mddzoe.docx
TRANSCRIPT
Kriteria Diagnosis Gangguan Depresi Mayor (Major Depressive Disorder)
Kriteria Diagnosis dari DSM –IV1.3.4.6
A. Pasien mengalami mood terdepresi ( sedih atau perasaan kosong) atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2 minggu atau lebih ditambah 4 atau lebih gejala-gejala di bawah ini :
1. Tidur : Insomnia atau hipersomnia setiap hari.2. Minat : Menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan dan hampir
setiap waktu.3. Rasa bersalah : Perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak
berharga hampir setiap waktu.4. Energi : Kehilangan energy atau lebih hampir setiap waktu.5. Kosentrasi : menurunnya kemampuan untuk berpikir atau kosentrasi sulit membuat
keputusan hampir sepanjang waktu.6. Selera makan : Dapat menurun atau meningkat psikomotor dalam pengamatan ditemukan
agitasi/retardasi.7. Bunuh diri : timbul pikiran berulang tentang mati/ingin bunuh diri
B. Gejalanya tidak memenuhi untuk criteria episode campuran ( episode depresi berat dan episode manik)
C. Gejalanya menimbulkan penderitaan bermakna secara klinik atau hendaya social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
D. Gejalanya bukanlah merupakan efek fisiologi langsung dari zat (penyalahgunaan obat atau medikasi) atau suatu kondisi medik umum.
E. Gejalanya tidaklah lebih baik dibandingkan dengan dukacita, misalnya setelah kehilangan seseorang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai hendaya fungsi yang jelas, preokupasi rasa tidak bahagia yang abnormal, ide bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.
Gangguan Depresi Berat, Episode Tunggal
DSM-IV-TR mengelompokkan criteria diagnostic untuk gangguan depresi berat episode
pertama. Perbedaan antara pasien ini dan mereka yang mempunyai episode gangguan depresi
kedua atau lebih disebabkan karena ketidakjelasan perjalanan penyakit pasien yang hanya satu
episode.1,6
Gangguan Depresi Berat Berulang
Pasien yang mengalami sedikitnya episode kedua dari depresi digolongkan dalam DSM-IV-TR
sebagai gangguan depresi berat rekuren. Masalah utama dengan diagnosis episode rekuren dari
gangguan depresi berat adalah menentukan kriteria untuk menemukan resolusi dari tiap episode.
Dua variable dari resolusi adalah derajat gejala dan panjang resolusi. DSM-IV-TR menentukan
episode depresi yang berbeda jarak setidaknya selama 2 bulan, pasien secara bermakna bebas
dari gejala depresi.1,6
Jika kriteria lengkap memenuhi suatu Episode Depresif Mayor, tentukan status klinis dan atau
gambaran sekarang :1,3,6
Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik, berat dengan ciri psikotik
Kronis
Dengan ciri katatonik
Dengan ciri melankolik
Dengan ciri atipikal
Dengan onset postpartum
Jika kriteria lengkap tidak memenuhi suatu Episode Depresif Mayor, tentukan status klinis dari
Gangguan Depresif Mayor sekarang atau gambaran dari episode paling akhir 1,3,6
Dalam partial Remission, full remission
Kronis
Dengan ciri katatonik
Dengan ciri melankolik
Dengan ciri atipikal
Dengan onset postpartum
Dalam pedoman penggolongan dan diagnosa gangguan jiwa di Indonesia III (PPDGJ III)
(1993) disebutkan bahwa gangguan utama depresi adalah adanya gangguan suasana
perasaan, kehilangan minat, menurunnya kegiatan, pesimisme menghadapi massa yang akan
datang. Pada kasus patologi, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrim untuk bereaksi
terhadap rangsang, disertai menurunya nilai dari delusi, tidak mampu dan putus asa (Maslim,
2001).3,4
Depresi menurut PPDGJ-III dalam Maslim (2001), dibagi dalam tiga tingkatan yaitu depresi
ringan, sedang dan berat. Dimana perbedaan antara episode terletak pada penilaian klinis yang
kompleks yang meliputi jumlah bentuk dan keparahan gejala yang ditemukan. Menurut Beck
dan Deck dalam Hidayat, (2007) dalam mengukur tingkat depresi pada lansia, terdiri dari 13
kelompok gejala masing masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4 diantaranya:3,4,6
1. Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak berdaya dan tak
berdaya, tak berguna).
