laporan uni ksp.docx

38
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN III PENENTUAN NILAI HASIL KALI KELARUTAN NAMA : YUNITA PARE ROMBE NIM : H311 12 012 KELOMPOK : VI (ENAM) HARI /TGL. PERCOBAAN : SELASA/ 9 SEPTEMBER 2014 ASISTEN : MARLINDA

Upload: yunitaparer

Post on 17-Jul-2016

66 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua atau lebih jenis zat. Larutan terdiri dari zat pelarut dan zat terlarut, sedangkan kelarutan adalah banyaknya maksimal zat yang dapat larut membentuk larutan jenuhnya, sedangkan hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion dalam larutan jenuh yang dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Tiap-tiap senyawa mempunyai nilai Ksp tertentu dan harganya tergantung pada suhu. Suatu larutan dikatakan jenuh bila zat itu berada dalam satu fasa dan dalam keadaan setimbang. Sedangkan larutan dikatakan lewat jenuh jika larutan itu mengandung zat terlarut dengan kepekatan yang lebih besar daripada larutan jenuh zat itu. Dalam larutan tak jenuh, kepekatan zat terlarut lebih rendah dari pada kepekatan larutan jenuhnya.Biasanya zat yang tidak dapat larut ini disebut sebagai endapan. Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat dengan bertambahnya temperatur. Oleh karena itu nilai Ksp tersebut juga merupakan fungsi yang memiliki kebergantungan terhadap suhu.Melalui hubungannya dengan suhu, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui panas pelarutan yang dibutuhkan garam yang sukar larut. Untuk lebih memahami dan mempelajari tentang penentuan hasil kali kelarutan. Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata lain kelarutan akan meningkat. Untuk membuktikan teori tersebut maka dilakukanlah percobaan ini.1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan1.2.1 Maksud PercobaanMaksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara penentuan nilai hasil kali kelarutan (Ksp).1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu:1. Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut2. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.1.3 Prinsip PercobaanPrinsip dari percobaan ini adalah penentuan nilai Ksp PbCl2 melalui pembentukan suatu endapan PbCl2 yang terbentuk melalui reaksi antara Pb(NO3)2 dengan KCl, serta mengukur suhu pelarutan endapan PbCl2 melalui proses pemanasan.

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN uni ksp.docx

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA

PERCOBAAN IIIPENENTUAN NILAI HASIL KALI KELARUTAN

NAMA : YUNITA PARE ROMBENIM : H311 12 012KELOMPOK : VI (ENAM)HARI /TGL. PERCOBAAN : SELASA/ 9 SEPTEMBER 2014ASISTEN : MARLINDA

LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 2: LAPORAN uni ksp.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua atau lebih jenis

zat. Larutan terdiri dari zat pelarut dan zat terlarut, sedangkan kelarutan adalah

banyaknya maksimal zat yang dapat larut membentuk larutan jenuhnya,

sedangkan hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion dalam larutan

jenuh yang dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Tiap-tiap senyawa

mempunyai nilai Ksp tertentu dan harganya tergantung pada suhu.

Suatu larutan dikatakan jenuh bila zat itu berada dalam satu fasa dan dalam

keadaan setimbang. Sedangkan larutan dikatakan lewat jenuh jika larutan itu

mengandung zat terlarut dengan kepekatan yang lebih besar daripada larutan

jenuh zat itu. Dalam larutan tak jenuh, kepekatan zat terlarut lebih rendah dari

pada kepekatan larutan jenuhnya.

Biasanya zat yang tidak dapat larut ini disebut sebagai endapan. Kelarutan

endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat dengan

bertambahnya temperatur. Oleh karena itu nilai Ksp tersebut juga merupakan

fungsi yang memiliki kebergantungan terhadap suhu.

Melalui hubungannya dengan suhu, maka dilakukanlah percobaan ini

untuk mengetahui panas pelarutan yang dibutuhkan garam yang sukar larut.

Untuk lebih memahami dan mempelajari tentang penentuan hasil kali kelarutan.

Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang

lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata

lain kelarutan akan meningkat. Untuk membuktikan teori tersebut maka

dilakukanlah percobaan ini.

Page 3: LAPORAN uni ksp.docx

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

cara penentuan nilai hasil kali kelarutan (Ksp).

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut

2. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat

kebergantungan Ksp pada suhu.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan nilai Ksp PbCl2 melalui

pembentukan suatu endapan PbCl2 yang terbentuk melalui reaksi antara Pb(NO3)2

dengan KCl, serta mengukur suhu pelarutan endapan PbCl2 melalui proses

pemanasan.

