laporan praktikum zat pembantu tekstil

47
LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL ZAT AKTIF PERMUKAAN PENGUJIAN PENGGOLONGAN ZAP MENURUT WURTZSCHMIT DAN LISEN MEYER, UJI DAYA BASAH, DENSITY, VISKOSITAS, DAYA TAHAN SADAH, DAYA TAHAN ASAM , DAYA TAHAN ALKALI DAN MBAS Nama : Gina Puspitasari NPM : 13020039 Group : 2K2 Dosen : Juju Juhana, AT.,M.Si Mia S.ST Tgl Praktikum : 18 November 2014 (Wurtzschmit dan Lisenmeyer) 25 November 2014 (Density dan Viskositas) 02 Desember 2014 (Daya basah) 09 Desember 2014 (Tahan Sadah, Asam dan Alkali) 16 Desember 2014 ( MBAS)

Upload: ghinna-puspita

Post on 21-Dec-2015

391 views

Category:

Documents


51 download

DESCRIPTION

laporan tentang praktikum Zat pembantu tekstil

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL

ZAT AKTIF PERMUKAAN

PENGUJIAN PENGGOLONGAN ZAP MENURUT WURTZSCHMIT DAN LISEN

MEYER, UJI DAYA BASAH, DENSITY, VISKOSITAS, DAYA TAHAN SADAH,

DAYA TAHAN ASAM , DAYA TAHAN ALKALI DAN MBAS

Nama : Gina Puspitasari

NPM : 13020039

Group : 2K2

Dosen : Juju Juhana, AT.,M.Si

Mia S.ST

Tgl Praktikum : 18 November 2014 (Wurtzschmit dan Lisenmeyer)

25 November 2014 (Density dan Viskositas)

02 Desember 2014 (Daya basah)

09 Desember 2014 (Tahan Sadah, Asam dan Alkali)

16 Desember 2014 ( MBAS)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Zat Pembantu Tekstil tepat pada waktunya. 

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan

Praktikum Zat Pembantu Tekstil.Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Zat Pembantu

Tekstil ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat

praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Zat Pembantu Tekstil.

Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama

praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya. 

Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada : 

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual. 

2. Dosen dan asisten dosen Praktikum Zat Pembantu Tekstil.

3. Rekan-rekan mahasiswa 2K2.

Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.

Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini.

Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan untuk peningkatan mutu dari

laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih. 

Bandung, Desember 2014 

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Agar praktikan dapat :

Menguji daya tahan sadah ZAP terhadap garam penyebab sadah dari air sadah

200 ; 300 dan 400 dH

Menentukan daya tahan ZAP terhadap asam dengan konsentrasi tertentu

Menentukan daya tahan suatu ZAP terhadap alkali

Memahami bagaimana cara kerja dalam menentukan daya basah pada contoh uji

ZAP

Mengidentifikasi golongan suatu ZAP

Mengegetahui dan menghitung konsentrasi larutan, viskositas dan density suatu

ZAP

II. TEORI DASAR

Dalam industri tekstil, terutama untuk proses basah seperti pemasakan,

pengelantangan, pencapan, pencelupan dan penyempurnaan, banyak digunakan zat aktif

permukaan sebagai zat pembantu tekstil. Zat aktif permukaan mempunyai sifat khas, yaitu

mempunyai kecenderungan untuk berpusat pada antarmuka dan mempunyai kemampuan

untuk menurunkan atau menaikan tegangan permukaan. Molekul zat aktif permukaan terdiri

dari dua gugus yaitu gugus hidrofil dan hidrofob ZAP sendiri dapat digolongkanmenjadi dua

kelompok :

1. An Organik

2. Organik : bersifat surfaktan : anionik, kationik, nonionik, amfoter.

Penggolongan dari ZAP Organik :

Zat Aktif Permukaan Anion

Zat aktif permukaan anion adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya didalam

medium air dengan rantai panjangnya membawa muatan negatif. Zat aktif anion berfungsi

untuk menurunkan tegangan permukaan.

Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus

a. Senyawa karboksilat : -(R-COO-)-

b. Senyawa ester sulfat : -(R-COSO3)-

c. Senyawa aklil sulfonat : -(R-SO3)-

d. Senyawa anion lainnya yang bersifat hidrofil

Zat Aktif Permukaan Kation

Zat aktif permukaan kation adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya

didalam medium air dengan rantai panjangnya membawa muatan positif. Zat aktif kation

berfungsi untuk menaikan tegangan permukaan.

Biasanya dalam ZAP kation dalam strukturnya terdapat gugus

a. Senyawa amino : - [-R-N(R`R``)H-]+

b. Senyawa amonium : - [-R-N(R`R``R```)-]+

c. Senyawa basa yang tidak mengandung nitogen : - [-R-S(R`R``)-]+

d. Senyawa basa yang mengandung Nitrogen :

Zat Aktif Permukaan Nonion

Zat aktif permukaan nonion adalah ZAP yang tidak terjadi pengionan larutan atau

medium

Biasanya dalam ZAP nonionik dalam strukturnya terdapat gugus :

a. ikatan eter pada gugus terlarut : -R-R`(OR)x -OH

b. ikatan ester : -R-COO-R`-(OH)x

c. ikatan amida : -R-CO-NH-R`-(CONH)x -COOL

d. ikatan amina : -R-NH-(OR)x -OH

Zat Aktif Permukaan Amfoter

Zat aktif permukaan amfoter adalah zat aktif permukaan yang dalam pengionannya

didalam medium dengan rantai panjangnya membawa muatan negatif atau postif, bergantung

pada pH larutan. Dalam suasana asam maka ZAP akan bermuatan positif atau bersifat

kationik dan dapat menaikkan tegangan permukaan. Dalam suasana alkali akan bermuatan

negatif atau bersifat anion dan dapat menurunkan tegangan permukaan. Dalam suasana netral

maka ZAP ini tidak akan bermuatan apa-apa.

Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus :

a. ikatan amino dan karboksilat

b. ikatan amino dan ester sulfat

Sifat-sifat Zat Aktif Permukaan :

Umum

- Sebagai larutan koloid.

