pengolahan data 1d

Upload: egi-ramdhani

Post on 06-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Praktikum GeolistrikJurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung

TRANSCRIPT

PENGOLAHAN DATA 1D(Laporan Praktikum Eksplorasi Geolistrik)

OlehEgi Ramdhani1315051018

LABORATORIUM GEOFISIKAJURUSAN TEKNIK GEOFISIKAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG

2015Judul Percobaan: Pengolahan Data 1DTanggal Percobaan: 23 April 2015Tempat Percobaan: Laboratorium Teknik GeofisikaNama: Egi RamdhaniNPM: 1315051018Fakultas : TeknikJurusan: Teknik GeofisikaKelompok: III (Tiga)

Bandar Lampung, 23 April 2015

Mengetahui, Asisten,

Ferry Anggriawan NPM. 1215051023iPENGOLAHAN DATA 1D

OlehEgi Ramdhani

ABSTRAK

Geolistrik, merupakan salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi geofisika terutama dalam penentuan keberadaan air tanah bawah permukaan (eksplorasi air tanah). Adapun fungsi lainnya adalah untuk eksplorasi batubara, emas, bijih besi, mangan dan chromites. Praktikum ini dilakukan agar praktikan mampu melakukan pengolahan data 1D dengan menggunakan software khusus. Metode ini menggunakan prinsip penginjeksian arus listrik DC dibawah permukaan untuk mendapatkan data bawah permukaan bumi tentunya dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Setelah didapatkan nilai potensialnya, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software khusus yang dalam hal ini dengan menggunakan software IP2Win, Resty, Surfer dan Microsoft Excel. Resty digunakan untuk mendapatkan data lapisan bawah permukaan yakni kedalaman lapisan dan julmah lapisan dengan berpatokan pada nilai rho yang ada. Software IP2Win digunakan untuk mengetahui kedalaman dan ketebalan lapisan, sama seperti resty. Perbedaannya adalah, dengan IP2Win kita dapat mengetahui gambaran penampang bawah permukaan dengan perbedaan nilai resistivitasnya yakni gambaran pseudo cross section. Microsoft excel digunakan untuk menggambarkan kurva matching AB/2 terhadap nilai Rho dengan menggunakan fungsi scatter. Dan software surfer digunakan untuk melakukan proses slicing dengan data yang ada lalu didapatkan nilai tertentu dan akan dibuat lagi kurva matching dengan menggunakan microsoft excel. Setelah semua telah dilaksanakan, maka dilakukan analisis hasil dengan membandingkan data. Dari data rho dapat diketahui litologi suatu lapisan bawah permukaan, dari data kurva matching baik dari Resty, IP2Win maupun Microsoft Excel akan didapatkan data interpretasi jumlah lapisan bawah permukaan. Data-data inilah yang kemudian disebut data hasil pengolahan data 1D.

iiDAFTAR ISI

HalamanLEMBAR PENGESAHAN iABSTRAK iiDAFTAR ISIiiiDAFTAR GAMBARvDAFTAR TABELviiI. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan Percobaan 2II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Daerah Pengamatan 32.2 Peta dan Posisi Daerah Pengamatan 42.3 Geomorfologi, Litologi, Fisiografi dan Stratigrafi 5III. TEORI DASARIV. METODOLOGI PRAKTIKUM4.1 Waktu dan Tempat Praktikum94.2 Alat Praktikum94.3 Pengambilan Data Praktikum104.4 Pengolahan Data Praktikum104.5 Diagram Alir Praktikum11V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN5.1 Data Praktikum125.2 Pembahasan31VI. KESIMPULANDAFTAR PUSTAKAiiiLAMPIRAN

ivDAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 2.2.1 Peta dan Posisi Daerah Pengamatan 4Gambar 2.2.2 Peta dan posisi daerah pengamatan dari google earth 4Gambar 4.2.1 Laptop 9Gambar 4.2.2 Software IP2Win 9Gambar 4.2.3 Software Surfer 9Gambar 4.2.4 Software Resty 10Gambar 4.2.5 Software Microsoft Excel 10Gambar 4.2.6 Data Pengamatan 10Gambar 5.1.1 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 1 16Gambar 5.1.2 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 2 16Gambar 5.1.3 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 3 17Gambar 5.1.4 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 4 17Gambar 5.1.5 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 5 18Gambar 5.1.6 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 6 18Gambar 5.1.7 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 7 19Gambar 5.1.8 Kurva VES Resty Pada Line 1 Kelompok 1 19Gambar 5.1.9 Kurva VES Resty Pada Line 2 Kelompok 3 20Gambar 5.1.10 Kurva VES Resty Pada Line 3 Kelompok 2 20vGambar 5.1.11 Kurva VES Resty Pada Line 4 Kelompok 4 21Gambar 5.1.12 Kurva VES Resty Pada Line 5 Kelompok 6 21Gambar 5.1.13 Kurva VES Resty Pada Line 6 Kelompok 5 22Gambar 5.1.14 Kurva VES Resty Pada Line 7 Kelompok 7 22Gambar 5.1.15 Kurva Matching Kelompok 1 (Ms. Excel) 23Gambar 5.1.16 Kurva Matching Kelompok 2 (Ms. Excel) 23Gambar 5.1.17 Kurva Matching Kelompok 3 (Ms. Excel) 23Gambar 5.1.18 Kurva Matching Kelompok 4 (Ms. Excel) 24Gambar 5.1.19 Kurva Matching Kelompok 5 (Ms. Excel) 24Gambar 5.1.20 Kurva Matching Kelompok 6 (Ms. Excel) 24Gambar 5.1.21 Kurva Matching Kelompok 7 (Ms. Excel) 25Gambar 5.1.22 Peta nilai Rho dan area slicing 1 25Gambar 5.1.23 Peta nilai Rho dan area slicing 2 26Gambar 5.1.24 Peta nilai Rho dan area slicing 3 26Gambar 5.1.25 Peta nilai Rho dan area slicing 4 27Gambar 5.1.26 Kurva Rho pada Slice 1 (AB/2 75) 27Gambar 5.1.27 Kurva Rho pada Slice 2 (AB/2 75) 28Gambar 5.1.28 Kurva Rho pada Slice 3 (AB/2 30) 28Gambar 5.1.29 Kurva Rho pada Slice 4 (AB/2 30) 28viDAFTAR TABEL

HalamanTabel 5.1.1 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang TG 13Tabel 5.1.2 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang Puskom 13Tabel 5.1.3 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Agroekoteknologi FP 14Tabel 5.1.4 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Kantin FP 14Tabel 5.1.5 Data Resistivity Minggu 190415 Samping Lapangan Bola Unila 15Tabel 5.1.6 Data Resistivity Sabtu 250415 Depan Graha Mahasiswa 16Tabel 5.1.7 Data Resistivity Sabtu 250415 Jalan Fakultas Kedokteran 16Tabel 5.1.8 Data kelompok 1 (Line 1) 29Tabel 5.1.9 Data kelompok 2 (Line 3) 29Tabel 5.1.10 Data kelompok 3 (Line 2) 29Tabel 5.1.11 Data kelompok 4 (Line 4) 29Tabel 5.1.12 Data kelompok 5 (Line 6) 30Tabel 5.1.13 Data kelompok 6 (Line 5) 30Tabel 5.1.14 Data kelompok 7 (Line 7) 30Tabel 5.1.15 Data Koordinat Pengukuran 31viiI. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGeolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi geofisika terutama dalam penentuan keberadaan air tanah bawah permukaan (eksplorasi air tanah). Adapun fungsi lainnya adalah untuk eksplorasi batubara, emas, bijih besi, mangan dan chromites. Metode ini menggunakan penginjeksian arus listrik dibawah permukaan untuk mendapatkan data bawah permukaan bumi tentunya dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Istilah lain dalam penyebutan metode geolistrik ini adalah metode electrical resistivity. Metode resistivity ini bekerja dengan menginjeksikan arus Direct Current (DC) atau arus searah kedalam permukaan bumi dengan elektroda arus dan akan didapatkan beda potensialnya sebagai besaran fisis yang dicari. Selanjutnya, mengukur voltase (beda tegangan) yang ditimbulkan di dalam bumi. Arus Listrik dan Tegangan disusun dalam sebuah susunan garis linier yang biasa disebut dengan konfigurasi elektroda. Proses pengolahan data geolistrik secara satu dimensi ini adalah tahap yang sangat penting, karena akan dapat diketahui profil perlapisan secara vertikal dengan baik. Dengan adanya teknologi komputer yang terus berkembang maka pengolahan data resistivitas 1D dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak seperti Resty dan IP2win. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini dengan melakukan pengolahan data hasil pengamatan dengan mengunakan bantuan perangkat lunak untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman atau ketebalan lapisan batuan dari harga resistivitas secara vertikal serta mengorelasikan data sounding 1D vertikal dengan penampang horizontalnya. Untuk lebih memahami pengolahan data, dilakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari praktikum mengenai pegolahan data 1 D adalah sebagai berikut:1. Dapat memproses data sounding geolistrik tahanan jenis dengan menggunakan software IP2Win dan Resty.2. Dapat membuat penampang horizontal daerah pengukuran geolistrik tahanan jenis dengan software Surfer.3. Untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman atau ketebalan lapisan batuan dari harga resistivitas secara vertikal.4. Dapat mengorelasi data sounding 1 D vertikal dengan penampang horizontal.5. Dapat menganalisa data pemodelan sounding 1 D sesuai dengan peta geologi daerah pengukuran.

