poposal hamdi

71
PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD INPRES NO. 15 LALANG TEDONG KABUPATEN MAROS PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar Proposal Pada sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yayasan Perguruan Islam Maros HAMDI 06.20717.053

Upload: rusdi

Post on 19-Jun-2015

398 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Poposal Hamdi

PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) PADA PESERTA DIDIK

KELAS V SD INPRES NO. 15 LALANG TEDONG KABUPATEN MAROS

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar ProposalPada sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Yayasan Perguruan Islam Maros

HAMDI06.20717.053

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANYAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS

2010

Page 2: Poposal Hamdi

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan Judul ” Peningkatan Prestasi dan Aktivitas Belajar melalui Teams, Games, Turnaments pada Peserta Didik Kelas V SD Inpres No. 15 Lalang Tedong Kabupaten Maros.”

Atas nama mahasiwa

Nama : HAMDINIM : 06.20717.053Jurusan : Pendidikan Bahasa dan SeniProgram Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Setelah diperiksa dan diteliti ulang telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan.

Maros, Maret 2010

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Lahadassy Jusuf, MS. Drs. H. Hasanuddin, M. Pd.

MengetahuiKetua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Yayasan Perguruan Islam Maros,

Prof. Dr. H. Kaharuddin, M. Hum. NIP 19591231 198703 1 020

ii

Page 3: Poposal Hamdi

A. Identitas Diri

Nama Lengkap : HAMDI

NIM : 06.20717.053

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Alamat : Balosi, Kecamaan Bontoa, Kabupaten Maros

B. Judul Penelitian

Peningkatan Prestasi dan Aktivitas Belajar melalui Teams Games Turnaments (TGT) pada Peserta Didik Kelas V SD Inpres No. 15 Lalang Tedong Kabupaten Maros.

C. Latar Belakang

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan

sumber belajar kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan

keterampilan agar peserta didik dapat mengalami perubahan pada dirinya

(Hamalik 1983 : 21) belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Di sekolah seorang guru berperan sangat penting untuk dapat

meningkatkan aktvitas belajar siswa agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan.

1

Page 4: Poposal Hamdi

Saat pembelajaran bahasa indonesia yang didominasi dengan metode

ceramah ternyata aktivitas tidak muncul secara maksimal karena

pembelajara berpusat pada guru (Sardiman 2004 : 95) pada prinsipnya

belajar merupakan berbuat atau melakukan. Berbuat untuk mengubah

tingkah laku. Tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak terdapat

aktivitas. Oleh sebab itu aktivitas merupakan suatu prinsip atau asas yang

sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Rendahnya hasil belajar

siswa di SD No 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten Maros pada pelajaran

Bahasa Indonesia masih ada anak yang nilainya masih di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal ideal yaitu 75, hal itu diduga disebabkan kurangnya

aktivitas dan perhatian siswa pada mata pelajaran di sekolah khususnya

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada saat pembelajaran berlangsung

siswa kurang terlibat pikir atau dengan kata lain siswa cenderung pasif,

prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh aktivitas belajar anak itu

sendiri. Katagori aktivitas digunakan pedoman menurut Memes (2001: 36 ).

Bila nilai aktivitas siswa < 75,6 maka dikatagorikan aktif, bila 59, 4 < nilai

aktifitas < 75,6 maka dikatagorikan cukup aktif bila nilai aktivitas < 59, 4

dikatagorikan kurang aktif.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan, dengan

menerapkan suatu metode pembelajaran yaitu melalui Teams Games

Tournaments (TGT). Metode ini dapat melatih pola pikir siswa karena

2

Page 5: Poposal Hamdi

dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan kemudian dituntut untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu dapat melatih kerja sama

siswa didalam kelompok dan melatih tanggung jawab siswa terhadap tugas

yang diberikan.

Dengan demikian metode ini diharapkan siswa terbisa terlibat dan

aktif mengikuti pembelajaran sehingga aktifitas siswa meningkat dan

berujung pada peningkatan hasil belajar (Slameto 1991 : 2) belajar

merupakan proses usaha yng dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan. Belajar diharapkan

dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang berujung pada perubahan

tingkah laku untuk memantapkan penguasaan konsep suatu materi

diperlukan suatu metode pembelajaran yang baik..

