kenduricinta_caknun

102
2012 http://kenduricinta.com Collected and printed by Agus Saefudin 2/2/2012 KENDURI CINTA CAK NUN

Upload: agussaefudin

Post on 26-Nov-2015

265 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Merenung untuk melangkah semakin baik lagi...

TRANSCRIPT

  • 2012

    http://kenduricinta.com

    Collected and printed by Agus Saefudin

    2/2/2012

    KENDURI CINTA CAK NUN

  • http://kenduricinta.com 1

    Daftar Isi:

    Kasan Kusen 2

  • http://kenduricinta.com 2

    Kasan Kusen Oleh Emha Ainun Nadjib*

    SESUDAH dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat

    manusia, penggalan Sayidina Husein putra Fatimah putri Muhammad Rasulullah SAW diarak, diseret

    dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahualam, ada yang bilang dibawa sampai ke Mesir,

    yang lain bilang ke Syria sebagaimana ada beberapa makam Sunan Kalijogo di Pulau Jawa tapi

    pasti pembantaian sesama muslim itu terjadi di Karbala.

    Orang yang mencintai beliau bisakah menangis hanya dengan mengucurkan air mata, dan bukan

    darah? Jutaan pencintanya memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan

    menggelegak ke lubuk jiwa. Ribuan lainnya membawa cambuk besi atau apa saja yang bisa melukai

    badan mereka agar kucuran darah itu membuat mereka tidak siapa pun kecuali Imam Husein sendiri.

    Orang yang mencintai melarutkan eksistensinya, melebur, hilang dirinya, dirinya sirna, menjadi

    orang yang dicintainya.

    Keperihan maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syii di dunia. Duka yang

    mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah menyerahkan hatinya

    dengan sangat penuh perasaan kepada komitmen ahlulbait, keluarga Nabi. Sementara di pusat Islam

    sendiri, Arab Saudi kerajaan yang didirikan oleh koalisi keraton Abdul Aziz dengan ulama Wahabi

    konsentrasi emosional terhadap ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan

    berbagai jenis bidah, yakni perilaku-perilaku budaya keagamaan yang diciptakan tidak atas dasar

    ajaran Nabi sendiri, sehingga dianggap mengotori kemurnian peribadatan Islam.

    Semacam dendam sejarah yang berasal dari tragedi Karbala itulah yang melahirkan soliditas sistem

    imamah dalam budaya keagamaan kaum Syii. Kepemimpinan dan keumatan dalam Syiah merupakan

    kohesi horizontal-vertikal yang sangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni.

    Seandainya di Indonesia orang mengatakan Gus Dur dengan 30 juta umat NU-nya atau Amien

  • http://kenduricinta.com 3

    Rais dengan 25 juta umat Muhammadiyahnya yang dimaksud adalah kaum Syii, maka tidak ada

    kekuatan apa pun yang bisa mengalahkan koalisi NU-Muhammadiyah dalam perpolitikan Indonesia.

    Kaum Sunni menyebut Abu Bakar, Umar, dan Utsman dulu

    sebelum Ali. Bahkan tidak secara spesifik menyebut Hasan dan

    Husein. Orang Syii jengkel kepada ketiga khalifah itu karena

    menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW

    wafat, yang menguburkan hanya Ali, Aisyah, Fatimah, Abbas, dan

    seorang lagi pekerja penguburan. Sementara Abu Bakar, Umar, dan

    Utsman sibuk di Tsaqifah, KPU yang memproses siapa pemimpin

    pengganti Nabi tanpa memedulikan jenazah Nabi.

    Bahkan, ketika tengah malam usai penguburan, sejumlah

    rombongan dipimpin Umar menggedor rumah Ali untuk memaksa

    menantu Nabi ini menandatangani pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama.

    Sayidina Hasan, kakak Husein, juga tak kalah sialnya. Pagi-pagi, ia disuguhi racun oleh istrinya yang

    lantas mengaku bahwa itu atas suruhan Muawiyah. Hasan memaafkan istrinya, dan besok pagi

    sesudah kejahatannya dimaafkan, sang istri kembali menyuguhkan racun, Hasan meminumnya dan

    menemui ajal.

    Dalam kandungan hati orang Syiah, memang tidak banyak orang menderita seperti Rasulullah

    Muhammad SAW: jenazah beliau belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah ribut

    memperebutkan jabatan.

    Nabi unggul dan sangat populer sepanjang sejarah, tapi rumah yang ia tempati bersama Aisyah

    istrinya hanya seluas 4,80 x 4,62 meter. Makhluk diciptakan oleh Allah berupa cahaya, namanya Nur

    Muhammad meskipun secara biologis ia dihadirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus namun semasa

    hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik ikat

    pinggangnya, dan waktu wafat masih punya utang beberapa liter gandum.

    Manusia yang paling mencintai Allah dan paling dicintai Allah, namun Allah merelakan keningnya

    berdarah dilempar batu oleh pembencinya, mengizinkannya mengalami tenung sebelum menerima

    tiga surah firman-Nya. Tak ada kemewahan dunia apa pun melekat padanya. Bahkan, ia tak sanggup

    menolong Fatimah putrinya yang beberapa hari bersembunyi telanjang dalam selimut di kamar

    karena pakaiannya dijual Ali suaminya untuk bisa makan.

    Muhammad dan keluarganya sangat disayang, bahkan dicintai dengan gelegak rasa perih, karena

    derita. Ia pun memilih karakter abdan nabiyya, nabi yang rakyat jelata, dan menolak ditawari Allah

    menjadi mulkan nabiyya, nabi yang raja diraja.

    Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa

    gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di

    wilayah antara Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi

    cadangan kekayaan Arab Saudi, di samping tambang minyak temuan

    baru di perbatasan Saudi-Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber

    konflik antara kedua negara. Sebab, jika Yaman menguasai sumber

    minyak itu, karena daerah geografisnya lebih rendah, maka minyak

    Saudi di perut bumi akan terserap olehnya.

  • http://kenduricinta.com 4

    Rasulullah pernah bersabda bahwa kelak kaumnya akan mengalami kekalahan dan hidup dalam

    kehinaan, karena hubbud dunya wa karohiyatul maut kemaruk pada harta dunia dan takut mati.

    Wallahualam. Dalam hal maut, mestinya kaum Syii lebih memiliki etos dan kesadaran spesifik,

    karena riwayat Ali, Hasan, dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan derita Husein adalah

    sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang

    melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi jihad dan syahid.

    Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui perjuangan

    kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh, dan tidak penting. Jika

    seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di

    belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena

    dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu:

    Allah.

    Jika Ia sendirilah yang merupakan tuan rumah dalam kehidupannya, maka kematian adalah sesuatu

    yang dirindukan. Maka, ia terus bersemangat untuk berperang. Bukan karena perang itu sakit atau

    nikmat, melainkan karena Allah memberinya jalan syahid tanpa hambatan dunia. Maka peluru

    musuh tidak dihindarinya, melainkan disongsongnya.

    Karena itu, bisa dipahami tatkala pasukan koalisi kecele

    bahwa ternyata kelompok Syiah tidak begitu saja bisa

    diprovokasi untuk serta-merta mensyukuri kedatangan

    pasukan koalisi, hanya karena sepanjang hidup di Irak

    mereka ditekan oleh Saddam Hussein.

    Akan tetapi, pada level kualitas perjuangan yang lebih

    tinggi, juga sangat disayangkan bahwa kaum Syiah tidak

    mampu secara kolektif meneruskan konsistensi etos jihad

    dan syahidnya sampai ke tingkat substansi yang lebih berkemuliaan. Ketika mereka melakukan pawai

    ke Karbala untuk mengekspresikan rasa cinta Husein, yang terjadi baru semacam pelampiasan bahwa

    kini Saddam penghalang mereka sudah tidak memiliki kekuatan.

    Pawai itu tidak membawa mereka kepada nilai kepemimpinan dan perjuangan yang lebih tinggi yang

    menyangkut: (1) Nasionalisme Irak tanah persemayaman mereka, (2) Martabat bangsa-bangsa Timur

    Tengah, juga (3) Harga diri kaum muslimin di hadapan fundamentalisme Bush.

    Pawai Karbala hanya menyampaikan kaum Syiah pada keperluan lokal kaum Syiah sendiri. Peta yang

    tergambar hanya kekuasaan Saddam dan eksistensi kaum Syiah di Irak. Padahal, sesungguhnya

    mereka kini berada dalam posisi yang relatif sama dengan Saddam dan negara-negara Arab lainnya,

    dalam konteks adikuasa Amerika Serikat.

    Bush barusan menyatakan bahwa minyak Irak bukanlah milik Saddam dan keluarganya.

    Sesungguhnya Bush utamanya sedang berkata kepada monarki Arab Saudi: minyak di Saudi bukanlah

    milik Raja Saudi beserta para amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari

    wacana itu akan diaplikasikan. Kerajaan Arab kini berada dalam ketakutan yang mendalam: Raja

    Fahd sudah hampir terkikis kesehatannya, Fahd yang menggenggam de facto kekuasaan sudah

    berumur 84 tahun, beberapa pangerannya sakit kaki.

