laporan praktikum
DESCRIPTION
laporan tugasTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AKUAKULTUR
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Asisten :
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013
LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR AKUAKULTUR
Disusun oleh :Kelompok 8
Anggota Kelompok :
SAMUEL SEPTIAN SITANGGANG
135080300111114
JODHY RIZKIANDA PUTRA135080301111032
ROYAN ROSTA RINGGA135080300111112
MOGA BEKTI FITRIYANI
135080301111028
AQILATUL BADZLIYAH
135080301111068
PROGRAM TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan kesempatan, bimbingan, serta kekuatan kepada kami sehingga dapat
menimbah ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan laporan praktikum mata
kuliah Dasar-dasar Aquaculture.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak memperoleh bantuan moral
maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
selaku penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua
pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum mata kuliah Dasar-dasar
Aquaculture ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
menerima dengan senang hati segala bentuk saran yang bersifat membangun.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan bagi
pembaca pada umumnya.
Malang, Desember 2013
Tim Penyusun
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 17.000 pulau yang memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 kilometer yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada.wilayah pesisir laut Indonesia yang beragam Sumber Daya alam, sebagian belum dimanfaatkan secara optimal, diantaranya potensi sumber daya perikanan laut yang Diperkirakan sebesar 6,18 juta ton/tahun , baru dimanfaatkan, 58,5% ( Aziz et al, 1998)
Kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka wajar usaha dibidang perikanan terutama ikan air tawar sangat dipacu untuk pengembangannya, pengembangan budidaya ikan air tawar terus diupayakan untuk meningkatkan kontribusi pada pembangunan perikanan dalam rangka memenuhi ketersedian bahan pangan protein hewani. Peningkatan produksi perikanan memerlukan pengembangan sumberdaya alam yang optimal. Pengembangan sumberdaya alam tidak hanya terbatas pada krawa, perairan payau (tambak, hutan bakau),dan perairan laut. Perairan umum tersebut tersebut sangat berpotensi untuk kolam pembesaran sehingga memungkinkan untuk perluasan lahan perikanan. Untuk mendukung usaha budidaya ikan diperairan umum, metode yang dapat digunakan dalah metode jala apung, karamba, dan hampang. Penggunaan metode tersebut tentu saja harus disesuaikan dengan jenis perairannya. Pada umumnya rencana bisnis ada yang bersifat perencanaan jangka pendek, yang bisanya dalam bentuk rencana kerja, rencana anggaran dan pendapatan belanja, sedangkan rencana jangka panjang untuk rencana usaha baru, pengembangan usaha yang ada, maupun rehabilitasi usaha yang sudah ada dengan menggunakan kajian kelayakan usaha. Apabila suatu usaha baru berdiri dan akan memulai kegiatan usahanya, maka harus dipersiapkan suatu rencana bisnis dengan sebaik-baiknya. Demikian pula apabila suatu usaha menginginkan adanya pengembangan usahanya, maka pemilik usaha juga perlu menyusun rencana bisnis juga. Sedangkan ikan gurami merupakan komoditi perikanan air tawar yang kurang diminati untuk dibudidayakan. Penyebabnya, ikan ini tumbuh sangat lamabt. Ditambah lagi kematangan kelaminnya baru mulai terjadi pada umur sekitar dua tahun. Namun beberapa tahun terakhir, ikan ini menjadi primadona diantara ikan konsumsi air tawar lainnya, ikan ini juga memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Ini disebabkan dari rasanya yang sangat lezat dan empuk sehingga minat terhadap ikan ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya harus dilakukan dengan baik (Mimit et. al, 2006).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Dasar-Dasar Akuakultur ini adalah untuk mengetahui secara mendalam mengenai dasar-dasar akuakultur dan memberikan gambaran mengenai prinsip dasar dalam melakukan usaha budidaya.