Nana Sudjana (1987: 19 ) menyatakan “mengajar adalah

membimbing kegiatan siswa belajar, mengajar adalah mengatur dan

mengorganisasikan ingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat

mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui peningkatan

prestasi dan aktivitas belajar melalui Teams Games Tournaments (TGT)

peserta didik kelas V di SD No. 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten Maros

3

Page 6: Poposal Hamdi

dan selain itu pertimbangan biaya dan kemudahan akomodasi. Selain itu

pula, di tempat tersebut belum ada yang mengangkat masalah tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah yang diajukan adalah ”Apakah dengan penerapan Team

Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan prestasi dan aktivitias

belajar siswa pada kelas V SD Inpres No 15 Lalang Tedong?”

E. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan

Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas

belajar siswa pada kelas V SD Inpres Lalang Tedong Kabupaten Maros.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan suatu masukan pada pengajaran bahasa dan sastra

Indonesia, khususnya model pembelajaran tipe Teams Games

Tournamenet (TGT) di SD No. 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten

Maros;

4

Page 7: Poposal Hamdi

2. Memberikan sumbangan pikiran terhadap guru-guru mata pelajaran

bahasa Indonesia di SD tentang cara penyusunan materi bagi

pembelajaran/ pengajaran Bahasa Indonesia.

3. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan kemampuan

kreativitas guru-guru bahasa Indonesia di SD No. 15 Inpres Lalang

Tedong Kabupaten Maros dalam mengajarkan bahasa indonesia dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif melalui Teams Games

Turnaments (TGT)

G. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir

1. Tinjauan pustaka

a. Pengertian belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat

tafsirannya tentang ”belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran

itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan

dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas

pandangan kita tentang mengajar.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalaui pengalaman. (learning is definied as the modification or strengthening of behavior through experience)(Oemar Hamalik, 2008: 36).

5

Page 8: Poposal Hamdi

Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan.(Oemar Hamalik, 2008: 36)

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang

belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh

pengetahuan ; belajar adalah latihan-latian pembentukan kebiasaan

secara otomatis, dan seterusnya.

Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain

tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan. (Oemar Hamalik, 2008: 36)

Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas,

tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku,

hanya berbeda cara atau usaha pencapainnya. Pengertian ini

menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan.

Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.

Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan

sebagainya yang dimiliki seseorang tidak dapat diidentifikasi, karena

ini merupakan kecenderungan perilaku saja. Hal ini dapat

6

Page 9: Poposal Hamdi

diidentifikasi bahkan dapat diukur dari penampilan (behavior

performance). Penampilan ini dapat berupa kemampuan

menjelaskan, menyebutkan sesuatu, atau melakukan suatu

perbuatan. Jadi, kita dapat mengidentifikasi hasil belajar melalui

penampilan. Namun demikian, individu dapat dikatakan telah

menjalani proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada

perubahan dalam kecenderungan perilaku. (De Cocco & Crawford,

1977: 178).

Menurut Kimble & Garmezy, sifat perubahan perilaku dalam

belajar relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat

diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara

permanen, dapat berulang-ulang dengan hasil yang sama. Kita

membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan terjadi

secara kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan

seasuatu, tentu tidak dapat menghalangi perbuatan itu dengan hasil

yang sama. Sedangkan orang dapat melakukan sesuatu karena hasil

belajar dapat melakukannya secara berulang-ulang dengan hasil

yang sama.

7

Page 10: Poposal Hamdi

b. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas

peserta didik dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai

kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar

sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi.

Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi,

memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi

variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk

grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan

dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,

mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian

dan melaksanakan eksperimen. Pada prinsipnya belajar adalah

berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa

aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi

belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada

beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu

pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu

jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut

pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Paul

8

Page 11: Poposal Hamdi

B. Diedrich membuat suatu daftar kegiatan siswa yang antara lain

dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira, bersemangat. Tentu saja kegiatan itu tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan (Nasution, 1982:94-95).

c. Pembelajaran Teams Games Turnaments (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan

materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing.

9

Page 12: Poposal Hamdi

Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap

kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan  bersama–sama dengan

anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang

tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota

kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban

atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut

kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan

diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa

akan dibagi dalam  meja–meja turnamen, dimana setiap meja

turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari

kelompoknya masing–masing. Dalam setiap meja permainan

diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang

sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara

homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja

turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini

dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada

saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan

akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok

diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor yang diperoleh anggota

10

Page 13: Poposal Hamdi

suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok

tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan

penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat

tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari

5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class

precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (gemes),

pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team

recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka

model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri–ciri sebagai

berikut.

1) Siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok–kelompok belajar

yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki

kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.

Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan

dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa

yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan

kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan

11

Page 14: Poposal Hamdi

menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa

belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

2) Games tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing

merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili

kelompoknya, masing–masing ditempatkan dalam meja–meja

turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang

peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari

kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan

setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan

memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan

dimulai dengan membagikan kartu–kartu soal untuk bermain

(kartu soal dan kunci ditaruh  terbalik di atas meja sehingga

soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja

turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama,

setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal

dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian

pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca

soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang

12

Page 15: Poposal Hamdi

diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara

mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan

soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil

pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum

jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban

dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar

atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu

dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal

berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana

posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap  peserta

dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca

soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan

berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus

mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang,

dan pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas

untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh

ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain.

Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu

13

Page 16: Poposal Hamdi

meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan

berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah

disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada

kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh

berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap

pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan

poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok

memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada

tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria

penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

3) Penghargaan kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan

kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk

memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing

anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya

anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas

rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana

penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota

14

Page 17: Poposal Hamdi

kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh

seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain denganPoin Bila Jumlah Kartu

yang Diperoleh

Top Score 40

High Middle Score 30

Low Middle Score 20

Low Score 10

Tabel 2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain denganPoin Bila Jumlah Kartu

yang Diperoleh

Top Score 60

High Middle Score 40

Low Score 20

Sumber : Slavin, 1995:90

Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor

tinggi), Low Middle Scorer (skor sedang), Low Scorer (skor

terendah).

15

Page 18: Poposal Hamdi

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada

beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu :

1) Mengajar (teach)

Mempersentasekan atau menyajikan materi,

menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan

siswa, dan memberikan motivasi.

2) Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai

6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras /

suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan

tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan

LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan

masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi

jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

3) Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing –

masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini

adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah

menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan yang

16

Page 19: Poposal Hamdi

diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan

dalam kegiatan kelompok.

4) Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada

rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan.

Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana

penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi

kategori rerata poin sebagai berikut.

Tabel 3 Kriteria Pengahrgaan KelompokKriteria (rerata

kelompok)Predikat

30 sampai 39 Tim kurang baik

40 sampai 44 Tim baik

45 sampai 49 Tim baik sekali

50 ke atas Tim istimewa

(Sumber Slavin, 1995 )

d. Hasil Belajar

1) Pengertian hasil belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada

diri seseorang melalui penguatan (reinfarcemen), sehingga

terjadi perubahan ynag bersifat permanen dan persistem pada

dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of

17

Page 20: Poposal Hamdi

behavior of experience),demikian pendapat John Dewey, salah

seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran bahavioural

approach (Dwitaqma, 2008:1).

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat

progresif dan akumulatif, mengarah pada kesempatan, misalnya

dari tidak mampu menjadi mampu, dan tidak mengerti menjadi

mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (coqnitive domain),

aspek afektif (afektive domain). Hal tersebut sejalan dengan apa

yang dikemukakan oleh Winkel (1996:244) bahwa “dalam

taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus diukur

keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh

sebagai hasil belajar siswa?”.

Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat

prestasi belajar yang diperoleh pada proses pembelajaran.

Tingkah laku sebagai hasil belajar juga tidak terlepas dari proses

pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar

lainnya.Menurut Sudjana (1984 : 3) bahwa hasil belajar adalah

“tingkah laku yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti

program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

18

Page 21: Poposal Hamdi

diharapkan. Hasil belajar dalam hal ini, meliputi wawasan

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Adapun menurut Mappasoro (2006: 1-2) bahwa “hasil

belajar adalah sejumlah perubahan yang terjadi pada diri

seseorang yang disebabkan oleh faktor lain di luar seperti

perubahan karena kematangan, perubahan karena kelelahan fisik

dan sebagainya”.

Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang

yang tidak dapat dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil

belajar maka orientasinya adalah berbicara prestasi belajar yang

diukur dengan nilai tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dicapai

seorang pelajar setelah mengikuti program belajar mengajar

sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan yang meliputi

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang dimaksudkan

adalah prestasi belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar

mengajar. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dipandang

sebagai suatu harapan yang akan diperoleh siswa setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini sebagaimana

19

Page 22: Poposal Hamdi

dikemukakan oleh Nasution (2000: 61) bahwa “hasil belajar

siswa dirumuskan sebagai standar kompetensi yang dinyatakan

dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari

tujuan umum bidang studi”.

