referat terapi zikir pada ptsd edit

23
BAB I PENDAHULUAN Seperti gunung es, kejadian gangguan stres pasca trauma ini banyak dialami manusia, lebih banyak dari yang dikenali karena berobat/menyampaikan keluhan. Hal ini dikarenakan banyak sekali pengalaman yang berpotensi memunculkan PTSD. Banyak dari kita memiliki pengalaman-pengalaman traumatis – ditinggal oleh orang yang dicintai, menderita penyakit serius, perceraian, kecelakaan, pelecehan seksual, melihat kejadian mengerikan dan lain-lain. Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau takut, atau mengalami kesedihan yang mendalam. Tetapi biasanya rasa sakit hati akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih normal. Namun pada sementara orang yang mengalami suatu kejadian yang menakutkan atau pengalaman yang mengubah situasi kehidupan akan mengalami stress berat di mana ingatan-ingatan itu tidak berkurang, bahkan untuk sesaat. Pada beberapa orang, pengalaman di atas sangat ekstrem sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan yang dialami. Seseorang yang merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder, atau PTSD. 1

Upload: ikhsan08

Post on 02-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Seperti gunung es, kejadian gangguan stres pasca trauma ini banyak dialami manusia, lebih banyak dari yang dikenali karena berobat/menyampaikan keluhan. Hal ini dikarenakan banyak sekali pengalaman yang berpotensi memunculkan PTSD.Banyak dari kita memiliki pengalaman-pengalaman traumatis ditinggal oleh orang yang dicintai, menderita penyakit serius, perceraian, kecelakaan, pelecehan seksual, melihat kejadian mengerikan dan lain-lain. Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau takut, atau mengalami kesedihan yang mendalam. Tetapi biasanya rasa sakit hati akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih normal.Namun pada sementara orang yang mengalami suatu kejadian yang menakutkan atau pengalaman yang mengubah situasi kehidupan akan mengalami stress berat di mana ingatan-ingatan itu tidak berkurang, bahkan untuk sesaat. Pada beberapa orang, pengalaman di atas sangat ekstrem sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan yang dialami. Seseorang yang merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder, atau PTSD.

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) / gangguan stres pasca trauma sangat penting untuk kita ketahui, karena PTSD dapat menyerang siapapun yang telah mengalami kejadian traumatik, tidak pandang usia dan jenis kelamin.

Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1984) yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti social; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual), yang oleh American Psychiatric Association dikenal dengan rumusan bio-psycho-socio-spiritual (APA, 1992).

Bila dikaji secara mendalam, maka sesungguhnya dalam agama (Islam) banyak ayat maupun hadis yang memberikan tuntunan agar manusia sehat seutuhnya, baik dari segi fisik, kejiwaan, sosial maupun kerohanian. Sebagai contoh misalnya:

Dan bila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan (Q.S. 26 : 80).Katakanlah : Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman (Q.S. 41 : 44).Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh (H.R. Muslim dan Ahmad).Dalam agama (Islam) bagi mereka yang sakit dianjurkan untuk berobat kepada ahlinya (memperoleh terapi medis) disertai dengan berdoa dan berdzikir. Bagi pemeluk agama (Islam) doa dan dzikir merupakan salah satu bentuk komitmen keagamaan/ keimanan seseorang. Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke hadlirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Dzikir adalah mengingat Allah swt dengan segala sifat-sifat-Nya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan Doa dan Dzikir adalah suatu amalan dalam bentuk kata-kata yang diucapkan secara lisan ataupun dalam hati yang berisikan permohonan kepada Allah swt dengan selalu mengingat nama-Nya dan sifat-Nya. Pengertian Dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikirnya itu sendiri (dalam arti sempit), melainkan meliputi segala bacaan, sholat ataupun perilaku kebaikan lainnya sebagaimana yang diperintahkan dalam agama.

