laporan praktikum fistekpas

Upload: nadhila-benita-p

Post on 02-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    1/16

    LAPORAN PRAKTIKUM

    FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN

    ACARA III

    DAMPAK KERUSAKAN MEKANIS TERHADAP PROSES FISIOLOGIS

    Kelompok : 3Rombongan : 1

    Penanggung jawab :

    Nadhila Benita Prabawati (A1M013040)

    Ika Nurafni Friliyani (A1M013050)

    KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    PURWOKERTO

    2014

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    2/16

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok

    tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan

    persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut

    selanjutnya akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen.

    Panjang-pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca

    panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan.

    Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan

    komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan

    kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang

    rendah.

    Panen menentukan lama tidaknya masa simpan produk pertanian, kalau

    proses pemanenan yang bagus maka lama masa simpan produk pertanian juga

    relatif panjang dibandingkan proses pemanenan yang kurang baik. Produk

    pertanian hortikultura seperti buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan bahan

    hasil pertanian yang bersifat mudah rusak, mudah mengalami luka mekanis

    dibandingkan dengan bahan hasil pertanian yang berupa serealia. Hal ini

    disebabkan karena perubahan bentuk dan struktur produk hortikultura yang relatif

    lunak karena banyak mengandung air. Kerusakan mekanis bahan hasil pertanian

    termasuk buah-buahan dapat terjadi apabila penanganan saat panen dan pasca

    panen kurang diperhatikan. Pemetikan, sortasi (grading), pengemasan,

    pengangkutan yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan lepas panen. Luka

    mekanis dapat memacu laju kehilangan air dan bahan segar, sehinggamenyebabkan kerusakan jenis lain. Luka lecet merusak susunan jaringan pada

    permukaan dan memungkinkan aliran gas melalui bagian yang sudah rusak. Sifat

    mekanis yang menyebabkan kerusakan pada produk pertanian juga bisa terjadi

    saat proses pendistribusian, kalau tempat produk kurang sesuai maka produk yang

    satu dengan yang lain bisa berbenturan cukup keras dan menyebabkan memar

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    3/16

    pada produk. Oleh karena itu penanganan panen harus baik dan kerusakan produk

    secara mekanis dapat diminimalisir.

    B.

    Tujuan

    Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dampak

    kerusakaan mekanis buah-buahan terhadap proses fisiologisnya.

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    4/16

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa

    senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi (Lakitan, 2007). Respirasi

    merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi

    senyawa anorganik (Lovelles, 1997).

    Menurut Mikasari (2004), proses respirasi pada buah berguna sebagai

    petunjuk lama penyimpanan buah, semakin rendah laju respirasi memberikan

    umur simpan yang semakin panjang dan sebaliknya. Lebih lanjut, laju respirasi

    yang tinggi mempercepat batas penyimpanan buah yang ditandai oleh adanya

    kerusakan fisik pada buah seperti warna kulit menguning disertai bintik hitam

    yang semakin meluas dipermukaan kulit, aroma buah berubah menjadi asam dan

    buah menjadi lunak. Reaksi metabolisme akan mengakibatkan berubahnya sifat

    fisik dan kimia dari buah tersebut dan secara tidak langsung akan mempengaruhi

    kualitas buah. Sifat fisik yang berubah meliputi, warna ukuran, kekerasan dan

    rasio daging/kulit buah, sedangkan sifat kimianya yakni kandungan karbohidrat,

    gula, asam, rasa, aroma, vitamin.

    Siklus hidup buah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tahapan

    fisiologi yaitu pertumbuhan (growth), pematangan (ripening), dan pelayuan

    (senescence). Pertumbuhan melibatkan pembelahan sel dan diteruskan dengan

    pembesaran sel yang bertanggung jawab terhadap ukuran maksimal sel tersebut.

    Pematangan adalah kejadian dramatik dalam kehidupan buah karena mengubah

    organ tanaman dari matang secara fisiologis menjadi dapat dimakan serta terkait

    dengan tekstur, rasa dan aroma. Pematangan merupakan istilah khusus untuk buah

    yang merupakan tahap awal darisenescence. Senescencedapat diartikan sebagaiperiode menuju ke arah penuaan (ageing) dan akhirnya mengakibatkan kematian

    dari jaringan (Santoso dan Purwoko, 1995).

    Produk pertanian hortikultura seperti buah-buahan dan sayur-sayuran

    merupakan bahan hasil pertanian yang bersifat mudah rusak, mudah mengalami

    luka mekanis dibandingkan dengan bahan hasil pertanian yang berupa serealia.

