laporan praktikum tempe.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN MINGGUANPRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI
ACARA VITEMPE
Oleh:MARIA DESIDERIA GLORIANI
J1A 012 076Kelompok I
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM2014
HALAMAN PENGESAHAN
Mataram, 5 Desember 2014
Mengetahui,Co. Ass. Praktikum Teknologi Fermentasi Praktikan,
(Rabiatul Adawiyah) Maria Desideria GlorianiNIM C1C 212 062 NIM J1A 012 076
ACARA VI TEMPE
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus. Tempe
kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Beberapa macam
kandungan tempe mempunyai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi
dan antioksida pencegah penyakit degeneratif. Secara umum tempe berwarna putih
karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga
terbentuk struktur yang memadat. Degredasi dari komponen-komponen kedelai
pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma yang khas (Ika, 2011).
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum untuk mempelajari pengaruh jenis laru
tempe terhadap mutu organoleptic tempe kedelai.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh jenis
laru tempe terhadap mutu organoleptik tempe kedelai.
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus oryzae
mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam
amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease. Rhizopus
sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6 (Ika, 2011).
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti) atau Rh. arrhizus,
sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Beberapa fermentasi
tersebut secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Banyak sekali jamur yang aktif
selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp.
merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut
menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat
dapat dipergunakan oleh tubuh (Anonim, 2014).
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe
kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam
kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Aryulina,
2008).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki
rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam (Adie,
2009).
Umumnya cara pengolahan kedelai menjadi makanan tidak membutuhkan
teknologi tinggi sehingga dapat dipraktikan oleh ibu rumah tangga. Dalam
pembuatan tempe, misalnya hal-hal yang perlu diperhatikan adalah masalah
kebersihan, pemilihan kedelai yang baik dan penggunaan air yang bersih serta
memilih ragi tempe yang masih aktif (Subagio, 2009).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 21 Desember 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan analitik,
sendok, piring dan daun pisang.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ragi merk
“NKL”.
Prosedur Praktikum
1. Disiapkan kedelai yang sudah direndam selama 1 malam dengan
menggunakan air dan masam laktat 10%.
2. Dikupas kedelai dari kulitnya dan direbus selama 40 menit.
3. Ditiriskan dan didinginkan kedelai sebanyak 200 gram dengan penambahan ragi
0,1 gram untuk daun pisang dan 0,3 gram untuk tempe yang dikemas dengan
mika..
4. Diinokulasi dan dikemas dengan menggunakan mika dan daun pisang.
5. Difermentasi selama 5 hari.
6. Diamati parameter kekompakkan, tekstur dan warna.
PEMBAHASAN
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi dari bahan dasar kedelai yang
merupakan sumber protein nabati tertinggi. Tempe merupakan makanan yang kaya
akan protein, fermentasi tempe dapat dilakukan oleh setiap ibu rumah tangga karena
teknik yang digunakan sangat sederhana dan mudah dipraktikan. Warna putih pada
tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya
Rhizopus sp. yang paling dominan. Selama proses fermentasi, ampas tahu akan
mengalami perubahan baik fisik maupun kimianya (Adie, 2009).
Praktikum ini dilakukan pembuatan tempe dengan berat kedelai yang
digunakan pada pembuatan tempe tersebut sebanyak 200 gram. Kedelai
sebelumnya direndam selama satu malam, perendaman ini bertujuan untuk
mempermudah pelepasan kulit dari kedelai dan juga untuk melunakkan bagian
kedelai sehingga mudah untuk memperkecil ukurannya. Tujuan pelepasan kulit
kedelai untuk mempermudah kapang melakukan penetrasi ke dalam jaringan kedelai
sehingga mempermudah atau mempercepat proses pembentukan produk.
Pengecilan ukuran juga bertujuan agar tempe yang dihasilkan lebih kompak.
Berdasarkan hasil pengamatan pada hari pertama penambahan konsentrasi
inokulum murni sebanyak 0,1 gram dan 0,3 gram pada tempe yang menggunakan
kemasan dengan mika didapatkan tekstur, kekompakan dan warna adalah sangat
padat, padat, kompak dan sangat kompak. Sedangkan pada tempe yang dikemas
dengan menggunakan daun pisang dengan penambahan ragi 0,1 gram dan 0,3
gram didapatkan parameter yaitu tidak padat, agak padat, tidak kompak yang agak
kompak. Pada tempe yang dikemas dengan menggunakan daun pisang
membentuk miselium dan juga uap air, uap air yang dihasilkan merupakan hasil dari
proses fermentasi yang dilakukan oleh Rizhopus. Pembentukan miselium
disebabkan karena inokulum yang tidak murni mengandung Rizhopus saja dan juga
telah terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, proses pembuatan yang kurang
higienis juga dapat mengakibatkan kontaminasi.
Penambahan inokulum sebanyak 0,3 gram menghasilkan produk tempe yang
lebih baik dibandingkan dengan 0,1 gram, hasil yang didapatkan yaitu tempe
menjadi kompak dan miseliumnya merata dipermukaan tempe, penambahan
inokulum terlalu banyak juga kurang baik karena persaingan untuk mendapatkan
menjadi ketat sehingga pembentukan produk kurang maksimal. Begitupun dengan
penambahan inokulum sebanyak 0,1 gram produk yang dihasilkan kurang maksimal,
karena perombakan yang terjadi tidak terlalu cepat sehingga penetrasi yang
dilakukan miselium kedalam jaringan kedelai berjalan lambat. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi proses fermentasi dalam pembentukan tempe adalah jumlah
inokulum yang ditambahkan, bahan baku, ukuran kedelai dan juga sanitasi proses
pembuatannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Tempe merupakan makanan hasil fermentasi dari bahan dasar kedelai yang
merupakan sumber protein nabati tertinggi.
2. Penambahan inokulum sebanyak 0,3 gram memberikan hasil yang paling baik
dari parameter kekompakkan, warna dan tekstur dibandingkan dengan inoculum
0,1 gram.
3. Penggunaan kemasan pada tempe yang menggunakan mika atau plastik
menghasilkan jenis tempe yang tidak baik baik dari parameter kekompakkan,
warna maupun teksturnya.
4. Inokulum yang tidak murni mengandung Rizhopus dan terkontaminasi oleh
mikroorganisme lain.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi dalam pembentukan
tempe adalah jumlah inokulum yang ditambahkan, bahan baku, ukuran kedelai
dan juga sanitasi proses pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adie, 2009. Fermentasi Bahan Pangan. Http://Wikipedia.com. (Diakses tanggal 28 November 2014).
Anonim, 2014. Laporan Fermentasi Mocaf. http://moeluzie.blogspot.com/2012/06/html. (Diakses pada tanggal 29 November 2014).
Aryulina, 2008. Pegangan Umum Bioteknologi 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Ika, 2011. Pengantar Ilmu dan Teknologi Pangan. Rajawali. Jakarta.
Subagio, 2009. Teknologi Fermentasi. Arcan. Bandung