laporan praktikum fitokima

Upload: aqmar-sajidah-luthfiana-soebaredja

Post on 13-Oct-2015

195 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

awdwwssq

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMAPENAPISAN FITOKIMIA DAUN PETAI (Parkia speciosa)

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 1-DANGGI SETIADI 3311111133INTAN FELA P3311111126AQMAR SAJIDAH L3311111129HANNI PUSPITA3311111134RATNA SRIWAHYUNI3311111139UFIZ WIDIYANTOPO3311111157AI NURAZMI3311111173

JURUSAN FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI(UNAJANI)CIMAHI2014

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Akhir Hasil Praktikum Fitokimia yaitu PENAPISAN FITOKIMIA DAUN PETAI (Parkia speciosa Hassk) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk melaporkan hasil percobaan praktikum kami. Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, serta ucapan terima kasih kepada Yth : 1. Bapak Ibu Dosen dan Asistan Dosen Praktikum Fitokimia, sebagai pembimbing dan telah memberi arahan kepada kami.2. Seluruh rekan-rekan Jurusan Farmasi, khususnya angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa dalam proses penyusunan serta penyelesaian laporan ini.3. Semua pihak yang turut serta membantu dalam proses pembuatan laporan ini. Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Amin.Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya.Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan ilmu dan wawasan.Cimahi, 13 Mei 2014 Penulis

DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR .I

DAFTAR ISI .ii

BAB IPENDAHULUAN ..1

1.1Tujuan Percobaan ......1

1.2Prinsip Percobaan ......1

1.2.1Penapisan Fitokimia .1

1.2.2Ekstraksi Fitokimia 1

1.2.3Frkaksinasi Fitokimia 2

1.2.4Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 2

1.2.5Kromatografi Lapis Tipis Prevaratif (KLTP) 2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ..3

2.1Monografi Simplisia ..4

2.2Penapisan Fitokimia 5

2.3Ekstraksi Fitokimia8

2.4Fraksinasi Fitokimia 16

2.5Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) 18

2.5.1Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 18

2.5.2Kromatografi Lapis Tipis (KLTP) 21

BAB IIIMETODE PERCOBAAN 23

3.1Penapisan Fitokimia 23

3.1.1Monoterpen dan Seskuiterpen 23

3.2.2Fenolat 23

3.2.3Flavonoid 23

3.2Ekstraksi Fitokimia 23

3.3Fraksinasi Fitokimia 24

3.4Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 25

3.5Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) 26

3.6Identifikasi 27

BAB IVHASIL PERCOBAAN 30

4.1Hasil Skrinning Fitokimia Daun Petai (Parkia speciosa).30

4.2Hasil Ekstraksi Fitokimia ..30

4.3Hasil Fraksinasi Fitokimia ...31

4.4Hasil KLT Terhadap Fraksi fraksi yang didapat ..31

4.5Hasil KLTP Terhadap Ekstrak Fraksi N Heksan ..33

4.6Hasil KLT 2 Dimensi Uji 1 Spot (Kemurnian) 33

4.7Hasil Uji Spektrofotometri UV 34

4.8Hasil Uji Spektrofotometri IR .34

BAB VPEMBAHASAN ..35

BAB VIKESIMPULAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN LAMPIRAN 42

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan1. Menentukan metode ekstraksi simplisia daun petai (Parkia speciosa)2. Menentuan metode pemisahan atau isolasi komponen kimia dari simplisia daun petai (Parkia speciosa)3. Menentukan metode identifikasi komponen kimia dari simplisia daun petai (Parkia speciosa)4. Menentukan suatu golongan senyawa aktif pada tanaman, berdasarkan hasil uji identifikasi.

1.2 Prinsip Percobaan1.2.1 Penapisan FitokimiaSejumlah tertentu simplisia direaksikan dengan pereaksi-pereaksi tertentu, sehingga dapat diketahui kandungan senyawa pada simplisia daun belimbing wuluh.

1.2.2 Ekstraksi FitokimiaMaserasi pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam sel pelarut organit tersebut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam sel dan di luar sel.

1.2.3 Fraksinasi FitokimiaMemisahkan satu atau lebih senyawa dengan menggunkan satu pelarut dimana senyawa tersebut akan terdistribusi menurut tingkat kepolarannya yang menggunakan eluen dan yang tidak larut akan mengendap.

1.2.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak

1.2.5 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)Adsorpsi dan partisi berdasarkan pada jumlah dan cara penotolan cuplikan yang berkesinambungan yang memberikan hasil elusi berupa pita.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Berbagai tanaman yang tumbuh dengan adanya air hujan yang mengalir ke tanah yang gersang tersebut menyebabkan tanaman tersebut menjadi tanaman yang baik yaitu tanaman yang memiliki nilai manfaat yang sangat besar. Mulai dari akar, batang, daun dan buahnya bisa dimanfaatkan secara maksimal (Shihab,2002). Salah satu contoh tanaman yang baik adalah tanaman belimbing wuluh.Mulai dari akar, batang, daun dan buahnya bisa dimanfaatkan sebagai obat dan pengawet alami.Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling penting, struktur daun di bedakan atas morfologi ( struktur luar) daun dan anatomi (struktur dalam) daun. Morfologi (struktur luar) daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau.Warna hijau tersebut di sebabkan oleh kloroplas di dalam sel-sel daun di dalam kloroplas terdapat klorofil. Daun memiliki fungsi untuk pengambilan zat makanan ( resorbsi), sebagai pengolah zat makanan ( asimilasi), sebagai penguapan air (transpirasi), dan sebagai pernafasan ( respirasi ). Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun(lamina), pelepah daun (vagina), dan tangkai daun(petiolus).pada tangkai daun terdapat bagian yang menempel pada batang disebut pangkal tangkai daun.Ada jenis tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun,misalnya rumput.pangkal daun berbentuk pipih dan lebar serta membungkus batangnya, pangkal daun tersebut disebut pelepah daun. Misalnya pelepah daun yang terdapat pada daun pisang dan daun talas. Daun yang memiliki tiga bagian daun yaitu helaian daun, tangkai daun, dan pelepah daun disebut daun sempurna ( daun lengkap ), misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian dari daun disebut daun tidak sempurna (daun tidak lengkap), misalnya daun mangga dan belimbing wuluh.Daun yang hanya memiliki satu helai daun pada tangkainya disebut daun tunggal contohnya daun mangga.Sedangkan daun yang memiliki lebih dari satu helai dalam tangkainya disebut daun majemuk contohnya daun belimbing wuluh.Daun memiliki bentuk-bentuk antara lain :1. Bagian yang terlebar kira-kira di tengah-tengah helaian daun , misalnya bulat (orbicularis)2. Bagian yang terlebar terletak di bawah tengah-tengah helaian daun a. Pangkal daun tidak bertoreh, misalnya bangun delta (deltoideus)b. Pangkal daun bertoreh, misalnya bangun anak panah (sagittatus)3. Bagian yang terlebar terletak di atas tengah-tengah helaian daun, misalnya bangun spatel (spathulatus) Dari pangkal sampai ujung sama lebarnya, misalnya bangun jarum (acerotus)2.1 Monografi SimplisiaKlasifikasi ilmiah tanaman petai adalah (Dasuki, 1991) : Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub-kelas : Rosidae Ordo : Fabales Familia : Fabaceae Genus : Parkia Spesies : Parkia speciosa HasskTanaman petai berupa pohon dengan ketinggian antara 5-25 m dan membentuk percabangan yang banyak. Daun menyirip ganda. Karangan bunga berbentuk bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang , bunga yang masih muda dan belum mekar bewarna hijau. Setelah dewasa dan terlihat benang sari dan putiknya , bunga petai berubah menjadi warna kuning. Ukurannya pun menjadi lebih besar , buah berbentuk polong panjang dan pipih. Biji tesusun rapi dalam polong yang menggantung di pohon dan pada setiap polong terdapat 10-18 biji . Setiap biji diselaputi kulit tipis bewarna putih pada saat biji masih muda dan selaput tersebut akan menjadi bewarna kuning pada saat biji sudah tua. Biji petai yang masih muda agak lunak dan setelah tua menjadi lebih keras (Endang, 1995).

