rancak iko.doc
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk proses pada kilang Polypropylene diperlukan gas nitrogen
sebagai media transfer powder polypropylene. Tanpa gas iner nitrogen
powder polypropylene tidak dapat diproses lanjut agar menjadi polytam (biji
plastik). Maka dari itu untuk menjamin proses di kilang polypropylene
diperlukan kehandalan unit nitrogen plant agar tetap beroperasi normal secara
terus menerus.
Kegagalan pada unit penghasil gas nitrogen sangat berpengaruh pada
proses kilang polypropylene tersebut. Salah satu penyebab terganggunya unit
nitrogen plant adalah pada cold box yang disana terdapat turbin expander.
Pelumasan yang baik akan menjamin kerja turbin expander. Salah satu faktor
pelumasan yang baik adalah pendinginan pelumas tersebut. Jika pendinginan
pelumas tidak tercapai temperature yang di tetapkan pabrikan maka kerja
turbin akan terganggu dan menyebabkan overheating pada shaft turbin.
Overheating pada shaft turbin akan menyebakan bearing shaft tesebut
rusak dan bahkan shaft turbin tersebut akan ikut rusak juga. Maka dari itu
penulis mencoba menganalisa kemampuan cooler pengganti sebagai
antisipasi jika pendingin pelumas yang asli sudah tidak bisa digunakan lagi
karena sudah banyak yang bocor.
Sementara lube oil cooler dalam proses pembelian maka salah satu cara
agar pendinginan pelumas turbin tetap bekerja dipakai lube oil cooler
pengganti yang di ambil dari Centac yang tidak beroperasi (idle). Untuk
memastikan lube oil cooler dari centac tersebut layak dipakai maka
diperlukan analisa secara mendalam terhadap kemampuan penyerapan
panasnya. Karena jika dilihat secara visual mempunyai fisik yang lebih besar
2
dari originalnya memungkinkan mampu untuk mendinginkan pelumas turbin
expander.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebatas manakah
kemampuan cooler pengganti mendinginkan pelumas turbin sesuai
temperatur yang dicapai oleh cooler aslinya.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini batasan masalahnya adalah
1. Kemampuan penyerapan panas minyak pelumas oleh cooler
2. Penurunan temperature dicapai cooler pengganti
3. Penurunan tekanan yang terjadi pada cooler
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemampuan cooler
pengganti layak dipakai sementara atau bahkan sampai batas waktu tertentu
jika memang memungkinkan mengingat cooler pengganti ini diambil dari
cooler kompressor yang sudah tidak beroperasi (idle).
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini penulis membagi dengan beberapa bab yaitu
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisikan dasar-dasar teori dari literature yang
menunjang penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian
Berisikan penjelasan mengenai prosedur penelitian, peralatan dan
benda kerja, dan data hasil pengamatan.
3
BAB IV Analisa Hasil dan Pembahasan
BAB V Kesimpulan dan Saran
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perpindahan Panas (Heat Exchange)
Panas adalah energi yang diterima oleh benda sehingga suhu benda atau
wujudnya berubah. Air digunakan sebagai standar untuk menghitung jumlah
panas karena untuk menaikkan temperature 1 gram air sebesar 1ºC diperlukan
panas 1 kalori.
1 kalori = kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar
1ºC.
1 kalori = 4.18 joule
1 joule = 0.24 kalori
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung atau
tidak. Maksudnya ialah :
1. Alat penukar kalor yang langsung, ialah dimana fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah)
dalam suatu bejana atau ruangan tertentu.
2. Alat penukar kalor yang tidak langsung, ialah dimana fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat
atau peralatan jenis lainnya.
Perpindahan panas dapat disebut juga penukar panas(heat exchange),
adalah perpindahan panas dari fluida yang bersuhu tinggi, ke fluida yang
bersuhu lebih rendah. Fluida yang bersuhu tinggi disebut sumber panas, dan
yang lebih rendah disebut penerima panas. Adapun maksud pertukaran panas
adalah untuk sebanyak mungkin menyerap panas dari proses produksi dan
menyerahkannya kepada bahan dasar atau bahan penopang produksi yang
akan diproses dengan menggunakan panas.
5
Gambar 2.1 Jenis-jenis perpindahan panas
Tujuan Pertukaran Panas
1. Penyelamatan energi panas bekas proses produksi sebelum terbuang
percuma ke udara bebas. Hal ini dikarenakan energi tersebut dihasilkan
dengan menggunakan biaya, tenaga, dan waktu yang tidak sedikit.
2. Memberikan pemanasan awal bagi bahan baku produksi yang
pemrosesannya menggunakan panas, sehingga energi yang dibutuhkan
untuk pemrosesan tersebut tidak terlalu banyak.
Gambar 2.2 WHB memanfatkan panas dari gas buang
Radiasi
6
Pertukaran panas di sini adalah upaya keekonomian, yakni
penghematan biaya atau hemat energi (energy conservation). Dari aspek
teknis, hal ini juga berarti upaya memperpanjang usia peralatan produksi,
sehingga dapat didayagunakan secara optimal. Dari aspek perlindungan
lingkungan, heat exchange juga berarti menurunkan suhu gas bekas dan air
buangan ke laut atau sungai, berarti menyelamatkan makhluk hidup seperti
serangga, ternak, ikan, burung dan tumbuh-tumbuhan serta jasad renik yang
merupakan rangkaian ekologi.
2.2 Jenis - Jenis Perpindahan Panas
2.2.1 Radiasi
Gambar 2.3 Radiasi panas api buner ke tube
Radiasi adalah proses penyebaran panas yang berasal dari pada
boiler dan furnace. Proses pemancaran panas dari sumber panas ke
permukaan benda yang dipanaskan, misalnya panas yang berasal dari
api pemanas (brander) sumber panas yang dipancarkan ke segala arah
melalui udara atau hampa udara, contohnya adalah panas yang berasal
dari matahari yang memanasi bumi dan segala isinya. Di perusahaan
pengolahan minyak prinsip radiasi panas ini digunakan dipancarkan
melalui udara dalam ruang pemanas ke dinding tube bolier yang berisi
air, atau pipa pemanas yang berisi minyak bumi pada furnace.
