pendahuluan latar belakang masalah · didik akan memperoleh gambaran yang jelas tentang materi ......

69
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya peserta didik memahami mata pelajaran Matematika. Dampaknya memotivasi untuk belajar Matematika menurun yang berpengaruh juga terhadap prestasi belajar peserta didik. Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan struktur-struktur) dan hubungannya diatur dengan logika, sehingga sebagian besar materi Matematika bersifat abstrak, hal tersebut membuat peserta didik merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Usaha yang di lakukan guru sebagai upaya untuk meningkatkan minat, motivasi, serta prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan Matematika yaitu dengan menggunakan media pembelajaran Matematika (alat peraga) dapat membantu proses transfer ilmu Matematika yang bersifat kongkrit atau nyata. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memperoleh, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Alat peraga Matematika bermacam-macam salah satunya papan berpaku. Papan berpaku dapat membantu pemahaman konsep pada peserta didik terutama pada konsep bangun datar. Pada papan ini dibuat

Upload: lamhanh

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami. Hal ini salah

satunya disebabkan oleh kurangnya peserta didik memahami mata pelajaran

Matematika. Dampaknya memotivasi untuk belajar Matematika menurun

yang berpengaruh juga terhadap prestasi belajar peserta didik. Matematika

berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan struktur-struktur) dan

hubungannya diatur dengan logika, sehingga sebagian besar materi

Matematika bersifat abstrak, hal tersebut membuat peserta didik merasa

kesulitan dalam mempelajarinya.

Usaha yang di lakukan guru sebagai upaya untuk meningkatkan minat,

motivasi, serta prestasi belajar peserta didik berkenaan dengan Matematika

yaitu dengan menggunakan media pembelajaran Matematika (alat peraga)

dapat membantu proses transfer ilmu Matematika yang bersifat kongkrit atau

nyata. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah

merupakan media. Secara khusus pengertian media dalam proses

pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronik untuk menangkap, memperoleh, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual dan verbal.

Alat peraga Matematika bermacam-macam salah satunya papan

berpaku. Papan berpaku dapat membantu pemahaman konsep pada peserta

didik terutama pada konsep bangun datar. Pada papan ini dibuat

2

bujursangkar-bujursangkar kecil yang pada setiap titik sudutnya ditancapkan

paku setengahnya masuk dan setengah lagi masih tampak/timbul. Papan

berpaku sangat praktis, baik untuk peserta didik dan guru mengajar. Selain

praktis papan berpaku ini dapat dibuat sendiri oleh guru, dan tidak

memerlukan biaya yang terlalu banyak dalam pembuatannya.

Papan berpaku merupakan salah satu media pembelajaran di sekolah

dasar yang digunakan untuk menanamkan konsep/pengertian geometri seperti

pengenalan bentuk-bentuk bangun datar, pengenalan keliling bangun datar,

dan menghitung luas bangun datar.

Salah satu faktor penting yang dapat mendukung pencapaian tujuan

pendidikan dasar adalah dengan pengajaran Matematika di sekolah yang

berfungsi sebagai salah satu masukan internal, sehingga dapat digunakan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membentuk

pribadinya dengan pola pikir deduktif dan konsisten, sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tujuan pembelajaran Matematika pada jenjang pendidikan dasar adalah

agar peserta didik mampu menghadapi dan menyesuaikan diri dengan

kebutuhan lingkungan disekitarnya melalui latihan bertindak atas dasar

berpikir secara logis, kritis, kreatif, dan konsisten.

Matematika memiliki peranan yang sangat penting, banyak di antara

peserta didik di sekolah terutama SD yang merupakan tingkat dasar dari

seluruh pendidikan yang akan dijalani anak. Mereka menganggap pelajaran

Matematika sebagai pelajaran sulit. Terlebih lagi bila mereka mendapat nilai

3

di bawah rata-rata. Jika keadaan ini terus berlanjut kejenjang pendidikan

berikutnya, maka sepanjang masa pendidikan mereka akan kurang menyukai

mata pelajaran Matematika dan akan menghambat keberhasilan proses

pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Peneliti selama ini di

beberapa sekolah, kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah

saja tanpa di kombinasikan atau dipadukan dengan metode dan media

penunjang lainnya dalam pembelajaran, karena metode ini dianggap paling

mudah dilaksanakan tanpa memerlukan banyak persiapan, sehingga peserta

didik kurang termotivasi dalam pembelajaran. Guru belum menggunakan

media yang sesuai dengan materi pelajaran secara optimal, sehingga peserta

didik kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Seorang guru perlu

menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

disampaikan untuk membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran tercapai. Namun setelah dikaji secara mendalam Peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah SDN-6 Panarung Palangka

Raya, dikarenakan pada sekolah tersebut penggunaan media baik media

konkrit maupun media gambar sangatlah kurang/jarang diterapkan. Dan

media gambar yang digunakan hanya terfokus pada gambar yang ada di buku

paket peserta didik.

Berdasarkan observasi yang dilakukan Peneliti di SDN-6 Panarung

Palangka Raya, banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam

mengenali geometri atau bangun datar. Hal ini terlihat dari proses

4

pembelajaran yang cenderung pasif tidak adanya proses tanya jawab antara

guru dengan peserta didik, dikarenakan proses pembelajaran yang kurang

menarik, kurangnya alat peraga yang digunakan, pada saat proses

pembelajaran guru kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah saja

tanpa dikombinasikan atau di padukan dengan metode lainnya dan membuat

binggung peserta didik sehingga peserta didik merasa bosan dengan kondisi

dikelas, karena proses pembelajaran yang membosankan akhirnya peserta

didik terlihat lebih asik bermain dengan teman sebangkunya dan dari hasil

evaluasi yang diberikan pun banyak peserta didik yang tidak dapat mencapai

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan, yaitu nilai

minimal yang ditentukan 60. Dari seluruh peserta didik yang berada di kelas

III yang berjumlah 19 peserta didik, sebanyak 13 peserta didik (68%) yang

belum tuntas dan 6 peserta didik (31%) memperoleh nilai diatas KKM

dinyatakan sudah tuntas. Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa

kualitas pembelajaran masih rendah, maka perlu adanya perbaikan dalam

melaksanakan pembelajaran Matematika di kelas III SDN-6 Panarung

Palangka Raya.

Sesuai dengan fenomena tersebut, maka Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga Papan Berpaku pada Kelas III

SDN-6 Panarung Palangka Raya.

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya

yaitu:

1. Hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran Matematika masih

rendah.

2. Peserta didik yang menggalami kesulitan dalam mengenali geometri atau

bangun datar pada pelajaran Matematika.

3. Proses pembelajaran yang cenderung pasif.

4. Guru kebanyakan hanya menggunkan metode ceramah saja tanpa

dikombinasikan atau di padukan dengan metode lainnya.

5. Peserta didik terlihat lebih asik bermain dengan teman sebangkunya.

6. Perlunya penggunaan alat peraga papan berpaku dalam pembelajaran

Matematika.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan untuk menghindari meluasnya

pembahasan penelitian ini, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Penggunaan alat peraga dalam penelitian ini di batasi pada alat peraga

papan berpaku.

2. Mata pelajaran pada penelitian ini di batasi pada mata pelajaran

Matematika dengan materi sifat-sifat bangun datar khususnya bangun

datar persegi, persegi panjang dan segitiga.

6

3. Hasil belajar yang dibandingkan merupakan hasil belajar peserta didik

yang sebelumnya tidak menggunakan alat peraga saat proses

pembelajaran dan setelah menggunakan alat peraga papan berpaku pada

kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai

pertanyaan yakni:

1. Bagaimanakah aktivitas peserta didik pada pembelajaran konsep bangun

datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku ?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bangun

datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku ?

E. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

alternatif pemecahan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas peserta didik pada pembelajaran konsep bangun datar dengan

menggunakan alat peraga papan berpaku adapun alternatif pemecahan

masalah yaitu dengan cara menerapkan alat peraga papan berpaku dalam

proses pembelajaran Matematika khususnya materi bangun datar.

Diterapkannya alat peraga papan berpaku dalam pembelajaran peserta

didik akan memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang

7

dipelajari karena dengan alat peraga papan berpaku akan dijelaskan atau

dipraktekkan kepada peserta didik tentang bangun datar dan melibatkan

peserta didik. Sehingga kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak

hanya terjadi satu arah. Artinya tidak hanya guru yang berperan aktif

tetapi peserta didik juga ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran

tersebut.

2. Peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bangun datar dengan

menggunakan alat peraga papan berpaku adapun alternatif pemecahan

masalah yaitu diterapkannya alat peraga papan berpaku dalam

pembelajaran peserta didik akan memperoleh gambaran yang jelas

tentang materi yang dipelajari karena dengan alat peraga papan berpaku

akan dijelaskan kepada peserta didik tentang bangun datar sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan masalah di atas, maka tujuan penelitian yakni:

1. Untuk mengetahui aktivitas peserta didik pada pembelajaran konsep

bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.

2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada konsep bangun datar

dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.

8

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti

seperti berikut:

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan tentang alat peraga yang tepat untuk proses pembelajaran

Matematika yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi

positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil

pembelajaran.

b. Bagi Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil

belajar peserta didik dan perbaikan dalam proses pembelajaran ke

arah yang lebih baik dengan menggunakan alat peraga sebagai alat

bantu mengajar.

c. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan sehingga dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian

selanjutnya.

