pemahaman hakikat sains (nos) mahasiswa...

15
1 PEMAHAMAN HAKIKAT SAINS (NOS) MAHASISWA TAHUN KETIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG Eris Ratnawati, Sri Rahayu, dan Prayitno Universitas Negeri Malang Email: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman mahasiswa pendidikan kimia Universitas Negeri Malang tentang aspek-aspek dalam NOS. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan metode survei. Sampel adalah 93 mahasiswa program pendidikan kimia tahun ketiga (2010). Instrumen pengumpul data adalah tes pilihan ganda yang terdiri dari sepuluh karakter NOS yang dikembangkan berdasarkan data angket terbuka dan literature. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemahaman kesepuluh aspek NOS mahasiswa pendidikan kimia tahun ketiga (2010) tergolong cukup (60,73%). Apabila kesepuluh aspek NOS dirinci, ada yang tergolong sangat baik, baik, cukup, dan sangat kurang. Implikasi dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang aspek NOS seharusnya diajarkan di perguruan tinggi secara eksplisit sehingga calon guru memahami NOS dengan sangat baik. Abstrack: This study aims to determine the prospective chemistry teachers at the State University of Malang in understanding of NOS aspects. Type of this study is descriptive. The method used is survey. The sample consisted of 93 students of Year 3 (2010) who enrolled in chemistry education program. Instrument for collecting data was a multiple-choice test consisting of ten aspects of NOS. The instrument was developed based on open-ended questionnaire data and literature. The results showed the general NOS understandings of chemistry education student of Year 3 (2010) were categorized adequate (60.73%). If the ten aspect detailed, there were categorized very good, good, adequate, and poor. %). The implication of this research is that the knowledge about NOS aspects should be taught in college explicitly in order to understand better for prospective teachers. Kata Kunci : Hakikat sains (NOS), pemahaman, mahasiswa program pendidikan kimia IPA atau sains merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya. Carin dan Sund (dalam Widowati 2008) mendefinisikan sains sebagai suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Disamping itu, sains juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Menurut BSNP (2006) tujuan pembelajaran sains adalah agar dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan

Upload: vanbao

Post on 31-Aug-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

PEMAHAMAN HAKIKAT SAINS (NOS) MAHASISWA TAHUN KETIGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Eris Ratnawati, Sri Rahayu, dan Prayitno

Universitas Negeri Malang

Email: [email protected], [email protected],

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman mahasiswa pendidikan

kimia Universitas Negeri Malang tentang aspek-aspek dalam NOS. Jenis penelitian yang

dilakukan adalah deskriptif dengan metode survei. Sampel adalah 93 mahasiswa program

pendidikan kimia tahun ketiga (2010). Instrumen pengumpul data adalah tes pilihan ganda yang

terdiri dari sepuluh karakter NOS yang dikembangkan berdasarkan data angket terbuka dan

literature. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemahaman kesepuluh aspek NOS

mahasiswa pendidikan kimia tahun ketiga (2010) tergolong cukup (60,73%). Apabila kesepuluh

aspek NOS dirinci, ada yang tergolong sangat baik, baik, cukup, dan sangat kurang. Implikasi dari

penelitian ini adalah pengetahuan tentang aspek NOS seharusnya diajarkan di perguruan tinggi

secara eksplisit sehingga calon guru memahami NOS dengan sangat baik. Abstrack: This study aims to determine the prospective chemistry teachers at the State University

of Malang in understanding of NOS aspects. Type of this study is descriptive. The method used is

survey. The sample consisted of 93 students of Year 3 (2010) who enrolled in chemistry

education program. Instrument for collecting data was a multiple-choice test consisting of ten

aspects of NOS. The instrument was developed based on open-ended questionnaire data and

literature. The results showed the general NOS understandings of chemistry education student of

Year 3 (2010) were categorized adequate (60.73%). If the ten aspect detailed, there were

categorized very good, good, adequate, and poor. %). The implication of this research is that the

knowledge about NOS aspects should be taught in college explicitly in order to understand better

for prospective teachers.

Kata Kunci : Hakikat sains (NOS), pemahaman, mahasiswa program pendidikan

kimia

IPA atau sains merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus

pengkajiannya adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya. Carin dan

Sund (dalam Widowati 2008) mendefinisikan sains sebagai suatu sistem untuk

memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.

Disamping itu, sains juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006).