    Hal ini disebabkan karena perubahan bentuk dan struktur produk hortikultura

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    5/16

    yang relatif lunak karena banyak mengandung air. Oleh karena itu, hasil

    hortikultura memerlukan penanganan yang lebih hati-hati. Kerusakan mekanis

    bahan hasil pertanian termasuk buah-buahan dapat terjadi apabila penanganan saat

    panen dan pasca panen kurang diperhatikan. Pemetikan, sortasi (grading),

    pengemasan, pengangkuran yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan

    lepas panen. Luka mekanis dapat memacu laju kehilangan air dan bahan segar,

    sehingga menyebabkan kerusakan jenis lain. Luka lecet merusak susunan jaringan

    pada permukaan dan memungkinkan aliran gas melalui bagian yang sudah rusak

    (Supriyanto, 2003).

    Perlindungan terhadap kerusakan fisik atau mekanis harus menjadi fungsi

    utama dari kemasan dalam upaya mempertahankan kualitas produk. Menurut

    Ahmad (2013) beberapa jenis kerusakan mekanis pada produk hortikultura dan

    penyebabnya dapat digolongkan menjadi tiga macam kerusakan berikut:

    1. Kerusakan akibat benturan: penyebabnya adalah perlakuan kasar terhadap

    produk (dijatuhkan atau dilemparkan), pengereman mendadak dalam

    kendaraan pengangkut, jalan berlubang yang dilalui kendaraan

    pengangkut, dan sistem suspensi kendaraan yang digunakan untuk

    mengangkut sudah tidak lagi berfungsi.

    2.

    Kerusakan akibat tekanan, penyebabnya adalah: bentuk kemasan yang

    terlaludalam, penumpukan yang melebihi daya dukung kemasan, dan

    pemuatan yang melebihi kapasitas kemasan. Kerusakan yang terjadi

    biasanya memar atau lecet permukaan, berubah bentuk, dan pecah pada

    buah-buahan dan sayuran atau patah pada beberapa jenis sayur daun.

    3. Kerusakan akibat goncangan: penyebabnya adalah pemuatan yang tidak

    penuh dan pengemasan yang tidak rapi selama pengangkutan produk(terlalu longgar sehingga produk bergesekan ketika kemasan diangkut).

    Kerusakan yang terjadi biasanya memar atau lecet permukaan, kulit

    terkelupas, dan pecah pada buah- buahan dan sayuran atau patah pada

    beberapa jenis sayur daun.

    Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2untuk memecah senyawa-

    senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    6/16

    hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2

    sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O

    (Willet al, 1982).

    Buah-buahan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan laju

    respirasinya, yaitu buah klimaterik dan buah non-klimaterik. Buah klimaterik

    adalah buah yang memiliki kenaikan laju respirasi ke tingkat yang paling tinggi

    sebelum pemasakan. Sebaliknya, buah non-klimaterik adalah buah yang tidak

    mengalami kenaikan atau perubahan laju respirasi. Atau dalam kata lain, buah

    klimaterik dapat pula diartikan sebagai buah yang cepat mengalami kerusakan

    atau pembusukan, sedangkan buah non-klimaterik adalah buah yang tidak mudah

    mengalami kerusakan pascapanen. Proses pematangan buah non-klimaterik terjadi

    saat buah masih berada pada pohonnya, sedangkan buah klimaterik akan cepat

    matang setelah buah dipanen (Winarno dan Aman, 1979).

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    7/16

    III.METODE PRAKTIKUM

    A. Alat dan Bahan

    Alat :

    Timbangan

    Nampan Styrofoam

    Bahan :

    Buah mangga

    Kentang

    B. Prosedur Kerja

    1. Kontrol

    setelah itu langsung disimpan dalam suhu kamar.

    Buah mangga dan kentang sabanyak satu butir masing masingditimbang dan diletakkan diatas nampan styrofoam yang telah

    diketahui beratnya.

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    8/16

    2. Jatuh bebas

    Disimpan dalam suhu kamar.

    Ditimbang lagi beratnya dan diletakkan diatas nampan styrofoamyang telah diketahui beratnya.

    Dijatuhkan dari ketinggian 2,5 meter sebanyak 5x dan 10x.

    Buah mangga dan kentang sebanyak dua butir masing masingditimbang.

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    9/16

    IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil pengamatan

    BahanHari ke 0 Hari ke 1

    Bobot Warna Tekstur Bobot Warna Tekstur

    Mangga kontrol 135.7 1 2 133.4 1 2

    Mangga jatuh 5x 166 1 3 164 1 3

    Mangga jatuh

    10x139.8 1 3 137.3 1 3

    Kentang kontrol 99.5 2 1 99.49 3 1

    Kentang jatuh 5x 77.2 3 2 75.2 3 3

    Kentang jatuh10x

    70.1 3 2 68.8 3 3

    BahanHari ke 2 Hari ke 3

    Bobot Warna Tekstur Bobot Warna Tekstur

    Mangga kontrol 131.31 1 2 130.29 1 2

    Mangga jatuh 5x 161.65 1 3 159.87 1 3

    Mangga jatuh

    10x135.37 1 3 133 1 4

    Kentang kontrol 99.3 3 1 98.6 3 1

    Kentang jatuh 5x 74.26 4 3 72.86 4 3

    Kentang jatuh

    10x68.29 4 3 64.72 4 4

    Keterangan :