- Mempunyai absorpsi positif dan negatif.

- Dapat membentuk misel sferik dan lamerar.

- Memiliki gaya untuk melarutkan kotoran

- Membentuk larutan koloid didalam air

khusus

- Zat aktif permukaan memiliki sifat khusus yang berupa pembasahan, pembasahan ini

terdiri dari beberapa, yaitu:

- pembasahan penyebaran (Spreading),

- pembasahan adisi Adhesion)

- pembasahan penyilaman (Immersion)

- pembasahan kapiler

Zat aktif permukaan dapat dibuat dari

1. Sabun

2. Minyak yang disulfatkan atau disulfonkan

3. Parafin / olefin disulfatkan/disulfonkan

4. Arakil sulfonat

5. Alkil sulfat

6. Kondensat asam lemak

7. Senyawa polietilen oksida (poliglikol eter)

Zat aktif permukaan dibedakan antara penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu

golongan anion dan golongan aktif nonion yang pada umumya bersifat menurunkan

tegangan permukaan dan golongan aktif kation yang bersifat menaikkan tegangan

permukaan. Analisa penggolongan dapat dilakukan menurut cara Wurtzschmitt.

Wurtzchmitt membagi ZAP menjadi 8 golongan, yaitu:

1. Kondensat Polialkohol

2. Kondensat alkilol amin

3. Zat aktif anion

4. Zat aktif kation

5. Polialkilena amina (bukan hanya kwartener)

6. Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida tidak tersulfonkan

7. Polialkilena oksida dengan 10 mol etilena oksida tidak tersulfonkan

8. Polialkilena tersulfunkan

Tabel penggolongan menurut Wurtzchmitt

GolonganHasil Pengujian

a b c d e f g h

I - - - - - - - -

II - - - - - - - -

III + - - - - -/+ - -

IV - + - - - - + +

V - + - + - + - -

VI - - + + - + - -

VII - - - + + + - -

VIII + - - - - - + -

Sedangkan penggolongan lain menurut struktur kimia zat aktif permukaan yaitu

Analisa penggolongan berdasarkan struktur kimia dapat dilakukan menurut cara

Linsenmeyer. Linsenmeyer membagi ZAP menjadi 9 golongan yang condong

menunjukkan sifat molekul ZAP, yaitu:

1. Sabun

2. Minyak tersulfonkan

3. Minyak tersulfonkan tingkat tinggi atau terkondensasi

4. Naftalin sulfonat

5. Alkilalkilol sulfonat

6. Mersolat

7. Kondensat asam lemak

8. Kondensat protein asam lemak

9. Kondensat etilena oksida

Dalam proses zat aktif permukaan akan mengaktifkan permukaan dan cenderung untuk

berpusat pada permukaan. Tergantung dari fungsinya, zat aktif permukaan bersifat

menurunkan tegangan permukaan seperti proses pemasakan, pembasahan, dan pencucian,

selain itu juga bersifat menaikkan tegangan permukaan seperti proses pelemasan dan tolak air

(water proof). Zat aktif permukaan bekerja pada permukaan serat maupun air, sifat umum zat

aktif permukaan yaitu :

1. Tegangan permukaan

ZAP dapat menaikkan dan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan

menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hydrogen

pada permukaan. Prosesnya yaitu dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada

permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air.

2. Sebagai larutan koloid

Zat aktif permukaan terdiri atas gugus hidrofil dan hidrofob.

3. Adsorpsi permukaan

Adsorpsi terdiri dari adsorpsi positif dan adsorpsi negatif. Adsorpsi positif terjadi

jika tegangan permukaan larutan lebih kecil dari tegangan permukaan zat terlarut.

Zat terlarut terkonsentrasi pada permukaan. Sedangkan adsorpsi negatif terjadi jika

tegangan permukaan larutan lebih besar dibanding tegangan permukaan zat terlarut.

Zat terlarut terkonsentrasi dalam rongga larutan.

4. Dapat melarutkan kotoran

Pembulatan kotoran : kotoran diikat membentuk misel

Konduktivitas misel sperik > konduktifitas misel lameral

Lemak larut dalam pelarut organik

Selain sifat-sifat diatas, Zap juga mempunyai sifat khusus yaitu sifat pembasahan, yaitu

terjadi bila setetes cairan diatas permukaan benda padat dapat menutupi permukaan benda

padat tersebut. Sifat pembasahan terdiri dari:

1. pembasahan penyebaran (spreading)

terjadi bila cairan mengembang diatas permukaan benda padat sehingga

memindahkan masa lainnya (udara/kotoran) dari permukaan benda padat tersebut.

2. pembasahan adisi (adhesion)

terjadi pada pelemasan, waterproof, jenis kationik, tegangan permukaan tinggi.

Terjadi bila cairan tepat berada pada permukaan benda padat sehingga mempunyai

luas antar muka yang sama.

3. pembasahan penyilaman (Immersion)

terjadi bila suatu benda padat dapat ditembusa suatu cairan sehingga benda padat

tadi melayang pada fasa cairan

4. pembasahan kapiler

terjadi bila serat tekstil dianggap sebagai suatu kapiler maka pembasahan pada pori-

pori serat merupakan gejala kenaikan pada pipa kapiler.

Untuk mengetahui secara langsung mutu zat aktif permukaan perlu dianalisa fungsi

pokok dari pada zat aktif permukaan yang digunakan dalam proses. Misalnya daya basah dan

daya cuci untuk zat pembasah, perata dan pencuci untuk deterjen. Untuk menentukan sifat

keaktifan zat aktif permukaan , hal itu dinyatakan sebagai hidrophile-lilophile-balance (HLB)

yang merupakan skala penentu sifat keaktifan zat aktif permukaan. Secara kwantitatif HLB

dinyatakan dalam skala 0-20 dari sangat hidrofob (HLB=0) menjadi sangat hidrofil

(HLB=20). Porsi hidrofob dan hidrofil yang seimbang menunjukkan skala HLB=10

HLB=BM hidrofil×100BM surfak tan×5

Selain pengujian tersebut perlu dianalisa ketahanan zat aktif permukaan terhadap medium

diantaranya :

a. Ketahanan terhadap asam, yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap asam

dengan konsentrasi tertentu

b. Ketahanan terhadap alkali yaitu untuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap alkali

c. Daya tahan sadah : untuk menguji daya tahan ZAP terhadap garam penyebab sadah dari

air sadah 20odH, 30 odH dan 40 odH

d. Daya tahan Basah yaitu untuk mengetahui daya basah ZAP terhadap benang kapas

dengan konstruksi tertentu

Penentuan Surfaktan dengan Metilen Biru

Metode ini membahas tentang perpindahan metilen biru yaitu larutan kationik dari larutan air

ke dalam larutan organik yang tidak dapat campur dengan air sampai pada titik jenuh

