laporan praktikum

Upload: lalu-febryan-cipta-amali

Post on 09-Oct-2015

273 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan praktikum pemeriksaan feses

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGIPemeriksaan Feses

OLEH :Lalu Febryan C AmaliH1a011037

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMNUSA TENGGARA BARAT2014

BAB ILANDASAN TEORI

Pemeriksaan FesesPemeriksaan parasitologi merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu menegakkan diagnosis bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit. Salah satu pemeriksaan parasitologi adalah pemeriksaan tinja. Dengan pemeriksaan tinja kita dapat mendiagnosis infeksi helminth, baik nematoda, trematoda, atau cestoda. Selain itu, melalui pemeriksaan tinja kita dapat pula menemukan protozoa yang hidup dalam usus.Tinja yang akan diperiksa harus dikumpulkan dalam tempat yang bersih, bebas dari antiseptik dan tidak bercampur dengan urin penderita. Tinja penderita yang telah mendapat pengobatan dengan barium, bismuth, dan antibiotika mungkin akan memberikan hasil yang kurang memuaskan dalam pemeriksaan protozoa. Pemeriksaan hendaknya dilakukan sesegera mungkin setelah specimen tinja dikumpulkan. Untuk diagnosis infeksi protozoa, sebaiknya pemeriksaan dilakukan secepatnya (maksimal 30 menit setelah defekasi) karena protozoa dapat lisis dalam suasana kering dan dalam keadaan segar kita masih dapat mengamati pergerakan protozoa. Sedangkan untuk diagnosis kecacingan, umumnya telur cacing masih bisa bertahan hingga beberapa hari setelah defekasi. Apabila pemeriksaan harus ditunda, maka tinja bisa disimpan dengan menambahkan bahan pengawet.Pemeriksaan tinja dibagi menjadi dua :1. Pemeriksaan MakroskopikDalam hal ini kita harus memperhatikan : Volume tinjaVolume tinja yang sangat banyak pada anak-anak dapat dijumpai pada beberapa kelainan congenital, misalnya pada penyakit Hirschprung.Tinja yang berbentuk seperti pita dapat dijumpai pada keadaan striktur rektum, misalnya akibat lues, cacar, atau karena spasme rectum. WarnaWarna tinja yang normal adalah coklat, yang disebabkan karena adanya urobilinogen dalam tinja Tinja berwarna hijau dapat dijumpai pada anak-anak yang diare, ini disebabkan adanya biliverdin Tinja berwarna hitam terjadi akibat adanya perdarahan saluran cerna atas, warna hitam disebabkan adanya hematin. Warna hitam juga dapat dijumpai pada orang-orang yang mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung besi. Tinja berwarna merah coklat atau merah segar dapat ditemukan pada perdarahan saluran cerna bagian bawah. Darah segar di atas permukaan tinja biasanya disebabkan oleh hemorrhoid atau ulkus rectum (misalnya pada karsinoma rekti, lues, ulcerative colitis). Tinja berwarna putih seperti dempul dapat ditemukan pada keadaan obstructive jaundice misalnya akibat tersumbatnya ductus choledochus, atau karena gangguan penyerapan lemak (sprue, idiopathic steatorrhea). Konsistensi Tinja yanganormal konsistensinya formed (berbentuk) dengankonsistensi lunak dan plastis. Tinja yang keras dan besar biasanya dikarenakan stasis atau atonia kolon. Tinja yang keras dan kecil-kecil biasanya dikarenakan spasme kolonsehingga terjadi obstipasi yang lama. Tinja dengan konsistensi yang lembek atau cair disertai dengan lenderdan darah dapt dijumpai pada disentri amoeba. Bau Tinja yang berbau busuk seperti telur busuk dapat dijumpai pada disentriamoeba Tinja yang berbau asam dapat dijumpai pada anak-anak yang diare yangmakanannya terlalu banyak mengandung zat pati sehingga terjadiperagian zat pati dalam usus anak dan mengakibatkan diare

