21-F2-1/P 600/5 4 0.9 53 very inverse
WIDC21-F2-2/N 600/5 3 0.5 77 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
74
Universitas Indonesia
Widuri-C mendapatkan aliran daya dari WIDA-PCR. Sama seperti
anjungan lainnya, beban pada Widuri-C berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag.
Widuri-C memiliki banyak sumur, dengan bentuk jaringan gabungan radial dan
loop. Setiap penyulang memiliki rele arus lebih yang cukup memadai untuk
membuat sistem proteksi yang baik.
Pada jaringan yang berbentuk loop, apabila terjadi gangguan hubung
pendek satu fasa ke tanah pada salah satu sumur yang mendapatkan aliran daya
dari bus WIDC21, maka rele yang akan bekerja adalah:
Tabel 4.23 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDC21
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan
30 cycle (A)
WIDC21-F2-2/N 0.04 5990
WIDC21-F2-1/P 0.13 5990
WIDC21-F1-1/P 0.257 8571
WIDC11-T20B-2/N 0.316 603
WIDC11-T20A-2/N 0.368 859
WIDC11-F1-2/N 0.891 1462
WIDC11-T20A-3/G 1.144 8598
WIDC11-T20B-1/P 1.659 603
WIDC11-T20A-1/P 2.007 859
WIDC11-F1-1/P 2.407 1462
WIDA16A-2B-1/P 9.997 1462
4.2.11 Widuri-D (WIDD)
Tabel 4.24 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-D
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDD11-F1-1/P 1200/5 2 10 77 extremely inverse
WIDD11-F1-2/N 1200/5 0.8 10 53 very inverse
WIDD11-F1-3/N 1200/5 1.5 1.1 V2 very inverse
WIDD11-F1-3/P 1200/5 2.5 9.9 E2 extremely inverse
WIDD11-F2-2/N 600/5 0.5 10 51 inverse
WIDD11-F3-1/N 600/5 1.78 1.35 U4 extremely inverse
WIDD11-F3-1/P 600/5 1.5 11.97 U4 extremely inverse
WIDD11-F4-1/N 300/5 4.5 0.6 E1 extremely inverse
WIDD11-F4-1/P 300/5 5 1.3 E1 extremely inverse
WIDD11-T20A-1/P 300/5 4 5 77 extremely inverse
WIDD11-T20A-2/N 300/5 0.5 1 53 very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
75
Universitas Indonesia
WIDD11-T20A-3/G 600/5 4 2.3 53 very inverse
WIDD11-T20B-1/P 600/5 2 5 77 extremely inverse
WIDD11-T20B-2/N 600/5 0.5 1 53 very inverse
WIDD11-T20B-3/G 600/5 4 2.3 53 very inverse
WIDD12-1B-1/N 300/5 1.25 6.5 E1 extremely inverse
WIDD12-1B-1/P 300/5 1.5 4.8 V2 very inverse
WIDD12-1B-2/G 100/5 1.2 0.5 77 extremely inverse
WIDD12-2B-1/G 100/5 15 0.5 U4 extremely inverse
WIDD12-2B-1/P 300/5 6 5 U4 extremely inverse
WIDD12-3A-1/N 300/5 4.3 0.4 E1 extremely inverse
WIDD12-3A-1/P 300/5 4.5 7.8 E1 extremely inverse
WIDD12-3B-1/N 300/5 0.59 1.2 E1 extremely inverse
WIDD12-3B-1/P 300/5 2.5 5 E2 extremely inverse
WIDD12-3B-2/G 100/5 2 2 77 extremely inverse
WIDD21-F1-1/P 1200/5 6 5 77 extremely inverse
WIDD21-F1-2/N 1200/5 2 2.5 53 very inverse
WIDD11-F2-1/P 600/5 1 10 77 extremely inverse
Widuri-D mendapatkan aliran daya dari Widuri-P dengan jaringan
berbentuk loop antara Widuri-P, Widuri-D, dan Widuri-E. Widuri-D memiliki
beban berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag. Selain itu Widuri-D juga
menyuplai daya ke tiga anjungan lainnya, yaitu Widuri-F, Widuri-G dan
Widuri North-A (WINA). Untuk beban miliknya sendiri, Widuri-D memiliki
empat penyulang beban yang masing-masing memikul beban mulai dari 1,5
MVA hingga 3 MVA. Setiap penyulang di Widuri-D memiliki rele arus lebih
yang cukup untuk membuat sistem proteksi yang baik.
Sebagai contoh, apabila gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah di
salah satu motor yang di suplai oleh bus WIDD13, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.25 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDD13
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDD12-2B-1/G 2.286 410
WIDD11-F3-1/N 2.892 410
WIDD11-F3-1/P 16.59 410
WIDD11-F1-2/N 16.741 380
WIDD12-2B-1/P 22.856 410
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
76
Universitas Indonesia
Alasan mengapa WIDD11-F2-1/P atau WIDD11-F2-2/N tidak bekerja
sekalipun turut memberikan arus gangguan, karena arus gangguan dari
WIDD11-F2 hanya sebesar 39 A, yang lebih kecil daripada arus normal (In)
atau arus beban puncak (Iload max) yang mengalir di saluran tersebut.
4.2.12 Widuri-E (WIDE)
Tabel 4.26 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-E
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDE12-1D-1/N 400/5 1.5 0.8 ANSI very inverse
WIDE12-1D-1/P 400/5 1.65 2 ANSI mod inverse
WIDE12-3D-1/N 200/5 1 1 ANSI very inverse
WIDE12-3D-1/P 200/5 2.27 0.5 ANSI short inverse
WIDE12-4D-1/N 200/5 1 0.5 ANSI very inverse
WIDE12-4D-1/P 200/5 2 0.5 ANSI short inverse
WIDE14-1C-1/N 300/5 2.5 3 V2 very inverse
WIDE14-1C-1/P 300/5 4.5 9 E2 extreme inverse
Widuri-E mendapatkan aliran daya dari Widuri-P, dengan bentuk
jaringan berbentuk loop antara Widuri-P, Widuri-D, dan Widuri-E. Sama
seperti anjungan lainnya, Widuri-E memiliki beban berupa motor ESP dengan
pf 0,82 lag. Selain itu Widuri-E juga menyuplai daya ke anjungan lain, yaitu
Aida. Untuk beban miliknya sendiri, Widuri-E memiliki tiga penyulang beban
yang masing-masing memikul beban dibawah 1 MVA. Terdapat satu buah
penyulang beban di Widuri-E yang tidak memiliki rele arus lebih, yaitu
WIDE12-5D .
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada salah
satu motor yang terhubung dengan bus WIDE21, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.27 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDE21
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDE12-3D-1/P 0.42 566
WIDE12-1D-1/P 0.743 566
WIDD11-F2-2/N 1.906 352
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
77
Universitas Indonesia
WIDP11A-1A-1/P 1.915 228
WIDD11-F2-1/P 4.744 352
WIDD11-F1-2/N 19.84 352
4.2.13 Widuri-F (WIDF)
Tabel 4.28 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-F
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDF11-1A-1/N 200/5 6.5 0.5 ANSI extreme inverse
WIDF11-1A-1/P 200/5 5.6 7.23 ANSI extreme inverse
WIDF11-3A-1/N 150/5 1 0.6 ANSI extreme inverse
WIDF11-3A-1/P 150/5 4 12.6 ANSI extreme inverse
WIDF21-1-1/N 600/5 5.5 2 ANSI extreme inverse
WIDF21-1-1/P 600/5 5.5 8.2 ANSI extreme inverse
Widuri-F adalah sebuah platfrom kecil yang mendapatkan aliran daya
dari Widuri-D. Widuri hanya memiliki sebuah sumur yang beroperasi, yaitu
sumur 1. Motor yang digunakan pada sumur tersebut adalah motor ESP
berukuran 80 HP dengan pf 0,82 lag. Widuri-F memiliki rele arus lebih yang
memadai untuk membuat sistem proteksi yang baik.
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada motor
di sumur 1, maka rele pertama yang bekerja adalah:
Tabel 4.29 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan
30 cycle (A)
WIDF21-1-1/N 0.126 8023
WIDF21-1-1/P 0.515 8023
WIDF11-3A-1/P 1.919 806
WIDF11-1A-1/P 3.593 806
WIDD12-3A-1/P 7.074 806
Apabila yang terjadi adalah gangguan 3 fasa, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.30 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDF21-1-1/P 0.652 6704
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
78
Universitas Indonesia
WIDF11-3A-1/P 1.068 1166
WIDF11-1A-1/P 1.739 1166
WIDD12-3A-1/P 3.213 1166
4.2.14 Widuri-G (WIDG)
Tabel 4.31 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-G
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDG11-1A-1/N 200/5 6.5 0.5 E2 extremely inverse
WIDG11-1A-1/P 200/5 6.5 1.7 E2 extremely inverse
WIDG11-2A-1/N 200/5 0.59 1.2 E1 extremely inverse
WIDG11-2A-1/P 200/5 3 3.3 E2 extremely inverse
WIDG11-2A-2/G 600/5 6 5 77 extremely inverse
Widuri-G mendapatkan aliran daya dari Widuri-D. sama seperti anjungan
lainnya, Widuri-G memiliki beban berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag di
setiap sumur yang dimilikinya. Widuri-G memiliki 5 sumur yang beroperasi,
yang mendapatkan aliran daya dari tiga buah penyulang beban yang
dimilikinya. Dari ketiga penyulang beban, hanya satu yang memiliki rele arus
lebih sebagai sistem proteksinya, yaitu WIDG11-2A. Sementara penyulang
WIDG11-4A (sumur 3) dan WIDG11-5A (sumur 5) hanya menggunakan
sekring (fuse) dan saklar (switch).
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa pada sumur yang
disuplai oleh WIDG11-2A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.32 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDG11-2A-2/G 0.234 9121
WIDG11-2A-1/P 0.332 916
WIDG11-1A-1/P 0.747 916
WIDD11-F4-1/P 1.143 916
WIDD11-F1-2/N 3.579 856
WIDD11-F1-1/P 20.527 856
WIDD11-F1-3/P 46.346 856
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
79
Universitas Indonesia
Bila yang terjadi adalah gangguan hubung pendek tiga fasa, maka rele
yang pertama kali bekerja adalah:
Tabel 4.33 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 1
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDG11-2A-1/P 0.182 1385
WIDG11-1A-1/P 0.336 1385
WIDD11-F4-1/P 0.491 1385
WIDD11-F1-2/N 2.126 1294
WIDD11-F1-1/P 7.37 1294
WIDD11-F1-3/P 13.07 1294
WIDD11-F2-2/N 29.646 92
4.2.15 Widuri-H (WIDH)
Tabel 4.34 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-H
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDH11-1A-1/N 200/5 2 0.8 E2 extremely inverse
WIDH11-1A-1/P 200/5 4.5 1.6 V2 very inverse
WIDH11-2A-1/N 200/5 0.75 4 V2 very inverse
WIDH11-2A-1/P 200/5 3.15 3 E2 extremely inverse
Widuri-H mendapatkan aliran daya langsung dari Widuri-A PCR-C.
Widuri-H memiliki 5 sumur yang mendapatkan aliran daya dari dua penyulang
beban. Penyulang WIDH11-2A menyuplai sumur 4, 7, 13, dan 16 (total beban
0,438 MVA), melalui sebuah transformator 2,5 MVA. Penyulang WIDH11-4A
menyuplai sumur 15 (0,103 MVA). Penyulang WIDH11-4A tidak dilengkapi
dengan rele arus lebih untuk sistem proteksinya. Penyulang tersebut hanya
menggunakan saklar dan sekring untuk sistem proteksinya.
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada salah
satu sumur di WIDH11-2A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.35 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 4
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDH11-2A-1/P 0.304 961
WIDH11-1A-1/P 0.466 961
WIDA16A-2A-1/P 1.823 961
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
80
Universitas Indonesia
Apabila yang terjadi adalah gangguan 3 fasa, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.36 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 4
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDH11-2A-1/P 0.164 1478
WIDH11-1A-1/P 0.304 1478
WIDA16A-2A-1/P 0.981 1478
4.2.16 Widuri-P (WIDP)
Widuri-P adalah salah satu anjungan besar, dimana terletak
pembangkitan daya 2 x 3,5 MW. Tidak seperti anjungan lainnya, beban utama
pada Widuri-P bukanlah motor-motor ESP, tetapi yang menjadi beban Widuri-
P adalah anjungan lain. Setidaknya ada 6 anjungan yang mendapatkan daya
langsung dari Widuri-P, yaitu Widuri-A, Widuri-B, Widuri-D, Widuri-E, Inda,
Intan-B. juga terhubung dengan WIDA PCR dan Widuri-T Solar (WITS).
WIDA PCR dan WITS mengalirkan daya pada Widuri-P, untuk disalurkan lagi
ke anjungan lainnya. Dapat dikatakan bahwa semua anjungan di daerah utara
akan berpusat di Widuri-P.