Page 4: LAPORAN uni ksp.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan merupakan suatu campuran homogen dari kimia yang dapat

saling melarutkan. Dengan definisi ini, larutan adalah fase tunggal. Sebuah larutan

mungkin gas, cair, atau padat. Larutan biner terdiri dari dua konstituen. Jumlah

konsituten terbesar biasanya disebut pelarut, sedangkan konstituen satu atau lebih

dalam jumlah yang relatif kecil disebut zat terlarut. Perbedaan antara pelarut dan

zat terlarut adalah interkasi kimia. Konstituen dalam jumlah yang relatif kecil

dapat dipilih sebagai pelarut (Castellan, 1983).

Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan

konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai

kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan dan

pada komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar

dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid dan dapat

dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifudge).

Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang

bersangkutan (Svehla, 1990).

Berbagai faktor yang mempengaruhi kelarutan struvite meliputi pH,

kekuatan ion dan suhu. Produk kelarutan struvite belum parameter yang sangat

penting untuk menentukan rasio jenuh. Sebuah model termodinamika untuk

presipitasi fosfat diusulkan untuk menentukan tingkat konversi fosfat dan nilai

produk kelarutan struvite untuk kisaran suhu antara 15 dan 35◦C (Hanhoun, 2010).

Page 5: LAPORAN uni ksp.docx

Larutan jenuh suatu garam yang juga mengandung garam tersebut yang tak

larut dengan berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap mana

hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Kelarutan juga bergentung pada sifat

dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran. Misalnya pada

pengendapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya,

maka kesetimbangan yang terjadi sebagai berikut (Svehla, 1990):

AgCl Ag+ + Cl-

Menurut svehla (1990) ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena

AgCl ada dalam fase padat, sedang ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut.

Tetapan kesetimbangan dapat ditulis sebagai :

K=[ Ag+] [Cl- ]

[ AgCl ]

Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang

dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari

garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu. Sebagai contoh pembentukan

endapan AgCl dengan rumus hasil kali kelarutan sebagai berikut :

Ksp = [Ag+] [Cl-] = 1,5 x 10-10

Menurut Khopkar (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan

adalah sebagai berikut :

a. Temperatur.

Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Endapan yang baik

terbentuk pada larutan yang panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan

terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh temperatur.

b. Sifat Pelarut suatu garam-garam anorganik lebih larut dalam air.

Berkurangnya kelarutan dalam pelarut organik.

Page 6: LAPORAN uni ksp.docx

c. Efek ion sejenis.

Kelarutan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari

ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp (konstanta hasil kali

kelarutan).

d. Efek ion-ion lain.

Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila di dalam larutan terdapat

garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut efek garam netral

atau efek aktivitas.

e. Pengaruh pH.

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan, misal: oksalat;

ion H+ bergabung dengan ion C2O42- membentuk H2C2O4 sehingga menambah

kelarutan garamnya.

f. Pengaruh hidrolisis.

Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan

perubahan ion H+. Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga

menambah kelarutannya.

g. Pengaruh kompleks.

Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi zat lain yang

membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Mula-mula kelarutan

berkurang disebabkan oleh (disebabkan ion sejenis) sampai melalui

minimum. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi.

Menurut Khopkar (1990) untuk memperoleh suatu keadaan optimum

untuk pengendapan maka perlu dilakukan aturan sebagai berikut :

1. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk

memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi (Pencemaran endapan oleh zat-

zat yang secara normal larut dalam larutan induk).

Page 7: LAPORAN uni ksp.docx

2. Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang

tetap. Ini berguna untuk pertumbuhan kristal yang teratur. Untuk

kesempurnaan reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih. Urutan

pencampuran harus teratur dan sama.

3. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil

pada temperatur tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam

endapan organik.

Selama pemisahan scorodite dalam air, kelarutan, pH akhir / Eh dan As /

senyawa Fe sangat tergantung pada pH awal larutan. Pada pH antara 5,0 dan 5,8,

Scorodite memiliki kelarutan terendah dengan ΣAs = 10-5.27. As (V) terjadi dalam

air terutama sebagai H3AsO4 (pH <2), H2AsO4- (pH = 2 sampai 7) dan HAsO4

2-

(pH> 7). Hanya ada sedikit AsO43- bahkan pada pH dekat 14. Pembubaran

scorodite reaksi dan jalan juga dikendalikan oleh co-ada hidroksida besi. Simulasi

kelarutan scorodite dalam air dengan nilai pH awal yang berbeda di bawah

pengaruh Fe(OH)3(a) menunjukkan bahwa pada pH awal yang sama, solusi

keseimbangan dari sistem scorodite-Fe(OH)3(a) air memiliki jauh lebih rendah

konsentrasi As daripada sistem scorodite-gutit-air (Zhu dan Merkel, 2001).

