pengertian perjanjian contract, sebelumnya · kontrak, dan syarat sah perjanjian atau kontrak....
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perjanjian
Didalam perjanjian terdapat beberapa teori dari para ahli, diantaranya
mengenai pengertian perjanjian, pembentukan perjanjian, asas-asas perjanjian atau
kontrak, dan syarat sah perjanjian atau kontrak.
2.1.1. Pengertian Perjanjian
Istilah perjanjian berasal dari bahasa inggris yaitu contract, sebelumnya
perlu diketahui pengertian perjanjian pada umumnya. Menurut Subekti dalam Ali
dan Poernama (2016:1) mengemukakan bahwa, “Suatu kontrak atau perjanjian adalah
suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang atau di mana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.
Menurut Rijan dan Koesoemawati (2009:5) mengemukakan bahwa,
“kesepakatan antar dua orang atau lebih tentang sesuatu hal, baik dibuat secara
tertulis atau lisan”.
Menurut Subekti dalam Setiawan (2016:1) mengemukakan bahwa
“perikatan dikatakan sebagai hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain
dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan perjanjian adalah
kesepakatan antara dua pihak atau dua orang yang sudah disepakati bersama.
7
2.1.2. Pembentukan Perjanjian
Hansen (2015:37) memberi batasan bahwa,”Sebuah perjanjian dapat
terbentuk apabila terjadi sebuah penawaran (offer) yang diberikan oleh satu pihak dan
kemudian diterima (acceptance) oleh pihak lainnya”. Tetapi agar perjanjian itu
memiliki kekuataan hukum, maka perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat
sahnya sebuah perjanjian.
2.1.3. Asas-Asas perjanjian atau Kontrak
Menurut Rijan dan Koesoemawati (2009:7), di dalam hukum perjanjian atau
kontrak penting diketahui adanya asas-asas yang harus selalu dijadikan dasar dalam
membuat perjanjian atau kontrak. Ada 5 asas penting yang dikenal sebagai berikut:
1. Kebebasan berkontrak
Setiap warga negara bebas untuk membuat kontrak. Hal ini disebut asas
kebebasan berkontrak atau sistem terbuka. Artinya, ada kebebasan seluas-luasnya
yang diberikan oleh UU kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian
tentang apa saja. Hal yang perlu diperhatikan bahwa perjanjian ini tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
2. Asas konsensualitas
Asas konsensualitas berarti perjanjian atau kontrak sudah dilahirkan sejak saat
tercapainya kesepakatan. Dengan kata lain, perjanjian atau kontrak itu sudah sah
jika sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal pokok tentang apa yang
diperjanjikan.
8
Bentuk konsensualitas suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis (kontrak),
terjadi pada saat ditandatanganinya perjanjian kontrak tersebut oleh para pihak.
Tanda tangan berfungsi sebagai bukti atau wujud kesepakatan serta persetujuan
atas tempat, waktu, dan isi perjanjian.
3. Asas itikad baik
Setiap pihak yang membuat dan melaksanakan perjanjian harus melandasinya
dengan itikad baik. Jika adanya itikad tidak baik dari salah satu pihak yang
membuat perjanjian, baik dalam pembuatan maupun dalam pelaksanaan
perjanjian maka pihak yang beritikad baik akan mendapat perlindungan hukum.
4. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum adanya jaminan dilaksanakannya perjanjian atau kontrak,
baik melalui menengah (arbitrase) atau pengadilan. Mereka berwenang
mengadili para pembuat perjanjian atau kontrak yang sedang berselisih paham
yang harus menghormati isi kontrak yang telah dibuat.
5. Asas kepribadian atau personalitas
Asas kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan atau membuat suatu kontrak adalah hanya untuk kepentingan
perseorangan.
2.1.4. Syarat Sah Perjanjian atau Kontrak
Menurut Salim (2017:29) mengenai syarat sahnya suatu perjanjian diatur
dalam pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:
9
1. Kesepakatan (Toesteming atau Izin) Kedua Belah Pihak
Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan atau consensus
pada pihak. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan
kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.
