prosesi pengurusan jenazah ( studi kasus di desa...

60
PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA WAIBURAK-FLORES) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh : KURNIAWATI BURHAN NIM: 1112034000127 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019

Upload: others

Post on 22-Sep-2019

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

PROSESI PENGURUSAN JENAZAH

( STUDI KASUS DI DESA WAIBURAK-FLORES)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh :

KURNIAWATI BURHAN

NIM: 1112034000127

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019

Page 2: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN
Page 3: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN
Page 4: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN
Page 5: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

ABSTRAK

Kurniawati Burhan

Prosesi Kepengurusan Jenazah dala Perspektif Hadis ( Studi Kasus di Desa

Waiburak-Flores).

Masyarakat desa Waiburak sangat mempercayai tradisi yang disebut dengan

Ohon Hebbo. Tradisi ini merupakan suatu ritual yang sangat penting dilakukan ketika

seseorang meninggal dunia agar mayat dalam keadaan bersih ketika bertemu dengan

Sang pencipta dan keluarga yang ditinggal juga terhindar dari salah dan dosa serta

terhindar dari gangguan roh halus. Tradisi yang dipercayai di desa Waiburak juga

memberi beban kepada keluarga yang ditinggal. Dalam adat tersebut, masyarakat sangat

memegang teguh dan tidak berani melanggarnya. Tradisi seperti ini dalam hadis tidak

diperbolehkan dan bahkan termasuk dalam kategori syirik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dan

penelitian pustaka. Untuk penelitian lapangan, pendekatan yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu menganalisa data yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Teknis pengumpulan data melalui

wawancara. Adapun untuk penelitian pustaka, skripsi ini menggunakan metode tematik,

kemudian disusun sesuai dengan pemahaman dan disertai penjelasan hadis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kebiasaan masyarakat Waiburak dalam

penggurusan jenazah sama dengan perbuatan masyarakat pra-Islam yang percaya bahwa,

ketika meraka melakukan ritual tersebut maka semua dosa dan kesalahan diampuni oleh

Allah. Masyarakat Waiburak seakan-akan mereka telah menyekutukan Allah dengan

kepercayaannya. Disebutkan dalam hadis bahwa kepengurusan jenazah hanya terdiri

dari 4 hal yaitu, memandikan, mengkhfani, menyolatkan dan menguburkan.

Page 6: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat serta hidayah-NYA terutama nikmat kesempatan dan kesehatan,

sehingga penulis diberikan kekuatan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul,

(Prosesi Kepengurusan Jenazah dalam Perspektif Hadis). Salawat beserta salam

semoga tetap tercurhkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat dan

para pengikut-nya. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang

mendapat syafa’at beliau di hari akhir kelak.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari ada kelebihan dan kekurangan,

kalau terdapat kebenaran dalam skripsi ini maka kebenaran itu datang dari Allah SWT.

Namun kalau dalam skripsi ini terdapat kesalahan maka itu datangnya dari penulis

sendiri. Hal ini tidak lain hanya karena kemampuan cara berfikir dan pengetahuan yang

penulis miliki. Atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini maka penulis

mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sehingga

diharapkan membawa perkembangan dikemudian hari. Dalam kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis hingga selesai skripsi ini, diantaranya :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis. Lc., M.A. selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

3. Bapak Eva Nugraha, M.Ag selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

4. Bapak Fahrizal Mahdi MIRKH selaku sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

5. Rekan-rekan program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2012 dari kelas A-E

dan teman-teman yang membantu memberikan saran-saran terhadap pembuatan

skripsi saya, Khususnya, Rudini, Rois Safitri, Atik Dinan Nasihah, Lia Sasmita,

Subaini El-Rahman, Hikma

6. Bapak, Ibu, Kakak dan semua keluarga besar yang memberi motivasi kepada saya.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

kepada semua pihak yang telah memberi dukungan serta bantuan kepada penulis.

Semoga Skripsi ini membawa manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Page 7: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman kepada

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, No: 507 Tahun 2017 tentang

pedoman penulisan karya ilmiah ( skripsi, tesis dan disertasi ) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

Page 8: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

ʻ koma terbalik di atas hadap ع

kanan

gh ge dan ha غ

f Ef ف

k Ki ق

k Ka ك

m El ل

m Em م

n En ن

w We و

Page 9: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

h Ha ه

Apostrof ˋ ء

y Ye ي

A. Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

____ A Fathah

I Kasrah

____ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ____ ي

au a dan u ____ و

B. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ȃ a dengan topi di atas ىا

ȋ i dengan topi di atas ىي

Ȗ u dengan topi di atas ىو

C. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال

dialihaksarakan menjadi huruf/l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

qamariyyah. Contoh al-rijȃr bukan ar-rijȃl, al-dȋwȃn bukan ad-dȋwȃn.

D. Syaddah (Tasydȋd)

Page 10: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

Syaddah atau tasydȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah

tanda (___) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika hurud yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata رورة -tidak ditulis ad الض

darȗrah melainkan al-darȗrah, demikian seterusnya.

E. Ta Marbȗtah

Jika ta marbȗtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /h/. Begitu juga jika ta marbȗtah tersebut diikuti oleh

kata sifat (na’t). Namun, jika huruf ta marbȗtah tersebut diikuti oleh kata benda

(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

F. Huruf Kapital

Huruf capital yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. Contoh: البخاري = al-Bukhȃrȋ.

Page 11: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...............................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..........................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................iv

ABSTRAK .................................................................................................................v v

KATA PENGANTAR . .............................................................................................vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................vii

DAFTAR ISI ................ .............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Identifikasih Masalah .................................................................................5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................5

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................6

E. Metode Analisis .........................................................................................7

F. Teknis Penulisan ........................................................................................8

G. Sistematika Penulisan ................................................................................8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGURUSAN JENAZAH

A. Pengertian Jenazah ......................................................................................9

B. Kepengurusan Jenazah ................................................................................10

C. Dasar Hukum dalam Kepengurusan Jenazah ..............................................18

D. Hikmah dalam Kepengurusan Jenazah .......................................................22

BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL DESA

WAIBURAK

A. Sejarah Desa Waiburak ...............................................................................24

B. Profil Desa ..................................................................................................24

C. Potensi Desa ................................................................................................25

D. Keadaan Demografis ...................................................................................27

E. Kondisi Sosial .............................................................................................28

BAB IV ANALISIS PROSESI PENGURUSAN

Page 12: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

JENAZAH

A. Prosesi Kepengurusan Jenazah di DesaWaiburak

1. Praktek Sosial dalamKepengurusanJenazah .........................................29

2. Makna dan Fungsi Upacara Ohon Hebbo .............................................32

B. Analisis Praktek Sosial Masyarakat dalam Prosesi

Kepengurusan Jenazah ................................................................................32

C. Analisa Kandungan Hadis terhadap Implementasi

Prosesi Kepengurusan Jenazah dalam Perspektif ......................................34

D. Prosesi di Desa Waiburak dan Wacana Penggurusan

Jenazah di Indonesia ...................................................................................38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................44

B. Saran-saran ..................................................................................................44

Daftar Pustaka ............................................................................................................46

Lampiran-lampiran

Page 13: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN
Page 14: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

1

IBAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap makhluk yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami kematian, artinya

bahwa kematian adalah ketetapan bagi setiap makhluk yang telah diciptakan, tak ada yang

kekal, tak ada yang abadi kecuali Tuhan itu sendiri.1

Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

كل نفس ذائقة ٱلموت

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Q.S. Ali ‘Imran/3 : 185

Orang yang sudah meninggal dunia disebut jenazah. Dalam kamus al-Munawwir,

kata jenazah diartikan sebagai seseorang yang sudah meninggal dan diletakkan didalam

usungan.2 Asal Kata jenazah diambil dari bahasa arab جنازة yang berarti tubuh mayat dan

kata جنازة yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat

yang tertutup.3 Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami

kematian yang tidak pernah diketahui kapanwaktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik

ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat

menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang

menghadapi kekariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan

perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.4Dalam ketentuan hukum Islam

jika seorang muslim meninggal dunia maka, hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang

muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan,

mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.

Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah SAW dalam masalah tata cara mengurus

jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-

umat lainnya.5Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan

yang memperhatikan jenazah. Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah SAW

dalam mengurus jenazah merupakan aturan yang paling sempurna bagi jenazah. Aturan

1 Achmad Mufid A. R, Risalah Kematian, Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul,Ta’ziyah, dan Ziara

Kubur, ( Jakarta: PT Total Media, 2007), cet. 1, h. 1. 2Ahmad Warson Munawwir, kamus al-Munawwir, (Surabaya: pustaka progressif, 1997,) hal 215

3M. Zuhdi Zaini. Mengungkap Rahasia Kematian, Telaah Hadis-hadis Kematian, (Jakarta: al-Bihar

2013), cet ke-2, h.261. 4Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 4 mazhab, ( Bandung: PT al-Ma’arif, 1981) cet-3 h. 78. 5Abdurrahman Al-Juzairi, Fiqih Empat Mazhab ( Jakarta: PT Darul Ulum , 1996) cet. 1, h. 236.

Page 15: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

2

yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk

kemudian bertemu dengan Rabb dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu,

keluarga dan orang-orang yang terdekat sang mayatpun disiapkan sebagai barisan orang-

orang yang memuji Allah dan memintakan ampunan serta rahmat-Nya bagi yang

meninggal, termasuk memberi tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan

kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.

Akan tetapi saat ini banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan

oleh umat manusia mengenai tata cara pengurusan jenazah, sehingga tidak sedikit umat

muslim yang bingung mengenai tata cara pengurusan jenazah yang baik dan benar sesuai

dengan ajaran Rasulullah SAW. Sebagai contoh masyarakat Waiburak-Flores yang

melakukan ritual-ritual sebelum penguburan. Sebelum melakukan ritual keluarga dari

saudara si mayat dianjurkan untuk membawa kelapa, kain tenun yang jumlahnya sekitar

20-30 potongan, sisir, bedak dan pisang. Kelapa akan dibuat santan untuk mencuci rambut

orang yang meninggal beserta anak-anak perempuannya yang masih hidup, apabila si

mayat tidak memiliki anak perempuan maka digantikan dengan anak dari keluarga

dekatnya. Dan keluarga dari si mayat juga menyiapkan parang yang besar yang seharga

jutaan rupiah dan parut kelapa (kenaru) akan dibuat santan. Sedangkan pisang adalah

sebagai bekal kelak dialam kubur. Setelah selesai memandikan dalam bentuk adat dan

beberapa menit kemudian mayat dimandikan lagi seperti ajaran Islam. Selesai melakukan

ritual sampai penguburan maka saudara dan keluarga si mayat akan pulang, mereka pulang

membawa parang yang digunakan untuk mengupas kelapa, parut kelapa, selendang yang

harganya jutaan rupiah dan kambing yang sesuai dengan jumlah kain tenun yang dibawa

oleh saudaranya. Ritual ini disebut dengan Ohon Hebbo menurut keyakinan masyarakat

Waiburk- Flores agar si mayat bersih dari kesulitan-kesulitan ketika bertemu dengan sang

khalik.

Dari ritual diatas sangat membebani keluarga karena sebelum melakukan ritual

keluarga wajib membawa barang-barang yang sudah ditentukan dan wajib memberikan

makan dan minum kepada orang-orang yang datang. Untuk menutupi biaya ini tidak jarang

pihak keluarga yang berduka meminjam uang bahkan menggadai barang-barang.

Di dalam Islam Rasulullah SAW menganjurkan agar meringankan beban keluarga

yang ditimpa musibah kematian. Anjuran tersebut di antaranya, ta’ziyah dalam rangka

meringankan beban keluarga yang ditimpa musibah kematian dan menghibur keluarga

yang tengah berduka.

Page 16: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

3

ثنا إسرائيل عن ثنا مالك بن إسماعيل حد بي صلى حد عاصم عن أبي عثمان عن أسامة قال كنت عند الن

عليه وسلم إذ جاءه رسول إحدى بناته وعنده سعد وأبي بن كعب ومعاذ أن اب ع نها يجود بنفسه فب للا

ما أعىى كلب بججل فلتصبر ولتحتسب إليها لل ما أذذ ولل

Telah menceritakan kepada kami Malik ibn Isma’il, telah menceritakan kepada

kami Isra’il dari ‘Ashim dari Abi Utsman dari Usamah: Saya bersama Rasulullah Saw.

ketika datang kepadanya utusan dari salah satu putri beliau dan bersamanya juga Sa’ad dan

Ubay ibn Ka’ab dan Mu’adz , bahwa putranya meninggal dunia. Maka Nabi mengirim

kepadanya:” Dan milik Allah apa yang diambil –Nya dan yang diberikan-Nya, dan segala

sesuatu memiliki jangka waktu tertentu, maka hendaklah bersabar dan menabahkan hati”.6

ثنا شجاع ثنا هشيم، ح وحد ثنا سعيد بن منصور قال: حد د بن يحيى، قال حد ثنا محم بو بن مذلد أ حد

ثنا هشيم، عن ، عن قيس الفضل، قال: حد بن أبي إسماعيل بن أبي ذالد ، عن جرير بن عبد للا حازم

، قال: ياحة »البجلي عام من الن «كنا نرى الجتماع إلى أهل الميت وصنعة الى

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya ia berkata; telah

menceritakan kepada kami Sa’id bin Manshur berkata, telah menceritakan kepada kami

Husyaim. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Syuja’ bin

Makhlad Abu al- Fadhl ia berkata; telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Isma’il

bin Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin Abdullah Al Bajali ia berkata, “Kami

berpandangan bahwa berkumpul-kumpul di keluarga mayit dan membuat makanan adalah

bagian dari Niyahah (ratapan). “

Sanad hadits ini adalah sahih. Sanad rawi yang pertama adalah sanad yang

dirawikan oleh al-Bukhari dan sanad yang kedua adalah sanad yang dirawikan oleh

Muslim. Kalimat كنا نرى tersebut berarti menurut riwayat ijma’ sahabat atau merupakan

taqrir (ketetapan) dari Nabi SAW ”.

