laporan praktikum apikultur

36
LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR Oleh : Eka Puspita Mirasari B1J006135 Evy Tyas Fatiana B1J006139 Suryati B1J006140 Fefi Febriani Indah Sari B1J006143 Tri Nofrianto B1J006148 Siti Maryam B1J006187 Aziz Rokhman W B1J006193

Upload: urie666

Post on 25-Jun-2015

642 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Oleh :

Eka Puspita Mirasari B1J006135Evy Tyas Fatiana B1J006139Suryati B1J006140 Fefi Febriani Indah Sari B1J006143Tri Nofrianto B1J006148Siti Maryam B1J006187Aziz Rokhman W B1J006193

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTURMemindahkan Koloni Lebah Madu dari Glodog ke Stup

Oleh :

Eka Puspita Mirasari B1J006135Evy Tyas Fatiana B1J006139Suryati B1J006140 Fefi Febriani Indah Sari B1J006143Tri Nofrianto B1J006148Siti Maryam B1J006187Aziz Rokhman W B1J006193

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebah mempunyai kecenderungan untuk menempatkan anak-anaknya pada

bagian bawah sarang sedekat mungkin dengan lubang masuk (rumah lebah)

persediaan madunya di bagian atas di kelilingi anak-anaknya. Lebah mempunyai

kecenderungan untuk menjaga jarak yang sama antara sarang-sarangnya, yang

dikenal dengan jarak lebah. Dengan demikian, apabila kita akan membuat rumah

lebah, maka jarak lebah  tersebut harus dijadikan patokan dalam pembuatan bingkai-

bingkainya. Pada Lebah Indonesia (Apis cerana javanica) jarak lebah tersebut adalah

28 mm. Di beberapa daerah lebah dipelihara dalam "glodok-glodok", yaitu batang

pohon yang tengahnya dilubangi, dibelah memanjang menjadi dua bagian sama besar

dan didalam belahan kayu tersebut lebah-lebah akan menempelkan sarangnya pada

bagian atasnya.

Metode tradisional ini biasa dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan

membuat sarang lebah dari kayu kelapa atau kayu randu (glodok) dengan meniru

rumah-rumah lebah. Batang yang digunakan berbentuk silinder berukuran panjang

80-100 cm yang dibelah dua dengan diameter 12 cm. Bagian tengah diambil

sebagian isinya agar kayu dapat ditutup dan terdapat rongga pada bagian dalamnya.

Glodok digantung disamping rumah atau pohon yang besar. Biaya yang diperlukan

untuk melakukan teknik ini hampir tidak ada atau lebih rendah karena bahan-bahan

yang digunakan berasal dari alam.

B.Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :

1. Mampu membalik glodok berisi koloni lebah madu dengan baik

2. Meletakkan posisi glodok yang berisi lebah dengan tepat terhadap letak stup

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah rafiah, cutter, sikat

atau kuas dan masker muka. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah glodok

berisi lebah madu dan stup kosong.

B.Metode

Cara kerja praktikum ini adalah :

1. Letakkan stup dalam kedudukan lebih kurang 35 cm dari tanah

2. Diambil 3-5 bingkai bagian dalam

3. Buka bagian atas stup

4. Letakkan glodok berisi koloni disebelah stup

5. Diangkat secara hati-hati glodok bagian atas, kemudian dibalik ( diusahakan

koloni lebah terang)

6. Letakkan ujung glodok tepat dipintu stup

7. Diusahakan posisi glodok 450 terhadap permukaan tanah

8. Biarkan lebah naik ke stup

9. Pada glodok yang ditinggalkan, sisir sarang dipotong dan diukur dengan lebar

bingkai

10. Talilah sisir sarang pada bingkai menggunakan rafia

11. Setelah 3-5 bingkai selesai dipasang sisir sarang, tutuplah stup

12. Biarkan lebih kurang 5 menit agar koloni tenang

13. Rapatkan pada lokasi yang terlindung dari panas

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Teknik budidaya lebah modern tidak menggunakan glodok yang terbuat dari

