operant conditioning

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak 1

Upload: safina

Post on 03-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Operant Conditioning B.F Skinner

TRANSCRIPT

Page 1: Operant Conditioning

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19

sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang

pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah

teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan 

oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang

dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan

kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli

psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur

dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang

diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan

teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang

kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari

atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak

memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik

dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai

ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori

belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognitif mempengaruhi perilaku.

Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran.

Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun

mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar

lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang

cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang

betul – betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang

pas dan efektif.

1

Page 2: Operant Conditioning

Konsep-konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih

mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep

belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner

hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan

lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,

tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup B.F Skinner?

2. Bagaimana Teori Belajar yang dikemukakan oleh B.F Skinner?

3. Bagaimana Eksperimen yang dilakukan oleh B.F Skinner?

4. Bagaimana kelebihan dan kelemahan Teori Belajar B.F Skinner?

5. Bagaimana pengaplikasian teori B.F Skinner terhadap pembelajaran?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini agar penulis maupun pembaca mampu

memahami :

1. Sejarah munculnya teori kondisioning operant B.F Skinner.

2. Kajian umum teori B.F Skinner.

3. Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran.

4. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan

5. Kelebihan dan kekurangan teori Skinner

2

Page 3: Operant Conditioning

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi B.F Skinner

Burhuss Frederick Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania

Susquehanna. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange

Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat

dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal

kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana

belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-

nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded

Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai

profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program

pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun

1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala

departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian,

tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di

Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah

seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai

penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku.

Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu

penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden

II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit

Leukemia.

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner

mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada

tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of

Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan

teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi

3

Page 4: Operant Conditioning

tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an

Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal

of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di

Amerika (Sahakian,1970).

2.2 Latar Belakang Teori Operant Conditioning B.F Skinner

Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh

E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya

teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu

thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di

dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan,

binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobaan

sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu

respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam

keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect”

Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan

pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum

akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi

kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung

untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai

bapak operant conditioning

Jadi, Inti dari teori Skinner tentang Pengkondisian operan (operant

conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar

dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai

konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang

respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.

Skinner meyakini bahwa mekanisme belajar semua spesies adalah sama.

Pandangan ini menagrahkannya untuk mempelajari hewan, dengan harapan ia

dapat menemukan mekanisme dasar dari pembelajaran pada organisme yang

lebih sederhana dari manusia. Selama Perang Dunia II, Skinner melakukan

penelitian yang tidak biasa, menggunakan peluru kendali yang diarahkan oleh

4

Page 5: Operant Conditioning

seekor burung merpati. Seekor burung merpati menjadi pimpinan perang,

mengendalikan peluru kendali dengan cara mematuk sebuah target pada

sebuah gambar. Bagaimana hal ini bekerja? Ketika peluru kendali sedang

dalam perjalanannya di udara, burung merpati mematuk gambar yang sedang

bergerak pada sebuah layar, kemudia menerima ganjaran berupa makanan

untuk tetap mengarahkan target ke tengah layar. Ganjaran ini menghasilkan

sinyal yang benar untuk menjaga agar peluru kendali dalam arah yang benar.

Burung merpati ini melakukan pekerjaan mereka dengan baik pada

2.3 Karakteristik Operant Conditioning

Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) ini merupakan

teori belajar yang berusia paling muda dan termasuk sangat berpengaruh

dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini, dimana penciptanya

bernama Burrhus Frederic Skinner. Menurut Skinner, perilaku adalah

perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Perilaku ini dapat

terjadi karena dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya dan

pengaruh yang mengikutinya.

Sistem pembentukan perilaku yang ditawarkan oleh Skinner didasarkan

pada “cara kerja yang menentukan (operant conditioning)”. Dimana Skinner

mengemukakan bahwa :

a. Perilaku yang diikuti oleh stimulan-stimulan penggugah memperbesar

kemungkinan dilakukannya lagi perilaku tersebut dimasa-masa

selanjutnya.

b. Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah

memperkecil kemungkinan dilakukannya perilaku tersebut dimasa-

masa selanjutnya

Jadi, operant conditioning (juga disebut pengondisian instrumental) adalah

bentuk pembelajaran dimana konsekuensi dari perilaku menghasilkan

perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku tersebut akan terjadi.