Pada pH awal yang berbeda atau kekuatan ion yang berbeda, total

konsentrasi As (ΣAs) memiliki kecenderungan yang sama dengan variasi pH

kesetimbangan, dan perbedaan antara ΣAs yang kekuatan ion yang berbeda

umumnya tidak lebih dari 0,7 urutan besarnya. Pada pH antara 5,0 dan 5,8,

scorodite memiliki kelarutan terendah dengan ΣAs = 10-5.27. Pada pH 5,0-5,8 luar,

kelarutan dalam air scorodite meningkat cepat dengan kematian pH (5,0 →0) dan

dengan peningkatan pH (5,8 → 14). Solusinya memiliki 10-0.24 mol / L Pada pH =

0 dan 100,38 mol / L Pada pH = 14 (Zhu dan Merkel, 2001).

Page 8: LAPORAN uni ksp.docx
Page 9: LAPORAN uni ksp.docx

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Pb(NO3)2 0,075 M,

KCl 1 M, tissue roll, akuades, sabun dan kertas label.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu buret 50 mL,

gelas kimia 500 mL, gelas kimia 100 mL, rak tabung reaksi, tabung reaksi,

termometer 100 °C, gegep, pembakar gas, kaki tiga, statif, sikat tabung, dan kasa.

3.3 Metode Percobaan

3.3.1 Prosedur Pengendapan

Disiapkan dua buret kemudian dibilas dengan akuades. Lalu satu buret

diisi dengan Pb(NO3)2 dan buret lainnya diisi dengan KCl. Dimasukkan

Pb(NO3)2 0,075 M dimasukkan ke dalam 6 buah tabung reaksi yang berbeda.

Kemudian masing-masing tabung ditambahkan KCl sebanyak 0,5 mL, 1,0 mL,

1,5 mL, 2,0 mL, 2,5 mL, dan 3,0 mL lalu dikocok kemudian didiamkan selama 10

menit. Diamati larutan yang telah ditambahkan KCl 1 M. Di amati dan catat

larutan yang mengendap.

3.3.2 Pelarutan endapan PbCl2

Larutan yang terbentuk endapan dari masing-masing tabung, kemudian

dipanaskan hingga endapan dalam tabung reaksi tersebut larut sempurna. Selama

proses pemanasan, larutan tersebut diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan

termometer. Setelah semua endapan larut, diukur suhu larutannya menggunakan

termometer kemudian dicatat hasilnya.

Page 10: LAPORAN uni ksp.docx

BAB IV

Page 11: LAPORAN uni ksp.docx

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan

Tabel Pengamatan Pelarutan Endapan yang Terbentuk

NO

Volume Pb(NO3)2

0,075 M

Volume KCl 0,1 M

(mL)

Pembentukan endapan

(sudah/belum)

Suhu0C 0K

1 10 0,5 Belum - -2 10 1,0 Belum - -3 10 1,5 Sudah 38 3114 10 2,0 Sudah 43 3165 10 2,5 Sudah 45 3186 10 3,0 Sudah 48 321

4.2 Reaksi

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

4.3 Perhitungan

4.3.1 Perhitungan Pembentukan Endapan PbCl2

a. Penambahan 0,5 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

= 0,5 mL x 1 M = 0,5 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 0,5 mL = 10,5 mL

Page 12: LAPORAN uni ksp.docx

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

mula-mula : 0,75 0,5

bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5

setimbang : 0 -1 0,75 1,5

[ PbCl2 ] = nV

= 0,75 mmol10,5 mL

= 0,07142 M

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

s s 2s

Ksp = s (2s)2 = 4s3

= 4 (0,07142)3

= 1,457 x 10-4 M

b. Penambahan 1 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

= 1 mL x 1 M = 1 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 1 mL = 11 mL

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

mula-mula : 0,75 1

bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5

setimbang : 0 -0,5 0,75 1,5

[ PbCl2 ] = nV

= 0,75 mmol11 mL

= 0,06818 M

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

s s 2s

Page 13: LAPORAN uni ksp.docx

Ksp = s (2s)2 = 4s3

= 4 (0,06818)3

= 1,2677 x 10-4 M

c. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

= 1,5 mL x 1 M = 1,5 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 1,5 mL = 11,5 mL