  • http://kenduricinta.com 5

    Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerika Serikat.

    Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah, atau

    mana pun, asal keluarga Saudi tidak diganggu. Kalau perlu, apa boleh buat, Mekkah dan Madinah

    dikuasai, asalkan kerajaan tetap selamat. Tapi, siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi

    keraton Saudi tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya? Apakah Amerika Serikat

    menjamin keamanan mereka, meskipun rudal-rudal Patriot milik Kerajaan Saudi di-infak-kan

    kepada pasukan koalisi untuk dipakai menghancurkan Irak, saudaranya sendiri, pada peperangan

    Maret-April kemarin?

    Kekuasaan Saudi tak usah dibayangkan akan sanggup melindungi

    Mekkah dan Madinah. Tidak mustahil, dua sampai lima tahun lagi,

    keluarga Kerajaan Saudi tak akan sanggup mempertahankan

    eksistensinya dari gejolak dan pemberontakan rakyat Saudi yang

    sudah benar-benar sangat bosan hidup dalam situasi kenegaraan

    yang tanpa rasionalitas, tanpa demokrasi, tanpa kebudayaan, tanpa

    tradisi ilmu, tanpa etos-etos modern, dan sepertiganya kini menjadi

    penganggur, tidak terbiasa bekerja keras, jualan sayur saja gagal.

    Kemarin saya mendatangi tumpukan batu tinggi kokoh bekas benteng pertahanan keluarga Yahudi

    Kaab bin Asraf di kota Madinah. Rasulullah sebelumnya telah mengumpulkan semua segmen

    masyarakat Madinah untuk bersama-sama menandatangani Piagam Madinah etika masyarakat

    plural. Namun, Kaab melanggar perjanjian itu. Terjadi peperangan, Kaab kalah. Dan di milenium III

    abad ke-21 ini, Kaab akan hadir kembali mengambil Madinah.

    Jadi, masalahnya bagi kaum Syiah bukan sekadar bagaimana mereka mendapatkan kemerdekaan

    hidup di Irak, karena sesungguhnya sekadar di Irak pun, pasca-Saddam, kemerdekaan kaum Syiah itu

    juga semu. Peta Timur Tengah dan dunia sudah berubah total. Konflik Sunni-Syiah seharusnya sudah

    menjadi sekunder. Kalau orang Syiah memukul-mukul dada mereka, merintih-rintih, menangis, dan

    memekik-mekik konsentrasi keperihan itu kini tidak lagi an sich derita Sayyid Husein belasan abad

    yang lalu.

    Kasan Kusen demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu

    abad ke-21 tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal

    kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, disirnakan, diinjak-injak harga diri

    kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.

    *Budayawan

    [Kolom, GATRA, Nomor 24 Beredar Senin 28 April 2003]

  • http://kenduricinta.com 6

    Menundukkan Wajah Di hadapan Ali Audah Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

    I

    Hari ini kita bersama-sama menundukkan wajah dan membungkukkan badan di hadapan beliau

    Bapak Ali Audah. Saya pribadi, kalau boleh jujur mempraktekkannya, tidak akan menundukkan

    wajah, melainkan menutupi wajah, karena rasa malu yang mendalam kepada beliau. Saya juga tidak

    akan membungkukkan badan, melainkan melarikan diri dan bersembunyi, karena rasa tak berharga

    di hadapan beliau.

    Zaman pendudukan Jepang, awal era 1940an, bagi saya adalah masa silam yang sangat jauh.

    Kemudian kemerdekaan tiba, lantas berlangsung era Orde Lama yang sangat lama, tiga tahun

    sesudah era itu berakhir, saya mulai menulis cerita pendek. Melewati era Orde Baru yang lebih lama

    lagi dibanding Orde Lama, dan ketika orde itu berakhir, saya sudah berhenti menulis. Sehingga hari

    ini saya merasa pekerjaan menulis adalah masa silam yang sangat jauh.

    Sedangkan beliau Bapak Ali Audah, sudah menulis cerita pendek pada era Jepang masa silam saya

    yang jauh itu, dan terus menulis selama Orla yang lama, terus menulis selama Orba yang lebih lama

    lagi, terus menulis selama era Reformasi yang sangat memuakkan dan yang paling memuakkan

    dibanding segala sesuatu yang memuakkan, terus menulis dan terus menulis sampai hari ini.

    Bagaimana mungkin saya sanggup tidak melarikan diri dari beliau. Jangan-jangan andaikan Allah

    mengambil saya kemudian melahirkan kembali sampai tiga kali: yang saya saksikan adalah beliau

    Bapak Ali Audah tetap juga terus menulis dan menulis.

    Maka hari ini, jika saya mengucapkan Asyhadu an-la ilaha ilallah, wa asyhadu anna Muhammadan

    rasulullah, perkenankan saya meneruskan wa asyhadu anna Ali Audah yamalu amalan shalihan

    wa yamalu amalan shalihan wa yamalu amalan shalihan. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan

  • http://kenduricinta.com 7

    selain Allah, aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah, dan aku bersaksi bahwa Ali Audah

    beramal shaleh dan beramal shaleh dan beramal shaleh.

    Sebab saya seorang Muslim, dan cukup sudah bekal Islam saya dengan Al-Quran, kemudian Hadits,

    Sunnah dan Sirah Rasul yang saya telusuri melalui Sejarah Hidup Nabi Muhammad karya Husain

    Haekal yang diterjemahkan oleh beliau Bapak Ali Audah.

    Saya membaca buku itu sejak remaja. Saya pikir itu adalah buku yang diterjemahkan oleh penulis dari

    masa silam, kalau dilihat dari usia generasi saya. Tapi yang saya tidak sangka adalah ternyata buku itu

    diterjemahkan oleh seorang penulis masa depan, ketika saya lihat dari kenyataan bahwa dunia

    penulisan sudah menjadi masa silam saya.

    II

    Beliau Bapak Ali Audah adalah seorang pembelajar ototidak. Ia tidak tamat Madrasah Ibtidaiyyah dan

    juga tidak pernah belajar di pesantren. Tetapi ia mampu menerjemahkan karya-karya berbahasa Arab

    dengan sangat baik. Bukan main-main, karya yang diterjemahkannya adalah buku-buku yang

    berkualitas dan menjadi acuan atau referensi utama.

    Puluhan tahun saya juga berbangga bahwa saya seorang pembelajar otodidak. Dan saya pura-pura

    tidak tahu kekalahan dan kepalsuan saya. Beliau Bapak Ali Audah tidak tamat Madrasah, sedangkan

    saya kurang murni otodidak, sebab saya sekolah sampai SMA meskipun lulus paksa. Beliau Bapak Ali

    Audah tidak pernah nyantri di Pesantren, sementara saya santri Gontor meskipun diusir di tengah

    jalan.

    Kekalahan utama saya ada dua hal. Pertama, saya santri Gontor tapi tidak mampu menterjemahkan

    karya apapun, jangankan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia: dari bahasa Jawa bahasa Ibu saya

    sendiripun tak ada sebiji karya terjemahan yang saya pernah hasilkan. Kedua, kekalahan yang sangat

    memalukan. Masyarakat dan ummat Islam tidak pernah menyebut Kiai Ali Audah, sementara Kiai

    Ainun Nadjib ada dalam daftar dan ranking Kiai-Kiai di Indonesia. Padahal yang menguasai bahasa

    AlQuran adalah Kiai yang tidak terdaftar itu.

    Saya tidak kawatir akan merasa malu atas kenyataan itu di Indonesia, karena Indonesia benar-benar

    semakin kehilangan parameter untuk membedakan mana yang sungguh-sungguh Kiai dan mana yang

    sekedar Ngiyai. Bahkan andaikanpun Indonesia masih punya pengetahuan untuk mampu

    membedakan, insya allah tidak perduli juga dan enteng-enteng saja untuk mengkiaikan yang bukan

    Kiai dan mem-bukan-Kiaikan yang benar-benar Kiai.

    Namun demikian saya berdoa dan meronta sejadi-jadinya agar para Malaikat kelak di akhirat tak

    usahlah menggoda dan ngerjain saya soal itu. Apalagi kalau itu disaksikan oleh beliau Bapak Ali

    Audah dari sebuah jendela di sorga, sementara saya masih magang di antara sorga dan neraka.

    Lebih mempermalukan saya lagi kalau satu Malaikat ngerjain saya, beberapa lainnya duduk-duduk di

    sekitarnya membaca Abu Bakar As-Sidiq yang Lembut Hati, Umar Bin Khattab: Sebuah Telaah

  • http://kenduricinta.com 8

    Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu, Usman bin Affan: antara

    Kekhalifahan dengan Kerajaan, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam.