    Berat awal mangga kontrol = 135.7 gram

    Berat awal mangga jatuh 5x = 166.9 gram

    Berat awal mangga jatuh 10x = 140 gram

    Berat awal kentang kontrol = 99.5 gram

    Berat awal kentang jatuh 5x = 77.5 gram

    Berat awal kentang jatuh 10x = 70.2 gram

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    10/16

    Parameter warna

    Kentang

    1. Sangat cerah

    2.

    Cerah

    3. Agak cerah

    4. Sedikit cerah

    5.

    Tidak cerah

    Mangga

    1.

    Hijau

    2. Hijau kekuningan

    3. Agak kuning

    4.

    Kuning

    5.

    Kuning kecoklatan

    6. Agak coklat

    7. Coklat

    Parameter tekstur :

    1. Sangat keras

    2.

    Keras

    3. Agak keras

    4. Sedikit keras

    5.

    Lunak

    Perhitungan susut bobot :

    a. Mangga kontol hari ke 0 =

    x100% = 0 %

    b.

    Mangga jatuh 5x hari ke 0 =

    x100% = 0.539 %

    c. Mangga jatuh 10x hari ke 0 =

    x100% = 0.85 %

    d.

    Mangga kontol hari ke 1=

    x100% = 1.69 %

    e. Mangga jatuh 5x hari ke 1 =

    x100% = 1.7 %

    f.

    Mangga jatuh 10x hari ke 1=

    x100% =1.9 %

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    11/16

    g.

    Mangga kontrol hari ke 2 =

    x100% = 3.2 %

    h. Mangga jatuh 5x hari ke 2 =

    x100% = 3.1 %

    i.

    Mangga jatuh 10x hari ke 2=

    x100% = 3.3 %

    j. Mangga kontrol hari ke 3 =

    x100% = 3.9 %

    k.

    Mangga jatuh 5x hari ke 3 =

    x100% = 4.2 %

    l. Mangga jatuh 10x hari ke 3=

    x100% = 5 %

    m. Kentang kontrol hari ke 0 =

    x100% = 0 %

    n.

    Kentang jatuh 5x hari ke 0 =

    x100% = 0.387 %

    o.

    Kentang jatuh 10x hari ke 0 =

    x100% = 0.142 %

    p.

    Kentang kontrol hari ke 1 =

    x100% = 0.01 %

    q. Kentang jatuh 5x hari ke 1 =

    x100% = 2.96 %

    r. Kentang jatuh 10x hari ke 1=

    x100% = 1.99 %

    s. Kentang kontrol hari ke 2 =

    x100% = 0.2 %

    t. Kentang jatuh 5x hari ke 2 =

    x100% = 4.18 %

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    12/16

    u.

    Kentang jatuh 10x hari ke 2=

    x100% = 2.72 %

    v.

    Kentang kontrol hari ke 3 =

    x100% = 0.904 %

    w.

    Kentang jatuh 5x hari ke 3 =

    x100% = 5.9 %

    x. Kentang jatuh 10x hari ke 3=

    x100% = 7.8 %

    B.

    Pembahasan

    Praktikum kali ini menggunakan dua jenis buah yaitu mangga dan

    kentang. Mangga dan kentang yang digunakan masing-masing sejumlah tiga buah,

    satu buah digunakan untuk kontrol atau tidak mendapat perlakuan apapun, satu

    buah dijatuhkan dari ketinggian 2,5m sebanyak 5 kali, dan satu buah lagi

    dijatuhkan dari ketinggian 2,5m sebanyak 10 kali. Setelah mendapat perlakuan,

    seluruh buah disimpan pada suhu kamar. Kemudian diamati perubahan warna,

    tekstur, dan susut bobot pada hari ke-0 sampai hari ke-3.

    a. Warna

    Sejak hari ke-0 hingga hari ke-3 dengan perlakuan apapun, mangga tetap

    berwarna hijau atau tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pada kentang, hari

    ke-0 semua perlakuan berwarna agak cerah. Tetapi pada kentang kontrol, hari ke-

    1 sampai ke-3 warnanya berubah menjadi agak cerah. Kentang yang dijatuhkan

    baik 5 kali maupun 10 kali pada hari ke-2 dan ke-3 warnanya berubah menjadi

    sedikit cerah. Hal ini berarti bahwa kerusakan mekanis dapat mempercepatperubahan warna pada buah.

