pemaknaan amanah dalam surah al-ahzab ayat 72....

103
i PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. (Perspektif penafsiran al-Sya‘rāwī) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Aniesa Maqbullah NIM: 1111034000054 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2018 M

Upload: duongdung

Post on 04-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

i

PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72.

(Perspektif penafsiran al-Sya‘rāwī)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Aniesa Maqbullah

NIM: 1111034000054

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2018 M

Page 2: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan
Page 3: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan
Page 4: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan
Page 5: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

v

ABSTRAK

Aniesa Maqbullah

Pemaknaan amanah dalam surah al-ahzab ayat 72 (perspektif penafsiran al-

Sya‘rāwī).

Amanah adalah suatu sifat dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab.

Dalam arti yang lebih luas amanah merupakan tuntunan wajib atas perjanjian

manusia sebagai hamba kepada Tuhan. Q.S al-Ahzab/33: 72 mencerminkan

bagaiamana kesanggupan manusia sebagai hamba menerima amanah yang enggan

dipikul oleh makluk lain ciptaan-Nya. Kata amanah pada ayat ini adalah berada

dalam konteks pembicaraan tentang kesediaan manusia melaksanakan amanah

yang ditawarkan oleh Allah Swt., setelah sebelumnya tidak satu pun makhluk

yang sanggup memikulnya. Skripsi ini khusus mengangkat tema tentang makna

amanah dalam Q.S al-Ahzab/33: 72. Penulis mengambil pendapat dari ahli tafsir

terkemuka dari Mesir, ia merupakan mujaddid yang sangat berpengaruh pada abad

ke 20, yang mempunyai nama Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī dalam tafsir al-

Sya‘rāwī. Kajian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini adalah berupaya

menelusuri bagaimana penafsiran Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī terhadap

Q.S al-Ahzab/33: 72 dengan menggunakan metode tafsir maudu’i, yaitu metode

penafsiran al-Qur’an yang di lakukan dengan cara memilih topik/tema tertentu

yang hendak dicarikan penjelasannya. Hasil penelitian yang didapatkan, secara

garis besar adalah terkait sikap manusia sebagai pengemban amanah yang

diberikan oleh Allah. Menurut Sya‘rāwī amanah yang diberikan Allah kepada

makhluk-Nya adalah amanah untuk memilih antara beriman atau kafir, taat atau

maksiat. Sya‘rāwī dengan tegas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

dzalim lagi bodoh, apabila mereka mau menerima tugas namun enggan untuk

melaksanakannya. Kesanggupan yang manusia janjikan kepada Allah justru

mencontohkan bahwa walaupun manusia adalah makhluk yang kecil tetapi

mereka sanggup untuk mengemban beban amanah yang begitu besar yang

diberikan oleh Allah. Ini membuktikan bahwa manusia memanglah khalifah fil

ard. Namun begitu banyak kita jumpai hamba Allah yang enggan mencontoh

kepribadian Nabi Saw. terlebih sifat Amanahnya. Maka mereka inilah yang

disebut sebagai manusia yang dzalim lagi bodoh.

Page 6: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puja, puji, dan rasa syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT.,

atas segala nikmat dan pertolongan yang telah, sedang, dan yang akan selalu Ia

berikan kepada penulis. Dialah Tuhan tempat mengadu ketika penulis sudah

merasa lelah dan putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada-Nya penulis

meminta kekuatan agar selalu dikuatkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Atas

petunjuk dan rahmat dari-Nya penulis dapat mengolah data menjadi kata,

mengolah kata menjadi kalimat, mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

yang berisi ide, kemudian dari kumpulan paragraf menjadi bab-bab dan akhirnya

jadilah skripsi ini.

Salawat dan salam seiring kecintaan, akan senantiasa tercurah limpahkan

pada baginda Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sesungguhnya Ia dan merekalah yang sangat berjasa dalam menyampaikan pesan-

pesan Allah SWT., sampai akhirnya pesan itu sampai kepada kita semua saat ini.

Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari betul bahwa skripsi

yang berjudul “PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB

AYAT 72. (perspektif penafsiran al-Sya‘rāwī)” ini tidak akan selesai dengan

daya dan upaya penulis sendiri, melainkan ada banyak sosok kerabat, dan orang-

orang spesial dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

telah banyak membantu penulis, sehingga akhirnya tulisan ini selesai. Maka, pada

kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik. Ummi Kultsum, MA., selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qurʹan

dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum. M.Pd., selaku Sekretaris

Jurusan Ilmu Al-Qurʹan dan Tafsir, serta Civitas Akademik Fakultas

Ushuluddin.

Page 7: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

vii

4. Dosen penasihat akademik, Ibu Dra. Banun Binaningrum. M.Pd, yang

banyak memberi masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, MA., selaku pembimbing, yang dengan

ikhlas dan sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Jurusan Ilmu Al-Qurʹan

dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah mengajarkan dan

membagikan berbagai wawasan, ilmu, serta pengalaman kepada penulis

selama penulis kuliah di kampus tercinta ini.

7. Ayahku Abdul Kadir Rachman (Alm) dan Ibuku Halimah Rohmani yang

telah mendidik dan membesarkanku menjadi manusia yang berguna

untuk masyarakat.

8. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Pusat

Studi al-Qurʹan (PSQ) Ciputat yang telah memberikan fasilitas serta

rujukan-rujukan sebagai sumber referensi.

9. Teman-teman satu Jurusan Ilmu al-Qurʹan dan Tafsir yang senantiasa

menemani penulis dalam menimba ilmu pengetahuan di kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Di antara mereka adalah Ijal, Toib, Asep,

Arif, Rifai, Zizah, Ayi, Farhai, Ulil, Jamil, Iyan, Saiful, Ceceng, Subhan,

Zulfikar, Seman, Ilham, Hilman, Gandi, Bazit, Anis Umah, Dayat,

Akrom, Yasir, Yaqin, Fahmi, Ramdan dan mereka yang tidak dapat

disebutkan satu persatu di sini. Perjumpaan dengan kalian semua adalah

sesuatu yang akan selalu terkenang. Terima kasih dan semoga Tuhan

selalu menemani kita semua dalam segala hal.

10. Teman-teman dari KKN Lentera Defi, Dania, Fina, Nita, Umi, Ferdi,

Ozan, Fikar, Gilang, Hasan,Erby Dan Ijal yang telah mendukung dan

mensupport dalam melewati masa-massa sulit bersama dalam

mengerjakan tugas akhir Skripsi ini.

Page 8: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

viii

Akhirnya, penulis berharap kepada Allah SWT., Semoga karya ini dapat

menambah wawasan mengenai al-Qurʹan, ‘Ulūm al-Qurʹān, dan bermanfaat bagi

semua yang mau membacanya, terkhusus bagi penulis. Semoga tulisan ini

menjadi tulisan pertama penulis dan dicatat sebagai amal baik bagi penulis.

Jakarta, 24 Juli 2018

Hormat saya

Aniesa Maqbullah

Penulis

Page 9: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI .........................................................................xi

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... ..8

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ .8

E. Metodologi Penelitian .................................................................................. .17

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... ....19

BAB II

KONSEP AMANAH DALAM AL-QUR’AN ...................................................21

Page 10: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

x

A. Definisi Amanah ........................................................................................... 21

B. Ketentuan Pokok Amanah ............................................................................ 29

C. Manusia sebagai Pengemban Amanah ......................................................... 32

D. Konsekuensi Pemeliharaan Amanah ............................................................ 39

BAB III

GAMBARAN UMUM TAFSIR Al-Sya‘Rāwī...............................................41

A. Biografi Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī................................................ 41

B. Jejak Keilmuan dan Karya Akademik .......................................................... 43

C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī ........................................................... 49

D. Pandangan Ulama’ tentang Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī ................. 64

BAB IV

KAJIAN TAFSIR Al-Sya‘Rāwī SURAT AL-AHZAB AYAT 72................65

A. Teks dan Terjemahan Surat al-Ahzab Ayat 72 ............................................ 65

B. Tafsir Q.S Al-Ahzab Ayat 72 . ..................................................................... 65

BAB V

PENUTUP.............................................................................................................86

A. Kesimpulan ................................................................................................... 86

B. Saran ............................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

Page 11: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

No. 158 Tahun 1987-Nomor: 0543 b/u/1987.

1. Konsonan

No Arab Latin

No Arab Latin

Tidak dilambangkan ا .1

Ṭ ط .16

B ب .2

Ẓ ظ .17

T ت .3

‘ ع .18

Ṡ ث .4

G غ .19

J ج .5

F ف .20

Ḥ ح .6

Q ق .21

Kh خ .7

K ك .22

D د .8

L ل .23

Ż ذ .9

M م .24

R ر .10

N ن .25

Z ز .11

W و .26

S س .12

H ه .27

Sy ش .13

′ ء .28

Ṣ ص .14

Y ي .29

Ḍ ض .15

2. Vokal Pendek

= a ك ت ب Kataba

= i سئ ل Su′ila

= u ي ذه ب Yażhabu

3. Vokal Panjang

ا = ā ق ال Qāla

Qīla ق يل ī = ا ى

Yaqūlu يقول ū = أو

4. Diftong

Kaifa ك يف ia = أ ي

ول au = أ و Ḥaula ح

Page 12: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupannya membangun relasi dengan manusia yang

lain.1 Relasi ini tidak hanya terbatas pada hubungan individu dengan individu

yang lain, melainkan juga hubungan individu dengan dirinya senidiri yang

kemudian memberi pengaruh pada hubungan di luar dirinya. Ini merupakan

hubungan paling mendasar yang dimiliki manusia. Dalam ilmu psikologi

hubungan ini dikenal dengan hubungan interpersonal.2

Islam sebagai agama sangat memperhatikan hubungan Interpersonal.3

Ajaran Islam mengenai hubungan ini bertujuan untuk membentuk pribadi yang

Islami.4 Karena dengan sikap dan Pribadi yang baik sajalah yang akan

mengantarkan manusia pada kebahagiaan dunia dan juga akhirat.

Dalam Islam diperkenalkan tentang adanya siksaan dan ganjaran.5 Siapa

saja yang berbuat baik dalam hidupnya dengan berpegang teguh pada ajaran Allah

maka dia akan diganjar dengan surga-Nya. Sebaliknya bagi siapa saja yang

1Hubungan yang dibangun oleh manusia ini menjadi alasan ia disebut dengan mahkluk

sosial, yaitu mahluk yang membawa kodrat berhubungan secara timbal balik dengan manusia lain.

Mahluk sosial dalam al-Qurān masuk dalam konsep kata al-Nās. Lihat. Rahmat Arofah Hari

Cahyadi “Telaah Hakikat Manusia dan Relasinya Terhadap Proses Pendidikan Islam” Adabiyah,

Vol. 1 , No. 1 (September 2015): h. 29-40. 2Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif” Jurnal Psikologi, Vol. 43, No. 3, (2016): h. 194-206. 3Perhatian islam terkait hal ini dijawantahkan dalam ajaran-ajaran akhlaknya. Lihat.

Mubarak, “Urgensi Psikologi Islam Dalam Pendidikan Islam” Studia Insania, Vol. 5, No. 2

(November 2017): h. 215-228. 4Menurut Nida Nur Roisah dalam skripsinya, pribadi islami merupakan pribadi yang

menjunjung tinggi nilai-nilai agama islam, sehinga ia menerapkan konsep takwa dalam hidupnya.

menjadi pribadi islami merupakan tujuan dari Pendidikan akhlak dalam agama islam. Lihat. Nida

Nur Roisah, “Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan Akhlak Anak” Skripsi

S1 Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009, h. 34. 5Wahyudi Setiawan “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam”, AL-

MURABBI, Vol. 4, No. 2 (Januari 2018): h. 184-201.

Page 13: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

2

berbuat buruk dalam hidupnya serta mengacuhkan perintah dan larangan Allah

akan di masukan ke dalam neraka-Nya.6 Pemahaman seperti ini tentu akan

berdampak pada sikap dan perilaku umat Islam secara umum.

Dalam hal ini Rasullullah merupakan gambaran nyata mengenai pribadi

yang baik. Demikian dijelaskan dalam al-Qurān.7Tuhan ingin mengajarkan

teorinya kepada manusia melalui kitab suci al-Qurān dan praktiknya melalui

pribadi Rasulullah SAW. Maka dengan ini tentu penting memahami sikap dan

keteladanan Rasul untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga diharapkan ajaran agama dapat memberikan dampak pada sikap dan

perilaku umat, khususnya dalam membangun relasi yang baik, baik dengan

dirinya sendiri maupun dengan pihak lain.

Salah satu sifat yang dimiliki Rasulullah adalah amanah.8 Sifat ini

merupakan salah satu kunci keberhasilan Rasullullah dalam membina umat,9

mengganti peradaban Jahiliyah10

dengan peradaban Islam dan mengajarkan

pentingnya sisi kemanusiaan dalam kehidupan di bumi. Dalam Q.s. al-Maidah/67:

58, Allah SWT berfirman:

6Balasan dalam al-Qurān biasanya dibahasakan dengan kata Jazaʹa. Banyak ayat yang

menjelaskan hal ini seperti dalam Q.S. at-Taubat/9: 74, al-Zalzalah/99: 7-8, Al-Baqarah/2: 62, Al-

‘Ankabut/27: 29:58, Al-Bayyinah/98: 8, Ali Imron/3: 21. Lihat. Azis, “Reward-Punishment

Sebagai Motivasi Pendidikan: Perspektif Barat Dan Islam”, Cendekia, Vol. 14 No. 2 (Desember

2016): h. 333-349. 7Lihat. Q.s. al-Ahzāb/33: 21.

8Terdapat empat sifat utama nabi/rasul yaitu Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathanah. Lihat.

Tusriyanto, “Kepemimpinan Spiritual Menurut M. Quraish Shihab” AKADEMIKA, Vol. 19, No.

01 (Januari -Juni 2014): h. 117-134. 9Sri Herianingrum dkk, “Implementasi Nilai-nilai Amanah pada Karyawan Hotel

Darussalam Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo”, Al-Tijarah, Vol. 1, No. 1 (Juni 2015): h. 59-

71. 10

Secara bahasa kata Jahiliyyah berarti keadaan bangsa arab sebelum datangnya agama

Islam. Lihat. Munawwir Abd. Al-Fath dan Adib Bisri, Kamus al-Bisri (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1999), h. 89.

Page 14: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

3

Artinya:

Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,

berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara

kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Ayat ini merupakan legitimasi dakwah Rasulullah SAW.11

Dalam ayat ini

Allah mengamanahkan apa yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah untuk di

sampaikan kepada umat manusia. Menurut pendapat Ibn Katsir yang dimaksud

dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad adalah agama,12

yaitu

seperangkat ajaran dengan berbagai aturan untuk di taati dan di jalankan manusia

agar manusia mendapatkan kebaikan hidup baik dunia maupun akhirat.

Pada ayat ini Allah menyatakan perlindungannya kepada Rasul dalam

menjalankan tugasnya yaitu tabligh atau menyampaikan. Tugas ini merupakan

amanah yang diberikan Allah kepada Rasul dan berdosalah Rasul apabila tidak

melaksanakan amanah tersebut.13

Kata amanah sendiri sesungguhnya bukan merupakan bahasa indonesia asli,

melainkan bahasa serapan dari bahasa Arab yaitu Amanah yang diartikan dengan

“dapat dipercaya”14

. Hubungan dengan ayat ini Allah percaya bahwa Rasul

mampu melaksanakan tugasnya yaitu menyampaikan apa yang telah diturunkan

kepadanya.

11

Arifin Zain dkk., “Identifikasi Ayat-Ayat Dakwah Dalam Al-Qur`an”, AL-IDARAH, Vol.

1, No. 2 (Desember 2017): h. 167-188. 12

Ibn Katsir, “Tafsir Al-Qurān Al-Adzīm” (Beirut: Dār al-Fikr, t.t.), h. 563. 13

Di antara ulama yang sepakat dengan pendapat ini adalah Ibn Abbās. Lihat Ibn Abbās,

Tafsīr Ibn Abbās, terj. Muhyidin Mas Rida (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 265. 14

Depearteman Pendidikan Nasional, KBBI, Cet. Ke-4(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 35

Page 15: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

4

Kepercayaan Allah pada Rasul dibuktikan dengan kerja keras dan usaha

Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam, sehingga Islam berkembang pesat di

berbagai belahan dunia. Hal ini merupakan bukti keberhasilan Rasulullah SAW

dalam mengemban amanah tersebut.

Berbicara tentang amanah, dalam ayat lain Allah memerintahkan kepada

manusia agar dapat memberikan amanah kepada yang berhak menerima amanah

tersebut. Seperti dalam Q.s. al-Nisāʹ/4: 58, Allah berfirman:

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat.

Ayat ini memiliki beberapa makna ambigu, yaitu selain kata ahlihā di sana

dapat di artikan dengan “kepada yang berhak”, kata tersebut juga dapat memberi

arti bahwa amanah harus di berikan kepada yang mampu untuk mengemban

amanah tersebut. Pengertian seperti ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan

oleh Bukhari dan Muslim, sebagaiberikut:

ة ر ي ر ي ه ب أ ن ع ار س ي ن ب اء ط ع ن ع ي ل ع ن ل ب ل ه نا ث د ح ان م ي ل س ن ب ح ي ل ف نا ث د ح ان م س ن ب د م ح م نا ث د ح

ف ي ك ال ق ة اع الس ر ظ ت ان ف ة ان م ال ت ع ي ا ض ذ إ م ل س و ه ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ال ق ه ن ع الل ي ض ر

ة اع الس ر ظ ت ان ه ف ي ل ه أ ر ي ى غ ل إ ر م ل ا د ن ا ا س ذ إ ال ق الل ل و س ا ر ا ي ه ت اع ض إ

Page 16: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

5

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sinan] telah

menceritakan kepada kami [Fulaih bin Sulaiman] telah menceritakan

kepada kami [Hilal bin Ali] dari ['Atho' bin yasar] dari [Abu Hurairah]

radhilayyahu'anhu mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja

kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; 'bagaimana

maksud amanat disia-siakan? ' Nabi menjawab; "Jika urusan

diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu."15

Hadits ini merupakan salah satu pesan Rasul agar umatnya memberikan

kepercayaan kepada yang bisa dipercaya. Kemampuan yang dimiliki sesorang

menjadi penting dalam pertimbangan untuk mengemban sebuah amanah. Karena

hal ini akan berdampak pada terlaksana atau tidaknya sebuah amanah yang

diberikan. Namun apabila diperhatikan pada ayat lain yaitu dalam Q.s. al-

Ahzāb/33: 72. Allah SWT berfirman:

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi

dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat

itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat

itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat

bodoh,

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa amanah yang diembankan kepada

manusia sesunggunya amanah yang tidak sanggup diemban oleh langit bumi dan

gunug gunung. Pernyataan ini diakhiri dengan penilain Allah kepada manusia atas

kesanggupannya mengemban amanah tersebut bahwa sesungguhnya manusia

adalah makhluk yang ḍalim lagi bodoh.

15

Imam al-Bukhārī, Ṣahīh al-Bukhārī (Beirut: Dār al-Kutb al-ʹIlmiyah, 1992), Nomer hadits

6015.

Page 17: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

6

Menurut al-Ṭabari amanat pada ayat tersebut adalah semua bentuk amanat

dalam agama dan amanat manusia, karena tidak terdapat penghususan pada

amanat di sana.16

Sedangkan al-Qurṭubi lebih jauh memahami amanah ini dengan

kewajiban-kewajiban.17

Ada pula yang memahami ayat ini dengan kisah Nabi

Adam yang memberi amanat kepada anaknya Qabil untuk menjaga keluarganya.18

Untuk memahami konsep amanah yang terdapat dalam al-Qurān perlu di

lihat dari berbagai konteks yang melingkupi turunnya ayat-ayat amanah tersebut,19

selain itu pendekatan dalam memahami ayat yang digunakan juga harus

merepresentasikan berbagai pendekatan setidaknya pendekatan bi al-ra’yi dan bi

al-ma’sur. Hal ini penting untuk dilakukan agar memperoleh pemahaman yang

komprehensif terkait tema amanah.

Dalam hal ini Peneliti memilih tafsir al-Sya‘rāwī. Tafsir ini merupakan

refleksi dari pemahaman dan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh

Muḥammad Mutawalli al-Sya‘rāwī. Beliau adalah mufassir Mesir yang ada di

penghujung abad ke-20 yang yang selain kedalamannya memahami al-Qurān, ia

juga dikenal sebagai Pemikir dan pembaharu Islam. Kemampuan daya tarik yang

dimilikinya menjadikan Ia sebagai tokoh yang sangat berpengaruh di Mesir

maupun dunia Islam pada penghujung abad ke-20.

Atas dasar keahliannya dalam bidang kajian tafsir, maka penulis

memfokuskan dalam karya tulis ini, untuk meneliti pemikiran al-Sya‘rāwī dalam

16

Al-Thabarī, Jamiʹ al-Bayān an Ta’wīl Ayi al-Qur’ān, terj. Misbah (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), h. 289. 17

Al-Qurthubi, Jami’ li Ahkām al-Qur’ān, terj. Faturrahman Abdul Hamid dkk (Jakarta:

Pustaka Azaam, 2009), h. 615. 18

Penjelasan seperti ini di temukan dalam kitab tafsir Ibn Mas’ūd. Lihat. Ibn Mas’ūd, Tafsir

Ibn Mas’ūd, terj. Ali Murtadho Syahudi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 821. 19

Konteks turun ayat mengandung pesan yang sangat penting dalam pemahaman al-Qurān ,

yaitu konteks sosio-historis di mana asbab al-nuzul merupakan bagian darinya. Lihat.

Mustaqimah, “Urgensi Tafsir Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Qurān ” FARABI, Vol. 12 No. 1

(Juni 2015): h. 138-149.