    Lebih celaka lagi kalau ejekan kepada saya itu ditambahi dengan memanggil rekan-rekan sesama

    magang antara sorga dan neraka, dikumpulkan, dikasih dan diperintahkan untuk membaca Malam

    Bimbang, Hari Masih Panjang, Jalan Terbuka, Icih, bahkan Peluru dan Asap, Saat

    Lonceng Berbunyi dll.

    Ya Allah, please jangan permalukan hamba-Mu yang toh sudah penuh malu ini.

    III

    Beliau Bapak Ali Audah adalah seorang hamba Allah yang hidup syahid. Orang yang hidup syahid

    bukanlah orang yang tidak perlu mati untuk menjadi syahid. Sebab dua hal. Pertama, Allah sendiri

    menyatakan secara lugas bahwa hamba-hambaNya yang syahid tidak mati. Kedua, konteks syahid

    memang tidak terutama terkait dengan hidup atau mati.

    Syahid adalah orang yang menyaksikan keagungan Allah dengan karya dan lelaku hidupnya, dengan

    perjuangannya, ketekunannya, kesetiaannya, keikhlasannya, tentu saja yang dilandasi oleh akar

    ketaqwaannya, totalitas kepasrahannya, tunai lillahi-taalanya, serta tanpa reserve kepatuhan

    uluhiyahnya.

    Apakah beliau Bapak Ali Audah seorang yang hebat? Jangan. Jangan hebat. Jangan bawa dan

    tenteng-tenteng kehebatan kesana kemari kepada sesama manusia karena sesungguhnya yang hebat

    bukan engkau. Jangan persembahkan kehebatan ke hadirat Allah wahai laron-laron di permukaan

    matahari wahai debu di tengah ruang hampa jagat raya.

    Hebatilah dirimu sendiri 87 tahun. Hebatlah atas dirimu sendiri 87 tahun. Taklukkan dirimu sendiri

    87 tahun. Kuraslah dirimu sampai kosong dan Allah akan mengisinya dengan kehebatan-Nya. Allah

    akan mengisikan diri-Nya padamu.

    87 tahun tidak membangun kehebatan, melainkan ketekunan. 87 tahun tidak menegakkan kebesaran,

    melainkan kepatuhan. 87 tahun tidak mengibarkan kegagahan, melainkan kesetiaan. 87 tahun tidak

    memperjuangkan keunggulan, melainkan keikhlasan.

    Manusia yang berdiri di muka bumi dengan kehebatan, kebesaran, kegagahan dan keunggulan, yang

    diatas-namakan dirinya sendiri, menjadi bahan tertawaan di kalangan masyarakat langit.

    Beliau Bapak Ali Audah syahid atas hakekat itu, sehingga penuh tawadlu hidupnya. Beliau Bapak Ali

    Audah bersyahadah atas sifat sejati itu, sehingga selalu tenteram jiwanya.

    IV

    Kita mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada beliau Bapak Ali Audah yang telah berkenan

    memberi peluang kepada kita untuk menjalankan kewajiban yang sangat terlambat kami sadari, yakni

    menghormati, menghargai dan menjunjung beliau.

  • http://kenduricinta.com 9

    Bapak Ali Audah tidaklah membutuhkan apa yang kita laksanakan hari ini, demi Allah kitalah yang

    butuh menghormati, menghargai dan menjunjung beliau.

    Pun sesungguhnya, kata menghormati, menghargai dan menjunjung tidaklah tepat mewakili apa

    yang kami maksudkan. Mungkin malah bermakna terbalik.

    Kita belum pernah matang benar menggunakan bahasa, atau Bahasa Indonesia juga masih belum

    benar-benar teruji untuk mewakili kwalitas nilai yang dimaksudkannya.

    Menghormati bukanlah memberi kehormatan. Karena memberi kehormatan haruslah kepada orang

    yang tidak punya kehormatan, sehingga perlu diberi kehormatan. Menghargai bukanlah

    menyampaikan harga kepada orang yang tidak berharga. Dan menjunjung, adalah tindakan untuk

    menaikkan seseorang dari posisi yang lebih rendah ke posisi yang lebih tinggi.

    Maka dengan segala kerendahan hati kami mohon bimbingan kepada beliau Bapak Ali Audah, agar

    sesudah ini kami mulai punya kemampuan untuk menterjemahkan apa yang sebenarnya kami

    maksudkan melalui atau menjadi kata, idiom dan susunan kalimat yang lebih tepat dan aman.

    Dengan kata lain, apa yang kita lakukan hari ini, bukanlah kesombongan untuk menghargai,

    melainkan kerendahan hati untuk belajar kepada Bapak Pendekar Penterjemahan Nasional. Inipun

    salah. Seharusnya Bapak Pendekar Penterjemahan Internasional, sebab pekerjaan perterjemahan

    pastilah berskala antara bahasa Nasional dengan Bahasa Nasional lainnya, alias internasional.

    Ya Allah, betapa rapuh dan lemahnya kesanggupan hamba-hambaMu dalam menterjemahkan

    kehidupan. Sehingga terkutuklah manusia, masyarakat, Pemerintah, Negara dan Bangsa yang buta

    matanya, tuli telinganya dan bebal akalnya, di dalam memahami betapa pentingnya seorang

    Penterjemah di dalam kehidupan, kebudayaan dan peradaban.

    Sungguh terkutuk, dan patut dilaknat kami semua ini. Oleh karena itu jalannya tinggal satu ya Allah:

    ampunilah kami semua.

    V

    Yang kita lakukan hari ini bukanlah peristiwa menjunjung beliau Bapak Ali Audah, melainkan Bapak

    Ali Audah menjunjung kita semua.

    Hampir satu abad beliau Bapak Ali Audah menjunjung dirinya ke maqamat yang sangat tinggi, dan

    hari ini dari dataran yang rendah kita melemparkan tali ke atas, tangan beliau Bapak Ali Audah

    menyambut dan menggenggam tali itu, kemudian kita memanjat naik ke maqamat beliau.Bahkan

    dengan tali itu beliau Bapak Ali Audah menarik kita ke atas. Sebagaimana kalau kita mendekat

    kepada Allah sehasta, Allah mendekat kepada kita sedepa. Kemudian kita lebih mendekat kepada

    Allah sedepa, Allahpun langsung mendekat kepada kita sepenggalah.

  • http://kenduricinta.com 10

    Maksud saya, seharusnya kita semua yang hadir di sini pergi beramai-ramai sowan ke rumah beliau

    Bapak Ali Audah untuk menyampaikan rasa hormat dan hajat junjungan. Bukannya beliau yang kita

    minta datang dan kita tunggu di rumah kita.

    Tetapi demikianlah al-khalish wal-mukhlis beliau Bapak Ali Audah sekarang berada di sini, dan

    bukannya kita yang berada di ruang tamu rumah beliau menunjukkan secara sangat nyata bahwa

    beliau Bapak Ali Audah bukan sekedar orang yang memang paling berhak menjadi pancer cahaya

    acara ini, melainkan lebih dari itu: Allah telah memilih beliau Bapak Ali Audah untuk menjadi

    penghantar hidayah agar menumbuhkan kesadaran betapa kebanyakan dari kita telah abai dan alpa

    terhadap betapa pentingnya jenis amal shaleh yang Allah amanatkan kepada beliau Bapak Ali Audah.

    Demi Allah, apapun kata yang saya ocehkan ini, juga apapun yang kita semua lakukan dengan acara

    ini, tidaklah sedikitpun menambah derajat kemuliaan hidup beliau Bapak Ali Audah. Sesungguhnya

    kitalah yang sedang ditaburi cipratan kemuliaan oleh beliau Bapak Ali Audah.

    Prinsip martabat dan logika moral sosial tidak mengizinkan kita menghormati orang yang minta dan

    menunggu-nunggu untuk dihormati. Tetapi tingginya derajat ilmu dan sucinya pengetahuan sejati

    mewajibkan kita untuk menyampaikan rasa hormat kepada orang yang tidak pernah menagih untuk

    dihormati.

    Maka acara ini kita langsungkan semata-mata untuk kepentingan dan keselamatan kita di hadapan

    Allah dan beliau Bapak Ali Audah. Acara ini sama sekali tidaklah mengandung apapun yang beliau

    Bapak Ali Audah berkepentingan atasnya.

    Kalau kita menjunjung beliau, tidaklah membuat beliau menjadi berderajat lebih tinggi, sebab

    bagaimana mungkin kerendahan sanggup mempersembahkan ketinggian, apalagi kepada orang yang

    ketinggiannya tidak terjangkau oleh kerendahan.

    Kalau kita tidak menjunjung beliau, sama sekali tidaklah membuat beliau menjadi lebih rendah dari

    ketinggiannya, sebab kerendahan itu terletak di luar diri beliau Bapak Ali Audah tanpa pernah bisa

    menyentuh ketinggian beliau.

    VI

    Itulah sebabnya saya bersyukur sampai hari ini di baju beliau Bapak Ali Audah tidak tersemat tanda

    penghargaan atau penghormatan apapun dari Pemerintah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Gadis yang berwajah cantik jangan berbangga dipuji kecantikannya oleh pemuda yang buta matanya.

