phbd 2013
TRANSCRIPT
PROPOSAL PROGRAM HIBAH BINA DESA
Peningkatan Mutu Gambir Melalui Perbaikan Sistem Pengeringan
dengan Memanfaatkan Panas Tungku Perebusan
dan Panas Matahari di Nagari Muaro Paiti
Oleh :
Widia Purnama Sari (0911013106 - 2009)
Ersa Yuliza (1011014067 - 2010)
Sheppriola Vonia (1011014025 - 2010)
Riesa Uzvi Flowerini (1011014038 - 2010)
Fandi Harmiki (1111012003 - 2011)
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi
Universitas Andalas
Padang
2013
i
A. Judul
Peningkatan Mutu Gambir Melalui Perbaikan Sistem Pengeringan dengan
Memanfaatkan Panas Tungku Perebusan dan Panas Matahari di Nagari Muaro Paiti
B. Latar Belakang Masalah
Tanaman gambir (Uncaria gambier Roxb) termasuk dalam famili Rubiaceae dari
genus Uncaria yang banyak tersebar luas di daerah tropis termasuk Asia bagian selatan,
Afrika, dan Amerika selatan. Uncaria sering digunakan sebagai pengobatan tradisional,
antara lain untuk luka bakar, gangguan pencernaan, demam, sakit kepala, anti
bakteri/jamur, dan sebagainya (Widiyarti, G., Laporan Dikti, 2009). Kandungan senyawa
polifenol dalam gambir adalah katekin, tanin, alkaloid, kuersetin, dan sisanya adalah
pengotor air dan pasir (Risdale, 2002).
Tanaman gambir merupakan komoditas spesifik lokasi dan unggulan daerah
provinsi Sumatera Barat. Tanaman gambir Sumatera Barat menghasilkan lebih dari 80%
hasil gambir di Indonesia. Tanaman gambir tumbuh dengan baik di Kabupaten 50 Kota,
seperti di Mahat, Pangkalan Koto Baru, Kapur Sembilan dan juga di Nagari Siguntur
Kabupaten Pesisir Selatan (Safril,2006).
Kecamatan Kapur IX merupakan sentra penghasil gambir terbesar di Kabupaten 50
kota. Luas lahan tanaman gambir pada kawasan ini mencapai 5.698 ha dengan total
produksi 4.987 ton per tahun atau 34 % total produksi gambir di Kabupaten 50 kota (BPS
Sumatera Barat, 2005). Walaupun demikian, harga gambir yang dinikmati petani jauh lebih
kecil dari harga pasaran internasional. Kondisi ini banyak disebabkan oleh proses
pengeringan yang selama ini menjadi salah satu masalah dalam menjaga kualitas gambir.
Petani gambir di nagari Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX mengeringkan gambir
dengan memanfaatkan panas yang ada saat merebus daun gambir yaitu dengan menjemur
gambir di atas tungku perebusan atau dengan panas matahari langsung. Menjemur gambir
di atas tungku perebusan membuat gambir mengandung bahan karsinogenik karena reaksi
asap perebusan dengan gambir (Novizar, 2005), dan menyebabkan warna gambir yang
telah kering menjadi hitam, sehingga harga menjadi lebih murah 30% (Safril, 2006).
Sedangkan menjemur di bawah panas matahari langsung, suhu pengeringan tidak dapat
1
diatur karena sangat tergantung pada perubahan cuaca, sehingga gambir akan ditumbuhi
jamur apabila pengeringan tidak sempurna pada saat musim hujan (Novizar, 2005). Di
samping itu, proses pengeringan yang menggunakan sinar matahari langsung dan
pengeringan di atas alat perebusan yang menghasilkan asap menyebabkan turunnya mutu
gambir. Sementara, mutu gambir yang dipasarkan harus memenuhi kriteria mutu Standar
Nasional Indonesia (SNI).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Safril (2006) telah berhasil membuat sebuah
alat yang memanfaatkan tenaga surya sehingga lebih efektif dan menghasilkan gambir yang
kering sempurna dengan warna kuning kecoklatan. Alat ini sangat efektif dipakai oleh
petani gambir dalam memproduksi gambir, sehingga mutu yang dihasilkan bisa meningkat
30%.