Menurut BSNP (2006) tujuan pembelajaran sains adalah agar dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan

2

sehari-hari. PISA (Programme for International Student Assesment) (ODEC,

2009) mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas untuk menggunakan

pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan

berdasarkan fakta dan data, memahami alam semesta, dan membuat keputusan

dari dampak yang terjadi karena aktivitas manusia. National Research Council

(1996: 21) menunjukkan bahwa literasi sains juga termasuk memahami hakikat

sains, kegiatan ilmiah, dan peran ilmu pengetahuan dalam masyarakat dan

kehidupan pribadi. Untuk meningkatkan literasi sains, Erdoğan (2004:2)

mengemukakan bahwa pemahaman tentang hakikat sains harus dijadikan tujuan

penting di kurikulum pendidikan.

Hakikat sains atau Nature of Science (NOS) merupakan pengetahuan

tentang epistemologi (metode) dari sains, proses terjadinya sains, atau nilai dan

keyakinan yang melekat untuk mengembangkan sains (Khalick dkk,1998: 418).

Nature of science direpresentasikan dengan 10 karakter. Dua karakter melekat

pada substansi sains dan delapan karakter melekat pada epistemologi

pengembangan sains. Pemahaman tentang NOS dipandang sangat perlu untuk

standar kelulusan dari pendidikan sains sebelum memasuki perkuliahan sehingga

memiliki literasi sains (Khalick dkk, 2008: 835). Bahkan Mullis dan Jenkins

(dalam Meichtry, 1993: 432) menyatakan bahwa pemahaman NOS yang baik

dapat memberikan kemampuan intelektual yang dibutuhkan oleh seseorang untuk

mengembangkan sains dan teknologi. Berdasarkan beberapa hasil menunjukkan

bahwa baik guru maupun calon guru sains memiliki pemahaman yang kurang

tentang NOS.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pemahaman mahasiswa

pendidikan kimia terhadap hakikat sains dan (2) untuk mengetahui pemahaman

aspek NOS yang meliputi karakter tentatif, empiris, inferensi, kreatif, theory-

driven, metode ilmiah, hukum ilmiah, teori ilmiah, dimensi sosial sains, dan

penanaman sains dalam bidang sosial dan budaya. Hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan kimia, diantaranta

guru, mahasiswa, peneliti sebagai calon guru, dan pihak lain yang terkait dengan

pendidikan.

3

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Rancangan deskriptif ini

digunakan untuk mendeskripsikan pemahaman mahasiswa terhadap karakter

hakikat sains. Sampel yang digunakan dari seluruh mahasiswa prodi pendidikan

kimia UM tahun angkatan 2010 yang diambil menggunakan teknik purposive

sampling. Penelitian dilakukan di Universitas Negeri Malang dengan memberikan

instrumen NOS kepada sampel. Instumen yang digunakan dalam penelitian berisi

27 item pertanyaan yang disusun oleh peneliti bersama-sama dengan pembimbing

berdasarkan hasil penyebaran angket terbuka dan literatur yang terkait dengan

NOS.

Setelah instrumen selesai dikerjakan oleh mahasiswa, jawaban mahasiswa

tersebut kemudian dianalisis. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan persentase

jawaban yang benar dari mahasiswa untuk setiap karakter dan selanjutnya

dideskripsikan. Pendeskripsian dilakukan dengan membandingkan persentase

hasil jawaban benar dengan kateori yang ada di dalam tabel persentase kriteria

pemahaman berikut ini.

Tabel 1.1 Persentase Kriteria Pemahaman

Prosentase Jawaban Benar (%) Kriteria

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

< 21 Sangat Kurang

(Arikunto dan Jabar, 2010: 58)

HASIL

Pemahaman mahasiswa pada hakikat sains secara lengkap dapat dilihat di

tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Pemahaman Mahasiswa pada Hakikat Sains

Pemahaman Mahasiswa Persentase (%)

Sangat Baik 7,5

Baik 43

Cukup 30,1

4

Kurang 15,1

Sangat Kurang 3,2

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar mahasiswa (43%) memiliki pemahaman

baik, sebanyak 30,1% tergolong cukup, berikutnya sebanyak 15,1% tergolong

kurang, dan 3,2 % tergolong sangat kurang. Sedangkan mahasiswa yang memiliki

pemahaman sangat baik hanya 7,5%.