(keseimbangan). Hal ini terjadi melalui formasi (ikatan) pasangan ion antara anion dari

MBAS (methylene blue active substances) dan kation dari metilen biru. Intensitas warna biru

yang dihasilkan dalam fase organik merupakan ukuran dari MBAS (sebanding dengan jumlah

surfaktan). Surfaktan anion adalah salah satu dari zat yang paling penting, alami dan sintetik

yang menunjukkan aktifitas dari metilen biru. Metode MBAS berguna sebagai penentuan

kandungan surfaktan anion dari air dan limbah, tetapi kemungkin adanya bentuk lain dari

MBAS (selain interaksi antara metilen biru dan surfaktan anion) harus selalu diperhatikan.

Metode ini relatif sangat sederhana dan pasti. Inti dari metode MBAS ini ada 3 secara

berurutan yaitu: Ekstraksi metilen biru dengan surfaktan anion dari media larutan air ke

dalam kloroform (CHCl3) kemudian diikuti terpisahnya antara fase air dan organik dan

pengukuran warna biru dalam CHCl3 dengan menggunakan alat spektrofotometri pada

panjang gelombang 652 nm (Franson, 1992). Batas deteksi surfaktan anion menggunakan

pereaksi pengomplek metilen biru sebesar 0,026 mg/L, dengan rata-rata persen perolehan

kembali 92,3% (Rudi dkk., 2004).

Analisis Spektrofotometri pada Metode MBAS

Spektrometri merupakan metode pengukuran yang didasarkan pada interaksi radiasi

elektromagnetik dengan partikel, dan akibat dari interaksi tersebut menyebabkan energi

diserap atau dipancarkan oleh partikel dan dihubungkan pada konsentrasi analit dalam

larutan. Prinsip dasar dari spektrofotometri UV-Vis adalah ketika molekul mengabsorbsi

radiasi UV atau visible dengan panjang gelombang tertentu, elektron dalam molekul akan

mengalami transisi atau pengeksitasian dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi

yang lebih tinggi dan sifatnya karakteristik pada tiap senyawa. Penyerapan cahaya dari

sumber radiasi oleh molekul dapat terjadi apabila energi radiasi yang dipancarkan pada atom

analit besarnya tepat sama dengan perbedaan tingkat energi transisi elektronnya (Rudi,2004).

Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan pewarna organik yang

berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila oksigen pada sampel (air yang

tercemar yang sedang dianalisis) telah habis dipergunakan (Mahida, 1981).

Surfaktan anion bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru yang

terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang diukur setara dengan

kadar surfaktan anion (Anonim, 2009).

PENGGOLONGAN ZAP

III. ALAT

1. Alat-alat untuk Penggolongan Menurut Wurtzshmit:

- Tabung reaksi

- Penangas air

- Pemegang tabung

2. Alat-alat untuk Penggolongan Menurut Lisenmeyer:

- Tabung reaksi

- Penangas air

- Pemegang tabun

-

IV. PEREAKSI

1. Pereaksi untuk Penggolongan Menurut Wurtzshmit :

- Larutan aktif anion - Asam tanin pH 7 - 7,5

- Larutan aktif kation - Asam tanin pH 4 - 4,5

- NaCl 10% - Asam tanin pH 2,5

2. Pereaksi untuk Penggolongan Menurut Lisenmeyer :

- Air sadah 20oDH - H2SO4 pekat

- Air sadah 30oDH - HCl 2,000 N

- Air sadah 40oDH - CH3COOH 15%

- Larutan H2SO4 10% - HCl pekat

- Larutan Buret (campuran NaOH dan CaSO4)

V. CARA KERJA

Penggolongan Zat Aktif Permukaan cara Wurtzchmitt

Contoh ZAP dibuat larutan 1 %

a. Uji Kation

1 ml larutan contoh uji ditambah 1-2 ml zat anion keruh/tidak

b. Uji Anion

1 ml larutan contoh uji ditambah 1-2 ml zat kation keruh/tidak

c. Pemanasan I

1 ml larutan contoh uji dipanaskan dlm tabung reaksi keruh/tidak

d. Pemanasan II

1 ml larutan contoh uji dipanaskan dlm tabung reaksi keruh/tidak

e. Tanin I (pH 7 & 5)

1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes Tanin keruh/tidak

f. Tanin II (pH 4,5)

1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes Tanin II keruh/tidak

g. Tanin III (pH 2,5)

1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes Tanin III keruh/tidak

h. Iodium jenuh

1 ml larutan contoh uji ditambah larutan iodium jenuh keruh/tidak

Pengamatan

Kekeruhan diberi tanda (+) ; tidak keruh diberi tanda (-)

Penggolongan ZAP cara Linsenmeyer

Contoh uji dibuat larutan 1 %

1. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1 ml asam asetat 15%, didihkan sebentar,

kemudian amati : keruh/tidak

2. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1 ml CaCl2 20 dH, didihkan sebentar,

kemudian amati : keruh/tidak

Kalau terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 1 dan 2 (A), (A) untuk golongan

1 dan 2. Untuk golongan 2 l;arutan contoh uji ditambah BaCl2 10%Bila timbul

endapan putih/adanya penguraian menunjukan golongan2.

3. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1-2 tetesml HCl pekat, kemudian amati

perubahan yang terjadi : keruh/tidak

Kalau ada kekeruhan kemungkinan golongan 3 dan 8. (B) untuk golongan 3 dab 8.

untuk golongan 8 akan memberikan reaksi Biuret yakni NaOH dan CuSO4 5%,

larutan contoh uji ditambah NaOH 10% / NaOH 4N, ditambahkan CuSO4 5%

kemudian dipanaskan akan memberi warna merah ungu dan dengan HCL encer

dipanaskan akan memberi warna coklat dan bau ikan.

4. Sebanyak 1 ml larutan contoh ditambah 1 ml HCl pekat, panaskan beberapa menit

kemudian tuangkan dalam 10 ml air dingin, lalu amati perubahan yang terjadi.

Kalau keruh kemungkinan golongan 4 dan 5 (C), (C) untuk golongan 4 dan 5.

Untuk golongan 4 memberikan endapan dengan larutan CuSO4 5%.

Kalau tidak terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 6 ; 7 ; 9 (D). (D) untuk

golongan 6, larutan contoh ditambahkan dengan larutan BaCl2 10% terjadi

endapan putih, dipanaskan dan dipijarkan memberikan abu. Untuk golongan 7,

menunjukan adanya nitrogen dengan cara Lassaigne atau uji amoniak. Untuk

golongan 9, Larutan contoh ditambahkan BaCl2 10% , endapan putih akan

menunjukan reajsi sulfat, dipanaskan dan dipijarkan akan memberikan abu.

Kondesat etilena oksida, golongan 9. larutan contoh ditambahkan dengan fenol

memberikan endapan putih keju.

VI.DATA PENGAMATAN

Tabel penggolongan menurut Wutzchmitt

Golongan Hasil Pengujian

a b c d e f g h

I - - - - - - - -

II - - - - - - - -

III + - - - - -/+ - -

IV - + - - - - + +

V - + - - - + - -

VI - - + + - + - -

VII - - - + + + - -

VIII + - - + - - + -

- Pengujian Penggolongan Menurut Wurtzschmit

ZAP yang digunakan : No 9

- Uji kation = - Tanin I = –

- Uji anion = – Tanin II = –

- Pemanasan I = – Tanin III = –

- Pemanasan II = + Iodium jenuh = –

SABUN 9 termasuk golongan 7

- Pengujian Penggolongan Menurut Lisen Meyer

ZAP yang digunakan : No 9

- Golongan I = -

- Golongan II = -

- Golongan III = +

- Golongan IV = -

- Golongan V = -

- Golongan VI = -

- Golongan VII = +

- Golongan VIII= -

- Golongan IX = -

Sabun 9 termasuk golongan 3 dan 7

VISKOSITY DAN DENSITY

III.ALAT

1. Alat-alat untuk Density :

- Piknometer

- Thermometer

- Neraca

- Oven

- Eksikator

- Pipet ukur 10 mL

- Piala gelas

- Gelas ukur 100 mL

2. Alat-alat untuk Viskositas :

- Viskometer

- Labu ukur

- Pipet volume

-

IV.CARA KERJA

- Cara Kerja Density:

1. Membuat larutan contoh uji 0,1, 0,2, 0,3 %.

2. Piknometer kosong dioven kurang lebih 1 jam pada suhu 105-110oC.

3. Piknometer kosong dieksikator kurang lebih 15 menit (berat tetap a gram).

4. Masukkan contoh uji konsentrasi 0,1 % lalu ditimbang (berat tetap b gram),

amati suhunya.

5. Lakukan contoh uji konsentrasi 0,2, 0,3 % seperti pada contoh uji 0,1 %.

- Cara Kerja Viskositas

1. Hitung waktu alir H2O.

2. Hitung waktu alir contoh uji

ƞ Contoh=dC x tC xƞsds x ts

Keterangan:

dC = Density Contoh

tC = Waktu alir contoh

ds = density air

ts = Waktu alir air

ƞs = lihat table

V.DATA PENGAMATAN

- DENSITY

ZAP yang digunakan = No 8

Berat piknometer kosong = 32,9436 gram

Volume piknometer = 23,668 ml

Berat piknometer + air 56,5413 gram 280C

Berat piknometer + CU 1% 56,5174 gram 270C

Berat piknometer + CU 2% 56,5233 gram 270C

Berat piknometer + CU 3% 56,5291 gram 280C

- VISKOSITAS

NO AIR CONTOH UJI

1%

CONTOH UJI

2%

CONTOH UJI

3%

1 26,52 29,43 33,78 35,73

2 25,91 29,69 33,16 35,63

3 26,43 30,60 32,44 35,43

4 25,77 29,54 33,52 35,50

5 26,12 29,84 33,15 35,21

6 26,30 29,88 33,18 35,61

7 25,98 30,55 32,98 35,31

8 26,15 29,55 33,54 35,60

9 26,13 30,54 33,18 35,11

10 25,99 29,90 32,84 35,31

Rata-rata 26,13 29,952 33,177 35,44

VI.PERHITUNGAN

DENSITY

- Bj Air = 56,5413−32,9436

23,668 x 0,99626

= 0,9970 x 0,99626 = 0,99330

- Bj CU 1 % = 56,5174−32,9436

23,668 x 0,99654

= 0,9960 x 0,99654 = 0,992573

Bj dt

CU 1% = 0,992573x 0,99330 = 0,985922

- Bj CU 2 % = 56,5233−32,9436

23,668 x 0,99654

= 0,9962 x 0,99654 = 0,992822

Bj dt

CU 2% = Bj Cu 2 % x Bj Air

= 0,992822 x 0,99330 = 0,985673

- Bj CU 3% = 56,5291−32,9436

23,668 x 0,99626

= 0,9965 x 0,99626 = 0,992787

Bj dt

CU 3% = Bj Cu 3 % x Bj Air

= 0,99626 x 0,99330 = 0,9861

VISKOSITAS

CU 1 % CU 2 % CU 3 %

dC 0,985922 0,985673 0,986135

tC 29,952 33,177 35,44

ds 0,99654 0,99654 0,99626

ts 26,13 26,13 26,13

ns 0,8545 0,8545 0,8360

- η CU 1 % = dc x tc x ns

ds x ts

= 0,985922 X 29,953 X 0,8545

0,99654 X 26,13= 0,9690 cps

- η CU 2% = dc x tc x ns

ds x ts

= 0,985673 X 33,177 X 0,8545

0,99654 X 26,13= 1,07311 cps

- η CU 3 % = dc x tc x ns

ds x ts

= 0,986135 X 35,44 X 0,8360

0,99626 X 26,13= 1,1223 cps

TEGANGAN PERMUKAAN/DAYA BASAH

III.ALAT

- Gelas ukur 500 mL

- Bandul logam tahan karat

- Kait logam tahan karat

- Benang pembantu 1,9-2 cm

- Stopwatch

- Benang kapas bentuk streng

IV. PEREAKSI

- Larutan ZAP dengan konsentrasi 0,1-1 g/l.

