program pasca sarjana universitas negeri medan me …digilib.unimed.ac.id/2647/4/015050003 daftar...
TRANSCRIPT
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA ORANG MELAYU ( STUDI KASUS Of KAMPUNG TERJUN DAN PEKAN LABUHAN)
Oleh:
DEWI YANI OCTAVIANI NIM. 015050003
Tesis Untuk memperoleh Gelar Magist,r Sains Program Studi Antropologi Sosial ·
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ME DAN 2008
TESIS
PERUBAHAN SOSIAL BUDAY A ORANG MELA YU
( STUDI KASUS DI KAMPUNG TERJUN DAN PEKAN LABUHAN)
Disusun dan diajukan oleh :
DEWI Y ANI OCTA VIANI NIM : 015050003
Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 18 Januari 2008 dan Dinyatakan Telah Memenuhi
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER SAINS Pada Program studi Antropologi Sosial
O:J. Prof. Dr. Bungaran A. Simanjuntak NIP. 130 344 786
Ketua Prodi Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan
Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S. NIP. 131 479 855
Menyetujui Tim Pembimbing
Meda.n, 22 Januari 2008
Pembimbing II
Universit
Prof. Dr. Belferik Manullang NIP. 130 518 778
' . !
.. .
PERSETUJUAN DEW AN PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER SAINS
NO. NAMA
1. Prof. Dr. Bungaran A. Simanjuntak NIP. 130 344 786· ( Ketua)
2. Prof. Dr. Usman Pelly. M.A.
3.
4.
5.
NIP. 130 215 071 ( Sekretaris )
Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis, M. A. NIP. 150 222 671 ( Anggota)
Prof. Dr. Ibnu Hajar Darnanik, M. Si. NIP. 131 622 742 ( Anggota)
Dr. Jongkers Tampubolon ( Anggota)
-- -~~' . ....
Octaviani Y. Dewi, Social Cultures Changing Malay Community : Case Study In Kampung Terjun and Pekan Labuhan Thesis, Scoot of Postgraduates, Social Antropology Program. State University ofMedan, 2007
ABSTRACT
This study is about malay Community in Kampung Tetjun and Pekan Labuhan areas in coru1ecting with the social cultural changing. The term of Malay Communities means the original people occupying the area since the Malay Kingdom age established in Deli Land. The objective of the study is to search the social culturral changing found on the region of study pertaitiing With art analyzing to the proCess occu.rrence the change, mainly about the Malay people traditional after entering ofthe new comer people.
The method adopted to this study is an analytical descriptive with qualitative approach through a limited participation observation and by interviewing referred to the total respondent of25 people around kampung Tetjun and 25 in pekan Labuhan.
The result of the study showed that the change found in Kampung Tetjun and Pekan Labuhan, noted a marginal moved to those original people that in this case Malay people. The change indicated an extinction of village and unit administration of Malay values such as own settlement~ traditional practices for never fully done, social relations is not familiar anymore either their friendship shall be not practiced bound wanuly, social there be running rather far even taken over by governmental system.
In addition, the result of this study even reconfirm the anthropology experts' opinion that available found a community mixing in an area may cause a cultural clash, if the original community can keep it maintained the clash shall be never influencing the origirtal cortrmtinity, btit the comer group even is going to associate them selves and even have brought already in practicing one of cultural aspects they consider may unit with the cultural they hold. Basically, Malay community in Karnpung Tetjun and Pekan Labuhan, although they got marginal and or moving them selves away noted they mostly keep and maintain their Malay cultures they hold as Malay principles with the own aphorism say "T AK MELA YU HILANG Dl BUM!" Malay shall never in this world. Even though in their daily activities has changed already refers to its context and funcion.
Dewi Yani Octaviani, Perubahan Sosial Budaya Orang Melayu : Studi kasus di Kampung Terjun dan Pekan Labuhan Tesis. Program Pascasarjarta Antropologi Sosial, Universitas Negeri Medan, 2007
ABSTRAK
Penelitian ini mengenai Orang Melayu di kampung Terjun dan Pek.an Labuhan yang dilihat dalam Jl"rubahan sosial budayanya. lstilab orang Melayu berarti penduduk asli yang mendiami wilayah tersebut sejak zaman kerajaan melayu berada di tanah Deli. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji perubahan sosial budaya yang terjadi diwilayah penelitian dengan menganalisis proses terjadinya perubahan, terutama tentang tradisi orang melayu setelah masuknya kaum pendatang.
Metode yang diguuakan dalam penelitian ini adalab deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif melalui observasi partisipasi terbatas dan wawancara yang berpedoman kepada jmlab responden 25 orang dari kampung teljun dan 25 dari Pekan Labuhan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan yang terjadi di kampung Terjun dan Pelabuhan Labuhan adanya peminggiran terhadap penduduk asli dalam hal ini orang melayu. Perubaban tersebut berupa punabnya kampung I lingkungan melayu seperti pemukiman, adat istiadat yang tidak lagi sepenuhnya dijalaukan, hubungan sosial yang tidak akrab atau tingkat kekerabatan sudah tidak didasarkan pada tali persaudaraan serta kontrol sosial yang renggang bahkan telah diambil alih oleh sistem pemerlntahan.
Disamping itu hasil penelitian ini juga menguatkan pendapat para ahli antropologi babwa adanya percampuran masyarakat di suatu tempat menimbulkan benturan budaya, apabila masyarakat asli dapat mempertahankannya maka benturan tersebut tidak. mempengaruhi masyarakat asli tersebut, melaiukan kaum pendatangla yang akan membaurkan diri babkan akan memasukan salab satu aspek budaya yang dianggap mampu menyatu dengan. btida)'a yang mereka imut. Demikian juga halnya orang melayu dikampung Teljun dan Pekan Labuhan ini, walau mereka terpinggirkan dan meminggirkan diri mereka tetap mampu mempertahankan budaya melayu yang mereka anut sebagai resam melayu seperti kata pepatabnya "T AK MELA YU HILANG Dl BUM!" Meski dalarn pelaksanaanya sudab berubah sesuai dengan konteks dan fungsinya.
ii
KATAPENGANTAR
Setelah melalui berbagai tahap yang panjang, alhamdulillah akhimya tesis ini
dapat selesai. Berbagai hambatan yang penulis hadapi dalam mengeijakan dan
menyelesaikan tesis ini mulai dari kesibukan dalam pekerjaan yang tak terhindarkan demi
kelangsungan hidup penulis dan anak-anak, sampai kepada hambatan dari dalam diri
penulis sendiri (tingkat kemalasan dan kejenuhan). Walaupun demikian kedua
pembimbing tetap bersabar untuk merobimbing dan mengingatkan agar penulis dapat
menyelesaikan tugas berat yang satu ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :
I. Bapak Prof. DR. Bungaran A. Simanjuntak sebagai Pembimbing I yang telah
banyak memberikan araban dan motivasi yang tak henti·hentinya disaat penulis
rnulai merasak.an jenuh dan putus asa.
2. Bapak Prof. DR. Usman Pelly, MA. Sebagai pembimbing II yang telah
menyarankan penulis untuk mengambil lokasi penelitian dengan kondisi aktivitas
kerja penulis yang sulit untuk mengadakan penelitian diluar kota Medan.
3. Bapak DR. Ikhwan Azhari, MS. selaku Ketua Prodi Antropologi Sosial pada
Universitas Negeri medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Drs. Onggal Sihite, M.Si selaku Sekretaris Jurusan pada Prodi Antropologi
Sosial yang telah membantu penulis dalam melengkapi persyaratan administrasi.
5. Seluruh dosen dan ciyitas akademi Prodi Antropologi Sosial Universitas Negeri
Medan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.
iii
6. Bapak Carnal dan Bapak Lurah Pekan Labuhan dan Kampung TeJjun serta staf
yang Ielah memberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data pada
waktu penelitian.
7. Bapak dan Ibu Iufonnan yang Ielah memberikan data dan iuformasinya kepada
penulis.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang tercinta
yahanda Drs. H. Sanusi Hasibuan dan Ibunda Dra. Hj. Syamsidar Salim (aim). Buat
ak-anak tersayang Sannya dan Septhia yang telah memberikan kesempatan kepada
nulis untuk melanjutkan studi, berkat kesabaran kalian berdua mama mampu
enyelesaikan tesis ini.
Khusus buat seorang yang terkasih dalam hidupku, walau kita hidup bersama
masih dalam hitungan bulan, namun telah mampu merubah pola pikir penuiis terhadap
semua keterpurukan yang penulis hadapi sebelumnya. Cinta dan kasih serta kesabaranmu
yang tulus membuat penulis bangkit untuk melanjutkan dan menyelesaikan tesis ini.
Segala hormat dan cinta kasih sayang untukmu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan rnasukan dari sernua pihak demi kesempumaan tulisan ini.
Akhir kata kepada mereka yang narnanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan berdiskusi I memberikan kemudahan -kemudahan kepada penulis
pada waktu penelitian. penulis mengucapkan terirna kasih yang tiada terhingga. Semoga
tulisan ini dapat bermaufaat bagi pembaca umunmya dan pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya.
Medan , Januari 2007 Dewi Y ani Octaviani
iv
Hal ABSTRACT....................................................................................... i ABSTRAK ......... .................. ................... .......................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................... iii DAFT AR lSI . .. ... ... . .. . .. . .. . . . . . .. . . .. . • . . ... ... • . . • .. . .. . .. ... . .. . . . . . . . .. . .. . . .. .. . . . . .. . ... v :BAB I PENDAHULUAN , ...•......... , .......... ···········•••••••••••••••••·•••••········ 1 A. Latar Belakang Masalah .. .. .. .. . .. . .. . . . . . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . I B. Identifikasi . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . .. 4 C. Batasan Masalah . .. .. . .. .. .. . .. .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. . .. . .. .. . 4 D. Perumusan Masalah .............................. ~-.. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .... 5 E. Ttiji..ian Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 F. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 7 G. Metode Penelitian .. .. .... .. .. .. .. .. .. .... .... .. .... .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .... ... 7 H. Kerangka Teori ................................................................................ 11 I. Kerangaka Berpikir .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. .. .. . .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. . .. .. 24
BAB II ORANG MELAYU KP. TERJUN DAN I'EKAN LAIIUHAN ............. 27
A. Letak dan Kondisi Geografis ........................................................... ~.... 27 I. Kelurahan Terjun ..................................................................... 27 2. Pekan Labuhan .... , .............................................. , .................... 28 3. Penduduk dan Pola Hunian .......................................................... 28
B. Latar Sosial dan Btidaya ...................................................................... 35 l. Sejarah Kelurahan TeJjWl ............................................................ 35 2. Sejarah Pekan Labuhan .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 38
C. Mata Pencaharian .............................................................................. 41 D. Kemasyarakatan ............................................................................... 43 E. Agarna dan Pengetahuan .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. .. . 44
BAB III ORANG MELAYU DALAM PERUBABAN SOSIAL BUDAY A ........ 47
A. Pengertian Orang Melayu .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. ... 4 7 B. Garnbaran Orang Melayu ..................................................................... 49 C. Orang Melayu dalarn Perubahan Sosial Buday a .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 52 D. Faktor Penyebab Perubahan .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. . .. .... .. . .. .... .. .. .. .. .... ..... 53 E. Kehidupan Orang Melayu DikarnpWlg TeijWl dan Pekan Labuhan .. .... .. .. .... .. ... 58
v
'
BAB IV PERU BAHAN SOSIAL BUDA YA KAMPUNG TERJUN DAN PEKAN LABUHAN •••••.••...•.••.••..•......•.••..•..••.•••...•..•••••.•...•••••••...•.••.•• 67
A. Perubahan- perubahan Sosial Budaya . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 68 I. Pemukimart . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68 2. Tradisi . . . .. . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . 72 3. Hubungan Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . . . . . . . .. 77
• B. Aspek-Aspek Penibahan ..................................................................... 84
AB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN •••....•..•.•••••..•...•••.••.••. 86
. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86 . Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89 . Saran........................................................................................... 89
AIT AR PUST AKA ••• •• .•...•. ... . •• . . • . . .. . . . . •• . • . . •. . . . . . .. . ••• •• . •. . ... ••• ••• •.• ••. ... ••• 92 AMPIR.t\N .... , .. . ... .. . .. ... . ... .. . . .. . .. . ... ... ... ... . .. ........ .. . . .. .. . ... ... ... ... ... .. . ... 96
vi
l
A. Latar Belakang Masalab
BABI
PENDAHULUAN
"Sudah gaharu cendana pula, sudah Melayu merana pula," demikian tulis
Hoesniz.ar Hood dalam buku Mahmud Berubah Aka/ (Kompas, 14 Januari 2006). Pantun
kilat khas Melayu yang dipelesetkan itu tampaknya ditujukan kepada orang Melayu
yang dinilainya malu-malu menunjukkan jatidiri Mclayunya. Scperti diketahui setiap
bangsa yang ada didunia ini memiliki suatu ciri sosial budaya yang khas.
Ciri khas tersebut dapat digunakan sebagai suatu cara untuk: membedakan
ehidupan antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat yang lain sebagai jati
irinya Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi ciri khas itu adalah tingkat perubahan.
da dua komponen yang tidak terlepas dari sasaran perubahan yaitu masyarakat dan
ebudayaan, dua hal ini merupakan suatu sifat yang dinamis.
Orang MelayP adalab masyarakat yang mempunyai kebudayaan (kebudayaan
elayu). Kebudayaan Melayu tersebut sebagai identitas atau jati diri orang Melayu
lam kehidupan sehari-harinya. Etnis Melayu atau orang Melayu yang ada di tanab air
i didefinisikan sejak peng-islaman pada abad ke-15. Mereka berdomisili di beberapa
"layah Indonesia yaitu di Pesisir Timur Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Kalimantan
t, mereka beragama Islam, kesehariannya memakai babasa Melayu dan berpedoman
ada adat istiadat Melayu, sehingga orang Melayu di wilayah tersebut di atas memiliki
b daya daerah yang sama persis. Namoo karena adanya kehidupan sosial yang saling
1
beragam secara tidak langsung mempengaruhi corak khas dari masing-masing daerah
terse but.
Masuknya modemisasi ke Indonesia dalam bentuk pembangunan di sana sini
salah satunya adalah lndustrialisasi, secara langsung menghantam tatanan kelembagaan
masyarakat yang mengakibatkan terjadinya gegar budaya. Gcgar budaya ini melepaskan
pendukungnya kepada kehidupan baru yang sulit untuk dipertahankan, sehingga
masyarakat terlempar dari sumber-sumber pendapatan ekonomi dan sosialnya.
Sumatera Utara khususnya kota Medan tidak luput dari sasaran pembangunan
dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Berbagai pembangunan
dilaksanakan mulai dari sarana gedung perkantoran yang menjulang tinggi sampai pada
sarana-sarana umum seperti pusat-pusat perbelanjaan modem. Semua ini menunjuk.an
betapa pesatnya pembangunan yang dilakukan oleh pemcrintah. Alhasil lokasi-lokasi
pemukiman yang telah ada sejak zaman dahulu berubah menjadi sarana-sarana umum
terse but atau gedung-gedung mewah dan ruko-ruko bagi kaum etnis Cina.
Kampung Terjun dan pekan Labuhan sebagai bagian dari wilayah pinggiran kota
Medan, juga terlokalisasi sebagai sasaran pembangunan yang di khusus untuk kawasan
industri dan pengembangan perumahan mewah bagi rnasyarakat pendatang yang
menginginkan udara sejuk serta jauh dari keramaian hituk pikuk kota Alasannya kota ini
menjadi kawasan lndustri dan Pengembangan pemukiman karena di Pekan Labuhan
terdapat Pelabuhan Laut Belawan cukup strategis untuk pelaku perdagangan, sedangkan
Kampung Terjun merupakan areal daratan yang cukup luas dan dapat dijangkau dari
rbagai sudut wilayah lain. Akibatnya penduduk asli yaitu orang Melayu tercerabut
2
: !IIIL II( f'IEqPIJSl Al\"'"i•t j U 1\W\f 1E I) '
dati wilayah ini, padahal mereka telah menetap secara turun temurun jauh sebelum
Belanda datang ke Indonesia.
Kampung-kampung Melayu yang terdapat dikedua wilayah penelitian ini,
dahulu (thnl970-I980an) merupakan kebanggaan kota Medan sebagai eagar budaya
Melayu, kini lenyap dan berganti dengan kawasan indutri kota Medan (KIM), ruko-ruko
dan Real Estate yang tidak dapat dijangkau oleh masyarakat setempat (orang Melayu
sebagai penduduk asli).
Secara historis kedudukan sosial orang Melayu di Sumatera Timur khususnya
ota Medan dan sekitamya, pada zaman penjajaban Belanda berada pada lapisan alas
an tetapi setelah terjadinya revo1usi sosial pada tahun 1946 mereka tidak lagi mampu
empertahankan kedudukan sosialnya sebagai . masyarakat kelas atas yang memiliki
ngaruh luas. Pada masa itu banyak kaum bangsawan Melayu dibunuh dan salah
Penyair Amir Hamzah yang merupakan keturunan Sultan Langkat.
embtmuhan tersebut akibat rasa tidak senangnya sebahagian masyarakat melihat
ehidupan kaum bangsawan Melayu yang selalu bermewab-mewah dati hasil
rkebunan.
Bertolak dari fenomena-fenomena di atas yang menjadi latar belakang penelitian
· adalah pertama, orang melayu sejak dahulu kala Ielah mempunyal unsur sejarah
ejayaan tersendiri sebagai kelompok etnis asli di daerah ini disamping etnis Karo dan
imalungun. Selain dari pada itu dalarn sejarah perkembangan Sumatera Utara pada
perkebunan di Surnatera Timur, orang Melayu merupakan golongan penguasa dan
angsawan. Kedua, diduga Ielah teijadi perubahan sosial budaya terhadap orang Melayu
3
M!UK PERPU~i! llri' •. setelah masuknya para pendatang akibat ifua'O' r\11~_::~g dilakukan
pemerintah melalui industrialisasi dan areal pemukiman yang mewah bagi penduduk
kotaMedan.
• ~· ldentifikasi Masalab
' Berdasarkim uraian Jatar belakang masalah yang Ielah dikemukakan diatas, maka
~itemukan berbagai permasalahan dalam penelitian yaitu :
I I. Perubahan sosial Bodaya Orang Melayu akibat masuknya kaum pendatang I etnis
lain.
2. Faktor Internal dan Eksternal mempengarubi tersingkimya orang Melayu di
Kampung Terjun dan Pekan Labuhan.
3. Karupung Terjun dan Pekan Labuhan salah satu wilayah pinggiran kota Medan
yang sangat strategis dalam perekonomian dengan adanya Pelabuhan Laut
Belawan.
4. Pembangunan pada bdua wilayah tersebut, menghantam tatanan kelembagaan
Masyarakat setempat
5. Orang Melayu di Kampung Teijun dan Pekao Labuhao tetap mempertabaukan
tradisi, walau t.:rpinggirkan.
. Batasan Masalab
Dalam Penelitiao ini masalah yang akao diteliti dibatasi pada aspek :
1. perubahan Orang melayu setelah masuknya Pembaogunan di Karnpung Teijun
dan Pekan Labuhan dari periode 1994 sld 2005.
4
2. Pengaruh faktor Internal dan Ekstemal terhadap Perubahan Orang Melayu.
3. Wujud Perubahan yang teljaJi terhadap Orang Melayu di Kampung Teljun dan
Pekan Labuhan.
D. Perumusan Masalah
Orang Melayn sebagai penduduk asli tersisihkan akibat adanya gempuran
mbangunan tersebut. Suka tidak suka mereka hams melepaskan laban penghidupan nya
a mempertahankan hidup. Lahan-lahan tempat tinggal dan tempat bercocok tanam
ereka lepas kepada kaum pendatang dengan harapan dapat rnembuka areal barn baik
asih dalam lokasi yang sama maupun diluar wilayah. Sejalan dengan itu terjadi
rubahan kedudukan sosial atau status sosial mereka di kedua wilayah.
Perubahan yang teljadi pada orang Melayu di Kampung Teljun dan Pekan
buhan adalah musnahnya rumah-rumah panggung berbanjar rapi yang merupakan ciri
as mereka sebagai orang Melayu dan berganti dengan kawasan industri serta
rumahan elite dengan sekat-sekat tembok menjulang tinp..gi. Maka ini merupakan hal
ang menarik bagi peneliti mengapa ketika kesemua ornamen Melayu musnah pada
'layah terse but, orang Melayu sendiri tetap mampu mempertahankan budayanya walau
t dak lagi dengan bentuk simbol rumah~rumah sebagai tempat tinggal mereka. Bahkan
b Ia ada seremonial atau upacara-upacara penyambutan, tradisi orang Melayu yang
d tonjolkan oleh pemerintahan setempat.
Agar Iebih dapat mengetahui proses perubahan yang berlangsung dalam
k hidupan mereka, peneliti mengambil proses perubahan dari periode antara tahun 1994
5
sampai dengan tahun 2005. Pacta periode ini kedua wilayah ini menjadi suatu daerah
pemukiman yang padat dengan kehidupan masyarakat yang kompleks serta heterogenitas
masyarakat yang bertempat tinggal. Bertitik tolak dari uraian di alas maka berikut ini
dibuat rumusan masalah penelitian yaitu:
I. bagaimana proses te.:jadinya perubahan sosjal budaya diwila:yah Kampung Tetjun
dan Pekan Labuban.
2. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya sehingga orang Melayu tersisihkan
atau menyisihkan diri keluar dari lokasi yang sudah turun temurun ditempati.
Disamping itu setelab adanya perubaban pacta pola pemukiman apakab juga
enimbulkan perubahan pada tradisi masyarakat setempat sebagai penduduk asli dalarn
ehidupan sehari-hari maupun pelaksanaan tradisi ?
-. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui secara mendalam bagaimana sebenamya perubahan sosial
udaya orang Melayu itu, maka ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian
hingga dapat menjadi prioritas utama untuk mengkaji dan mendeskripsikannya yaitu :
Perubahan sosial budaya yang terjadi di Kampung Terjun dan Pekan Labuhan
terhadap orang Melayu sebagai penduduk asli
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan
Pengaruh-pengaruh perubahan budaya dari kclompok non etnis Melayu setelah masuk
kewilayab Kampung TeJjun dan Pekan Labuban terhadap tradisi Melayu serta
aplikasinya pada pola hubungan sosial.
6
F. Manf.aat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis untuk:
I. Menambah perbendaharaan kajian ilmiah tentang kelompek etnik Melayu
2. Memberikan gambaran tentang proses pcrubahan tradisi kelompok etnik Melayu
sebagai proses adaptasi dalam perubahan sosial di Kota Medan.
• 3. Menjadi masukan bagi pemerintab daerah untuk pembuatan keputusan dalam
penataan masyarakat multietnik di Sumatera Utara.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
ndekatan multidisiplin chm penelitian lapangan. Penetitian ini ·merupakan kajian
rhadap Perubahan Sosial Budaya orang Melayu di kampung Terjun dan Pekan
uhao. Fokus penelitian adalah perubahan orientasi makna yang menyangkut tradisi
ada proses pelaksana..mnya sekarang.
1. Lokasi Penelithm
Wilayah penelitian dilakukan di Kampung Terjun Kecamatan Medan Mareian
Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Kedua daerah ini dipilih dengan
umsi bahwa di masing~masing wilayah tersebut penduduk aslinya etnis Melayu dan
asih mempunyai sirnbol-simbol etnis Melayu peninggalan kerajaan lama Sultan Deli,
sekarang telah mengalami pergeseran baik penduduknya maupun budaya.
P pulasinya adalah keseluruhan penduduk asli ( Melayu) yang terdapat di kedua
layab tersebut (25 kepala keluarga perwilayah)
7
..
2. Teknik Pengumpulan Data l!IILIK ~. P .. U!lT Alit.'." u l\1 • !\11 f: ~l -·---~,-· -
Menurut Endraswara (2003:240) bahwa pengumpulan data dalam penelitian
deskriptif dapat memakai strategi teknik pengamatan terlibat dan wawancara mendalam.
