konsep pendidikan ruhani dalam tarekatrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kh....

89
KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKAT QADIRIYYAH WAN NAQSABANDIYAH PERSPEKTIF KH. MUHAMMAD SHIDDIQ AL-SHALIHI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh : Muhammad Ziyan Naufal 11150110000086 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKAT

QADIRIYYAH WAN NAQSABANDIYAH PERSPEKTIF KH.

MUHAMMAD SHIDDIQ AL-SHALIHI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh :

Muhammad Ziyan Naufal

11150110000086

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

i

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

ii

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

iii

Page 5: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

iv

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

v

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

vi

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

vii

ABSTRAK

Muhammad Ziyan Naufal (11150110000086). KONSEP PENDIDIKAN

RUHANI DALAM TAREKAT QADIRIYYAH WAN NAQSABANDIYAH

PERSPEKTIF KH. MUHAMMAD SHIDDIQ AL-SHALIHI.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah mengenai perlunya

peningkatan kualitas ruhani dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui jalur

tarekat untuk membersihkan ruhani dari penyakit-penyakitnya yang menyebabkan

rusaknya seorang al-Insan dalam kehidupannya. Sehingga peneliti bertujuan untuk

mengetahui konsep pendidikan ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah Perspektif KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset pustaka (Library

research). Penulis menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka

penulis ingin melihat bagaimana penggambaran seseorang yang mempunyai

keterkaitan dengan masalah ini yaitu key informan. Penulis berusaha untuk mencari

informan dan menjadikan sebagai data sekunder dalam penelitian.

KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs

(pensucian ruhani dari nafsu syahwat dan nafsu ghadab) dan tasyfiyat al-qalb

(pensucian hati dari kecintaan dunia dan hal-hal duniawi yang sifatnya sementara,

dan kehawatiran atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya, kecintaan

kepada Allah semata) terhadap muridnya dalam pendidikan ruhani melalui Tarekat

Qadiriyyah wan Naqsabandiyah. Dengan menggunakan cara tersebut serta

mujahadah yang serius dan istiqamah, seseorang akan mampu bersih dari penyakit

dan krisis ruhani, terlebih hingga wushul ilallah.

Kata kunci: Pendidikan; Ruhani; Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah; KH.

Muhammad Shiddiq al-Shalihi.

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

viii

ABSTRACT

Muhammad Ziyan Naufal (11150110000086). SPIRITUALISM EDUCATION

CONCEPT IN TAREKAT QADIRIYYAH WAN NAQSABANDIYAH ON KH.

MUHAMMAD SHIDDIQ AL-SHALIHI PERSPECTIVE.

This research is based on the problem regarding the need to improve the

quality of the spirit by drawing closer to Allah through the path of the order to

cleanse the spirit from its diseases that cause damage to an al-Insan in his life. This

research is aimed to examine Spiritualism Education Concept in Tarekat

Qadiriyyah wan Naqsabandiyah on KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi

Perspective.

The method used in this research is library research. The Authors used

documentation technique to get the data needed in this study. In accordance with

the objectives of this study, the authors want to see how the description of someone

who has a connection with this problem is key informants. The author tried to find

informants and make secondary data in research.

KH. Muhammad Shiddiq al-Salihi emphasized the way of tazkiyat al-nafs

(spiritual purification of lust and lust of ghadab) and tasyfiyat al-qalb (purification

of the heart of worldly love and temporal matters of a temporary nature, and concern

for sadness, and stabilizing in its place love of Allah only) towards his students in

spiritual education through the Tariqa Qadiriyyah wan Naqsabandiyah. By using

this method as well as serious mujahada and istiqama, one will be able to be free

from illness and spiritual crisis, especially to wushul ilallah.

Keywords: Education; Spiritualism; Tariqa Qadiriyyah wan Naqsabandiyah; KH.

Muhammad Shiddiq al-Shalihi.

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiim,

Alhamdulillah, penulis panjatkan berjuta-juta puji dan syukur kepada Dzat

yang Mahacinta, Dzat yang Mahasetia, Dzat yang Mahapengasih, dan Dzat yang

Mahapenyayang yang telah memberikaan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada

penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada manusia citra Ilahi insan al-

Kamil, habib Allah, Rasulullah Muhammad saw., yang tidak ada satu makhluk pun

yang dapat menandingi kesempurnaan kejadiannya, dan tak ada seorang atau pun

suatu makhluk pun yang dapat menandingi rasa kasih-sayang dan setianya kepada

umatnya.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menemui banyak

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan serta penghargaan

dari berbagai pihak, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna

memenuhi persyaratan akademik yang harus ditempuh dalam mencapai gelar

sarjana program Strata 1 (S1), Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Oleh karena itu, dengan berbagai macam bentuk kerendahan hati, dan

berbagai macam bentuk penghargaan, penulis menyampaikan syukur yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mengarahkan

baik dari segi materil maupun moril. Untuk itu tak ada kata-kata yang dapat penulis

berikan kepada para pihak yang membantu kecuali kata terimakasih yang sedalam-

dalamnya, yang dihaturkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

x

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membina, membimbing penulis

selama belajar di Fakultas Tarbiyah ini.

3. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag. dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku

ketua jurusan dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu

penulis dalam hal proses kuliah dan administrasi.

4. Abinda KH. Dr. Akhmad Sodiq, M.A., yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan ilmunya kepada

penulis.

6. Orang tua ruhani penulis, Kanjeng Syaikh Abdul Qadil al-Jilani r.a., Mbah KH.

Muhammad Shiddiq al-Shalihi, KH. Affandi Shiddiq, KH. Dr. Akhmad Sodiq,

dan jajaran masayikh wal shohibul majlis dzikr wat ta’lim Mihrobbul

Muhibbin, yang setia membimbing penulis tetap berada dalam jalan keridhaan

Allah swt..

7. Orang tua kandung penulis, almarhum ayahanda M. Yamin dan almarhumah

ibunda Atun Nahdiawati, yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis.

8. Keluarga besar SAEFTA family yang telah banyak memberikan bantuan, baik

materi maupun moril, terkhusus miminda Hj. Saefunah, pamanda M. Luthfi

Ubaidillah, pamanda Abdul Aziz, serta bibinda Raudhotul Jannah.

9. Sahabat-sahabati PMII Rayon PAI (Maya, Dhilla, Nazi, Novi, Thoriq, Tajudin,

dll.), keluarga besar Bani al-Buloghiyah (Aufa, Amar, Apif, Zaenal, Ramadhan,

Rifki, Balyan, Halimah, Luthfi, dll.), keluarga besar FORSILA BPC, rencang-

rencang seperaliyahan Wong Dewek (Hasbi, Ahza, Syamsu, dan Sandi), teman-

teman KKN Kenduri 29 (Rixza & Harlie), dan teman-teman PAI 15 yang telah

mewarnai cakrawala pemikirian penulis.

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

xi

Penulis teramat sadar akan penelitian yang telah penulis susun ini masih

banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat penulis nantikan. Atas semua itu penulis hanya

dapat memanjatkan do’a kepada Allah swt., semoga amal baiknya diterima oleh

Allah dan mendapatkan balasan yang setimpal.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis, dan pembaca pada umumnya.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thariq,

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

xii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................... ix

Daftar Isi .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 9

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 10

D. Rumusan Masalah .............................................................................. 10

E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................... 12

A. Pendidikan Ruhani ............................................................................. 12

1. Devinis Pendidikan Ruhani .......................................................... 12

2. Tujuan Pendidikan Ruhani ........................................................... 16

B. Tarekat ................................................................................................. 18

1. Devinisi Tarekat ............................................................................. 18

2. Sejarah Tarekat .............................................................................. 21

3. Ciri-ciri Tarekat ............................................................................. 23

4. Tujuan Tarekat .............................................................................. 24

5. Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah KH. Muhammad

Shiddiq Al-Shalihi ......................................................................... 26

C. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 34

A. Objek dan Waktu Penelitian .............................................................. 34

B. Metode Penelitian ................................................................................ 34

C. Sumber Data ........................................................................................ 35

D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35

E. Fokus Penelitian .................................................................................. 35

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 37

A. Biografi KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi .................................. 37

1. Riwayat Hidup ............................................................................... 37

2. Latar Belakang Pendidikan .......................................................... 38

3. Jalur Tarekat ................................................................................. 40

4. Karya Tulis .................................................................................... 43

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

xiii

B. Pendidikan Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyah 45

1. Kesempurnaan Suluk .................................................................. 45

2. Adab .............................................................................................. 46

3. Dzikir ............................................................................................. 47

4. Muraqqabah ................................................................................. 48

C. Pendidikan Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyah

Perspektif KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi ............................. 49

1. Tazkiyat Al-Nafs ............................................................................. 50

2. Tasyfiyat Al-Qalb ............................................................................ 54

3. Implementasi Zuhud dalam Kehidupan KH. Muhammad

Shiddiq Al-Shalihi .......................................................................... 56

BAB V PENUTUP .................................................................................... 61

A. Kesimpulan ....................................................................................... 62

B. Saran ................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang ditulis dengan huruf

berbahasa Arab yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan skripsi.

Transliterasi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

A ا

Ś ث

ḥ ح

Kh خ

Ź ذ

Sy ش

Ṣ ص

ḍ ض

ṭ ط

Ť ظ

᾽ ع

Ģ غ

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

xv

H ة

2. Vokal

Vocal Tunggul

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

A

I

U

3. Mȃdd (Panjang)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

Ᾱ ا

Ῑ ي

Ṹ و

4. Tȃ’ marbȗtah

Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.

Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.

Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti

oleh kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu

terpisah maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:

.Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd = وحدة الوجود

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

xvi

5. Syaddah (Tasydḭd)

Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.

6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan

huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.

Contoh: al - zalzalah (az zalzalah)

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu)

7. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia

seperti a;if, contoh: akaltu, ȗitya.

b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:

ta’kulȗna atau syai’un.

8. Huruf Kapital

Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh: القرآن = al-Qur’an,

al-Madinatul Munawwarah = المدي نة المن ورة

.al-Mas’ȗdi = المسعودي

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Allah swt.

berfirman dalam surat As-Sajadah ayat 7-9, yaitu:

نس ن من طي )د وب ۥ ٱلذى أحسن كل شىء خلقه ۥ جعل نسله ث (٧أ خلق ٱل م ن ماء مهي )

وجعل لكم ٱلسمع سوٮه ون فخ فيه من ر وحهۦث (٨من سل لةدة وٱلبص ر ما تشكرون ) وٱلف

(٩ قليلا

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan

Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia

menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya

ruh (ciptaan)-Nya dan dia menjadi bagi kamu pendengaran,

penglihatan, dan hati (tetapi kamu sedikit sekali bersyukur).” (Q.S. As-

Sajadah [32]: 7-9).1

Demikianlah Allah swt. menjadikan manusia berupa makhluk yang

sempurna, dan dengan proses yang sempurna pula. Penciptaan manusia berbeda

dari seluruh makhluk lainnya. Allah swt. menciptakan manusia dengan

kemampuan khusus yang lebih berkecenderungan untuk mencari dan menyembah

Allah swt.. Manusia pun mampu rindu akan keutamaan yang mengantarkannya

pada peringkat tertinggi dari kesempurnaan manusiawi. Selebihnya, manusia sama

halnya dengan hewan yang mempunyai karakteristik fisik dan emosi untuk

mempertahankan diri.2

Berbeda dengan hewan, di dalam diri manusia terdapat dua unsur pokok,

yaitu jasmani dan ruhani. Unsur jasmani berupa fisik manusia seperti mata, hidung,

tangan, telinga, dan alat indra lainnya yang memungkinkan manusia untuk

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lajnah Penstabilan

Mushaf, 2007), hlm. 415.

2 Erhahamwilda, Konseling Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 6.

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

2

melakukan aktivitas seperti bergerak, bernafas, mencerna makanan dan lain

sebagainya. Sedangkan unsur ruhani merupakan kemampuan ruhaniah yang

kadarnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya.

Ruh pada manusia merupakan kemampuan memahami

pesan/ajaran/konsep yang secara ringkas disebut kesadaran. Kesadaran itu bisa

berupa: (1) Kesadaran Intelektual-Rasional (benar-salah), (2) Kesadaran Ethic-

Moral (baik/buruk, jujur/khianat), (3) Kesadaran aesthetic-artistic (indah/jelek,

cantik/buruk rupa), (4) Kesadaran Religius-Transcendental (ritual-saclar). Jadi

manusia pada awalnya makhluk biologis setelah ditiupkan ruh menjadi makhluk

biologis dan spiritual.3

Pengalaman keberagamaan (spriritual) adalah pengalaman yang unik dan

otentik. Setiap orang memiliki pengalaman yang khas dalam hal keberagamaan,

sehingga ia menjadi bagian yang sangat erat dan mempengaruhi kepribadian

seseorang. Meskipun demikian, dalam kehidupan modern saat ini yang orientasi

kehidupan lebih menekankan pada aspek fisik-material, telah menjadikan aspek

keberagamaan dan spiritualitas terpojok ke wilayah pinggiran. Modernisasi di

segala bidang sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi melahirkan sikap

hidup yang materialistis, hedonis, konsumtif, mekanis, dan individualistis.

Akibatnya manusia modern banyak kehilangan kehangatan spiritual, ketenangan,

dan kedamaian.4

Sesuai penjelasan di atas, manusia juga dapat terkena penyakit, baik

penyakit biologis ataupun penyakit ruhani. Penyakit biologi yang hanya

berhubungan dengan kondisi fisik belaka hanya akan mengurangin fungsi dari

tubuh kita. Sedangan penyakit ruhani dapat menyebabkan hilangnya derajat

seseorang, baik di sisi Allah atau pun lingkungan sekitar. Seperti halnya disebutkan

oleh Gus Ali dalam berita yang di muat oleh NU online, bahwasnya salah satu ciri

orang yang mengidap penyakit ruhani adalah tidak adanya cinta kepada sesama

manusia.5 Dampak terbesar dari penyakit hati juga mempengaruhi kestabilan

3 Erhahamwilda, Ibid, hlm. 24.

4 Achmad Husen, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Spiritualisme Islam: Tasawuf, (UNJ:

Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 10 No. 1, 2014), hlm. 6. 5 https://www.nu.or.id/post/read/106630/empat-tanda-orang-mengidap-penyakit-hati-menurut-gus-ali (diakses pada 27 Oktober 2019, pukul 02.09 WIB)

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

3

kehidupan, dengan sifat tamak dan cinta dunia seseorang akan melakukan korupsi,

akibatnya akan fatal karena menganggu ekonomi negara.6 Dengan sifat dusta

seseorang akan berbohong demi kepentingan pribadinya, terlebih menyebarkan

berita hoax dan itu akan mempengaruhi kestabilan keamanan negara. Semua itu

disebabkan oleh ruhani seseorang yang terserang penyakit.

Kasus korupsi di Indonesia telah menjamur, dari pejabat nasional pusat

damapi pejabat di daerah terpencil. Kasus korupsi e-KTP sudah menjadi rahasia

umum di Indonesia, Setya Novanto, mantan ketua DPR RI adalah dalang dibalik

kasus korupsi tersebut. Setya Novanto terbukti mengintervensi proses

penganggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam proyek e-KTP. Novanto pun

divonis hukuman pidana penjara selama 15 tahun dan denda Rp 500 juta subsider

3 bulan kurungan.7

Selain yang penulis sebutkan di atas, media sosial pun menjadi kena tulah

dan jalan dari segelintir orang yang mengalami krisis ruhani tersebut. Fitnah atau

hoax telah menjamur di Indonesia khususnya lewat media sosial. Seorang pelajar

inisial MPA (18) terpaksa harus berurusan dengan aparat kepolisian Resor

Sukabumi Kota, Jabar. MPA membagikan informasi palsu dan ujaran kebencian.