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Beberapa ahli pendidikan memberikan penafsiran yang berbeda-

beda untuk mendefinisikan pengertian belajar. Namun perbedaan itu

hanya sebatas variasi dalam mengungkapkan gagasan serta hasil dari

pengamatan saja. Oleh sebab itu, akan dikemukakan beberapa

pengertian belajar menurut para ahli pendidikan.

Menurut Slameto (2010:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sediri dalam interaksi dengan lingkungan”. Sementara itu, menurut

Abdillah (Annurrahman, 2010:35) “Belajar adalah suatu usaha sadar

yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik

melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek

kognitif, efektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan

tertentu”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada

9

10

manusia, yang awalnya belum tahu menjadi tahu dan yang awalnya

tidak bisa menjadi bisa.

b. Pengertian Hasil Belajar

Seorang peserta didik dikatakan telah belajar jika adanya

perubahan tingkah laku peserta didik tersebut, yaitu perubahan-

perubahan tingkah laku yang menetap, dengan demikian dapat

diktakan bahwa perubahan tingkah laku pada peserta didik tersebut

merupakan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang penting karena dengan

melihat hasil belajar yang diperoleh seseorang dapat membantu kita

untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan kita ambil. Menurut

Wasliman (Susanto, 2013:12), bahwa “Hasil belajar yang dicapai oleh

peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu yang diperoleh oleh seseorang yang

mencakup peringkat, tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil

efektif. Menurut Nawawi dan Brahim (Susanto, 2013:5), bahwa

“Hasil Belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari matari pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran

tertentu”. Kemudian menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) hasil

belajar “merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

11

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar”.

Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat besar karena

pendidik juga dapat menentukan berkualitas atau tidaknya sebuah

proses pembelajaran salah satunya adalah yang berkaitan dengan

media pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik saat

mengajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Muslich (2008:207) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi belajar peserta didik sebagai berikut:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani peserta didik.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Menurut Purwanto (2007:102) bahwa:

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan adalah faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual dan faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor

pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor

keluarga keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat

12

yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan

kesematan yang tersedia, dan motivasi sosial.

2. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani kuno (mathema), yang

berarti pengkajian, pembelajaran ilmu yang ruang lingkupnya menyempit,

dan arti teknisnya menjadi pengkajian Matematika, bahkan demikian juga

pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah (mathematikos), berkaitan dengan

pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauh berarti matematis.

Matematika sebagai alat ilmu yang lain sudah cukup dikenal dan sudah

tidak diragukan lagi. Matematika bukan hanya sekedar alat bagi ilmu,

tetapi lebih dari itu Matematika adalah bahasa.

Menurut Susanto (2013:185) bahwa:

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaiann masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetehuan dan teknologi

Jadi dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan bahasa yang

menggambarkan istilah dengan cermat, jelas, akurat, dengan simbol

mengenai pola dan hubungan. Sehingga Matematika dapat membantu

manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi

dan alam.

a. Pengertian Belajar Matematika

Belajar Matematika sendiri memiliki keunikan yang membuatnya

berbeda dengan belajar secara umum. Dalam belajar Matematika

13

perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik,

dimulai dari hal yang konkrit menuju abstrak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2009:8) bahwa:

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstuksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika. Penguasaan materi pelajaran Matematika pada tingkat kesukaran

yang lebih tinggi diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai

pengetahuan prasyarat. Penguasaan yang tinggi akan dapat dimiliki

peserta didik dalam mempelajari Matematika bila guru tidak hanya

menuntut peserta didiknya untuk menghafal rumus saja, tetapi lebih

penting adalah memberikan pemahaman yang penuh terhadap konsep-

konsep yang disampaikan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa belajar

Matematika adalah proses dalam diri peserta didik yang hasilnya

berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan untuk

menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam Matematika

sehingga menjadikan peserta didik berfikir logis, kreatif, sistematis

dalam kehidupan sehari-hari. Belajar Matematika akan lebih berhasil

bila mengarah pada pengembangan berfikir, pengembangan konsep

atau ide-ide terdahulu yang dipersiapkan untuk mempelajari dan

menguasai konsep baru.

14

b. Tujuan Belajar Matematika

Tujuan belajar Matematika adalah memberikan pemahaman

logika dan kemampuan dasar Matematika dalam rangka penugasan

IPTEK, serta memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam

rangka kehidupan, selain itu belajar Matematika bertujuan memupuk

rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Wijaya, 2013:8)

tujuan belajar Matematika di sekolah dasar sebagai berikut:

1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, malakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Berdasarkan penjelasan di atas Peneliti menyimpulkan bahwa

dalam belajar Matematika terjadi proses berpikir, sehingga hubungan

antara informasi yang didapat sebelumnya dapat dijadikan sebagai

suatu pengertian, dan dari pengertian tersebut dapat diambil suatu

kesimpulan.

c. Fungsi Matematika

Menurut Karso (Sari, 2013:16) “fungsi pelajaran Matematika

sebagai: alat, polapikir, dan ilmu atau pengetahuan”. Ketiga fungsi

15

Matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran

Matematika sekolah.

Fungsi pertama, Matematika adalah sebagai alat untuk memahami

atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-

persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model Matematika yang

merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian

metematika lainnya. Bila seorang peserta didik dapat melakukan

perhitungan, tetapi tidak dapat menyatakan tepat atau tidaknya operasi

yang digunakan atau tidak tahu alasannya maka tentunya ada yang

salah dalam pengerjaannya atau ada sesuatu yang belum dipahaminya.

Fungsi kedua, Matematika merupakan pembentukan pola pikir

dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran dalam

suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Di dalam

penalarannya di kembangkan pola pikir induktif maupun deduktif.

Namun tentu kesemuannya itu harus di sesuaikan dengan

perkembangan kemampuan peserta didik, sehingga pada akhirnya

akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran Matematika di

sekolah.

Fungsi ketiga, Matematika adalah sebagai ilmu atau pengetahuan,

dan tentunya pengejaran Matematika di sekolah harus di warnai oleh

fungsi yang ketiga ini ketika sebagai guru harus mampu menunjukkan

betapa Matematika selalu memberikan kebenaran, dan bersedia

meralat kebenaran yang telah diterima, bila diketemukan kesempatan

16

untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang

mengikuti pola pikir yang aneh.

d. Ciri-ciri Matematika

Penyampaian materi Matematika agar mudah di terima dan

dipahami oleh peserta didik, maka guru harus memahami karakteristik

Matematika.

Menurut Kreyenhbuhl (Sundayana, 2013:29) “dengan

menggunakan media, konsep dan simbol Matematika yang tadinya

bersifat abstrak menjadi konkret”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

Matematika yaitu memiliki objek yang abstrak, memiliki pola pikir

deduktif serta merupakan ilmu pasti karena terikat oleh aturan-aturan

dan konsisten dalam sifatnya.

3. Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran

karena membantu memperagakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.

Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan

kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh

kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan

dilibatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai

dan melakukan apa yang dipelajari.

17

Menurut Sudjana (2002:59) bakwa “Alat peraga adalah suatu alat

yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu

guru agar proses belajar mengajar peserta didik lebih efektif dan

efesien”.

Begitu banyak benda-benda di sekitar kita yang dapat kita

pergunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran Matematika. Alat

peraga juga dapat menggunakan benda-benda yang sudah tidak

terpakai lagi, misalnya kardus bekas dapat digunakan untuk

menerangkan bentuk bangun datar.

b. Fungsi Alat Peraga

Menurut pendapat Hamalik (Arsyad, 2013:19) bahwa “Pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis dalam diri peserta didik”. Sedangkan

menurut Arsyad (2013:25) bahwa “Fungsi media untuk tujuan

instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus

melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk

aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi”.

Dilanjutkan pendapat Menurut Sudjana (Sundayana, 2013:12) bahwa

“Fungsinya, media atau alat peraga dapat : (a) memberikan motivasi

belajar, (b) memberikan variasi dalam pembelajaran, (c)

18

mempengaruhi daya abstraksi, (d) memperkenalkan, memperbaiki,

dan meningkatkan pemahaman konsep dan prinsip”.

Menurut para ahli di atas penggunaan alat peraga pembelajaran

pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan

proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada

saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar alat peraga

juga membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan

data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data

dan memadatkan informasi.

c. Manfaat Alat Peraga

Manurut Sudjana (Jennah, 2009:25) ada beberapa manfaat dari

alat peraga antara lain:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahwa pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh pebelajar dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata berkomunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh pembelajar, sehingga pebelajar tidak bosan dan pembelajar tidak menghabiskan tenaga, apalagi kalau pembelajar mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Pebelajar dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian pembelajar, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Dilanjutkan pendapat Jennah (2009:24) menyatakan bahwa ada

beberapa macam manfaat media/alat peraga antara lain:

1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpatik dalam kelas, 2. Membuan perubahan singnifikan tingkah laku pembelajar,

19

3. Menunjukkan kedua hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat pebelajar dengan meningkatkan motivasi belajar pembelajar,

4. Membawa kesegaran dan variasi bagi berbagai kemampuan pebelajar,

5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan pebelajar,

6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar,

7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu pebelajar menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari,

8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan,

9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencermunkan pembelajaran yang nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat,

10. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.