7
Persamaan untuk perpindahan panas secara radiasi adalah :
q = ε.σ.A (T 4s– T 4s)
dimana :
σ = konstanta Stefan-Bolzmann 5,67.10-8 (W/m2K4),
ε = emisivitas permukaan media,
A=luas permukaan perpindahan panas (m2),
Ts = temperatur permukaan benda padat (K),
Tsurr = temperatur surrounding (K).
2.2.2 Konveksi
Konveksi adalah proses penyebaran panas melalui media
tertentu (cairan/gas) untuk memanaskan benda lainnya. Salah satu
contohnya adalah economizer atau waste heat boiler yang
menggunakan gas bekas untuk memanaskan pipa pemanas air
sehingga menghasilkan uap. Perpindahan panas secara konveksi ada 3
cara yaitu secara alamiah, secara dipaksa dan gabungan cara alamiah
dengan dipaksa.
Persamaan untuk perpindahan panas secara konveksi adalah :
q = hA(Ts–T∞)
dimana :
h = koefisien konveksi (W/m2K),
A = luasan permukaan perpindahan panas (m2),
Ts = temperatur permukaan benda padat (K),
T∞ = temperatur fluida yang mengalir (K).
8
2.2.3 Konduksi
Konduksi adalah proses penghantaran dalam satu benda padat
yang utuh. Panas yang diterima dari permukaan yang satu diteruskan
oleh molekul benda padat (yang konduktif tersebut hingga ke molekul
permukaan lainnya dengan cara saling berbenturan. Sebagai contoh
adalah tube pemanas minyak pada ruang radian suatu dapur pemanas.
Persamaan untuk perpindahan panas secara konduksi adalah :
q = –kA(dT/dx)
dimana :
k = konduktivitas termal bahan (W/m.K),
dT = beda temperatur antara permukaan (K),
dx = jarak perpindahan panas (m),
2.3 Macam-macam Alat Penukar Panas
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses
produksi atau operasi.
Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell
and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian
luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur
fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell)
sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan di
luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube
disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.
9
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya
operasional harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan
baru, maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan
bersih setelah alat beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan
kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan
kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi
koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk
suatu alat penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian.
Batas terakhir alat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat
harga koefisien perpindahan panas mencapai harga minimum.
Banyak sekali macam alat penukar panas (HE) yang digunakan di
industri-industi minyak dan gas, rumah tangga dan industry lainnya.
Beberapa diantaranya yang umum dipakai yaitu :
1. Cooler
Gambar 2.4 Arah aliran fluida dalam cooler
HE ini umumnya digunakan sebagai pendingin fluida tertentu seperti
minyak pelumas dengan media pendinginya air.
10
2. Heater
HE ini umumnya digunakan sebagai pemanas fluida cair atau gas dengan
suatu elemen pemanas seperti dispenser pada alat rumah tangga.
Gambar 2.5 Heater dengan elemen pemanas listrik
3. Kondensor
HE ini umumnya digunakan pada AC, steam turbin yang berfungsi
untuk merubah fasa gas menjadi fasa cair.
4. Evaporator
HE jenis ini umumnya digunakan pada AC, kulkas yang berfungsi
untuk menyerap panas lingkungan sekitar evaporator.
Gambar 2.6 Evaporator AC split
5. Ekonomiser
HE jenis ini umumnya ada pada boiler atau ketel uap berfungsi untuk
sebagai pemanas awal air boiler.
11
Gambar 2.7 Economiser pada boiler jenis water tube
6. Chiller
HE jenis ini umumnya digunakan untuk mendinginkan suatu fluida
dengan freon atau refrigerant.
Gambar 2.8 Chiller system
12
2.4 Kelompok Alat Penukar Panas Shell Dan Tubes Berdasarkan TEMA
Begitu banyaknya jenis dari alat penukar kalor shell dan tubes yang
dipergunakan pada dunia industri. Untuk membuat pembagiannya secara pasti
adalah sangat sulit. Tetapi oleh Standard of Turbular Exchanger
Manufactures Association (TEMA) dikelompokkan berdasarkan pemakaian
dari heat exchanger itu menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Alat penukar kalor kelas “R”, yang dipergunakan pada industri minyak
dan peralatan yang berhubungan dengan proses tersebut.
2. Alat penukar kalor kelas “C”, yang umumnya dipergunakan pada
keperluan komersial.
3. Alat penukar kalor kelas “B”, yang umumnya dipergunakan pada proses
kimia.
Kelas R, kelas C dan kelas B ini, kesemuanya adalah alat penukar kalor yang
tidak dibakar (unfired shell and tubes), tidak sama dengan dapur atau ketel
uap.
Penggunaan alat penukar panas shell dan tubes didasari oleh beberapa
alasan yaitu :
1. Luas permukaan kontak lebih besar
2. Lay out mekaniknya lebih baik, dan dapat dipakai untuk operasi yang
bertekanan.
3. Bahan/material bisa dari berbagai jenis, dipilih sesuai dengan kondisi
operasi yang dibutuhkan.
4. Mudah dibersihkan
5. Konstruksinyua sederhana, sehingga kebutuhan ruangan relatif lebih kecil,
6. Mudah pengoperasiannya oleh operator.
Persamaan umum untuk menyatakan jumlah kalor yang dipindahkan
dari fluida pada alat penukar panas dinyatakan dengan persamaan:
13
Q = U . A . LMTD
Dimana :
Q = Kalor yang dipindahkan persatuan waktu (Watt)
U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Watt/m2 0C)
A = Luas perpindahan kalor menyeluruh (m2)
LMTD = Beda suhu rata-rata (0C)
Untuk aliran sejajar
LMTD = _____________________
_ ______
Untuk aliran berlawanan
LMTD = ____________________
_______
( T1 – t1 ) - ( T2 – t2 )
T1 – t1
T2 – t2
ln )(
( T1 – t2 ) - ( T2 – t2 )
T1 – t2
T2 – t1
ln )(
14
Gambar 2.9 Aliran fluida berlawanan dalam shell dan tubes
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mengetahui kemampuan penyerapan panas cooler diperlukan
prosedur penelitian dan data hasil pengamatan di lapangan.