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, dzikir mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena ia mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan medis lainnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka (Cerney, dalam Pickett, 1998). Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban. Kejadian atau pengalaman traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian yang traumatik. Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya (Lonergan, 1999). Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stres atas kejadian traumatik tersebut. Kadangkala efek aftershock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu.Menurut Kaplan dan sadock (1997) dalam bukunya synopsis psikiatri, pasien yang diklasifikasikan sebagai penderita gangguan stres paska trauma, mereka harus mengalami suatu stres emosional yang besar yang menyebabkan traumatik bagi hampIr setiap orang.Menurut Stamm (1999), stres traumatik merupakan suatu reaksi yang alamiah terhadap peristiwa yang mengandung kekerasan (seperti kekerasan kelompok, pemerkosaan, kecelakaan, dan bencana alam) atau kondisi dalam kehidupan yang mengerikan (seperti kemiskinan, deprivasi, dll). Kondisi tersebut disebut juga dengan stres pasca traumatik (atau Post Traumatic Stress Disorder/ PTSD).Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa PTSD adalah sejenis gangguan kecemasan umum yang berkembang setelah mengalami kejadian yang menakutkan atau serangan fisik maupun perasaan terancam. Dimana, gejalanya dapat berupa pengalaman kembali kejadian traumatis, lebih sensitif, dan penumpulan emosi.

II.2. Penyebab PTSDSeseorang mengalami PTSD adalah akibat respon terhadap suatu trauma yang ekstrem, sebuah kejadian yang mengerikan yang seseorang alami, saksikan, atau dipelajari, terutama yang mengancam hidup atau yang menyebabkan penderitaan fisik. Pengalaman tersebut menyebabkan seseorang merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya.Kaplan dan Sadock (1997) mengatakan bahwa gangguan stress paska traumatic dapat tampak pada setiap usia, namun paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi yang mencetuskannya. Untuk wanita, paling sering adalah penyerangan dan pemerkosaan. Jumlah perempuan yang mengalami trauma adalah dua kali dibandingkan dengan kaum pria. Gangguan kemungkinan terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomi, atau menarik diri secara sosial.

II.3. Faktor Resiko PTSDFaktor resiko untuk PTSD meliputi: a. Hidup melalui kegiatan berbahaya dan trauma b. Memiliki sejarah penyakit mental c. Terluka d. Melihat orang terluka atau terbunuh e. Merasa ngeri, tidak berdaya, atau ketakutan ekstrim f. Memiliki sedikit atau tidak ada dukungan sosial setelah acara g. Berurusan dengan stres ekstra setelah kejadian, seperti hilangnya rasa sakit orang yang dicintai, dan cedera, atau kehilangan pekerjaan atau rumah.

II.4. Gejala PTSD PTSD dapat menyebabkan banyak gejala. Gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: II.4.1. Re-experiencing symptoms: a. Kilas balik-menghidupkan kembali trauma berulang kali, termasuk gejala fisik seperti jantung balap atau berkeringat b. Mimpi buruk c. Menakutkan pikiran.

II.4.2. Avoidance symptoms: a. Tinggal jauh dari tempat, peristiwa, atau benda yang pengingat dari pengalaman b. Merasa mati rasa emosional c. Merasa bersalah kuat, depresi, atau khawatir d. Kehilangan minat dalam kegiatan yang menyenangkan di masa lalu e. Memiliki kesulitan mengingat peristiwa berbahaya.

Hal-hal yang mengingatkan orang dari peristiwa traumatik dapat memicu gejala penghindaran. Gejala-gejala ini dapat menyebabkan seseorang untuk mengubah rutinitas pribadinya. Sebagai contoh, setelah kecelakaan mobil yang buruk, orang yang biasanya drive mungkin menghindari mengemudi atau mengendarai mobil. II.4.3. Hyperarousal symptoms: a. Menjadi mudah terkejut b. Merasa tegang atau "pada tepi" c. Memiliki kesulitan tidur, dan / atau memiliki luapan kemarahan.