batang pohon kelapa. Petani lebih sering memakai stup. Stup merupakan tempat

(kotak) tinggal koloni lebah yang terbuat dari kayu dengan ketebalan 2 cm. Kayu

yang digunakan sebaiknya tidak berbau, tahan lama dan mudah didapat. Ukuran

panjang stup 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 26 cm. Di dalam stup terdapat frame

yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sarang sepanjang 48 cm, lebar 3 cm dan

tinggi 23 cm. Dengan bentuk sarang seperti ini, pemeriksaan koloni dan sisiran

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

mudah serta bisa dilakukan setiap saat. Lalu, disediakan fondasi sarang, penyekat

ratu, kurungan ratu, mangkokan ratu dan bingkai stimulasi yang bertujuan

mempercepat pembangunan sarang. Fondasi sarang dilekatkan pada frame. Adapun

penyekat ratu digunakan untuk menahan ratu agar tidak naik ke kotak di atas atau

kabur. Kurungan ratu digunakan untuk melindungi ratu atau mengenalkan ratu

kepada koloni. Mangkokan ratu digunakan untuk menempatkan calon-calon ratu

baru. Sarang yang baik dilengkapi bingkai stimulasi untuk digunakan sebagai wadah

makanan tambahan ketika paceklik. Selain itu dibutuhkan pengasap (smoker),

masker, pengungkit, sarung tangan dan sikat lebah. Pengasap digunakan untuk

menjinakkan lebah saat sisiran diangkat. Masker dan sarung tangan berguna

melindungi kulit dari serangan lebah. Pengungkit untuk mengangkat sisiran yang

melekat ke stup. Sikat lebah digunakan untuk menghalau lebah pada sisiran ketika

dipanen

Cara Pemindahan Lebah Madu Kedalam Stoep

1. Dari glodok/klutuk (batang kelapa yang dibuat rongga/lubang)

a). Pada umumnya lebah menyenangi tempat di bagian atas pada sebuah

klutuk dan gelap.

b). Dalam satu klutuk bisa lebih dari 1 sarang atau koloni.

c). Untuk memindahkanya, ambil klutuk yang bagian atas (yang ada

lebahnya) dengan pelan pelan dan sebelumnya stoep disiapkan terlebih

dahulu ditempatkan pada suatu tempat (hanya bagian kotak utamanya dan

tutut atas). Untuk frame diambil 2 atau 3 saja.

d). Setelah Stoep siap,klutuk yang telah diambil dibuka dan dibalik pelan-

pelan tepat dibawah stoep dan dengan pelan dan halus klutuk diketukketuk

untuk mempercepat pemindahan lebah

tersebut kedalam stoep.

e). Setelah pindah semua sisiran yang tertinggal diambil beberapa potong dan

dengan tali raffia /benang diikat pada 23 frame yang telah diambil selanjutnya

masukan kwedalam stoep.

f). supaya betah diberi makanan tambahan berupa cairan gula pasir/gula

jaawa

2. Dari alam/umah /koloni alami (pohon,gua/goronggorong, rumah pendudukan)

a). Dalam rongga pohon yang menghadap /berada diatas

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Dalam hal ini apabila pohon tersebut bagian atasnya tidakberlubang. Untuk

ini dibuat lubang kecil dengan garis tengah 1 cm yang tepat dibagian bawah

sisiran yang tepat dibagian bawah sisiran ini dan ini perlu diukur terlebih

dahulu berapa kedalamanya / terdapatnya koloni.

Setelah terbuat lubang kecil dengan diameter 1 cm maka kita

sediakan besek kecil/pithi dan bagian atasnya diolesi cairan gula atau madu,

kemudian ditutupkan tepat menutupi lubang kecil tersebut.

Agar lebah pindah dari sarangnya kita ganggu sedikit dengan asap obat

nyamuk atau rokok lebah akan lari mencari yang gelap dan ke atas. Karena

pada lubang bagian atas ditutup besek kecil yang gelap.

Setelah terkumpul didalam besek, bisa langsung dipindahkan ke stoep yang

tersedia. Cara hampir sama dengan pemindahan dari klutuk, hanya berbeda

pada waktu membalik. Besek dibalik langsung di bawah stoep. Ada bagian

yang ditindih stoep.