Page 18: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

7

karya tafsir besarnya “Tafsir al-Sya‘rāwī.” Terkait konsep amanah. Bagi penulis,

tafsir Tafsir al-Sya’rawi memiliki karekteristik tersendiri yang merupakan refleksi

Muḥammad Mutawalli al-Sya‘rāwī dalam memahami ayat dengan berbagai sudut

pandang pendekatan, sehingga menarik untuk di ketahui bagaimana konsep

amanah dipahami olehnya. sehingga dalam karya tulis ini, penulis mengambil

judul “PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72.

(perspektif penafsiran al-Sya‘rāwī)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari beberapa penjelasan yang dipaparkan pada latar belakang di atas, ada

beberapa pokok permasalahan yang muncul diantaranya yang pertama adalah

tentang apa maksud dari “amanah” yang dijelaskan dalam al-Qurān. Konsep al-

Qurān mengenai amanah sering di jumpai pada berbagai ayat dianataranya adalah

dalam Q.s al-Nisa/4: 58, Q.s al-Maidah/5: 67, dan Q.s al-Ahzab/33: 72. Maka

dari beberapa masalah di atas, penulis hanya akan membatasi pembahasan sebagai

berikut:

1. Penulis hanya fokus pada penafsiran bukan ke ranah sosiologi.

2. Penulis hanya akan mengulas penafsiran dari Muhammad Mutawalli al-

Sya‘rāwī terkait konsep amanah.

3. Penulis hanya fokus dalam Q.S al-Ahzab/33: 72.

Berdasarkan dari pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, dapat

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan Bagaimana amanah dalam Q.S al-

Ahzab/33: 72 menurut Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī dalam tafsir al-

Sya‘rāwī?

Page 19: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konsep amanah menurut

Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī dalam Tafsir al-Sya‘rāwī.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada

setiap pembaca dalam memahami maksud ayat-ayat yang berkenaan dengan

konsep amanah yang dikemukakan oleh Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī serta

diharapkan penelitian ini dapat menjadi bagian dari bahan ajar pada mata kuliah

metode tafsir. Penelitian ini juga dapat menjadi pembanding terhadap penelitian-

penelitian berikutnya khususnya pada tema yang sama, atau lebih umum model

penafsiran Muḥammad Mutawalli al-Sya‘rāwī.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, kajian tentang amanah sudah banyak ditulis

baik dalam bentuk artikel, skripsi, tesis, maupun disertasi, namun ditulis dengan

tema serta analisis yang berbeda. Untuk itu penulis mengangkat tema amanah

dalam pandangan Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī. Akhirnya penulis

mendapatkan beberapa pustaka yang memberikan inspirasi dan mendasari

penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Sahmiar Pulungan20

dalam Disertasinya berjudul “Wawasan Tentang

Amanah Dalam Al-Qurān” banyak menjelaskan amanah kaitannya dengan

kehidupan sosial umat. Menurutnya amanah masuk dalam segala segment

20

Sahmiar Pulungan, “Wawasan Tentang Amanah Dalam Al-Qurān ” Disertasi Program

Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta 2006).

Page 20: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

9

kehidupan manusia, amanah memberikan inspirasi konsep moral variatif

argumentatif yang bermanfaat dan aktual bagi kehidupan manusia mencakup

aspek sosial, agama hukum ekonomi, politik dan budaya. Umat muslim

belum sepenuhnya mampu mengemban amanah, sehingga ini menjadi salah

satu faktor terbelakangnya umat muslim saat ini dari berbagai segi.

2. Faturrahman21

melakukan penelitian kepustakaa dengan metode tematik

terkait penafsiran ayat-ayat amanah. tujuan penelitian ini adalah menemukan

pandangan al-Qurān mengenai amanah. Dari penelitian ini, Ia

menyimpulkan bahwa orang yang amanah (al-Amīn) adalah pertama,

menghindarkan diri dari hal-hal yang bukan haknya baik yang berhubungan

dengan hak Tuhan, sesama manusia, diri sendiri maupun alam lingkungan.

Kedua, menunaikan dan melaksanakan hak-hak yang harus ditunaikan baik

terhadap Tuhan, sesama manusiadiri sendiri maupun alam lingkungan.

Ketiga, memiliki perhatian untuk menjaga apa yang telah diamanahkan

kepadanya tidak melalaikan serta meremehkannya.

3. Sri Herianingrum22

menulis jurnal tentang Implementasi Nilai-nilai Amanah

pada Karyawan Hotel Darussalam Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo,

penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Ia menjelaskan bahwa

amanah adalah sikap Rasul yang menjadi kunci sukses keberhasilan beliau

dalam menjalankan tugas besarnya menyebarkan agama Islam juga menjadi

alasan paling berpengaruh dalam pembinaan ekonomi masyarkat muslim

saat itu.

21

Faturrahman, “Konsep Dan Metode Penanaman Nilai Amanah Dalam Al-Qurān : Studi

Tematik Ayat-Ayat Amanah”, Tesis UIN Sunana Kalijaga (Yogyakarta 2011). 22

Sri Herianingrum, dkk, “Implementasi Nilai-nilai Amanah pada Karyawan Hotel

Darussalam Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo”, Al-Tijarah, Vol. 1, No. 1 (Juni 2015): h. 59-

71.

Page 21: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

10

4. Aji Maulana23

melakukan penelitian pada badan Baznas, yaitu badan

pengelola zakat. Penelitinnya bermaksud untuk mengukur penerapan nilai-

nilai amanah pada badan amil zakat tersebut. Melalui penelitian ini ia

berpendapat bahwa sikap amanah para amil zakat telah dapat di buktikan

dengan adanya laporan dan transparasi pengolahan zakat. Di samping itu

sifat faṭanah yang dimiliki para amil zakat dalam menggunakan teknologi

yang berkembang saat ini dapat dijadikan sebagai pengawasan dalam proses

pengawasan distribusi zakat. Mitra amil zakat yang dalam hal ini Baznas

mendrorong sekaligus membuktikan berkembangnya pengumpulan zakat

dan penyaluran zakat. Berkat kerja sama para ormas Islam serta para ulama

dalam hal ini badan amil zakat nasional berharap dapat melakukan

penyaluran zakat sesuai dengan keharusan atau rule dalam agama.

5. Firdaus Arfianandy Abiyoga dan Irham Zaki24

menulis dalam sebuah jurnal

tentang Implementasi Sifat Amanah Pengelola Koperasi Pondok Pesantren:

Studi Kasus Pada Pengelola Koperasi Pondok Pesantren Qomaruddin

Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk

mengukur sifat amanah dalam pengolahan koperasi pondok pesantren.

Penulis beralasan bahwa lingkungan pesantren merupakan lingkungan

agamis sehingga menarik melakukan penelitian terkait implementasi sifat

amanah. Sebagai landasan alat ukur amanah ia mengutip pendapat dari

23

Aji Maulana “Implementasi Nilai Amanah Dan Fathanah Pada Pengelolaan Zakat Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”, Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah (Jakarta, 2008). 24

Firdaus Arfianandy Abiyoga dan Irham Zaki, “Implementasi Sifat Amanah Pengelola

Koperasi Pondok Pesantren: Studi Kasus Pada Pengelola Koperasi Pondok Pesantren Qomaruddin

Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik”, JESTT, Vol. 1 No. 9 (September 2014): h. 636-646.

Page 22: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

11

samsara yang mengatakan bahwa ada 3 indikator sifat amanah yaitu: 1)

Tanggung jawab 2) tepat Janji 3) Transparan.

6. Moh. Rosyid25

memberikan rumusan mengenai amanah dalam pemilu 2014

di indonesia. Data yang digunakan adalah kepustakaan. Ia mengurai tentang

sejarah pemilu di indonesia dari tahun ke tahun. Ia meyakini bahwa

pemimpin yang amanah akan tercipta apabila didukung oleh fasilitas negara

yang dalam hal ini adalah dana pemilu. Hajat nasional yang melibatkan

rakyat dalam pemilihan umum, mulai pemilu legislatif, presiden, dan

pemimpin daerah, selama ini membutuhkan dana yang ekstrabesar.

Imbasnya, setelah menjabat, mereka akan berlomba-lomba untuk menutup

modal awal. Ini merupakan salah satu di antara banyak faktor yang

mendorong pemimpin untuk tidak bersikap amanah.

7. Martha Ineke Noviandani Dan Dina Fitrisia Septiarini26

menulis tentang

penelitiannya pada sebuah usaha rumah makan dalam jurnal dengan judul

“Nilai-nilai Amanah Sebagai Strategi Fungsional Pada Rumah Makan Wong

Solo Cabang Gresik”. Menurut keduanya Menariknya rumah makan ini

adalah rumah makan yang pernah koleps beberapa tahun, namun berkat

kerja keras dan pinjaman dana dari berbagai pihak rumah makan ini dapat

bangkit dan berkembang. Menurut keduanya, keberhasilan dalam sebuah

usaha merupakan dampak nyata dari sebuah sistem nilai yang dijaga, yang

dalam hal ini adalah sifat amanah. Penerapan amanah yang dijadikan

sebagai strategi bisnis merupakan langkah tepat di samping sifat amanah

25

Moh. Rosyid, “Mewujudkan Pemimpin Amanah Pada Pemilu 2014 Dalam Bingkai

Sejarah”, Yudisia, Vol. 5, No. 1 (Juni 2014): h. 21-45. 26

Martha Ineke Noviandani dan Dina Fitrisia Septiarini, “Nilai-nilai Amanah Sebagai

Strategi Fungsional Pada Rumah Makan Wong Solo Cabang Gresik”, Jestt, Vol. 2 No. 5 (Mei

2015): h. 400-412.

Page 23: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

12

sesuai dengan tuntunan Islam. Ia juga menilai bahwa amanah dalam

menjalankan bisnis memang tidak mudah dilakukan secara total melainkan

harus bertahap sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang dapat memberi

dampak positif.

8. Ahyani Radhiani Fitri Dan Ami Widyastuti27

meneliti tentang amanah dari

sudut pandang psikologi. Pendekatan Psikologi yang digunakan ialah

pendekatan indijinus. Menurut penjelasan keduanya pendekatan psikologi

indijinus merupakan pendekatan yang dilihat dari sudut pandang budaya

lokal, yang memungkinkan untuk melihat setiap fenomena berdasarkan

konteks terkait. Kajiannya ialah orang tua yang amanh studi kasus

masyarakat melayu. Menurutnya ada empat kategori ciri-ciri ayah dan ibu

yang amanah yaitu dalam segi 1) peran, 2) karakter, 3) integritas, dan 4)

benevoleance. Peran merupakan kemampuan yang dilakukan orang tua

untuk menunaikan amanah, karakter adalah tabiat atau sifat yang

mengarahkan pada perilaku amanah orang tua, sedangkan integritas

merupakan kesesuaian dan konsistensi antara komitmen dan perilaku orang

tua pada anak, dan benevoleance merupakan bentuk perhatian dan kasih

sayang orang tua yang dirasakan anak.

9. Menurut Sahri,28

amanah merupakan salah satu syarat menjadi orang

beriman. Karena dengan sikap amanahlah akan tercipta suatu kerukunan,

ketentraman dan keamanan baik dalam jiwa maupun kehidupan sosial.

Sedangkan keduanya merupakan tujuan dari akhlak Islam. Kesimpulan ini

27

Ahyani Radhiani Fitri dan Ami Widyastuti, “Orang Tua Yang Amanah: Tinjauan

Psikologi Indijinus”, Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 15, No. 01 (2017): h. 12-24. 28

Sahri, “Penafsiran Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Amanah Menurut M. Quraish Shihab”,

Madaniyah, Vol. 8 No. 1 (Januari 2018): h. 125-140.

Page 24: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

13

berdasarkan atas penelitian tentang penafsiran M. Quraish Shihab terkait

ayat-ayat amanah.

10. Ivan Muhammad Agung Dan Desma Husni29

melakukan penelitian

mengenai amanah dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dengan

pendekatan pertama dapat diketahui bahwa orang amanah adalah orang yang

memiliki karakter positif (dapat dipercaya, bertanggung jawab, jujur) dan

melaksanakan tugas, sedangkan pendekatan kedua menunjukkan bahwa

amanah memiliki reliabilitas yang baik dan terbentuk atas tiga faktor, yaitu

integritas, melaksanakan tugas dan kebajikan.

11. Ricca Angreini Munthe dan Ami Widyastuti30

menulis dalam sebuah jurnal

tentang Saudara Yang Amanah:Tinjauan Psikologi Indijinus. Penelitian ini

termasuk penelitian lapangan. Yang menjadi informan adalah masyarakat

melayu, menurutnya masyarakat Melayu merupakan salah satu suku di

Indonesia yang menjunjung tinggi kolektivitas budaya. Hal ini dapat terlihat

dari interaksi masyarakat Melayu, salah satunya dalam bentuk persaudaraan.

Dari penelitiannya ini ia berkesimpulan bahwa Saudara yang dianggap

amanah adalah saudara dengan karakter dipercaya, bertanggungjawab,

disiplin, bijaksana dan cerdas yang menjalankan peran sebagai anggota

keluarga yang mendidik, melindungi, menjadi tauladan, dan mengurus

saudaranya karena memiliki kebaikan hati (peduli, baik, dan kasih sayang)

terhadap saudaranya. Nilai-nilai ajaran Islam, khususnya yang mengatur

29

Ivan Muhammad Agung Dan Desma Husni, “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif”, Jurnal Psikologi, Vol. 43, No. 3 (2016): h. 194-206. 30

Ricca Angreini Munthe dan Ami Widyastuti, “Saudara Yang Amanah:Tinjauan Psikologi

Indijinus”, Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 15, No. 01 (2017): h. 25-34.

Page 25: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

14

hubungan antar sesama manusia, telah tercermin dalam pola pikir (penilai)

dan perilaku (yang dinilai) persaudaraan remaja Melayu.

12. Sedangkan Dede Fitriana Anatassia31

menulis tentang“Apakah Kamu

Teman yang Amanah? Psikologi Indijinus: Teman yang Amanah pada

Masyarakat Melayu”. Penelitian ini juga merupakan penelitian kuantitatif.

Bebrapa hal yang menjadi temuan penulis adalah bahwa teman yang amanah

ditentukan oleh tiga hal, yaitu karakter (41%), pelaksanaan tugas (39%), dan

kualitas pertemanan (20%). Hal ini menunjukkan bahwa relasi antar

individu tidak menjadi faktor utama seseorang dianggap amanah, melainakn

bagaiman konsep amanah di letakan sebagai dasar sebuah hubungan

relasional baik dengan dirinya maupun masyarakat dan lingkungannya.

Amanah menjadi karakter yang melekat dalam diri individu dan kemudian

dievaluasi ketika individu menjalankan perannya.

13. Moch Irham Khaerullah32

berbicara amanah dalam sudut pandang

penididkan Islam. Ia melakukan kajian kepustkaan untuk dapat menjelaskan

kaitan antara pesan Q.s. al-Maidah ayat 67 dengan prosfesi sebagai guru.

Kesimpulan yang ia dapat dalam penelitian ini adalah bahwa menurutnya

guru merupakan pewaris rasul yaitu sebagai tenaga pendidik. Selain guru

mesti mengatahui tugas dan keawjibannya ia juga dituntut untuk memiliki

mental yang kuat dalam menjalankan tugas dan perannya. Hal ini menjadi

31

Dede Fitriana Anatassia, “Apakah Kamu Teman yang Amanah? Psikologi Indijinus:

Teman yang Amanah pada Masyarakat Melayu”, Jurnal Psikologi, Vol. 13 No. 1, (Juni 2017): h.

41-47. 32

Moch Irham Khaerullah, “Implikasi Qs. Al-Maidah Ayat 67 tentang Tugas Dan Peran

Guru Dalam Menyampaikan Amanah”, Prosiding Pendidikan Agama Islam, Vol. 2 (Tahun 2014-

2015): h. 49-56.

Page 26: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

15

penting bagi guru untuk dimiliki agar dapat menjalankan amanahnya sebagai

guru.

14. Muhammad Jawis Samak33

juga melakukan penelitian mengenai amanah

dalam tafsir Ibn Katsir. Melalui penelitian ini ia merumuskan tiga hal terkait

amanah dalam pandangan Ibn Katsir. Pertama, ketika amanah dalam al-

Qurān dimaknai dengan kepercayaan maka biasanya objek kajiannya

mengarah kepada Nabi, Malaikat, Jin ataupun Manusia. Kedua, ketika

amanah dimaknai ketaatan dan hak-hak maka mengarah kepada manusia

secara umum. Ketiga, apabila amanah di maknai aman maka itu mengarah

ke wilayah atau tempat yang aman.

15. Capridiea Zoelisty34

melakukan penelitian terkait laporan keuangan masjid

di wilayah Universitas diponogoro menurutnya amanah merupakan sikap

yang sangat penting untuk konsep pengendalian internal khususnya dalam

penelitian ini pada proses pembuatan laporan keuangan masjid. Hal ini

terjadi karena amanah sebagai bentuk tanggung jawab kepada Allah SWT,

sehingga dengan sikap amanah dapat mengurangi tindakan kecurangan

penyelewengan dana masjid.

16. Chintya Ayu Pratiwi35

melakukan pengumpulan hadits terkait amanah dari

kitab Riyad al-Ṣaliḥin. Dari penelitian ini ia berpendapat bahwa amanah

mengandung muatan sikap yang erat dengan aktivitas manajemen keuangan

33

Muhammad Jawis Samak, “Amanah dalam al-Qurān : Kajian Tematik Tafsir al-Qurān

Al-Azim Karya Ibn Katsir”, Skripsi S1 Jurusan Ilmu al-Qurān dan Tafsir Fakultas Ushuluddin

dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta 2017). 34

Capridiea Zoelisty, “Amanah Sebagai Konsep Pengendalian Internal Pada Pelaporan

Keuangan Masjid”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro

(Semarang, 2014). 35

Chintya Ayu Pratiwi, “Hadits-Hadits Amanah Riwayat Bukhari-Muslim Dalam Kitab

Riyadhush Shalihin Dan Implementasinya Dalam Manajemen Pendidikan Islam”, Skripsi S1

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Institut Agama Islam

Negeri (Surakarta, 2017).

Page 27: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

16

dalam pendidikan Islam yakni adil, jujur, disiplin, dan bertanggung

jawab/akuntabel. Substansi amanah dalam manajemen berarti menerapkan

fungsi dan juga prinsip-prinsipnya. Dua prinsip manajemen yang definisinya

paling dekat dengan amanah adalah transparansi dan akuntabilitas, keduanya

disebut dengan istilah partisipatif. Dua prinsip lain yaitu efektivitas dan

efisiensi adalah prinsip yang amat penting bagi penggunaan sumber daya

pendidikan.

Bedasarkan tinjauan terhadap literatur yang telah dipaparkan di atas maka tampak

bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada dalam beberapa

aspek, sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya berfokus kepada penafsiran pada Q.S Al Ahzab/33:

72.

2. Penelitian ini akan mengangkat makna amanah yang diberikan Allah dan

diterima oleh manusia.

3. Penelitian ini akan mengangkat satu tafsir yaitu tafsir al-Sya‘rāwī dan akan

memaparkan makna amanah yang diberikan Allah dan diterima oleh

manusia menurut penafsiran al-Sya‘rāwī.

Page 28: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

17

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Kepustakaan (Library Reseach)

yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan

terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan yang ada

sehingga diperoleh data yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah

yang dipecahkan.36

2. Data Penelitian

Dalam tulisan ini, ada dua jenis data penelitian, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung berkaitan dan

menjadi rujukan utama dalam penulisan skripsi ini, yaitu kitab tafsir al-

Sya‘rāwī karya Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī. Sedangkan data

sekundernya adalah sumber-sumber lain yang berkaitan dengan karya tulis

ini, yang menjadi data pendukung serta relevan dengan judul skripsi yang

penulis ambil.

3. Metode Penafsiran

Metode Penafsiran yang penulis gunakan adalah metode Tafsir

Mauḍu’i, yaitu metode penafsiran al-Qurān yang dilakukan dengan cara

memilih topik/tema tertentu yang hendak dicarikan penjelasannya dalam

al-Qurān, yang sesuai dengan topik tersebut. Dal hal ini tema yang penulis

ambil adalah tentang amanah. Untuk itu langkah-langkah yang penulis

36

M. Nazir. Metode Penelitian (Jakrta : Pt. Ghalia Indonesia, 2003)h.27.

Page 29: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

18

lakukan adalah menghimpun beberapa ayat al-Qurān yang tersebar di

berbagai surat sesuai dengan tema/pokok bahasan. Kemudian disusunlah

berbagai ayat tersebut yang saling berkaitan agar satu sama lain bersifat

menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan akhir berdasarkan pemahaman

mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu.

Sedang corak Tafsir yang penulis terapkan dalam skripsi ini adalah

corak Tafsir Adabi Ijtima’i, yaitu tafsir yang fokus bahasannya adalah

mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qurān secara teliti, selanjutnya

menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh al-Qurān tersebut dengan

gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian berusaha menghubungkan

nas-nas al-Qurān yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem

budaya yang ada.37

Dalam arti lain corak Adabi ijtima’i ini berusaha

menggali makna-makna dan rahasia al-Qurān dengan menafsirkan al-

Qurān sesuai kondisi zaman.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendokumentasikan dalam

bentuk catatan-catatan dari sumber data diatas untuk kemudian disusun

terkait pembahasan pembahasan terkait tema yang dimaksud.

5. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul proses selanjutnya adalah melakukan

pembahsan atau analisis data. Dalam hal ini penulis menggunakan dua

37

Abdul Syukur,” Mengenal Corak Tafsir al-Qurān ” Jurnal El- furqonia Vol. 01, No.1

(Agustus: 2015), h. 99

Page 30: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

19

metode. Pertama, deskriptif yaitu menguraikan data berupa ayat-ayat al-

Qurān yang berbicara tentang Amanah dan mengumpulkan berbagai

penafsiran terkait ayat tersebut. Tafsir yang digunakan adalah tafsir al-

Sya’rawi karya Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī. Kedua, Analisis yaitu

tahapan yang dilakukan dengan menjelaskan alasan pemaknaan dan

penafsiran Amanah dalam al-Qurān menurut Muḥammad Mutawalli al-

Sya‘rāwī, menemukan kecendrungan Muḥammad Mutawalli al-Sya‘rāwī

dalam aspek keilmuan tertentu yang sekiranya memberi pengaruh besar

terhadap pendapatnya tentang Amanah.

6. Teknik Penulisan

Metode penulisan skripsi ini mengacu pada Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Teesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Cebter

for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan singkat tentang

penulisan ini, penulis membagi dalam lima bab, yang mana masing masing bab

berisi persoalan persoalan tertentu dengan tetap berkaitan antar bab yang satu

dengan bab lainnya, adapun sistematikanya tersusun sebagai berikut.

BAB pertama, berisi pendahuluan yang merupakan gambaran umum terkait

karya tulis ini yang didalamnya terdiri dari sub bab yaitu latar belakang masalah,

Page 31: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

20

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka dan metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB kedua, membahas tentang berbagai hal yang merupakan landasan

teori dari penelitian ini. Dalam bab ini penulis mengemukakan gambaran umum

tentang definisi amanah, Kriteria amanah, Syarat pemberi dan Pemenerima

Amanah serta konsekuensi penerima amanah.

BAB ketiga, berisi uraian tentang biografi Muhammad Mutawalli al-

Sya‘rāwī dan penjelasan mengenai gambaran serta karakteristik tafsir al-Sya‘rāwī.

BAB keempat, dalam bab ini penulis akan menganalisa tentang bagaimana

penafsiran surat al-Ahzab ayat 72 dalam tafsir al-Sya‘rāwī. Dalam hal ini meliputi

asbab nuzul serta kolerasinya dengan ayat yang turun sebelum dan sesudahnya.

BAB kelima, bab ini merupakan penutup dari skripsi ini, yang meliputi

kesimpulan dan saran, kesimpulan dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari

pembahasan yang dikaji dalam skripsi. Sedang saran merupakan tindak lanjut dari

hasil penulisan skripsi ini.

Page 32: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

21

BAB II

KONSEP AMANAH DALAM AL-QUR’AN

A. DEFINISI AMANAH

Amanah secara etimologis (Pendekatan kebahasaan/lughawi) berasal dari

bahasa arab dalam bentuk maṣdar dari amānatan yang berarti jujur atau dapat

dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, atau

perintah. Menurut kamus Al-Munawir pengertian amānatan itu adalah segala

yang diperintahkan Allah Swt., kepada hamba-Nya.1 Dalam kamus bahasa

Indonesia, kata yang menunjukan makna kepercayaan menggunakan dua kata

yaitu amanah atau amanat. Amanah di sini merupakan salah satu bahasa Indonesia

yang telah disadur dari bahasa Arab.2

Sedangkan secara istilah, amanah berarti segala sesuatu yang dipercayakan

kepada manusia, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak

Allah Swt.,3 Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang

untuk ditunaikan kepada yang berhak. Orang yang amanah adalah orang yang

dapat menjalankan tugas yang diberikan. Dalam perspektif Islam (Al-Qurān dan

hadis), amanah dapat dilihat dari berbagai dimensi. Di dalam al-Qurān terdapat

1Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997), h. 41 2Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 48 3https://almanhaj.or.id/2711-siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html

Page 33: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

22

lima kata amanah4. Pertama, dalam Q.S Al Ahzab/33: 72, yaitu amanah sebagai

tugas atau kewajiban;

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi

dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu

dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu

oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat ẓalim dan amat bodoh.”

Penggunaan kata amanah pada ayat ini adalah berada dalam konteks

pembicaraan tentang kesediaan manusia melaksanakan amanah yang ditawarkan

oleh Allah Swt., setelah sebelumnya tidak satu pun makhluk yang sanggup

memikulnya.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata al-āmanah

atau ketaatan atau kepatuhan yang الطاعة di dalam ayat ini adalah (االمانة)

ditawarkan Allah Swt., kepada langit, bumi, gununggunung sebelum ditawarkan

pada bapak manusia, Adam as. Langit dengan segala hormatnya menolak tawaran

itu karena sangat beratnya. Akan tetapi manusia siap menerima dan memelihara

amanah itu dengan sebaikbaiknya. Fakhrur al-Razi di dalam Tafsir Al-Kabir

4Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni “Pengukuran Konsep Amanah dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif” Jurnal Psikologi Volume 43, Nomor 3, 2016: h. 195

Page 34: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

23

mengemukakan bahwa kata al-āmanah (االمانة) disini bermakna al-taklif التكلیف

yaitu pembebanan karena orang yang tidak sanggup memenuhinya berarti

membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan

memperoleh kemuliaan. Didalam kaitan itu, Abdullah Yusuf Ali menyatakan

bahwa kata-kata langit, bumi, dan gunung-gunung pada ayat tersebut mengandung

makna simbolik. Maksudnya, untuk membayangkan bahwa amanah itu

sedemikian berat, sehingga benda-benda yang sedemikian berat seperti langit,

bumi, dan gunung-gunung yang cukup kuat serta teguh sekalipun, tidak sanggup

menanggung dan memikulnya.5

Kedua, Q.S Al Baqorah/2: 283, yaitu amanah sebagai hutang atau janji

yang harus ditunaikan;

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika

5Manaratul Hidayat, “Konsep Amanah Perspektif Al-Qur’an (Studi Analisis Tafsir Al-

Mishbah M. Quraish Shihab) “ (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab, Institut

Agama Islam Negeri (Iain) “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, 2015), h. 43-44

Page 35: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

24

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Swt., Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa

hatinya; dan Allah Swt., Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Al-Qurān menggunakan kata amanah (أمانة) bentuk mufrad antara lain di

dalam konteks pembicaraan tentang perdagangan berupa jaminan yang harus

dipegang oleh orang yang amanah (jujur). Menurut Al-Maraghi bahwa apabila

kalian saling mempercayai karena kebaikan dugaan bahwa masing-masing

dimungkinkan tidak akan berkhianat atau mengingkari hak-hak yang sebenarnya

maka pemilik uang boleh memberikan utang kepadanya. Setelah itu, orang yang

berutang hendaklah bisa menjaga kepercayaan ini dan takutlah kepada Allah Swt.,

serta jangan sekali-kali mengkhianati amanah yang diterimanya. Utang dikatakan

sebagai amanah karena orang yang memberi utang percaya padanya tanpa

megambil sesuatupun sebagai jaminan. Jadi, kata amanah disini menurut Al-

Maraghi mengacu pada pengertian khusus di dalam bidang muamalah, yakni

kewajiban seseorang berlaku jujur di dalam membayar utangnya.

Ketiga, Q.S An-Nisa’/4:58, yaitu amanah sebagai tugas yang harus

disampaikan pada yang berhak;

Page 36: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

25

“Sesungguhnya Allah Swt., menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah Swt., memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah Swt., adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat.”

Kata al-amanat (االمانات) bentuk jamak-digunakan oleh al-Qurān antara lain

dalam konteks pembicaraan tentang perintah Allah Swt., agar manusia

menunaikan amanah kepada pemiliknya. Rasyid Ridho menegaskan bahwa al-

amanat (االمانات) disini digunakan sebagai ism maf’ul ( المفعول اسم ) yakni kata sifat

selaku objek dengan pengertian ‘segala sesuatu yang dipercayakan kepada orang

lain dengan rasa aman’. Menurut al-Ṭabari bahwa ayat ini di tujukan kepada para

pemimpin (penguasa) agar mereka menunaikan hak-hak umat Islam, seperti

penyelesaian perkara rakyat yang diserahkan kepada mereka untuk di tangani

dengan baik dan adil. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa al-amānāt (االمانات)

dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu diantaranya adalah

perlakuan adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok,

Page 37: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

26

golongan, atau kaum muslim saja, melainkan mencakup semua manusia, bahkan

seluruh makhluk. Oleh karena itu, berdampingan dengan amanah yang

dibebankan kepada para penguasa maka ditekankan kewajiban rakyat taat kepada

mereka. Sementara itu, Thanthawi Jauhari ketika menafsirkan ayat diatas,

merumuskan cangkupan makna kata al-amānāt (االمانات) yang cukup luas, yaitu

segala yang dipercayakan orang berupa perkataan, perbuatan, harta, dan

pengetahuan; atau segala nikmat yang ada pada manusia yang berguna bagi

dirinya dan orang lain. Ṭanṭawī merumuskan lebih abstrak lagi karena tidak saja

berdasarkan pertanggungjawaban, tetapi juga kegunaan yang terkandung di dalam

amanah itu.6

Keempat, Q.S Al-Anfal/8: 27, yaitu tentang menjaga amanah;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah

Swt., dan Rasul (Muhammad)s dan (juga) janganlah kamu mengkhianati

amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Pada ayat ini, ditemukan pula penggunaan kata amānātikum ( اماناتكم ) yang

disandarkan pada manusia yang beriman. Menurut al-Syaukanī, ayat ini melarang

orang-orang beriman mengkhianati Allah Swt., dan Rasul-Nya dan mengkhianati

amanah sesama manusia. Dengan begitu, ada dua jenis amanah. Pertama, amanah

6 Hidayat, “Konsep Amanah Perspektif Al-Qur’an, h. 44

Page 38: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

27

Tuhan dan Rasul-Nya berupa aturan-aturan dan ajaran agama yang harus

dilaksanakan. Kedua, amanah manusia berupa sesuatu, materil atau non-materil

yang dipercayakan seseorang kepada orang lain dengan maksud tertentu sesuai

dengan ajaran agama.

Kelima, Q.S Al Ma’arij/70: 32, yaitu anjuran memelihara amanah;

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan

janjinya.”

Ayat ini tergolong dalam konteks pembicaraan tentang salah satu cara

yang bisa membebaskan manusia dari rasa keluh kesah dan kikir ialah dengan

memelihara amanah. Jadi, amanah yang dikehendaki di sini adalah pemenuhan

hak-hak manusia, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun kepada Allah

Swt.,, dan bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diterimanya untuk

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Sementara dalam hadis, amanah dapat ditemui di beberapa hadis tentang

amanah, misalkan, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian

akan dimintai pertanggungjawaban dari yang dipimpinnya…” (H.R. Muslim).

“Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain (sambil) menoleh ke

Page 39: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

28

kiri dan ke kanan (karena yang dibicarakan itu rahasia, maka itulah amanah (yang

harus dijaga).” (HR. Abu Dawud).7

Definisi amanah sangat luas cakupannya. Amanah meliputi segala yang

berkaitan hubungan interpersonal antar manusia dan hubungan dengan Sang

Penguasa Alam, yaitu Allah Swt. Menurut Ibnu Katsir amanah adalah semua

tugas atau pembebanan agama yang meliputi perkara dunia dan akhirat yang

ditujukan kepada manusia.8

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa amanah meliputi tiga dimensi.

Pertama, berkaitan dengan hubungan dengan Allah Swt., dalam hal ini amanah

dilihat lebih luas dan dalam. Amanah diartikan sebagai kewajiban hamba kepada

Allah Swt.,yang harus dilakukan manusia. Kedua, terkait dimensi antar manusia,

dalam hal ini amanah dilihat sebagai karakter terpuji dan tugas yang harus

dilaksanakan. Ketiga, terkait dengan diri sendiri. Pada dimensi ini amanah dilihat

sebagai sesuatu yang harus dikerjakan untuk kebaikan dirinya.

Ketiga dimensi tersebut saling terkait satu sama lain, artinya ketika hanya

satu dimensi yang dijalankan, maka amanahnya belum sempurna. Misalkan,

ketika individu menunaikan amanahnya kepada Allah Swt., seperti menjalankan

salat, tetapi dalam hubungan interpersonal tidak berperilaku amanah, maka dalam

perspektif Islam individu tersebut belum dikatakan amanah.9

7Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni,“Pengukuran Konsep Amanah dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif” Jurnal Psikologi Volume 43, Nomor 3, 2016: h. 195 8Agung dan Husni, “Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif” h. 195 9Agung dan Husni, “Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif” h. 195

Page 40: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

29

Beberapa ulama’ lain mempunyai pandangan yang beragam mengenai

makna amanah diantaranya adalah pandangan dari al-Imam Ibn al-Atsir

rahimahullah, ia berkata amanah bisa bermakna ketaatan, ibadah, titipan,

kepercayaan, dan jaminan keamanan. Begitu juga al-Ḥafiẓ Ibn Katsir

rahimahullah membawakan beberapa perkataan dari sahabat dan tabi’in tentang

makna amanah ini. Ketika menafsirkan surat al-Ahzab ayat 72, al-Ḥafiẓ Ibn

Katsir membawakan beberapa perkataan sahabat dan tabi’in tentang makna

amanah dengan menyatakan, makna amanah adalah ketaatan, kewajiban-

kewajiban, (perintah-perintah) agama, dan batasan-batasan hukum.10

Selanjutnya, Syaikh al-Mubarakfuri rahimahullah berkata: “āmanah

adalah segala sesuatu yang mewajibkan engkau untuk menunaikannya”. Adapun

menurut Syaikh Maṣur bin Hasan Alu Salman, amanah adalah kepercayaan orang

berupa barang-barang titipan, dan perintah Allah Swt., berupa salat, puasa, zakat

dan semisalnya, menjaga kemaluan dari hal-hal haram, dan menjaga seluruh

anggota tubuh dari segala perbuatan dosa.11

Sedangkan Syaikh Salim bin ‘Id al-Hilali hafizhahullah menjelaskan,

amanah adalah sebuah perintah menyeluruh dan mencakup segala hal berkaitan

dengan perkara-perkara yang dengannya seseorang terbebani untuk

menunaikannya, atau ia dipercaya dengannya. Sehingga amanah ini mencakup

seluruh hak-hak Allah Swt., atas seseorang, seperti perintah-perintah-Nya yang

wajib. Juga meliputi hak-hak orang lain, seperti barang-barang titipan (yang harus

ditunaikan dan disampaikan kepada si pemiliknya). Sehingga, sudah semestinya

10

https://almanhaj.or.id/2711-siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html 11

https://almanhaj.or.id/2711-siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html

Page 41: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

30

seseorang yang dibebani amanah, ia menunaikannya dengan sebaik-baiknya

dengan menyampaikan kepada pemiliknya. Ia tidak boleh menyembunyikan,

mengingkari, atau bahkan menggunakannya tanpa izin yang syar’i.12

Syaikh Husain bin ‘Abd al-Aziz Ālu al-Syaikh juga menjelaskan, para

ulama telah berkata, hal-hal yang termasuk amanah sangatlah banyak. Kaidah dan

dasar hukumnya adalah segala sesuatu yang seseorang terbebani dengannya, dan

hak-hak yang telah diperintahkan Allah Swt., agar ia memelihara dan

menunaikannya, baik berkaitan dengan agama, jiwa manusia, akal, harta, dan

kehormatan harga diri.13

Jelaslah kirannya makna “amanah” secara umum adalah kepercayaan yang

diberikan oleh Allah Swt., kepada makhluknnya. Bahwasannya kita sebagai

hambannya yang ḍoif tentunnya terdapat khilaf dan lupa. Meskipun demikian,

Manusia diberikan beban oleh Allah Swt.,yang sangat luar biasa. Setiap orang

berkewajiban melakukan amanah atau kejujuran dalam setiap hal yang

dihadapinnya, akan tetapi banyak diantarannya yang tidak sanggup memikulnnya,

karena tidak mempunyai kejujuran dan ilmu pengetahuan.14

B. KETENTUAN POKOK AMANAH

Amanah memiliki peran penting dalam relasi interpersonal individu. Sikap

dan perilaku amanah mampu membentuk hubungan positif antar individu dan

12

Bahjatun Nazhirin, “Syarhu Riyadh ash Shalihin” (1/288). 13

Dari khuthbah Jum’at yang beliau sampaikan di Masjid Nabawi, al Madinah an

Nabawiyah, KSA, pada tanggal 13 Rabi’ul Awwal 1426 H, yang bertema ‘Izhamu Qadril Amanah

(Agungnya Kedudukan Amanah). Diakses pada 13 Juli 2018 dari https://almanhaj.or.id/2711-

siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html 14

Fachrudin HS., Ensiklopedia Al-Qur`an (Jakarta: PT. Melton Putra, 1992 ), h. 105

Page 42: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

31

kelompok. Menurut Hamka, amanah merupakan pondasi dasar dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Amanah merupakan perekat sosial dalam

membangun solidaritas di masyarakat yang bertujuan membentuk kerja sama

antar individu.15

Amanah merupakan salah satu karakteristik sifat Nabi Muhammad Saw.,

yang diartikan orang yang dapat dipercaya. Demikian juga yang terjadi di

Indonesia, istilah amanah dilekatkan pada orang yang dapat dipercaya.

C. MANUSIA SEBAGAI PENGEMBAN AMANAH

Manusia diciptakan oleh Allah Swt., sebagai khalifah di muka bumi ini,

sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah Swt., memerintahkan

manusia untuk menjaga bumi ini dan tidak membuat kerusakan di dalamnya. Ini

merupakan sebuah amanah yang diberikan oleh Allah Swt., kepada manusia yang

harus ditunaikan, sebagai konsekuensi atas apa yang diterimanya. Allah Swt.,

mengembankan amanah ini kepada bumi, langit dan gunung-gunung, akan tetapi

mereka enggan untuk menerimanya dikarenakan mereka takut tidak bisa

menunaikan amanah tersebut. Kemudian amanah itu diberikan kepada manusia

dan manusia mau menerimanya. Maka, dibebankanlah amanah itu kepada

manusia, dan manusia ditunjuk oleh Allah Swt., sebagai pengemban amanah,

sebagaimana Allah Swt., sebutkan dalam Q.S al-Ahzab/33: 72.

Dalam tafsir al-Misbah disebutkan bahwa Ulama berbeda pendapat dalam

menjelaskan amanah di sini, sebagaimana M. Quraish Shihab kemukakan dalam

15

Agung dan Husni, “Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif” h. 195

Page 43: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

32

penafsirannya, beliau mengungkapkan bahwa dalam mengartikan kata amanah ini

ada yang mempersempit maksudnya sehingga menentukkan bahwa amanah

tersebut merupakan kewajiban keagamaan tertentu seperti rukun Islam, puasa dan

mandi janabah. Ada pula sebagian ulama yang memperluas maksudnya yaitu

segala sesuatu yang mencakup beban keagamaan. Dan juga ada yang

menyebutkan bahwa amanah itu adalah akal. Selain itu, Shihab menyebutkan pula

pendapat bahwa amanah pada ayat ini segala sesuatu yang diserahkan kepada

seseorang untuk dipelihara dan ditunaikan sebaik mungkin serta menghindari

segala bentuk penyia-nyiaannya, baik karena sengaja maupun karena lalai atau

lupa.16

Untuk itu, maka amanah merupakan tugas yang wajib untuk ditunaikan,

karena merupakan perintah Allah Swt., dan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw.,

menyebutkan bahwa “tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak terdapat

amanah pada dirinya”. Dalam hal ini, siapa yang dipercaya untuk mengemban

amanah, maka ia harus menunaikannya sekalipun berat untuk dilaksanakan. Di

dalam al-Qurān, Allah Swt., memerintahkan agar setiap amanah yang diberikan

dari siapa pun harus dilaksanakan, yaitu pada Q.S an-Nisa/4: 58:

16

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Vol. X

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 549-550.

Page 44: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

33

“Sesungguhnya Allah Swt., menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah Swt., memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah Swt., adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat.”

Menurut Ibn Mardawih yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas, ayat ini turun

ketika Rasulullah Saw., meminta kunci Ka’bah kepada Utsman bin Ṭalhah

setelah Makkah ditaklukkan. Kemudian Abbas meminta kunci tersebut dengan

tujuan agar ia dapat mendapatkan rangkap tugas sebagai pemegang kunci Ka’bah

dan pemberi minum. Akan tetapi Utsman enggan untuk memberikan kunci

tersebut, seraya berkata bahwa kunci itu amanah dari Allah Swt. Kemudian

Rasulullah meminta kunci tersebut dan membuka pintu Ka’bah dan masuk ke

dalamnya. Setelah beliau thawaf malaikat Jibril datang menyampaikan pesan dari

Allah Swt., agar kunci itu dikembalikan kepada Utsman. Kemudian Rasulullah

Saw., menyerahkan kunci itu kepada Utsman.17

Dari asbabun nuzul ayat ini, menggambarkan dengan jelas bahwa amanah

itu harus ditunaikan. Bahkan Rasulullah Saw., diperintahkan untuk

mengembalikan kunci Ka’bah kepada Utsman, karena Utsmanlah yang

mendapatkan amanah memegang kunci Ka’bah tersebut. Apabila amanah-amanah

itu disia-siakan, maka sudah tentulah kehancuran yang akan ditimbulkan, karena

17

Al-Sayyid Ahmad Al-Hasyimiy, Mukhtar Al-Hadits An-Nabawiyyah wa Al-Hukum Al-

Muhammadiyyah (Surabaya: Imaratullah, t.t.), h. 14.