Tabel 4.37 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-P
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WIDP01-F1-1/P 500/5 1.2 1.4 53 very inverse
WIDP01-F1-2/P1 500/5 1.2 9.86 IAC very inverse
WIDP01-F1-2/P2 500/5 1.2 14.94 IAC very inverse
WIDP01-T1-1/P 300/5 2.5 8.2 77 extremely inverse
WIDP01-T1-2/N 300/5 1 10 53 very inverse
WIDP01-T1-3/G 600/5 0.5 4 53 very inverse
WIDP01-T2-1/P 300/5 2 8.1 77 extremely inverse
WIDP01-T2-2/N 300/5 1 10 53 very inverse
WIDP11A-1A-1/P 1200/5 0.6 0.8 77 extremely inverse
WIDP11A-1A-2/N 1200/5 0.5 1.1 53 very inverse
WIDP11A-1A-3/N 1200/5 0.42 1.5 IEEE very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
81
Universitas Indonesia
WIDP11A-1A-3/P 1200/5 3 0.8 IEEE extreme inverse
WIDP11A-1B-1/P 600/5 3 10 53 very inverse
WIDP11A-1B-2/N 600/5 1 10 53 very inverse
WIDP11A-1B-3/N 600/5 1 2.8 IEEE very inverse
WIDP11A-1B-3/P 600/5 2 1.02 IEEE very inverse
WIDP11A-2A-1/N 1200/5 0.7 15 B6 very inverse
WIDP11A-2A-1/P 1200/5 5 26 B4 mod inverse
WIDP11A-2A-2/N 1200/5 0.7 0.8 IEEE very inverse
WIDP11A-2A-2/P 1200/5 3 1.2 IEEE mod inverse
WIDP11A-2A-3/N 1200/5 0.625 0.55 IEEE very inverse
WIDP11A-2A-3/P 1200/5 2.625 1.2 IEEE mod inverse
WIDP11A-2B-1/P 600/5 10 10 77 extremely inverse
WIDP11A-2B-2/N 600/5 1.5 2.4 53 very inverse
WIDP11A-2B-3/N 600/5 0.745 2.93 IEEE very inverse
WIDP11A-2B-3/P 600/5 2.5 4.59 IEEE extreme inverse
WIDP11A-3B-1/G 150/5 2.5 13.69 IAC very inverse
WIDP11A-3B-1/P 300/5 3.5 5 ANSI mod inverse
WIDP11A-3B-2/N 300/5 1.265 3.63 IEEE very inverse
WIDP11A-3B-2/P 300/5 3.5 1.1 IEEE mod inverse
WIDP11A-4B-1/P 100/5 10 2 53 very inverse
WIDP11A-4B-3/N 100/5 0.4 0.17 IEEE very inverse
WIDP11A-4B-3/P 100/5 1 0.4 IEEE very inverse
WIDP11A-T1-1/P 600/5 5 7.2 77 extremely inverse
WIDP11A-T1-2/N 600/5 0.5 4 53 very inverse
WIDP11B-8B-1/P 600/5 5 3.1 53 very inverse
WIDP11B-8B-3/N 600/5 0.9 0.35 IEEE very inverse
WIDP11B-8B-3/P 600/5 3.3 0.6 IEEE very inverse
WIDP11B-10A-1/P 1200/5 0.8 8.8 IEEE extreme inverse
WIDP11B-10A-2/N 1200/5 1 5.5 53 very inverse
WIDP11B-10A-3/N 1200/5 0.1 1.12 IEEE very inverse
WIDP11B-10A-3/P 1200/5 0.375 63.42 IAC extreme inverse
WIDP11B-10B-1/N 150/5 1.7 64.68 ANSI extreme inverse
WIDP11B-10B-1/P 300/5 3.5 16.96 ANSI very inverse
WIDP11B-10B-2/N 300/5 1.925 14.38 IAC very inverse
WIDP11B-10B-2/P 300/5 3.5 4.52 IEEE very inverse
WIDP11B-11A-1/N 1200/5 0.65 9.7 U3 very inverse
WIDP11B-11A-1/P 1200/5 3.25 10 U3 very inverse
WIDP11B-11A-2/N 1200/5 0.8 4.03 IAC very inverse
WIDP11B-11A-2/P 1200/5 3.25 2 IEEE very inverse
WIDP11B-11B-1/P 1200/5 3 19 B6 very inverse
WIDP11B-11B-1/N 1200/5 0.3 8 B6 very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
82
Universitas Indonesia
WIDP11B-11B-2/N 1200/5 0.36 1.7 IEEE very inverse
WIDP11B-11B-2/P 1200/5 5 5.8 IEEE extreme inverse
WIDP11B-12A-1/N 1200/5 0.3 6 B6 very inverse
WIDP11B-12A-1/P 1200/5 3 28 B6 very inverse
WIDP11B-12A-2/N 1200/5 0.36 1.7 IEEE very inverse
WIDP11B-12A-2/P 1200/5 5 25.94 IAC extreme inverse
WIDP11B-12B-1/P 1200/5 2.5 4 53 very inverse
WIDP11B-12B-2/N 1200/5 0.6 4.3 53 very inverse
WIDP11B-12B-3/N 1200/5 0.405 3.19 IEEE very inverse
WIDP11B-12B-3/P 1200/5 1.35 0.8 IEEE very inverse
WIDP11B-T2-1/P 600/5 2.5 5.5 77 extremely inverse
WIDP11B-T2-2/N 600/5 0.5 4 53 very inverse
Sebagai anjungan induk, yang menjadi muara aliran daya bagi semua
anjungan di daerah utara, maka ketika ada gangguan hubung pendek di
anjungan-anjungan lain, akan memberikan dampak bagi Widuri-P. Oleh karena
itu, setelan rele di Widuri-P dibuat dengan asumsi lokasi gangguan terdapat di
anjungan lain (seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dan pada
bagian berikutnya). Hal ini didukung juga dengan probabilitas terjadinya
gangguan akibat anjungan lain yang tentu lebih besar dibanding probabilitas
terjadinya gangguan akibat anjungan Widuri-P itu sendiri.
Yang menjadi menarik adalah ketika gangguan terjadi di saluran
transmisi bawah laut dari Widuri-P ke anjungan lain. Sebagai contoh pada
jaringan loop WIDP-WIDD-WIDE, apabila gangguan hubung pendek satu fasa
ke tanah terjadi pada saluran transmisi WIDP-WIDD (pada penyulang
WIDP11B-11A), maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.38 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDP11B-11A
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WIDP11B-11A-2/N 5.736 372
WIDP11B-11A-1/N 8.961 372
WIDP11B-10B-1/N 26.288 194
WIDP11B-10B-2/N 30.294 194
Kedua rele yang disebutkan terakhir pada tabel diatas akan memutus
generator GT3 dari jaringan. Generator GT2 yang sama-sama terletak di
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
83
Universitas Indonesia
anjungan Widuri-P tidak akan diputus. Hal ini dikarenakan CB yang berperan
sebagai pengikat bus (bus tie) akan bekerja, memisahkan hubungan antara bus
WIDP11A dengan bus WIDP11B. Sama halnya apabila gangguan terjadi pada
saluran transmisi WIDP-WIDE (pada penyulang WIDP11A-1A), bila rele pada
penyulang WIDP11A-1A gagal bekerja, maka rele pada penyulang WIDP11A-
3B, yaitu WIDP11A-3B-3N akan bekerja setelah 11,604 detik, memutus
generator GT2 dari jaringan. Karena bus-tie bekerja, maka gangguan tersebut
tidak akan mengakibatkan rele pada generator GT3 bekerja.
4.2.17 Widuri-T Solar (WITS)
WITS adalah salah satu anjungan besar, dimana terletak pembangkitan
daya 5 x 3,5 MW (4 unit lama, 1 unit baru ditambahkan). Tidak seperti
anjungan lainnya, beban utama pada WITS bukanlah motor-motor ESP, tetapi
yang menjadi beban WITS adalah anjungan lain. WITS terhubung dengan
WIDA PCR dan Widuri-P. WITS mengalirkan daya ke Widuri-P (ada yang
secara langsung dan ada yang melalui WIDA PCR), untuk disalurkan lagi ke
anjungan-anjungan lainnya. WITS tidak terhubung secara langsung dengan
anjungan lainnya, selain WIDA PCR dan Widuri-P.
Tabel 4.39 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-T Solar
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WITS11A-1A-1/G 50/5 0.6 1 B4 mod inverse
WITS11A-1A-1/P 100/5 1.5 16 B6 very inverse
WITS11A-1A-2/P 2000/5 0.5 5 V1 very inverse
WITS11A-1B-1/G 50/5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11A-1B-1/P 75/5 2 16 B7 extremely inverse
WITS11A-1B-2/P 2000/5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11A-2A-1/G 75/5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11A-2A-1/P 75/5 2 16 B7 extremely inverse
WITS11A-2A-2/P 2000/5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11A-2B-1/G 75/5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11A-2B-1/P 75/5 2 16 B7 extremely inverse
WITS11A-2B-2/P 2000/5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11A-3B-1/G 50/5 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
84
Universitas Indonesia
WITS11A-3B-1/P 400/5 3 69 B5 inverse time
WITS11A-4B-1/G 50/5 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
WITS11A-4B-1/P 400/5 3 70 B5 inverse time
WITS11A-5B-1/G 50/5 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
WITS11A-5B-1/P 400/5 3 70 B5 inverse time
WITS11A-6B-1/N 1200/5 0.3 15 B6 very inverse
WITS11A-6B-1/P 1200/5 3 55 B6 very inverse
WITS11B-11A-1/N 1200/5 0.31 11 B6 very inverse
WITS11B-11A-1/P 1200/5 3 79 B6 very inverse
WITS11B-12B-1/G 50/5 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
WITS11B-12B-1/P 400/5 3 70 B5 inverse time
WITS11B-13B-1/G 50/5 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
WITS11B-13B-1/P 400/5 3 70 B5 inverse time
WITS11B-10B-1/N 1200/5 0.32 16 B6 very inverse
WITS11B-10B-1/P 1200/5 3 63 B6 very inverse
WITS11B-15A-1/G 75/5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11B-15A-1/P 75/5 2 16 B7 extremely inverse
WITS11B-15A-2/P 2000/5 0.75 1 E1 extremely inverse
WITS11B-15B-1/G 75/5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11B-15B-1/P 75/5 2 16 B7 extremely inverse
WITS11B-15B-2/P 2000/5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11B-16A-1/G 50/5 0.6 1 B4 mod inverse
WITS11B-16A-1/P 100/5 1.5 16 B6 very inverse
WITS11B-16A-2/P 2000/5 0.5 5 V1 very inverse
WITS11B-16B-1/G 50/5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11B-16B-1/P 75/5 6.1 25 B7 extremely inverse
WITS11B-16B-2/P 2000/5 0.5 4 E1 extremely inverse
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada saluran
transmisi WITS-WIDP, di penyulang WITS11B-11A, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.40 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WITS11B-11A
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan
30 cycle (A)
WITS11B-11A-1/N 0.898 276
WIDA16B-7B-1/G 1.412 138
WIDP11B-12A-1/N 1.894 138
WIDP11B-11B-1/N 2.34 138
WITS11A-6B-1/N 3.921 138
WITS11B-10B-1/N 4.722 138
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
85
Universitas Indonesia
WIDA16B-7B-1/N 12.138 138
WIDP11B-11B-2/N 22.109 138
WIDP11B-12A-2/N 22.164 138
WIDP11B-10B-1/N 25.787 196
WIDP11B-10B-2/N 29.461 196
Dari urutan kerja rele pada tabel 4.40 terlihat bahwa rele arus lebih biasa
kurang baik untuk melindungi jaringan berbentuk loop. Apabila digunakan rele
arus lebih berarah pada jaringan loop WITS – WIDP – WIDA PCR, maka
ketika terjadi gangguan pada di saluran transmisi WITS – WIDP, melalui
penyulang WITS11B-11A, maka urutan rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.41 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WITS11B-11A Dengan
Menggunakan Rele Arus Lebih Berarah
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WITS11B-11A-1/N 0.178 276
WITS11A-6B-1/N 0.522 138
WITS11B-10B-1/N 0.858 138
WIDA16B-7B-1/G 1.209 138
WIDP11B-11B-1/N 1.66 138
WIDP11B-12A-1/N 2.344 138
WIDA16A-1B-1/N 3.932 107
WIDP11A-2A-3/N 4.683 107
Dengan demikian penggunaan rele arus lebih berarah pada jaringan
berbentuk loop dapat membuat koordinasi rele menjadi lebih baik, karena rele
bekerja dengan lebih berurutan. Hal ini membuat sistem proteksi menjadi lebih
selektif.
4.2.18 Widuri North-A (WINA)
Widuri North-A (WINA) merupakan satu dari tiga buah anjungan yang
mendapatkan aliran daya dari Widuri-D. WINA memiliki 8 buah sumur yang
mendapatkan aliran daya dari tiga penyulang beban. Beban WINA berupa
motor ESP 50 HP sampai 466 HP, dengan pf 0,82 lag. Dari ketiga penyulang,
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
86
Universitas Indonesia
hanya penyulang WINA12-2A yang memiliki rele arus lebih sebagai sitem
proteksi. Penyulang lainnya hanya mengguanakan saklar yang disertai dengan
sekring.
Tabel 4.42 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri North-A
Nama Rele Rasio CT
Arus Pickup (A)
TMS (detik) Kurva Karakteristik
WINA11-2A-1/N 200/5 0.24 0.05 IEC normal inverse
WINA11-2A-1/P 200/5 1.35 0.05 IEC very inverse
WINA11-2A-2/G 600/5 5 1.9 77 extremely inverse
Apabila terjadi gangguan hubung pendek pada sumur yang
mendapatkan aliran daya dari penyulang WINA11-2A, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.43 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 3
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WINA11-2A-2/G 0.098 8679
WINA11-2A-1/P 0.303 871
WIDD12-1B-1/P 0.759 871
WIDD11-F3-1/P 3.446 871
WIDD11-F1-2/N 3.861 814
WIDD11-F1-1/P 23.568 814
WIDD11-F1-3/P 56.98 814
Bila gangguan yang terjadi adalah gangguan hubung pendek 3 fasa, maka
rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.44 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 3
Nama Rele Waktu (detik) Arus Gangguan 30 cycle (A)
WINA11-2A-1/P 0.182 1273
WIDD12-1B-1/P 0.625 1273
WIDD11-F3-1/P 1.806 1273
WIDD11-F1-2/N 2.33 1190
WIDD11-F1-1/P 8.954 1190
WIDD11-F1-3/P 16.3 1190
WIDD11-F2-2/N 29.646 85
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
87 Universitas Indonesia
KESIMPULAN
Dari simulasi dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Untuk nilai setelan arus bagi rele arus lebih, yang terendah bernilai 0,1
Ampere, dan yang tertinggi bernilai 15 Ampere. Untuk nilai setelan TMS
bagi rele arus lebih, yang terendah bernilai 0,02 detik, dan yang tertinggi
bernilai 79 detik. Untuk kurva karakteristik rele, jenis yang digunakan
adalah instantaneous dan invers.