2. Pemeriksaan MikroskopikPemeriksaan mikroskopik pada tinja dapat dikerjakan dengan cara sebagai berikut : Pemeriksaan tinja segar (fresh stool examination) Dalam pemeriksaan ini kita menggunakan larutan NaCl faali yang dicampur dengan sedikit tinja di atas gelas obyek. Maksud dari pemeriksaan ini adlaah untuk melihat telur atau larva cacing dalam keadaan natural (sesuai warna dan bentuk alamiahnya). Apabila bila pemeriksaan dilakukan sesegara mungkin, pada pemeriksaan ini kita juga dapat melihat protozoa dalam keadaan motil (bergerak). Pewarnaan dengan iodine atau eosinDengan perwarnaan ini kita dapat memperjelas gambaran telur cacing yang dalam keadaan alamiahnya memiliki dinding yang tidak berwarna. Dengan pewarnaan ini bagian-bagian tubuh larva cacing juga akan tampak lebih jelas sehingga lebih mudah untuk mengidentifikasi spesies cacingnya. Dengan cat iodine (misalnya lugol) gambaran morfologi kista dari protozoa juga dapat menjadi lebih jelas sehingga lebih mudah diidentifikasi.Sediaan eosin : Parasit mudah ditemukan Tampak pergerakan bentuk vegetatif Tampak bentuk parasit, ektoplasma, endoplasma, dinding kista, vakuol, benda kromatoid,sisa organel. Inti entamoeba kadang terlihat samarSediaan lugol : Parasit lebih sukar ditemukan Bentuk vegetatif sukar dikenal karena bentuk vegetatif akan mati dalam sediaan lugol Inti parasit jelas Benda kromatoid tidak tampak Sisa organel jelas Lebih cocok digunakan untuk diagnosis kista Preparat yang difiksir dan dicatTujuan dari pembuatan preparat ini adalah agar preparat dapat disimpan lebihlama dan dapat dipelajari lebih mendetail. Ada beberapa macam fiksasi yangsering digunakanuntuk preparat telur dan larva cacing serta protozoa, antaralain Merthiolate-Iodine-Formaldehid (MIF) fixation dan Polyvinil Alcohol(PVA) Fixation. Pengecatan yang sering digunakan adalah IronHematoxylene dan Trichrome stain.

Harus diingat bahwa pengamatan mikroskopik harus dimulai dari pembesaran yang rendah, baru kemudian pembesaran yang kuat. Agar dapat mengidentifikasi telur atau larva cacing serta kista dan protozoa usus, maka kita juga harus mengenali benda-benda yang ada dalam tinja normal : Sisa-sisa feses yang tidak larut Sisa-sisa makanan : serat otot, jaringan ikat, serat sayuran, sel-sel lemak, dsb Sel-sel dari host : adanya leukosit mungkin menandakan adanya inflamasi pada saluran cerna Gelembung-gelembung udara : terlihat gelembung berbentuk bulat sempurna dengan dinding berwarna hitam

Beberapa kesalahan yang sering timbul pada pembuatan sediaan mikroskopik dari feses : Sediaan tidak homogen Sediaan yang terlalu tebal Banyak rongga udara Cairan merembes keluar dari kaca tutup

Pemeriksaan feses dapat dilakukan untuk tujuan pemeriksaan bakteri, parasit dan virus. Masing-masing tujuan pemeriksaan memiliki prosedur yang berbeda, antara lain: 1. Untuk Pemeriksaaan BakteriSampel feses diambil dengan tehnik rectal swab menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi harus melalui sphincter anal dan secara hati-hati diputar, di tarik mundur dan segera dimasukkan ke dalam media trans[ort Carry-Blair. Hasil pengambilan sampel harus segera diproses karena beberapa bakteri seperti Shigella dan Campylobacter spp. tidak dapat bertahan hidup dengan adanya perubahan pH dan penurunan temperature.Campylobacter hanya bertahan hidup 2 jam dan bakteri yang lain 12 jam atau lebih. Air alkali pepton direkomendasikan sebagai media pengayaan dan transport (6-8 jam) untuk V. cholera.