3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian
Cooler Subsitusi
Temperature PressureTemperature Pressure
Analisa Data
Cooler Original
COOLER
16
3.2 Data Hasil Pengamatan
IndikasiCooler Original Cooler Subsitusi
Air Oli Air Oli
Input Temperatur (oC)
Output Temperature (oC)
Input Pressure (Kg/cm2)
Output Pressure (Kg/cm2)
Kesimpulan
17
Spek cooler pengganti
Parameter Shell Tube
Pressure(Psi) 150 150
Temperature(F) 300 200
Spek cooler asli merek bloksma made in Holland
Parameter Shell Tube
Pressure(Psi) 150 150
Temperature(F) 120 80
18
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar
kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau
operasi.
Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell
and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar
dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida di
dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi
perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan di luar tube. Adapun
daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan
yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya
operasional harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru,
maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih
setelah alat beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan kotoran atau
kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung
dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien perpindahan
panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat penukar kalor
selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat dapat
19
berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan
panas mencapai harga minimum.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menentukan besar neraca panas, Log Mean
Temperature Different, temperatur kalorik, luas daerah aliran, kecepatan aliran
massa, bilangan Reynold, faktor perpindahan panas, bilangan Prandtl, koeffisien
perpindahan panas, temperatur dinding tube, rasio viskositas, koeffisien
perpindahan panas terkoreksi, clean overall heat transfer coefficient, overall heat
transfer coefficient design, faktor pengotoran, pressure drop, dan effisiensi efektif
dari alat penukar kalor.
Aplikasi program untuk perhitungan effisiensi alat penukar kalor dengan
menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 adalah untuk :
1. Memberikan pengetahuan tentang aplikasi pemrograman dengan
menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0.
2. Mempelajari dan menciptakan aplikasi program tentang perhitungan
effisiensi alat penukar kalor tipe shell and tube.
3. Mempermudah penghitungan effisiensi alat penukar kalor tipe shell and
tube.
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam suatu industri,
maka untuk mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor perlu diadakan
analisis. Dengan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa alat tersebut
mampu menghasilkan kalor dengan standar kerja sesuai kebutuhan yang
diinginkan.
Hasil penelitian ini digunakan untuk mempermudah dalam perhitungan alat
penukar kalor tipe shell and tube dengan memasukkan perhitungannya ke dalam
aplikasi program visual basic 6.0.
ALAT PENUKAR KALOR
Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan panas
dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan
secara langsung atau tidak. Maksudnya ialah :
20
3. Alat penukar kalor yang langsung, ialah dimana fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah)
dalam suatu bejana atau ruangan tertentu.
4. Alat penukar kalor yang tidak langsung, ialah dimana fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat
atau peralatan jenis lainnya.
Klasifikasi Alat Penukar Kalor
Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka dapat
diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a. Tipe kontak tidak langsung
1) Tipe dari satu fase
2) Tipe dari banyak fase
3) Tipe yang ditimbun (storage type)
4) Tipe fluidized bed
b. Tipe kontak langsung
1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
1) Dua jenis fluida
2) Tiga jenis fluida
3) N – Jenis fluida (N lebih dari tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
1) Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m2/m3
2) Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700
2/m3
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
1) Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
21
2) Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya
terdapat cara konveksi 2 aliran
3) Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass
aliran masing-masing
4) Kombinasi cara konveksi dan radiasi
5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi
a. Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tube
Sekat plat (plate baffle)
Sekat batang (rod baffle)
Konstruksi tube spiral
b. Konstruksi tipe pelat
1) Tipe pelat 3) Tipe lamella
2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil
c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)
Heat pipe wall
Ordinary separating wall
d. Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran berlawanan 4) Aliran parallel
2) Aliran melintang 5) Aliran split
3) Aliran yang dibagi (divided)
b. Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)
Aliran counter menyilang
22
Aliran paralel menyilang
Aliran compound
2) Shell and tube
Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada tube)
Aliran split
Aliran dibagi (devided)
3) Multipass plat
N – paralel plat multipass
Pembagian Alat Penukar Kalor Jenis Shell Dan Tubes Berdasarkan Standard ofTurbular Exchanger Manufactures Association (TEMA)Begitu banyaknya jenis dari alat penukar kalor shell dan tubes yang dipergunakanpada dunia industri. Untuk membuat pembagiannya secara pasti adalah sangat sulit.Tetapi oleh Standard of Turbular Exchanger Manufactures Association (TEMA)dikelompokkan berdasarkan pemakaian dari heat exchanger itu menjadi 3 kelompok, yaitu :1. Alat penukar kalor kelas “R”, yang dipergunakan pada industri minyak dan peralatan yangberhubungan dengan proses tersebut.2. Alat penukar kalor kelas “C”, yang umumnya dipergunakan pada keperluan komersial.3. Alat penukar kalor kelas “B”, yang umumnya dipergunakan pada proses kimia.Kelas R, kelas C dan kelas B ini, kesemuanya adalah alat penukar kalor yang tidakdibakar (unfired shell and tubes), tidak sama dengan dapur atau ketel uap.METODE PENELITIANProses pengumpulan data-data tentang spesifikasi dan data-data pada saat alatpenukar kalor beroperasi ini dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung ke PusdiklatMigas Cepu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya-jawab langsung denganbeberapa karyawan, menelaah dari manual handbook dan mencatat data-data pada saat alatpenukar kalor beroperasi. Untuk mendapatkan data-data sebagai penunjang diperlukanadanya langkah-langkah kerja, yaitu :1. Mengetahui cara pengoperasian alat penukar kalor tipe shell and tube.2. Mencari dan mengumpulkan referensi-referensi mengenai perpindahan panas dan alatpenukar kalor.