Sisiran yang ada di rongga pohon sebagian diambil dan diikatkan pada frame

yamg kosong dari stoep yang baru.

Selanjutnya setelah seluruh lebah berpindah semuanya dengan hati-hati

stoep dipindahkan ketempat yang telah tersedia.

Selama 3 hari diberi makanan tambahan

b). Dari gua, gorong-gorong, dan rumah penduduk.

pada prinsipnya sama dengan pemindahan dari rongga pohon.

Selama 3 hari diberi makan tambahan

KESIMPULAN

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebah mempunyai kecenderungan untuk menempatkan anak-anaknya pada

bagian bawah sarang sedekat mungkin dengan lubang masuk (rumah lebah)

persediaan madunya di bagian atas di kelilingi anak-anaknya.

2. Pemindahan koloni lebah dari glodok ke dalam stup sebaiknya dilakukan di

tempat yang sama dan dilakukan sore hari.

3. Usahakan pemindahan lebah dilaksanakan setelah matahari terbenam,

sehingga semua koloni lebah sudah berada dalam sarangnya.

DAFTAR REFERENSI

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Anonim. 2008. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegalhttp://sakuriw.files.wordpress.com/2008/05/budi_daya_lebah.pdf. Diakses Tanggal 7 Januari 2010

ANONIM . 2007. KHASIAT MADU DI KORAN PAK OLES

http://maduterapi.blogspot.com/2007/12/2-peralatan-budidaya-lebah-madu.html. Diakses Tanggal 7 Januari 2010

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Mengenal Bentuk Sarang Alamiah (glodog) dan Stup Lebah Madu

Oleh :

Eka Puspita Mirasari B1J006135Evy Tyas Fatiana B1J006139Suryati B1J006140 Fefi Febriani Indah Sari B1J006143Tri Nofrianto B1J006148Siti Maryam B1J006187Aziz Rokhman W B1J006193

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

I. PENDAHULUAN

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

A. Latar Belakang

Budidaya lebah madu akan berhasil jika lingkungan setempat sangat

mendukung, yaitu tersedia banyak tanaman berbunga/penghasil nektar dan pollen

serta cukup cadangan makanan lainnya. Penanganan yang serius, tekun, sabar

menjaga kebersihan juga merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan upaya

tersebut disamping tersedianya bibit atau lebah madu yang cukup tersedia di sekitar

lingkungan. Lebah madu yang hidup liar di sekitar dapat ditingkatkan hasil perolehan

madu manakala dikelola dengan baik melalui cara praktis budidaya lebah madu yang

mana dalam pengelolaan ini tentu saja bisa kita panen dengan sistem berkala.

Dengan pengelolaan yang baik secara berkala bisa diketahui kapan waktunya satu

koloni dengan koloni yang lain saatnya panen.

Lebah madu sering kita jumpai di sekitar tempat tinggal, di rumah tempat

tinggal ( atap / genteng, eternit ), di pohon sekitar rumah terutama pada batang pohon

yang berlubang, bahkan kadang dijumpai di tiang listrik, dan di gorong – gorong.

Lebah madu akan berkembang biak dan mempunyai koloni yang besar / individu

yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat mendukung.

B.Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :

1. Membedakan glodog dingin dan panas

2. Membuat glodok untuk menangkap lebah madu liar di alam

3. Menyebutkan bagian stup dan fungsinya masing-masing

II. MATERI DAN METODE

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

B. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mistar (cm).

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah glodok randu atau kelapa dan stup

Unsoed.