Akibat perbuatannya itu MPA terancam hukuman penjara selama 6 tahun dan

denda Rp 1 miliar.8

Contoh lain dari kasus dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang sejatinya

menjadi garda terdepan dapat memperbaiki akhlak dan moral siswa tetapi sejauh

ini masih tercemar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Banyaknya

kasus kenakalan remaja menjadi bukti dari kurangnya pendidikan ruhani dalam

dunia pendidikan. Berita yang dinyatakan situs resmi divisi humas POLRI

menyebutkan bahwa 23 orang pelajar di Cirebon membawa senjata tajam

diamankan oleh polisi ketika tawuran.9 Selain tawuran, kenakalan remaja lainnya

6 Muhammad Hilmi, dkk. Konsep Hati Menurut Al-Ghazali, (Jurnal Reflektika Vol. 11 No.

11, Januari 2016)

7 https://news.detik.com/berita/d-3987879/terbukti-korupsi-e-ktp-setya-novanto-divonis-15-tahun-penjara (diakses pada 3 Oktober 2019, pukul 20.21 WIB)

8 https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3896238/sebar-informasi-hoax-di-medsos-pelajar-di-sukabumi-ditangkap?_ga=2.63552047.1693848176.1570108590-808556038.1570108590 (diakses pada 3 Oktober 2019. Pukul 20.36 WIB) 9 https://humas.polri.go.id/2019/11/25/kabid-humas-polda-jabar-23-orang-pelajar-

diamankan-ketika-akan-tawuran/ (diakses pada 1 Desember 2019, pukul 14.49 WIB)

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

4

pun menjadi suatu hal yang menyeramkan baik dari orang tua, pihak sekolah,

bahkan msyarakat umum, KPAI menyebutkan dua orang siswa SMP di Depok,

APW (13) dan ARS (13) menjadi begal sepeda motor, keduanya membegal tukang

ojek yang dinyatakan sebab lingkunan pergaulan.10 Selain kenakalan remaja, dunia

pendidikan pun telah tercemari kasus kekerasan seksual terhadap sejumlah siswa

oleh oknum guru di salah satu sekolah menengah di Kabupaten Pasaman, Sumatera

Barat, yang mengajar seni dan budaya. Terduga pelaku berstatus guru PNS

(Pegawai Negeri Sipil) sejak tahun 2000.11

Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi gerbang utama dalam

memperbaiki ruhani. Tetapi dalam kenyataanya ikut tertular krisis ruhani.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Asep Kurniawan bahwa sisi lain pendidikan,

belakangan ini telah terjadi penurunan respect siswa terhadap guru. Dimana siswa

tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, seorang yang memberikan ilmu dan

pengetahuan yang patut dihormati dan disegani. Seperti yang terjadi pada januari

2010 seorang siswa berani menikam gurunya sendiri dengan senjata tajam. Siswa

tersebut merasa tersinggung karena sang guru menasihati di depan teman-

temannya oleh perbuatannya yang merugikan siswa lain.12

Permasalahan ini semakin terbukti ketika kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dengan dominasi rasionalisme, empirisisme dan positivisme ternyata

membawa manusia kepada kehidupan modern, zaman ketika sekularisme menjadi

mentalitas dan spiritualitas menjadi suatu yang terlupakan bagi kehidupan modern.

Maka tak berlebihan, jika Seyyed Hossein Nasr mengatakan lahirnya keadaan ini

sebagai The Plight of Modern Men, nestapa orang-orang modern. Sebagai

akibatnya, persoalan baru yang juga tampak di tengah-tengah umat manusia

sekarang ini adalah krisis spiritualitas. Artinya bahwa hilangnya pengetahuan

tentang hakikat alam semesta dalam kehidupan manusia, yang telah dianulir oleh

rasionalitas kemudian menjadi akar dari krisis spiritual. Sebagai akibatnya,

10 https://www.kpai.go.id/berita/kpai-prihatin-dua-bocah-smp-depok-jadi-begal (diakses

pada 1 Desember 2019, pukul 15.02 WIB)

11 https://www.kpai.go.id/berita/kpai-usut-kasus-dugaan-kekerasan-seksual-oknum-guru-

terhadap-siswa-di-pasaman (diakses pada 1 Desember 2019, pukul 15.08 WIB) 12 Asep Kurniawan, Peran Tasawuf dalam Pembinaan Akhlak di Dunia Pemdidikan di

Tengah Krisis Spiritualitas Masyarakat Modern, (Vol.2; Jurnal Yaqzhan, 2016), hlm. 89-91.

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

5

manusia mengalami kehampaan, disorientasi, ketidakbahagiaan dan akhirnya

bunuh diri.13

Masih banyak kasus lainnya yang tidak bisa penulis jabarkan satu persatu.

Semua itu disebabkan kurangnya pendidikan ruhani seseorang. Untuk

membentengi diri dari pengaruh hidup kotor tersebut, setiap manusia harus mampu

memahami potensi dirinya, baik secara lahiriyah maupun spiritual. Karena dengan

mengetahui potensi dirinya, seseorang akan dapat menilai kualitas yang dimiliki

oleh dirinya. Kondisi demikian, pendidikan islam adalah jalan pilihan untuk

mengatasi masalah seperti di atas melalui tarekat atau pendidikan ruhani seseorang.

Pendidikan Islam merupakan pengembangan pemikiran, penataan sosial,

prilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta

bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia, sehingga mampu meraih tujuan

hidup sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah

tergambar secara integratif (utuh) dalam sebuah konsep akidah yang wajib diimani

agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada prilaku

normatif, yang mengacu pada Syari’at Islam yang murni. Prilaku itu adalah

penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia

itu sendiri, baik yang dilakukan secara individu ataupun kolektif.14

Pendidikan Islam secara sederhana adalah pendidikan yang berdasarkan

ajaran Islam yang bertujuan untuk menjadikan muslim yang lebih baik dengan

spesifikasinya tersendiri karena kesuksesan pendidikan anak didik dapat terwujud

jika anak mendapatkan porsi pendidikan yang paling esensial dalam hidupnya.

Pendidikan yang lebih dibutuhkan anak sejak usia dini adalah pendidikan ruhani.

Aspek ruhani mesti mendapatkan prioritas pertama yang harus dididik terlebih

dahulu oleh orang tua, karena aspek ruhiyah memiliki peran yang sangat dominan

dalam memompa ghirah dan semangat untuk belajar selanjutnya. Aspek

kemanusian yang lain akan mengikuti jika ruhani (kejiwaan) diwarnai

terlebihdahulu dengan nilai-nilai yang benar dan cara yang tepat. Aspek yang lain

13 Ahmad Sidqi, Wajah Tasawuf di Era Modern antara Tangtangan dan Jawaban,

(Universitas Azzahra Jakarta: Jurnal Epistemé, Vol. 10, No. 1, Juni 2015)

14 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, (Jakarta:

PEDOMAN ILMU JAYA, 2003), hlm. 69.

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

6

(fikriyah, jasadiyah dan ijtimaiyyah) akan mengimbangi jiwa yang baik dan akan

terbawa arus kebaikan yang bersumber dari ruh.15

Ruh (nyawa atau jiwa), yang telah kita makna sebagai sesuatu yang

merupakan urusan Allah, dan makhluk ciptaan-Nya yang hanya memiliki

eksistensi ruhaniah semata serta merupakan salah satu rahasia Allah, adalah “alat

kehidupan” bagi setiap makhluk. Jika akal dapat mengendalikan jiwa (nafsu) sesuai

dengan ajaran sajaran Sang Pencipta, akan tenanglah jasad dan ruh sehingga

manusia akan merasakan kebahagiaan yang hakiki atau ketentraman dan

ketenangan.16 Adapun yang dimaksud pendidikan Islam di sini lebih spesifik ke

pendidikan ruhani dan akhlak manusia melalui tarekat.

Tarekat adalah salah satu hal yang mempunyai peran penting dalam agama

Islam. Sudah turun temurun tarekat tidak terkikis zaman, dan tidak ada satu pun

yang sanggup dengan cepat dan teliti dalam hal pendidikan ruhani. Tarekat pula

lah sebagai suatu wadah umat Islam dalam pencapaian pendidikan ruhaniyah

sampai wushul ilallah, yaitu sampai ke hadirat Allah swt..

Wushul ilallah dapat diperoleh dengan menjajaki beberapa tahapan, salah

satunya yaitu dengan cara menyeimbangkan antara habulum minallah (hubungan

manusia dengan Tuhannya), hambulm minan nas (hubungan manusia dengan

manusia), dan hablum minal ‘alam (hubungan manusia dengan alam), ketiga aspek

ini dibahas dalam ajaran tasawuf. Seperti yang dikatakan oleh Kausar Azhar Noer,

bahwa tasawuf adalah sebagai jalan spiritual menuju Allah, yang bersumber dari

Al-Qur’an dan sunnah, berintikan akhlak mulia, mendekatkan manusia pada Allah,

tetap setia pada syari’at, menekankan keseimbangan antara aspek-aspek lahiriah

dan batiniyah, material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi, berpihak kepada orang-

orang lemah dan tertindas.17 Yang itu bisa didapatkan hanya dengan melalui

pendidikan tarekat.

15 Saifudin Zuhri, Tarbiyah Ruhiyah (Pendidikan Ruhani) Bagi Anak Didik Dalam

Perspektif Pemikiran Pendidikan Islam, (Jurnal As Sibyan, Vol. 2 No. 1, 2019), hlm. 40. 16 M. Amir Langko, Metode Pendidikan Rohani Menurut Agama Islam, (Jurnal Ekspose,

Vol. XXIII, No. 1, Juni 2014)

17 Kausar Azhar Noer, Tasawuf Perenial Kearifan Kritis Kaum Sufi, (Jakarta: PT Serambi

Ilmu Semesta, 2003), hlm. 4.

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

7

Indonesia sebagai salah satu negara yang menampung muslim terbanyak,

dan di Indonesia pula terdapat banyak tarekat, ada tarekat yang dilabeli sesat dan

tidak sesat. JATMAN (Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah)

menampung dari sekian banyaknya tarekat yang ada di Indonesia mu’tabarah

(tidak sesat), yaitu tarekat yang tak lepas dari doktrinn Al-Qur’an dan Hadits.

Tarekat-tarekat mu’tabarah yang dinaungi JATMAN kurang lebihnya terdapat 44

tarekat mu’tabarah. Penulis di disini hanya ingin mengambil satu dari sekian

banyaknya tarekat mu’tabarah, yaitu Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyyah,

dimana masyarakat Indonesia biasa menyingkatnya dengan TQN.

Terdapat banyak cabang dalam TQN di Indonesia, salah satunya TQN

yang di usung oleh KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi Kudus - Jawa Tengah,

yang mempunyai cabang di Ciputat, Tangerang Selatan yang diasuh oleh Dr. KH.

Ahmad Shodiq MA. Penulis di sini ingin meneliti sebuah doktrin yang diusung

TQN di berbagai zaman yang akan dibagi sesuai teori perkembangan generasi.

Sebuah organisasi bisa menjadi besar ditentukan oleh kesungguhan

seorang pemimpin dalam mengembangkannya. Hal ini juga terjadi pada Tarekat

Qadiriyah wan Naqsabandiyah Piji Kudus yang didirikan oleh Kyai haji

Muhammad Shiddiq. Kepemimpinan Kyai Shiddiq selanjutnya diteruskan oleh

putera-puteranya, yaitu Kyai Haji Abdul Lathif Shiddiq, Kyai Haji Affandi

Shiddiq, dan Kyai Haji Muchtar Amin Shiddiq. Walau pada masa awal

pendiriannya tahun 1972 tarekat ini hanya diikuti oleh sekitar 200 murid sekarang

tahun 2015 diikuti belasan ribu muridin-muridat.18

Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah, di Indonesia sudah sejak abad ke

19 M, tentu bukan jangka waktu yang pendek sampai saat ini 2019. Sudah banyak

generasi yang merasakan dari pengaruh dari TQN. Di era yang serba mudah

dengan berbagai pengaruh ini, penulis akan menjabarkan TQN dari berbagai

kondisi di steiap zamannya. Hal ini penulis bagi dalam beberapa zaman yang

dibagi sesuai teori perbedaan generasi, itulah gambaran umum dari arti kata

“multizaman” yang tertera dalam judul tulisan ini.

18 Ma’mun Mu’min, Sejarah Perkembangan Pendidikan Tasawuf: Studi Tariqah Qadiriyah

wa Naqsabandiyah di Kudus Jawa Tengah, (Kudus: Jurnal QUALITY STAIN Kudus, 2016), hlm.

373.

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

8

Tarekat Qadiriyyah wan Naqshabandiyyah sebagai lembaga spiritual telah

melakukan revolusi spiritual, dengan memperbarui aktivitas untuk melakukan

ritual dengan ajarannya untuk mengisi kekosongan jiwa jamaahnya. Kekayaan

materi yang mewarnai kehidupan ini dianggap sebagai suatu yang penting asalkan

manusia mempunyai kekuatan untuk menggunakan kekayaan sebagai penopang

hidup dalam masyarakat. Sebaliknya kekayaan hatilah yang menjadi penopangnya

untuk mengendalikan hawan nafsu seseorang. Seorang sufi merupakan orang yang

kaya hati tetapi tidak pasif terhadap kenyataan hidup. Pada zaman modern ini

berbagai krisis menimpa kehidupan manusia mulai dari krisis sosial, krisis

struktural, dan krisis spiritual. Dampak dari krisis sosial, struktural dan spiritual

serta modernisasi menjadi salah satu pemicu tumbuhnya hasrat pada spiritualisme

yang sangat digemari yang mengembalikan nilai kemanusiaan pada dimensi

fitrahnya. Tarekat dalam Islam merupakan kegiatan spiritual yang menjadi

primadona bagi masyarakat. Fenomena meningkatnya kegairahan masyarakat pada

spiritualisme, tarekat di posisikan sebagai media terapi atau pengobatan serta

sebagai media untuk meningkatkan spiritualisme bagi para korban krisis

modernitas.19

Dalam hal ini penulis ingin mengangkat judul Konsep Pendidikan Ruhani

dalam Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah Perspektif K.H. Muhammad

Shidiq Al-Shalihi, karena penulis percaya tarekat sebagai salah satu metode

pendidikan ruhani masih tetap eksis sampai saat ini. Bukan hanya itu, penulis juga

mempunyai keyakinan bahwa tarekat merupakan hal penting dan banyak

memberikan sumbangsih terhadap ruhaniyah dan akhlak seseorang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membahas judul

penelitian ini dengan, “Konsep Pendidikan Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah

wan Naqsabandiyah Perspektif K.H. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi”.

19 Jainudin, Pendidikan Karakuter Dan Pergeseran Sosiopsikologis Penganut Aliran

Tarekat Qadiriyyahwannaqsabandiyah Surabaya, (JOEIS: Journal of Islamic Education Studies,

Vol. 1 No. 2, Desember 2016)

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

9

B. Identifikasi Masalah

Berdaasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya penyimpangan agama dan sosial yang diakibatkan

kurangnya pendidikan ruhani.

2. Terjadinya tidak saling mencintai sesama manusia yang mengakibatkan

perpecahan umat manusia.

3. Banyaknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme yang disebabkan oleh

kurangnya pendidikan ruhani dalam diri.

4. Beredarnya berita hoax yang disebabkan kurangnya pendidikan ruhani

pada seseorang.

5. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya yang hanya

mengandalkan guru disekolah sebagai pendidik utama.

6. Kurangnya respect siswa terhadap gurunya yang disebabkan oleh krisis

moral.

7. Kehidupan modern menjadi penghambat dalam spiritual seseorang.

8. Kurangnya pendidikan ruhani sejak usia dini.

9. Banyaknya krisis ruhani yang diakibatkan kurangnya pendidikan

ruhani.

10. Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyyah KH. Muhammad Shiddiq Al-

Shalihi untuk mencegah krisis ruhani.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar pembahasan tidak samapi

keluar jalur dan dapat mencapai tujuan yang dapat diinginkan, maka penelitian

ini dibatasi hanya pada pembahasan tentang “Konsep Pendidikan Ruhani

dalam Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah Perspektif K.H. Muhammad

Shiddiq Al-Shalihi”.

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

10

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah?

2. Bagaimana pemikiran K.H. Muhammd Shiddiq Al-Shalihi tentang pendidikan

ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang telah di sebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pemikiran KH. Muhammad Shiddiq Al-

Shalihi tentang pendidikan ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah.”

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca

terlebih terhadap penulis, adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan kontribusi bagi pembaca dan penulis dalam

memahami pendidikan ruhani, khususnya dalam Tarekat Qadiriyyah

wan Naqsabandiyah menurut KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi.

2. Dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan penulis dalam

pencegahan krisis ruhani melalui Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah menurut KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi.

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Ruhani

1. Definisi Pendidikan Ruhani

Manusia tidak hanya membutuhkan pendidikan fisik saja untuk

melangsungkan kebutuhan hidupnya, melainkan manusia pun

membutuhkan pendidikan ruhani sebagai jalan untuk membina dunia psikis

dan sosial (ruhaniyah). Dunia ruhani/ spiritual manusia adalah menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia yang tentunya

memerlukan proses pembinaan, bimbingan, dan pendidikan.

Untuk mengetahui secara terperinci antara pendidikan dan ruhani,

maka akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan

sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau

pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin, dan

sebagainya.20 Dalam bahasa Arab, pendidikan pada umumnya

menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan.

Adapun pengertian dari segi istilah, bahwa pendidikan adalah

merupakan usaha atau proses yang ditunjukan untuk membina kualitas

sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranannya dalam

kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian pendidikan

pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukkan eksistensinya

secara fungsional di tengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan

demikian akan dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.21

20 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1991), cet II, hlm. 250.

21 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014), hlm.

338.

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

12

Menurut UU SISIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan pada

dasarnya berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan

merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

latihan.22 Dalam hal ini, manusia tidak hanya membutuhkan pendidikan

secara lahiriyah/ fisik saja, melainkan manusia pun membutuhan

pendidikan yang berkaitan dengan jiwa atau ruhaninya.

b. Ruhani

Al-Ghazali menyebutkan ada dua makna ruh, yaitu: pertama,

sejenis sesuatu yang halus yang bersumber pada lubang jasmani, lalu

menyebar melalui pembuluh darah yang merasuk ke seluruh anggota tubuh.

Peredaran roh pada tubuh dan limpahan cahaya kehidupan, perasaan,

penglihatan, pendengaran, dan penciumannya, pada seluruh anggota tubuh

seperti limpahan cahaya lampu yang diedarkan di setiap sudut rumah.