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

mula-mula : 0,75 1,5

bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5

setimbang : 0 0 0,75 1,5

[ PbCl2 ] = nV

= 0,75 mmol11,5 mL

= 0,0652 M

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

s s 2s

Ksp = s (2s)2 = 4s3

= 4 (0,0652)3

= 10,985 x 10-4 M

4.3.2 Perhitungan Pelarutan Endapan PbCl2

Penambahan 2,0 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

Page 14: LAPORAN uni ksp.docx

= 2,0 mL x 1 M

= 2,0 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 2,0 mL = 12 mL

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

mula-mula : 0,75 2,0

bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5

setimbang : 0 0,5 0,75 1,5

[ PbCl2 ] = nV

= 0,75 mmol12 mL

= 0,0625 M

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

s s 2s

Ksp = s (2s)2 = 4s3

= 4 (0,0625)3

= 9,7656 x 10-4 M

d. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

= 2,5 mL x 1 M = 2,5 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 2,5 mL = 12,5 mL

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

Page 15: LAPORAN uni ksp.docx

mula-mula : 0,75 2,5

bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5

setimbang : 0 1,0 0,75 1,5

[ PbCl2 ] = nV

= 0,75 mmol12,5 mL

= 0,06 M

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

s s 2s

Ksp = s (2s)2 = 4s3

= 4 (0,06)3

= 8,6400 x 10-4 M

e. Penambahan 3,0 M KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

= 3,0 mL x 1 M = 3,0 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 3,0 mL = 13 mL

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

mula-mula : 0,75 3,0

bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5

setimbang : 0 1,5 0,75 1,5

[ PbCl2 ] = nV

= 0,75 mmol13 mL

= 0,057 7 M

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-

(aq)

s s 2s

Ksp = s (2s)2 = 4s3

Page 16: LAPORAN uni ksp.docx

= 4 (0,05769)3

= 7,6800 x 10-4 M

4.3.3 Perhitungan Log Ksp Regresi

y = ax + b

1. Untuk Ksp 10,985 x 10 -4

y=(8,918 x )-56,24

y =(8,918 x 10,985 x 10 -4 )-56,24)

y= -5,6215

2. Untuk Ksp 9,7656x10 -4

y =(8,918 x 9,7656 x 10 -4 )-56,24)

y= -5,6217

3. Untuk Ksp 8,6400 x 10 -4

y =(8,918 x 8,6400 x 10 -4 )-56,24)

y= -5,6218

4. Untuk Ksp 7,6800 x 10 -4

y =(8,918 x 7,6800 x 10 -4 )-56,24)

y= -5,6219

Page 17: LAPORAN uni ksp.docx
Page 18: LAPORAN uni ksp.docx

4.4 Grafik

4.4.1 Grafik Hubungan Antara Suhu (T) Vs Kelarutan (M)

310 312 314 316 318 320 3220.052

0.054

0.056

0.058

0.06

0.062

0.064

0.066f(x) = − 0.000758490566037727 x + 0.301412264150941R² = 0.974474936232566

Suhu Vs Kelarutan

Series2Linear (Series2)

Suhu (K)

Kel

arut

an

4.4.2 Grafik Hubungan Antara Suhu Vs Ksp

No. Suhu (K) Ksp

1. 311 10,985 x 10-4

2. 316 9,7656 x 10-4

3. 318 8,6400 x 10-4

4. 321 7,6800 x 10-4

No

.Suhu (K)

Kelarutan

(M)

1. 311 0,0652

2. 316 0,0625

3. 318 0,0600

4. 321 0,0577

Page 19: LAPORAN uni ksp.docx

310 311 312 313 314 315 316 317 318 3190

2

4

6

8

10

12

f(x) = − 0.317476923076923 x + 109.802097435897R² = 0.952599639166805

Suhu Vs Ksp

Series2Linear (Series2)

Suhu (K)

Ksp

4.4.3 Grafik Hubungan Antara 1/T Vs log Ksp

No T (K) 1/T Ksp log Ksplog Ksp regresi

1. 311 3,215 x 10-3 10,985 x 10-4 -2,959 -5,6215

2. 316 3,164 x 10-3 9,7656 x 10-4-3,010 -5,6217

3. 318 3,144 x 10-3 8,6400 x 10-4-3,063 -5,6218

4. 321 3,115 x 10-3 7,6800 x 10-4-3,114 -5,6219

2.76 2.78 2.8 2.82 2.84 2.86 2.88 2.9 2.92 2.94 2.96

-32

-31.5

-31

-30.5

-30

-29.5

-29

f(x) = 8.91835364162784 x − 56.2442707156306R² = 0.955825342519496

1/T Vs Log Ksp

yLinear (y)