Pemahaman karakter-karakter NOS dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3 Pemahaman Karakter-karakter NOS

Aspek NOS Nomor Soal

Persentase

(%)

Kategori

Rata-Rata

Persentase

(%) Kategori

Kategori

Pengetahuan ilmiah bersifat tentatif 1 80,7

77,45 Baik 2 74,2

Pengetahuan ilmuah berasal dari

data empiris

3 63,4 62,35 Baik

4 61,3

Pengetahuan ilmiah merupakan

produk inferensi manusia

5 50,5

50,80 Cukup 6 52,7

7 49,5

8 50,5

Kreativitas manusia diperlukan

untuk mengembangkan

pengetahuan

9 80,7

79,23 Baik 10 78,5

12 78,5

Metode ilmiah

11 92,5

54,84 Cukup

13 44,1

14 46,2

15 46,2

16 45,2

pengetahuan tidak lepas dari

teori/pemahaman ilmuwan (Theory

driven)

17 63,4

66,65 Baik 18 69,9

Hukum Ilmiah 19 47,3

47,85 Cukup 20 48,4

Teori ilmiah

21 20,4

15,40 Sangat kurang 22 18,3

23 7,5

Dimensi sosial sains 24 86,0

84,95 Sangat baik 25 83,9

Penanaman sains dalam bidang

sosial dan budaya

26 73,1 67,75 Cukup

27 62,4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa karakter yang tergolong

pemahaman sangat baik adalah dimensi sosial sains. Sedangkan karakter yang

tergolong pemahaman baik adalah pengetahuan ilmiah bersifat tentatif,

pengetahuan ilmiah berasal dari data empiris, kreativitas manusia diperlukan

untuk mengembangkan pengetahuan, dan pengetahuan tidak lepas dari

5

teori/pemahaman ilmuwan (theory driven), dan penanaman sains dalam biang

sosbud. Selanjtnya pemahaman yang tergolong cukup meliputi karakter

pengetahuan merupakan produk dari inferensi , metode ilmiah, dan hukum ilmiah.

Pemahaman yang tergolong sangat kurang adalah karakter teori ilmiah

PEMBAHASAN

Hanya sebesar 50,5% mahasiswa yang memiliki pemahaman hakikat sains

sangat baik. Pemahaman hakikat sains dalam penelitian ini tergolong cukup dan

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Karakas (2008), Shim dkk (2010),

Khalick dkk (1998), dan Turgut (2011). Namun, dari seluruh sampel apabila

dirinci ada yang tergolong sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

Secara lebih rinci persentase yang tergolong sangat baik hanya sebesar 7,5%;

tergolong baik sebesar 43%; dan tergolong cukup sebesar 30,1%. Selanjutnya

yang tergolong kurang dan sangat kurang berturut-turut sebesar 15,1% dan 3,2%.

Pemahaman yang tergolong cukup ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan

pentingnya hakikat sains ini. Selain itu, selama pembelajaran baik saat mahasiswa

masih SMA maupun saat perkuliahan karakter hakikat sains ini jarang untuk

dibahas dan diperlihatkan contoh nyatanya. Pemahaman untuk masing-masing

karakter dari hakikat sains dibahas di tiap karakter.

1. Pemahaman Karakter Pengetahuan Bersifat Tentatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter ini memiliki prosentase

jawaban benar sebesar 77,45% yang menunjukkan pemahaman karakter tentatif

adalah baik. Pemahamann yang tergolong baik ini disebabkan oleh buku kimia

SMA yang memaparkan sifat tentatif dari sains dengan jelas. Paparan tersebut

terdapat pada hasil penelitian Khalick dkk (2008), Syukron (2012), dan Handoko

(2012). Hasil penelitian Syukron (2012: 62) menyatakan bahwa setelah penemuan

elektron, maka teori Dalton yang mengatakan bahwa atom adalah partikel yang

tak terbagi, tidak dapat diterima lagi. Selain itu, hasil penelitian di buku kimia

SMA yang dilakukan Handoko (2012:63 ) adalah sebagai berikut.

Sampai dengan tahun 1900, para ahli fisika menganggap bahwa radiasi elektromagnet

bersifat kontinou. Pada tahun 1900, Max Planck mengajukan gagasan bahwa radiasi

6

elektromagnet bersifat diskret. Artinya suatu benda hanya dapat memancarkan atau

menyerap radiasi elektromagnet dalam ukuran atau paket-paket kecil dengan nilai

tertentu.