Selain proses pengeringan yang menjadi masalah peningkatan mutu gambir, tata
usaha yang buruk juga menjadi masalah dalam mempertahankan mutu gambir. Petani
gambir di Nagari Muaro Paiti menjual gambir produksi mereka kepada pedagang
pengumpul dengan harga yang ditetapkan sendiri oleh pedagang pengumpul. Seringkali
pedagang pengumpul memukul rata harga gambir yang dibeli dari para petani walaupun
kualitas gambirnya berbeda-beda. Kondisi ini sangat merugikan petani, sehingga ada
beberapa petani yang menambahkan bahan-bahan pengotor supaya gambir menjadi lebih
berat. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem tata usaha yang bisa membantu petani dalam
meningkatkan mutu gambir dan menjadi pengontrol dalam mempertahankan kualitas
gambir yang baik. Sehingga petani-petani gambir di Nagari Muaro Paiti bisa langsung
menjual produk mereka secara kolektif langsung kapada eksportir tanpa melalui pedagang
pengumpul, dengan putusnya salah satu mata rantai perdagangan ini petani menjadi lebih
untung dan diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat pada umumnya.
Dengan adanya suatu organisasi yang memperbaiki tata usaha perdagangan gambir, gambir
dari daerah tersebut memiliki ciri dan identitas produk yang khas.
C. Perumusan Masalah
1. Proses pengeringan gambir yang tidak tepat menjadi masalah dalam usaha untuk
meningkatkan mutu gambir. Menurut SNI 01-3391-2000, gambir mutu 1 berwarna kuning
sampai kuning kecoklatan sedangkan gambir mutu 2 berwarna kuning sampai kuning
2
kehitaman. Gambir yang dihasilkan oleh petani di Nagari Muaro Paiti pada umumnya
berwarna coklat sampai kehitaman, berdasarkan standar SNI, gambir di Nagari Muaro Paiti
belum memenuhi standar mutu gambir Indonesia.
2. Tidak adanya sistem tata usaha atau organisasi yang membantu petani-petani gambir
dalam mengelola penjualan gambir, dan yang mengatur serta mengontrol kualitas gambir
yang dihasilkan.
D. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah :
1. Membuat sistem pengeringan gambir yang bisa meningkatkan kualitas gambir.
2. Terciptanya suatu kelompok tani/organisasi yang mengatur penjualan gambir di Nagari
Muaro Paiti.
3. Dihasilkannya “branded product” gambir terstandarisasi dari Nagari Muaro Paiti.
4. Meningkatkan pegetahuan masyarakat tentang pengolahan gambir yang baik.
E. Indikator Keberhasilan Program
Program ini telah mendapat persetujuan dari Wali Nagari Muaro Paiti, desa tempat
akan diadakannya program pembinaan. Setelah melakukan survei lapangan pada Sabtu,
tanggal 9 Maret 2013, dan melihat langsung proses pengolahan gambir mulai dari
perebusan sampai pengeringan gambir. Kami melihat bahwa faktor yang penting yang
menjadi permasalahan bagi petani saat ini adalah kondisi sebagian gambir yang belum
kering ketika dijual kepada pengumpul . Sehingga harga gambir/kg dipatok menurut
kehendak pedagang pengumpul, dalam hal ini petani sangat dirugikan, bahkan sampai 60%
kerugian yang dialami oleh petani karena pemotongan harga ini. Jadi dengan adanya
program ini, maka petani di Nagari Muaro Paiti sangat berharap dan antusias sekali
dilaksanakannya program ini. Dalam melaksanakan program , kami akan bekerjasama
dengan sebuah kelompok tani yang ada di Nagari Muaro Paiti yaitu kelompok tani Harapan
Sejahtera. Kelompok tani Harapan Sejahtera beranggotakan 30 orang dan setiap petani
mempunyai ladang gambir dengan luas 1-2 ha..