23
3. Menganalisa data-data tersebut untuk mendapatkan perhitungan effisiensi alat penukarkalor tipe shell and tube.4. Mengaplikasikan perhitungan effisiensi alat penukar kalor tipe shell and tube ke programMicrosoft Visual Basic 6.0.HASIL DAN PEMBAHASANSpesifikasi Desain Heat ExchangerSpesifikasi Pada ShellDiameter luar (ODs) = 31,614 in x 0,0834 = 2,637 ft Jumlah baffle (N) = 4 buahDiameter dalam (IDs) = 30,748 in x 0,0834 = 2,564 ft Fluida yang digunakan = SolarJarak antar baffle (B) = 23,623 in x 0,0834 = 1,97 ft Jumlah passes (n) = 1 passTemperatur fluida masuk (T1) = 536 oF SG 60/60oF fluida = 0,857Temperatur fluida keluar (T2) = 248 oFKapasitas produksi per hari = 172,557 m3 x 35,318 = 6094,37 ft3Spesifikasi Pada TubeDiameter luar (ODt) = 1 in x 0,0834 = 0,0834 ft BWG = 14Pitch (Pt) = 1,25 in x 0,0834 = 0,104 ft Jumlah tube (Nt) = 382 buahJarak antar tube (c) = 0,25 in x 0,0834 = 0,021 ft Panjang tube (L) = 9,843 ftTemperatur fluida masuk (t1) = 95 oF Jumlah passes (n) = 1 passTemperatur fluida keluar (t2) = 208,4 oF Fluida yang digunakan = Crude OilSG 60/60oF fluida = 0,8533Kapasitas produksi per hari = 507,125 m3 x 35,318 = 17910,64 ft3Gambar 1. Tampilan Masukan DataMenentukan Neraca PanasNeraca Panas Pada Shell (Solar)Perhitungan neraca panas dapat diperoleh sebagai berikut :_ Temperatur rata-rata21 2 T TTr2536 F 248 F 392 F_ Derajat API (oAPI)131,560 / 60141,5 SG FAPIDengan SG 60/60OF dari data yang diperoleh = 0,8570 maka :
24
131,50,8570141,5 API 33,61_ Dengan menggunakan grafik Approximate change of intermediate-base oils withtemperature. Grafik hubungan antara temperatur (oF) dengan oAPI dari solar maka akandapat diperoleh SG pada tiap temperatur dari solar adalah 0,75 dengan menggunakangrafik Specific heats of hydrocarbon liquids. Grafik hubungan antara temperatur denganoAPI dari solar maka dapat diperoleh panas spesifik dari solar, cpsolar(BTU/lb.oF) adalah0,63 BTU/lb.oF._ Menentukan kapasitas dari solar, Qsolar (ft3/jam)Dengan kapasitas solar yang diperoleh dari data yang diambil tanggal 09 Februari 2005yakni 172,557 m3. Maka kapasitas dari solar :3 3335,318 /24172,557x ft mjammQsolar 253,932 ft 3 / jam_ Menentukan massa jenis dari solar (_solar)solar solar air SG x dimana _air = 1000 kg/m30,75 x 1000 kg /m3 x 0,06243 lb / ft 3 solar 46,8225 lb / ft 3_ Menentukan laju aliran massa solar, Ws (lb/jam)s solar solar W Q x W 253,932 ft 3 / jam x 46,8225 lb / ft 3 s 11.889,73 lb / jam_ Panas yang dilepaskan oleh solar, qs (BTU/jam)1 2 q W x cp x T T s s s q lb jam x BTU lb F x F Fs 11.889,73 / 0,63 / 536 248 2.157.272,611 BTU / jamNeraca Panas Pada Tube (Crude Oil)_ Temperatur rata-rata, 295 208,421 2 t t F FTav= 151,7 oF_ Derajat API (oAPI)
25
131,560 / 60141,5 SG FAPIDengan SG60/60 oF dari data yang diperoleh = 0,8533 maka,131,50,8533141,5 API = 34,33 oF_ Dengan menggunakan grafik Approximate change of intermediate-base oils withtemperature. Grafik hubungan antara temperatur (oF) dengan oAPI dari crude oil makaakan dapat diperoleh SG pada tiap temperatur dari crude oil adalah 0,81. Dan denganmenggunakan grafik Specific heats of hydrocarbon liquids. Grafik hubungan antaratemperatur dengan oAPI dari crude oil maka dapat diperoleh panas spesifik dari crude oil,cpcrude oil (BTU/lb.oF) adalah 0,49 BTU/lb.oF._ Menentukan kapasitas dari Crude Oil, Qcrude oil (ft3/jam)Dengan volume crude oil yang diperoleh dari data yang diambil tanggal 09 Februari 2005yakni 507,125 m3. Maka kapasitas dari crude oil :3 3335,318 /24507,125x ft mjammQ Crude Oil 746,277 ft 3 / jam_ Menentukan massa jenis dari Crude Oil (_Crude Oil )Crude Oil Crude Oil air SG x dimana _air = 1000 kg/m30,81 x 1000 kg /m3 x 0,06243 lb / ft 3 Crude Oil 50,57 lb / ft 3_ Menentukan laju aliran massa Crude Oil, WCO (lb/jam)CrudeOil CrudeOil CrudeOil W Q x W 746,277 ft 3 / jam x 50,57 lb / ft 3 CrudeOil 37.739,23 lb / jam_ Panas yang diserap oleh Crude Oil, qCO (BTU/jam)2 1 q W x cp x t t CrudeOil CrudeOil CrudeOil q lb jam x BTU lb F x F FCrudeOil 37.739,23 / 0,49 / 208,4 95 2.097.018,054 BTU / jam
26