Page 45: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

34

penyia-nyiaan amanah itu merupakan salah satu tanda hari kiamat. Sebagaimana

Rasulullah Swt., bersabda, yang artinya sebagai berikut:

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan berkata, telah

menceritakan kepada kami Fulaih. Dan telah diriwayatkan pula hadits

serupa dari jalan lain, yaitu Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al

Mundzir berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fulaih

berkata, telah menceritakan kepadaku bapakku berkata, telah

menceritakan kepadaku Hilal bin Ali dari Atho' bin Yasar dari Abu

Hurairah berkata: Ketika Nabi shallAllah Swt.,u 'alaihi wasallam berada

dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah

seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?"

Namun Nabi shallAllah Swt.,u 'alaihi wasallam tetap melanjutkan

pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; "beliau

mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang

dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang mengatakan; "bahwa

beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi shallAllahu

'alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: "Mana

orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "saya

wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallAllahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang

itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi shallAllahu 'alaihi

wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka

akan tunggulah terjadinya kiamat”. (HR. Bukhari, No. 57)

Page 46: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

35

Menurut hadits ini, menyerahkan satu perkara kepada orang yang bukan

ahlinya merupakan salah satu bentuk penyia-nyiaan amanah. Dan akibat dari

penyia-nyiaan tersebut datanglah kehancuran (kiamat). Dalam hadits lain

Rasulullah Swt., memerintahkan untuk menunaikan amanah dan melarang berlaku

khianat sekalipun kepada orang yang telah berkhianat kepada kita. Rasulullah

Swt., bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin

Sa'id dan lafazh tersebut milik Yahya, keduanya berkata, telah

menceritakan kepada kami Ismail bin Ja'far dia berkata, telah

mengabarkan kepada kami Abu Suhail Nafi' bin Malik bin Abu Amir dari

bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallAllah Swt.,u 'alaihi

wasallam bersabda: "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila dia

berbicara niscaya dia berbohong, apabila dia berjanji niscaya mengingkari,

dan apabila dia dipercaya niscaya dia berkhianat.” (HR. Muslim, Kitab

Iman, Bab Penjelasan tentang Sifat Munafik, No. 89)

Dalam hal khianat, penulis mengambil pendapat dari ahli tafsir terkemuka

yaitu M. Quraish Shihab, dalam tafsirnya disebutkan bahwasanya siapa yang

dititipi amanah, itu berarti yang menitipkannya percaya kepadanya dan merasa

aman bahwa sesuatu yang dititipkan itu akan dipelihara olehnya sehingga bila tiba

saatnya diminta kembali oleh yang menyerahkan ia akan mendapati titipannya

tidak kurang, tidak rusak, tetap sebagaimana ketika diserahkan sebagai hasil

Page 47: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

36

pemeliharaan pasif, bahkan lebih baik dan berkembang sebagai hasil

pemeliharaan aktif. Lebih lanjut Shihab mengatakan bahwa, agama pun

merupakan amanah dari Allah Swt., bumi dan segala isinya juga merupakan

amanah dari Allah Swt., kepada manusia. Menjaga amanah dari Allah Swt., ini

bisa ditunaikan dengan tetap menjaga sebagaimana mestinya tanpa adanya

kekurangan sedikitpun, dan bahkan akan lebih baik jika bisa berkembang. Apabila

amanah dari Allah Swt., ini tidak ditunaikan, itu merupakan sikap khianat

terhadap Allah Swt. Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia

adalah amanah Allah Swt. Agama adalah amanah Allah Swt., bumi dan segala

isinya adalah amanah-Nya, keluarga dan anak-anak adalah amanah-Nya, bahkan

jiwa dan raga masing-masing manusia bersama potensi yang melekat pada dirinya

adalah amanah Allah Swt. Semua harus dipelihara dan dikembangkan.18

Allah Swt., memberikan amanah kepada makhluk pilihannya, yaitu

manusia. Karena manusia adalah makhluk Allah Swt., yang paling sempurna

untuk menerima amanah dari-Nya. Selaku hamba Allah Swt., manusia

mempunyai tugas beribadah hanya kepada-Nya. Allah Swt., berfirman dalam Q.S

adz-Dzariyat/51: 56, sebagai berikut:

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.”

18

Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 509-510

Page 48: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

37

Perbuatan baik yang terwujud dalam fungsi manusia selaku khalifah fil ard

yang tentunya dibarengi dengan amanah akan berarti di sisi Allah Swt., bila

dilakukan dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Maksudnya ialah bahwa setiap

perbuatan yang nampaknya dilakukan dalam urusan dunia (seperti: berdagang,

bertani, menjadi pegawai), namun bertujuan untuk mensejahterakan dan

memakmurkan manusia, serta dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah Swt.,

maka amanah yang di berikan oleh Allah Swt., kepada manusia, yaitu perintah

ibadah dan tugas khalifah telah dilaksanakan. Ganjaran baik di dunia maupun di

akhirat ia memperoleh berlipat ganda.19

Allah Swt., memberikan amanah kepada seluruh hambanya agar amanah

tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknnya. Amanah juga termasuk ibadah yang

harus di lakukan oleh manusia secara syar`i. Dengan demikian amanah tidak

hanya menyangkut urusan materi akan tetapi ada juga hal-hal yang bersifat fisik.

Menunaikan hak Allah Swt., adalah amanah, berbuat baik sesama manusia adalah

amanah, keluarga adalah amanah, anak dan istri adalah amanah, jadi segala

macam urusan manusia adalah amanah oleh karena itu hidup kita ini dipenuhi

dengan amanah.20

Dari paparan di atas jelaslah bahwasanya tanggung jawab manusia baik

sebagai hamba Allah Swt., dan makhluk sosial serta sebagai khalifah fil ard

sangat berat dan harus dipertanggung jawabkan namun demikian Allah Swt.,

memberikan amanah tersebut kepada manusia dikarenakan adanya potensi

19

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Pendidikan Islam, h.

12-13 20

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Pendidikan Islam, p. 14

Page 49: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

38

manusia untuk melaksanakan mandat tersebut. Sebagai hamba Allah Swt.,

manusia sudah dibekali potensi tauhid di dalam dirinya semenjak ia dalam Rahim

manusia dibekali ilmu pengetahuan agar dapat mengekspolarasi sumber daya alam

untuk kesejahteraan umat, bukan mengeksploitasinya. Peran dan tanggung jawab

manusia tersebut dilihat bagaimana upaya dalam memanfaatkan umur (nikmat)

untuk senantiasa berbuat kebajikan, baik hubungan secara vertikal maupun sosial

horizontal.21

Karakteristik atau sifat kenapa seseorang pantas dipercaya atau disebut

dengan keterpecayaan (trusworthiness), dapat dikaitkan dengan kepercayaan.

Beberapa penelitian menunjukkan karakteristik personal yang meliputi sifat dan

perilaku menjadi dasar kenapa orang dipercaya. Menurut Mayer, dkk., (1995)

karakteristik personal meliputi tiga hal, yaitu kemampuan, kebajikan, dan

integritas. Demikian juga studi meta analisis Colcuittt dkk., (2007) menunjukan

bahwa orang dipercaya berdasarkan pada tiga hal, yaitu kemampuan, kebajikan,

dan integritas.22

D. KONSEKUENSI PEMELIHARAAN AMANAH

Amanah sebagai sifat wajib rasul merupakan konsekuensi bagi kerasulan

seseorang. Sebab kalau seorang rasul tidak dapat di percaya, maka ajaran syariat

21

Khairullah, ”Peran dan Tanggung Jawab Manusia dalam Al-Qur`an” dalam Jurnal Al-

Fath, Vol. V. no.01 (Januari-Juni, 2011), h. 94 22

Agung dan Husni, “Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif”, h. 195

Page 50: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

39

yang mereka bawa tentu dapat dipertanyakan kebenarannya. Dan itu tidak logis.

Sebab semua orang akan mempertanyakannya dan ajarannya menjadi kacau.23

Setiap perintah yang diberikan maka akan mendatangkan kebaikan jika

dilaksanakan, dan jika tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan siksa dari

Allah Swt. Begitupula dalam melaksanakan amanah, bagi siapa saja yang

menunaikan amanah maka ia akan mendapatkan kebaikan dan bagi siapa saja

yang tidak menunaikannya maka ia telah melakukan khianat dan akan

mendapatkan kerugian baik di dunia maupun di akhirat. Ini sesuai dengan firman

Allah Swt., dalam Q.S Al-Mu’minun/23: 8, sebagai berikut:

“dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)

dan janjinya.”

Di dalam menafsirkan ayat ini, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa

konsekwensi dari adanya amanah itu adalah akan diperolehnya kebaikkan bagi

yang menjalankan amanah itu, disebabkan oleh amanah yang dipikulnya. Dan

bagi yang menyia-nyiakan āmanah, ia akan mendapatkan kerugian yang besar,

karena dengan menyia-nyiakan āmanah berarti ia telah meninggalkan tanggung

jawabnya. Kemudian Shihab menyebutkan bahwa kata “amanah” terambil dari

akar kata “āmina” yang berarti percaya dan aman, ini dikarenakan amanah itu

diberikan atas dasar kepercayaan orang yang memberikan amanah kepada orang

23

Syahrin Harahap, dan Hasan Bakti Nasution, Ensiklopedia Akhlak Islam (Jakarta:

Kencana. 2009), h. 62.

Page 51: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

40

yang menerima amanah. Shihab juga menjelaskan bahwa amanah adalah asas

keimanan sebagaimana yang sebutkan oleh Nabi Saw., dalam haditsnya.24

Menurut Shihab, penggunaan kata “āmanah” dalam bentuk jamak ini

digunakan karena amanah itu sendiri terdapat bermacam-macam. Di antaranya

adalah nikmat yang dianugerahkan Allah Swt., kepada manusia. Beliau

menyebutkan bahwa amanah yang dipikul manusia mencakup empat aspek;

anatara manusia dengan Allah Swt., seperti bermacam-macam ibadah yang di

antaranya adalah nadzar yang wajib untuk dilaksanakan; antara amanah seseorang

dengan orang lain, seperti titipan, rahasia dan sebagainya; antara seseorang

dengan lingkungan, yang menyangkut pemeliharaannya agar tetap lestari hingga

bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang; amanah terhadap dirinya sendiri,

seperti menjaga kesehatan. Dalam hal ini, Shihab menyebutkan bahwa menjaga

kesehatan diri sendiri pun merupakan amanah tiap-tiap seseorang yang harus

dijaga sebagaimana Rasulullah Swt., sebutkan dalam haditsnya. 25

24

Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 354 25

Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 450

Page 52: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

41

Bab III

Gambaran Umum Tafsir Al-Sya‘Rāwī

A. BIOGRAFI MUHAMMAD MUTAWALLI Al-Sya‘Rāwī

Gelar Mujaddid Abad ke-20 tampaknya tidak terlalu berlebihan jika

disandangkan untuk sosok Syekh Sya‘rāwī. Ia adalah satu dari sekian ulama

dunia yang cukup berpengaruh pada abad ke-20, baik dalam bidang keagamaan,

sosial, maupun politik internasional, khususnya wilayah Timur Tengah.1

Nama lengkap al-Sya‘rāwī adalah Muhammad bin Mutawalli al-Sya‘rāwī al-

Husaini. Lahir pada hari Ahad, 17 Rabi’ al tsani 1329 H bertepatan dengan 16

April 1911 M di desa Daqadus, Mait Ghamir, al-Dakhaliyyah.2 Mesir. Daerah

tersebut terletak di tengah delta sungai Nil.3

Berkaitan dengan nasab (keturunan) al-Sya‘rāwī, dalam sebuah kitab

berjudul Anâ min Sulâlat Ahl al-Bait, al-Sya`râwî menyebutkan bahwa beliau

merupakan keturunan dari cucu Nabi Saw yaitu Hasan dan Husain.4 Ia dibesarkan

di lingkungan keluarga terhormat yang punya pertalian dengan para ulama serta

para wali. 5 Ayahnya adalah seorang petani sederhana yang mengolah tanah milik

orang lain. Walaupun demikian, ayah al-Sya‘rāwī mempunyai kecintaan terhadap

ilmu dan sering mendatangi majelis-mejelis untuk mendengarkan taushiyah-

1Amri Amrullah, ed: Nashih Nashrullah “Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī

Mujadid Abad ke-20” diakses pada 16 Juli 2018 dari https://republika.co.id/berita/koran/islam-

digest-koran/14/09/14/nbw82m-syekh-muhammad-mutawalli-asysyarawi-mujadid-abad-ke20 2Sa’id Abu al-‘ainain, al-Sya‘rāwī Ana Min Sulalat Ahli al-Bait (al-Qahirah: Akhbar al-

Yawm, 1955), h. 6 3Muhammad Fawzi, al-Syaikh al-Sya‘rāwī min al-Qaryah ila al-Qimmah, (Kairo: Dâr

alNashr, 1992) h. 5 4Abu al-‘ainain, al-Sya‘rāwī Ana Min Sulalat Ahli al-Bait, h. 6

5Husain Jauhar, al-Sya‘rāwī op. cit., h. 59

Page 53: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

42

taushiyah para ulama.6 Ia mempunyai hasrat dan keinginan yang besar untuk

mengarahkan anaknya menjadi seorang ilmuwan. Untuk merealisasikan cita-

citanya ini, ia selalu memantau al-Sya`râwî kecil ketika sedang belajar. Ia ingin

kelak al-Sya`râwî masuk ke Universitas al-Azhar. Al-Sya`râwî sendiri mengakui

besarnya peranan sang ayah dalam membentuk kepribadiannya. Diibaratkan kalau

dari gurunya al-Sya`râwî mengambil 10% maka yang 90% diperoleh dari

ayahnya.7

Pendidikan Sya‘rāwī dimulai dari menghafal al-Qur’an kepada seorang

syaikh di daerahnya yaitu Syekh Abdul Majid Pasha. Beliau tamat menghafal al-

Qur’an pada usia 11 tahun. Kemudian Ia disekolahkan di sekolah dasar al-Azhar

di Zaqaziq tahun 1926 M.8 Setelah memperoleh ijazah sekolah dasar al-Azhar

pada tahun 1932 M, ia melanjutkan sekolah menengah pertama di al-Azhar,

hingga lulus pada tahun 1936 M. Syaikh Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī

melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar, dan mengambil jurusan

Bahasa Arab pada tahun 1937 M, hingga lulus pada tahun 1941 M.9 Kemudian ia

juga menamatkan pendidikan A’lamiyyah dan mendapatkan lisensi mengajar pada

tahun 1943 M.10

6Sa`îd Abû al-`Ainain, al-Sya`râwi alladzî lâ na`rifuhu, (Mesir: Dâr Akhbâr al-Yaum,

1995), h. 16 7Ibid, h. 20

8Sumber lain menceritakan beliau tamat sekolah dasar pada 1923 M. Di madrasah inilah

kemampuannya dalam menimba ilmu mulai terlihat. Minat serta kemampuannya dalam bidang

sastra dan syair-syair Arab berkembang sangat baik. Kemampuannya ini mendapatkan tempat

tersendiri di antara para sahabat karibnya sehingga Sya'rawi cukup populer di antara rekan-

rekannya. Ia diberi amanat sebagai ketua persatuan siswa sastra di sekolahnya. 9Ahmad al-Marsi Husein Jauhar, Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi: Imam Al-‘asr (Al-

Qahirah: Handat Misr, 1990), h. 74 10

Ahmad karomain, “Tafsir al-Sya‟rawi Khawatir al-Sya‟rawi Haula al-Qur‟an al-Karim.”

Diakses pada 16 Juli 2018 dari https://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-Sya‘rāwī-

khawatir-al-Sya‘rāwī-haula-al-quran-al-karim/

Page 54: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

43

Pada masa pendidikannya di Universitas al-Azhar, al-Sya‘rāwī semakin

mengasah naluri keulamaannya. Selain aktif belajar, ia juga aktif dalam dunia

pergerakan. Hal ini terlihat pada 1919 M ketika pecah revolusi di Al-Azhar

menentang penjajahan Inggris di Mesir. Sya‘rāwī bersama rekan-rekannya

berdemonstrasi dan berorasi menolak penjajahan Inggris atas Mesir. Pada 1934

M, ia pun sempat menjadi ketua persatuan mahasiswa dan membuatnya menjadi

target penangkapan kolonial Inggris berkali-kali.

Beliau wafat pada tanggal 22 Safar 1419 H yang bertepatan dengan 17 Juni

1998 M dan dimakamkan di daerah Daqadus, di usia 87 tahun.11

Ayahnya

memberi gelar “Amin” dan gelar ini dikenal masyarakat di daerahnya. Beliau

adalah ayah dari tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan yang bernama Sami,

`Abd al-Rahîm, Ahmad, Fâthimah dan Shâlihah.12

B. JEJAK KEILMUAN DAN KARYA AKADEMIK

Karier tokoh kelahiran 16 April 1911 M di dunia Islam ini bermula dari

pendidikan. Ia dipercaya menjadi dosen ilmu syariah di Universitas Ummu al-

Quro pada 1950 M. Posisinya sebagai pengajar di universitas kenamaan Islam ini

mengangkat posisinya dengan kelebihan keilmuan dan kecerdikannya dalam

pergerakan politik membuat Syekh Sya‘rāwī cukup terkenal di Mesir dan

11

Herry Mohammad, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 (Jakarta: Gema Insani

Press, 2006). H. 277 12

Husain Jauhar, Ma`a Dâ`iyah al-Islâm Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya`râwi Imâm al-

`Asr (selanjutnya ditulis: Imam al-`Asr), (Kairo: Maktabah Nahdah, t. th.), h. 14

Page 55: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

44

pemerintah saat itu yang dipimpin Jamal Abdul Nasser.13

Selain menjadi dosen di

Universitas Ummu al-Quro al-Sya‘rāwī juga menjadi tenaga pengajar pada

beberapa perguruan tinggi di kawasan Timur Tengah, antara lain: al-Azhar Tanta,

al-Azhar Iskandariyah, Zaqaziq, Universitas Malik Ibn Abdul aziz Makkah,

Universitas al-Anjal Arab Saudi, dan lain-lain.14

Selain mengajar, al-Sya‘rāwī juga mengisi kegiatan-kegiatan sosial

keagamaan, seperti menjadi khatib, menjadi da’i, mengisi kajian tafsir al-Qur’an

yang disiarkan secara langsung melalui layar televisi di mesir dalam acara Nur

Ala Nur.15

Ketenarannya ini berkat dukungannya yang kuat terhadap kebijakan

Mesir pada saat itu yang menentang penuh dominasi Israel di kawasan Timur

Tengah dan Palestina.

Pada tahun 1963 M terjadi perselisihan antara presiden Jamal Abdul Naser

dan Raja Saudi. Setelah itu al-Sya’râwi mendapatkan penghargaan dan ditugaskan

di Kairo sebagai Direktur di kantor Syekh al-Azhar Syekh Husein Ma’mun.

Kemudian ia pergi ke Algeria sebagai ketua duta al-Azhar di sana dan menetap

selama tujuh tahun, dan kembali lagi ke Kairo untuk ditugaskan sebagai Kepala

Departemen Agama provinsi Gharbiyah. Setelah itu ia dipercaya menjadi Wakil

Dakwah dan Pemikiran, serta menjadi utusan al-Azhar untuk kedua kalinya ke

Kerajaan Saudi Arabia, mengajar di Universitas King Abdul Aziz.16

13

Ahmad karomain, “Tafsir al-Sya‘rāwī Khawatir al-Sya‘rāwī Haula al-Qur‟an al-Karim.”

Diakses pada 16 Juli 2018 dari https://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir- al-Sya‘rāwī -

khawatir-al-syarawi-haula-al-quran-al-karim/ 14

Istibzyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Grnder Menurut Tafsir Al-Sya‘rāwī

(Jakarta:Mizan, 2004), h. 27 15

Istibzyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Grnder Menurut Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 27 16

Muhammad Siddîq al-Minsyâwî, Al-Syaikh Al-Sya‘rāwī wa Hadîts al-Dzikrayât, (t.t.:

t.p.,t. th.), h. 8

Page 56: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

45

Berkat dukungannya terhadap Pemerintah Mesir pada November 1976, ia

pun sempat diangkat menjadi menteri wakaf dan urusan Al-Azhar (setingkat

menteri agama di Indonesia). Pada pemerintahan Anwar Sadat, yang dikenal

meneruskan garis perjuangan Abdul Nasser. Jabatan sebagai menteri hanya ia

pegang selama tidak kurang dua tahun hingga Oktober 1978.17

Setelah

meninggalkan pengaruh yang bagus bagi kehidupan ekonomi di Mesir, al-

Sya‘rāwī merupakan menteri yang pertama kali mengeluarkan keputusan menteri

tentang pembuatan bank Islam pertama di Mesir yaitu Bank Faisal, dan ini

merupakan wewenang Menteri Ekonomi dan Keuangan Dr. Hamid Sayikh pada

masa ini yang diserahkan kepadanya.

Al-Sya‘rāwī ditujuk sebagai anggota litbang bahasa Arab oleh lembaga

“Mujamma’ al-Khaidin”, perkumpulan yang menangani perkembangan bahasa

Arab di Kairo pada tahun 1987 M. Tahun 1988 M, ia memperoleh Wisam al-

Jumhuriyyah, medali kenegaraan dari presiden husni Mubarak di acara peringatan

hari da’i dan mendpatkan ja’izah al-Daulah al-Taqdiriyyah, penghormatan

kehormatan kenegaraan.18

Pada saat yang berbeda, ia pun banyak menghabiskan waktu mengajarkan

Islam dan ilmu tafsir dengan berbagai program di televisi dan radio. Kesempatan

ini bahkan diberikan siaran seluas-luasnya pada era Presiden Hosni Mubarak

sehingga membuat Syekh Sya‘rāwī semakin populer sebagai ulama tafsir

terkemuka di Mesir. Berbagai fatwanya pun menjadi rujukan umat Islam Mesir

pada saat itu, di antaranya, ia mengharamkan jual beli organ untuk transplantasi.