Sesungguhnya lampu itu tidak sampai pada suatu pagian rumah, melainkan

ia menerangi dengan cahaya itu. Kehidupan ini seperti cahaya yang tampak

pada dinding ruangan, sedangkan roh adalah seperti lampunya. Pergerakan

roh di dalam tubuh itu seperti gerakan lampau di sekeliling rumah yang

digerakkan oleh penggerak lampu itu. Makna kedua, (sesuatu) yang halus,

yang mengetahui, yang menyerap, dari manusia. Ia yang telah kami uraikan

dalam salah satu dari makna hati dan itulah yang dikehendaki oleh Allah

swt. dengan firman-Nya: :Qul al-rûh min amrirabbi” (QS. al-Isrâ [17]: 85).

22 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 204.

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

13

Roh adalah persoalan yang mengagumkan, bersifat ketuhanan (rabbâni) di

mana mayoritas akal tidak mampu memahami hakikatnya.23

Hakikat pengertian ruh adalah degradasi eksistensi jiwa-Nya, Dzat-

Nya, sifat-sifat-Nya, dan Nur-Nya dari yang tak berhingga kehalusan-Nya

menjadi yang berhingga dan berdimensi. Pengertian ini identik dengan zat

yang memiliki kemuliaan dan kehalusan akhlak/ sifat yang tinggi.24 Masalah

ruh dan hakikatnya telah menjadi bahan pemikiran para filosof dan cerdik

cendekia semenjak zaman lampau. Karena, dengan jelas dapat ditangkap

bahwa di dalam tubuh manusia yang hidup ada sesuatu selain tubuh ini.

Dengannya, manusia menjadi dapat menangkap pemahaman dan dengan

ketiadaannya maka tubu manusia menjadi kehilangan kontrol dan

kemampuan untuk menangkap pemahaman. Dengan itu diketahui bahwa di

dalam tubuh manusia ada sesuatu selain anggita tubuh yang tampak dan

tidak tampak. Karena, ditemukan dengan jelas bahwa ketika tubuh mayat

dibedah, tidak ada suatu anggota tubuh bagian dalamnya yang hilang, yang

ada saat ia masih hidup.25

Jika akal manusia tidak mampu memahami hakikat ruh dan cara

perhubungannya dengan tubuh, bagaimana ruh itu lepas dari tubuh, dan

bagaimana pula kelanjutan setelah ruh itu lepas dari tuuh, dan bagimana ruh

adalah masalah Allah. Artinya, ia merpakan satu eksistensi yang dimliakan

Allah, namun hanya Allah swt-lah yang mengetahui hakikatnya.

Di dalam pandangan Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah,

terdapat dua istilah, yaitu nafs (jiwa) dan lathifah (kelembutan) yang

bersifat ketuhanan (rabbaniyat). Lathifah ini sebelum bersatu dengan badan

jasmani manusia disebut dengan al-ruh, dan jiwa adalah ruh yang telah

masuk dan bersatu dengan jasad yang menimbulkan potensi kesadaran

(ego). Jiwa yang diciptakan oleh Allah sebelum bersatunya dengan jasad

23 Akhmad Shodiq, Prophetic Character Building: Tema Pokok Pendidikan Akhlak

Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: KENCANA, 2018), hlm. 13.

24 Azhari Aziz Samudra dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta: Yayasan

Majels Ta’lim HDH, 2004), hlm. 91.

25 Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm.

67.

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

14

bersifat suci, bersih dan cenderung mendekat kepada Allah mengetahui

akan Tuhannya. Akan tetapi, setelah ruh tersebut bersatu dengan jassad

akhirnya ia melihat (mengetahui) yang selain Allah, dan oleh karena itu

terhalangnya ia dari Allah karena sibuknya dengan yang selain Allah itu.

Itulah sebabnya sehingga ia perlu dididik, dilatih, dan dibersihkan agar

dapat melihat, mengetahui, dan berdekatan dengan Allah swt..

Ruh yang masuk dan bersatu dengan jasad manusia memiliki

lapisan-lapisan kelembutan (lathaif), sehingga dapat dikatakan bahwa tujuh

lathaif yang ada pada diri manusia itu adalah al-nafs atau jiwa. Jadi jiwa

menurut pandangan Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah memiliki

tujuh lapisan berddasarkan nilai kelembutannya, yaitu 1) nafsul ammarah

2) nafsul lawwamah 3) nafsul mulhimah 4) nafsul muthmainnah 5) nafsur

radiyah 6) nafsul mardiyah 7) nafsul kamilah.26

Ruh adalah lapisan hati yang menikmati titik pandang cahaya-

cahaya Allah, yang pada bagian itu Allah memperhatikan perwujudan-Nya

tanpa tabir penutup. Hati adalah kulit kerang darn ruh adalah mutiara. Ruh

berusaha menarik hati (qalb) kepada Alla, sementara nafs berusaha

menjerumuskan hati. Banyak kaum sufi berpendapat bahwa ruh adalah

esensi manusia. Dan bahwa ruh adalah milik Allah, karena Al-Qur’an

mengatakan: “Ruh adalah urusan Tuhanku (QS. Al-Israa [17]: 85). Ruh

membentuk diri dalam kehidupan manusia mengambil tempat di hati. Yakni

ketika tentara kasih sayang, yang merupakan kekuatan ruh kesatuan

mengusir pasukan nafs dari hati. Pada saat itu, jiwa sufi berhubungan

dengan alam kesatuan dan terpisah dari dunia keanekaragaman.27

Islam mempunyai sistem pendidikan rohani sendiri. Pada sistem ini,

seseorang mesti bekerja dengan hati dan rohnya. Ketika upaya secara konsisten dan

kontinu telah dilaksanakan melalui hati dan roh sebagai prinsif fundamental,

aturan-aturuan dan disiplin dari para ahli rohani Islam, maka kemampuan,

26 Kharisudin Aqib, Al-Hikmah: Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hlm. 141.

27 Salahuddin, “Teori dan Struktur Lathaif dalam Tasawuf”, (Jauhar: Jurnal Pemikiran

Islam Kontekstual, 2003), hlm. 251.

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

15

kapabalitas, dan potensi hati dan roh akan dapat dihidupkan, dipersiapkan serta

diaktifkan. Seseorang yang hati dan ruhnya telah dihidupkan, dipersiapkan dan

diaktifkan melalui pendidikan ruhani, akan dikenal sebagai seorang rohaniis. Hasil

dan keuntungan dari pendidikan rohani tanpa batas. Dampaknya akan dapat

diterima dan dirasakan di dunia dan di akhirat nanti.28

Dalam Pendidikan Islam, pendidikan ruhani merupakan aspek

penting. Pendidikan ini memungkinkan potensi ruhani untuk berkembang

dan mempunyai pengalaman-pengalaman transendental yang

menjadikannya terus menyempurnakan diri sejalan dengan totalitas potensi

yang dimiliki, dengan tetap bersandar pada kaidah-kaidah yang kuat dan

dasar-dasar agama yang kokoh; yang berperan sebagai penguat dan

pengokoh relasi antara seorang muslim dengan Allah swt.. Bahwasanya

melalui pendidikan ruhaniyahlah seseorang dapat merubah sikap, moral,

serta akhlak dalam kehidupannya. Hanya melalui pendidikan inilah

seseorang dapat mengaplikasikan tiga tugas pokok diciptakannya manusia

oleh Allah swt. yaitu hablumminallah, hablumminanas, dan

hablumminalalam.

2. Tujuan Pendidikan Ruhani

Pendidikan memiliki tujuan dan fungsi sangat mulia, yaitu memanusiakan

manusia, dalam arti menjadikan manusia lebih berperan sebagai manusia, lebih

mengetahui serta memahamai nilai-nilai dan hakikat sebagai manusia. Hal ini

menjadi penting, karena jika manusia tidak mengetahui dan memahamai nilai-nilai

kemanusiaan, maka akan jatuh ke dalamsifat-sifat hewan atau binatang.29

Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan

diturunkannya agama Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk manusia muttaqin

yang rentangannya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan

manusia), baik secara linear maupun secara algoritmik (berurutan secara logis)

28 M. Akmansyah, Tujuan Pendidikan Rohani Perspektif Pendidikan Sufistik, (Jurnal

Ijtima’iyah Vol. 9 No. 1, Februari 2016), hlm. 93.

29 M. Saekun Muchith, Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan, (Stain Kudus: Jurnal

ADDIN, Vol. 10, No.1, Februari 2016), hlm. 167.

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

16

berada dalam garis mukmin-muslim-muhsin dengan perangkat komponen,

variabel, dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif bersifat

kompetitif.

Menurut Al-Ghazali, tujuan umum pendidikan Islam adalah tercermin

dalam dua segi, yaitu insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah.

Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di

akherat. Kebahagiaan dunia-akherat dalam pandangannya adalah menempatkan

kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagiaan yang lebih

mempunyai nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang diprioritaskan.

Menurut Akmansyah tujuan pendidikan rohani jangka panjang (final goal)

adalah mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah. Sehingga pendidikan dalam

prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian

pendekatan diri kepada Tuhan pencipta alam. Sedangkan tujuan pendidikan jangka

pendeknya adalah terwujudnya kemampuan manusia melaksanakan tugas-tugas

keduniaan dengan baik sebagai bekal menuju kehidupan yang kekal di akhirat.

Selain itu, tujuan pendidikan rohani yang diharapkan adalah untuk mencari,

membina dan mengembangkan hubungan individual-vertikal yang harmonis;

sampai (wushūl) kepada Allah dengan kesetiaan hanya kepada-Nya semata,

melaksanakan moralitas Islam yang diteladani oleh Nabi saw. berdasarkan pada

cita-cita ideal dalam al-Qur’an. 30

Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan dunia

ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup

manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal

kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai mendorong manusia berusaha

keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan,

sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan

duniawi atau materi yang dimiliki. Keseimbangan dan keserasian antara

kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tanggal terhadap pengaruh-

pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang menggoda

30 M. Akmansyah, OpCit, hlm. 106.

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

17

ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual,

sosial, kultural, ekonomi, maupun kehidupan pribadi manusia.

B. Tarekat

1. Definisi Tarekat

Dalam dunia Islam, tarekat adalah bukan suatu yang baru. Tarekat

berasal dari bahasa Arab, thariqah, jamaknya tara’iq. Secara etimologi,

tarekat berarti (1) jalan, cara (al-kaifiyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3)

madzhab, aliran, haluan, (al-madzhab); (4) keadaan (al-halah); (5) pohon

kurma yang tinggi (an-nakhlah at-tawilah); (6) tinggi tempat berteduh,

tongkat payung (‘amud al-mizallah); (7) yang mulia, terkemuka dari kaum

(syarif fi asy-syay’).31

Secara terminologi, tarekat bermakna pengamalan ajaran-ajaran

islam yang teliti dan rasa hati-hati kemudia mengamalkan amalan-amalan

yang dianjurkan disertai mengamalkan ibadah dan riyadlah. Menjauhi hal

yang samar (syubhat) dan hal yang tidak pasti hukumnya ialah sebuah

bentuk konkret dari rasa kehati-hatian tersebut. Adapun permisalan dari

amalan yang dianjurkan adalah seperti shalat sunah rawatib, shalat tarawih,

shalat tahajud dan amalan anjuran lainnya. Kemudian lidahnya basah akan

dzikrullah beristigfar, bertahlil, puasa daud ialah perumpaan dari

riyadhah.32

Seseorang muslim yang mendalami tasawuf, bertarekat adalah

langkah awal praktek yang dilakukan. Seseorang dengan bertarekat akan

mengenal apa saja yang berhubungan dengan hawa nafsu dan

karakteristiknya, yang bertujuan untuk menghindari hal keji dan

mengamalkan kebajikan. Oleh sebab itu, begitu pentingnya bertarekat bagi

seluruh pemeluk agama islam yang ingin hatinya bersih akan hal-hal yang

31 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), hlm. 305.

32 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006),

hlm. 97.

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

18

bersifat materi melalui dzikrullah (ingat kepada Allah swt.), muraqabah

(mendekatkan diri), ma’rifah (mengenal), dan muhasabah (introspeksi)

kepada Allah swt..

Dalam kalangan sufi, tarekat adalah sistem dalam rangka

mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela

dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan memperbanyak dzikir

dengan penuh ikhlas semata-mata untuk mengharapkan bertemu dengan dan

bersatu secara ruhiah dengan Tuhan. Jalan tarekat itu anatara lain terus-

menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan.33

Rosihon Anwar mengutip perkataan Asy-Syekh Muhammad Amin

Al-Kurdy mengemukakan definisi tarekat, yaitu:34

ينبغى ئمها والبعد عن التساهل فيما ل الطريقة هي العلم بلشريعة والخذ بعزا التساهل فيه.

“Tarekat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah

(dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah

(ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.”

نهيات ظ قدر الطاقة.ناا وامتثال الوامر اللهية ب اهراا وبط الطريقة هي اجتباب الم

“Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan

sesuai dengan kesanggupan, baik larangan dan perintah yang nyata

maupun yang tidan (bathin).”

Menurut Saifulloh Aziz yang mengutip Syekh Zainuddin bin Ali dalam

Kitab Nadhom “Hidayatul Adzkiya ‘Ila Thoriqil Auliya’”, bahwa tarekat juga

mempunyai pengertian:35

ب ت لا وطريقة أخذ بحوط كالورع ۞ وعزيمة كريضة مت

33 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 270. 34 Rosihon Anwar, Opcit, hlm.

35 Moh. Saifulloh Al-Aziz Senali, Tashawwuf & Jalan Hidup Para Wali, (Gresik: Putra

Pelajar, 2000), hlm. 32.

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

19

“Tarekat adalah menjalankan amal yang lebih berhati-hati dan tidak

memilih kemurahan (keringanan) syara’ seperti sifat wara’ serta

ketetapan hati yang kuat seperti latihan-latihan jiwa.”

Menurut Harun Nasution, tarekat adalah organisasi dari pengikut sufi-sufi

besar. Mereka mendirikan organusasi-organisasi untuk melestarikan ajaran-ajaran

tasawuf gurunya sehingga timbulah tarekat. Tarekat ini memakai suatu tempat

pusat kegiatan yang disebut ribat (disebut juga zawiyah, khanaqah, atau pekir). Ini

merupakan tempat murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran

tasawuf walinya, ajaran tasawuf syekhnya.36

Menurut Dr. Akhmad Sodiq, M.A., ilmu tarekat menurut Ibn Arabi

–sebagaimana dikutip Kiyai Shiddiq- adalah warisan para nabi yang

diwariskan secara turun-temurun hingga sampai kepada pewaris terbaik

(Nabi Muhammad saw.). Tarekat merupakan ilmu yang Allah wahyukan

kepada para rasul dan nabinya sebelum Nabi Muhammad saw.. Ia

merupakan ruh syariat dan agama-agama.37 Ilmu tarekat juga mempunyai

pengertian yang bertujuan memperbaiki akhlak manusia, yang seperti yang

dikatakan oleh Abdul Hadi, dalam bukunya yang berjudul Kebangkitan

Kaum Sufi Kontemporer, ia berkata bahwa tarekat adalah “ilmu tentang cara

untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela kemudian mengisinya

dengan sifat-sifat yang terpuji agar mendapatkan posisi yang dekat dengan

Allah ‘azza wa jall.”38

Ilmu tassawuf menerangkan bahwa syari’at adalah sebuah

peraturan, tarekat ialah pengemalan, lalu hakikat yaitu sebuah pencapaian

yang kemudian ma’rifat adalah tujuan finalnya.39

36 Harun Nasution, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam dalam Orientasi

Pengembangan Ilmu Tasawuf, Proyek pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama

Islam/IAIN, Jakarta: Ditbinbaga Depag RI, 1968, hlm. 24.

37 Akhmad Sodiq, Mursyid TQN Kontemporer KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi Kudus,

(Yogyakarta: Samudra Biru, 2016), hlm. 90.

38 Abdul Hadi, MA., Kebangkitan Kaum Sufi Kontemporer Indonesia: JATMAN, (Kendal:

Pustaka Amanah, 2018), hlm. 30.

39 Moh. Saifullah Al-Aziz Senali, OpCit, hlm. 32-33.

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

20

Dari berbagai aspek pendidikan, tarekat adalah sebuah sistem

pendidikan yang memiliki unsur-unsur pendidikan di dalamnya, seperti

mursyid yang berlaku sebagai pendidik, murid atau pengikut sebagai siswa,

dan ilmu tarekat merupakan materi pelajarannya. Di dalam tarekat pun

terdapat metode, teknik, dan tujuannya tersendiri sebagaimana sebuah

pendidikan yang tersetruktur. Dan juga di dalam tarekat ada tata tertib yang

harus dipatuhi.

Sejatinya pendidikan dalam tarekat adalah pendidikan jiwa. Para

ahli tarekat berkeyakinan, bahwa hakikat manusia adalah jiwanya. Dialah

raja dalam tubuhnya. Sehingga apa saja yang dilakukan oleh anggota

tubuhnya adalah atas perintah jiwanya, apabila jiwanya jahat maka jeleklah

perbuatan yang dilakukan oleh anggota tubuhnya, demikian pula

sebaliknya. Dengan demikian, maka mendidik jiwa berarti telah medidik

hakikat manusia, dan akan berdampak pada seluruh totalitas

kemanusiannya.40

Dengan kata lain, penulis bisa menyimpulkan bahwa tarekat adalah

sebuah wadah atau lembaga pendidikan ruhani, di mana seseorang dididik

untuk menuju Allah dengan cara membersihkan diri dari sifat tercela dan

menggantinya dengan sifat terpuji.