Tujuan dari praktikum dasar-dasar aquakultur ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang mendalam dan agar mempunyai keterampilan dalam menganalisa kondisi lapang pada suatu usaha budidaya untuk dikembangkan menjadi high-profit aquakulture bagi kehidupan sosial ekonomi para pembudidaya.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum LapanganSabtu, 16 November 2013, di Lapangan Basket Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Brawijaya pukul 06.00-12.00
Praktikum Lab Senin, 16 November 2013, di Lab. Workshop Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Brawijaya pukul 06.00-12.00
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
2. 1. 1 Ikan Platy Pedang
Menurut Nugroho (2008), klasifikasi ikan Platy Pedang adalah:
Ordo : Cyprinodontoidei
Subordo : Poecilioidei
Family : Poecilidae
Genus : Xyphophorus
Spesies : Xyphophorus maculatus
Swordtail biasanya berwarna merah. Akibat kawin silang dan mutasi,
Swordtail yang ada sekarang sangat beragam dalam bentuk tubuh dan warna.
Swordtail jantan dapat dikenali dengan mudah lewat bentuk ekor pedang mereka,
sirip punggung lebih panjang, dan sirip perut yang lancip. Sementara betina,
bentuk ekor dan sirip perut membulat seperti kipas dan lebih gemuk. Swordtail
termasuk ikan yang gampang beradaptasi dengan berbagai kondisi air. Swordtail
dapat tumbuh hingga 5 inci (13 cm) dan mampu hidup antara 3-5 tahun. Swordtail
adalah omnivore. Makanan mereka bervariasi dari tumbuhan air seperti alga,
hingga makhluk air berukuran kecil seperti cacing sutera dan larva nyamuk.
Swordtail juga dapat makan pelet yang komersil dijual di pasaran (Nurhuda,
2013).
Swordtail adalah salah satu yang paling penting dan paling populer dari ikan
akuarium, tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena dia merupakan
subjek yang baik untuk studi pembiakan selektif. Swordtails hidup dengan
bantalan gigi karper. Secara umum dengan anggota lain dari keluarga itu, sirip
punggungnya relatif besar, sama seperti sirip ekor, yang pada dasarnya luas dan
bulat di tepi belakang. Sirip perut terletak di sekitar pertengahan tubuh. Betina
tumbuh sampai 6 1/2 inci (16 cm) panjang, laki-laki mencapai panjang 5 1/2 inci
(14 cm) termasuk pedang, yang terbentuk dari banyak sinar memanjang dari
bagian bawah sirip ekor (Burton dan Burton, 2002).
2. 1. 2 Ikan Moli
Menurut Zipcodezoo (2013), klasifikasi dari Ikan Molly adalah sebagai
berikut :
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Infraclass : Actinopteri
Cohort : Clupeocephala
Superorder : Acanthopterygii
Order : Cyprinodontiformes
Family : Poeciliidae
Subfamily : Poeciliinae
Genus : Poecilia
Specific name : sphenops
Scientific name : Poecilia sphenops
Menurut Yang et al (2009), Themolly sailfin(Poecilia latipinna) adalah
spesies livebearing dengan sirip punggung besar pada laki-laki. Mereka native
didistribusikan di ketinggian rendah dari North Carolina, Amerika Serikat, ke
Veracruz, Meksiko dan telah diperkenalkan ke berbagai negara termasuk Taiwan.
Saat ini euryhaline sailfin molly ditemukan dalam air permukaan yang dangkal di
sepanjang tepi dataran rendah, kolam, sungai, selokan, rawa, rawa-rawa garam,
dan muara. Di Taiwan, sailfin molly terutama didistribusikan dibagian hilir (FW)
dan muara sungai (air payau, BW) di atas bagian barat daya. Serupa dengan
teleosts euryhaline lainnya, branchial aktivitas NKA dan osmolalitas plasma SW
sailfin molly ditemukan akan meningkat dengan meningkatnya salinitas seperti air
hypersaline. Selain itu, branchial NKA aktivitas dianggap mengatur homeostasis
fisiologis ketika individu yang terkena salinitas/stresosmotik.