Untuk memperoleh data dan infonnasi tentunya.peneliti memakai teknik pengumpulan
data berupa :
a. Studi Dokumen, peneliti mencari bacaan-bacaan yang berkaitan dengan etnik
Melayu serta buku-buku tentang perubahan sosial suatu etnik dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan masyarakat Melayu masa lalu dan masa
sekarang di kedua wilayah tersebut. Inilah yang dinamakan studi dokumen
dan merupakan bagian awal dari kegiatan penelitian yang ditujukan untuk
mengumpulKan, memilah, dan membaca serta menganalisis data dan
informas dari sumber tertulis yang berkaitan dengan orang Melayu serta
perubahan sosial yang dialaminya.
b. Survei merupakan pendekatan awal dari studi berikutnya yang akan
memberikan gambaran secara umum tentang perubahan di kedua wilayah
tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan memilil1 pihak-pihak tertentu seperti
tokoh-tokon masyarakat dan pewaris penduduk asli pada masa lalu yang
dianggap marnpu mengaktualisasikan simbol-silnbol identitas etnis Melayu di
Kampung Teljun dan Pekan Labulum.
c. Observasi Penelitian ini adalah penelitian deskriptifkualitatif dengan
memanfaatkan penelitian lapangan. Peneliti ke lapangan (Kampung Te~un
dan Pekan Labuhan) berinteraksi dengan masyarakat di sana untuk melihat
secara nyata orang Melayu yang telah tersisihkan serta adanya perubahan pada
8
r
I 411( PERPUST Alll.\1.1~' f Ul\14MElv
simbol-simbol etnis yang merupakan kebanggaan pada masa diiliiilil(rumab-
rumah pang&'llilg yang beromamen Melayu dan tersusun rapi pada setiap lorong
kampung) dan trad:isi yang dipakai saat sekarang, serta hubungan sosial yang
dilaksanakan oleh kaum pendatang dengan masyarakat Melayu yang masih
tinggal di kedua wilayab tersebut. Hal ini dapat diarnati pada saat pertemuan-
pertemuan infonnal atau pada penyelenggaraan proses tahap pencapaian dalam
lingkaran kehidupan (perkawinan, kelabiran, dan kematian).
d. Wawancara Kegiatan tanya-jawab yang dilakukan bersifat tidak berstru.k:tur,
artinya wawancara bebas yang bisa dilak:ukan ketika bertemu seorang informan
atau masyarakat etnis Melayu itu sendiri dalam berbagai kesempatan seperti
pada saat terlaksananya perhelatan oleh masyarakat setempat. Dengan kata lain
wawancara dilakukan tanpa memaksa lnforman atau orang Melayu di kedua
keluraban itu untuk mel\iawab pertanyaan yang diajukan agar didapat data yang
lebih memmjang tercapainya penelitian ini. Adapun substansi tanya- jawabnya
berupa proses tetjadinya perubahan orang Melayu dengan lenyapnya segala
identitas yang ada di kedua wilayab (Kampung Tetjun dan Pekan Labuhan).
Selain itu wawancara tidak hanya pada etnis Melayu yang ada di kedua wilayah
tersebut, tetapijuga kepada etnis pendatang yang telab menetap lama di kedua
keluraban tersebut. lni artinya agar dioapat data yang berkaitan dengan
hubungan sosial serta komunikasi yang tetjalin.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik annlisis isi yakni data kualitatif yang
rkumpul melalui studi pustak~ survei, observasi, dan wawancara Iangsung
9
. .
iklasifikasikan. Data-data tersebut dipilih dan diselidiki kemudian diolah dan dianalisis
engan metode deskriptif analisis. Dalam analisis data dipergunakan teknik triangulasi
aitu memeriksa keabsahan data dengan menggun&kan hal lain di luar data tersebut
ebagai pembanding. Teknik triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan sumber .
enurut Patton (1987:331), triangulasi dengan su,uber berarti membandingkan dan
engecek kembali derajat kepercayaan suatu infonnaSi yang diperoleh melalui waktu
an alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu ada beberapa cara yang
igunakan:
a. Membandingkan data basil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
4. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini membahas tentang pcrubahan sosial budaya Orang Melayu di
ampung Terjun dan Pekan Labuhan. Untuk itu pcrlu adanya pokok-pokok pertanyaan
alam penjabaran penelitian ini yaitu :
a. Bagaimana proses perubahan sosial budaya orang Melayu di wilayah
kampungTerjun dan Pekan Labuhan
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan sehingga mengakibatkan
orang melayu tersisihkan atau menyisihkan diri di kedua wilayah (Tetjun dan
Pekan Labuhan)
c. Adanya pergeseran pemukiman pada orang Melayu di wilayah Teijun dan
Pekan Labuhan, apakah menimbulkan perubahan juga pada tradisinya.
d. Bagaimana pengaruh pelaksanaan tradisi setelah masuknya kaum pendatang
non kelompok etnis Melayu di wilayah Terjun dan Pekan Labuhan.
10
Kerangka Teori
Masyarakat Melayu
Menurut Tengku Lah Husny, Melayu· adalah sekolompok orang-orang yang
empersatukan diri melalui perkawinan antar etnik dan menjalankan adat resam Melayu
berbahasa Me1ayu (1975:55). Detinisi 1m menunjukan adanya proses
meski sesunggubnya kebanyakan anggota ke1ompok etnis Me1ayu
lab yang berdarah campuran seperti yang disebut Sinar; etnis secara kultural.
Pelly ( 1998:60), Me1ayunisasi mu1ai berlangsung saat perkebunan menyediakan
an bekas perkebunan tembakau untuk digarap yang disebut tanah ja1uran. Penggarap
ang berhak menanami tanah jaluran adalah orang Melayu karena tanah perkebunan
ianggap sebagai tanah ulayat Melayu, sehingga orang Karo dan Simalungun di-Melayu-
an hila hendak memproleh bagian di tanah ter~ebut. Mereka kemudian dikenal dengan
ebutan Melayu Dusun.
1sti1ah Melayu menurut Adenansyah (1989:12) bcrasa1 dari perkataan mc1icu ~
e-liau = me-li-au = me-liea-u yang menjadi melayu; artinya bebas, agung, dan
ebanggaan. Orang Melayu sangat patuh pada tradisi dan sangat religius, sehingga ada
epatah mengatakan Tak Me/ayu HUang di Bumi. Sampai kini spirit Melayu ini masih
enjadi suatu slogan yang melekat di hati komunitas masyarakat Melayu. Daeng
2000: 180) menyatakan tradisi adalah sesuatu yang te1ah hidup dalarn masyarakat karena
i dalamnya terdapat nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman bertindak bagi masyarakat.
Definisi etnik menurut Barth kelompok etnis sebagai suatu populasi, secara
iologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang
ama dan sadar akrn rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya yang sama,
11
membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, menentuk:an ciri kelompoknya
sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi
lain.
Orang Melayu yang dimaksud dalam penelitian ini ada1ah kumpulan individu-
individu yang merupakan penduduk asli di wilayah Karnpung Terjun dan Pekan
Labuhan mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan
dalam suatu bentuk budaya Melayu dengan rnematuhi tradisi yang terkandung dalam 0
budaya itu sendiri. Suku atau etnis Melayu menyadari pentingnya menciptakan identitas
dalam mempertahankan tradisi adat, seperti yang dikemukakan Kadir (1996:2) hanya
melalui tradisi adat itu pulalah dapat dimunculkan lam bang identitas sebagai bekal untuk
diwariskan kepada generasi berikutnya.
Tersisihkan masyarakat Melayu di Kampung Teljun dan Pekan Labuhan
diyakini sejalan dari pembukaan perkebunan tembakau Deli (1863) dan historiografi
Indonesia merekam hal itu. Jacobus Nienhuys, perintis perkebunan tembakau Deli
akhimya memilih mendatangk:an kuli Cina dari Semenanjung untuk mengurus kebun
tembakaunya keti~bang mengupah orang asli (Melayu). Orang Melayu dipekerjakan
hanya untuk yang tidak pcnting dan mereka mau melakukan akibat gencarnya monetisasi.
AP Royce seperti yang dikutip Pelly (1998;15) menyebutkan kekuatan populasi
tuan rumah biasanya diperoleh dari kombinasi somber daya material dan ideologis, di
samping memiliki suatu komponen historis. Sumber-sumber daya material kesultanan
Melayu di Sumatera Timur sebelum kemerdekaan berasal dari perlcebunan dan
pemerintah Kolonial dan surnber ideologisnya diperoleh dari budaya Melayu (Islam),
Namun ironisnya etnis Melayu tidak memiliki kekuatan sosiodemografi Gumlah dan
12
popu!asi mayoritas) yang diperlukan untuk bisa menjadi popu!asi tuan rumab yang
dominan. O!eh sebab itu, hingga saat ini Me!ayu sebagai kelompok tuan rumab tidak
pemab menjadi identitas kota yang berkembang babkan lebih dekat dengan identitas
kelompok etnis pendatang,
Sepanjang penelusuran, belum ada penelitian dan publikasi mengenai kehidupan
orang asli (Melayu) yang menjadi minoritas di kampWig halamannya sendiri, namun
begitu ada beberapa peneliti yang mendokementasikan dan mensosialisasikan adat
istiadat kehidupan orang Melayu. Salab satunya adalab Tengku Lab Husny dalam
bukunya Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Melayu Pesisir Deli Sumatra Timur
1612-1950 ( 1975). Buku tersebut menjelaskan bagaimana kebudayaan dan tradisi-urang
Meiayu berkembang dan beradaptasi dengan perubahan .zarnan. yang menjadi rujukan
pertama dalam pelaksanaan penelitian ini untuk memahami tradisi masyarakat Melayu
khususnya di Sumatera Timur.
Tengku Luckman Sinar dala."l buku Sedjarah Medan Tempo Doe1oe (2001) buku
yang menguraikan kronologis perkembangan wilayah dan kekuasaan Melayu di
Sumatera Timur dari zarnan purba. masa awal Kesultanan Deli, dan tumbuhnya Melayu
selama kapitalisasi dan kolonialisasi Belanda sampai berakhimya pendudukan Jepang.
Dari buku ini penulis mendapat masukan adanya kampung-kampung Melayu di wilayah
kota Medan (Deli tempo dulu). Masih bukunya Tengku Luckman Sinar narnun dari judul
yang berbeda yaitu, Jati Diri Me/ayu (1994), "i mana pemangku adat Serdang
membentangkan identitas orang Melayu dan menegaskan Melayu adalab etnis secara
kultural. Dari buku ini penulis mengetahui ragam orang Melayu dan etnis pendatang
13
yang mengaku Mclayu dan Melayu tidak selalu memiliki hubungan darah atau keturunan
dengan orang Melayu lainnya.
Hamidi dalam bukunya Membaca Kehidupan Orang Me/ayu (1986) yang memuat
tradisi lisan dan kearifan lokal orang Melayu dalam pengelolaan hutan. Meskipun_dalam
buku ini Melayu Riau yang lebih ditonjolkan, namun bagi penulis buku ini mernberi
inspirasi untuk lebih jelas dan mengerti tentang identitas Melayu yang sesungguhnya di
mana pun berada tanpa terikat batasan geografis.
Meski tidak membahas Melayu secara khusus, studi Usman Pelly Urbanisasi dan
Adaptasi, Peranan misi Budaya dan Minangkabau dan Mandailing (1998). Dari buku ini
penulis mengetahui adanya migrasi perantau dari Minangkabau dan Mandailing ke Tanah
Deli pada paruh pertama awal abad ke-20 yang mempakan akibat dari berkembangnya
kota Medan. Migrasi dua kelompok ini tidak semata-mata untuk. memenuhi kebutuhan
pekeija melainkan juga mengemban misi budaya dari semua perantau. Dalam aktualisasi
misi budaya inilah muncul persinggungan yang melihatkan kelompok etnis asli di daerah
rantau. Bagi penulis buku ini menjadi rujukan yang dipakai untuk menerangkan
mengemhangkan analisis perubahan budaya dengan masuk.nya pendatang ke Kampung
Terjun dan Pekan Labuhan .
Semua buku dan basil penelitian di atas merupakan masukan yang sangat
berharga dalam membahas lebih mendalarn orang Melayu dalam perubahan sosial di
Karnpung Terjun dan Pekan Labuhan.
2. Perubaban Sosial Budaya
Berbicara tentang perubalum akan terbayang sesuatu yang teJjadi, setelah jangka
waktu tertentu dan berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum
14
. ;
I .:>-:... ~:!>\F!_:;s; A"ll.lltlf f
tJI'\iiMt:r
dan sesudah jangka waktu tertentu. Ada tiga gagasan dari konsep dasar perubahan yaitu
perbedaan, waktu dan diantara keadaan sistem sosial yang sama. Dengan kata lain
perubaban adalab sesustu yang normal berjalan seiring adanya keingintabuan manusia
baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial.
Perubaban pada tingkat sosial disebut dengan perubaban sosial yang tak terulang
dari sistem sosial sebagai suatu kesatuan. Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan apakah dari aspek, fragmen atau
dimensi sistem sosialnya. Hal ini disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak sederhana
dan tidak banya berdimensi tunggal akan tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan
basil keadaan berbagi komponen seperti berikut :
1. Unsur-unsur pokok (misalnya jumlah ikatan sosial dan jenis individu serta
tindakan mereka).
2. Hubungan antar unsur (misalnya ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan,
hubungan antar individu dan intagrasi).
3. Berfungsi untus-unsur di dalam sistem (misalnya peran pekerjaan yang dimainkan
oleh individu atau diperlukan tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban
sosial).
4. Pemeliharaan batas (misalnya kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk
anggota sistem, syarat penerimaan individu dalarn kelompok, prinsip rekrutmen
dalarn organisasi) .
5. Subsitem (misalnyajurnlabdanjenis seksi, segmen atau divisi kbusus yang dapat
dibedakan)
6. Lingkungan (misalnya keadaan alarn atau lokasi geopolitik)
15
..
JlWillK PEt!PI~~ .... •·· Sehingga hila terciptanya keseimbangan atau kegl_nc:UU.J\1,~ atau pertikaian, ·-·--._'"_____ '
hannoni atau perselisihan, keija sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau
· is dan sebagainya itu berasal dari sifat saling mempengarubi dari keseluruban ciri-ciri
istern yang kompleks itu. Bila dipisah-pisah menjadi komponen dan dimensi utamanya,
istem secara tidak langsung menyatakan kemWlgkinan perubahan seperti berikut :
1. Perubaban komposisi (misalnya migrasi dari satu kelompok ke kelompok
lain,menjadi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlab penduduk
karena kelaparan, demobilisasi gerakan sosial dan bubamya suatu kelompok)
2. Perubaban struktur (misalnya terciptanya ketimpangan, keljasama atau hubungan
kompetitil)
3. perubahan fungsi (misalnya spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya
peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang di-indoktrinasikan oleh sekolab
atau universitas)
4. Perubaban batas (misalnya penggabungan beberapa kelompok atau satu kelompok
oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan
demokratisasi keanggotaan dan penaklukan)
5. Perubahan hubungan antar subsistem (misalnya penguasaan ezim politik atas
organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat
oleh pemerintab totaliter)
6. Perubaban lingkugiln. (misalnya kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya
wabah atau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar intemasional).
akalanya perubaban banya teljadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya tanpa
enimbulkan ak.ibat t...;rhadap unsur lain dari sistem.
16
Kebudayaan mengalami proses perubaban sejalan dengan tuntutan situasi yang
dihadapi masyarakat pendukungnya. Cepat atau lambat kebudayaan akan mengalami
perubaban. Ada beberapa penyebab timbulnya perubaban kebudayaan yaitu :
a. Perubaban lingkungan yang diikuti oleh perubaban adaptif dalam kebudayaan.
b. v atiasi perorangan dalam memabami karakteristik kebudayaan yang
dimilikinya sehingga menimbulkan perubahan cara masyarakat menafsirkan
nilai dan norma budayanya.
c. Adanya kontak dengan kelompok lain sehingga mengakibatkan masuknya
gagasan dan cara·-cara baru untuk melakukan sesuatu yang lalu menimbulkan
perubaban perilaku tradisional .
Perubahan-perubahan sosial merupakan variasi dan cara hidup baik karena
perubaban kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, dan ideologi
maupun karena adanya difusi dalam masyarakat.
Wilbert Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari
struktur sosial, berbagai ekspresi mengenai struktur seperti nilai-nilai, norma-norma dan
fenomena kultural serta sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial,
pola sosial dan bentuk-bentuk sosial yang mapan dan juga standar perilaku. Aspek-aspek
proses sosial didasarkan atas empat ktiteria utarna yaitu bentuk poses sosial di kalangan
anggota masyarakat bersanl!kutan, kekuatan yang menggerakan proses itu dan tingkat
realitas sosial di tempat proses sosial itu. tetjadi sertajangka waktu berlangsungnya proses
sosial itu.
Proses sosial terjadi ditiga tingkat realitas sosial, makro, mezo dan mikro. Secara
berurutan proses itu disebut proses makro, proses mezo dan proses mikro. Proses makro
17
"!!UK I'EP.PUST ~ 'lt:Ar. Uf\jiMED ·., _______ _
Ijadi ditingkat paling luas yakni ditingkat masyaraknt global, bangsa, kawasan dan
elompok etnik dan rentang waktunya terpanjang. Proses mezo mencakup kelompok
sar, komunitas, asosiasi, partai politik, angkatan bersenjata dan birokrasi. Proses milao
eijadi dalam kehidupan sehari-hari individu, dalam kelompok kecil seperti keluarga,
kolab, lingkungan tempat keija dan pertemanan.
Pada Masyarakat Melayu di K.ampung Teijun dan Pekan Labuhan transfonnasi
udaya terjadi sejalan dengan masuknya etnik pendatang (non-Melayu) yang membeli
ah penduduk asli (Melayu) dengan membangun kawasan industri dan perumahan
ewah serta-merta menetap sebagai masyarakat baru di wilayah tersebut yang
erpengaruh terhadap tradisi yang ada selama ini. Mereka juga berubah dalam suatu
roses adaptasi.
Dalam kamus sosiologi Antropologi (2001;10) adaptasi diartikan sebagai
nyesuaian terhadap lingkungan, peketjaan, dan sebagainya. Adaptasi kebudayaan yaitu
erubahan dalam unsur-tulSur kebudayaan yang menyebabkan unsur-unsur itu dapat
erfungsi lebih baik lagi bagi manusia yang mendukungnya. Adaptasi mengacu pada
atu pengertian tentang proses yang menyebabkan suatu organisme berhasil
tenyesuaikan diri dengan baik pada lingkungan yang ada. Hasil proses tersebut
yarakat mampu untuk mengatasi kesulitan dan memenuhi kebutuhannya.
Hubungan Sosial
Semua fenomena sosial teljadi pada saat te.tentu dalam waktu terus menerus
·bat adanya interaksi sosial (hubungan sosial). Interaksi yang ada diletakan dalam
18
•
waktu pada setiap aspek kehidupan manusia, karena waktu erat kaitannya dengan
terjadinya perubahan yang mengacu pada perbedaan dua keadaan sistem sosial.
Keadaan hannoni adalah sesuatu yang diidamkan suatu masyarakat, maka ketika
terjadi perubahan dalam masyarakat antara unsur baru dan lama, dibutuhkan waktu
penyesuaian agar berfungsi wajar. Bila dikaitkan dengan perubahan sosial, waktu
muncul dalam dua fungsi yaitu pertarna dapat membantu sebagai kerangka ekstemal
untuk mengukur peristiwa dan proses, serta kesemrawutan aliran peristiwa demi orientasi
manusia untuk mengordinasikan tindakan sosial. Secara tersirat dinyatakan oleh alat
konvensional seperti jam dan kelender guna mengenali perbandingan kecepatan, interval,
rentangan dan lamanya berbagai peristiwa sosial terjadi. Dengan tanda yang sama
memungkinkan kita menghubungkan atau memisahkan secara teratur sejumlah besar
tindakan yang dilakukan indiyidu dan kelompok dalam suatu masyarakat.
Waktu dapat juga sebagai kerangka internal dalam perubahan sosial yang
ditentukan oleh sifat proses sosial dengan mewujudkan berbagai kualitas waktu sebagai
berikut:
Lebih panjang atau lebih pendek (misal sebuah pertempuran dan perang,
pemberontakan legislatif dan erosi moral jangka panjang, mobilisasi
revolusioner dan pertumbuhan ekonomi.
Berlangsung lebih lambat atau lebih cepat (rnisalnya antara merhbubungnya
inflasi dan tak lenyap·lenyapnya upaya emansipasi wanita, cepatnya kenaikan
karier dalam kesenian pop dan kemajuan bertahap dalam profesi kedokteran
Ditandai oleh ritme atau interval acak (misalnya antara gelombang
19
kemakmuran dan kemerosotan ekonomi, antara hom ekonomi dan resesi
ekonomi dengan fluktuasi tak teratur dalam mode artistik dan mode pakaian.
Terpotong-potong menjadi unit-unit kualitas snbstantif yang berbeda oleh
lingkungan alam atau lingkungan sosial (misalnya diasyi sisi antara periode
beketja dan istirahat dalam kaitannya dengan fenomena alam waktu siang dan
waktu malam atau di kawasan pedesaan, fase-fase kegiatan bertani ditandai
oleh kesamaannya dengan pembagian musim. Disisi lain secara sosial
terciptanya perbedaan antara wal<tu suci dan waktu sekuler yang tercermin
dalam perbedaan antara hari libur nasional dan hari kerja, periode berkabung
dan berbuian madu, hari puasa dan hari berbuka, waktu ujian semester dan
waktu libur.
Para antropolog cerminan waktu itu lebih melihat pada kultur realitas, seperti
simbol-simbol khas, nilai, norma, dan orientasi waktu yang dimiliki bersarna kelompok,
komunitas, kelas dan unit sosial lainnya. Cerminan ini disusun dan dimasukan kedalam
kesadaran sosial atau kultural. Pandangan waktu adalah bagian dari intergal dari nilai
masyarakat dan orientasi individu terhadap tindakan dimasa kini dan masa depan dengan
mengacu kepada nilai kelompok yang mereka miliki bersama. Seperti ada masyarakat
yang berpandangan kemasa lalu, dengan lebih menghar~ai tradisi, memusatkan perhatian
pada masa lalu, hidup dalam sejarah masa lalu.
Masyarakat lain melihat kemasa depan, memutuskan hubungan dengan tradisi,
mengabaikan masa lalu, memusatkan perhatian pada masa depan. Namun masyarakat
kini mengandung pengarub yang mengalir kedua arab kemasa lalu dan kemasa depan.
Sifat ini berarti fase sebelumnya berhubungan ~ebab akibat dengan fase kini dan fase kini
20
I MILII< I"EP. PI !C!T "'' ,~ ••••
I Ul\illh .. _ erupakan pcrsyaratan sebab akibat yang mcncntukan fase berikutnya. Kaitan am
eletak dalam sifat masyarakat dan masyarakat takkan pernah menjadi masyarakat hila,
itan dengan masa lalunya tak ada. Kaitan arltara masa kini dan masa lalu adalah basis
-.
• Tradisi
Berbicara mengenai .tradisi, mencakup kelangsungan masa lalu di rnasa kini
etimbang sekedar menWijukan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu.
elangsungan ini mempunyai dua bentuk yaitu material dan gagasan atau objektif dan
ubjekti[ Dilihat dar' aspek ll!aterial berarti benda material yang menunjukan dan
engingatkan kaitan khususnya dengan kehidupan masa lalu, misalnya bangunan istana
erajaan lama melayu di Pekan Labuhan, rumah-n.unah panggung yang berobnamen
elayu di kampung Terjun dan jembatan yang menghubungkan sungai badera dengan
ampung Terjun dan sebagainya.
Bila dilihat dari aspek gagasan termasuk didalamnya keyakinan, keprcayaan,
simbol-simbol, norma-norm~ nilai, aturan dan ideologi Melayu yang dipakai dalarn
kehidupan sehari-hari masyar.kat karnpung Terjun dan Pekan Labuhan. Masalah tradisi
takkan rnuncul hila berbagai keadaan rnasyarakat dalam rentetan proses terputus dalam
arti hila rentetan itu berakhir sama sekali sebelum proses yang baru dirnulai (Shils, 1981) .
• Begitu juga halnya dengan masyarakat Melayu di Kampung Terjun dan Pekan
Labuhan, masa lalu orang Melayu tersirat dalam sejarah kejayaan kesultanan Melayu
Deli. Orang Melayu menjadi penguasa dan kaum bangsawan ditengah-tengah kehidupan
etnis lainnya. Penguasaan akan lahan-lahan sumber ekonomi yang didapat dengan status
21
sosialnya menjadikan orang Melayu tidak tanggap dalam mengejar masa depan yang
terns berkembang seiring dengan masuknya tehnologi dan ilmu pengetahuan
baru.Oreintasi mereka berkisar pada masa lalu yang mengakibatkan tercerabutnya mereka
dari sumber pendapatan yang mereka miliki diwilayahnya sendiri. Sumber ini merupakan
warisan yang turun temwun menjadi hak milik namun tidak ada peningkatan.
