laporan praktikum kurva sigmoid

31
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN ( KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN ) Disusun oleh: MAXIMUS TIGO F05112047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2014

Upload: maximus-tigo-busak

Post on 25-Sep-2015

276 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

fiyghdfgs

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN ( KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN )Disusun oleh:MAXIMUS TIGOF05112047PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA2014

ABSTRAK

Setiap makhluk hidup termasuk tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan ukuran. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan. Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum mengenai kurva sigmoid pertubuhan ini yang bertujuan untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa pertumbuhan tanaman jagung mengalami 3 fase yaitu fase logaritmik, fase konstan dan fase penuaan. Fase logaritmik menunjukkan bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase konstan tidak terjadi pertumbuhan secara signifikan. Fase penuaan terjadi saat tumbuhan mengalami fase pertumbuhan yang mulai menurun dan lambat. Pertumbuhan tanaman jagung tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah populasi tanaman, hormon, kondisi cuaca, serta suhu udara dan suhu tanah.

Kata kunci : Fase kumulatif, Fase linear, Fase penuaan, Jagung (Zea mays), kurva sigmoid, destruktif, nondestruktif.

PENDAHULUAN

Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan. Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk.2009).

Salah satu ciri organisme adalah tumbuhdan berkembang. Tumbuhan tumbuh dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embr io kemudian menjadi individu dewasa (Campbell 2002). Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumah sel secara irreversible, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula (Syamsuri 2004). Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975). Proses tumbuh dapat dilihat pada selang waktu tertentu, di mana setiap pertumbuhan tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan.

Kurva sederhana sering berguna dalam perujukan berbagai data yang terukur (Salisbury, 1995). Kurva sigmoid yaitu kurva pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Solin, 2009). Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat biasanya tumbuhan mengalami fase adaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya.

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh. Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.

Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. (Salisbury,1995).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, dkk., 1975).

Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).

Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, organel-organel dan bahan-bahan penyusun sel yang lain. Sedang pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel. Pertumbuhan akar tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan jumlah sel dan pertambahan volume sel secara bersama-sama (Soerga, 2009).

Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).

Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, organel-organel dan bahan-bahan penyusun sel yang lain. Sedang pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel. Pertumbuhan akar tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan jumlah sel dan pertambahan volume sel secara bersama-sama (Soerga, 2009).

Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1995).

Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1995).

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).

Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen (Anonim, 2008).

Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang berbentuk sigmoid (Sitompul dan Guritno, 1995)

Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2 (Susilo, 1991)

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1992).

Pertumbuhan kacang merah (Phaseolus vulgaris) jika digambarkan dalam grafik akan membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan baik pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keduanya dalam bentuk sigmoid. Hal ini sesuai dengan literatur Tjitrosomo (1991) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S) (Solin, 2009).

Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).

Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas mengapa laju pertumbuhan pada fase ini harus konstan, dna bukan sebanding dengan peningkatan ukuran organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya. Fase penuaan dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).

Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah praktikum mengenai kurva sigmoid pertumbuhan yang bertujuan untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Selain itu juga untuk mengetahui Bagaimana pengaruh faktor eksternal terhadap pertumbuhan Zea mays, Bagaimana pengaruh perlakuan secara dekstruktif dan nondekstruktif terhadap Zea Mays.

METODOLOGI

Praktikum mengenai Kurva Sigmoid Pertumbuhan ini dilaksanakaan di lapangan depan Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN dimulai pada hari Kamis, 20 Maret 2014 hingga berakhir pada tanggal 30 Mei 2014. Pengukuran dilakukan setiap hari antara pukul 15.00-16.00 dari sejak tanaman Jagung ditanam hingga tanaman tersebut menghasilkan bunga.

Adapun alat yang digunakan pada paktikum Kurva Sigmoid Pertumbuhan antara lain: pot, penggaris, oven, pisau, neraca analitik, termometer, pensil, gunting, curah hujan, dry and wet, dan evaporimeter. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu biji jagung (Zea mays),tanah dan pasir dengan takaran perbandingan antara tanah dan pasir adalah 2 : 1, kertas milimeter blok, benang, aluminium foil, pupuk, dan air.