    Rumah Puisi mungkin tidak pasti bukan pemuda yang buta matanya, tetapi hari ini ia membuktikan

    kedalaman nuraninya, ketajaman akal sosial dan kearifan budayanya, untuk menemukan kecantikan

    sejati gadis itu yang terdapat tidak pada wajahnya, melainkan pada kandungan jiwanya serta bau

    keringat kerja kerasnya.

  • http://kenduricinta.com 11

    Beliau Bapak Ali Audah telah benar dan dibenarkan oleh Allah memilih wilayah amanah

    kehidupannya. Benar memilih nilai dan pekerjaan di antara berbagai-bagai kemungkinan nilai dan

    pekerjaan manusia di muka bumi. Kemudian beliau membangunnya dengan kesungguhan, kesetiaan

    dan keikhlasan yang sukar dicari tandingannya.Masing-masing kita yang hadir di sini mungkin juga

    orang yang bersungguh-sungguh, setia dan ikhlas bekerja. Tetapi jangan pernah pamerkan itu di

    hadapan orang yang bekerja sungguh-sungguh, setia dan ikhlas selama 87 tahun. Tataplah wajah

    beliau, yang sama sekali bukan wajah 87 tahun. Rasakanlah ketangguhan mental, kekhusyukan hati

    dan keluasan jiwa beliau. Andaikan Allah tidak rikuh atau pekewuh kepada kita yang jauh lebih muda

    tapi rapuh, mungkin akan dipaparkan di depan kesombongan dan kekerdilan kita semua bahwa

    sampai kelak 50 tahun lagi tetap secerah dan sebercahaya itu wajah beliau Bapak Ali Audah.

    Bukittinggi, 3 Desember 2011

    *) ditulis beberapa jam sebelum acara Penganugerahan kepada Ali Audah.

    **) dibacakan ketika acara Penganugerahan kepada Ali Audah di Rumah Puisi Taufik Ismail,

    Tanah Datar, Bukit Tinggi

    Dok foto:

    Bpk. Taufik Ismail memberikan sambutan acara

  • http://kenduricinta.com 12

    Munajat Si Fakir Yang Hina (di Penghujung Ramadhan Tiba) Posted by alamhikmah on Sep 23rd, 2011 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through

    the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Ketika di penghujung Ramadhan, para Malaikat menangis gemuruh karena kasihan melihat umat

    Muhammad yang akan di tinggal Ramadhan,

    Para Malaikat bersedih melihat umat ini karena belum kembali ke fitrah dan belum bersih jiwanya

    selama bulan Ramadhan sampai Ramadhan meninggalkannya,

    Para Malaikat bersedih melihat umat ini, karena belum menemukan TuhanNya sehingga serakah

    berebut pahala dan fadhilahnya Ramadhan bagaikan anak kecil berebut permen dan gula-gula,

    Sehingga tidak sempat untuk mengabdi kepada TuhanNya dengan tulus dan ikhlas,

    Sekotor inikah diri umat ini? Khususnya diri Al Fakir?

    Yaa Allah

    Andaikan di dunia ini ada makhluk yang paling hina, paling kotor, dan paling najis, masih tidak

    sehina, sekotor dan senajis jiwa dan diri ini,

    Yaa Allah

    Ketika kulihat ulat-ulat dalam bangkai yang sangat menjijikkan, masih lebih menjijikkan jiwa ini

    daripada ulat-ulat itu,

    Yaa Allah

    Ketika kulihat anjing yang jijik dan kotor, melolong dengan lidah menjulur penuh najis, masih tidak

    sejijik, sekotor dan senajis jiwa ini,

    Yaa Allah

    Aku menyadari bahwa:

    Anjing tidak mempunyai akal dan pikiran akan tetapi ketika anjing diberi makan oleh Sang

    Pemiliknya, anjing itu masih bisa berterima kasih, bahkan menjaga pemiliknya,

    Tapi kenyataannya diri ini sebagai manusia yang di beri akal, pikiran dan budi pekerti, ketika Engkau

    berikan aku kehidupan, Engkau berikan aku kesehatan, dan Engkau berikan aku rezeki yang tak bisa

    di hitung jumlahnya, aku tidak pernah berterima kasih kepadaMu bahkan aku mengkufuri semuanya

    itu,

    Sehina inikah diri ini yang disebut sebagai sebaik-baik makhluk?

    Yaa Allah

    Cukupkah air mata ini untuk membasuh kehinaan itu?

    Cukupkah air mata ini untuk membersihkan jiwa yang kotor itu?

    Ketika hatiku menerawang jauh,

    Kubayangkan surga yang sangat indah dan penuh kemuliaan,

    Rasulullah dan para kekasih-kekasih Allah sebagai penghuni tempat yang penuh kemuliaan itu,

  • http://kenduricinta.com 13

    Aku ingin kesana tapi aku tidak mampu menggapainya karena terlalu hina diri ini,

    Bahkan kurasa diri ini bagaikan binatang yang dijerat lehernya dan ditarik-tarik ke neraka karena

    kekufuran yang kulakukan,

    Yaa Allah

    Kadang aku bercita-cita ingin mati saja,

    Setelah mengenal jati diri yang hina ini,

    Yang semakin hari semakin jauh dariMu, Yaa Tuhanku,

    Sehingga semakin lupa dan tidak mengenal Engkau sebagai Sang Pencipta,

    Mungkin mati lebih baik daripada terus hidup seperti ini,

    Yaa Allah

    Mungkinkah airmata ini bisa membasuh dosa dan kotornya jiwa ini?

    Mungkinkah airmata ini mampu untuk menolong jiwa yang busuk ini?

    Dan mungkinkah sujudku, kerendahanku, dan air mata ini mampu mengantarkan yang hina ini

    keharibaanMu Yaa Tuhan

    Hanya Engkaulah Engkaulah Yaa Allah yang bisa merubah itu semua,

    Karena tidak ada air mata, tidak ada ibadah, tidak ada kekuatan, yang bisa merubah itu semua,

    Kecuali Engkau Yaa Allah dengan sifat kasih sayangMu.

    Maka teteskanlah walaupun seujung jarum KASIH SAYANGMU di penghujung Ramadhan ini,

    Agar hidup ini benar-benar bisa berarti,

    Terimalah munajat hambaMu yang hina dan fakir ini,

    ###

    Pesan Sang Prof:

    Jangan takut rendah memang sifat hamba harus rendah, tempat salah, dholim dan kufur,

    Jangan takut hina memang hamba tempatnya kehinaan,

    Karena yang mulia hanya Allah yang Maha Mulia,

    Bahkan siapapun yang merasa mulia dan merasa tinggi, sebenarnya dialah orang yang benar-benar

    hina dihadapan Sang Pencipta,

    Seorang hamba yang merasa rendah, hina, merasa penuh dosa, dholim dan merasa kufur dialah

    Hamba Sejati dihadapan TuhanNya,

    Tanamkanlah sifat-sifat tersebut dan peliharalah sehingga menjadi sifat dan karakter dalam

    kehidupan sehari-hari,

    Sehingga nampak kerendahan dan ketawadhuannya,

    Tidak pernah memandang yang lain kecil,

    Tidak pernah menghina dan menghujat yang lain karena dia menyadari dirinya lebih hina dan lebih

    rendah daripada yang lain,

    Itulah hakikat tawadhu kata Beliau Sang Prof,

    ###

  • http://kenduricinta.com 14

    Doa pembersih jiwa dari pembimbing Sang Prof

    (Al Habib Syaikh Abdul Madjid Maroef R.A)

    Allohumma yaa waahidu yaa ahad, yaa wajidu yaa jawaad, sholi wasallim wa baarik ala

    sayyidinaa muhammmadin wa ala ala ali sayyidina muhammad, fii kullilamhatin wanafasim bi

    adadi maluumaatillahi wa fuyudlotihi wa amdadih

    SELAMAT KEMBALI KE FITRAH

    BERSIH HATI, SUCI JIWA, SIAP MENGHADAP SANG PENCIPTA

    MINAL AIDIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

    HIDUP SEKALI HARUS BERARTI

    Catatan kelam perjalanan hidup dari si fakir yang hina

    Dalam bumi kerendahan, 29 Agustus 2011

  • http://kenduricinta.com 15

    Reciever Lailatul Qadar Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

    Posted by Red KC on Sep 2nd, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS

    2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Yang sepenuhnya harus kita urus dalam menyambut Lailatul

    Qadar adalah Reciever Spiritual kita sendiri untuk mungkin

    menerima Lailatul-Qadar. Kesiapan Diri kita. Kebersihan

    Jiwa kita. Kejernihan Ruh kita. Kepenuhan Iman kita.

    Totalitas iman dan kepasrahan kita. Itulah yang harus kita

    maksimalkan.