Gambar 2. Hasil Eksekusi Perhitungan Neraca PanasMenentukan LMTD (Log Mean Temperature Different) Dan Temperatur KalorikLMTD (Log Mean Temperature Different)Perhitungan LMTD (Log Mean Temperature Different) dapat diperoleh sebagaiberikut :Gambar 3. LMTD (Log Mean Temperature Different)Keterangan Shell (Solar) Tube (Crude Oil) Beda TemperaturTemperatur fluida tinggi T1 = 536oF t2 = 208,4 oF _T1 = 327,6oFTemperatur fluida rendah T2 = 248oF t1 = 95 oF _T2 = 153 oFBeda temperatur (_T) 288 oF 113,4 oF 174,6 oF_T LMTD untuk aliran yang berlawanan arah (Counter flow)2 1 1 21 2 2 1lnT tT tT t T tT LMTDdimana, T1 = Temperatur fluida panas masuk t1 = Temperatur fluida dingin masukT2 = Temperatur fluida panas keluar t2 = Temperatur fluida dingin keluarmaka,F FF FF F F FT LMTD248 95536 208,4ln536 208,4 248 95= 229,435 oFTemperatur Kalorik
27
Besarnya temperatur kalorik dari solar (Shell) dan Crude Oil (Tube) dapat diperolehsebagai berikut :( ) 2 1 2 T T F T T C C Untuk Solar (Shell)( ) 1 2 1 t t F t t C C Untuk Crude Oil (Tube)Dengan menggunakan grafik The Caloric Temperature Factor, FC dengan bedatemperatur pada shell = 288 oF, maka dapat diperoleh harga : KC = 0,54.Dimana, _Th = Beda temperatur pada fluida temperatur tinggi_Tl = Beda temperatur pada fluida temperatur rendahDenganFFTThl327,6153= 0,467dan untuk _Tl/_Th = 0,467 dan harga KC = 0,54 dengan grafik pada The Caloric TemperatureFactor, FC dapat diperoleh : FC = 0,375Maka besar temperatur kalorik untuk solar (Shell), adalah :( ) 2 1 2 T T F T T C C 248 F 0,375 (536 F 248 F) = 356 oFt2 =208,4 oF t1 = 95oFT2 =oT1 =536 oFdan besar temperatur kalorik untuk Crude Oil (Tube), adalah :( ) 1 2 1 t t F t t C C 95 F 0,375 (208,4 F 95 F) = 137,525 oFGambar 4. Hasil Eksekusi Perhitungan LMTD Dan Temperatur KalorikMenentukan Bilangan ReynoldMenentukan Bilangan Reynold Pada ShellLuas Daerah Aliran ShellLuas daerah aliran dari shell dapat diperoleh sebagai berikut :x PtID x C x B
28
as 144' dimana, ID = Diameter dalam dari shell = 30,748 in = 2,564 ftC’ = Jarak antara diameter luar dengan pitch (Pt-OD) = 0,25 in = 0,021 ftB = Jarak antara Baffle = 23,623 in = 1,97 ftPt = Jarak antara titik pusat tube = 1,25 in = 0,104 ftx ftft x ft x ftas 144 0,1042,564 0,021 1,97 = 0,007 ft2Kecepatan Aliran Massa Pada ShellKecepatan aliran massa pada shell dapat diperoleh sebagai berikut :sss aWG dimana, Ws = Laju aliran massa pada shell = 11.889,73 lb/jamas = Luas daerah aliran pada shell = 0,007 ft2maka besarnya kecepatan aliran massa untuk shell :0,007 211.889,73 /ftlb jamGs = 1.698.532,86 lb/ft2jamBilangan Reynolds Pada Shell (Solar)Bilangan Reynolds pada shell dapat diperoleh sebagai berikut :ssDe x G Re Dimana :Gs = Kecepatan aliran massa pada shell = 1.698.532,86 lb/ft2jamDe = Diameter ekuivalenDari grafik Shell Side Heat Transfer Curve For Segmental Baffles, untuk tipe PitchTriangular dengan Pt = 1,25 in serta diameter luar shell (ODs) dapat diperoleh De =0,99 in = 0,083 ft.μs = Viskositas dari solarDari grafik Viskosity Of Mid-Continent Oils, untuk Tc = 374,72 oF dan oAPI = 33,61dapat harga _ = 0,615 cp0,615 cp x 2,4192 lb / ft. jam 1,4878 lb / ft. jammaka bilangan Reynold untuk shell :94.756,17
29
1,4878 / .0,083 1.698.532,86 /Re2lb ft jamft x lb ft jamsMenentukan Bilangan Reynold Pada Tube (Crude Oil)Luas Daerah Aliran TubeLuas daerah aliran dari tube dapat diperoleh sebagai berikut :x nN x a ta tt 144' dimana, Nt = Jumlah tube = 382 buaha’t = Luas aliran per tubeberdasarkan tabel yang terdapat pada Viscosity Of Mid-Continent Oilsdiameter luar tube (ODt) 1 in BWG 14 dapat diperoleha’ = 0,546 in2 = 0,0038 ft2n = Jumlah passes = 1 passesmaka luas daerah aliran untuk tube :144 1382 0,0038 2xx ftat = 0,0101 ft2Kecepatan Aliran Massa Pada TubeKecepatan aliran massa pada tube dapat diperoleh sebagai berikut :ttt aWG dimana, Wt = Laju aliran massa pada tube = 37.739,23 lb/jamat = Luas daerah aliran pada tube = 0,0101 ft2maka besarnya kecepatan aliran massa untuk tube :0,0101 237.739,23 /ftlb jamGt = 3.736.557,426 lb/ft2jamBilangan Reynold Pada Tube (Crude Oil)Bilangan Reynolds pada tube dapat diperoleh sebagai berikut :
30