2. Sejarah Tarekat

Apa yang disebut tarekat pada mulanya adalah sikap zuhud para

sahabat atau generasi awal muslim yang ingin menjalankan syariat-syariat

secara konsisten.

Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mulai-mulai

timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Harun Nasution

menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya

40 Kharisudin Aqib, OpCit, hlm. 153.

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

21

dikatakan sesat, tasawuf berkembang dalam dunia Islam, tetapi perkembangannya

melalui tarekat.41

Menurut Dr. Kamil Mustafa Asy-Syibli dalam tesisnya tentang gerakan

tasawuf dan gerakan Syi’ah mengungkapkan, tokoh pertama yang

memperkenalkan sistem tarekat itu Syekh Abdul Qadir Al-Jilani [w. 561 H/1166

M] di Baghdad, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir dengan Tarekat Rifa’iyah, dan

Jalaluddi Ar-Rumi [w. 672 H/1273 M] di Parsi.

Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu

Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa,

di antaranya tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi [w. 562

H/1169 M], tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abdul Khalik Al-

Ghuzdawani [w. 617 H/1220 M], tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh

Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389 M] di

Turkistan, tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati [w. 1397

M].42

Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode

ini dan cukup terkenal, tetapi tidak termasuk rumpun Al-Junaid. Tarekat-tarekat ini

antara lain adalah:

1. Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Muhyiddin Abdul Qadir

Al-Jilani ra. [471 H/1078 M].

2. Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan oleh Syekh Ahmad Asy-Syadzili

[593-656 H/1196-1258 M].

3. Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Syekh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i

[1106-1182 M].

Tarekat yang tergolong kepada grup Qadiriyah ini cukup banyak dan

tersebar ke seluruh negeri Islam. Tarekat Faridiyah di Mesir yang dinisbatkan

kepada Umar bin Al-Farid [1234 M] yang kemudia mengilhami tarekat Sanusiyah

[Muhammad bin Ali As-Sanusi, 1787-1859 M] melalui tarekat Idrisiyah [Ahmad

41 Harun Nasution, Opcit, hlm. 24.

42 M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2008),

hlm. 209.

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

22

bin Idris] di Afrika Utara merupakan grup Qadiriyah yang masuk ke India melalui

Muhammad Al-Ghawath [1517 M] yang kemudian dikenal dengan tarekat Al-

Ghawathiyah atau Al-Mi’rajiyah dan di Turki dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi

[1041 H/1631 M].43

Di Indonesia pun tarekat berkembang dan dibedakan menjadi dua jenis,

ada yang berjenis Tarekat Mu’tabarah dan Tarekat Ghairu Mu’tabarah. Hal ini

dibedakan dikarenakan untuk melindungi dari label “sesat”. Tarekat-tarekat yang

ajarannya sesuai dengan doktrin Islam (Al-Qur’an dan As-Sunah) dilabeli sebagai

Tarekat Mu’tabarah. Sebaliknya, tarekat yang ajarannya kurang sesuai dengan

doktrin Islam dikelompokan sebagai Tarekat Ghairu Mu’tabarah.

Untuk menghindari dari berbagai penyimpangan-penyimpangan,

dibentuklah satu badan federasi yang bernama Pucuk Pimpinan Jam’iyah Ahlit

Thoriqoh Mu’tabaroh pada tahun 1957 yang kemudian berganti nama menjadi

Jam’iyah Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyin pada tahun 1979.

Organisasi ini dipimpin oleh Kyai ternama dari pesantren-pesantren besar seperti

Kyai Baidlawi, Kyai Ma’sum, dan Kyai Hafiz, dan yang saat ini sedang menjabat

adalah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

3. Ciri-ciri Tarekat

Menurut ketentuan tarikat pada umumnya, bahwa seorang Syekh sangat

menentukan terhadap muridnya. Keberadaan murid di hadapan gurunya ibarat

mayit atau bangkai yang tak berdaya apa-apa. Dan karena tarikat itu merupakan

jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka orang yang

menjalankan tarikat itu harus menjalankan syariat dan si murid harus memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut44:

1. Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.

43 M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ibid, hlm 209.

44 Abuddin Nata, OpCit, hlm. 270.

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

23

2. Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak

dan gurunya; dan melakukan perintahnya dan meninggalkan

larangannya.

3. Tidak mencari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai

kesempurnaan yang hakiki.

4. Berbuat dan mengisi waktu efisien mungkin dengan segala wirid dan

doa guna pemantapan dan kekhusuan dalam mencapai maqamat

(stasiun) yang lebih tinggi.

5. Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat

menodai amal.

Ciri-ciri tarikat tersebut merupakan ciri yang pada umumnya dianut

setiap kelompok, sedangkan dalam bentuk amal dan wiridnya berbeda-beda.

Dengan ciri-ciri di atas, tidak mengherankan bahwa tarikat itu

sebenarnya ilmu mukasyafah, yaitu ilmu yang dapat menghasilkan pancaran

nur Tuhan ke dalam hari murid-muridnya, sehingga dengan nur itu

terbukalah baginya segala sesuatu yang ghhaib daripada ucapan-ucapa

nabinya dan rahasia-rahasia Tuhannya. Ilmu ini dilakukan dengan cara

riadah/ latihan dan mujahadah.

4. Tujuan Tarekat

Diantara banyaknya tujuan tarekat yang hendak dicapai, beberapa diantaranya

adalah45:

1. Dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan latihan (riyadhah)

dan berjuang melawan nafsu (mujahadah), membersihkan diri dari sifat-

sifat yang tercela dan diisi dengan sifat-sifat yang terpuji. Hal itu

dilakukan melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai seginya.

2. Selalu dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Dzat Yang

Mahabesar dan Mahakuasa atas segalanya dengan melalui jalan

45 Moh. Saifulloh Al-Aziz, OpCit, hlm. 39.

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

24

mengamalkan wirid dan dzikir disertai tafakur yang dilakukan secara

terus-menerus.

3. Berawal dari hal ini nantinya akan timbul perasaan takut kepada Allah

sehingga timbul pula dalam diri seseorang itu suatu usaha untuk

menghindarkan diri dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat

menyebabkan lupa kepada Allah.

4. Jika hal itu semua dapat diilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan

kepada Allah, maka tidaklah mustahil akan dapat dicapai suatu

tingkatan makrifat, sehingga dapat diketahui segala rahasia dibalik tabir

cahaya Allah dan Rasul-Nya secara terang benderang.

5. Akhirnya dapat diperoleh apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari

hidup ini.

Kegunaan tarekat berikut wirid-wirid yang ada di dalamnya adalah

untuk mencerahkan hati (al-qalb) sehingga mudah bagi seseorang untuk

musyahadah. Musyahadah merupakan kenikmatan agung dan tujuan akhir

bagi para pemikir (al-uqala). Ia merupakan jalan untuk samapai kepada

Hadrah al-Bariy dengan perantara syekh yang sempurna.46

Dapat disimpulkan bahwa tujuan tarekat adalah menyingkirkan yang

selain Allah swt. itu sendir, dan pengharapan ridha Allah untuk kehidupan, baik

di dunia dan di akhirat. Sama sekli tidak ada tujuan negatif yang terselip di

dalamnya sehingga dapat menggelincirkan umat Islam jatuh ke dalam kesesatan.

Sebagaimana yang sering dituduhkan oleh beberapa orang yang belum mengetahui

tentang Ilmu Tarekat. Karena ilmu ini bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis.

5. Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah KH. Muhammad Shiddiq Al-

Shalihi

Ada berbagai macam tarekat di dunia khusunya di Indonesia, salah

satunya adalah Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah. Tarekat ini di

Indonesia tergolong dalam jenis tarekat mu’tabarah yang melalui

46 Akhmad Sodiq, Mursyid ..., OpCit, hlm. 90.

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

25

JATMAN, sudah lulus verifikasi dari label sesat, dikarenakan tarekat ini

selalu memgang teguh Al-Qu’an dan Sunnah.

Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyyah atau yang sering disingkat

dengan TQN, adalah penggabungan dari dua tarekat besar; yaitu Tarekat

Qadiriyyah yang didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dan Tarekat

Naqsabandiyyah yang didirikan oleh Syaikh Baha’uddin An-Naqshabandi.

Tarekat ini didirikan oleh seorang ulama besar yang berasal dari

Nusantara, yaitu Syaikh Ahmad Khatib Sambas (w. 1878 M), tinggal di

Mekah yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram yang didirika pada tahun

1857 M. Inti ajaran dari gabungan kedua tarekat besar ini untuk diajarkan

kepada murid-murid khususnya yang berasal dari Nusantara; yaitu atas

dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran itu bersifat

saling melengkapi, terutama dalam hal jenis dzikir dan metodenya. Tarekat

Qadiriyyah menekankan ajaran dzikirnya dengan menggunakan metode

jahr (bersuara), sedangkan Tarekat Naqsabandiyyah menekankan ajaran

dzikirnya dengan menggunakan metode sirri (diam), atau dzikir lathifah.

Dengan penggabungan itu diharapkan para muridnya dapat mencapai

derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih efektif dan

efisien.47

Penyebaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Nusantara

melalui jalur para murid dan khalifah syekh Ahmad Khatib Sambas.

Khalifah-khalifah yang terkenal diantaranya ialah Syekh Abdul Karim dari

Banten, Syekh Talhah dari Cirebon dan Syekh Ahmad Hasbullah dari

Madura.

a. Ajaran Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyah

Ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu ajaran tentang

kesempurnaan suluk, adab para murid, zikir, dan muraqabah. Keempat

ajaran inilah pembentuk citra diri yang paling dominan dalam kehidupan

47 Mu’min, Ma’mun, Sejarah Tarekat Qodiriyyah Wan Naqsabandiyyah Piji Kudus,

(Kudus: Fikrah STAIN KUDUS, 2014), hlm. 364.

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

26

para pengikut Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Ajaran-ajaran

tersebut juga membentuk identitas diri yang membedakan antara pengkut

tarekat dengan yang lain, khususnya ajaran-ajaran yang bersifat teknis,

seperti tata cara berzikir, muraqabah, dan bentuk-bentuk upacara ritualnya.48

Dari beberapa pokok ajaran Tarekat Qadiryyah wan

Naqsabandiyyah diantaranya:

1. Kesempurnaan Suluk

Keyakinan yang ditekankan oleh taekat ini adalah sesungguhnya

kesempurnaan siluk (mendekatkan diri pada Allah dengan penambahan

jalan kesufian) ialah bila dalam tiga dimensi keimanan (Islam, Iman, dan

Ihsan).

Ketiga hal ini biasa juga dinamai dengan syari’at, tarekat, dan

hakikat. Syari’at merupakan dimensi peraturan-peraturan di ajaran Islam.

Itu termasuk ketentuan yang telah ditetapkan Allah swt lewat RasulNya

Muhammad saw. baik hal yang dilarang maupun hal yang diperintahNya.

Sedang kan tarekat ialah suatu dimensi dalam melaksanakan syariat

tersebut, melalui penghayatan akan pengalaman syari’at itulah, sebab itu

muslim akan memperoleh legitnya iman yang disebut ma’rifat.

Syekh Abdul Qadir Al-jilani yang menekankan sendiri prinsip

kesempurnaan suluk, bisa kita pahami bahwa beliau adalah seorang sufi,

wali, faqih, ulama besar dalam islam.

2. Adab Murid-Mursyid

Dengan mencontoh adab para sahabat akan Nabi saw dalam hal

mu’asyarah (pergaulan) melestarikan sunnah (tradisi) nya pada masa Nabi saw.

Murid diposisikan sebagai para sahabat dan Mursyid dicontohkan sebagaimana

halnya Nabi saw dalam hal irsyad (bimbingan) dan ta’lim (pengajaran). Begitu

indahnya hubungan sahabat dan Nabi saw. kala itu. Saling menyayangi, saling

mengasihi, dan hal positif lainnya yang sebagaimana mestinya pendidikan terjadi.

48 Kharisudin Aqib, Al-Hikmah..., opcit, hlm.60.

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

27

Dengan semestinya murid hormat akan mursyid baik lahir dan batinnya,

yang mana mana mesti percaya dengan segenap hati bahwa mursyidnya akan

mengantarkan pada apa yang dimaksudnya. Inilah beberapa sekurang-kurangnya

adab akan mursyidnya.

1) Seyogyanya murid selalu berperasangka baik akan mursyidnya.

2) Seyogyanya murid tak sekalipun menduduki tempat duduk sang

mursyid.

3) Seyogyanya murid tidak dipakainya benda yang milik mursyidnya.

4) Seyogyanya murid menyegarkan apa yang disuruh mursyidnya.

5) Seyogyanya murid enggan memberi usul yang mana ia belum terlalu

menguasainya.

6) Murid tidak menanyakan akan kemana bila mursyid lewat di depannya.

7) Murid tidak akan menikahi janda dari mursyidnya.

8) Melawan mursyid (dalam kebijakan) sama halnya melawan Allah swt..

Ibn Arabi pun mengatakan bahwa murid yang membangkan mursyidnya

telah hancur adabnya akan Rasulullah saw.. Dalam nasab kerohanian agar sampai

kehadirat Allah swt.. Al-Qur’an menjelaskan bahwa bilamana orang yang beriman

menyodorkan pertanyaan suatu hal terhadap Rasulullah saw. akan hal yang

bilamana diterangkan justru membuat suka bagi mereka.

س لوا عنها حي ء إن ت بد لكم تسؤكم وإن ت شيا ي أي ها ٱلذين ءامنوا ل تس لوا عن أ عنها غفور حليم ) ي ن زل ٱلقرءان ت بد لكم عفا ٱلل (٠١١ وٱلل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada

Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan

kamu dan jika kamu menyanyakan di waktu Al-Qur’an itu diturunkan,

niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan kamu tentang

hal-hal itu. Allah Mahapengampun lagi Mahapenyantun.” (Q.S. Al-

Maidah [5]: 101)

Sebab itu, semestinya dalam tarekat adab harus dirawat oleh seorang

murid. Murid tidak berdiskusi di belakang, menyanggah, atau mempertanyakan

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

28

pesan mursyidnya. Hal ini dimaksudkan agara diperolehnya keberkahan oleh sang

murid dari sang mursyid agar meningkatnya maqam-nya.49

3. Dzikir

Dzikir bermakna aktivitas lisan maupun hati (batin yang selaras

dengan apa yang telah didapat dari bai’at mursyidnya). Tarekat Qadiriyyah

wan Naqsabandiyyah mengajarkan dua macam cara berdzikir, yaitu:

1) Dzikir nafi isbat adalah dzikrullah melalui kalimat “la illaha illallah”.

Dzikrullah adalah inti dari ajaran Tarekat Qadiriyyah yang diamalkan

dengan lantang (jahr).

2) Dzikir ismu dzat, yaitu dzikrullah dengan menyebutkan kalimat “Allah”

secara sirr atau khafi (dalam hati). Dzikir ini juga disebut melalui dzikir

lathifah yang merupakan karakteristik dari Tarekat Naqsabandiyyah.50

Selain hubungan secara vertikal habluminallah (hubungan hamba

dengan Tuhannya), tarekat juga mengajarkan hubungan secara

horizontal antar sesama makhluk, yaitu habluminannas (hungan sesama

manusia) dan hablum minal ‘alam (hubungan hamba dengan alam).

4. Muraqabah (Upaya Mendekatkan Diri Kepada Allah swt.)

Untuk bisa melakukan muraqabah yang dibutuhkan adalah sebuah

kesadaran. Kesadaran bahwa ia sedan dan selalu dipandang oleh Allah swt..

Ketika Allah memandang diri kita, Allah memandang dengan pandangan-

Nya yang mewakili ekspresi dari asma’ (nama-nama-Nya), af’al (ketentuan-

Nya), dan sifat-Nya.

Agar seseorang siap untuk dipandang, Allah memberikan kepada

hambaNya isti’dadul ‘abdi (kesiapan untuk dipandang) yang membutuhkan

beberapa tahapan ikhtiar atau proses. Ketika seseorang hamba tidak siap

untuk bisa menerima cahaya pandangan Allah maka ia bisa terbakar.

49 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta, 2008), hlm. 67-69.

50 Ahmad Iza Maulana, “Meniti Jalan Menuju Ridha Allah”,

http:/santriblarah.blogspot.com/2013/04/tarekat-muktabaroh-qodiriah-wa.html, (diakses pada 28

September 2019, pukul 20.02 WIB)

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

29

Sebaliknya, ketika seseorang hamba sudah siap dipandang oleh dan

menerima cahaya Allah maka ia siapkan cermin yang bersih untuk

memantulkan cahaya Allah dan itulah yang disebut Nurun ‘ala Nuurin

(Cahaya di atas cahaya).

Hanya di dalam tarekat kita bisa mengetahui kesanggupan dalam

proses muraqabah karena dibantu dengan sang mursyid.

b. KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi

KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi, lahir dari pasangan Ibu Nyai

Qomari dan Kyai Muhammad Juraimi Abdullah di Kudus pada tahun 1918

di desa Piji Dawe Kudus, Jawa Tengah. Beliau wafat pada Sabtu 5 ramadlan

1431 H./ 14 Agustus 2010 di usianya yang ke 92 tahun.51

Beliau telah menjalankan pendidikannya di pondok pesantren

Tasywiqutthullab (sekarang Tasywiqutthullab Salafiyah) Kudus, kemudian

menlanjutkan pendidikannya di pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah

Tebuireng Jombang yang saat itu diampu langsung oleh Hadratussyaikh

KH. Hasyim Asy’ari.52

Ketika mondok di Tebuireng, beliau selalu menimba ilmu kepada

Kyai-kyai besar di sekita Jombang. Pada saat inilah beliau bai’at littarbiyah

Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyyah kepada Hadratussyaikh KH.

