pkmrs hfmd nurulhazirah 14.05

12
Bagian Ilmu Kesehatan Anak PKMRS Fakultas Kedokteran Mei 2015 Universitas Hasanuddin PENYAKIT KAKI , TANGAN DAN MULUT Oleh: NURUL HAZIRAH BINTI MOHD SHAMSUDDIN C 111 11 867 Residen pembimbing: dr. Syafiuddin Rachman dr. Eva Faradianti Supervisor: dr. Ninny M. Pelupessy, Sp.A Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 1

Upload: nurul-hazirah

Post on 16-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pkmrs

TRANSCRIPT

  • Bagian Ilmu Kesehatan Anak PKMRS Fakultas Kedokteran Mei 2015 Universitas Hasanuddin !

    PENYAKIT KAKI , TANGAN

    DAN MULUT

    !!!

    ! Oleh:

    NURUL HAZIRAH BINTI MOHD SHAMSUDDIN

    C 111 11 867

    Residen pembimbing:

    dr. Syafiuddin Rachman

    dr. Eva Faradianti

    Supervisor:

    dr. Ninny M. Pelupessy, Sp.A

    !Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

    Makassar

    1

  • 2015

    !LEMBAR PENGESAHAN

    !Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

    !Nama : Nurul Hazirah binti Mohd Shamsuddin

    NIM : C 111 11 867

    Judul Refarat : Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (PKTM)

    Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak Kedokteran Universitas Hasanuddin.

    !Makassar, Mei 2015

    !Mengetahui,

    !Pembimbing I Pembimbing II

    !!

    dr. Syafiuddin Rachman dr. Eva Faradianti

    !Supervisor Pembimbing

    2

  • !!

    dr. Ninny Meutia Pelupessy, Sp.A

    PENYAKIT KAKI, TANGAN DAN MULUT (PKTM)

    ! Pendahuluan

    Penyakit kaki, tangan dan mulut (PKTM) adalah penyakit virus yang disebabkan

    oleh enterovirus yang umum menyerang anak usia

  • dapat terkena PKTM lagi oleh virus strain enterovirus lainnya. Penularan PKTM dapat

    dikurangi dengan menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dan desinfeksi permukaan

    tempat perawatan anak. 2

    !!!Etiologi

    Penyakit tangan, kaki dan mulut tidak ada hubungannya dengan penyakit kaki serta

    mulut pada kambing dan sapi, penyakit ini tidak berbahaya, dan disebabkan oleh infeksi

    virus Coxsackie, biasanya tipe A16. Gejala klinis yang khas berupa vesikel-vesikel kelabu

    yang kecil dengan sebuah halo kemerahan dan timbul pada tangan serta kaki dan bercak

    pada mukosa pipi yang mirip dengan ulkus aftrosa. 3

    !

    Gambar 1: Coxsackie A16

    Coxsackie A16 merupakan penyebab utama sindrom tangan, kaki dan mulut yang

    mempunyai gambaran enterovirus khas dengan masa inkubasi pendek (4-6 hari) dan pola

    musim panas dan musim gugur. Frekuensi penampakan klinis kompleks eksantem adalah

    tinggi, mendekati 100% pada anak usia muda, 38% pada anak usia sekolah dan 11% pada

    orang dewasa. Lesi intraoral adalah ulseratif dan rata-rata berukuran sekitar 4-8 mm.

    Lidah dan mukosa mulut paling sering terlibat. Tangan lebih sering dari kaki. Coxsackie

    A16 seringkali dihubungkan dengan lesi kulit subakut, kronis dan berulang. Baru-baru ini

    Enterovirus 71 merupakan etiologi pada beberapa wabah sindrom penyakit tangan, kaki

    dan mulut. 4

    !4

  • Patofisiologi

    PKTM disebabkan oleh sejumlah enterovirus nonpolio termasuk Coxsackievirus

    A5, A7, A9, A10, A16, B1, B2, B3, B5, echovirus dan enterovirus lainnya.Paling sering

    penyebabnya adalah Coxsackie A16 dan Enterovirus 71. Enterovirus merupakan virus

    kecil nonenveloped yang mempunyai diameter sekitar 30 nm dan terdiri atas molekul

    linear RNA rantai tunggal. Virus ini ditemukan di sekresi saluran pernafasan seperti

    saliva, sputum atau sekresi nasal, cairan vesikel dan feses dari individu yang terinfeksi.