Meskipun ikan ini tumbuh subur diberbagai salinitas (0-94,6 ‰), air tawar
murni tidak cocok, terutama untuk pembibitan sehat. Ikan liar dari genus Poecilia
(guppies dan Mollies) umumnya ditemukan di tubuhair tawar dan payau-seperti
sungai, sungai, kolam, dan muara. Garam konvensional ditambahkan ketangki
molly untuk menginduksi pembibitan (Whitern 1983). Penggunaan Mollies
diterobosan dalam akuarium laut (suatu proses untuk meningkatkan bakteri
nitrifikasi awalnya) telah menjadi umum. Osmoregulasi adalah energi menuntut
proses metabolisme. Salinitas iso-osmotik meminimalkan stres osmoregulatory
dan terkait biaya energi, sehingga meningkatkan energi yang tersedia untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Hal ini dibuktikan dalam P. latipinna
dengan pembiakan yang lebih baik dan kinerja pertumbuhan sebesar 25 ‰.
Euryhaline larva ikan laut juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dan
kelangsungan hidup pada salinitas iso-osmotik(Vasagam et al., 2007).
2. 2 Pengertian akuakultur
Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik
dilingkungan terkontrol dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan (Leugeu,
2010).
Akuakultur merupakan kegiatan untuk pemeliharaan dan penangkaran
berbagai macam hewan atau tumbuhan perairan yang menggunakan air sebagai
komponen pokoknya (Effendi, 2004).
2. 3 Macam-macam Budidaya
2. 3. 1 Monokultur
Monokultur adalah sistem pemeliharaan ikan, dimana didalam satu kolam
hanya ada satu spesies saja yang dipelihara. Pemeliharaan secara monokultur ini
banyak dilakukan petani ikan di Malaysia, Filipina, dan Taiwan (Cahyono, 2000).
Benih pembesaran secara monokultur harus dipilihkan yang seragam, jika
tidak, maka akan tumbuh tidak seragam pula. Benih yang besar akan tumbuh luar
biasa, dan benih yang kecil akan tersisih kerena tidak mendapatkan makanan.
Keuntungan pemeliharaan secara monokultur adalah pengontrolannya yang
mudah, pemberian pakan tambahan efisien dan penanganan bila terjadi gangguan
hama/penyakit lebih mudah (Kanisius, 2001).
2. 3. 2 Polikultur
Polikultur adalah suatu sistem pemeliharaan beberapa jenis ikan dalam
suatu unit atau petakan yang sama. Kesulitan pemeliharaan secara polikultur
adalah pelaksanaan penangkapan hasil panen harus dilaksanakan secara manual
(Kanisius, 1992).
Dari segi ekonomis, polikultur lebih menguntungkan, sebab pemanfaatan
waktu, lahan, dan penggunaan pakan lebih efisien. Kesulitan yang sering terjadi
dalam sistem polikultur bila terjadi gangguan hama penyakit, baik terhadap salah
satu ataupun jenis keduanya. Setip jenis ikan mempunyai kelemahannya sendiri.
Sehingga kedua jenis memerlukan perlakuan yang berbeda dan perlu dilakukan
dengan hati-hati (Kanisius, 2001).
2. 4 Sistem Budidaya
2. 4. 1 Sistem Budidaya Tradisional ( Ekstensif)
Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional sangat
sederhana dan padat penebaran yang rendah. Pada budidaya bandeng (Chanos
chanos) di tambak misalnya, nener (benih bandeng) ditebar dengan kepadatan
3.000-5.000 ekor/ha atau 0,3-0,5 ekor/m2. Dengan padat penebaran tersebut
dipanen ikan bandeng 300-1000 Kg/ha/musim. Padat penebaran yang rendah juga
diterapkan pada kolam air tawar (Zeni, 2011).
Untuk meningkatkan produktifitas tambak, pada perkembangan selanjutnya
petambak menangkap benih ikan di pesisir pantai untuk ditebarkan di tambak.
Dengan cara ini, kompetensi dan predasi di tambak dapat ditekan sehingga
produktifitas tambak lebih baik, namun biota budidaya di tambak bergantung
sepenuhnya pada pakan alami di dalamnya (Kordi, 2009).
2. 4. 2 Sistem Budidaya Semi-Intensif
Sistem pengelolaan semi-intensif merupakan teknologi budidaya yang
dianggap cocok untuk budidaya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya
terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana
produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok
dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha
dalam jangka CCCwaktu lebih lama (Zeni, 2011).