17

al-Minsyâwî, Al-Syaikh al-Sya‘rāwī wa Hadîts al-Dzikrayât, h. 8 18

Mahmud Rizq al-Amal, Tarikh al-Imam al-Sya‘rāwī, dalam majalah Manar al-Islam

(September, 2001), no. 6 vol. XXVII, h. 35

Page 57: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

46

Berbagai penghargaan ia terima semasa pengabdiannya. Di antaranya adalah

Doktor honoris causa pada bidang sastra dari Universitas Manshurah dan

Universitas Al-Azhar Daqahlia. Kemudian, anggota komite tetap untuk konferensi

keajaiban ilmu dalam Alquran dan sunah nabawi. Kiprah dan karyanya ini terus

dikenang oleh umat Islam dunia hingga kini. Hingga ia pun mendapat gelar Imam

al-Duat, Punggawa Para Dai.19

Pada tahun 1990 M, al-Sya‘rāwī mendapat gelar Profesor dari Universitas

Al-Mansurah dalam bidang adab, dan pada tahun 1419 H/1998 M, ia memperoleh

gelar kehormatan sebagai al-Syahksiyyah al-Islamiyah al-Ula profil islmai

pertama di dunia Islam di Dubai serta mendapat penghargaan dalam bentuk uang

dari putera mahkota al-Nahyan, namun ia menyerahkan penghargaan ini kepada

al-Azhar dan pelajar al-Bu’uts al-Islamiyah (pelajar yang berasal dari negara-

negara Islam di seluruh dunia).20

Karya-karya Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī

Sebelum kita membahas beberapa karya al-Sya‘rāwī, perlu digarisbawahi

bahwasannya al-Sya‘rāwī tidak menulis buku-bukunya karena beliau berpendapat

bahwa kalimat yang disampaikan secara langsung dan diperdengarkan akan lebih

mengena daripada kalimat yang disebarluaskan dengan perantara tulisan, sebab

semua manusia akan mendengar dari narasumber yang asli. Jika dalam bentuk

tulisan maka tidak semua orang dapat membacanya. Namun, beliau tidak

menafikan untuk mengalihbahasakan apa yang beliau sampaikan menjadi bahasa

19

Sa’îd Abu al-`Ainain, op. cit., h.30 20

Taha Badri, Qaluan al-Sya‘rāwī ba’da Rahilihi (al-Qahirah: Maktabah Al-Turas al-Islami,

t.t), h. 5-6

Page 58: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

47

tulisan sehingga akan lebih bermanfa’at bagi manusia secara keseluruhan.

Ceramah-ceramahnya yang dicetak dalam bentuk buku mendapatkan sambutan

luas di kalangan umat Islam. Bahkan buku Mukjizat al-Quran telah dicetak

sebanyak 5 juta eksemplar. Hasil dari penjualan buku-buku beliau ini ia

sumbangkan untuk kegiatan-kegiatan sosial.

Diantara kata-kata mutiara al-Sya‘rāwī adalah:

“Sesungguhnya Allah SWT. menyembunyikan tiga hal dalam tiga hal.

Dia menyembunyika ridh-Nya di dalam ketaatan kepada-Nya. Maka

jangan sampai meremehkan ketaatan apapun bentuknya, karena ada

seseorang yang memberi minum kepada anjing lalu Allah berteima

kasih kepadanya dan mengampuninya. Dan Allah SWT

menyembunyikan murka-Nya di dalam kemaksiatan terhadap-Nya.

Sesungguhnya ada seorang wanita yang masuk neraka karena kucing

yang ia kurung, a tidak memberinya makan tidak juga membiarkannya

pergi. Dan Allah menyembunyikan rahasia-rahasia-Nya pada diri

hamba-hamba-Nya. Maka janganlah kalian menghina seorang hamba-

Nya, karena banyak orang yang kusut berdebu, namun jika ia

bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkan sumpah-

Nya itu.”21

Dan Diantara karya-karyanya yang berbentuk buku ialah sebagai berikut:22

1. Al-Isra’ wa al-Mi’raj (isra dan Mi’raj)

2. Asrar Bismillahirrahmanirrahim (Rahasia dibalik kalimat

bismillahirrahmanirrahim)

3. Al-Islam wa al-Fikr al-Mu’ashir (Islam dan pemikiran modern)

4. Al-Fatawa al-Kubro (fatwa-fatwa besar)23

21

Mohammad, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, h. 277 22

Dikutip dari berbagai sumber diantaranya dari Mohamed, Tokoh-tokoh Berpengaruh Abad

20, h. 277. Juga dikutip dari Muhammad Alî Iyâzi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum,

(Teheran: Mu‟assasah al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H), h. 268-269 23

Kitab ini dicetak oleh maktabah al-Turas al-Islami dalam dua bagian. Bagian pertama

terdiri atas 441 halaman dan bagian kedua terdiri atas 483 halaman. Kedua bagian tersebut berisi

pemikiran al-Sya‘rāwī tentang tafsir dan juga pertanyaan yang memilii benang merah dengan tema

sekaligus jawabannya. Bagian prtama membahas iman kepada Allah, makna amanah dan kapan

Page 59: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

48

5. 100 al-Sual wa al-Jawab fi al-Fiqh al-Islam (100 soal jawab fiqih Islam)

6. Mu’jizat al-Qur’an (keukjizatan al-Qur’an)

7. ‘Ala al-Maidat al-Fikr al-Islami (di bawah hamparan pemikiran Islam)24

8. Al-Qodlo’ wa al-Qodar (Qadha dan Qadar)

9. Hadza Huwa al-Islam (inilah Islam)

10. Al-Mutakhab fi Tafsir al-Qur’an al-Karim (pilihandari tafsir al-Qur’an al-

Karim)

11. Al-Syaithan wa al-Insan

12. Al-Du’a Al-Mustajabah

13. Al-Mar’ah Fi al-Qur’an al-Karim

14. Al-Mukhtar min Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim

15. Syekh Mutawalli Sya‘rāwī Qadhaya Ashr

16. Majmu’at Muhadharah Sya’rawi

17. Al-Mausu’ah al-Islamiyah li al-Athfal

18. Al-Quran al-Karim Mu’jizah wa Manhaj

19. Al-Qashash al-Qur’any fi Surat al-Kahf

20. Al-Ghaib

21. Mu’jizat al-Rasul

22. Al-Halal wa al-Haram

23. Al-Hajj al-Mabrur

iman menjadi aqidah dan seterusnya. Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan Relasi Gender Menurut

Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 73 24

Kitab ini terdiri dari 203 halaman dan mencakup tema yang beragam, seperti “polemik

tentang Islam”, “Pembicaraan seputar Peikiran Islam”, dan “Islam dan globalisasi, Islam anatar

Kapitalisme dan Komunisme, Islam Kanan dan Islam Kiri, jaminan dan Islam.” Tema-tema ini

diformat dalam bentuk tanya jawab yang disampaikan oleh Majdi al-Khafnawi dan dijawab oleh

al-Sya‘rāwī. Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan Relasi Gender Menurut Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 38

Page 60: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

49

24. Khawâthir al-Sya`râwi haula `Imrân al-Mujtama`

25. Al-Sihr wa al-Hasad

26. Al-Islâmu wa al-Mar'átu, 'Aqîdatun wa Manĥajun

27. Al-Syûrâ wa at-Tasyrî'u fî al-Islâmi

28. Ash-Shalâtu wa Arkânu al-Islâmi

29. Ath-Tharîqu ila Allâh

30. Al-Fatâwâ

31. Labbayka Allâhumma Labbayka

32. Al-Mar'átu Kamâ Arâdahâ Allâhu

33. Mu'jizat al-Qurâni

34. Min Faydhi al-Qurâni

35. Nazharâtu al-Qurâni

36. 'Ala Mâídati al-Fikri al-Islâmî

37. Al-Muntakhabu fî Tafsîr al-Qurân al-Karîm2

C. GAMBARAN UMUM TAFSIR Al-Sya‘Rāwī

1. Latar Belakang Pemikiran al-Sya’rawi

Pemikiran seorang tokoh tidak terlepas dari latar belakang yang

mempengaruhinya, terlebih dalam mengkaji metodelogi penafsiran. Demikian itu,

dapat diketahui dari latar belakang yang mempengaruhi pemikiran tokoh sekaligus

tujuan penulis/Mufasir pada saat akan merangkai kitab tafsir. Dari uraian

sebelumnya, menerangkan bahwa pemikirannya tidak hanya terbentuk dari

aktifitasnya sebagai seorang intelektual saja, namun juga situasi politik yang

Page 61: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

50

terjadi di Mesir. Pergolakan politik di Mesir dalam memperoleh kemerdekaan

sampi masa kepemimpinan Anwar Sadat, juga turut andil dalam membentuk

karakter pemikiran al-Sya‘rāwī. Demikian itu perlu dijelaskan mengenai latar

belakang yang dapat mempengaruhi pemikiaran al-Sya‘rāwī, sehingga sampai

tewujud karya besarnya dalam bidang tafsir.25

a. Pengaruh sosial Politik

Pergolakan perpolitikan yang terjadi di Mesir, sejak pertengahan abad 19

sampai pertengahan abad 20, ditandai dengan pergantian bentuk pemerintahan.

Mulai dari bentuk pemerintahan monarki absolut, kemudian bentuk pemerintahan

monarki konstitusional, sampai akhirnya terbentuknya pemerintahan Republik,

yaitu sejak terjadinya revolusi pada tahun 1952 yang dipimpin Gamal Abdu

Nasser.26

Perubahan bentuk pemerintahan menjadi Republik, menjadikan situasi

politik saat itu memaksa munculnya ide-ide pembaharuan yang didasarkan kepada

formulasi modernisme Islam dan kemunculan Nasionalisme Mesir.27

pada tanggal

25

Hikmatiar Pasya’,” Studi Metodologi Tafsir al-Sya‘rāwī” Jurnal Studia Qur’anika Vol. I,

no. 2 (Januari, 2017): h. 145 26

Philip K. Hitti, History of The Arabs (New York: Palgrave Macmillan, 1976), h. 745- 757. 27

Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi, memformulasi sebuah gerakan untuk merubah Mesir

dari hal-hal yang sebelumnya dianggap tabu, kebutuhan organisasi politik dan ekonomi. Kemudian

dilanjutkan oleh Jamaluddin alAfghani, seorang berkebangsaan India yang menetap di Mesir.

Kemudian direalisasikan dalam sebuah gerakan politik al-Hizb alWathani dengan slogan, Mishr li

al-Misriyyûn. Selanjutnya diteruskan oleh Sa’ad Zaghlul, yang tampil sebagai tokoh pergerakan

untuk menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris. Kemudian ia membentuk delegasi untuk

menuntut kemerdekaan Mesir kepada Konferensi Perdamaian di Paris tahun 1919, yang diakhiri

dengan penangkapan Zaghlul oleh colonial Inggris, karena gerakannya dianggap gerakan

pemberontakan. Lihat Hikmatiar Pasya’,” Studi Metodologi Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 146

Page 62: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

51

22 Januari 1922, Mesir memproklamasikan diri sebagai negara merdeka,

kemudian diikuti dengan pemberlakuan sebuah konstitusi.28

Kemudian umat muslim mendirikan organisasi Ikhwanul Muslimin (the

Muslim Brotherhood) pada tahun 1928 yang diprakarsai oleh seorang tokoh,

Hasan al-Banna. Ia mewariskan ide-ide reformasi-tradisional melalui

organisasinya untuk dua tujuan: Pertama, terbebas dari jajahan asing. Kedua,

menjadi Negara sebagai basis Islam.29

Partai Wafd, menyebar luas kepenjuru Mesir, salah satunya Daqadus, tempat

kelahiran al-Sya‘rāwī. Pengaruh ide-ide pembaharu dalam pergerakan dan sikap

nasionalisme memiliki peran yang signifikan bagi perkembangan pemikiran al-

Sya‘rāwī.14 al-Sya‘rāwī merupakan salah satu tokoh yang juga mengagumi Hasan

al-Banna karena idealismenya dan keikhlasannya dalam berdakwah. Namun, ia

keluar disebabkan telah jauh dari ide-ide pendirinya.30

b. Pengaruh Intelektual

Abad ke 19, al-Azhar masih menggunakan sistem tradisional, dimana

hampir seluruh lembaga pendidikan di Mesir menggunakan sistem modern

sekuler. Demikian itu, sedikit banyak mempengaruhi pada sistem al-Azhar, yang

kemudian mulai muncul sistem ujian untuk mendapatkan ijazah al-‘alamiyah

28

Badruzzaman M. Yunus, Tafsir al-Sya’rawi: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode dan

Ittijah, hal. 24. 29

Anwar Sadat, Jalan Panjang Menuju Revolusi (Sebuah Catatan di Lembah Sungai Nil),

Jakarta: Beunebi Cipta, 1987, hal. 22-28 30

Ahmad al-Mursi Husein Jauhar, Al-Syaikh Muhammad al-Mutawalli al-Sya‘rāwī (Imâm

al-‘Ashr), hal. 65-72.

Page 63: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

52

(kesarjanahan) al-Azhar pada tahun 1872. Disusul kemudian dengan dibentuknya

dewan administrasi di al-Azhar pada tahun 1896.31

Pada masa itu, al-Azhar menjadi pilihan pertama bagi masyarakat Mesir

untuk menimba ilmu. Alasan itulah yang menjadikan orang tua al-Sya‘rāwī sangat

menginginkan anaknya untuk belajar di sana. Ia mengatakan pengalamannya di al-

Azhar pada tahun 1926 tak seperti al-Azhar sebelumnya, dimana menjadi basis

gerakan kebencian terhadap Inggris. Sehingga sempat dikenal berporos pada suatu

gerakan politik tertentu.32

Saat menjadi siswa, al-Sya‘rāwī sangat gemar dengan sastra, khususnya

sya’ir yang mewarnai corak keislaman. Sya’ir-sya’irnya memiliki keunggulan, di

antaranya penyusunan pada kalimatnya mudah dipahami dan memiliki keindahan,

terdengar tegas namun tetap lembut, terlebih banyak mengutip dari ayat-ayat al-

Qur’an. Hal ini yang menjadikannya bagian dari Fakultas Bahasa Arab di al-

Azhar. Fakultas ini tidak hanya mempelajari sastra Bahasa Arab, tetapi juga ilmu-

ilmu lainnya seperti Tafsir, Hadits, Fiqh, dan sebagainya. Sehingga

membentuknya menjadi seorang tokoh yang kaya akan khazanah keilmuan pada

bidangnya, khususnya kajian tafsir.33

2. Motivasi penulisan tafsir al-Sya‘rāwī

Seperti ulama klasik dan modern sebelumnya, motivasi beliau ialah

menjelaskan isi al-Qur’an kepada orang lain, oleh sebab itu ia mengatakan bahwa

31

Badruzzaman M. Yunus, Tafsir al-Sya‘rāwī: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode dan

Ittijah, hal. 31-32. 32

Hikmatiar Pasya’,” Studi Metodologi Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 148 33

Hikmatiar Pasya’,” Studi Metodologi Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 148

Page 64: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

53

penafsirannya ini mungkin benar dan mungkin pula salah. Selain itu beliau juga

menginginkan agar umat Islam memiliki keyakinan bahwa al-Qur’an adalah

mu’jizat yang agung dari segi kandungan, segi kebahasaan, mengungkap rahasia

al-Qur’an. Beliau juga termotivasi untuk menjaga kelestarian al-Qur’an.

penafsiran al-Qur’an Sya‘rāwī berpegang teguh pada dua aspek, yaitu:

a. Komitmen kepada Islam yang dianggapnya sebagai metode atau

landasan memperbaiki kerusakan yang diderita umat Islam saat ini

terutama dalam bidang pemikiran dan keyakinan.

b. Modernisasi, dimana syekh al-Sya‘rāwī menganggap mengikuti

perkembangan saat ini, sehingga tafsirnya bisa dikatakan berciri modern.

3. Nama Tafsir al-Sya‘rāwī

Nama tafsir al-Sya‘rāwī di ambil dari nama asli pemiliknya yakni

Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī. Menurut Muhammad Ali Iyazi, judul yang

terkenal dari karya ini adalah Tafsir al-Sya‘rāwī Khawatir al-Sya‘rāwī Haula al-

Qur’an al-Karim. Pada mulanya tafsir ini hanya di beri nama Khawatir as-

Sya’rawi yang dimaksudkan sebagai sebuah perenungan (Khawatir) dari diri al-

Sya‘rāwī terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang tentunya bisa saja salah dan benar

terhadap orang yang menafsirkannya.34

Kitab ini merupakan hasil kolaborasi

kreasi yang di buat oleh murid al-Sya‘rāwī yakni Muhammad al-Sinrawi Abd al-

Waris al-Dasuqi dari kumpulan pidato-pidato atau ceramah-ceramah yang

dilakukan al-Sya‘rāwī. Sementara itu, hadis-hadis yang terdapat didalam kitab

34

Muhammad Alî Iyâzi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum, (Teheran: Mu‟assasah

al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H), h. 268

Page 65: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

54

Tafsir al-Sya‘rāwī di takrij oleh Ahmad Umar Hasyim. Kitab ini diterbitkan oleh

Ahbar al-Yaum Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991 (tujuh tahun

sebelum al-Sya‘rāwī meninggal dunia). Dengan demikian, Tafsir al-Sya‘rāwī ini

merupakan kumpulan hasil-hasil pidato atau ceramah al-Sya‘rāwī yang kemudian

di edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-muridnya. Tafsir ini merupakan

golongan tafsir bi al-lisan atau tafsir sauti (hasil pidato atau ceramah yang

kemudian di bukukan).35

4. Proses Penulisan

Al-Sya‘rāwī dalam muqaddimah tafsirnya, menyatakan bahwa: “Hasil

renungan saya terhadap al-Qur’an bukan berarti tafsiran al-Qur’an, melainkan

percikan pemikiran yang terlintas dalam hati seorang mukmin saat membaca al-

Qur’an. Kalau memang al-Qur’an dapat ditafsirkan, sebenarnya yang lebih berhak

menafsirkannya hanya Rasulullah SAW, karena kepada beliaulah ia diturunkan.

Beliau banyak menjelaskan kepada manusia ajaran al-Quran dari dimensi ibadah,

karena hal itu yang diperlukan umatnya saat ini. Adapaun rahasia al-Qur’an

tentang alam semesta, tidak beliau sampaikan, karena kondisi sosio intelektual

saat itu tidak memungkinkan untuk dapat menerimanya. Jika hal itu disampaikan

akan menimbulkan polemik yang pada gilirannya akan merusak puing-puing

agama, bahkan memalingkan umat dalam jalan Allah SWT.36

35

https://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-syarawi-khawatir-al-syarawi-haula-

al-quran-al-karim/ 36

Muhammad Alî Iyâzi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum, (Teheran: Mu‟assasah

al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H), h. 268-269

Page 66: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

55

Sebelum berbicara tentang tema, al-Sya‘rāwī bisa menyendiri beberapa saat

untuk berfikir dan merenung. Setelah itu ia keluar dengan ilmu yang Allah berikan

kepadanya. Dengan menyendiri seseorang dapat lebih konsentrasi sehingga

menghasilkan hasil yang optimal.37

Seperti dalam Q.S Saba’/34: 40:

Artinya:

dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka

semuanya kemudian Allah berfirman kepada Malaikat: "Apakah

mereka ini dahulu menyembah kamu?".

Al-Sya‘rāwī sebelum merenungi suatu ayat, terlebih dahulu merujuk

beberapa pendapat para mufassir, seperti Fakhr al-Razi, Zamakhsyari, Sayid

Quthb, al-Alusi, dn lain-lain.

Pada saat menerangkan kandungan suatu ayat, al-Sya‘rāwī tidak memegang

tafsir yang berjilid, melainkan hanya mushaf al-Qur’an. Dengan teliti diuraikan

kandungan al-Qur’an ayat per ayat, bahkan kata per kata dan kolerasi antara satu

ayat dengan ayat sebelumnya.38

5. Deskripsi Tentang Kitab al-Sya‘rāwī

Kitab ini terdiri dari 18 jilid yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

No. Jilid Isi Tafsir

1 I Pendahuluan,

Qs. al-fatihah

Qs. al-Baqarah ayat 1 – 154

2 II Qs. al-Baqarah ayat 155 – 286

Qs. Ali Imran ayat 1 – 13

37

Muhammad Alî Iyâzi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum, (Teheran: Mu‟assasah

al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H), h. 268-269 38

Riesti Yuni Mentari, “Penafsiran al-Sya’rawi terhadap al-Qur’an tentang Wanita Karir”

(Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2011), h. 50

Page 67: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

56

3 III Qs. Ali Imran ayat 14 – 189

4 IV Qs. Ali Imran ayat 190 – 200

Qs. An-Nisa’ ayat 1 – 100

5 V Qs. An-Nisa’ ayat 101 – 176

Qs. Al-Maidah ayat 1 - 54

6 VI Qs. Al-Maidah ayat 55 – 120

Qs. al-An’am ayat 1 – 109

7 VII Qs. al-An’am ayat 110 - 165

Qs. al-A’raf ayat 1 - 188.