Manfaat PetaiTanaman ini mengandung banyak mineral yakni : kalsium, fosfor, zat besi, vitamin dan mineral lainnya. Kandungan mineral dalam 100 gram buah petai adalah 95 mg kalsium; 115 mg fosfor; 1,2 mg zat besi (Sediaoetama, 2008)Menurut Dr. Aminudin AHK dari Department of Physiologi Medical Faculty of Universitas Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur bahwa petai dapat digunakan sebagai obat anemia, gigitan nyamuk, stress, sindroma pramenstruasi, depresi, sakit perut, liver, diabetes, cacingan, dan beberapa gangguan kesehatan lainnya. Menurut riset dalam The New England Journal of Medicine, makan petai sebagai bagian dari makanan sehari hari akan berpengaruh sangat baik bagi pencernaan karena teksturnya yang lembut dan halus dan mampu menetralkan asam lambung dengan melapisi permukaan dalam lambung. Kombinasi sukrosa, fruktosa, glukosa dan serat mampu memberikan dorongan tenaga yang instant yang cukup lama dan cukup besar efeknya, sedangkan kandungan zat besi yang dapat membantu menstimulasi produksi sel darah merah dan membantu apabila terjadi anemia (Cempaka, Edisi XVII,2006).2.2 Penapisan FitokimiaUji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat obat baru atau menjadi prototipe senyawa obat berkeaktifan tertentu.Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji yang sederhana tetapi terandalkan.Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan ataupun labolatorium.Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skring dapat dilakukan dengan metode KLT (kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa kelebihan dibandingkromatografi kertas yaitu dapat mengahasilkan pemisahan lebihsempurna,kepekaan yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya beberapa menit saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapa dipakai senyawa hidrofob. Pada penggunakan KLT menggunakan fase gerak dan fase diam dimana fase diam menggunakan silika gel. Fase diam (lapisan penyerap) yang khusus digunakanuntuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung pada cara pembuatannya. Selain itu fase gerak (pelarut pengembang) ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak ini menggunakan eluena dan etil asetat.A. ALKALOIDKelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin.Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.Alkaloid biasanya beracun, jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Alkaloid yang paling umum adalah asam amino, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen.Pada umumnya, alkaloid tidak sering terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.Sebagai basa, alkaloid biasanya diekstraksi dalam tumbuhindengan pelarut alkohol yang brsifat asam lemah kemudian dipekatkan dengan amonia pekat. Suatu sampel yang mengandung alkaloid setelah direaksikan akan berwarna merah.B. POLIFENOLATPolifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan.zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.Pada beberapa penelitiandisebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan.Polifenol dapat ditemukan pada kacang-kacangan, the hijau, teh putih, anggur merah, anggur putih, minyak zaitun dan turunannya, coklat hitam dan dilema.C. TANINTanin terdapat luas dalam tumbuhan pembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam tumbuhan kayu.Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma.Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan.Tanin terkondensasi hapir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan gimnospermae, sertatersebar luas angiospermae, terutama pada jenis tumbuhanberkayu.Sebaliknya, tannin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.D. FLAVONOIDFlavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memberikan berbagai warna pada tumbuhan.flavonoid mempuyai struktur yang sangat bervariasi, namun pada umumnya flavonoid mempunyai struktur dasar. Pengenalan flavonoid didasarkan pada preaksi reduksi gugusan karbonia pada lingkar -lakton menjadi gugusan alcohol memebentuk senyawa hidroksi yang berwarna warna tergantung pada gugusan fungsional yang terikat pada lingkar A atau B .warna yahng terjadi dapat ditarik oleh amil alcohol.

E. MONO DAN SESKUITERPENOIDMonoterpenoid dan seskunterpenoid adalah senyawa senyawa C10 C15,yang tersusun dari unit isopren C5H8 sebagai penyusunnya . Senyawa Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid ini merupakan komponen komponen penyusun minyak atsiri .Reaksi pengenalan diadasarkan pada kemampuannya membentuk warna warna dengan pereaksi anisaldehid-asam sulfat atau pereaksi vanillin asam sulfat.F. STEROID DAN TRITERPENOIDSenyawa kelompok steroid dan triterpenoid adalah senyawa senyawa kelompok metabolit sekunder yang mempunyai struktur dasar yang hamper sama.Pengenalan senyawa triterpenoiddan steroid didasarkan pada kemampuannya membentuk warna dengan pereaksi Liebermann Burchard. Pereaksi Liebermann Burchard dibuat dengan cara mencampurkan 20 bagian asam asetat anhidrat dengan 1 bagian asam sulfat pekat pereaksi ini harus digunakan dalam media bebas air.G. KUINONSenyawa kuinon umumnya merupakan turunan p. benzokuinon. Pengenalan senyawa ini didasarkan pada kemampuannya membentuk garam berwarna antara hidrokuinon dengan larutan alkali kuat ( NaOH atau KOH ).2.3 Ekstraksi Fitokimia Ekstraksi merupakan cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai.Tujuan dari Ekstraksi adalah agar ekstrak hanya mengandung senyawa aktif yang terkandung didalam simplisia/ bahan alam sehingga perlu dipilih cairan penyari yang paling optimal mampu menarik senyawa aktif. Bahan yang diekstraksi bisa berupa bahan segar maupun bahan kering. Untuk bahan kering harus dikecilkan dahulu ukuran partikelnya (diserbuk).Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry]Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: Tipe persiapan sampel Waktu ekstraksi Kuantitas pelarut Suhu pelarut Tipe pelarut