2) Fungsi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator

untuk mengikuti tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan

tentang materi belajar. Sehingga hasil belajar dalam pendidikan

tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Di dalam

pengertian tentang evaluasi pendidikan ialah untuk mendapatkan

data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana

kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan

kurikuler.

Di samping hasil belajar yang digunakan oleh guru-guru

dan para pengawas pendidik untuk mengukur dan menilai sampai

di mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar,

kegiatan-kegiatan belajar dan metode-metode mengajar yang

digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting

peranan dan fungsi hasil belajar dalam pendidikan dan

20

Page 23: Poposal Hamdi

pengajaran dikelompokkan menjadi empat fungsi (Purnama,

1996 : 2) yaitu :

a) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta

keberhasilan peserta didik setelah mengalami atau melakukan

kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil belajar

dapat diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk

memperbaiki cara belajar peserta didik (fungsi formatif) dan

atau untuk mengisi rapor atau Surat Keterangan Hasil Ujian

Nasional, yang berbarti pula untuk menentukan kenaikan

kelas atau lulus tidak hanya seorang peserta didik dari suatu

lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).

b) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa

komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya.

c) Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK). Hasil-hasil

yang telah dilaksanakan terhadapa peserta didiknya dapat

dijadikan informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para

konselor sekolah.

d) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum

sekolah yang bersangkutan.

21

Page 24: Poposal Hamdi

Adapun menurut Winkel (1996: 483-484) bahwa hasil

belajar dapat digunakan untuk :

a) Mendapatkan informasi tentang masing-masing peserta didik,

sampai sejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan

intruksional. Hasil belajar pada tahap evaluasi formatif

merupakan bahan untuk memonitor kemajuan peserta didik

menyangkut pencapaian tujuan intruksional untuk unit

pelajaran tertentu, pada tahap evaluasi sumatif dapat

digunakan sebagai bahan informasi untuk menentukan tingkat

keberhasilan peserta didik dalam beberapa tujuan

instruksional yang diuji bersama-sama.

b) Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok peserta didik

sampai berapa jauh kelompok peserta didik mengenai tujuan-

tujuan instruksional, misalnya satu satuan kelas di bidang

studi Bahasa Indonesia. Informasi ini diperoleh dengan

menerapkan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Hasil

evaluasi tersebut juga bersifat diganostik yaitu membantu

menentukan faktor kesulitan dan kesukaran yang masih

dialami peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional

tertentu, dimana faktor tersebut mungkin terdapat pada

22

Page 25: Poposal Hamdi

pribadi peserta didik dan mungkin juga terletak dalam model

proses belajar mengajar itu sendiri.

3) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah

tingkah laku subyek belajar ternyata banyak faktor yang

mempengaruhi dari sekian banyak yang berpengaruh terhadap

pencapaian hasil belajar, menurur Sardiman (2003 : 49) bahwa

secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor interen

(dari dalam) dan faktor eksteren (dari luar) diri subyek belajar.

Hal ini, sama dikemukakan oleh Abdurahman (1993 : 114)

bahwa “hasil belajar secara pokok dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu:

a) Faktor internal dan

b) Faktor eksternal

Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang

meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor

eksternal merupakan kondisi yang berada di luar siswa yang

terdiri atas faktor keluarga atau rumah tangga, faktor sekolah dan

faktor lingkungan masyarakat.

23

Page 26: Poposal Hamdi

Menurut Abdurrahman (1993: 114) bahwa

Faktor fisiologis-biologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, antara lain: (1) bentuk atau postur tubuh, (2) kesegaran dan kebugaran, (3) kesehatan atau keutuhan tubuh, (4) instink, refleks dan driff (dorongan), (5) komposisi zat cair tubuh, dan (6) rentang dan susunan saraf. Adapun faktor psikologis, antara lain : (1) kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan, ingatan, assosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, (2) kematangan emosi (perasaan berupa kematangan emosi biologis dan emosi rohani, (3) kekuatan konasi (kemauan), dan dorongan kombinasi berupa minat, perhatian, dan sugesti.

Lebih lanjut Abdurrahman (1993: 115)

Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara lain: (1) suasana kehidupan dalam keluarga, (2) kondisi sosial ekonomi, (3) perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya, (4) pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, (5) fasilitas belajar. Faktor sekolah berkaitan dengan (1) pengelolaan kelas dan sekolah, (2) hubungan antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan antara peserta didik dengan guru, (3) pelaksanaan bimbingan konseling, (4) fasilitas dan sumber belajar, (5) penetapan dan penggunaan metode dan media pembelajaran oleh guru, (6) kondisi ruangan dan tempat belajar, dan (7) kerjasama orang tua dengan guru dan sekolah dengan masyarakat. Sedangkan faktor ligkungan masyarakat berkaitan dengan (8) perhatian dan kepedulian lembaga-lembaga masyarakat akan pendidikan, (9) keteladanan para pemimpin formal dan informal, (10) peranan media massa, dan (11) bentuk kehidupan masyarakat.