8 VIII Qs. al-A’raf: 189 – 206

Qs al-Anfal ayat 1 – 75

Qs at-Taubah ayat 1 – 44

9 IX Qs. At-Taubah ayat 45 - 129

Qs. Yunus ayat 1 – 14

10 X Qs. Yunus ayat 15 – 109

Qs. Hud ayat 1- 27

11 XI Qs. Hud ayat 28 – 123

Qs. Yusuf ayat 1 – 96

12 XII Qs. Yusuf ayat 97 – 111

Qs. Ar-Ro’du ayat 1- 43

Qs. Ibrahim ayat 1- 52

Qs. Al-Hjr ayat 1 – 47

13 XIII Qs. Al-Hjr ayat 48 – 99

Qs. An-Nahl ayat 1 – 128

Qs. Al-Isra’ ayat 1 – 4

14 XIV Qs. Al-Isra’ ayat 5 – 111

Qs. Al-Kahfi ayat 1 – 98

15 XV Qs. Al-Kahfi ayat 99 – 110

Qs. Maryam ayat 1 – 98

Qs. Thoha ayat 1 - 135

Qs. Al-Anbiya’ ayat 1 – 90

16 XVI Qs. Al-Anbiya’ ayat 91 – 112

Qs. Al-Hajj ayat 1 – 78

Qs. Al-Mu’minun ayat 1 - 118

Qs. an-Nur: 1 – 35

17 XVII Qs. an-Nur ayat 36 – 64

Qs. Al-Furqon ayat 1 – 77

Qs. As-Syu’aro ayat 1 – 227

Qs. An-Naml ayat 1 - 93

Qs. Al-Qasas ayat 1 – 29

18 XVIII Qs. Al-Qasas ayat 30 – 88

Qs. Al-‘Ankabut ayat 1 - 69

Qs. Ar-Rum ayat 1 – 58

Page 68: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

57

Berdasarkan tabel tersebut, maka tafsir ini tidak memuat dari surah Luqman

hingga surah an-Nas atau dari pertengahan Juz 21 hingga akhir Juz 30 dalam al-

Qur’an.

Namun demikian, dalam sumber lain seperti yang dijelaskan oleh

Muhammad Ali Iyazi bahwa kitab tafsir al-Sya‘rāwī dicetak 29 jilid, yang

mencakup semua ayat al-Qur’an 30 juz. Selain itu juga menurut Abu Irfah

bahwasanya ceramah al-Sya‘rāwī yang menafsirkan Juz ‘Amma (juz 30) telah

dibukukan dan diterbitkan oleh Dar al-Rayah Mesir pada 2008 M.

Satu hal yang cukup menarik dari pada kitab tafsir al-Sya‘rāwī bahwa

penomoran halaman antara 1 jilid dengan yang lainnya ditulis bersambung,

dengan kata lain nomor halaman pada jilid 2 melanjtkan nomor halaman pada jilid

1 begitu seterusnya sampai pada jilid terakhir.

6. Metodologi dan Corak Penafsiran

Dalam penafsirannya, al-Sya‘rāwī cenderung menggunakan metode tafsîr bi

al-ra’yi, tentunya termasuk dalam kategori mahmûdah. Demikian itu, dapat

ditelusuri sumber-sumber yang digunakannya dalam penafsiran. Berikut beberap

hal yang digunakan al-Sya‘rāwī dalam menggunakan penafsirannya, yaitu;

Pertama, kaidah kebahasaan. Kedua, Rekonstruksi Ayat dengan Ayat.

a. Kaidah kebahasaan

Tafsir al-Sya‘rāwī dapat dikategorikan sebagai tafsir bil al-ra’yi, sebab pada

proses penafsiran didominasi oleh ijtihad al-Sya‘rāwī, terlebih pada aspek

Page 69: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

58

kebahasaan. Al-Sya‘rāwī dengan sangat teliti mencermati kaidah kebahasaan

dalam al-Qur’an, yang kemudian menjelaskan dengan penyampaian yang baik dan

penggunaan bahasa yang ringan sehingga setiap kalangan akan mudah dalam

memahami dan mengerti apa yang ingin disampaikan dari ayat al-Qur’an.39

Sebagai contoh, ketika menjelaskan Q.S al-Baqarah/2: 258:

...

Artinya:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim

tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada

orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan:

"Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,"...”

Secara sederhana, al-Sya‘rāwī ingin menjelaskan bahwa pada ayat ini

didahului dengan ungkapan, “alam tara.” Kita perhatikan pada penggabungan

kalimat ini, yaitu terdiri dari hamzah yang merupakan bentuk tanda tanya (adât

istifhâm), dan huruf lam merupakan huruf yang digunakan untuk menafikkan

sesuatu (harf an-nafy). Sedangkan pada kata setelahnya, yaitu tara dari bentuk

fi’il mudhari, berarti kamu melihat. Kalimat ini menambah keindahan sekaligus

memberikan nuansa makna yang begitu mendalam. Huruf hamzah yang datang

sebelum huruf lam (harf an-nafy) merubahnya menjadi bentuk pengingkaran

terhadap pekerjaan yang dinafikkan. Sehingga membawa kita pada makna

sebenarnya, yaitu anta araita , yang berarti kamu telah melihatnya. Begitu kurang

lebih dari segi kebahasaannya yang dijelaskan oleh al-Sya‘rāwī. Penjelasan

penafsiran dari segi kebahasaan di atas, selain menjelaskan kedudukan kata

39

Hikmatiar Pasya’,” Studi Metodologi Tafsir al-Sya‘rāwī, h.149

Page 70: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

59

(kaidah gramatikal), ia juga menjelaskan bagaimana ketika penggunaan kaidah

kebahasaan pada al-Qur’an memiliki makna yang ingin dimaksudkan, sehingga

memudahkan pemahaman dari kalimat yang tersusun dalam al-Qur’an. Sebagai

bukti, al-Sya‘rāwī menjelaskan secara mendalam tentang kedudukan bahasa, dan

kemudian menjelaskan tujuan dari susunan kalimat yang digunakan al-Qur’an.40

b. Rekonstruksi Ayat dengan Ayat

Sumber lain yang digunakan al-Sya‘rāwī dalam penafsirannya sebagai salah

satu bentuk tafsir bi al-ra’yi yang dalam kategori mahmudah adalah, penafsiran

dengan mengkonstruksi ayat dengan menggunakan ayat lain yang dianggap

memiliki korelasi pada kajian yang sedang dibahas guna memberikan pemahaman

yang lebih baik, sehingga mudah untuk dipahami. Pernafsiran dengan model

seperti ini banyak sekali ditemukan dalam tafsir al-Sya‘rāwī. Namun, di sini

penulis hanya akan menyampaikan satu saja sebagai bukti bahwa penafsiran al-

Sya‘rāwī tidak lepas dari penggunaan metode penafsiran ayah bil ayah.41

Sebagai contoh, ketika menjelaskan Q.S al-An’am/6: 75:

Artinya:

dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda

keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami

memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.

40

Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī, Tafsîr al-Sya‘rāwī, Vol. 2 (Kairo, Mesir: Akhbar al-

Youm, 1991), h. 1121-1122. 41

Hikmatiar Pasya’,” Studi Metodologi Tafsir al-Sya‘rāwī, h.151

Page 71: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

60

Kita bisa perhatikan saat al-Sya‘rāwī ingin menjelaskan kata al-malakût

pada ayat di atas, ditemukan bahwa ia tidak melepaskan pemahamannya sebatas

pada kaidah kebahasaan saja, akan tetapi menggunakan ayat lain guna

memudahkan dalam pemahaman dari suatu kata yang digunakan dalam al-Qur’an.

Di sini al-Sya‘rāwī ingin menjelaskan kata, “al-malakût,” merupakan kata yang

diambil dari bentuk kata kerja, “malaka” yang berarti menguasai, sehingga

menunjukkan makna ism fa’il (pelaku). Demikian itu, kata ini merupakan bentuk

format intensitas, yang menunjukkan pelaku melakukan sesuatu dalam kadar yang

besar. Maka pada kata, “malakût” menunjukkan makna kekuasaan. Kata ini sama

halnya dengan bentuk kata, “rahamût ” yang berarti rahmat yang agung, diambil

dari bentuk fi’il, “rahima” yang berarti menyayangi. Dengan demikian, kata

“malakût,” mengantarkan kita pada pemahaman atas hakikat sesuatu yang tidak

terbatas (hakikat pelaku), sehingga berkaitan dengan pengetahuan yang nonfisik

atau tidak terlihat mata zhahir (metafisika). Maka demikian, jika dikatakan,

“Kekuasaan-Nya meliputi segenap langit dan bumi,” kalimat ini menunjukkan

bahwa otoritas-Nya tidak terjangkau. Sebaliknya pada kata, “malaka”, itu

ditujukan kepada sesuatu yang terbatas, sehingga menyangkut dengan

pengetahuan yang tampak. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-

Syu’ara/26: 77-81, dalam tafsir al-Sya‘rāwī.42

c. Sistematika Penafsiran

Sistematikanya dimulai dengan muqaddimah, menerangkan makna ta’awuz,

dan tartib nuzul al-Qur’an. Dalam memulai menafsirkan setiap surat, beliau mulai

42

Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī, Tafsîr al-Sya‘rāwī, Vol. 6, h. 3739.

Page 72: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

61

dengan menjelaskan makna surat, hikmahnya, hubungan surat yang ditafsirkan

dengan surat sebelumnya, kemudian menjelaskan maksud ayat dengan

menghubungkan ayat lain sehingga disebut menafsirkan ayat al-Qur’an dengan al-

Qur’an.43

Menurut Mahmud Basuni Faudah bahwa, sebagian ayat al-Quran merupakan

tafsiran dari sebagian yang lain. Yang dimaksud ialah sesuatu yang disebutkan

secara ringkas di suatu tempat diuraikan di tempat lain. Ketentuan yang mujmal

dijelaskan dalam topik yang lain. Sesuatu yang bersifat umum dalam suatu ayat

di-takhsis oleh ayat yang lain. Sesuatu yang berbentuk mutlak di suatu pihak

disusul oleh keterangan lain yang muqayyad (terbatas).44

Umar Hasyim berpendapat bahwa, metedologi al-Sya‘rāwī dalam tafsirnya

bertumpu kepada pembedahan kata dengan mengembalikan asal kata tersebut, dan

mengembangkan ke dalam bentuk lain, kemudian mencari kolerasi makna antara

asal kata dengan kata jadiannya.45

Mengamati metode penulisan tafsir al-Sya‘rāwī dari sisi runtutan penafsiran,

yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri surah al-Nas, bisa dikatakan

metode penulisannya adalah menggunakan metode tahlili. yakni suatu metode

tafsir yang bermaksud menjelaskan makna-makna yang dikandung al-Qur’an yang

disesuaikan dengan runtutan ayat sebagaimana yang tersusun dalam mushaf.

Penjelasannya meliputiberbagai aspek, diantaranya mengenai kosakata yang

diikuti dengan penjelasan global ayat, munasabah (korelasi) ayat-ayat dengan

43

Mentari, “Penafsiran al-Sya‘rāwī terhadap al-Qur’an tentang Wanita Karir”, h. 50 44

Mahmud Basuni Faudah, tafsir-Tafsir al-Qur’an Perkenalan dengan Metodologi Tafsir,

terj. M Muhtar Zoeni da Abdul Qad’ir Hamid (Bandung, Pustaka, 1987), h. 24-25 45

Ahmad Umar Hasyim, al-Imam al-Sya‘rāwī Mufassirin wa Da’iyah (al-Qahirah:

Maktabah al-Turis al-Islami, t.t), h. 51

Page 73: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

62

menjelaskan hubungan dan maksudayat-ayat tersebut satu dengan lainnya dan

asbab al-nuzul (latar belakang turunnya ayat) disertai dalil-dalil dari Rasul,

Sahabat maupun Tabi’in.

Di sisi lain kita juga melihat bahwa al-Sya‘rāwī membahas dan menafsirkan

ayat demi ayat kemudian mengaitkannya dengan ayat lain yang memiliki

keterkaitan dengan tema, beliau mengatakan bahwa ayat al-Qur’an dengan ayat al-

Qur’an lainnya adalah saling ketergantungan yakni tidak ada pertentangan pada

setiap ayat al-Qur’an. Sistematika yang demikian itu disebut dengan penafsiran al-

Qur’an bil Qur’an.

Dalam penafsirannya, corak yang menonjol adalah Adabi Ijtima’i. melalui

penafsirannya ini al-Sya‘rāwī mengemukakan pemikirannya tentang pendidikan,

perhatiannya terhadap problematika masyarakat muslim juga problematika

pemerintahan. Contohnya: upaya Syekh Sya‘rāwī menyelesaikan problem

masyarakat muslim adalah bagaimana ia menjelaskan kepala pemerintah untuk

menjauhkan paksaan dan intimidasi kepada rakyat ketika pemerintah berusaha

melanggengkan pemerintahannya. Sesudah menafsirkan ayat (QS.Al-

Baqarah/2:256)

Syekh Sya‘rāwī dalam penafsirannya bisa dikatakan seorang reformer dan

pejuang, meskipun Ia tidak melalaikan pendapat ulama-ulama tafsir sebelumnya.

Dia juga berkomitmen menjelaskan akidah dan akhlak, mengaitkan penafsiran

dengan kehidupan masyarakat dan aktifitasnya. Sehingga Tarbawi mengatakan

bahwa corak tafsir al-Sya‘rāwī adalah Tarbawi dan Islahi.

Page 74: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

63

d. Sumber Penafsiran

Sumber-sumber penafsiran al-Sya‘rāwī diantaranya: seperti tafsir al-Manar

karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, tafsir Fi Zilal al-Qur’an yang

dikarang oleh Sayyid Qutub. Tafsir at-Thabari karya Ibnu Jarir ath-Thabari,

Mafatihul Ghaib karyaFahruddin ar-Razi. Al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari, al-

Anwar at-Tanzil wa asrar al-Ta’wil karya al-Baidhawi, dan Dur al-Mansur fi

Tafsir bil ma’sur karya jalaluddin al-Suyuthi.46

e. Kelebihan dan Kekurangan

Dalam dunia tafsir, pola penyajian adalah perangka dant tata kerja yang

dipakai dalam proses penafsiran al-Qur’an. Secara historis, setiap penfsiran telah

menggunakan suatu pola atau lebih. Pilihan pola tergantung pada kecenderungan

dan sudut pandang penafsir serta latar belakang keilmuan dan aspek-aspek lain

yang melingkupinya. Banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh tafsir al-

Sya‘rāwī yang diantaranya adalah: Sya‘rāwī menyajikan karya tafsirnya dengan

nuansa yang bersentuhan langsung dengan tema-tema kemasyarakatan, melalui

teknik bahasa yang cukup sederhana. Hal ini sebagai upaya meletakan al-Qur‟an

pada posisi sebagai pedoman dalam realitas kehidupan sosial. Serta dalam tafsir

al-Sya‘rāwī kandungan di dalamnya dapat menjawab persoalan masyarakat yang

selalu selalu berkembang karena menggunakan corak al-Adab al-Ijtima’i.

Namun juga ada kekurangan dalam tafsir ini al-Sya‘rāwī tidak banyak

memberikan perhatian kepada pembahasan kosakata atau tata bahasa, kecuali

46

https://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-syarawi-khawatir-al-Sya‘rāwī-haula-

al-quran-al-karim/

Page 75: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

64

dalam batas-batas untuk mengantarkan kepada pemahaman kandungan petunjuk

petunjuk al-Qur’an. Serta tidak adanya sebuah referensi ketika terdapat

penyebutan sebuah pendapat ulama lain. Dan tidak adanya perhatian terhadap

sanad hadis.47

D. PANDANGAN ULAMA’ TENTANG MUHAMMAD MUTAWALLI

Al-Sya‘Rāwī

Berikut beberapa pandangan ulama terhadap al-Sya`râwî antara lain menurut

Ahmad `Umar Hâsyim, al-Sya‘rāwī merupakan profil da`i yang mampu

menyelesaikan permasalahan umat secara proporsional. Tidak hanya menolak

mentah-mentah inovasi masa kini, bahkan ia sangat antusias dalam penemuan

ilmiah terutama yang berkaitan dengan substansi al-Qur’an.48

Selain itu, Yusuf al-Qarâdhâwî memandangnya sebagai penafsir yang

handal karena penafsirannya tidak terbatas ruang dan waktu tetapi juga mencakup

kisi-kisi kehidupan.49

`Abd al-Fattâh al-Fâwi berpendapat bahwa al-Sya‘rāwī bukanlah seorang

yang tekstual, beku dihadapan nas, tidak terlalu cenderung ke akal, tidak pula sufi

yang hanyut dalam ilmu kebatinan, namun ia menghormati nas, memakai akal,

terpancar darinya keterbukaan dan kekharismatikannya.50

47

https://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-syarawi-khawatir-al-syarawi-haula-

al-quran-al-karim/ 48

Muhammad Alî Iyâzi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum, (Teheran: Mu‟assasah

al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H), h. 268-269 49

Husein Jauhar, Imâm al-„Asr, op. cit., h. 134-135 50

Ibid., h. 51

Page 76: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

65

BAB IV

KAJIAN TAFSIR Al-Sya‘Rāwī SURAT AL-AHZAB AYAT 72

A. TEKS DAN TERJEMAHAN SURAT AL-AHZAB AYAT 72

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah (tugas keagamaan) kepada

langit, bumi, dan gunung-gunung, lalu mereka enggan memikulnya dan

mereka khawatir (akan mengkhianati amanah itu), dan dipikullah ia (amanah

itu) oleh manusia. Sesungguhnya dia (manusia) sangat aniaya (karena tidak

menunaikan amanah) dan sangat bodoh (karena menghianati amanah).1

B. TAFSIR Q.S AL-AHZAB AYAT 72

Muhammad mutawalli al-Sya‘rāwī menjelaskan bahwa kata ‘aradh berarti

etalase contoh yang mempertontonkan sesuatu. Sebagaimana ketika kita melihat

parade militer yang mempertunjukkan kekuatan senjata dan tentara di depan

panglima mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S Shad/38: 31,

sebagai berikut:

Artinya:

(Ingantlah) ketika pada suatu sore dipertunjukkan kepadanya (kuda-

kuda) yang jinak, (tetapi) sangat cepat larinya.

1M. Qurais Shihab, al-Qur’an dan Maknanya (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 427

Page 77: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

66

Allah Swt. menawarkan amanah kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya;

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda mati untuk melihat siapa diantara

mereka yang akan menerima amanah itu dan yang menolaknya. Sebenarnya suatu

kesalahan dalam redaksi yang mengatakan bahwa langit dan bumi serta alam

semesta ini tunduk pada ketentuan Allah secara mutlak. Sebenarnya ketundukan

itu adalah pilihan mereka sendiri, sebab Allah pernah menawarkan amanah kepada

mereka, namun mereka menolak untuk membawanya. Jadi, merekalah yang

memilih untuk tunduk atas ketetapan Allah dan tidak punya hak pilih.2

Dalam kebiasaan kita, kata amanah selalu dikatikan dengan uang atau barang

berharga yang diamanahkan karena takut hilang. Maka sebagai contoh seringkali

kita menitipkan barang pada orang yang kita anggap dapat dipercaya supaya ia

dapat menjaganya dan mengembalikannya di kala dibutuhkan. Biasanya pula

penitipan itu dilakukan secara tersembunyi, sehingga tidak ada saksi. Oleh karena

itu, bisa saja pada suatu saat nanti ketika titipan itu diminta kembali ia

mengingkarinya, karena tidak ada saksi dan bukti yang menguatkannya.3

Adapun amanah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya adalah amanah

untuk memilih antara beriman atau kafir, taat atau maksiat. Seluruh makhluk

menolak dan tidak berani untuk menerima amanah yang begitu berat, Sebab,

makhluk- makhluk itu melihat ke depan di kala harus menunaikan pilihan itu

(iman dan kafir), terasa begitu berat sehingga mereka lebih baik menolaknya. Oleh

karena itu, seseorang terkadang menolak sesuatu bukan karena ia tidak

2Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī, Tafsir al-Sya‘rāwī, terj. Safir al-azhar (Ikatan alumni

Universitas al-azhar Mesir di Medan) dan Zainal Arifin (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2011), h.

66-67 3Sya‘rāwī, Tafsir al-Sya‘rāwī, h. 67

Page 78: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

67

berkeinginan untuk menerimanya. Namun, karena pertimbangan ke depan maka ia

mengambil sikap untuk lebih baik menolak. Namun di sini Manusia menerimanya

disebabkan “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.4

Pengecualian bagi hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, mereka

tidak tergolong kepada yang dzalim dan bodoh. Mereka diberi kebebasan untuk

memilih antara beriman atau melakukan maksiat dan mereka memilih iman. Sebab

inilah mereka yang memilih beriman bukanlah termasuk golongan yang dzolim

dan bodoh. Dengan demikian mereka mengabaikan kemaksiatan dan

meninggalkan kekafiran beralih kepada ketaatan dan keimanan.

Sebagian orang mempertanyakan bagaimana cara Allah swt. menawarkan

hak pilih antara iman dan kafir kepada selain manusia? Mereka lupa kalau Allah

adalah dzat pencipta alam semesta. Dia jualah yang mengajarkan bahasa burung

kepada Nabi Sulaiman as sebagaimana yang telah difrimankan oleh-Nya dalam

Q.S an-Naml/27: 16: “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan Dia berkata: "Hai

manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi

segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".

Demikian juga halnya dengan nabi Daud as, yang terangkum dalam Q.S

Saba’/34: 10: “dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari

kami. (kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah

berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya.”

Yang menarik adalah bahwa tasbih yang diucapkan Nabi Daud sama dengan yang

4Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 67

Page 79: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

68

diucapkan para malaikat seakan-akan mereka mendendangkan nyanyian yang

sama.