1/T (10-3)

Log

Ksp

Page 20: LAPORAN uni ksp.docx

3.1 3.12 3.14 3.16 3.18 3.2 3.22 3.24

-5.622

-5.6219

-5.6218

-5.6217

-5.6216

-5.6215

-5.6214

-5.6213

-5.6212

f(x) = 0.00317609471903781 x − 5.6316848712648R² = 0.48796364320005

1/T Vs Log Ksp Regresi

Series2Linear (Series2)

1/T

Log

Ksp

Reg

resi

y = ax + b

a = slop

b = intersept

x = variabel

y = log ksp

a = slope = tan α = ΔyΔx

= −5,6219 – (-5 ,6218 ) 0,003115 – 0,00 3144

= 0 ,3448

b = y – ax

= -5,6219 – (0, 3448)(0,003115)

= -5,62229

x untuk y = log ksp = ax + b

x= 1T kamar

= 128+273

=0,003322

y = log ksp = ax + b

= 0 , 3448 (0,003322) + (-5,62229)

= -5,62114

Page 21: LAPORAN uni ksp.docx

Log Ksp = -ΔH2,303 R

. 1T

-ΔH = log Ksp x 2,303 x R x T

ΔH = - (log Ksp x 2,303 x R x T)

ΔH = - (-5,62114 × 2,303 × 8,314J/mol K x 301 K)

ΔH = 32396 ,2585 J/mol = 32,3962585 kJ/mol

4.5 Pembahasan

Nilai hasil kali kelarutan suatu senyawa dapat ditentukan dari percobaan

laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam

tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan

pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut.

Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Hasil kali

kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh

hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang

hanya sedikit larut dalam larutan itu. Kelarutan merupakan jumlah zat yang

terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh.

Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat

dengan bertambahnya temperatur.

Pada percobaan penentuan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut

dan pengukuran panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan

Ksp pada suhu, digunakan larutan Pb(NO3)2 dan KCl. Dalam reaksi diketahui

terbentuk endapan PbCl2.

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

PbCl2 Pb2+¿ ¿ + 2Cl−¿¿

Page 22: LAPORAN uni ksp.docx

Pada percobaan ini, dilakukan perlakuan pengocokan pada saat dan setelah

pencampuran larutan Pb(NO3)2 dan KCl dengan maksud agar kedua larutan dapat

bercampur dengan sempurna dan mempercepat terbentuknya endapan dan

didiamkan agar endapan turun ke dasar tabung. Setelah endapan terbentuk larutan

dipanaskan di atas pembakar gas untuk melarutkan endapan yang terbentuk.

Pada saat melarutkan kembali digunakan termometer sebagai batang

pengaduk agar suhu yang terukur tepat dan akurat. Pengadukan dilakukan agar

mempercepat proses pelarutan dan dapat sekaligus diukur suhunya tanpa terjadi

pertukaran kalor di lingkungan.

Perhitungan nilai hasil kali kelarutan yang diperoleh untuk penambahan

1,5 mL didapat Ksp 10,985 x 10-4 M, 2,0 mL didapat Ksp 9,7656 x 10-4 M, untuk

penambahan 2,5 mL didapat Ksp 8,64 x 10-4 M, untuk penambahan 3,0 mL

didapat Ksp 7,68001 x 10-4 M. Dilihat dari data tersebut, hal ini menunjukkan

bahwa semakin banyak endapan maka semakin kecil nilai Ksp larutan.

Endapan yang terbentuk kemudian dilarutkan kembali melalui pemanasan.

Pada larutan dengan penambahan KCl 1,5 ml larut pada suhu 38 ºC, pada

penambahan KCl 2,0 mL larut pada suhu 43 ºC, pada penambahan KCl 2,5

larut pada suhu 45 ºC, pada penambahan KCl 3,0 mL. Ternyata suhu yang

digunakan untuk melarutkan endapan semakin tinggi jika volume KCl yang

ditambahkan semakin banyak dan begitu pun sebaliknya.

Pada pembentukan endapan PbCl2, terlihat bahwa setiap penambahan

volume KCl maka akan didapat nilai hasil kelarutan (Ksp) yang semakin kecil.