Islam menjelaskan beberapa etika yang berkaitan dengan kematian, mulai sejak

seseorang menderita sakit sampai selesai pemakamannya, bahkan setelahnya juga masih

ada beberapa etika yang hendaknya dijalankan.7 Yang demikian, menunjukan jika Islam

adalah agama yang universal dengan beragam ajaran yang mencakup seluruh sendi

kehidupan manusia.

Penyelenggaraan Jenazah memiliki tuntunan baku yang diajarkan oleh Rasulullah

saw. Umat Islam tinggal melaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku dan sunnah

Rasulullah SAW seperti hadis berikut ini.8

6Shahih Bukhori 61112 7Achmad Mufid A. R, Risalah Kematian, Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul,Ta’ziyah, dan Ziara

Kubur, ( Jakarta: PT Total Media, 2007), cet. 1, h. 3. 8 Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani. Sumber: Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam,

Oleh : http://www.mutiara-hadits.co.nr/

Page 17: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

4

نا النبي صل ها قالت: ) دخل علي ل اب نته، ف قال: ى اهلل عليهوعن أم عطية رضي الله عن وسلم ونحن ن غس

را, ل "اغسلن ها ثلثا, أو خمسا, أو أكث ر من ذلك، إن رأي تن ذلك, بماء وسدر, واجعلن في ا خر كاف

ا ف رغنا آذن ر"، ف لم ه.ف قال: "أشعرن ها إياه أو شيئا من كاف نا حق " اه, فألقى إلي

“Hadis riwayat Ummu Athiyah ra. Ia berkataaa: Nabi S.A.W menjumpai kami, ketika

kami sedang memandikan putri beliau. Beliau bersabda: Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali

atau lebih banyak lagi bila menurut kalian hal itu perlu, dengan air dan daun bidara. Dan pada

basuhan terakhir bubuhkanlah kapur barus atau sedikit kapur barus. Kalau kalian sudah selesai,

beritahukanlah aku. Ketika kami selesai, kami memberitahu beliau, lalu beliau memberikan kain

beliau kepada kami seraya bersabda: Pakaikanlah ini padanya”.

Demikian pula disyariatkan untuk menyegerakan penguburan jenazah, jika

memungkinkan. Tidak dibenarkan jika ada seorang muslim yang telah diketahui akan

kematiannya lalu keluarganya menunda-nunda penguburannya hanya dengan alasan untuk

menunggu keluarga atau kerabatnya yang belum datang, masih menunggu diotopsi, masih

menantikan persiapan upacara adat atau tradisi dan lain sebagainya. Hal tersebut

sebagaimana tertera di dalam dalil berikut ini.

Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud.

ا بالجناز عن أبى هرير رضي اهلل عنه عن النبي صلى اهلل عليه و سلم ن ك صالحة قال: أسرع ف

ى ذلك فشر ن ها إليه و إن يك س م ر قد نه عن رقابكم فخي ضع

“Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

bersabda, “Bersegeralah di dalam (mengurus) jenazah. Jika ia orang shalih maka

kebaikanlah yang kalian persembahkan kepadanya, tetapi jika ia tidak seperti itu maka

keburukanlah yang kalian letakkan dari atas pundak-pundak kalian”.9

Dengan beberapa contoh hadis diatas maka sudah jelas dalam hukum Islam tidak

diperbolehkan melakukan rutual-ritual sebelum penguburan dan tidak dibolehkan

membebani keluarga yang berduka. Karena didalam Islam hanya menganjur 4 hal yakni

memandikan, mengkhafani, mensholatkan dan menguburkan.

9HR al-Bukhoriy: 1315, Muslim: 944, an-Nasa’iy: II: 42, Abu Dawud: 3181, Ibnu Majah: 1477 dan

Ahmad: II/ 240, 280, 488. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih.

Page 18: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

5

Yang menjadi inti pembicaraan adalah sekarang ini banyak sekali masyarakat yang

melakukan ritual sebelum penguburan jenazah. Tidak heran lagi hal tersebut sudah meraja

lela di masyarakat khususnya masyarakat Waiburak-Flores.

Maka penulis tertarik ingin membahas masalah tersebut agar memberi informasi

kepada masyrakat khususnya masyarakat Flores bahwa apa yang mereka kerjakan tidak

sesuai dengan ajaran dalam al-Qur’an dan Hadis.

Dari latar belakang tersebut, maka penulis merasa perlu untuk membahas hal

tersebut dengan melakukan penelitian yang berjudul “ Prosesi Pengurusan Jenazah (

Studi Kasus di Desa Waiburak)”

B. Permasalahan

1) Identifikasi Masalah

Permasalah yang mungkin diteliti dari judul yang penulis tetapkan dalam tulisan ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Tinjauan hadis tentang penggurusan jenazah di Desa Waiburak?

2. Apa ada kesesuaian antara penggurusan jenazah di Desa Wiburak dan di Indonesia?

2 )Batasan Masalah

Meningat luasnya ruang lingkup obyek kajian, maka dalam skripsi ini penulis

membatasi permasalahan pada Prosesi Penggurusan Jenazah ( Studi Kasus di Desa

Waiburak). Hal ini dimaksud agar pembahasan dalam penyususnan skripsi ini tidak terlalu

melebar serta mempunyai spesifikasi dalam ketajaman pembahasan.

3) Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis akan merumuskan masalah yang akan

dilakukan dalam penelitian ini, adapun rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Prosesi

Penggurusan Jenazah di Desa Waiburak-Flores?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam penelitian yang akan dicapai, dalam penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana tata cara merawat jenazah sebelum dimakamkan.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat Flores tentang tata cara

pengurusan jenazah yang diajarkan dalan al-Qur’an dan Hadis.

Page 19: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

6

3. Akhirnya, yang tidak kalah pentingnya, penelitian ini juga memiliki tujuan

formal, yaitu memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan SI

dalam bidang Tafsr Hadis Fakultas Usuluddin UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

D. Tinjaun Pustaka

Dari penelusuran yang penulis lakukan , terdapat beberapa karya-karya terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini. Di antara karya tersebut adalah:

1. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta tahun 2014 oleh

Annisa, dengan judul “kajian Tematik Hadis: tentang Hadis-hadis kematian”dalam

pembahasan skripsi ini menjelaskan tentang mengharamkan manusia mengharap

kematian.

2. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta tahun 2014 oleh

Dani Kamaludin dengan judul “Menghadiahkan Pahala untuk Orang yang

Meninggal (Studi Komparatif Penafsiran Ibn Katsir dan Ibn Asyur” dalam

pembahasan skripsi ini menjelaskan bahwa seseorang yang sudah meninggal akan

mendapatkan pahala yang akan tetap mengalir karena perbuatan baiknya semasih

didunia.

3. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006 oleh

Nurhikmah dengan judul “Upacara Kematian dalam Agama Khonghucu” (Studi

Kasus di Curug Parung Bogor)”

4. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 oleh

Indana Zulfa dengan judul “ Pandangan Hadis terhadap Tatayyur ( Studi Kasus

Tradisi Pemilihan Pasangan dan Hari Pernikahan dengan Perhitungan Jawa di Desa

Dukuhkembar Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik)

Adapun skripsi yang penulis bahas ini, memiliki perbedaan dengan skripsi yang

telah dibahas diatas, dalam hal ini penulis mengambil judul prosesi mayat dalam perspektif

hadis (studi kasus di desa Waiburak-Flores, dalam pembahasan ini penulis akan mengkaji

tradisi yang dilakukan sebelum penguburan jenazah.

Penulis akan menitik beratkan pada pembahasan hadis tentang tata cara pengurusan

jenazah.

Page 20: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

7

E. Metode Analisis

Untuk mengkaji pokok permasalahan ini, penulis menekankan pada pendekatan

deskriptif analitik dengan maksud menggambarkan secara tepat perayaan upacara kematian

di desa Waiburak-Flores.

Adapun metode yang digunakan dalam pencarian data adalah studi penelitian

lapangan (fiel resech), artinya penulis mendatangi dan mengumpulkan data di lapangan.

Kegiatan pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara observasi, penulis

mengamati bagaimana cara pelaksanaan upacara kematian yang dilakukan didesa

Waiburak-Fores.

Kemudian melalui wawancara, atas dua bagian pertama wawancara mendalam

dengan menggunakan informasi kunci (tokoh adat dan tokoh agama). Kedua wawancara

bebas yang menyangkut hal-hal yang ada, dengan data yang belum diungkap oleh informasi

kunci.

Pengamatan langsung, dengan teknik ini penulis dapat secara langsung mengamati

semua kegiatan, terutama kegiatan yang berhubungan dengan praktek-praktek keagamaan

selama penulis berada di lapangan.

F. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini didasarkan pada buku-buku “ Pedoman Akademik

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta Tahun 2010-

2011 untuk Tesis dan Disertasi.

H. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan skripsi ini dapat dijelaskan secara sistematika berikut ini:

BAB I: merupakan pendahuluan pembahasan dan gambaran umum skripsi ini.

Dalam bab ini dibahas hal-hal mendasar dengan menggunakan alasan pemilihan judul,

pembahasan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode analisis dan sistematika

pembahasan.

BAB II : Membahas tentang pengertian jenazah, Hadis Tentang Pengurusan

Jenazah, tata cara pengurusan jenazah, anjuran dan larangan terhadap kepengurusan

jenazah, dan hikmah kepengurusan jenazah.

Page 21: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

8

BAB III : Gambaran secara umum tentang desa Waiburak-Flores dan Menjelaskan

tentang kerangka teori, diawali pembahasan dengan konsep-konsep upacara, roh leluhur

secara umum, makna, fungsi upacara, cara merawat jenazah sampai pada penguburan.

BAB IV : Analisa Pemahaman Masyarakat Waiburak-Flores terhadap hadis tentang

pengurusan jenazah.

BAB V : Merupakan bagian akhir dari skripsi ini merupakan kesimpulan dan saran

dari semua penjelasan yang terdapat pada bab-bab sebelumnya

Page 22: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

9

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEPENGURUSAN JEZANAH

A. Pengertian Jenazah

Al-Quran banyak menyebut kata mati yaitu sebanyak 158 kali. Islam telah

mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti akan mengalami

kematian. Sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:

كل نفس ذائقة ٱلموت

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” Q.S. Ali ‘Imran/3 : 185

Pengertian al-maut Kata “maut” berasal dari bahasa arab "مات ، يموت ، موتا", artinya

adalah mati meninggal dunia, dan dapat juga diartikan " هلك" yaitu: binasa, hancur dan

rusak. Ahmad Idrīs Ibn Zakariyyā mengartikan kata al-maut secara bahasa sebagai “

Hilangnya kekuatan dari sesuatu, dan hilang itu berarti mati; lawan katanya adalah hidup

(hayy) sedangkan pandangan Ibn Kathī, kematian menurutnya adalah segala sesuatu yang

ada di bumi itu binasa dan zat yang kekal hanyalah Allah yang mempunyai kebesaran dan

kemuliaan. Berbeda dari Muhammad Ismā’il Ibrāhīm, ia mengartikan kata al-maut sebagai

“ terpisahnya kehidupan dari sesuatu, lalu menjadi mati.1

Al-Qur’an tidak mendefinisikan kata maut dalam arti kematian secara biologis. Dari

sudut ini kematian manusia tidak ada perbedaan dengan kematian makhluk lain. Jadi kata

maut, sebagaimana dikemukakan oleh al-Asfahanī, dikhususkan kepada manusia, karena

dikaitkan dengan kehidupan yang abadi diakhirat kelak. Menurutnya kematian merupakan

akhir dari kehidupan dunia dan merupakan tanda menuju kebahagiaan yang abadi.

Kata jenazah, menurut Hasan Sadiliy, memiliki makna “seseorang yang telah

meninggal dunia yang sudah terputus masa kehidupannya dengan alam dunia ini”.2 Dalam

kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang telah meninggal

dunia dan diletakkan dalam usungan. Setiap orang muslim yang meninggal dunia wajib

dimandikan, dikafani dan di sholatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi

orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur

1 Muhammad Ibn Mukram al-Afrîqî al-Mîsrî, Lisan al-‘Arâb ( Beirut: Dikr Sadir, tt), jilid 6, h. 21 2Hasan Sadiliy, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoere, 1982), hlm. 36

Page 23: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

10

ulama adalah fardhu kifayah.3 Kata ini bersinonim dengan al-mayyit (Arab) atau mayat

(Indonesia). Karenanya, Ibn al-Faris memaknai kematian (al-maut) sebagai peristiwa

berpisahnya nyawa (ruh) dari badan (jasad).

Dalam Kamus Besar Indonesia (KBI) mati berarti hilang nyawa; tidak hidup lagi,4

“maut atau terpisahnya ruh dari zatnya, jiwa dari badan, atau dari yang ghaib juga yang

nyata.