Seiring dengan perjalanan waktu sumber itupun mengikis dan lambat laun lenyap
diterjang arus modemisasi kehidupan. Apakah terjadi perubahan dalam proses
adaptasinya sehingga tradisi Melayu terus bertahan, semua ini akan dilihat dalam
penelitian ini misalnya melalui proses pelaksanaan tradisi dan responsifuya para kaum
pendatang terhadap kegiatan yang dilakukan orang Mclayu selaku penduduk asli
setempat.
Penduduk sebagai suatu komunitas telah memainkan peranan penting dalam
enulisan sejarah. Sejarah sebagai keseluruhan pengetahuan yang dimiliki kampung
erjun dan Pekan Labuhari digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan
rubahan yang terjadi, salah satu adalah lenyapnya bangunan istana kerajaan lama
elayu Deli dan rumah-rumah panggung yang berbanjar. Hal ini akibat masuknya
odemisasi sebagai faktor eksternal.
Modernisasi (industriltehnologi)
Konsep modernisasi untuk tahun 1950~ 1960-an didefinisikan dalam tiga cam yaitu,
· storis, relatif dan analisis. Definisi historis, modemisasi sama dengan westernisasi atau
erikanisas, kemodernannya dilihat sebagai gerakan menuju ciri-ciri masyarakat
erika yang dijadikan model. Artinya secara historis modemisasi adalah proses
22
1 1\IIILIK Pt:RPUST A.K Mill'•
! UI'\!IMt~ - -···--~
rubahan menuju tipe sistem sosiai, ekonomi dan politik yang telah maju di Eropa Barat
an Amerika Utara dari abad_ke 17 hingga 19 dan kemudian menyebar ke negara Eropa
I in . dari abad ke 19 dan 20 ke negara Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Dalam gerakan
ya tetjadi transformasi total masyarakat tradisional atau ke tipe masyarakat tehnologi
' an organisasi sosial yang meyerupai kemajuan dunia Barat yang eko_nominya makmur
rta situasi politiknya stabil.
Dalam detinisi ini terkandung bahwa peruhahan memusatkan pada substansi
roses, kapan dan dimanapun terjadinya yang berkaitan dengan keunggulan inovasi atau
t rebosan kesadaran, moral, etika tehnologi dan tatanan sosial yang berguna bagi
ningkatan kesejahteraan manusia. Dengan kata lain modernisasi ini uasaha sadar yang
ilakukan untuk mencapai standar kehidupan yang lebih tinggi. Berbeda dengan
ngertian modemisasi relatif, yaitu upaya yang bertujuan untuk menyamai standar yang
ianggap modem baik oleh rakyat banyak maupun oleh elite penguasa. Sedangkan
efinisi modernisasi secara analisis yakni melukiskan dimensi masyarakat modern
engan maksud untuk ditanamkan dalam masyarakat tradisional atau masyarakat pra-
odern dan memusatkan pada aspek struktural.
Neil Smelser melukiskan moderniasi analisis sebagai transisi multidimensional
ang meliputi enam bidang yaitu (I) mengakarnya tehnologi dalam ilmu pengetahuan, (2)
ergerak dari pertanian subsistensi ke pertanian k0mersial, (3) penggantian tenaga
. inatang dan manusia oleh nergi benda mati dan produksi mesin, (4) berkembangnya
entuk pemukiman urban dan konsentrasi tenaga kerja di tempat tertentu, (5)
erkembangnya politik yang ditandai oleh transisi dari kekuasaan suku ke sistem hak
ilih, perwakilan, partai politik dan kekuasaan demokratis, (6) berkembangnya
23
pendidikan meliputi penurunan angka buta huruf dan peningkatan perhatian pada
pengetahuan ketrampilan dan kecakapan.
Ketiga aspek pandangan tentang apa yang disebut dengan modemisasi membawa
pada ciri-ciri dari modemisasi. Ciri tersebut merupakan label dari masyarakat yang telah
·. dianggap modern dengan kepribadian khusus seperti bebas dari kekuasaan tradisional,
antidogmatis dalam berpikir, (2) memerhatikan masalab publik, (3) terbuka terhadap
pengalaman baru, (4) yakin terhadap sains dan nalar, (5) berencana, tanggap, beroientasi
kemasa depan, mampu rnenunda kepuasan, (6) aspirasi tinggi, berpendidikan, berbudaya
dan profesional. (Sztompka, 2004) Singkatnya modernisasi meliputi kemampuan yang
makin besar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan Jllasa mendatang, luasnya
bidang perhatian dan berkernbangnya potensi empati terhadap situasi dan terhadap orang
lain, berkembangnya aspresiasi kemajuan diri, mobilitas dan meningkatnya penekanan
perhatian pada masa kini sebagai dimensi yang waktu yang bermakna dari kehidupan
manusia.
I. Kerangka Berpikir
Perubahan sosial merupakan peristiwa yang dialami oleh orang Melayu yang
ditandai dengan tersisihkan dan bergesemya batasan wilayah serta munculnya
percampuran tradisi atau adat-istiadat yang mereka pakai sebagai keterbukaan mereka
dalam menerima perubahan.
Berbagai kondisi yang terjadi pada orang Melayu dikedua wilayah ini baik yang
muncul dari dalam maupun dari luar mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
pada penduduk asli (Melayu). Namun adat-istiadat tetap berlangsWlg sebagai tradisi
24
·-
y~g seakan mcnyatukan masyarakat Mclayu dengan kaum pendatang (etnis lain) dalam
poses perkawiwan, kelahiran, dan kematian. Agar tcrgambar apa yang hendak diteliti
k rangka berpikir di bawab ini akan menunjukan proses pola dan alur adanya perubaban
s sial budaya.
SIKLUS PERUBAHAN SOSIAL BUDA YA
Faktor Internal :
- Lingkungan Alarn - Status Sosial - Bud a ya Kerja
Orang Melayu
Faktor Eksternal :
- Modernisasi ( Industri / Tehnologi)
- Pendidikan - Mobilitas
t
•
Pemukiman
I /,---.,
Perubahan Sosial v · Hubungan Sosial ,__....
Budaya J\ ,_________,] \,---------,
Tradisi L__ _____ _
Skema di atas menunjukan babwa dalam kehidupan orang melayu dipengaruhi
leh dua faktor yang mengakibatkan tetjadinya perubahan sosial. Kedua faktor tersebut
25
·-
sumber-swnber ekonomi yang telah mereka kuasai sejak zaman kesultanan lenyap
seketika dan beralih kepada kaum pendatang sebagai warga masyarakat setempat.
Bahkan surnber yang dirasakan dapat untuk menggantikan sumber ekonomi yang lama
hanya sebuah harapan. Kenyataannya mereka hanya sebagai penonton, artinya kawasan
industri yang ada dan juga perumahan mewah yang dibangun di wilayah mereka, tidak
mampu mereka raih untuk tempat mereka hidup. Adanya faktor internal yang tertulis
dibagan mempengaruhi sikap dan sifat orang melayu dalam memandang waktu serta
masa depan, sementaril faktor ekstcmal terus melaju menggempur tatanan kelembagaan
masyarakat pendukungnya sampai kepada aspek sosial ekonomi masyarakat.
Asumsi dalam penelitian ini adalah isolasi sosial dalam bentuk penyisihan,
persoalannya sekarang apakah masyarakat Melayu sadar sedang-telah tersisihkan?
Jawaban atas pertanyaan ini penting untuk mengetahui apakah orang Melayu memiliki
inisiatif membangun mekanisme bertahan sebagal orang Melayu tulen atau bertahan
tetapi membuka diri pada perubahan yang tetjadi.
Dengan demikian dtharapkan timbul pemyataan-pernyataan etoografis yang
spontan atas asumsi penelitian ini. Pernyataan-pernyataan apa pun itu akan menjadi alat
dan baban untuk melihat perkembangan orang Melayu di Kampung Tetjun dan Pekan
Labuhan akibat adanya perubabao sosial budaya dari periode awal tetjadinya penyisihan
itu sampai periode di mana penyisihan dianggap sebagai proses alamiah.
26
BABII l'lf:R.Pim-r ~., • "' •... ·~I. ~- ..
ORANG MELA YU
DI KAMPUNG TERJlJN DAN PEKAN LABUHAN
-.
A. Letak dan Kondisi Geografis
1. Kelurahan Terjun
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kotarnadya Medan, luas wilayah
Kelurahan Terjun sekitar 1605 ha dan berada 5 meter di atas pennukaan laut. Ditinjau
dari letak wilayah, Kelurahan Terjun saat ini berbatasan:
l. Sebelah utara berbatasan dengan P. Sicanang Bdawan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. T. Goo
3. Sebelah Barat berbatasan dengan P. Pasir/R. Pulau
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Harnparan Perak.
Kelurahan Terjun yang berjarak kira-kira 22 km dari Kotarnadya Medan dapat
dicapai dengan menggunakan sarana transportasi berupa angkutan kotajurusan Belawan-
Terjun dan Sambu-Tetjun. Selain itu angkutan ojek dan becak juga ada di lokasi
I penelitian. Adanya sarana transportasi yang cukup banyak memudahkan masyarakat yang
hendak bepergian keluar dan antardaerah. Apabila hendak keluar dari Kelurahan Terjun
masyarakat memanfaatk.an angkutan kota yang ada. Bagi mereka yang ingin pergi ke
daerah-daerah di sekitar Kelurahan Terjun dapat menggunakan sarana transportasi berupa
ojek atau becak. Kelurahan ini mempunyai 22 lingkungan. Sebagian masyarakatnya
menyebut lingkungan ini dengan kampung. Hal ini karena masih melekatnya peninggalan
kerajaan sebelum peraturan pemerintah No. 22 thn 1973.
'1!1
·.
2. Pekan Labuhan
Pekan Labuhan luasnya wilayahnya 3605 ha. Yang berada satu meter di atas
nnukaan laut. Ditinjau dari letak wilayah, kelurahan ini berbatasan:
I. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan Bahari.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Martubung.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nclayan lndah.
Pekan Labuhan mempunyai 32 lingkungan, beljarak 19 km dari Kotamadya
edan. Wilayah ini merupakan lintasan menuju pelabuhan taut Sumatera Utara yaitu
elabuhan Belawan sehingga di wilayah ini banyak berdiri bangunan~bangunan pabrik
· dustri, bahkan wilayah ini masuk dalam kawasan industri (KIM). Sarana transportasi
ukup banyak hilir-mudik yang dapat memudahkan masyarakatnya ataupun penduduk
I · n untuk keluar masuk pada wilayah ini.
3. Penduduk dan Pola Hunian
Menurut sejarah asal-usul penduduk Kampung Terjun dan Pekan Labuhan pada
alnya adalah etnis Melayu yang merupakan keturunan dari sultan Deli, namun -setela
anya pembukaan perkebunan diwilayah Sumatra khususnya Sumatra Utara, maka
idatangkan etnis lain yaitu Cina dan Jawa sebagai tenaga kuli kontrak yang bekerja
tuk kolonial Belanda dikarenakan orang Melayu yang ada diwilayah ini tidak mau
kelja sebagai tenaga kelja. Hal ini didasarkru1 pada anggapan bahwa mereka yang
empunyai laban dan mereka merupakan keturunan bangsawan/sultan serta adanya rasa
alu menjadi kuli kontrak di lahan sendiri walaupun telah disediakan oleh kolonial
28
·.
'
'
'
1 elanda tanah jaluran yang dapat ditanami dengan tanaman yang menghasilkan guna
J. emenuhan kcbutuhan hidup mereka. Dengan masuknya etnis cina dan jawa pada kedua
nlayah ini (Te~un dan Pekan Labuhan) membuat beraneka ragam etnis yang mendiam
e dua wilayah ini. Hal ini dapat dilihat pada komposisi penduduk menurut etnis dan
j nis kelamin sebagai berikut : , '"'li..II\ t'F.~PUSTM\~All'
L u 1\i ·~~-t: ~)- . a. Kelurahan Terjun
Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk yang ada di Kelurahan Terjun pada
,~un 2005 berjumlah 25.400 jiwa dengan perincian sebagai berikut:
Tabcll.
Komposisi Penduduk di Keluraban Terjun
Jenis Kclamin 1994 1996 1998 2000 2002 2005
L Laki-laki 7263 8057 8286 8598 8865 12076
2 Perempuan 7313 7954 8242 8899 9407 13324
Total 14576 16011 16528 17487 18272 25400
Sumber : Monografl Ke/urahan Terjun.Kantor Lurah Terjun 2005
Dari data itu dapat diketahui bahwa selisih antara jumlah laki-laki dan perempuan
pada tiga tahun ( !994 s/d 1998) tidak menyolok. Namun di era tahun 2000 jum1ah
penduduk perempuan mulai meningkat salah satu faktor yang mendorong peningkatan
pertumbuhan tersebut adalah masuknya kaum pendatang sebagai tenaga buruh pabrik
pabrik industri yang bak jamur berdiri megah. Wilayah ini berdekatan dengan kelurahan
Pekan Labuhan dan sangat mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk, terutama
golongan pencari kerja dari kaum perempuan dan di luar etnis Melayu. Munculnya kaum
29
endatang dan dari berbegai etnis membuat kilmpung ini kian padat penduduknya d an
I han untuk bercocok tanam hilang dengan tumbuhnya rumah atau perumahan sehingg a
ampung ini tidak lagi menjadi kampung etnis Melayu.
Tabel2.
("11.11\ I~PIJST 111\M U 1'\i IIVH:: ~>
Komposisi Penduduk Menurut Etnis
Jcnis Etnis 1994 1996 1998 2000 2002 2005
I. Melayu 8124 7743 6839 5058 4679 4665
2 Jawa 4123 4698 4997 7112 8054 11147
3 Batak 435 489 589 790 896 1803
4 Mandai ling 1246 1889 2558 3073 3156 5759
5 C ina 102 123 157 168 187 296
6 Lain-lain 576 1069 1388 1286 1300 1730 --------- ~------- - --- ------.- -
rota] 14576 16011 16528 17487 18272 25400
umber: . . .. -······ ............. --- . -~~
Monogra.fi Kelurahan Terjun. Kantor Lurah Terjun 2005
ggi Berdasarkan data itu jumlah penduduk mengalami peningkatan yang cukup tin
elama periode sepuluh tahm1. Selama kurun waktu itu jumlah penduduk etnis Mela yu
fnengalami penurunan. Hal ini disebabkan seiring dengan berkembangnya Kotamady a
d ~edan salah satunya Pekan Labuhan dibangun kawasan industri Medan. Yang dimak.su
engan etnis lain-lain adalah etnis Karo, Sunda, Aceh, Minang, Simalungun, dan Indi a.
Palam hal pemilihan lokasi tempat tinggal hanya masyarakat Melayu dan Batak yan g
apat dijumpai bennukim secara kelompok. Dikelurahan Masyarakat Melayu bertemp at
3 0
tinggal di kampung An dan Sari, T engah, dan A rung Dalu yang mencakup Lingkung an
IX,X,XI,Xll dan XIII. Di sinilah kehidupan Melayu tera<a sangat dominan.
Tabe!3. t ;1IILIK l't"'PUS I AI\AAII7
UI\IIMED I '
Komposisi Penduduk B
Berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan 1994 1996 j998 2000 2002 2005
I. Bertani 1987 1450 985 389 !82 74
2. Nelayan 987 897 654 432 254 69
3. Buruh 579 800 1689 23!0 3978 4231
4. Pedagang 25 50 67 78 92 !00
5. Sopir I Tk. Beca 17 75 89 165 198 206
6. PNS 5 15 27 45 87 98 __ ._
~~·-·
7. AllRI 10 17 29 39 58 76 . - - -------- ~---- ~----- ------ ----------- ... ·--~-~-- --------
"lumber : Munogr(~fi Ke/urahan Tet:jun. Kuntor Terjun 2005 -
Meski Masyarakat yang bertempat tinggal dikelurahan Terjun ini yang bersif at
heterogen dengan Ia tar belakang yang berbeda baik dari segi budaya dan mat a
pencaharian. Mata pencaharian penduduknya dapat dilihat pada tabel data terseb ut
menunjukan pada tahun 1994. Bertani masih merupakan sumber utama penduduk wala u
udah masuk kaum pendatang. Bertani pada tahun tersebut mayoritas dilakukan getni s
Melayu dan Batak. Pada tahun 2000 mulai berdiri pabrik-pabrik besar dan bangun an
rumah-rumah mewah PNS dan ABRI adalah kaum pendatang yang pindah dan bekelj a
3 1
•
£!iiJ..I~ l··c • ..-us I ~11\AAIVf I Ul\iiMED .
sebagai Guru, Pegawai Kecamatan, Intansi Kelautan, Perhubungan, PNS mayoritas
sebagai guru dan dalam hal ini bekerja .
2. Kclurahan Pekan Labuhan
Pekan Labuhan penduduknya berjumlah 20126 jiwa pada tahun 2005 dcngan
perincian sebagai berikut
Tabcl4.
Komposisi Penduduk dikelunhan Pekan Labuhan
Jenis Kelamin 1994 1996 1998 2000 2002 2005
I. Laki-laki 7063 7154 7356 7983 8789 94/0
2 Perempuan 5491 6185 7680 8140 9067 10656
Total 12554 13339 15036 16123 17856 20126
Sum her : MonoKrt!fi Kelurahan Pekan l.ahuhan. Kantor /,urah Pelwn [,ahuhan 2005
Komposisi tcrsebut menunjukkan bahwa tingkat laju penduduk diwilayah in
sangat tinggi hal ini disebabkan wilayah Pekan Labuhan merupakan salah satu daerah
kawasan industri (KIM) dan rnerupakan lintasan menuju pelabuhan laut Sumatera Utara.
Adanya bangunan-bangunan pabrik pada wilayah ini membuat daerah pemukiman tidak
lagi beraturan bahkan pemukiman telah menjorok ke dalam ( di belakang kawasan
pabrik). Laban untuk oennain anak-anak tidak lagi ada, telah berubah menjadi rumab
rumah yang kurnub dan padat. Penduduk telah bercampur dengan etnis pendatang yang
pada awalnya etnis Melayu menjadi warga mayoritas pada wilayah ini, namun dengan
berkembangoya industri-industri bak tumbuhnya jamur, maka etnis Melayu telah
bergeser tidak lagi mayoritas melainkan telah berbaur dengan etnis lain (tidak asli lagi
32
sebagai etnis Melayu telah kawin-mawin dengan etnis Jawa, Batak, Cina, dan
Mandai ling). Hal ini dapat terlihat pada table komposisi penduduk berdasarkan etnis.
TabelS.
' Komposisi Penduduk Menu rut Etnis
Jenis Etnis 1994 1996 1998 2000 2002 2005
1. Melayu 7564 7153 6954 5854 4123 3250
2 Jawa 1987 2509 3520 45R9 5939 6900
3 Batak 1076 1656 1?86 2263 2896 3750
4 Mandai ling 898 909 1327 1890 2786 3800
5 C ina 797 861 895 1015 1378 1450
6 Lain-lain 232 251 354 512 734 976
7 Total 12554 13339 15036 16123 17856 20126
Sumber: Monograji Kelurahan Pekan Labuhan. Kantor Lurah Pekan Labuhan 2005
-
Dari tabel tersebut terlihat lajunya etnis di luar Melayu yang mendudu ki
kelurahan ini, terutama etnis Jawa dan Mandailing. Etnis Cina merupakan ka urn
pengusaha yang walau sebelumnya mereka sebagai buruh tembakau di perkebunan pad a
masa kolonial Belanda namun kini mereka telah rnenguasai perekonomian di Kotamady a
Medan dan mengembangkan. perusahaan ke pinggiran Kotamadya Medan sepe rti
Kelurahan Pekan Labuhan ini. Mereka membangun pabrik dan tambak serta toko-tok 0
sandang-pangan. Sementara etnis Jawa, Batak, Mandailing, dan etnis lain merupak an
tenaga keija pada pe-:usahaan-perusahaan yang dibimguh oleh etnis Cina (mayoritas ).
Yang dimaksud dengan etnis lain-lain adalah etnis Karo, Minang, Pakpak, Simalun gun,
India, dan Aceh. Komunitas h Jawa dan Aceh sejak adanya bentrokan di provinsi Ace
memilih tinggal di pinggiran Kotamadya Medan seperti halnya di Kelurahan Pek an
3 3
, ffllL.Io ..:O'CI"U:H Af\.,.Mlli \
1 UNIMt:J) Labuhan dan Ter:iun sehingga pertambahan pen9nduk di kedua kelurahan ini cukup pesat
terutanw oki1 .:tnis Ja\va terutama.
ELnis f\ielayu yang hidup berkompok ,ian mayorirns te:-dapat pada Kampung
Tengah atau iir1!;!kungan 9. 11 dan 15. Sekhitll'y<J rnemhaur dengan etnis etnis lain akihat
lalwn ~<m.~ .~cmuia mcmpakan t~.:mpal bcrladang lclah di_iual untuk p-.:mcnuhan kchuwhan
anak cuCu mereka. Di kelurahan ini tidak tcrdapat lahan kosong scbagai iahan untuk
berladang atnu bercocok tanam. Daerah 1111 tdah menjadi laban industri dan
perkampCJngan :-,·a11g sangat padat.
Struktur masyarakat agraris adalah hidup hcrkt>lompok. hidup bcrsama dak.m satu
wilayab hur.ian atau tempat tinggal serta rnelakukan komunikasi. Begit1.1pun dcT,szan
hubungan susi:.1lnya dimana ~nnsyarakat agraris nH?nlpuny<:i pola hubungan k~.-'keiuar!;~tan
dan hiciup sa!ing lolong menolong diikat secara rapi okh nilai yang saling menghormati
diantara anggota ke!uarga. Hal ini tercemin dulcnr: po!a pemilihan tapak temrat ri.1ggal
yang abn dibcrikaL pada ang.go!<! keluar12a ''i-iJiu hi1r.i·S dimniai dari anggota k,~)u~:r,:;u
yang paling tua. Demikian juga halnya dengan ()rang Melayu di Kampong Te~JU:l dan
Pekan Labuhan pada masa lalu mereka hidup herJ.,eJ,lmpol<. tkngan poLl !r.mi<ln her-
; ......... "''"'" - ~·-·· ,,, ,,.,._,,,,,.,
I' ', • •h
' < ""' .,,,. •• ' ,, "·"'·''· l '·'""""·'
-----------------
satu dusun dengan system bangunan searah berbanjar dan berbentuk panggung,
t dak dernikian halnya pada saat peneliti mengadakan survey, rumah-rumah tersebut
bagian besar telah punah dan berganti dengan rumah pennanent dengan arah yang
suai keinginan pemilik rumah.
Latar Sosial dan Budaya
1. Sejarab Kelurahan Terjun
Setiap daerah mempunyai sejarahnya st:ndiri-sendiri, baik mengenai asal-usul
ama daerah, cerita rakyat (folklor) maupun sejarah lisan dari nenek mereka dahulu (oral
istory). Demikian juga halnya dengan sejarah asal mula nama Kelurahan Terjun
ebagai daerah pemukiman.
Cerita yang berkembang di tengah masyarakat rnengenai nama Terjun hanya
isampaikan dari mulut ke mulut, tanpa ada catatan yang dapat dijadikan pedoman.
enurut cerita para orang tua, sebutan Tetjun berasal dari nama sebuah sungai.
ahulunya di daerah ini terdapat sebuah sungai besar yang dapat dilalui kapal besar. Di
sungai ini terdapat air terjun sehingga untuk menyebut nama sungai tersebut orang-orang
yang melintas menyebutnya dengan Sungai Terjun. Selanjutnya daerah di sekitar lokasi
sungai itu pun dikenal dengan nama Kampung TerjWl. Ada juga yang menyebutkan
bahwa sungai yang dimaksud bemama Sungai Badera yang memiliki air terjun. Untuk
memudahkan orang-orang mengenal daerah-daerah yang mercka lewati mereka
kemudian menyebutnya dengan nama Kampung T erjun.
Dari kedua versi cerita yang disampaikan ada persamaan mengenai keberadaan air
terjun sehingga dapat disimpulkan bahwa asal mula nama Terjun berasal dari air terjun
35
''"U<'~' " ' · t"ILII\ ':>"<r ·' '., ' "
1 UNIMrt:[ yang dahulu ada di daerah tersebut. Beberapa infonnan yang berhasil ditemui,
mengungkapkan bahwa orang pertama yang membuka daerah terjun sebagai pemukiman
bemama Datuk Hamdan. Datuk Hamdan adalah seorang pedagang yang berasal dari Siak
Indrapura. Ketika berlayar bersama anak buabnya kapal yang mereka turnpangi
terdarnpar di Sungai Badera Kemudian Datuk Hamdan beserta rombongannya memilih
bertempat tinggal di Kampung Terjun yang ketika itu masih kosong. Selanjutnya Datuk
Hamdan menikah dengan seorang gadis keturunan Batubara. Keturunan merekalah yang
kelak menjadi cikal-bakal penduduk Kampung Terjun.