B.Metode

Cara kerja praktikum ini adalah :

1. Diambil glodog randu atau kelapa, dibalik secara perlahan-lahan, koloni

diusahakan tidak bubar

2. Diamati lebah sisir sarang terhadap pintu masuk (tegak lurus atau menyerong)

3. Diukur volume glodok bagian dalam bandingkan dengan volume stup

4. Bandingkan pula jumlah sisir sarang diantara kedua sarang lebah tersebut.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

A.Hasil

Gambar 1. stup/rumah lebah madu

Keterangan :1. Tinggi stoep minimal 22 – 30 cm2. Panjang 30 40 cm3. Lebar menyesuaikan jumlah frame tempat sisiran

Gambar 2. Stup tampak dari atas

Gambar 3. Bentuk Frame/sisiran

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Gambar 4. Contoh penempatan stup lebah madu

B. Pembahasan

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa lebah madu merupakan insekta

yang memiliki banyak kegunaan yang sangat bermanfaat bagi manusia. Namun

bagaimana untuk membudidayakan lebah madu tersebut dengan mempertimbangkan

metode yang akan digunakan. Untuk beternak lebah madu terdapat dua metode yang

dapat digunakan, yaitu metode tradisional dan metode stup. Keduanya mempunyai

keunggulan dan kekurangan yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai

kedua metode tersebut.

1. Metode tradisional

Metode tradisional ini biasa dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan

membuat sarang lebah dari kayu kelapa atau kayu randu (glodok) dengan meniru

rumah-rumah lebah. Batang yang digunakan berbentuk silinder berukuran panjang

80-100 cm yang dibelah dua dengan diameter 12 cm. Bagian tengah diambil

sebagian isinya agar kayu dapat ditutup dan terdapat rongga pada bagian dalamnya.

Glodok digantung disamping rumah atau pohon yang besar. Biaya yang diperlukan

untuk melakukan teknik ini hampir tidak ada atau lebih rendah karena bahan-bahan

yang digunakan berasal dari alam.

2. Metode stup

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Stup jenis MD (modified dadants) adalah sarang yang dipergunakan untuk

budidaya lebah madu, stup ini berisi delapan buah sisiran sarang dengan satu buah

feeder frame tempat meletakkan larutan gula.

Cara membuat stup MD (modified dadants) yang terbuat dari kayu albasia atau randu

dengan ukuran lebar 40 cm x 50 cm, tinggi 25 cm x 2 cm. Bagian-bagiannya terdiri

dari:

1. Bagian dasar (alas) kotak, yang berfungsi sebagai pintu keluar masuk lebah.

2. Bagian sarang penelur, yang berfungsi untuk memperbanyak jumlah koloni.

3. Penyekat ratu, berperan untuk mencegah lebah ratu berkeliaran ke kotak

pembuatan royal jelly pada kotak super.

4. Kotak sarang madu, berfungsi khusus untuk pembuatan royal jelly.

5. Penyekat kassa, diletakkan di bawah penutup stup fungsinya untuk memudahkan

pengontrolan.

6. Penutup stup yang dilapisi seng, fungsinya agar stup tidak basah ketika terkena air

hujan.

7. Feeder frame adalah tempat meletakkan larutan gula pada musim paceklik.

Terbuat dari triplek dengan ketebalan 3 mm bagian bawah,samping kanan kiri

semuanya tertutup rapat. Bentuk feeder frame serupa dengan sisiran sarang.

8. Frame, terdiri dari frame penelur, frame royal jelly, frame perbanyakan lebah ratu,

frame menyimpan madu.

9. Alat perangkap tepung sari (pollen craft), diletakkan dipintu masuk agar serbuk

sari yang dibawa oleh lebah madu tersangkut dan ditampung.

Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan

dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu tetap stabil. Bahan yang

digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm (Anonim, 2008)

Cara pembuatan stup lebah

Pertama, dibuat kotak dari papan setebal 2 cm - 2,5 cm ukuran bagian dalam

34 cmx 7,5 cm. Bagian depan berukuran 28 cmx 7,5 cm. Di bagian bawahnya dibuat

lubang berukuran 5 cm x 1 cm untuk pintu masuk lebah. Kotak penutup alas

berukuran 40 cm x 24 cm.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Kotak peneluran dibuat dengan ukuran bagian dalam 34 cm x 18 cm x 13 cm.

Bagian luar diberi bilah penghalang berkeliling dengan lebar 10 cm, ditempelkan

pada kotak selebar 4 cm sehingga tersisa 6 cm yang berfungsi sebagai penyambung

antar kotak peneluran dan kotak dasar. Dibagian dalam kotak peneluran pada sisi

bidang 18 cm diberi lubang sebesar 3,7 mm. Dibagian bawah sebelah luar diberi

papan tenggeran yang berguna untuk bertengger sementara lebah pekerja sebelum

masuk atau keluar.