    b. Tekstur

    Mangga kontrol, kentang kontrol, dan mangga yang sudah dijatuhkan 5

    kali tidak terjadi perubahan tekstur selama penyimpanan tiga hari. Tetapi kentang

    yang dijatuhkan 5 dan 10 kali serta mangga yang dijatuhkan 10 kali mengalami

    perubahan tekstur selama tiga hari penyimpanan. Mangga yang dijatuhkan 10 kali

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    13/16

    pada hari ke-3 teksturnya berubah menjadi sedikit keras dari yang semula agak

    keras. Kentang yang dijatuhkan 5 kali mengalami perubahan tekstur mulai hari

    ke-1 menjadi agak keras dari yang semula keras. Kentang yang dijatuhkan 10 kali

    mengalami perubahan tekstur pada hari ke -1 dan ke-3. Pada hari ke-1 teksturnya

    berubah menjadi agak keras dari yang semula keras, kemudian pada hari ke-3

    berubah lagi menjadi sedikit keras. Hal ini sesuai dengan Supriyanto, 2003 bahwa

    kerusakan mekanis dapat merusak susunan jaringan sehingga buah mengalami

    perubahan tekstur yang semula keras menjadi lunak.

    c. Susut Bobot

    Pada hari ke-0, baik mangga maupun kentang kontrol tidak mengalami

    susut bobot karena tidak mendapatkan perlakuan apapun. Sedangkan mangga

    yang dijatuhkan 5 kali mengalami susut bobot sebanyak 0,539%, dan yang

    dijatuhkan 10 kali sebanyak 0,85%. Pada kentang yang dijatuhkan 5 kali

    mengalami susut bobot sebanyak 0,387%, dan yang dijatuhkan 10 kali sebanyak

    0,142%. Selama penyimpanan sampai hari ke-3, tiap perlakuan mengalami susut

    bobot yang cukup nyata kecuali kentang kontrol. Kentang kontrol mengalami

    susut bobot 0,904% sampai hari ke-3. Sedangkan perlakuan yang lain yaitu

    mangga kontrol sebanyak 3,9%, mangga yang dijatuhkan 5 kali sebanyak 4,2%,

    mangga yang dijatuhkan 10 kali sebanyak 5%, kentang yang dijatuhkan 5 kali

    sebanyak 5,9%, dan kentang yang dijatuhkan 10 kali sebanyak 7,8%. Dari data

    tersebut dapat diketahui bahwa kerusakan mekanis yang semakin parah

    menyebabkan susut bobot yang semakin besar. Menurut Supriyanto, 2003 susut

    bobot dapat terjadi akibat kerusakan mekanis karena buah dapat kehilangan air

    dan gas-gas melalui permukaan yang mengalami kerusakan.

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    14/16

    V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Kerusakan mekanis yang terjadi pada buah-buahan atau sayuran dapat

    mempengaruhi proses fisiologisnya yang terlihat dari parameter seperti warna,

    tekstur, dan susut bobot. Semakin besar kerusakan mekanis yang terjadi pada buah

    atau sayur (dalam praktikum ini mangga dan kentang) maka semakin besar

    perubahan yang terlihat dari parameter tersebut.

    B. Saran

    Sebaiknya praktikan yang melakukan pengamatan hanya satu orang

    sehingga tidak mengalami perbedaan persepsi terhadap parameter pengamatan

    seperti warna dan tekstur. Dan sebaiknya praktikan lebih berhati-hati ketika

    menimbang agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan susut bobot.

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    15/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad U. 2013. Teknologi Penanganan Pasca Panen Buahan dan Sayuran. Graha

    Ilmu, Yogyakarta (ID).

    Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar

    Dasar Fosiologi Tumbuhan. Rajawali Pers.

    Jakarta.

    Loveless A.R. 1987. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.

    Gramedia. Jakarta.

    Mikasari, Wilda. 2004. Kajian Penyimpanan dan Pematangan Buah Pisang Raja

    (Musa paradisiaca var Sapientum L.) dengan Metode Pentahapan Suhu.

    Tesis. Pasca Sarjana. Bogor.

    Santoso B.B dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen

    Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia University Project, Universitas

    Mataram.

    Supriyanto, Gani dan Hano Hanafi. 2003. Analisis tinggi tumpukan dan lama

    penggetaran terhadap kerusakan mekanis buah apel dalam kemasan peti

    kayu. Prosiding Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mendukung

    Agribisnis.

    Winarno, F.G. dan M. Aman. 1979.Fisiologi Lepas Panen. Sustra Hudaya. Bogor

    Willet H.P., Joklik W.K., Amos D.B., Wilfret C.M. 1992. Zinsser Microbiology.

    Appleton and Lange : California.

  • 8/10/2019 laporan praktikum fistekpas

    16/16

    LAMPIRAN