2. Penggunaan rele arus lebih biasa pada jaringan loop tidak dapat memberikan
koordinasi yang cukup baik (rele bekerja paling cepat setelah 0,898 detik
dan paling lambat setelah 29,461 detik). Apabila digunakan rele arus lebih
berarah pada jaringan yang berbentuk loop, khususnya pada jaringan loop
WIDP – WITS – WIDA PCR, koordinasi rele menjadi lebih baik (rele
bekerja paling cepat setelah 0,178 detik dan paling lambat setelah 4,683
detik).
3. Koordinasi antar rele arus lebih, baik rele arus lebih gangguan fasa maupun
rele arus lebih gangguan tanah, pada jaringan sistem tenaga listrik di daerah
operasi CNOOC SES Ltd bagian Utara dengan kondisi pembangkitan yang
baru, sudah baik dan sesuai dengan prinsip sistem proteksi.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
88
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1] Kuliah Sistem Tenaga Listrik, oleh Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA pada
tanggal 26 November 2010, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
[2] Arif Wirawan, “Perancangan Sistem Koordinasi Rele Proteksi Pada
Perencanaan Jaringan Distribusi Ring di EMP Malacca Strait Dengan
Menggunakan Rele Arus Lebih Berarah”, Skripsi S1, Universitas Indonesia,
Depok, 2010.
[3] Nasser, Tleis, “Power Systems Modelling and Fault Analysis”, Elsevier,
Chennai, 2008.
[4] Weedy, B.M., Corry, B.J., “Electric Power Systems”, 4th
Ed, John Wiley &
Sons, Chichester, 2004.
[5] Kuliah Proteksi Sistem Tenaga Listrik, oleh Ir. Sri Rejeki, Dipl. Ing., dari 31
Agustus 2010 hingga 6 November 2010 , Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
[6] Blackburn, J.L., Domin, T.J., “Protective relaying: Principles and
Application”, 3rd
Ed, CRC Press, Boca Raton, 2007.
[7] Giovanni Joshua, “Analisa Aplikasi Koordinasi Proteksi Generator GE dan
Alstom Pada PLTG 3 x 20MW Milik CNOOC SES Ltd di Pulau Pabelokan”,
Seminar S1, Universitas Indonesia, Depok, 2010.
[8] Ravindranath, B., Chander, M., “Power System Protection and Switchgear”,
Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1985.
[9] Hewitson, L.G., Brown, M., Balakrishnan, R., “Practical Power Systems
Protection”, Elsevier, Perth, 2004.
[10] “Protective Relays Application Guide”, 2nd
Ed, GEC Measurment, Stafford,
1985.
[11] IEEE Std 242 -2001TM
, “Buff BookTM
: Protection and Coordination of
Industrial and Commercial Power Systems”, IEEE, New York, 2001.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
89
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arif Wirawan, “Perancangan Sistem Koordinasi Rele Proteksi Pada
Perencanaan Jaringan Distribusi Ring di EMP Malacca Strait Dengan
Menggunakan Rele Arus Lebih Berarah”, Skripsi S1, Universitas Indonesia,
Depok, 2010.
Blackburn, J.L., Domin, T.J., “Protective relaying: Principles and Application”,
3rd
Ed, CRC Press, Boca Raton, 2007.
GEC Measurment, “Protective Relays Application Guide”, 2nd
Ed, Balding &
Mansell Ltd., London, 1985.
Giovanni Joshua, “Analisa Aplikasi Koordinasi Proteksi Generator GE dan
Alstom Pada PLTG 3 x 20MW Milik CNOOC SES Ltd di Pulau Pabelokan”,
Seminar S1, Universitas Indonesia, Depok, 2010.
Hewitson, L.G., Brown, M., Balakrishnan, R., “Practical Power Systems
Protection”, Elsevier, Perth, 2004.
IEEE Std 242 -2001TM
, “Buff BookTM
: Protection and Coordination of Industrial
and Commercial Power Systems”, IEEE, New York, 2001.
Nasser, Tleis, “Power Systems Modelling and Fault Analysis”, Elsevier, Chennai,
2008.
Ravindranath, B., Chander, M., “Power System Protection and Switchgear”,
Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1985.
Weedy, B.M., Corry, B.J., “Electric Power Systems”, 4th
Ed, John Wiley & Sons,
Chichester, 2004.
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
90
LAMPIRAN 1
SETELAN RELE PADA KONDISI KE-1
Nama Rele Tipe Rasio CT
Arus Setelan
(A) Kurva Karakteristik
Time Dial
(detik)
Jangkauan Instant.
Setelan Instant.
AIDA11-3A-1/N BE1-851 400/5 1.25 E2, Extremely Inverse 2.3 Disabled
AIDA11-3A-1/P BE1-851 400/5 4 E2, Extremely Inverse 6.3 Disabled
AIDA12-9A-1/N BE1-851 500/5 0.5 I2, Inverse Time 1 0.5-9.99 0.6
AIDA12-9A-1/P BE1-851 500/5 1.25 E2, Extremely Inverse 3 Disabled
AIDA12-10A-1/N BE1-851 500/5 0.5 I2, Inverse Time 1 0.5-9.99 0.6
AIDA12-10A-1/P BE1-851 500/5 1.25 E2, Extremely Inverse 3 Disabled
INDA11-1C-1/N BE1-851 400/5 4 E2, Extremely Inverse 0.7 10-99.9 22.5
INDA11-1C-1/P BE1-851 400/5 4 V2, Very Inverse 1.7 Disabled
INDA13-7A-1/N SPAJ 140 C 600/5 0.1 Extremely Inverse 0.1 0.1-10 0.4
INDA13-7A-1/P SPAJ 140 C 600/5 0.5 Extremely Inverse 0.05 0.5-40 5
INTA11-F1-1/P IFC 77 600/5 5 Extremely Inverse 8.5 Disabled
INTA11-F1-2/N IFC 53 600/5 2.5 Very Inverse 6.8 Disabled
INTA11-T20-1/N IFC 53 300/5 0.5 Very Inverse 1 2-50 3
INTA11-T20-1/P IFC 77 300/5 4 Extremely Inverse 3.5 Disabled
INTA11-T20-3/G IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.5 Disabled
INTA11-T21-1/P IFC 77 250/5 8 Extremely Inverse 10 Disabled
INTA11-T21-2/N IFC 53 250/5 4 Very Inverse 5 Disabled
INTA21-F1-1/P IFC 77 1200/5 5 Extremely Inverse 4 Disabled
INTAC11-1C-1/N 7SJ62 200/5 2.5 V, Very Inverse 0.5 0.25-175 50
INTAC11-1C-1/P 7SJ62 200/5 5 E, Extremely Inverse 8 0.5-175 150
INTAC11-3C-1/N 7SJ600 150/5 0.2 E, Extremely Inverse 0.5 0.1-25 0.7
INTAC11-3C-1/P 7SJ600 150/5 1 E, Extremely Inverse 3.2 Disabled
INTAC21-T1-1/N 7SJ600 600/5 1.1 V, Very Inverse 1 Disabled
INTAC21-T1-1/P 7SJ600 600/5 1.4 E, Extremely Inverse 2 Disabled
INTB01-F1-1/N1 7SJ600 800/5 0.1 Very Inverse 0.5 0.1-25 0.5
INTB01-F1-1/P 7SJ600 800/5 0.6 E, Extremely Inverse 4.2 Disabled
INTB11-F1-1/P IFC 77 1200/5 5 Extremely Inverse 4.5 Disabled
INTB11-F1-2/N IFC 53 1200/5 2.5 Very Inverse 7 Disabled
INTB11-F2-1/N BE1-851 600/5 3.3 E1, Extremely Inverse 2 Disabled
INTB11-F2-1/P BE1-851 600/5 3.4 E2, Extremely Inverse 4 Disabled
INTB11-F3-1/P IFC 77 600/5 5 Extremely Inverse 10 6-150 50
INTB11-F3-2/N IFC 53 600/5 2.5 Very Inverse 9 2-50 47.5
INTB11-F4-1/P IFC 77 600/5 4 Extremely Inverse 7.2 Disabled
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
91
INTB11-F4-2/N IFC 53 600/5 2.5 Very Inverse 4 2-50 35
INTB11-T20A-1/N IFC 53 300/5 1 Very Inverse 1 2-50 3
INTB11-T20A-1/P IFC 77 300/5 2 Extremely Inverse 8 Disabled
INTB11-T20A-3/G IFC 53 600/5 5 Very Inverse 1.8 Disabled
INTB11-T20B-1/N IFC 53 300/5 1 Very Inverse 1 2-50 3
INTB11-T20B-1/P IFC 77 300/5 4 Extremely Inverse 7 Disabled
INTB11-T20B-3/G IFC 77 1200/5 2.5 Extremely Inverse 8.5 Disabled
INTB12-3B-1/N BE1-851 600/5 1.7 E2, Extremely Inverse 1.5 Disabled
INTB12-3B-1/P BE1-851 600/5 4 E2, Extremely Inverse 3 Disabled
INTB13-4B-1/N BE1-851 400/5 2.5 E2, Extremely Inverse 1.5 10-99.9 25
INTB13-4B-1/P BE1-851 400/5 6 E2, Extremely Inverse 3 Disabled
INTB13-5B-1/N BE1-851 200/5 2.5 E2, Extremely Inverse 3.5 10-99.9 17
INTB13-5B-1/P BE1-851 200/5 7.5 E2, Extremely Inverse 4.5 10-99.9 70
INTB21-F1-1/P IFC 77 1200/5 3 Extremely Inverse 5 Disabled
INTB21-F2-1/P IFC 77 1200/5 5 Extremely Inverse 4.5 Disabled
NEIA12-3B-1/N SPAJ 140 C 400/5 0.8 Normal Inverse 0.1 Disabled
NEIA12-3B-1/P SPAJ 140 C 400/5 1.2 Extremely Inverse 0.27 0.5-40 10
NEIA12-8B-1/N SPAJ 140 C 100/5 0.3 Very Inverse 0.35 0.1-10 2
NEIA12-8B-1/P SPAJ 140 C 100/5 1.2 Extremely Inverse 0.2 0.5-40 30
NEIA12-8B-1/G IFC 77 600/5 6 Extremely Inverse 2.5 Disabled
NEIA13-8A-1/N SPAJ 140 C 200/5 0.8 Very Inverse 0.14 Disabled
NEIA13-8A-1/P SPAJ 140 C 200/5 1.2 Extremely Inverse 0.66 Disabled
NEIAC11-1C-1/N BE1-851 200/5 2.5 E2, Extremely Inverse 2.5 Disabled
NEIAC11-1C-1/P BE1-851 200/5 6.4 E2, Extremely Inverse 4 10-99.9 50
NEIAC11-2C-1/N BE1-851 200/5 0.6 E2, Extremely Inverse 1 0.01-9.9 5
NEIAC11-2C-1/P BE1-851 200/5 3.5 E2, Extremely Inverse 5.4 10-99.9 40
NEIAC11-2C-2/G IFC 53 200/5 4 Very Inverse 3 Disabled
VITA11-1A-1/N BE1-51 200/5 3.3 B7 Extremely Inv 5 Disabled
VITA11-1A-1/P BE1-51 200/5 4.5 B7 Extremely Inv 17 Disabled
VITA11-2A-1/N BE1-51 200/5 0.75 B7 Extremely Inv 0 1-40 3
VITA11-2A-1/P BE1-51 200/5 4 B7 Extremely Inv 7 1-40 18
VITA21-1-1/N 7SJ600 600/5 600/5 0.7 E, Extremely Inverse 3.7 Disabled
VITA21-1-1/P 7SJ600 600/5 600/5 1.4 E, Extremely Inverse 1.9 Disabled
WIDA11-8-1/N BE1-851 600/5 1.1 E2, Extremely Inverse 2.6 Disabled
WIDA11-8-1/P BE1-851 600/5 1.7 E1, Extremely Inverse 8.5 10-99.9 50
WIDA16A-1B-1/N F35 1200/5 0.27 Very Inverse 0.55 Disabled
WIDA16A-1B-1/P F35 1200/5 1 Moderately Inverse 1.2 Disabled
WIDA16A-1B-2/N T60 1200/5 0.27 Very Inverse 0.55 Disabled
WIDA16A-1B-2/P T60 1200/5 1 Moderately Inverse 1.2 Disabled
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
92
WIDA16A-2A-1/G F35 50/5 5.2 Very Inverse 0.24 Disabled
WIDA16A-2A-1/N F35 600/5 0.43 Very Inverse 0.24 Disabled
WIDA16A-2A-1/P F35 600/5 0.45 Very Inverse 0.84 0.001-30 27
WIDA16A-2B-1/G F35 50/5 6 Very Inverse 0.51 Disabled
WIDA16A-2B-1/N F35 600/5 0.5 Very Inverse 0.51 Disabled
WIDA16A-2B-1/P F35 600/5 0.8 Very Inverse 1.97 Disabled
WIDA16A-3B-1/G F35 50/5 <None>
WIDA16A-3B-1/N F35 1200/5 0.27 Very Inverse 0.63 Disabled