Disalah satu dinding samping dibuatkan pintu untuk memudahkan perawatan.

Engsel- engsel pintu dipasang ditepi bagian atas kotak, dengan demikian pintu dapat

di buka dan ditutup.

Kotak sarang madu berukuran 34 cm x 18 cm x 15 cm. Cara pembuatan sama

dengan kotak penelur, lengkap dengan lebang keluar masuk, bilah penghalang, bilah

penggantung dan pintu.

Antara kotak penelur dan kotak sarang madu dibuatkan penyekat penghalang

dari kassa berukuran 34 cm x 18 cm, yang berfungsi untuk menghalangi lebah ratu

masuk kedalam kotak madu tetapi lebah pekerja dapat leluasa melewati kassa

tersebut.

Setelah pembuatan kotak madu selesai dibuat, dilanjutkan dengan pembuatan

bingkai ( frame ) untuk sisiran sarang lebah. Ukuran disesuaikan dengan kotak

peneluran dan sarang madu. tebal bingkai 1 cm dan lebar 2 cm. Bingkai yang

menggantung dalam kotak dibuat menonjol ke kanan dan ke kiri sepanjang 1 cm.

Dengan demikian bilah – bilah bingkai ( frame ) akan berjejer 8 buah dengan jarak

sisiran 2 cm. Diatas bingkai- bingkai kotak sarang madu tepatnya dibawah penutup

kotak diberi penyekat kassa agar semua lebah tidak dapat naik. Pada bagian luar

penutup kotak madu di beri tutup terbuat dari seng agar terlindungi dari hujan dan

panas. Di bawah tutup kotak harus terdapat ventilasi agar uap air sisa pernapasan

lebah dapat menguap dengan cepat agar tidak merusak sisiran sarang lebah madu.

Oleh karena itu di bawah penutup kotak diberi kassa persegi empat agar sirkulasi

udara bagus dan mencegah kaburnya lebah madu (Anonim, 2008)

Kualitas produk yang dihasilkan

Metode yang digunakan dalam beternak tidak hanya mempengaruhi kuantitas

madu dan produk-produk lebah madu, melainkan juga kualitas yang akan diperoleh.

Pada metode tradisional peternak menggunakan glodok yang mempunyai diameter

12 cm. Hal tersebut menyebabkan kematangan madu tidak dapat diketahui dengan

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

tepat dan kelembaban udara di dalam glodok tinggi, sehingga madu yang terdapat di

dalamnya mempunyai kadar air 23%-25%. Sedangkan pada teknik stup, bagian atas

stup yang lebar dan mudah dibuka dan ditutup menimbulkan sirkulasi udara yang

lebih bagus sehingga kelembaban sarang bisa dikurangi. Selain itu penyekat kassa

yang terdapat di bawah penutup stup memudahkan pengontrolan sehingga dapat

diketahui tingkat kematangan madu. Tingginya kadar air memepengaruhi kualitas

madu tersebut, semakin rendah kadar air yang terkandung di dalam madu maka

semakin tinggi kualitasnya. Kadar air yang diperbolehkan untuk diekspor adalah

sebesar 17%.

Stup lebah dapat juga ditempatkan pada rak-rak yang dibuat dari bahan

bambu dengan bagian atasnya diberi atap dari anyaman bambu ditutup dengan

plastik. Stup dapat ditempatkan di atas rak dengan jarak 50 cm, dan rak bambu

tersebut dapat dibuat 2 tingkat.

Tabel . 1 Perbandingan kedua metode

No.TRADISIONAL STUP

1. Produk dapat rusak Kerusakan diminimalisir

2. Tidak efisien Efisien

3. Tidak efektif Efektif

4. Sulit mengontrol gangguan hama dan

tingkat kematangan madu

Mudah dilakukan pengontrolan

hama dan tingkat kematangan

madu

5. Kadar air tinggi Kadar air rendah

6. Rasa berubah Rasa tetap

7. Perawatan sulit Perawatan mudah

8. Produk kurang hygienis Hygienis

(Anonim, 2008)

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Metode yang digunakan dalam beternak tidak hanya mempengaruhi kuantitas

madu dan produk-produk lebah madu, melainkan juga kualitas yang akan

diperoleh.