2. Pesimis
3. Kegagalan9
4. Ketidakpuasan
5. Rasa bersalah
6. Tidak menyukai diri sendiri
7. Membahayakan diri sendiri
8. Menarik diri
9. Keragu-raguan
10. Perubahan gambaran diri
11. Kesulitan kerja
12. Keletihan
13. Anoreksia
Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ yang merujuk pada ICD
10 (International ClassificationDiagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat,
sedang, dan ringan Universitas Sumatera Utara sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta
dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang(Maslim,2000).3,4
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
Kemunduran psikomotor secara umum merupakan gejala yang paling sering, meskipun agitasi
psikomotor juga terlihat, terutama pada pasien usia lanjut. Meremas tangan dan menarik rambut
merupakan gejala dari agitasi. Secara sederhana, pasien depresi mempunyai postur tubuh yang
dibungkukkan, tidak ada gerakan spontan, sedih dan memalingkan wajah. Pada pemeriksaan
klnis, pasien depresi, memperlihatkan keseluruhan gejala dari kemunduran psikomotor yang
tampak serupa dengan pasien skizofrenia katatonik.6
Mood, afek dan perasaan
Gejala kunci adalah depresi, walaupun sekitar 50 persen pasien menyangkal perasaan depresi
dan tidak tampak depresi. Anggota keluarga dan teman kerja sering membawa pasien untuk
terapi karena menarik diri dari dari lingkungan social dan pengurangan aktivitas secara umum.6
Suara
Pengurangan jumlah dan volume bicara, mereka merespon pertanyaan dengan satu-satu kata dan
memperlihatkan perlambatan menjawab ertanyaan. Pemeriksa dapat menunggu 2-3 menit untuk
pasien menjawab pertanyaan.6
Gangguan persepsi
Gangguan spresi berat dengan cirri psikotik mempunyai delusi (waham) atau halusinasi. Bahkan
tanpa delusi atau halusinasi, beberapa dokter menyebut psychotic depression untuk kemunduran
secara keseluruhan, membisu (mute), tidak mandi dan kotor.1,6
Mood congruent adalah sesuatu kondisi pada saat bersamaan pada pasien depresi ditemukan
adanya delusi dan halusinasi menetap, selain itu juga ditemukan persaan bersalah, tidak
berharga, kegagalan, penderitaan dna keadaan terminal penyakit somatic (kanker dan kerusakan
otak). Gambarannya adalah ketidaksesuaian antara isi delusi atau halusinasi dengan mood
depresi. Ketidaksesuaian isi delusi dengan mood pada pasien deresi meliputi tema grandiosa
tentang kemampuan yang berlebihan, pengetahuan dan sesuatu yang berharga.6
Pikiran
Pandangan negatif terhadap dunia dan diri sendri. Isi piker mereka sering meliputi rasa
kehilangan, rasa bersalah, pikiran bunuh diri dan kematian. Biasanya isi pikirnya adalah
hambatan dan kemiskinan.6
Sensorium dan Kognitif
Orientasi
Kebanyakan pasien depresi tidak terganggu orientasinya baik orang, tempat dan waktu meskiun
beberapa mereka tidak mempunyai tenaga atau minat untuk menjawab pertanyaan tentang subjek
tersebut.6
Memori
Sekitar 50 sampai 75 persen dari pasien depresi mempunyai hendaya kognitif, kadang-kadang
ditunjukka sebagai pseudodemensia depresi. Umumnya pasien mengeluh tidak mampu