Hyperarousal gejala biasanya konstan, bukannya dipicu oleh hal-hal yang mengingatkan salah satu peristiwa traumatik. Mereka dapat membuat orang itu merasa tertekan dan marah. Gejala-gejala ini dapat membuat sulit untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari, seperti tidur, makan, atau berkonsentrasi.

Itu wajar untuk memiliki beberapa gejala setelah peristiwa berbahaya. Kadang-kadang orang memiliki gejala yang sangat serius yang hilang setelah beberapa mingg. Hal ini disebut gangguan stres akut, atau ASD. Bila gejala berlangsung lebih dari beberapa minggu dan menjadi masalah yang terus-menerus, mereka mungkin mengalami PTSD. Beberapa orang dengan PTSD tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan.

Anak-anak dan remaja dapat memiliki reaksi ekstrim terhadap trauma, namun gejala mereka mungkin tidak sama dengan orang dewasa termasuk sangat muda. Pada anak-anak, gejala-gejala ini dapat: a. Mengompol, ketika mereka belajar bagaimana menggunakan toilet sebelum b. Lupa bagaimana atau tidak mampu berbicara c. Bertindak keluar kejadian menakutkan selama bermain d. Menjadi luar biasa menempel dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

Anak-anak yang lebih tua dan remaja biasanya menunjukkan gejala seperti yang terlihat pada orang dewasa. Mereka juga dapat mengembangkan perilaku mengganggu, tidak hormat, atau merusak. anak-anak yang lebih tua dan remaja mungkin merasa bersalah karena tidak mencegah cedera atau kematian. Mereka juga mungkin memiliki pikiran balas dendam.

II.5. Kriteria DiagnostikDiagnostik ditegakkan berdasar Kriteria Diagnostik Ganggaun Stress Akut berdasar DSM III-R (Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders III-Revisi) :a. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini ditemukan :1. Orang mengalami, menyaksikan atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cidera yang serius atau ancaman kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain.2. Respon berupa rasa takut yang kuat dan rasa tidak berdaya atau selalu dihantui perasaan takut yang berlebihan.b. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan, individu memiliki tiga atau lebih gejala disosiatif berikut :1. Perasaan subjektif kaku, terlepas atau tidak ada responsivitas emosi2. Penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya3. Derealisasi4. Depersonalisasi5. Amnesia disosiatif (yaitu : ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma)c. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam sekurangnya satu cara berikut : bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang berulang-ulang, atau suatu perasaan pengalaman hidupnya kembali, pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengan pengingat kejadian traumatik.d. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang)e. Gejala kecemasan yang nyata atau peningkatan kesadaran (misalnya kewaspadaan berlebihan, sulit tidur, iritabilitas, konsentrasi buruk dan kegelisahan motorik)f. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain mengganggu kemampuan individu untuk mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau menggerakkan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatik.g. Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat.

Kriteria Diagnostik PTSD berdasar DSM III-R (Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders III-Revisi) :a. Orang telah mengalami suatu peristiwa luar biasa bagi manusia umumnya dan yang amat menekan terhadap semua orangb. Peristiwa traumatik itu secara menetap dialami dalam cara yang disebut di bawah ini :1. Teringat kembali peristiwa itu secara berulang dan sangat mengganggu.2. Mimpi yang berulang tentang peristiwa itu yang membebani pikiran3. Perasaan atau tindakan mendadak seolah peristiwa traumatik itu telah 4. Tekanan jiwa yang amat sangat karena terpaku pada satu peristiwa yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatik itu, termasuk hari ulang tahun trauma tersebut.c. Pengelakan yang menetap terhadap rangsang yang terkait dengan trauma atau kelumpuhan yang bereaksi terhadap situasi umum (yang tak ada sebelum trauma itu), yang ditunjuk sedikitnya 3 dari yang berikut :a. Upaya mengelak terhadap gagasan atau perasaan yang terkait dengan trauma itub. Upaya untuk mengelak dari kegiatan atau situasi yang menimbulkan ingatan terhadap trauma ituc. Ketidakmampuan untuk mengingat kembali aspek yang penting dari trauma itud. Minat yang sangat berkurang terhadap kegiatan yang pentinge. Rasa terasing dari orang lainf. Kurangnya afeksig. Merasa tidak punya masa depand. Gejala meningginya kesiagaan yang menetap (yang tak ada sebelum trauma) yang ditunjukkan oleh 2 dari gajala berikut :1. Sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur yang cukup2. Irritable atau mudah marah3. Sulit berkonsentrasi4. Amat bersiaga5. Reaksi kaget yang berlebihan6. Reaksi rentan faali saat menghadapi peristiwa yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatike. Jangka waktu gangguan itu (gejala pada B, C dan D) sedikitnya sebulan.II.6. Pengertian Dzikir Secara umum dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya dalam bentuk yang meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik, berdoa, membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim. Dalam arti khusus dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tatatertib, metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh Allah dan rasulnya. Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad : 28)Menurut itu Prof. Dr. Dadang Hawari, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medis.