Pengkondisian operan adalah jantung dari perilaku pandangan B.F Skinner

5

Page 6: Operant Conditioning

(1938). Konsekunsi ─ imbalan dan hukuman ─ yang bergantgung pada

perilaku organisme.

Sebuah respon diperkuat ─ dan karenanya mungkin akan

terjadi lagi ─ ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah

stimulus yang menguatkan (penguat)

Seperti halnya Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku

sebagai hubungan antara perangsang dan respon, tetapi berbeda dengan kedua

tokoh tersebut, dimana Skinner membuat perincian lebih lanjut. Skinner

membedakan adanya dua macam perilaku, yaitu:

a. Respondent behavior (perilaku responden) yakni perilaku yang

ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua

gerak reflek.

b. Operant behavior (perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di

akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh

organisme. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.

Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis

pengkondisian, yaitu:

a. Respondent conditioning (pengkondisian responden) atau biasa disebut

dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti

penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan. Dalam

pengkondisian tipe S ini, identik dengan pengkondisian klasik Pavlov.

b. Operant conditioning (pengkondisian operan) atau biasa disebut dengan

pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan

pengkondisinya ditunjukkan dengan tingkat respon. Dan pengkondisian

tipe R itu identik dengan pengkondisian instrumental thorndike.

Sedangkan riset skinner hampir semuanya berkaitan dengan

penngkondisian tipe R.

Prinsip Pengkondisian operan Conditioning, yaitu :

6

Page 7: Operant Conditioning

a. Setiap respon yang diikuti oleh reinforcement akan cendrung diulangi.

b. Reinforcement akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.

Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa reward merupakan sesuatu

yang meningkatkan probabilitas timbulnya respon.

2.4 Konsep utama operant conditioning

Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian

operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:

a. Penguatan (reinforcement)

Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan

probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi

penguatan ini menjadi dua bagian:

a) Penguatan positif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa

frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang

mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah

berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk

menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau

penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).

b) Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa

frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan

stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk

penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi

penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan

perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa

dll).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan

positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu

yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu

yang dikurangi atau di hilangkan. Mudah untuk mengacaukan penguatan

negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa

7

Page 8: Operant Conditioning

penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku,

sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

Skinner menganggap bahwa reward atau reinforcement merupakan factor

terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan

psikologi adalah meramal dan mengontrol tingah laku. Perbedaan antara

classical conditioning Pavlov dengan operant conditioning skinner yaitu

dalam classical conditioning merupakan akibat dari suatu tingkah laku

itu, dan reinforcement tidak diperlukan karena stimulinya menimbulkan

respon yang diinginkan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar

dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement

langsung.

b. Hukuman (punishment)

Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan

probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan

sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung

dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat

mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang

diharapkan organisme, atau memberi sesuatu yang tidak diinginnya.

Namun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas respon,

walaupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu

diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner

juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan

efektif, tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika

ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula. Contohnya :

Penguatan positifPerilaku Murid Konsekuensi Perilaku kedepan murid

mengajukan pertanyaan yang bagus

Guru memuji murid

mengajukan lebih banyak pertanyaan

Penguatan negatifPerilaku Murid Konsekuensi Perilaku kedepan

8

Page 9: Operant Conditioning

menyerahkan PR tepat waktu

Guru berhenti menegur murid

Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu

HukumanPerilaku Murid Konsekuensi Perilaku kedepan

menyela guru Guru menegur murid langsung

Murid berhenti menyela guru

Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan perilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Reinforcement negative itu sering dikacaukan dengan hukuman. Proses

reinforcement baik positif ataupun negative selalu berupa memperkuat

tingkah laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau

penekanan tingkah laku. Dalam kaitannya dengan hukuman, Skinner

tidak mendukung digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan

perilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang panjang tidak

mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada segi

positifnya.