Macam Metoda Ekstraksi :A. Ekstraksi Cara DinginMetoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah :a. Merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini dengan cara merendam sample dengan sekali-sekali dilakukan pengocokan. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Ada juga maserasi kinetik yang merupakan metode maserasi dengan pengadukan secara sinambung tapi yang ini agak jarang dipakai.Maserasi

Alat MaserasiMaserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Apa yang disebut bahan nabati, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah simplisia nabati. Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.Keuntungan dari metode ini :1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam2. Biaya operasionalnya relatif rendah3. Prosesnya relatif hemat penyari4. Tanpa pemanasanKelemahan dari metode ini :1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah diusahakan.Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :a) DigestiDigesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana.

b) Maserasi dengan Mesin PengadukPenggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.c) RemaserasiCairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

d) Maserasi MelingkarMaserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.e) Maserasi Melingkar BertingkatPada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian.dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimalHasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal. dipenyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama.b. Perkolasi Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Secaraumum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang.

Alat PerkolasiSedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi.Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna.Caranya :Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari dan ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk.Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.B. Ekstraksi Cara PanasMetoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah:

a. Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna, ini bahasa buku lagi.RefluksAlat Refluks

Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.b. Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor).Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.Ekstraksi dengan alat Soxhlet

Alat Soxhlet

c. DigestiMerupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang dilakukan pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada suhu 40C 50C.d. Merupakan proses ekstraksi dengan merebus sample (khusunya simplisia) pada suhu 90CInfusa

Alat Panci Infusa

e. DekokDekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90C selama 30 menit.Peguapan ekstrak larutan dilakukan dengan penguap berpusing dengan pengurangan tekanan yaitu rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang kentaln (Harborne 1987).

2.4 Fraksinasi Fitokimia Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan Nur 1989).Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar.Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Empat tahapan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan empat macam pelarut yaitu :1. ekstraksi aseton2. fraksinasi n-heksan3. fraksinasi etil eter4. fraksinasi etil asetat

Ekstraksi merupakan suatu proses penyaringan suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam dengsan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbgai macam metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.

Banyak metode yang digunakan untuk proses ekstraksi, baik dengan cara dingin maupun dengan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas meliputi refluks, digesti, infus, dekok, dan sokletasi.Proses terekstraksinya zat aktif dalam sel tanaman : pelarut organic akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organic tersebut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antar larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organic diluar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.Ekstrak cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampuran satu sama lain, yang disebut raffinate dan extractant. Pada suatu system pemisahan selalu berhubungan dengan 3 hal, yaitu sample dan dua pelarut yang saling tidak bercampur satu sama lain. Sample akan terpartisi atau terdistribusi kedalam kedua pelarut dan pemiisahan akan berakhir setelah terjadi kesetimbangan. Ada tiga macam penggolongan metode pemisahan yang didasarkan pada jenis kedua pelarut, jenis dari pelarut pertama (initial phase), dan pada golongan kedua (second phase). Pada masing-masing metode pemisahan kedua pelarut mempunyai nama yang berlainan. Sebagai contoh nama pelarut pada metode pemisahan. Pada pemisahan yang telah selesai dikerjakan selalu didiamkan sampai terjadi pemisahan secara sempurna, perbandingan konsentrasi sample pada kedua pelarut menjadi konstan dan dapat di ekspresikan sebagai konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi, kp

2.5 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan (Hongisto dan Heikkila, 1977; Kantasubrata, 1993; Schneider, 1987).FASE DIAMPelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika).Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar.Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida.Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH.Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.

FASE GERAKDalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika).(Kantasubrata, 1993).

Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu tergantung pada: Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.Anggaplah bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil tiap-tiap bagian interaksi van der Waals yang lemah.Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.

2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)Salah satu pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah danmemakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis preparatif. Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan. Pemisahan komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis preparative pada dasarnya sama dengan kromarografi lapis tipis biasa, namun perbedaan yang nyata ialah pada KLT preparative menggunakan lempeng yang besar (ukuran 20x20 cm dan 20x40 cm )dengan ketebalan 0,5 2mm dan sampel ditotolkan berupa garis lurus pada salah satu sisi lempeng. Penyerap yang paling umum digunakan ialah silica gel dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun senyawa hidrofil.Pada penotolan cuplikan, cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik ialah atsiri (heksana, diklorometan,atilasetat), karena jika bukan pelarut atsiri akan menyebabkan pelebaran pita, penotolan dapat dilakukan dengan tangan (pipet), tetapi lebih baik lagi dengan pipa kapiler. Lempeng yang sudah ditotolkan dikembangkan pada chamber yangjenuh dangan cairan pengembang yang cocok secara tegak lurus,sehingga komponen yang tampak dibawah sinar UV.Pada KLTP pemilihan fase gerak dan mengembangkan pelat KLTP terdapat banyak peubah tetapi sebagai petunjuk umum cuplikan 10-1000 mg dapat dipisahkan pada lapisan silica gel atau aluminium oksida 20x20 cm yang tebalnya 1 mm. jika tebalnya didua kalikan, maka banyaknya cuplikan yang dipisah bertambah 50%. Fase gerak biner ialah (dalam berbagai perbandingan) sangat sering dipakai pada pemisahan secara KLTP : n-heksana-etilasetat,n-heksana-aseton,kloroform-metanol.penambahan sedikit asam asetat atau dietilamina berguna memisahkan, berturut-turut,senyawa asam dan senyawa basa.Pada isolasi senyawa yang sudah banyak terpisah kebanyakan penyerap KLTP mengandung indicator floursensi yang membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap sinar UV.Akan tetapi, beberapa indicator menimbulkan masalah yaitu bereaksi dengan asam kadang-kadang bahkan.dengan asam asetat. Untuk senyawa yang tidak menyerap sinar UV, ada beberapa pilihan yaitu :a. Menyemprot dengan air (Misalnya saonin)b. Menggunakan chamber iodinec. Menutup pelat dengan sepotong kaca menyemprot salah satu sisi dengan pereaksi semprotd. Menambahkan senyawa pembanding