24

Page 27: Poposal Hamdi

4) Prinsip-prinsip pengembangan hasil belajar

Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan

cara mengemas pelajaran dan suasana menantang, merangsang

dan menggugah daya cipta siswa untuk menemukan dan

mengesankan. Gagne dalam Mulyasa (2007: 111) menambahkan

bahwa ”Jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu

masalah pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar

memecahkan masalah memegang peranan penting dalam

pemgembangan siswa.”

Menurut Abdurrahman (1993 : 189-110) bahwa “beberapa

prinsip yang dapat digunakan dalam mengembangkan hasil

belajar antara lain:

a) Prinsip motivasi

Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsan daya

dorong pribadi peserta didik melakukan sesuatu (motivasi

intrinsil dan motivasi ekstrinsik). Untuk motivasi instrinsik,

gairahkanlah perasaan ingin tahu anak, keinginan mencoba

dan hasrta untuk lebih memajukan hasil belajar.

25

Page 28: Poposal Hamdi

b) Prinsip latar atau konteks;

Peserta didik akan terangsang mempelajari sesuatu

jika mengetahui adanya hubungan langsung pada hal-hal

yang sudah diketahui sebelumnya. Guru hendaknya

mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan, sikap,

dan pengalaman yang sudah dimiliki peserta didi. Dengan

pengetahuan latar ini, guru dapat mengembangkan

kemampuan dan hasil belajar peserta didik.

c) Prinsip sosialisasi;

Kegiatan belajar bersama dala kelompok perlu

dikembangkan di kalangan peserta didik, karena hasil belajar

akan lebih baik. Pengelompokan peserta idik dapat dilakukan

dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal, jenis

kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang

berbeda dari sumber yang sama.

d) Prinsip belajar sambil bermain.

Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri utuk

berprestasi pada diri anak, karena itu berilah kesempatan

mengembangkan kemampuan dan hasil belajarnya melalui

kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.

26

Page 29: Poposal Hamdi

2. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar akan lebih baik bila peserta didik

secara aktif terlibat dalam proses penemuan pertalian-pertalian atau

hubungan dari informasi yang diperoleh. Dengan adanya aktivitas

belajar ini akan menghasilkan kemampuan belajar dan peningkatan

pengetahuan. Proses belajar tidak mungkin akan berhasil tanpa adanya

aktivitas belajar itu sendiri. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip

yang penting dalam interaksi belajar mengajar.

Minat erat sekali hubungannya dengan suka atau tidak suka,

tertarik atau tidak tertarik dan senang atau tidak senang. Minat tidak

tercetus dengan sendirinya, tetapi sesuatu yang terwujud disebabkan

oleh pengaruh-pengaruh tertentu seperti penguasaan terhadap materi

pelajaran. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat

lagi oleh sikap yang positif. Yang jelas perasaan tidak senang akan

menghambat dalam belajar, karena tidak melahirkan sikap positif dan

tidak menunjang minat belajar peserta didik. Penyebab turunnya minat

belajar peserta didik antara lain karena kurangnya motivasi dalam diri

peserta didik itu sendiri. Turunnya minat belajar ini akan berdampak

negatif pada hasil belajar, karena sesuatu yang dilakukan tanpa dilandasi

niat, kemauan dan usaha yang keras hanya akan sia-sia dan memberikan

hasil yang tidak maksimal. Dengan demikian, motivasi dan aktivitas

27

Page 30: Poposal Hamdi

belajar peserta didik menentukan tingkat keberhasilan peserta didik

dalam pembelajaran.

Gambar 1 Skema kerangka penelitian

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ht : Ada peningkatan antara aktivitas belajar dan minat siswa dalam

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) secara bersama-sama

terhadap hasil belajar bahasa indonesia.