Kematian dalam pandangan ilmu kedokteran terdapat beberapa defenisi: pertama

kematian adalah matinya seluruh sel otak, defenisi ini disampaikan oleh Universitas

Harvard Amerika tahun 1968. Maksud dari definisi ini adalah terjadinya kondisi koma yang

dalam disertai nafas yang berhenti secara spontan. Kedua: tangkai otak (brain stem) telah

mati. Definisi ini disampaikan oleh Universitas Minessata Inggris tahun 1971.5

B. Kepengurusan Jenazah

Pengurusan jenazah yang paling pokok dalam Islam ada empat yakni:memandikan

jenazah, menghafani jenazah, menyolatkan jenazah dan menguburkan jenazah. Akan tetapi

jenazah yang mati syahid hanya disholatkan dan langsung dikuburkan saja. Hukum

kepengurusan jenazah adalah fardhu kifayah. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah

kewajiban yang bersifat kolektif bagi umat Islam pada suatu tempat jika salah satu orang

sudah menjalankan maka, yang lainnya tidak mempunyai kewajiban untuk menjalankannya

pula.

Adapun, tahap-tahap dalam kepengurusan jenazah selengkapnya sebagaimana yang

di jelaskan dibawah ini:

1. Memandikan Jenazah

Setelah kematian seseorang maka hendaknya jenazah itu dimandikan. Sebagaimana

mandi wajib karena junub, baik itu jenazah laki-laki ataupun perempuan, kecil maupun

besar. Memandikan jenazah adalah tindakan wajib. Dengan kata lain, ini merupakan

perintah kepada semua kaum muslim kecuali orang-orang yang mati syahid maka tidak

3Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm.

215 4Tim penyusun bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998), hlm. 639 5Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, buku pintar alam ghaib (Jakarta: Zaman, 2009), hal.

188

Page 24: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

11

dimandikan. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang

ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani dan

disholatkan dalam keadaan suci dari hadas dan najis. Hal ini didasarkan atas perintah

Rasulullah saw.6Sebagaimana hadis Rasulullah yang di riwayatkan oleh Ummu Athiyah:

ل عنها قالت: ) دخل علينا النبي صلى للا عليه وسلم ونحن نغس : ابنته وعن أم عطية رضي للا ، قا

جعلن ي الخرة كاورا, أو "اغسلنها ثلثا, أو خمسا, أو أكثر من ذلك، إن رأيتن ذلك, بماء وسدر , وا

: "أشعرنها إياه" ( ا رغنا آذناه, ألقى إلينا حقوه.قا شيئا من كاور "، لم

“Hadis riwayat Ummu Athiyah ra. Ia berkataaa: Nabi S.A.W menjumpai kami, ketika

kami sedang memandikan putri beliau. Beliau bersabda: Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali

atau lebih banyak lagi bila menurut kalian hal itu perlu, dengan air dan daun bidara. Dan pada

basuhan terakhir bubuhkanlah kapur barus atau sedikit kapur barus. Kalau kalian sudah selesai,

beritahukanlah aku. Ketika kami selesai, kami memberitahu beliau, lalu beliau memberikan kain

beliau kepada kami seraya bersabda: Pakaikanlah ini padanya”.

Dalam redaksi lain dikatakan: mandikanlah dia secara ganjil: tiga, lima, tujuh atau

melebihi dari itu menurut pertimbangan kalian. Dengan begitu memandikan jenezah adalah

meratakan badannya dengan air satu kali, sekalipun ia berhadas dan haid. Disunnahkan

meletakkan mayat di tempat yang tinggi dan tidak dibalut dengan pakaian. Diletakkan

pengaling untuk menutupi auratnya. Sebaiknya orang yang memandikan adalah orang yang

jujur dan sholeh. Memandikannya harus dengan niat, kemudian memulai dengan meremas-

remas perut mayat dengan pelan untuk mengeluarkan kotoran dan menghilangkan najis dari

jasadnya. Memandikan tiga kali dengan air dan sabun atau air biasa dimulai dengan tangan

kanan. Jika ia memandang perlu penambahan dari tiga karena tidak bersih atau ada sesuatu

lain, hendaknya ia memandikan sampai lima atau tujuh kali.

Jika jenazah itu seorang wanita disunnahkan menguraikan rambutnya, membasuh

dan mengikatnya kembali serta melipatkan kebelakang kepalanya. Dikala telah selesai

memandikan jenazah, hendaknya badan mayat dikeringkan agar tidak basah, setelah itu

meletakan wewangian di badannya.

a. Syarat- syarat memandikan jenazah

1) Mayat orang Islam

2) Ada tubuhnya walaupun sedikit

3) Mayat itu bukan mati syahid

6 Khawaja Muhammad Islam: mati itu Spektakuler, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004) h. 76

Page 25: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

12

Memandikan jenazah mempunyai beberapa ketentuan, pertama: memandikan

dengan air yang dicampur dengan sedikit daun bidara, air kapur barus, dan air murni tanpa

dicampur apapun. Kedua: wajib bersegera dalam memandikan jenazah, tidak perlu

menunggu kedatangan kerabat atau yang lainnya, terlihat jika dikhawatirkan badan mayat

rusak dan berubah bauhnya. Ketiga: yang memandikan disyariatkan orang Muslim, baligh,

berakal dan mengetahui masalah-masalah yang terkait dengan mandi jenazah. Keempat:

jika jenazah meninggal dalam keadaan mati syahid di medan perang, maka jenazah tidak

dimandikan meski diketahui sebelum peperangan jenazah dalam keadaan junub. Demikian

pula jenazah meninggal dalam peperangan tidak disalatkan, syuhada dalam peperangan

dimakamkan dalam keadaan memakai baju dan luka-luka pada tubuhnya.

Diutamakan yang memandikan adalah keluarga terdekat, apabila tidak ada keluarga

terdekat, maka hendaknya memandikan jenazah diserahkan kepada orang yang alim, yang

mengerti dengan baik proses memandikan jenazah dan mampu menjaga dan menutup aib

si mayat.

b. Yang berhak memandikan jenazah

Jika mayat itu laki-laki, maka yang memandikannya laki-laki pula.

Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki kecuali istri dan

mahramnya. Sebaliknya jika mayat itu perempuan. Jika suami, istri dan

mahramnya sama-sama ada maka yang berhak memandikan adalah suami atau

istri dari mayat tersebut.

Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami

atau mahramnya, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh

dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak, maka laki-

laki boeleh memandikannya begitu juga kalau yang meninggal adalah seorang laki-laki.

Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah

keluarga yang terdekat dengan si mayyit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi

serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang

berpengetahuan serta amanah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

يوم القيامة ومن ستر مسلما ستره للا

“Siapa yang menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat “

Page 26: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

13

Hadis berikutnya, didiriwayatkan dari Abu Rafi’ radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa

Rasulullah saw bersabda:

ن من الس ة ، ومن كفن ميتا كساه للا ال من غسل ميتا كتم عليه غفر له أربعين مر ، وإستبر جنة ، د

.أسكنه إلى يوم القيامة برا أجنه يه أجري له من األجر كأجر مسكن ومن حفر لميت ق

“siapa yang mandi mayar kemudian menyembunyikan aibnya maka dosanya diampuni

empat puluh kali, siapa yang mengkafani mayat maka Allah akan memakaikan kain sutura

halus dan tebal dari surga, siapa yang menggali kubur untuk mayit kemudian

mendalamkannya maka dialirkan untuknya pahala seperti pahala tempat tinggal yang

ditempati si mayit hingga hari kiamat.”

2. Mengkafani mayat

Setelah jenazah dimandikan, maka langkah berikutnya adalah mengkafaninya.

Mengkafani itu dilakukan langsung setelelah mayat dimandikan. Sebaiknya orang yang

mengkafankan mayat adalah orang yang terdekat dengannya. Pada dasarnya tujuan dari

mengkafani mayat adalah untuk menutupinya dari pandangan mata dan sebagai

penghormatan kepadanya. Karena menutup aurat dan menghormatinya adalah wajib selagi

ia masih hidup, begitu pula ketika ia telah meninggal. Kafan sekurang-kurangnya melapisi

kain yang menutupi seluruh badan jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah

perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain. Tiap-tiap kain menutupi seluruh

badannya. Sedangkan jenazah perempuan sebaiknya dikafani dengan lima lembar

kain.yaitu basahan (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung dan kain yang menutupi

seluruh badannya.7

Di sunnahkan kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan tidak

terlalu mahal atau mewah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi:

ن كفنه إذا كفن أحدكم أخاه ليحس

Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah

memperbagus kafannya. 8

7 H. Sulaiman Rasji, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, h. 168. 8 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka As-sunnah,

2010), h.312

Page 27: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

14

Macam-macam kafan sebagai berikut:

a. Kafan wajib (kafan ad-darurah) Yaitu baju yang menutupi seluruh badan, dimana

tidak ada kekurangan pada bagian bawah badan.

b. Kafan yang cukup (kafan al- kifayah). Yaitu dua baju yang menutup seluruh badan

(dibawahnya tidak kurang). Kain dan lipatan keduannya harus menutupi seluruh

badan. Mencukupkan dengan keduannya dan dibolehkan dan tidak makruh.

c. Kafan sunnah ( kafan as-sunnah). Yaitu tiga baju untuk laki-laki yang telah balig

dan hampir balig, menurut para ulama Hanafi. baju, kain dan penutup atau lipatan.

Pakian gamis menutupi leher hingga kaki, tanpa lengan baju tidak terbuka pada

dada dan sisi lambung, bawahnya tidak usah lebar seperti pakian orang hidup,

tetapi harus sejajar.

3. Shalat Jenazah

Setelah jenazah dimandikan dan dikafani, prosesi berukutnya adalah menyolatkan.

Shalat mayat hukumnya fardhu kifayah bagi orang muslim yang menghadirinya. Yakni

suatu kewajiban yang dibebankan kepada semua muslim, tetapi jika sudah dilaksanakan

oleh satu orang, maka semua orang sudah dianggap melaksanakan. Namun, hendaknya

setiap muslim yang mendenger berita kematian ikut mensalatkan. Sebab, semakin banyak

orang yang mensalatkan semakin baik bagi jenazah, karena semakin banyak dido’akan

orang.9

من صلى عليه ثلثة صفوف قد أوجب

Barangsiapa yang menyalatkan jenazah dengan tiga shaf,

maka wajib baginya ( mendaptkan ampunan).

a. Syarat-syarat shalat jenazah

1. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani

2. Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyembahyangi, kecuali bila

shalatnya dilakukan di atas kubur

3. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus suci dari hadas

han najis, suci badan tempat dan pakaian, menutup aurat dan menghadap kiblat.

9 Khawaja Muhammad Islam: Mati itu Spektakuler, ( Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 81

Page 28: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

15

Salat jenazah tidak memakai rukuk dan sujud, tentu saja rukun yang ada di dalamya

berbeda dengan rukun seperti biasanya yakni: niat, berdiri bagi yang mampu, takbir,

membaca surah al-Fatiha, membaca salawat Nabi, mendo’akan jenazah dan salam.

Shalat jenazah terdiri dari niat dan 4 takbir. Kemudian jenazah terdiri dari 4 kali

takbir. Yang dimulai dengan membaca Ta’awudz kemudian membaca surah Al-Fatihah,

lalu melakukan takbir kedua dan membaca salawat Nabi, takbir ketiga memohon ampunan

untuk jenazah dan takbir keempat mendoakan jenazah dan jamaah seluruhnya, lau ditutup

dengan salam.10

Adapun lafadz bacaan salat jenazah sevara keseluruhan akan di paparkan di bawah

ini:

Niat:

Untuk laki-laki

أ صلي على هذا الـميت فرضا لل تعالى

Untuk perempuan

تة فرضا لل تعالى أ صلي على هذا الـمي

Ketika takbir pertama dan setelah membaca Surah al-Fatihah Takbir kedua,

membaca salawat Nabi.

، كما محمد د وعلي آ إبراهيم اللهم صل علي محم إنك حميد مجيد أللهم صليت علي إبراهيم وعلي أ

، كمـا باركت علي إبراهيم د محم د وعلي آ إبراهيم إنك حميد مجيد بارك علي محم وعلي آ

Takbir ketiga, dilanjutkan dengan do’a untuk jenazah. Do’a untuk jenazah laki-laki

sebagai berikut:

نس، وأبدله األبيض اللهم اغفرله وارحمه وعاه واعف عنه، ونقه من الخطايا كماينقى الثوب من الد

ا خيرا من زوجه، وأدخله الجنة، وأعده من عذاب دارا خيرا من داره، وأهل خيرا من أهله، وزو ج

القبر ومن عذاب النار

10 Muhammad Nashiruddin Al Albani, Imam Nawawi: Shahih Riyadhushshalihin, ( Jakarta:

Pustaka Azzam, 2003), h 123.

Page 29: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

16

Jenazah wanita

نس، وأبداللهم اغفرلها وارحمها وعاها واعف عنها، ونقها من الخطايا كماينقى الثوب األبيض من ال لها د

ن عذاب دارا خيرا من داره، وأهل خيرا من أهلها، وزوجا خيرا من زوجها، وأدخلها الجنة، وأعدها م

القبر ومن عذاب النار

Takbir keempat dilanjutkan membaca do’a sempurna.

)ها له و لنا غفر ا و )ها( ه بعد فتنات وال )ها( ه جر ا منا تحر ال للحم ا

Kemudian ditutup dengan salam.

Posisi imam saat menshalatkan berada sejajar dengan kepala jenazah apabila

jenazahnya laki-laki dan sejajar dengan perut apabila jenazahnya wanita.11

Setelah pemakaman, dilanjutkan dengan mengiring jenazah. Namun pada dasarnya

mengiring jenazah menuju pemakaman, boleh menggunakan mobil maupun dengan jalan

kali.