BAB IIIMETODE PERCOBAAN

3.1 PENAPISAN FITOKIMIA3.1.1 Monoterpen dan Seskuiterpen1. Digerus serbuk simplisia dengan eter, kemudian di saring. 2. Filtrat hassil saringan kemudian diuapkan pada cawan penguap kemudian dikeringkan.3. Residu hasil pengeringan ditambahkan larutan Vanillin 10% dalam H2SO4 pekat. Diamati3.1.2 Fenolat1. Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring.2. Kepada filtrat ditambahkan larutan pereaksi basi (III) klorida. 3. Adanya senyawa fenolat ditandai dengan terjadinya warna hijau-biru hitam hingga hitam.3.1.3 Flavonoid1. Serbuk simplisia ditambahkan air pada tabung reaksi 2. Ditambahkan sebuk Mg dan HCl 2N 3. Dipanaskan di atas tangas air kemudian disaring4. Filtrat di tambahkan amil Alkohol di kocok kuat, diamati hasil

3.2 EKSTRAKSI FITOKIMIA1. Sebanyak 250 gram simplisia daun petai ditimbang.2. Disiapkan alat refluks untuk mengekstraksi simplisia daun petai.3. Batu didih dimasukkan kedalam labu alas bundar, kemudian dimasukkan juga simplisia daun petai.4. Setelah itu ditambahkan pelarut etanol sebanyak 1000mL, kemudian pasang pada alat refluks.5. Refluks dilakukan sampai mencapai titik didih pelarutnya, kemudian didiamkan selama 1 jam dihitung dari awal mendidih.6. Setelah selesai refluks, ekstrak daun petai kemudian disaring dan ditampung dalam botol kaca gelap.7. Refluks dilakukan ulang dengan pelarut yang baru sebanyak 2 3 kali sampai ekstraksi sempurna.

3.3 FRAKSINASI FITOKIMIA1. Disiapkan ekstrak kental daun petai yang sebelumnya ditimbang dan dimasukkan kedalam beaker gelas 100mL. 2. Kemudian ekstrak kental tadi dilarutkan dalam pelarut yang digunakan ketika pertama kali dilakukan ekstraksi yaitu etanol sebanyak 20mL.3. Setelah larut, aquadest sebanyak 80mL dicampurkan kedalam campuran pada ekstrak kental yang sudah dilarutkan sebelumnya menggunakan etanol. Diaduk hingga homogen.4. Ekstrak yang telah dilarutkan kemudian dimasukkan kedalam corong pisah.5. Kedalam corong pisah, ditambahkan N-heksan sebanyak 100mL kemudian corong pisah dikocok sekitar 10-15 kali pengocokkan setelah itu didiamkan sampai terpisah sempurna membentuk 2 lapisan.6. Lapisan bawah yang merupakan fraksi air dikeluarkan, dan ditampung ke dalam beaker gelas. Sedangkan untuk fraksi N-heksan ditampung pada botol yang telah disediakan.7. Fraksi air yang ditampung pada no 6 kemudian dimasukkan kembali pada corong pisah, ditambahkan lagi pelarut N-heksan dan dilakukan kembali pengocokkan serta pemisahan seperti pada prosedur no 5 dan no 6 sampai fraksi N-heksan warnanya memudar. Menandakan jika pemisahan atau penarikan senyawa yang tertarik pada fraksi N-heksan sempurna.8. Setelah pemisahan fraksi N-heksan sempurna, didalam corong pisah yang sudah berisi fraksi air kemudian ditambahkan etil asetat sebanyak 100mL.9. Dilakukan kembali pemisahan seperti pada pemisahan fraksi N-heksan sampai semua senyawa yang tertarik pada etil asetat terpisah sempurna.10. Setelah semua fraksi berhasil dipisahkan, masing-masing fraksi kemudian diuapkan menggunakan cawan penguap diatas waterbath sampai mengental3.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)1. Disiapkan tangki pengembangan kromatografi lapis tipis yang berisi larutan pengembang, dengan langkah pertama pemilihan pengembang menggunakan larutan pengembang tunggal.2. Setelah larutan pengembang tunggal telah sesuai maka digunakan larutan pengembang campuran dengan perbandingan yang paling sesuai untuk pemisahan senyawa yang diinginkan.3. Kemudian, pengembang yang berada dalam tangki pengembangan dibiarkan hingga jenuh dengan uap larutan pengembang.4. Disiapkan lempeng kromatografi lapis tipis pralapis dengan penjerap silica Gel GF 254. 5. Diukur lempeng yang disiapkan dengan ukuran yang sesuai dengan tangki pengembangan kromatografi lapis tipis.6. Diberi tanda batas bawah (garis awal) pada lempeng kromatografi dengan jarak lebih kurang 1 cm dari tepi lempeng.7. Ditotolkan larutan ekstrak daun petai pada garis awal dibiarkan kering. Diulangi pentotolan hingga beberapa kali dan konsentrasi ekstrak dalam totolan diperkirakan cocok.8. Dimasukkan lempeng kromatografi lapis tipis tersebut secara hati-hati dsn tegak lurus ke dalam tangki pengembangan yang berisi larutan pengembang. Dipastikan bahwa garis awal tidak terendam oleh larutan pengembang. Dibiarkan terjadi pengembangan beberapa saat hingga larutan pengembang mencapai batas lebih kurang 1 cm dari tepi atas lempeng kromatiografi.9. Diangkat lempeng dari tangki pengembang, dibiarkan kering di udara terbuka. Setelah kering, diamati dibawah sinar ultraviolet 254 nm dan 365 nm, ditandai bercak yang teramati. Setelah itu, lempeng di semprot dengan penampak bercak, amati dan tandai bercak yang terjadi.10. Dihitung nilai Rf dari bercak yang teramati dengan cara mengukur jarak bercak dan dibandingkan dengan rambat larutan pengembang3.5 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)Pembuatan Lempeng KLTP1 Disiapkan plat kaca KLTP dengan ukuran 20x20 cm diberi bubur selulosa yang telah dibuat sebelumnya, lalu didiamkan hingga kering lalu diberi garis pada bagian bawah dan atas setinggi 1 cm.2 Disiapkan chamber berisi pengembang sebanyak 50 mL dengan perbandingan n-heksan-etil asetat (5:2) dijenuhkan selama kurang lebih 30 menit.3 Plat kltp ditotolkan dengan fraksi sampel (n-heksan).4 Dimasukan ke dalam chamber yang berisi pengembang yang sudah jenuh.5 Di elusi hingga eluen mencapai batas atas, lalu ditunggu hingga kering.6 Plat kltp dilihat pada sinar uv 254 dan 365 nm.7 Diamati pita dan warna yang terbentuk pada plat kltp.8 Pita yang ingin di identifikasi dikerok.9 Dimasukan ke dalam vial dan dilarutkan dengan n-heksan.Isolasi Sample1 Disiapkan tangki pengembangan kromatografi lapis tipis yang berisi larutan pengembang. pengembang yang berada dalam tangki pengembangan dibiarkan hingga jenuh dengan uap larutan pengembang.2 Disiapkan lempeng kromatografi lapis tipis pralapis dengan penjerap silica Gel GF 254. 3 Diukur lempeng yang disiapkan dengan ukuran yang sesuai dengan tangki pengembangan kromatografi lapis tipis.4 Diberi tanda batas bawah (garis awal) pada lempeng kromatografi dengan jarak lebih kurang 1 cm dari tepi lempeng.5 Ditotolkan larutan isolat hasil kerokan dari KLTP yang telah disaring dengan larutan pengembang pada garis awal dibiarkan kering. Diulangi pentotolan hingga beberapa kali dan konsentrasi larutan isolat hasil kerokan dari KLTP dalam totolan diperkirakan cukup.6 Dimasukkan lempeng kromatografi lapis tipis tersebut secara hati-hati dsn tegak lurus ke dalam tangki pengembangan yang berisi larutan pengembang. Dipastikan bahwa garis awal tidak terendam oleh larutan pengembang. Dibiarkan terjadi pengembangan beberapa saat hingga larutan pengembang mencapai batas lebih kurang 1 cm dari tepi atas lempeng kromatiografi.7 Diangkat lempeng dari tangki pengembang, dibiarkan kering di udara terbuka. Setelah kering, diamati dibawah sinar ultraviolet 254 nm dan 365 nm, ditandai bercak yang teramati. Setelah itu, lempeng di semprot dengan penampak bercak, amati dan tandai bercak yang terjadi.8 Dihitung nilai Rf dari bercak yang teramati dengan cara mengukur jarak bercak dan dibandingkan dengan rambat larutan pengembang