Menurut al-Sya‘rāwī, kata Hamalah (membawa) dalam ayat ini sama dengan

kata hamala pada firman Allah pada Q.S al-Jumu’ah/62: 5: “perumpamaan orang-

orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya

adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal.”. Mereka

membawanya namun tidak mengamalkan isinya. Sebagaimana keledai yang

membawa buku-buku agama namun ia tidak memahami apa yang ia bawa. Namun,

pemisalan ini tidaklah menunjukkan bahwa keledai itu bodoh, karena tugasnya

adalah membawa bukan memahami isi kitab. Sehingga keledai itu tidak dapat

dikatakan bodoh atau dungu.5

Berbeda dengan manusia yang tugas pokoknya adalah memahami isi

kandungan kitab yang diturunkan Allah kepada mereka, namun karena

kebodohannya manusia tidak mempelajarinya, tetapi hanya sekedar membawanya

saja. Oleh karena itu pula, Allah mengatakan bahwa manusia itu bodoh dan

menzalimi diri sendiri.6

Setiap sesuatu memiliki tugas pokok yang harus ia tunaikan sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan Allah Swt. Allah tidak menuntut lebih dari ketentuan

yang telah ia tetapkan. Ketika ketentuan itu dilanggar berarti dia telah keluar dari

ketentuan dan telah melakukan kemungkaran.

Selanjutnya, kata asyfaqa berati merasa iba pada saat melihatnya. Ketika

makhluk yang ditawarkan untuk membawa amanah itu menolak, Allah mengetahui

5 Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 69

6Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 69

Page 80: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

69

bahwa mereka menghindar dari suatu yang kelak mereka tidak mampu untuk

mengembannya yaitu amanah Allah. Maka Allah kasihan dan iba melihat mereka

dan tidak menunjuk mereka sebagai khalifah.7

Sebagaimana sering kami sampaikan bahwa manusia itu memiliki sifat tamak

yang menjerumuskannya kepada lebih hina dari hewan. Jadi, wajarlah kalau

kemudian Allah menyebutkan sifat manusia di akhir ayat ini dengan "zalim dan

bodoh". Kata yang dipergunakan juga dalam bentuk superlatif yang menegaskan

bahwa kedua sifat itu benar-benar melekat pada diri manusia. Adakalanya kita

menjumpai orang zalim tapi cerdas atau bodoh namun tidak zalim. Namun,

manusia yang tidak tunduk kepada ketentuan Allah maka ia zalim pada dirinya

sendiri dan bodoh.8

Allah telah menjelaskan bahwa kezaliman terbesar yang dilakukan seorang

hamba adalah syirik. Sebagaimana yang dikatakan Q.S Luqman/31: 13: “...

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar". Kezaliman ini tidaklah membahayakan Allah sama sekali, sebaliknya

manusia itu sendirilah yang akan diancam dengan siksa yang tiada henti jika ia

mati dalam kemusyrikan.9

Begitulah pendapat yang dikemukakan oleh al-Sya‘rāwī dalam tafsirnya,

penjelasan yang tidak begitu rumit dan panjang lebar namun dapat dipahami

dengan sangat jelas. Penulis berpendapat bahwa maksud yang disampaikan oleh al-

Sya‘rāwī adalah terkait sikap manusia dalam mengemban amanah yang

dibebankan oleh Allah Swt. yang tentunya telah disetujui oleh manusia untuk

7Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 70

8Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 70

9Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 71

Page 81: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

70

menerimanya, setelah sebelumnya Allah menawarkan amanah ini pada makhluk-

Nya yang lain. Amanah yang dimaksud tidak lain adalah pilihan antara iman atau

musyrik, dan juga ketaatan atau kemaksiatan.

Dalam hal ini sering kita jumpai manusia yang khianah terhadap amanah

yang diberikan oleh Allah. Oleh karena nya Allah dengan jelas mengatakan bahwa

manusia adalah orang yang dzalim lagi bodoh di akhir ayatnya. Bagaimana tidak?

Setelah ia memberi kesanggupan terhadap amanah yang diberikan, tak jarang kita

jumpai manusia yang masih lalai terhadap perintah Allah dan justru

menjerumuskan diri sendiri terhadap kemaksiatan dan tidak mengikuti jejak

Rasulullah sebagai uswatun hasanah.

Selanjutnya, untuk menambah pemahaman tentang konsep amanah dalam al-

Qur’an penulis akan menguraikan beberapa pendapat mufassir terkait isi

kandungan Q.S al-Ahzab/33: 72. Para mufassir berbeda pendapat didalam

menafsirkan kata amanah pada ayat di atas.

1. Al-Imam Al-Zamakhsyari Al-Khawarizmi Dalam Tafsir Al-Kasyaf

Amanah dalam tafsir al-Kasyaf karya Al-Imam Al-Zamakhsyari Al-

Khawarizmi adalah bentuk ketaatan dan besarnya tanggung jawab yang harus

dilaksanakan guna menjalankan perintah Allah.10

Dari segi artinya, dalam Q.S al-ahzab/33:72 dikatakan bahwa langit, bumi dan

gunung menolak amanah yang diembankan Allah kepadanya. Dalam tafsir al-

Kasyaf diuraikan sebab langit, bumi serta gunung-gunung menolak amanah

10

Al-Imam Al-Zamakhsyari Al-Khawarizmi, Tafsir al-Kasyaf (t.t: Darul Maarif, 2002), h.

866-867

Page 82: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

71

tersebut adalah karena mereka adalah benda mati. Mereka merupakan benda mati

yang mempunyai keterbatasan akal dalam memahami maksud ayatullah tentang

ketaatan dan ketundukkan yang harus dijalankan. Dalam arti lain dapat dikatakan

bahwa kemampuan ketaatan Langit, Bumi dan gunung-gunung berkaitan erat

dengan kemampuan akalnya. Maksudnya ialah mereka sadar akan tidak

kemampuannya dan keterbatasannya.

Sedang manusia menerima amanah tersebut karena manusia adalah hewan

yang berakal, dengan artian manusia mempunyai kemampuan untuk mengemban

amanah tersebut. Kondisi manusia sebagai benda hidup berbeda dengan langit,

bumi dan gunung yang tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah

Allah. Hal demikian secara jelas menjadi alasan kuat mengapa manusia mau dan

mampu menajalankan amanah tersebut. Manusia dapat menjalankan amanah dari

Allah dengan cara taat, tunduk serta melaksanakan segala perintah-Nya dan

menjauhi segala bentuk larangan-Nya.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa langit, bumi dan gunung-gunung

sebagai penggambaran benda mati. Penggambaran tersebut dimaksudkan sebagai

majaz atau kiasan semata, supaya dapat difahami kiranya benda-benda mati yang

begitu besar menolak amanah, karena merasa amanah tersebut begitu berat

bebannya.

2. Ismail Ibnu Katsir Dalam Tafsir Ibnu Katsir

Amanah dalam Q.S al-Ahzab/33: 72 menurut pandangan Ibnu Katsir yang

dijelaskan pada kitabnya al-Qur’an al-‘adzim bahwasanya makna amanah yang

Page 83: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

72

dimaksud adalah ketaatan yang telah Allah tawarkan kepada langit, bumi dan

gunung-gunung sebelum Allah menwarkan kepada Nabi adam as. Amanah

ditawarkan kepada manusia berkaitan dengan tugas pokok manusia sebagai

khalifah fil ard.

Hal demikian sebagaimana firmannya dalam Q.S Al-Baqarah/2: 30

Artinya:

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Allah Swt. menciptakan manusia di muka bumi ini agar manusia dapat

menjadi khalifah di muka bumi. Maksud dari khalifah adalah seseorang yang

diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan dan juga

sebagai pengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhan, hewan, hutan, air,

gunung dan lain sebagainya. Seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan

segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu

menjalankan semua itu, maka sunnatullah yang menjadikan manusia sebagai

khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut,

terutama manusia yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw.

Page 84: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

73

Manusia yang menyadari dirinya sebagai khalifah Allah maka ia akan sadar

bahwa di dunia ini dia mempunyai kedudukan dan jabatan. Untuk itu kesadaran

diri sebagai khalifatullah sangatlah dibutuhkan, karena jika seseorang menyadari

bahwa jabatan dan kedudukannya di dunia ini merupakan penjabaran dari

jabatannya sebagai khalifatullah. Sehingga tidak ada satupun manusia yang akan

menyelewengkan jabatannya, dan juga tidak akan ada manusia yang melakukan

penyimpangan-penyimpangan, karena mereka sadar bahwa manusia sebagai

khalifah merupakan amanah dari Allah. Untuk itu sebagai khalifatullah, manusia

harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.

Dari sini dapat difahami bahwa manusia sebagai pengemban amanah

memiliki derajat yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya

seperti Langit, Bumi dan Gunung. Hal ini karena manusia diciptakan sebagai

khalifah fil ard (pemimpin di bumi).

Sebagaimana pandangan Ali Ibn Abi Tolhah dari Ibn abbas Ra. Kata

wahamalahal insan (dan dipikullah amanah itu oleh manusia) dimaksudkan bahwa

amanah adalah sebuah kewajiban-kewajiban yang diberikn oleh Allah kepada

langit, bumi dan gunung-gunung. Jika mereka menunaikannya, Allah akan

membalas mereka. Dan jika mereka menyia-nyiakannya, maka Allah akan

menyiksa mereka. Mereka enggan menerimanya dan menolaknya bukan karena

maksiat, tetapi karena ta’dzim (menghormati) agama Allah kalau-kalau mereka

tidak mampu menunaikannya. Kemudian Allah menyerahkannya keapada Adam,

maka Adam menerimanya dengan segala konsekuensinya. Itulah maksud dari

Firman Allah:

Page 85: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

74

“Dan dipikullah ia (amanah itu) oleh manusia. Sesungguhnya dia

(manusia) sangat aniaya (karena tidak menunaikan amanah) dan sangat

bodoh (karena menghianati amanah).”

Hal tersebut jelas berbeda dengan manusia yang mau menerima amanah

tersebut, karena manusia mampu menjaga ketatan sekaligus mampu melakukan

kemaksiatan. Jika manusia menginginkan ganjaran maka ia akan senantiasa

berbuat kebajikan dengan melaksanakan perintah Allah. Namun sebaliknya dia

juga siap menanggung azab dari Allah karena kelalainnya menjalankan perintah-

Nya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa benda-benda mati itu pada hakikatnya ingin

menerima amanah tersebut, akan tetapi ketika diberitahukan tentang adanya

ganjaran dan azab, mereka hanya mau menerima ganjaran saja, namun takut akan

menanggung azab dari Allah Swt. Sedang manusia berani menanggung resiko

apapun, baik ganjaran maupun azab, sebagai konsekuensi menerima amanah dari

Allah Swt.

Kata abawaina yang terambil dari fiil madhi aba yang secara kebahasaan

berarti membangkang, enggan dan sejenisnya, dalam konteks ayat ini ditampilkan

untuk menggambarkan penolakan atau keengganan yang dilakukan oleh langit,

bumi dan gunung-gunung. Penolakan tersebut terjadi ketika Allah menawarkan

kepadanya untuk mengemban amanah berupa tugas-tugas keagamaan. Penolakan

atau keengganan ini didasari adanya kekhawatiran bahwa kelak mereka

menghianatinya, karena itulah mereka tidak mau menerimanya. Sesungguhnya

manusia itu sangat dzolim dan bodoh.

Page 86: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

75

Selanjutnya, kata asyfaqna secara kebahasaan berarti hawatir berhianat. Dalam

konteks ayat di atas kata itu ditunjukkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung

yang menolak dan enggan memenrima amanah berupa tugas keagamaan dari

Allah. Mereka enggan menerima amanah dengan alasan ketakutan akan

berkhianat.

Manusia walaupun lebih kecil dari makhluk lain, tetapi manusia berani

menerima amanah tersebut karena manusi mempunyai potensi. Akan tetapi karena

pada diri manusia terdapat ambisi dan syahwat yang sering mengelabuhi mata dan

menutup pandangan hatinya, Allah mensifatinya dengan dzalim dan bodoh karena

kurang memikirkan konsekuensi menerima amanah tersebut.11

Menjalankan amanah berarti menjalankan ketaatan terhadap Allah Swt sebagai

pemberi amanah. Taat kepada Allah berarti berserah diri kepada Allah, yang dalam

hal ini ada dua macam:

1. Berserah diri dengan pilihan dan keinginan

2. Berserah diri tanpa ada pilihan

Karena takut dengan beban yang berat maka langit, bumi dan gunung-gunung

berserah diri tanpa ada pilihan. Adapun manusia yang menerima amanah tersebut,

bukan berarti manusia itu dzalim dan bodoh karena memilih untuk mengemban

amanah. Justru mereka yang dzolim dan bodoh adalah mereka yang menolak

amanah yang telah diberikan oleh Allah Swt.

Harus difahami di sini bahwa manusia disebut dzalim dan bodoh jika manusia

tidak berserah diri kepada Allah. Maka dalam aqidah manusia disebut

11

Al-Qur’an dan terjemahnya jilid 8 (Kementrian agama RI), h. 49-51

Page 87: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

76

mukhoyyarah wa musayyarah dalam kehidupan (kemampuan untuk memilih dan

tidak memilih). Artinya manusia itu memiliki sesuatu yang memang sudah menjadi

pilihan dan tidak ada pilihan. Sebagai contoh, kita tidak punya pilihan untuk

dilahirkan dari orang tua yang mana, akan tetapi mempunyai pilihan dalam

menjalani hidup, sebab manusia dianugerahi akal oleh Allah yang bisa digunakan

untuk membedakan kebenaran dan kesesatan.

Secara ringkas konsep amanah yang dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir dapat

kita ambil kesimpulan bahwa langit, bumi dan gunung-gunung sebelumnya telah

ditawari Allah Swt. untuk menerima amanah, yaitu melaksanakan tugas-tugas

keagamaan. Tetapi mereka enggan menerimanya karena khawatir akan azab yang

diberikan Allah sebagai akibat karena mereka berkhianat. Untuk itulah, amanah

ditawarkan kepada manusia, yang akhirnya mereka menerimanya. Namun, karena

dalam diri manusia terdapat banyak ambisi dan syahwat, maka amanat tersebut

seringkali mereka dustakan (akibat dari kebodohan dan kedzaliman manusia).

3. Abu Abdullah al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi

Amanah dalam pandangan al-Qurthubi meliputi semua tugas agama. Hal ini

sebagaimana firman-Nya pada Q.S al-Mu’minun/23: 8

Artinya:

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)

dan janjinya.

Page 88: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

77

Amanah dan janji menggabungkan semua yang dipikul manusia berupa

perkara agama dan dunia, ucapan dan perbuatan. Dan hal ini meliputi pergaulan

dengan manusia, janji-janji dan selain yang demikian itu. Dan kesudahan yang

demikian itu adalah menjaga dan melaksanakannya.

Ketika amanah meliputi segala hal, yang diberi amanah harus menunaikan

amanahnya, sama saja ia diberi amanah terhadap harta yang banyak atau hanya

satu dinar. Karena Allah memerintahkan menunaikan amanah kepada pemiliknya,

dan melarang berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melarang menghianati

semua amanah mereka. Dan Allah menjadikan diantara sifat orang-orang yang

beruntung adalah bahwa sesungguhnya mereka menjaga janji dan amanah mereka.

Amanah adalah sifat istimewa bagi para pemangku risalah (para Nabi),

karena sesungguhnya setiap orang dari mereka berkata kepada kaumnya yang

terangkum dalam Q.S asy-Syu’ara/26: 107

Artinya:

Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus)

kepadamu,

Amanah tersebut merupakan persaksian musuh-musuh mereka (para nabi)

kepada mereka, seperti dalam dialog Heraclius (raja Romawi) dengan Abu Sufyan

Ra. Ketika Heraclius berkata: “aku bertanya kepadamu, apa yang diperintahkannya

kepadamu? Maka engkau menjelaskan bahwa ia memerintahkan shalat, jujur,

menahan dari yang haram, melaksanakan janji, menunaikan amanah. Ia berkata:

dan ini adalah sifat seorang Nabi.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Page 89: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

78

Sungguh jika ini merupakan sifat para penyeru risalah, maka sesungguhnya

para pengikut mereka juga memiliki karakteristik seperti itu. Karena itulah beliau

menyertakan definisi seorang mukmin dengan perilakunya yang istimewa, dimana

beliau bersabda:

“Dan seorang mukmin adalah orang yang manusia memberikan

amanah kepadanya terhadap darah dan harta mereka.” (HR. At-

Tirmidzi)

4. M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah

M. Quraish shihab berpendapat bahwa ayat tersebut (Q.S al-Ahzab/33:

72) berhubungan erat dengan ayat yang lalu, karena ia bagaikan menyatakan: Dan

barang siapa tidak taat kepada Allah dan Rasul, apalagi setelah menerima amanah,

maka mereka itu mendapat kerugian yang besar.

Kata ‘aradhna terambil dari kata ‘aradha yakni memaparkan sesuatu

kepada pihak lain agar dia memilih untuk menerima atau menolaknya. Ayat 72 ini

mengemukakan satu ilustrasi tentang tawaran yang diberikan oleh Allah kepada

yang disebut oleh ayat ini. Tawaran tersebut bukanlah bersifat pemaksaan. Tentu

saja siapa yang ditawari itu – dinilai oleh yang menawarkannya memiliki potensi

untuk melaksanakannya. Atas dasar itu, sementara ulama menambahkan bahwa

tawaran Allah kepada langit, bumi dan gunung-gunung itu, dan informasi-Nya

bahwa mereka menolak, merupakan pertanda bahwa sebenarnya mereka semua

bukanlah makhluk yang dapat memikul amanat itu. Di sisi lain penyerahan amanah

itu – oleh Allah kepada manusia dan penerimaan makhluk ini, menunjukkan

bahwa manusia memiliki potensi untuk menunaikannya dengan baik. Hal ini tidak

Page 90: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

79

ubahnya seperti seorang ayah yang akan tercela jika semyerahkan sebilah pisu

kepada anak kecil, atau memerintahkan anak di bawah umur untuk mengemudi.12

Tujuan informasi ayat di atas tentang penolakan langit, bumi dan gunung-

gunung adalah untuk menggambarkan betapa besar amanat itu, bukan untuk

menggambarkan betapa kecil dan remeh ciptaan-ciptaan Allah itu.

Dalam memaknai amanah Thabathaba’i berkesimpulan bahwa makna

amanah yang paling tepat sesuai dengan ayat tersebut adalah kesempurnaan yang

dihasilkan oleh kepercayaan terhadap akidah yang benar, amal shaleh, serta upaya

menempuh jalan kesempurnaan dengan meningkatkan diri dari kerendahan materi

menuju puncak keihklasan yakni bahwa yang bersangkutan dipilih oleh Allah

untuk diri-Nya sendiri tanpa sedikit keterlibatan pihak lain pun, dan dengan

demikian Allah mengatur segala urusannya, dan inilah yang merupakan “Wilayah

Ilahiah”. Akhirnya Thabathaba’i menegaskan bahwa amanah adalah wilayah

Ilahiah sedang penolakan langit, bumi dan gunung-gunung berarti adalah ketiadaan

potensinya untuk itu, sedang penerimaannya adalah tersedianya potensi untuk

memikulnya. Dan karena manusia berlaku aniaya dan bodoh, tidak menolak dan

tidak pula khawatir memikulnya, maka jelaslah ada diantara mereka yang munafik

atau musyrik, sedang yang memikulnya dengan baik itulah yang mukmin.13

Ulama’ itu sebagaimana yang tercantum dalam tafsir al-Misbah

menyampaikan pertanyaan terhadap ayat tersebut: “Mengapa Allah yang Maha

Bijaksana lagi Maha Mengetahui membenakan kepada manusia beban yang berat

dan penting dan yang justru telah ditolak oleh makhluk-makhluk besar dan kuat

12

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Vol. 11

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 332 13

Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 334

Page 91: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

80

seperi Langit, Bumi dan gunung padahal Allah telah mengetahui bahwa manusia

adalah makhluk yang lemah, dan bahwa ia menerima amanah itu karena kezaliman

dan kebodohannya, keangkuhan serta kelengahannya meyangkut dampak-dampak

penerimaan itu? Ini serupa dengan membebani seseorang yang tidak waras suatu

tugas yang bersifat umum dan yang telah ditolak sebelumnya oleh orang yang

berakal sehat.14

Thabathaba’i menjawab bahwa kezaliman dan kebodohan manusia lah yang

justru menjadikan sebab manusia mampu memikul amanah itu, karena sifat

kezaliman dan kebodohan hanya dapat disandang oleh siapa yang dapat

menyandang sifat adil dan ilmu. Gunung misalnya, tidak dapat dikatakan gunung

yang zalim atau yang bodoh, demikian juga langit. Amanah yang dimaksud ayat

ini adalah wilayah ilahiah atau kesempurnaan sifat ‘ubudiyyah hanya dapat

diperoleh dengan pengetahuan tentang Allah serta amal shaleh yang merupakan

keadilan, sedang yang dapat menyandang kedua hal itu hanyalah makhluk yang

berpotensi menyandang keduanya – dalam hal ini manusia. Dan manusia yang

berpotensi menyandang keduanya itu, berpotensi pula menyandang lawan

keduanya yakni kezaliman dan kebodohan.15

C. Munasabah Ayat 72 Dengan Sebelum Dan Sesudahnya.

Dalam al-Qur’an surah al-Ahzab/33: 72 mempuyai korelasi dengan ayat

sebelumnya. Allah Swt. setelah melarang mengucapkan kebohongan dan tuduhan

palsu, Allah Swt menyeru dan mengajak orang-orang yang beriman agar bertaqwa

14

Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 334 15

Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 335

Page 92: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

81

kepada Allah Swt. yakni melaksanakan perintah-Nya sekuat kemampuan dan

menjauhi larangan-Nya serta mengucapkan perkataan yang tepat, yakni

menyangkut Nabi Muhammad Saw. dan Zainab ra. Bahkan dalam setiap ucapan

(al-Ahzab/33: 70). Jika itu mereka indahkan niscaya, menurut ayat 71 dikatakan

bahwa:

Artinya:

niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan

mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah

dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan

yang besar.