V.CARA KERJA

1. Contoh uji ditimbang sesuai dengan persyaratan 5 gram (± 0,01gram).

2. Siapkan larutan ZAP sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.

3. Kait yang dihubungkan dengan pemberat dipasangkan pada ujung benang

harus kuat.

4. Ujung benang yang lain dipegang diatas suatu permukaan larutan, lalu dilepas

perlahan-lahan terhadap larutan ZAP.

5. Benang harus seluruhnya terendam.

6. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat dari

benang pembantu yang berubah dari tegang menjadi melengkung).

7. Apabila waktu tenggelam lebih dari 180 detik perhitunga waktu dihentikan.

8. Ulangi pekerjaan tersebut diatas 2x, menggunakan larutan ZAP yang sama.

9. Lakukan pengukuran waktu tenggelam untuk masing-masing konsentrasi.

10. Buat grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.

VI.DATA PENGAMATAN

- UJI DAYA BASAH

a) 4 %

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 10 = 500 x 4

V1 = 500 x 4 /10

V1 = 200 mL

Waktu = 6,21 detik

Berat Benamg = 5,3046 gram

b) 6 %

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 10 = 500 x 6

V1 = 500 x 6 /10

V1 = 300 mL

Waktu = 4,19 detik

Berat Benag =5,0788gram

c) 8 %

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 10 = 500 x 8

V1 = 500 x 8 /10

V1 = 400 mL

Waktu = 2,72 detik

Berat Benag = 5,5566 gram

Grafik

PENGUJIAN DAYA

TAHAN

SADAH ,ASAM,DAN

ALKALI

III. ALAT-ALAT

Alat-alat untuk Pengujian Daya Tahan Sadah :

- Tabung reaksi

- Labu ukur 100 mL

- Pipet volume 10 mL

Alat-alAt untuk Pengujian Daya Tahan Asam :

- Erlenmeyer 300 mL

- Refluks

- Batu didih

Alat-alat untuk Pengujian Daya Tahan Alkali :

- Erlenmeyer 500 mL

- Gelas piala 250 mL

- Kertas saring

- Corong

- Refluks

IV.PEREAKSI

Pereaksi untuk Uji Daya Tahan Sadah

- Air sadah 20oDH

- Air sadah 30oDH

- Air sadah 40oDH

- Larutan ZAP

6,21 4,19 2,720123456789

Series 1

Axis Title

Axis Title

waktu tengge-

lam (detik)

kon-sen-trasi (%)

Pereaksi untuk Uji Daya Tahan Asam

- H2SO4 10%

- H2SO4 pekat

Pereaksi untuk Uji Daya Tahan Alkali

- NaOH padat

- Indikator MO

- HCl pekat

- HCl 1 N

V.CARA KERJA

- CARA KERJA DAYA TAHAN SADAH

1. Buatlah larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.

2. Untuk air 20oDH, 2 ml air sadah 100oDH ditambah dengan 1 ml contoh uji

diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.

3. Untuk air 30oDH, 3 ml air sadah 100oDH ditambah dengan 1 ml contoh uji

diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.

4. Untuk air 40oDH, 4 ml air sadah 100oDH ditambah dengan 1 ml contoh uji

diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.

5. Masing-masing larutan dikocok-kocok dan diamati, pengujian dilakukan pada

suhu kamar.

Penilaian

- Apabila terjadi kekeruhan dan pengendapan air sadah 20o, 30o dan 40o DH

berarti ZAP tidak tahan sadah.

- Apabila terjadi kekeruhan pada air sadah 30oDH dan pengendapan pada air

sadah 40oDH dan tidak ada perubahan pada air sadah 20oDH, berarti ZAP

cukup tahan sadah.

- Apabila sama sekali tidak ada perubahan pada ketiga air sadah tersebut berarti

ZAP tahan sadah.

- CARA KERJA UJI DAYA TAHAN ASAM

1. 100 ml larutan ZAP 1 % (10 ml ZAP 10% encerkan menjadi 100 ml)

masukkan kedalam Erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml asam sulfat

10%.

2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan,

apakah terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau terjadi daya busa

(Pengamatan I).

3. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml asam sulfat pekat didihkan

dengan refluks amati apakah ada perubahan dengan perlakuan dengan

konsentrasi asam sulfat 1% ini (Pengamatan II).

4. Bila terjadi perubahan naikkan konsentrasi asam sulfat dalam larutan menjadi

3% dengan menambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan kemudian direfluks

selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini (Pengamatan

III).

5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml asam sulfat pekat agar

konsentrasi asam dalam larutan menjadi 10% kemudian refluks selama 15

menit. Amati apakah ada perubahan (Pengamatan IV).

6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan IV

terjadi pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan dalam air

dengan volume yang sama dan dikocok-kocok dengan teratur, kemudian

diamati apakah masih timbul busa (Pengamatan V).

Evaluasi

- Bila pada pengamata I terjadi penguraian atau pemisahan minyak, ZAP

dinyatakan sangat tidak taha asam.

- Bila pada pengamatan II terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tak tahan asam.

- Bila pada pengamatan III terjadi perubahan ZAP dinyatakan agak tidak tahan

asam.

- Bila pada pengamatan IV terjadi perubahan ZAP dinyatakan agak tahan asam.

- Bila pada pengamatan V ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan tahan terhadap

asam.

- Bila pada pengamatan IV tidak terjadi perubahan. ZAP dinyatakan sangat

tahan terhadap asam.