3
Dalam program ini juga terlibat dosen-dosen yang telah banyak melakukan
penelitian tentang gambir, yang mana telah sering melakukan seminar penelitian di luar
negeri. Dosen-dosen tersebut terlibat sebagai pembimbing dan sebagai pemateri pada saat
penyuluhan.
Dalam menjalankan program, kami juga bekerja sama dengan tim Andalas Farma
yang akan melakukan analisis mutu gambir yang diproses dengan teknik pengeringan baru.
Hasil analisis mutu gambir dengan teknik pengeringan baru akan dibandingkan dengan
mutu gambir yang sudah diteliti sebelumnya. Sehingga nantinya diharapkan bisa membuat
sebuah “branded product” gambir dari Nagari Muaro Paiti yang baik kualitasnya.
F. Luaran Yang Diharapkan
Dari program ini diharapkan nantinya :
1. Dengan menggunakan teknik pengeringan yang baru, diharapkan para petani dapat
menjual gambir dalam keadaan kering sempurna dalam waktu kurang dari seminggu,
sehingga para petani tidak mengalami potongan harga dan mendapatkan harga yang sesuai
untuk gambir yang mereka produksi.
2. Setelah menghasilkan produk gambir yang bagus dan sesuai denganSNI 01-3391-2000,
diharapkan nagari Muaro Paiti menghasilkan suatu “branded product” yang mempunyai ciri
khas produk daerah tersebut sehingga memiliki nilai jual yang tinggi dengan surat
keterangan hasil analisis mutu gambir dari Andalas Farma.
3. dengan perbaikan teknik pengeringan sehingga menghasilkan perbaikan produk gambir
diharapkan petani mendapatkan harga yang tinggi mencapai 3x lipat dari harga gambir saat
ini.
4. penerapan teknik pengeringan ini tidak hanya di kelompok tani Harapan Sejahtera,
namun dapat diterapkan dan dibuat oleh seluruh petani yang ada di Kecamatan Kapur IX,
karena proses pembuatannya sederhana.
5. diharapkan adanya buku pemberdayaan petani gambir sebagai pedoman pengolahan
gambir yang baik.
4
G. Manfaat Program
Program ini bermanfaat bagi masyarakat Muaro Paiti dalam peningkatan mutu
gambir daerahnya, sehingga menghasilkan mutu gambir yang sesuai dengan SNI 01-3391-
2000. Dengan menyesuaikan mutu gambir dengan standar nasional maka petani dapat
menjual gambir mereka dengan standar nasional juga, dan otomatis bisa meningkatkan
perekonomian masyarakatnya.
Program ini dilaksanakan oleh mahasiswa dan dosen yang langsung terjun ke
masyarakat, dengan adanya program ini dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa
terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan meningkatkan rasa tanggung jawab
untuk mengabdi pada masyarakat.
H. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Kapur IX adalah salah satu dari tiga belas kecamatan yang ada di bagian timur
Kabupaten Limapuluh Kota. Luas wilayah Kecamatan Kapur IX adalah 723,36 Km2 yang
berarti 21,56 % dari luas Kabupaten Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2,yang
terdiri dari 7 nagari dan 31 jorong. Nagari Muaro Paiti merupakan salah satu nagari yang
berada di kecamatan Kapur IX yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan, nagari ini
mempunyai luas daerah 95 Km2 yang terbagi atas 6 jorong, yaitu : (a) Kampuang Baru,(b)
Kampuang Dalam, (c) Kampung Talawi, (d) Sungai Panjang Indah, (e) Kampung Duri, (f)
Koto Tinggi.