Proses Belajar Mengajar

Motivasi Belajar

Teams Games Tournaments

Aktivitas Belajar

Sikap Pengetahuan

Temuan

28

Page 31: Poposal Hamdi

Ho : Tidak ada peningkatan antara aktivitas belajar dan minat siswa dalam

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) secara bersama-sama

terhadap hasil belajar bahasa indonesia

I. Metode Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SD No 15 Inpres Lalang Tedong

Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros

2. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang diambil adalah sebagai berikut.

a. Variabel terikat, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Touernament (TGT).

b. Variabel bebas, yaitu aktivitas belajar peserta didik kelas V SD No

15 Inpres Lalang Tedong Kabupate Maros dan minat siswa kelas V

SD No 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten Maros

3. Desain penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada saat penelitian

adalah sebagai berikut.

a. Dengan teknik random sampling, ditentukan sampel penelitian yaitu

siswa kelas V SD No 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten Maros.

29

Page 32: Poposal Hamdi

b. Menentukan kelas uji coba di luar sampel penelitian yaitu siswa

kelas V SD No. 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten Maros.

c. Mengambil data nilai tes pada materi sebelumnya, untuk

menentukan pembagian kelompok. Kelompok dibentuk berdasarkan

siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

d. Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian.

e. Menyusun kisi-kisi tes.

f. Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi tes yang ada.

g. Mengujicobakan instrumen tes uji coba, di mana instrumen tes itu

akan digunakan sebagai tes hasil belajar.

h. Menganalisis data hasil uji coba

i. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan poin h).

j. Menyampaikan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe

TGT. Dan Melaksanakan pembelajaran.

k. Mengadakan observasi dan mengumpulkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian.

l. Melaksanakan tes.

m. Menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan metode yang

telah ditentukan.

n. Menyusun hasil penelitian.

30

Page 33: Poposal Hamdi

4. Insrumen penelitian

Instrumen penelitian ini adalah

a. Tes, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi.

b. Angket , dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan.

c. Observasi, tentang hasil belajar peserta didik dan keaktifan peserta

didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi

terhadap aktivitas kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta

didik maupun guru.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas V Sekolah Dasar Nomor 15 Inpres Lalang Tedong Kabupaten

Maros.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

teknik proporsional random sampling atau secara acak berimbang.

Mengingat keadaan populasi yang banyak, maka tidak semua

populasi dijadikan sampel. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto

(1992: 70) bahwa: ”Apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih

31

Page 34: Poposal Hamdi

baik diambil semua. Sehingga penelitiannya adalah penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah sujeknya di atas 100 orang dapat

diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. Jadi, dalam pengampilan

sampel dilakukan secara sampel populasi karena hal ini populasi

yang diteliti kurang dari 100 orang. Selain siswa, guru juga dijadikan

sampel karena teknik pengumpulan datanya adalah observasi,

angket, dan wawancara.

6. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa

teknik sebagai berikut:

a. Tes, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi.Tes adalah

serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,

pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok (Rianto, 1963:83). Tes dibuat

untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami atau mengerti

materi yang diajarkan oleh guru. Sebelumnya perlu dilakukan

analisis butir soal dari soal pada tes tersebut. Pemberian tes

dilakukan setelah akhir pokok bahasan pecahan. Dalam penelitian

32

Page 35: Poposal Hamdi

ini, tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

matematika.

b. Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa

daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk

dijawab secara tertulis. Jenis angket yang dipergunakan adalah jenis

angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang

menghendaki jawaban pendek atau jawabannya diberikan dengan

membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan

disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah

satu jawaban dari alternatif jawaban yang tersedia (Rianto, 1996:70).

Dalam penelitian ini angket dibuat untuk mengukur minat

siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Menurut Rianto

(1996:73) prosedur penyusunan instrumen yang berupa angket

secara operasional dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui kuesioner

(angket).

2) Setelah tujuan dirumuskan, tetapkan variabel-variabel yang akan

diangkat dalam penelitian.

33

Page 36: Poposal Hamdi

3) Dari variabel-variabel yang telah ditetapkan, jabarkan indikator-

indikator variabelnya.

4) Dari indikator variabel tersebut, jabarkan ke dalam deskriptor-

deskriptor yang selanjutnya dirumuskan dalam item pertanyaan.

Angket ini diberikan kepada siswa setelah pembelajaran

dilakukan/setelah dikenai kondisi buatan. Teknik ini digunakan

untuk mengambil data tentang minat siswa dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT terhadap mata pelajaran bahasa indonesia.

c. Observasi, tentang hasil belajar peserta didik dan keaktifan peserta

didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi

terhadap aktivitas kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta

didik maupun guru.Observasi merupakan teknik pengumpulan data

yang menggunakan pengmatan terhadap obyek penelitian. Observasi

yang akan dilakukan adalah observasi langsung, dalam artian

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala

subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi

sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus

diadakan. Petunjuk yang bersifat umum yang mendasari pelaksanaan

obervasi menurut Winarno Surachmad dalam Rianto (1996:78)

adalah sebagai berikut.