Hasil penelitian yang tergolong baik ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Khalick dkk (1998), Khalick & Dogan (2008),

Buaraphan (2009), Koksal & Cakiroglu (2010), dan Turgut (2011). Hasil

wawancara yang dilakukan Khalick dkk (1998: 423) menunjukkan bahwa sains

bersifat tentatif dan subyek perubahan dengan adanya data baru. Selanjutnya hasil

angket yang dilakukan Khalick & Dogan (2008: 1094) menyatakan bahwa

pengetahuan yang diperoleh dari penyelidikan memungkinkan untuk berubah di

masa depan karena pengetahuan sebelumnya diteliti lagi dengan menggunakan

peralatan dan teknik yang baru dan lebih canggih. Berikutnya hasil angket

penelitian Buaraphan (2009: 569) dan hasil wawancara Turgut (2011: 4)

menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah berubah karena ilmuwan melanjutkan

penelitiannya dan bukti yang mendukung dapat mengubah pengetahuan ilmiah.

Hasil angket terbuka dari Koksal & Cakiroglu (2010: 205) juga menyatakan

bahwa sains merupakan kegiatan untuk memperkaya pengetahuan.

2. Pemahaman Karakter Empiris

Hasil penelitian menunjukkan persentase jawaban benar mahasiswa

sebesar 62,35%. Prosentase ini menunjukkan bahwa pemahaman pada karakter

empiris tergolong baik. Hal ini karena buku-buku kimia yang pernah diteliti oleh

Syukron (2012) dan Handoko (2012) menunjukkan dengan jelas karakter empiris.

Hasil penelitian Syukron (2012: 56) menyatakan bahwa buku kimia SMA

menyatakan ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan eksperimen. Selain itu,

buku kimia SMA yang diteliti Syukron juga menyatakan bahwa penelitian

mengenai radioaktif itu memberikan jalan kepada Rutherford untuk membuat

model dan teori atom. Selanjutnya, buku kimia SMA yang diteliti Handoko (2012:

60) menyatakan bahwa geometri molekul dapat ditentukan melalui percobaan,

kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan dengan kalorimeter, dan

persamaan laju reaksi dan orde reaksi hanya dapat ditentukan dengan percobaan.

Hasil penelitian yang tergolong baik ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

7

oleh Khalick dkk (1998), Karakas (2008), Buaraphan (2009), Koksal & Cakiroglu

(2010), Turgut (2011), dan Cakmakci (2012). Hasil wawancara Khalick dkk

(1998: 423) menunjukkan bahwa perbedaan utama antara sains dengan filosofi

dan religi adalah sains berdasarkan data empiris. Selanjutnya, penelitian Karakas

(2008: 247) menujukkan bahwa ilmuwan harus melakukan eksperimen untuk

mencapai pengetahuan. Hasil penelitian Buaraphan (2009: 574), Koksal &

Cakiroglu (2010: 205), dan Turgut (2011: 4) menyatakan bahwa pengetahuan

ilmiah berasal dari eksperimen dan observasi. Selanjutnya, hasil penelitian

Cakmakci (2012: 125) menunjukkan bahwa eksperimen merupakan satu jenis

metode yang membantu untuk mengumpulkan data untuk mendukung

pengetahuan ilmiah.

3. Pemahaman Karakter Inferensi

Berdasarkan data penelitian diketahui bahwa mahasiswa memiliki

pemahaman inferensi sebesar (50,80%) yang tergolong cukup. Hal ini karena

inferensi seringkali tidak diperhatikan oleh mahasiswa meskipun dibeberapa buku

kimia SMA juga mengemukakan inferensi baik secara eksplisit maupun implinsit.

Buku SMA yang diteliti Syukron (2012: 58) menyatakan bahwa Dalton

menyimpulkan teori atomnya berdasarkan data eksperimen yang ada. Dalton dan

orang-orang setelahnya tidak pernah mengamati keberadaan atom. Jadi, teori atom

Dalton hanyalah sebuah model untuk mewakili atom yang sebenarnya tidak dapat

dilihat. Selain Syukron (2012), buku SMA yang diteliti Handoko (2012: 81)

menunjukkan model atom Bohr menggambarkan bahwa elektron-elektron

mengitari inti atom pada lintasan-lintasan dengan tingkat energi tertentu yang

berbentuk lingkaran. Meskipun di dalam buku SMA telah ditunjukkan tentang

inferensi, mahasiswa menganggap model ilmiah merupakan duplikat dari fakta.

Hasil penelitian yang tergolong cukup ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Khalick dkk (1998), Karakas (2008), Koksal &

Cakiroglu (2010), dan Cakmakci (2012). Hasil penelitian yang dilakukan Khalick

dkk (1998: 425) adalah sebagai berikut.