Ketika dalam mengiringi jenazah menuju pemakaman, ada beberapa etika yang

harus diperhatian yaitu: petama, para pengiring jenazah hendaknya berada didepan dan

dibelakang jenazah. Kedua, makhruh mengeraskan suara, kecuali bacaan al-Qur’an, dzikir

atau salawat Nabi. Ketiga yang dianjurkan membawa jenazah adalah laki-laki. Keempat

mempercepat jalannya jenazah. Kelima, bertafakur tentang kematian dan memperbanyak

dzikir.12

4. Mengubur Mayat

Kewaiban keempat terhadap jenazah adalah menguburkannya. Sebelum melakukan

penguburan, liang kubur harus sudah dipersiapkan. Dalamnya liang kubur kira-kira

sekitar dua meter agar tidak tercium bauhnya, tidak dimakan oleh binatang buas. Yang

demikian juga menjaga kehormatan jenazah, disamping masyarakat juga tidak terganggu

dengan bauh busuk.13 Sebagaimana sebuah hadis Nabi:

11 Mufid A. R, Risalah Kematian: Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziah dan Ziara Kubur, h.

35-38 12 Nurhadi, Pembinaan Penyelenggaraan Jenazah, P3N KUA Ciputat. 13 Mufid A. R, Risalah Kematian: Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziah dan Ziara Kubur, h.

45

Page 30: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

17

احفروا وأوسعوا وأحسنوا

“Galilah dan luaskanlah, dan baguskanlah kuburan mereka.” ( HR At Tirmidzi)

Yang menguburkan mayat adalah kaum lelaki, meskipun mayat tersebut wanita. Hal

ini karena beberapa hal:

a. Bahwasanya hal ini dikerjakan oleh kaum muslimin pada zaman Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam hingga pada zaman sekarang.

b. Karena kaum lelaki lebih kuat untuk mengerjakannya.

c. Jika hal ini dikerjakan oleh kaum wanita, maka akan menyebabkan terbukanya

aurat wanita di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.

Dalam masalah ini, wali dari mayit merupakan orang yang paling berhak

menguburkannya, berdasarkan keumuman firman Allah:

وأولوا ٱألرحام بعضهم أولى ببعض

”Dan orang yang memiliki hubungan kerabat sebagian diantaranya mereka lebih berhak

darp pada yang lain”. ( Al-Anfal: 75)

Dalam penguburan hendaknya jangan dilakukan pada malam hari. Kecuali dalam

keadaan darurat, seperti apabila tidak segera dimakamkan maka jenazah tersebut akan

membusuk atau takut sibuk dalam menghadapi musuh jika dimakamkan pada siang hari (

dalam peperangan) atau karena mereka harus segera pergi dan lain sebagainya.

Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir RA. “Janganlah kalianm

memakamkan jenazah kalian pada malam hari kecuali dalam keadaan terpaksa.”14

C. Dasar Hukum dalam Kepengurusan Jenazah

Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika Islam yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu

kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya maka dianggap cukup

14 Syaikh M Nashiruddin Al Albani, Menyelelenggarakan Jenazah Antara Sunnah dan Bid’ah, h.

199

Page 31: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

18

Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh

masyarakat yang ada di daerah itu.15

1. Anjuran untuk Mentalqinkan orang yang sedang sakratul maut

Ketika hendak membimbing orang yang sakrat, itu lebih baik sebelum nyawa keluar

dari dari dalam jasad. Membimbing dilakukan dengan lisan pada orang yang akan

meninggal dunia untuk membaca kalimat tuhid ( La illaha illa Allah). Hal ini

merupakan kewajiban yang harus dilakukan bagi orang yang menghadiri saat-saat

terakhir kehidupan seorang muslim.16 Sebagaimana sabda Nabi saw:

عليه وسلم لقنوا موتاكم ال إ صلى للا للا رسو عن أبي سعيد الخدري يقوال قا له إال للا

Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :“Talqinkanlah oleh

kalian orang yang sedang sekarat dari kalian dengan kalimat ‘la ilaha illalloh’.” (HR.

Ahmad 11006, Muslim 916, Abu Daud 3117, At-Tirmidzi 978, An-Nasai 4/5, Ibnu

Majah 1445, Al-Baihaqi dalam Sunan As-Saghir 1034)

Mentalqinkan orang yang sakratul maut hendaknya dilakukan dengan tenang

dan perlahan, tidak tergesa-gesa agar orang yang sakratul maut itu mengikuti dan

membaca kalimat thoyyibah. Apabila dia tidak sanggup membaca kalimat thoyyibah,

yakinlah bahwa dia telah mengikutinya dalam hatinya.

Maksud hadis di atas bahwa setiap hamba yang pada akhir hidupnya membaca

kalimat tersebut, niscaya hal itu merupakan bekalnya menuju surga.

2. Anjuran untuk segera melakukan penguburan jenazah

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy hafizhohullah, “Disunnahkan

menyegerakan didalam menguburkan jenazah. Disunnahkan berjalan dengan cepat

ketika menggotongnya dan tidak lambat di dalam berjalan (membawanya). Namun

dimakruhkan berjalan dengan sangat cepat karena akan berakibat menimbulkan

beberapa kerusakan.17

15Achmad Mufid A. R, Risalah Kematian, Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul,Ta’ziyah, dan Ziara

Kubur, ( Jakarta: PT Total Media, 2007), cet. 1, h..

16 Syaikh M Nashiruddin Al Albani,menyelenggarakan jenazah antara sunnah dan bid’a, ( Jakarta:

Panji Mas, 1991) h. 11 17 Mukhtashor Shahih Muslim: hal 1417

Page 32: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

19

: أسرعوا بالجنازة إن تك عن أبى هريرة رضي للا عنه عن النبي صلى للا عليه و سلم قا

مونها إليه و إن يك سوى ذلك شر تضعونه عن رقابكم صالحة خير تقد

”Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Bersegeralah di dalam (mengurus) jenazah. Jika ia orang shalih maka kebaikanlah

yang kalian persembahkan kepadanya, tetapi jika ia tidak seperti itu maka

keburukanlah yang kalian letakkan dari atas pundak-pundak kalian”.18

ال ينبغي لجيفة مسلم أن تحبس بين ظهراني أهله

“tidak pantas bagi mayat seorang muslim untuk ditahan di antara keluarganya. (HR

Abu Daud)

Karena hal ini akan mencega mayat tersebut dari adanya perubahan di dalam

tubuhnya. Imam Ahmad berkata: “kehormatan seorang muslim adalah untuk di

segerakan menguburkan jenazah dan tidak mengapa untuk menunggu diantara

kerabatnya yang dekat apabila tidak dikhawatirkan akan terjadi perubahan dari tubuh

mayat.

3. Anjuran untuk meringankan beban keluarga yang berduka

a. Anjuran melakukan ta’ziyah

Anjuran Rasullah SAW untuk meringankan beban keluarga yang di timpa

musibah kematian. Di antara cara meringankan beban tersebut adalah dengan

melakukan ta’ziyah. Ta’ziyah asal katanya ialah “izza” artinya sabar. Maka ta’ziyah

berarti menyabarkan atau menghibur orang yang ditimpa musibah dengan

menyebut hal-hal yang dapat menghapus dosa dan meringankan penderitaannya.

Ta’ziyah hukumnya sunnah walau terdapat dzimmi sekalipun. Sebagaimna

sabda Rasullah saw.

كنت ع ثنا إسرائيل عن عاصم عن أبي عثمان عن أسامة قا ثنا مالك بن إسماعيل حد نبي ند الحد

إحد عليه وسلم إذ جاءه رسو ى بناته وعنده سعد وأبي بن كعب ومعاذ أن ابنها يجود صلى للا

ما أعطى كل بأجل لتصبر ولتحتسب ما أخذ ولل بنفسه بعث إليها لل

“Telah menceritakan kepada kami Malik ibn Isma’il, telah menceritakan kepada kami

Isra’il dari ‘Ashim dari Abi Utsman dari Usamah: Saya bersama Rasulullah Saw.

18 HR al-Bukhoriy: 1315, Muslim: 944, an-Nasa’iy: II: 42, Abu Dawud: 3181, Ibnu Majah: 1477

dan Ahmad: II/ 240, 280, 488. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih.

Page 33: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

20

ketika datang kepadanya utusan dari salah satu putri beliau dan bersamanya juga Sa’ad

dan Ubay ibn Ka’ab dan Mu’adz, bahwa putranya meninggal dunia. Maka Nabi

mengirim kepadanya:” Dan milik Allah apa yang diambil –Nya dan yang diberikan-

Nya, dan segala sesuatu memiliki jangka waktu tertentu, maka hendaklah bersabar dan

menabahkan hati”.19

Berdasarkan hadits ini dapat dinyatakan, bahwa ta’ziah adalah suatu ibadah yang

dianjurkan, baik datang langsung ke rumah keluarga yang berduka maupun dengan titipan

pesan. Terlihat bahwa tidak ada Nabi yang menyuruh untuk mengadakan acara khusus

tentang ta’ziyah, apabila sudah menyibukkan dan menyusahkan keluarga yang berduka.

Berkata beberapa ulama “jika seorang Muslim berta’ziyah kepada Muslim lainnya

hendaknya ia mengucapkan: Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan menghibur

hatimu sebaik-baiknya, serta memberi keampunan bagi keluargamu yang meninggal.

Jika seorang Muslim berta’ziyah kepada orang kafir. Hendaknya ia mengatakan:

Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan menghibur hatimu sebaik-baiknya.20

a. Anjuran mengantar makanan kepada keluarga duka

باح، د بن الص ار ، ومحم ثنا هشام بن عم ، عن حد ثنا سفيان بن عيينة، عن جعفر بن خالد قاال: حد

بن جعفر ، قا صلى للا عليه وسلم: :أبيه، عن عبد للا للا رسو ا جاء نعي جعفر قا نعوا اص »لم

جعفر طعاما، «قد أتاهم ما يشغلهم، أو أمر يشغلهم ل

"Ketika berita kematian Ja'far dibawa, Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) mengatakan: 'Siapkan

makanan untuk keluarga Ja'far, karena telah datang kepada mereka yang menjaga

mereka sibuk atau sesuatu yang menjaga mereka sibuk. "(sunan ibnu majah, bab

mengenai pemakaman).

Nabi SAW sangat menganjurkan agar meringankan beban keluarga yang

ditimpa musibah dengan mengantarkan makanan, pakain atau apa saja yang

dibutuhkan. Nabi tidak menganjurkan agar makanan yang di bawah kekeluarga duka

di makan bersama-sama di rumah tersebut.

b. Larangan Makan dan Minum di Rumah Keluarga Duka

19Shahih Bukhori 61112 20 Dr. Mardani, Hadis Ahkam (Jakarta PT Garatindo Persaja, cet 1 2012) h 298

Page 34: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

21

Di antara dalil khusus yang paling sering dikemukakan adalah tentang

larangan berkumpul di rumah keluarga mayit lalu dihidangkan makanan sebagaimana

masih banyak diamalkan di masyarakat dalam bentuk acara peringatan kematian.

: كنا نرى االجتماع إلى أهل الميت وصنعة الطعام احة من الني عن جرير بن عبد للا البجلي قا

اه ابن ماجه)رو

Dari Jarir bin Abdullah al-Bajali Ra. ia berkata: “Kami (para shahabat) memandang

berkumpul di keluarga mayit dan membuat makanan termasuk daripada meratap” (HR.

Ibnu Majah).

ثنا سعيد بن م حد د بن يحيى، قا ثنا محم ثنا هشيم، وحدثنا شجاع بن مخلد أبو حد : حد نصور قا

، عن جرير بن ، عن قيس بن أبي حازم ثنا هشيم، عن إسماعيل بن أبي خالد : حد الفضل، قا

: ، قا البجلي ي « جتماع إلى أهل الميت وصنعة الطعام من النياحة كنا نرى اال »عبد للا

الزوائد إسناده صحيح. رجا الطريق األو على شرط البخاري. والثاني على شرط مسلم

“ Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Yahya, dia berkata telah

menceritakan kepada kami Sa’id Ibn Mansur, dia berkata telah menceritakan kepada

kami Hasyim, dia berkata telah menceritakan kepada kami Syuja’ Ibn Mukhallid Abu

al- Fadl, dia berkata telah menceritakan kepada kami Hasyim dari Ismail Ibn Abi

Khalid dari Qays Ibn Abi Hazm dari Jarir Ibn Abdillah al- Bajally, dia berkata bahwa

kami menganggap bahwa berkumpul di tempat keluarga si mayit dan menyediakan

makanan adalah bagian dari meratap.

TAKHRIJ HADITS

Sanad hadits ini adalah sahih. Turuq rawi yang pertama adalah turuq yang dirawikan

oleh Bukhari dan turuq yang kedua adalah turuq yang dirawikan oleh Muslim.

Dan hadits atau atsar ini telah dishahihkan oleh jama’ah para Ulama yakni para Ulama

Islam telah ijma/sepakat tentang hadits atau atsar di atas dalam beberapa hal.

Pertama : Mereka ijma’ atas keshahihan hadits tersebut dan tidak ada seorang pun Ulama -

sepanjang yang diketahui penulis- wallahu a’lam yang mendloifkan hadits ini. Dan ini

disebabkan seluruh rawi yang ada di sanad hadits ini –sebagaimana saya katakan dimuka-

tsiqoh dan termasuk rawi-rawi yang dipakai oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Page 35: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

22

Kedua : Mereka ijma’ dalam menerima hadits atau atsar dari ijma’ para shahabat yang

diterangkan oleh Jarir bin Abdullah. Yakni tidak ada seorangpun Ulama yang menolak atsar

ini. Yang saya maksud dengan penerimaan (qobul) para Ulama ini ialah mereka

menetapkan adanya ijma’ para shahabat dalam masalah ini dan tidak ada seorangpun di

antara mereka yang menyalahinya.