Dari uraian dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

beberapa manfaat dari penggunaan alat peraga didalam proses

pembelajaran yaitu alat peraga dapat memperjelas penyajian pesan

dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses

dan hasil belajar dan dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi

yang lebih langsung antar peserta didik dan guru.

d. Ciri-ciri Alat Peraga

Dalam alat peraga ada beberapa macam ciri-ciri mengenai alat

peraga. Menurut pendapat Ely (Arsyad, 2013:13) ada 3 ciri-ciri alat

peraga antara lain:

1. Ciri Fiksatif Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, vidio tape, audio tape, disket komputer, dan film.

20

2. Ciri Manifulatif Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan pada peserta didik dalam waktu 2 atau 3 menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

3. Ciri Distributif Memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadia itu.

Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri alat peraga yaitu berupa ciri fiksatif, manifulatif, dan distributif.

Ketiga ciri tersebut menyatakan kemampuan alat peraga, kejadian atau

objek yang ditransformasikan melalui ruangan secara kebersamaan

dan juga dapat digunakan dalam rangka komunikasi antar pengajar

dan peserta didik.

4. Penggunaan Papan Berpaku dalam Pembelajaran

a. Pengertian Papan Berpaku

Banyak cara dalam melaksanakan pembelajaran Matematika di

kelas, bisa dengan ceramah, diskusi kelompok, CTL, maupun dengan

menggunakan bantuan media pembelajaran. Media pembelajaran

banyak macamnya, diantaranya adalah televisi, DVD, komputer,

model, dan alat peraga. Dalam pembelajaran goemetri, pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga adalah pemilihan yang menarik.

Salah satunya dengan menggunakan media papan berpaku.

Menurut Ruseffendi (Liberna, 2013:153) bahwa,

Papan berpaku yang merupakan papan yang diberikan paku banyak sekali manfaatnya untuk belajar Matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD), murah harganya dan dapat dibuat sendiri

21

oleh guru. Alat peraga ini dibuat dari papan atau teakblok yang berbentuk persegi atau bujur sangkar. Menurut Soemarsono (Antika, 2011:78) bahwa,”Papan berpaku

merupakan bentuk media papan yang diberi/ditancapi paku dalam

susunan menyerupai kertas sentimeter (kotak-kotak) dimana ukuran

jarak tiap persegi empat disesuaikan dengan keperluan”.

Menurut Sundayana (2013:126) bahwa,

Papan berpaku adalah alat bantu pengajaran Matematika di Sekolah Dasar untuk menanamkan konsep/pengertian geometri, seperti pengenalan bangun datar, pengenalan keliling bangun datar, dan menentukan/menghitung luas bangun datar. Menurut Teen Pak Chin (2010:30) bahwa,”Papan berpaku adalah

papan rata dengan paku yang tersusun dalam baris dan kolom, papan

geometri yang digunakan untuk membentuk bangun datar dengan

merenggangkan karet kesekeliling paku”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media papan

berpaku adalah media yang terbuat dari papan yang ditancapi paku

dengan ukuran tertentu dan dilengkapi dengan karet gelang.

b. Kelebihan Papan Berpaku

Menurut Dapi Dwi Winasis (Ratna, 2013:34) Papan berpaku ini

memiliki kelebihan-kelebihan yaitu:

1. Bentuknya sederhana sehingga mudah pembuatannya; 2. Lebih ekonomis karena biayanya murah dan dapat dipakai berkali-

kali; 3. Bahan dan alat produksinya mudah diperoleh; 4. Terdapat unsur bermain dalam penggunaannya karena dapat

digunakan untuk membentuk macam-macam bangun datar dengan permainan karet gelang.

22

c. Kekurangan Papan Berpaku

Papan berpaku memiliki kekurangan antara lain:

1. Mengajar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

lebih banyak menuntut guru.

2. Papan berpaku sangat berbahaya bagi anak karena terdapat

paku yang tajam jadi perlu hati-hati saat mengajar

3. Banyak waktu yang terbuang untuk membuat alat peraga

papan berpaku

4. Perlu kesediaan berkorban secara materiil

d. Manfaat Papan Berpaku

Menurut Ruseffendi (Liberna, 2013:154) papan berpaku memiliki

beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Guru dapat dengan cepat menunjukkan bermacam-macam bentuk geometri bidang seperti segitiga, trapisium, dan sebagainya,

2. Peserta didik dengan cepat pula mengikuti dalam membuat bangun-bangun geometri tanpa memerlukan banyak waktu untuk menggambar, tanpa memerlukan penghapus, penggaris, pensil dan kertas,

3. Bentuk gometri yang terjadi lebih sesuai dengan sebenarnya dari pada bila geometri itu disajikan dengan bangun geometri karton, tripleks, atau kertas lain sehingga tidak menyesatkan persepsi anak,

4. Dapat dipakai untuk mencari berbagai panjang ruas garis baik yang bulat, pecahan maupun bilanngan rasional,

5. Dengan papan berpaku dapat pula menghitung luas berbagai daerah yang bentuknya tidak beraturan, dan

6. Untuk memperagakan lingkaran diagram lingkaran dapat membuat papan berpaku bentu lingkaran.

Begitu banyak manfaat papan berpaku tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa alat peraga papan berpaku ini bisa untuk

menjelaskan konsep bangun datar pada peserta didik.

23

e. Langkah-langkah Pembuatan Papan Berpaku

Papan paku merupakan alat peraga sederhana yang dapat dibuat

sendiri oleh guru, maka dalam pembuatan pun tidak rumit.

Langkah-langkah pembuatan media papan berpaku menurut

Sundayana (2013:126) antara lain :

1) Kita potong dua belah triplek dengan ukuran yang sama. 2) Tempelkan kedua triplek dengan menggunakan lem kayu. 3) Sesudah kering lalu ampelas pinggiran triplek tersebut supaya

halus. 4) Sesudah diampelas lalu diwarnai dengan menggunakan pilok

supaya kelihatan lebih menarik. 5) Sesudah kering kita buat ukuran persegi yang kecil dengan

ukuran yang sama dengan menggunakan mistar dan spidol. 6) Lalu kita tancapkan paku-paku yang telah disediakan tepat di

setiap pertemuan garis.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cara membuat

papan berpaku sangat mudah. Namun, guru juga harus selalu

memperhatikan peserta didik dalam penggunaannya. Karena

bagaimanapun papan berpaku merupakan benda yang tajam yang

dapat kapan saja melukai peserta didik.

f. Langkah-langkah Menggunakan Papan Berpaku

Menurut Sundayana (2013:127) langkah-langkah menggunakan

papan berpaku antara lain :

1. Letakkan papan berpaku di depan kelas, bisa di gantung atau disandarkan benda lain. Papan berpaku dilengkapi sejumlah karet gelang dengan warna-warna yang berbeda serta dilengkapi pula dengan kertas bertitik atau kertas berpetak.

2. Guru mendemostrasikan secara klasikal cara membentuk bangun datar.

3. Kemudian masing-masing peserta didik membentuk bangun datar sesuai dengan kreativitas masing-masing.

24

4. Peserta didik diminta menggambar hasil yang diperolehnya pada kertas bertitik atau kertas berpetak.

5. Melalui tanya jawab guru mengenalkan arti keliling. 6. Peserta didik menentukan keliling setiap bangun datar yang dia

peroleh sebelumnya. 7. Melalui tanya jawab guru mengenalkan arti luas bangun datar. 8. Peserta didik diminta untuk memperkirakan luas bangun datar

yang telah dibuatnya Baru kemudian guru memperkenalkan nama-nama bangun datar yang telah dibaut oleh peserta didik (segiempat, persegi, persegipanjang, jajargenjang, trapesium, trapesium samasisi, trapesiem samakaki, belah ketupat, layang-layang, segitiga siku-siku, segitiga samakaki, segitiga samasisi, segitiga tumpul, segitiga lancip, segitiga sembarang, segilima, segienam, dsb).

Gambar 1 Gambar contoh papan berpaku

Gambar 2 Contoh penggunaan papan berpaku

25

B. Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini

seperti:

1. Berlian Permata Sari (2013) dalam Penelitian yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media

Papan Berpaku pada Kelas V SDN-2 Pahandut Palangka Raya”.

Menyatakan bahwa “Hasil belajar peserta didik yang menggunakan

media papan berpaku dapat meningkatkan hasil belajar Matematika”.

2. Aulia Ade Putri (2013): dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga Sederhana pada

Kelas IV SDN-14 Palangka Palangka Raya”. Menyatakan bahwa “Hasil

belajar peserta yang menggunakan alat peraga sederhana dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika”.

Sedangkan pada penelitian ini nantinya akan di arahkan pada

peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan alat peraga papan

berpaku pada peserta didik kelas III SDN-6 Panarung.