Di Kelurahan Terjun terdapat beberapa buah kampung yaitu; Kampung Badera,
Kampung Tengah, Kampung Arung Dalu, Kampung Sungai Buluh, Kampung Andan
Sari, dan Kampung Tanah Periuk.
Kampung Terjun merupakan bagian pengembangan perkebunan pada masa
kolonial Belanda, namun para pekerjanya lebih banyak didatangkan dari luar wilayah ini
yaitu dari Mandailing, Minangkabau, Jawa, dan Cina yang dijadikan kuli-kuli kontrak.
Sebahagian besar penduduk setempat enggan untuk bekerja di perkebunan tersebut.
Mereka lebih memilih menjadi nelayan daripada menjadi suruhanlbudak/ kuli Belanda.
Setelah kejayaan perkebunan memudar dan kekuasaan Belanda beralih ke tangan
Jepang, Kampung Terjun mengalami banyak perubahan seperti di bidang ekonomi,
terutama dalam sistem pertanian. Salah satu tak.tornya adalah dihapuskannya tanah
jaluran yang pemah ada di masa perkebunan Belanda. Tanah-tanah jaluran yang
dahulunya untuk perkebunan kemudian dibagi-bagikan kepada masyarakat setempat.
Namun oleh pemerintah Jepang diinstruksikan bahwa tanah-tanah tersebut harus
ditanami dengan jenis tanaman yang sudah ditentukan. misalnya padi, jagung, ubi, kapas,
36
•
-.
dan jarak. Hasilnya dikumpulkan dan dibeli oleh Jepang dengan harga sesuka hati
mereka. Kehidupan nelayan yang ada di kampung Terjun sama seperti petani. Hasil
tangkapan yang diperoleh biasanya langsung dirarnpas oleh Jepang. Bagi mereka yang
dahulunya bekerja sebagai kuli diperkebunan dapat dikatakan tidak memiliki peketjaan
Jcarena masa pemerintahan Jepang perkebunan-perkebunan tidak lagi berproduk:si.
Setelah masa kemerdekasn Kampung TeJjun pun mulai menjalankan
pembangunan dengan giat. Masyarakat diberi hak untuk memproleh kebebasannya yang
diharapkan berhubungan dengan struktur masyarakat, pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, dan lain-lain. Kemerdekaan itu merupakan kebebasan untuk. menentukan
corak suatu kebudayaan. Tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia telah membawa
perubahan-perubahan sosiokultural. Perubahan-perubahan yang berlangsung
mengantarkan kehidupan masyarakat yang ada di kampung Teijun dari struktur
pemerintahan kesultanan yang bersifat aristokrasi dan struktur pendudukan Jepang yang
fasis kepada struktur pemerintahan yang demokratis. Jika sebelnm masa kemerdekaan
status Tcrjun sebagai wilayah kekuasaan Sultan Deli, maka scjak tahun 1950 secara
administrasi berada dalam Kecamatan Labuhan Deli (Kahupaten Deli Serdang). Status
kampung ketika itu masih sebagai kampung yang dipimpin penghulu. Selanjutilya pada
tahun 1969 statusnya dinaikan menjadi desa.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 1973, menghenai
perluasan wilayah Kotamadya Medan, maka dimasukkanlah beberapa wilayah yang ada
di lingkungan Kabupaten Deli Serdang, tennasuk di dalarnnya Desa Terjun. Ketika telah
menjadi bagian wilayah Kotamadya Medan, Desa Teijun berada dalarn pemerintahan
37
Mil..! I\ l>i:f!P! !''' 1)" ,,. ' •. •
U 1\i lrrH.-. ,, ecamatan Labuhan. Perkembangan Desa Terjun terus menga ami peningkatan Sebingga
ada tahun 1981 statusnya kembali ciinaikkan menjadi kelurahan.
Kemudian melalui feraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1992 tentang
embentukan beberapa Kecamatan di Sumatera lJtara, maka terbentuklah Kecamatan
arelan yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Medan Labuhan. Kelurahan Te~un
imya dimasukkan l:e dalam Kecamatan Medan Mi:trelan.
2. Sejarah Pekan Labuhan
Kelurahan Pekan Labuhann mulanya merupakan wilayah Kesultanan Deli sama
lnya dengan kelurahan Te~un. Sultan Deli adalah Kepala Pemerintahan yang
rkedudukan di M~!dan. Untuk menjalankan pemerintahan sultan dibantu Tengku
umenggung yang merupakan Perdana Menteri maupun sebagai wakil sultan. Kemudian
a Datuk Bendahara yang bertugas sebagai bendara. Selain itu ada empat pembantu
han yang terdiri dari:
I. Datuk Sunggal
2. Datuk Hamparan Perak
3. Datuk Sukapiring
4. Datuk Kampung Baru
Kemudian ada penghulu-penghulu yang merupakan bawahan datuk yang tugasnya
gsung berhubungan dengan rakyat di desa-desa. Karena wewenang dan hak. sultan
·I bih tinggi, maka ia dapat saja langsung memberi perintah kepada para penghulu tanpa
elalui Tengku Tumenggung, Datuk Bendahara ataupun Datuk.
38
•
Pekan Labuhan pada waktu itu tidak berada di bawah kekuasaan Datuk, tetapi
gsung tunduk kepada sultan. Untuk mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang
hubWlgan dengan perkara-perkara dilakukan di Labuhan Deli karena di sana dibangoo
s tu balai kerapatan.
Pada masa penjajahan Belanda, Pekan Labuhan merupal(.an pusat perdagangan
arang-barang ekspor dan impor yang dibawa oleh kaum saudagar yang akan berlayar
an bersandar di pelabuhan Belawan. Sebagai pusat perdagangan, maka di wilayah ini
ahulu berdiri toko-toko dan pasar tradisional serta hotel-hotel berukuran sedang untuk
ara saudagar berdagang dan menginap (saat ini telah menjadi rumah penduduk). Karena
erupakan pusat perdagangan dan adanya pa:;ar senggol yang rarnai pada hari Selasa
an Sabtu. maka pasar tersebut disebut oleh warga hari pekan. Berdasarkan sejarah inilah
aka Pekan Labuhan ini bergelar .
Berkembangnya Pekan Labuhan sebagai bagian dari kegiatan perekonom1an ikut
empengaruhi kehidupan masyarakat sckitarnya yang merupakan masyarakat Melayu.
asuknya para pendatang dari daerah luar seperti Minangkabau bahkan Arab dan Cina
ang datang sebagai saudagar membawa banyak perubahan di dalam kehidupan
asyarakat Pekan Labuhan. Para pendatang membawa adat-istiadat dan kebiasaan
ereka. lteraksi dengan kelompok-kelompok pendatang menyebabkan pengaruh budaya
elayu mulai bercarnpur dengan etnis pendatang seperti membangun rumah Melayu
amun omamennya masuk Cina dan Arab. Ini terjadi karena karena orang Melayu
gat membuka diri terhadap kaum pendatang dan -mampu berinteraksi dengan budaya
ing gWla mengembangkan budaya dan misi Melayu (Tak Melayu Hilang di Bumi).
39
Setelah kejayaan perdagangan memudar dan kekuasaan Belanda beralih ke tangan
Jepang, Pekan Labuhan mengalami banyak perubahan seperti di bidang ekonorni,
penduduk tidak lagi dapat mengandalkan tanah dan rurnah yang disewa oleh kaum
saudagar karena telah dirampas oleh Jepang sebagai tempat markas dan lumbung-
lumbung atau gudang penyimpanan hasil rampasan serta tempat hiburan kaum penjajah
Jepang.
Setelah masa kemerdekaan Pekan Labuhan pun mulai menjalankan pembangunan
sama halnya dengan Kampung Terjun. Masyarakat diberi hak Wltuk memperoleh
kebebasannya yang dihampkan berhubungan dengan struktur masyarakat, pemerintahan,
ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Kemerdekaan itu merupakan kebebasan untuk
rnenentukan corak suatu kebudayaan. Tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia telah
membawa perubahan-perubahan sosiokultural.
Perubahan-perubahan yang berlangsung mengantarkan kehidupan masyarakat
yang ada di Pekan Labuhan dari struktur pemerintahan kesultanan yang bersifat
aristokrasi dan struktur pendudukan Jepang yang fasis kepada struktur pemerintahan yang
demokratis. Jika sebelum masa kemerdekaan status Pekan Labuhan sebagai wilayah
kekuasaan Sultan Deli, maka sejak tahun 1950 sl!cara adrninistrasi berada dalam
Kecamatan Labuhan Deli (Kabupaten Deli Scrdang). Status desa ketika itu masih
sebagai kampung yang dipimpin penghulu. Seianjutnya pada ta}IUn 1969 statusnya
dinaikan menjadi desa.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 1973, mengenai
perluasan wilayah Kotamadya, Medan maka dimasukkanlah beberapa wilayah yang ada
di lingkungan Kabupaten Deli Serdang, termasuk di dal&nnya Desa Pekan Labuhan,
40
'
etika telah menjadi bagian dari wilayah Kotamadya Medan, desa Pekan Labuhan sama
alnya dengan Terjun berada dalam pemerintahan Kecamatan Labuhan. Perkembangan
esa Pekan Labuhan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahnn 1981 statusnya
embali dinaikan menjadi kelurahan. Kcmudian melalui Peraturan Pemerintah nomor 35
nn 1992 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Snmatera Utara, Keluraban
kan Labuhan masuk ke dalam Kecamatan Medan L&buhan .
. Mata Pencaharian
Menurut Lab Husny (1980: 148), pada masa dabulu orang Melayu yang
ndiami kampung Melayu pacta urnumnya bergantung hidupnya dari bercocok tanam,
ngambil ikan, mcmproduksi bahan atau alat anyaman, mcngumpulkan basil hutan, dan
b rdagang. Di daerab pantai rakyat mencari ikan (Melayu) baru bertani dan membuat
a p nipab. Namnn kini penduduk Melayu tidak lagi berfokus kepada pertanian
m laiukan beralih ke bidang lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Menurut Pelly
(1 96:11) mengatakan bab;va perubaban tradisi pertanian dan demografis telab
m nyebabkan kestabilan sosiostruktural masyarakat Melayn terganggu, terjadi proses
in olusi (pembusukan) dalarn kehidupan budaya orang Melayu
Sete!ah terjadi penyeraban kedaulatan tabnn 1950, maka berakbir pula wibawa
kedudukan sultan-sultan Melayu Swnatera Timur yang menyebabkan kemakmuran
g Melayu semakin melemab. Banyak tanab orang Melayu akhimya beralih ke etnis
terutama etnis Mandailing dan Batak Toba karena tidak marnpu menyaingi teknologi
kegigihan mereka. Satu per satu tanah jaluran yang telah menjadi sumber mata
41
caharian penduduk Melayu jatuh ke tangan petani yang gigih ini (Maidailing dan
atak Toba) Lebih jauh Pelly mengatakan akibat perluasan Kotarnadya Medan dari
1 583 ha tahun 1950, menjadi 26,560 ha pada tahun 1974 yang mendorong pernbahan
mukiman orang Melayu ke arah pinggiran kota. Adanya pernbahan peluasan kota tidak
embuat etnis Melayu menjadi bangkit ekonominya, malahan tumbuhnya toko-toko dan
p brik-pabrik industri dikuasai oleh etnis Cina dan Minang.
Akibat lainnya adalah berdampak kepada etos kerja orang Melayu yang semakin
r ndah. Menurut Rusmini ( 1996: 18) orang Melayu tidak lagi bertani menghasilkan
k moditi ekspor (!ada, pala, dan garnbir), tetapi juga kehilangan tradisi maritim
rdagangan antar pulau). Dari segi psikologi kedudukan sebagai rakyat penunggu telah
nanamkan kebiasaan (tradisj) etos keija petani Melayu yang selalu hidup santai dan
Begitu juga hal nya dengan penduduk di Kelurahan Teljun dan Pekan Labuhan.
P nduduk tidak lagi bercocok tanam atau berladang ataupun melaut mencari ikan karena
t telah menjadi pemukirnan serta took-toko sementara jalan menuju ke laut sudah
b rubah menjadi dataran atau sungai yang sulit untuk dilayarai oleh perahu nelayan.
A basil penduduk asli mejual tanah mereka dan berpindah ke wilayah lain atau menetap
di wilayah tersebut dengan mengandalkan hasil penjualan tanah dengan berjualan
di pekarangan rumah tempat tinggal mereka (makanan tradisional dan
an anak-anak yang siap saji).
D ta yang diperoleh dari Kelurahan Tenjun dan Kelurahan Pekan Labuhan menyebutkan
ah penduduk yang bermatapencaharian sebagru buruh lebih banyak yaitu (68%),
entara jasa (supir dan tukang becak) di urutan kedua yaitu (13%), PNS sebesar 8%,
42
agang atau betjualan 5%, nelayan 4% , dan ABR1 2%. Beketja sebagai tenaga buruh
aksudnya adalah para penduduk yang bermukirn di wilayah ini beketja di pabrik-pabrik
i dustri (KIM) yang berada di sekitar wilayah ini dan juga di kawasan pelabuhan !aut
lawan yang betjarak banya kurang-lebih 5 km dari kelurahan Tetjun dan Pekan
L buhan. Etnis yang dominan bekerja pada scktor ini mayoritas ctnis Jawa dan Batak
un tidak berarti bahwa etnis lain tidak ada, hanya saja terbatas dan dapat dengan
hitung dengan jari (0,03%).
Kemasyarakatan
Bila diperhatikan hubungan kemasyarakatan di daerah bekas kesultanan Deli
s lah satunya Karnpung Terjun dan Pekan Labuhan dapat dilihat dari segi hubungan
p rnerintahan adat Datuk Empat Suku yaitu : Datuk Serbanyarnan (Sunggal), Datuk
S puluh Dua Kuta (Harnparan Perak), Datuk Suka Piring (Karnpung Baru) dan Datuk
ernbah Deli (Paturnbak) dengan rnasyarakarnya sangat erat sekali, seperti yang
gkapan oleh Arrasyid (2000: 4) ciri khas kesultanan Deli adalah Sultan datang
D tuk Menunggu, Raja Mangkat Raja Menanarn yang artinya kedudukan Sultan diangkat
ol h keernpat datuk tersebut dan seolah-seolah Sultan dating rnenghadap para datuk. Bila
S ltan mangkat maka para datuk cepat memilih sultan baru sebelum upacara makan
di aksanakan. Demikian juga halnya dengan Karnpung Tetjun dan Pekan Labuhan
h bungan pemangku adat secara bersama~sama dengan koordinasi Sultan mengatasi
se iap permasalahan dikalangan kehidupan orang Melayu. Sistem kemasyarakatan ini
c up lama berlangsung sampai kepada antara Kepala Karnpung dengan Kepala
pung baik sekali. Sifat kegotong~royonganya sangat menonjol, misalnya
43
l (1t1Lil\ i-'~~).lU:\! ... _ '· ... "· 1' ~
1 u 1\i ~.!!~f:. ~) masalah kesejahteraan bersama seperti perbaikan jalan umum, pembukaan
ing baru, pembangunan rwnah ibadah, pembuatan rwnah tinggal dan sebagainya.
Demikian pula rasa social dan solidaritas antar penduduk kampong pada masa
u sangat erat juga yaitu setiap penduduk yang ingin membuka ladang barn di luar
ampungnya atau berada di kampong lain, maka penduduk tersebut diberi izin oleh
pala kampong kedua wilayah dengan catatan pendndk luar yang ingin membuka lading
tersebut harus melapor terlebih dahulu. Maka oleh kepala kampong akan
ensyahkanya secara adat yakni memotong seekor ayam dan nasi putih kuah kuning.
S Ielah ritual ini selesai maka pembukaan ladang baru telah syah dan tidak ada yang
leh menuntutnya lagi.
E Agama dan Pengetahuan
Sinar (2005: 1 0) mengatakan, Orang Melayu beragama Islam, berbahasa -Melayu
beradat Melayu, sendi adatnya adalah tidak melanggar rambu-rambu syariah Islam,
stem kekeluargaanya parental . organisasi kesatuan teritorialnya yang terkecil
k luarga, kampong dan terakhir negeri. Sistem pemerintahannya adalah negeri yang
B raja. Begitu juga dengan Kampung Teijun dan Pekan labuhan pada umumnya beraga
Is am dan hokum adatnya (Melayu) digunakan dan bersumber dari hokum agama Islam
w au etnis pendatang masuk kedua wilayah ini Islam tetap merupakan agama mayoritas
g dianut penduduknya.
Sistem pendidikan pada mulanya di kedua wilayah (Teijun dan Pekan Labuhan)
ya pendidikan agama yang dilaksanakan di rnesjid-mesjid atau langgar maupun surau
de gan gurunya adalah alim-ulama Namun setelah adanya penyerahim kedaulatan
44
kepada pemrintah Indonesia, maka di kedua wilayah ini dibangun sekolah-sekolah
formal yang diperuntukkan untuk warga setempat dan juga warga lain yang
enginginkan putra-putrinya Wltuk mempunyai pengetahuan yang lebih dari
ebelwnnya. Sekolab-sekolab formal ini dibangun oleh pemerintah baik yang dibawab
Wlgan departemen agama seperti madrasah maupun departemen pendidikan seperti
ekolab Dasar, Menengah dan Atas.
Dalam kehidupao orang Melayu agama dan kebudayaao adalab dua uusur yang
idak dapat dipisahkan. Agama merupakan pegangan hidup rnereka sementara
ebudayaao adalab berbegai kebiasaao yang sudah diterima sebagai adat harus pula
idasarkan pada ajaran agama Islam. Keterikatan orang Melayu terhadap adat resam
akni berbagai kebiasaan yang telah adatkan merupakan suatu cirri khas Melayu. Dalam
t resam tersebut seseorang yang menyebut dirinya Melayu haruslah mengetahui
safah Melayu yang terdiri dari lima (5) bagian yaitu ; Melayu itu islam artinya bersifat
iversal, demokrasi dan musyawarah, melayu itu budaya yang si13tnya nasinal dalam
asa, sastra, tari, pakaian dao tersusuu dalam tingkab laku, Melayu itu beradat yang
s fatnya regional (kedaerahao) da!am Bhineka Tunggal Ika dengan tepuug tawar, balai
p lut kWling, tepak sirih dimana hal itu mengikat tua muda, Melayu itu berturai artinya
usuu dalam masyarakat yang rukun tertib, mengutamakao ketentraman dao
k rukuuao, hidup berdampingao dengan harga menghargai secara tima! balik, Melayu itu
"lmu artinya pribadi yang cliarahkan kepada ilmu pengetahuao dan ilmu kebatinao
arna) agar marwab disegani orang uutuk kebaikan wnwn. Berdasarkan falsafab inilab
g Melayu di kedua wilayah selalu bernsaha uuruk menjalankannya dalarn berbagai
p la interaksi dengan warga yang ada disekitamya. Memang tidak semua dari nilai yang
45
terkadung dapat diwujudkan dalam aktivitas keseharian mereka. Dalam acara-acara
berupa pesta perkawinan ataupun sunat rdSul dan lainnya orang Melayu akan
menampilkan identitas merek.a dengan jalan mematuhi apa yang ada dalam aturan-aturan
t resam tadi, misalnya dengan mengadakan tepung tawar yang diiringi dengan
mbacaan barzanzi dan marhaban. Kebiasaan ini belum punah pada orang Melayu di
pung Teljun dan Pekan Labuhan.
46
BABIU
ORANG MELA YU
DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAY A
. Pengertian Orang Melayu
Di abad ke-18 M orang Barat, terutama Bdanda dan Inggris yang mulai aktif
i Nusantara, menganggap semua penduduk Nusantara dan Semenanjung Malaya karena
ama kulit dan profil tubuhnya hampir sama semuanya serta bisa mengerti bahasa
elayu selaku lingua franca, menyebut bangsa pribumi ini dengan nama Bangsa Melayu
Hal ini diikuti pula oleh para sarjana antropologi lainnya yang memb'::at teori
wa bangsa pribumi di Sernenanjung Malaya dan Nusantara berasal dari satu nenek
oyang yang datang dari daratan Yunan dan kemudian berpindah ke Indn Cina dan
boja. Beberapa abad kemudian gelombang bangsa-bangsa (ras Indo-Mongoloid)
datang ke kepulauan Nusantara mendesak ras Negroid dan ras weddoid yang sudah
bermukim di wilayah Nusantara mencampurkan diri dengan ras-ras tersebut (Sinar,
2 01:7).
Lebih lanjut Sinar mengumukakan tentang ciri-ciri dari ras-ras tersebut yaitu: 1)
Negrito: rambut bentuk spiral/kriting, kulit hitam, ras ini masuk. kepad.a suk.u Semang
egro), 2) ras Weddoid: tubuh kecil, kulit coklat muda, rambut ikal, hidung pesek. dan
g termasuk ras ini adalab suku Kubu dan Toala. 3) ras Proto-Melayu: rambut tidak
· ting, kulit coklat muda, suku yang tennasuk dalam ras ini ialah suk.u Batak dan
T raja,
47
an 4) ras Deutero Melayu: yaitu suku Aceh, Jawa, Bali, Minangkabau, dan Melayu
esisir.
Dengan demikian, suku Melayu yang berada di Sumatera nenek moyangnya
rasa! dari ras Deutero-Melayu yang hidup dalam jenjang kebudayaan Palaeolithicum
an Neolithicum. Tinggal di dalam gua-gua batu dengan memakai ala! perburuan dari
rkakas batu yang digosok. Setelah pusat imperium Melayu berada di Malaka 1400 M
Parameshwara di-Islamkan dari Pasai, maka sejak itu terbentuklah suatu wadah baru
gi orang Islam yang disebarkan dari Melaka ke segenap penjuru di Nusantara.
enyebarannya melalui rute dagang sambil diikuti dengan perkawinan dengan puteri raja
tempat yang sekaligus terbentuk budaya Melayu, sehingga pada masa kedatangan
gsa Portugis ke Nusantara telah terbentuk. kerajaan-kerajaan maritim di sepanjang
a~kuala sungai di pesisir timur Sumatera, Kalimantan dan Thailand Selatan, bahk.an
pai ke Jayakarta dan Indonesia Timur.
Sejak itu terbentuklah definisi Melayu yang baru yang tidak lagi terikat kepada
tor gcncologis (hubungan darah), tctapi dipcr:;atukan olch faktor kultural (budaya)
g sama yaitu kesamaan agama Islam, bahasa Melayu dan adat-istiadat Melayu.
ooyer (dalam Sinar, 2001:10) mengatakan rakyat Sumatera Timur yang tinggal di
sisir tennasuk Melayu dan beragama Islam.
Pada awalnya orang Melayu merupakan kelompok yang berada pada strata atas
k tilca daerah Sumatera Timur masih terdiri dari beberapa kesultanan kecil yang merdeka
berdaulat. Di Kesultanan Deli, Langkat, Serdang, dan sebagainya masyarakat
elayu merupakan kelompok bangsawan yang dihonnati. Mereka tidak hanya menjadi
mimpin, tetapi sekaligus memiliki hak besar dalam hal-hal kepemilikan tanah.
48
engelompokan atas stratiftka.;;i sosialnya terdiri atas golongan bangsawan dan golongan
yat (masyarakat kebanyakan). Seorang bangsawan mempunyai gelar yang
isandangnya seperti Tengku, Wan atau Orang Kaya.
Gelar T engku diberikan kepada keturunan sultan dan kerabatnya ataupun bagi
an dari kakek mereka yang dabulunya memlik1 darab kekuasaan tersendiri. Gelar
an diberikan kepada bangsawan lain yang menikah dengan wanita keturunan Tengku.
dapun gelar Orang Kaya hanya diberikan oleh sultan kepada orang yang beJjasa
epadanya atau kerajaan dan selain dari gelar tersebut, sultan juga menghadiahkan daerah
, ang boleh dikuasai kepada yang bersangkutafl. Keturunannya pwt diberi gelar Orang
aya. Ada juga yang menyebut bahwa gelar Orang Kaya hanya merupakan
nghormatan yang didasarkan kepada kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang.