Ketiga : Mereka ijma’ dalam mengamalkan hadits atau atsar diatas. Mereka dari zaman

shahabat sampai zaman kita sekarang ini senantiasa melarang dan mengharamkan apa yang

telah di ijma’kan oleh para shahabat yaitu berkumpul-kumpul ditempat atau rumah ahli

mayit yang biasa kita kenal di negeri kita ini dengan nama ” Selamatan Kematian atau

Tahlilan”.21

Dengan melihat ke 4 hal di atas, dalam prosesi kepengurusan jenazah yang

dianjurkan oleh Nabi SAW, penulis tidak menemukan hal-hal yang seperti dilakukan di

masyarakat Waiburak, di mana praktik prosesi kepengurusan jenazah di Waiburak terdiri

dari beberapa hal yaitu membawa uang, kambing, kain tenun, kelapa, dan parang.

Dengan demikian, ritual ini sangat membebani masyarakat setempat, khususnya

keluarga yang bersangkutan dengan jenazah tersebut.

D. Hikmah dalam Kepengurusan Jenazah

Hikmah melakukan tata cara penyelenggaraan jenazah,-Pengurusan jenazah dalam

agama Islam tentunya mengandung beberapa hikmah yang harus dipahami oleh setiap

muslim. Beberapa hikmah pengurusan jenazah sebagai berikut:

a. Mendapatkan pahala yang besar.

Mengurus jenazah orang yang meninggal telah disyariatkan dalam hokum islam

sehingga jika kita melakukannya akan mendapatkan ganjaran pahalaa yang besar dari

Allah swt.

b. Menjaga kehormatan umat Islam.

21 Abdul Hakim bin Amir Abdat, Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut Empat Madzhab dan

Hukum Membaca Al-Qur’an Untuk Mayit Bersama Imam Syafi’iy. Penerbit Tasjilat Al-Ikhlas, Cetakan

Pertama 1422/2001M

Page 36: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

23

Seorang muslim yang telah meninggal dunia pun, wajib dijaga kehormatanya.

Hal ini ditunjukan dengan adanya ketentuan bahwa yang berhak untuk memandikan

jenazah itu adalah anggota keluarga, muhrim atau yang berjenis kelamin sama dengan

jenazah. Sebagai bukti bahwa manusiaa dalah makhluk paling mulia sehingga apabila

salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya

menurut aturan Allah Swt. Dan Rosul-Nya.

c. Menjaga aib jenazah

Ketentuan memandikan oleh kerabat atau sesama jenis kelamin adalah untuk

menjaga aib jenazah itu sendiri karena hanya kaum kerabatlah yang dapat dipercaya

untuk menjaga nama baik dari si jenazah.

d. Senantiasa mengingat kematian.

Umat manusia pasti akan menemui kematian. Dengan pengurusan jenazah ini

umat islam dapat merefleksikannya untuk mengingat kematian dan memperbanyak

perbuatan baik.

e. Meningkatkan kepedulian sosial kepada sesame muslim.

Umat islam adalah satu, maka apabila sesame umat islam mengalami musibah

hendaknya turut bersimpati. Pengurusan jenazah dapa tmeningkatkan kepekaan

sosial dan kepedulian kita kepada sesama umat islam, dengan penyelenggaraan

janazah membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan

belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

f. Mengingatkan manusia bahwa manusia diciptakan dari tanah.

Mengingatkan manusia bahwa manusia di ciptakan dari tanah. Manusia

dilarang sombong dan merasa dirinya hebat dan kuat karena pada akhirnya manusia

akan di kembalikan keasalnya yaitu tanah.

Page 37: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

24

BAB III

GAMBARAN UMUM PROFIL DESA WAIBURAK- FLORES TIMUR

A. Sejarah Desa Waiburak

Desa Waiburak merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Adonara Timur,

kabupaten Flores Timur. Desa ini merupakan 2 dari 21 desa dan kelurahan yang berada di

kecamatan Adonara Timur. Desa Waiburak kecamatan Adonara Timur berada di wilayah

administrasi Kabupaten Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah

237,429 hektar yang terdiri atas 4 Dusun 4 RW dan 12 RT. Jarak dari Kantor Desa ke Kota

Kecamatan adalah 1,5 Km, ke Ibu Kota Kabupaten berkisar antara 1 Jam dengan Kapal

Motor. 1

Dinamika pembangunan masyarakat desa Waiburak menunjukan pertumbuhan

yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Memasuki era globalisasi dan seiring dengan semakin meningkatnya

pengetahuan masyarakat akan hak-haknya, serta meningkatnya kebutuhan semakin

kompleks merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan capaian hasil

pembangunan. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, tantangan serta

perkembangan di masa kini dan masa depan diperlukan perencanaan yang jelas, terarah dan

partisipatif.Kondisi yang diharapkan di masa depan tidak terlepas dari pencapaian sasaran-

sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Seiring dengan itu, upaya secara

terus menerus tetap diarahkan untuk mengatasi tantangan dan hambatan pembangunan desa

guna mewujudkan kondisi yang diharapkan dan kondisi saat ini merupakan modal dasar

atau bahan untuk perencanaan yang akan menentukan keberhasilan.

Desa ini memiliki jumlah penduduknya sebagian besar bersuku daerah Flores.

Sebagian besar mata pencaharian petani, hasil pertanian utama di desa ini adalah kemiri,

kopi, pisang, jagung dan lain-lain.2

B. Profil Desa Waiburak

Desa Waiburak dikelilingi dengan desa-desa yang lain.

Utara : Desa Saosina dan nara Saosina kecamatan Adonara Timur

Selatan : Berbatasan dengan laut

1 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak 2 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak

Page 38: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

25

Timur : Desa Kiwangona

Barat : kelurahan Waiwerang kota- Adonara Timur.

C. Potensi Desa Waiburak

1. Pendidikan

Tabel 3.1

Pendidikan Warga Desa Waiburak-Flores3

No Tamatan Sekolah Jumlah Jiwa

1 SD/ Sederajat 457

2 SLTP/ Sederajat 320

3 SLTA/ Sederajat 530

4 D I 8

5 D II 2

6 D III 10

7 S 1 139

8 S 2 2

2. Mata Pencaharian

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan petugas desa Waiburak, maka

diperoleh data pencaharian warga sebagai berikut.

Tabel 3.2

Mata pencarian desa Waiburak- Flores Timur 4

Jenis

Pekerjaan

Laki-laki Perempuan Jumlah

Petani 420 144 564

PNS 40 16 56

Peternak 12 3 15

3 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak 4 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak

Page 39: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

26

Pengusaha

Kios 3 8 11

Guru

Swasta 3 10 13

Jasa

Transpor 10 - 10

Bidan - 7 7

3. Agama

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh petugas desa Waiburak, maka

memperoleh presentase penganut agama sebagai berikut:

1. Agaman Islam 40 %

2. Agama Kristen 60 %

3. Kewarganegaraan 100% indonesia

4. Cacat Mental dan Fisik

4. Tuna Netra

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh petugas desa Waiburak, maka

diperoleh data cacat mental dan fisik sebahai berikut:

Tabel 3.4

Tenaga Kerja Desa Waiburak5

Umur Status Laki-laki Perempuan

7-18 Masih Sekolah 142 223

18-56 Kerja 340 240

18-56 Belum Kerja 35 53

56 Kerja 63 84

5 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak

Page 40: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

27

5. Potensi Kelembagaan

Tabel 3.5 6

Sruktur Organisasi Pemerintahan

Nama Jabatan Pendidikan

Fransiskus Roy Hurint Kepala Desa SLTA

Lukas Lba Kelen Sekretaris Desa S 1

Dominikus Geken Kaur Pemerintahan SLTA

Yosep Beda Kelen Kaur Pembangunan SLTA

Yuliana pelili Doren Kaur Keuangan S 1

Roslina Sabu Kelen Kaur Umum SLTA

Yeremias Sina Maran Kadus I SD

Yosep Ehe Doren Kadus II SLTA

Hilarius Saka Doren Kadus III SD

Siprianus Koda Doren Kadus IV SLTA

D. Keadaan Demografis

Berdasarkan pendataan penduduk yang dilakukan pada tahun 2017 jumlah

penduduk Desa Waiburak adalah 1430 jiwa. Berikut ini adalah gambaran tentang

penduduk Desa Waiburak yang diklasifikasi dalam beberapa jenis pengelompokan

1. Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga

Tabel 3.8

Sruktur KK Masyarakat Desa Waiburak 7

Kk

Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jumlah

Keterangan

KK Laki-laki 251

KK Perempuan 51

Total Jumlah 302

6 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak 7 Wawancara Pribadi dengan Aparat Desa Waiburak

Page 41: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

28

2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Waiburak terdiri atas:

Laki-laki 670 jiwa

Perempuan 760 jiwa

3. Kondisi Ekonomi

Penghasilan masyarakat Waiburak hanya dengan bertani dan bercocok

tanam, kondisi ekonominya bisa dikatakan sangat rendah, penghasilan yang mereka

peroleh tidak begitu besar sehingga bisa dinilai masyarakat Waiburak masih sangat

miskin. Hal tersebut bisa dilihat di tabel berikut ini:

Tabel 3.5

Profesi Masyarakat Desa Waiburak8

Jenis Pekerjaan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Petani 420 144 564

PNS 40 16 56

Peternak 12 3 15

Pengusaha 3 8 11

Guru Swasta 3 10 13

Jasa Trasportasi 10 - 10

Bidan - 7 7

E. Kondisi Sosil

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Waiburak-Flores sangat mempeduli sesama

masyarakat, didesa Waiburak masyarakat saling bergotong royong dalam hal apapun,

rukun antar agama dan suku dan di Flores kultur adat sangat ketat termasuk didesa

Waiburak dan sudah menjadi turun temurun.

8 Wawancara Pribadi dengan aparat desa Waiburak

Page 42: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

29

BAB IV

ANALISA PROSES PENGURUSAN JENAZAH

A. Prosesi Penggurusan Jenazah di Desa Waiburak

1. Praktek Sosial dalam Penggurusan Jenazah di Desa Waiburak

Kematian merupakan sebuah rahasia Allah dan tidak ada satu manusiapun yang bisa

menolak takdir Allah. Desa Waiburak memiliki suku yang dinamakan suku Lamaholot.

Kepengurusan jenazah disebut dengan oho hebbo (keramas dan mandi). Di desa Waiburak

setiap anggota keluarga harus menyaksikan upacara kematian, begitu pula dengan kerabat

dekat dan umat yang lain. Agar mereka mendoakan mayat.1

Semua daerah tentu memiliki ritual adat berbeda-beda dalam proses pemakaman

jenazah, seseorang yang meninggal terutama orang tua. Perbedaan itu mulai dilihat dari

penyebutan nama atau istilah, prosesnya dan caranya memberi hiburan kepada keluarga

yang ditinggal (meninggal). Masyarakat di pulau Adonara kabupaten Adonara Timur

hingga kini masih mentaati secara sempurna ritual-ritual adat dan budaya yang diwariskan

leluhur mereka. Ritual adat itu mulai dari ritual penyambutan kelahiran seorang bayi,

menikahkan anak dengan aneka ritual adat hingga penguburan orang meninggal.

Kesakralan ritual-ritual adat dilakukan secara turun temurun dan terus dihidupkan

sampai saat ini meskipun begitu banyak materi yang akan terkuras habis untuk

menyelesaikan proses adat itu. Harga diri sepertinya menjadi taruhan ketika seseorang atau

sebuah keluarga atau suku akan menggelar sebuah ritual adat. Biaya tersebut sangat

tergantung pada siapa yang menggelarnya dan dari kalangan mana.

Di pulau yang satu ini hingga sekarang masih mengakui adanya sistem strata social

dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka masih mengenal dan mengakui adanya kelompok

bangsawan. Meskipun secara kasat mata kelompo kini sepertinya tidak memiliki apa-apa

untuk dibanggakan lagi sekaligus membuktikan kalau mereka itu masuk dalam kelompok

“darah biru”. Rumah dan kehidupan harian mereka sama sekali tidak lebih dari kelompok

masyarakat lainnya bahkan yang bukan kelompok itu justru hidupnya jauh lebih baik dari

mereka.

Kebanggan sebagai kelompok bangsawan yang “berkirab” pada masa lalu itu masih

tetap diakui hingga saat ini meskipun kondisi riilnya sudah jauh berbeda. Kematian seorang

1 Wawancara Pribadi dengan Yasin Rahman di Desa Waiburak

Page 43: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

30

yang adalah kelompok masyarakat bangsawan, harus dilakukan ritual adat yang ternyata

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biaya itu bukan hanya ditanggung keluarga inti

yang meninggal, tetapi semua masyarakat terutama mereka yang memiliki hubungan kawin

mawin yang tinggal di mana saja di belahan bumi ini untuk ikut memikul beban besar

tersebut. Pada saat kematian seseorang yang masuk dalam kelompok bangsawan, ribuan

orang berdatangan dari berbagai pelosok Adonara. Mereka datang dengan membawa

barang bawaan mulai dari beras, gula pasir, pakaian hingga hewan. Mereka datang untuk

mengikuti upacara pemakaman.

oleh petugas yang sudah disiapkan. Bawaan pertama dari kelompok om kandung

atau saudara kandung dari mama orang meninggal. Kelompok ini disebut sebagai

kelompok bailake yang datang membawa pakaian dalam jumlah yang banyak hingga

rausan lembar.