kosentrasi dan gampang lupa.6
Kontrol Impuls
Sekitar 10 sampai 15 persen melakukan bunuh diri dan sekitar dua pertiganya mempunyai ide
bunuh diri. Pasien dengan cirri psikotik biasanya mempertimbangkan untuk membunuh orang
sebagai manifestasi delusi, walaupun banyak pasien depresi kurang tenaga atau motivasi untuk
mengikuti suara hati untuk melakukan kejahatan. Pasien dengan gangguan ini meningkatkan
risiko untuk bunuh diri ketika energy mereka mulai meningkat dan menjalankan rencana untuk
menyelesaikan bunuh diri.6
Pertimbangan dan tilikan
Menilai sikap dan perilaku pasien terkini, selama wawancara. Tilikan pasien depresi terhadap
gangguannya sering berlebihan mereka terlalu menekankan gejalanya, gangguan dan masalah
hidup mereka. Ini menyulitkan untuk meyakinkan pasien bahwa pembaikan mungkin terjadi.6
Reliabilitas
Pada wawancara dan perbincangan, pasien depresi terlalu memikirkan hal buruk dan
meminimalkan hal baik.6
SKALA PENILAIAN OBJEKTIF UNTUK DEPRESI
Skala penilaian objektif yang dapat digunakan dalam praktek dokter atau untuk dokumentasi
keadaan klinik pasien depresi adalah seperti di bawah:1,-6
a. The Zung Self Rating Depression Scale
Skala ini terdiri dari 20 item dan merupakan skala pelaporan. Skor normal adalah ≤ 34 dan skor
depresi adalah ≥ 50. Skala tersebut meliputi indeks global intensitas gejala depresi pasien,
termasuk kecenderungan ekspresi dari depresi.
b. The Hamilton Rating Scale for Depression ( HAM-D)
Skala ini adalah suatu skala depresi yang terdiri dari 24 item, tiap item berkisar antara 0 sampai 4
atau 0 sampai 2 dengan total skor antara 0 sampai 76. Dokter mengevaluasi jawaban pasien
terhadap pertanyaan tentang rasa bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur dan gejala lain dari
depresi dan penilaian diperoleh dari wawancara klinik.
Penelitian yang membandingkan HDRS dengan skor depresi lain didapatkan konsistensi.
Reliabilitas antara pemeriksa pada umumnya cukup tinggi. Demikian juga halnya reliabilitas
oleh satu pemeriksa yang dilakukan pada waktu yang berbeda (Riwanti,2006).6
Yang dinilai dari HAM-D adalah seperti berikut:
1. Keadaan perasaan sedih (sedih,putus asa,tak berdaya,tak berguna)
Perasaan ini ada hanya bila ditanya; perasaan ini dinyatakan secara verbal spontan;
perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal, misalnya ekspresi muka, bentuk, suara, dan
kecenderungan menangis; pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam
komunikasi baik verbal maupun nonverbal secara spontan.
2. Perasaan bersalah
Menyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai penyebab penderitaan orang lain; ada ide-
ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-kesalahan masa lalu; sakit ini sebagai hukuman,
waham bersalah dan berdosa; ada suara-suara kejaran atau tuduhan dan halusinasi penglihatan
tentang hal-hal yang mengancamnya
3. Bunuh diri
merasa hidup tak ada gunanya, mengharapkan kematian atau pikiran-pikiran lain kearah itu, ada
ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu.