34

Page 37: Poposal Hamdi

1. Lebih dahulu harus ditetapkan bahwa metode observasi merupakan metode yang tepat untuk tujuan penelitian.

2. Bila observasi ini merupakan teknik yang tepat, kita harus mulai merinci segala unsur data misal sifatnya, banyaknya dan unsur-unsur lain yang mungkin penting dalam penelitian.

3. Bila telah jelas jenis dan jumlah data yang harus dikumpulkan dan penggunaannya, maka perlu dipikirkan bagaimana cara kita mencatat dan menyusun data tersebut.

4. Apabila dalam poin ke-3, ternyata membutuhkan alat-alat pembantu data, maka alat-alat tersebut harus disediakan.

5. Kini tibalah saatnya untuk mengadakan observasi guna pengumpulan data.

Petunjuk yang dikemukakan di atas memang tampak

mengacu kepada petunjuk prosedur umum dalam observasi.

Sedangkan menurut Rummel dalam Rianto (1996:78), petunjuk

dalam menggunakan metode observasi adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh dahulu pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi.

2. Menyelidiki tujuan-tujuan umum atau khusus dari masalah-masalah penelitian untuk menentukan apa yang harus diobservasi.

3. Membuat suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. 4. Mengadakan batasan yang tegas mengenai macam-macam

tingkat yang akan digunakan. 5. Mempertimbangkan observasi secara cermat dan kritis.

Lembar observasi dilakukan dengan menggunakan check list.

Check list atau daftar cek terdiri dari daftar item yang berisi faktor-

faktor yang diselidiki. Jenis alat ini mensistematisasi dan

35

Page 38: Poposal Hamdi

memudahkan perekaman hasil observasi. Lembar observasi ini

digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa.

7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Siklus I

a. Tahap Perencanaan (planning)

1) Guru membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)

sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2) Membuat bahan evaluasi berdasarkan materi yang diajarkan.

3) Selain perangkat pembelajaran juga disiapkan instrumen

penelitian berupa lembar observasi dan tes hasil belajar.

b. Tahap Tindakan (acting)

Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan rancana pelaksanaan pembelajaran yang

sudah disiapkan.

Adapun hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan

adalah implementasi rencana yang telah dirumuskan sebelumnya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah pelaksanaan langkah-

langkah proses pembelajaran yang telah disusun pada rencana

perbaikan pembelajaran.

36

Page 39: Poposal Hamdi

c. Tahap Observasi (observation)

Untuk melihat penampilan guru dan pengaruhnya terhadap

aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar, maka peneliti

mengamati lembar observasi yang suda disiapkan.

Pelaksanaan tindakan, dilakukan pencatatan dengan

menggunakan daftar observasi untuk memudahkan pelaksanaannya.

Observator mengamati kegiatan yang berlangsung sambil mengisi

daftar observasi yang telah disiapkan.

Adapun hal-hal yang dicatat selama berlangsungnya

kegiatan observasi adalah keaktifan peserta didik meliputi

kerjasama, partisipasi, kejujuran. Sedangkan observasi untuk guru

adala segala perubahan tindakan/ perilaku guru saat terjadi proses

belajar mengajar yang meliputi memotivasi peserta didik,

menyampaikan tujuan, peguasaan materi, dan pemberian umpan

balik.

d. Tahap Refleksi (reflection)

Guru dan peneliti berdiskusi untuk melihat keberhasilan dan

kegagalan yang telah terjadi setelah proses belajar mengajar dalam

selang waktu tertentu. Hasil sebagai masukan guru dan observatori

untuk membuat perencanaan siklus berikutnya. Untuk memperaiki

37

Page 40: Poposal Hamdi

kelemahan-kelemahan siklus I, maka disepakati bersama observatori

untuk merevisi rencana perbaikan pemelajaran siklus II. Revisi

dilakukan metode pendekatan proses dan mengoptimalkan motivasi

peserta didik serta peraikan umpan balik.