C. Kerangka Berpikir

Pada proses belajar mengajar (PBM) di kelas III SDN-6 Panarung dalam

mengajarkan materi sifat-sifat bangun datar dimana guru hanya menggunakan

metode ceramah tanpa diimbangi dengan menggunakan metode yang lain dan

tanpa menggunakan alat peraga sehingga peserta didik kurang memahami

bangun datar. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang diberikan banyak

26

peserta didik yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

yang telah ditentukan, yaitu nilai minimal yang di tentukan 60. Dari seluruh

peserta didik yang berada di kelas III yang berjumlah 19 peserta didik,

sebanyak 13 peserta didik yang belum tuntas dan 6 peserta didik memperoleh

nilai diatas KKM dinyatakan sudah tuntas.

Tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut

dengan menggunakan media/alat peraga yang sesuai dengan mata pelajaran

Matematika materi sifat-sifat bangun datar. Melalui pemanfaatan alat peraga

papan berpaku diharapkan peserta didik mampu menentukan sifat-sifat

bangun datar, sehingga proses belajar mengajar Matematika berjalan dengan

lancar dan mengarah pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan

lancarnya proses belajar mengajar Matematika maka peserta didik akan

mudah menyerap materi pelajaran yang disampaiakan guru, sehingga dapat

miningkatkan hasil belajar peserta didik.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis Penelitian ini Menurut Arikunto (2013:110) “berpendapat

bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Adapun hipotesis atau dugaan sementara penelitian ini adalah sebagai

berikut :

27

1. Peserta didik cukup aktif pada saat proses pembelajaran konsep bangun

datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik

kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya.

2. Ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bagun datar

setelah menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik kelas

III SDN-6 Panarung Palangka Raya.

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014, yakni dari bulan

februari sampai dengan bulan juni 2014. Adapun jadwal penelitian

sebagaimana terlampir.

2. Tempat Penelitian

Berdasarkan fenomena yang Peneliti temukan di SDN-6 Panarung

khususnya kelas III, maka penelitian ini di laksanakan di kelas III. Alamat

Jln. Letkol Seth Adji No. 03 Palangka Raya.

B. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Kunandar (2011:45) bahwa “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.

Menurut Kemmis dan Wilf Carr (Mulyasa, 2010:5) bahwa:

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk Penelitian refleksi diri yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi social (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktik social dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c) situasi dan instansi yang terlibat di dalamnya.

28

29

Menurut Mulyasa, (2010:10) bahwa “PTK dapat diartikan sebagai

penelitian tindakan (actioan research) yang dilakukan dengan tujuan untuk

memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik”.

Penelitian tindakan kelas mengandung tiga unsur, yaitu penelitian-

penelitian, tindakan dan kelas. Kunandar (2011:45) menyatakan bahwa:

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpilkan data-data dan dianalisi untuk

menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar

mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang berada dalam waktu yang

sama menerima pelajaran yang sama dari guru.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

PTK adalah Penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara

praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu

pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang

disepakati bersama.

Menurut model Kemmis & Mc Taggart (Harawati, 2012:13), pelaksanaan

Penelitian tindakan mencapai empat langkah, yaitu:

1. Perencanaan tindakan (planning)

2. Pemberian tindakan (acting)

30

3. Observasi (observing)

4. Refleksi (reflecting).

C. Kehadiran dan Peran Peneliti

Sesuai dengan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

kehadiran Peneliti di lapangan sangat diperlukan setiap saat karena

kedudukan Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana,

pengumpul, penganalisa, penafsiran data dan akhirnya sebagai pelaporan

hasil penelitian.

Dalam penelitian ini Peneliti merupakan instrumen kunci dan pemberi

tindakan. Sebagai instrumen kunci, artinya Peneliti sebagai pelaksana yang

memberikan tindakan di kelas, dalam kedudukannya sebagai pemberi

tindakan Peneliti bertindak sebagai mengajaratau guru Matematika kelas III,

yang berperan langsung dalam proses pembelajaran dari perencanaan,

pelaksanaan pengajaran/penyaji selama berlangsungnya kegiatan penelitian,

sempai dengan penelitian. Selain itu Peneliti yang dibantu dua orang observer

juga mengamati aktivitas peserta didik selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran yang kehadirannya mutlak diperlukan.

D. Subjek Penelitian

Menurut Faisal (2007:109) “subjek penelitian menunjukkan pada

orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang

diteliti”. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas III

31

SDN-6 Panarung. Subjek penelitian ini digambarkan pada daftar tabel

berikut:

Tabel 1 Subjek Penelitian

Kelas Jenis Kelamin

Jumlah L P

III 8 11 19 Jumlah keseluruhan Subjek 8 11 19 Sumber Data : Tata usaha di SDN – 6 Panarung

E. Rancangan Penelitian

Adapun rancangan dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen

tersebut dipandang sebagai suatu siklus.

Adapun siklus sebagai berikut:

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Model John Elliot) (Sumber: Yudhistira, 2013:46)

Pelaksanaan

SIKLUS 1 Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS 2 Perencanaan

SIKLUS selanjutnya Refleksi

32

Berdasarkan tahapan-tahapan seperti yang di gambarkan di atas,

selanjutnya dapat di kembangkan lagi menjadi pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini yang secara rinci yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

SIKLUS I:

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan ini meliputi :

a) Mengumpulan data,

b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

c) Mempersiapkan alat peraga papan berpaku yang akan digunakan

dalam proses belajar mengajar,

d) Membuat/menyusun lembar observasi untuk pengamatan

terhadap berbagai kondisi pembelajaran yang berlangsung

antara pendidik dan peserta didik melalui alat peraga papan

berpaku dalam pembelajaran Matematika.

e) Menyiapkan/membuat lembar kerja peserta didik (LKPD) yang

digunakan dalam mengukur tingkat pemahaman peserta didik,

dalam pembelajaran Matematika pada pokok bahasan sifat-sifat

bangun datar.

2. Pemberian Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Merancang teknik yang digunakan dalam pembelajaran,

b) Memaparkan kompetensi dasar pembelajaran,

c) Menunjuk salah satu peserta didik menjawab soal,

33

d) Memberikan kesempatan peserta didik bertanya terhadap materi

pembelajaran,

e) Meminta peserta didik membuat bangun datar pada alat peraga

papan berpaku,

f) Memberi kuis atau pertanyaan,

g) Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran berupa tes

soal.

h) Peserta didik diberikan kesempatan mengisi LKPD,

i) Guru bersama peserta didik bersama-sama menyimpulkan

materi yang dibahas.

3. Observasi

Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap:

a) Keadaan kelas, perhatian dan aktifitas peserta didik,

b) Proses belajar mengajar Matematika kelas III,

c) Pengamatan oleh teman sejawat tentang proses belajar

mengajar.

4. Refleksi

Sumber data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Data

yang diperoleh selanjutnya disimpulkan bagaimana hasil belajar

peserta didik. Langkah berikutnya adalah refleksi terhadap hasil

yang telah dikerjakan.

Apabila dari siklus I belum terlihat adanya peningkatan hasil

belajar, maka perlu dilakukan tes pada siklus II.

34

SIKLUS II:

1. Perencanaan Tindakan

Kembali menyusun atau membuat RPP, berdasarkan hasil refleksi

pada siklus pertama dan kelemahan/kekurangan diperbaiki pada siklus

kedua.

2. Pemberian Tindakan

Seperti halnya pemberian tindakan pada siklus I, Peneliti

melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil

refleksi pada siklus I.

3. Observasi

Observasi melakukan pengamatan terhadap kegiatan dalam proses

pembelajaran yang dilakukan Peneliti dan peserta didik.

4. Refleksi

Tim Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan

pembelajaran pada siklus II, menganalisi dan mengevaluasi serta

membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan pembelajaran Matematika.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik:

a. Observasi

Observasi dilakukan oleh 2 orang observer yaitu 1 orang mahasiswa

dan 1 orang guru dengan mengisi lembar pengamatan yang tersedia.

35

b. Tes hasil belajar

Tes dalam Penelitian ini menggunakan pretest dan postest. Dimana

pretest (kemampuan awal) untuk menilai kemampuan awal peserta

didik mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan.

Sedangkan postest (tes hasil belajar Matematika) untuk menilai

kemampuan peserta didik mengenai penguasaan materi pelajaran

setelah pembelajaran dilaksanakan. Pretest dan postest dilakukan

siklus I dan siklus II.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Lembar pengamatan

Untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik dalam

pembelajaran dengan media. Instrumen ini dipergunakan untuk

mengetahui aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama

menggunakan alat peraga papan berpaku.

Tabel 2 Kisi-Kisi Observasi

Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

No. Aktivitas yang diamati Skor

1 2 3 4

I. Guru

1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan

2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik

3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika

tentang “Bangun Datar”

36

No. Aktivitas yang diamati Skor

1 2 3 4

I. Guru

4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi

dengan memperagakan alat peraga papan berpaku

5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk

bertanya mengenai materi yang belum dipahami

6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau

mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan

berpaku

7 Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk

mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan

alat peraga papan berpaku

8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui

kemampuan peserta didik dalam pembelajaran

9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan

tugas

10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama

menyimpulkan materi pembelajaran

Jumlah

Rata-rata

Keterangan: 1 = Sangat Tidak Baik, 2 = Tidak Baik, 3 = Baik, dan 4 = Sangat

Baik.