8

Nobody knows what the atom looks like. We have only a model of the atom. We may

know the parts but not their arrangements. We can only see the effects of these parts. We

can detect the effects of the electron but we cannot see the electron itself.

Selain itu, hasil penelitian Karakas (2008: 247), Koksal& Cakiroglu (2010: 205),

dan Cakmakci (2012: 128) menunjukkan bahwa untuk memverifikasi teori,

ilmuwan membuat inferensi berdasarkan eksperimen.

4. Pemahaman Karakter Kreatif

Sebesar 79,23% mahasiswa memahami hubungan antara kreativitas

dengan eksperimen yang dilakukan ilmuwan. Hal ini berarti bahwa pemahaman

pada karakter kreatif tergolong baik. Hasil yang tergolong baik ini karena di

buku-buku SMA hasil penelitian Syukron (2012) dan Handoko (2012) karakter

kreatif ini muncul baik secara eksplisit maupun implinsit sehingga pembaca dapat

memahami karakter ini. Salah satu contoh pernyataan yang menunjukkan adanya

karakter kreatif di buku SMA hasil penelitian Syukron (2012: 72) yaitu Newland

dikenal karena idenya tentang pengelompokkan unsur-unsur kimia yang dikenal

dengan nama teori oktaf. Contoh lainnya dari penelitian Handoko (2012:82)

menyatakan bahwa konsep pH diusulkan oleh Sorenson sehingga kesulitan untuk

menuliskan konsentrasi H+

dapat teratasi.

Hasil penelitian yang tergolong baik ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Khalick dkk (1998: 424) yang menunjukkan

pemahaman yang baik pada karakter kreatif sebagai berikut.

Maybe I meant to say that scientific knowledge should be objective, but, of course, it isn’t

always.

. . . Imagination is necessary for making inferences out of data. For example, black holes,

even though no one has seen one, scientists still believe they exist.

Scientists do use creativity and imagination. For instance, developing the theory of

relativity involves lots of creativity.

Selanjutnya, hasil penelitian Buaraphan (2009: 575) juga menunjukkan bahwa

kreativitas ilmuwan membantu mendesain eksperimen dan membuat model

ilmiah. Selain itu, hasil penelitian Koksal & Cakiroglu (2010: 205), Cakmakci

(2012: 129) juga menyatakan bahwa ilmuwan akan menggunakan kreativitasnya

selama melakukan penyelidikan dan pengetahuan ilmiah merupakan produk dari

kreativitas manusia.

9

5. Pemahaman Karakter Metode Ilmiah

Metode ilmiah ini yang sering tidak diperhatikan oleh mahasiswa. Mereka

hanya memperhatikan langkah-langkah metode ilmiah saja. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebesar 94,62% mahasiswa menjawab benar urutan metode

ilmiah, sedangkan pertanyaan lain tentang metode ilmiah hanya sekitar 47,56%

mahasiswa yang menjawab benar. Hal ini dikarenakan dari 6 buku kimia SMA

yang diteliti oleh Syukron (2012) dan Handoko (2012) hanya satu yang

memberikan penjelasan tentang metode ilmiah. Rata-rata jawaban benar dari soal

metode ilmiah adalah 54,84% yang menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki

pemahaman karakter metode ilmiah tergolong cukup. Walaupun di beberapa buku

teks dijelaskan tentang metode ilmiah, mahasiswa jarang sekali untuk membaca

dan memahaminya. Mereka hanya mengingat urutan metode ilmiah saja.

6. Pemahaman Karakter Theory-Driven

Sebanyak 66,65% mahasiswa memiliki pemahaman yang benar.

Prosentase ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pemahaman karakter

theory-driven yang tergolong baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Khalick dkk (1998), Koksal & Cakiroglu (2010), dan

Cakmakci (2012). Pemahaman yang tergolong baik ini karena hasil penelitian

yang dilakukan oleh Syukron (2012) dan Handoko (2012) menunjukkan bahwa

buku kimia SMA juga mengemukakan karakter ini. Salah satu dari buku SMA

yang diteliti oleh Handoko (2012: 71) menyatakan bahwa De Broglie

merumuskan hipotesisnya dengan menggabungkan Teori Kuantum Plank dan

Teori Relativitas Einstein. Selanjutnya, salah satu buku SMA yang diteliti

Syukron (2012: 73) juga menyatakan bahwa pada tahun 1913, Neils Bohr

menyempurnakan teori Rutherford dengan menerapkan teori kuantum Planck dan

Einstein.