2.II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Pengamatan

Berdasarkan pada peta topografi, wilayah Provinsi Lampung dapat digolongkan menjadi satuan morfologi dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan bergelombang dan morfologi pegunungan. Morfologi pegunungan dan dataran tinggi menempati wilayah tengah, morfologi perbukitan bergelombang menempati wilayah barat dan timur di kaki pegunungan sedangkan dataran rendah menempati wilayah pantai. Kondisi geologi wilayah Provinsi Lampung dikelompokkan menjadi tiga satuan batuan, yaitu : kelompok batuan pratersier, kelompok batuan tersier dan kelompok batuan kuarter. Kelompok batuan pratersier terdiri dari batuan malihan sekis, kuarsit dan genies. Disamping itu mengandung batuan serpih gampingan, batu lempung, batu pasir bersisipan dengan rijang, batu gamping dan basal; juga terdapat batuan terobosan berupa granit, granodiorit dan diorit kuarsa. Batuan tersier terdiri dari tufa, batu pasir tufaan, breksi tufaan serta lava andesit-basalt. Batuan kuarter terdiri dari kerikil, pasir lanau dan endapan volkanik klastika tufaan. Kondisi geologi di wilayah tengah, yang dilintasi oleh zona Sesar Sumatera, ditempati oleh satuan batuan berumur tersier terdiri dari batuan volkanik yang umumnya sudah terkonsolidasi dengan baik. Satuan batuan ini telah mengalami perlipatan yang sangat kuat di beberapa tempat mencerminkan pola kekar yang rapat dan intensif. Satuan batuan kuarter terdiri dari lava andesit, breksi lahar, tufa sisipan lempung, endapan volkanik muda yang belum terkonsolidasi dengan baik. Kelompok batuan lain yang berumur holosen terdiri dari endapan sungai, rawa dan pantai. Tektonik di wilayah ini berada pada zona sesar, yaitu dengan adanya kenampakan berupa depresi yang diakibatkan karena adanya pergeseran sesar. Di beberapa tempat ditemukan pola struktur yang berarah hampir utara-selatan. Struktur regional yang terdapat di daerah ini adalah perlipatan, sesar, kekar dan kelurusan yang mempunyai arah baratlaut-tenggara. Sesar Sumatera merupakan sesar besar yang memotong daerah tengah, yang masih aktif. Struktur kekar yang Berkembang di daerah ini adalah kekar gerus (shear fracture), kekar tarik(gash fracture) dan kekar kolom (setting joint) ( Prawiradisastra, 2013).

2.2 Peta dan Posisi Daerah PengamatanBerikut ini merupakan pete posisi daerah pengamatan yang diambil

Area PengukuranGambar 2.2.1 Peta dan posisi daerah pengamatan

4Gambar 2.2.2 Peta dan posisi daerah pengamatan dari google earthSecara geografis, daerah penelitian terletak di tenggara pulau sumatera yang berbatasan dengan provinsi sumatera selatan dan provinsi bengkulu di bagian utara, samudera hindia di bagian barat, laut jawa di bagian timur dan selatsunda di bagian selatan (Rishartati, 2008).

2.3 Geomorfologi, Litologi, Fisiografi dan StratigrafiStruktur regional yang terdapat di daerah ini adalah perlipatan, sesar, kekar dan kelurusan yang mempunyai arah baratlaut-tenggara. Sesar Sumatera merupakan sesar besar yang memotong daerah tengah, yang masih aktif (Prawiradisastra, 2013). Formasi daerah ini merupakan batuan formasi Lampung (QT1) yakni tuf riolit dasit dan vulkanokastika tufan. Merupakan struktur terpilah buruk yang sering memperlihatkan struktur silang-siung yang umumnya bersusun dasit. Formasi memiliki ketebalan 200m dan tersebar di bagian timur dan timur laut teluk lampung (Rishartati, 2008). Litologi penyusun daerah ini dimulai dari kelompok batuan pra tersier yang terdiri dari kelompok gunung kasih, komplek sulan, formasi mananga, kelompok batuan tersier: formasi satu, formasi campang, formasi tarahan, kelompok batuan kwarter yaitu formasi lampung, formasi kasai, basal sukadana dan endapan gunung api muda. Dari peta geologi yang disusun oleh Nishimura, et.al (1985), sumatera bagian selatan dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan litologinya, yaitu batuan volkanik kuarter melipuyi daerah sukadana menerus kearah utara, rajabasa, tanjung karang dan kota agung batuan dasarnya terletak di daerah teluk betung, barat laut dari tanjung karang (Hidayat dan Naryanto, 1997).