37

Tabel 3 Kisi-Kisi Observasi

Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam KBM

No. Aktivitas yang diamati Skor

1 2 3 4

II. Peserta Didik

1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru

2. Mendengarkan informasi yang di sampaikan oleh guru

3. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru tentang materi dengan memperagakan alat peraga papan berpaku

4. Bertanya tentang materi yang sedang dipelajari

5. Mempraktekkan dengan mencoba sendiri apa yang sudah diperagakan oleh guru dengan menggunakan alal peraga papan berpaku

6. Memanfaatkan sumber belajar yang ada

7. Mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru

8. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri

9. Dapat menjawab pertanyaan peserta didik dengan tepat saat berlangsung PBM

10. Memberikan contoh dengan benar

11. Dapat memecahkan masalah dengan tepat

12. Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau simulasi yang diberikan oleh pendidik

13. Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain

14. Menyenangkan dalam PBM

Jumlah Rata-rata

38

Ket: No. 1 s/d 8 adalah ciri proses No. 9 s/d 14 adalah ciri hasil belajar Keterangan Kriteria : 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

b. Tes Hasil Belajar

Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk menilai kualitas

hasil belajar peserta didik melalui kompetansi dasar sifat-sifat bangun

datar menggunakan pretest dan post test.

Tes dilakukan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar peserta

didik, sehingga diketahui apabila ada peningkatan hasil belajar atau

belum. Adapun instrumen yang digunakan dalam tes adalah

menggunakan LKPD/butir soal untuk mengukur hasil belajar peserta

didik, sebelum atau sesudah pembelajaran pada setiap siklus yang

dilaksanakan serta rata-rata nilai ulangan harian.

Agar instrumen penelitian terarah dan mewakili materi pelajaran

maka dibuatlah kisi-kisi soal tes hasil belajar seperti pada tabel di bawah

ini:

39

Tabel 4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika Kelas III SDN-6 Panarung

Palangkaraya

No Kompetensi Dasar Indikator Materi No Soal Jumlah

Soal

1 6.1 mengidentifikasikan

berbagai bangun

datar sederhana

menurut sifat atau

unsur.

a. Mengidentifikasikan sifat-

sifat bangun datar persegi

Sifat-

sifat

bangun

datar

1,2,3,4 4

b. Mengidentifikasikan

sifat-sifat bangun datar

persegi panjang

5,6,7,8 4

c. Mengidentifikasikan

sifat-sifat bangun datar

segitiga

9 - 20

12

Jumlah 20 20

Sumber data: Cerdas menghitung Matematika kelas III SD.

3. Uji Instrumen

Untuk memperoleh soal tes dengan hasil yang baik, maka dilakukan

uji coba validitas, adapun pengertian validitas isi menurut Ley (Azwar,

2012:111) adalah: “Validitas isi adalah sejauhmana kelayakan suatu tes

sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur”. Suatu instrumen

tersebut memiliki validitas isi jika butir-butir pertanyaan dalam instrumen

itu memiliki kesesuaian dengan indikator variabel. Variabel isi merupakan

pengujian item soal yang valid dan tidak valid. Item soal valid dan tidak

valid ditentukan oleh 2 validator ahli. Soal yang valid digunakan sebagai

pengumpulan data penelitian.

40

Tabel 5 Kriteria Pemilihan Validator

Nama Validator Kriteria Denie, S.Pd (Validator I)

Pemilihan guru validator harus sesuai dengan mata pelajaran yang peneliti pilih dalam melakukan sebuah penelitian

Memiliki bidang keahlian Matematika Memiliki pengalaman mengajar minimal 2 tahun Jenjang pendidikan untuk guru minimal S_1

Dian Lufia Rahmaawati, M.Pd (Validator II)

Pemilihan dosen validator yang memiliki di bidang tata bahasa penulisan

Diutamakan dosen Bahasa Indonesia Memiliki pengalaman mengajar minimal 2 tahun Jenjang pendidikan untuk dosen minimal S-2

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan analisis

kuantitatif. Dalam analisis penelitian kuantitatif ini semua data yang telah

terkumpul berupa skor hasil tes awal dan akhir dalam menyelasaikan soal

serta digunakan untuk memperjelas keadaan dan keberhasilan peserta didik

dalam menggunakan alat peraga papan berpaku berdasarkan tes yang

dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

Matematika peserta didik dengan menggunakan alat peraga yang diterapkan.

Rumus yang digunakan yaitu:

a. Menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik.

TB = ∑����

��100%

Keterangan :

∑ s= Jumlah peserta didik yang mendapat nilai sama dengan 60 N = Banyak peserta didik 100 % = Bilangan tetap (perentase) TB = Ketuntasan belajar klasikal minimal 85 %

41

Dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu sebagai berikut : 80 – 100 : Sangat Baik 60 – 79 : Baik 50 – 59 : Cukup Baik 0 – 49 : Sangat Kurang Baik

Sumber: Suhardi R (Wijaya, 2013:53)

b. Menghitung peningkatan hasil belajar.

N – Gain = Test PreSkor -MaksimalSkor

Test Post Skor -TesPost Skor

Tabel 6 Nilai N-Gain Ternormalisasi dan Klasifikasi

Nilai N-Gain Ternormalisasi Klasifikasi

0,70 < N – Gain Tinggi 0,30 ≤ N – Gain < 0,70 Sedang

N – Gain < 0,30 Rendah Menurut Hake (Setiawan, 2013:55)

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk melihat tingkat keberhasilan dari penelitian ini dengan indikator

keberhasilan penelitian sebagai berikut:

1. Peningkatan aktivitas peserta didik pada Penelitian ini dapat ditentukan

dari hasil observasi selama pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi

peserta didik tersebut skor minimal adalah 14 dan skor maksimal adalah

56. Aktivitas peserta didik dikatakan meningkat total skor aktivitas

peserta didik dalam pembelajaran mencapai ≥ 42, dan secara klasikal

jumlah peserta didik yang memiliki jumlah skor ≥ 42 mencapai 85% dari

jumlah peserta didik.

42

2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar peserta didik

mencapai nilai ketuntasan individual ≥ 60 dan secara klasikal terdapat

85% peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 60.

I. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian dilaksanakan pada bulan februari-Juni 2014.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel perencanaan waktu penelitian di

bawah ini:

Tabel 7

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Rencana Kegiatan

Bulan Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Menyusun

Proposal X X X X

2 Seminar Proposal

X

3 Revisi Proposal

X X

4 Pembimbingan X X X X X X X X X

5 Penelitian ke Lapangan X X X

6 Menyusun Laporan

X X X X

7 Ujian Skripsi X

8 Revisi Hasil Ujian

X X

9 Penyampaian Laporan

X

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Pra Tindakan

Data pra tindakan terdiri dari data hasil observasi pra tindakan dan

tes pra tindakan. Hasil yang diperoleh dari kedua data ini akan dijadikan

sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran selanjutnya kedua data

tersebut disajikan sebagai berikut:

a. Deskripsi Data Observasi Pra Tindakan

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer (peneliti) ketika

guru kelas melakukan kegiatan pembelajaran dengan materi sifat-

sifat bangun datar diperoleh data dari identifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran Matematika

masih rendah.

2. Peserta didik yang menggalami kesulitan dalam mengenali

geometri atau bangun datar pada pelajaran Matematika.

3. Proses pembelajaran yang cenderung pasif.

4. Guru kebanyakan hanya menggunkan metode ceramah saja

tanpa dikombinasikan atau di padukan dengan metode lainnya.

5. Peserta didik terlihat lebih asik bermain dengan teman

sebangkunya.

43

44

6. Perlunya penggunaan alat peraga papan berpaku dalam

pembelajaran Matematika.

b. Deskripsi Data Tes Pra Tindakan

Tes pra tindakan bertujuan untuk mengetahui penguasaan

peserta didik dalam materi yang akan dijadikan topik pembelajaran

sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Tes dilakukan

dengan memberikan soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Data

hasil tes pra tindakan tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 8 Data Tes Pra Tindakan Sebelum Penelitian Tindakan Kelas

Dilaksanakan

No Kode Peserta

Didik Nilai Pra Tindakan

Keterangan ≥ 60

T ˂ 60 TT

1 M 30 TT 2 N.R 35 TT 3 A.S 30 TT 4 L.H 80 T 5 J.D 30 TT 6 J.M 30 TT 7 P.M 40 TT 8 R.F 60 T 9 N.I 30 TT

10 M.N 75 T 11 S.A 50 TT 12 A.P 50 TT 13 M.D 60 T 14 A.A 35 TT 15 R.F 55 TT 16 R.M 75 T 17 Y.A 30 TT 18 Y.P 60 T 19 F.K 35 TT

Jumlah 890 6 13 Rata-rata 46,84

Kurang Tercapai Ketuntasan 31,58%

45

M (Rata-rata) = 84,4619

890

TB = %10060

xn

s

= %10019

6x

= 31,58% (Rendah)

Berdasarkan hasil tabel pra tindakan terlihat nilai dasil belajar

peserta didik kelas III SDN 6 Panarung Palangka Raya dengan rata-rata

46,84 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 31,58% termasuk dalam

kriteria rendah. Sehingga pada pra tindakan dalam ketetapan tingkat

ketercapaian keberhasilan pembelajaran belum memenuhi syarat

ketuntasan belajar secara klasikal.