- CARA KERJA UJI DAYA TAHAN ALKALI

1. Larutkan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air

suling, kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat dan 1-2 butir batu didih.

2. Kocoklah hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan

(Pengamatan I).

3. Didihkan larutan tersebut, pada refluks selama 15 menit, amati adanya

perubahan, apakah terjadi penggaraman (Pengamatan II).

4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring sisa yang tidak larut pada kertas

saring dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.

5. Titrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III).

6. Kocok dengan hati-hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5 menit

dang dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (Pengamatan

IV).

Evaluasi

- Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP

dinyatakan tidak tahan alkali.

- Bila pada pengamatan II terjadi penggaraman yang larut sempurna dalam

asam (Pengamatan III) ZAP dinyatakan tahan alkali.

- Bila pada pengamatan IV tidak terjadi penggaraman, ZAP dinyatakan sangat

tahan alkali

VI.DATA PENGAMATAN

- DAYA TAHAN SADAH

ZAP yang digunakan : No 9

PENGAMATAN HASIL

Pengamatan I (200DH) Tidak Terjadi Kekeruhan dan pengendapan

Pengamatan II (300DH) Tidak Terjadi Kekeruhan dan pengendapan

Pengamatan III (400DH) Tidak Terjadi Kekeruhan dan pengendapan

- DAYA TAHAN ASAM

PENGAMATAN HASIL

Pengamatan I Tidak Terjadi kekeruhan,pemisahan

minyak atau kehilangan daya busa

Pengamatan II Tidak Terjadi kekeruhan,pemisahan

minyak atau kehilangan daya busa

Pengamatan III Tidak Terjadi kekeruhan,pemisahan

minyak atau kehilangan daya busa

Pengamatan IV Terjadi kekeruhan

- DAYA TAHAN ALKALI

PENGAMATAN HASIL

Pengamatan I Tidak terjadi penggaraman

Pengamatan II Terjadi penggaraman

ANALISA METYLENE BLUE ACTIVE SUBTANCES (MBAS)

III.ALAT

- Spektrofotometer

- Corong pemisah dengan kapasitas 500 ml

IV.PEREAKSI

A. Larutan Standar Linear Alkilat Sulfonat (LAS)

1. Larutan Stok Linear Alkilat Sulfonat (1000mg/L)

Timbang LAS (100% aktif) sebanyak 1,000 g dilarutkan dalam air destilasi 1,000

ml. 1,00 ml = 1,00 mg LAS. Simpan dalam lemari es untuk mengurangi

biodegradasi.

2. Larutan standar LAS untuk analisa (10 mg/l)

Pindahkan 5 ml larutan stok LAS ke dalam labu ukur 500 ml. Encerkan sampai

batas volume dengan air destilasi.

B. Perekasi Ekstraksi dan Pewarnaan

1. Larutan indikator Fenolftalain

Larutkan 0,5 gr Fenolftalain dalam 50 ml Etil Alkohol 95% dalam labu ukur 100

ml, encerkan sampai batas volume air suling.

2. Larutan NaOH 1 N

Larutan 40 gr NaOH dalam 500 ml air suling dalam labu ukur 1 liter encerkan

sampai batas volume dengan air suling.

3. Larutan H2SO4 1 N

27,8 ml H2SO4 pekat ditambahkan hati-hati kedalam 500 ml air suling dalam labu

ukur 1 liter. Encerkan sampai batas volume air suling.

4. Larutan Metilen Blue

Larutkan 100 mg Metilen Blue dalam 50 ml air suling dalam labu ukur 100 ml.

Encerkan sampai batas volume air suling.

5. Larutan Reagent Metilen Blue

Larutkan 50 gr NaHPO4.H2O dalam 500 ml air suling dalam labu ukur 1 liter.

Tambahkan 30 ml larutan Metilen Blue dan 6,8 ml H2SO4 pekat. Encerkan sampai

batas volume dengan air suling.

6. Kloroform

7. Larutan Pencuci

Larutkan 50 gr NaHPO4.H2O dalam 500 ml air suling dalam labu ukur 1 liter.

Tambahkan 6,8 ml H2SO4 pekat. Encerkan sampai batas volume dengan air suling.

V.CARA KERJA

a. Persiapan Larutan Standar LAS

Buat variasi konsentrasi larutan standar LAS dengan memindahkan 0; 3,0; 5,0; 10,0;

15,0 dan 20,0 ml larutan LAS standar. Tambahkan dengan aquadest sehingga volume

100 ml.

Standar ini mengandung: 0; 0,3; 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0 mg LAS/l

b. Persiapan contoh

Volume contoh untuk keperluan pemeriksaan tergantung pada perkiraan kadar LAS.

Mengingat metode ini sesuai untuk kadar LAS rendah yaitu berdasarkan kalibrasi

LAS standar 0-2,0 mg/L, maka untuk kadar tinggi dilakukan pengenceran dan untuk

kadar rendah dilakukan ekstraksi dari volume contoh lebih besar dari 400 ml.

Perkiraan Kadar LAS (mg/L) Volume Contoh (ml)

0,025 - 0,080

0,08 – 0,40

0,4 – 2,0

2 – 10

10 - 100

400

250

100

20,0

2,0

Bila didalam tabel dinyatakan volume lebih besar dari 100 ml maka diperlukan

ekstraksi dari seluru volume tersebut, sedangkan volume lebih kecil dari 100ml

memerlukan pengenceran sampai 100 ml.

c. Ekstraksi dan Pewarnaan

1. Tambah 3-5 tetes indicator PP ke dalam masing-masing larutan blanko, deretan

larutan standar dan corong dalam corong pemisah. Tambah larutan NaOH 1 N

tetes per tetes supaya larutan bersifat basa. Tambah tetesan larutan H2SO4 1 N,

untuk menghilangkan warna merah saja.

2. Tambahkan larutan Metilen Blue sebanyak 25 ml (jika warna biru dari larutan

hilang atau menjadi pucat sama sekali, selama ekstraksi dengan kloroform berarti

konsentrasi LAS terlalu tinggi. Ganti dan buang sampel, buatlah pengenceran

seperti pada tabel). Tambahkan 10 ml CHCl3 dengan gelas ukur, kocok kuat-kuat

untuk mengekstraksi selama 30 detik, sebentar-sebentar buka tutup corong.