5

III. TEORI DASAR

Besarnya tahanan jenis diukur dengan mengalirkan arus listrik dan memperlakukan lapisan batuan sebagai media penghantar arus. Resistivitas yang dihasilkan bukanlah nilai sebenarnya, melainkan resistivitas semu. Semakin besar tingkat resistivitas, maka semakin sukar untuk menghantarkan arus listrik dan bersifat isolator, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu resistivitasberbanding terbalik dengan konduktivitas atau daya hantar listrik. Metode resistivitas ini sering digunakan untuk pendugaan lapisan bawah tanah karena cukup sederhana dan murah, walaupun jangkauan kedalamannya tidak terlalu dalam, tetapi itu sudah mencapai target yang diinginkan untuk eksplorasi air tanah (Ardan, 2011).

Semua metode resistivity menggunakan sumber artifisis, yang ditanamkan kedalam tanah melalui titik elektroda atau sepanjang garis kontak antara elektroda dan permukaan tanah. Prosedur dari metode ini adalah untuk mengukur beda potensial antar elektroda yang berbeda di sekitar aliran arus. Karena arus juga diukur, ini memungkinkan untuk mengukur resistivitas efektif. Dalam hal ini, metode resistivity lebih unggul setidaknya secara teori. untuk AL1 metode listrik lainnya, karena hasil kuantitatif yang diperoleh menggunakan sumber dikendalikan dari dimensi tertentu, seperti dalam metode geofisika lain, potensi maksimum tahanan tidak pernah mati, Kepala kelemahan adalah sensitivitas yang tinggi terhadap variasi kecil dalam konduktivitas dekat permukaan; atau biasa dikenal dengan noise, situasi akan ada di tanah survei magnetik jika satu orang untuk menggunakan magnetometer dengan sensitivitas dalam kisaran picotesla(Telford dkk, 2004).

Tahap studi geofisika berupa pemodelan fisis memanfaatkan metode geolistrik tahanan jenis. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial dan arus listrik yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus di dalam bumi. Pada pemodelan fisis untuk kasus pencarian air tanah digunakan metode Geolistrik denganalasan bahwa metode ini telah digunakan untuk berbagai keperluan dengan tingkat keberhasilan yang baik, diantaranya oleh Syukri dan Bijaksana (2000) mendeteksi dan melihat kondisi fluida di bawah permukaan dan masalah lingkungan, Grandis dan Yudistira (2000) mengidentifikasi penyebaran polutan bawah permukaan, Reynold, 1998 mengidentifikasikan distribusi polutan baik secara spasial maupun temporal, Rustadi dan Zaenudin (2003) mendeteksi dan memetakan endapan limbah merkuri. Untuk penenentuan kedalaman muka air tanah telah dilakukan oleh Karyanto dan Dzakwan (2005), Ngadimin dan Handayani (2001) telah mengaplikasikan metode geolistrik untuk pemantauan rembesan limbah. Pendugaan potensi tanah longsor dilakukan oleh Gaffar (2009), penentuan sumber anomali geomagnet (Zubaidah et al. 2005). Coppola et al (1994) menggunakan metode Geolistrik untuk mengetahui struktur lapisan tanah untuk perluan pembuatan rel kereta api di Umbria Italia. Penetuan pola sebaran fluida geothermal (Haerudin et al. 2008). Rolia (2011) menggunakan metode geolistrik untuk mendeteksi keberadaan air tanah (Supriyadi dkk, 2012).

7

Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar elektrode arus berubah secara bertahap (Sheriff, 2002). Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford, et al., 1990). Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas loglog yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya. Prinsip konfigurasi geolistrik ditunjukkan pada gambar (Halik dan Widodo, 2008).

Metode resistivity dikembangkan pada awal 1900-an, tetapi telah menjadi sangat jauh lebih banyak digunakan sejak tahun 1970-an, karena terutama adanya ketersediaan komputer untuk memproses dan menganalisis data. Teknik ini digunakan secara luas dalam mencari sumber air tanah dan juga untuk memantau jenis pencematan tahah; dalam survei rekayasa untuk mencari rongga sub-permukaan, sesar dan fraktur, permafrost, mineshafts, dll.; dan arkeologi untuk memetakan luas area sisa-sisa pondasi bangunan kuno yang terkubur, dan banyak aplikasi lainnya. Metode ini juga digunakan secara ekstensif dalam downhole logging. Resistivity adalah dasar fisik dan diagnostik properti yang dapat ditentukan dengan berbagai teknik, termasuk induksi elektromagnetik. Bahwa ada teknik alternatif untuk penentuan properti yang sama sangat berguna karena beberapa metode yang lebih langsung diterapkan atau lebih praktis dalam beberapa keadaan dari yang lain. Selain itu, pendekatan yang digunakan untuk menentukan tahanan listrik mungkin cukup berbeda - misalnya, metode kontakdengan tanah dibandingkan dengan teknik induksi (Reynolds, 1998).8

