mahkum
TRANSCRIPT
Free Powerpoint TemplatesPage 1
Free Powerpoint Templates
MAHKUM FIIH DAN MAHKUM ‘ALAIH
KELOMPOK 1INDRO PRAKOSO (10660001)
GILAR IMAM ARIYADI (10660002)HERMAWAN SUPRIANTO(10660005)
ARIF WARDANI (10660007)
Free Powerpoint TemplatesPage 2
PENDAHULUANAllah SWT sebagai pembuat hukum (Hakim) menjadikan perbuatan seorang mukallaf sebagai objek hukum (Mahkum Fiih) serta mukallaf atau orang yang dikenai/dibebankan kepadanya suatu hukum sebagai subjek hukum (Mahkum ‘Alaih). Dalam makalah ini kami hanya membahas tentang subjek dan objek kajian hukum atat Mahkum Fiih dan mahkum ‘Alaih.
Free Powerpoint TemplatesPage 3
Mahkum FiihMahkum Fiih adalah Objek hukum, yaitu perbuatan seorang mukallaf yang berhubungan dengan hukum syari’ (Allah dan Rasul-Nya), yang bersifat tuntutan untuk mengerjakan, tuntutan untuk meninggalkan pekerjaan, memilih suatu pekerjaan, dan yang bersifat syarat, sebab, halangan, ‘azimah, rukhsah, sah, serta batal. Contoh larangan memakan daging babi.
Free Powerpoint TemplatesPage 4
Para ulama pun sepakat bahwa seluruh perintah syari’ itu ada objeknya yaitu perbuatan mukallaf. Dan terhadap perbuatan mukallaf tersebut ditetapkannya suatu hukum, contoh:Firman Alloh dalam surat al baqoroh:43
( البقرة االصالة اقيمو (وArtinya:”Dirikanlah Sholat”Ayat ini menunjukkan perbuatan seorang mukallaf, yakni tuntutan mengerjakan sholat, atau kewajiban mendirikan sholat.
Free Powerpoint TemplatesPage 5
Firman Alloh dalam surat al an’am:151
اال االله م حر االتي والتقتلواالنفسم) االنعا باالحق
Artinya:”Jangan kamu membunuh jiwa yang telah di haramkan oleh Alloh melainkan dengan sesuatu (sebab)yang benar”Dalam ayat ini terkandung suatu larangan yang terkait dengan perbuatan mukallaf,yaitu larangan melakukan pembunuhan tanpa hak itu hukumnya haram.
Free Powerpoint TemplatesPage 6
Para ulama Ushul Fiqh menetapkan beberapa syarat untuk perbuatan
sebagai objek hukum• Perbuatan itu sah dan jelas adanya; tidak
mungkin memberatkan seseorang melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan seperti “mencat langit”
• Perbuatan itu tertentu adanya dan dapat diketahui oleh orang yang akan mengerjakan serta dapat dibedakan dengan perbuatan lainnya.
• Perbuatan itu sesuatu yang mungkin dilakukan oleh mukallaf dan berada dalam kemampuanya untuk melakukan.
Free Powerpoint TemplatesPage 7
Allah menginginkan kemudahan atas hambanya bukan kesulitan, dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 185 Allah berfirman
بكم يد ير ال و اليسر بكم الله يد يرالبقره( العسر
Allah menghendaki untuk mu kemudahan dan tidak menghendaki darimu kesulitan
Free Powerpoint TemplatesPage 8
Syarat-syarat Mahkum Fiih
• Mukallaf mengetahui secara sempurna perbuatan yang akan dilakukan, sehingga tujuannya dapat ditangkap dengan jelas dan dapat ia lakukan
• Mukallaf mengetahui dengan baik sumber taklif suatu perbuatan yang akan ia laksanakan, sehingga pelaksanaanya merupakan ketaatan dan kepatuhan kepada titah Allah.
• Perbuatan itu mungkin dikerjakan atau ditinggalkan oleh mukallaf,
Free Powerpoint TemplatesPage 9
Masyaqqah terbagi pada dua tingkatan
• Masyaqqah mu’taaddah yang mungkin dilakukan dan berketerusan dalam melaksanakan. Contoh puasa dan ibadah haji.
• Masyaqqah gairo mu’taaddah yang tidak mungkin seseorang melakukannya secara berketerusan. Contoh berperang atau jihad di jalan Allah.