2. Deskripsi Data Siklus I

Pada data siklus I yang terdiri dari; (a) data aktivitas guru dan data

aktivitas peserta didik, (b) Data belajar dan (c) Indikator ketuntasan hasil

belajar, (d) Indikator keberhasilan aktivitas belajar, (e) Data refleksi

siklus I. Data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

a. Data Situasi Belajar - Mengajar

Data situasi mengajar (aktivitas guru dan peserta didik)

merupakan data tentang situasi dan aktivitas pembelajaran di kelas

saat penelitian tindakan kelas dilakukan. Data aktivitas guru dan

peserta didik diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh

observer dan terekam pada lembar observasi. Data tersebut disajikan

dalam tabel di bawah ini:

46

Tabel 9 Kisi-Kisi Observasi

Data Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I

No. Aktivitas yang diamati P-1 P-2 R Ketegori

1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan

Baik Baik 3 Baik

2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik

Baik Cukup 2,5 Cukup

3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika tentang “Bangun Datar”

Baik Cukup 2,5 Cukup

4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi dengan memperagakan alat peraga papan berpaku

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami

Baik Sangat

Baik 3,5 Baik

6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

7 Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran

Sangat

Baik Baik 3,5 Baik

9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan tugas

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran

Sangat

Baik Baik 3,5 Baik

Jumlah 36 33 34,5 Rata-rata 3,6 3,3 3,45 Baik

47

Keterangan Skor: Keterangan: Kurang Baik : 1,0 – 1,9 P-1 : Pengamat Pertama Cukup Baik : 2,0 – 2,9 P-2 : Pengamat Kedua Baik : 3,0 – 3,9 R : Rata-rata Aspek Sangat Baik : 4,0

Tabel 10

Kisi-Kisi Observasi Data Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam KBM

Siklus I

No Nama Peserta Didik P1 P2 Nilai Kategori 1. M 30 30 30 TT 2. N.R 30 35 32,5 TT 3. A.S 30 35 32,5 TT 4. L.H 49 44 46,5 T 5. J.D 35 40 37,5 TT 6. J.M 45 40 42,5 T 7. P.M 45 45 45 T 8. R.F 52 50 51 T 9. N.I 40 40 40 TT

10. M.N 45 48 46,5 T 11. S.A 42 45 43,5 T 12. A.P 30 30 30 TT 13. M.D 41 42 41,5 TT 14. A.A 39 40 39,5 TT 15. R.F 45 45 45 T 16. R.M 49 50 49,5 T 17. Y.A 30 30 30 TT 18. Y.P 40 44 42 T 19. F.K 42 42 42 T

Jumlah 767 Persentase 52,63 % Cukup Baik

TB = ∑����

�� x 100%

= ��

�� x 100%

= 52,63 % ( Cukup )

b. Data Hasil Belajar Siklus I

Data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan setelah

selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas siklus I. Soal

48

yang diberikan pada post-test ini sama dengan soal yang diberikan

pada kegiatan pra tindakan, yaitu berjumlah 20 butir soal pilihan

ganda. Data tersebut disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 11

Data Hasil Post-Test Siklus I

No Kode

Peserta Didik

Nilai Pra Tindakan

Meningkat Siklus I Keterangan ≥ 60

T ˂ 60 TT

1 M 30 Meningkat 10 45 TT 2 N.R 35 Meningkat 20 55 TT 3 A.S 30 Meningkat 30 60 T 4 L.H 80 Meningkat 20 100 T 5 J.D 30 Tidak Meningkat 30 TT 6 J.M 30 Meningkat 45 75 T 7 P.M 40 Meningkat 30 70 T 8 R.F 60 Meningkat 30 90 T 9 N.I 30 Meningkat 30 60 T 10 M.N 75 Meningkat 20 95 T 11 S.A 50 Meningkat 30 80 T 12 A.P 50 Meningkat 10 60 T 13 M.D 60 Meningkat 30 90 T 14 A.A 35 Tidak Meningkat 35 TT 15 R.F 55 Meningkat 20 75 T 16 R.M 75 Meningkat 5 80 T 17 Y.A 30 Meningkat 10 40 TT 18 Y.P 60 Meningkat 20 80 T 19 F.K 35 Meningkat 35 70 T

Jumlah 890 Kurang Tercapai

1290 14 5 Rata-rata 46,84 67,90

Baik Ketuntasan 31,58% 73,70 %

M (Rata-rata) = 90,6719

1290

TB = %10060

xn

s

= %10019

14x

= 73,70% (Baik)

49

N – Gain Siklus I = Tindakan PraSkor -MaksimumSkor

Tindakan PraSkor -I SiklusSkor

= 84.46100

84,4690,67

= 17,53

21

= 0,39 = 0,40 (Sedang)

c. Indikator keberhasilan aktivitas belajar

Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran secara klasikal

memperoleh skor 52,63% dengan kategori cukup baik. Berdasarkan

dengan indikator ketuntasan aktivitas belajar peserta didik yang

sudah ditentukan yaitu ≥ 42 dan secara klasikal mencapai skor 85%

maka aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan.

d. Indikator ketuntasan hasil belajar

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh peneliti setelah siklus

I ada peningkatan hasil belajar dibandingkan pre test yaitu pada nilai

rata-rata adalah 46,84, persentase peserta didik adalah 31,58%.

Setelah dilaksanakan siklus I diketahui nilai rata-rata adalah 67,90

sedangkan persentase peserta didik yang memperoleh nilai lebih

besar atau sama dengan 60 yaitu sebesar 73,70% dan nilai N-Gain

0,40 kategori sedang, karena belum memenuhi syarat ketuntasan

klasikal yaitu 85% maka perlu ditingkatkan kembali pada siklus

selanjutnya yaitu siklus II.

50

e. Data Refleksi Siklus I

Pada tahap ini Peneliti dan observer penilaian (penilai)

melakukan evaluasi tindakan dan melakukan pertemuan untuk

membahas hasil. Setelah dilakukan evaluasi perlu adanya siklus II

dalam proses pembelajaran untuk melihat peningkatan secara lebih

tinggi dan lebih baik. Berbagai hambatan yang terjadi dalam siklus I

Peneliti evaluasi dan diberikan refleksi. Hambatan dari pelaksanaan

siklus I adalah:

a. Peneliti masih mempunyai banyak kekurangan diantaranya masih

kurangnya dalam memberikan informasi tujuan pembelajaran

Matematika tentang bangun datar, melakukan tanya jawab dengan

peserta didik, memberikan motivasi kepada peserta didik,

sehingga kekurangan tersebut harus diperbaiki pada siklus II.

b. Peserta didik pada saat pembelajaran Matematika masih bingung

membedakan nama-nama bangun datar, tidak mau bertanya

apabila mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran dan tidak

memanfaatkan sumber belajar yang ada.

c. Peningkatan hasil belajar peserta didik mendapat kriteria sedang

sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.

d. Hasil belajar peserta didik masih belum mencapai ketuntasan

klasikal yaitu 85% sedangkan yang dicapai peserta didik 73,70%.

51

Setelah dilakukan refleksi peneliti melakukan persiapan

penerapan siklus II untuk memperbaiki kelemahan, kegagalan, dan

meningkatkan apa yang telah berhasil dicapai pada siklus I.

3. Deskripsi Data Siklus II

Deskripsi data siklus II hampir sama dengan siklus I. Data siklus II

terdiri atas data yang diperoleh dari (a) data aktivitas guru dan data

aktivitas peserta didik, (b) Data belajar dan (c) Indikator ketuntasan hasil

belajar, (d) Indikator keberhasilan aktivitas belajar, (e) Data refleksi

siklus I. Data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

a. Data Situasi Belajar - Mengajar

Data situasi mengajar (aktivitas guru dan peserta didik)

merupakan data tentang situasi dan aktivitas pembelajaran di kelas

saat penelitian tindakan kelas dilakukan. Data aktivitas guru dan

peserta didik diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh

observer dan terekam pada lembar observasi. Data tersebut disajikan

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 12 Kisi-Kisi Observasi

Data Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II

No. Aktivitas yang diamati P-1 P-2 R Ketegori

1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan

Sangat Baik

Sangat Baik

4 Sangat Baik

2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik

Baik Sangat Baik

3,5 Baik

3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika tentang “Bangun Datar”

Sangat Baik

Baik 3,5 Baik

52

No. Aktivitas yang diamati P-1 P-2 R Ketegori

4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi dengan memperagakan alat peraga papan berpaku

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami

Baik Sangat

Baik 3,5 Baik

6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

7 Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran

Sangat

Baik Baik 3,5 Baik

9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan tugas

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Sangat Baik

10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran

Sangat

Baik

Sangat

Baik 4 Baik

Jumlah 38 38 38 Rata-rata 3,8 3,8 3,8 Baik

Keterangan Skor: Keterangan: Kurang Baik : 1,0 – 1,9 P-1 : Pengamat Pertama Cukup Baik : 2,0 – 2,9 P-2 : Pengamat Kedua Baik : 3,0 – 3,9 R : Rata-rata Aspek Sangat Baik : 4,0

53

Tabel 13 Kisi-Kisi Observasi

Data Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam KBM Siklus II

No Nama Peserta Didik P1 P2 Nilai Kategori 1. M 30 35 32,5 TT 2. N.R 50 52 51 T 3. A.S 40 45 42,5 T 4. L.H 56 54 55 T 5. J.D 40 40 40 TT 6. J.M 55 50 52,5 T 7. P.M 55 55 55 T 8. R.F 52 53 52,5 T 9. N.I 50 50 50 T