WIDA16A-3B-1/P F35 1200/5 1 Moderately Inverse 1.4 Disabled
WIDA16A-5B-1/G F35 50/5 <None>
WIDA16B-5B-1/N F35 1200/5 <None>
WIDA16B-5B-1/P F35 1200/5 <None>
WIDA16B-6A-1/G F35 50/5 <None>
WIDA16B-6A-1/N F35 600/5 <None>
WIDA16B-6A-1/P F35 600/5 <None>
WIDA16B-6B-1/G F35 50/5 <None>
WIDA16B-6B-1/N F35 600/5 <None>
WIDA16B-6B-1/P F35 600/5 <None>
WIDA16B-7B-1/G F35 50/5 <None>
WIDA16B-7B-1/N F35 600/5 <None>
WIDA16B-7B-1/P F35 600/5 <None>
WIDA21-F1-1/P IFC 77 1200/5 4 Extremely Inverse 4 Disabled
WIDA21-G1-1/P IFC 53 600/5 7 Very Inverse 1.6 Disabled
WIDA21-G1-2/N IFC 53 600/5 3 Very Inverse 2.2 Disabled
WIDB11-F1-1/P IFC 77 600/5 10 Extremely Inverse 10 Disabled
WIDB11-F1-2/N IFC 53 600/5 3 Very Inverse 1.1 Disabled
WIDB11-F1-3/N BE1-851 600/5 3.34 V2, Very Inverse 0.7 Disabled
WIDB11-F1-3/P BE1-851 600/5 5 V2, Very Inverse 3.2
WIDB11-F2-1/P IFC 51 600/5 4 Inverse 1 Disabled
WIDB11-F2-2/N IFC 53 600/5 2.5 Very Inverse 0.8 Disabled
WIDB11-F3-1/N BE1-851 600/5 3 C, Extremely Inverse 0.2 Disabled
WIDB11-F3-1/P BE1-851 600/5 2.55 V2, Very Inverse 0.9 Disabled
WIDB11-T20A-1/P IFC 77 150/5 6 Extremely Inverse 6.5 Disabled
WIDB11-T20A-2/N IFC 53 150/5 0.8 Very Inverse 1 2-50 3.4 WIDB11-T20A-3/G IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.1 Disabled
WIDB11-T20B-1/P IFC 77 150/5 6 Extremely Inverse 6.5 Disabled
WIDB11-T20B-2/N IFC 53 150/5 0.8 Very Inverse 1 2-50 3.4 WIDB11-T20C-1/N BE1-851 600/5 0.5 C, Extremely Inverse 0.2 0.5-9.99 1
WIDB11-T20C-1/P BE1-851 600/5 1.45 E2, Extremely Inverse 4.5 10-99.9 40 WIDB11-T20C-2/G IFC 77 600/5 7 Extremely Inverse 5.3 Disabled
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
93
WIDB21-F1-1/P IFC 77 600/5 7 Extremely Inverse 5.4 Disabled
WIDB21-F2-1/P IFC 77 600/5 7 Extremely Inverse 5.4 Disabled
WIDB21-F2-2/N IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.1 Disabled
WIDC11-F1-1/P IFC 53 600/5 4 Very Inverse 7.7 Disabled
WIDC11-F1-2/N IFC 53 600/5 2.5 Very Inverse 1.6 Disabled
WIDC11-F3-1/N BE1-851 300/5 5.19 V2, Very Inverse 0.65 Disabled
WIDC11-F3-1/P BE1-851 300/5 5 V2, Very Inverse 4 Disabled
WIDC11-T20A-1/P IFC 77 150/5 4 Extremely Inverse 10 Disabled WIDC11-T20A-2/N IFC 53 150/5 1.2 Very Inverse 0.9 2-50 3.4
WIDC11-T20A-3/G IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.1 Disabled
WIDC11-T20B-1/P IFC 77 200/5 3 Extremely Inverse 10 Disabled WIDC11-T20B-2/N IFC 53 200/5 1 Very Inverse 0.7 2-50 2.5
WIDC12-1B-1/N SEL-351 300/5 0.67 U3, US Very Inverse 0.6 0.25-100 1.67
WIDC12-1B-1/P SEL-351 300/5 2.52 U4, US Extremely Inv. 2.2 0.25-100 70
WIDC12-2B-1/N SEL-351 300/5 4.4 U4, US Extremely Inv. 0.5 Disabled
WIDC12-2B-1/P SEL-351 300/5 3.33 U4, US Extremely Inv. 5.4 Disabled
WIDC13-2C-1/N BE1-851 600/5 0.34 E2, Extremely Inverse 0.5 0.5-9.99 1.25
WIDC13-2C-1/P BE1-851 600/5 1 E2, Extremely Inverse 2.6 10-99.9 35
WIDC21-F1-1/P IFC 77 600/5 6 Extremely Inverse 5.7 Disabled
WIDC21-F2-1/P IFC 77 600/5 6 Extremely Inverse 5.7 Disabled
WIDC21-F2-2/N IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.1 Disabled
WIDD11-F1-1/P IFC 53 1200/5 3 Very Inverse 7.5 Disabled
WIDD11-F1-2/N IFC 53 1200/5 1.5 Very Inverse 1.5 Disabled
WIDD11-F1-3/N BE1-851 1200/5 1.5 V2, Very Inverse 1.1 Disabled
WIDD11-F1-3/P BE1-851 1200/5 3 V1, Very Inverse 6.5 Disabled
WIDD11-F2-2/N IFC 53 600/5 0.5 Very Inverse 1 2-50 10
WIDD11-F3-1/N SEL-351 600/5 2.6 U4, US Extremely Inv. 1 Disabled
WIDD11-F3-1/P SEL-351 600/5 3.3 U4, US Extremely Inv. 12 Disabled
WIDD11-F4-1/N BE1-851 300/5 5 E1, Extremely Inverse 0.6 Disabled
WIDD11-F4-1/P BE1-851 300/5 5 E1, Extremely Inverse 9 100-150 150
WIDD11-T20A-1/P IFC 77 300/5 4 Extremely Inverse 5 6-150 115 WIDD11-T20A-2/N IFC 53 300/5 0.5 Very Inverse 1 2-50 2
WIDD11-T20A-3/G IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.3 Disabled
WIDD11-T20B-1/P IFC 77 600/5 2 Extremely Inverse 5 6-150 60 WIDD11-T20B-2/N IFC 53 600/5 0.5 Very Inverse 1 2-50 2
WIDD11-T20B-3/G IFC 53 600/5 4 Very Inverse 2.3 Disabled
WIDD12-1B-1/N BE1-851 300/5 3.97 E1, Extremely Inverse 0.3 10-99.9 15
WIDD12-1B-1/P BE1-851 300/5 3 E2, Extremely Inverse 8 Disabled
WIDD12-1B-2/G IFC 77 100/5 12 Extremely Inverse 0.5 2-50 46
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
94
WIDD12-2B-1/G SEL-351 100/5 15 U4, US Extremely Inv. 0.5 Disabled
WIDD12-2B-1/P SEL-351 300/5 6 U4, US Extremely Inv. 5 Disabled
WIDD12-3A-1/N BE1-851 300/5 4.3 E1, Extremely Inverse 0.6 10-99.9 14
WIDD12-3A-1/P BE1-851 300/5 4.5 E1, Extremely Inverse 7.8 Disabled
WIDD12-3B-1/N BE1-851 300/5 0.59 E1, Extremely Inverse 1.2 0.5-9.99 1.7
WIDD12-3B-1/P BE1-851 300/5 2.5 E2, Extremely Inverse 5 Disabled
WIDD12-3B-2/G IFC 77 100/5 2 Extremely Inverse 2 2-50 5
WIDD21-F1-1/P IFC 77 1200/5 6 Extremely Inverse 5 Disabled
WIDD21-F1-2/N IFC 53 1200/5 2 Very Inverse 2.5 Disabled
WIDD11-F2-1/P IFC 77 600/5 1 Extremely Inverse 1 6-150 23
WIDE12-1D-1/N 7SJ600 400/5 0.26 Very Inverse 0.5 Disabled
WIDE12-1D-1/P 7SJ600 400/5 0.5 E, Extremely Inverse 10 Disabled
WIDE12-3D-1/N 7SJ600 200/5 0.1 Very Inverse 3 0.1-25 0.2
WIDE12-3D-1/P 7SJ600 200/5 0.4 E, Extremely Inverse 2 Disabled
WIDE12-4D-1/N 7SJ600 200/5 0.1 Very Inverse 3 0.1-25 0.26
WIDE12-4D-1/P 7SJ600 200/5 0.6 E, Extremely Inverse 2.2 Disabled
WIDE14-1C-1/N BE1-851 300/5 1.8 V2, Very Inverse 2.1 Disabled
WIDE14-1C-1/P BE1-851 300/5 5.86 E2, Extremely Inverse 9.9 Disabled
WIDF11-1A-1/N 7SJ62 200/5 6.5 E, Extremely Inverse 0.5 Disabled
WIDF11-1A-1/P 7SJ62 200/5 5.6 E, Extremely Inverse 7.23 Disabled
WIDF11-3A-1/N 7SJ600 150/5 0.2 E, Extremely Inverse 0.6 0.1-25 0.3
WIDF11-3A-1/P 7SJ600 150/5 0.8 E, Extremely Inverse 2.5 Disabled
WIDF21-1-1/N 7SJ600 600/5 1.1 E, Extremely Inverse 2 Disabled
WIDF21-1-1/P 7SJ600 600/5 1.1 E, Extremely Inverse 2 Disabled
WIDG11-1A-1/N BE1-851 200/5 7.6 E2, Extremely Inverse 0.5 Disabled
WIDG11-1A-1/P BE1-851 200/5 6.5 E2, Extremely Inverse 8.5 Disabled
WIDG11-2A-1/N BE1-851 200/5 0.59 E1, Extremely Inverse 1.2 0.5-9.99 1
WIDG11-2A-1/P BE1-851 200/5 3 E2, Extremely Inverse 3.7 10-99.9 90
WIDG11-2A-2/G IFC 77 600/5 6 Extremely Inverse 5 Disabled
WIDH11-1A-1/N BE1-851 200/5 6.55 E2, Extremely Inverse 0.6 Disabled
WIDH11-1A-1/P BE1-851 200/5 6.5 V2, Very Inverse 1.6 Disabled
WIDH11-2A-1/N BE1-851 200/5 0.56 V2, Very Inverse 4 0.5-9.99 1.5
WIDH11-2A-1/P BE1-851 200/5 3.15 E2, Extremely Inverse 3 10-99.9 40
WIDP01-F1-1/P IFC 53 500/5 4 Very Inverse 5 2-50 25
WIDP01-F1-2/P1 L90 500/5 1.2 Very Inverse 5 Disabled
WIDP01-F1-2/P2 L90 500/5 0.8 Very Inverse 5 Disabled
WIDP01-T1-1/P IFC 77 300/5 5 Extremely Inverse 6 Disabled
WIDP01-T1-2/N IFC 53 300/5 4 Very Inverse 10 Disabled
WIDP01-T1-3/G IFC 53 600/5 0.5 Very Inverse 4 Disabled
WIDP01-T2-1/P IFC 77 300/5 5 Extremely Inverse 6 Disabled
WIDP01-T2-2/N IFC 53 300/5 4 Very Inverse 10 Disabled
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
95
WIDP11A-1A-1/P IFC 77 1200/5 7 Extremely Inverse 5 Disabled
WIDP11A-1A-2/N IFC 53 1200/5 0.6 Very Inverse 7 2-50 5
WIDP11A-1A-3/N F35 1200/5 0.12 Very Inverse 1.5 0.001-30 1
WIDP11A-1A-3/P F35 1200/5 1.3 Extremely Inverse 0.8 Disabled
WIDP11A-1B-1/P IFC 53 600/5 3 Very Inverse 5 6-150 150
WIDP11A-1B-2/N IFC 53 600/5 2.5 Very Inverse 1.5 2-50 15
WIDP11A-1B-3/N F35 600/5 0.5 Very Inverse 0.28 0.001-30 3
WIDP11A-1B-3/P F35 600/5 0.6 Very Inverse 1 0.001-30 8
WIDP11A-2A-1/N BE1-51 1200/5 1.35 B6 Very Inv 15 Disabled
WIDP11A-2A-1/P BE1-51 1200/5 5 B4 Mod Inv 26 Disabled
WIDP11A-2A-2/N F35 1200/5 0.2 Very Inverse 0.8 Disabled
WIDP11A-2A-2/P F35 1200/5 1 Moderately Inverse 1.2 Disabled
WIDP11A-2A-3/N T60 1200/5 0.27 Very Inverse 0.55 Disabled
WIDP11A-2A-3/P T60 1200/5 1 Moderately Inverse 1.2 Disabled
WIDP11A-2B-1/P IFC 77 600/5 10 Extremely Inverse 10 Disabled
WIDP11A-2B-2/N IFC 53 600/5 3 Very Inverse 2 Disabled
WIDP11A-2B-3/N F35 600/5 0.2 Very Inverse 0.85 Disabled
WIDP11A-2B-3/P F35 600/5 2 Extremely Inverse 1.5 Disabled
WIDP11A-3B-1/G SR489 150/5 0.2 Very Inverse 10 Disabled
WIDP11A-3B-1/P SR489 300/5 1.6 Mod Inv 25%V 5 Disabled
WIDP11A-3B-2/N F35 300/5 0.1 IAC Very Inverse 10 Disabled
WIDP11A-3B-2/P F35 300/5 1.6 Moderately Inverse 1.1 Disabled
WIDP11A-4B-1/P IFC 53 100/5 5 Very Inverse 2 6-150 100
WIDP11A-4B-3/N F35 100/5 0.4 Very Inverse 0.17 0.001-30 1
WIDP11A-4B-3/P F35 100/5 1 Very Inverse 0.4 0.001-30 20
WIDP11A-T1-1/P IFC 77 600/5 5 Extremely Inverse 5.5 Disabled
WIDP11A-T1-2/N IFC 53 600/5 0.5 Very Inverse 4 Disabled
WIDP11B-8B-1/P IFC 53 600/5 5 Very Inverse 3.1 6-150 85
WIDP11B-8B-3/N F35 600/5 0.4 Very Inverse 0.35 Disabled
WIDP11B-8B-3/P F35 600/5 1 Very Inverse 0.6 0.001-30 17
WIDP11B-10A-1/P IFC 77 1200/5 7 Extremely Inverse 3.5 Disabled WIDP11B-10A-2/N IFC 53 1200/5 0.6 Very Inverse 5.5 2-50 5
WIDP11B-10A-3/N F35 1200/5 0.12 Very Inverse 1.12 0.001-30 1
WIDP11B-10A-3/P F35 1200/5 1.4 Extremely Inverse 0.5 Disabled WIDP11B-10B-1/N SR489 150/5 0.2 Very Inverse 10 Disabled
WIDP11B-10B-1/P SR489 300/5 1.6 Mod Inv 25%V 5 Disabled WIDP11B-10B-2/N F35 300/5 0.1 IAC Very Inverse 10 Disabled