Free Powerpoint TemplatesPage 10
Macam-Macam Mahkum Fih
Dilihat dari segi hak
1.Semata mata hak Alloh
2.Hak hamba yang berkait dengan kepentingan pribadi seseorang
3.Kompromi antara hak Alloh dengan hak hamba, tetapi hak alloh didalamnya lebih dominan,
4.Kompromi antara hak Alloh dan hak hamba, tetapi hak hamba lebih dominan, seperti masalah qishash.
Free Powerpoint TemplatesPage 11
Dari segi keberadaannya secara materil dan syara
1. Perbuatan yang secara material ada, tetapi tidak termasuk perbuatan yang terkait dengan syara, seperti makan dan minum. Makan dan minum tidak terkait dengan hukum syara.
2. Perbuatan yang secara material ada dan menjadi sebab adanya hokum syara, seperti perzinaan, pencurian dan pembunuhan. Yaitu hukum qishash
3. Perbuatan yang secara material ada dan baru bernilai syara apabila memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, seperti shalat dan zakat.
Free Powerpoint TemplatesPage 12
Objek hukum terbagi menjadi tiga
1. Objek hukum yang pelaksanaannya mengenai diri pribadi yang dikenai taklif umpamanya sholat dan puasa.
2. Objek hukum yang pelaksanaanya berkaitan dengan harta benda pelaku taklif. Contoh kewajiban zakat.
3. Objek hukum yang pelaksanaannya mengenai diri pribadi dan harta dari pelaku taklif. Contoh kewajiban haji.
Free Powerpoint TemplatesPage 13
Mahkum ‘AlaihSubjek hukum atau pelaku hukum adalah orang-orang yang dituntut oleh Allah untuk berbuat, dan segala tingkah lakunya telah diperhitungkan berdasarkan tuntutan Allah. Seperti yang telah didefinisikan hukum taklifi adalah titah Allah menyangkut perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan tuntutan atau pilihan untuk berbuat
Free Powerpoint TemplatesPage 14
Dasar TaklifSebagai sabda nabi:يستيقظ • حتى ئم النا عن ث ثال عن القلم فع رحتى المجنون عن و يحتلم حتى الصبي عن و
وابن( ئى والنسا مذى والتر رى البخا رواه يفق( لب طا وابى ئثه عا عن والدارقطنى جه ما
Artinya:Di anggat pembebanan hukum dari 3(jenis orang) orang tidur sampai ia bangun,anak kecil sampai baligh,dan orang gila sampai sembuh.(HR.Bukhori.Tirmdzi,nasai.ibnu majah dan darut Quthni dari Aisyah dan Aly ibnu Abi Thalib)
Free Powerpoint TemplatesPage 15
Syarat-Syarat Taklif
• Orang itu telah mampu memahami kitab syar’i yang terkandung dalam alqur’an dan sunnah, baik secara langsung atau melalui orang lain.
• Seseorang harus mampu dalam bertindak hukum, dalam ushul fiqh disebut ahliyah.
Free Powerpoint TemplatesPage 16
Pengertian Ahliyyah• Secara harfiyyah (etimologi), ahliyyah
adalah kecakapan menangani sesuatu urusan, misalnya orang yang memiliki kemampuan dalam suatu bidang maka ia dianggap ahli untuk menangani bidang tersebut.
• Adapun Ahliyyah secara terminologi adalah suatu sifat yang di miliki seseorang yang dijadikan ukuran oleh syari’untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara’. (H.R.Al-Bukari).
Free Powerpoint TemplatesPage 17
Pembagian Ahliyyah• Ahliyyah ada’
Yaitu kecakapan bertindak hukum, bagi seseorang yang dianggap sempurna untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya, baik yang bersifat positif maupun negatif
Free Powerpoint TemplatesPage 18
• Ahliyyah Al-wujuub
Yaitu sifat kecakapan seseorang untuk menerima hak hak yang menjadi haknya menerima hokum, tetapi belum mampu untuk dibebani seluruh kewajiban.
Free Powerpoint TemplatesPage 19
Ahliyyah Al-wujuub1. Ahliyyah al wujub an-naqishoh.
Yaitu anak yang masih berada dalam kandungan ibunya(janin).
2. Ahliyyah al wujub al kamilah
Yaitu kecakapan menerima hak bagi seseorang anak yang telah lahir ke dunia sampai dinyatakan baligh dan berakal,sekalipun akalnya masih kurang seperti orang gila.