3.6 Identifikasii. KLT 2 Dimensi1 Pembuktian kemurnian steroid ini dilakukan dengan teknik KLT 2 dimensi, pengembangan dilakukan pada plat KLT 6X6 cm.2 Hasil KLT preparatif yang ditotolkan 1 cm dari tepi bawah kanan.3 Pengembang pertama yang digunakan adalah n-heksan:etil asetat (5:2), dan pengembang yang kedua menggunakan etil asetat: n-heksan (5:2).4 Kemudian plat dielusi pada posisi 90 dari kondisi mula-mula.5 Diangkat lempeng dari tangki pengembang, dibiarkan kering di udara terbuka. Setelah kering, diamati dibawah sinar ultraviolet 254 nm dan 365 nm, ditandai bercak yang teramati. Setelah itu, lempeng di semprot dengan penampak bercak, amati dan tandai bercak yang terjadi.6 Dihitung nilai Rf dari bercak yang teramati dengan cara mengukur jarak bercak dan dibandingkan dengan rambat larutan pengembang.ii. Spektrofotometri UV1. Hasil isolat kltp pita berwana biru di tambahkan dengan pelarut n-heksan dan dimasukan ke dalam vial.2. Fraksi isolat tersebut di uapkan hingga kering lalu ditambahkan ethanol pro analisis sebelum dilakukan spektrofotometri uv.3. Alat spektrofotometri uv di nyalakan.4. Dilakukan kalibrasi larutan ethanol p.a pada kedua kuvet dengan meng-klik tombol auto zero.5. Dimasukan fraksi isolat ke dalam salah satu kuvet, dimulai perhitungan panjang gelombang dan absorban.6. Panjang gelombang yang dihasilkan di sesuaikan dengan panjang gelombang pada literatur.7. Di interprestasikan data yang diperoleh dengan literatur dan dibandingkan dengan senyawa yang di duga sebelumnya.iii. Spektrofotometri IR1. KBr dimasukkan ke dalam mortir, digerus hingga halus.2. Hasil isolat dimasukkan kedalam mortir, kemudian digerus hingga homogen.3. Kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan, kemudian sampel diambil dan dianalisis di dalam alat spektrofotometri infra merah tersebut.4. Ditunggu hasil analisis berupa spektrum.5. Setelah hasil didapatkan, kemudian di print dan di interpretasikan.

BAB IVHASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Skrinning Fitokimia Daun Petai (Parkia speciosa Hassk)No.Golongan SenyawaHasil PercobaanKeterangan

1Alkaloid(-)tidak ada endapan berwarna

2Senyawa Fenolat(+)warna biru - hitam

3Tanin(+)endapan warna putih

4Flavonoid(+)warna kuning kemerahan

5Monoterpenoid(+)terjadi warna ungu

6Seskuiterpenoid(+)terjadi warna ungu

7Steroid(+)terjadi warna hijau kebiruan

8Triterpenoid(+)terjadi warna ungu

9Senyawa Kuinon(+)terjadi warna kuning

4.2 Hasil Ekstraksi FitokimiaNoRefluksVolume (mL)Ekstrak Pekat

1Ke 190010 gram

2Ke 2900

3Ke - 3800

% Rendemen Ekstraksi = x 100 %% R.E = x 1100 % = 3,84 % b/b

4.3 Hasil Fraksinasi FitokimiaNoFraksiVolume (mL)*Ekstrak Pekat (gram)

1n-Heksan4002

2Etil Asetat701

3Air50-

*) Hasil Rotavapor

4.4 Hasil KLT Terhadap Fraksi Fraksi yang didapatDengan pelarut pengembang NoUV ( = 254 nm)UV ( = 365 nm)

Keterangan :A. Fraksi EtilasetatB. Ekstrak kentalC. Fraksi n - heksan

Dilanjutkan pada KLT Tunggal terhadap Fraksi N HeksanUV ( = 254 nm)UV ( = 365 nm)