10. M.N 55 50 52,5 T 11. S.A 52 53 52,5 T 12. A.P 50 50 50 T 13. M.D 51 52 51,5 T 14. A.A 49 50 49,5 T 15. R.F 48 48 48 T 16. R.M 55 56 55,5 T 17. Y.A 50 50 50 T 18. Y.P 45 44 44,5 T 19. F.K 52 52 52 T

Jumlah 937 Persentase 52,63 % Cukup Baik

TB = ∑����

�� x 100%

= ��

�� x 100%

= 89,47 % ( Sangat Baik )

b. Data Hasil Belajar Siklus II

Data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan setelah

selesai pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas siklus II. Soal

yang diberikan pada tes ini sama dengan soal yang diberikan pada

54

kegiatan siklus I, yaitu berjumlah 20 butir soal pilihan ganda. Data

tersebut disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 14

Data Hasil Post-Test Siklus II

No Kode

Peserta Didik

Nilain Siklus I

Keterangan Nilain

Siklus II

Keterangan ≥ 60

T ˂ 60 TT

1 M 45 Meningkat 15 65 T 2 N.R 55 Meningkat 20 75 T 3 A.S 60 Meningkat 25 85 T 4 L.H 100 Tidak Meningkat 100 T 5 J.D 30 Meningkat 5 35 TT 6 J.M 75 Meningkat 5 80 T 7 P.M 70 Meningkat 20 90 T 8 R.F 90 Meningkat 5 95 T 9 N.I 60 Meningkat 25 85 T

10 M.N 95 Tidak Meningkat 95 T 11 S.A 80 Meningkat 20 100 T 12 A.P 60 Meningkat 20 80 T 13 M.D 90 Meningkat 10 100 T 14 A.A 35 Meningkat 40 75 T 15 R.F 75 Meningkat 20 95 T 16 R.M 80 Meningkat 20 100 T 17 Y.A 40 Meningkat 50 90 T 18 Y.P 80 Meningkat 10 90 T 19 F.K 70 Tidak Meningkat 70 T

Jumlah 1290 Baik

1605 18 1 Rata-rata 67,90 84,47

Sangat Baik Ketuntasan 73,70% 94,73%

M (Rata-rata) = 47,8419

1605

TB = %10060

xn

s

= %10019

18x

= 94,73% (Sangat Baik)

55

N – Gain Siklus II = I SiklusSkor -MaksimumSkor

I SiklusSkor -II SiklusSkor

= 90,67100

90,6747,84

=

1,32

57,16= 0,51 (Sedang)

N – Gain Total = Tindakan PraSkor -MaksimumSkor

Tindakan PraSkor -II SiklusSkor

= 46,84100

46,8447,84

= 16,53

63,37

= 0,70 (Sedang)

c. Indikator keberhasilan aktivitas belajar

Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran secara klasikal

memperoleh skor 89,47% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan

dengan indikator ketuntasan aktivitas belajar peserta didik yang

sudah ditentukan yaitu ≥ 42 dan secara klasikal mencapai skor 85%

maka aktivitas peserta didik dikatakan tuntas.

d. Indikator ketuntasan hasil belajar

Berdasarkan tabel hasil tes siklus II terlihat hasil belajar peserta

didik kelas III SDN 6 Panarung hasil tes belajar yang telah

dilakukan oleh peneliti setelah siklus II ternyata ada peningkatan

yang lebih baik dibanding siklus I yaitu dengan rata-rata adalah

67,90 dan persentase jumlah peserta didik secara klasikal yang

memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 60 yaitu sebesar

56

73,70%. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II diketahui nilai

rata-rata sebesar 84,47 dan persentase jumlah peserta didik secara

klasikal yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 60

yaitu sebesar 94,73%, dan N-Gain pada siklus II menunjukan angka

0,70 yang termasuk dalam kategori sedang, artinya terjadi

peningkatan hasil belajar yang tinggi antara siklus I dan siklus II.

Sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.

e. Data Refleksi Siklus II

Data refleksi dilakukan setelah seluruh kegiatan pembelajaran

siklus II selesai. Saat melakukan refleksi ini peneliti beserta dua

orang pengamat (observar) berdiskusi untuk membahas kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil observasi.

Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan alat peraga papan

berpaku dalam pembelajaran Matematika. Hanya saja ada hal-hal

yang ditekankan yakni pada saat penyampaian materi dilakukan

lebih santai dan tidak terbutu-buru. Kemudian saat menerapkan alat

peraga papan berpaku peserta didik lebih difokuskan lagi untuk

bertanya dan menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang telah

disampaikan.

Diskusi yang dilakukan tersebut menghasilkan saran dari

pengamat bahwa penggunaan alat peraga papan berpaku dapat

mempermudah penyampaian materi dan pemahaman peserta didik

terhadap materi. Melalui penggunaan alat peraga papan berpaku

57

diharapkan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran serta dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar

peserta didik. Keberhasilan yang diperoleh dalam siklus II adalah

sebagai berikut:

1) Aktivitas guru dan peserta didik menunjukan adanya perbaikan

dan peningkatan ini terlihat dari persentase aktivitas yang

berlangsung selama pembelajaran yang termasuk dalam kategori

sangat baik.

2) Hasil belajar dari persentese ketuntasan secara klasikal peserta

didik mencapai 94,73% dan N-Gain menunjukan angka 0,70

sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menggunakan alat peraga papan berpaku pada

pelajaran Matematika materi bangun datar dapat dikatakan

berhasil.

B. Pengujian Hipotesis Tindakan

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperoleh hasil-hasil

penelitian yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan aktivitas peserta didik

Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I dengan

persentase 52,63% yang dikategorikan cukup. Pada siklus II pengamatan

aktivitas peserta didik mengalami peningkatan nilai dengan persentase

89,47% yaitu termasuk kategori sangat baik. Sehingga dengan

58

menggunakan alat peraga papan berpaku aktivitas peserta didik

mengalami peningkatan.

2. Nilai hasil belajar peserta didik

Nilai hasil belajar peserta didik yang dimaksud yaitu peningkatan

nilai hasil belajar peserta didik kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya

pada pelajaran Matematika dengan materi bangun datar . berikut semua

nilai hasil belajar peserta didik mulai dari pretest, hasil post-test siklus I

dan hasil post-test siklus II:

a. Pra Tindakan (tes awal)

Berdasarkan hasil penelitian pra Ptindakan (tes awal) dengan

persentase 31,58% (6 orang) peserta didik mendapatkan nilai lebih

besar atau sama dengan 60. Hal ini belum menunjukkan ketuntasan

belajar klasikal yang telah di tentukan yaitu 85%, dari data di atas

tersebut menunjukkan bahwa pra tindakan (tes awal) belum tercapai.

b. Post test siklus I

Berdasarkan hasil penelitian setelah diberi perlakuan atau

setelah dilaksanakannya siklus I ada 14 orang (73,70%) peserta didik

mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 60. Hasil yang

didapat ini masih belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal

yang ditentukan yakni 85%. Dan setelah dilakukan perhitungan

dengan rumus N-Gain masih dikategorikan sedang yaitu 0,40 dari

data tersebut menunjukkan bahwa siklus I masih belum bisa

dikatakan berhasil.

59

c. Post test siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dilaksanakannya siklus II ada 18

orang (94,73%) peserta didik mendapatkan nilai lebih besar atau

sama dengan 60. Hasil ini sudah menunjukkan bahwa ketuntasan

belajar secara klasikal yang ditentukan yakni 85% sudah tercapai.

dan pada kriteria N-Gain diperoleh nilai 0,70 yang termasuk kriteria

sedang, sehingga keberhasilan proses pembelajaran Matematika

dengan menggunakan alat peraga papan berpaku pada siklus II

termasuk kriteria sedang dan berhasil.

Berdasarkan uraian dari pengujian hipotesis di atas dapat

diambil kesimpulan sementara bahwa penggunaan alat peraga papan

berpaku dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik

kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya Tahun Pelajaran

2013/2014.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada penelitian tindakan kelas ini meliputi aktivitas

peserta didik, aktivitas guru dan hasil belajar peserta didik selama

pembelajaran Matematika materi bangun datar dengan menggunakan alat

peraga papan berpaku pada peserta didik kelas III SDN-6 Panarung.