Sistem budidaya semi intensif yaitu dengan padat tebar ikan yang dipelihara
cukup tinggi sehingga pakan alami tidak dapat sepenuhnya menopang kehidupan
ikan. Untuk dapat menopang pertumbuhan (produksi) maka pakan buatan sudah
mulai diaplikasikan sebagai pakan tambahan. Bergantung kepada jenis ikan yang
dipelihara, pakan tambahan bervariasi mulai dari biji-bijian, hasil pertanian serta
produk sampingan perikanan hingga makanan formulasi (Effendi, 2004).
2. 4. 3 Sistem budidaya Intensif
Menurut Kordi (2009), pengelolaan yang secara intensif dilakukan pada
usaha budidaya perikanan banyak diterapkan pada budidaya air tawar dan tambak.
Menurut Reza (2011), Pola pengelolaan usaha budidaya perairan intensif
banyak diterapkan pada budidaya air tawar dan tambak. Teknologi budidaya
intensif ditandai dengan :
Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak tambak
untuk budidaya udang dan bandeng antara 0,2-0,5 ha, walaupun ada pada
petak yang luasnya 1,0 ha yang dikelola secara intensif.
Persiapan lahan untuk pemeliharaan (pengelolaan tanah dan perbaikan wadah
budidaya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan bahan kimia)
menjadi sangat mutlak dibutuhkan.
Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan yang
diberikan secara teratur.
Penggunaan sarana budidaya untuk mendukung usaha budidaya, seperti
pompa dan aerator.
Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Pada budidaya ikan bandeng dan udang
windu di tambak mencapai > 4 ton/ha/musim tanam.
2. 5 Kualitas air
2. 5. 1 Pengertian Kualitas Air dan Faktor yang mempengaruhinya
Kualitas air merupakan keadaan suatu perairan dimana didalamnya
terkandung unsur-unsur pendukung seperti suhu, kecerahan, oksigen terarut.
Kualitas air dikatakan baik apabila unsur-unsurnya memenuhi standar kelayakan
sebagai kualitas air yang baik (Zeni, 2011).
Kualitas untuk budidaya ikan harus memenuhi beberapa persyaratan, karena
air yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Ada
beberapa variabel penting yang berhubungan dengan sifat kimia air (kandungan
oksigen, karbondioksida, pH, zat-zat beracun, dan kekeruhan air). Selain sifat
kimia tersebut, air juga memiliki sifat fisika, antara lain yang berhubungan dengan
suhu, kekeruhan, dan warna air (Amri, 2003).
a. Suhu
Suhu merupakan pengatur utama seluruh proses alami yang terjadi dalam
lingkungan perairan. Suhu air secara tidak langsung mempengaruhi proses
kelarutan oksigen dan secara langsung mempengaruhi proses kehidupan
organisme seperti perubahan dan reproduksi (Welch (1952), dalam Adnani 2003).
Temperatur air/suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
ikan. Temperatur air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atu terlalu rendah,
dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
(Cahyono, 2000).
b. Oksigen Terlarut
Sebagai salah satu komponen utama dalam menentukan metabolisme jasad-
jasad air, kandungan oksigen terlarut juga menetukan penyebaran dan kehidupan
organisme perairan. Oksigen terlarut tersebut dapat berasal dari atmosfer maupun
dari hasil fotosintesis tumbuh-tumbuhan berklorofil (Klein (1972), dalam Adnani,
2003).
Ikan bernafas untuk mengambil oksigen, kemudian setelah diikat oleh butir-
butir darah merah oksigen diedarkan keseluruh tubuh. Pada waktu air keruh
banyak ikan yang menderita. Akibat secara langsung yang ditimbulkan oleh
menipisnya kandungan oksigen adalah menurunnya daya tahan tubuh ikan. Kadar
oksigen dapat ditingkatkan dengan cara menjaga aliran air agar tetap lancar dan
membiarkan permukaan kolam dalam kondisi terbuka (Djatmika, 1986).
c. Karbondioksida
d. Derajat Keasaman (pH)
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen
(H+) yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air
tersebut asam, netral atau basa (Boyd (2002), dalam Supono 2008).