    Manusia adalah satu-satunya inang alami yang diketahui untuk enterovirus. Enterovirus

    dapat menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan traktus respiratorius.

    Penularan terjadi melalui fecal-oral pada sebagian besar kasus. Selain itu dapat melalui

    kontak dengan lesi kulit, inhalasi saluran pernafasan atau melalui oral ke oral. Pada

    beberapa penelitian disebutkan bahwa virus dapat berada dalam feses hingga 5 minggu.

    Higiene dari anak-anak yang tidak adekuat juga dikaitkan dengan meningkatnya viral

    load dan menyebabkan penyakit yang lebih parah.

    Patogenesis tentang PKTM sendiri belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun

    secara umum patogenesis enterovirus nonpolio sebagian telah terungkap. Setelah virus

    masuk melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada faring dan usus,

    kemungkinan dalam sel M mukosa. Masing-masing serotipe memiliki reseptor yang

    merupakan makromolekul permukaan sel yang digunakan untuk masuk menuju sel

    inang. Replikasi awal pada faring dan usus diikuti dengan multiplikasi pada jaringan

    limfoid seperti tonsil, Peyer patches dan kelenjar limfe regional. Penyebaran ke kelenjar

    limfe regional ini berjalan dalam waktu 24 jam yang diikuti dengan viremia. Adanya

    viremia primer (viremia minor) menyebabkan penyebaran ke sistem retikuloendotelial

    yang lebih jauh termasuk hati, limpa, sumsum tulang dan kelenjar limfe yang jauh.

    Respon imun dapat membatasi replikasi dan perkembangannya di luar sistem

    retikuloendotelial yang menyebabkan terjadinya infeksi subklinis. Infeksi klinis terjadi

    jika replikasi terus berlangsung di sistem retikuloendotelial dan virus menyebar melalui

    viremia sekunder (viremia mayor) ke organ target seperti susunan saraf pusat (SSP),

    jantung dan kulit. Kecenderungan terhadap organ target sebagian ditentukan oleh serotipe

    yang menginfeksi. Coxsackievirus, Echovirus dan Enterovirus 71 merupakan penyebab

    tersering penyakit virus dengan manifestasi pada kulit. PKTM yang disebabkan oleh

    5

  • Coxsackievirus A16 biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang menyembuh dalam 7

    10 hari dan jarang mengalami komplikasi. Namun enterovirus juga dapat merusak

    berbagai macam organ dan sistem. Kerusakan ini diperantarai oleh nekrosis lokal dan

    respon inflamasi inang.5

    !

    Gambar 2: Patogenesis infeksi Enterovirus Manifestasi klinis

    Infeksi Enterovirus 71 sering muncul dengan gejala PKTM yang ditandai dengan

    demam, luka di mulut dan bercak-bercak merah pada kulit yang melepuh. Biasanya

    diawali dengan demam, berkurangnya nafsu makan, rasa tidak enak badan dan radang

    tenggorokan. Satu atau dua hari kemudian muncul luka yang menyakitkan di mulut.

    Luka-luka tersebut ditandai dengan bercak-bercak merah yang melepuh yang kemudian

    sering menjadi bernanah. Luka-luka tersebut biasanya terdapat pada lidah, gusi dan di

    bagian dalam pipi. Ada juga bintik-bintik merah datar pada kulit atau timbulnya bercak-

    bercak warna merah akan tetapi tidak gatal. Bercak-bercak merah dikulit tersebut

    biasanya ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. 6

    Gejala klinis juga biasanya bersifat asimtomatik atau tanpa manifestasi klinis yang

    jelas. Enterovirus 71 bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti aseptik

    meningitis, encephalitis atau miokarditis. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang

    6

  • melalui kontak langsung melalui lendir dari hidung dan tenggorokan, ludah, cairan dari

    lepuhan, atau kotoran dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi adalah 3-7 hari dan

    umumnya sembuh spontan. Gejala seperti demam, bercak-bercak merah pada kulit dan

    luka bernanah mereda secara spontan dalam satu minggu. Namun klinis dapat menjadi

    buruk bila demam tinggi terus-menerus, muntah berkali-kali, rasa mengantuk yang

    berlebihan, kejang-kejang atau anggota tubuh lumpuh. Untuk mencegah penularan

    penyakit ini, anak-anak yang terinfeski sebaiknya di isolasi. Telah diketahui bahwa

    Enterovirus tipe 68 dan tipe 69 menyebabkan penyakit pernapasan pada bayi dan anak-

    anak, Enterovirus tipe 70 menimbulkan epidemik dan pandemik konjungtivitis

    hemoragik akut yang secara klinis mirip dengan yang disebabkan oleh varian

    coxsackievirus A24.7

    !