3. Biarkan terjadi pemisahan fasa, goyang-goyangkan corong perlahan-lahan

keluarkan lapisan bawah (chloroform) kedalam corong pisah yang lain. Ulangi

ekstraksi pada lapisan air sebanyak 2x dengan penambahan kloroform, kumpulkan

ke dalam corong pisah yang lain.

4. Gabung semua ekstrak kloroform. Tambahkan 50 ml larutan pencuci kedalam

kumpulan ekstrak kloroform. Kocok selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan

fasa, goyang-goyangkan perlahan-lahan, keluarkan lapisan bawah (kloroform)

melalui glass wool, masukkan kedalam labu ukur 100 ml. Jaga agar lapisan air

tidak terbawa. Ulangi ekstraksi ini 2x pada lapisan dengan CHCl3 10 ml. Lapisan

kloroform melalui glass wool masukkan kedalam labu ukur 100 ml. Encerkan

dengan kloroform sampai batas volume. Garam yang terjadi berwarna stabil tetapi

pembacaan harus dilakukan tidak lebih dari 3 jam setelah ekstraksi pada

spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm.

5. Perhitungan

Hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai zat aktif Metilen Blue (MBAS, Metylene

Blue Active Substances). Perhitungan konsentrasi MBAS dalam contoh dapat

dilakukan dengan membuat kalibrasi atau dari persamaan garis yang dibuat

standar LAS, atau langsung konsentrasi pada alat spektrofotometer dengan model

konsentrasi.

6. Ketelitian

Metode ini baik untuk pengukuran dengan range konsentrasi antara 0,025-100

mg/l LAS. Sensitifitas sebagai “minimum detectable quantity” adalah 0,010 mg/l

LAS. Berdasarkan percobaan, hasil analisa larutan LAS sebesar 0,27 mg/l LAS di

dalam air destilasi diperoleh standar deviasi 14,8% dan relative error 10,6%.

Detection limit dengan alat Spektrofotometer Double Beam untuk konsentrasi 0,5

mg/l adalah 0,01158 mg/l.

VI.DATA PENGAMATAN

Konsentrasi (x) Absorbansi (y) X2 X.Y

0 0,313 0 0

3 0,550 9 1,65

5 0,608 25 3,04

10 0,719 100 7,19

15 0,751 225 11,265

20 0,809 400 16,18

∑X =53 ∑Y =3,75 ∑X2=759 ∑X.Y=39,325

PERHITUNGAN

a=n(∑ xy )– (∑ x )(∑ y )

n (∑ x2)– (∑ x)=

6 (39,325)– (53)(3,75)6(759)– (53)

= 235 , 95−198,75

4554−2809 = 37,2 /1745 = 0,0213

b=(∑ y ) (∑ x )−(∑ x )(∑ xy)

n(∑ x 2) – (∑ x)=

(3,75)(759) – (53)(39,325)6(759) – (53)

= 2846−2084,225

4554−2809 = 762,025 /1745 = 0,4367

y= ax + b

y = 0,0213x – 0,4367

Percobaan 2, dengan contoh uji no.1 konsentrasi 0,01%.

Absorbansi = 0,846

Y `= ax + b

0,846 = 0,0213x – 0,4367

0,0213x= 0,846+0,4367

X = 1,2827/0,0213

= 60,22

Grafik Absorbansi

VII.DISKUSI

Pada uji penggolongan ZAP cara Wurtzchmitt ,ZAP yang digunakan adalah ZAP

no 9.Pengujian ini dilakukan berdasarkan pada sifat aktif ionnya . Sampel ZAP no 9

menunjukkan hasil positif ketika pengujian dengan cara pemanasan yang ditambah

dengan BaCl2 menunjukan bahwa contoh uji termasuk pada golongn 5,6 atau 7 zat

aktif permukaan polialkilena amina, polialkilena oksida dan polialkilena oksida

tersulfonkan.

Pada uji penggolongan ZAP cara Linsenmeyer ,penggolongan dilakukan

berdasarkan struktur molekul ZAPnya. Pengujian ini menunjukkan hasil positif pada

golongan 3 dan 7 . Menurut penggolongan Lisen Meyer bahwa golongan 3 atau 7

termsuk kedalam zat aktif permukaan minyak tersulfonkan tingkat

tinggi/terkondensasi atau kondensat asam lemak .

Uji density dilakukan dengan menggunakan sampel zap no 8, pengujian density ini

dimaksudkan untuk mengatahui bobot jenis dari sampel ZAP no 8. Penetapan berat

jenis ini ditetapkan dengan piknometer yang membandingkan bobot larutan pada

volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar (t0C).

Sampel ZAP no 8 tersebut dibuat dengan beragam konsentrasi yaitu konsentrasi 1%,

2% dan 3%. Untuk mengetahui berapa perbedaan bj sampel yang dihasilkan, bj air

harus ditentukan terlebih dahulu. Kemudian air dan sampel uji ditimbang secara

bergantian dan suhu larutan dicatat. Setelah mendapatkan hasil penimbangan maka

berat jenis air dan sampel uji dapat ditentukan.

Pada uji viskositas penghitungan waktu alir H2O dilakukan secara manual sehingga

refleks saat menekan tombol stop pada stopwatch keakuratannya tidak dapat dijamin

ketepatan waktunya sehingga sangat mungkin terjadinya kesalahan, sedangkan waktu

alir H2O sangat dipengaruhi oleh :

Suhu

Volume

Tekanan

Kekentalan

ZAP memiliki berat jenis lebih basar daripada air, hal ini membuktikan bahwa ZAP

tersebut lebih pekat dan mempunyai molekul – molekul yang terlarut didalam

larutannya. Pada penentuan ketentuan atau viskositas dapat kita lihat dari tabel dengan

data yang dilakukan berulang – ulang, bahwa larutan yang memiliki konsentrasi lebih

tinggi maka viskositasnya lebih besar dan waktu yang ditempuhnya akan lebih lama

pula.