Gambaran Orang Melayu
Orang Melayu dapat diartikan sebagai satu etnis yang sederhana dalam
nampilan gaya hidupnya. Garnbaran ini terlihat pada pola romab orang Melayu, pola
·an, ragam makanan. dan cara memp~erlakukan sesuatu dalam hidupnya.
esederhanaan ini pW1 terlihat pada cara mereka memandang waktu dan makna materi
am tradisi mereka yaitu adanya kecenderungan yang kuat dalam menumpukan
rhatian terhadap hari ini dibandingkan dengan waktu yang akan datang
Memperhitungkan masa depan hampir tidak menjadi rencana, sementara itu hari
. beijalan dihayangkan akan selalu memberikan berkah karena keyakinan yang kuat
k pada agama Islam bahwa selama ada umur selama itu ada rezeki dari Tuhan seru
Pola waktu serupa itu cukup besar artinya dalam tingkah-laku orang
49
elayu dalam bidang ekonomi. Belwn lagi adanya semacam kesan dalam bahwa orang
ang suka mengumpulkan harta dunia cenderung dipandang sebagai orang yang kurang
aik sifatnya.
Gambaran selanjutnya penampilan orang Melayu melalui rekaman tradisi mereka
ang trunpak dalam tingkah-laku dan beberapa gejala budaya ialah tingkat emosi mereka
lam pergaulan sosial. Menurut Harnidy (1986:24), secara kualitatif dapat dikatakan
rang Melayu terhitung ke dalarn satu etnis yang cukup tinggi kadar emosinya, nanum
asih bisa dipandang lebih rendah dibanding dengan etnik atau suku lainnya yang ada di
usantara (Bugis, Madura, Aceh dan Banjar). Meskipun demikian ada semacarn beda
kanan dalam kualitas emosi itu antara orang Melayu dengan suku yang disebut tadi.
ereka mempunyai tingkat emosi yang cenderung menyerang atau memberikan reaksi
g melawan. Sementara orang Melayu emosinya cepat berubah dan ada
k cenderungan yang kuat jika perasaan orang Melayu itu tersinggung atau ada gejala
y g tidak sesuai dengan dirinya dari lingkungarmya, orang Melayu lebih suka
enghindar daripada memberikan perlawanan atau meninggalkan suatu tempat daripada
enentang keadaan di tempat itu.
Orang Melayu akan tarnpil garang apabila dalarn batas yang tidak dapat
d indarkan merckB:~akan tampil dengan amuk Melayu. Tingginya kadar emosi dalam
disi kejiwaan orang Melayu, memberi warna yang khas terhadap bahasa yang mereka
ai. Oleh karena emosi merupakan satu faktor yang amat menentukan dalam hy_bungan
sial budaya, maka pemakaian kata-kata yang berterus-terang cenderung dihindarkan,
an yang dilalui lebih suka mempergunakan perlarnbangan, kiasan, dan berbagai ibarat
simbol-simbol yang semuanya diharapkan mampu menyampaikan gagasan-gagasan
50
erutama situasi perasaan kepada semua pihak di mana pun mereka berhadapan. Dengan
ara serupa itu diharapkan keadaan emosi dapat dipandu dan dikendalikan sehingga tidak
enimbulkan citra dan suasana yang ka'iar scrta kumng bcrbudi terhadap pihak di
kitamya, seperti ungkapan ''tak punya perasaan" menjadi semacam tanda tergailggunya
mosi orang Melayu.
Orang Melayu seperti telah dikemukakan identik ctengan agama Islam. Namun
ereka rnasih rnempercayai beberapa tradisi upacara yang berupa adat seperti jamu laut
i daerah pesisir dan selamatan bagi petani agar laut dan tanaman yang akan dijadikan
mpat mencari kehidupan ~ampu membawa basil baik untuk dapat dijadikan sumber
menuhan kebutuhan. Pada umumnya berbagai tradisi adat yang merek.a lakukan
erhubungan dengan kegiatan ekonomi karena aktivitas tersebut merupakan bagian
roses kelangsungan hidup rnanusia. Kepatuhan untuk menjalankan tmdisi dipengaruhi
leh kenyataan bahwa masyarakat Melayu merupakan kelompok dominan di daerah
t rsebut.
Kedaan ini merUadikan mereka selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang
enyangk.ut budaya Melayu. Kontak atau interaksi dengan kelompok lain yang bukan
elayu hanya terjacli ketika nelayan-nelayan pergi ke laut atau para petani sedang
ocok tanam ke daerah atau wilayah lain. Seperti yang dikemukakan Lah Husny
( 980: 148) pada masa dahulu orang Melayu pada umunmya hidupnya bergantung dari
rcocok tanam, mencari ikan, memproduksi bahan/alat, mengumpulkan basil hutan, dan
rdagang. Umumnya masyarakat pesisir atau daerah pantai orang Melayu bertnata
caharian sebagai nelayan. Menurut Sinar (2001:15), daerah hunian orang Melayu itu
ah Pesisir Timur Sumatera sampai Timur Palembang dalP arab ke Selatan berwatas
51
engan orang Rejang, Lampung, Jambi, dan Riau. Pada orang Melayu Pesisir berlaku
ukum kekeluargaan yang parental, rumab hanya untuk satu keluarga dan kampung
erupakan satu kesatuan territorial. Dengan kata lain, orang Melayu adalah etnis secara
ulturai (budaya) dan bukan secara geneologis (persamaan darab turunan). Lebih lanjut
inar mengemukakan adat Melayu itu adat bersendi hukum syarak, syarak bersendi
'tabullab.
Dari paparan tersebut menjelaskan bahwa orang Melayu di mana pun berada
ercirikan agama Islam, beradat Melayu, dan berbahasa Melayu. Ada beberapa nilai atau
onna yang menonjol pada orang Melayu antara lain:
adanya konsep status (taraf) mengejar status kelas yang lebih tinggi setelab tabun
1874.
Harus bertindak. patut menurut adat dan pendapat orang ban yak
Jika menerima malu (sakit hati) bisa mendatangkan amuk atau sindiran
Orang Melayu tidak suka berbicara keras-keras (nonimpulsif) dan dengan tekanan
terhadap setiap· kata atau kalimat
Condong bersifat konservatif dan fatalisme (Sinar, 2001: 15).
. Orang Melayu dalam Perubahan Sosial Budaya
Berbicara tentang orang Melayu tentunya mengulas masalab pola dan tingkab
ya. Mintargo (1997:110) mengatakan babwa setiap po1a tingkab laku manusia di
masyarakat dipengarubi oleh kebudayaan. Sejak lahir sarnpai mati manusia adaiab
dati kebudayaan. dan kebudayaan banya mutlak milik manusia yang
p rubahannya sangat cepat dari satu bentuk ke bentuk yang lain walaupun manusia
52
empertahankan perubahan itu. Koentjaraningrat (1980:203) memandang kebudayaan
ebagai universal yang mengadung tujuh unsur yaitu bahasa, sistem pengetahuan,
rganisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup
an sistem religi serta kesenian.
Dalarn kaitannya dengan dengan konteks orang Melayu maka ketujub unsur
dapat dipelajari dengan melihat bagaimana pola tingkah laku tersebut sarnpai
bahannnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1094) perubahan adalah
al (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran , sedangkan pengertian orang dalarn arti
adalah manusia yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama Jadi,
erubahan orang Melayu adalah adanya situasi dan kondisi dalarn satu kebudayaan yang
nderung mengalami peralihan.
Peralihan atau pertukaran budaya itu menyangkut pola tingkah laku, aktivitas
munal, dan pergeseran nilai-nilai universal serta orientasinya. Perubahan budaya
( ultural change) menurut Mintargo (1997:113) adalah modifikasi atau diskontinyuasi
· prosedur dan car--cara yang telah dipindahkan dari budaya masa lalu dan manusia
s lalu ingin belajar, bersaing serta beketjasama hal ini dapat terlihat misalnya pada adat
iadat orang Melayu yang relativ mewakili keinginan sosial yang berguna dan tidak
rtentangan dengan nilai-nilai kebiasaan (tradisi) yang telah ada sebelumnya.
Faktor Penyebab Perubahan
Setiap bangsa yang ada di dunia ini memiliki suatu ciri sosial budaya yang khas
ciri khas ini digunakan sebagai suatu cara untuk membedakan kehidupan antara satu
k lompok masyarakat dengan masyarakat yang lain. Salah satu faktor yang ikut
53
mempengaruhi ciri khas tersebut adalah tingkat perubahan yang berlangsung di tengah
tengah kehidupan masyarakat itu sendiri. Suatu realita umum bahwa segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan selalu mengalami perubahan. Sasaran perubahan adalah
rnasyarakat dan kebudayaan. Hal ini merupakan suatu sifat yang tidak dapat disangkal
1bahwa masyarakat dan kebudayaan bersifat dinami~;.
Perubahan yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat secara umurn dapat
ditemukan dalam kehidupan setiap etnis. Koentjaraningrat (1990:254) mengemukakan
pengertian tentang etnis adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
!identitas akan kesatuan kebudayaan, di mana kesatuan kebudayaan tersebut ditentukan
oleh masyarakat kebudayaan yang bersangkutan itu sendiri. Salah satu etnis yang
mengalami perubahan adalah etnis Meiayu atau penulis sebut dengan Orang Melayu.
;Keberadaan orang Melayu ini dapat ditelusuri d~--i Pesisir Timur Sumatera Utara, Riau,
Jambi, dan Kalimantan Barat.
Masing-masing etnis Melayu yang ada di daerah-daerah itu pada dasamya
memiliki budaya daerah yang sama persis. Kemudian karena adanya kehidupan sosial
; budaya yang sating beragam mempengaruhi corak khas dari masing-masing ctnis
'tersebut. Corak. tersebut dapat dikatagori sebagai faktor-faktor penyebab perubahan yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini sa1ing bertemu dalarn konteks,
fungsi, dan tata cara pelaksanaan suatu kehidupan etnis.
1. Faktor Internal
Menurut Sudikan (dalam Zulkifli, 2000:10) perubahan sosial budaya dapat
· dipelajari pada satu tingkat tertentu atau lebih dengan menggunakan berbagai kawasan
54
studi dan berbagai satuan analisis. Beberapa faktor internal perubahan sosial yaitu
lingkungan alam, pengetahuan dan budaya kerja.
Seperti kita ketahui bahwa Orang Melayu tinggal di pesisir timur Sumatera yang
'letaknya sangat strategis dan tanabnya merupakan laban perkebunan yang sangat
produktif dari sernenjak Hindia Belanda hingga saat ini. Alarn yang begitu subur
.menj adikan wilayah kekuasaan orang Melayu pusat perhatian kaum pendatang untuk
:mencari kehidupan. Lingkungan alam yang begitu subur dan sumber taut yang cukup
membuka mata dari para kaum saudagar dan juga kaum urban membawa orang Melayu
menjadi bangga akan alamnya. Mereka berasurnsi bahwa alam tidak akan pernah
'meninggalkan mereka dan alam adalah ciptaan Tuhan seperti prinsip yang mengatakan
"Takkan Hilang Melayu di Bumi'' yang merupakan filosofi adat Melayu itu sendiri.
Status social seperti keturunan Sultan atau Datuk yang disandang baik karena
:keturunan maupun atas pemberian raja dimasa lalu membuat orang melayu enngan dan '
imalas bekerja bahkan muncul perasaan malu jadi kuli di dekat kampungnya sendiri yang
dahulu mereka orang yang berkuasa atas alam di wilayah sekitar mereka, membawa
:harum bangsa babkan merupakan sumber devisa yang luar biasa bagi etnis lain yang ada
;di bumi Nusantara ini. Walhasil kaunt pendatanglah yang menikmati potensi alam yang
melimpah ruah tersebut dan orang Melayu tidak menyadari hal tersebut bahkan mereka
menyewakan labannya kepada kaum pendatang padahal tanab tersebut dapat-mereka
tanarni sebagai potensi dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Adanya budaya kerja yang terkenal dengan sebutan malas inilab yang membuat
;orang Melayu kian tersisihkan atau terpinggirkan di wilayahnya sendiri walaupun
sebelumnya wilayah yang dikuasai kaum pendatang tersebut adalah kekuasaannya yang
55
•
tb1ah ada dan ditirahkan kepada mereka (orang Me1ayu). Seperti yang dikemukakan o1eh
Sinar (200 1 : 17) Orang Me1ayu se1aku penduduk asli tidak sadar bahwa mereka
l)lemberikan pe1uang banyak kepada kaum pendatang (Jawa, Mandai1ing dan Cina)
menjadi berkuasa .
l. Faktor EkJternal
Perubahan di dalam budaya orang Melayu sebenamya sudah ada semenjak
kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh budaya Hindu-Budha Perubahan demi
perubahan terns ber1anjut dan perubahan yang yang raling banyak mempengaruhi scmua
sendi -sendi adat dan budaya semua etnis kurang 1ebih tiga setengah abad ada1ah pengaruh
~arat. Kebudayaan yang dibawa o1eh kebudayaan Be1anda terutama pengaruh Eropa
bampir menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Begitu juga halnya dengan etnis Melayu perubahan secara ekstemal adalah yang
~atangnya dari modernisasi, pendidikan dan mobilitas. Ketiga faktor ini mempengaruhi
;pergeseran-pergeseran nilai-nilai kehidupan etnis/orang Melayu.
Adanya modemisasi ini juga diperoleh kemajuan pendidikan terutama orang yang
'diseko1ahkan oleh kolonial Belanda dengan memperkenalkan budaya Barat dalarn
'membangun gedung, jembatan dan transportasi serta komunikasi. Sekat-sekat budaya
1 yang sangat tertutup semakin melonggar, sehingga banyak tata nilai tradisi sangat
terbuka. Adanya kontak budaya Barat dengan budaya 1okal akhimya terjalin pencapaian
· kemajuan atau modemisasi baik dalam bidang ekonomi, seni, sastra dan politik. Kontak
budaya ini sekaligus pengarnbilalihan beberapa aspek budaya Barat, terlebih ketika
Belanda menjalankan politik etisnya dibeberapa wilayah sumatera Timur. Walaupun
56
bahagian orang Melayu yang tinggal di beberapa tanab perkebunan milik Belanda
angat patuh pada raja dan tradisinya, lama kelamaan akhirnya terpaksa menerima
engaruh-pengaruh modernisasi dalam kehidupan sosialnya Sistem budaya bam yang
ereka akomodatif tersebut antara lain administrasi, pemcrintahan, pendidikan, sistem
ocial, dan hukurn. Orang Melayu sendiri sangat terbuka dalam sistem adat-istiadatnya
ehingga muncul sikap dan ak.tivitas yang mendukung muculnya dinamika kebudayaan
ang datang di sekitar wilayahnya.
Namun ketika Belanda menguasai Indonesia semua aspek kehidupan menjadi
bab termasuk sistem pendidikan. Perubaban di dunia pendidikan ini terlihat dari
ndidikan surau menjadi ke sekolab gedung permanen (modem). Bahasa yang
ipergunakan dalam sistem pengajaran dominan bahasa Belanda dan ini diterima saja
leh kaum/orang Melayu yang belajar pada sekolab-sekolab modern tersebut. Faktor
erubah ketiga ekstemal ini adalah mobilitas yaitu adanya pergerakan antara kaum
endatang menguasai wilayah orang Melayu. Mereka tidak hanya sekedar datang untuk
rdagang atau bekelja di wilayab orang Melayu, melainkan menetap dan membentnk
ehidupan baru di wilayah tersebut dan membawa budaya mereka dalam kehidupan
sehari-harinya pada gilirannya mempengaruhi perubahan berbagai aspek kebudayaan
lokal atau setempat.
Fenomena tersebut membawa dampak pada pola tingkah lak.u antara kaum
pendatang dengan orang Melayu itu sendiri, kebiasaan/ tradisi yang semula menjadi hal
yang seharusnya dilakukan oleh orang Melayu, membuat kaurn pendatang sebabagian
ikut mematuhinya atau memasukkannya dalam kebiasaan yang sebelumnya tidak
dilakukan oleh kaum pendatang. Adanya kontak budaya ini menjadi suatu perubahan
57
-- ---·-·-- ------·--
t'l.u 1\j~~-:t,~~~. dalam melaksanakan tradisi mereka (baik orang Melayu maupun kaum peDdatang).
Adanya mobilitas ini membuat pergerakan kaum pendatang dalam proses tatanan konsep
pembentukan wilayab secara formal kepemimpinan adat sudab tidak ada lagi, secara
hierarki pemimpin yang ada berupa gubemur, walikota, camat dan lurab tidak lagi ada
sultan, datu!<. dan para penghulu suku sebagai pengatur wilayab. Pergerakan masuk dan
keluamya kaurn pendatang pada wilayab orang Me!ayu menjadi kampung-kampung
Me!ayu tergusur kepedalaman sementara kaum pendatang ber!omba dengan waktu
mengikuti kemajuan zaman .
. Kehidupan Orang Melayu di Terjun dan Pekan Labuhan
• Masa Pembukaan Perkebunan
Pada awalnya orang Melayu merupakan kelompnk yang berada pada strata atas
etika daerah Surnatera Timur masih terdiri dari beberapa kesultanan kecil yang merdeka
an berdaulat. Dikesultanan Deli, Langkat, Serdang dan sebagainya orang Melayu
erupakan kelompok bangsawan yang dihormati, mereka tidak hanya menjadi pemimpin
tapi sekaligus memiliki hak yang besar dalam hal kepemilikan tanab. Tanah-tanah
g ada diwilayah Sumatera Timur merupakan tanah su"ur, begitu juga dengan tanah~
yang ada dikampung TeJjun dan Pekan Labuhan pada masa ke sultanan ketika itu
bagian wilayab daratan dijadikan kawasan perkebur,an dan masyarakamya hanya diberi
k wenangan untuk mengolah sisa tanah yang ada sebagai sawah dan ladang, karena
!ayah mwrupakan kekuasaan Sultan maka mereka wajib memberi upeti kepada sultan
· memanen tanaman. Pada masa tersebut sungai Badera merupakan lintasan rakyat
yarakat menuju kelaut untuk menangkap ikan dan saildagar membawa dagangannya.
58
ungai Badera dijadikan jalur transportasi oleh penduduk diluar kampung Terjun dan
ampir scmua penduduk mempunyai sampan ked I untuk mencari ikan sebagai nelayan.
ehidupan penduduk sangat teratur baik susunan rumab penduduknya maupun dalam hal
ubungan sosial serta pembagian pekerjaan antara kaum pria dan kaum perempuan yaitu
ertani atau berladang pekeijaan kaum perempuan dan kelaut sebagai nelayan untuk
aum pria! laki-laki.
Kehidupan mereka sebagai masyarakat yang homogen mulai berubah ketika
umatera Timur di buka sebagai sentra perkebunan. Orang melayu yang ada di kedua
ilayab tersebut tidak dapat menghindar dari pengaruh meledaknya kedatangan para
ndatang luar yang mempengaruhi kehidupan ekoriomi sosial mereka. Dalam aspek
konomi kegiatan pertanian terganggu karena tanah-tanah mereka dialihkan menjadi
perkebunan. 8eiring dengan pembukaan perkCbunan mulailah berdatangan
elompok-kelompok masyarakat lain yang datang ke Surn.atera Timur untuk mengubah
sib mereka. Meskipun pembukaan perkebunan rnemberi kesempatan bekerja lebih
anyak namun orang Melayu tidak ingin terlibat di dalamnya.
Keadaan ini berbeda dengan golongan bangsawan Melayu yang justru menikmati
Wltungan dari perkebunan karena tanah perkebunan memang milik mereka, sebaliknya
yat biasa yang sama sekali tidak memiliki tanah juga enggan bekerja sebagai buruh
rkebunan. Rasa enggan ters.ebut muncul karena tidak ingin direndahkan martabatnya
bagai kelompok yang ketika itu memiliki pengaruh luas. Mereka tetap bertahan
enjadi nelayan dan kaum perempuan mengalihkan kegiatannya dengan menyemat atap
upun membuat rokok daun ataupun menjual basil tanaman musiman untuk
menuhan kebutuhan hidupnya.
59
'
.I. Latar Belakang 111asuknya Pendatang
Sumatera Timur terus berkembang sehingga menarik para pendatang dalam
ah lebih besar, mereka mulai menyebar kepinggiran pusat kerajaan, Kampung
eljun dan Pekan Labuhan adalah tempat atau wilayah yang dianggap oleh kaum
ndatang dapat hidup. karena kedua wilayah ini mempunyai potensi yang cukup
tegis yaitu Tetjun mempunyai pintu masuk dengan sungai Baderanya dan Pekan
buhan merupakan kola kerajaan lama yang terletak dilintasan menuju Pelabuhan
elawan. Maka berbondong· bondonglah kaum pendatang kewilayah ini dan akibatnya
rsaingan dalam bidang ekonomi pun terasa semak.in tinggi, keinginan untuk
emperoleh kehidupan yang lebih baik telah mendorong kaum pendatang giat bekelja.
Kaum pendatang yang masuk dalam kedua wilayah ini adalah orang jawa.
andailing, Minangk:abau dan Batak. serta Cina. Mereka merupakan migran-migran yang
· f dan gigih dalam menapaki kehidupan di wilayah baru tempat tinggal yang
d rasakan sangat potensial untuk pengernbangan kehidupan yang layak dari sebelumnya.
da dua penyebab migrasi yakni yang berhubungan dengan pengaruh fisik, seperti
cana alarn dan perubahan-perubahan iklim yang tiba-tiba dan yang kedua pengaruh
sial, seperi pengusiran besar-besaran, kalah perang oleh pendatang yang menyerang.
ari kedua faktor ini kaum pendatang yang ada di kedua wilayah ini adalah karena
ya pengaruh fisik dan sosial ekonomi. Faktor fisik karena sifat manusia untuk
s lalu hidup aman dan tentram tanpa gangguan pihak lain dan dapat memenuhi
k butuhan hidupnya ditempat yang baru, sedang faktor sosial ekonorni karena
k miskinan serta ingin memperbaiki kehidupannya agar dapat meningkatkan status
60
•
Namun untuk etnis cina yang datang ke wilayah Terjun dan Pekan Labuhan lebih
· pengaruhi oleh faktor ekonomi dan keadaan politik dinegaranya yang kacau mendorong
ereka untuk mengadu nasib di daerah asing. Begitu juga dengan orang Jawa kesulitan
e onomi karena tanah-tanah yang terbatas dan kurang potensialnya laban serta
rtambahan penduduk yang· terus meningkat yang tidak seimbang dengan kesempatan
kerja merupakan alasan untuk menerima tawanm dari pemerintah kolonial Belanda
J ~i yang diberikan kolonial Belanda pada waktu itu lebih memotivasi mereka untuk ikut
enjadi kuli kontrak yang temyata hidupnyapun tidak iebih baik dibanding di daerah
ya.
Migran dari etnis Batak dan Minangkabau, perpindahan dilakukan sebagai upaya
meningkatkan status. Bagi kaurn pria Minangkabau meninggalkan kampung
amannya merupakan jalan untuk mencari kehidupan baru untuk mengumpulkan harta
a dibawa pulang ke kampung halarnan. Sementara bagi etnis Batak migrasi yang
ilakukan untuk menaikan sahala (kehormatan) (Bungaran A, 2006)
.2. Setelah Masuknya Pendatang
Orang Melayu dikenal sebagai kelompok masyarakat yang terbuka dan selalu
rsikap ramah, sebagai buktinya adalah keberhasilan me~ka berperan sebagai pedagang
tara di berbagai pelabuhan nusantara dahulu. Sikap yang demikian seolah telah !
tenjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang lebih banyak bermukim di daerah
~sisir. Begitu juga orang Melayu di Kampung T erjun dan Pekan Labuhan mereka I
engan ramah menerima kaum pendatang kewilayahnya tanpa ada suatu perlakuan yang
embuat etnis pendatang merasa takut bertempat tinggal. Meski mereka tahu keberadaan
61
trmt.JK ~P·.'T" "i•· '-' ! ~ !\l ~ •. , ' kawn pendatang ini akan membawa pengaruh terhad k~t§?l asJ,bf. iehidupan
mereka, orang Melayu sebagai penduduk asli dengan mudah menerima mereka, terutama
kaum pendatang dari etnis Minangkabau karena etnis ini mempunyai kesamaan yaitu
beragama Islam (Sinar, 2001) Kompleksitasnya kehidupan orang Meiayu sebagai
pendudk asii di Terjun dan Pekan Labuhan dengan ad\lllya kaum pendatang dari berbagai
etnis, tidak membuat orang Melayu kehilangan identitas.