    !

    Gambar 3 : Lepuhan atau vesikel di mulut, kaki dan tangan

    ! Diagnosis

    7

  • Pasien biasanya didiagnosis dengan gejala klinis. Secara klinis, ruam yang tampak

    biasanya pada tangan, kaki, dan mulut pada anak dengan demam dianggap diagnostik

    infeksi virus Coxsackie. Diagnosis dilakukan berdasar gejala klinis yang spesifik dengan

    dukungan Tzank smear, dimana tidak akan dijumpai adanya multinucleated giant cell

    seperti pada virus herpes simplex.8

    Polymerase chain reaction (PCR) memberikan hasil yang cepat dalam mendeteksi

    dan identifikasi serotipe enterovirus. Pemeriksaan ini menjadi uji diagnostik yang sangat

    bernilai tetapi dibatasi oleh ketersediaannya dan biayanya yang relatif mahal. Pungsi

    lumbal merupakan pemeriksaan yang penting jika terjadi meningitis. Profil dari cairan

    serebrospinalis pada penderita dengan meningitis aseptik akibat enterovirus adalah

    lekosit yang sedikit meningkat, kadar gula yang normal atau sedikit menurun, sedangkan

    kadar protein normal atau sedikit meningkat. Pemeriksaan histopatologi biasanya tidak

    diperlukan karena pada kebanyakan infeksi enterovirus memberikan gambaran

    nonspesifik. Pada pemeriksaan histopatologis terdapat gambaran degenerasi retikuler

    pada epidermis yang menghasilkan terbentuknya celah intraepidermal diisi oleh

    neutrofil, sel mononuklear dan bahan eosinofilik protein. Vesikel ini memiliki atap yang

    nekrotik dengan diskeratosis dan akantolisis. Pada lapisan dermis bagian atas nampak

    edem dan terdapat infiltrat sel campuran perivaskuler. Tidak ditemukan viral inclusion

    atau multinucleated giant cell. Diagnosis infeksi enterovirus seringkali berdasarkan

    anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis laboratoris dapat ditegakkan melalui tes

    serologis, isolasi virus dengan kultur dan teknik PCR. 9

    Penatalaksanaan

    Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya

    tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan

    dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan

    kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika

    didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau

    diberikan antibiotika dosis rendah sebagai pencegahan.

    8

  • Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut

    dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan analgetika

    dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk diperhatikan dalam

    pengobatan PKTM adalah bahwa beberapa golongan obat dapat menimbulkan sindroma

    Steven-Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan PKTM dan dapat memperparah

    ulkus. Golongan obat tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin,

    ibuprofen, penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,

    sulfonilurea, sulindac, dan tiazida.10

    Medikamentosa :

    1. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya : asetaminofen. Perlu

    diperhatikan bahwa penggunaan golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory

    Drugs) dapat menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala

    mirip dengan penyakit ini dan dapat memperparah ulkus di saluran cerna sehingga

    disarankan untuk digunakan dengan golongan antasida, atau jika ada dipilih golongan

    antipiretika/analgetika yang lain.

    2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti betadine dan tablet hisap seperti

    SP troches, FG troches.

    3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi

    karena mikroba pada ulkus di mulut dan kulit seperti neosporin (lokal), klindamisin dan

    eritromisin.

    4. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut.

    5. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan kontriksi bronkus,

    sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan saraf pusat, dan

    aritmia jantung.

    6. Golongan Antasida dan Antiulkus digunakan untuk mengatasi gastritis, ulkus di mulut

    dan saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika didiagnosis ada luka di

    saluran gastrointestinal maka antasida ditelan.10

    ! Prognosis

    9

  • Prognosis pada PKTM sangat baik. Dan sebagian besar pasien dengan penyakit

    ini dapat sembuh sepenuhnya.7

    ! Pencegahan

    Pertahanan pertama terhadap penularan adalah kebersihan dasar, seperti mencuci

    tangan untuk mencegah penyebaran fekal-oral dan menghindari pemakaian peralatan

    bersama dan tempat minum dan alat potensial lainnya dan disinfeksi permukaan yang