Penelitian ini diawali dengan pengambilan data sebelum dilakukan

tindakan (data pra tindakan) kemudian data yang didapat tersebut

60

dijadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan perbaikan, dalam

penelitian ini tindakan perbaikan dilakukan dengan dua siklus dan

dihasilkan data-data sebagai berikut:

a) Aktivitas Peserta Didik

Pada siklus I aktivitas peserta didik menunjukan jumlah skor 767

persentase ketercapaian 52,63%. Pada siklus II jumlah skor mencapai

937, persentase ketercapaian 89,47%. Dari data tersebut terlihat

adanya peningkatan aktivitas peserta didik selama pembelajaran

berlangsung. Untuk lebih rinci dapat diperhatikan grafik dibawah ini :

Gambar Grafik 4. Peningkatan Aktivitas Peserta Didik

Keterangan grafik :

1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru 2. Mendengarkan informasi yang di sampaikan oleh guru 3. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru tentang materi

dengan memperagakan alat peraga papan berpaku 4. Bertanya tentang materi yang sedang dipelajari 5. Mempraktekkan dengan mencoba sendiri apa yang sudah

diperagakan oleh guru dengan menggunakan alal peraga papan berpaku

6. Memanfaatkan sumber belajar yang ada

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Sokr

Rat

a-R

ata

Aktivitas Peserta Didik

AKTIVITAS PESERTA DIDIK

skor rata-rata siklus I skor rata-rata siklus II

61

7. Mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru 8. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri 9. Dapat menjawab pertanyaan peserta didik dengan tepat saat

berlangsung PBM 10. Memberikan contoh dengan benar 11. Dapat memecahkan masalah dengan tepat 12. Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau

simulasi yang diberikan oleh pendidik 13. Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain 14. Menyenangkan dalam PBM

b) Aktivitas Guru

Pada siklus I aktivitas guru menunjukan jumlah skor 34,5, rata-

rata skor 3,45. Pada siklus II jumlah skor mencapai 38, rata-rata skor

3,8. Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan aktivitas guru dari

siklus I ke siklus II. Untuk lebih rinci dapat diperhatikan diagram

dibawah ini :

Gambar Grafik 5. Peningkatan Aktivitas Guru

Keterangan grafik :

1. Menyiapkan materi dan alat yang akan didemonstrasikan 2. Melakukan tanya jawab dengan peserta didik 3. Memberikan informasi tujuan pembelajaran Matematika tentang

“Bangun Datar” 4. Memberikan informasi/menjelaskan tentang materi dengan

memperagakan alat peraga papan berpaku

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sko

r R

ata-

Rat

a

Aktivitas Guru

Aktivitas Guru

Skor Rata-Rata siklus I Skor Rata-Rata siklus II

62

5. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami

6. Meminta peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

7. Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku

8. Memberikan soal latihan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran

9. Mengamati kegiatan peserta didik saat mengerjakan tugas 10. Guru dan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi

pembelajaran

c) Hasil Belajar

Dari data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui hasil

belajar pada pretest yaitu rata-rata hasil belajar 46,84, ketuntasan

belajar 31,58% yang mempunyai arti bahwa dari 19 orang peserta

didik yang melakukan pretest hanya 6 orang peserta didik yang

tuntas. Pada siklus I diperoleh hasil rata-rata hasil belajar 67,90,

ketuntasan belajar 73,70 % yang mempunyai arti bahwa dari 19

orang peserta didik ada 14 orang peserta didik yang tuntas dan nilai

N-Gain 0,40 ini menunjukan adanya peningkatan tetapi belum

mencapai tingkat keberhasilan yang di inginkan Peneliti. Pada siklus

II diperoleh hasil rata-rata hasil belajar 84,47, ketuntasan belajar

94,73 % artinya bahwa dari 19 orang peserta didik ada 18 orang

peserta didik mencapai nilai ketuntasan dan nilai N-Gain 0,70, ada 1

peserta didik yang tidak mencapai nilai ketuntasan di karenakan

peserta didik tidak bisa membaca dengan baik, tetapi penelitian ini

telah mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan oleh

Peneliti. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut :

63

Gambar Grafik 6. Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Gambar Grafik 7. Peningkatan N-Gain

2. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki aktivitas

dan hasil belajar Matematika materi bangun datar dengan menggunakan

alat peraga papan berpaku pada peserta didik kelas III SDN-6 Panarung.

Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di kelas III SDN-6 Panarung

46.84

67.9

84.47

31.58

73.7

94.73

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

jum

lah

Hasil Belajar

rata-rata

ketuntasan belajar (%)

1 : Pretest2 : Siklus I3 : Siklus II

0

0.4

0.7

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

1 2 3

Nila

i n-gain

Tindakan

Peningkatan N-Gain

N-gain

1 : Pretest2 : Siklus I3 : Siklus II

64

bahwa hasil belajar peserta didik terutama pada materi bangun datar masih

rendah yaitu di bawah nilai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Oleh

karena itu Peneliti pada penelitian ini menerapkan alat peraga papan

berpaku untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika

peserta didik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dari Berlian Permata

Sari (2013) dalam Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Papan Berpaku pada

Kelas V SDN-2 Pahandut Palangka Raya”. Menyatakan bahwa “Hasil

belajar peserta didik yang menggunakan media papan berpaku dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika”.

Aulia Ade Putri (2013): dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga Sederhana pada

Kelas IV SDN-14 Palangka Palangka Raya”. Menyatakan bahwa “Hasil

belajar peserta yang menggunakan alat peraga sederhana dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika”. Tentang media atau alat peraga

papan berpaku dapat meningkatkan aktivitas, minat dan hasil belajar

peserta didik, maka dalam penelitian ini peneliti ingin menerapkan alat

peraga papan berpaku kepada peserta didik kelas III di SDN-6 Panarung,

dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan aktivitas dalam

proses pembelajaran Matematika baik aktivitas guru maupun peserta didik

serta peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan alat

peraga papan berpaku. Hal tersebut terjadi karena dengan menggunakan

65

alat peraga papan berpaku dalam menyelesaikan suatu bangun datar

menjadi lebih mudah dan menyenangkan sehingga mempengaruhi proses

dan hasil belajar Matematika kearah yang lebih baik dan meningkat.

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan analisis data,

maka dapat disimpulkan menggunakan alat peraga papan berpaku dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik pada kelas III SND-6

Panarung Palangka Raya. Maka Peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Peserta didik cukup aktif pada saat proses pembelajaran konsep bangun

datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik

kelas III SDN-6 Panarung Palangka Raya. Hal ini dibuktikan dari hasil

persentase peserta didik siklus I yaitu 52,63% dikategorikan sangat baik

dan pada siklus II meningkat menjadi 89,47% dikategorikan sangat baik.

2. Ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bagun datar

setelah menggunakan alat peraga papan berpaku pada peserta didik kelas

III SDN-6 Panarung Palangka Raya. Berdasarkan data dari hasil

penelitian, hasil pembelajaran awal atau sebelum diberikan tindakan,

hasil penelitian siklus I dan siklus II terdapat peningkatan yaitu hasil tes

sebelum diberikan tindakan nilai yang diperoleh peserta didik dengan

rata-rata adalah 46,84 dan persentase peserta didik mencapai 31,58%.

Sedangkan hasil penelitian siklus I nilai yang diperoleh peserta didik

dengan rata-rata adalah 67,90 dan persentase peserta didik mencapai

73,70%. Sedangkan pada siklus II nilai yang diperoleh peserta didik

66

67

dengan rata-rata adalah 84,47 dan persentase peserta didik mencapai

94,73%. Jadi, terdapat peningkatan hasil belajar dari pra tindakan (tes

awal), post test siklus I dan post test siklus II.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disampaikan beberapa

rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

wawasan akan pentingnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran

Matematika.

2. Bagi Guru, agar dapat mengupayakan dan memaksimalkan penggunaan

alat peraga, baik pembelajaran Matematika ataupun mata pelajaran

lainnya.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai

penelitian selanjutnya yang mendalam, agar lebih memahami tentang

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

68

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azwar, 2013. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Antika, Rindhy, 2011. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Bangun

Datar melalui Media Papan Berpaku dalam Pembelajaran Matematika Peserta didik Kelas III SD Negeri 1 Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Azwar, Saifuddin, 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakaarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekan Praktik. Jakarta:

PT Rineka Cipta. Aunurrahman, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Chin, Teen P, 2010. Glossary For Mathematics. Malaysia: Selangor Darul Ehsan. Dimyati, & Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta. Faisal, Sanapiah, 2007. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja

Grafindo. Harawati, 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumadia Publishing. Jennah, Rodhatul, 2009. Media Pembelajaran, Banjarmasin: Antasari Press. Kunandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Liberna, Hawa, 2013. Membangun Interaksi Edukatif yang Bernialai Normatif

melalui Pengajaran Berbasis Aktifitas. Universitas Indraprasta PGRI. Mulyasa, 2010, Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

rosdakarya. Muslich, Masnur, 2008. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dann Kontektual.

Jakarta: PT Bumi Aksara. Putri, Aulia A, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan

Menggunakan Alat Peraga Sederhana Pada Kelas IV SDN 14 Palangka Palangkaraya. Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

68

69

Ratna, Aminidya, 2013. Miningkatkan Kemampuan Mengenal Bangun Geometri Menggunakan Geoboard (Papan Berpaku) di Kelompok A1 TK IT Ulul Albab 5 Purworejo. Purworejo.

Susanto, Ahmad, 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jaakarta:

PT Kharisma Putra Utama. Sari, Berlian P, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan

Menggunakan Media Papan Berpaku pada Kelas V SDN-2 Pahandut Palangkaraya. Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengeruhinnya. Jakarta: PT

Rineka Cipta. Sudjana, Nana, 2002. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sundayana, Rostina, 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: PT

Alfabeta. Wijaya, Hadi, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan

Open-Ended pada Peserta Didik SDN-5 Pahandut Palangkaraya. Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Yudhistira, Dadang, 2013. Menulis Penelitian Tindakan Kelas yang APIK, Jakarta:

PT Grasindo.