operant conditioning
DESCRIPTION
Operant Conditioning B.F SkinnerTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19
sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang
pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah
teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan
oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang
dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan
kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan
teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari
atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai
ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori
belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognitif mempengaruhi perilaku.
Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran.
Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun
mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar
lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang
cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang
betul – betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
pas dan efektif.
1
Konsep-konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner
hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup B.F Skinner?
2. Bagaimana Teori Belajar yang dikemukakan oleh B.F Skinner?
3. Bagaimana Eksperimen yang dilakukan oleh B.F Skinner?
4. Bagaimana kelebihan dan kelemahan Teori Belajar B.F Skinner?
5. Bagaimana pengaplikasian teori B.F Skinner terhadap pembelajaran?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini agar penulis maupun pembaca mampu
memahami :
1. Sejarah munculnya teori kondisioning operant B.F Skinner.
2. Kajian umum teori B.F Skinner.
3. Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran.
4. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
5. Kelebihan dan kekurangan teori Skinner
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi B.F Skinner
Burhuss Frederick Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania
Susquehanna. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange
Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat
dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal
kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana
belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-
nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai
profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program
pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun
1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala
departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian,
tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di
Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah
seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai
penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku.
Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu
penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden
II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit
Leukemia.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner
mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada
tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan
teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi
3
tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an
Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal
of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di
Amerika (Sahakian,1970).
2.2 Latar Belakang Teori Operant Conditioning B.F Skinner
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh
E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya
teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu
thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di
dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan,
binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobaan
sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu
respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam
keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect”
Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan
pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum
akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi
kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung
untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai
bapak operant conditioning
Jadi, Inti dari teori Skinner tentang Pengkondisian operan (operant
conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar
dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai
konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang
respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.
Skinner meyakini bahwa mekanisme belajar semua spesies adalah sama.
Pandangan ini menagrahkannya untuk mempelajari hewan, dengan harapan ia
dapat menemukan mekanisme dasar dari pembelajaran pada organisme yang
lebih sederhana dari manusia. Selama Perang Dunia II, Skinner melakukan
penelitian yang tidak biasa, menggunakan peluru kendali yang diarahkan oleh
4
seekor burung merpati. Seekor burung merpati menjadi pimpinan perang,
mengendalikan peluru kendali dengan cara mematuk sebuah target pada
sebuah gambar. Bagaimana hal ini bekerja? Ketika peluru kendali sedang
dalam perjalanannya di udara, burung merpati mematuk gambar yang sedang
bergerak pada sebuah layar, kemudia menerima ganjaran berupa makanan
untuk tetap mengarahkan target ke tengah layar. Ganjaran ini menghasilkan
sinyal yang benar untuk menjaga agar peluru kendali dalam arah yang benar.
Burung merpati ini melakukan pekerjaan mereka dengan baik pada
2.3 Karakteristik Operant Conditioning
Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) ini merupakan
teori belajar yang berusia paling muda dan termasuk sangat berpengaruh
dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini, dimana penciptanya
bernama Burrhus Frederic Skinner. Menurut Skinner, perilaku adalah
perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Perilaku ini dapat
terjadi karena dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya dan
pengaruh yang mengikutinya.
Sistem pembentukan perilaku yang ditawarkan oleh Skinner didasarkan
pada “cara kerja yang menentukan (operant conditioning)”. Dimana Skinner
mengemukakan bahwa :
a. Perilaku yang diikuti oleh stimulan-stimulan penggugah memperbesar
kemungkinan dilakukannya lagi perilaku tersebut dimasa-masa
selanjutnya.
b. Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah
memperkecil kemungkinan dilakukannya perilaku tersebut dimasa-
masa selanjutnya
Jadi, operant conditioning (juga disebut pengondisian instrumental) adalah
bentuk pembelajaran dimana konsekuensi dari perilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku tersebut akan terjadi.
Pengkondisian operan adalah jantung dari perilaku pandangan B.F Skinner
5
(1938). Konsekunsi ─ imbalan dan hukuman ─ yang bergantgung pada
perilaku organisme.
Sebuah respon diperkuat ─ dan karenanya mungkin akan
terjadi lagi ─ ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah
stimulus yang menguatkan (penguat)
Seperti halnya Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku
sebagai hubungan antara perangsang dan respon, tetapi berbeda dengan kedua
tokoh tersebut, dimana Skinner membuat perincian lebih lanjut. Skinner
membedakan adanya dua macam perilaku, yaitu:
a. Respondent behavior (perilaku responden) yakni perilaku yang
ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua
gerak reflek.
b. Operant behavior (perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di
akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh
organisme. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.
Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis
pengkondisian, yaitu:
a. Respondent conditioning (pengkondisian responden) atau biasa disebut
dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti
penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan. Dalam
pengkondisian tipe S ini, identik dengan pengkondisian klasik Pavlov.
b. Operant conditioning (pengkondisian operan) atau biasa disebut dengan
pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan
pengkondisinya ditunjukkan dengan tingkat respon. Dan pengkondisian
tipe R itu identik dengan pengkondisian instrumental thorndike.
Sedangkan riset skinner hampir semuanya berkaitan dengan
penngkondisian tipe R.
Prinsip Pengkondisian operan Conditioning, yaitu :
6
a. Setiap respon yang diikuti oleh reinforcement akan cendrung diulangi.
b. Reinforcement akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa reward merupakan sesuatu
yang meningkatkan probabilitas timbulnya respon.
2.4 Konsep utama operant conditioning
Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian
operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:
a. Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua bagian:
a) Penguatan positif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah
berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b) Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan
positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu
yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu
yang dikurangi atau di hilangkan. Mudah untuk mengacaukan penguatan
negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa
7
penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku,
sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Skinner menganggap bahwa reward atau reinforcement merupakan factor
terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan
psikologi adalah meramal dan mengontrol tingah laku. Perbedaan antara
classical conditioning Pavlov dengan operant conditioning skinner yaitu
dalam classical conditioning merupakan akibat dari suatu tingkah laku
itu, dan reinforcement tidak diperlukan karena stimulinya menimbulkan
respon yang diinginkan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar
dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement
langsung.
b. Hukuman (punishment)
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan
sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung
dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat
mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang
diharapkan organisme, atau memberi sesuatu yang tidak diinginnya.
Namun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas respon,
walaupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu
diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner
juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan
efektif, tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika
ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula. Contohnya :
Penguatan positifPerilaku Murid Konsekuensi Perilaku kedepan murid
mengajukan pertanyaan yang bagus
Guru memuji murid
mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatifPerilaku Murid Konsekuensi Perilaku kedepan
8
menyerahkan PR tepat waktu
Guru berhenti menegur murid
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
HukumanPerilaku Murid Konsekuensi Perilaku kedepan
menyela guru Guru menegur murid langsung
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan perilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Reinforcement negative itu sering dikacaukan dengan hukuman. Proses
reinforcement baik positif ataupun negative selalu berupa memperkuat
tingkah laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau
penekanan tingkah laku. Dalam kaitannya dengan hukuman, Skinner
tidak mendukung digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan
perilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang panjang tidak
mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada segi
positifnya.
2.5 Shaping (pembentukan respon)
Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner
mengembangkan teknik “pembentukan respon” atau disebut
dengan shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang kompleks
yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respon
ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada setiap kali ia
bertindak ke arah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar
merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatkan respon tersebut.
Dalam metode Shaping ini diperlukan langkah-langkah yaitu:
1. Membuat analisis atau penjabaran perilaku yang akan dibentuk
kedalam perilaku-perilaku yang lebih kecil yang menuju kepada
perilaku yang akan dibentuk.
2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan.
9
3. Reinforcement hanya akan diberikan pada perilaku yang makin dekat
dengan perilaku yang akan dibentuk.
2.6 Penjadwalan Reinforcement
Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen penting dari
proses belajar. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku yang
dapat memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon.
jadwal penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. Ada
dua jenis jadwal penguatan, yaitu :
1. Continuous Reinforcement Continuous Reinforcement (penguatan terus-
menerus)
Dalam penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap
kali organisme menghasilkan suatu respon. Pada umumnya, jadwal ini
paling baik digunakan selama tahap awal belajar untuk menciptakan
hubungan yang kuat antara perilaku dan respon. Setelah respon terpasang
kuat, penguat biasanya beralih ke jadwal penguatan parsial.
2. Partial Reinforcement Partial Reinrorcement ( penguatan parsial)
Dalam penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu.
Belajar perilaku diperoleh lebih lambat dengan penguatan parsial, tetapi
tidak mendapatkan respon yang lebih tahan terhadap kepunahan. Ada empat
jadwal penguatan parsial:
1. Rasio jadwal tetap adalah yang mana tanggapan hanya diperkuat
setelah sejumlah tertentu tanggapan. jadwal ini menghasilkan
tingkat, tinggi stabil hanya merespons dengan jeda singkat setelah
pengiriman penguat tersebut.
2. Rasio jadwal variabel terjadi ketika respon diperkuat setelah
sejumlah tanggapan tak terduga. Jadwal ini menciptakan tingkat
stabil tinggi merespons. Perjudian dan permainan lotere adalah
contoh yang baik dari hadiah berdasarkan jadwal rasio variabel.
3. Interval jadwal tetap adalah mereka dimana respon pertama
dihargai hanya setelah sejumlah waktu tertentu telah berlalu.