Free Powerpoint TemplatesPage 20
Halangan Ahliyyah• Awaridh Samawiyyah, yaitu halangan
yang datangnya dari Alloh bukan disebabkan oleh perbuatan manusia, seperti: gila, dungu, sakit yang berkelanjutan kemudian mati dan lupa.
• Awaridh Al Muktasabah, yaitu halangan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, seperti mabuk, terpaksa, bersalah, dibawah pengampunan dan bodoh, perbudakan.
Free Powerpoint TemplatesPage 21
Taklif (beban hukum) terhadap orang kafir
Syarat bagi subjek hukum itu adalah balight dan berakal. Selanjutnya yang dipermasalahkan apakah “islam” merupakan syarat untuk dikenai tuntutan hukum. Dengan kata lain apakah non-muslim itu dituntut untuk melakukan beban hukum atau tidak.
Free Powerpoint TemplatesPage 22
beberapa perbedaan pendapat antar ulama dalam hal hubungan
persyaratan taklif • Pertama, ulama yang berpendapat
bahwa tidak ada hubungan antara persyaratan taklif dengan tercapainya syarat syar’i, yaitu Imam al-Syafi’i, mayoritas kalangan ulama Mu’tazilah. Mereka berpendapat bahwa orang-orang kafir dikenai beban hukum untuk melaksanakan juzu’syari’at seperti ibadah sholat,puasa dan haji.
Free Powerpoint TemplatesPage 23
Kelompok ulama ini mengemumakan alasan-alasanya sebagai berikut:
• Ayat-ayat Al-Qur’an memrintahkan untuk melaksanakan ibadat secara umum juga menjangkau orang-orang kafir
• Orang kafir itu seandainya tidak dikenai talkif dengan hal-hal yang bersifat furu’ tentu tidak ada ancaman terhadap orang kafir bila ia tidak berbuat.
Free Powerpoint TemplatesPage 24
• Orang-orang kafir dikenai taklif untuk meninggalkan larangan dengan sanksi sebagaimana berlaku untuk mu’min, seperti zina, mencuri dan lainya.
• Kedua, pendapat dari sebagian ulama Hanafiyah, Abu ishak al Asfahani, dan sebagian kelompok syafiiyah. Mereka berpendapat bahwa orang kafir itu tidak dibebani taklif untuk melaksanakan ibadat
Free Powerpoint TemplatesPage 25
Kelompok ini berpendapat bahwa:
1. Seandainya orang kafir diberi taklif untuk melakukan furu’ syariat, tentu melakukan perbuatan itu dituntut. Ternyata tidak seperti itu, karena kafir nya itu mencegah sahnya ibadat mereka.
2. Seandainya rang kafir diberi beban hukum, tentu wajib bagi mereka mengqadha apa yang dia tinggalkan saat kafirnya itu, sesudah ia masuk islam.
Free Powerpoint TemplatesPage 26
• Ketiga, kelompok yang berpendapat bahwa orang kafir dikenai taklif untuk meninggalkan larangan tetapi tidak dikenai taklif untuk melaksanakan suruhan
Free Powerpoint TemplatesPage 27
Halangan taklif dibagi menjadi 2 kelompk,
1. Halangan yang keluar dari luar dirinya yang ia sendiri tidak mempunyai daya dan kehendak menghadapinya. Halangan ini disebut halangan samawi.
2. Halangan yang timbul dari dirinya sendiri atau tersebab akan kehendaknya sendiri. Halangan ini disebut awaridh muktasabah atau halangan awaridh ihktiyari
Free Powerpoint TemplatesPage 28
KESIMPULANSemua perbuatan mukallaf yang berkaitan dengan hukum syara` dinamakan dengan Mahkum Fiih. Akan tetapi ada beberapa syarat tertentu agar perbuatannya dapat dijadikan objek hukum. Dalam mengerjakan tuntutan tersebut tentu mukallaf mengalami kesulitan-kesulitan (masyaqqah).Ada yang mampu diatasi manusia seperti : sholat, puasa dan haji. Meskipun pekerjaan ini terasa berat, tapi masih bisa dilakukan oleh mukallaf.
Free Powerpoint TemplatesPage 29
Ada kesulitan yang tidak wajar yang munusia tidak sanggup melakukannya seperti puasa terus menerus dan mewajibkan untuk bangun malam, atau suatu pekerjaan sangat berat seperti perang fii sabilillah, karena hal ini memerlukan pengorbanan jiwa, harta dan sebagainya.Mukallaf yang telah mampu mengetahui khitob syar’i(tuntutan syara’) maka sudah di kenakan taklif.