IV. METODOLOGI PRAKTIKUM

4.1 Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum pengolahan data 1D ini dilaksanakan pada :Waktu: Kamis, 23 April 2015Tempat Praktikum: Laboratorium Teknik Geofisika

4.2 Alat PraktikumAdapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2.1 Laptop

Gambar 4.2.2 Software IP2Win

Gambar 4.2.3 Software Surfer

Gambar 4.2.4 Software Resty

Gambar 4.2.5 Software Microsoft Excel

Gambar 4.2.6 Data Pengamatan

4.3 Pengambilan Data PraktikumPengambilan data pada praktikum pengolahan data 1D ini diambil dari data praktikum sebelumnya yakni pada pengukuran sounding konfigurasi schlumberger yang dilaksanakan di beberapa line pengukuran sekitar area universitas lampung. Seperti line belakang lapangan teknik geofisika, line depan kantin fakultas pertanian, line samping fakultas kedokteran, line samping lapangan bola unila dan line lain yang juga dilakukan pengukuran geolistrik oleh para praktikan.

4.4 Pengolahan Data Praktikum

10Data praktikum diolah setelah didapatkan nilai (I) berupa arus listrik dan beda potensial (V) dan dihitung nilai resistivity semunya atau rho yang didasarkan data pengukuran. Selanjutnya diolah menggunakan software IP2Win dan Restiy hingga didapatkan kurva yang diinginkan, pengolahan data dilakukan dengan memerhatikan nilai error yang ditampilkan, makin kecil error maka data semakin baik. Dari data inilah kemudian didapatkan jumlah lapisan dan gambar penampang bawah permukaan diantara dua titik sounding.

4.5 Diagram Alir PraktikumAdapun diagram alir pada praktikum konfigurasi metode geolistrik kali ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Aplikasi RestyAplikasi IP2Win

Pengolahan data sesuai prosedur pada panduan praktikum

Data hasil pengolahan

Selesai

11

V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

5.1 Data PraktikumAdapun data hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :Tabel 5.1.1 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang TGAB/2FAKTOR GEOMETRII (mA)V(mV)Rho

MN/20,5 m5 m10 m

1.50.56.28480.5040.5040.06594

2.50.518.841151.5150.569.23902

40.549.56398.298.777.35357

60.5112.32513.713.460.8666

80.5200.33610.29.855.63889

100.5313.3589.29.249.69586

120.5451.8626.46.245.90871

150.5706.1694.34.344.00333

15562.86942.542.538.68116

205117.83914.714.844.55256

255188.54915.114.957.70408

305274.94512.212.374.83389

405494.85112.1312.11117.5878

505777.5681111.8130.3456

60511235777137.9123

7551759211.81.7146.5833

7510867.9211.91.672.325

100101555492.82.584.09694

Tabel 5.1.2 Data Resistivity Sabtu 180415 Belakang PuskomAB/2FAKTOR GEOMETRII (mA)V(mV)Rho

MN/20,5 m5 m10 m

1.50.56.283543.843.77.85

2.50.518.821108.610997.4019

40.549.549143142.6144.2571

60.5112.34255.855.5148.7975

80.5200.33832.132168.9372

100.5313.34225.925.1190.2179

120.5451.84116.516.4181.271

150.5706.142109.4163.0755

15562.842102.7102.6153.4862

205117.82733.533.3145.723

255188.53421.721.5119.7529

305274.92810.610.5103.5784

405494.8315.45.385.3929

505777.5211.81.866.64286

6051123301.61.761.765

7551759340.90.946.56176

7510867.9321.21.739.32672

100101555190.80.761.38158

Tabel 5.1.3 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Agroekoteknologi FPAB/2MN/2faktor geometriI (mA)V(mV)Rho

0.5 m5m10m

1.50.56.259.270.748.029

2.50.518.85776.925.363

40.549.54429.533.187

60.5112.36332.758.289

80.5200.3469.943.108

100.5313.3385.646.170

120.5451.8363.240.16

150.5706.1532.229.309

15562.85415.618.142

205117.8517.617.554

255188.5465.321.718

305274.9785.318.678

405494.8580.75.971

505777.5471.524.813

6051123380.411.821

7551759580.13.032

7510867.95848.6727.24

1001015555331.74.9596

1251024381560.710.939

Tabel 5.1.4 Data Resistivity Minggu 190415 Depan Kantin FPAB/2MN/2faktor geometriI (mA)V(mV)Rho