WIDP11B-10B-2/P F35 300/5 1.6 Moderately Inverse 1.1 Disabled WIDP11B-11A-1/N SEL-351 1200/5 1.5 U3, US Very Inverse 2.12 Disabled
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
96
WIDP11B-11A-1/P SEL-351 1200/5 3 U3, US Very Inverse 10 Disabled WIDP11B-11A-2/N F35 1200/5 0.1 Very Inverse 1.1 Disabled
WIDP11B-11A-2/P F35 1200/5 0.6 Very Inverse 2 Disabled
WIDP11B-11B-1/P IFC 77 1200/5 5 Extremely Inverse 5 Disabled WIDP11B-11B-1/N IFC 53 1200/5 1 Very Inverse 3.5 Disabled
WIDP11B-11B-2/N L90 1200/5 0.2 Very Inverse 3.6 0.001-30 1.6
WIDP11B-11B-2/P L90 1200/5 1 Extremely Inverse 4 Disabled WIDP11B-12A-1/N BE1-51 1200/5 1 B7 Extremely Inv 20 Disabled
WIDP11B-12A-1/P BE1-51 1200/5 5 B6 Very Inv 20 Disabled WIDP11B-12A-2/N F35 1200/5 0.2 Very Inverse 1.7 Disabled
WIDP11B-12A-2/P F35 1200/5 1 Very Inverse 0.78 Disabled
WIDP11B-12B-1/P IFC 53 1200/5 2.5 Very Inverse 4 Disabled WIDP11B-12B-2/N IFC 53 1200/5 1 Very Inverse 1.9 Disabled
WIDP11B-12B-3/N F35 1200/5 0.2 Very Inverse 0.37 Disabled
WIDP11B-12B-3/P F35 1200/5 0.5 Very Inverse 0.77 Disabled
WIDP11B-T2-1/P IFC 77 600/5 5 Extremely Inverse 5.5 Disabled
WIDP11B-T2-2/N IFC 53 600/5 0.5 Very Inverse 4 Disabled
WINA11-2A-1/N SPAJ 140 C 200/5 0.12 Extremely Inverse 0.1 0.1-10 0.2
WINA11-2A-1/P SPAJ 140 C 200/5 0.6 Extremely Inverse 0.3 0.5-40 12
WINA11-2A-2/G IFC 77 600/5 6 Extremely Inverse 5 Disabled
WITS11A-1A-1/G BE1-51 50/5 2.5 B4 Mod Inv 99 Disabled
WITS11A-1A-1/P BE1-51 100/5 1.5 B6 Very Inv 25 1-40 10
WITS11A-1A-2/P BE1-851 2000/5 1 V1, Very Inverse 5 0.5-9.99 5
WITS11A-1B-1/G BE1-51 50/5 0.5 B7 Extremely Inv 1 1-40 2
WITS11A-1B-1/P BE1-51 75/5 6.1 B7 Extremely Inv 25 1-40 12
WITS11A-1B-2/P BE1-851 2000/5 0.5 E1, Extremely Inverse 4 0.5-9.99 5
WITS11A-2A-1/G BE1-51 75/5 0.5 B7 Extremely Inv 1 1-40 2
WITS11A-2A-1/P BE1-51 75/5 4 B7 Extremely Inv 16 1-40 14
WITS11A-2A-2/P BE1-851 2000/5 0.5 E1, Extremely Inverse 1 0.5-9.99 2.5
WITS11A-2B-1/G BE1-51 75/5 0.5 B7 Extremely Inv 1 1-40 2
WITS11A-2B-1/P BE1-51 75/5 4 B7 Extremely Inv 16 1-40 14
WITS11A-2B-2/P BE1-851 2000/5 0.5 E1, Extremely Inverse 1 0.5-9.99 2.5
WITS11A-3B-1/G BE1-50/51B 50/5 0.5 V, Very Inverse 2 1-99 1
WITS11A-3B-1/P BE1-51 400/5 6 B5 Inverse 70 1-40 5
WITS11A-4B-1/G BE1-50/51B 50/5 0.5 V, Very Inverse 2 1-99 1
WITS11A-4B-1/P BE1-51 400/5 6 B5 Inverse 70 1-40 5
WITS11A-5B-1/G BE1-50/51B 50/5 0.5 V, Very Inverse 2 1-99 1
WITS11A-5B-1/P BE1-51 400/5 6 B5 Inverse 70 1-40 5
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
97
WITS11A-6B-1/N BE1-51 1200/5 1.35 B6 Very Inv 17 Disabled
WITS11A-6B-1/P BE1-51 1200/5 5 B4 Mod Inv 30 Disabled
WITS11B-11A-1/N BE1-51 1200/5 1 B6 Very Inv 20 Disabled
WITS11B-11A-1/P BE1-51 1200/5 5 B6 Very Inv 20 Disabled
WITS11B-12B-1/G BE1-50/51B 50/5 0.5 V, Very Inverse 2 1-99 1
WITS11B-12B-1/P BE1-51 400/5 6 B5 Inverse 70 1-40 5
WITS11B-13B-1/G BE1-50/51B 50/5 0.5 V, Very Inverse 2 1-99 1
WITS11B-13B-1/P BE1-51 400/5 6 B5 Inverse 70 1-40 5
WITS11B-10B-1/N BE1-51 1200/5 1 B6 Very Inv 20 Disabled
WITS11B-10B-1/P BE1-51 1200/5 5 B6 Very Inv 20 Disabled
WITS11B-15A-1/G BE1-51 75/5 0.5 B7 Extremely Inv 1 1-40 2
WITS11B-15A-1/P BE1-51 75/5 4 B7 Extremely Inv 16 1-40 14
WITS11B-15A-2/P BE1-851 2000/5 0.5 E1, Extremely Inverse 1 0.5-9.99 2.5
WITS11B-15B-1/G BE1-51 75/5 0.5 B7 Extremely Inv 1 1-40 2
WITS11B-15B-1/P BE1-51 75/5 4 B7 Extremely Inv 16 1-40 14
WITS11B-15B-2/P BE1-851 2000/5 0.5 E1, Extremely Inverse 1 0.5-9.99 2.5
WITS11B-16A-1/G BE1-51 50/5 2.5 B4 Mod Inv 99 Disabled
WITS11B-16A-1/P BE1-51 100/5 1.5 B6 Very Inv 25 1-40 10
WITS11B-16A-2/P BE1-851 2000/5 1 V1, Very Inverse 5 0.5-9.99 5
WITS11B-16B-1/G BE1-51 50/5 0.5 B7 Extremely Inv 1 1-40 2
WITS11B-16B-1/P BE1-51 75/5 6.1 B7 Extremely Inv 25 1-40 12
WITS11B-16B-2/P BE1-851 2000/5 0.5 E1, Extremely Inverse 4 0.5-9.99 5
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
98
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN SETELAN RELE PADA KONDISI KE-2
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
AIDA11-3A-1/N 400/5 172.6 0.356 1.19 215.75 0.595 51.78 0.178 100 1.25 1.25 2.3 E2 extremly inverse
AIDA11-3A-1/P 400/5 172.6 0.356 1.19 215.75 0.595 51.78 0.178 300 3.75 3.75 6.3 E2 extremly inverse
AIDA12-9A-1/N 500/5 20.7 0.356 1.34 25.875 0.67 6.21 0.178 50 0.5 0.5 1 I2 inverse time
AIDA12-9A-1/P 500/5 20.7 0.356 1.34 25.875 0.67 6.21 0.178 100 1 1 3 E2 extremly inverse
AIDA12-10A-1/N 500/5 53.9 0.356 1.19 67.375 0.595 16.17 0.178 100 1 1 1 I2 inverse time
AIDA12-10A-1/P 500/5 53.9 0.356 1.19 67.375 0.595 16.17 0.178 110 1.1 1.1 3 E2 extremly inverse
INDA11-1C-1/N 400/5 79.1 0.383 1.01 98.875 0.505 23.73 0.1915 200 2.5 2.5 0.7 E2 extremly inverse
INDA11-1C-1/P 400/5 79.1 0.383 1.01 98.875 0.505 23.73 0.1915 200 2.5 3 1.7 V2 very inverse
INDA13-7A-1/N 600/5 39.9 0.383 1.51 49.875 0.755 11.97 0.1915 60 0.5 0.5 0.1 IEC extremely inverse
INDA13-7A-1/P 600/5 39.9 0.383 1.51 49.875 0.755 11.97 0.1915 120 1 0.5 0.05 IEC extremely inverse
INTA11-F1-1/P 600/5 216.6 0.374 1.31 270.75 0.655 64.98 0.187 300 2.5 2.5 8.5 77 extremely inverse
INTA11-F1-2/N 600/5 216.6 0.374 1.31 270.75 0.655 64.98 0.187 144 1.2 1.2 9.2 53 very inverse
INTA11-T20-1/N 300/5 93.1 0.374 1.99 116.375 0.995 27.93 0.187 72 1.2 1.2 3.9 53 very inverse
INTA11-T20-1/P 300/5 93.1 0.374 1.99 116.375 0.995 27.93 0.187 180 3 3 0.7 77 extremely inverse
INTA11-T20-3/G 600/5 535.4 14.04 11.42 669.25 5.71 160.62 7.02 480 4 4 2.5 53 very inverse
INTA11-T21-1/P 250/5 123.5 0.374 4.19 154.375 2.095 37.05 0.187 250 5 8 10 77 extremely inverse
INTA11-T21-2/N 250/5 123.5 0.374 4.19 154.375 2.095 37.05 0.187 150 3 4 4.5 53 very inverse
INTA21-F1-1/P 1200/5 535.4 14.04 11.42 669.25 5.71 160.62 7.02 960 4 4 0.5 77 extremely inverse
INTAC11-1C-1/N 200/5 37.6 0.374 1.31 47 0.655 11.28 0.187 60 1.5 1.5 0.5 ANSI very inverse
INTAC11-1C-1/P 200/5 37.6 0.374 1.31 47 0.655 11.28 0.187 200 5 5 3.07 ANSI extreme inverse
INTAC11-3C-1/N 150/5 37.6 0.374 1.31 47 0.655 11.28 0.187 60 2 2 0.5 ANSI extreme inverse
INTAC11-3C-1/P 150/5 37.6 0.374 1.31 47 0.655 11.28 0.187 60 2 2 3.2 ANSI extreme inverse
INTAC21-T1-1/N 600/5 216.2 8.71 7.51 270.25 3.755 64.86 4.355 300 2.5 2.5 1 ANSI very inverse
INTAC21-T1-1/P 600/5 216.2 8.71 7.51 270.25 3.755 64.86 4.355 300 2.5 1.6 1.1 ANSI extreme inverse
INTB01-F1-1/N1 800/5 412 0.264 1.74 515 0.87 123.6 0.132 128 0.8 0.8 3.6 ANSI very inverse
INTB01-F1-1/P 800/5 412 0.172 1.74 515 0.87 123.6 0.086 560 3.5 3.5 3.2 IEC very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
99
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
INTB11-F1-1/P 1200/5 412 0.172 1.74 515 0.87 123.6 0.086 600 2.5 2.5 10 53 very inverse
INTB11-F1-2/N 1200/5 412 0.172 1.74 515 0.87 123.6 0.086 72 0.3 0.3 10 53 very inverse
INTB11-F2-1/N 600/5 54.5 0.383 4.73 68.125 2.365 16.35 0.1915 180 1.5 1.3 0.3 C extremely inverse
INTB11-F2-1/P 600/5 54.5 0.383 4.73 68.125 2.365 16.35 0.1915 408 3.4 3.4 4 E2 extremely inverse
INTB11-F3-1/P 600/5 216.6 0.374 4.2 270.75 2.1 64.98 0.187 408 3.4 3.4 4 E2 extremely inverse
INTB11-F3-2/N 600/5 216.6 0.374 4.2 270.75 2.1 64.98 0.187 180 1.5 1.5 2 E1 extremely inverse
INTB11-F4-1/P 600/5 64.5 0.172 0.874 80.625 0.437 19.35 0.086 84 0.7 0.7 9.9 E2 extremely inverse
INTB11-F4-2/N 600/5 64.5 0.172 0.874 80.625 0.437 19.35 0.086 84 0.7 0.7 1.8 E1 extremely inverse
INTB11-T20A-1/N 300/5 47 0.384 0.853 58.75 0.4265 14.1 0.192 60 1 0.8 1.7 53 very inverse
INTB11-T20A-1/P 300/5 47 0.384 0.853 58.75 0.4265 14.1 0.192 120 2 2 8 77 extremely inverse
INTB11-T20A-3/G 600/5 270 6.15 4.9 337.5 2.45 81 3.075 600 5 5 1.8 53 very inverse
INTB11-T20B-1/N 300/5 92.7 0.383 1.68 115.875 0.84 27.81 0.1915 60 1 1.2 1.3 53 very inverse
INTB11-T20B-1/P 300/5 92.7 0.383 1.68 115.875 0.84 27.81 0.1915 240 4 4 7 77 extremely inverse
INTB11-T20B-3/G 1200/5 532.8 12.16 1.68 666 0.84 159.84 6.08 600 2.5 2.5 8.5 77 extremely inverse
INTB12-3B-1/N 600/5 312.7 0.208 2.58 390.875 1.29 93.81 0.104 120 1 1 0.8 E2 extremely inverse
INTB12-3B-1/P 600/5 312.7 0.208 2.58 390.875 1.29 93.81 0.104 480 4 4 3.9 E2 extremely inverse
INTB13-4B-1/N 400/5 312.7 0.208 2.58 390.875 1.29 93.81 0.104 100 1.25 1.25 3 E2 extremely inverse
INTB13-4B-1/P 400/5 312.7 0.208 2.58 390.875 1.29 93.81 0.104 480 6 6 3 E2 extremely inverse
INTB13-5B-1/N 200/5 238.4 0.122 2.58 298 1.29 71.52 0.061 100 2.5 2.5 0.6 E2 extremely inverse
INTB13-5B-1/P 200/5 238.4 0.122 2.58 298 1.29 71.52 0.061 300 7.5 7.5 9.9 E2 extremely inverse
INTB21-F1-1/P 1200/5 270 6.15 4.9 337.5 2.45 81 3.075 720 3 1.2 0.5 77 extremely inverse
INTB21-F2-1/P 1200/5 538.8 6.01 9.67 673.5 4.835 161.64 3.005 1200 5 4 0.5 53 very inverse
NEIA12-3B-1/N 400/5 64.5 0.173 0.614 80.625 0.307 19.35 0.0865 60 0.75 0.75 0.09 IEC very inverse
NEIA12-3B-1/P 400/5 64.5 0.173 0.614 80.625 0.307 19.35 0.0865 200 2.5 2.5 0.26 IEC very inverse
NEIA12-8B-1/N 100/5 92.5 0.376 1.33 115.625 0.665 27.75 0.188 30 1.5 1.5 0.35 IEC very inverse
NEIA12-8B-1/P 100/5 92.5 0.376 1.33 115.625 0.665 27.75 0.188 120 6 6 0.2