1. Untuk Pemeriksaan ParasitSpesimen feses (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot kering yang bersih, diamati dalam keadaan segar untuk menentukan konsistensi (padat, encer/berair, berdarah atau mucoid) dan adanya leukosit PMN sebagai tanda peradangan.Spesimen feses dpaat diawetkan dalam merthiolate iodine formalin (MIF) atau dalam larutan 10% formalin untuk pemeriksaan parasit. Untuk pemeriksaan amoeba harus dilakukan dengan menggunakan feses segar. Tambahkan lugol yodium ke atas sediaan basah untuk membedakan sel darah putih dan kista parasit. Kista akan menangkap yodium dan muncul warna coklat terang, object lain akan tampak bersih. Sebagai alternative dapat dilakukan:1. Penggunaan merthiolate iodine formalin (MIF) untuk mengkonfirmasi adanya leukosit pada feses, G. lamblia dan E. histolytica.1. Penggunaan pewarna Ziehl-Neelsen untuk mendeteksi Cryptosporidium yang tahan asam setelah difiksasi dengan methanol.1. Untuk Pemeriksaan VirusTerutama virus polio, specimen feses (8 gram) dimasukkan kedalam wadah pot yang bersih, transparan dan kering dengan sendok tertempel pada tutup dan bertutup ulir diluar, segera kirim ke Laboratorium Rujukan Nasional Polio dalam cool box (2-8oC).pengiriman harus sampai ke laboratorium tidak boleh lebih dari 3 hari.Pemeriksaan feses dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Sebelum melakukan pemeriksaan secara mikroskopis, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan secara makroskopis. Pada pemeriksaan secara makroskopis perhatikan adanya darah dan lendir. Interpretasi yang mungkin didapatkan adalah:1. Feses yang mengandung darah dan lendir dapat ditemukan pada kasus infeksi bakteri (Shigella) dan infeksi parasit (Amuba, telur S.mansoni, S. japonicum dan kadang-kadang S.haematobium.1. Feses cair tanpa darah atau lendir dapat ditemukan tropozoit (vegetatif) dan atau kista dari Amoeba dan Flagellata lainnya.1. Feses yang berkonsistensi padat perlu diperhatikan adanya kista dari protozoa atau parasit lainnya. Penderita dengan infeksi cacing dapat ditemukan cacing dewasa, larva dan telur. Telur dapat diperiksa dengan cara langsung atau dengan cara konsentrasi. Larva dalam feses dapat ditemukan pada pemeriksaan langsung dengan cara sediaan feses basah atau pada pembiakan. Untuk cacing Oxyuris vermicularis dilakukan pemeriksaan anal swab.Pada pemeriksaan feses untuk protozoa usus secara mikroskopik dikenal dalam bentuk tropozoit dan bentuk kista. Bentuk tropozoit harus diperiksa dalam feses segar (30 menit setelah dikeluarkan dan bukan setelah 30 menit sampai di laboratorium) karena pergerakan yang khas dapat dilihat dengan jelas. Di dalam feses yang sudah tidak segar lagi bentuk tropozoit akan mati dan tidak dapat dilihat pergerakannya. Sedangkan bentuk kista tahan lama dalam feses.Umumnya dalam feses cair dapat kita jumpai bentuk vegetatif dan dalam feses padat umumnya kita temukan bentuk kista.Untuk lebih mudah menemukan bentuk tropozoit maka periksalah bagian feses yang ada lendirnya dan ada darahnya.

Pemilihan Larutan dalam Pemeriksaan FesesUntuk pemeriksaan cacing usus sebaiknya digunakan larutan eosin/larutan NaCl fisiologis. Keunggulan dan kelemahan penggunaan larutan eosin meliputi:1. Parasit mudah ditemukan.1. Tampak pergerakan bentuk vegetatif.1. Tampak bentuk parasit, ektoplasma, endoplasma, dinding kista, vakuol, benda kromatoid dan sisa organel.1. Inti entamoeba kadang terlihat samar-samar.1. Warna telur cacing tidak dapat dilihat dengan jelas.Sedangkan untuk pemeriksaan protozoa sebaiknya digunakan lugol/eosin. Karakteristik pada penggunaan larutan lugol meliputi:1. Parasit lebih sukar ditemukan1. Bentuk vegetatif sukar dikenal1. Inti parasit jelas 1. Benda kromatoid tidak tampak 1. Sisa organel jelas 1. Baik digunakan untuk diagnosis kistaPada pewarnaan dengan eosin, cara pembuatan sediaan harus tipis, sehingga warnanya tampak merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan terlampau tebal. Sedangkan pada pewarnaan dengan lugol, cara pembuatan sediaan sama dengan eosin, tetapi sediaan tidak perlu terlalu tipis. Cara ini dipakai untuk pemeriksaan kista.Bentuk vegetatif dalam larutan iodium ini menjadi bulat karena mati, sehingga pemeriksaan bentuk vegetatif menjadi lebih sulit ditemukan.