0.5 m5m10m

1.50.56.2535.5526.60504.677

2.50.518.83311.63146.625

40.549.527.537.868.04

60.5112.3291557.911

80.5200.3223.5532.321

100.5313.324343.144

120.5451.8221.734.911

150.5706.155.5336.322

15562.85632.0535.941

205117.86016.0531.511

255188.574.512.832.386

305274.9536.5533.973

405494.8262.853.286

505777.5853.9536.130

6051123721.3521.056

755175975.51.1526.792

7510867.976.53.135.169

100101555512.6580.799

Tabel 5.1.5 Data Resistivity Minggu 190415 Samping Lapangan Bola UnilaAB/2MN/2faktor geometriI (mA)V(mV)Rho

0.5 m5m10m

1.50.56.255366.77.8656

2.50.518.840125.358.8910

40.549.55143.241.9294

60.5112.34714.233.9289

80.5200.348833.3833

100.5313.3424.533.5679

120.5451.8514.136.3212

150.5706.1542.532.6898

15562.85424.828.8415

205117.84212.133.9376

255188.54410.544.9830

305274.9334.638.3194

405494.8322.437.1100

505777.5402.344.7063

6051123441.538.2841

7551759310.739.7194

7510867.9311.850.3942

100101555370.729.4189

125102438360.427.0889

13

15Tabel 5.1.6 Data Resistivity Sabtu 250415 Depan Graha Mahasiswa AB/2MN/2Faktor GeometriI (Ma)V (mV)Rho

0,5 M5 M10 M

1.50.56.2864355.1534.85

2.50.518.854.5120.4541.55

40.549.55354.550.99

60.5112.36029.255.03

80.5200.365.519.2560.1

100.5313.35810.153.26

120.5451.8363.9549.69

150.5706.1551.529.01

15562.8562672.82

205117.86220.338.64

255188.5274.330.16

305274.9512.6513.75

405494.8251.429.69

505777.5872.823.33

6051123671.422.46

7551759390.5517.59

7510867.9401.0526.31

100101555200.1515.55

Tabel 5.1.7 Data Resistivity Sabtu 250415 Jalan Fakultas KedokteranAB/2MN/2Faktor GeometriI (Ma)V (mV)Rho

0,5 M5 M10 M

1.50.56.283316.531.248

2.50.518.83115.521.195

40.549.54120.519.438

60.5112.3422122.995

80.5200.3542723.925

100.5313.37336.527.253

120.5451.86130.529.997

150.5706.1301545.897

15562.83115.543.757

205117.873.536.7546.880

255188.5623145.757

305274.9623144.782

405494.89547.553.907

505777.5824151.201

605112378393.743

75517593718.53.566

7510867.937452.4537.531

100101555118836.542.169

16

Gambar 5.1.1 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 1

Gambar 5.1.2 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 2

Gambar 5.1.3 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 3

17

Gambar 5.1.4 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 4

Gambar 5.1.5 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 5

18

Gambar 5.1.6 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 6

Gambar 5.1.7 Model Cross-Section dan Kurva Tahanan Jenis Kelompok 7

19

Gambar 5.1.8 Kurva VES Resty Pada Line 1 Kelompok 1

Gambar 5.1.9 Kurva VES Resty Pada Line 2 Kelompok 3

20

Gambar 5.1.10 Kurva VES Resty Pada Line 3 Kelompok 2

Gambar 5.1.11 Kurva VES Resty Pada Line 4 Kelompok 4

21

Gambar 5.1.12 Kurva VES Resty Pada Line 5 Kelompok 6

Gambar 5.1.13 Kurva VES Resty Pada Line 6 Kelompok 5

22

Gambar 5.1.14 Kurva VES Resty Pada Line 7 Kelompok 7

Gambar 5.1.15 Kurva Matching Kelompok 1 (Ms. Excel)

Gambar 5.1.16 Kurva Matching Kelompok 2 (Ms. Excel)

23

Gambar 5.1.17 Kurva Matching Kelompok 3 (Ms. Excel)

Gambar 5.1.18 Kurva Matching Kelompok 4 (Ms. Excel)

Gambar 5.1.19 Kurva Matching Kelompok 5 (Ms. Excel)

24

Gambar 5.1.20 Kurva Matching Kelompok 6 (Ms. Excel)