4. Gangguan pola tidur (initial insomnia)
Ada keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur misalnya, lebih dari setengah jam baru masuk
tidur; ada keluhan tiap malam sukar masuk tidur
5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)
pasien mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam, terjadi sepanjang malam (bangun dari
tempat tidur kecuali buang air kecil)
6. Gangguan pola tidur (late insomnia)
bangun saat dini hari tetapi dapat tidur lagi, bangun saat dini hari tetapi tidak dapat tidur lagi
7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
pikiran perasaan ketidakmampuan keletihan/kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan kerja
atau hobi; hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau kegiatan lainnya baik langsung atau
tidak pasien menyatakan kelesuan, keragu-raguan dan rasa bimbang; berkurangnya waktu untuk
aktivitas sehari-hari atau produktivitas menurun. Bila pasien tidak sanggup beraktivitas,
sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan sehari-hari; tidak bekerja karena sakitnya
sekarang (dirumah sakit) bila pasien tidak bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas di bangsal
atau jika pasien gagal melaksanakan; kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa bantuan
8. Kelambanan (lambat dalam berpikir , berbicara gagal berkonsentrasi, dan aktivitas
motorik menurun )
sedikit lamban dalam wawancara; jelas lamban dalam wawancara; sukar diwawancarai; stupor
(diam sama sekali)
9. Kegelisahan (agitasi)
kegelisahan ringan; memainkan tangan jari-jari, rambut, dan lain-lain; bergerak terus tidak dapat
duduk dengan tenang; meremas-remas tangan, menggigit-gigit kuku, menarik-narik rambut,
menggigit-gigit bibir
10. Kecemasan (ansietas somatik)
sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan keduten otot; gigi gemerutuk; suara tidak stabil; tinitus (telinga
berdenging); penglihatan kabur; muka merah atau pucat, lemas; perasaan ditusuk-tusuk
11. Kecemasan (ansietas psikis)
ketegangan subyektif dan mudah tersinggung; mengkhawatirkan hal-hal kecil; sikap
kekhawatiaran yang tercermin di wajah atau pembicaraannya; ketakutan yang diutarakan tanpa
ditanya
12. Gejala somatik (pencernaan)
nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh; sukar
makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan
untuk saluran pencernaan
13. Gejala somatik (umum)
anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat; sakit punggung, kepala dan otot-otot,
hilangnya kekuatan dan kemampuan
14. Kotamil (genital)
sering buang air kecil terutama malam hari dikala tidur; tidak haid, darah haid sedikit sekali;
tidak ada gairah seksual dingin (firgid); ereksi hilang; impotensi
15. Hipokondriasis (keluahan somatik, fisik yang berpindah-pindah)
dihayati sendiri, preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan sendiri, sering mengeluh
membutuhkan pertolongan orang lain, delusi hipokondriasi
16. Kehilangan berat badan (A dan B)
Bila hanya dari anamnesis (wawancara)
Berat badan berkurang berhubungan dengan penyakitnya sekarang,jelas penurunan berat
badan,tak terjelaskan lagi penurunan berat badan
Di bawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan bila jelas berat badan berkurang
menurut ukuran, kurang dari 0,5 kg seminggu, lebih dari 0,5 kg seminggu, tidak
ternyatakan lagi kehilangan berat badan
17. Insight (pemahaman diri)
mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab-penyebab iklim, makanan, kerja
berlebihan, virus, perlu istirahat, dan lain-lain
18. Variasi Harian
adakah perubahan atau keadaan yang memburuk pada waktu malam atau pagi
19. Depersonalisasi (perasaan diri berubah) dan derealisasi (perasaan tidak nyata
tidak realistis)
20. Gejala-gejala paranoid
Kecurigaan; pikiran dirinya menjadi pusat perhatian, atau peristiwa kejadian diluar tertuju pada
dirinya (ideas refence); waham kejaran
21. Gejala-gejala obsesi dan kompulsi
Adapun cara penilaian masing-masing gejala adalah sebagai berikut (A.Aziz,2007) :
0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : sangat berat (semua gejala ada)
Untuk penilaian skornya yaitu (A.Aziz,2007) :
Kurang dari 17 : tidak ada depresi
18 – 24 : depresi ringan
25 – 34 : depresi sedang
35 – 51 : depresi berat
52 – 68 : depresi berat sekali
c. The Raskin Depression Scale
Merupakan suatu skala nilai klinik yang mngukur beratnya depresi pasien yang dilaporkan oleh
pasien dan doker pengamat, pada 5 poin skala dari tiga dimensi meliputi pelaporan verbal,
penampilan perilaku, dan gejala sekunder. Skala berkisar antara 3 sampai 13, skor normal adalah
3, dank or depresi adalah 7 atau lebih.
LAMPIRAN
Dlm bentuk pdf
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 777-832
2. Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 1998 : 227-229
3. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.
4. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III, Jakarta, 1996 : 65
5. Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William & Walkins. 5th Edition, USA, 1998 : 1285
6. Sylvia D. Elvira, Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri, Badan enerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2010 209-217