Derajat keasaman air (pH) dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat
keasaman air yang rendah atau sangat asam dapat menyababkan kematian ikan
dengan gejala garakannya tidak teratur, tutup insang bergerak sangat aktif, ikan
berenang sangat cepat di permukaan air. Keadaan air yang sangat basa juga dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat (Cahyono, 2000).
Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan
senyawa yang bersifat asam (Amri, 2003).
e. Nitrat Nitrogen
f. Amoniak
Dalam air tampungan ikan, ammonia dapat berasal dari:
• Pembuangan kotoran (melalui kulit,urine dan insang).
• Penguraian protein dari sisa makanan.
• Area filter biologi yang kekurangan oksigen (< 1 ppm) merubah
nitrat menjadi ammonia.
• NH3 atau ammonia bebas, sangat mematikan ikan (pada
temperatur tinggi > 30ºC dan pH tinggi > 8,5)
• Dalam standar air laut total ammonia tidak boleh lebih dari 0,01
mg/l.
Bila kadar amonia meningkat, maka ikan akan memerbnyak produksi lendir,
terjadi luka, dapat mengakibatkan infeksi bakteri atau parasit, lapisan insang
terluka dan membengkak ( bila berlangsung lama sel lapisan insang akan pecah-
pecah ) ikan akan susah bernafas (lestari, 2008).
g. Orthofosfat
2.6 PAKAN
2.6.1 PENGERTIAN PAKAN
Istilah pakan telah lazim digunakan untuk menyebut makanan ikan. Istilah ini dipakai untuk membedakan antara bahan pangan dan makanan, meskipun keduanya memberikan konotasi sebagai sumber nutrisi (energi) yang diperlukan oleh organisme hidup. Bahan pangan merupakan komponen sumber energi yang biasanya diolah lebih dulu sebelum dapat dimakan. Dilihat dari nilai gizinya, makanan adalah hasil pengolahan dan perbaikan nilai estetis (keindahan) dan kelayakannya (Djarijah, 1995).
Pakan ikan dapat dikelompokkan menjadi pakan alami, pakan tambahan,
dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang dihasilkan di dalam perairan di
tempat ikan pemangsa pakan alami itu dipelihara atau hidup, sedangkan pakan
tambahan adalah pakan yang dihasilkan di luar tempat ikan pemangsanya hidup
atau dipelihara. Atas dasar ini jenis pakan dapat dikelompokkan dalam alami atau
tambahan, misalnya cacing air di dalam kolam ikan merupakan pakan alami bagi
ikan yang hidup atau dipelihara di kolam tadi (Jangkaru,1984).
2.6.2 FUNGSI PAKAN
Fungsi pakan adalah untuk tumbuh dan bergerak. Pakan yang diberikan
bisa dalam bentuk tepung biji-bijian leguminous, konsentrat maupun pakan buatan
berupa pellet. Ukuran pellet yang diberikan disesuaikan dengan mulut ikan
(Handojo,1986).
Menurut fungsinya, pakan ikan dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai makanan utama (makanan pokok) dan makanan tambahan. Sebagai makanan pokok apabila sebagian besar sumber energi yang dibutuhkan ikan berasal dari pakan yang diberikannya. Tetapi apabila hanya sebagian sumber energi yang dibutuhkan dipenuhi dari makanan yang diberikan dari luar, maka digolongkan sebagai makanan tambahan (Djarijah, 1995).
2.6.3 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN IKAN TERHADAP KUALITAS AIR
Kualitas air didefinisikan sebagai kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya dinyatakan dalam kisaran nilai tertentu (Boyd, 1990)
Beberapa parameter fisika dan kimia air yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan adalah suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, pH, alkalinitas, dan amonia (Weatherley, 1972)
-RATA KANAN KIRI DIPERHATIKAN
- SPASI NYA.
- LIHAT FORMAT YANG SUDAH DI TENTUKAN.
- PERHATKAN FONT NYA. HARUS SAMA SEMUA.