Langkah pertama adalah memilih bibit jagung yang baik yang akan ditanam, selanjutnya praktikan merendam biji tersebut. Biji yang dipilih untuk ditanam sebaiknya biji yang tidak terapung. Langkah selanjutnya praktikan menyiapkan media tanam dengan mencampurkan pasir dan tanah bakar dengan perbandingan 2 : 1. Selanjutnya praktikan memasukkan media tanam tersebut ke dalam 10 pot untuk setiap kelompok dan praktikan memberi label pada masing-masing pot, dimana dua dari sepuluh pot tersebut merupakan pot sulaman. Kemudian praktikan memasukkan biji jagung yang telah direndam sebelumnya ke dalam media tanam sebanyak 7 biji per pot, dimana 2 bijinya merupakan cadangan. Praktikan mengatur jarak tanam antar biji dalam pot. Selanjutnya praktikan meletakkan pot-pot tersebut di lapangan terbuka dan di siram setiap hari. Praktikan mencabut satu tanaman untuk setiap minggunya pada pengamatan destruktif untuk pengukuran berat basah dan berat keringnya. Selain itu praktikan juga mengukur faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan jagung yaitu suhu tanah, suhu udara, curah hujan, kelembaban, dry dan wet, dan evaporasi setiap hari. Selain itu pengukuran jumlah daun, luas daun, dan tinggi tanaman juga dilakukan setiap hari. Pada pengukuran setiap minggu, dipisahkan pengukuran batang dan akarnya kemudian praktikan memasukkannya ke dalam oven untuk dikeringkan dengan suhu 80C, selanjutnya menimbang sampel setelah 3 hari dikeringkan di dalam oven tersebut. Pengukuran dianggap selesai setelah jagung menghasilkan bunga. Data yang ada kemudian dimasukkan dalam tabel pengamatan serta kemudian dibuat kurva sigmoid pertumbuhan dari tanaman jagung.

Rumus yang digunakan dalam pengukuran luas daun :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Destruktif dengan pupuk

Tabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar

Minggu ke-

Tinggi tanaman

(cm)

Daun

Akar

Bagian Atas

Jumlah

Luas (cm2)

BB (gr)

BK (gr)

BB (gr)

BK (gr)

1

5,19

2

16

0,19

0,04

0,23

0,06

2

22,68

3

74,12

0,35

0,21

1,23

0,72

3

35,21

4

126

0,58

0,27

2,18

0,93

4

59,69

5

172,71

1,51

1,02

3,54

2,16

5

75,73

6

202,23

2,07

1,37

7,78

4,27

6

89,96

6

337,18

2,51

1,41

8,69

5,12

7

97,13

7

365,2

2,67

1,43

10,72

5,83

8

101,21

7

393,72

3,89

1,72

13,34

6,12

Tabel suhu, kelembaban, curah hujan, dry and wet dan evaporasi

Suhu Tanah

(C)

Suhu Udara

(C)

Dry

(C)

Wet (C)

Kelembapan (%)

Curah hujan (mm)

Evaporasi

(ml)

35

31.59

30.93

60

5.14

3.91

30.86

36

31.84

32.14

59

33.90

1.91

29.86

34

30.72

29.43

72

3.57

3.83

26.29

32

29.77

30.71

67

10.43

5.07

28.57

33

30.1

34.57

40

23.43

9.51

30.86

33

31.22

30.86

48

0.14

7.13

30.43

32

33

35.14

48

0.23

8.71

31.37

33

32

32.49

52

0s

7.53

28.42

Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung (Destruktif Non Pupuk)

Minggu ke-

Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Daun (lembar)

Luas Daun (cm2)

Suhu Tanah (o)

Suhu Udara (o)

Kelembaban (%)

Curah Hujan (mm)

Evaporasi

Dry (o)

Wet Temperature (o)

1

4.85

2

14

31.59

30.93

60

5.14

3.91

30.86

29.43

2

11.39

3

10

31.84

32.14

59

33.90

1.91

29.86

28.86

3

17.15

4

62

30.72

29.43

72

3.57

3.83

26.29

28.79

4

22.54

5

92

29.77

30.71

67

10.43

5.07

28.57

28.71

5

24.83

6

260

30.1

34.57

40

23.43

9.51

30.86

29.43

6

36.08

4

134

31.21

30.86

48

0.14

7.13

30.43

28.79

7

45.15

5

209

32

35.14

48

0.23

8.71

31.37

28.72

8

50.15

6

243

31

32.49

52

0s

7.53

28.42

29.94

Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Non Destruktif Pupuk

Minggu ke-

Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Daun (Lembar)

Luas Daun (cm2)

Suhu Tanah (oC)

Suhu Udara (oC)

Kelembapan (%)

Curah Hujan (mm)

Evaporasi

Dry (oC)

Wet (oC)

1.