t ttID x G Re Dimana :Gt = Kecepatan aliran massa pada tube (lb/ft2jam) = 3.736.557,426 lb/ft2jamIDt = Diameter dalam tubeDari grafik Heat Exchanger and Condenser Tube Data, dengan diameter luar tube(ODt) =1 in dan BWG =14 dapat diperoleh diameter dalam tube (IDt) = 0,834 in =0,0696 ft.μt = Viskositas dari cude oilDari grafik Viskosity Of Mid-Continent Oils, untuk Tc = 144,89 oF dan oAPI = 34,33dapat harga _ = 3,3 cp3,3 cp x 2,4192 lb / ft. jam 7,983 lb / ft. jammaka bilangan Reynold untuk tube :32.577,287,983 / .0,0696 3.736.557,426 /Re2lb ft jamft x lb ft jamtGambar 5. Hasil Eksekusi Perhitungan Bilangan ReynoldFaktor Perpindahan PanasFaktor Perpindahan Panas Pada ShellFaktor perpindahan panas pada shell dapat diperoleh dengan menggunakan grafikShell Side Heat Transfer Curve For Segmental Baffles, untuk Res = 93.421,57 danpemotongan baffle 15 % dapat diperoleh harga faktor perpindahan panas pada shell JHs =124Faktor Perpindahan Panas Pada TubeFaktor perpindahan panas pada tube dapat diperoleh dengan menggunakan grafikTube Side Heat Transfer, untuk Ret = 32.577,28 dan 141,4220,06969,843 ftftDLdapatdiperoleh harga faktor perpindahan panas pada tube JHt = 100Menentukan Bilangan PrandtlBilangan Prandtl Pada Shell
31
Harga bilangan Prandtl pada shell dapat diperoleh sebagai berikut :ssrs kcp xPDimana :_s = Viskositas dari solarDari grafik Viskosity Of Mid-Continent Oils, untuk Tc = 356,72 oF dan oAPI = 33,61dapat diperoleh harga _ = 0,67 cp0,67 cp x 2,4192 lb / ft. jam 1,6209 lb / ft. jamcps = Panas spesifik dari solarDengan menggunakan grafik Specific Heat Of Hydrocarbon Liquids, untuk Tc = 356 oFdan oAPI = 33,61 dapat diperoleh harga cp = 0,63 BTU/lboFks = Konduktivitas thermalHarga konduktivitas thermal dari solar dapat diperoleh dengan menggunakan grafikThermal Conductivities Of hydrocarbon Liquids, untuk Tc = 356 oF dan oAPI = 33,61dapat diperoleh harga k = 0,071 BTU/jam(ft2(oF/ft))maka bilangan Prandtl untuk shell :14,380,071 / /0,63 / 1,6209 / .2 BTU jam ft F ftBTU lb F x lb ft jamP oorsBilangan Prandtl Pada TubeHarga bilangan Prandtl pada tube dapat diperoleh sebagai berikut :ttrt kcp xPDimana :_t = Viskositas dari crude oil
32
Dari grafik Viskosity Of Mid-Continent Oils, untuk Tc = 137,89 oF dan oAPI = 34,33 dapatdiperoleh harga _ = 3,5 cp3,5 cp x 2,4192 lb / ft. jam 8,4672 lb / ft. jamcpt = Panas spesifik dari crude oilDengan menggunakan grafik Specific Heat Of Hydrocarbon Liquids, untuk Tc = 137,89oF dan oAPI = 34,33 dapat diperoleh harga cp = 0,49 BTU/lboFkt = Konduktivitas thermalHarga konduktivitas thermal dari solar dapat diperoleh dengan menggunakan grafikThermal Conductivities Of hydrocarbon Liquids, untuk Tc = 137,89 oF dan oAPI = 34,33dapat diperoleh harga k = 0,076 BTU/jam(ft2(oF/ft))maka bilangan Prandtl untuk tube :54,590,076 / /0,490 / 8,4672 / .2 BTU jam ft F ftBTU lb F x lb ft jamP oortMenentukan Koefisien Perpindahan PanasKoefisien Perpindahan Panas Pada ShellKoefisien perpindahan panas pada shell dapat diperoleh sebagai berikut :31rsssso x PDekJH xh Dimana :so h= Koefisien perpindahan panas pada shell (BTU/jam.ft2.oF)JHs = Faktor perpindahan panas = 124De = Diameter ekuivalen pada shell = 0,083 ft
33
ks = Konduktivitas thermal pada shell = 0,071 BTU/jam (ft2) (oF/ft)Prs = Bilangan Prandtl pada shell = 14,38Maka harga koefisien perpindahan panas pada shell :x BTU jam ft FftBTU jam ft F ftxh ooso 14,38 257,63 / . .0,0830,071 / . /124 232 1Koefisien Perpindahan Panas Pada TubeKoefisien perpindahan panas pada tube dapat diperoleh sebagai berikut :31rttttti x PIDkJH xh Dimana :ti h= Koefisien perpindahan panas pada tube (BTU/jam.ft2.oF)JHt = Faktor perpindahan panas = 100IDt = Diameter dalam pada tube = 0,0696 ftkt = Konduktivitas thermal pada tube = 0,076 BTU/jam (ft2) (oF/ft)Prt = Bilangan Prandtl pada tube = 54,59Maka harga koefisien perpindahan panas pada shell :x BTU jam ft FftBTU jam ft F ft
34
xh ooti 54,59 413,11 / . .0,06960,076 / . /100 232 1Temperatur Pada Dinding TubeUntuk menentukan harga temperatur pada dinding tube (Tw), maka sebelumnya perluditentukan dahulu hargatio h, dimanatio hdapat diperoleh sebagai berikut :BTU jam ft FftftBTU jam ft F xhODIDxh ho otiotttitio344,53 / . .0,08340,0696413,11 / . 2 . 2
35
Maka besarnya harga temperatur pada dinding tube dapat diperoleh sebagai berikut :c ctiososow c T th hht t t FF FBTU jam ft F BTU jam ft FBTU jam ft Ft Fowo oo ooow231356 137,525257,63 / . . 344,53 / . .257,63 / . .137,525 2 22Gambar 6. Hasil Eksekusi Perhitungan Bilangan Prandtl Dan Koefisien PerpindahanPanas
36