Jumlah penduduk Nagari Muaro Paiti berkisar enam juta jiwa. Sumber mata
pencaharian penduduk adalah petani baik sebagai petani sawah maupun sebagai petani
karet dan gambir dengan persentase 87 %, pedagang 10 % dan lainnya 3 % dari jumlah
penduduk yang usianya produktif. Nagari ini mempunyai lahan pertanian mencapai seratus
Ha, namun produksi padi belum mampu untuk memenuhi konsumsi masyarakat di nagari
ini, peluang peningkatan produksi adalah melalui penanaman ladang, terutama ladang
gambir, sehingga banyak petani yang memilih meninggalkan sawahnya dan beralih
mengelola ladang gambir. Lahan Kapur IX yang berbukit dan bergelombang merupakan
potensi besar dalam penanaman gambir dimana masyarakatnya mempunyai lahan gambir
terluas di Kabupaten Limapuluh Kota, yakni seluas 5.682 ha dengan total produksi
5
4.764,10 ton pertahun atau 40,4 % dari total produksi Kabupaten Limapuluh Kota sebesar
11.790,60 ton.
Masyarakat yang menjadi petani gambir di desa Muaro Paiti mencapai 70% dari
usia produktif, yaitu yang berumur 18-45 selagi mereka masih mampu untuk bekerja keras,
maka mereka akan terus menekuni pekerjaan ini. Dari segi pengolahan, pekerjaan untuk
mengolah gambir dari memetik daun saat panen hingga pencetakan gambir adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar. karena alat yang digunakan masih tergolong
sederhana, walaupun sekarang petani sudah memakai dongkrak hidrolik untuk mengempa
agar getah kelur dari daun, namun rendemen yang dihasilkan belum maksimal, bahkan
kadar katekin yang dihasilkan sebagai senyawa yang punya antioksidan tinggi pada gambir
kemungkinan hanya 40%. Kondisi tersebut menyebabkan petani gambir tidak bisa
meningkatkan perekonomian mereka, kurangnya pengetahuan tentang teknik pengolahan
yang baik dan benar membuat gambir yang dihasilkan terkenal asalan. Lagipula
perekonomian masyarakat Nagari Muaro Paiti yang sangat tergantung pada gambir ini
membuat kondisi ekonomi masyarakat tidak stabil karena harga gambir yang selalu naik
turun. Ditambah lagi dengan kurang aktifnya kelompok-kelompok tani yang seyogyanya
dapat membantu petani dalam mengatasi hal tersebut.
I. Metode Pelaksanaan
1. Identifikasi Masalah
Kami telah melakukan survei lapangan di Nagari Muaro Paiti Kabupaten Lima Puluh
Kota pada Sabtu/ 9 maret 2013. Ada beberapa masalah yang kami dapatkan ketika
langsung melihat cara pengolahan gambir di desa ini, yaitu:
a. teknik pengolahan gambir masih dalam kondisi tidak bersih.
Pada saat memasukkan daun ke dalam kepuk, daun tersebut di injak-injak dengan
menggunakan sepatu bot tanpa dicuci terlebih dahulu. Kemudian rumah kempan petani
juga tergolong tidak memenuhi kriteria kebersihan untuk sebuah produksi gambir.Rumah
kempan petani masih banyak yang tidak berlantai alias berlantai tanah, tempat hasil
rendemen daun gambir juga pada tanah yang dilobangi dan dilapisi sedikit dengan plastik.
b. proses perebusan yang menggunakan air kalincuang, yang mana air kalincuang
tersebut adalah air sisa rendemen gambir, air tersebut disiramkan ke daun yang akan
direbus secara berulang-ulang. Hal ini akan menyebabkan hasil rebusan daun gambir
6
coklat, dan jika dikeringkan di bawah cahaya matahari langsung warnanya akan berubah
menjadi warna hitam.
c. proses pengeringan gambir hanya memanfaatkan cahaya matahari saja sehingga
membutuhkan waktu yang lama sampai gambir kering sempurna. Apalagi jika cuaca
sedang tidak panas, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan gambir akan lebih
lama lagi. Oleh karena itu gambir tersebut sering tidak kering sempurna padahal sudah
waktunya untuk dijual.Sebenarnya petani bisa saja tidak harus menjualnya pada minggu
tersebut, dan menunggu gambir tersebut sampai kering sempurna, namun karena kebutuhan
ekonomi yang mendesak dan tidak adanya gudang penyimpanan gambir dimiliki oleh
petani, ataupun lapangan yang luas untuk menjemur gambir.Jadi petani terpaksa menerima
kerugian mencapai 50% atas pemotongan berat gambir yang masih belum kering tersebut.