Pengukuran viskositas dilakukan dengan membandingkan waktu alir air dengan

waktu alir ZAP pada pipa kapiler.

Uji daya basah dilakukan untuk mengetahui kekuatan dalam pembesahan.Pada

pengujian ini harus diperhatikan loncatan variasi konsentrasinya karena akan sangat

mempengaruhi waktu tenggelam. Benang pembantu pun cukup berpengaruh karena

jika panjang benang lebih dari 2 cm, waktu tenggelamnya menjadi lebih lama.

Uji daya tahan sadah dimaksudkan unutuk mengetahui daya tahan ZAP terhadap

garam penyebab sadah dari air sadah 20 o,30o,dah 40o DH.Dalam proses tekstil ,

pengetahuan tenteng daya tahan sadah diperlukan agar tidak terjadi kemungkinan

kerusakan – kerusakan yang disebabkan oleh logam - logam yang bereaksi pada

proses tekstil

Pada pengujian daya tahan sadah,sampel ZAP yang digunakan adalah sampel ZAP

no 9.Sampel ZAP no 9 ini tahan sadah karena pada saat pengujian tidak menunjukkan

kekeruhan ataupun pengendapan air sadah. Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan pereaksi H2SO4 10% sebagai standard dan H2SO4 pekat sebagai

pengujian tahan asam apabila pada pengujian awal tidak terjadi perubahan, hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah dalam menentukan daya tahan asam suatu ZAP.

ZAP yang sangat tahan asam dengan ditambah konsentrasi asam pekat maka tidak

adak terjadi perubahan sama sekali sehingga pengujian dihentikan dan dilakukan

pengujian dengan menambahkan air dengan volume yang sama sehingga

menghasilkan busa. Pada sampel ZAP iniperubahan terjadi pada pengamatan IV

( terjadi kekeruhan), yaitu saat larutan ditambahkan 6,5 mL asam sulfat setelah

sebelumnya dilakukan penembahan asam sulfat beberapa kali dengan konsentrasi

yang berbeda.Hasil yang didapat dari pengujian ini menunjukan bahwa ZAP agak

tahan terhadap asam.

Uji daya tahan alkali dimaksudkan untuk menentukan daya tahan suatu ZAP

terhadap alkali. Ketahanan ZAP terhadap alkali dapat dilihat pada perubahan yang

terjadi pada pengujian apakah terjadi penggaraman atau pemisahan minyak bila

dipanaskan sambil direfluks, hal tersebut dilakukan agar NaOH atau KOH cepat

bereaksi dengan ZAP. Pada ZAP no 9 terjadi penggaraman larut sempurna dalam

asam ,ini menunjukkan ZAP tahan Alkali.

Pada uji MBAS yang menggunakan prinsip spektofotometri, contoh dibandingkan

dengan larutan standar dengan menggunakan Methilen Blue dan ZAP akan

membentuk warna biru . Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang diukur setara

dengan kadar surfaktan anion

Uji MBAS dilakukan untuk penentuan kandungan surfaktan anion dari air dan limbah

VII.KESIMPULAN

Dari data praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan ,diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

a) Penggolongan Menurut Wurtzschmit

Sampel ZAP 9 mengandung ZAP golongan 5, 6 dan 7 sehingga ZAP 9 termasuk

kedalam polialkilena omina, polialkilena oksida dan polialkilena oksida tersulfonkan.

b) Pengujian Penggolongan Menurut Lisen Meyer

Sampel ZAP 9 mengandung ZAP golongan 3 dan 7 sehingga ZAP termasuk kedalam

ZAP minyak tersulfonkan tingkat tinggi dan kondensat asam lemak.

c) Uji Daya Basah

SEmakin tinngi konsentrasi ZAP maka waktu serap benangnya semakin cepat.

d) Density

- Bj Air = 56,5413−32,9436

23,668 x 0,99626

= 0,9970 x 0,99626 = 0,99330

- Bj CU 1 % = 56,5174−32,9436

23,668 x 0,99654

= 0,9960 x 0,99654 = 0,992573

Bj dt

CU 1% = 0,992573x 0,99330 = 0,985922

- Bj CU 2 % = 56,5233−32,9436

23,668 x 0,99654

= 0,9962 x 0,99654 = 0,992822

Bj dt

CU 2% = Bj Cu 2 % x Bj Air

= 0,992822 x 0,99330 = 0,985673

- Bj CU 3% = 56,5291−32,9436

23,668 x 0,99626

= 0,9965 x 0,99626 = 0,992787

Bj dt

CU 3% = Bj Cu 3 % x Bj Air

= 0,99626 x 0,99330 = 0,9861

e) Viskositas

Viskositas ZAP 8 yaitu kosnentrasi 1% = 0,9690 cps ; 2% = 1,07311 cps dan 3% =

1,1223 cps.

f) Uji Daya Tahan Sadah

ZAP 9 ,tidak terjadi perubahan sama sekali (tidak terjadi kekeruhan ataupun

pengendapan ) pada air sadah 200DH, 300DH dan 400DH sehingga ZAP 9 tahan

terhadap sadah.

g) Uji Daya Tahan Asam

ZAP 9, menunjukkan adanya perubahan pada pengamatan ke empat sehingga ZAP 9

dinyatakan agak tahan asam.

h) Uji Daya Tahan Alkali

ZAP 9 menunjukkan adanya perubahan pada pengamatan kedua maka ZAP 9

dinyatakan tahan terhadap alkali.

i) Analisa MBAS

Kalibrasi y = 0,0213x + 0,4367

DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil, Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Joshua Richardo, Jurnal Praktikum ZPT, Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 2010

http:// dunia-wahyu.blogspot.com2012/03/kimia-permukaan-surfaktan.html . Diunduh tanggal

20 Desember 2014

http://welovechemistry2009.wordpress.com/2012/07/09/analisis-kadar-surfaktan-anion-

deterjen-pada-limbah-secara-mbas/ .Diunduh tanggal 22 Desember 2014.

http://shabrinayunitasari.blogspot.com/2013/10/laporan-akhir-analisis-deterjen.html .Diunduh

tanggal 22 Desember.