Mahasiswa yang memiliki pemahaman golongan baik menjawab bahwa

latar belakang pengetahuan ilmuwan mempengaruhi pemilihan masalah dan

metode penyelidikan, observasi, dan cara interpretasi dari observasinya.

Selanjutnya mereka menjawab bahwa ilmuwan yang memiliki cara berpikir yang

10

berbeda dalam menginterpretasikan data yang sama bisa memberikan hasil yang

berbeda. Jawaban tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Khalick dkk (1998: 424) sebagai berikut.

Science is supposed to be objective but I don’t think human nature lends itself to

objectivity. . . different scientists are people and have different viewpoints. . . . Their own

preconceived notions and expectations get into the interpretation of the data. So even

though in science rational and objective inferences are supposed to be drawn from data,

sometimes irrational and subjective elements due to human nature are at work.

Selain itu, hasil penelitian Koksal & Cakiroglu (2010: 205), dan Cakmakci (2012:

128) juga menyatakan bahwa ilmuwan menginterpretasikan data secara berbeda

karena ilmuwan memiliki pengetahuan dan pandangan yang berbeda.

7. Pemahaman Karakter Hukum Ilmiah

Sebesar 47,85% mahasiswa memilih jawaban benar. Prosentase

inimenunjukkan bahwa pemahaman pada karakter hukum ilmiah adalah cukup.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cakmakci (2012) yang

menyatakan sebagai berikut.

There are differences between scientific theories and laws. On the one hand, laws try to

describe observable data; on the other hand, theories try to explain observable data. For

example, Mendel’s law and the chromosome theory are proposed in different times. First

Mendel’s law and later the [chromosome] theory are developed. Another example is that

Boyle’s law is proposed first and then kinetic molecular theory is proposed after a long

period of time.

Kecilnya prosentase mahasiswa yang menjawab benar ini disebabkan karena

mahasiswa tidak memperhatikan tentang definisi hukum. Meskipun di buku teks

dijelaskan definisi dari hukum, mereka hanya membaca dan menghafal bunyi

maupun persamaan matematis dari hukum. Selain itu, diberbagai buku kimia

SMA hasil penelitian Syukron (2012) dan Handoko (2012) pengertian dari hukum

tidak ditonjolkan yang ditonjolkan hanyalah bunyi dari hukum dan persamaan

matematisnya. Contohnya adalah salah satu buku kimia yang diteliti oleh

Handoko (2012: 74) mengemukakan bahwa hukum kekekalan energi menyatakan

bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah

dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Berdasarkan contoh

11

tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada pernyataan tentang definisi hukum secara

umum maupun perbedaannya dengan teori.

8. Pemahaman Karakter Teori Ilmiah

Sebesar 15,40% mahasiswa memilih jawaban yang benar. Persentase ini

merupakan persentase pemahaman karakter yang paling rendah dari 10 karakter

dan menunjukkan bahwa pemahaman pada karakter teori ilmiah tergolong sangat

kurang. Pemahaman yang sangat kurang ini disebabkan kurangnya perhatian

mahasiswa untuk membaca dan memahami teori ilmiah meskipun di buku teks

telah dijelaskan. Selain itu, hasil penelitian Syukron (2012) dan Handoko (2012)

menunjukkan bahwa di dalam buku Kimia SMA hanya dijelaskan isi dari teori

dan munculnya teori dari hasil penelitian namun tidak dijelaskan hubungan antara

teori dan hukum. Salah satu contoh buku kimia SMA hasil penelitian Syukron

(2012: 75) menunjukkan bahwa ketidakmampuan teori atom Bohr menerangkan

model atom selain atom hidrogen dan gejala atom hidrogen dalam medan magnet

disempurnakan pada tahun 1924 oleh Louis de Broglie yang kemudian

dikembangkan oleh Erwin Shrodinger dan Werner Heisenberg melahirkan teori

atom modern yang dikenal sebagai teori mekanika kuantum. Buku yang diteliti

Syukron (2012) tersebut tidak menunjukkan definisi teori dan perbedaan antara

teori dengan hukum.

Karakter teori ilmiah sering rancu dengan karakter hukum ilmiah.

Kebanyakan mahasiswa salah dalam mengartikan serta membedakan antara teori

ilmiah dengan hukum ilmiah. Mereka beranggapan bahwa hukum ilmiah memiliki

kedudukan lebih tinggi daripada teori karena hukum berasal dari perkembangan

teori. Beberapa buku teks yang digunakan mahasiswa juga membahas tentang

definisi dan proses terbentuknya hukum dan teori. Buku teks tersebut menyatakan

bahwa tingkat kepastian teori masih di bawah hukum dan teori masih perlu

dibuktikan dan diverifikasi sampai menjadi hukum yang tangguh. Pernyataan

tersebut diartikan bahwa teori dapat berkembang menjadi hukum dan kedudukan

teori lebih rendah dari hukum. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab

pemahaman teori ilmiah yang tergolong sangat kurang.