Perhitungan Rf :Rf = Diketahui : Jarak yang ditempuh fase gerak adalah 5,5 cm Jarak spot n heksan = 4 cmRf = = 0,7272 cmhRf = 0,7272 x 100% = 72,72 %Dan dilanjutkan pemberian penampak bercak, adalah sbb : + penambak bercak Lieberman burchad = Reaksi (+) menjadi warna hijau biru + penambak bercak vanillin sulfat = Reaksi (-) tidak ada perubahan warna

4.5 Hasil KLTP terhadap ekstrak fraksi n heksanDidapat 2 pita yang nyala. Diambil pita kromatogram yang berwarna biru sangat terang dengan warna ungu agak terang.1. Pita Biru = terdapat 1 spot (Murni) (dilihat di lampu uv ( = 254 dan 365 nm )2. Pita ungu = tidak ada spot (dilihat di lampu uv ( = 254 dan 365 nm )

4.6 KLT 2D Uji 1 spot (Kemurnian)NoUV ( = 254 nm)UV ( = 365 nm)

1Pelarut Pengembang n heksan : etil asetat (5 : 2)

2Pelarut Pengembang n heksan : etil asetat (2 : 5)

Diketahui jarak plat adalah 4,5 cmJarak spot / noda KLT = 2,5 Rf = 2,5 / 4,5 = 0,555

4.7 Hasil Uji Spektrofotometri UVDidapat = 255,2 nm

4.8 Hasil Uji IR (Inframerah)

Didapat hasil interprestasi spectrum IR adalah sebagai berikut :1. Ada regang CH3, CH2, di 3000 2700 cm-1 dengan intensitas tinggi yaitu pada peak 2951,09 cm-1 dan 2920,23 cm-12. Ada regang C H (Alifatik) di 1475 1300 cm-1 yaitu pada peak 1469,76 cm-1 3. Ada lentur C = C H, Ar H pada 1000 650 cm-1 yaitu di peak sekitar 675 cm-1 (yaitu aromatic tersubstitusi)

BAB VPEMBAHASAN

Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan. Dari hasil penapisan fitokimia daun petai (Parkia speciosa) diperoleh data skrining yang menunjukan bahwa simplisia tersebut positif mengandung steroid, triterpenoid, tannin, quinon, saponin, monoterpenoid, seskuiterpenoid, dan senyawa polifenolat. Dilihat dari senyawa yang terdapat dalam simplisia Parkia speciosa menunjukan bahwa senyawa-senyawa tersebut memiliki titik didih yang relative tinggi sehingga pada proses ekstraksi dipilih metode reflux (menggunakan cara panas) dengan menggunakan pelarut etanol 96% karena etanol merupakan pelarut yang universal. Adapun langkah kerja metode reflux yaitu dengan cara memanaskan sample dengan pelarut sehingga pelarut akan mengekstraksi dengan panas lalu akan menguap sebagai senyawa murni, kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu seterusnya. Proses ini pada umumnya dilakukan dalam waktu 1 jam dihitung saat pelarutnya mendidih.Setelah didapat extrak, ekstrak tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam rotary evaporator yang bertujuan untuk memekatkan ekstrak dan memisahkan pelarut dari ekstraknya. Setelah ekstrak dipekatkan, ekstrak tersebut diuapkan dalam waterbath sehingga didapatkan massa ekstrak yang kental (didapat rendemen ekstrak kami adalah 3,84% dengan bobot ekstrak didapat adalah 10 gram dengan bobot simplisia awal adalah 260 gram).Setelah mendapatkan ekstrak kental dari proses penguapan dilanjutkan ke proses fraksinasi dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair untuk membantu proses pemisahan berdasarkan tingkat kepolaran. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan beberapa fraksi yaitu fraksi polar, fraksi nonpolar dan fraksi semipolar. Pelarut-pelarut yang digunakan adalah n-heksan (non polar), etilasetat (semi polar) dan air (polar). Setelah didapatkan ketiga fraksi tersebut, identifikasi dilanjutkan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pengembang yang digunakan adalah pelarut n heksan : etilasetat (5:2) yang menghasilkan spot yang baik dibandingkan dari fraksi etil asetat dan fraksi air. Adapun Rf KLT yang baik berkisar antara 0,2 0,8 cm. Jika nilai Rf terlalu tinggi yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen dan sebaliknya. Spot yang didapat dari klt fraksi n-heksan memiliki Rf sebesar 0,7272. Hal ini menunjukan bahwa spot yang dihasilkan sesuai dengan kisaran Rf pada umumnya. Identifikasi dilanjutkan ke pemberian penampak bercak dengan Lieberman burchard dan Vanillin sulfat terhadap hasil KLT tersebut, dan didapat hasil bahwa hasil KLT dengan ditambah Pereaksi Lieberman burchard adalah Positif (+) berwarna hijau biru sedangkan yang ditambah pereaksi Vanillin sulfat hasilnya adalah negative (-) karena tidak ada perubahan warna sama sekali. Dengan hasil awal ini, hipotesa awal bahwa senyawa yang dapat terisolasi adalah steroid (karena pada uji skrinning awal identifikasi steroid simplisia daun petai ini menunjukan hasil yang positif), dimana steroid dapat terisolasi pada pelarut non polar yang digunakan yaitu n heksan. Untuk menguji kebenaran hipotesa awal, percobaan ini dilanjutkan ke percobaan yang lebih spesifik lagi yaitu dengan KLTP.Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode pemisahan yang paling murah dan memakai peralatan yang paling dasar. Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang bergerak mengikuti kepolaran eluen. Kemudian ekstrak fraksi n heksan diuji dengan metode KLTP dengan pelarut pengembangnya adalah n heksan : etil asetat (5:2), dan didapat hasil terdapat 2 pita yaitu biru terang dan ungu terang. Kemudian 2 warna tersebut diambil secara hati hati dan terpisah satu warna dengan yang lainnya, dan langsung kedua warna tersebut dilarutkan pada 8 ml n heksan pelarut asal fraksinasi yang diambil, untuk mencegah penjerapan senyawa aktif tersebut terjerap dalam silica gel KLTP tersebut lalu diaduk aduk hingga homogen. Setelah itu, disaring dan kemudian filtrat tersebut diuapkan setengah volumenya atau sampai setengah pekat. Pengujian selanjutnya adalah penotolan (noda) pada plat KLT dan hasil yang didapat menunjukan adanya spot pada plat klt filtrat pita yang berwarna biru sedangkan filtrat pita berwarna ungu tidak ada noda / spot sama sekali. Kemudian dilanjutkan pada uji KLT 2 Dimensi, yang bertujuan untuk mengetahui bahwa senyawa tersebut sudah benar benar murni atau belum atau untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama karenanya nilai Rf juga hampir sama., karena pada KLT 2 D ini diuji dengan mengelusi senyawa tersebut dengan 2 sistem fase gerak yang berbeda yaitu (1) n heksan : etil asetat (5:2) non polar; dan (2) n heksan : etil asetat (2:5) semi polar, karena sangat memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda. Dan hasilnya pun sangat baik setelah ditotolkan filtrat tersebut, dan dielusi oleh fase gerak pertama pada plat KLT 2D hanya ada satu spot dengan Rf sebesar 0,555 kemudian dielusi kembali dengan fase gerak kedua dengan hasil spot awal berpindah naik ke atas dengan Rf yang sama sebesar 0,555. Ini menunjukan senyawa tersebut sudah murni, Analisis yang penting dilakukan untuk memperkuat hipotesa sebelumnya adalah spektrofotometri uv vis adalah suatu metode radiasi elektromagnetik yang mana sinar uv vis merupakan salah satu yang dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang suatu zat atau senyawa dan juga panjang gelombang maksimumnya. Dan dari filtrat ini didapat panjang gelombang maksimum ( = 255,2 nm dan A = 0,376). Adapun menurut literatur menunjukan bahwa golongan triterpenoid dan steroid pada umumnya memiliki panjang gelombang 243 nm 268 nm. Hal ini menunjukan bahwa senyawa yang diidentifikasi adalah termasuk golongan triterpenoid dan atau steroid.Kemudian analisis selanjutnya, senyawa tersebut di uji spektrofotometri IR, dengan tujuan untuk mengetahui suatu gugus fungsi senyawa yang diidentifikasi (Elusidasi struktur, Unang supratman, 2010), didapat hasil interprestasi spectrum IR adalah sebagai berikut :1. Ada regang CH3, CH2, di 3000 2700 cm-1 dengan intensitas tinggi yaitu pada peak 2951,09 cm-1 dan 2920,23 cm-12. Ada regang C H (Alifatik) di 1475 1300 cm-1 yaitu pada peak 1469,76 cm-1 3. Ada lentur C = C H, Ar H pada 1000 650 cm-1 yaitu di peak sekitar 675 cm-1 (yaitu aromatic tersubstitusi)Dari hasil keseluruhan percobaan, dimulai dari penafisan fitokimia, hasil uji KLT, spektrofotometri uv, serta spektrofotometri IR menunjukan senyawa yang dapat terisolasi dari daun petai (Parkia speciosa) yaitu senyawa golongan triterpenoid dan atau steroid dengan = 255,2 nm.