Hal ini dikarenakan besar volume KCl mempengaruhi banyaknya endapan yang

terbentuk, sehingga mempengaruhi besar nilai hasil kali kelarutan (Ksp).

Sedangkan Pada penentuan panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan

Page 23: LAPORAN uni ksp.docx

ketergantungan pada suhu diperoleh hasil bahwa semakin banyak endapan maka

semakin tinggi suhu yang diperlukan untuk membuat endapan kembali larut.

Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kelarutan suatu kristal padat

adalah temperatur.

Kebanyakan garam anorganik, kelarutannya meningkat bila temperatur

dinaikkan juga. Kelarutan dari suatu zat terlarut akan semakin kecil jika volume

dari pelarut yang diberikan besar.

Pada kurva hubungan antara Ksp vs suhu nampak bahwa ketika suhu

dinaikkan maka hasil kali kelarutan akan berkurang. Kemudian pada kurva

hubungan antara Log Ksp sebelum regresi vs suhu nampak bahwa semakin kecil

tinggi suhu maka semakin besar log Ksp nya. Kemudian pada kurva hubungan

antara Log Ksp sesudah regresi vs suhu sama dengan kurva log Ksp sebelum

regresi, tetapi kurvanya menjadi linear. Dari kurva linear tersebut dihitung nilai

slope dan interseptnya kemudian untuk mendapatkan nilai panas pelarutan.

Berdasarkan sifat kebergantungan Ksp terhadap suhu inilah maka dapat

dihitung panas pelarutan (ΔH) PbCl2 yaitu sebesar 16,3251 kJ/mol. Nilai ∆H

bernilai positif. Hal ini berarti bahwa reaksi yang terjadi bersifat endotermik

artinya menyerap kalor dari lingkungan. Adapun reaksi yang terjadi ialah reaksi

endoterm, yaitu reaksi kimia yang diiringi dengan adanya penyerapan kalor oleh

sistem, sehingga suhu sistem meningkat. Hal ini telah sesuai dengan teori, di

mana untuk melarutkan suatu endapan, dalam hal ini PbCl2, dibutuhkan proses

pemanasan yang merupakan proses penyerapan kalor.

Page 24: LAPORAN uni ksp.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Kelarutan garam PbCl2 semakin menurun dengan semakin banyaknya

penambahan KCl, kelarutannya berturut-turut yaitu 0,0652 M; 0,0625 M;

0,0600 M; dan 0,0577 M, serat nilai Ksp yang diperoleh berturut-turut adalah

11,0857 x 10-4 M; 9,7656 x 10-4 M; 8,6400 x 10-4 M; dan 7,6840 x 10-4 M.

2. Panas pelarutan PbCl2 yang diperoleh adalah 334,7486851 kJ/mol yang

menunjukkan reaksi bersifat endoterm.

5.2 Saran

Untuk laboratorium, sebaiknya fasilitas yang ada dalam laboratorium

sudah memadai, tetapi kalau bisa statifnya di ganti agar dalam memasang buret

lebih cepat dan gampang.

Untuk asisten, sudah membimbing kami dalam pratikum sehingga

praktikum dapat lancar dan cepat.

Page 25: LAPORAN uni ksp.docx

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 11 September 2014

Asisten Praktikan

MARLINDA YUNITA PARE ROMBENIM. H311 11 259 NIM : H311 12 012

Page 26: LAPORAN uni ksp.docx

DAFTAR PUSTAKA

Castellan, G. W., 1983, Physical Chemistry, Wesley Publishing Company, United state of America.

Hanhoun, M,. Montastruc, L,. Azzaro-Pantel, C,. Biscans, B,. Freche, M,. dan Pibouleau, L,. 2010, Temperature Impact Assessment on Struvite Solubility Product: A Thermodynamic Modeling Approach, Université de Toulouse, Laboratoire de Génie Chimique, 4(1); 12-21

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Svehla, G., 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Zhu, Y., Merkel, B., J., 2001, The Dissolution and Solubility of Scorodite, FeAsO4·2H2O Evaluation and Simulation with PHREEQC2, TU Bergakedemie Freiberg, 18(12); 1-9.

Page 27: LAPORAN uni ksp.docx

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Larutan Pb(NO3)2 yang ditambahkan KCl sebelum dipanaskan

Gambar 2. Hasil dari proses pemanasan yang tidak terdapat endapan

Page 28: LAPORAN uni ksp.docx