IEC extremely inverse
NEIA12-8B-1/G 600/5 531.9 8.8 7.67 664.875 3.835 159.57 4.4 720 6 6 2.5 77 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
100
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
NEIA13-8A-1/N 200/5 58.6 0.376 4.7 73.25 2.35 17.58 0.188 120 3 3 0.05 IEC very inverse
NEIA13-8A-1/P 200/5 58.6 0.376 4.7 73.25 2.35 17.58 0.188 100 2.5 2.5 0.06
IEC extremely inverse
NEIAC11-1C-1/N 200/5 238.4 0.207 0.73 298 0.365 71.52 0.1035 100 2.5 2.5 0.7 E1 extremely inverse
NEIAC11-1C-1/P 200/5 238.4 0.207 0.73 298 0.365 71.52 0.1035 300 7.5 7.5 0.4 E2 extremely inverse
NEIAC11-2C-1/N 200/5 3 0.376 1.36 3.75 0.68 0.9 0.188 24 0.6 0.6 1 E2 extremely inverse
NEIAC11-2C-1/P 200/5 3 0.376 1.36 3.75 0.68 0.9 0.188 100 2.5 2.5 0.4 E2 extremely inverse
NEIAC11-2C-2/G 200/5 17.4 8.99 7.82 21.75 3.91 5.22 4.495 400 10 10 3.5 53 very inverse
VITA11-1A-1/N 200/5 30.3 0.348 1.41 37.875 0.705 9.09 0.174 40 1 1 0.1 B7 extremely inverse
VITA11-1A-1/P 200/5 30.3 0.348 1.41 37.875 0.705 9.09 0.174 180 4.5 4.5 17 B7 extremely inverse
VITA11-2A-1/N 200/5 30.3 0.348 1.41 37.875 0.705 9.09 0.174 40 1 1 0.1 B7 extremely inverse
VITA11-2A-1/P 200/5 30.3 0.348 1.41 37.875 0.705 9.09 0.174 160 4 4 7 B7 extremely inverse
VITA21-1-1/N 600/5 600/5 174.1 9.61 8.1 217.625 4.05 52.23 4.805 84 0.7 0.7 1.8
ANSI extreme inverse
VITA21-1-1/P 600/5 600/5 174.1 9.61 8.1 217.625 4.05 52.23 4.805 240 2 2 5.3
ANSI extreme inverse
WIDA11-8-1/N 600/5 30.3 0.348 1.41 37.875 0.705 9.09 0.174 132 1.1 1.1 2.6 E2 extremely inverse
WIDA11-8-1/P 600/5 30.3 0.348 1.41 37.875 0.705 9.09 0.174 204 1.7 1.7 5.5 E1 extremely inverse
WIDA16A-1B-1/N 1200/5 501.4 0.069 3.43 626.75 1.715 150.42 0.0345 151.2 0.63 0.525 4.08 IEEE very inverse
WIDA16A-1B-1/P 1200/5 501.4 0.069 3.43 626.75 1.715 150.42 0.0345 720 3 3 5.29 IEEE mod inverse
WIDA16A-1B-2/N 1200/5 501.4 0.069 3.43 626.75 1.715 150.42 0.0345 152 0.38 0.38 4.36 IEEE very inverse
WIDA16A-1B-2/P 1200/5 501.4 0.069 3.43 626.75 1.715 150.42 0.0345 720 1.8 1.8 5.68 IEEE mod inverse
WIDA16A-2A-1/G 50/5 24.2 0.388 6.64 30.25 3.32 7.26 0.194 100 10 10 0.77 IEEE very inverse
WIDA16A-2A-1/N 600/5 24.2 0.388 6.64 30.25 3.32 7.26 0.194 90 0.75 0.75 0.49 IEEE very inverse
WIDA16A-2A-1/P 600/5 24.2 0.388 6.64 30.25 3.32 7.26 0.194 270 2.25 2.25 0.84 IEEE very inverse
WIDA16A-2B-1/G 50/5 182.2 0.388 6.71 227.75 3.355 54.66 0.194 100 10 10 6.78 IEEE very inverse
WIDA16A-2B-1/N 600/5 182.2 0.388 6.71 227.75 3.355 54.66 0.194 60 0.5 0.95 5.61 IEEE very inverse
WIDA16A-2B-1/P 600/5 182.2 0.388 6.71 227.75 3.355 54.66 0.194 240 2 2.1 9.14 IEEE very inverse
WIDA16A-3B-1/G 50/5 443.6 0.409 1.09 554.5 0.545 133.08 0.2045 140 14 14 0.24 IEEE very inverse
WIDA16A-3B-1/N 1200/5 443.6 0.409 1.09 554.5 0.545 133.08 0.2045 199.2 0.83 0.83 0.63 IEEE very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
101
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDA16A-3B-1/P 1200/5 443.6 0.409 1.09 554.5 0.545 133.08 0.2045 576 2.4 2.4 2.82 IEEE mod inverse
WIDA16A-5B-1/G 50/5 443.6 0.409 1.09 554.5 0.545 133.08 0.2045 140 14 14 0.24 IEEE very inverse
WIDA16B-5B-1/N 1200/5 443.6 0.409 1.09 554.5 0.545 133.08 0.2045 144 0.6 0.6 0.63 IEEE very inverse
WIDA16B-5B-1/P 1200/5 443.6 0.409 1.09 554.5 0.545 133.08 0.2045 576 2.4 2.4 2.82 IEEE mod inverse
WIDA16B-6A-1/G 50/5 412 0.264 3.28 515 1.64 123.6 0.132 125 12.5 12.5 1.26 IEEE very inverse
WIDA16B-6A-1/N 600/5 412 0.264 3.28 515 1.64 123.6 0.132 126 1.05 1.05 1.74 IEEE very inverse
WIDA16B-6A-1/P 600/5 412 0.264 3.28 515 1.64 123.6 0.132 600 5 5 57 IAC extreme inverse
WIDA16B-6B-1/G 50/5 48.6 0.372 0.569 60.75 0.2845 14.58 0.186 50 5 5 36.26 IAC extreme inverse
WIDA16B-6B-1/N 600/5 48.6 0.372 0.569 60.75 0.2845 14.58 0.186 120 1 1 0.02 IEEE very inverse
WIDA16B-6B-1/P 600/5 48.6 0.372 0.569 60.75 0.2845 14.58 0.186 120 1 1 25.57 IEEE extreme inverse
WIDA16B-7B-1/G 50/5 272.4 0.138 2.88 340.5 1.44 81.72 0.069 82 8.2 6.5 1.25 IAC very inverse
WIDA16B-7B-1/N 600/5 272.4 0.138 2.88 340.5 1.44 81.72 0.069 81.6 0.68 0.68 1.1 IEEE very inverse
WIDA16B-7B-1/P 600/5 272.4 0.138 2.88 340.5 1.44 81.72 0.069 360 3 2.58 23.87 IAC extreme inverse
WIDA21-F1-1/P 1200/5 245.6 9.32 8.4 307 4.2 73.68 4.66 720 3 3 0.5 77 extremely inverse
WIDA21-G1-1/P 600/5 235.7 9.12 8.06 294.625 4.03 70.71 4.56 840 7 7 7.7 53 very inverse
WIDA21-G1-2/N 600/5 235.7 9.12 8.06 294.625 4.03 70.71 4.56 480 4 4 5.3 53 very inverse
WIDB11-F1-1/P 600/5 234 0.389 1.66 292.5 0.83 70.2 0.1945 600 5 5 10 77 extremely inverse
WIDB11-F1-2/N 600/5 234 0.389 1.66 292.5 0.83 70.2 0.1945 180 1.5 1.5 5 53 very inverse
WIDB11-F1-3/N 600/5 234 0.389 1.66 292.5 0.83 70.2 0.1945 180 1.5 1.5 0.7 V2 very inverse
WIDB11-F1-3/P 600/5 234 0.389 1.66 292.5 0.83 70.2 0.1945 600 5 5 9.9 V2 very inverse
WIDB11-F2-1/P 600/5 53.4 0.389 6.74 66.75 3.37 16.02 0.1945 120 1 1 1 51 inverse
WIDB11-F2-2/N 600/5 53.4 0.389 6.74 66.75 3.37 16.02 0.1945 96 0.8 0.8 0.8 53 very inverse
WIDB11-F3-1/N 600/5 47.9 0.389 6.73 59.875 3.365 14.37 0.1945 96 0.8 0.8 0.2 C extremely inverse
WIDB11-F3-1/P 600/5 47.9 0.389 6.73 59.875 3.365 14.37 0.1945 120 1 1 0.9 V2 very inverse
WIDB11-T20A-1/P 150/5 37 0.389 1.36 46.25 0.68 11.1 0.1945 180 6 6 6.5 77 extremely inverse
WIDB11-T20A-2/N 150/5 37 0.389 1.36 46.25 0.68 11.1 0.1945 60 2 2.5 2.8 53 very inverse
WIDB11-T20A-3/G 600/5 213 0.389 7.82 266.25 3.91 63.9 0.1945 180 1.5 1.5 2.1 53 very inverse
WIDB11-T20B-1/P 150/5 36.5 0.389 1.34 45.625 0.67 10.95 0.1945 180 6 6 6.5 77 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
102
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDB11-T20B-2/N 150/5 36.5 0.389 1.34 45.625 0.67 10.95 0.1945 120 4 4 4.9 53 very inverse
WIDB11-T20C-1/N 600/5 59.2 0.389 1.66 74 0.83 17.76 0.1945 120 1 1 0.2 C extremely inverse
WIDB11-T20C-1/P 600/5 59.2 0.389 1.66 74 0.83 17.76 0.1945 150 1.25 1.25 4.5 E2 extreme inverse
WIDB11-T20C-2/G 600/5 340.2 10.82 9.53 425.25 4.765 102.06 5.41 600 5 5 5.3 77 extremely inverse
WIDB21-F1-1/P 600/5 213 9.47 7.82 266.25 3.91 63.9 4.735 600 5 5 5.4 77 extremely inverse
WIDB21-F2-1/P 600/5 209.9 9.1 7.71 262.375 3.855 62.97 4.55 600 5 5 5.4 77 extremely inverse
WIDB21-F2-2/N 600/5 209.9 9.1 7.71 262.375 3.855 62.97 4.55 360 3 3 0.5 77 extremely inverse
WIDC11-F1-1/P 600/5 182.2 0.388 1.49 227.75 0.745 54.66 0.194 480 4 3 6.6 53 very inverse
WIDC11-F1-2/N 600/5 182.2 0.388 1.49 227.75 0.745 54.66 0.194 300 2.5 1.5 10 77 extremely inverse
WIDC11-F3-1/N 300/5 101 0.388 1.49 126.25 0.745 30.3 0.194 300 5 4.9 0.65 V2 very inverse
WIDC11-F3-1/P 300/5 101 0.388 1.49 126.25 0.745 30.3 0.194 300 5 5 1.5 V2 very inverse
WIDC11-T20A-1/P 150/5 47.6 0.388 1.26 59.5 0.63 14.28 0.194 120 4 4 10 53 very inverse
WIDC11-T20A-2/N 150/5 47.6 0.388 1.26 59.5 0.63 14.28 0.194 75 2.5 2.5 2.8 53 very inverse
WIDC11-T20A-3/G 600/5 273.6 8.6 7.26 342 3.63 82.08 4.3 480 4 4 10 53 very inverse
WIDC11-T20B-1/P 200/5 33.6 0.388 0.896 42 0.448 10.08 0.194 80 2 2 9 53 very inverse
WIDC11-T20B-2/N 200/5 33.6 0.388 0.896 42 0.448 10.08 0.194 40 1 1 2.7 53 very inverse
WIDC12-1B-1/N 300/5 24.9 0.388 1.53 31.125 0.765 7.47 0.194 42 0.7 0.7 0.6 U3 very inverse
WIDC12-1B-1/P 300/5 24.9 0.388 1.53 31.125 0.765 7.47 0.194 150 2.5 2.5 1.21 U4 extremely inverse
WIDC12-2B-1/N 300/5 76.1 0.388 1.49 95.125 0.745 22.83 0.194 102 1.7 1.7 0.5 U4 extremely inverse
WIDC12-2B-1/P 300/5 76.1 0.388 1.49 95.125 0.745 22.83 0.194 120 2 2 2.32 U4 extremely inverse
WIDC13-2C-1/N 600/5 76.1 0.388 1.49 95.125 0.745 22.83 0.194 102 0.85 0.85 0.5 E2 extremely inverse
WIDC13-2C-1/P 600/5 76.1 0.388 1.49 95.125 0.745 22.83 0.194 120 1 1 2.6 E2 extremely inverse
WIDC21-F1-1/P 600/5 273.6 8.6 7.26 342 3.63 82.08 4.3 480 4 4 2.3 53 very inverse
WIDC21-F2-1/P 600/5 80.5 5.96 5.15 100.625 2.575 24.15 2.98 480 4 4 0.9 53 very inverse
WIDC21-F2-2/N 600/5 80.5 5.96 5.15 100.625 2.575 24.15 2.98 480 4 3 0.5 77 extremely inverse
WIDD11-F1-1/P 1200/5 621.4 0.372 1.19 776.75 0.595 186.42 0.186 480 2 2 10 77 extremely inverse
WIDD11-F1-2/N 1200/5 621.4 0.372 1.19 776.75 0.595 186.42 0.186 240 1 0.8 3.3 53 very inverse
WIDD11-F1-3/N 1200/5 621.4 0.372 1.19 776.75 0.595 186.42 0.186 360 1.5 1.5 1.1 V2 very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
103
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDD11-F1-3/P 1200/5 621.4 0.372 1.19 776.75 0.595 186.42 0.186 600 2.5 2.5 9.9 E2 extremely inverse
WIDD11-F2-2/N 600/5 130.3 0.085 0.594 162.875 0.297 39.09 0.0425 60 0.5 0.5 10 51 inverse
WIDD11-F3-1/N 600/5 272.2 0.336 1.17 340.25 0.585 81.66 0.168 312 2.6 1.78 1.35 U4 extremely inverse
WIDD11-F3-1/P 600/5 272.2 0.336 1.17 340.25 0.585 81.66 0.168 180 1.5 1.5 11.97 U4 extremely inverse
WIDD11-F4-1/N 300/5 86.4 0.377 1.38 108 0.69 25.92 0.1885 300 5 4.5 0.6 E1 extremely inverse
WIDD11-F4-1/P 300/5 86.4 0.377 1.38 108 0.69 25.92 0.1885 300 5 5 3.6 E1 extremely inverse
WIDD11-T20A-1/P 300/5 68 0.411 2 85 1 20.4 0.2055 0 4 5 77 extremely inverse