Kelompok berikutnya adalah bine. Kelompok ini adalah kelompk saudari satu

turunan dan anak-anak perempuan yang sudah menikah dari keturunan tersebut. Bawaan

mereka adalah kambing besar yang nilainya berkisar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta/ per ekor

dengan syarat, kambing tersebut adalah kambing jantan dengan tanduk yang sudah sangat

panjang. 2

Ada beberapa upacara yang dilakukan masyarakat Waiburak sebagai berikut:

a. Ritual memandikan jenazah (ohon hebbo)

upacara adat ohon hebbo adalah upacara yang dilakukan oleh pihak kerabat bila ada

orang yang meninggal dunia, pada ritual adat ohon hebbo pihak yang

melaksanakannya adalah pihak keluarga ibu dari orang yang meninggal dunia, ritual

dilakukan dengan beberapa prosesi, diantaranya mencuci rambut orang yang

meninggal dengan santan kelapa, menyisir rambutnya kemudian di tutup dengan

pemberian snaek atau selendang dari bahan kwatek (sarung) serta kenube (parang khas

Adonara yang panjang) kepada pihak keluarga orang yang meninggal dunia.3

b. Tahap Pemberian Balasan kepada Saudara Laki- laki (bale lake)

Ritual bale lake ini dilakukan oleh keluarga besar dari pihak ibu orang yang

meninggal, biasanya mereka datang dalam rombongan besar layaknya melakukan

acara lamaran. Ibu-ibu dan kaum remaja putri yang datang menggunakan pakian adat

dan membawa barang-barang yang akan diserahkann ke pihak keluarga duka.

2 Wawancara Pribadi dengan Abdullah Sengaji di Desa Waiburak 3 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Serang di Desa Waiburak

Page 44: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

31

Kedatangan rombongan bale lake itu disambut dengan menyediakakan tempat dan

makanan yang cukup, seperti layaknya menyambut tamu istimewa. Ritual bale lake ini

juga dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang meninggal.

Rombongan bale lake datang dengan membawa bawaan puluhan lembar

pakaian, kalau yang meninggal itu wanita, maka mereka membawa kwatek atau kain

tenun sarung untuk wanita dan kain lipa (sarung). Sedangkan yang meniggal itu laki-

laki maka mereka membawa kremot atau kain tenun untuk laki-laki dan lipa (sarung).

Selain bawaan seperti ini, mereka juga membawa kelapa, sisir, bedak, jagung dan

pisang. Kelapa itu akan diadakan santan untuk mencuci rambut orang yang meninggal

kemudian menyisirnya dengan sisir yang mereka bawah dan memberi bedak seadanya

dan sebaliknya keluarga duka juga menyiapkan parang yang disebut knube serta parut

kelapa yang disebut knaru, kenube tersebut dipergunakan untuk membela kelapa

kemudian belahan kelapa di kukur dengan knaru kemudian dibuatkan santan untuk

menggosok rambut orang yang meninggal dan semua anak perempuan dari si mayat.

Jika, si mayat tidak memiliki anak perempuan maka yang di keramas adalah anak

perempuan dari keluarganya.

c. Acara pemberian dari keluarga duka kepada saudaranya

Setelah selesai pemakaman, pada hari keempat setelah meninggal, keluarga

duka akan mengantar bawaan kepada keluarga bae lake. Hewan yang di antara adalah

kambing dalam jumlah yang tidak pasti , kwatek ( kain tenun untuk perempuan),

kremot dan kain lipa ( kain tenun untuk laki-laki. Pembagian itu berdasarkan berapa

banyak dan seberapa besar bawaan mereka.

Menurut Rahman Sengaji kalau sesuai ritual adat sesungguhnya, hanya 3 ekor

kambing besar yang diantar oleh keluarga duka kepada keluarga bae lake, namun sekarang

bisa menjadi sekitar 10 ekor, tergantung strata sosial orang yang meninggal.

Sementara di rumah duka juga disiapkan perjamuan untuk menjamu seluruh orang

yang datang, selanjutnya pada hari berikutnya, keluarga duka juga akan memotong sisa

hewan yang diantar waktu meninggal. Semua orang yang “berjasa” sejak kematian hingga

malam terakhir itu diundang untuk datang dan makan bersama yang diistilahkan dengan

bua lewon atau memberi makan seluruh orang kampung.4

4 Wawancara Pribadi dengan Rahman Sengaji di Desa Waiburak

Page 45: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

32

2. Makna dan Fungsi Upacara ohon hebbo

Makna upacara merupakan suatu kegiatan ritual yang dilaksnakan secara kelompok

dilakukan dilingkungan tersebut. Terkait ritual adat kematian terutama orang dewasa, ritual

harus dilakukan secara utuh dari ohon hebbo (mandi keramas) jenazah hingga pemakaman.

Adat ini sudah menjadi tradisi dari turun temurun. Uparaca kematian di desa Waiburak-

Flores memiliki beberapa makna diantaranya:

1. Agar arwah yang meninggal membawa semua nara milanen ( salah dan dosa)

keluarga mulai dari istri atau suami dan anak-anak sehingga mereka yang ditinggal

tidak lagi menanggung naran milanen orang yang meninggal itu. Rumah juga

dibersihkan dari segala yang jahat agar mereka yang mendiami rumah itu

mengalami kebahagiaan tanpa gangguan apapun.

2. Upacara kematian ini menghormati tradisi leluhur dan memberi penghormatan

terakhir kepada si mayat agar si mayat dengan tenang menghadap Sang Khalik.

Sebuah ritual yang amat penting yang harus dilakukan dalam seluruh rangkaian

prosesi kepengurusan jenazah yaitu acara bale lake, yang mana di yakini bahwa acara ini

sangat penting dan sakral karena didalamnya mengandung unsur kepercayaan yaitu agar si

mayit dalam keadaan bersih ketika bertemu dengan Sang khalik.5

B. Analisa Pengurusan Jenazah di Desa Waibura

Masyarakat di Desa Waiburak masih sangat kental dengan tradisi adat yang tidak

bisa ditinggalkan mulai dari ritual penyambutan kelahiran seorang bayi, menikahkan anak

dengan aneka ritual adat hingga penguburan jenazah.

Meski perkembangan ilmu dan teknologi sudah menjalar kedesa Waiburak. Namun,

kepercayaan dan keyakinan di desa Waiburak tidak pernah hilang dari kehidupan mereka.

Kehidupan masyarakat Waiburak keseluruhan berada dalam suasana adat yang sangat kuat.

Tradisi kepengurusan jenazah tidak hanya di lakukan untuk orang-orang yang dermawan

saja, akantetapi semua kalangan yang berasal dari desa Waiburak karena tradisi ini bernilai

sakral dan memberi jalan kepada si mayit untuk bertemu dengan Tuhan dalam keadaan suci

dan bersih.

5 Wawancara Pribadi dengan Rahman Sengaji di Desa Waiburak.

Page 46: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

33

Masyarakat desa Waiburak sampai sekarang masih mempertahankan adat dalam

kepengurusan jenazah dengan maksud untuk menghindarkan hal-hal buruk terhadap

jenazah dan orang-orang yang ditinggal, mereka meyakini bahwa jenazah akan bertemu

dengan tuhan dalam keadaan bersih dan jenazah membawa pergi salah dan dosa keluarga-

keluarganya yang masih hidup. Kepercayaan di desa Waiburak sangat bertentangan dengan

agama

Untuk lebih jelasnya saya akan memaparkan di bawah ini, mulai dari penjelasan

tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

a. Tokoh Adat

Dalam wawancara yang saya lakukan dengan salah satu tokoh adat terkait

kepengurusan jenazah, ia mengatakan bahwa tradisi ini sudah lama dilakukan di desa

Waiburak, sehingga hal ini sulit untuk dirubah walaupun tradisi tersebut sangat

bertentangan dengan agama. Jika dilihat dari sisi daerah, kampung tersebut sudah

lumayan maju baik dalam bidang sosial, bidang agama, ataupun lainnya. Hal ini karena

kenyakinan merekalah yang belum mau mengikuti dengan sebuah perubahan yang ada,

sehingga mengakibatkan mereka terkekang dalam sebuah pemikiran atau tradisi yang

berkembang di daerah tersebut. Bahkan tokoh adat mengatakan, ini adalah sebuah tradisi

yang tidak bisa dirubah, walaupun dalam perkembangan teknologi sudah berkembang

pesat karena adat tersebut adalah salah satu warisan nenek moyang yang tetap

dilaksanakan. Dalam hal ini, tokoh adat berpendapat terkait dengan kepengurusan

jenazah, bahwa itu sudah menjadi warisan budaya nenek moyang mereka yang harus

dipatuhi.6

b. Tokoh Agama

Dalam pandangan salah satu tokoh agama terkait dengan kepengurusan jenazah,

ia mengatakan bahwa tradsi itu sangat bertentangan dengan agama, karena banyak sekali

yang harus ditanggung oleh pihak keluarga duka kepada keluarga si mayit, baik mulai

dari sarung adat, hewan ternak, bahkan uang jutaan rupiah dan yang lebih miris lagi,

semua ketentuan yang berlaku harus dibawah atau diadakan saat meninggal, walaupun

pihak keluarga belum ada barang yang harus di bawah ke keluarga si mayit tersebut.

Namun hal ini dikarenakan menyangkut urusan adat istiadat yang tidak bisa dibantahkan

atau tidak diikuti.

6 Wawancara Langsung dengan Tokoh Adat Kopo Rinto, Waiburak

Page 47: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

34

Dengan demikian, Jika melihat dari pandangan salah satu tokoh agama di atas

bahwasanya apa yang dilakukan di desa tersebut sangat bertentangan dengan agama,

karena dari segi ritual yang dilakukan sangat membuat beban bagi keluarga, apalagi

pihak keluarga yang pas-pasan secara ekonomi.7

c. Tokoh Masyarakat

Dalam sebuah dialog, penulis dengan salah satu tokoh masyarakat terkait

kepengurusan jenazah, beliau mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh masyarakat

Waiburak sangat tidak rasional secara akal sehat karena adat tersebut akan membuat

tidak nyaman bagi pihak keluarga. Dikarenakan, jika dilihat dari sisi ekonomi,

masyarakat sebenarnya belum siap untuk melakukan tradisi yang sudah menjadi turun-

temurun tersebut, karena itu sudah menjadi keputusan ketua adat. Hal ini mau tidak mau

harus dipatuh terhadap tradisi yang ada, walaupun dari sisi ekonomi mereka tidak

mampu dan mereka harus siap dengan melakukan apapun, seperti halnya dengn

meminjm uang demi mematuhi perintah tesebut. Kepala BPD (Badan Permusyawaratan

Desa) mengatakan ketika ada anak-anak yang mau melanjutkan pendidikan, orang tua

tidak sanggup membiayainya akan tetapi di saat keluarga ada yang meninggal, mereka

sanggup melanyani permintaan walaupun dengan susah payah, karena mereka takut

akan terjadi sesuatu jika tidak mengikuti permintaan adat tersebut. Sehingga itulah

tradisi di desa Waiburak tetap dipertahankan sampai dengan sekarang.8

C. Prosesi Kepengurusan Jenazah dalam Perspektif Hadis

Dari berbagai macam prosesi yang di lakukan di desa Waiburak-Flores, dan dari

pemikiran-pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa prosesi kepengurusan mayat

merupakan suatu keyakinan dan sistem aturan yang dilakukan di desa Waiburak. Dengan

perihal tersebut, maka menjadi analisa penulis terkait tata cara kepengurusan jenazah.

Penulis akan membahaskan terkait dengan kepengurusan jenazah yang dianjurkan dalam

Islam.

Dari pandangan hadis bahwa prosesi yang di lakukan di desa Waiburak terjadi

percampuran antara syariat Islam dan adat. Di dalam hadis Rasulullah saw. Mengganjurkan

untuk tidak membebani keluarga yang di tinggal. Tetapi kenyataannya masyarakat masih

banyak sekali melakukan praktik yang di larang di dalam Islam terutama masyarakat di

7 Wawancara Langsung dengan Tokoh Agama Rahman Sengaji 8 Wawancara Langsung dengan Tokoh Masyarakat Ahmad Serang

Page 48: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

35

desa Waiburak-Flores, yang masih di bilang sangat mempercayai tradisi nenek moyang

mereka. Dengan demikian apa yang dilakukan di desa Waiburak merupakan pertentangan

dengan syariat Islam, karena dari praktiknya sangat membebani pihak keluarga yang

sedang tertimpah musibah. Sementara Rasulullah saw mengajarkan kita agar meringankan

beban keluarga yang ditimpa musibah. Sebagaimana sebuah hadis yang berbunyi:

د بن ال ار ، ومحم ثنا هشام بن عم ، عن أبيه،حد ثنا سفيان بن عيينة، عن جعفر بن خالد باح، قاال: حد ص

بن جعفر ، قا صلى للا عليه وسلم: :عن عبد للا للا رسو ا جاء نعي جعفر قا »لم اصنعوا ل

«ما، قد أتاهم ما يشغلهم، أو أمر يشغلهم جعفر طعا

"Ketika berita kematian Ja'far dibawa, Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) mengatakan: 'Siapkan

makanan untuk keluarga Ja'far, karena telah datang kepada mereka yang menjaga mereka

sibuk atau sesuatu yang menjaga mereka sibuk.