Romli Tamim hingga sempurna bai’at tuju lathifah hingga mendapat

khirqah bil lisan sebagai bentuk pengangkatannya sebagai mursyid.53

Kyai Shiddiq adalah termasuk mursyid yang produktif menulis kitab

dalam bahasa arab, diantaranya; Tulisan yang paling monumentalnya

adalah Nalil al-Amani fi Dzikr Manaqib al-Qutb al-Rabbani al-Syaikh Abdil

Qadir al-Jilani Radhiyallahu ‘anh merupakan syarah dari kitab Lujjain al-

51 Akhmad Shidiq, Mursyid ..., Opcit, hlm. 31.

52 Akhmad Sodiq, Ibid, hlm. 9. 53 Akhmad Sodiq, Ibid, hlm. 13.

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

30

Dani fi Manaqib al-Qutb al-Rabbaniy al-Syaikh Abdil Qadir al-Jilani

Radhiyallahu ‘anh karya al-Sayyid al-Syaikh Ja’far bin Hasan al-Barzanji.54

54 Akhmad Sodiq, Ibid, hlm. 27.

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

31

C. Hasil Penelitian Relevan

1. Luqman Abdullah (12410031, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), dalam skripsinya yang berjudul

“Kontribusi Tarekat Naqsabandiyah Terhadap Pendidikan Agama Islam

Dan Perubahan Perilaku Sosial (Studi Kasus Jamaah Tarekat

Naqsabandiyah di Dukuh Tompe Kelurahan Karangnongko Kecamatan

Mojosongo Kabupaten Boyolali)”.55

Adapun persamaan dan perbedaannya sebagai berikut:

Persamaannya, membahas kontribusi tarekat terhadap pendidikan Islam,

walaupun pembahasannya tidak semua sama. Kemudian persamaan

berikutnya, yaitu menggunakan penelitian kualitatif.

Perbedaannya, walaupun menggunakan penelitian kualitatif, di sini Luqman

menggunakan metode induktif. Sedangkan penulis menggunakan metode

deskriptif.

2. Mutiah (143111057, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta,

2018) dalam skripsinya yang berjudul “Nila-nilai Pendidikan Agama Islam

Pada Amalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah”.56

Adapun persamaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut:

Persamaannya, yaitu menggunakan penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif.

Perbedaannya, yaitu hanya sebatas judul dan sedikit banyak

pembahasannya.

3. Ajar Joyo Kumoro (11114050, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN

Salatiga, 2018) dalam skripsinya yang berjudul “Tarekat Sebagai

Pendekatan Pendidikan Agama Islam Pada Lanjut Usia”.57

Adapun persamaan dan perbedaannya adalah:

55 Luqman Abdullah, Kontribusi Tarekat Naqsabandiyah terhadap Pendidikan Agama

Islam dan Perubahan Perilaku Sosial, skripsi, (Yogyakarta: FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2016)

56 Mutiah, Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Amalan Tarekat Qoriyah Wa Naqsabandiyah,

skripsi, (Surakarta: FITK IAIN Surakarta, 2018).

57 Ajar Joyo Kumoro, Tarekat Sebagai Pendekatan Pendidikan Agama Islam Pada Lanjut

Usia, skripsi, (Salatiga: FITK IAIN Salatiga, 2018).

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

32

Persamaannya, yaitu sedikit sama dalam pembahasan dan menggunakan

penelitian kualitatif.

Perbedaannya adalah, Ajar menggunakan penelitian kualitatif dengan

metode lapangan (field research).

4. Ahmad Zaenurrohman Wakhid (11411021, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015) dalam skripsinya yang

berjudul “Tarekat Sebagai Model Pendidikan Agama Islam Pada Lanjut

Usia (Studi Metode dan Materi Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsabandiyyah)”.58

Adapun persamaan dan perbedaannya adalah:

Persamaan, yaitu menggunakan penelitian kualitatif dengan metode

pustaka.

Perbedaannya, yaitu sedikit banyak dalam pembahasan dan judul.

5. Arifin (109011000189, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta), dalam skripsinya yang berjudul “Pendidikan

Berbasis Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Pondok Pesantren

Suryalaya: Analisis Peran KH. A. Shohibul Tajul ‘Arifin”.59

Adapun persamaan dan perbedaanya adalah:

Persamaan, yaitu menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode deskriptif.

Perbedaannya, yaitu sekadar judul dan sedikit banyak dalam

pembahasannya.

58 Ahmad Zaenurrohman Wakhid, Tarekat Sebagai Model Pendidikan Agama Islam Pada

Lanjut Usia, skripsi, (Yogyakarta: FITK UIN Yogyakarta, 2015). 59 Arifin, Pendidikan Berbasis Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Pondok Pesantren

Suryalaya, skripsi, (Ciputat: FITK UIN Jakarta, 2014).

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah Konsep Pendidikan

Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah Perspektif KH.

Muhammad Shiddiq Al-Shalihi.

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan terhitung

dari bulan November 2019 sampai bulan Febuari 2020.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang di tujukan

untuk mendeskripsikan dan menganilisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual

maupun kelompok.”60

Skripsi ini penulis menggunakan metode deskriprif analisis yang

menggunakan tehnik analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library

Research). Karena penelitian ini merupakan library research, maka sumber

data pada penelitian ini adalah literatur-literatur yang berkaitan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Maman, “Sumber data penelitian

kualitatif ialah tindakan dan perkataan manusia dalam suatu latar yang

bersifat alamiah. Sumber data lainnya ialah bahan-bahan pustaka, seperti:

dokumen, arsip, koran, majalah, jurnal ilmiah, buku, laporan tahunan dan

lain sebagainya”.61

60 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), cet. 31, hlm. 60. 61 U. Maman Kh, dkk., Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktek, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada Press, 2006), hlm. 80.

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

35

C. Sumber Data

a. Sumber Primer : Buku biografi Mursyid TQN Kontemporer K.H.

Muhammad Shiddiq Al-Shalihi Kudus: Mengurai Pokok-pokok

Persoalan Tarekat.

b. Sumber Sekunder : ialah buku-buku yang berkaitan dengan masalah

penelitian, jurnal-jurnal terkait, serta buku – buku tentang pendidikan

akhlak.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengatagorikannya, sehingga

diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

dijawab.62

Dari data – data yang terkumpul akan dibahas dengan metode

deskriptif analisis, yaitu metode pembahasan masalah dengan cara

memaparkan atau menguraikan masalah secara teoritis, untuk kemudian

menganalisisnya dalam rangka mendapatkan kesimpulan yang tepat.

Metode penarikan kesimpulan dipakai pola deduktif maupun

induktif. Metode deduktif adalah cara penarikan kesimpulan yang dimulai

dari masalah yang bersifat khusus, sedangkan induktif adalah metode

penarikan kesimpulan yang dimulai dari fakta – fakta yang bersifat khusu

ditarik pada kesimpulan yang bersifat umum

E. Fokus Penelitian

Menurut Sugiyono, “Batasan masalah dalam penelitian kualitatif

disebut dengan fokus, yang berisi fokus masalah yang masih bersifat

umum.”63

62 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), hlm. 209 63 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods),

(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.287

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

36

Dengan melihat pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan

apa yang ada dalam batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam

penulisan ini, yaitu mengenai konsep pendidikan ruhani dalam Tarekat

Qadiriyyah wan Naqsabandiyah perspektif KH. Muhammad Shiddiq al-

Shalihi.

Dengan demikian dalam penelitian ini penulis bermaksud mengkaji

tentang konsep pendidikan ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah perspektif KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi.

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

37

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi

1. Riwayat Hidup

KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi terlahir di Kudus, Jawa Tengah

pada tahun 1918. Tepatnya di desa Piji Dawe lereng Gunung Muria.

Mbah Shiddiq terlahir dari pasangan Ibu Nyai Qomari dan Kyai

Muhammad Juraimi Abdullah.64

Gambar 4.1

Foto KH. Muhammad Shiddiq Al-Ashalihi

Mbah Shiddiq adalah mursyid Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah yang sangat produktif dalam bidang sosial, beliau

mengabdikan dirinya untuk tanah air yang dipijaknya. Beliau sempat

menjadi kepala daerah dan anggota legislatif kabupaten Kudus.65 Beliau

sukses memegang amanahnya untuk pembangunan kota Kudus.

64 Akhmad Sodiq, Mursyid TQN Kontemporer K.H. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi Kudus,

(Yogyakartaa: Samudra Biru, 2016), hlm. 9.

65 Ma’mun Mun’im, Sejarah Tarekat Qodiriyyah Wan Naqsabandiyyah Piji Kudus, Kudus:

Fikrah STAIN KUDUS, 2014, hlm. 372.

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

38

Selain sukses dalam bidang sosial, Mbah Shiddiq juga sukses dalam

dunia tarekat yang dirintis di Kudus tahun 1975. Kini cabang Tarekat

Qadiriyyah wan Naqsabandiyah hasil besutan beliau memiliki cabang

di beberapa daerah, seperti di Pasuruan yang diasuh oleh KH. Asnawi

Fauzan, di Kabupaten Pati diasuh oleh KH. Noor Jusno, KH. Affandi

dari Tuban, dan di Ciputat Tangerang Selatan yang diasuh oleh KH. Dr.

Akhmad Sodiq, M.A..66 Kini Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah

Mbah Shiddiq diwariskan kepada putranya KH. Affandi Shiddiq.

KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi merupakan seorang mursyid

yang tak hentinya dalam melantukan dzikir kepada Allah swt.. Di akhir

hayatnya, Mbah selalu melantunkan dzikir yang tak hentinya beliau

lantunkan. Bahkan, malam hari pun beliau kadang tak suka tidur, beliau

seringkali berdialog dengan seseorang tetapi tidak ada yang

mengetahuinya. Pada saat menemui tamu pun beliau tetap melantunkan

dzikirnya dan sesekali mengucap kalimat thayibah. Satu tahun sebelum

kepergiannya, beliau tidak lagi berkata-kata, kecuali berdzikir.

Mbah Shiddiq wafat pada hari sabtu 5 Ramadhan 1431 H/ 14

Agustus 2010. Beliau meninggalan tujuh orang putra-putri yaitu:

Mu’ainah, Abdul Latif, Ahmad Kamal, Masnuni, Afandi, Amin Kurdi,

dan Zainul Arifin.67

2. Latar Belakang Pendidikan

Di Desa Piji Dawe, Mbah Shiddiq dididik oleh ayah dan ibunya

sebelum kemudian melanjutkan mondok di Pesantren Tasywiqutthullab

–sekarang menjadi Tasywiqutthullab Salafiyah (TBS) Kudus.

Mbah Shiddiq adalah santri yang sederhana, cerdan dan sangat

tekun. Dengan ilmu yang didapatnya di podokk tersebut, kemampuan

Mbah Shiddiq melebihi kemampuan santri lainnya. Atas prestasinya

tersebut, Mbah Shiddiq sudah dipercaya oleh Gurunya untuk mengajar

66 Ma’mun Mun’im, ibid. hlm. 372.

67 Akhmad Sodiq, Mursyid ..., Opcit, hlm. 31.

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

39

pada penyajian kitab kuning di Masjid Menara Kudus sejak beliau masih

menjadi santri TBS. Namun, beliau tidak sampai tamat nyantri di TBS

ini, dikarenakan secara tiba-tiba beliau diminta menyudahkan

pendidikannya tersebut dan diamanahkan untuk melanjutkan

mondoknya di Tebuireng, Jombang.68

Setelah beliau mondok di TBS selama lima tahun, kemudian beliau

melanjutkan mondoknya di Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng, yang

dibawahi langsung oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy-‘Ari. Di

bawah kepemimpinan Hadratussyaikh beliau menamatkan

pendidikannya di pesantren yang merupakan rujukan ulama di

zamannya yang sekaligus menjadi nadi pergerakan dan perjuangan

bangsa Indonesia dalam menentang penjajah.

Selama proses pendidikannya di Tebuireng, Mbah Shiddiq selalu

menimba ilmu kepada Kyai-kyai masyhur di sekitar Jombang. Pada saat

ini beliau bai’at littarbiyah Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah

kepada Hadratussyaikh KH. Romli Tamim hingga sempurna bai’at

tujuh lathifah hingga mendapat khirqah bil lisan sebagai bentuk

pengangkatannya sebagai mursyid.69

Setamat nyantri di Tebuireng (tanggal 15 Sya’ban 1357 H./1938)

Mbah Shiddiq diharuskan mengabdikan ilmunya di daerah Penjaringan

Surabaya, dalam rangka penugasan pondok, sebagaimana lazimnya bagi

santri yang sudah memumpuni. Beliau memelopori di desa

pengabdiannya degan mendirikan madrasah ibtida’iyah dengan

dukungan masyarakat setempat.70

Demi mendapatkan berkah lebih, Mbah Shiddiq juga

menyempatkan diri untuk mengaji tarekat kepada KH. Mushlih bin

Abdurrahman Mranggen. Beliau pun mendapatkan khirqah dan ijazah

mursyid. Dengan demikian beliau memiliki dua sanad tarekat

68 Akhmad Sodiq, ibid, hlm. 12.

69 Akhmad Sodiq, ibid, hlm. 13.

70 Akhmad Sodiq, ibid, hlm. 13.

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

40

Qadiriyyah wan Naqsabandiyah, yaitu melalui jalur Kyai Romli Tamim

Jombang dan Kyai Mushlih Mranggen.71

3. Jalur Tarekat

Dalam jalur tarekatnya, beliau mendapatkan silsilah Tarekat

Qadiriyyah wan Naqsabandiyyah yang muttashil (yang tak terputus)

sampai Rasulullah saw. bahkan Allah swt. melalui malaikat Jibril.

Berikut adalah silsilah jalur tarekat Mbah Shiddiq yang sekarang,

diwarisakn pada putranya, yaitu KH. Affandi Shiddiq:72

No. Jalur Sayyidina Abu Bakar

Ash-Shiddiq Jalur Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib

1 Allah SWT.

2 Aminul Wahyi Sayyidina Jibril AS.

3 Sayyidil Mursalin Muhammad SAW.

4 Shiddiqil 'Adhom Abu Bakar

Ash-Shiddiq Imam Sayyidina Ali Bin Abi Thalib

5 Shohabil Jalil Salman Al-Farisy Imam Sayyidina Husain Bin Ali Bin

Abi Thalib

6 Sayyid Qasim Bin Muhammad

bin Abi Bakar Ash-Shiddiq Imam Zainal Abidin

7 Ruhaniyah Syaikh Imam Ja'far

Ash-Shodiq Imam Muhammad Al-Baqir

8 Ruhaniyah Syaikh Yazid Al-

Busthomi Imam Ja'far Ash-Shodiq

9 Syaikh Abil Hasan Ali Bin Ja'far

Al-Kharqani Imam Musa Al-Kadhim

71 Akhmad Sodiq, ibid, hlm. 18.

72 Akhmad Sodiq, Khususyiah, (Ciputat: Mihrobbul Muhibbin, tt), hlm. 28.

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

41

10 Syaikh Ali Fadli Bin Muhammad

At-Thusy

Imam Abil Hasan Ali Bin Musa Ar-

Ridho

11 Sayikh Abil Khowajih Abi

Ya'kub Yusuf Al-Hamdani

Syaikh Abi Mahfudz Ma'ruf Bin

Fairuz Al-Kharkhi

12 Syaikh Abdil Kholiq Al-

Ghajduwany

Syaikh Abil Hasan Syirri Asy-

Syaqathi

13 Syaikh Arif Royuwukari Syaikh Abil Qosim Junaid Al-

Baghdadi

14 Syaikh Khowajih Anjiz

Faghnawi

Syaikh Abi Bakar Dalaf Bin Jahdar

Asy-Syibli

15 Syaikh Khowajih Annasaj

Arromaitami Syaikh Abdil Wahid At-Tamimy

16 Syaikh Khowajih Babas Simasyi Syaikh Abil Faroj Ath-Thurtusy

17 Syaikh Sayyid Amir Kullal Bin

Sayyid Hamzah Abil Hasan Ali Al-Hakkari

18

Syaikh Imam Thoriqoh

Muhammad Bahauddin Bin

Muhammad

Syaikh Sa'id Al-Mubarok

19 Syaikh 'Alauddin Al-'Athor Syaikh Quthbul 'Alam Sayyid Abdul

Qadir Al-Jilany

20 Syaikh Ya'qub Bin Usman Syaikh Sayyid Abdul Aziz

21

Syaikh Nashiruddin Abdillah

Bin Syihabuddin Mahmud Al-

Ahrar

Syaikh Muhammad Al-Hattaq

22 Syaikh Maulana Zahid Al-

Badhasi Al-Wahsyary Syaikh Syamsuddin

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

42

23 Syaikh Darwis Muhammad

Assamarqandy Syaikh Syarofuddin

24 Syaikh Maulana Howajiqi Al-

Amkany Syaikh Zainuddin

25 Syaikh Muayyiddin Muhammad

Baqi Billah Syaikh Nuruddin

26 Syaikh Urwatil Wustqo Syaikh Waliyuddin

27 Syaikh Saifuddin Syaikh Hisamuddin

28 Syaikh Nurul Badwany Syaikh Yahya

29 Syaikh Madzhar Anwar

Syamsuddin Syaikh Abi Bakar

30 Syaikh Abdillah Addahlawy Syaikh Abdir Rohim

31 Syaikh Maulana Kholid An-

Naqsyabandy Syaikh Usman

32 Syaikh Khon Affandy Syaikh Kamaluddin

33 Syaikh Abdil Fattah

34 Syaikh Murod

35 Syaikh Syamsuddin

36 Syaikh Ahmad Khatib Sambas

37 Syaikh Al-Waqti Abdul Karim Banten

38 Syaikh Ahmad Hasbullah Madura

39 Syaikh Kholil Rejoso Peterongan Jombang

40 Syaikh Romo Kyai Romli Tamim Jombang

41 Romo Kyai Muhammad Shiddiq As-Sholihi Piji Dawe Kudus

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

43

42 Kyai Afandi Bin Muhammad Shiddiq As-Sholihi Piji Dawe Kudus

Tabel 4.1

Dalam silsilahnya tarekatnya, jalur yang ditempuh Mbah Shiddiq

adalah valid, karena tak putus sampai Allah swt..