    Kalau lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan bayangkan api. Kalau gelasmu retak, jangan mimpi menuangkan minuman. Kalau mentalmu rapuh, jangan rindukan rasukan tenaga dalam. Kalau kaca jiwamu masih kumuh oleh kotoran-kotoran dunia, jangan minta cahaya akan memancarkan dengan jernih atasmu.

    Jadi, bertapalah dengan puasamu, bersunyilah dengan itikafmu, mengendaplah dengan lapar dan

    hausmu. Membeninglah dengan rukuk dan sujudmu. Puasa mengantarkanmu menjauh dari kefanaan

    dunia, sehingga engkau mendekat ke alam spiritualitas. Puasa menanggalkan barang-barang

    pemberat pundak, nafsu-nafsu pengotor hati, serta pemilikan-pemilikan penjerat kaki kesorgaanmu.

  • http://kenduricinta.com 16

    Cak Nun: Pemimpin Belum Memiliki Moralitas Posted by Red KC on Aug 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS

    2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Pic : Google

    Metrotvnews.com, Surabaya: Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menilai pemimpin

    Indonesia hingga kini belum memiliki moralitas. Mulai dari Presiden SBY, menteri, hingga anggota

    DPR/DPRD nggak mau berubah. Tunggu saja, nanti akan ada yang mengubah, katanya di Surabaya,

    baru-baru ini.

    Ia mengemukakan hal itu dalam Buka Bersama dan Shalat Tarawih Keluarga Besar Universitas

    Airlangga (Unair) Surabaya dengan Cak Nun. Dalam acara bertopik Excellence with Morality itu,

    Cak Nun memberi apresiasi dengan semangat Unair yang mengusung visi dan misi Excellence with

    Morality.

    Itu karena di Indonesia enggak ada yang mau berubah. Mereka `nyolong` (korupsi) seenaknya

    sendiri, katanya didampingi Rektor Unair Prof Dr H Fasich pt.

    Suami dari artis Novia Kolopaking itu menyatakan para pemimpin di Indonesia juga hanya

    menghargai diri sendiri dan tidak menghargai rakyatnya.

    Kalau menghargai orang lain itu berarti memiliki moralitas yang tinggi. Moralitas itu lebih tinggi dari

    hukum, karena hukum itu bisa direkayasa, sedangkan moralitas itu dari nurani, katanya.

    Menurut arek Jombang kelahiran 27 Mei 1953 itu, pemimpin yang menghargai orang lain itu tidak

    mementingkan jabatan, namun mementingkan moralitas.

    Jabatan itu enggak penting, karena apapun jabatan kita kalau memiliki moralitas, maka hal itu lebih

    penting, meski kita adalah tukang sapu, katanya.

    Pemimpin kelompok Kiai Kanjeng itu menyatakan pemimpin yang memiliki moralitas itu tidak

    menarik pajak sebelum memberikan fasilitas yang memadai.

  • http://kenduricinta.com 17

    Kalau punya moral itu tidak hanya menarik pajak dengan aturan-aturan hukum yang ada, tapi justru

    mengutamakan fasilitas, baru menarik pajak, katanya.

    Dalam kesempatan itu, Cak Nun mencontohkan dirinya yang sekarang tidak menghargai diri sendiri,

    karena membuat segala bentuk jabatan yang disandang.

    Saya sudah nggak menghargai diri, apa saja akan saya lakukan, termasuk ngamen, karena saya ingin

    menghargai orang lain, katanya.

    Dalam agama, Allah SWT sudah mengajarkan penarikan pajak hanya 2,5 persen, tapi fasilitas sudah

    diberikan terlebih dulu dan bahkan sangat berlebihan.

    Allah SWT mengajarkan hubungan `suami-istri` antara diri-Nya dengan manusia. Suami itu

    memberi fasilitas, baru memberikan perintah ini-itu. Kalau kita mau seperti itu, Insya-Allah akan ada

    perubahan, jangan menunggu Allah yang mengubah, katanya. (Ant/BEY)

    sumber metro tv news

  • http://kenduricinta.com 18

    WAWANCARA CAK NUN Posted by Red KC on Aug 10th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS

    2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    WAWANCARA CAK NUN SEPUTAR ACARA KIDUNG DAMAI 13

    JULI 2010 DI GEREJA ISA ALMASIH SEMARANG.

    Pertanyaan diajukan oleh Mas Ronny dari Gereja Isa AlMasih

    Semarang.

    1. Apa makna musik menurut Cak Nun? Adakah korelasi antara

    musik dan perdamaian?

    JAWAB:

    Diantara ummat manusia terjadi perdamaian atau peperangan,

    letak masalahnya bukan pada perang atau perdamaian, sebab

    perang dan perdamaian hanya alat dan produk atau output dari

    perilaku manusianya.Pisau bisa menjadi alat perdamaian, firman

    Tuhan bisa menjadi alat peperangan. Semua di tangan manusia,

    karena Tuhan sudah memandatkan alam dan kehidupan ini

    kepada manusia untuk dijadikan apapun. Batas tepiannya adalah kemerdekaan kuasa Tuhan sendiri:

    apakah ia mengizinkan, membiarkan, mungkin juga memerintahkan, atau bahkan menyesatkan

    karena alasan tertentu yang bersumber dari kelakuan manusia sendiri. Tuhan kasih pohon, manusia

    bikin meja kursi. Tuhan kasih logam, manusia bebas mengolah logam itu menjadi peralatan untuk

    meningkatkan mutu kehidupan atau menjadikannya alat pembunuhan. Demikian juga semua unsur

    yang lain dari alam ciptaanNya, terserah manusia akan menggunakannya untuk menyejahterakan

    sesamanya ataukah untuk membunuh sesamanya.Dan bagi para pelaku perang atau perdamaian, di

    tengah perjalanan silahkan berhadapan dengan sesamanya, namun di ujung perjalanan silahkan

    mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan yang memiliki saham mutlak atas segala sesuatu.

    2. Apa yang ingin Cak Nun sampaikan dalam setiap kesempatan pentas melalui musik dan nyanyian

    bersama Kiai Kanjeng?

    JAWAB:

    Aduh saya menghindar untuk ingin menyampaikan sesuatu, setelah pengalaman sosial,

    kemasyarakatan dan kenegaraan yang saya alami berpuluh tahun. Artinya, sesudah ribuan

    perjumpaan itu saya menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada ucapan saya yang benar-benar

    berguna bagi siapapun, sejauh saya sendiri menakarnya dari prinsip saya sendiri.Maka yang saya

    lakukan pada ribuan komunikasi sosial bersama KiaiKanjeng dengan masyarakat di dalam dan luar

    negeri, bukanlah ingin mengatakan apa. Mungkin begini yang terjadi: saya, juga musik KiaiKanjeng,

    selalu berjaga untuk meletakkan diri tidak pada ingin mengekspressikan apa, melainkan harus

    mengekspressikan apa untuk kemashlahatan manusia berdasarkan siapa audiens yang kami hadapi.

    3. Dalam setiap kesempatan, Cak Nun seringkali menekankan pentingnya menjaga perbedaan agar

    menjadi sebuah harmoni yang indah, lantas bagaimana hal itu dapat diwujudkan?

    JAWAB:

    Sebenarnya kalau ada masalah disharmoni antar agama di Indonesia, itu 90% tidak orisinal. Kita

  • http://kenduricinta.com 19

    punya sejarah panjang di mana masyarakat kita memiliki tata kelola sendiri di dalam menangani

    toleransi, tidak hanya antar agama, antar apapun saja sebenarnya. Antar perbedaan dalam konteks

    dan bidang apapun. Konflik-konflik antar agam yang terjadi di Indonesia beberapa puluh tahun

    terakhir hanyalah satu out put dari penjajahan global yang bermaksud merampok kekayaan alam

    Indonesia. Permpokan itu memakai formul yang berbeda-beda, misalny di Irak dan di Indonesia.

    Bahkan Saudi Arabia, Afghanistan, dan sebentar lagi mungkin Iran ditimpa cara perampokannya

    sendiri-sendiri.

    4. Menurut Cak Nun, bagaimana konsep relasi antar umat beragama yang cocok di Indonesia agar

    perdamaian dapat terwujud?

    JAWAB:

    Cukup belajar kepada kearifan-kearifan budaya local, misalnya di Maluku dan Jawa. Juga kita bias

    belajar kepada maksud-maksud baik pendiri bangsa dan NKRI dalam konteks itu, meskipun di dalam

    ranah filosofi maupun konstitusi, Indonesia sedang menanggung kesalahan-kesalahan besar yang

    mendasar. Dan sampai hari ini hal itu tidak menjadi kesadaran para pemimpinnya, kaum intelektual,

    apalagi rakyat.

    5. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dalam mendorong kerukunan umat beragama? Apakah

    upaya2 formal seperti pembentukan FKUB itu efektif dan relevan?

    JAWAB:

    Pemerintah tidak pernah berpikir tentang apa yang seharusnya, dalam hal apapun saja, kecuali yang

    berkaitan dengan keuntungan pribadi bagi para pejabatnya. Jadi, mohon saya jangan diminta untuk

    menegakkan benang basah.