Meski dalam bidang ekonomi mereka kalah bersaing namun dalam masalah
sosial budaya mereka masih bertahan. Hal ini terlihat pada pola kekerabatan yang biasa
dilakukan sebelwn kaum pendatang masuk tetap berjalan. seperti upacara-upacara
menyambut tamu kehormatan yang datang kewilayah tersebut, menjamu laut saat mau
turun ke !aut dan selamatan untuk membuka lahan pertanian serta pertemuan-pertemuan
rutin oleh pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat di balairung yang ada di kedua
wilayah tersebut. Kaum pendatang pun ikut terlibat dalam setiap pertemuan yang
iadakan oleh penghulu di kedua wilayah ini, juga terlibat dalam aktivitas gotong royong
. embangun sarana umum seperti jalan, mushola bahkan apabila ada musibah kaum
ndatang bergotong royong menyelesaikannya., seperti kemalangan mereka turut
embantu baik fisik maupun materil. sehingga dalam kehidupan sehari-hari kedatangan
aum pendatang tidak dirasakan sebagai orang luar yang berusaha hidup tanpa mau
erperan serta.
I Apabila ada perhelatan kamn pendatang ikut membantu bersama-sama Orang
t•iayu mengikuti dengan tekun adat yang ditampiikan. Rumah-tumah yang dibangun
o~eh kaum pendatang berusaha mengikuti susunan ietak yang teiah terpoiakan dikedua
tlayah 1m. Ada sebahagian yang mengikuti bangunan ada! melayu sepenuhnya
62
bangunan panggung) dan ada juga hanya bentuk teras yang dieirikau dengan ragam
elayu. Kawn pendatang selain membaur d~;:ngan adat Melayu sebagai kebiasaan
ndudk asli di kedua wilayah ini juga didasarkan agar mereka dapat diakui oleh sultan
ang berkuasa di wilayah tersebut dengan tujuan mendapat laban dan kekuasaan untuk
enggarap tanah sebagai laban ladangl sawah dan tempat tinggal yang tetap tanpa harus
embayar upeti pada sultan, sehingga ada yang menaggalkan marga dan kawin mawin
engan penduduk asli agar dapat masuk dalam kelompok Orang Melayu di wilayah
ersebut.
Dalarn penerapan adat para kaum pedatang tidak sepenuhnya rnernbawa adat
stiadat mereka, melainkan memasukan adat resam Melayu seperti pada perkawinan,
~ub bulanan, kekah atau turun tanah, berupa resam tepung tawar dan gaun yang dipakai
pelaminan yang semuanya ini dibaurkan dalam satu kegiatan
rhelatan.
Kehidupan beragama kaurn pendatang tidak rnernasukan kepercayaannya, artinya
tnis yang non Islam tidak mernbuat ternpat beribadat di kedua wilayah ini, kaurn
ndatang yang beragama non islam mencari lokasi peribadatannya di luar wilayah
ehingga kerukunan beragarna sangat terlihat jelas dalarn kehidupan sehari-hari. Adanya
ttap mernpertahan budaya ~elayu di kedua wilayah ini pemerintah rnenjadikan daerah
sebagai objek wisata desa dan karnpung Melayu hingga tahun 80 an ( dokurnen I
~elurahan) .
.3. Di Masa Pembangunan
Rendahnya kualitas kehidupan orang tvlelayu ditinjau dari segi ekonomi
elah masuknya kaum pendatang dan kurangnya semangat kerja, membuat orang
63
I
~elayu di kedua wilayah ini kian tersingkirkan dan memprihatinkan. Meski jumlah
Jereka (orang Melayu) berbanding terbalik dengan kaum pendatang. Dari segi
·~. empertahankan budaya oleh kedua wilayab, membuat pemerintah Dac-rah Sumatra
ytara memberikan perhatian khusus menetapkan kampung Tetjun dan Pekan Labuhan
' s bagai Objek wisata asing yang ingin menikmati sajian etnis Melayu dengan membawa
turis asing ke kampung-kampung melayu yang ada pada kedua wilayah ini serta
t memelihara sarana-sarana yang mencirikan adat Melayu ( balairung dan istana
k rajaan lama serta nunah-rumah melayu yang masih mengandung nilai budaya Melayu
t mpo dulu yang dianggap memiliki keunikan, dan jalan menuju kampung satu dengan
k pung melayu lainnya).
I Bila ada tamu kehormatan ke Sumatra Utara dibuat penyambutan dengan adat
~elayu yang petugas dan pelakonnya diambil dari kedua wilayah ini serta selanjutnya
o~eh pejabat setempat digiring kewilayah Terjun dan Pekan Labuhan untuk menikmati
+gelaran etnis Melayu dari mulai keseniannya sampai pada olahan panga~ khas
ieiayu
I Pelaksanaan ini hanya sampai pada era tahun 80- an, para turis balk iokal maupun
~anca negara tidak lagi datang berkunjung ke wilayah ini. Pemerintah lebih
~emfokuskan pada bidang pembangunan di wiiayah kota Medan untuk dijadikan kota
4etropo1itan, sehingga bangunan-bangunan lama yang mencirikan Melayu satu persatu
bis diganti dengan bangunan gedung-gedung bertingkat. Begitu juga halnya dengan
pung Terjun dan Pekan Labuhan, Wilayalmya dijadikan pusat kawasan industri
tama wilayah Pekan Labuban. Hal ini dikarenakan Pekan iabuhan merupakan iokasi
ttegis untuk lintasan keluar masuknya barang-barang industri dari Pelabuban Belawan.
I
i
64
I ·. I MILIK PE.'.I PU'l . .. Ah >". :
I · U f\i • !l:P· rementara Kampung Teljun dijadikan lokasi Perwnahan untuk pinggGiin.kota Medan.
~Agostono,l998) Orang Melayu yang ada dike duawilayah kian tergosur kepedalaman
' . tahkan tersingkirkan karena sumber daya yang dimiliki mereka sudah tidak ada lagi
~bis dijual kepada kaum pengosaha.
i Penduduk asli yang ada di k.edua wilayah ini banya tinggal generasi tua yang
~dup jaub dari kemakmuran kaum pendatang. Artinya generasi muda sudah tidak tampak
tarenakan mencari pengbidupan yang layak gona memenuhi kebutuban hidup keluarga
orang tua. ' !
i Perubahan perilaku dalam kaitannya dengan mobilitas sosia; merupakan satu
4iantara sekian darnpak globalisasi informasi yang begitu pesat perkembangarmya pada
~ekade ini. Boleh dikatakan saat ini banyak kalangan tenaga kelja produktif lebih
~emilih bekeija di luar sektor pertanian yang nota bene banyak disediakan oleh pabrik
+brik dikawasan industri. Bersarnaan dengan pesatnya perkembangan tehnologi
tformal dan komunikasi, perubahan cepat terjadi dengan berdirinya pabrik-pabrik,
'srmna pendidikan umum, penunahan-pei111I1.8han dari mulai yang sederhana sampai
+pada tingkah mewah. Lahan-lahan tempat untuk bercocok tanarn berubah rnenjadi
tna pemukiman permanen dengan pengelompokan-pengelompokan yang dibatasi oleh
mbok menjulang tinggi seolah terkesan kaum pendatang sebagai roasyarakat eksklusif
b gi penduduk setempat. Pergeseran-pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh
g obalisasi infonnasi rupanya ikut memperlancar mobilitas sosial yang pada gilirannya
t lah menyebabkan perubaban sosial budaya. Generasi muda orang Melayu menganggap
pa pentingnya pendidikkan untuk bekal anak-anak dalarn menggapai masa depan.
berapa alasan yang mereka kemukakan antara lain agar generasi berikutnya tidak
65
engalami kehidupan yang sepeerti mereka alami saat ini, misalnya dapat bersama
ngan kelompok etnis lain dalam berlomba merebut posisi ditempat pekerjaan dan
itas hidup lebih baik dari sebelumnya. (T.Afdi Rahmat /infoman).
66
BABIV
PERUBAHAN SOSIAL BUDAY A
KAMPUNGTERJUNDANPEKANLABUHAN
67
•
A. Perubaban-perubaban Sosiallludaya
1. Pemukiman
Berdasarkan kajian pustak:a dan wawancara dengan infonnan. penulis
memperoleh data bahwa orang Melayu di kedua wilayab ini pada mulanya bentuk
pemukiman atau rumab tinggal adalab rumab yang berbentuk panggung dengan memakai
liang kayu. Asal usulnya mengapa orang Melayu membuat rumab panggung belum ada
data yang dapat dijadikan rujukan, namun merturut ceritra para pernilik yang masih .ida
sekarang ini rumab panggung itu asal dari lelubur mereka ( flokor).
Rancangan bangunan yang dahulu diciptakan secara pragmatik semata-mata
untuk menghindari genangan luapan air sungai dan keamanan dari binatang buas,
sehingga keluarga, tamu dan juga hila ada kegiatan ritual/upacara ada! tidak terganggu
dan merasa nyaruan berada di rumab panggung tersebut. Dalarn arti konteks dan
fungsinya rumab panggung dibangun adalab sarana untuk tempat tinggal yang·nyaman
'auh dari gangguan binatang buas dan luapan air sungai. Rumah panggung tersebut
erdiri dari banyak ruang yang kesemua itu mempunyai fungsi hirarki, seperti yang
· emukakan Syaifuddin (2005:10) kedudukao ruaog yaog bertingkat-tirtgkat dan tidak
a parasnya melarnbangkan hirarki dalarn kehidupan masyarakat yaitu terdapat
olongan tua dan muda. Tingkatan yang dimaksud dalarn kedudukan ruaog rumab
elayu berawal dari serambi muka, serambi, nalk rumab dapur dan turon ke dapur.
ecara simbolis babwa kehidupan orang Melayu umurnnya ada tiga hirarki yaitu rakyat,
Berdasarkan fungsinya ruaogan-ruaogao tersebut adalab sebagai berikut; yaitu
gian depan adalab tempat interaksi anggota kduarga, sedangkan babagian tengab
68
'
r'fliLIX PERPLI'H. l.!l\.ll !',.. I U 1'\1 Hf~ c.
ah tempat peristirhatan (ruang privacy). Kamar utama terdapat pada bah;;siim
angkal ruang tengah dan khusus imtuk anak gadis posisi karnar berada di loteng (para)
belah alas ruang tengah. Ruang yang terdapat pada bahagian ujung bangunan berfungsi
eabagai kamar orang tua dan karoar tamu. Sedangkan bahagian belakang berfungsi
!ebagai dapur. Pengaturan ini mempunyai arti bahwa tidal< semua orang mampu untuk
asuk dalam ruang-ruang yang ada dalam rumah panggung tersebut, terutama untuk para
u dan kaurn kerabat bahkan perbedaanjenis kelamin lebih diutamakan sesual dengan
~aran agaroa Islam antara lelaki dan perempuan yang bukan mukhrim dihalangi
dangannya oleh tata Ietak ruang. (Ekoprawoto, 1998)
I Dalam cara pembuatan rumah orang Melayu di kedua wilayah ini, melalui proses
'
fanjang dan bergotong royo.ng. Kegiatannya diawali dengan musyawarah baik untuk
lmemilih tapak, memilih kayu serta tata ruang sesuai dengan struktur keluarga yang akan
menempati. Kemudian juga dipersiapkan pawang, penghulu adat selain jiran. tetangga,
ini artinya dalam pesiapan membangnn rumah tinggal orang Melayu secara tradisional
! sangat memperhatikan alamllingkungan dan tidal< mengganggu sistem ada! serta
menjamin para penghininya dari bencana. Ak.tivitas gotong royong dalam membangun
rumah orang Melayu oleh jiran tetangga tanpa memandang status sosial dan usia.
Mereka dibayar sekedarnya yang dikenal dengan sebutan upah alas pertolongan. Selain
bergotong royong dalam membangnn rumah sebagai tempat pemukiman, juga
1 diberlakukan adanya acara ritual yaitu dari upacara pulih tanah, mendirikan liang rabung
'
sampai peda menempati ruang dan kelengkapan rumah baru. 0
Dalam hal ini ritnal dilakukan mulai dad sebelurn , sedang dan sesudah
mendirikan bangnnan. Semua ritnal itu selalu dilakukan oleh orang Melayu dalam
69
membangun rumah tradisional d.engan tujuan agar rumah yang dibangun mendapat
berkah dan merupakan surga bagi peJ:'iliknya. Artinya keluarga yang menempati rumah
tersebut senantiasa dimasuki malaikat rahmat dan nyarnan untuk melaksanakan aktivitas
kehiduparmya hingga keanak cucu. Tala letak atau arab rumah juga diatur untuk setiap
pembangunan rumah masyatakat setempat dalarn suatu banjat yang atahnya sarna dan
berdekatan antara satu keluarga dengan anggota keluarga lainnya, hal ini diartikan selain
untuk dapat dengan segera sating membantu dan melindungi juga merupakan budaya
Melayu. Namun seatah dengan perkembangan zaman fungsi primer tersebut mengalatni
pergeseran.
Pada tahun 1980-an rumah tradisional bukan lagi merupakan suatu andalan
bagi orang Melayu dalarn setiap membangun rumah. Pembangunan rumah permanen
yang tidak mempunyai kolong telah mengganti kedudukan rumah panggung sejalan
bertarnbahnya penduduk dan berkembangnya pengetahuan serta pemaharnan masyarakat
tentang perhitungan ekonomi, sehingga lebih mentilih rumah permanen sebagai tempat
I
tinggal. Fungsi dan makna run>ah tinggai masa kini kaiau dikaitkan dengan alarn tropis
ditambah sebahagian masyarakatnya yang agricultural, maka tipologinya menjadi rumah
berlantai dan rumah bertingkat. Hal ini adalah dipengarulli oleh konsep hunian modem
yang serba terbatas, . realistis dan ekonomis serta fleksibel. Mengingat masyarakat
diperkotaan mengarah keperkembangan iodustri menimbulkan pemusatan penduduk
daiarn ruang yang sempit atau berhimpitan. Maka fungsi untuk menghormati kaum
orang tua dan perempuan dalam sekat-sekat ruang seolah tidak jelas lagi. Masyarakat
sudah lebih menyukai rumah dengan lantai dibawah. Selain itu pesatnya pembangunan
yang mengakibatkan berkembangnya kedua wilayah ini mengubah wawasan orang
70
'
elayu akan konsep pola membangun rumah tradisional dengan segala pemak-pemik
"tualisasinya,jika pun ritual itu ml)§ih ada hanya terbatas pada saat memancangkan liang
p yang sering dilak:ukan. Kebi!lsaan ini masih tetap ada tetapi tidak: lagi dihubungkan
engan keyak:inan hanya sekedar 'kebiasaan dengan meletakan pisang setandan dan I
telapa sebelwn atap dipasang.
Kemudian pada setelah rumah selesai dibangun sebelum ditempati keluarga yang
I an tinggal, mereka mengadakan kenduri sebagai ungkapan rasa syukur dan terima
ih serta mengikat kekerabatan pada tetangga yang ada disekitar rumah tersebut.
enurut key infonnan hal ini· masih berlaku pada kedua wilayah ini namun konsteks dan
gsinya telah bergeser kepada status/ prestise peaghuni dan pelak:sanaannya tidak: lagi
~emperhitungkan hari dan bulan yang dianggap membawa berkah tetapi telah berubah
suai dengan kebutu.ilan dan kemampuan ekonomi pemiliknya. Berubahnya kondisi
asyarak:at dari yang mempunyai laban yang cukup luas dan rumah pangg1mg yang
angat menonjolkan prestise kini punah berganti dengan ruko dan rumah permanen dan
~ukan lagi orang melayu sebagai penghuninya, melaiukan etnis lain yang mereka beli
ari orang Melayu yang tinggal diwilayah tersebut.
Walaupun wilayah ini pemukimannya telah berubah berganti dengan rumah
gal yang permanen dan tidak: lagi mencirikan karnpung-karnpung Melayu atau dapat
tak:an telah menjadi karnpung Cina atau wilayah etnis Batak, namun masih juga
~erdapat satu dua rumah panggung baik itu peninggalan zaman kejayaan maupun
I
~ibangun atas rasa ingin melestarikan rumah adat Melayu. Mereka membangun rumah '
ggung sebagai rasa ingin menunjukan etnis Melayu dan status sosial terutama karena
konorni yang sudah mampu ke atas. Sehingga bangunan yang mereka dirikan sangat
71
. '
I Ia~ :~~~~;,-· ~egah dengan paduan rumah panggung dengan rumah permanen. Bangunan ini tegak
btroiri sendiri yang dihiasi pagar beton tinggi seolah enggan untuk membaur dengan
nj. asyl!Iakat setempat. Artinya penghuni menciptakan jarak atau kelas yang dibanguuuya
s1ndiri terhadap masyarakat setempat. Alasannya karena tidak ingin diganggu dengan
Pfmik-pemik tradisi yang mempengarubi privacy. '
2. Tradisi
Setiap masyarakat dikenal melalui seperangkat tanda-tanda yang dimilikinya.
alam seperangkat tanda itu, ada sisi warisan budaya yang diterima dan terus berlanjut.
S si warisan ini Iazim disebut dengan tradisi. Tl1l9isi merupakan bingkai budaya dari satu rr kehidupan generasi kepada generasi berikutnya dan kadar serta kuantitas pemakaian tir selalu sama antara generasi yang satu dengan generasi yang lain. Kadang-kadang
'. nllik dan kadang kala surut. I
I Dalam pada itu kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa menghadapi
rbagai jenis lingkungan hidup. Lingkungan hidup itu sendiri merupakan sistem yang
eliputi lingkungan alarn hayati. non hayati. buatan, sosial yang mempengaruhi
rikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Sementara itu kita
tahui lingkungan hidup itu merupakan ajang atau panggung hidup dari manusia dan
~anusia dengan tridayanya (penyesunian, penguasaan dan daya.ciptanya) untuk dapat
J.enggunakan lingkungan hidup bagi kepentingannya. Dalarn memenuhi keperluan
· dupnya, man usia selalu berinteraksi dengan lingkungan secara teratur dan terns
enerus yang akan menciptakan tatanan tradisional (sosial) serta tatanan nilai-•rilai
72
•
I
I
~udaya tertentu guna menghadapi d,an menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, bahkan
~erupaya menjaga kelestariannya. (Sztompka, 2004). '
Begitu juga halnya denganorang Melayu di kedna wilayah penelitian, nilai·nilai
udaya itu berfungsi sebagai sisle!Jl lata kelakuan dan pedoman tingkah laku sesama
ereka, seperti hukum adat serta seperangkat aturan. Hal ini biasa disebut dengan adat
tadat orang Melayu (resam melayu yaitu bahasa melayu, adat dan agama Islam). Inilah
gkal-pangkal nilai yang berlaku dalam kehidupan Orang Melayu. Segala tindak
j mani dan rohani mereka akan punya kecendrungan. kuat mendapat pengaruh dari
etiga pangkal nilai tersebut. Jtulah yang menentukan bingkai tindakan dan perbnatan
ereka. Adat istiadat itu telah merupakan kebiasru.n yang turun temurun sejak nenek
oyang mereka.
I Hasil penelitian mengungkapkan bahwa orang mclayu di wilayah penelitian
~asih memegang dan berpedoman pada adat istiadat Melayu sebagai suatu tradisi. Bagi
~rang Melayu melestarikan budaya dengan melaksanakan upacara dan selamatan disetiap
I
perhelatan merupakan snatu kewajiban, walau tidak lagi seperti zaman dahulu dengan
I
renghubungkan tiap item kegiatan pada keyakinan spritual. Kaum pendatang sebagai
~gian dari komunal yang hidup disekitar mereka dan lebih banyak jumlahnya, secara
idak langsung ikut berpartisipasi.
Menurut para nara sumber baik dari orang Melayu maupun kaum pendatang.
udaya Melayu turut dipadukan dengan budaya dari para kaum pendatang (non orang
IMelayu) dalam kegiatan adatnya. Kaum pendatang tersebut merasa cukup bangga ' I
ldengan masuknya bagian-bagian budaya melayu dalam tatanan adat istiadat mereka.
I
73
•
Pekan Labuhan yang terletak diwilayab lintas mcnuju Pelabuhan Belawan.
tingkat mobilitas penduduk sangat 'pesat, namun orang Melayu yang berada disini
gatkonsen dengan budaya yang dimilikinya walaupun tempat tinggal mereka tidak
i kelas depan karena telab berobab menjadi ruko, mereka masih mempertabankan
udaya Melayu sebagai aktualisasi terhadap kaum pendatang. Sarna halnya dengan
pung Teijun adat istiadat melayu telab masuk dalam budaya etnis kaum pendatang.
urn pendatang I etnis lain dengan legowo memasukan bagian budaya melayu kedalam
udayanya terutama bagi kaum pendatang yang penganut aganta Islam. Hal ini
ambar pada saat upacara penyarnbutan baik tamu terhormat maupun pada upacara
I
Banyak orang yang menyebutkan babwa pelaksanaan adat Melayu merupakan
fuatu hal yang mewab dan hanya pantas dillikukan oleh mereka yang mempunyai
temampuan ekonomi lebih. Kenyataannya 1idaklah demikian seiring dengan kemajuan
f.man pelaksanaan adat memang lebih diarabkan agar lebih sederhana dan praktis tanpa
~eninggal makna atau nilai yang ada dalam pelaksanaan adat itu sendiri. Sebagai contoh
~am pelaksanaan anak labir ( kekab dan nabalkan nama), sunat untuk anak yang akan
~eoginjak rcmqja atau akil baliq, serta perkawinan. Mereka tidak lagi sepenuhnya
f>emegang pada kewajihan yang hakiki sebagai orang Melayu, melainkan memakai hal
J,w yang dianggap perlu saja yang lebih diorientasikan pada ajaran agama Islam. Salab
~tunya pada saat anak labir, tradisi orang Melayu akan mengadakan kekab atau nahalkan
~a anak tersebut seminggu setelab melabirkan, narnun pada saat sekarang hal ini tidak I
jagi demikian, melainkan telab disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan kesebatan
!bu dari anak yang labir tersebut.
74
-·
Begitu juga halnya dengan sunnatan menurut Sinar (budayawan Melayu), Seorang
anak laki-laki apabila telah berumur antara sepulub sampai sebelas tahun, anak tersebut
telah wajib sunat sebagai tanda. akan menginjak masa remaja atau akil baliq. Namun
dimasa sekarang hal ini tidak lagi sebagai patokan usia tersebut, orang Melayu lebih
melihat pada kemauan dan kesiapan sianak, sehingga terkadang ada yang masih di bawah
umur I 0 tahun atau diatas sebel8s tahun sudah menginginkan untuk disunat bahkan
seremonialnya dilakukan dikemudian hari dalam arti tidak. pada saat akan
dilangsungkannya sunat tersebut.
!
1 Mengenai perkawinan orang melayu pada masa kini sifatnya telah terbuka
~nya mereka membebaskan anak-anak mereka untuk mencari jodohnya tanpa ada
~aksaan dari orang tua. Kepada anak-anak orang tua hanya mengajukan satu
~mohonan bahwa jika mencari pasangan hidup haruslah seiman. Hasil waw~.ncara r•ngan nara sumber di kedua wilayah penelitian dahulu banyak orang tua yang memang
rencarikan jodoh untuk anak-anak mereka. Terkadang juga mereka hanya mau
~enerima menantu yaog berasal dari lingkungan kerabat atau sesarna orang melayu,
~un adanya kaurn migran/pendatang dan diimbaogi oleh modemisasi hal peijodohan
~dak Iagi merupakan keharusan bagi sang anak. Anak-anak bebas memilih pasangannya I
u dari etnis atau golongan manapun asal satu iman dan pada pelaksanaarmya adat
elayu tidak ditanggalkan. Dengan kata pencarian jodoh orang tua sudah dapat terbuka
amun dalam beberapa bagian yang berhubungan dengan perkawinan mereka masih
rpegang tegub pada tradisi, sebagai contoh ketika anak mereka akan menikah maka
· mulai proses peodekatan (merisik), pi'langan dan haotaran orang tua tidak boleh
i ut, selurub tugas dan tanggung jawab diserahkan kepada seorang perantara yang disebut
75
. ·
I
Jengan telangkai. Orang tua baru terlibat ketika pesta akan dilakuk.an 'karena pada zaman !
~ulu peran pengulu adat sangat dominan dan keputusan yang dilaksanakan telah
felalui musyawarah panjang dengan seluruh tetua adat. Pada masa sekarang pengulu
arat tidak ada .Iagi telah berubah dengan apa yang disebut dengan telangkai yang
1empunyai peran sebagai pengbubung dan wewenangnya dianggap sebagai tuan rumah
o~eh pemilik hajat.