“Maksud kata musibah (kesedihan) yaitu telah menghalangi mereka dari

menyiapkan makanan untuk mereka sendiri, sehingga mereka gelisah dan hal itu

membahayakan mereka, sedangkan mereka tidak merasakannya. Berkata ath-Thiibi:

“Hadist di atas menunjukkan bahwa Nabi menganjurkan para kerabat dan tetangga untuk

menyiapkan makanan bagi keluarga mayit.“

Hadis di atas, Nabi menganjurkan kita untuk meringankan beban keluarga yang

berduka dengan mengantar makanan dan pakaian. Namun, Nabi melarang kita untuk

membebani kelurga duka termasuk hal yang tidak benar adalah mengumpulkan orang,

menyembelih binatang (kambing atau sapi) dan makan-makan di tempat keluarga mayit,

bahkan tidak jarang ada yang berlebih-lebihan atau terkadang memaksakan diri. Dalam hal

ini yang dianjurkan adalah membuatkan makan untuk keluarga mayit, karena mereka

sedang dalam keadaan duka, sehingga mungkin tidak sempat untuk memasak, bukan

sebaliknya makan-makan di rumah mereka. Termasuk hal baru yang tidak pernah

dicontohkan oleh Nabi dan juga para sahahabatnya tidak mengajarkan untuk mengadakan

acara-acara tertentu di mana orang-orang berkumpul, duduk-duduk dan tidak jarang sampai

menutup jalan umum, biasanya selama tiga hari berturut-turut. Hal ini bisa mengganggu

jalan sesama muslim dan memperlambat urusan mereka, di samping acara tersebut memang

tidak pernah dicontohkan di dalam agama Islam. Sebagaimana hadis dibawah ini:

ثنا هشيم، : حد ثنا سعيد بن منصور قا حد د بن يحيى، قا ثنا محم وحدثنا شجاع بن مخلد أبو حد

، عن جرير بن ، عن قيس بن أبي حازم ثنا هشيم، عن إسماعيل بن أبي خالد : حد الفضل، قا عبد للا

: ، قا «صنعة الطعام من النياحة كنا نرى االجتماع إلى أهل الميت و »البجلي

Page 49: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

36

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Yahya, dia berkata telah

menceritakan kepada kami Sa’id Ibn Mansur, dia berkata telah menceritakan kepada kami

Hasyim, dia berkata telah menceritakan kepada kami Syuja’ Ibn Mukhallid Abu al- Fadl,

dia berkata telah menceritakan kepada kami Hasyim dari Ismail Ibn Abi Khalid dari Qays

Ibn Abi Hazm dari Jarir Ibn Abdillah al- Bajally, dia berkata bahwa kami menganggap

bahwa berkumpul di tempat keluarga si mayit dan men yediakan makanan adalah bagian

dari meratap.”

Para ulama memandang makruh hukumnya jika keluarga mayat menyediakan

makanan untuk orang-orang yang datang berkumpul karena hal itu akan menambah

kemalangan mereka serta meniru perbuatan orang-orang yang jahiliyyah.9

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jarir. Sebagai berikut:

: كنا نعد االجتماع إلى أهل الميت وصنيعة الطع نه من ام بعد د عن جرير بن عبد للا البجلي قا

(النياحة

Dari Jarir bin Abdullah al-Bajali Ra. ia berkata: ”Kami (para shahabat) menganggap

berkumpul di keluarga mayit dan membuat makanan setelah penguburannya termasuk

daripada meratap”.

Hadis berikutnya yang diriwayatkan dari Thalhah radiyallahahu’anhu, ia berkata:

: ال. قا : هل تجتمع النسآء عنكم . قايناح قبلكم على الميت : هلقدم جرير على عمر قا

.على الميت ويطعم. قا : نعم. قا : تلك النياحة

Jarir mendatangi ‘Umar, kemudian ‘Umar berkata : “Apakah kamu sekalian suka

meratapi mayit ?”. Jarir menjawab : “Tidak”. ‘Umar berkata : “Apakah diantara wanita-

wanita kalian semua suka berkumpul di rumah keluarga mayit dan memakan hidangannya

?”. Jarir menjawab : “Ya”. ‘Umar berkata : “Hal itu sama dengan niyahah (meratapi

mayit)”.

Dengan hal ini, didalam hadis lain Nabi saw hanya menganjurkan untuk melakukan

empat hal dalam kepengurusan jenazah yaitu memandikan, mengkafani dan menyolatkan.

Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi saw sebagai berikut:

ة له أربعين مر أجرى عليه حفر له أجنه ، ومن من غسل مسلما كتم عليه غفر للا

يوم القيامة كأجر مسكن أسكنه إياه إلى يوم القيامة ، ومن كفنه كساه للا من سند

الجنة وإستبر

9 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 4, (PT. Al-Ma’arif cet 3) hal. 72

Page 50: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

37

Barangsiapa yang memandikan seorang muslim kemudian menyembunyikan

(aibnya), Allah akan ampuni untuknya 40 kali. Barangsiapa yang menggalikan kubur

untuknya kemudian menguburkannya, akan dialirkan pahala seperti pahala memberikan

tempat tinggal hingga hari kiamat. Barangsiapa yang mengkafaninya, Allah akan

memberikan pakaian untuknya pada hari kiamat sutera halus dan sutera tebal dari surga.

Dengan hal ini, jika dilihat dari hadis di atas, maka praktik yang dilakukan di

masyarakat Waiburak tidak ada tuntunan dari Nabi saw dan tradisi atau adat-istiadat yang

dilakukan sangat membebani keluarga dan bertentangan dengan ajaran Nabi saw.

Sementara Islam mengajarkan kita agar jangan membebani saudara kita sesama

muslim sebagai firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah yang berbunyi:

بك ٱلعسر م ٱليسر وال يريد بكم يريد ٱلل

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian semua, dan tidaak menghendaki

kesulitan bagi kalian semua..” (QS. Al-Baqarah ayat 158)

Sebagaimana Rasulullah saw telah bersabda:

ه سددوا وقاربواإن الدين يسر ولن يشاد الدين أحد إال غلب

“Sesungguhnya agama itu mudah. Orang yang bersikap berlebih-lebihan dalam

beragama pasti akan kalah. Beramallah yang benar ! Beramallah yang paling dekat dengan

pengamalan syari’at…”

Ayat dan hadis di atas memberikan pemahaman bagi kita sebuah bahwa agama

Islam ini adalah agama yang mudah. Mudah untuk dipahami dan mudah untuk diamalkan.

Seorang muslim hanya dibebani untuk mengerjakan apa-apa yang dicontohkan dan

meninggalkan apa-apa yang dilarang atau tidak ada contohnya dari Rasulullah saw. Itulah

salah satu sisi kemudahan yang sangat besar bagi umat Islam mereka sekali-kali tidak

dibebani untuk membuat-buat syari’at yang akhirnya justru membebankan mereka.

Oleh karena itu, dengan melihat ulasan hadis di atas, bahwa praktik yang dilakukan

di desa Waiburak sangat bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis. Karena berkumpul dan

makan-makanan di keluarga mayit dan membebani keluarga mayit adalah perbuatan yang

tidak disyariatkan dan bagi keluarga mayit, maka ia tidak perlu menyediakan makanan atau

minuman yang sengaja diperuntukkan kepada para tamu yang sedang berta’ziya atau

membantu pengurusan jenazah. Jika ia melakukannya, maka ia sama saja mendorong orang

untuk melakukan perbuatan yang dilarang. Sebagaimana firman Allah

Page 51: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

38

dalam QS. al-Maidah ayat 2:

ن ثم وٱلعدو وتعاونوا على ٱلبر وٱلتقوى وال تعاونوا على ٱل

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik sunnah Nabi (hadis) ataupun Al-

Qur’an memerintahkan agar dapat tolong-menolong atau meringankan beban dalam

kebaikan umat manusia, justru malah menanggung beban saudara kita lainnya, karena hal

itu bertentangan dengan ajaran sayari’at yang di bawah oleh Nabi saw. Hal yang terpenting

adalah jalanilah sesuai dengan koredor atau syari’at sunnah Nabi agar dapat terwujud atau

menjadikan sunnah Nabi sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan sehari-sehari

(Salih likulli wal-Makan).

D. Wacana Pengurusan Jenazah di Indosesia

1. Prosesi Penggurusan Jenazah di Jawa Timur

Sesudah persiapan selesai, jenazah dipindahkan ke tempat khusus yang akan

digunakan untuk memandikan. Tempat itu berada di samping rumah, dekat dapur. Tempat

itu dipilih dengan dasar sebagaian masyarakat Jawatimur percaya bahwa tempat itu tidak

akan digunakan untuk mendirikan bangunan, misalnya rumah. Tempat bekas untuk

memandikan jenazah dianggap sangar, artinya jika tanah itu semula subur, akan menjadi

gersang, jika tempat itu semula tidak berbahaya, akan menjadi tempat yang dapat

menimbulkan kecelakaan atau malapetaka. Seandainya di bekas tempat memandikan itu

didirikan rumah, penghuninya akan mendapat sial, atau diganggu roh halus.

Cara untuk menghindari akibat yang demikian itu, yaitu tempat bekas orang

memandikan jenazah, selepas digunakan maka para kerabatnya mandi di tempat itu, dengan

jalan demikian dianggap dapat menghilangkan akibat buruk, atau menetralisir tempat itu

menjadi tidak sangar.

Dengan khidmat, jenazah dibaringkan dengan posisi kepala di timur dan kaki di

barat. Hal ini dilakukan oleh keluarganya karena adanya kepercayaan bahwa matahari terbit

dari timur dan tenggelam di barat. Terbitnya matahari diibaratkan lahirnya manusia, sedang

tenggelamnya matahari diibaratkan akhir hayatnya manusia. Dengan cara meletakkan

Page 52: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

39

posisi yang demikian itu, berarti bahwa jenazah yang dimandikan telah meninggalkan

dunianya dan menghadapi dunia lain yaitu alam akhirat.

Para anak cucu yang dewasa, siap di tempat pemandian, duduk berjejer di atas

bangku. Semua yang akan memandikan itu laki-laki, tetapi jika ahli warisnya yang

perempuan ingin juga ikut memandikan, tidak dilarang.

Di tempat pemandian jenazah itu telah disediakan tiga buah tempat air (jun) dan bokor

berisi ramuan untuk keramas atau mencuci rambut. Jun yang pertama dan kedua berisi air

yang diberi ra muan kembang telon; jun ketiga hanya berisi air bersih sebagai bilasan. Air

untuk memandikan jenazah, selain diberi ramuan bunga yang harum, juga diberi daun

kelor. Menurut kepercayaan penduduk di sana, daun kelor itu mempunyai daya gaib untuk

menetralisir kekuatan gaib yang dimiliki oleh almarhum, misalnya ia memakai susuk, yaitu

logam yang dimasukkan ke badan dengan cara gaib. Orang meninggal dunia harus suci

raganya, sebab itu semua bekas benda yang masih melekat pada dirinya harus dilolos.

Termasuk gigi emas atau perhiasan yang dipakai ketika masih hidup. Dengan badan

jasmani yang bersih, maka rokh almarhum dapat mencapai kesempurnaan.

Air untuk memandikan terdiri dari air keramasan, yang akan digunakan untuk

membersihkan rambut; dan air untuk membersihkan sekujur tubuh. Agar air keramasan itu

berbau wangi, digunakan ramuan yang terdiri dari bunga melati, atau daunnya; landha-

merang, yaitu batang padi (merang) yang diperabukan; kunir dan tepung beras. Semua

ramuan itu ditumbuk halus dan kemudian ditapis hingga tujuh kali. Ramuan itu masih

ditambah dengan kapur barus yang ditumbuk halus, dimasukkan dalam adonari air keramas

tersebut. Untuk keperluan memandikan jenazah terdiri dari air merang untuk keramas,

serpihan kain putih untuk menggosok kotoran badan; arang dari kayu jati untuk mulut,

merang untuk membersihkan kuku, dan sejumlah kain panjang untuk basahan.

Setelah selesai dimandikan, air yang masih tersisa di drum digunakan mencuci

muka, terutama anak cucunya, bahkan jika yang meninggal itu dianggap mempunyai ilmu

yang tinggi (kesdik) orang lain pun menggunakan sisa air memandikan jenazah itu untuk

mencuci muka. Mereka percaya bahwa air itu mengandung tuah, karena ada kepercayaan

barang siapa yang bersedia minum air tersebut, ilmu yang dimiliki oleh orang itu akan

“menurun” kepadanya. Ada kalanya untuk memperoleh ilmu orang yang sudah meninggal

Page 53: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

40

itu, dilakukan dengan menghisap pusat (wudel/puser), ketika orangnya masih belum

dimandikan atau sesudahnya. Kemudian memandikan jenazah ini, disebut juga “nyuceni”

yang berarti membersihkan.

Di tengah kesibukan memandikan mayat itu, datang sanak keluarga yang terlambat

datang, orang itu serta merta mencium kaki jari almarhum/almarhumah, dengan perbuatan

itu ia berharap dapat meminta maaf ata kesalahan terhadap si mayat, karena selama itu

belum sempat meminta maaf ketika masih hidup. Setelah upacara memandikan selesai,

jenazah dipapah oleh tiga orang, dibawa masuk ke rumah, untuk dikafani.10

2. Jawa Tengah

Masyarakat Jawa terutama masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur

memiliki tradisi pemakaman yang unik pula yaitu Brobosan.

Brobosan adalah prosesi pemakaman orang yang sudah meninggal dunia di

masyarakat Suku Jawa dimana keluarga yang ditinggalkan melakukan kegiatan menunduk

dan berjalan menerobos di bawah peti mati kerabatnya yang sudah meninggal.

Brobosan berasal dari kata Brobos artinya dalam bahasa Indonesia adalah berjalan

menerobos lewat bawah suatu benda. Tradisi Brobosan sendiri memiliki tujuan dimana

pihak keluarga yang ditinggalkan diberikan kesempatan untuk menghormati kerabatnya

yang sudah meninggal dunia untuk terakhir kalinya.