4. Karya Tulis

Mbah Shiddiq adalah tergolong Kyai yang sangat produktif dalam

menciptakan karya tulis. Di tengah kesibukan membimbing jam’iyah

thariqah-nya, Mbah Shiddiq masih sempat meluangkan waktunya untuk

menulis beberapa kitab dan risalah khususnya tentang persoalan tasawuf

dan tarekat. Kitab-kitab beliau ditulis menggunakan bahasa Arab. Kitab-

kitab beliau pun tak disebar secara bebas, hanya seseorang yang telah

diijazahkan dan mendapat izin dari beliau saja yang dapat mendalami

dan mengamalkannya. Kecuali kitab-kitab yang berkaitan dengan

masalah khilfiyah (Fiqh) yang diperkenankan diterjemahkan dan

dierdarkan secara luas di seputar Kudus. Beberapa kitab dan risalah

karya Mbah Shiddiq antara lain73:

a. Nail al-Amānī fī Dzikr Manāqib al-Quthb al-Rabbāniy Sayyidinā al-

Syaikh ‘Abd al-Qādir al-Jailāni r.a

Kitab ini merupakan syarah dari kitab Lujjain al-Dani fi

Manaqib al-Qutb al-Rabbaniy al-Syaikh ‘Abdil Qodir al-Jilani

karya al-Sayyid al-Syaikh Ja’far bin Hasan al-Barrzanji adalah

sebuah karya masterpiece dari Mbah Shiddiq. Kitab ini ditulis oleh

beliau dengan menggunakan tangannya sendiri dan merupakan

pembahasan mendetail terhadap setiap persoalan yang ada di dalam

kitab manaqib tersebut, sehingga isinya syarat lengkap mengenai

dunia tasawuf dan tarekat. Kitab ini juga termasuk yang tidak

diedarkan secara luas, beliau hanya mengizinkan membaca dan

mengamalkan bagi mereka yang sudah mendapat ijazah dan

73 Akhamd Sodiq, Mursyid ..., OpCit, hlm. 67.

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

44

menjalani riyadlah yang sudah ditentukan, demi mengambil

manfaat dan menjaga kehati-hatian beliau dalam keilmuan

tarekatnya.

b. Risālat al-Iqyān fī Dzikr Silsilat Ahl al-‘Irfān wa Bayān Mabna

A’māl Thārāyiq Ahl al-‘Iyān

Kitab ini berisi tentang silsilah tarekat Mbah Shiddiq serta

beberapa penjelasan mengenai tasawuf dan tarekat. Kitab ini hanya

diperkenankan bagi mereka yang sudah mendapat ijazah khusus dari

beliau, bahkan kitab ini tidak diperkenankan untuk diterjemahkan

atau dinukil meski hanya sebagian saja

c. Fī Bayān Dzikr Ba’dl al-Ta’rīfāt

Karya Mbah Shiddiq selanjutnya adalah risalah yang

menyajikan semacam kamus kecil yang menerangkan istilah-istilah

kunci dalam pembahasan tasawuf dan tarekat.

d. Al-Risālat al-Hāqqah fī Bayān anna Kalimat Lā Ilāha Illa Allāh lil

Fidā’ wa al-‘Atāqah

Risalah ini menjelaskan argumentasi tentang keabsahan

amaliah dzikir ataqah dan dzikir fida’ beserta tatacara

mengamalkannya.

e. Risālat Kasyf al-Mudlmarāt fī Dzikr Bayān mā Yanfa’ lil Amwāt

Kitab ini telah beredar luas dan sudah diterjemahkan oleh

Ibnu Chayatun Ma’ruf dengan judul Menyingkap Rahasia yang

Tersembunyi diterbitkan sendiri oleh Yayasan Mambaul Falah Piji

Dawe Kudus Jawa Tengah, sesuai dengan nama pondok pesantren

Mbah Shiddiq. Kitab ini membahas mengenai ‘ataqah, sampai

tidaknya pahala kepada yang sudah mati, hal yang bermanfaat untuk

mayat, talqin, dan ha-hal yang berkaitan dengan amaliah untuk

orang yang meninggal.74

74 Akhmad Sodiq, ibid, hlm. 71.

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

45

Sebenarnya masih terdapat banyak karya lain yang ditulis oleh Mbah

Shiddiq, tetapi hanya yang diizinkan saja yang dapat mengatahui dan

mengamalkannya. Demi menjaga kehati-hatian beliau dalam ilmu

tarekatnya agar tidak jatih kepada orang yang salah.

B. Pendidikan Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyah

Tak bisa dipungkiri bahwa Majelis Dzikir wa Ta’lim Mihrobul

Muhibbin merupakan salah satu dari majelis Tarekat Qadiriyah wan

Naqsyabandiyah cabang dari Kudus. Maka segala format yang ada di

dalamnya berada dalam naungan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Pernyataan diatas semakin kuat dengan ditegaskan oleh khalifah TQN

Ciputat yang sekaligus Dewan Pembina Majelis Dzikir wa Ta’lim

Mihrobul Muhibbin Dr. Akhmad Sodiq, M.A :

“Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah itu sudah bisa jadi nama

(model), sistem pun sistem Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jadi

metode pendidikannya, formatnya, materinya semua standar Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah dan ulama-ulamanya.”75

Adapun unsur-unsur utama dalam Tarekat Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah adalah sebagai berikut:

1. Kesempurnaan Suluk

Keyakinan yang sangat ditekankan oleh Tarekat Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah ialah sesungguhnya kesempurnaan suluk (mendekatkan

diri pada Allah dengan penambahan jalan kesufian).76 Namun ketiganya

seringkali diistilahkan dengan sebutan yang amat terkenal yaitu istilah

syari’at, tarekat, dan hakikat.77

Syari’at merupakan dimensi peraturan-peraturan di ajaran Islam. Itu

termasuk ketentuan yang telah ditetapkan Allah swt lewat RasulNya

Muhammad saw. baik hal yang dilarang maupun hal yang diperintahNya.

75 Wawancara dengan Akhmad Sodiq, tanggal 26 November 2019 di Rumah Narasumber 76 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu‟ 7,8,9, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1984), h. 78 77 Kharisudin, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,

(Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 61

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

46

Sedang kan tarekat ialah suatu dimensi dalam melaksanakan syariat

tersebut, melalui penghayatan akan pengalaman syari’at itulah, sebab itu

muslim akan memperoleh legitnya iman yang disebut ma’rifat.78

Kesempurnaan suluk adalah prinsip utama pendiri Tarekat

Qadiriyah, yakni Syekh Abdul Qasir Al-Jailani. Wajar adanya, karena

beliau ialah seorang suffi sunni sekaligus seorang ulama fiqih dari madzhab

Hambali.79

2. Adab

Kitab yang teramat populer di mazhab sunni dan dijadikan referensi

utama para ulama kalangan tarekat (termasuk pula Tarekat Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah) yakni Tanwir Al-Qulub fi Mu’ammalati ‘allam Al-Guyub,

karya Muhammad Amin Al-Kurdi dan kitab Al-Anwar Al-Qudsiyah, karya

seorang sufi terkenal, Syekh Abd. Wahhab Sya’rani, disamping kitab karya

pendiri Tarekat Qadiriyah sendiri, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang

berjudul Gunyah li Talibi Al-Haq. Ketiga kitab ini menguraikan panjang

lebar akan adab bagi murid betapa pentingnya adab dan ini merupakan unsur

ajaran utama yang ada di dalam mazhab tasawuf.80

Ibnu Arabi pun mengatakan bahwa murid yang membangkang

mursyidnya telah hancur adabnya akan Rasulullah saw. Dalam nasab

kerohanian agar sampai kehadirat Allah swt. Al-Qur’an menjelaskan bahwa

bilamana orang yang beriman menyodorkan pertanyaan suatu hal terhadap

Rasulullah saw akan hal yang bilamana diterangkan justru membuat sukar

bagi mereka.

سئ لوا عن ها حي ت ياء إن ت بد لكم تسؤكم و إن ش يي ها الذين ءامن وا ل تسئ لوا عن أ غفور حليم عن ها قلى و الل ي ن زل القرأن ت بد لكم عفا الل

78 Op.Cit., h. 78 79 Op.Cit., h. 65 80 Kharisudin, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,

(Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 67

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

47

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan

kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan

diwaktu Al-Qur’an itu diturunkan, niscaya akan diterangkan

kepadamu, Allah memaafkan kamu tentang hal-hal itu. Allah maha

pengampun lagi maha penyantun.” (Q.S. Al-Maidah:101)81

Sebab itu, semestinya dalam tarekat adab dirawat oleh seorang

murid. Murid tidak berdiskusi dibelakang, menyanggah, atau

mempertanyakan pesan mursyidnya. Hal ini dimaksudkan agar

diperolehnya keberkahan oleh murid dari sang mursyid agar meningkatnya

maqamnya.82

3. Dzikir

Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ialah tergolong tarekat

dzikir. Sebenarnya menurut para ahli tarekat, bahwasannya tarekat sebagai

sebuah metode untuk mendekatkan diri kepada Allah ialah salah satu bentuk

penghambaan yang khas bagi seseorang, maka dari itu ia dapat

mengupayakan bermacam-macam. Sedangkan bentuk dan jenisnya sesuai

akan keahlian dan kecenderungan masing-masing orang. Hanya saja hal

yang dituntut dalam bertarekat ialah keistiqamahannya, sebab dengan

istiqamahlah seseorang akan memperoleh karunia Allah secara

memuaskan.83

Dzikir bermakna aktivitas lidah ataupun hati (batin) yang selaras

dengan apa yang telah dibai’at mursyidnya. Tarekat Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah mengajarkan dua macam dzikir, yaitu:

1) Dzikir nafi isbat ialah dzikrullah melalui kalimat “la illaha illallah”.

Dzikrullah merupakan inti ajaran tarekat Qadiriah yang diamalkan dengan

lantang (jahr).

81 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu‟ 7,8,9, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1984), h. 78 82 Sokhi Huda, Tashawuf Kultural : Fenomena Shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: Lkis

yogyakart, 2008), h. 67-69. 83 Kharisudin, OpCit, h. 75-76

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

48

2) Dzikir ismu dzat yaitu dzikrullah dengan menyebutkan kalimat (Allah)

secara sirr atau khafi (dalam hati). Dzikir ini juga disebut melalui dzikir

lathifah yang merupakan karakteristik dari tarekat Naqsyabandiyah.84

4. Muraqqabah

Dzikir mempunyai hal yang berbeda dengan muraqqabah terutama

pada obyek pemusatan konsentrasinya. Jikalau dzikir mempunyai perhatian

akan simbol, yang berupa kata atau kalimat, sedangkan muraqqabah

terjaganya kesadaran akan makna, sifat, qudrat dan iradatnya Allah. Selain

itu, dalam segi media pun mempunyai perbedaan, yakni bila dzikir

menggunakan lidah (baik fisik maupun batin) sedangkan muraqabbah

bermediakan imajinasi dan daya khayali.

Muraqabbah bukanlah ritual yang dibuat-buat sufi semata, namun

Allah lebih dahulu menerangkan dalam QS. An-Nisa : 1

با ا ن الل ع ل يك م ر ق ي “sesungguhnya Allah senantiasa memperhatikan atas diri kamu

semua.”

Tujuan akhir dari muraqabbah ialah agar sesorang menjadi

mu’min yang sesungguhnya, seorang hamba yang ihsan, beribadah dengah

penuh kesadaran akan Allah mengawasinya, sebagaimana Rasulullah saw

bersabda:

ا نك ت ر اه ف ا ن ل ا ل حس ان ت ر اه ف ا نه ي ر اك ا ن ت عب د الل ك “Ihsan ialah bila engkau beribadah kepada Allah seolah-olah

engkau melihat-Nya, sekalipun engkau tidak melihat-Nya maka

sesungguhnya Ia melihatmu” (H.R. Muslim).85

84 Ahmad iza Maulana, “ Meninti Jalan Menuju Ridha Ilahi” (On-line), tersedia di :

http:/santriblarah.blogspot.com/2013/04/tarekat-muktabaroh-qodiriah-wa.html (28 adaesember

2016). 85 Kharisudin, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,

(Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 75-76

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

49

C. Pendidikan Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyah

Perspektif KH. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi

“... Pada suatu hari, Nabi Muhammad saw. tampak berada di depan

orang-orang. Lalu maikat Jibril datang kepada beliau seraya

bertanya, ‘Apakah iman itu?’ Nabi menjawab, ‘Iman adalah enkau

beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, dan

engkau beriman dengan kebangkitan.’ Jibril bertanya, ‘Apakah

Islam itu?’ Nabi menjawab, ‘Islam adalah engkau beribadah kepada

Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mengerjakan shalat fardu, dan

berpuasa Ramadhan.’ Jibril bertanya, ‘Apakah ihsan itu?’ Nabi

menjawab, ‘engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau

melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya

Dia melihatmu. ...“. (H.R. Bukhari)86

Di dalam hadis tersebut Rasulullah saw. mengkategorikan ajaran

Islam dalam tiga aspek, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Iman adalah kategori

yang berkaitan dengan ilmu tauhid, Islam sebagai ilmu syari’at, dan ihsan

adalah ajaran yang dikategorikan sebagai penyempurna dari kedua kategori

lainnya.

Dalam kaitannya dengan judul di atas penulis hanya akan

mendeskripsikan perihal Ihsan yang kaitannya sangat erat dengan

pendidikan ruhani yang akan disempitkan dalam inti ajaran Tarekat

Qadiriyyah wan Naqsabandiyah, yaitu kesempurnaan suluk, adab para

murid, dzikir, dan muraqabah.87 Dalam lelaku tarekatnya KH. Muhammad

Shiddiq al-Shalihi sebagai seoang mursyid memberikan bimbingan kepada

muridnya untuk melakukan tazkiyah al-nafs (dhohiriyah) dan tashfiyah al-

nafs (batiniyah). Dalam kontek penyucian batin (tazkiyat al-nafs),

hukumnya adalah wajib ain.88 Di bawah ini adalah pemaparan penulis

terkait pemikiran dan konsep pendidikan ruhani yang diusung oleh KH.

Muhammad Shiddiq al-Shalihi:

86 Imam al-Bukhari dan Abu Hasan al-Sindy, Shahih al-Bukhari Bihasyiyat al-Imam as-

Sindi, (Beirut: Dar al-Kotob al-ilmiyah, 1971), hlm. 31-32.

87 Kharisudin Aqib, Al-Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyyah wan

Naqsabandiyah), (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hlm.60.

88 Muhammad Shiddiq, Risālat al-Iqyān fī Dzikr Silsilat Ahl al-‘Irfān wa Bayān Mabna

A’māl Thārāyiq Ahl al-‘Iyān. Tt., Tp. hlm. 285

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

50

1. Tazkiyat Al-Nafs

Tzkiyat al-nafs atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai

penyucian jiwa.89 Dalam hal ini Mbah Shiddiq mengartikan tazkiyat al-

nafs sebagai pensucian nafsu syahwat dari berbagai kecenderungan cinta

dunia (hub al-dunya) dan kenikmatan fisiologis (laszaszat al-jasadiyah

seperti kenikmatan makan, minum, kawin, dll); maupun pensucian nafsu

ghadab dari emosi yang tak terkendali oleh rasional yang bijak..90

Ada banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang pentingnya

bagaimana menjaga kesucia jiwa, diantaranya terdapat pada surat asy-

Syams:

ها ) ها )ف (٧ون فس وما سوٮ ها ق (٨ألهمها فجورها وت قوٮ لح من زكٮ د أف ها ) (٩) (١٠وقد خاب من دسٮ

“Demi jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya, maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan ddan

ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang

mensucikan jiwa itu (spiritualisasi). Dan sesungguhnya

merugilah orang yang mengotori jiwanya.”