I Berbicara tentang perhelatan perkawinan :oeperti pada kebany.lkan ~dat yang I
b rlaku pada kelompok etnis di tanah air ada beberapa tahap yang barus dilalui seebelum
seorang melangkah menuju jenjang perkawinan diantaranya , merisik, meminang dan
p sta perkawinan. Dahulu masa kerajaan Melayu acara merisik prosesnya panjang
4tuk menuju kepada peminangan dan pelaksanaan pesta perkawinannya. Banyak tahap·
~p yang hams dilalui oleh pihak kedua mempelai. sebagai contoh ada acara risik kecil
t risik besar yang diambil pada saat jamu sukat.
Dalam jamu sukat ini pibak calon mempelai pria hanya membawa tiga perangkat
yjritu Iepak, telangkai dan sebentuk cicin. Sebagai tanda telah ada yang mengikat, setelah
'
ti~a bulan baru dilakukan peminangan. Rangk.aian semua kegiatan ini orang tua kedua
~empelai tidak dilibatkan dalam acara tetapi telah dikuasakan pada telangkai masing· I
~asing. Waktu untuk. menuju kepada pesta perkawinan juga memakan tempo hari dan
b~lan yang lama juga dengan serangkaian adat yang harus mereka lalui. (Sinar, 2000)
' Namun pada masa kini semua telah berubah seiring dengan zaman dan arus modernisasi,
~mua dilakukan atas cta.ar efisensi dengan tidak mengurangi hal·hal yang fimdamental .
S hingga masa sekarang acara merisik dapat dijadikan bersamaan dengan acara' langsung
eminang dan penentuan hari pelaksanaan pesta dengan membawa sebahagian perangkat
76
•
-·
I
~at kebutuhan yang diminta oleh pihak mempelai w"\)ita. Perangkat tersebut masa ' .
¥karang yaitu tepak, peralatan wanita dan perangkat niang tidur. Baru pada hari H nya I
lfmya tinggal mernbawa sebentuk cicin dan uang kasih sayang. Efisiennya rangkaian
~egiatan pesta perkawinan di masa sekarang berkaitan erat dengan bergesemya orientasi
+akua pelaksanaan adat. Daltun arti bahwa adat istiadat Melayu tetap dilaksanakan
ya tidak lagi serinci pada masa lalu yang biasa dalam pepatah melayu mengatakan
· cempedak baiklah uangka, dari pada tidak baiklah ada". (Sinar, 2000)
r· Hubungan Sosial
I Awal dari suatu hubungan sosial adalah adanya kegiatan interaksi dari dua orang
a u lebih yang melibatkan sikap, nilai mapun harapan masing-masing. (Soemardjan,
I 88) Dalarn konteks hubungan sosial antara orang Melayu pada dua wilayah penelitian
d ngan ksum pendatang (migran), tidaklah seharmonis pada masa dahulu. Walau pada
~asa dahulu kaum pendatang Ielah masuk ke wjlayah ini narnun tingkat keakraban sangat • I
t Jjalin indah. Kaum pendatang dari etnis Cina sangat berusaha membaurkan diri dengan
g Melayu. karena mereka ingin diakui keberadaannya untuk menjadi orang Indonesia
g dianggapnya mampu memberikan harapan hidup ketimbang di negara asa1nya.
egitu juga halnya dengan etnis Batak, karena ingin mendapot laban garapan pada masa
k ~ayaan Sultan Deli kelompok ini mebaurkan diri dengan cara mengabdi kepada sultan
rlF sultanpun akan memberi gelar sebagai tanda mereka sudah menjadi kerabat kerajaan.
'gi kelompok etnis Batak yang beragarna Islam seperti Mandailing dan Simalungun hal
i1i tidak sulit karena mereka penganut Agarna Islam. Ini terlihat pada masa sekarang
1milik tanah ulayat mayoritas kelompok yang mempunyai rnarga. Pada masa sekarang
77
i 1
· tiWLIKPERPU'\.,.~•·•· l · i UNIMb., ubungan sosial tidak lagi mencerminkan rasa kedekatan yaug mmtd sebagai kamn
' -~erabat, tetapi telah bergeser pada hubungan sosial atas dasar kebutuhan sesaat. Artinya ' .
_i,asa rnasa sekarang menciptakan hubungan sosial tidak harus mengorbankan diri dengan I
j>erupaya menjadi orang yang sama satu dengan yang lainoya. Tetapi telah berubah,
'
firing masuknya arus globalisasi infonnasi modern.
!
I Pembangunan wilayah berhubungan erat dengan terlepasnya tanah ( erfpacht)
tang semula merupakan tanah garapan dan padang pengembalaan bagi hewan ternak
~ereka. Pekan Labuhan dengan bangun Kawasan Industri Medan (KIM), membawa
tungan sosial antara individu satu dengan individu lainya sebatas teguran sapa pada
bertemu dalam waktu singkat (pada saat selisih jalan). Artinya hubungan bukan
4idasarkan pada tingkat keaktaban tapi lebih pada tingkat tegur sapa pada umumnya.
~ebutuban untuk berkomunikasi lebih didasarkan pada tingkat kebutuhan dan
~euntungan pribadi.
I
! Untuk kampung Tetjun dengan munculnya perumahan elite yang berarti
uninyajuga berkelas, dampaknya komunikasiyang tetjadi sudah tidak ada, masing-
asing pemilik rumah aktif dan sibuk dengan kehidupan diluar wilayah dari mulai pagi
·ngga malam hari. Waktu mereka babis tersita pada pencarian masa depan. Hari libur
~ereka pergunakan untuk berlibur ke luar dari wilayah penelitian. Hasilnya mayoritas I
""urn pendatang yang menghuni pemukiman baru tersebut tidak mengadakan interaksi
sial dengan orang Melayu sebagai penduduk asli wilayah. Responden yang peneliti
ui (Wan Syamsudin) mengatakan diantara sesama kelompok kaurn pendatang saja
saling mengenal satu dengan lahmya walau rumah mereka bergandengan, hal ini
~rbukti ketika ditanyakan nama penghuni tetangga n\~ing-masing dalam kegiatan
78
~sus penduduk. Bila mereka mengetahui ke•daan tetangganya itu bersumber dari para
mbantu rumah tangga masing-masing. Infonnasi dati para pembantu mereka terima
saat akan mengadakan kegiatan sosial kehidupannya dalam bentuk untuk
engundaog pesta.
T erlepasnya komunikasi diantata mereka menyebabkan tidak adanya rasa saling '
t:daraan atau kekeluargaan. yang ada individual. Artinya masing-masing tidak
tabu dan mengoreksi secara langsung pola kehidupan yang dijalani dari masing-
asing kaum pendatang. Bergadengan rumah bukan berarti tercipta hubungan sosial
karab melainkan hidup dengan pola individu yang diciptakan tidak saJing mau tabu.
ragairnana yang diungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat Melayu di Pekan
buhan berikut ini, dahulu kanti hldup saling berdampingan dengan tingkat keakrahan
g cukup tinggi yang ditandai saling kunjung mengunjungi bila hari libur, saling
tentinta tolong menjagakan anak yang belurn sekolah karena kedua orang tua bekelja
rpa ada imbalan /upah. Tidak ada rasa curiga satu dengan yang lalnnya yang ditandai
4mgan saling meuitipkan kunci rwnah bila hendak ke luar rwnah tetapi pada jam tertentu
i
saJah satu dari anggota keluarga yang akan pulang atau selurnh anggnta keluarga
bersamaan pulang kerumah.
Pada masa sekarang hal itu tidak ada 1agi dengan alasan akan meuimbulkan
yang tidak diinginkan, alhasil kaum pendatang harus mempunyai pembantu sebagai
·aga rwnah agar aman dan orang lain yang akan masuk ke rwnah dapat terdekteksi.
-anak dari kaurn pendatang sekolah diluar wilayah ~ pulang sudah menjelang sore -
· denga fasilitas antar jemput kenderaan bermotor. Kohd!si ini tidak menciptakan
rya hubungan sosial diantara anak-anak baik itu sesam• kaum pendatang maupun
79
L"-'"''~w--·~-~, .. ,..._~~aling menciptakan J)emlainan yang mempererat hubungan dan spOrtifitas anak atau
f.nggung jawab anak. Sudah tidak ditemui lagi babkan hilang, dan lahan-lahan yang
~ijadikan tempat bermain berubah fungsi menjadi areal perumahan. Anak-anak bermam
ri rumah masing-masing dengan sarana yang Ielah disediakan oleh kedua orang tua (TV,
i media elektronik lainnya).
1 Dari uraian di atas terlihat bahwa hubungan \S:Osia1 antara kaum pendatang
engan masyarakat Melayu disekitamya diwarnai oleh perkembangan yang menunjukan
· n mapannya kedudukan kaum pendatang disatu pihak dan tergesemya kepentingan
asyarakat Melayu dipihak lain. Lain dari pada itu kehadiran kaum pendatang dapat
ilihat dalam maknanya sebagai teijadinya pergeseran prestise. Dalam hal ini kehadiran
urn pentang mengandung arti sebagai hadimya orang luar yang kedudukannya lebih
ggi dari orang Melayu di sekitar wilayah penel itian. Selanjutnya kaum pendatang
$enjadi orang yang menguasai segala sumber kewibawaan yang semula berada di tangan I
rang Melayu selaku penduduk aslinya. Hasil data yang diperoleh peneliti bahwa hanya
s gelintir orang melayu yang beketja dikawasan industri. (kurang lebih dua puluh orang)
itu sebagai tenaga kasar dan rendahan seperti pesuruh, penjaga malam atau sopir
·(~ta-rata tingkat SLTP). Inilah salah satu. faktor penyebab adanya pergeseran I
t~isihkan mereka diwilayah kedaulatan mereka sendiri.
I Pendidikan orang melayu dari generasi kegenerasi tetap pada level setengah jadi,
inya pendidikan bagi mereka tidak mengharuskan dan mengutamakan anak sampai
j njang pendidikan tinggi. Falsafah mereka adalah akhlak merupakan di atas segalanya,
d ngan kata lain bahwa pendidikan tinggi narnun akhlak tidak tinggi maka disebut
80
nyimpangan dari norma dan nilai ada! Melayu. Hubungan sosial lainnya dikedua
'layall penelitian ini antara orang Melayu dan kaum pertdatang berlangsung secara
ormal di tempat-tempat tertentu seperti pasar atau saat ada perayaan ataupWl perhelatan,
ena jarak sosial mereka terlalu jaub sehingga hubungan ini tak berlanjut Jebih sebatas
jegur sapa spontan. Ini dibuktikan dengan memirtta data tentang (kaum pertdatang)
engan agak ragu menyebutkan namanya. Demikian halnya dengan kaum pendatang,
ereka hanya mengetahui segelintir dari orang Melayu ~ebagai penduduk asli itupun
okoh-tokoh masyarakamya. Tokoh masyarakat Melayu ini dijadikan perantara bagi
pendatang dengan orang Melayu dalarn penyampaian undangan pelaksanaan pesta.
ubungan sosial yang mereka ciptakan sebatas untuk mendapat infonnasi atau sebagai
rantara dalarn perencanaan atau dalarn kegiatan sosial (perhelatan I seremonial adat
'ada!) yang akan dilaksanakan baik oleh kawn pendatang maupun orang Melayu itu
endiri.
Hubungan sosial yang bersifat personal jarang tOJjadi atau dengan kata Jain
Jubungan lebih bersifat kolektif formal dari pada personal informal. Bagi kaum
~ndatang diluar non muslim hubungan sosial tentang pelaksanaan ibadah tidak
+engalarni harnbatan karena sarana ibadah mereka tidak terdapat pada kedua wilayah ini,
~ itu agama nasrani ataupun budha. Tetapi dalam acara pesta yang akan mereka
J~akan. tidak melepaskan diri kepada orang Melayu sebagai penduduk asli, mereka
' engundang tokoh-tokoh adat Melayu untuk memberi masukan dalarn merencanakan
laksanaannya
Sehingga pada pelaksanaannya mereka tidak mengalarni beban psikologis dan
rasangka negatif bagi orang Melayu yang ada diwilayah penelitian tersebu<. Bila
81
I
~itelusuri lebih jauh hubungan sosial yang tercipt& diantara kaum pendatang dengan
rang Melayu sebagai penduduk asli baik itu dikampung TeJjun maupun di Pekan
uhan pada hakekatnya tercipta karena adanya kebutuban dan harapan, baik itu bersifat
olektif maupun personal, namun kebutuhan dan harapan kolektif masih akan efektif i
rembimbing individunya, manakala kendali sosial cukup kuat tennasuk diperlakukannya
~ i tertentu. Sebaliknya kebutuhan dan harapan kolektif tidak akan mampu
fengarahkan harapan lkebutuhan personalnya, manakala kendali sosial lemah dan sanksi
'· efektiflagi. (Seomardjan, 1988)
Terlihat pada harapan dan kebutuhan orang Melay~ selaku penduduk asli untuk
empertabankan !alum garapan ataupun adat istiadat yang utuh seperti yang ada pada
~= kerajaan Melayu, tetapi karena kendali sosial dan sanksi tak diberlakukan dengan
etat, maka tak tampak lagi pengaruh terhadap kebutuhan dan harapan tersebut. Bahkan
1rang Melayu tergeserkan dalarn bal tempat tinggal serta adat istiadat resarn Melayu
~uk dalarn pelaksanaan adat kaum pendatang sementara orang Melayu mulai I
eninggalkan tradisi lama dan menggantikannya dengan yang baru yang lebih efisien
efektif baik itu dari aspek materialnya maupun aturan-aturan pelaksanaan ada!
· adatnya dengan tidak menanggalkan arti dan hake kat resarn itu sendiri.
I Sebagai contoh pada saat penelitian, salah satu orang melayu yang berada di
i:pung TeJjun melaksana suatu pesta perkawinan adat melayu. Dahulu kegiatan ini
rupakan kegiatan akbar dalam arti seluruh masyarakat setempat ikut bergotong royong
· anak muda menarnpilkan kreasinya pada pernik-pernik hiasan Iangan sarnpai pada
g tua dalarn bal penentuan hari, gagasan item adat yang akan dilaksanakan san1pai
pengaturan makanan. Proses rangkaian kegiatan itu cukup memakan waktu yang
82
i
lanjang dan material yang digunakan sesuai dengan gelar/status sosial pelaksana
regiatan. Namun pada masa kini hal tersebut tidak lagi SCS<'IIlputna aturan melayu lama,
~ya modernisasi dengan masuknya tehnologi dan tingkat Pengetahuan yang baru
~embuat proses waktu yang lama tersebut berubab dalam dua hari saja pelaksanaannya. I
¥asyarakat sekitarnya tidak lagi terlibat karena telah diambil alib oleh sanak saudara dan
~ upah yang dapat dengan cepat menyelesaikan pelaksanaan. Kerahat yang
~embantu dapat dihitung, dan kaum pendatang yang tinggal diwilayah tersebut datang
. fbagai tarnu. lnteraksi yang peneliti amati berkisar ten tang hal-hal urn urn sebagai bahan
~tuk menciptakan suasana tidak kaku.
Hasil wawancara dengan tamu dari kaum pendatang yang bertempat tinggal
isana adalab mereka datang karena yang mengundang adalab tokoh masyarakat yang
lama ini menengahi persoalan-persoalan yang muncul ketika awal mereka menetap
iwilayah tersebut. Apabila yang mengundang mereka bukan tokoh ada! mereka tidak
tang. Begitu juga sebaliknya orang Melayu apabila mendapat undangan tidak akan
· dengan alasan tidak sederajat nanti akan menimbulkau rasa kurang percaya diri
ada saat berada dikeramaian kaum pendatang tersebut.
Dengan kata lain orang Melayu merasa tidak layak untuk menghadiri undangan
sta dari kaum pendatang. Rasa kurang percaya diri orang Melayu terhadap kerumunan
urn pendatang disebabkan adanya perbedaan pemukiman dan adanya hatasan antara
duduk orang Melayu dengan kaurn Pendatang melalui tembok-tembok l'Ull'?-h yang
koh dan penjagaan areal perumahan (Pos pengamanan/Satpam).
83
IB· Aspek-aspek Perubahan
MATRIKS ASPEI(-ASPEI( PERUBAHAN SOSIAL BUDAY A Dl KAMPUNG TERJUN DAN PEKAN LABUHAN
No Item Dahulu Sekarang Aspek yg berubah Perubahan
I. Pemukiman - Berbanjar rapi. - Tidak teratur, berpencar Aspek matrial/ • Terbuat dari kayu I - Terbuat dari batu I psikal,sedangkan
papandan beton dan berlan- Aspek berbentuk tai semen /keramik kepercayaan panggung. - Jarak tidak ada lagi terhadap makna
- jarak antara rumah bahkan di batasi rumah panggung yang satu dengan oleh pagar besi/ tetap. lain dibatasi oleh tembok halamanuntuk - Di bangun berda-tempat bermain sarkan upah tukang. anak-anak. - Bentuk mengikuti Perubahan bentuk
• Rumah di bangun selera pemilik atau rumah teljadi atas azas gotong pengusaha real setelah masuknya royong estate industrialisasi/
• Bentuk rumah • Ruangan tidak ditata modem.isasi disesuaikan dengan herdasarkan kebutuhan status sosial dan keuangan pemilik. penghuni dalam - Karnar tidur tidak adatMelayu di bedakan atas
• Ruangan demi jenis kelamin tapi -
• ruangan di batasi berdasarkan jumlah oleh tingkat bawah, penghuni. menengah, atas dan bawah lagi.
- Ruang tidurwanita di sekat agar tidak terlihat oleh yang bukan muhrimnya.
' . Tradisi I • Sistim gotoag lndividual,segala sesuatu Arab perubaban adat istiadat royong setiap ada dilibat untung dan rugi dalarn tradisi,pada
kegiatan penduduk yang akan diperoleh bila bentuk psikal, gotong royong sbg melaltukan kegiatan dan namun nilai ritual dasar kekerabatan berdasarkan upah yang terkandung
- Adat Melayu apabila ingin her dalam item merupakan suatu buat sesuatu kegiatan masih pedoman dalarn - perilaku orang Melayu tetap melekat. berperilaku setiap tidak sepenuhnya Adanya tingkat individu mengacu lagi pi,da ~getahuan dan
84
I
- Dalam setiap pantangan didlm adat. sulitnya perhelatan pengulu mendapatkan adat melayu yang - Pengulu adat tidak matrial-matrial berperan untuk lagi berperan dalam
terselenggaranya - Tidak ada lagi pelaksanaan adat,
hajatan dari anggota pelaksanaan ritual maka teljadi
masyarakat atau hari-hari besar keleoder pergeseran,
tuan rumah mengua atau untuk. penyambut terutama dalam
sakan sepenuhnya tan tamu-tamu kehomta hal waktu dan
kepada pengulu tan. ruang.
adat. - Wilayah ini tidak lagi - Tamu-tamu morupakan Cagar
kehormatan dan budaya Melayu wisatawan manca negara slalu dibawa kewilayah ini guna melihat tradisi asliorang melayu
- Wilayah ini diplot sbg eagar budaya melayu
3. Hubungan - Akrab dan kekeluarga - Masing-masing, bahkan Aspek psikal dan
Sosial an serta sating tidak saling kenai antar nilai mengenal satu dengan tetangga. Perubahan ini yang lainnya - Hubungan tercipta bila akibat adanya
- Saling membutuhkan ada undangan sosia1 kemajuan
dan membangun rasa atau pertemuan dibalai tehnologi dan
keterikatan melalui kelurahan. komunikasi yang
kunjungan dan - Pennainan anak-anak mempunyai daya
punjungan tidak ada lagi, berganti rangsang tinggi
- Anak-anak tiap malam dengan playstation/ tv seperti Film,
libur bcrmainbersama di rumah masing- Televisi dan dan orang tua masing- masing telematika serta
masing menonton - Tata krama dalam tegur komputer.Dam
permainan tsb, sembari sapa tidak tercipta km paknya mengubah
bersilaturharni tidak saling mengenal sikap, imajinasi,
- Mempunyai tata kra akrab. keyakinan dan
rna dalam tegur sapa tingkahlaku
pola sebutan antara masyarakat untuk
orang muda dan orang bergaul. Dengan
tua sesuai gelar yang kata lain bergaul
disandang. dipandang perlu apabila ada mamfaatnya.
85
.
I
f
BABV
r--IK PE'RPU!TAKAAJI!• IME::D
' ·--·--· ---
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
k. Kesimpulan
I Hasil penelitian yang dilakukan dengan dilengkapi data-data yang faktual serta
danya kerjasama yang sangat baik, dari orang Melayu dan etnis pendatang serta
merintahan setempat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
I. Awalnya Kampung Terjun dan Pekan Labuhan adalab kerajan Melayu lama
sultan Deli yang eli bawab kekuasaan Datuk Hamdan. Kedua wilayab ini bampir
80 % berpenduduk etnis Melayu pada masa itu,
2. Di era tabun 80 an penduduknya telab bercampur dengan etnis pendatang
terutama etnis Mandailing, Minong dan Cina. Tingkat pertumbuhan penduduk
pada masa itu cukup tinggi dikarenakan adanya kebijakan pemerintah tentang
pengembangan wilayah kota dalam pembangunan industri dan kawasan
perwnaban.
3. Kedua wilayab ini statnsnya menjadi sebuab keluraban. Kebadiran para
pendatang menyebabkan orang melayu harus bersaing dengan kaum pendatang
yang datang dari Jawa, Minong, Mandailing dan etnis lainya, kehadiran kaum
pendatang ini mau tidak mau harus mereka terima dengan sikap terbuka dan
ramah, karena laban tempat tingal dan ladang mereka telab berubab menjadi
kawasan industri dan perumaban.
4. Hasil penjualan laban hanya marnpu digunakan untuk membuat rwnab
dipinggir wilayab penelitian atau pindab kelokasi lain yang jauh dati jangkauan
kola dan pemenuhan kebutuhan mereka tidak lagi dengan bercocok tanam atau
86
melaut, melainkan telah berubah menjadi burub-buruh kasar dipabrik-pabrik atau
pedagang kecil rumahan Gualan sarapan pagi dan makanan ringan untuk anak-
anak), rumah panggung yang mereka gunakan sebagat tempat tinggal berganti
dengan rumah lantai bawah dengan ruang tidur maksimal hanya tiga.
5. Kondisi ini disebabkan orang melayu pacta zarnan kejayaannya terlena dengan
kemcgahan yang rnereka dapatkan, sehingga pendidikan dan peketjaan yang
mercka miliki sangat terbatas (lihat tabel pada Bab. II). Generasi ke generasi
orang Mclayu diwilayah mulai mengalami krisis kepunahan, hal ini karena
ketidakmampuan mereka bersaing hid up dengan kaum pendatang.
6. Rumah-rumah panggung sebagai simbol dari kampung Melayu yang dahulu
disebut dan dijuluki dengan desa melayu telah berubah menjadi rumah-rumah
permanen, hanya ada satu lingkungan (lingkungan IX) yang masih tetap bertahan
dari sebahagian rumah panggung yang ada pada masa lalu dan itupun telah
terlihat ttJa serta kurang nyaman untuk diternpati.
Salah satu rumah panggung yang mnsih tersisa
87
7. Ada tiga aspek·yang berubah pada orang Melayu .. di karnpung Teijun dan Pekan
Labuhan yaitu : Pemukiman, tradisi/ adat istiadat dan hubungan sosiaL Ketiga
aspek ini berubah dalam konteks dan fungsi serta pelaksanaannya. Pemukiman
tidak lagi berbanjar rapi tapi telah menyeba;. Rumah tinggal tidak lagi berbentuk
panggung karena untuk membuat nunah panggung mernakan biaya yang cukup
besar dibanding dengan rumah permanen dari batu dan semen. Selain dari pada
itu hubungan sosial yang sudah renggang memhnat orang Melayu sulit untuk
bcrgotong royong dalam membangun scbuah rumah tinggal. Modemisasi
rnembuat individu berorientasi pada rnamfam yang didapat dalam setiap perilaku
yang dilakoni. Sehingga orang Melayu dalam melaksanakan budayanya bukan
lagi suatu keharusan melainkan sebagai tanggun~ jawab moral sebagai orang
Melayu dan rnelaksanakan kegiatan adat guna menunjukan aktualisasi etnis
walaupun itu sangat sederhana pemakaian hudaya.
8. Tersisihkannya orang Melayu oleh kawn pendatang bukan berarti adat istiadat
mereka terpinggirkan bahkan kaurn pendatang memakai beherapa aspek adat
istiadat melayu kedalam adat istiadat merd.a khususnya etnis yang menganut
agama Islam, seperti tepung tawar, mathaban.