Menentukan Rasio Viskositas Dan Koefisien Dinding TubeRasio Viskositas Dari Solar (Shell)Dengan menggunakan grafik Viskosity Of Mid-Continent Oils, untuk temperatur Tw =317,32 oF dan oAPI = 33,61 akan didapatkan viskositas solar pada dinding tube yaitu sebesar0,8 cp.0,8 cp = 0,8 x 2,4192 lb/ft.jam= 1,935 lb/ft.jamMaka rasio viskositas dari solar pada dinding shell dapat diperoleh sebagai berikut :0,981,935 / .1,6209 / . 0.14 0.14_ ____ ____ ____ ___lb ft jamlb ft jamws Dimana _ = Viskositas dari solar pada Tav _ = Viskositas dari solar pada TwRasio Viskositas Dari Crude Oil (Tube)Dengan menggunakan grafik Viskosity Of Mid-Continent Oils, untuk temperatur Tw =317,59 oF dan oAPI = 34,33 akan didapatkan viskositas cude oil pada dinding tube yaitusebesar 0,85 cp.0,85 cp = 0,85 x 2,4192 lb/ft.jam= 2,056 lb/ft.jamMaka rasio viskositas dari crude oil pada dinding tube dapat diperoleh sebagai berikut :1,2192,056 / .8,4672 / . 0.14 0.14
37
_ ____ ____ ____ ___lb ft jamlb ft jamwt Dimana _ = Viskositas dari crude oil pada Tav _ = Viskositas dari crude oil pada TwLapisan Film Pada Dinding Bagian Luar TubeLapisan film pada dinding bagian luar tube dapat diperoleh sebagai berikut :Dimanaso h= 257,63 BTU/jam.ft2.oFMaka ho = øs x 257,63 BTU/jam.ft2.oF= 0,98 x 257,63 BTU/jam.ft2.oF = 252,48 BTU/jam.ft2.oFLapisan Film Pada Dinding Bagian Dalam TubeLapisan film pada dinding bagian dalam tube dapat diperoleh sebagai berikut :Dimanati h= 413,11 BTU/jam.ft2.oFMaka hi = øt x 413,11 BTU/jam.ft2.oF= 1,219 x 413,11 BTU/jam.ft2.oF = 503,58 BTU/jam.ft2.oFLapisan Film Pada Keseluruhan Dinding TubeLapisan film pada keseluruhan dinding tube dapat diperoleh sebagai berikut :Dimanatio h= 344,53 BTU/jam.ft2.oFMaka hio = øt x 344,53 BTU/jam.ft2.oF
38
= 1,219 x 344,53 BTU/jam.ft2.oF = 419,98 BTU/jam.ft2.oFGambar 7. Hasil Eksekusi Perhitungan Rasio Viskositas Dan Koefisien Dinding TubeMenentukan Overall Heat Tranfer CoefficientClean Overall Heat Tranfer CoefficientClean Overall Heat Tranfer Coefficient (Uc) adalah koefisien perpindahan panas dariheat exchanger pada saat bersih dan belum terdapat endapan atau kotoran dan dapatdiperoleh sebagai berikut :BTU jam ft FBTU jam ft Fx BTU jam ft Fh hh x hU oooio oio oc 157,68 / . .419,98 252,48 / . .419,98 252,48 / . . 222Overall Heat Transfer Coefficient DesignOverall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) adalah hantaran perpindahan panasdari heat exchanger setelah dioperasikan dan sudah terdapat endapan atau kotoran dandapat diperoleh sebagai berikut :LMTDtd A x TqUDimana : qt = Panas yang diserap oleh crude oilA = Luas permukaan pada bagian luar dari tube.
39
= Nt x L x a”dimana : Nt = Jumlah dari tube = 382 buahL = Panjang dari tube = 9,843 fta” = Untuk ODt dari tabel Heat Exchanger AndCondenser Tube Data maka diperoleh harga = 0,2618 ft2= 382 x 9,843 x 0,2618 ft2 = 984,375 ft2Maka Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) :BTU jam ft Fft x FBTU jamU od o 9,285 / . .984,375 229,4352.097.018,054 / 22 Faktor PengotoranFaktor Pengotoran (Rd) adalah hambatan perpindahan panas akibat adanya endapanatau kotoran pada dinding perpindahan panas dan dapat diperoleh sebagai berikut :0,101157,68 9,285 / . .157,68 9,285 / . .22x BTU jam ft FBTU jam ft FU x UU UR ooc dc ddGambar 8. Hasil Eksekusi Perhitungan Overall Heat Tranfer Coefficient Dan FaktorPengotorPressure DropPressure Drop Pada ShellPressure drop pada shell dapat diperoleh sebagai berikut :s s
40
s ss x x De x SG xf x G x ID x Np10 25,22 101Dimana :_ps = Beda tekanan antara fluida pada saat masuk dengan tekanan fluida saatkeluar dari heat exchanger (psi)f = Friction factor (ft2/in2), dari grafik Shell-Side Friction For Bundles With25% Cut Segmental Baffles, untuk harga Re dari shell = 93.421,57diperoleh harga = 0,0014Gs = Kecepatan aliran massa melalui shell (lb/ft2jam) = 1.698.532,86 lb/ft2jamIDs = Diameter dalam dari shell (ft) = 2,564 ftN = Jumlah Baffles = 4 buahDe = Diameter ekuivalen dari shell = 0,083 ftSGs = Spesifik gravity dari solar = 0,75øs = Rasio viskositas dari solar = 0,98Maka besarnya pressure drop pada shell (_ps)psix x x xx x xps 16,265,22 10 0,083 0,75 0,980,0014 1.698.532,86 2,564 4 1102Pressure Drop Pada TubePressure drop pada Tube dapat diperoleh sebagai berikut :t t ttt x x ID x SG xf x G x L x np10 25,22 10Dimana :_pt = Beda tekanan antara fluida pada saat masuk dengan tekanan fluida saat
41