Dalam ayat lain, yaitu al-Qur’an surat al-‘Ala, yang berbunyi:

لح من ت زكى ) (١٥)وذكر ٱسم رب هۦ فصلى (٤١قد أف “Sungguh beruntunglah orang yang berusaha membersihkan

jiwanya, dan selalu mengingat nama Tuhannya serta

melaksanakan shalat.” 91

Bersihnya jiwa (nafs) akan berpengaruh pada hati, karena

perumpamaan hati sama dengan cermin, sesungguhnya selama cermin

itu jernih dan bersih dari kotoran, ia dapat digunakan untuk

mencerminkan/ memantulkan sesuatu. Namun apabila permukaannya

telah dipenuhi kotoran, maka tidak akan ada fungsinya. Apabila

kekuasaan kalbu telah lumpuh secara total, maka setanlah yang

menguasainya, lalu sifat-sifat yang terpuji berbalik menjadi sifat-sifat

89 Syekh Muhammad Amin al-Kurdi, tanwir al-Qulub fi Muamalatil Guyub, hlm. 466-475.

90 Akhmad Sodiq, Mursyid ..., OpCit, hlm. 79.

91 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lajnah Penstabilan

Mushaf, 2007), hlm. 531.

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

51

yang tercela.92 Sebelum hal itu terjadi, setiap manusia sangat perlu

membersihkan, mensucikan hatinya dari sifat-sifat tercela dengan

sarana-sarana tazkiyat al-nafs, dalam rangka pembentukan akhlakul

karimah, penge,balian jiwa ke fitrah, penyeimbang lahir dan batin,

pensucian akal. Dengan demikian, jiwa akan mendekat kepada Allah

dan menyelamatkan diri dari siksa neraka.

Proses tazkiyat al-nafs dan tashfiyat al-qalb haruslah dilakukan

melalui mujahadah yang serius dan istiqamah. Mujahadah menurut para

ahli tarekat adalah menekan dorongan nafsu atau perang melawan

nafsu.93 Setidaknya ada tiga mujahadah yang harus dibiasakan oleh

seorang murid dibawah bimbingan seorang guru mursyid yaitu: belajar

secara bertahap untuk menyedikitkan bicara, makan, dan tidur.

Menyedikitkan bicara berarti seseorang harus membaca al-Qur’an dan

sedikit bicara yang tak penting. Dengan menyedikitkan makan berarti

seseorang harus memperbanyak puasa sunnah dan kuat menahan lapar.

Dan dengan menyedikitkan tidur, berarti seseorang harus kuat akan

bangun malam dan memperbanyak ibadah di malam hari demi

mendekatkan diri pada Allah swt..

Tazkiyat al-nafs memiliki modelnya, diantaranya:

a. Al-Ju’ (lapar)

Imam Qusyairi menjelaskan, bahwa lapar merupakan bagian

dari sifat-sifat ulama dan salah satu sendi perjuangan. Orang-orang

yang menempuh jalan menuju Allah berangsur-angsur dapat

mengembalikan lapar pada posisinya di dalam diri mereka sehingga

mereka mampu menghindari makanan. Oleh karena itu, mereka

92 Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, terj. dari Ihya Ulumuddin oleh Bahru Abu

Bakar, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2014), hlm. 256-257.

93 Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Kedekatan dengan Allah,

Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 2016, hlm. 69.

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

52

telah menemukan sumber-sumber kebijaksanaan dengan cara

melaparkan diri.94

Menurut Mbah Shiddiq al-ju’ atau lapar adalah sokoguru

mujahadah (arkan al-mujahadah) yang dengannya mengalir

sumber-sumber hikmah bagi ahli suluk. Keadaan lapar ini

merupakan keadaan ahli hakikat. Mannfaat lapar pun dapat

mengurangu dan memutihkan darah dalam al-qalb. Putihnya darah

ini adalah cahayanya. Dengan cahaya itu dapat menghancurkan

lemak al-qalb, kehancuran lemak itu melembutkan al-qalb.

Kelembutannya itu akan menjadi kunci bagi mukasyafah, sedangkan

kerasnya hati adalah hijabnya. Nabi Isa a.s. pernah mengatakan

kepada para pengikutnya, “Wahai golongan Khawariy, laprkanlah

perut kalian semoga hati kalian melihat Tuhan kalian.” Jadi jelas

manfaat lapar bagi ruhani adalah hal yang jelas dapat terlihat

langsung melalui latihan ruhani.95

b. Dawam Wudhu

Wudhu adalah nur dan dosa akan berguguran pada saat

seseorang berwudlu. Para ulama mengatakan bahwa seseorang yang

dawam wudlu akan meluaskan rezekinya. Oleh karena itu Imam

Abu Hanifah menyatakan tidak sah bersuci dengan air musta’mal

meskipun lebih dari dua kullah, disebabkan banyaknya guguran

dosa di dalamnya.96

انهمن جدد الوضوء جدد الله إيم“Barangsiapa yang memperbarui wudhunya, maka Allah akan

memperbarui imannya.” (HR. Ibnu Majah)

الوضوء على الوضوء نور على نور“Jika seseorang mempunyai wudhu dan ia wudhu lagi, itu seperti

cahaya di atas cahaya.” (HR. Ibnu Majah)

94 Abul Qasim Abdul Karim hawazin dan al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyairiyah,

terj. dari Ar-Risalatul Qusyairiyah fi ‘Ilmit Tashawwuf oleh: Umar Faruq, (Jakarta: Pustaka Amani,

2013), hlm. 192.

95 Muhammad Shiddiq, Nail al-Amānī fī Dzikr Manāqib al-Quthb al-Rabbāniy Sayyidinā

al-Syaikh ‘Abd al-Qādir al-Jailāni, Tt. Tp., hlm. 45

96 Akhmad Sodiq, Opcit, hlm. 101.

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

53

Seperti yang disebutkan dalam hadis di atas, bahwa dengan

wudhu seseorang akan mendapat keutamaan. Disebutkan dalam

kitab Sirrul Asraah karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, bahwa

wudhu akan menghindarkan seseorang dari sifat buruk, seperti

sombong, dengki, iri, ujub, menggungjing, dusta, dan khianat.97

c. Khalwah

Khalwah menurt Mbah Shiddiq adalah menyendirinya hati

dari manusia. Dikatakan oleh sebagian ulama tarekat khalwah

adalah pembicaraan rahasia (muhadatsat al-sirri) bersama al-Haqq.

Adapun uzlah adalah menyendirinya hati besama Allah (billah).

Khalwah merupakan salah satu kebiasaan Nabi Muhammad saw.

saat memulai perjalanan ruhaniyahnya. Nabi khalwah di gua Hira

hingga akhirnya datang perintah untuk berdakwah.98

Menurut Mbah Shiddiq, bahwa manfaat dari uzlah yakni ada

empat, yaitu: (1) menyingkap penutup hati (al-ghuta’), (2)

menurunkan rahmat, (3) meluruskan mahabbah, dan (4) lisan benar

saat berbicara.99

d. Dzikir

Imam Qusyairi pernah mengatakan, bahwa zikir adalah

rukun bagi seseorang yang dalam perjalanan menuju al-Haqq,

bahkan keberadaannya merupakan tiang. Tidak akan sampai

seseorang menuju Allah kecuali dengan melanggengkan zikir.100

Mbah Shiddiq menerangkan dalam persoalan dzikir, bahwa

dzikir merupakan rukun yang terpenting dalam tarekat bahkan ia

adalah sokoguru ilmu tarekat. Tidak mungkin seseorang bisa wushul

kepada Allah kecuali dengan membiasakan berdzikir. Sebegitu

97 Syaikh Abdul Qodir al-Jilani, The Secret of Secret, terj. dari Sirrul Asrar wa Mazhharul

Anwar fima Yahtaju ilaihi al-Abrar, oleh: Fuad Syaifudin Nur, (Jakarta: TUROS, 2015), hlm. 141.

98 Muhammad Shiddiq, Nail al-Amānī..., OpCit. hlm. 56.

99 Ibid, hlm. 42.

100 Abul Qasim Abdul Karim hawazin dan al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah ..., OpCit,

hlm. 318.

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

54

agungnya dzikir, hingga dikatakan bahwa ia lebih agung dan lebih

besar dari shalat. Karena meskipun shalat itu merupakan sebaik-

baiknya ibadah, tetap ada waktu-waktu tertentu yang kita tidak

diperkenankan melakukannya. Berbeda dengan dzikir yang

diperkenankan pada setiap waktu. Oleh sebab itu para ulama tarekat

mengatakan barang siapa diberikan istiqamah dalam dzikir maka ia

telah mendapat hamparan dunia kewalian (wilayah). Dalam al-

Qur’an, Allah memberi perintah dzikir lebih banyak dari perintah

ibadah yang lainnya.101

2. Tashfiyat Al-Qalb

Tashfiyat al-Qulub adalah membersihkan atau menghapus hati dari

kecintaan dunia dan hal-hal duniawi yang sifatnya sementara, dan

kehawatiran atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya,

kecintaan kepada Allah semata.102 Tashfiyat al-Qalb dalam penjelasan

Mbah Shiddid proses penyucian hati dari kenikmatan ruhani. Seperti,

seseorang untuk gila prestasi dan prestise, senang terkenal dan senang

dipuji, beribadah karena mencari pahala dan surga, bukan semata-mata

karena Allah.103

Proses tazkiyat al-nafs dan tashfiyat al-qalb harus dilakukan melalu

mujahadah (perang melawan hawa nafsu), yang sangat serius dan

istiqamah. Setidaknya ada tiga mujahadah dasar yang harus dibiasakan

oleh seorang murid dibawah bimbingan seorang guru mursyid.

Pembersihan-pembersihan hati baik dari sifat buruk dan

membiasakan sifat baik adalah salah satu bentuk dari mujahadah

seorang murid atas lelaku pendidikan ruhaninya. Proses pembersihan

diri dari sifat buruk disebut juga dengan takhalli. Pembersihan ini

101 Akhmad Sodiq, OpCit, hlm. 107.

102 Jamaludin dan Solihah Sari Rahayu, Hubungan Fiqih Kalam dan Tasawuf: Dalam

Pandangan Tarekat Qadiriah wa Naqsabandiyah Suryalaya Tasikmalaya, (Wonosobo: CV.

Mangku Bumi Media, 2019), hlm. 86.

103 Akhmad Sodiq, OpCit, hlm. 79.

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

55

menghilangkan sifat-sifat buruk dalam diri seseorang, seperti sifat

dengki (hasad), sombong (kibr), beribadah karena selain Allah (riya’),

yang bersumber pada sifat cinta dunia (hubb al-dunya), dan berbagai

sifat-sifat buruk yang merupakan cabangnya. Adapun yang dimaksud

dengan membiasakan sifat diri denga sifat-sifat baik disebut dengan

tahalli yaitu internalisasi nilai-nilai posiitif setelah membersihkan

dirinya dari sifat-sifat buruk.

Takhalli dan tahalli inilah yang sering disebut oleh ulama akhlak

dengan istilah riyadah. Menurut Ibn Sina, riyadah ditunjukkan untuk

mendapatkan tiga tujuan. Tujuan pertama, berkaitan dengan urusan-

urusan eksternal, yakni membuang segala kesibukan yang menyebabkan

kelalaian. Kedua, berhubungan dengan penyiapan kekuatan-kekuatan

internal serta menghilangkan kekacauan-kekacauan ruhani yang

diistilahkan dengan “menundukkan nafsu al-ammarah oleh nafsu al-

muthmainnah”. Ketiga, berkaitan dengan perubahan-perubahan

kualitatif di dalam ruh yang diistilahkan dengan “pelembutan relung hati

terdalam.”104

Ujung proses dari takhalli dan tahalli ini adalah tajalli yakni

nampaknya keagungan-keagungan dalam batin mutashawif atas

limphan faidl al-rabbani dari Allah. Inilah level madzaqat yang

mengantarkannya pada inkisyaf hingga wushul. Mereka yang sudah

sampai pada level ini adalah para waliyullah yang dadanya menjadi

kuburan rahasia Allah, yang dipernuhi mahabbah dan ma’rifat. Lebih

jauh lagi, Mbah Shiddiq, metode penyucian dan penjernihan hati itu

sebenarnya banyak sekali hingga dikatakan “jalan menuju Allah itu

sebanyak nafas makhluk.”105

104 Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 154.

105 Akhmad Sodiq, OpCit, hlm. 81.

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

56

3. Implementasi Zuhud dalam Kehidupan KH. Muhammad Shiddiq

Al-Shalihi

Konsep tazkiyat al-nafs merupakan bagian dari cara pengendalian

hawa nafsu bagi seseorang yang mendalami dunia tarekat. Imam al-

Ghazali menjelaskan dalam proses pengekarang hawa nafsu salah

satunya adalah dengan zuhud.106

Yunus ibn Maysarah memaknai konsep zuhud itu dengan

pandangan, bahwa zuhud bukanlah mengharamkan yang halal dan

menolak harta, tetapi zuhud terhadap dunia ialah engkau lebih yakin dan

percaya terhadap apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada

padamu dan keadaan serta sikapmu tidak berubah baik sewaktu tertimpa

musibah atau tidak. Zuhud terhadap dunia, apabila pemuji dan

pencacian terhadapmu kau anggap sama derajatnya.107

Zuhud menurut Suyyan al-Tsauri adalah perbuatan hati yang

dilakukan sesuai dengan keridhaan Allah dan menutup sikap panjang

angan-angan. Zuhud bukan dilakukan dengan menyantap makanan

buruk ataupun dengan memakai jubah.108 Zuhud secara inti adalah tidak

cinta dunia (hubb al-dunya).

Imam al-Syadzili pernah mengatakan, bahwa meninggalkan dunia

yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan

berlebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada

kedzaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah dengan

sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.109

Dalam kitab Mukasyafah al-Qulub, Imam al-Ghazali menjelaskan

makna zuhud berdasarkan firman Allah swt. kepada Nabi Muhammad

saw.,:

106 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 271.

107 Ahmad Faridh, Pembersih Jiwa Imam Al-Ghazali, Imam Ibnu rajab al-Hambali, Ibnu

Qayyim al-jauziyah, (Bandung: Pustaka, 2000), hlm. 86. 108 Muhammad Fethullah Gulen, tasawuf untuk Semua: Menapaki Bulat-bulat Zamrud

Kalbu Melalui Istilah-istilah dalam Praktik Sufisme, (Jakarta: Republika, 2014), hlm. 94.

109 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami tarekat-tarekat Muktabarak di Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 74.

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

57

“Allah swt. berfirman ketika Nabi saw. melakukan mi’raj, “Wahai

Ahmad, jika engkau ingin menjadi orang yang paling wara’,

berlaku zuhudlah di dunia dan cintailah akhirat.” Nabi saw.

bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana cara aku berlaku zuhud di

dunia?” Allah menjawab, “Ambillah dari keduniaan itu sekadar

memenuhi keperluan makan, minum, dan pakaian. Janganlah

menyimpannya untuk hari esok dan biasakanlah berdzikir kepada-

Ku.” Nabi saw. bertanya lagi, “Wahai Tuhanku, bagaimana cara

aku membiasakan berdzikir kepada-Mu?”Allah menjawab,

“Dengan mengasingkan diri dari manusia. Gantilah tidurmu

dengan shalat dan (gantilah juga) makanmu dengan lapar.”

Nabi saw. bersabda,”Zuhud di dunia dapat menenangkan hati dan

badan. Cinta kepadanya dapat memperbanyak emosi dan

kesedihan. Cinta kepada keduniaan merupakan induk setiap

kesalahan, dan zuhud dari dunia merupakan induk setiap kebaikan

dan taat.”110

Mengenai penjelasan zuhud di atas, Mbah Shiddiq menerapkan

dalam kehidupannya. Konsep zuhud yang kental menjadikan beliau

sebagai ulama yang berkharismatik yang sangat sederhana dalam jabatan

dunia yang dipegangnya.

KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi terlahir dari keluarga dan

berlatar belakang sebagai nahdliyin, sejak muda ditanami dan dididik

sebagai seorang yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan

kultur NU yang demikian ketat. Sebab itu Mbah Shiddiq terlahir sebagai

Kyai NU yang cukup militan. Hal ini terbukti ketika tahun 1952 terjadi

konflik antara kelompok modernis dengan tradisionalis dalam tubuh

partai Masyumi, dengan tegas beliau membela dan bergabung dengan

kelompok tradisionalis NU (partai NU).111

110 Imam al-Ghazali, Mukasyafah al-Qulu: Bening Hati dengan Ilmu Tasawuf Imam al-

Ghazali, terj. dari Mukasyafah al-Qulub; al-Muqarrib ila Hadhrah al-Ghuyub fi ‘Ilmi al-

Tashawwuf, oleh: Abu Hamida al-Faqir, (Bandung: Penerbit Marja’, 2003), hlm. 27.

111 Ma’mun Mun’im, Pergumulan Tarekat dan Politik: Peranan Kyai Haji Muhammad

Shiddiq dalam Tarekat dan Politik di Kudus, Kudus: Fikrah STAIN KUDUS, 2014, hlm. 177.

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

58

Gambar 4.2

Foto KH. Muhammad Shiddiq Al-Ashalihi

Karakter politik Mbah Shiddiq juga tidak bisa dilepaskan dari

pengaruh guru-gurunya yang merupakan tokoh utama NU yang

demikian gigih memperjuangkan Islam melalui NU, namun pada

kondisi tertentu terkadang demikian akomodatif terhadap kebijakan

penguasa Orde Baru, seperti dalam kasus penetapan asas tunggal

Pancasila, dimana NU menerima dengan mudah ide asas tunggal

tersebut.