9. Perubahan yang terjadi disehabkan adanya faktor dari dalam dan luar orang
Melayu yang ada di kampung Tetjun dan Pckan Labuhan, perubahan lingkungan
alam, budaya ketja, pendidikan, dan gencamya arus tehnologi mendominasi pola
tingkah laku masyara\at
88
B. lmplikasi
,- ~!Uf . A~~PU\':"t;~llAP.·
u i\ditH:J}
Sebagai sa1ah satu etnis yang ada di Indonesia, Orang Melayu dapat dikatakan
bertahan dalam budayanya dengan melakukan adat istiadat sesuai dengan resam melayu.
Hanya saja dalam beberapa aspek ada yang tidak dipakai dalam rutinitas pelakasanaan
adat dikarenakan faktor didalam dan luar pelaksanaan pemakai adat. Hal tersebut telah
berubah sesuai dengan kontes, fungsi pelaksanaannya.
Adanya pcngaruh dari luar rnasyarakat terhadap makna dasar resarn Melayu,
membuat orang Melayu dinamis dengan tidak r.1engurangi nilai dari tradisi yang
dilaksanakan. Bahak ctnis luar memasukan bcberapa aspek tradisi Melayu kc dalam
budayanya. Terjadinya adaptasi yang dilakoni oleh kaum pendatang membawa orang
Melayu tetap eksis dalam mempertahan budayanya. Orang Melayu yang ada dikedua
"wilayah penelitian pada saat ini tidak sama dengan orang Melayu pada mao;a lalu. Adanya
percampuran yang disebabkan kawin mawin membuat orang Melayu tidak lagi Melayu
asli. Terjadinya variasi ditengah kehidupan orang Meiayu menentukan kedudukan dan
status sosial turut berubah. Seperti gelar Tengku dahalu merupakan orang Melayu yang
terpandang, kaya raya dan menjadi panutan bagi orang Melayu strata dibawahnya. Kini
telah bergcser kepada status yang sama dengan masyarakat lainnya. Dihargai, dihormati
serta kaya raya, indikatomya harus gelar Tcngku, tetapi orang yang mampu menghargai
wak.tu dan sesamanya.
C. Saran
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan peneliti maka saran yang dapat
dikemukakan adalah:
89
1. Agar perubahan sosial budaya yang terjadi diwilayah kamptmg Terjun dan Pekan
labuhan tidak menambah kompleks terhadap orang melayu, diharapkan orang I
Melayu itu ser;~.diri marnpu rnerubah pola pikir yang berorien.tasi pada masa lalu
(merasa puas dengan apa yang telah dimiliki saat ini) dengan meningkatkan
kwalitas pendidikan dan pengetahuan kepada generasi penerusnya Sehingga orang
Melayu marnpu bersaing hidup dcngan kaum pendatang layaknya etnis Batak
(sclalu mengutamakan pendidikan dan ket:ia keras).
2. kebijakan pemerintah kota Medan dengan pemusatan kawasan industri dan
pengembangan pemukiman mewah dapat berjalan singkron dengan tujuan yang
ingin dicapai yaitu kesejahteraan rakyat, pcrnerintah harus lebih bijak dalam
menyikapi dampak yang tetjadi kepada masyarakat yang terimbasnya (orang
Melayu). Sehingga tercipta kerjasama yang saling mengtmtungkan antara
pemerintah dan masyarakat. Seperti dalam pembebasan tanah dan quata
penyedian lapangan pekerjaan bagi warga seternpat serta penggantian lokalisasi
pernukiman yang baru bagi penduduk ~li yang tergusur.
3. Adanya arus pembangunan yang begitu pesat yang tidak mungkin dicegah ,dan
seiring dengan laju mobilitas sosial di kcdua wilayah penelitian ini
mengaki batkan perubahan so sial budaya pasti berlangsung terus sehingga
rnempengaruhi tatanan kelembagaan mr.syarakat penduktmgnya. Hasilnya
perubahan d':mi perubahan mengngempur masyarakat setempat kbususnya orang
Melayu yang merupakan penduduk asli kampung Terjtm dan pekan Labuhan.
Untuk itu perlu adanya penelitian demi penelitian terhadap kamptmg Terjun dan
Pekan Labuhan guna memberikan mosukan dalam penyelesaian orang melayu
90
yang tcrsisihkan diwilayah asalnya. Apakah itu penelitian terhadap kontrol sosial
ataupun pelaksanaan budaya melayu dari sisi kehidupan manusia (lahir, anak-
anak, remaja, dewasa dan kematian, karena kedua wilayah ini mengandung nilai-'
nilai scjarah yang tersendiri, diantaranya terdapat peninggal~ istana kerajaan
lama, rurnah-rumah. panggung, hong-hong untuk etnis .. Cina masa kejayaan
perkebunan tembakau Surnatera Timur. Pcn~nggalan ini merupakan aset wilayah
yang mampu dijadikan motivasi untuk me1aku.kan penelitian selanjutnya.
4. Sebagai wilayah yang sangat strategis dengan kehidupan masyarakatnya yang
heterogen, kedua wilayah ini dapat dijadikan suatu peta penelitian antropolog
dalam mengembangkan disiplin ilmunya. Oleh karena itu adanya kembali
pembenahan tatanan kelembagaan yang saat ini sedang herlangsung
dipemerintahan setempat, kelak akan mencerminkan suatu kota historis
bersamaan dcngan perspektif masyarakat yaP.g majemuk.
91
DAFTAR PUSTAKA
Adnansyah, Tcngku, (1989). Butir-bulir Sejarah Suku Me/nyu Pesisir Sumatera Timur Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional.
AgustOlll).Budi, (1998). Badan Perjuangan Rakyul Penunggu Versus PTPN //: S'engketa Pertanahan di S'umatera Utara. Bandung: Akatiga
Badan Pusat Statistik, (2000). Karakteristik Penduduk Sumatera Utara Hasil Sensus Penduduk 2000, Medan: BPS Sumatera Utara
, Kotamadya Medan dalam Angka, (1999). Medan: BPS
Barth, Fredrik (Ed.), (1988). Ke/ompok Etnis dan Batasannya, Tatanan Sosial dari Perhedaan Kebudayaan, Jakarta: Ul Press
Breman, Jan, (1997). Menjinakkan Sang Kuli, Politik Kolonial, Tuan Kebun dan Kuli di SumateraTimur pada Awal A bad ke-20, Jakarta:Grafitipers-KITL V Jakarta
Buiskool, Dirk A., (2004) "Medan a Plantation City on the East Coast Sumatra 1872-1942: Planters, the Sultan, Chinese and the Indian" Makalah, The P
1 International
Conference on Urban History, Surabaya.
Dawilah, al Edrus, dkk (2002), Pemikiran Melayu Tentang A/am dan Hake kat Diri, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Ekoprawoto,Amran ( 1998), Makna Simbolik Ragam Hias pada Rumah Melayu, dalam Laporan Penelitian Medan : Widya
Endraswara, SuwarJ.i, (2003). Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
Faqih, Mansour. (2001). Runtuhnya Teori Pembangunan dan G/ohalisasi. Yogyakarta:
Insist Press
Geertz, C'litTord, ( 1992). Tafsir Kebudayaan, Yogyakarta : Kanisius
Giring, (2004). Madura di Mala Dayak Dari Konflik Ke Rekonsia/iasiYogyakarta:
Galang Press
Ha-nidy, U.U, (1986). Membaca kehidupan Orang Melayu, Pekanbaru: Bumi Pustaka
Haviland, Wiliam A, (1985). Antropo/ogi Jilid I dan II, Jakarta: Erlangga
Husny, Tengku Lah, (1975) Lintasan Sejarah, Peradaban dan Budaya' Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur 1612-1950, Medan: BP Husny
92
lshaq, lshoni, (2002). Orang Melayu, S~jarah, Sistem, Norma dan Nilai Adat, Pekan baru :Universitas Riau Press
Kana. Nico dan Pradjarta, (2001). Dinamika Politik Lokal di Indonesia. Sa1atiga: Percik
Press
Kaplan, David dan Robert, A.Manners. (1999). Teori Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koentjaraninggrat, (1957). Metode Antropo/ogi dalam Penyelidikan Ma~yarakat dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia
Lah Husny, T.H.M, (1972). Butir-butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Utara, Medan: BP. Husny
.. ----------------------,(1975). Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Pendudk MelayuPesisir Deli Sumatera Timur 1612-1950, Medan: BP Husny
-----------------------, ( 1980). Bentuk Rumah Tradisional Melayu, Medan : BP Husny
Lamry, Mohamed.Salleh, (1996). Mereka yang TerpinggirOrang mclayu di Sumctera Utara, dalan1 Jumal Berkala no. 21, Sclangor : UKM
Mahathir bin Mohamad, (1985). Dilema Me/ayu, Jakarta : Sinar Agape Press
Mudra, Al.Mahyuddin, (2004). Rumah Melayu Memangku Adat Menjemput Zaman, Adicita : Yogyakarta
Muhadjir, (2000). Metodo/ogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta· Rake Sarasin
Marsden, Wiliam. ( 1999). Sejarah Sumatera, Bandung : Remaja Rosda Karya
Meuraxa, Dada, ( 1974). Sejarah Kebudayaan Sumatcra, Medan :Hasmar
'Moleong, Lexy J. (1993). Metode/ogi Pene/etian Kua/itatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya Miies, Matthew, B. dan Huberman, A Michael, (1992). Ana/isis Data Kualitatif, Jakarta:
U1 Press
Mintargo, Bambang, (1997). Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya, Jakata: Universitas Triksakti
Pelly, Usman, (1998). Urbanisasi dan Adaptasi, Peranan Misi Budaya dan Minangkabau dun Mandailing, Jakarta: LP3ES
93
MR.IK PERPU'" 11 ·~ r ••. m_.!~ .
Pelzer J. Karl, (1985). ~uan Kebun dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan
Piotr Sztompka, (2005). Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta :. Prenada
Robert H, (2003). Perspekliftentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta
Roger M.Keesing, (1992). Antropologi Budaya. Jakarta: Erlangga
Selo Soemardjan, ( 1988). Streotif Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, Jakarta : Grafika
Shellabear, W.O., (19982).Sejarah Melayu, K•Jala Lumpur: Fajar Bakti
Safiin, dkk, ( 1996). Tradisi dan Kemordenan, Medan : USU Press
Sinar, Tengku Luckman, (2001). Sedjarah Medan Tt:mpo Doeloe, Medan: Perwira
-----------------------------, (1994) Jatidiri Melayu, Medan: LPP Seni Budaya Melayu
------------------------------, (2002). Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, Medan: USU Press
Syarfina, T.dkk, (2003). Hikayat Deli, Medan: Yudira Agung
Sairin, Sjafrin, (2002). Perubahan Sosial Masyurakat Indonesia Persfektif Antrapologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suparlan, Parsudi, (22004). Hubungan Antar-Sukubangsa, Jakarta: YPKIK
'Suprayitno, (2001). Mencoba (Lagi) Meljjadi Indonesia, Yogyakarta: Tarawan~: Press
Wiranata lgede, A B, (2002). Antropo/ogi Budaya, Bandung : Citra Aditya Bakti
Zainuddin M.Ali, dkk, (1995). Pinang Meminang Menurut Adat Resam Melayu, Medan: BP Zainuddin
Zubeirsyah,Mhd.Hasyim, (1998). Struktur Dejinisi Pribadi Masyarakat Me/ayu diantara Tradisi dan Kemodeman, dalam Jumal Sastra, Budaya dan Sejarah OASIS Edisi April, Medan : USU
94
~ajalah, Tabloid dan Media Massa :
E1itahadi, Cut, Asa/-usul Budaya melayu, (Harian Waspada), Januari 2001 : Medan
Fa1iskhan, Rudy, Tak Melayu Hi/ang Di Bumi, (Harian Waspada), 2005 ; Mcdan
K.risitoyo, Rumah Panggung di Medan Riwayatmu Kini, (Harian Kompas),September 2004 : Jakarta
bbarrita, Membangun Kawasan Pemukiman ya11g Berwawasan Humanis, (Harlan analisa) 2000: Medan
Kususmaningtyas, Ayu Melihat Sosok Kota Mcdan di Alas a Kolonial, (Harlan Waspada), Oktober : Medan
Kompas, 14 Januari 2006, ·o~ang Melayu (Tak) Hanya Pandai Bercerita'.
Lubis, Ridwan, H M, Pernik-pernik Kemajemukan Sosial Pola Hubungan Sosial Mmyarakat di Medan, (Harian Waspada), September 2002: Medan
95
Lampiran I
No.
I
2
3
4
Nama Responden Alamat Pekerjaan Pendidikan Jumlah Anak
Aspek
ldentitas diri
Kegiatan sehari-hari
Kepemilikan
~anggapan
PEDOMAN WA WANCARA
Pertanyaan Jawabanff anggapan
- Apakah saudara suku Melayu asli? - Bagaimana asal mula Bapaklibu menetap
di kelurahan ini? - Apakah gelar melayu yang disandang
Bapak/ibu berasal dari keturunan atau hadiah dari Sultan?
- Apakah Bapakiibu mengerti sejarah Melayu di kelurahan ini?
- Bagaimana kehidupan orang melayu yang Bapaklibu ketahui dari dahulu samoai sekarang?
- Apa mala peneaharian pokok Bapak I Ibu -
- Sejak kapan Bapak I lbu bermata pencaharian tersebut ?
- Berapa penghasilan Bapak I lbu perhari I perbulan?
- Apakah penghasilan itu mampu untuk memenuhi kehidupan di masa sekarang?
- Disamping mata pencaharian pokok tersebut masih ada usaha lain ?
- Apakah rumOh & tanah yang Bapak I lbu tempati kepunyaan sendiri ?
- Bagaimana awal nya kepemilikan tanah & rumah yang Bapak I \bu tempati
tersebut? - Sejak kapan di bangtm rumah panggung
yang Bapak I lbu tempati - Selain rumah dan tanah Bapak I Ibu
masih memiliki harta benda lain ? - Berapa luas tanah yang Bapak I lbu
miliki ? - Bagaimana cara membangun rumah
panggung yang dulu Bapak' I lbu tempati - Apakah ada bedanya membangun rumah yang sekarang dengan yanJ_! lama_'
- Apakah Bapak I Ibu mengetahui di
96
I I
'
•
j
terhadap a .. Pembangunan
J ndustri al isasi Pemukiman
elite
b. Terhadap kaum pendatang
daerah ini ada pembangunan ? - Pemb~g~na~ apa saja yang Bapak I Ibu
ketahm d1 w1layah ini ? - Bagaimana tanggapan Bapak 1 Ibu
terhadap pembangWJan industri dan Pemukiman daerah tersebut '?
- Apakah Bapak I Ibu terlibat dalam pembangunan tersebut ?
- Dalam bentuk apa Bapak I Ibu terlibat pada pembangunan tcrsebut ?
- Apakah Bapak I lbu mengetahui proses awal adanya pcmbangunan di wilayah ini
- A pakah Bapak I lbu sebagai pekerja dalam proses pembangunan tersebut
- Apakah Bapak I Ibu mengetahui berapa tenaga kerja yang diambil Jari penduduk
asli di sini ? - Bagaimana respon dari penduduk asli
yang ingin terlibat tetapi tidak direkrut sebagai tenaga kerja ?
- Bagairnana cara pengusaha I pemerintah mengambil tanah I lahan-lahan penduduk yang dijadikan kawasan Industri dan pemukiman tanah ?
- Apakah sesuai ganti ruginya diberikan oleh pemerintah I pengusalta atau apakah harga yang dipatoka.n oleh pengusaha sesuaidengan harga tanah yang berlaku di wilayah ini ?
- Bagaimana tanggapan Bapak I Ibu terhadap kaum pendatang non melayu yang masih menetap di wilayah ini ?
- Apa respon Bapak I lou terhadap fasilitas yang mereka bawa kewilayah Bapakllbu
- Bagaimana reaksi Bapak I Ibu terhadap pemilik tanah yang mereka tempati ?
- Apakah Bapak I Ibu mengetahui secara keseluruhan kaum pendatang asal nya
dari mana? - Apakah Bapak I Ibu mengetahui
pekerjaan mereka? - Apakah Bapak llbu mengetahui asal usul
mereka migran kewilayah Bapak llbu? - Dari kaum pendatang tersebut berapa
yang bekerja di kawasan industri? - Adakah mereka juga bekerja diluar
. -
97
wilayah .ini ? - Adakah Bapak I lbu menaruh curiga
terhadap kaum pendatang tersebut ',
setelah menetap diwilayah ini ? • Bagaimana hubungan so sial kaurn
pendatang terhadap Bapak I lbu ? - Apakah Bapak I lbu merasakan ada
perubahan di wilayah ini ? c. Terhadap - Dalam bentuk apa saja peiubahan
Perubahan terscbut? - Apakah Bapak I !bu telibat dalarn proses
perubahan tersebut ? - Apakah Bapak I !bu mengdahui faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan perubahan diwilayah ini ?
- Bagaimana reaksi Bapak I Ibu pada awal mengetahui adanya perubahan?
- Bagairnana cara Bapak I Ibu menyikapi perubahan yang tcrjadi diwilayah ini?
- Adakah perjuangan Bapak I lbu untuk rnempertahankan tradisi melayu sebagai identitas wilayah ini sejak dari zaman Kesultanan Deli ?
- Bagaimana cara Bapak I lbu mempertahankan budaya melayu terhadap kaum pendatang ?
- Apakah kaum pendatang dapat bersosialisasi dengan tradisi melayu diwilayah ini ?
- Dengan cara bagaimana kaum pendatang melibatkan diri dalam setiap pelaksanaan tradisi melayu ?
- Adakah kaum pendatang terpangaruh oleh tradisi melayu ?
- Unsur-unsur apa saja yang mempengaruhi kebudayaan kaum pendatang dari tradisi melayu ?
- Apakah tcrjadi pembauran budaya diwilayah ini ?
- Etnis mana saja yang turut membaurkan budaya melayu kedalam budaya nya?
- Apakah Bapak I lbu rnasih menganut tradisi melayu Kesu\tanan ?
- Mengapa tetjadi pergeseran nilai tradisi diwilayah ini
- Mampukah Bapak/lbu terus bertahan
98
I
Lampiran: 2
1. Nama Usia Peketjaan
2. Nama Usia Pekerjaan
3. Nama usia Pekerjaan
4. Nama Usia Peketjaan
5. Nama Usia Pekerjaan
6. Nama Usia Pekerjaan
7. Nama Usia Pekerjaan
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN DI KAMPUNG TERJUN & PEKAN LABUHAN
: Tcngku Hasna :52 Thn : Tokoh Adat Telangkai
: Tengku Usiti Hafsah :60 Thn : Bidan Pengantin Melayu
:Abdul LatifNong :61 Thn : Pcngulu Adat
: Wan Syamsudin :57 Thn : Pensiunan
: Chairudin S. : 40 thn ; Bertani
: OK Saleh Riduan :55 Thn : Wiraswasta
: Abdul Rasyid : 32 Thn : Pegawai KIM
99
8. Nama Usia Pekerjaan
9. Nama Usia Peker:jaan
: 10. Nama Usia Peker:jaan
: Syahyar Rabiah :47 11m : Ibu Rumah T angga
: Tengku lrwansyah B.A : 40 Thn :Guru SD
: Tcngku Alai Rahmat : 39 Thn : PN S
ll. Nama : Wan Zaleha Usia : 65 Thn
Pekerjaun : Bidan Kampung
112. Nama Usia
Pekerjaun
13. Nama Usia Peker:jaan
: T engku Raudah :55 Thn : lbu Rumah Tangga
: Zulkamacn :39 Thn : BuruhKIM
100
/0/.
Lampiran3
Salah satu rumah adat Melayu masa lalu dengan serambi yang bertingkat-tingkat
• •
Rumah Panggung Melayu Pada Masa Sekarang
•
·' PEMERINTAH KOTA MEDAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Jalan Kapten Maul ana Lubis 2 Medan 20 I 12 - V (061) 4512412 ext. 105 dan 4555693
SURAT KETERANGAN /IZIN PENELITIAN NOMOR : 070/ /,s--f I Balitbang/2006
Berdasarkan Sural Keputusan Walikota Medan Nomor: 57 Tahun 2001, Tangga\.13 November ~001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, dan setelah membaca/memperhatikan:
Sural dari Balitbang Propsu Nomor : 070 I 72 I litbang /I I 2006 Tanggal 06 April 2006 Jllal : Sura! Rekomendasi /lzin Penelitian
li!actan Penelitian dan Pengembangan Kola Medan dengan 11"'1 memberikan Rekomendasi/lzin fPenelitian untuk mengadakan Pengambilan Data kepada:
Nama Dev·i Yani Octaviana
4okasi Penelitian
Judul Penehtian
1 Carnal Medan Labuhan, 2. Carnal Medan Marelan.
Orang Melayu Dalam Perubahan Sosial . Studi Kasus di Kampung Terjun dan Pekan Labuhan.
2 ( dua ) bulan
FrengikuVPeserta
L,ama Penelitian
~enanggung jawab Direktur Program Pascasarjana Unimed.
Qengan ketentuan sebagai berikut ·
11
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu harus melaporkan diri kepada Kepala Kantor lnstansi setempat.
2 Harus mematuhi segala persyaratan dan peraturan yang berlaku di wilayah Kola Medan.
3f Tidak dibenarkan melakukan Penelilian yang tidak ada kaitannya dengan judul yang dimaksud.
4f Dua set lengkap penelitian harus sudah diserahkan kepada Walikota Medan c/q Kepala Balitbang
Kota Medan selambaHambatnya dua bulan sete!ah penelitian ini selesa: dilaksanakan.
5~ Sural izin penelitian ini dinyatakan batal atau lidak dapal mendapat izin dari Pemerinlah Kola
Medan apabila ternyata pemegang izin lidak mengindahkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas
6. Sural izin penelilian ini berlaku s_ejak tanggal dikeluarkan.
Ekrsedia mematuhi ketentuan Butir 1 s/d 6.
Tem~usan : 1 \Nalikota Medan 2 ~dr. Camat Medan labuhan 3 $dr. Camat Medan Mare.lan. 4 K.aban litbang Prop. SU 5. l:Pirektur Program Pascasar)ana Unimed 6. S.dr. Dewi. Y ani Octaviana. 7. Rertinggal
Dikeluarkan di : Me d a~/. Pada Tangqal : /9 - oz:. 2006
An E!AD~N:F~NELITIAN DAN PENGEMBANGAN ~ ., "' OTA MEDAN
~~' / ~.,.... ekretans,
. \'"'' ', \ 4
I r: ••.. ; \ \--- .... ) '\-:> "'-......_....orS:~ ;.\IRUDDIN LUBIS ·-~'\""INA
NIP. 400030104,-
!Mom 'J(iYIA :M'ElD)l'N: "'<BeR.frja sama dan sama-sa11w. 6d;pja untuk_. R.fma)IUJil dan R.fmak.muran ;Mod"art 1(ot<J Jltetropofitan" Co\ ~j~ ll<Jcnm<..,1/(),,, !\l<>n~; D. !X/I "n i'cnd,.;;n
"'
''
' ~~--
.:i
I·,
!' :'
'
__ : __ :::-:--~
.,_. . ,, ,,~:..!'I ''-:;>;;.-;~ . ....-: I'" ;,:: ... : .. . --_i_.' i
-~__:_ y,' :-r;;:::::::'.~ ':'! ',-:,:::,i :::~-t~· ti
~p~;r·'\:i '.':~~~~·:;l'''l-''"'m~-0;,\ I '· (\',ii'\~"\\
h, ;~ :~:::~:::'_; _:---\\
·,;.' C 1': I , i
'i "'>'
,· :;; ','" _.,'lliJil,'l ~".--
: ., elf" ' ,: ;·/\' \ /) : 'i,i\' '"1!!'"'1~·--~tj·=.:::-~'i
-~_::,:·::_:;~~-~--~hj?'\1)// I -;- /,,.--...._ . ;,;·
~:-:- =~---·:::=:?::-~. ' ,I -~, •
~
"fhS-~-: 3rc:J-,;j() ,1 -------·--
,I 'I
I I I
'
'hOI
;;.,--- t OCJ) :..L.'?$),1 .
\Ju;',., :~'~::0 .. ~----+'-=---:t- t--·+- -1- --t--
.. ~
' '
' I II I I I
II
'I ., I,
. '
' [6)El ' ' ' > '
n
./
;/
'I
<""&'Ne>UI~
'"' "' lr V7<>
'"'"" _.-;:;