12

9. Pemahaman Karakter Dimensi Sosial Sains

Sebesar 84,95% mahasiswa memilih jawaban benar yang menunjukkan

bahwa pemahaman pada karakter ini tergolong sangat baik. Hal ini disebabkan

karena buku-buku kimia SMA memaparkan karakter ini seperti hasil penelitian

yang dilakukan oleh Handoko (2012) dan Syukron (2012). Salah satu buku kimia

yang diteliti Syukron (2012: 90) menyatakan bahwa para ahli sepakat bahwa satu

mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam

12,0 gram C-12 yakni 6,02 x 1023 . Selain itu, penelitian Handoko (2012: 77)

menyatakan bahwa untuk menghargai upaya Haber dan Bosch, maka proses

sintesis NH3 dari H2 dan N2 dikenal sebagai Proses Haber-Bosch. Selain itu,

dosen-dosen kimia di Universitas Negeri Malang juga sering menekankan bahwa

penenamaan temuan ilmiah didasarkan penemunya untuk menghargai penemu

tersebut.

10. Pemahaman Karakter Penanaman Sains dalam Bidang Sosial dan

Budaya

Sisanya sebesar 67,75% mahasiswa memilih jawaban benar yang

menunjukkan bahwa pemahaman karakter penanaman sains dalam bidang sosbud

tergolong baik. Hal ini dikarenakan beberapa buku teks maupun buku kimia SMA

menunjukkan karakter ini. Contohnya salah satu buku kimia SMA yang diteliti

oleh Handoko (2012: 68) menunjukkan bahwa salah satu proses industri yang

menggunakan katalis adalah proses Haber-Bosch dalam sintesis amonia dari gas

nitrogen dan hidrogen dengan penambahan serbuk besi yang dicampur dengan

berbagai oksida logam menjadikan reaksi gas hidrogen dan nitrogen berlangsung

cukup ekonomis. Contoh teersebut berarti bahwa masyarakat sosial menginginkan

produk amonia yang proses pembuatannya ekonomis, sehingga ilmuwan (Haber-

Bosch) merancang mekanisme pembuatan amonia sesuai keinginan masyarakat

sosial.

Hasil penelitian yang tergolong baik sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Karakas (2008), Buaraphan (2009), dan Cakmakci (2012). Hasil

penelitian Karakas (2008: 245) menunjukkan bahwa sains berpengaruh terhadap

budaya begitu juga sebaliknya. Selanjutnya, hasil penelitian Buaraphan (2009:

13

579) menunjukkan bahwa politik dan sosbud mencegah beberapa eksperimen

misalnya kloning. Berikutnya, hasil penelitian Cakmakci (2012: 130) jawaban

responden yang menyatakan hubungan antara sains dan sosbud sebagi berikut.

In my opinion, science cannot be universal. Science reflects social and cultural values. For

example, Aristotle made the empirical classifications based on his belief…or from today’s

context; there are different views among different societies about the issue of abortion…

[While] in some countries [and/or] societies it [abortion] is prohibited, in some others it is

left to any individual’s will [decision]. Abortion is the same abortion; the way to do it is

the same. However, the interpretation of this among different societies is different.

…When science is put into practice, it is affected by cultural values.

Mahasiswa dalam penelitian ini yang memiliki pemahaman tergolong baik

memiliki jawaban yang tidak jauh berbeda dari jawaban hasil penelitian di atas

yaitu bidang sosial, politik, agama, dan budaya mempengaruhi perkembangan

sains, karena sains dikembangkan oleh ilmuwan sebagai makhluk sosial, sehingga

ide-ide pemikiran ilmuwan tentang sains dipengaruhi oleh hal-hal di atas.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap 93 mahasiswa program studi pendidikan kimia

angkatan 2010 diperoleh kesimpulan (1) pemahaman mahasiswa terhadap NOS

yang tergolong baik dan sangat baik hanya 50,5%, (2) pemahaman karakter NOS

yang tergolong sangat baik adalah karakter dimensi sosial sains (85,95%), (3)

pemahaman karakter NOS yang tergolong baik adalah karakter tentatif (77,45%),

karakter empiris (62,35), karakter kreativitas manusia (79,23%), karakter theory

driven (66,65%), dan penanaman sains dalam bidang sosbud (67,75%), (4)

pemahaman karakter NOS yang tergolong cukup adalah karakter inferensi

(50,80%) , karakter metode ilmiah (54,84%), dan karakter hukum ilmiah

(47,85%), dan (5) pemahaman karakter NOS yang tergolong sangat kurang adalah

karakter teori ilmiah (15,40%).