2.5 Shaping (pembentukan respon)

Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner

mengembangkan teknik “pembentukan respon” atau disebut

dengan shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang kompleks

yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respon

ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada setiap kali ia

bertindak ke arah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar

merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatkan respon tersebut.

Dalam metode Shaping ini diperlukan langkah-langkah yaitu:

1. Membuat analisis atau penjabaran perilaku yang akan dibentuk

kedalam perilaku-perilaku yang lebih kecil yang menuju kepada

perilaku yang akan dibentuk.

2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan.

9

Page 10: Operant Conditioning

3. Reinforcement hanya akan diberikan pada perilaku yang makin dekat

dengan perilaku yang akan dibentuk.

2.6 Penjadwalan Reinforcement

Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen penting dari

proses belajar. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku yang

dapat memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon.

jadwal penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. Ada

dua jenis jadwal penguatan, yaitu :

1. Continuous Reinforcement Continuous Reinforcement (penguatan terus-

menerus)

Dalam penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap

kali organisme menghasilkan suatu respon. Pada umumnya, jadwal ini

paling baik digunakan selama tahap awal belajar untuk menciptakan

hubungan yang kuat antara perilaku dan respon. Setelah respon terpasang

kuat, penguat biasanya beralih ke jadwal penguatan parsial.

2. Partial Reinforcement Partial Reinrorcement ( penguatan parsial)

Dalam penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu.

Belajar perilaku diperoleh lebih lambat dengan penguatan parsial, tetapi

tidak mendapatkan respon yang lebih tahan terhadap kepunahan. Ada empat

jadwal penguatan parsial:

1. Rasio jadwal tetap adalah yang mana tanggapan hanya diperkuat

setelah sejumlah tertentu tanggapan. jadwal ini menghasilkan

tingkat, tinggi stabil hanya merespons dengan jeda singkat setelah

pengiriman penguat tersebut.

2. Rasio jadwal variabel terjadi ketika respon diperkuat setelah

sejumlah tanggapan tak terduga. Jadwal ini menciptakan tingkat

stabil tinggi merespons. Perjudian dan permainan lotere adalah

contoh yang baik dari hadiah berdasarkan jadwal rasio variabel.

3. Interval jadwal tetap adalah mereka dimana respon pertama

dihargai hanya setelah sejumlah waktu tertentu telah berlalu.

Jadwal ini menyebabkan jumlah tinggi menanggapi dekat akhir

10

Page 11: Operant Conditioning

interval, namun jauh lebih lambat merespon segera setelah

pengiriman penguat tersebut.

4. Interval jadwal variabel terjadi ketika respon dihargai setelah

jumlah yang tak terduga waktu telah berlalu. jadwal ini

menghasilkan lambat, stabil tingkat respons.

Menurut Skinner, pemberian reinforcement yang terbaik yaitu tidak menentu

kapan reinforcement itu diberikan. Sebaliknya jika reinforcement yang

diberikan pada waktu yang tetap, akan menimbulkan kebiasaan dalam

menerima reinforcement, dimana hal ini kurang baik.

2.7 Pemadaman Dan Pemulihan Kembali

Seperti halnya dalam pengkondisian klasik, ketika kita mencabut

penguatan dari situasi pengkondisian operant, berarti kita melakukan

extinction (pemadaman / pelenyapan). Misalnya dalam percobaan skinner.

Pada saat hewan sudah biasa menekan tuas untuk mendapatkan makanan,

mekanisme pemberian makanan mendadak dihentikan, maka penekanan tuas

tidak akan mmenghasilkan makanan bagi tikus terseabut. Dari ini kita akan

melihat catatan komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan

kembali seperti semula, yang menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan

tuas (seperti pada saat penguatan belum diperkenalkan) Pada hal ini kita akan

mengatakan telah terjadi pemadaman.

Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama

periode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi

percobaan, ia akan sekali lagi mulai menekan tuas dengan segera tanpa perlu

dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.