    6. Bagaimana pendapat Cak Nun tentang acara Kidung Damai di Gereja Isa Almasih pada tanggal 13

    Juli yang lalu?

    JAWAB:

    Acara Kidung Damai 13 Juli itu bagi saya dan KiaiKanjeng serta seluruh Jamaah Maiyah merupakan

    pekerjaan keindahan yang memang selalu kami nikmati di tengah perhubungan dengan sesame

    manusia. Saya tidak ingin merukun-rukunkan siapapun karena orang yang dating ke acara saya dan

    yang bersentuhan di dalam skala nasional maupun internasional dengan sayasepenuhnya saya

    percaya mereka adalah manusia. Dan manusia adalah makhluk yang selalu menderita jika berada di

    dalam permusuhan dan peperangan.

    7. Apa yang dapat Cak Nun baca dari antusiasme penonton pada acara Kidung Damai?

    JAWAB:

    Sebagaimana jawaban saya terhadap pertanyaan no. 6, saya tidak punya tanggung jawab apa-apa

    terhadap dunia secara keseluruhansebab saya hanya seseorang di antara berjuta-juta orang lainnya,

    dan tak lebih dari itu. Apa yang terjadi di Gereja Isa AlMasih itu adalah anugerah Tuhan terhadap

    jaminan saya bahwa ke mana pun saya pergi saya tidak akan bersentuhan dengan siapa pun yang

    membawa kebencian dan permusuhan. Dengan bahasa jelasnya, antusiasme umat manusia yang

    hadir pada malam itu adalah bukti dari Tuhan bahwa jaminan saya itu terkabul, di mana saya

    dipersaudarakan dengan sangat banyak manusia yang sungguh-sungguh manusia.

  • http://kenduricinta.com 20

    8. Menurut Cak Nun, apakah acara-acara semacam ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap

    pola pikir umat beragama sehingga tercipta semangat mendorong dan memelihara upaya

    perdamaian?

    JAWAB:

    Saya tidak pernah tergantung atau mengikatkan diri saya pada kenyataan apakah yang saya lakukan

    punya pengaruh atau tidak kepada siapa pun saja. Kebaikan dan kemuliaan, kemesraan dan

    perdamaianadalah kebaikan dan kemuliaan, serta kemesraan dan perdamaian. Mereka otonom,

    berdiri sendiri: kebaikan tidak menjadi keburukan hanya karena ia tidak berpengaruh. Saya,

    KiaiKanjeng, dan Jamaah Maiyah sangat menikmati kemandirian dan kemerdekaan itu, di tengah

    keramaian maupun di dalam kesunyian.

    9. Apa harapan Cak Nun terhadap Gereja Isa Almasih Pringgading, khususnya dalam hubungan lintas

    agama?

    JAWAB:

    Sahabat-sahabat saya sebangsa dan saudara-saudara saya sesama manusia InsyaAllah tidak pernah

    terlena untuk tidak tahu bahwa pekerjaan utama manusia adalah mempertahankan kemanusiaannya,

    bahwa pekerjaan utama institusi atau agama atau apapun yang menghimpun manusia adalah saling

    berentang tangan, tolong-menolong, mempertahankan kemanusiaan manusianya.

    10. apa kesan khusus Cak Nun terhadap acara Kidung Damai yg sdh dua kali diadakan ini dan apa

    pesan untuk umat beragama di semarang? (Secara khusus untuk umat di GIA Pringgading)

    JAWAB:

    Anda semua tidak hanya punya potensi orisinal untuk menjadi makhluk sebagaimana Tuhan

    memaksudkan penciptaan-Nya. Anda semua adalah hamba-hamba yang mendapat perhatian khusus

    dari Sang Pencipta, yang ditarik masuk ke dalam pihak-Nya, serta menjadi pasukan rahasia, pejuang

    kemesraan yang tidak kentara, pekerja perdamaian yang dibekali senjata-senjata cinta: karena Tuhan

    InsyaAllah sedang sangat serius menjalankan rencana-rencana rahasia-Nya bagi bangsa Indonesia

    yang Ia khususkan dan Ia cintai. Yogyakarta, 6 Agustus 2010. (Red/Helmi)

  • http://kenduricinta.com 21

    Gelar Karya Para Rajawali Posted by Red KC on Aug 10th, 2010 and filed under Berita & Opini, Podjok CN. You can follow any responses to this entry

    through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Sebagai penggembira Gelar Karya Para Maestro

    Yogya, saya ingin turut merayakan kegembiraan

    dan optimisme peristiwa ini dengan sebuah

    wacana klasik tentang Burung Rajawali.

    Pada awalnya saya ingin bersegera mensyukuri

    dua hal. Pertama, telah lahirny satu Genre Baru

    Masyarakat budaya yang otentik dan orisinal, satu

    dua tahun terahir ini di Yogyakarta, melalui

    berbagai peristiwa kreativitas di sejumlah

    laboratorium kebudayaan, termasuk Taman

    Budaya Yogyakarta.

    Akan tetapi saya menekan diri saya sendiri untuk bersabar dengan terlebih dahulu bercerita tentang

    Rajawali, sebab ada kemungkinan Sang Rajawali itu terdapat pada Genre baru itu.

    Alkisah, burung Rajawali itu oleh Tuhan dikasih rangsum usia relative sama dengan umumnya

    makhluk manusia, yakni 60-80an tahun, naik turun. Kalau manusia Yogyakarta menggunakan

    wacana katuranggan dan menemukan dirinya adalah Rajawali, bukan mprit atau Cipret, atau

    sekurang-kurangnya ia menemukan potensi Rajawali di dalam dirinya : maka ia tinggal bercermin

    pada burung itu, karena hidup pada irama dan skala waktu yang relative sama.

    Manusia Yogya memiliki potensial untuk hamengku alias sikap memangku berbagai formulasi

    peradaban. Semua hasil ijtihad kosmologi diakomodasikan olehnya. Berbagai satuan tahun dari

    Yunani, Mesir Kuno, Sanskrit, Jawi, Javasatuan bulan, siklus hari, bahkan weton dan neptu, dielus-

    elus oleh manusia Yogya dari pangkuanya.

    Sudah pasti itu disebabkan oleh keistimewaan manusia Yogya, sehingga daerah ini tidak perlu

    dilegarisir oleh otoritas apapun untuk menjadi istimewa, karena keistimewaan Yogya sudah lama

    niscaya oleh dirinya sendiri, ada atau tidak ada NKRI, dengan atau tanpa Indonesia.

    Keistimewaan itu akan memuat dan menerbitkan kepantasan kepemimpinan nasional secara politik

    dan internasional secara kebudayaan. Hal itu akan mewujud atau tidak, Yogya tidak pusing, sebab de

    facto ia tetap istimewa dan pemimpin. Kalau sejarah tidak menerimanya, maka kehancuran sejarah

    tidak akan mengurangi keistimewaan dan kepemimpinan kultural Yogya.

    Pada usia 40 tahun, burung Rajawali terbang ke gunung jauh, mencari batu karang, memilih yang

    paling baja dari bebatuan itu, mematuknya, menggigitnya, sekeras-kerasnya, sekuat-kuatnya, dan

    takkan dilepaskanya sampai paruhnyatanggal dari mulut dan kepalanya.

  • http://kenduricinta.com 22

    Demikian juga cakar-cakar kedua kakinya. Ia cengkeramkan ke batu paling karang, dengan daya

    cengkeram sekali seumur hidup, dan takkan dibatalkanya sampai lepas tanggal kuku-kukunya dari

    jari-jemari kedua kakinya.

    Kemudian dia akan kesakitan, tergeletak, terbang dengan lemah, hinggap di seberang tempat tanpa

    kekuatan untuk berpegang. Rajawali mengambil keputusan untuk menderita, untuk mereguk sakit

    dan kesengsaraan, sampai akhirnya hari demi hari paruh dan kuku-kukunya tumbuh kembali.

    Nanti setelah sempurna pertumbuhan paruh dan kuku-kuku barunya, maka barulah itu yang sejati

    bernama bernama paruh dan kuku-kuku Rajawali, yang membuatnya pantas disebut Garuda.

    Tariklah garis pengandaian: Rajawali itu adalah Anda. Sesungguhnya yang anda lakukan adalah,

    pertama : keberanian mental, ketahanan jasad, ketangguhan hati dan keikhlasan rohani untuk

    menyelenggarakan perubahan yang bukan hanya mendasar dan mengakar, melainkan ekstra-

    eksistensial, kegagahan untuk merelakan segala perolehan sejarah untuk di-nol-kan kembali, dan itu

    probabilitasnya benar-benar terletak diantara hidup dan mati.

    Kedua, pengambilan keputusan Anda sang Rajawali itu tidak mempersyaratkan sekedar keputusan

    hati, tapi juga keputusan akal dan nalar dengan pengetahuan yang sempurna tentang alur waktu ke

    depan. Keputusan itu bukan sekedar tindakan mental, tapi juga intelektual dan rohaniah. Rajawali

    diakui dan digelari Sang Garuda karena mengerti dan berani betapa beratnya menyangga kalimat

    sehari-hari yang sederhana dari Bapak Mbok dan para tetangganya di desa : yakni mati sakjroning

    urip.