2. Metode tradisional ini biasa dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan

membuat sarang lebah dari kayu kelapa atau kayu randu (glodok) dengan

meniru rumah-rumah lebah.

3. Stup jenis MD (modified dadants) adalah sarang yang dipergunakan untuk

budidaya lebah madu, stup ini berisi delapan buah sisiran sarang dengan satu

buah feeder frame tempat meletakkan larutan gula.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

DAFTAR REFERENSI

Anonim, 2008. Karya Tulis Lebah Madu.http://indonesia-sinarmatahari.blogspot.com/2008/06/karya-tulis-lebah-madu.html. Diakses Tanggal 7 Januari 2010

Anonim. 2008. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegalhttp://sakuriw.files.wordpress.com/2008/05/budi_daya_lebah.pdf. Diakses Tanggal 7 Januari 2010

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTURMengenal Bentuk Sisir Sarang Lebah Madu

Oleh :

Eka Puspita Mirasari B1J006135Evy Tyas Fatiana B1J006139Suryati B1J006140 Fefi Febriani Indah Sari B1J006143Tri Nofrianto B1J006148Siti Maryam B1J006187Aziz Rokhman W B1J006193

LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2010

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel sisir sarang adalah tabung silindris dengan bentuk heksagonal (permukaan

segi enam) terletak menempel pada 1 bidang lilin/malam sehngga membentuk sisir

sarang. Setiap sel-sel tersebut diletakkan satu dengan yang lain secara rapi

menggunakan propolis dan disusun pada kedua sisinya sehingga bangunan sel

tersebut terletak berhadapan. Isi dari setiap sel sangat kecil yaitu kurang dari 0,25 cc.

Setiap sel sisir sarang mempunyai panjang sisi-sisi heksagonal antara 4,0 mm-5,0

mm

B.Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :

1. Membedakan dengan bentuk sel ratu, sel jantan dan sel pekerja serta sel

madu/sel polen

2. Menyebutkan fungsi dan letak dalam sisir lebah masing-masing sel di atas

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

II.MATERI DAN METODE

A.Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mistar (cm), gelas

ukur, hand counter dan busur derajat. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum

adalah sisir sarang yang berisi lebah anakan, polen madu dan sel ratu.

B.Metode

Cara kerja praktikum kali ini adalah :

1. Letakkan sisir sarang lebah di atas meja preparat

2. Hitunglah jumlah sel ratu yang ada pada sisir sarang

3. Menggunakan hand counter, hitung pula jumlah sel yang berisi polen, madu

dan sel pekerja serta lebah jantan

4. Sel yang ditutup dihitung lilin dengan melihat lilin penutupnya, bila

membentuk kubah, kelompokkanlah ke dalam sel jantan, bila tutup lilin rata,

kelompokkan ke dalam sel pekerja

5. Sel pollen dihitung dengan melihat isi sel yaitu polen tumbuhan

6. Hitunglah sudut yang paling banyak digunakan tempat menempelkan sel ratu

dari titik pusat lingkaran sisir sarang menggunakan busur derajat

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil

Sel calon ratu

Keterangan :

Sarang dengan beberapa sel

ratu di bawahnya

(sel calon ratu berada di pinggir sisiran dg posisi

menggantung)

Sel Ratu

Keterangan :

bentuk seperti kacang

dibangun disaat tertentu

digunakan hanya sekali

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Larva Lebah Ratu

Keterangan :

Larva lebah selama 4 hari

namun calon ratu lebah

mendapakan asupan royal

jelly terus menerus.