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas dapat diketahui

bahwa pemahaman mahasiswa pendidikan kimia terhadap NOS yang tergolong

14

sangat baik dan baik hanya 50,5%. Saran-saran yang dapat kami berikan dalam

upaya meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang NOS adalah dosen meminta

mahasiswa lebih banyak membaca buku teks maupun jurnal-jurnal yang relevan.

Mereka juga disarankan untuk bertanya dan berdiskusi dengan dosen maupun

orang yang berkompeten pada sains. Pembelajaran yang terkait dengan NOS

disarankan untuk dinyatakan secara eksplisit dan diberikan contoh-contoh kimia

yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Jabar, Cepi,S.A. 2010. Evaluasi Pendidikan: Pedoman

teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Buaraphan, Khajornsak. 2009. Preservice and Inservice Science Teachers’

Responses and Reasoning about the Nature of Science. Educational

Research and Review, 4(11): 561-581.

Cakmakci, Gultekin. 2012. Promoting Pre-service Teachers’ Ideas about Nature

of Science through Educational Research Apprenticeship. Australian

Journal of Teacher Education, 2 (37): 114-135.

Erdoğan, Rahşan. 2004. Investigation Of The Preservice Science Teachers’

Views On Nature of Science, (Online),

(etd.lib.metu.edu.tr/upload/3/12605091/index.pdf ), diakses 24 Juni 2013.

Handoko, Erick, A. 2012. Analisis Hakikat Sains (The Nature Of Science) dalam

Buku Teks Pelajaran Kimia SMA Kelas XI. Skripsi tidak diterbitkan.

Malang: Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.

Karakas, Mehmet. 2008. A Study of Undergraduate Student’s Perceptions about

Nature of Science. Bulgarian journal of Science and Education Policy, 2

(2): 233-249.

Khalick, Abd-El, Fouad, Lederman,N.G., Bell, Randy.L. 1998. The Nature of

Science and Instructional Practice: Making the Unnatural Natural.Science

Education, 82: 417-436.

Khalick, Abd-El, Fouad, Waters, Mindy, Le, An-Phong. 2008. Representations of

Nature of Science in High School Chemistry Textbooks over the Past Four

Decades. Journal of Research in Science Teaching, 45(7): 835-854.

Khalick, Abd-El, Fouad, Dogan, Nihal. 2008. Turkish Grade 10 Students’ and

Science Teachers’ Conceptions of Nature of Science: A National Study.

Journal of Research in Science Teaching, 45(10): 1083-1112.

Koksal, S., Mustafa, dan Cakiroglu, Jale. 2010. Examining Science Teacher’s

Understandings of The NOS Aspects Through The Use of Knowledge Test

and Open-Ended Questions.Science Education International, 21 (3): 197-

211.

Meichtry, Yvonne.J. 1993. The Impact of Science Curricula on Student Views

About the Nature of Science. Journal of Research in Science Teaching, 30

(5): 429-443.

National Research Council. 1996. National Science Education Standards.

Washington DC: National Academy Press.

15

Shim, Minsuk, K., Young, Betty. J, Paolucci, Judith. 2010. Elemantary Teachers’

Views on the Nature of Scientific Knowledge: A Comparison of Inservice

and Precervice teachers Approach. Electronic journal of Science

Education, 1 (14): 1-18.

Turgut, Halil. 2011. Assesing Preservice Science Teachers’ Nature of Science

Understandings: From Explicit to Tacit. Journal of Research in Science

Teaching, 39 (8): 1-9.

Organizatio for Economic Co-operation and Development (OEDC-PISA) (last

revised 2009). Assessment of Scientific Literacy in the OEDC/PISSA

Project. (Online), (http://www.pisa.oedc.org), diakses 24 Juni 2013.

Syukron, M. 2012. Analisis hakikat sains (the nature of scince) dalam buku ajar

kimia SMA berbasis KTSP kelas X. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.

Widowati, Asri. 2008. Diktat Pendidikan Sains. Yogyakarta: FMIPA UNY.