2.8 Generalisasi Dan Diferensiasi (diskriminasi)

Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang hampir sama

dengan penguatan sebelumnya akan dapat respon yang sama. Organisme

cenderung menggeneralisasilkan apa yang di pelajarinya, contoh dalam

kehidupan sehari-hari, seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat

waktu karena pada minggu lalu ia mendapat pujian didepan kelas oleh

11

Page 12: Operant Conditioning

gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu. Contoh lainnya, anak kecil

yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan

menyayangi anjing keluarga, ia akan segera menggeneralisasikan respon

menimang anjing itu dengan anjing yang lain.

Generalisasi dapat juga dapat dikekang oleh latihan diskriminasi.

Diskriminasi adalah respon organisme terhadap suatu penguatan, tetapi tidak

terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan efektif jika

terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus dimana

respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus

ditekan.

Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan

menggeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang

lainnya, sedangkan dapat berbahaya (katakanlah, anjing tetangga sangat galak

dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi,

sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga

dan bukan anjing tetangga, dengan cara orang tua menunjukkan aspek-aspek

anjing yang melihatkan keramahannya (misalnya ekornya biasa dikibas-

kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang ramah dan bisa

disayang dan mana anjing yang galak.

2.9 Kelebihan Dan Kekurangan Teori Operant Conditioning

Dalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya,

begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan

kekurangan dari teori operant conditioning.

1. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya.

hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu

didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga

dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan

adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organisme untuk berperilaku

yang benar sesuai dengan keinginan.

12

Page 13: Operant Conditioning

2. Kekurangan

a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah

proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, kecuali

sebagai gejalanya.

b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti

gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-

direction (kemampuan mengarahkan diri) dan sellf-control

(pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak

jika ia tidak menghendaki

c. Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit

diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik maupun

psikis antara mannusia dan hewan.

2.10 Eksperiment Skinner

Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang

ditempatkan dalam sebuah peti sangkar yang kemudian terkenal dengan nama

“Skinner Box”, yaitu suatu box yang didalamnya ada pengungkit, tempat

makanan (penampung makanan), lampu (yang dapat dinyalakan dan

dimatikan sesuai dengan kehendak eksperimenter), dan lantai dengan gril

yang dapat dialiri listrik.

Dalam eksperimen tadi, tikus yang akan diuji coba, dilaparkan terlebih

dahulu, kemudian dimasukkan kedalam box. Karena tikus dalam keadaan

lapar, diasumsikan adanya dorongan untuk mencari makanan. Tikus yang

dimasukkan tadi ternyata mengadakan gerakan-gerakan atau respon, dan tikus

itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana-kemari, mencium

benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-

aksi seperti ini disebut “emmited behavior” (tingkah laku yang terpancar)

yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan

stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu

emmited behavior tersebut dapat menekan pengungkit.

Banyaknya sentuhan atau penekanan pada suatu waktu tertentu dihitung

sebelum terbentuk kondisioning operan, dan ini yang sering disebut base line

13

Page 14: Operant Conditioning

atau opernat level. Setelah ini diketahui, maka eksperimenter lalu

mengaktifkan alat pemberi makanan, sehingga apabila tikus menyentuh

pengungkit, maka makanan akan jatuh pada tempat makanan. Tikus akan

segera makan, dan tikus akan menekan kembali pengungkit untuk

mendapatkan makanan lagi. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan

reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut

tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila di iringi dengan

reinforcement yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada

wadah makanan.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap

tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum

belajar, diantaranya :

- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi

dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan

meningkat.

- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah

diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus

penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan

musnah.

2.11 Aplikasi Belajar dari Teori Operant Conditioning

Setelah membahas mengenai teori operant conditioning yang

dikemukakan oleh Skinner, dimana inti dari teorinya adalah membentuk

perilaku suatu organisme dengan menggunakan reinforcement atau reward

yang diberikan kepada organisme tersebut, sehingga terbentuklah perilaku

yang dinginkan. Seperti yang telah dikemukakan diatas, tentang prosedur

pembentukan perilaku oleh skinner, yiatu :