Sel Lebah Jantan

Keterangan :

Bentuk seperti kubah dengan

titik hitam di puncaknya

Sel Lebah Pekerja

Keterangan :

Sel berukuran kecil,

digunakan untuk menetaskan

telur-telur calon lebah

pekerja

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

Sel Madu dan Sel Anakan

Keterangan :

Sel madu berada di atas

sarang dan sel anakan di

bagian bawah sarang

Sel Pollen

Keterangan :

Sel berwarna kuning karena

telah berisi polen

B.Pembahasan

Pada sel-sel yang telah tertutup berisi :

Pupa lebah madu, sedangkan sel-sel yang tidak tertutup berisi larva maupun telur

dalam berbagai umur ataupun berisi makanan (polen dan madu). Atas dasar isi dan

ukuran, fungsi sel sisir sarang dapat dibagi dalam :

1. Sel ratu :

Merupakan sel sisir sarang yang berukuran paling besar, sel-sel ini dibangun

dibagian bawah sisir sarang meskipun kadang-kadang dibangun di tengah

sisir sarang (Praktiknyo, 1986). Sel-sel ini berisi larva-larva calon ratu dan

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

terletak lebih menonjol, berbentuk seperti kacang tanah. Sel-sel tersebut tidak

selalu ditentukan pada setiap sisir sarang (Siswowijoto, 1991).

2. Sel jantan :

Ukuran lebih kecil dari sel ratu, volume kurang lebih 5 mm3, berisi larva-

larva calon lebah jantan. Pada stadium pupa sel akan ditutup dengan

lilin/malam menyerupai bentuk kubah dengan titik hitam dipuncaknya. Sel ini

dapat pula diisi madu sehingga sel jantan tidak selalu ditemukan pada setiap

sisir sarang (Siswowijoto, 1991).

3. Sel pekerja :

Merupakan sel yang berukuran paling kecil (± 4 mm2), digunakan utnutk

menetaskan telur-telur calon lebah pekerja. Kadang-kadang sel ini diisi

dengan polen, jumlah sel merupakan jumlah yang terbanyak. Masa pupa, sel

ini ditutup dengan malam dengan struktur rata dengan permukaan. Kehadiran

pupa dan sel-sel pekerja memberikan petunjuk bahwa koloni masih

berkembang baik atau ratu masih produktif (Siswowijoto, 1991).

4. Sel madu :

Merupakan sel yang digunakan sebagai tempat menyimpan madu, berukuran

hampir sama dengan sel jantan tetapi lebih besar dari sel pekerja. Pada

umumnya sel ini lebih dalam, berdinding lebih tebal dengan lubang

menghadap ke atas. Kebanyakan sel-sel ini ditempatkan di bagian atas dari

sisi sarang, apabila sudah penuh, sel-sel madu akan ditutup dengan propolis

(Siswowijoto, 1991).

5. Sel tepung sari :

Ukurannya lebih kecil dari sel-sel pekerja. Bila telah diisi dengan polen

warna sel tersebut menjadi kuning karena adanya tepung sari.

6. Sel penghubung :

Merupakan sel-sel yang dibangun pada tempat-tempat tertentu dengan tujuan

untuk memudahkan aktifitas lebah sehari-hari. Paling banyak terdapat antara

dua sisir sarang yang memiliki jarak terlalu jauh (>> 9 mm) (Darsono, 1985).

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dapat membedakan bentuk sel ratu, sel jantan dan sel pekerja serta sel

madu/sel polen pada lebah madu.

2. Sel-sel yang tidak tertutup berisi larva maupun telur dalam berbagai umur

ataupun berisi makanan (polen dan madu).

3. Sel-sel tersebut diletakkan satu dengan yang lain secara rapi menggunakan

propolis dan disusun pada kedua sisinya sehingga bangunan sel tersebut

terletak berhadapan.

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM APIKULTUR

DAFTAR REFERENSI

Darsono. 1985. Lebar Sisiran dan Jarak antar Sisiran Lebah Madu Lokal (Apis indica). Skripsi Fak. Biologi Unsoed Purwokerto.

Praktiknyo. H. 1986. Pengaruh pemotongan sisir sarang terhadap pemunculan Sel Ratu Lebah Madu Lokal (Apis indica). Skripsi Fak. Biologi Unsoed Purwokerto.

Siswowijoto, A. 1991. Bahan kuliah Lebah Madu (Apis cerana L). PAU Bidang Hayati ITB, Bandung.