BAB VIKESIMPULAN

1. Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan 2. Data skrining yang menunjukan hasil yang positif mengandung steroid, triterpenoid, tannin, quinon, saponin, monoterpenoid, seskuiterpenoid, dan senyawa polifenolat3. Ekstraksi merupakan suatu cara pemisahan untuk memperoleh sediaan yang mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan tujuan dari ekstraksi adalah agar ekstrak hanya mengandung senyawa aktif yang terkandung didalam simplisia/ bahan alam sehingga perlu dipilih cairan penyari yang paling optimal mampu menarik senyawa aktif.4. Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian.5. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.6. Kromatografi lapis tipis preparative (KLTP) merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.7. Dari hasil pengukuran secara spektrofotometri uv diketahui bahwa senyawa simplisia daun petai (Parkia speciosa) yang teridentifikasi memiliki panjang gelombang maksimum 255,2 nm, yang menurut literature adalah golongan triterpenoid dan atau steroid.8. Pengujian spektrofotometri IR bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi suatu senyawa yang diidentifikasi. Pada senyawa simplisia daun petai yang diidentifikasi ini memiliki komposisi untuk membentuk suatu gugus fungsi senyawa yang cocok dengan komposisi pembentukan suatu gugus fungsi golongan triterpenoid dan atau steroid, yaitu : Ada regang CH3, CH2, di 3000 2700 cm-1 dengan intensitas tinggi yaitu pada peak 2951,09 cm-1 dan 2920,23 cm-1 Ada regang C H (Alifatik) di 1475 1300 cm-1 yaitu pada peak 1469,76 cm-1 Ada lentur C = C H, Ar H pada 1000 650 cm-1 yaitu di peak sekitar 675 cm-1 (yaitu aromatic tersubstitusi)9. Dari hasil keseluruhan percobaan, hasil uji KLT, spektrofotometri uv, serta spektrofotometri IR menguatkan hasil percobaan yaitu senyawa yang diidentifikasi adalah senyawa golongan triterpenoid dan atau steroid dengan didapat = 255,2 nm.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2009. Ekstraksi. Diakses dari www.wiropharmacykuliah/ekstraksi.com. Diakses tanggal 10 Mei 201116. Teyler.V.E.et.al.1988.2. Pharmacognosy.9 th Edition. Phiadelphia : Lea&Febiger.187 188.17. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta :Penerbit Andi3. Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.4. Gandjar, Ibnu Gholib. Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis .Pustaka Pelajar. Yogyakarta.5. Roth, Hermann J. 1998. Analisis Farmasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press6. Johnson, Edward. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB7. Soediro. I., dkk. 1986. Kromatografi Cepat Sebagai Cara FraksinasiEkstrak Tanaman . Acta Pharmaceutica Indonesia.8. Conners.A.K. Pharmaceutical Analysis Solvent Extraction9. Kisman, Sastro ,ddk .1994. Analisis Farmasi. Cet. 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.10. Meronda, G.Rahmah. 2008. Kromatografi, Makalah. Makassar :FFUH. Dikutip dari Kromatografi Makalah journal.