2. Analisis Kebutuhan
Dalam program ini kami berencana untuk memperbaiki proses pengeringan gambir
yang tidak memakai waktu lama dengan memanfaatkan secara maksimal tenaga matahari
dan panas tungku di dalam rumah kempan, dengan membuat sebuah alat pengering
sederhana yang efektif.
Dalam menjalankan program kami membutuhkan biaya untuk transportasi, konsumsi,
penyuluhan, pengadaan alat,dan dokumentasi.
Untuk pengadaan alat kami membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut :
Terpal, triplek, papan, seng, paku, dan alas bambu.
3. Pelaksanaan program
a. Tahap edukasi dan sosialisasi kepada petani gambir
Penyuluhan yang akan diberikan adalah tentang bagaimana mengolah gambir yang baik
dan benar, dengan memperhatikan kebersihan dan sterilitas, dan mutu hasil gambir.
Penyuluhan akan diberikan oleh dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas, yang
mempunyai spesialisasi di bidang kimia bahan alam, yaitu Prof.Dr. Dedi Prima Putra, Apt
dan Prof. Dr. Amri Bachtiar,MS, DESS, Apt.
b. Pembuatan buku pemberdayaan petani gambir
Setelah dilakukan edukasi petani gambir mengenai pengolahan gambir yang baik dan
benar, maka kami berencana membagikan buku Pedoman Tata cara Pengolahan Gambir
yang Baik dan Benar, yang bertujuan agar masyarakat dapat ingat dan memiliki pedoman
dalam memproduksi gambir yang lebih baik.
7
c. pembuatan alat pengeringan
Prinsip alat pengeringan yang akan dibuat yaitu menerapkan aliran udara secara
konveksi, dengan memakai kolektor sederhana yang digunakan untuk menangkap cahaya
matahari, dan dialirkan ke ruangan yang berisi rak-rak untuk meletakkan gambir.
Pembuatan alat pengeringan ini dilakukan dengan kerja sama dengan petani dan tukang
yang ada di lokasi tersebut
d. percobaan produksi dan pengeringan
Percobaan produksi ini dilakukan di rumah kempan bantuan pemerintah milik
kelompok tani Harapan Sejahtera yang selama ini tidak pernah digunakan namun masih
dalam kondisi bagus dan layak pakai, daun gambir dapat diperoleh dari ladang gambir
petani yang tergabung dalam kelompok tani tersebut, yang mana letaknya tidak jauh dari
rumah kempan.
Proses produksi dilakukan dengan memperhatikan aspek kebersihan dan efektifitas serta
efisiensi. Dengan demikian didapatkan gambir yang mempunyai mutu sesuai dengan SNI
01-3391-2000. Proses pengeringan dilakukan dengan alat yang sudah dibuat sebelumnya,
alat tersebut ada yang diletakkan di luar dan di dalam kempan.
e. Monitoring dan Evaluasi
Setelah didapatkan gambir dengan metode seperti di atas, kemudian dibandingkan dengan
gambir yang biasa diproduksi oleh masyarakat, kemudian dilakukan analisis mutu di
laboratorium Andalas Farma.
f. Analisis Mutu
a.Susut Pengeringan
Sampel ditimbang secara seksama sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam botol timbang
dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu1050C selama 30 menit dan
telah ditara. Sebelum ditimbang, sampel diratakandalam botol timbang, dengan
menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisansetebal lebih kurang 5 mm sampai 10
mm. Kemudian dimasukkan ke dalam oven,buka tutupnya, keringkan pada suhu 1050 C
hingga bobot tetap. Sebelum setiappengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup
mendingin dalam eksikatorhingga suhu kamar.
b. Kadar abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g sampel yang telah digerus dan ditimbang seksama,
dimasukkan, ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara,ratakan. Pijarkan
8
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika cara ini arang tidak dapat
dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa
kerta dan kertas saring dalam krus yang sama.Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan,
pijarkan hingga bobot tetap, timbang.Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara (Dirjen POM,2000).