2. Kecakapan bertindak
Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan
akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-
orang yang cakap atau berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah
orang yang sudah dewasa ukuran kedewasaan adalah telah berumur 21 tahun atau
sudah menikah. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum
abak dibawah umur atau orang yang ditaruh dibawah pengampuan.
3. Suatu hal tertentu
Di dalam berbagai liberatul disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian
adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban
debitur dan apa yang menjadi hak kreditur.
4. Suatu sebab yang halal
Dalam pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa yang
halal). Di dalam pasal 1337 KUH Perdata hanya disebutkan causa yang terlarang.
Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan UU, kesusilaan, dan
ketertiban umum.
10
2.2. Perjanjian Sewa-menyewa
Didalam perjanjian terdapat beberapa teori dari para ahli, diantaranya
mengenai pengertian perjanjian sewa-menyewa, persiapan membuat perjanjian sewa,
cara pembuatan surat perjanjian sewa, mengakhiri perjanjian sewa.
2.2.1. Pengertian Perjanjian Sewa-menyewa
Sewa-menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huurenverhuur dan
dalam bahasa Inggris disebut dengan rent atau hire.
Menurut Setiawan (2016:179) menyimpulkan bahwa:
”Sewa-menyewa ialah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya
kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dengan
pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya”.
Sewa berati pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa dan
menyewa berarti memakai dengan membayar uang sewa dan menyewa berarti
memakai dengan membayar uang sewa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2010, hal 83).
Menurut Wiryono Projodikoro (2009:10) menyimpulkan bahwa:
“Perjanjian sewa menyewa adalah sebagai salah satu bentuk perjanjian yang
diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan merupakan
perjanjian timbal balik yang selalu mengacu kepada asas konsensualitas atau
berdasarkan kesepakatan para pihak dan merupakan salah satu jenis
perjanjian yang sering terjadi dalam kehidupan di masyarakat”.
11
2.2.2. Persiapan Membuat Perjanjian Sewa
Menurut Rijan dan Koesoemawati (2009:11) mengatakan bahwa, “sebelum
para pihak menuangkan kesepakatannya di dalam suatu perjanjian atau kontrak yang
jelas dan terperinci, biasanya para pihak membuat suatu nota kesepahaman
(Memorandum of Understanding) atau di kenal dengan istilah MoU”.
Di dalam tahap ini akan dibuat nota, resume pembicaraan, atau intisari dari
hal yang telah disepakati. Kegunaan MoU untuk pedoman dan memberikan tuntunan
dalam penyusunan perjanjian atau kontrak yang akan dibuat.
1. Negoisasi
Negoisasi dilakukan sebelum kontrak disusun atau sebelum melakukan suatu
perbuatan hukum yang menimbulkan suatu hubungan hukum dan para pihak.
Negoisasi merupakan permulaan awal sebagai usaha untuk mencapai kesepakatan
antara pihak yang satu dengan yang lain. Negoisasi adalah proses tawar-menawar
antara pihak yang akan membuat suatu perjanjian atau kontrak agar masing-
masing pihak tidak dirugikan dan mendapatkan keuntungan dari perjanjian atau
kontrak yang akan disepakati, akhirnya tercapai suatu kesepakan antara para pihak.
2. Pembuatan Memorandum of Understanding (MoU)
Memorandum of Understanding (MoU) merupakan pencatatan atau
pendokumentasian hasil negoisasi awal ke dalam bentuk catatan atau tertulis.
Sebagai pedoman dalam pembuatan MoU memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Isinya singkat memuat hal-hal yang pokok-pokok saja.
b. Merupakan pendahuluan yang akan diikuti dengan pembuatan perjanjian atau
kontrak terperinci.
12
c. Ada jangka waktu (tenggat waktu).
d. Biasanya tidak dibuat secara formal serta tidak ada kewajiban yang memaksa
untuk dibuatnya perjanjian atau kontrak terperinci.