Siklus II

a. Perencanaan (planning)

Rencana tindakan untuk siklus II masih menggunakan tahap

kegiatan seperti pada siklus I, namun diberikan penekanan untuk

perbaikan terhadap kekurangan berdasarkan hasil refleksi dan

penemuan penelitian siklus I, rencana tindakan perbaikan

dilaksanakan pada siklus II.

b. Pelaksaaan Tindakan (actioan)

Fokus utama dalam siklus II dibandingkan siklus

sebelumnya adalah mengupayakan semaksimal mungkin bagaimana

peserta didik menjawab soal-soal pertanyaan yang berkaitan dengan

materi.

c. Tahap Observasi (observation)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ternyata paa siklus

kedua ini menunjukkan kreativitas belajar dengan kegiatan sangat

baik pada seluruh aktivitas yang diamati. Selanjutnya tindakan/

38

Page 41: Poposal Hamdi

perilaku guru memperlihatkan perubahan yang signifikan setelah

rencana perbaikan pembelajaran direvisi. Seluruh aspek yang

diamati dalam proses belajar mengajar dengan kualitas yang baik.

d. Refleksi (reflection)

Pada akhir siklus dilakukan refleksi hal-hal yang diperoleh

baik dari hasil observasi maupun hasil tes. Kekurangan-kekurangan

yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Siklus II dilakukan dengan mangacu pada prosedur kegiatan

yang sama pada siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan,

osbservasi, dan refleksi. Hanya saja, pada siklus II seluruh

perencanaan dan pengambilan tindakan mengacu pada upaya

peraikan terhadap kekurangan-kekurangan yang diperoleh pada

siklus I guna mencapai hasil yang diharapkan.

39

Page 42: Poposal Hamdi

Alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut.

Gambar 2 Alur Penilaian Tindakan Kelas

8. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

statistik deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan

minimum yang diperoleh siswa pada setiap siklus untuk analisis

kuantitatif, yang digunakan teknik kategorisasi yang dikemukakan oleh

Suherman (1990 : 272) sebagai berikut:

Perencanaan

Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan II

HasilPelaksanaan Tindakan II

Observasi Refleksi Observasi

Hasil

40

Page 43: Poposal Hamdi

a. Tingkat penguasaan 85 % ≤A≤ 100% atau 85 % - 100% sangat

tinggi

b. Tingkat penguasaan 75% ≤B≤ 84% atau 75% - 84% tinggi

c. Tingkat penguasaan 55 % ≤C≤ 74% atau 55 % - 74% sedang, cukup

d. Tingkat penguasaan 40 % ≤D≤ 55% atau 40 % - 74% rendah

e. Tingkat penguasaan 0 % ≤A≤ 40 % atau 0 % - 40 % jelek, sangat

rendah

Untuk analisis deskriptif, rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

Me = Mean

f = Frekuensi

x = Nilai perolehan siswa

N = Jumlah siswa

41

Page 44: Poposal Hamdi

9. Jadwal penelitian

No.

Jenis KegiatanMaret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapana. Pengajuan Judul

b. Penyusunan Proposal

c. Konsultasi Dosen

d. Perbaikan Proposal

2 Pelaksanaan

a. Pengumpulan data

b. Analisis data

3 Penyelesaian

a. Seminar ujian skripsi

b. Perbaikan hasil seminar

c. Pemasukan skripsi

42

Page 45: Poposal Hamdi

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, 1993. Pengelolahan Pengajaran. Ujung Pandang : PT. Bintang Selatan.

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa

Anni, Tri, Catharina, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Permen Mendiknas No. 22, No. 23, dan No. 24 Tahun 2006). Jakarta: PT. Binatama Raya.

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Permen Mendiknas No. 22, No. 23, dan No. 24 Tahun 2006). Jakarta: PT. Binatama Raya.

Burns, P.C., Betty, D. dan Ross, E.P. 1996. Teaching Reading in Today’s elemtary Schools. Chicago: Rand Mc. Anlly College Publishing Company.

Dimyati, Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud dan PT Rineka Cipta.

Ibrahim, M. & Nur, Mohamad. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

University Press. Moentoyah. 1993. “Aspek-aspek Psikologi dalam Kesulitan Belajar pada

Anak dan Remaja”. Makalah Seminar Kesehatan Jiwa Semarang. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

43

Page 46: Poposal Hamdi

Moedjiono, Moh. Dimiyanti, 1992, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Nurhadi, 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Algasindo.

Ridha Ardhi, Erwin. 2007.Skripsi Pengaruh Aktivitas Belajar dan Minat Siswa dalam pembelajaran kooperarif tipe student teams Achievement division (STAD) terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas v semester ii dalam pokok Bahasan penjumlahan dan pengurangan berbagai Bentuk pecahan di sd negeri kalirejo Tahun pelajaran 2006/2007. UNNES.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya.

Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya.

Puji Santoso, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grasindo.

Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Yasa, Doantara. 2008. Pembelajaran Koopertatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif -tipe-teams-games-tournaments-tgt/.

Wingkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

44