c. Pemeriksaan Kadar katekin
a. Persiapan Standar Katekin
Katekin standar dikeringkan di dalam oven pada temperatur 1050C selama 3
jam (SNI,2000).
b. Persiapan Contoh Gambir
Contoh gambir dihaluskan dan lapisan gambir dibuat setipis mungkin diatas
kaca arloji atau cawan petri. Lapisan gambir tersebut dikeringkan di atas
ovenpada temperatur 105 C selama 3 jam sampai kehilangan berat 15-17 %
(SNI,2000). Persiapan larutan standar. Katekin standar ditimbang seksama 50 mg
(Wsmg), dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan
dengan etilasetat hingga 50 ml (larutan A). Letakkan larutan A di dalam penangas
air selama5 menit agar larutan homogen. Pipet 2 ml larutan ke dalam erlenmeyer
100 ml dantambahkan pelarut etil asetat sebanyak 50 ml (larutan B) dan letakkan
larutantersebut dalam penangas air selama 5 menit kemudian diukur serapannya
denganspektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimum.Persiapan
larutan contoh. Gambir kering ditimbang sebanyak 50 mg,dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml(larutan C). Letakkan
larutan C ke dalam penangas air selama 5 menit kemudiansaring. Buang 15 ml
filtrat hasil penyaringan pertama dan teruskan penyaringan.
Pipet 2 ml filtrat larutan C ke dalam erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 50
ml etilasetat (larutan D). Letakkan larutan D ke dalam penangas air selama 5
menit laludiukur serapannya dengan spektrofotometri UV pada panjang
gelombangmaksimum. (SNI, 2000)
J. Jadwal Kegiatan Program
Bulan Ke -
1 2 3 4
9
KEGIATAN
Survei lapangan
Penyuluhan dan sosialisasi
Pembuatan alat pengeringan
Melakukan proses produksi
dan pengeringan
Evaluasi hasil pengeringan
Pengujian mutu
Pembentukan kelembagaan
Pembuatan “branded product”
K. Rancangan Biaya
I. Dana administrasi dan alat tulis
A. Pembuatan Proposal ( 4 buah ) @ Rp75.000,00 = Rp300.000,00
B. Surat-Menyurat ( Surat Izin, Surat Mitra, Surat Pengantar, Surat Undangan)
= Rp40.000,00
C. Pembuatan Absensi Petani = Rp20.000,00
D. Alat Tulis ( Diberikan 1 Kali Selama Program )
- Alat Tulis Petani Saat Pemberian Materi ( 40 orang ) @Rp10.000,00
= Rp 400.000,00
- Alat Tulis Pemateri @Rp10.000,00 = Rp 20.000,00
- Buku Dokumentasi Program dan Alat Tulis = Rp 50.000,00
Total = Rp 830.000,00
II. Dana Transportasi
A. Survei Desa Binaan
- Perjalanan Padang-Kapur Sembilan ( Pulang-Pergi, selanjutnya
Disingkat PP )Pelaksana ( BEM KM Fakultas Farmasi UNAND ) 5 orang @
Rp150.000,00 = Rp 750.000,00
10
- Perjalanan Kunjungan ke Kelompok Tani, Toke, Ladang dan Tempat
Produksi Gambir Kapur Sembilan, Pelaksana 4 orang @Rp 10.000
a = Rp 40.000,00
- Perjalanan Kunjungan Wali Nagari/Kelurahan Kapur Sembilan
( Pengambilan Data Statistik Penduduk, Produksi Gambir, Kelompok