WIDD11-T20A-2/N 300/5 68 0.411 2 85 1 20.4 0.2055 0 0.5 1 53 very inverse
WIDD11-T20A-3/G 600/5 390.9 13.98 11.49 488.625 5.745 117.27 6.99 0 4 2.3 53 very inverse
WIDD11-T20B-1/P 600/5 66.3 0.411 1.97 82.875 0.985 19.89 0.2055 0 2 5 77 extremely inverse
WIDD11-T20B-2/N 600/5 66.3 0.411 1.97 82.875 0.985 19.89 0.2055 0 0.5 1 53 very inverse
WIDD11-T20B-3/G 600/5 381 13.79 11.34 476.25 5.67 114.3 6.895 0 4 2.3 53 very inverse
WIDD12-1B-1/N 300/5 56.1 0.344 1.27 70.125 0.635 16.83 0.172 75 1.25 1.25 6.5 E1 extremely inverse
WIDD12-1B-1/P 300/5 56.1 0.344 1.27 70.125 0.635 16.83 0.172 90 1.5 1.5 4.8 V2 very inverse
WIDD12-1B-2/G 100/5 56.1 0.344 1.27 70.125 0.635 16.83 0.172 80 4 1.2 0.5 77 extremely inverse
WIDD12-2B-1/G 100/5 135.4 0.41 8.94 169.25 4.47 40.62 0.205 0 15 0.5 U4 extremely inverse
WIDD12-2B-1/P 300/5 135.4 0.41 8.94 169.25 4.47 40.62 0.205 0 6 5 U4 extremely inverse
WIDD12-3A-1/N 300/5 3.3 0.336 1.17 4.125 0.585 0.99 0.168 258 4.3 4.3 0.4 E1 extremely inverse
WIDD12-3A-1/P 300/5 3.3 0.336 1.17 4.125 0.585 0.99 0.168 270 4.5 4.5 7.8 E1 extremely inverse
WIDD12-3B-1/N 300/5 77.4 0.411 1.57 96.75 0.785 23.22 0.2055 36 0.6 0.59 1.2 E1 extremely inverse
WIDD12-3B-1/P 300/5 77.4 0.411 1.57 96.75 0.785 23.22 0.2055 150 2.5 2.5 5 E2 extremely inverse
WIDD12-3B-2/G 100/5 77.4 0.411 1.57 96.75 0.785 23.22 0.2055 40 2 2 2 77 extremely inverse
WIDD21-F1-1/P 1200/5 390.9 13.98 11.49 488.625 5.745 117.27 6.99 1440 6 6 5 77 extremely inverse
WIDD21-F1-2/N 1200/5 390.9 13.98 11.49 488.625 5.745 117.27 6.99 480 2 2 2.5 53 very inverse
WIDD11-F2-1/P 600/5 130.3 0.185 11.63 162.875 5.815 39.09 0.0925 0 1 10 77 extremely inverse
WIDE12-1D-1/N 400/5 89.6 0.381 0.877 112 0.4385 26.88 0.1905 120 1.5 1.5 0.8 ANSI very inverse
WIDE12-1D-1/P 400/5 89.6 0.381 0.877 112 0.4385 26.88 0.1905 120 1.5 1.65 2 ANSI mod inverse
WIDE12-3D-1/N 200/5 47.5 0.381 0.877 59.375 0.4385 14.25 0.1905 40 1 1 1 ANSI very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
104
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDE12-3D-1/P 200/5 47.5 0.381 0.877 59.375 0.4385 14.25 0.1905 100 2.5 2.27 0.5 ANSI short inverse
WIDE12-4D-1/N 200/5 17.9 0.381 1.22 22.375 0.61 5.37 0.1905 40 1 1 0.5 ANSI very inverse
WIDE12-4D-1/P 200/5 17.9 0.381 1.22 22.375 0.61 5.37 0.1905 80 2 2 0.5 ANSI short inverse
WIDE14-1C-1/N 300/5 172.6 0.357 1.19 215.75 0.595 51.78 0.1785 150 2.5 2.5 3 V2 very inverse
WIDE14-1C-1/P 300/5 172.6 0.357 1.19 215.75 0.595 51.78 0.1785 270 4.5 4.5 9 E2 extreme inverse
WIDF11-1A-1/N 200/5 3.3 0.336 1.17 4.125 0.585 0.99 0.168 260 6.5 6.5 0.5
ANSI extreme inverse
WIDF11-1A-1/P 200/5 3.3 0.336 1.17 4.125 0.585 0.99 0.168 224 5.6 5.6 7.23
ANSI extreme inverse
WIDF11-3A-1/N 150/5 3.3 0.336 1.17 4.125 0.585 0.99 0.168 6 0.2 0.2 0.6
ANSI extreme inverse
WIDF11-3A-1/P 150/5 3.3 0.336 1.17 4.125 0.585 0.99 0.168 24 0.8 0.8 2.5
ANSI extreme inverse
WIDF21-1-1/N 600/5 19.2 8.02 6.7 24 3.35 5.76 4.01 132 1.1 1.1 2 ANSI extreme inverse
WIDF21-1-1/P 600/5 19.2 8.02 6.7 24 3.35 5.76 4.01 132 1.1 1.1 2 ANSI extreme inverse
WIDG11-1A-1/N 200/5 86.5 0.377 1.38 108.125 0.69 25.95 0.1885 304 7.6 6.5 0.5 E2 extremely inverse
WIDG11-1A-1/P 200/5 86.5 0.377 1.38 108.125 0.69 25.95 0.1885 260 6.5 6.5 3.7 E2 extremely inverse
WIDG11-2A-1/N 200/5 29.5 0.377 1.38 36.875 0.69 8.85 0.1885 23.6 0.59 0.59 1.2 E1 extremely inverse
WIDG11-2A-1/P 200/5 29.5 0.377 1.38 36.875 0.69 8.85 0.1885 120 3 3 3.7 E2 extremely inverse
WIDG11-2A-2/G 600/5 169.4 9.12 7.96 211.75 3.98 50.82 4.56 720 6 6 5 77 extremely inverse
WIDH11-1A-1/N 200/5 24.2 0.388 1.48 30.25 0.74 7.26 0.194 180 4.5 2 0.8 E2 extremely inverse
WIDH11-1A-1/P 200/5 24.2 0.388 1.48 30.25 0.74 7.26 0.194 180 4.5 4.5 1.6 V2 very inverse
WIDH11-2A-1/N 200/5 19.6 0.388 1.48 24.5 0.74 5.88 0.194 30 0.75 0.75 4 V2 very inverse
WIDH11-2A-1/P 200/5 19.6 0.388 1.48 24.5 0.74 5.88 0.194 126 3.15 3.15 3 E2 extremely inverse
WIDP01-F1-1/P 500/5 84 0 0.68 105 0.34 25.2 0 120 1.2 1.2 1.4 53 very inverse
WIDP01-F1-2/P1 500/5 84 0 0.68 105 0.34 25.2 0 120 1.2 1.2 9.86 IAC very inverse
WIDP01-F1-2/P2 500/5 84 0 0.68 105 0.34 25.2 0 120 1.2 1.2 14.94 IAC very inverse
WIDP01-T1-1/P 300/5 42 0 0.34 52.5 0.17 12.6 0 120 2 2.5 8.2 77 extremely inverse
WIDP01-T1-2/N 300/5 42 0 0.34 52.5 0.17 12.6 0 60 1 1 10 53 very inverse
WIDP01-T1-3/G 600/5 100.8 0 0.851 126 0.4255 30.24 0 60 0.5 0.5 4 53 very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
105
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDP01-T2-1/P 300/5 42 0 0.34 52.5 0.17 12.6 0 120 2 2 8.1 77 extremely inverse
WIDP01-T2-2/N 300/5 42 0 0.34 52.5 0.17 12.6 0 60 1 1 10 53 very inverse
WIDP11A-1A-1/P 1200/5 135.9 0.218 1.73 169.875 0.865 40.77 0.109 200 0.83333 0.8 5 77 extremely inverse
WIDP11A-1A-2/N 1200/5 135.9 0.218 1.73 169.875 0.865 40.77 0.109 96 0.4 0.5 1.1 53 very inverse
WIDP11A-1A-3/N 1200/5 135.9 0.218 1.73 169.875 0.865 40.77 0.109 100.8 0.42 0.42 1.5 IEEE very inverse
WIDP11A-1A-3/P 1200/5 135.9 0.218 1.73 169.875 0.865 40.77 0.109 720 3 3 0.8 IEEE extreme inverse
WIDP11A-1B-1/P 600/5 79.1 0.384 6.11 98.875 3.055 23.73 0.192 360 3 3 10 53 very inverse
WIDP11A-1B-2/N 600/5 79.1 0.384 6.11 98.875 3.055 23.73 0.192 120 1 1 10 53 very inverse
WIDP11A-1B-3/N 600/5 79.1 0.384 6.11 98.875 3.055 23.73 0.192 120 1 1 2.8 IEEE very inverse
WIDP11A-1B-3/P 600/5 79.1 0.384 6.11 98.875 3.055 23.73 0.192 240 2 2 1.02 IEEE very inverse
WIDP11A-2A-1/N 1200/5 501.4 0.353 2.58 626.75 1.29 150.42 0.1765 168 0.7 0.7 15 B6 very inverse
WIDP11A-2A-1/P 1200/5 501.4 0.353 2.58 626.75 1.29 150.42 0.1765 1200 5 5 26 B4 mod inverse
WIDP11A-2A-2/N 1200/5 501.4 0.353 2.58 626.75 1.29 150.42 0.1765 168 0.7 0.7 0.8 IEEE very inverse
WIDP11A-2A-2/P 1200/5 501.4 0.353 2.58 626.75 1.29 150.42 0.1765 720 3 3 1.2 IEEE mod inverse
WIDP11A-2A-3/N 1200/5 501.4 0.353 2.58 626.75 1.29 150.42 0.1765 150 0.625 0.625 0.55 IEEE very inverse
WIDP11A-2A-3/P 1200/5 501.4 0.353 2.58 626.75 1.29 150.42 0.1765 630 2.625 2.625 1.2 IEEE mod inverse
WIDP11A-2B-1/P 600/5 234 0.389 6.76 292.5 3.38 70.2 0.1945 1200 10 10 10 77 extremely inverse
WIDP11A-2B-2/N 600/5 234 0.389 6.76 292.5 3.38 70.2 0.1945 180 1.5 1.5 2.4 53 very inverse
WIDP11A-2B-3/N 600/5 234 0.389 6.76 292.5 3.38 70.2 0.1945 72 0.6 0.745 2.93 IEEE very inverse
WIDP11A-2B-3/P 600/5 234 0.389 6.76 292.5 3.38 70.2 0.1945 300 2.5 2.5 4.59 IEEE extreme inverse
WIDP11A-3B-1/G 150/5 162.4 0.18 0.466 203 0.233 48.72 0.09 51 1.7 2.5 13.69 IAC very inverse
WIDP11A-3B-1/P 300/5 162.4 0.18 0.466 203 0.233 48.72 0.09 210 3.5 3.5 5 ANSI mod inverse
WIDP11A-3B-2/N 300/5 162.4 0.18 0.466 203 0.233 48.72 0.09 60 1 1.265 3.63 IEEE very inverse
WIDP11A-3B-2/P 300/5 162.4 0.18 0.466 203 0.233 48.72 0.09 210 3.5 3.5 1.1 IEEE mod inverse
WIDP11A-4B-1/P 100/5 6.5 0.421 0.899 8.125 0.4495 1.95 0.2105 200 10 10 2 53 very inverse
WIDP11A-4B-3/N 100/5 6.5 0.421 0.899 8.125 0.4495 1.95 0.2105 8 0.4 0.4 0.17 IEEE very inverse
WIDP11A-4B-3/P 100/5 6.5 0.421 0.899 8.125 0.4495 1.95 0.2105 20 1 1 0.4 IEEE very inverse
WIDP11A-T1-1/P 600/5 100.8 0.421 0.657 126 0.3285 30.24 0.2105 600 5 5 7.2 77 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
106
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDP11A-T1-2/N 600/5 100.8 0.421 0.657 126 0.3285 30.24 0.2105 60 0.5 0.5 4 53 very inverse
WIDP11B-8B-1/P 600/5 312.7 0.26 3.55 390.875 1.775 93.81 0.13 600 5 5 3.1 53 very inverse
WIDP11B-8B-3/N 600/5 312.7 0.26 3.55 390.875 1.775 93.81 0.13 108 0.9 0.9 0.35 IEEE very inverse
WIDP11B-8B-3/P 600/5 312.7 0.26 3.55 390.875 1.775 93.81 0.13 396 3.3 3.3 0.6 IEEE very inverse
WIDP11B-10A-1/P 1200/5 48.6 0.051 0.741 60.75 0.3705 14.58 0.0255 288 1.2 0.8 8.8 IEEE extreme inverse
WIDP11B-10A-2/N 1200/5 48.6 0.051 0.741 60.75 0.3705 14.58 0.0255 240 1 1 5.5 53 very inverse
WIDP11B-10A-3/N 1200/5 48.6 0.051 0.741 60.75 0.3705 14.58 0.0255 24 0.1 0.1 1.12 IEEE very inverse
WIDP11B-10A-3/P 1200/5 48.6 0.051 0.741 60.75 0.3705 14.58 0.0255 72 0.3 0.375 63.42 IAC extreme inverse
WIDP11B-10B-1/N 150/5 162.4 0.194 0.828 203 0.414 48.72 0.097 51 1.7 1.7 64.68
ANSI extreme inverse
WIDP11B-10B-1/P 300/5 162.4 0.194 0.828 203 0.414 48.72 0.097 210 3.5 3.5 16.96 ANSI very inverse
WIDP11B-10B-2/N 300/5 162.4 0.194 0.828 203 0.414 48.72 0.097 90 1.5 1.925 14.38 IAC very inverse
WIDP11B-10B-2/P 300/5 162.4 0.194 0.828 203 0.414 48.72 0.097 210 3.5 3.5 4.52 IEEE very inverse
WIDP11B-11A-1/N 1200/5 621.4 0.372 1.29 776.75 0.645 186.42 0.186 192 0.8 0.65 9.7 U3 very inverse
WIDP11B-11A-1/P 1200/5 621.4 0.372 1.29 776.75 0.645 186.42 0.186 780 3.25 3.25 10 U3 very inverse
WIDP11B-11A-2/N 1200/5 621.4 0.372 1.29 776.75 0.645 186.42 0.186 192 0.8 0.8 4.03 IAC very inverse
WIDP11B-11A-2/P 1200/5 621.4 0.372 1.29 776.75 0.645 186.42 0.186 780 3.25 3.25 2 IEEE very inverse
WIDP11B-11B-1/P 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 720 3 3 19 B6 very inverse
WIDP11B-11B-1/N 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 86.4 0.36 0.3 8 B6 very inverse