keluar dari heat exchanger (psi)f = Friction factor (ft2/in2), dari grafik Tube-side Friction Factors, untukharga Re dari tube = 32.557,28 diperoleh harga = 0,0002Gt = Kecepatan aliran massa melalui tube (lb/ft2jam) = 3.736.557,425 lb/ft2jamL = Panjang dari tube (ft) = 9,843 ftn = Jumlah passes = 1 passIDt = Diameter dalam dari tube = 0,0696 ftSGt = Spesifik gravity dari crude oil = 0,81øs = Rasio viskositas dari crude oil = 1,219Maka besarnya pressure drop pada tube (_pt)psix x x xx x xpt 7,665,22 10 0,0696 0,81 1,2190,0002 3.736.557,425 9,843 1102Gambar 9. Hasil Eksekusi Perhitungan Pressure DropEfisiensi Efektif Dari Alat Penukar Kalor_ Panas jenis fluida dingin dapat diperoleh sebagai berikut :C W x cp lb jam x BTU lboF BTU jamoFc crude oil crude oil 37.739,23 / 0,49 / 18.492,22 /_ Panas jenis fluida panas dapat diperoleh sebagai berikut :C W x cp lb jam x BTU lboF BTU jamoFh solar solar 11.889,73 / 0,63 / 7.490,53 /_ Laju perpindahan panas aktual dari heat exchanger dapat diperoleh sebagai berikut :q C x t t BTU jamoF x oF oFBTU jamact c 18.492,22 / 208,4 95 2.097.017,748 / 2 1 _ Laju perpindahan panas maksimal yang mungkin dapat diperoleh sebagai berikut :q C x T t BTU jamoF x oF oFBTU jammak h 7.490,53 / 536 95 3.303.323,73 / 1 1 _ Efisiensi efektif dari heat exchanger dapat diperoleh sebagai berikut :100 % 63,48 %3.303.323,73 /2.097.017,748 /100 % x BTU jamBTU jamxqq
42
makacteff Gambar 10. Hasil Eksekusi Perhitungan Effisiensi Efektif Alat Penukar KalorTampilan hasil eksekusi per bagian online dengan masukan data sehingga apabilaelemen penghitung dirubah nilainya maka hasil eksekusi langsung berubah.PENUTUPKesimpulanDari contoh heat exchanger yang ada di Pusdiklat Migas Cepu maka kesimpulanyang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :1. Dari segi faktor pengotoran yang diperoleh dari perhitungan sebesar 0,101 dibandingkanbatas yang diijinkan yaitu sebesar 0,1. Namun karena faktor pengotoran itu berbeda kecilsekali maka pada dasarnya alat penukar kalor tersebut masih dapat dipergunakan.2. Dari segi penurunan tekanan (pressure drop) pada sisi shell dan tube, hasil perhitunganlebih besar dari yang diijinkan, yaitu _Ps sebesar 16,26 psi dan _Pt sebesar 7,66 psiterhadap _PTot sebesar 10 psi. Hal ini berarti alat penukar kalor tersebut perludibersihkan.3. Dari hasil perhitungan diperoleh effisiensi maksimal sebesar 63,48 %.4. Aplikasi program dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 untuk mempermudahpenghitungan effisiensi alat penukar kalor tipe shell and tube.SaranSaran yang dapat disampaikan adalah dalam pemeliharaan di lapangan supayabetul-betul diperhatikan jadwal pembersihan berkala agar alat penukar kalor dapat bekerjamaksimal.DAFTAR PUSTAKAAbdul Razaq, 2004, Belajar Praktis Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0, Indah,Surabaya.CP. Kothandaraman, 1977, Heat and Mass Transfer Data Book, Wiley Eastern Limited, NewDelhi.Dali S. Naga, 1991, Fisika : Ilmu Panas, Seri Diktat Kuliah Universitas Gunadarma, Jakarta.Ekadewi A. Handoyo, 2000, Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate HeatExchanger, Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra, Jakarta.Ekadewi A. Handoyo, 2000, Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell and TubeHeat Exchanger, Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra, Jakarta.
43
Ekadewi A. Handoyo, 2001, Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell and Tube HeatExchanger, Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra, Jakarta.Frank Kreith, Arko Prijono, 1994, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta.Heru Prayitno, 2002, Perawatan Sistem Penukar Panas Tipe Plat EC-4 di Reaktor kartini,Jurnal Ilmiah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju, Yogyakarta.Joko P. Witoko, 2002, Pembuatan Penukar Panas Tipe Cangkang dan Tabung “SEPHIA-K”,Jurnal P2TKN – BATAN, Jakarta.J.P. Holman, 1995, E. Jasjfi, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta.Pamungkas, 2000, Tip dan Trik Microsoft Visual Basic 6.0, Elex Media Komputindo, Jakarta.Richard C. Byrne, 1999, Standards of The Turbular Exchanger Manufactures Association,Standards of The Turbular Exchanger Manufactures Association, Inc., New York.Syaiful Anam, 2000, Heat Exchanger, Condenser & Cooler, Pusdiklat Migas, Cepu.Tunggul M. Sitompul, 1993, Alat Penukar Kalor, Raja Grafindo Persada, Jakarta.Vincent Cavaseno, 1979, Process Heat Exchange, Mc Graw-Hill, New York.Wahyu S. Nugroho, 2001, Analisa Fouling Factor Pada Heat Exchanger Di Pembangkit ListrikTenaga Uap Sektor Muara Karang Dengan Menggunakan Program Visual Basic 5.0, TugasAkhir Universitas Trisakti, Jakarta.Warren M. Rohsenow, 1998, Handbook Heat Transfer, Mc Graw-Hill Handbook, New York.
44