BAB II

A. Tujuan1. Dapat melakukan pemeriksaan feses secara makroskopis2. Dapat membuat sediaan dan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis3. Melakukan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan makroskopis maupun mikroskopis4. Mampu menegakkan diagnosis

B. PelaksanaanHari, tanggal: Rabu, 22 Oktober 2014Waktu: 11.00 13.00 WITATempat: Laboratorium Fakultas Kedokteran

BAB IIIMETODOLOGI

A. Alat dan Bahan1. Lidi/batang korek api2. Kaca obyek yang bersih3. Kaca penutup4. Larutan NaCl 0.9%/lugol/eosin 2%5. Mikroskop cahaya

B. Cara Kerja1. Persiapkan alat yang dibutuhkan2. Melakukan cuci tangan rutin sesuai teknik aseptik (prosedural) dan memakai sarung tangan sebelum kontak dengan sampel3. Lakukan pemeriksaan makroskopis terhadap sampel pemeriksaan4. Teteskan satu tetes larutan NaCl 0.9%/lugol/eosin 2% ke atas kaca obyek5. Dengan lidi ambil sedikit feses ( 1-2 mg) dan campurkan dengan tetesan larutan sampai homogen dan menjadi suspensi yang rata6. Pada pewarnaan dengan eosin cara pembuatan sediaan sama, hanya saja sediaan harus tipis, sehingga warnanya merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan terlampau tebal.7. Pada pewarnaan dengan lugol cara pembuatan sediaan sama, namun sediaan tidak perlu terlalu tipis.8. Buanglah bila ada bagian-bagian atau serat yang kasar9. Tutuplah dengan kaca penutup ukuran 22 x 22 mm dengan perlahan-lahan, sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk gelembung gelembung udara10. Periksa secara sistematik dengan menggunakan pembesaran rendah (obyektif 10x).11. Bila ditemukan obyek yang dicurigai adanya parasit periksalah dengan pembesaran yang lebih kuat (obyektif 40x)12. Menggambar temuan pada mikroskop

BAB IIIHASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Identitas pasienNama: Harvey alvanin HartonoUsia: 34 tahun

1. Pemeriksaan Makroskopisa. VolumePenghitungan volume tidak dilakukan.b. WarnaBerdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan warna feses kuning kecoklatan.c. KonsistensiPada pemeriksaan feses ini, didapatkan konsistensi feses encer.d. BauBau masih dalam batas normal

2. Pemeriksaan Mikroskopisa. Pewarnaan eosinPembesaran objektif 10x

b. Pewarnaan lugolPembesaran objektif 10x

B. Pembahasan1. Pemeriksaan Makroskopisa. VolumeVolume feses tidak dapat ditentukan secara pasti karena tidak dilakukannya pengambilan feses dari awal defekasi sampai akhir defekasi.b. WarnaWarna feses kuning kecoklatan menandakan adanya urobilinogen di dalma feses.c. KonnsistensiKonsistensi feses lunak, lembek.d. BauBau feses masih dalam batas normal, tidak berbau busuk, tidak asam maupun amis.

2. Pemeriksaan MikroskopisPada pemeriksaan secara mikroskopis, tidak ditemukan telur, larva, maupun protozoa baik pada sediaan dengaan pewarnaan eosin ataupun lugol.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Chernecky C.C. & Berger B.J. (2008) Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th Edition.Saunders-Elsevier.

Gandahusada, S.W.Pribadi dan D.I. Heryy.2000. Parasitologi kedokteran. Jakarta.: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.Ismid I.S. et al. (2000).Penuntun Praktikum Parasitologi Kedokteran. FKUI: Jakarta.Lubis, C.P. & Pasaribu, S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: IDAI.Minnesota.Tierney, L. M., S. J. McPhee, M. A. Papadakis. 2002. Current medical diagnosisand treatment. New York : Mc Graw Hill Company.

Neva, F.A. and H.W.Brown. 1994. Basic clinical parasitology. New York :Appletonand Lange