Ilmu tarekat yang Mbah Shiddiq dalami dari guru-gurunya yang

sekaligus beliau-beliau pun dekat dengan dunia politik kekuasaan. Tentu

saja pengalaman para mursyid tarekat tersebut dan peranan politik

praktis guru-gurunya dalam belantara politik nasional telah mengilhami

dan memberikan kesan tersendiri terhadap sikap politik Mbah

Shiddiq.112

Pembagian Kudus Kulon dan Kudus Wetan yang dilakukan Hindia

Belanda bertahan dan dilembagakan sampai sekarang, di mana Kudus

Kulon telah menjadi simbol bagi kaum santri dengan status sosial kaum

menengah ke atas sebagai pedagang kaya-raya, sementara Kudus Wetan

112 Ma’mun Mun’im, ibid, hlm. 177.

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

59

telah menjadi simbol bagi kaum abangan dengan status sosial kaum

menengah ke bawah sebagai petani dan buruh pabrik. Tarekat

Qodiriyyah Kholidiyah Kwanaran Kudus, dengan tokoh KH. Sya’roni

Ahmadi, lahir sebagai representasi perkumpulan organisasi kaum santri

dan pengusaha kaya, dan Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah Piji,

dengan tokoh KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi, lahir sebagai

representasi perkumpulan organisasi kaum petani dan buruh pabrik yang

miskin.

Menyikapi latar belakang di atas, Mbah Shiddiq menyadari betul

posisinya berada di tengah-tengah “kepungan” pengaruh Kyai-kyai

Kudus Kulon yang demikian besar, sehingga untuk melestarikan posisi

tawarnya di hadapan para pengikutnya kekuasaan dan jabatan dipilihnya

dengan kekuasaan dan jabatan sebagai anggota DPRD Kabupaten

Kudus dapat mempertahankan kharismanya tengah-tengah pengikutnya.

Bila dihubungkan dengan posisi Mbah Shiddiq sebagai pemimpin

agama dan perananya dalam politik, Mbah Shiddiq termasuk kyai

integrated, yaitu kyai yang memposisikan agama dan politik demikian

sangat dekat atau kyai yang mengintegrasikan kuasa agama dengan

kuasa politik.113 Dengan masuknya Mbah Shiddiq dalam dunia politik,

beliau mengimplementasikan amar ma’ruf nahi munkar.untuk dirinya

terlebih terhadap tanah air yang dipijaknya.

Selain menjalankan amar ma’ruf nahi munkar atas seizin Allah,

Mbah Shiddiq terpilih menjadi kepala Desa Piji Dawe Kudus. Jabatan

ini beliau emban hingga 25 tahun lamanya, sebelum akhirnya menjadi

anggota DPRD Kudus selama tiga periode. Saat menjabat sebagai

kepala desa Piji inilah beliau mengatakan, “Aku lurah ora luru dunya,

aku arep ngislamna desa,” (aku lurah, bukan mencari dunia, aku mau

mengislamkan desa).114 Dengan perkataan seperti itu beliau dengan

113 Ma’mun Mun’im, ibid, hlm. 177.

114 Akhmad Sodiq, Mursyid ..., OpCit, hlm. 16.

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

60

tegas membuktikan bahwa beliau tidak hubb al-dunya yang dalam artian

beliau menerapkan konsep zuhud dalam kehidupannya.

Masuknya Mbah Shiddiq ke dalam dunia politik, tidak terlepas dari

sikap zuhud yang beliau jalani. Mbah Shiddiq membantah dengan keras

pada istilah “politik adalah sesuatu yang kotor” dengan prestasi yang

beliau dapat. Belaiu mencontohkan bahwa dengan zuhud terhidar dari

haus jabatan, dengan zuhud akan terhindar dari curang dan melakukan

hal-hal kotor, dan dengan zuhud akan terhindar dari penyakit atau krisis

ruhani. Keberhasilan beliau memakai konsep zuhud dengan sempurna,

menjadi bukti bahwa beliau adalah mursyid yang sukses dalam dunia

dan akhirat. Beliau sukses mengemban amanahnya untuk sosial tetapi

beliau pun tak melupakan lelaku tarekatnya.

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan hasil penelitian mengenai Konsep

Pendidikan Ruhani dalam Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah

perspektif KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi merupakan mursyid dari

Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah di desa Piji Dawe, Kudus Jawa

Tengah. Beliau mendalami Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah

melalui jalur yang muttashil (tak putus) samapai Rasulullah saw. sehingga

dijaga betul sanad keilmuannya.

Dalam Tarekat Qadiriyyah wan Naqsabandiyah, doktrin dasar

dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah melalui tazkiyat al-nafs dan

tasshfiyat al-qalb. Mbah Shiddiq mengartikan tazkiyat al-nafs sebagai

pensucian nafsu syahwat dari berbagai kecenderunagn cinta dunia (hubb al-

dunya) dan kenikmatan fisiologis (laszaszat al-jasadiyah seperti

kenikmatan makan, minum, kawin, dll); maupun pensucian nafsu ghadab

dari emosi yang tak terkendali oleh rsional yang bijak. Adapun yang

dimaksud dengan tashfiyat al-qalb yakni proses pensucian hati dari

kenikmatan ruhani (ladzdzat al-bathiniyah) seperti kecenderungan

seseorang untuk gila prestasi, senang karena dipuji, beribadah hanya

sekadar mencari pahala dan surga, dan bahkan semata-mata bukan karena

Allah.

Tidak hanya mengajarkan konsep ilmu tarekatnya, beliau pun

mengiplementasikan ilmunya dalam kehidupannya. Betapa ‘arif-nya beliau

di sela-sela kesibukan beliau mendidik para murid dalam laku tarekatnya,

beliau menyempatkan dirinya untuk mengabdi kepada tanah airnya. Dengan

konsep zuhud yang dipegang teguhnya beliau berhasil menjadi dewan

Page 78: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

62

pemerintahan yang sukses dalam mengemban jabatan. Beliau dengan ikhlas

menerapkan amar ma’ruf nahi munkar di daerahnya demi berdakwah

menyebarkan Islam yang sesungguhnya. Demikian adalah pendidikan

ruhani yang dijelaskan KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi bagi para

pencari jalan keridhaan Allah swt..

B. Saran

Kita ketahui bahwa yang menciptakan baik buruknya manusia

adalah bukan pendidikan yang bersifat fisik semata, melainkan pendidikan

ruhani yang akan menciptakan manusia yang kamil. Bagi para penjajak jalan

keridhaan Allah, proses tazkiyat al-nafs dan tazkiyat al-qalb sangat

dibutuhkan. Dalam proses pensucian hati tersebut seseorang harus melalui

mujahadah yang sangat serius dan istiqamah agar sampainya tujuan

seseorang tersebut yaitu wushul illah.

Perlunya proses tazkiyat al-nafs dalam diri seseorang, untuk

membersihkan diri dari kotoran-kotorang nafsyu syahwat yang merusak

diri. Adapun proses tazkiyat al-qalb dalam mensucikan batin dari perasaan

dan sifat-sifat yang akan menjerumuskan pada cinta dunia (hubb al-dunya).

Dengan proses pensucian hati tersebut, seseorang akan terhindar dari

berbagai penyakit hati yang akan mengotori diri karena dapat merusak dan

berakibat pada perilaku yang buruk. Dan perlu kita ketahui bahwa wushul

hanya akan terjadi pada seseorang yang sudah suci dari berbagai kotoran

yang ada pada dirinya.

Page 79: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Luqman, Kontribusi Tarekat Naqsabandiyah terhadap Pendidikan

Agama Islam dan Perubahan Perilaku Sosial, skripsi, (Yogyakarta: FITK

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016)

Akmansyah, M., Tujuan Pendidikan Rohani Perspektif Pendidikan Sufistik, (Jurnal

Ijtima’iyah Vol. 9 No. 1, Februari 2016)

Al-Bukhari, Imam dan Abu Hasan al-Sindy, Shahih al-Bukhari Bihasyiyat al-Imam

as-Sindi, (Beirut: Dar al-Kotob al-ilmiyah, 1971)

Al-Ghazali, Mukasyafah al-Qulub: Bening Hati dengan Ilmu Tasawuf Imam al-

Ghazali, terj. dari Mukasyafah al-Qulub; al-Muqarrib ila Hadhrah al-

Ghuyub fi ‘Ilmi al-Tashawwuf, oleh: Abu Hamida al-Faqir, (Bandung:

Penerbit Marja’, 2003)

_______, Ringkasan Ihya Ulumuddin, terj. dari Ihya Ulumuddin oleh Bahru Abu

Bakar, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2014)

Al-Jilani, Syaikh Abdul Qodir, The Secret of Secret, terj. dari Sirrul Asrar wa

Mazhharul Anwar fima Yahtaju ilaihi al-Abrar, oleh: Fuad Syaifudin

Nur, (Jakarta: TUROS, 2015)

Al-Kurdi, Syekh Muhammad Amin, tanwir al-Qulub fi Muamalatil Guyub,

Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia)

Aqib, Kharisudin, Al-Hikmah: Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998)

Arifin, Pendidikan Berbasis Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Pondok

Pesantren Suryalaya, skripsi, (Ciputat: FITK UIN Jakarta, 2014)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lajnah

Penstabilan Mushaf, 2007)

Erhahamwilda, Konseling Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)

Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Kedekatan dengan

Allah, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 2016

Page 80: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

64

Faridh, Ahmad, Pembersih Jiwa Imam Al-Ghazali, Imam Ibnu rajab al-Hambali,

Ibnu Qayyim al-jauziyah, (Bandung: Pustaka, 2000)

Gulen, Muhammad Fethullah, tasawuf untuk Semua: Menapaki Bulat-bulat

Zamrud Kalbu Melalui Istilah-istilah dalam Praktik Sufisme, (Jakarta:

Republika, 2014)

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2013)

Hadi, Abdul, Kebangkitan Kaum Sufi Kontemporer Indonesia: JATMAN, (Kendal:

Pustaka Amanah, 2018)

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu‟ 7,8,9, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1984)

Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, (Jakarta:

PEDOMAN ILMU JAYA, 2003)

Hawazin, Abul Qasim Abdul Karim dan al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah

Qusyairiyah, terj. dari Ar-Risalatul Qusyairiyah fi ‘Ilmit Tashawwuf

oleh: Umar Faruq, (Jakarta: Pustaka Amani, 2013)

Hilmi, Muhammad, dkk. Konsep Hati Menurut Al-Ghazali, (Jurnal Reflektika Vol.

11 No. 11, Januari 2016)

https://humas.polri.go.id/2019/11/25/kabid-humas-polda-jabar-23-orang-pelajar-diamankan-

ketika-akan-tawuran/ (diakses pada 1 Desember 2019, pukul 14.49 WIB)

https://news.detik.com/berita/d-3987879/terbukti-korupsi-e-ktp-setya-novanto-divonis-

15-tahun-penjara (diakses pada 3 Oktober 2019, pukul 20.21 WIB)

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3896238/sebar-informasi-hoax-di-medsos-pelajar-di-

sukabumi-ditangkap?_ga=2.63552047.1693848176.1570108590-

808556038.1570108590 (diakses pada 3 Oktober 2019. Pukul 20.36 WIB)

https://www.kpai.go.id/berita/kpai-prihatin-dua-bocah-smp-depok-jadi-begal (diakses pada 1

Desember 2019, pukul 15.02 WIB)

https://www.kpai.go.id/berita/kpai-usut-kasus-dugaan-kekerasan-seksual-oknum-guru-terhadap-

siswa-di-pasaman (diakses pada 1 Desember 2019, pukul 15.08 WIB)

Huda, Sokhi, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta, 2008)

Page 81: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

65

Husen, Achmad, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Spiritualisme Islam: Tasawuf,

(UNJ: Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 10 No. 1, 2014)

Jainudin, Pendidikan Karakuter Dan Pergeseran Sosiopsikologis Penganut Aliran

Tarekat Qadiriyyahwannaqsabandiyah Surabaya, (JOEIS: Journal of

Islamic Education Studies, Vol. 1 No. 2, Desember 2016)

Jamaludin dan Solihah Sari Rahayu, Hubungan Fiqih Kalam dan Tasawuf: Dalam

Pandangan Tarekat Qadiriah wa Naqsabandiyah Suryalaya

Tasikmalaya, (Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media, 2019)

KH., U . Maman, dkk., Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktek, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada Press, 2006)

Kumoro, Ajar Joyo, Tarekat Sebagai Pendekatan Pendidikan Agama Islam Pada

Lanjut Usia, skripsi, (Salatiga: FITK IAIN Salatiga, 2018)

Kurniawan, Asep, Peran Tasawuf dalam Pembinaan Akhlak di Dunia Pemdidikan

di Tengah Krisis Spiritualitas Masyarakat Modern, (Vol.2; Jurnal

Yaqzhan, 2016)

Langko, M. Amir, Metode Pendidikan Rohani Menurut Agama Islam, (Jurnal

Ekspose, Vol. XXIII, No. 1, Juni 2014)

Mahmud, Ali Abdul Halim, Pendidikan Ruhani, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)

Maulana, Ahmad Iza, “Meniti Jalan Menuju Ridha Allah”,

http://santriblarah.blogspot.com/2013/04/tarekat-muktabaroh-qodiriah-

wa.html, (diakses pada 28 September 2019, pukul 20.02 WIB)

Muchith, M. Saekun, Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan, (Stain Kudus: Jurnal

ADDIN, Vol. 10, No.1, Februari 2016)

Mulyati, Sri, Mengenal dan Memahami tarekat-tarekat Muktabarak di Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media, 2005)

Mun’im, Ma’mun, Pergumulan Tarekat dan Politik: Peranan Kyai Haji Muhammad

Shiddiq dalam Tarekat dan Politik di Kudus, Kudus: Fikrah STAIN

KUDUS, 2014.

Page 82: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

66

_______, Sejarah Perkembangan Pendidikan Tasawuf: Studi Tariqah Qadiriyah wa

Naqsabandiyah di Kudus Jawa Tengah, (Kudus: Jurnal QUALITY STAIN

Kudus, 2016)

_______, Sejarah Tarekat Qodiriyyah Wan Naqsabandiyyah Piji Kudus, (Kudus:

Fikrah STAIN KUDUS, 2014)

Mutiah, Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Amalan Tarekat Qoriyah Wa

Naqsabandiyah, skripsi, (Surakarta: FITK IAIN Surakarta, 2018)

Nasution, Harun, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam dalam Orientasi

Pengembangan Ilmu Tasawuf, Proyek pembinaan Prasarana dan Sarana

Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN, Jakarta: Ditbinbaga Depag RI,

1968

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014)

_________, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Noer, Kausar Azhar, Tasawuf Perenial Kearifan Kritis Kaum Sufi, (Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, 2003)

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1991)

Salahuddin, “Teori dan Struktur Lathaif dalam Tasawuf”, (Jauhar: Jurnal

Pemikiran Islam Kontekstual, 2003)

Samudra, Azhari Aziz dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta:

Yayasan Majels Ta’lim HDH, 2004)

Senali, Moh. Saifullah Al-Aziz, Tasawuf & Jalan Hidup Para Wali, (Gresik:

PUTRA PELAJAR, 2000)

Shiddiq, Muhammad, Risālat al-Iqyān fī Dzikr Silsilat Ahl al-‘Irfān wa Bayān

Mabna A’māl Thārāyiq Ahl al-‘Iyān. Tt., Tp

_________, Nail al-Amānī fī Dzikr Manāqib al-Quthb al-Rabbāniy Sayyidinā al-

Syaikh ‘Abd al-Qādir al-Jailāni, Tt., Tp.

Page 83: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

67

Sidqi, Ahmad, Wajah Tasawuf di Era Modern antara Tangtangan dan Jawaban,

(Universitas Azzahra Jakarta: Jurnal Epistemé, Vol. 10, No. 1, Juni

2015)

Siroj, Said Aqil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: PT Mizan Pustaka,

2006)

Sodiq, Akhmad, Khususyiah, (Ciputat: Mihrobbul Muhibbin, tt)

_________, Mursyid TQN Kontemporer K.H. Muhammad Shiddiq Al-Shalihi

Kudus, (Yogyakartaa: Samudra Biru, 2016)

_________, Prophetic Character Building: Tema Pokok Pendidikan Akhlak

Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: KENCANA, 2018)

Solihin, M. dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia,

2008)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011)

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013)

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998)

Wakhid, Ahmad Zaenurrohman, Tarekat Sebagai Model Pendidikan Agama Islam

Pada Lanjut Usia, skripsi, (Yogyakarta: FITK UIN Yogyakarta, 2015)

Zuhri, Saifudin, Tarbiyah Ruhiyah (Pendidikan Ruhani) Bagi Anak Didik Dalam

Perspektif Pemikiran Pendidikan Islam, (Jurnal As Sibyan, Vol. 2 No. 1,

2019)

Page 84: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

68

Page 85: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

69

Page 86: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

70

Page 87: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

71

Page 88: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

72

Page 89: KONSEP PENDIDIKAN RUHANI DALAM TAREKATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KH. Muhammad Shiddiq al-Shalihi menekankan cara tazkiyat al-nafs (pensucian ruhani dari

73