WIDP11B-11B-2/N 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 86.4 0.36 0.36 1.7 IEEE very inverse
WIDP11B-11B-2/P 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 1200 5 5 5.8 IEEE extreme inverse
WIDP11B-12A-1/N 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 86.4 0.36 0.3 6 B6 very inverse
WIDP11B-12A-1/P 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 720 3 3 28 B6 very inverse
WIDP11B-12A-2/N 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 86.4 0.36 0.36 1.7 IEEE very inverse
WIDP11B-12A-2/P 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 1200 5 5 25.94 IAC extreme inverse
WIDP11B-12B-1/P 1200/5 276 0.421 1.41 345 0.705 82.8 0.2105 600 2.5 2.5 4 53 very inverse
WIDP11B-12B-2/N 1200/5 276 0.421 1.41 345 0.705 82.8 0.2105 120 0.5 0.6 4.3 53 very inverse
WIDP11B-12B-3/N 1200/5 276 0.421 1.41 345 0.705 82.8 0.2105 84 0.35 0.405 3.19 IEEE very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
107
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WIDP11B-12B-3/P 1200/5 276 0.421 1.41 345 0.705 82.8 0.2105 360 1.5 1.35 0.8 IEEE very inverse
WIDP11B-T2-1/P 600/5 102.8 0.421 0.658 128.5 0.329 30.84 0.2105 300 2.5 2.5 5.5 77 extremely inverse
WIDP11B-T2-2/N 600/5 102.8 0.421 0.658 128.5 0.329 30.84 0.2105 60 0.5 0.5 4 53 very inverse
WINA11-2A-1/N 200/5 45.7 0.334 1.27 57.125 0.635 13.71 0.167 32 0.8 0.24 0.05 IEC normal inverse
WINA11-2A-1/P 200/5 45.7 0.334 1.27 57.125 0.635 13.71 0.167 90 2.25 1.35 0.05 IEC very inverse
WINA11-2A-2/G 600/5 262.7 8.68 7.32 328.375 3.66 78.81 4.34 600 5 5 1.9 77 extremely inverse
WITS11A-1A-1/G 50/5 0 0 0 0 0 0 0 6 0.6 0.6 1 B4 mod inverse
WITS11A-1A-1/P 100/5 0 0 0 0 0 0 0 30 1.5 1.5 16 B6 very inverse
WITS11A-1A-2/P 2000/5 0 0 0 0 0 0 0 200 0.5 0.5 5 V1 very inverse
WITS11A-1B-1/G 50/5 14.7 0.415 0.719 18.375 0.3595 4.41 0.2075 5 0.5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11A-1B-1/P 75/5 14.7 0.415 0.719 18.375 0.3595 4.41 0.2075 30 2 2 16 B7 extremely inverse
WITS11A-1B-2/P 2000/5 14.7 0.415 0.719 18.375 0.3595 4.41 0.2075 200 0.5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11A-2A-1/G 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 7.5 0.5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11A-2A-1/P 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 30 2 2 16 B7 extremely inverse
WITS11A-2A-2/P 2000/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 200 0.5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11A-2B-1/G 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 7.5 0.5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11A-2B-1/P 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 30 2 2 16 B7 extremely inverse
WITS11A-2B-2/P 2000/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 200 0.5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11A-3B-1/G 50/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 60 6 6 2
V very inverse (SW3-3 on)
WITS11A-3B-1/P 400/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 240 3 3 69 B5 inverse time
WITS11A-4B-1/G 50/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 60 6 6 2
V very inverse (SW3-3 on)
WITS11A-4B-1/P 400/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 240 3 3 70 B5 inverse time
WITS11A-5B-1/G 50/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 60 6 6 2
V very inverse (SW3-3 on)
WITS11A-5B-1/P 400/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 240 3 3 70 B5 inverse time
WITS11A-6B-1/N 1200/5 272.4 0.138 2.88 340.5 1.44 81.72 0.069 84 0.35 0.3 15 B6 very inverse
WITS11A-6B-1/P 1200/5 272.4 0.138 2.88 340.5 1.44 81.72 0.069 1200 5 3 55 B6 very inverse
WITS11B-11A-1/N 1200/5 287.6 0.138 2.84 359.5 1.42 86.28 0.069 88.8 0.37 0.31 11 B6 very inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
108
Relay Name CT Ratio
I Load Max (A)
I sc L-G min (30 cyc kA)
I sc 3ph min
(30cyc kA)
1.25 I Load Max
(A)
0.5 I sc 3ph (kA)
0.3 I Load Max (A)
0.5 I sc 1ph (kA)
I Pickup Primer
(A)
I Setting Sekunder
(A)
Final I Setting
(A)
Final Time
Dial (s) Final Curve
WITS11B-11A-1/P 1200/5 287.6 0.138 2.84 359.5 1.42 86.28 0.069 1200 5 3 79 B6 very inverse
WITS11B-12B-1/G 50/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 60 6 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
WITS11B-12B-1/P 400/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 240 3 3 70 B5 inverse time
WITS11B-13B-1/G 50/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 60 6 6 2 V very inverse (SW3-3 on)
WITS11B-13B-1/P 400/5 186.2 0.415 0.887 232.75 0.4435 55.86 0.2075 240 3 3 70 B5 inverse time
WITS11B-10B-1/N 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 88.8 0.37 0.32 16 B6 very inverse
WITS11B-10B-1/P 1200/5 287.4 0.138 2.84 359.25 1.42 86.22 0.069 1200 5 3 63 B6 very inverse
WITS11B-15A-1/G 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 7.5 0.5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11B-15A-1/P 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 30 2 2 16 B7 extremely inverse
WITS11B-15A-2/P 2000/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 300 0.75 0.75 1 E1 extremely inverse
WITS11B-15B-1/G 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 7.5 0.5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11B-15B-1/P 75/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 30 2 2 16 B7 extremely inverse
WITS11B-15B-2/P 2000/5 13.9 0.415 0.546 17.375 0.273 4.17 0.2075 200 0.5 0.5 1 E1 extremely inverse
WITS11B-16A-1/G 50/5 0 0 0 0 0 0 0 6 0.6 0.6 1 B4 mod inverse
WITS11B-16A-1/P 100/5 0 0 0 0 0 0 0 30 1.5 1.5 16 B6 very inverse
WITS11B-16A-2/P 2000/5 0 0 0 0 0 0 0 200 0.5 0.5 5 V1 very inverse
WITS11B-16B-1/G 50/5 14.7 0.415 0.719 18.375 0.3595 4.41 0.2075 5 0.5 0.5 1 B7 extremely inverse
WITS11B-16B-1/P 75/5 14.7 0.415 0.719 18.375 0.3595 4.41 0.2075 30 2 6.1 25 B7 extremely inverse
WITS11B-16B-2/P 2000/5 14.7 0.415 0.719 18.375 0.3595 4.41 0.2075 200 0.5 0.5 4 E1 extremely inverse
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
109
LAMPIRAN 3
DIAGRAM SATU GARIS JARINGAN KONDISI KE-2
Gambar L2.1 Diagram Satu Garis Platform Aida
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
110
Gambar L2.2 Diagram Satu Garis Platform Indri-A
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
111
Gambar L2.3 Diagram Satu Garis Platform Intan-A
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
112
Gambar L2.4 Diagram Satu Garis Platform Intan-B
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
113
Gambar L2.5 Diagram Satu Garis Platform North-East Intan-A
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
114
Gambar L2.6 Diagram Satu Garis Platform Vita
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
115
Gambar L2.7 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
116
Gambar L2.8 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A PCR-C
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
117
Gambar L2.9 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A PCR-C (Bus 6A)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
118
Gambar L2.10 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A PCR-C (Bus 6B)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
119
Gambar L2.11 Diagram Satu Garis Platform Widuri-B
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
120
Gambar L2.12 Diagram Satu Garis Platform Widuri-C
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
121
Gambar L2.13 Diagram Satu Garis Platform Widuri-D
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
122
Gambar L2.14 Diagram Satu Garis Platform Widuri-E
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
123
Gambar L2.15 Diagram Satu Garis Platform Widuri-F
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
124
Gambar L2.16 Diagram Satu Garis Platform Widuri-G
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
125
Gambar L2.17 Diagram Satu Garis Platform Widuri-H
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
126
Gambar L2.18a Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Keseluruhan)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
127
Gambar L2.18b Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Bus 1- Bus 2)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
128
Gambar L2.18c Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Bus 3- Bus 8)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
129
Gambar L2.18d Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Bus 9- Bus 12)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
130
Gambar L2.19a Diagram Satu Garis Platform Widuri-T Solar (Keseluruhan)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
131
Gambar L2.19b Diagram Satu Garis Platform Widuri-T Solar (11A)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
132
Gambar L2.19c Diagram Satu Garis Platform Widuri-T Solar (Bus 11B)
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011
133
Gambar L2.20 Diagram Satu Garis Platform Widuri North-A
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011