Tani, Impor Gambir dll ). Pelaksana 5 orang @Rp5.000,00
= Rp 25.000,00
- Wawancara Tokoh Masyarakat, Pelaksana 5 orang @Rp5000,00
= Rp25.000,00
Total = Rp 840.000,00
B. Perjanjian Mitra Program
- Perjalanan Padang-Kapur Sembilan (PP), Pelaksana 5 orang
@Rp100.000,00 a = Rp 500.000,00
- Kunjungan Kelompok Tani Mitra, Pelaksana 5 orang @Rp5000,00
= Rp 25.000,00
- Kunjungan Wali Nagari ( Penandatanganan Surat Mitra dan
Izin Pelaksanaan Program), Pelaksana 5 orang @Rp5000,00
= Rp25.000,00
Total = Rp 550.000,00
C. Pelaksanaan Program
1. Pemberian Materi Kelompok Tani ( 2 kali )
- Transportasi Pemateri, Padang-Muaro Paiti,
Lokasi Balai Desa (PP) 2 orang @Rp 100.000,00 ( 2 kali )
= Rp400.000,00
- Transportasi Pembina, Padang-Muaro Paiti,
Lokasi Balai Desa (PP) 1 orang @Rp 100.000,00 ( 2 kali)
= Rp200.000,00
11
- Transportasi Pelaksana (BEM KM Fakultas Farmasi UNAND)
Padang-Muaro Paiti, Lokasi Balai Desa (PP) 5 orang @Rp 100.000,00 ( 2 kali )
= Rp1.000.000,00
Total = Rp 1.600.000,0
2. Proses Pembinaan ( 4 kali )
- Transportasi Pembina, Padang-Muaro Paiti,
Lokasi Balai Desa (PP) 1 orang @Rp 100.000,00 ( 4 kali )
= Rp400.000,00
- Transportasi Pelaksana (BEM KM Fakultas Farmasi UNAND)
Padang-Muaro Paiti, Lokasi Balai Desa (PP) 5 orang @Rp 100.000,00 ( 4 kali )
= Rp2.000.000,00
Total Rp 2.400.000,00
3. Evaluasi Program (2 kali )
- Transportasi Pembina, Padang-Muaro Paiti,
Lokasi Balai Desa (PP) 1 orang @Rp 100.000,00 = Rp200.000,00
- Transportasi Pelaksana (BEM KM Fakultas Farmasi UNAND)
Padang-Muaro Paiti, Lokasi Balai Desa (PP) 5 orang @Rp 100.000,00
= Rp 500.000,00
Total = Rp 700.000,00
D. Dana Seminar Proposal
- Transportasi Pelaksana (BEM KM Fakultas Farmasi UNAND)
Padang-Jakarta (PP) 2 orang @Rp 750.000,00 = Rp 3.000.000,00
Total = Rp 3.000.000,00
Total Dana Transportasi = Rp 9.090.000,00
III. Anggaran Konsumsi
a. Survei Desa Binaan
1. Konsumsi 5 orang :
- Makan, 3 kali @Rp15.000,0 = Rp225.000,00
12
- Minum, 1 dus air mineral @Rp20.000,00 = Rp 20.000,00
Total = Rp 225.000,00
b. Edukasi pada petani gambir
1. Pemberian Materi Kelompok Tani ( 2 kali )
- Konsumsi Selama Menginap ( 2 Hari/Materi ), Pelaksana ( BEM KM Fakultas
Farmasi UA)
5 orang, 1 orang Pembina, 2 orang Pemateri :
Makan 3 kali/hari @Rp15.000,00 =Rp 720.000,00
Minum, 8 dus air mineral @Rp20.000,00 =Rp160.000,00
- Snack Saat Materi ( 2 kali Materi )
Pemateri ( 2 orang ) @Rp8.000,00 = Rp32.000,00
- Minuman @Rp4.000,00 = Rp16.000,00
Pembina + Tamu Undangan ( 11 orang )
- Snack @Rp8.000,00 = Rp176.000,00
- Minuman @Rp4.000,00 = Rp 88.000,00
- Makan, 11 tamu undangan @Rp 15.000,00 = Rp 165.000,00
Petani ( 40 orang )
- Snack @Rp5.000,00 = Rp400.000,00
- Minuman, air mineral 8 dus @Rp20.000,00 = Rp160.000,00