Jadwal ini menyebabkan jumlah tinggi menanggapi dekat akhir
10
interval, namun jauh lebih lambat merespon segera setelah
pengiriman penguat tersebut.
4. Interval jadwal variabel terjadi ketika respon dihargai setelah
jumlah yang tak terduga waktu telah berlalu. jadwal ini
menghasilkan lambat, stabil tingkat respons.
Menurut Skinner, pemberian reinforcement yang terbaik yaitu tidak menentu
kapan reinforcement itu diberikan. Sebaliknya jika reinforcement yang
diberikan pada waktu yang tetap, akan menimbulkan kebiasaan dalam
menerima reinforcement, dimana hal ini kurang baik.
2.7 Pemadaman Dan Pemulihan Kembali
Seperti halnya dalam pengkondisian klasik, ketika kita mencabut
penguatan dari situasi pengkondisian operant, berarti kita melakukan
extinction (pemadaman / pelenyapan). Misalnya dalam percobaan skinner.
Pada saat hewan sudah biasa menekan tuas untuk mendapatkan makanan,
mekanisme pemberian makanan mendadak dihentikan, maka penekanan tuas
tidak akan mmenghasilkan makanan bagi tikus terseabut. Dari ini kita akan
melihat catatan komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan
kembali seperti semula, yang menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan
tuas (seperti pada saat penguatan belum diperkenalkan) Pada hal ini kita akan
mengatakan telah terjadi pemadaman.
Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama
periode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi
percobaan, ia akan sekali lagi mulai menekan tuas dengan segera tanpa perlu
dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.
2.8 Generalisasi Dan Diferensiasi (diskriminasi)
Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang hampir sama
dengan penguatan sebelumnya akan dapat respon yang sama. Organisme
cenderung menggeneralisasilkan apa yang di pelajarinya, contoh dalam
kehidupan sehari-hari, seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat
waktu karena pada minggu lalu ia mendapat pujian didepan kelas oleh
11
gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu. Contoh lainnya, anak kecil
yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan
menyayangi anjing keluarga, ia akan segera menggeneralisasikan respon
menimang anjing itu dengan anjing yang lain.
Generalisasi dapat juga dapat dikekang oleh latihan diskriminasi.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap suatu penguatan, tetapi tidak
terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan efektif jika
terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus dimana
respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus
ditekan.
Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan
menggeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang
lainnya, sedangkan dapat berbahaya (katakanlah, anjing tetangga sangat galak
dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi,
sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga
dan bukan anjing tetangga, dengan cara orang tua menunjukkan aspek-aspek
anjing yang melihatkan keramahannya (misalnya ekornya biasa dikibas-
kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang ramah dan bisa
disayang dan mana anjing yang galak.
2.9 Kelebihan Dan Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya,
begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan
kekurangan dari teori operant conditioning.
1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya.
hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu
didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan
adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organisme untuk berperilaku
yang benar sesuai dengan keinginan.
12
2. Kekurangan
a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah
proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, kecuali
sebagai gejalanya.
b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti
gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-
direction (kemampuan mengarahkan diri) dan sellf-control
(pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak
jika ia tidak menghendaki
c. Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit
diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik maupun
psikis antara mannusia dan hewan.
2.10 Eksperiment Skinner
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang
ditempatkan dalam sebuah peti sangkar yang kemudian terkenal dengan nama
“Skinner Box”, yaitu suatu box yang didalamnya ada pengungkit, tempat
makanan (penampung makanan), lampu (yang dapat dinyalakan dan
dimatikan sesuai dengan kehendak eksperimenter), dan lantai dengan gril
yang dapat dialiri listrik.
Dalam eksperimen tadi, tikus yang akan diuji coba, dilaparkan terlebih
dahulu, kemudian dimasukkan kedalam box. Karena tikus dalam keadaan
lapar, diasumsikan adanya dorongan untuk mencari makanan. Tikus yang
dimasukkan tadi ternyata mengadakan gerakan-gerakan atau respon, dan tikus
itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana-kemari, mencium
benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-
aksi seperti ini disebut “emmited behavior” (tingkah laku yang terpancar)
yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan
stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu
emmited behavior tersebut dapat menekan pengungkit.
Banyaknya sentuhan atau penekanan pada suatu waktu tertentu dihitung
sebelum terbentuk kondisioning operan, dan ini yang sering disebut base line
13
atau opernat level. Setelah ini diketahui, maka eksperimenter lalu
mengaktifkan alat pemberi makanan, sehingga apabila tikus menyentuh
pengungkit, maka makanan akan jatuh pada tempat makanan. Tikus akan
segera makan, dan tikus akan menekan kembali pengungkit untuk
mendapatkan makanan lagi. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan
reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut
tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila di iringi dengan
reinforcement yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada
wadah makanan.