Gambar 5.1.21 Kurva Matching Kelompok 7 (Ms. Excel)

25

Gambar 5.1.22 Peta nilai Rho dan area slicing 1

Gambar 5.1.23 Peta nilai Rho dan area slicing 2

26

Gambar 5.1.24 Peta nilai Rho dan area slicing 3

Gambar 5.1.25 Peta nilai Rho dan area slicing 4

27

Gambar 5.1.26 Kurva Rho pada Slice 1 (AB/2 75)

Gambar 5.1.27 Kurva Rho pada Slice 2 (AB/2 75)

Gambar 5.1.28 Kurva Rho pada Slice 3 (AB/2 30)

28

Gambar 5.1.29 Kurva Rho pada Slice 4 (AB/2 30)Tabel 5.1.8 Data kelompok 1 (Line 1)IP2Win (Error 7.7%)

hdLitologi

63.71.491.49Lempung Berpasir / Aquifer

91.12.143.63Lempung Berpasir / Aquifer

25.48.1511.8Lempung Berpasir / Aquifer

96.228.540.3Lempung Berpasir / Aquifer

36.4Lempung Berpasir / Aquifer

Resty (Error 0.2347 %)

dLitologi

69.182.51Lempung Berpasir / Aquifer

38.6114.91Lempung Berpasir / Aquifer

149.05Kerikil / QT1 (Peta Geologi)

Tabel 5.1.9 Data kelompok 2 (Line 3)IP2Win (Error 24%)

hdLitologi

14.91.491.49Top Soil, Lempung / Aquifer

55.68.6110.1Lempung Berpasir / Aquifer

8.4320.230.3Top Soil, Lempung / Aquifer

26.825.355.6Lempung Berpasir / Aquifer

9.72Top Soil, Lempung / Aquifer

Resty (Error 0.8767%)

dLitologi

25.122.51Lempung Berpasir / Aquifer

57.545.93Lempung Berpasir / Aquifer

11.66Top Soil, Lempung / Aquifer

Tabel 5.1.10 Data kelompok 3 (Line 2)IP2Win (Error 9.34%)

hdLitologi

23.30.3870.387Lempung Berpasir / Aquifer

22811.311.7Kerikil / QT1 ( Peta Geologi)

48.928.640.3Lempung Berpasir / Aquifer

23.5Lempung Berpasir / Aquifer

Resty (Error 2.7410%)

dLitologi

96.982.51Lempung Berpasir / Aquifer

236.2310.00Batu Pasir / QT1 (Peta Geologi)

36.31Lempung Berpasir / Aquifer

Tabel 5.1.11 Data kelompok 4 (Line 4)IP2Win (Error 34.1)

hdLitologi

4.570.120.12Top Soil, Lempung / Aquifer

1281.161.28Kerikil / QT1 (Peta Geologi)

19.74.375.6530Top Soil, Lempung / Aquifer

3914.920.5Lempung Berpasir / Aquifer

89.219.740.3Lempung Berpasir / Aquifer

9.0914.755Top Soil, Lempung / Aquifer

102Kerikil / QT1 (Peta Geologi)

Resty (Error 3.8054%)

dLitologi

67.093.98Lempung Berpasir / Aquifer

32.1125.12Lempung Berpasir / Aquifer

80.66Lempung Berpasir / Aquifer

Tabel 5.1.12 Data kelompok 5 (Line 6)IP2Win (Error 14%)

hdLitologi

32.51.751.75Lempung Berpasir / Aquifer

1662.564.31Kerikil / QT1 (Peta Geologi)

5.25.289.59Top Soil, Lempung / Aquifer

10013.222.8Lempung Berpasir / Aquifer

0.124Lempung Basah / Aquifer

Resty (Error 0.2836%)

dLitologi

35.211.49Lempung Berpasir / Aquifer

59.348.07Lempung Berpasir / Aquifer

14.02Top Soil, Lempung / Aquifer

Tabel 5.1.13 Data kelompok 6 (Line 5)IP2Win (Error 8.59%)

hdLitologi

99.11.531.53Lempung Berpasir / Aquifer

20.54.465.99Lempung Berpasir / Aquifer

50.513.619.6Lempung Berpasir / Aquifer

75.322.241.8Lempung Berpasir / Aquifer

6.59Top Soil, Lempung / Aquifer

Resty (Error 1.4961%)

dLitologi

59.342.51Lempung Berpasir / Aquifer

28.4014.91Lempung Berpasir / Aquifer

50.89Lempung Berpasir / Aquifer

Tabel 5.1.14 Data kelompok 7 (Line 7)IP2Win (Error 44.8%)