35.5

10

740

28.98

30.92

59.85

5.14

3.91

30.85

29.42

2.

45.5

23

1680

32.38

32.38

58.71

33.9

3.11

29.85

28.85

3.

63.38

30

4220

31.71

29.42

71.71

3,57

3.64

23.14

28.78

4.

85.9

37

5960

27.94

30.71

67.28

12.16

5.21

28.5

29

5.

98.4

40

348

33.28

34.6

40.3

23.4

9.5

30.9

29.4

6.

116.2

43

890

31.12

31.47

50

1

10

29.5

27

7.

117.41

43

730

31.63

35.14

47.5

0

8.7

31

28

8.

118.53

42

1240

31.56

32.49

51.6

0

7.5

28

29

Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Non Destruktif Non Pupuk

Minggu ke-

Tinggi (cm)

Jumlah Daun (lembar)

Luas Daun (cm2)

Suhu Tanah (o)

Suhu Udara (o)

Kelembapan (%)

Curah Hujan (mm)

Eva

Dry (o)

Wet (o)

1

1.98

64

18

33.56

30.93

60

5.14

3.91

30.86

29.43

2

11.12

187

54

32.39

32.14

59

33.90

1.91

29.86

28.86

3

16.72

219

38

31.76

29.43

72

3.57

3.83

26.29

28.79

4

20.81

250

72

33.09

30.71

67

10.43

5.07

28.57

28.71

5

26.32

240

180

33.18

34.57

40

23.43

9.51

30.86

29.43

6

35.89

255

130

32.69

30.86

48

0.14

7.13

30.43

28.79

7

42.95

221

125

31.63

35.14

48

0.23

8.71

31.37

28.72

8

49.13

238

118

31.56

32.49

52

0s

7.53

28.42

29.94

Berdasarkan kurva yang membentuk kurva sigmoid yang terdiri atas fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan di atas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan paling tinggi terdapat pada tanaman jagung perlakuan non destruktif pupuk, kemudian pada tanaman jagung perlakuan destruktif pupuk, lalu pada tanaman jagung perlakuan destruktif non pupuk,dan yang terakhir pada tanaman jagung perlakuan non destruktif non pupuk.

Dari kurva yang terbentuk menunjukan bahwa seiring berjalannya waktu, terjadi pertambahan tinggi dan luas daun. Pertambahan tinggi atau pertumbuhan ini berkaitan erat dengan pertambahan waktu yang merupakan ukuran kumulatif dari waktu. Kurva menunujukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme (Salisbury,1992).Selain terjadinya pertumbuhan tanaman, jumlah daun juga bertambah.Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua(Tjitrosomo,1999).

Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa tanaman yang tidak diberikan pupuk pertumbuhannya lebih cepat daripada yang diberikan pupuk.Hal ini menunjukan adanya kesalahan dalam praktikum karena Seharusnya tanaman yang diperlakukan secara dekstruktif, pertumbuhannya lebih cepat daripada tanaman nondekstruktif karena pada tanaman destruktif dilakukan pengurangan jumlah populasi pada pot, sehingga persaingan tanaman dalam menerima unsur hara (menerima makanan) berkurang, dan tanaman lebih banyak menerima unsur hara. Sedangkan pada tanaman nondestruktif, tidak dilakukan pengurangan jumlah tanaman (jumlah tanaman tetap /tidak berkurang), sehingga persaingan tanaman dalam menerima unsur hara meningkat. Hal ini menyebabkan tanaman yang dilakuakan secara nondekstruktif pertumbuhan menjadi lambat.

Seharusnya tanaman yang diberi pupuk laju pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk hal ini dikarenakan tanaman pada perlakuan tersebut sangat sering diberi pupuk yang mengandung nitrogen, meskipun tidak ada tumbuhan jagung yang dicabut pada perlakuan ini. Seperti kita ketahui, nitrogen merupakan salah satu unsur yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, dan penggunaan pupuk yang mengandung nitrogen sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Pada tanaman jagung perlakuan destruktif pupuk seharusnya laju pertumbuhannya paling tinggi. Hal ini dikarenakan tanaman pada perlakuan tersebut terdapat tanaman jagung yang dicabut sehingga mengurangi adanya perebutan hara. Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies, maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama misalnya unsur hara. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan (Ewusie, 1990).Meskipun pada perlakuan ini dilakukan pencabutan dan pemberian pupuk, tidak membuat tanaman perlakuan ini mempunyai laju pertumbuhan yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan pada perlakuan ini tanaman diberi pupuk tidak sesignifikan pada perlakuan non destruktif pupuk. Sebenarnya, jika pada perlakuan ini diberi pupuk sesignifikan dengan tanaman perlakuan non destruktif pupuk akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman perlakuan non destruktif pupuk.

Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupakan hasil interaksi antara dua faktor, yaiu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh terhadap pertumbuhan yang dapa dibedakan menjadi faktor intrasel dan intersel. Yang termasuk faktor intrasel adalah sifat menurun atau faktor hereditas, sedangkan yang termasuk faktor intersel adalah hormone. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu tanah, cahaya, dan evaporasi, serta curah hujan (Setiono, 2011).

KESIMPULAN

Laju pertumbuhan paling tinggi terdapat pada tanaman jagung perlakuan non destruktif pupuk, kemudian pada tanaman jagung perlakuan destruktif pupuk, lalu pada tanaman jagung perlakuan destruktif non pupuk,dan yang terakhir pada tanaman jagung perlakuan non destruktif non pupuk. Terjadi beberapa kesalahan dalam praktikum ini yang disebabkan kurang telitinya dalam mengamati dam melakukan perlakuan serta pengukuran. Seharusnya pertumbuhan dengan laju paling tinggi pada perlakuan destruktif pupuk. Grafik laju pertumbuhan berbentuk huruf S, inilah yang dinamakan kurva sigmoid.

Pengamatan sebaiknya dilakukan secara intensif dan sesuai prosedur yang ada, agar didapat hasil sesuai teori yang dipelajari. Pemberian pupuk harus sesuai takaran dan perlakuan yang lainnya harus disamakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Kurva Sigmoid.(online).http://www.lapanrs.com/. diaksestanggal 7 Juni 2014

Campbell.2002. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga

Ewusie. (1990).Ekologi Tropika.Bandung: ITB.

Kaufman, dkk.1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology.New York:Macmillan Publishing Co, Inc.

Kimball, J.W.1992. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Latifah, S., 2008. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU Digital Library, Medan.

Latunra, A.I.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II.Makassar: Universitas Hasanuddin

Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross.1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. Bandung:ITB-Press

Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross.1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB Press.

Setiono, 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan.(online) http://setiono774.blogspot.com diakses 3 Juni 2013.

Soerga, N. 2009.Pola Pertumbuhan Tanaman.(online).http://soearga. Wordpress. com/. diakses tanggal 7 Juni 2014

Solin, M. 2009. Kurva Sigmoid.(online).http://nidawafiqahnabila.blogspot.com. dikases pada tanggal 7 Juni 2014

Susilo, W.1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tjitrosomo, G.1999.Botani umum 2. Bandung:Angkasa

Yuliza, rita. 2007. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 2, Kurva Sigmoid Pertumbuhan.(online).http://bhimashraf.blogspot.com/2010/07/kurva-sigmoid.html. Diakses tanggal 7 Juni 2014

LAMPIRAN

Gambar Tinggi Tanaman Jagung secara Dekstruktif nonPupuk

luas123456781674.11999999999999126172.70999999999998202.23337.18365.2393.71999999999969

cm

AKAR

BB123456780.190000000000000030.350000000000000310.580000000000000181.512.06999999999999982.50999999999999982.673.8899999999999997BK123456784.0000000000000029E-20.210000000000000210.271.021.371.411.431.7200000000000002

BERAT (GR)

Tinggi Tanaman

Tinggi123456785.189999999999999522.6835.2159.69000000000001275.7389.96000000000002297.13101.21000000000002

cm

Tinggi tanaman

Tinggi Tanaman (cm)123456784.849999999999999611.3917.14999999999999922.5424.83000000000000536.0845.1550.15

Jumlah dan Luas Daun

Jumlah Daun (lembar)12345678642345645Luas Daun (cm2)123456781814106292260134209

LUAS DAUN123456787401680422059603488907301240

Jumlah dan Luas Daun

Jumlah Daun (lembar)1234567864187219250240255221238Luas Daun (cm2)1234567818543872180130125118

Tinggi tanaman

Tinggi Tanaman (cm)123456781.980000000000003311.1216.7220.81000000000003126.3235.8942.94999999999999649.13

BAGIAN ATAS

BB123456780.231.232.18000000000000023.547.788.6910.71999999999999913.34BK123456786.0000000000000032E-20.720000000000000640.932.164.26999999999999965.11999999999999665.836.1199999999999966

BERAT (GR)