- Makan nasi @Rp 15.000,00 = Rp 600.000,00
Total = Rp 2.517.000,00
2. Proses Pembinaan ( 4 kali )
- Konsumsi Selama Menginap ( 2 Hari ), Pelaksana (BEM KM Fakultas Farmasi
UNAND) 5 orang dan 1 orang Pembina :
Makan 3 kali/hari @Rp15.000,00 =Rp 540.000,00
Minum, 12 dus air mineral @Rp20.000,00 =Rp 240.000,00
Total = Rp 780.000,00
3. Evaluasi Program 2 kali
13
- Konsumsi Selama Menginap ( 2 Hari ), Pelaksana (BEM KM Fakultas Farmasi
UNAND)
5 orang dan 1 orang Pembina :
Makan 3 kali/hari @Rp15.000,00 =Rp540.000,00
Minum, 3 dus air mineral @Rp20.000,00 =Rp 60.000,00
- Konsumsi Petani Selama Pembinaan ( Air Mineral ) 2 dus @Rp20.000,00
= Rp40.000,00
Total = Rp 640.000,00
Total Dana Konsumsi = Rp 4.162.000,00
IV. Dana Penginapan
1. Pemberian Materi Kelompok Tani ( 2 kali )
5 orang pelaksana, 1 orang Pembina, 2 orang Pemateri, 11 orang undangan @
Rp 105.000,00 selama 2 hari (total) = Rp 3.990.000,00
2. Proses Pembinaan ( 4 kali )
5 orang, 1 orang pembina @ 150.000 selama 8 hari penginapan
= Rp 7.200.000,00
3. Evaluasi Program (2 kali)
5 orang, 1 orang pembina @ 150.000 selama 4 hari penginapan
= Rp 3.600.000,00
Total = Rp 14.790.000,00
V. Dana Pembuatan Baju Petani Binaan
@Rp 68.000,00 untuk 40 orang petani binaan = Rp 2.720.000,00
VI. Dana Alat dan Bahan
a. Alat pengering (10 buah)
No. Bahan Jumlah Harga satuan Total
1 Terpal 10 helai Rp 50.000,00 Rp 500.000,00
2 Triplek 25 helai Rp 40.000,00 Rp 1.000.000,00
3 Seng 20 helai Rp 39.000,00 Rp 780.000,00
4 Paku 4 kg Rp 17.000,00 Rp 68.000,00
14
5 Papan besar 25 buah Rp 55.000,00 Rp 1.375.000,00
6 Papan kecil 25 buah Rp 20.000,00 Rp 500.000,00
7 Alas bambu 80 helai Rp 20.000,00 Rp 1.600.000,00
Total Rp 5.823.000,00
b. Analisis mutu gambir
No. Bahan Jumlah Harga satuan Total
1 Katekin standar 100mg Rp 4.000,00 Rp 400.000,00
2 Etil asetat 1 L Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
Total Rp 500.000,00
c. Buku pemberdayaan petani gambir
40 buah @Rp50.000 = Rp 2.000.000,00
Total dana alat, bahan dan buku pemberdayaan petani gambir = Rp
8.323.000,00
VII Dana publikasi
1. pembuatan leaflet (100 lembar ) @Rp 2.00,00 = Rp 200.000,00
2. spanduk (1 spanduk besar + 1 spanduk kecil) = Rp 390.000,00
Total = Rp 590.000,00
Jadi, total dana yang dibutuhkan:
No. Dana Total
1 Administrasi dan alat tulis Rp 830.000,00
2 Transportasi = Rp 9.090.000,00 Rp 9.090.000,00
3 Konsumsi Rp 4.162.000,00
4 Penginapan Rp 14.790.000,00
5 Pembuatan Baju Petani Binaan Rp 2.720.000,00
6 Alat, bahan dan buku pemberdayaan petani gambir Rp 8.323.000,00
7 Publikasi Rp 590.000,00
Total Rp 40.505.000,00
15
LAMPIRAN
Gambar 1. Proses pengeringan gambir pada pangumpul
Gambar 2. Proses pengeringan gambir di rumah kempan
Gambar 3. Variasi warna gambir
Gambar 4. Alat pengering gambir