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
2.11 Aplikasi Belajar dari Teori Operant Conditioning
Setelah membahas mengenai teori operant conditioning yang
dikemukakan oleh Skinner, dimana inti dari teorinya adalah membentuk
perilaku suatu organisme dengan menggunakan reinforcement atau reward
yang diberikan kepada organisme tersebut, sehingga terbentuklah perilaku
yang dinginkan. Seperti yang telah dikemukakan diatas, tentang prosedur
pembentukan perilaku oleh skinner, yiatu :
1. Membuat analisis atau penjabaran perilaku yang akan dibentuk, ke
dalam perilaku-perilaku yang lebih kecil yang menuju kepada perilaku
yang akan dibentuk
2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan
14
3. Reinforcement hanya akan diberikan pada perilaku yang makin dekat
dengan perilaku yang akan dibentuk
Dengan mengacu kepada prosedur yang dibuat skinner diatas, maka salah
satu contoh pengaplikasiannya, yaitu Misalnya untuk membentuk perilaku
anak agar tidak datang terlambat ke sekolah. Perilaku ini perlu dijabarkan
atau dianalisis menjadi tahapan-tahapan perilaku yang nantinya akan berakhir
kepada perilaku yang ingin dibentuk itu. Untuk tidak dating terlambat ke
sekolah, maka tahapan-tahapan perilaku yang harus dilakukan, yaitu :
1. anak harus bangun lebih pagi,
2. mandi
3. mengenakan pakaian sekolah
4. makan pagi dan seterusnya.
Dalam pembentukan perilaku ini, sudah tentu reward tidak dilupakan,
sebab ini merupakan prinsip dasar dari operant conditioning. Reward
diberikan pada perilaku atau respon yang makin lama mendekati kepada
tujuan yang akhir, yaitu tidak dating terlambat ke sekolah.
Jadi, kalau anak sudah bangun lebih pagi, lalu kemudian kita beri reward.
Kemudian reward tidak lagi diberikan pada saat anak bangun pagi, tetapi
dipindahkan apabila anak sudah mandi. Kemudian reward dipindahkan lagi,
tidak sehabis mandi diberikan reward, tetapi bila anak telah sarapan pagi, dan
begitu seterusnya, hingga pada akhirnya akan terbentuk perilaku tidak datang
terlambat ke sekolah. Dalam pemberian reward ini, tidak harus dalam bentuk
barang, bias juga dalam bentuk perkataan.
Apa yang dikemukakan diatas adalah suatu penyederhanaan mengenai
prosedur pembentukan tingkah laku melalui operant conditioning. Di dalam
kenyataannya, prosedur itu banyak sekali variasinya dan lebih kompleks dari
pada apa yang dikemukakan di atas.
2.11 Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.
15
b. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
d. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk
mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
e. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
f. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
g. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin
meningkat mencapai tujuan.
h. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
i. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku
operan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas mengenai teori belajar Operant Conditioning,
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori operant conditioning ini lebih
menekankan kepada pembentukan tingkah laku individu melalui suatu
pembiasaan respon yang dibantu dengan adanya reinforcement atau
penguatan-penguatan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar,
dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement secara
langsung. Dimana dalam pembentukan prilaku yang dikemukakan oleh
Skinner ini, memiliki beberapa prosedur, yaitu :
1. Membuat analisis atau penjabaran prilaku yang akan dibentuk, ke dalam
prilaku-prilaku yang lebih kecil yang menuju kepada prilaku yang akan
dibentuk
2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan
3. Reinforcement hanya akan diberikan pada prilaku yang makin dekat
dengan prilaku yang akan dibentuk.
Dalam pembentukan perilaku melalui reinforcement ini, Skinner membagi
reinforcement menjadi dua macam, yaitu reinforcement positif dan negative,
yang mana keduanya sama-sama memberikan penguatan terhadap tingkah
laku. Berbeda hal nya dengan hukuman, dimana Skinner tidak mendukung
digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan prilaku, karena hukuman
dalam jangka waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak
segi negatifnya daripada segi positifnya.
Dan juga perlu diperhatikan, bahwa dalam hal waktu pemberian
reinforcement, sebaiknya dilakukan secara bervariasi dan berselang-seling,
tidak ditetapkan dalam satu waktu yang selalu sama. Dan di dalam operant
conditioning ini ada yang dinamakan pemadaman dan pemulihan kembali,
serta ada yang disebut dengan generalisasi dan diskriminasi dalam tingkah
laku.
17
Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi banyak kontribusi
untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah
bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara efektif, pandangan teori
ini akan mendapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas. Demikian
pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam teori ini
akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang cocok
untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi
anak didik.
18