    Garuda Rajawali atau Rajawali Garuda itu pastilah Anda semua yang kini ada dihadapan saya. Sebab

    nyuwun sewu saya tidak menjumpai potensi dan kecenderungan itu di wilayah pemerintahan, di

    hamparan keummatan dan gerombolan-gerombolan kemasyarakatan. Termasuk di kalangan yang

    disebut Kaum Intelektual atau Kelas Menengah. Apalagi kaum Selebritis, meskipun gebyar beiau-

    beliau sangat penuh dengan kata dahsyat, super, luar biasa dan banyak lagi ungapan-ungkapan

    yang penuh ketidakpercayaan diri.

    Kita sedang mengalami hukuman dari suatu Negri yang terlanjur mengalami kesalahan-kesalahan

    sangat substansial pada filosofi kebangsaan dan kostitusi kenegaraanya. Kita sedang berada di dalam

    berbagai cengkeraman global dan reaksi kita adalah berjuang untuk siapa tahu bisa menjadi bagian

    dari pencengkeram, atau minimal sanggup membangun kenikmatan di dalam cengkeraman.

    Hukuman sejarah itu berupa kehancuran logika, kemusnahan nalar sosial, ketidakmengertian tentang

    apa yang layak dikagumi dan apa yang menghancurkan martabat kemanusiaan, kebutaan untuk

    menentukan tokoh, pemimpin, idola, dan panutan. Kita dihukum dengan mengalami Negara yang

    hampir selalu gagal sebagai Negara, dengan Pemerintah yang benar-benar tidak mengerti pada

    tingkat elementer pun di mana sebenarnya letak Pemerintah, peranya, fungsinya, hak, dan kewajiban.

    Kita dihukum dengan memiliki kekayaan alam yang melimpah dan harus membeli sangat mahal hasil

    kekayaan kita sendiri itu, setelah kita sewa para tetangga mancanegara untuk mengolah kekayaan itu

  • http://kenduricinta.com 23

    dengan bayaran yang harus kita tanggung dengan menelan kenyataan bahwa kekayaan itu ternyata

    akhirnya menjadi milik mereka.

    Bangsa ini sungguh-sungguh memerlukan pengambilan keputusan paruh dan kuku Rajawali.

    Namun lihatlah, potensi untuk itu betapa rendahnya, kecuali pada Anda semua yang kini berada di

    depan saya.

    Maka di Yogya kita menggelar karya para Rajawali : Umar Kayam yang memelihara dan menjaga

    karakter bangsanya, Kuntowijoyo yang sungguh-sungguh berilmu Rajawali, Nasyah Djamin yang

    allround sanggup terbang sanggup pula melata, Muhammad Diponegoro yang mampu memasak nasi

    sastra di atas kompor budaya Agama lingkunganya yang hampir tanpa sumbu dan api, Linus Suryadi

    AG yang menyelam di latan kemesraan dan estika Jawi gen-nya, Suryanto Sastro atmojo penjaga

    simpul tali sejarah dari Astinapura, Lemoria Atlantis, Anglingdharma Batik madrim hingga Kemusu,

    Romo YB Mangun Wijaya yang mewasiti manusia dan masyarakat kemanusiaan, Rendra yang tidak

    sedia membiarkan anak-anak bangsanya merunduk rendah diri, yang senantiasa gagah karena

    menjaga pertanda manusia adalah kreativitasnya, serta Pak Besut yang dengan suaranyamembangun

    kegembiraan hidup menjadi kebesaran sehingga mengatasi segala yang bukan kegembiraan.

    Siapakah yang belajar kepada Rajawali, selain Rajawali? Siapakah Rajawali itu, selain anda yang

    berkumpul di sini belajar kepada Gelar Karya Para Rajawali? Itulah yang diawal tulisan ini saya sebut

    Genre Baru Masyarakat Kebudayaan di Yogya.

    Terhisap oleh hidungku bau darah dari kandungan jiwa Rajawali-Rajawali, berhembus dari kaum

    muda yang dating berduyun-duyun, yang hadir dan belajar dengan otentisitas dan orisinalitasnya,

    yang melangkahkan kaki mereka dan mengerubungi medan pembelajaran Rajawali dengan sukses

    mentransendensikan dirinya dari arus pusaran sejarah yang terlalu penuh sampah sepuluh tahun

    terahir ini.

    Kadipiro 6 Agustus 2010.

    *) (Dibacakan untuk membuka acara Repertoar Maestro Sastra Yogya 2010 di Gedung Kesenian

    Sositet Taman Budaya Yogyakarta, jumat 6 Agustus 2010).

  • http://kenduricinta.com 24

    Surat Kepada Kanjeng Nabi Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS

    2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    ..

    Ah, Muhammad, Muhammad. Betapa kami mencintaimu. Betapa hidupmu bertaburan emas permata

    kemuliaan, sehingga luapan cinta kami tak bisa dibendung oleh apa pun. Dan jika seandainya cinta

    kami ini sungguh-sungguh, betapa tak bisa dibandingkan, karena hanya satu tingkat belaka di bawah

    mesranya cinta kita bersama kepada Allah.

    Akan tetapi tampaknya cinta kami tidaklah sebesar itu kepadamu. Cinta kami tidaklah seindah yang

    bisa kami ungkapkan dengan kata, kalimat, rebana, dan kasidah-kasidah.Dalam sehari-hari

    kehidupan kami, kami lebih tertarik kepada hal-hal yang lain.

    Kami tentu akan datang ke acara peringatan kelahiranmu di kampung kami masing-masing, namun

    pada saat itu nanti wajah kami tidaklah seceria seperti tatkala kami datang ke toko-toko serba ada, ke

    bioskop, ke pasar malam, ke tempat-tempat rekreasi.

    Kami mengirim shalawat kepadamu seperti yang dianjurkan oleh Allah karena Ia sendiri beserta para

    malaikat-Nya juga memberikan shalawat kepadamu. Namun pada umumnya itu hanya karena kami

    membutuhkan keselamatan diri kami sendiri.

    Seperti juga kalau kami bersembahyang sujud kepada Allah, kebanyakan dari kami melakukannya

    karena kewajiban, tidak karena kebutuhan kerinduan, atau cinta yang meluap-luap. Kalau kami

    berdoa, doa kami berfokus pada kepentingan pribadi kami masing-masing.

    Sesungguhnya kami belum mencapai mutu kepribadian yang mencukupi untuk disebut sebagai

    sahabatmu, Muhammad. Kami mencintaimu, namun kami belum benar-benar mengikutimu. Kami

    masih takut dan terus menerus tergantung pada kekuasaan-kekuasaan kecil di sekitar kami. Kami

    kecut pada atasan. Kami menunduk pada benda-benda. Kami bersujud kepada uang, dan begitu

    banyak hal-hal yang picisan.

    Setiap tahun kami memperingati hari kelahiranmu. Telah beribu-ribu kali umatmu melakukan

    peringatan itu, dan masing-masing kami rata-rata memperingati kelahiranmu tiga puluh kali. Tetapi

    lihatlah : kami jalan di tempat. Tidak cukup ada peningkatan penghayatan. Tidak terlihat output

    personal maupun sosial dari proses permenungan tentang kekonsistenan. Acara peningkatan

    maulidmu pada kami mengalami involusi, bahkan mungkin degradasi dan distorsi.

    Negarawan Agung

    Zaman telah mengubah kami, kami telah mengubah zaman, namun kualitas percintaan kami

    kepadamu tidak kunjung meningkat. Kami telah lalui berbagai era, perkembangan dan kemajuan.

    Ilmu, pengetahuan, dan teknologi kami semakin dahsyat, namun tak diikuti dahsyatnya perwujudan

    cinta kami kepadamu.

    Kami semakin pandai, namun kami tidak semakin bersujud. Kami semakin pintar, namun kami tidak

    semakin berislam. Kami semakin maju, namun kami tidak semakin beriman. Kami semakin beriman,

    namun kami tidak semakin berihsan. Sel-sel memuai. Dedaunan memuai. Pohon-pohon memuai.

    Namun kesadaran kami tidak. Cinta dan internalisasi ketuhanan kami tidak.

    Kami masih primitif dalam hal akhlaksubstansi utama ajaranmu. Padahal kami tak usah belajar soal

  • http://kenduricinta.com 25

    akhlak karena tidak menjadi naluri manusia; berbeda dengan saudara kami kaum Jin yang ilmu tak

    usah belajar namun akhlak harus belajar. Akhlak kaum jin banyak yang lebih bagus dari kami.