3. Bentuk perjanjian
a. Akta otentik
Akta otentik adalah perjanjian atau kontrak atau akta yang dibuat oleh dan
ditandatangani dihadapan pejabat yang berwenang. Pejabat berwenang di sini
antara lain notaris, Pejabat Akta Tanah (PPAT), Kepala Kantor Urusan Agama
(KUA), Kepala Kantor Catatan Sipil, dan lain sebagainya.
b. Akta di bawah tangan
Akta di bawah tangan adalah perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh para
pihak tanpa perantaraan seorang pejabat umum (notaris, Pejabat Pembuatan
Akta, Tanah (PPAT), Kepala Kantor KUA, Kepala Kantor Catatan Sipil, dan
lain-lain.
2.2.3. Cara Pembuatan Surat Perjanjian Sewa-menyewa
Menurut Salim (2008:105) dalam pembuatan suatu perjanjian atau kontrak
ada beberapa hal yang minimal harus dicantumkan dalam kontrak tersebut:
1. Adanya para pihak (disebutkan kedudukan masing-masing);
2. Obyek perjanjian (hal apa yang yang menjadi dasar kerja sama);
3. Hak dan kewajiban para pihak;
4. Jangka waktu perjanjian atau kapan perjanjian dikatakan berakhir;
5. Ketentuan tentang ingkar janji dan akibatnya;
13
6. Ketentuan tentang keadaan memaksa atau hal-hal diluar dugaan (overmacht);
7. Ketentuan penyelesaian perselisihan;
8. Tandatangan para pihak.
Adapun menurut Salim (2008:105) mengenai anatomi perjanjian atau
kontrak yang dibuat oleh para pihak secara struktur adalah sebagai berikut:
1. Judul kontrak, dimana dalam suatu kontrak judul harus dibuat dengan singkat,
padat, jelas dan sebaiknya memberikan gambaran yang ditangkan dalam
perjanjian tersebut. Contohnya Perjanjian Jual-Beli, Perjanjian Sewa menyewa
2. Awal kontrak, dalam awal kontrak dibuat secara ringkas dan banyak digunakan
seperti berikut :”Yang bertanda tangan di bawah ini” atau “Pada hari Senin,
tanggal satu bulan Febrauri, tahun 2015, telah terjadi perjanjian jual-beli ….
antara para pihak.”
3. Para pihak yang membuat kontrak, di bagian ini disebutkan para pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut. Penyebutan para pihak mencakup
Nama, Pekerjaan, Usia, Jabatan, Alamat, serta bertindak untuk siapa.
4. Premis (Recital) merupakan penjelasan mengenai latar belakang dibuatnya suatu
perjanjian. Pada bagian ini diuraikan secara ringkas tentang latar belakang
terjadinya kesepakatan.
5. Isi kontrak, dalam isi perjanjian biasa diwakili dalam pasal-pasal dan dalam
setiap pasal diberi judul. penyebutan tentang upaya-upaya penyelesaian apabila
terjadi perselisihan atau sengketa.
6. Akhir kontrak (penutup), pada bagian akhir perjanjian berisi pngesahan kedua
belah pihak dan saksi-saksi sebagai alat bukti dan tujuan dari perjanjian.
14
2.2.4. Mengakhiri Perjanjian Sewa
Menurut Rijan dan Koesoemawati (2009:11) suatu perjanjian atau kontrak
yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh para pihak akan berakhir karena sebab-sebab
sebagai berikut:
1. Lewatnya waktu sebagaimana yang diatur dalam perjanjian atau kontrak dan para
pihak tidak memperpanjang jangka waktu tersebut.
2. Kalau dalam perjanjian atau kontrak tidak diatur mengenai jangka waktu
perjanjian atau kontrak maka perjanjian akan berakhir sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat para pihak.
3. Dibatalkan oleh para pihak sebelum jangka waktu berakhir.
4. Dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang diatur dalam pengakhiran perjanjian atau
kontrak tersebut.
5. Obyek yang diperjanjikan musnah.