hdLitologi

451.041.04Lempung Berpasir / Aquifer

3.320.6651.7Top Soil, Lempung / Aquifer

76.623.725.4Lempung Berpasir / Aquifer

21Lempung Berpasir / Aquifer

31Resty (Error 4.5461%)

dLitologi

31.141.49Lempung Berpasir / Aquifer

19.653.98Lempung Berpasir / Aquifer

55.80Lempung Berpasir / Aquifer

Tabel 5.1.15 Data Koordinat PengukuranXY

5267159407481

5268009406933

5267819407273

5267549407043

5268959406972

5265109407003

5273749406758

5.2 PembahasanPengolahan data 1D ini dilaksanakan setelah didapatkan data pengukuran sounding pada 7 line pengukuran disekitar area Universitas Lampung yang dilakukan oleh 7 Kelompok. Data yang didapatkan berupa harga besaran nilai I dan V lalu diolah lagi sehingga didapatkan nilai Rhonya. Setelah data didapatkan, maka diolah menggunakan software khusus yakni IP2Win dan software Resty hingga didapatkan kurva matchingnya. Kurva matching inilah yang diolah berdasarkan kemampuan interpretasi praktikan sehingga didapatkan besaran nilai error sekecil mungkin. Setelah itu akan diketahui jumlah lapisan yang ada pada bagian bawah line pengukuran. Akan didapatkan juga tampilan 2D gambar penampang bawah permukaan antara kedua titik pengukuran sounding yang pada praktikum kali ini saya olah antara dua titik sounding yang dilakukan di hari yang sama. Didapatkannya hasil ini adalah dengan urutan tertentu diantaranya dengan menambahkan titik VES baru pada software IP2Win. Selanjutnya adalah dengan memaskukan nilai AB/2 dan Rho dan didapatkan kurva matchingnya.Software IP2WIN sendiri adalah sebuah sarana yang dapat menghasilkan model struktur di bawah permukaan bumi dalam bentuk citra perlapisan berwarna. Citra perlapisan berwarna diinterpretasikan sebagai gambaran model perlapisan dibawah permukaan bumi. Pengolahan data dengan software IP2Win yaitu dengan melakukan empat proses pengolahan data. Proses pertama yaitu menentukan nilai faktor geometri dan resistivitas dengan memasukkan panjang jarak spasi elektroda (AB/2), MN serta nilai Rho. Proses selanjutnya yaitu dengan mencocokkan kedua kurva tersebut, dan menghasilkan informasi berupa nilai resistivitas sebenarnya, jumlah lapisan batuan, ketebalan lapisan, dan kedalaman lapisan serta nilai error yang kecil, nilai error tersebut merupakan acuan bahwa pemodelan lapisan batuan yang terukur di bawah permukaan adalah mendekati yang sebenarnya atau tidak. Proses selanjutnya yakni melakukan cross-section dengan menambahkan data titik sounding yang berbeda dalam suatu titik sounding. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran 2D struktur penampang bawah permukaan antara dua titik ini. Model hasil pengolahan data dapat dilihat pada bagian data pengamatan.

32Model tersebut telah dilakukan smoothing karena data yang didapatkan selama pengukuran terdapat banyak noise. Smoothing dilakukan pada kurva tahanan jenis hingga didapatkan harga error yang kecil. Gambar 5.1.1 diatas adalah gambaran penampang Pseudo cross-section pada model data kelompok 1 yang telah dikombinasikan pada data kelompok 3 (sebelah kiri) dengan jarak line 220 m. Sedangkan gambar Pseudo cross-section bagian bawah adalah gambar penampang pada line kelompok 1 saja. Juga ditampilkan data besar kesalahan (error) pada gambar diatas.

29

Gambar 5.1.2 diatas merupakan gambar penampang dengan tipe pseudo cross-section yang juga telah mengalami proses smoothing sehingga didapatkan kurva diatas. Pada gambar pseudo cross-section yang pertama ditampilkan penggabungan data antara kelompok 2 dan line kelompok 4 sedangkan pseudo cross-section dibawahnya merupakan tampilan pseudo-cross section line kelompok 2 saja. Diketahui terdapat data kedalaman sedalam 100 meter dan dengan harga tahanan jenis atau potensial yang sangat bervariasi. Begitupula dengan gambar 5.1.3, 5.1.4, 5.1.6 hingga gambar 5.1.7. Adapun harga tahanan jenis dari data IP2Win bervariasi dari berbagai line pengukuran yakni pada line 1, Harga tahanan jenis pada pseudo cross-section yakni antara 20.3 hingga 70.2 dengan harga resistivity berada di range 3 300. Dengan urutan resistivity dari atas menuju kedalaman adalah 10, 180, 5 (>3 dan 25.1 dan