II.7. Manfaat Dzikir sebagai Psikoterapi Kesehatan MentalPezikir adalah orang yang menemukan diri, bersama menyatu antara diri dan hidupnya. Berzikir adalah mengambil kembali hak kenal kita kepada yang kita ketahui secara hakiki, yakni Allah, maka disebut zikrullah. Berzikir adalah esensi bersama Tuhan untuk menemukan Tuhan. Semua yang ada bukan dari kita walaupun kita merasa berjalan dengan kaki kita, menulis dengan tangan kita, berpikir dengan otak kita, tidur dengan terpejamnya mata kita dan seterusnya adalah bukan hak kita untuk menguasai itu semua tapi semua ada dalam kehendak-Nya. Tingkatan kita adalah berikhtiyar bukan mencipta. Jadi terciptanya zikir adalah dari Allah adapun usaha berzikir adalah wujud kepasrahan kita kepada Allah SWT. Segala hal termasuk ingat sesuatu pada saat berzikir itu adalah terdeteksi dalam sistem saraf walaupun kita tidak menyadari kerumitan yang ada dalam diri kita sendiri. Setiap lantunan zikrullah setiap itu pula respon sistem saraf membuat cetakan positif atau negatifnya. Maka zikir harus diawali kata kunci niat (intention). Hal ini agar sistem saraf yang bekerja dalam otak tidak terjebak pada kekaburan sebuah perjalanan. Hal ini dikenal dengan nama aktifnya hipokampus, di mana ia mempunyai kekuatan memastikan sebuah keputusan (determination). Keraguan pada dasarnya tidak sesuai fitrah manusia karena jalan ke Allah dengan tidak ragu tapi dengan pasti lahir maupun batin, yakni iman. Pasti batin dinamakan iman, dan pasti lahir namanya amalan sholihan (perbuatan yang berpilar dari iman atau dari kepastian ruhani). Jadi orang yang berzikir jelas orang yang mengambil hak pasti bagi jiwanya, yakni jiwa yang menyatu terus-menerus bersama Allah tanpa ragu, dan hak ini fitrah hati. Jiwa yang dizikirkan maka akan membangunkan dari tidurnya (lalainya), yakni segera bangkit dan mengejar Tuhan sebagai sumber keberadaannya di alam semesta ini. Di sini secara secara eksplisit menegaskan kemampuan manusia reflektif manusia yang dapat menemukan kemampuan dirinya berikut ragam potensi satu sama lain sebagai power dalam berhubungan dengan Tuhan.1 Manusia diberi kebebasan untuk mengaplikasikan atau tidak tentang kredibilitas kewajiban ibadahnya sebagai konsekuensi manifestasi iman yang tidak lain adalah jembatan memahami dirinya. Allah Maha jelas (al-Dhahir), maka penegasan yang disampaikan pun ya ayyuhalladzina amanuw (wahai sekalian orang yang pasti). Jelas semua itu serba tegas, pasti dan sempurna sebagaimana Islam adalah agama yang sempurna (pasti komprehensif dari segala lini dan sisinya).II.8. Macam-Macam DzikirDzikir kepada Allah bukan hanya semata-mata mengucapkan Asma Allah didalam lisan atau di dalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah adalah ingat kepada Asma, Dzat, Sifat dan Afal-Nya. Kemudian memasrahkan kepada-Nya hidup dan mati, sehingga tidak ada lagi rasa khawatir, takut maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan.Dzikir dibagi tiga:1. Dzikir dengan lisan (zikr bil al-lisan), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan bersuara.2. Dzikir dalam hati zikr bi al-qalb), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan membatin, tanpa mengeluarkan suara. Sebagian ulama menafsirkan dzikir dalam hati ni, adalah bertafakkur merenungi keMahabenaran dan keMahabesaran Allah SWT dengan penuh keyakinan dan perasaan tulus.3. Dzikir dengan panca indra atau anggota badan (Zikr bi al-jawarih), yakni menundukkan seluruh anggota badan kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Tentang dzikir dengan panca indra ini, sebagian ulama tasawuf memiliki pengertian dan konsep yang berdeda, yakni melalui tujuh penjuru panca indra:1. Dzikir kedua mata dengan menangis2. Dzikir kedua telingan dengan mendengarkan hal-hal yang baik3. Dzikir lidah dan mulut dengan mengucapkan puji-pujian4. Dzikir hati dengan penuh rasa takut dan harap kepada Allah SWT5. Dzikir ruh dengan menyerah kepada Allah dan rela atas segala keputusan-Nya6. Dzikir badan dengan memenuhi berbagai kewajiban7. Dzikir kedua tangan dengan bersedekah

Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat tafakkur atas penciptaan Allah berupa gerak nafas dzikir seluruh mahluk-Nya baik yang tidak terlihat. Penghayatan dzikir ini sesuai dengan firman Allah:Yakni orang-orang yang berdzikir kepada Allah dengan berdiri, duduk dan berbaring dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi. (QS. Ali Imran: 191).

2.4. Hubungan Psikoterapi Dzikir Pada Pasien PTSDPsikoterapi adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis.Dalam ajaran Islam, selain psikoterapi duniawi, juga terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ini merupakan petunjuk (hidayah) dan anugerah (ath`) dari Allah SWT, yang berisikan kerangka ideologis dan teologis dari segala psikoterapi. Sementara psikoterapi duniawi merupakan hasil ijtihd (upaya) manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan yang didasarkan kaidah-kaidah insaniah.Kemahakuasaan Allah tergambar dalam firman Allah surah asy-Syuar` ayat 78-80, (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjukiku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Juga telah Rasulullah SAW tandaskan dalam sabdanya, Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali penyakit itu telah ada obatnya. (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah).Psikoterapi dzikir dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan keguncangan jiwa, kecemasan (PTSD) dan gangguan mental. Dzikir adalah metode kesehatan mental. Dengan berdzikir orang akan merasa dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya. Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia.

BAB IIIKESIMPULAN

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa PTSD adalah sejenis gangguan kecemasan umum yang berkembang setelah mengalami kejadian yang menakutkan atau serangan fisik maupun perasaan terancam. Dimana, gejalanya dapat berupa pengalaman kembali kejadian traumatis, lebih sensitif, dan penumpulan emosi.

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, dzikir mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena ia mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan medis lainnya.

Maka oleh karena itu, terapi zikir dinilai cukup efektif dalam penatalaksanaan pasien PTSD disamping pemberian farmakoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.drhasto.blogspot.com2. www.psikologiaja.blogspot.com3. www.tristiadiardiardaniuinmalang.blogspot.com4. www.yurikafauziawardhani.blogspot5. www.terapi.dzikrullah.org6. www.unilaturrahmah.blogspot.com

9