1. Membuat analisis atau penjabaran perilaku yang akan dibentuk, ke

dalam perilaku-perilaku yang lebih kecil yang menuju kepada perilaku

yang akan dibentuk

2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan

14

Page 15: Operant Conditioning

3. Reinforcement hanya akan diberikan pada perilaku yang makin dekat

dengan perilaku yang akan dibentuk

Dengan mengacu kepada prosedur yang dibuat skinner diatas, maka salah

satu contoh pengaplikasiannya, yaitu Misalnya untuk membentuk perilaku

anak agar tidak datang terlambat ke sekolah. Perilaku ini perlu dijabarkan

atau dianalisis menjadi tahapan-tahapan perilaku yang nantinya akan berakhir

kepada perilaku yang ingin dibentuk itu. Untuk tidak dating terlambat ke

sekolah, maka tahapan-tahapan perilaku yang harus dilakukan, yaitu :

1. anak harus bangun lebih pagi,

2. mandi

3. mengenakan pakaian sekolah

4. makan pagi dan seterusnya.

Dalam pembentukan perilaku ini, sudah tentu reward tidak dilupakan,

sebab ini merupakan prinsip dasar dari operant conditioning. Reward

diberikan pada perilaku atau respon yang makin lama mendekati kepada

tujuan yang akhir, yaitu tidak dating terlambat ke sekolah.

Jadi, kalau anak sudah bangun lebih pagi, lalu kemudian kita beri reward.

Kemudian reward tidak lagi diberikan pada saat anak bangun pagi, tetapi

dipindahkan apabila anak sudah mandi. Kemudian reward dipindahkan lagi,

tidak sehabis mandi diberikan reward, tetapi bila anak telah sarapan pagi, dan

begitu seterusnya, hingga pada akhirnya akan terbentuk perilaku tidak datang

terlambat ke sekolah. Dalam pemberian reward ini, tidak harus dalam bentuk

barang, bias juga dalam bentuk perkataan.

Apa yang dikemukakan diatas adalah suatu penyederhanaan mengenai

prosedur pembentukan tingkah laku melalui operant conditioning. Di dalam

kenyataannya, prosedur itu banyak sekali variasinya dan lebih kompleks dari

pada apa yang dikemukakan di atas.

2.11 Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.

15

Page 16: Operant Conditioning

b. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah

dibetulkan dan jika benar diperkuat.

c. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.

d. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk

mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.

e. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.

f. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)

g. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin

meningkat mencapai tujuan.

h. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).

i. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku

operan.

16

Page 17: Operant Conditioning

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas mengenai teori belajar Operant Conditioning,

dapat ditarik kesimpulan bahwa teori operant conditioning ini lebih

menekankan kepada pembentukan tingkah laku individu melalui suatu

pembiasaan respon yang dibantu dengan adanya reinforcement atau

penguatan-penguatan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar,

dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement secara

langsung. Dimana dalam pembentukan prilaku yang dikemukakan oleh

Skinner ini, memiliki beberapa prosedur, yaitu :

1. Membuat analisis atau penjabaran prilaku yang akan dibentuk, ke dalam

prilaku-prilaku yang lebih kecil yang menuju kepada prilaku yang akan

dibentuk

2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan

3. Reinforcement hanya akan diberikan pada prilaku yang makin dekat

dengan prilaku yang akan dibentuk.

Dalam pembentukan perilaku melalui reinforcement ini, Skinner membagi

reinforcement menjadi dua macam, yaitu reinforcement positif dan negative,

yang mana keduanya sama-sama memberikan penguatan terhadap tingkah

laku. Berbeda hal nya dengan hukuman, dimana Skinner tidak mendukung

digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan prilaku, karena hukuman

dalam jangka waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak

segi negatifnya daripada segi positifnya.

Dan juga perlu diperhatikan, bahwa dalam hal waktu pemberian

reinforcement, sebaiknya dilakukan secara bervariasi dan berselang-seling,

tidak ditetapkan dalam satu waktu yang selalu sama. Dan di dalam operant

conditioning ini ada yang dinamakan pemadaman dan pemulihan kembali,

serta ada yang disebut dengan generalisasi dan diskriminasi dalam tingkah

laku.

17

Page 18: Operant Conditioning

Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi banyak kontribusi

untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah

bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara efektif, pandangan teori

ini akan mendapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas. Demikian

pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam teori ini

akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang cocok

untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi

anak didik.

18