Selanjutnya, dalam pandangan al-Sya’rawi, pada ayat ini Allah menjelaskan

tentang kedudukan dan fungsi dari perkataan jujur yaitu "niscaya Allah

memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.

Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhry;a ia telah

mendapat kemenangan yang besar." Yaitu di akhirat kelak.

Kata fauzan (kentenangan) diberi sifat dengan kata 'azhim (besar), sebab

ketika manusia berada di dunia mereka mendapatkan rezeki dengan sebab yang

mereka lakukan. Sementara di akhirat kelak para penduduk surga mendapatkan

nikmat dari Allah langsung dari-Nya tanpa sebab yang harus dilakukan. Bukankah

dengan demikian nikmat akhirat lebih besar daripada nikmat dunia?.16

Pendapat lain disampaikan oleh Shihab bahwa Allah Swt. memperbaiki dari

saat ke saat kualitas amalan-amalan mereka, yakni dengan jalan mengilhami dan

16

Sya’rawi, Tafsîr asy-Sya’râwî, Vol. 11, h. 66

Page 93: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

82

memudahkan mereka melakukan amal-amal yang tepat dan benar. Disamping itu,

Allah Swt. mengampuni dosa-dosa mereka. Memang tutup ayat 71, siapa mentaati

Allah dan rasul-Nya, maka sungguh ia telah memperole keberuntungan besar,

yakni ampunan dan surga Ilahi.

Sebalikya, siapa yang tidak taat kepada Allah Swt. dan Rasul, apalagi setelah

menerima amanah, maka mereka itu ditimpa kerugian yang besar. Q.s al-

Ahzab/33: 72 menyatakan bahwa:

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi

dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat

itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat

itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat

bodoh.

Sungguh Allah Swt. telah menawarkan amanat, yaitu tugas keagamaan

kepada langit, bumi dan gunung-gunung agar mereka mau memikulnya, lalu

mereka semua engan, karena takut bertanggung jawab. Mereka khawatir, jangan

sampai jika mereka menerimanya, mereka menghianatinya dan Allah Swt.

menawarkan amanat itu kepada manusia. Sesungguhnya manuisa amat dzalim,

karena tidak menunaikan amanat dan amat bodoh karena mau menerima manat itu

lalu menghianatiya. Sehingga kesudahannya lanjut ayat 73:

Page 94: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

83

Artinya:

sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan

perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan

sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan

perempuan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Di akhir ayat dalam Q.S al-Ahzab/33: 72 dikatakan bahwa sesungguhnya

manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sementara pada ayat ini (Q.S al-

Ahzab/33: 73) diakhiri dengan Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. Demikianlah keindahan bahasa al-Qur’an yang memiliki kesesuaian

antara ayat demi ayatnya (munasabah ayat). Allah maha Pengampun bagi orang-

orang yang berlaku zalim dan sayang terhadap mereka yang bodoh dari hamba-

Nya. Namun, seorang hamba tidaklah sewajarnya melakukan dosa karena

mengetahui bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Pengampun Dosa. Oleh karena

itu dalam Q.S al-Ifithar/82: 6 Allah berfirman: “.., Apakah yang telah

memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha

Pemurah.” Sifat Allah yang maha Pemurah disalahartikan oleh hamba-Nya

dengan melakukan maksiat dan dosa.17

Allah Swt. menyiksa orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan

orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan, karena mereka termasuk manusia

yang menerima amanat itu, lalu menyia-nyiakannya. Kendati demikian, sebelum

menyiksa, Allah Swt. membuka pintu taubat bagi siapapun sehingga Allah

menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan yang

17

Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 71

Page 95: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

84

memanfaatkan anugerah itu. Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha

Pengasih pada siapapun yang akan bertaubat.18

Huruf lam pada ayat ini menunjukkan bahwa menurunkan azab bukanlah

tujuan dari penciptaan manusia. Allah tidak menciptakan manusia untuk diazab

melainkan untuk memerankan tugasnya sebagai khalifah. Lam ini disebut dengan

lam at-ta’qib yang berarti sebab perbuatan manusia itu sendiri sehingga dia berhak

atas azab Allah Swt. sebagaimana juga dijumpai dalam firman-Nya dalam Q.S al-

Qashash/28: 8: “Maka dia dipungut oleh keluarga Fir'aun agar kelak ia menjadi

musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta

tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.” Ketika Fir’aun mengangkat

Musa sebagai anaknya maka ketika itu dia berarti telah memelihara musuhnya

yang kelak akan mengahancurkan kerajaannya.19

Dalam ayat ini juga Allah hendak membedakan antara orang munafik dan

musyrik.20

kemudian secara khusus Allah sediakan ampunan dan sayang-Nya

kepada orang-orang yang beriman. Inilah rahasia mengapa Allah mengulangi

nama-Nya dua kali pada ayat ini. Allah mengazab orang-orang munafik dan

musyrik dan Allah mengampunkan dan menyayangi mukmin. Sifat keindahan

Allah bagi orang mukmin, sedangkan sifat Jalal-Nya atas orang-orang munafik dan

musyrik.21

18

M. Quraish Sihab, al-Lubab: Makna, Tujuan, da pelajaran dari Surah-Surah al-Qur’an

(Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 245-246 19

Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 71 20

Kaum munafik jauh lebih berbahaya dari orang kafir. Sebab orang yang kafir terdapat

kesesuaian antara ucapan dan hatinya. Sedangkan munafik antara perkataan dan hatinya tidak

sejalan, lain di bibir lain di hati. Mereka adalah orang yang menyembunyikan kekafiran dalam

dirinya. Oleh karena itu, mereka adalah musuh yang paling berbahaya. Ancaman Allah atas mereka

pun begitu kerasnya yaitu akan ditempatkan pada neraka yang paling berat azabnya. 21

Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, h. 72

Page 96: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

85

Dalam kita al-Lubab: Makna, Tujuan, da pelajaran dari Surah-Surah al-

Qur’an, karya M. Quraish Shihab dijelskan beberapa pelajaran yang dapat dipetik

dari ayat 70-73, adalah sebagai berikut:

a. Berbicra, bukan hanya harus benar, tetapi juga tepat sasaran, waktu,

dan tempatnya, serta tepat juga redaksinya lagi sesuai dengan mitra

bicara.

b. Keterbiasaan mengucapkan kalimat-kalimat yang tepat mengantar

seseorang menjauh dari kebohongan, dan ini pada gilirannya

mengantarkannya melakukan aneka aktivitas yang baik dan bermutu.

c. Amanah keagamaan sangat agung sehingga langit, bumi, dan gunung-

gunung enggan menerimanya. Itu karena dia tidak memiliki potensi

untuk mempertanggungjawabkannya.

Page 97: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

86

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari pertanyaan permasalahan yang tertulis pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konsep amanah menurut pandangan

Muhammad Mutawalli Sya‘rāwī berkaitan dengan segi kedzaliman dan

kebodohan manusia. Manusia dikatan zalim lagi bodoh dikarenakan kesanggupan

menerima amanah, namun tidak menunaikannya. Menurut Sya‘rāwī amanah yang

diberikan Allah kepada makhluk-Nya adalah amanah untuk memilih antara

beriman atau kafir, taat atau maksiat. Sya‘rāwī menjelaskan alasan langit, bumi

dan gunung-gunung menolak amanah tersebut adalah karena kekhawatiran dan

ketakutan akan khiyanah terhadap amanah yang diberikan. Itulah maksud dari

Firman Allah Q.S al-Ahzab/33: 72 dalam pandangan Muhammad Mutawalli

Sya‘rāwī.

B. SARAN

Dalam penulisan skripsi yang berkaitan dengan konsep amanah dalam

pandangan Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī pada Q.S al-Ahzab/33: 72 ini, akan

lebih bermakna apabila ada sumbangan dan saran untuk menganalisa tafsir-tafsir

yang berkaitan dengan sosial masyarakat. Untuk itu penulis menyampaikan

beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

Page 98: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

87

1. Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai

pengalaman, metode tafsir, serta latar belakang sosial budaya dari

Muhammad Mutawalli al-Sya‘rāwī, supaya kita dapat mengetahui

karakter dan corak pemikirannya.

2. Diperlukan pemeliharaan dalam mengkaji tafsir yang berhubungan

dengan sosial kemasyarakatan. Karena al-Qur’an adalah pedoman hidup,

supaya hidup di dunia ini bermakna dan tidak sia-sia maka harus sesuai

dengan tuntunan al-Qu’an. Untuk itulah ayat-ayat mengenai mu’amalah

hendaknya lebih banyak dikaji.

3. Hendaknya sikap amanah ini diaplikasikan di dalam segala aspek

kehidupan sebagaimana tuntutan agama, karena dengan amanah ini

maka akan tercipta rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga segala

aspek kehidupan akan berjalan dengan baik.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan ini, maka dari itu

apabila ada masukan, kritik atau saran atas penulisan ini maka penulis akan

menerima dengan senang hati sebagai pengembangan dari penulisan ini.

Page 99: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

88

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Malik Al-Munir, “Ṣafwat Al-Tafāsīr Karya Al-Sābūnī dan Contoh

Penafsirannya tentang Ayat-ayat Sifat” Analisis, Vol. XVI, No. 2 (Desember

2016): h. 145-168.

Abiyoga, Firdaus Arfianandy dan Irham Zaki. “Implementasi Sifat Amanah

Pengelola Koperasi Pondok Pesantren: Studi Kasus Pada Pengelola

Koperasi Pondok Pesantren Qomaruddin Kecamatan Bungah Kabupaten

Gresik”, Jestt, Vol. 1 No. 9 (September 2014): h. 636-646.

Abu ‘Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal. Musnad Ahmad ibn Hambal.

Vol. III Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1419 H./1998 M.

Agung, Ivan Muhammad dan Desma Husni. “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif” Jurnal Psikologi, Vol. 43, No. 3,

(2016): h. 194-206.

al-‘Ainain, Sa’id Abu. Al-Sya’rawi Ana Min Sulalat Ahli al-Bait. al-Qahirah:

Akhbar al-Yawm, 1955

Aji Fatahilah, dkk, “Penafsiran Ali Al-Shabuni Tentang Ayat-Ayat Yang

Berkaitan Dengan Teologi” Al-Bayan: Vol. 1, No. 2 (Desember 2016): h.

165-175.

al-Amal, Mahmud Rizq. Tarikh al-Imam al-Sya’rawi, dalam majalah Manar al-

Islam (September, 2001), no. 6 vol. XXVII.

Amrullah, Amri. ed: Nashih Nashrullah “Syekh Muhammad Mutawalli Al-

Sya‘rāwī Mujadid Abad ke-20” diakses pada 16 Juli 2018 dari

https://republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/14/09/14/nbw82m-

syekh-muhammad-mutawalli-asysyarawi-mujadid-abad-ke20

Anatassia, Dede Fitriana. “Apakah Kamu Teman yang Amanah? Psikologi

Indijinus: Teman yang Amanah pada Masyarakat Melayu”, Jurnal Psikologi,

Vol. 13 No. 1, (Juni 2017): h. 41-47.

Azis, “Reward-Punishment Sebagai Motivasi Pendidikan: Perspektif Barat Dan

Islam”, Cendekia, Vol. 14 No. 2 (Desember 2016): h. 333-349.

Ba’asiyen, Moh. Arsyad. “Tafsir bi al-Ra’yi Sebagai Salah Satu Bentuk

Penafsiran Al-Quran”, Hunafa, Vol. 2 No. 2 (Agustus 2005)

Badri, Taha. Qaluan al-Sya’rawi ba’da Rahilihi. al-Qahirah: Maktabah Al-Turas

al-Islami, t.t

Cahyadi, Rahmat Arofah Hari. “Telaah Hakikat Manusia dan Relasinya Terhadap

Proses Pendidikan Islam” Adabiyah, Vol. 1 , No. 1 (September 2015): h. 29-

40.

Page 100: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

89

Fachrudin HS. Ensiklopedia Al-Qur`an. Jakarta: PT. Melton Putra, 1992

Faturrahman. “Konsep Dan Metode Penanaman Nilai Amanah Dalam Al-Qur’an:

Studi Tematik Ayat-Ayat Amanah”, Tesis UIN Sunana Kalijaga

(Yogyakarta 2011).

Faudah, Mahmud Basuni. tafsir-Tafsir al-Qur’an Perkenalan dengan Metodologi

Tafsir, terj. M Muhtar Zoeni dan Abdul Qad’ir Hamid. Bandung, Pustaka,

1987.

Fawzi, Muhammad. al-Syaikh al-Sha‟rawi min al-Qaryah ila al-Qimmah. Kairo:

Dâr alNashr, 1992

Fitri, Ahyani Radhiani dan Ami Widyastuti. “Orang Tua Yang Amanah: Tinjauan

Psikologi Indijinus”, Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 15, No. 01 (2017): h. 12-

24.

Harahap, Syahrin dan Hasan Bakti Nasution. Ensiklopedia Akhlak Islam. Jakarta:

Kencana. 2009

Hasyim, Ahmad Umar. al-Imam al-Sya’rawi Mufassirin wa Da’iyah. al-Qahirah:

Maktabah al-Turis al-Islami, t.t.

al-Hasyimiy, Al-Sayyid Ahmad. Mukhtar Al-Hadits An-Nabawiyyah wa Al-

Hukum Al-Muhammadiyyah. Surabaya: Imaratullah, t.t.

Herianingrum, Sri dkk. “Implementasi Nilai-nilai Amanah pada Karyawan Hotel

Darussalam Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo”, Al-Tijarah, Vol. 1, No.

1 (Juni 2015): h. 59-71.

Hidayat, Manaratul. “Konsep Amanah Perspektif Al-Qur’an (Studi Analisis Tafsir

Al-Mishbah M. Quraish Shihab) “ Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, Dakwah

dan Adab, Institut Agama Islam Negeri (Iain) “Sultan Maulana

Hasanuddin” Banten, 2015

Ibn Abbās. Tafsīr Ibn Abbās, diterjemahkan oleh Muhyidin Mas Rida. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009.

Ibn Katsir. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzīm. Beirut: Dār al-Fikr, t.t.

Ibn Mas’ūd. Tafsir Ibn Mas’ūd. Diterjemahkan oleh Ali Murtadho Syahudi.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Imam al-Bukhārī. Ṣahīh al-Bukhārī. Beirut: Dār al-Kutb al-ʹIlmiyah, 1992.

Istibzyaroh. Hak-Hak Perempuan Relasi Grnder Menurut Tafsir Al-Sya’rawi.

Jakarta:Mizan, 2004

Iyâzi, Muhammad Alî. al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum. Teheran:

Mu‟assasah al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1372 H.

Jauhar, Ahmad al-Marsi Husein. Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi: Imam Al-

‘asr. Al-Qahirah: Handat Misr, 1990.

Page 101: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

90

Jauhar, Ahmad al-Marsi Husain. Ma`a Dâ`iyah al-Islâm Syekh Muhammad

Mutawalli al-Sya`râwi Imâm al-`Asr. Kairo: Maktabah Nahdah, t.t

K. Hitti, Philip. History of The Arabs. New York: Palgrave Macmillan, 1976

karomain, Ahmad. “Tafsir al-Sya‟rawi Khawatir al-Sya‟rawi Haula al-Qur‟an al-

Karim.” Diakses pada 16 Juli 2018 dari

https://karomain.wordpress.com/2012/12/06/tafsir-al-syarawi-khawatir-al-

syarawi-haula-al-quran-al-karim/

Khaerullah,Moch Irham. “Implikasi Qs. Al-Maidah Ayat 67 tentang Tugas Dan

Peran Guru Dalam Menyampaikan Amanah”, Prosiding Pendidikan Agama

Islam, Vol. 2 (Tahun 2014-2015): h. 49-56.

Khairullah, ”Peran dan Tanggung Jawab Manusia dalam Al-Qur`an” dalam Jurnal

Al-Fath, Vol. V. no.01, Januari-Juni, 2011.

al-Khawarizmi, Al-Imam Al-Zamakhsyari. Tafsir al-Kasyaf. t.t: Darul Maarif,

2002

al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar dan Herry

Noer Aly, Juz 4,5, dan 6.

Masyhuri, “Merajut Sejarah Perkembangan Tafsir Masa Klasik: Sejarah Tafsir

Dari Abad Pertama Sampai Abad Ketiga Hijriyah”, Hermeunetik, Vol. 8,

No. 2 (Desember 2014): h. 207-228.

Maulana, Aji. “Implementasi Nilai Amanah Dan Fathanah Pada Pengelolaan

Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”, Skripsi S1 Fakultas

Dakwah Dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2008).

Mentari, Riesti Yuni. “Penafsiran al-Sya’rawi terhadap al-Qur’an tentang Wanita

Karir” (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2011.

al-Minsyâwî, Muhammad Siddîq. Al-Syaikh al- Sya‟râwi wa Hadîts al-Dzikrayât.

t.t.: t.p.,t. th.

Mohammad, Herry. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:

Gema Insani Press, 2006

Mubarak. “Urgensi Psikologi Islam Dalam Pendidikan Islam” Studia Insania,

Vol. 5, No. 2 (November 2017): h. 215-228.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997

Munthe, Ricca Angreini dan Ami Widyastuti. “Saudara Yang Amanah: Tinjauan

Psikologi Indijinus”, Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 15, No. 01 (2017): h. 25-

34.

Mustaqimah, “Urgensi Tafsir Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Qur’an” FARABI,

Vol. 12 No. 1 (Juni 2015)

Page 102: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

91

Nawawi, Rif’at Syauqi. Kepribadin Qur’ani. Jakarta: Amzah, 2011

Noviandani, Martha Ineke dan Dina Fitrisia Septiarini. “Nilai-nilai Amanah

Sebagai Strategi Fungsional Pada Rumah Makan Wong Solo Cabang

Gresik”, Jestt, Vol. 2 No. 5 (Mei 2015): h. 400-412.

Pasya’, Hikmatiar ”Studi Metodologi Tafsir asy-Sya’rawi” Jurnal Studia

Qur’anika Vol. I, no. 2 (Januari, 2017)

Pratiwi, Chintya Ayu. “Hadits-Hadits Amanah Riwayat Bukhari-Muslim Dalam

Kitab Riyadhush Shalihin Dan Implementasinya Dalam Manajemen

Pendidikan Islam”, Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (Surakarta,

2017).

Pulungan, Sahmiar. “Wawasan Tentang Amanah Dalam Al-Qur’an” Disertasi

Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta 2006).

al-Qurthubi. Jami’ li Ahkām al-Qur’ān. Diterjemahkan oleh Faturrahman Abdul

Hamid dkk Jakarta: Pustaka Azaam, 2009.

Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedi al-Qur’an: Tafsir sosial berdasarkan Konsep-

Konsep Kunci. Jakarta: Paramadina, 1996.

Roisah, Nida Nur. “Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan

Akhlak Anak” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta 2009, h. 34.

Rosyid, Moh. “Mewujudkan Pemimpin Amanah Pada Pemilu 2014 Dalam

Bingkai Sejarah”, Yudisia, Vol. 5, No. 1 (Juni 2014): h. 21-45.

Sadat, Anwar. Jalan Panjang Menuju Revolusi (Sebuah Catatan di Lembah

Sungai Nil) Jakarta: Beunebi Cipta, 1987.

Sahri. “Penafsiran Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Amanah Menurut M. Quraish

Shihab”, Madaniyah, Vol. 8 No. 1 (Januari 2018): h. 125-140.

Samak, Muhammad Jawis. “Amanah dalam al-Qur’an: Kajian Tematik Tafsir al-

Qur’an Al-Azim Karya Ibn Katsir”, Skripsi S1 Jurusan Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga

(Yogyakarta 2017).

Setiawan,Wahyudi. “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan

Islam”, AL-Murabbi, Vol. 4, No. 2 (Januari 2018): h. 184-201.

Shihab, M. Quraish. al-Lubab: Makna, Tujuan, da pelajaran dari Surah-Surah al-

Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2012

Shihab, M. Qurais. al-Qur’an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati, 2013

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an

Vol. X. Jakarta: Lentera Hati, 2002

Page 103: PEMAKNAAN AMANAH DALAM SURAH AL-AHZAB AYAT 72. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40640/1/ANIESA... · C. Gambaran Umum Tafsir al-Sya‘rāwī .....49 D. Pandangan

92

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an

Vol XI. Jakarta: Lentera Hati, 2002

Sya’rawi, Muhammad Mutawalli .Tafsir Sya’rawi, terj. Safir al-azhar (Ikatan

alumni Universitas al-azhar Mesir di Medan) dan Zainal Arifin. Jakarta: PT.

Ikrar Mandiriabadi, 2011

Sya’rawi, Muhammad Mutawalli. Tafsîr asy-Sya’râwî, Vol. 2. Kairo, Mesir:

Akhbar alYoum, 1991

Sya’rawi, Muhammad Mutawalli. Tafsîr asy-Sya’râwî, Vol. 6. Kairo, Mesir:

Akhbar alYoum, 1991

Abdul Syukur,” Mengenal Corak Tafsir al-Qur’an” Jurnal El- furqonia Vol. 01,

No.1 (Agustus: 2015), h. 83 - 104

al-Thabarī. Jamiʹ al-Bayān an Ta’wīl Ayi al-Qur’ān. diterjemahkan oleh Misbah.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Tusriyanto, “Kepemimpinan Spiritual Menurut M. Quraish Shihab” Akademika,

Vol. 19, No. 01 (Januari -Juni 2014): h. 117-134.

Zain, Arifin dkk. “Identifikasi Ayat-Ayat Dakwah Dalam Al-Qur`an”, AL-Idarah,

Vol. 1, No. 2 (Desember 2017): h. 167-188.

Zoelisty, Capridiea. “Amanah Sebagai Konsep Pengendalian Internal Pada

Pelaporan Keuangan Masjid”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Diponegoro (Semarang, 2014).

https://almanhaj.or.id/2711-siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html