Tradisi brobosan ini bisa kita jumpai di acara – acara kematian keluarga orang Jawa

yang meninggal, entah itu orang Jawa yang merantau di suatu tempat maupun orang Jawa

yang masih tinggal di daerah Jawa. Penghormatan kepada pihak yang lebih tua merupakan

ajaran yang kental diajarkan masyarakat Suku Jawa bahkan hingga kematian

menjemputpun ajaran menghormati pihak yang lebih tua masih dilakukan dengan prosesi

Brobosan.

3. Pulau Madura

Kebiasaan yang dilaukan oleh orang-orang yang ada di dusun sumber papan ketika

ada seseorang yang meninggal dunia, sebagai berikut: Ketika ada orang yang sudah

10 Pustaka Jawatimuran Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah

Jawa Timur : Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional; Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1985 – 1986,

Page 54: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

41

meninggal maka salah satu dari family akan pergi ke musolla terdekat untuk memberi

tahukan kabar duka tersebut dengan cara di umumkan dengan menggunakan microfon agar

tetangga lainnya mengetahui kabar duka tersebut. Dan setelah itu biasanya para tetangga

yang mendengar akan hadir ke rumah orang yang telah meninggal orang yang laki-laki

sebagian biasanya ada yang pergi ke kuburan untuk menggali kuburan dan sebagian lagi

membantu untuk mengurusi pemandian dan lain-lain.

Adapun perempuan biasanya sebagian membantu di dapur, mengaji yasin dan

sebagian lagi membaca burdah. Dan bagi pelayat yang membawa anak yang masih kecil,

kupingya dikasih kapur, orang sumber papan menyebut kegiatan ini dengan membuang

“Anjhe” ( menolak balak) “lidaf’il balak”dan pihak keluarga dari orang yang meninggal

membagikan uang recehan yang di bungkus dengan Koran, yang diberi sebutan

nama”Tambengan” dengan tujuan untuk meringankan beban psikologis terhadap orang

yang ditinggal.

Dan tuan rumah juga membakar keminyan di dalam rumah dan di tempat

pemandiannya karena supaya mayat kembali dalam keadaan harum dan juga diyakini

bahwa dengan hal tersebut mayat akan didekati malaikat, karena malaikat suka terhadap

wewangian. Setelah mayat selesai dimandikan, dikafani dan di sholati, sebelum diantar ke

kuburan, mayat dibawa ke depan rumah lurus dengan pintu hal ini bertujuan untuk

memamitkan mayat kepada keluarganya karena hari itu adalah hari terakhir mayat tersebut

melihat keluarganya dan tetangganya. Dan saat itu posisi mayat dihadapkan ke rumahnya

karena pada saat itu adalah hari terakhir mayat tersebut melihat rumahnya yang selama

masa hidupnya dia tempati. Dan juga dari pihak keluarga ada yang mengambil genting

rumahnya dan dijatuhkan yang itu menandakan patahnya hati karena ditinggal oleh orang

yang selama hidupnya tinggal satu rumah bersama orang yang meniggal tersebut (mayat).

Dan setelah itu barulah mayat di antarkan ketempat peristirahatan terakhirnya

(kuburan). Dan setelah mayat sudah di kubur dan orang yang membantu sudah pulang, jika

orang yang meninggal mempunyai anak yang masih belum baligh maka anaknya tersebut

dimandikan di atas kuburan orang tuanya yang meninggal dengan menggunakan air kelapa

muda yang di belah tepat diatas kepala anak tersebut.

Setelah mayat di antarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya (kuburan) di dusun

Sumber Papa nada istilah memberi “Sartona” yang diberikan kepada orang yang menggali

kuburan pertama kali, orang yang mebaca talqin, dan yang mewudhu’i mayat tersebut. Isi

Page 55: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

42

dari sortana ini adalah sebuah talam di dalamnya ada 2 piring, piring yang satu di isi nasi

dan yang satunya di isi lauk, mangkok yang di isi kuah, cangkir yang di isi kopi, dan gelas

yang di isi air dan semua itu di berikan dengan wadahnya kepada ketiga orang yang telah

di sebut tadi.

Dan mulai malam pertama sampai malam ke tujuh tuan rumah ataupun orang yang

mendapat musibah mengaakan acara tahlian, dan setiap orang yang menyumbang tahlil mdi

beri sebungkus nasi sebagai tanda terima kasih atas sumbangan tahlil dan do’anya. Dan ada

perbedaan di malam yang ke-3 (lotelloh) dan juga pada malam yang ke-7 (topettoh) yang

biasanya hanya di beri sebungkus nasi ini di tambah semacam jajan-jajanan dan air.

Perbedaan ini di karenakan mengkiyas atau mengibaratkan seperti orang yang baru lahir

yang pada hai ke-3 dan ke-7 merupakan hari na’asnya dan di kuburannya juga mulai dari

malam pertama sampai malam ke-7 karena dikhawatirkan mayat akan di makan ‘Pogut’.

Setelah hari ke-7 pihak keluargadan tetangga terdekat setiap sehabis magrib

mengaji surat yasin dan mendo’akan mayat sampai hari ke 39 karena di yakini dengan

mengaji yasi bisa meringan kan beban terhadap mayat tersebut (siksa kubur). Dan pada hari

ke 40 pihak keluarga mengundang beberapa orang untuk bertahlil mengaji dan

mendoa’akan karena pada malam ke-40 mayat tersebut di ringankan dari siksa kubur dan

pertanyaan-pertanyaan malaikat dan juga bertujuan untuk mengingatkan orang-orang yang

diundang terhadap orang yang meninggal.

Dan di malam ke-100 keluarga kembali mengundang family dan tetangga untuk

mengaji, bertahlil dan mendo’akan mayat, hal ini dilakukan karena di ibaratkan kepada

bayi yang masih ada dalam kandungan, ketika bayinya berusia 100 hari ruh akan di berikan

kepada bayi yang masih ada dalam kandungan tersebut, adapun, bagi orang yang meninggal

maka hsri ke-100 ruhnya akan di cabut dan dengan hal ini di yakini bisa member

ketenangan terhadap ruh mayat tersebut. Kelurga kembali mengundang family dan tetangga

di 1 tahun pertama da tahun ke-2 untuk mmengaji, bertahlil dan mendo’akan mayat, hal ini

bertujuan untuk mengenang orang yang sudah meninggal. Dan di hari ke-1000 keluarga

mengundang famili dan tetangga lebih banyak untuk menahlili, mengaji dan mendo’akan

mayat tersebut. Namun ada yang berbeda dalam acara kali ini, tidak seperti acara 40, 100,

1 tahun dan 2 tahun . kali ini pihak keluarga harus menyediakan ‘Tettel” yang warnanya 3

(putih, hitam, dann kuning) dan juga menyediakan jajan-jajanan dalam hitungan ganjil

untuk di bagikan kepada para undangan.

Page 56: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

43

Jika orang yang meninggal laki-laki maka pihak keluarga harus menyadiakan

kopyah, baju koko, sarung, sandal, sajadah, kain kafan, bantal, dua bungkus nasi yang

dibungkus dengan daun pisang dan cowek yang diisi ikan laut keringdan juga “Lemas”

jajan-jajanan yang beraneka ragam dan warna. Adapun jika yang meninggal merempuan

maka pihak keluarga akan menyediakan kerudung, baju, samper, mukennah, sajadah, kain

kafan, bantal, cowek yang diisi ikan laut kering dan “Lemes” jajan-jajanan yang beraneka

ragam dan warna. Semua itu diberikan kepada pemimpin tahlil dan biasanya orang yang

memimpin tahlil akan membagikan kembali kepada para undangan lainnya. Adapun waktu

meletekkan kejingan mulai hari pertama sampai hari ke-tujuh, jika melewati hari ke-tujuh

pihak keluarga harus menunggu sampai hari ke-seribu untuk meletekkan kejingan

dikurannya.

Tradisi ritual setelah kematian tersebut sampai sekarang masih banyak dilakukan

masyarakat karena didorong oleh suatu sistem keyakinan dan kepercayaan yang kuat

terhadap sistem nilai dan adat istiadat yang sudah berjalan turun temurun, sehingga mereka

tidak berani melanggarnya. Bahkan seakan-akan tradisi tersebut tidak dipengaruhi oleh

adanya modernitas. Walaupun ada sebagian daerah yang sudah tidak berpegang pada tradisi

tersebut. Mereka tidak meninggalkannya, melainkan dengan mengganti ”isi” dari upacara

tersebut dengan ”wadah” yang sama, yaitu dengan tahlilan seperti yang sudah dikemukakan

di atas. Dari sisi lain sebagian masyarakat menganggap bahwa selamatan orang mati

tersebut merupakan bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Rosulullah bersabda:

”Hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara yang diada-adakan, maka sesungguhnya tiap-

tiap yang diada-adakan itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan

Tirmidzi).

Page 57: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

44

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, melalui beberapa

pemaparan di atas, yang dipraktikkan di desa Waiburak, maka penulis akan menyimpulkan

bahwa kepengurusan jenazah bisa di tinjau dari dua aspek yaitu sebagai berikut:

1. Hukum Adat

Prosesi kepengurusan jenazah yang dilakukan di desa Waiburak sudah

menjadi budaya yang tidakbisa di tinggal atau diubah lagi, karena merupakan

keyakinan dan warisan dari nenek moyang dan juga menjadi warisan kepada

generasi- generasi yang akan datang. Tradisi ini dianggap sakral dan tidak bisa

dihilangkan.

2. Hukum As-Sunnah (hadis)

Berdasarkan hadis Nabi, prosesi kepengurusan jenazah yang sudah

dipaparkan di atas, sangat bertentangan dengan hadis Nabi saw. Karena terlihat

sangat jelas bahwa tradisi yang dianut di desa Waiburak sangat membebani keluarga.

Dengan hal itu, Nabi menganjurkan meringankan beban bagi keluarga yang tinggal

dan dianjurkan para tetangga serta kerabat untuk turut bela sungkawa, baik secara materi

ataupun sejenis lainya, sehinggga dapat membantu bagi keluarga yang ditinggal.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik sunnah Nabi (hadis) ataupun al-

Qur’an memerintahkan agar dapat tolong-menolong atau meringankan beban dalam

kebaikan umat manusia, bukan justru malah menanggung beban bagi saudara kita yang

lainnya, karena hal itu bertentangan dengan ajaran sayari’at yang di bawah oleh Nabi saw.

B. Saran-saran

Praktik prosesi kepengurusan jenazah di desa Waiburak merupakan suatu hukum

yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis. Untuk itu masyarakat harusnya berhati-hati

dalam melaksanakan suatu tindakan yang melanggar syariat Islam. Karena Nabi sendiri

menganjurkan kepada umatnya untuk meringankan beban keluarga yang ditinggal, bukan

yang bersifat mistis atau kepercayaan nenek moyang, akan tetapi berdasarkan petunjuk al-

Qur’an dan hadis.

Page 58: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

45

Masyarakat hendaknya menyadari bahwa hukum adat adalah produk, manusia,

sedangkan hukum Allah adalah ketentuan yang berasal dari Allah, sehingga eksistensi

hukum adat tidak dijadikan sebagai pedoman dalam setiap penyelesaian semua

permasalahan

Page 59: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

46

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Sayyed Hawwas dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Jakarta: PT Kalola

Printing.

Ahmad al-Qadhi Syekh Abdurahman bin, Kehidupan Senelum dan Sesudah kematian, di

Terjemahkan dari buku Daqaiquk Akhbar, Jakarta: PT Mat’at Syaraf, 2014.

Al-Juzairi Abdurrahman, Fiqih Empat Mazhab, Jakarta: PT Darul Ulum, 1996.

Mufid Achmad A.R, Risalah Kematian: merawat jenazah, tahlil, Tasawuf, Ta’ziyah dan

Ziarah Kubur, Jogjakarta: Total Media, 2007.

Muhammad Khawaja Islam: mati itu Spektakuler, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004

Mardani Dr., Hadis Ahkam, Jakarta PT Garatindo Persaja, 2012

Mukram Muhammad Ibn al-Afrîqî al-Mîsrî, Lisan al-‘Arâb

Mukhtashor Shahih Muslim

Nashiruddin Muhammad Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka As-

sunnah, 2010

Nurhadi, Pembinaan Penyelenggaraan Jenazah, P3N KUA Ciputat.

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah 4 mazhab, Bandung: PT al-Ma’arif,1981.

Sadiliy Hasan, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoere, 1982

Sayyid Muhammad Ahmad al-Musayyar, buku pintar alam ghaib Jakarta: Zaman, 2009

Shihab M.Quraish, wawasan al-Qur’an: tafsir maudhu’i atas pelbagi persoalan umat,

Bandung: mizan, 1996.

Sulaiman H. Sulaiman Rasji, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994

Sumaji Muhammad Anis, 125 Masalah Thaharah,Solo, 2008.

Tim penyusun bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998

Warson Ahmad Munawwir, kamus al-Munawwir, Surabaya: pustaka progressif, 1997

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Serang. Waibura,k 25 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Abdullah Sengaji. Wawancara, 25 Juli 2016

Page 60: PROSESI PENGURUSAN JENAZAH ( STUDI KASUS DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46609/1/KURNIAWATI...PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR . FAKULTAS USHULUDDIN

47

Wawancara Pribadi dengan Kopo Rinto. Waiburak, 25 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Rahman Sengaji. Waiburak, 26 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan Yasin Rahman. Waiburak, 27 Juli 2016

Zaini M. Zuhdi. Mengungkap Rahasia Kematian, Telaah Hadis-hadis Kematian, Jakarta:

al- Bihar, 2013.

Abdat, Abdul Hakim bin Amir, Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut Empat

Madzhab dan Hukum Membaca Al-Qur’an Untuk Mayit Bersama Imam Syafi’iy. Penerbit

Tasjilat Al-Ikhlas, Cetakan Pertama 1422/2001M