LAMPIRAN

Diagram Alir1. Skrinning Fitokimiaa) Alkaloid

Serbuk simplisiaLapisanHASIL Dibasakan dengan ammonia Ditambahkan kloroform Terbentuk lapisan kloroform, lapisan dipisahkan.

Ditambahkan HCl dan dikocok kuat. Dibagi menjadi 3 bagian ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi 1 : ditambahkan pereaksi Mayer. Tabung reaksi 2 : ditambahkan pereaksi Dragendorf Tabung reaksi 3 sebagai blangko

b) Flavonoid

Serbuk simplisiaFiltratHASIL

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan serbuk Mg dan HCl 2N Dipanaskan di penangas air Disaring

Ditambahkan amil alcohol Dikocok kuat

c) Polifenol, Tanin, dan Kuinon

Serbuk simplisiaFiltratHASIL

Dimasukkan dalm tabung reaksi Dipanaskan dalam penangas air Disaring

Untuk pengujian Polifenol : ditambahkan FeCl3 Untuk pengujian tanin : ditambahkan larutan gelatin 1% Untuk pengujian kuinon : ditambahkan KOH 5%

d) Monoterpen dan Seskuiterpen, Steroid dan Triterpenoid

Serbuk simplisiaFiltratHasil pengeringanHASIL

Digerus dengan eter Disaring

Dimasukkan kedalam cawan penguap Dibiarkan menguap hingga kering.

Untuk pengujian monoterpen dan seskuiterpen : diktambahkan vanilin10% dan HCl pekat Untuk pengujian Steroid an triterpenoid : ditambahkan pereaksi Liebermann Burchard

2. 250g simplisiaHASILEkstraksi

Ditimbang Alat refluks disiapkan Dimasukkan batu didih kedalam labu alas bundar Simplisia dimasukkan ke dalam labu alas bundar Ditambahkan etanol 1000mL Dilakukan refuks selama 1 jam dimulai dari awal mendidih. Disaring dan ekstrak ditampung kedalam botol. Dilakukan penguapan menggunakan alat rotavapor sampai ekstrak agak mengental. %rendemen dihitung.

3. Ekstrak kentalFraksi AirFraksi N heksanFraksi Etil AsetatFraksinasi

Dilarutkan dalam 20 mL etanol dan 80mL air, diaduk hingga melarut. Dimasukkan kedalam corong pisah Ditambahkan N heksan 100mL, dikocok beberapa kali dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Fasa bawah yaitu air ditampung kedalam beaker gelas, sedangkan fasa atas N heksan ditampung kedalam botol. Fasa air yang ditampung tadi di masukkan kembali kedalam corong pisah dan ditambahkan lagi N heksan. Hal ini dilakukan berulang hingga warna pada fasa N heksan lebih bening. Setelah didapat fraksi N heksan, fraksi air kembali dimasukkan dan ditambahkan etil asetat 100 mL. Dilakukan sama seperti pada fraksi N heksan hingga warna pada fraksi etil asetat lebih bening.

Tangki pengembangan KLT + lempeng KLTHasilTangki pengembangan KLT yang telah jenuhLempeng KLT

4. KLT Sampel

+ larutan pengembang - dibiarkan beberapa menit sampai larutan mengembang Diukur sesuai dengan ukuran tangki pengembang Ditandai dengan batas bawah dengan jarak lebih kurang 1 cm Ditotolkan larutan ekstrak daun petai secukupnya pada garis awal dibiarkan kering Dimasukkan lempeng kedalam tangki pengembang KLT yang telah jenuh

Diangkat lempeng dari tangki pengembang Dibiarkan kering di udara terbuka Diamati di bawah sinar uv 254 nm dan 365 nm Disemprot dengan penampak bercak Dihitung nilai Rf

5. KLTP Sampel

HASILLLPlat kltp

Disiapkan plat kaca KLTP dengan ukuran 20x20 cm diberi bubur selulosa yang telah dibuat sebelumnya, lalu didiamkan hingga kering lalu diberi garis pada bagian bawah dan atas setinggi 1 cm. Disiapkan chamber berisi pengembang sebanyak 50 mL dengan perbandingan n-heksan-etil asetat (5:2) dijenuhkan selama kurang lebih 30 menit. Plat kltp ditotolkan dengan fraksi sampel (n-heksan). Dimasukan ke dalam chamber yang berisi pengembang yang sudah jenuh. Di elusi hingga eluen mencapai batas atas, lalu ditunggu hingga kering. Plat kltp dilihat pada sinar uv 254 dan 365 nm. Diamati pita dan warna yang terbentuk pada plat kltp. Pita yang ingin di identifikasi dikerok. Dimasukan ke dalam vial dan dilarutkan dengan n-heksan

6. Spektrofotometri UV VisHASILFraksi IIIISOLAisolat

Hasil isolat kltp pita berwana biru di tambahkan dengan pelarut n-heksan dan dimasukan ke dalam vial. Fraksi isolat tersebut di uapkan hingga kering lalu ditambahkan ethanol pro analisis sebelum dilakukan spektrofotometri uv. Alat spektrofotometri uv di nyalakan. Dilakukan kalibrasi larutan ethanol p.a pada kedua kuvet dengan meng-klik tombol auto zero. Dimasukan fraksi isolat ke dalam salah satu kuvet, dimulai perhitungan panjang gelombang dan absorban. Panjang gelombang yang dihasilkan di sesuaikan dengan panjang gelombang pada literatur. Di interprestasikan data yang diperoleh dengan literatur dan dibandingkan dengan senyawa yang di duga sebelumnya.

7. KBrHASILSpektroskopi IR

Dimasukkan ke dalam mortir, digerus hingga halus. Hasil isolat dimasukkan kedalam mortir, kemudian digerus hingga homogen. Kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan, kemudian sampel diambil dan dianalisis di dalam alat spektrofotometri infra merah tersebut. Ditunggu hasil analisis berupa spektrum. Setelah hasil didapatkan, kemudian di print dan di interpretasikan.

LAMPIRAN GAMBAR

Proses Rotary EvaporatorHasil Uji Alkaloid (-)

Monoterpen sebelumMonoterpen sesudah (+)

Steroid SebelumSteroid Sesudah (+)

Keterangan :1. Uji Flavonoid (+)2. Uji Saponin (+)3. Uji Kuinon (+)4. Uji Polifenol (+)5. Uji Tanin (+)

Uji Penampak Bercak Lieberman Burchard (+) berwarna hijau kebiruan