    terkontaminasi. Perawatan yang tepat air minum dan air kolam renang penting untuk

    mencegah penularan. Teknik pengendalian infeksi seperti penggabungan (cohorting)

    telah terbukti efektif dalam membatasi penyebaran virus. Pemberian profilaksis

    intramuskular atau imunoglobulin intravena atau plasma telah digunakan dalam untuk

    mencegah infeksi atau memperbaiki gelaja pada penyakit tangan, kaki dan mulut. Wanita hamil harus menghindari kontak dengan orang sakit dengan infeksi

    enterovirus. Jika seorang wanita hamil menderita penyakit yang mungkin disebabkan

    oleh enterovirus, disarankan untuk tidak melanjutkan kehamilan kecuali ada

    kekhawatiran untuk kompromi janin atau keadaan darurat obstetrik tidak bisa

    dikesampingkan. Profilaksis mungkin menguntungkan untuk memperpanjang kehamilan

    dan memberikan waktu untuk janin memperoleh antibodi pasif sebagai pelindung.

    Sebuah penelitian pemberian profilaksis imunoglobulin pada neonatus yang lahir dari ibu

    dengan infeksi enterovirus belum teruji. Sebaliknya, pemberian antibodi dengan dosis

    tinggi imunoglobulin secara intravena untuk pasien dengan hipogammaglobulinemia

    telah mengurangi kejadian meningoencephalitis enterovirus kronis. 11

    ! Kesimpulan

    PKTM adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Coxsackie A16 dan Enterovirus

    71. Pencegahan utama yang dilakukan adalah pemutusan rantai penularan penyakit

    melalui pencegahan kontak dari satu penderita ke penderita yang lain. Pengobatan secara

    simptomatik terutama dilakukan untuk menekan rasa nyeri di mulut, mempercepat

    penyembuhan ulkus di mulut, penyembuhan demam, dan pencegahan infeksi skunder.

    Golongan obat yang bisa diberikan : antipiretik, antasida, antihistamin non steroid,

    10

  • analgetik, dan antiseptik. Di samping itu bisa diberikan vitamin dan mineral tambahan

    bagi penderita atau kerabat penderita untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

    !!!!!!!!!!Daftar pustaka

    1. Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Ling AE. Epidemic Hand, Foot and Mouth

    Disease Caused by Human Enterovirus 71, Singapore. Emerging Infectious Diseases

    2003:78-85.

    2. Anies. SLP : Manajemen Berbasis Lingkungan Book. In. Indonesia: Elex Media

    Komputindo; 2006. p. 81-82.

    3. Brown GR, Burns T. Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut. In: Dermatologi Lectures

    Notes. 8 ed: Erlangga Medical Series; 2005. p. 28.

    4. Behrman K, Arvin. Infeksi Enterovirus. In: Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 16 ed.

    Jakarta: EGC; 2010. p. 1083.

    5. Andriyanti C HD, Sawitri. Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut. Berkala Ilmu

    Kesehatan Kulit & Kelamin 2010:144-45.

    11

  • 6. Craft N, Fox PL, Goldsmith LA, Papier A, Birnbaum R, Mercurio MG. Hand, Foot

    and Mouth Disease. In: VisualDX:Essential Adult Dermatology: Lippincott Williams

    & Wilkins; 2011. p. 426-27.

    7. Ball P. Hand, Foot, Mouth Disease. In: Infectious Disease. 2 ed: Churchill

    Livingstone; 1998. p. 34.

    8. Ismoedijanto. Demam dan ruam di daerah tropik. Available at: URL: http://

    rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php/pengumuman/rekrutmen/doc_download/

    32-viral-exanthema-in-tropics. Accessed 21 March 2015.

    9. WHO. A Guide to Clinical Management Public Health Response for Hand, Foot and

    Mouth Disease (HFMD). Available at: URL: http://www.wpro.who.int/publications/

    docs/GuidancefortheclinicalmanagementofHFMD.pdf. Accessed 21 March, 2015.

    10. Nugrahani I. Penyakit kaki, tangan dan mulut dan pengobatannya. Available at: URL:

    http://jifi.ffup.org/wp-content/uploads/2012/03/Ilma-N..Penyakit.pdf. . Accessed 20

    March 2015.

    11. Nervi SJ. Hand, Foot and Mouth Disease Available at: URL: http://

    emedicine.medscape.com/article/218402-overview#aw2aab6b2b4a. Accessed 20

    March 2015.

    !

    12