    Sebab kami masih bisa menjual iman dengan harga beberapa ribu rupiah. Kami bisa menggadaikan

    Islam seharga emblem nama dan segumpal kekuasaan. Kami bisa memperdagangkan nilai Tuhan

    seharga jabatan kecil yang masa berlakunya sangat sementara. Kami bisa memukul saudara kami

    sendiri, bisa menipu, meliciki, mencurangi, menindas, dan mengisap, hanya untuk beberapa lembar

    uang.

    Padahal kami mengaku sebagai pengikutmu, Ya Muhammad. Padahal engkau adalah pekerja amat

    keras dibanding kepemalasan kami. Padahal engkau adalah negarawan agung dibanding ketikusan

    politik kami. Padahal engkau adalah ilmuwan ulung dibanding kepandaian semu kami. Padahal

    engkau adalah seniman anggun dibanding vulgar-nya kebudayaan kami.

    Padahal engkau adalah pendekar mumpuni dibanding kepengecutan kami. Padahal engkau adalah

    strateg dahsyat dibanding berulang-ulangnya keterjebakan kami oleh sistem Abu Jahal kontemporer.

    Padahal engkau adalah mujahid yang tak mengenal putus asa dibanding deretan kekalahan-kekalahan

    kami. Padahal engkau adalah pejuang yang sedemikian gagah perkasa terhadap godaan benda emas

    dibanding kekaguman tolol kami terhadap hal yang sama.

    Padahal engkau adalah moralis kelas utama dibanding kemunafikan kami. Padahal engkau adalah

    panglima kehidupan yang tak terbandingkan dibanding keprajuritan dan keseradaduan kepribadian

    kami. Padahal engkau adalah pembebas kemanusiaan.

    Padahal engkau adalah pembimbing kemuliaan. Padahal engkau adalah penyelamat kemanusiaan.

    Padahal engkau adalah organisator dan manajer yang penuh keunggulan dibanding ketidaktertataan

    keumatan kami.

    Padahal engkau adalah manusia yang sukses menjadi nabi dan nabi yang sukses menjadi manusia, di

    hadapan kami. Padahal engkau adalah liberator budak-budak, sementara kami adalah budak-budak

    yang tak pernah merasa ,menyadari, dan tak pernah mengakui, bahwa kami adalah budak-budak.

    Sementara kami adalah budak-budakdalam sangat banyak konteks yang sudah berbincang tentang

    perbudakan, segera mencari kalimat-kalimat, retorika, dan nada yang sedemikian indahnya sehingga

    bisa membuat kami tidak lagi menyimpulkan bahwa kami adalah budak-budak.

    Di negara kami ini, umatmu berjumlah terbanyak dari penduduknya. Di negeri ini, kami punya

    Muhammadiyah, punya NU, Persis, punya ulama-ulama dan MUI, ICMI, punya bank, punya HMI,

    PMII, IMM, Ashor, Pemuda Muhammadiyah, IPM, PII, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah,

    kelompok-kelompok studi Islam intensif, yaysan-yayasan, mubalig-mubalig, budayawan, dan

    seniman, cendekiawan, dan apa saja.

    Yang kami tak punya hanyalah kesediaan, keberanian, dan kerelaan yang sungguh-sungguh untuk

    mengikuti jejakmu.

  • http://kenduricinta.com 26

    BU CAMMANA KEKASIH

    Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through

    the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Maiyahan terakhir Kiai Kanjeng dengan saya adalah di garis kaki dan pantat belakang Pulau

    Selawesi. Dari Makassar menuju utara lewat trans Sulawesi di sisi barat sesudah sisi lain ditakuti

    karena kasus Poso. 5 jam pertama menuju Tinambung, salah satu titik sisa kerajaan di antara 7

    kerajaan pantai dan 7 kerajaan pegunungan.

    Serombongan 22 orang, berangkat awalnya enak karena naik pesawat, tapi dari Makassar kami

    menyusuri jalanan ratusan kilometer untuk pekerjaan yang kami beri judul latihan tawakkal. Medan

    sangat berat, suhu sangat panas, tidak mesti bisa mandi, keringatan terus menerus tanpa sempat

    mencuci atau menjemur pakaian. Acara formalnya hanya enam kali, tapi yang non-formal dan di

    sini letak konteks maiyah kemasyarakatan kami bertubi-tubi.

    Maiyahan dengan ribuan masyarakat yang turun dari gunung-gunung dan sudah tiba di tempat itu

    satu dua hari sebelumnya karena tidak mudahnya transportasi. Maiyahan mengidentifikasi masalah-

    masalah mereka, merundingkannya, membukakan wacana dan mencari solusi bersama-sama

    dibungkus perjanjian vertical dengan Allah melalui dzikir dan shalawat bersama yang diperindah oleh

    musik Kiai Kanjeng.

    Maiyahan dengan ribuan masyarakat di pertigaan tengah kota kecil Tinambung pusat asal usul

    Pasukan Balanipa yang dua puluh tahun yang lalu hampir menyerbu Majene dan kami hentikan di

    tengah jalan, kami cegat dan kami giring pulang untuk berkumpul di Masjid. Musuh Anda bukan

    orang lain golongan atau lain suku demikian saya sempat omong waktu itu Musuh Anda akan

  • http://kenduricinta.com 27

    masuk lewat jembatan yang dua tahun lagi akan di bangun di Sungai Mandar ini. Truk-truk dan

    fasilitas kekuasaan orang kota akan masuk kesini. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah apakah

    jembatan itu akan memasukkan kesejahteraan ke kampung-kampung Anda ataukah justru akan

    dipakai untuk menguras kekayaan Anda ke Jakarta

    Maiyahan di lapangan Majene, di depan pasar Polewali-Mamassa, di alun-alun Mamuju. Jika lampu

    mati karena PLN belum berpengalaman dengan penggunaan sound-system yang butuh teknologi

    los stroom rembulan menaburkan cahaya dan keremangan di bawah langit sangat mengkhusyukkan

    kehadiran Allah dan Rasulullah.

    Di sekitar lapangan maiyah selalu tampak pebukitan yang subur, laut dan cakrawala remang. Ketika

    siang hari kami melintasi daerah-daerah itu, tak bisa menahan hati untuk mengatakan kepada ribuan

    jamaah maiyah bahwa Anda semua di wilayah yang subur ini sesungguhnya tidak butuh Indonesia.

    Negara ini jelas lebih banyak mengganggu Anda dar ipada menyayangi dan membantu kehidupan

    Anda. Kemudian diskusi tentu saja menjadi berkepanjangan.

    Entah butuh berapa ratus halaman untuk mengisahkan indahnya pengalaman maiyahan dengan

    saudara-saudara kita di pelosok itu. Tidak mungkin terucap oleh rangkaian kata sepuitis apapun

    maiyahan kami di dusunnya Bu Cemmana Ibu tua yang vocalnya seperti terompet, powernya tidak

    bisa dilawan oleh Ian Gillan, warna suaranya seperti perawan 14 tahun. Ibu asset bangsa yang

    bangsanya sendiri tidak punya ilmu sama sekali untuk menghargainya.

    Bangsa ini membiayai putauw dengan uang tak terbatas, membiayai kemaksiatan tanpa hitungan,

    membiayai kekonyolan dengan malah membangga-banggakan, membiayai fitnah dan berita-berita

    pembodohan dengan trliyunan rupiah. Bu Cemmana.****

  • http://kenduricinta.com 28

    KESEIMBANGAN HIDUP

    Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN.

    Ilmu wacana teori, terminologi, metodologi atau

    apapun saja mengenai keseimbangan hidup ini tak

    terbatas jumlahnya . bisa kita ambil dari ilmu sehari-

    hari, ilmu filsafat, khasanah adat istiadat, kitab suci,

    tukang becak bisa kita amibil dari siapapun saja.

    Dulu walisongo bersama-sama mendirikan masjid

    Demak, yang datang terlambat itu adalah yang

    paling muda yaitu Raden Syahid, sekarang kita kenal

    dengan Sunan Kalijogo . Semua tiang sudah berdiri

    kecuali tiangnya Sunan Kalijogo dan kayu sudah

    habis. Kemudian Sunan Kalijogo mengumpulkan

    tatal kayu, dengan menggunakan parang, tersebut akan ditumpuk-tumpuk untuk dijadikan tiang

    disalah satu masjid itu.

    Ditengah-tengah megumpulkan kayu itu, parangnya mengenai seekor orong-orong dan terputus

    kepalanya dari badannya. Kemudian ia merasa bersalah dan memohon maaf kepada Allah, ia

    mengambil badan dan kepala orong-orong tersebut lalu dia sambungkan dengan satu serpihan kayu

    jati. Sehingga tersambung kembali leher dan badannya dan hidup kembali (kata orang) .

    Ini adalah ajaran sunan kalijogo, dia tentu tidak melakukannya. Ini adalah simbolik, Kalau dalam

    bahasa jawa itu adalah sanepan, atau dalam Al-Qur an disebut amtsal.

    Jadi. kalau ingin menemukan kesejatian hidup, itulah akar keseimbangan hidup, kayu untuk

    menyambungkan antara badan dan kepala adalah kayu jati, kayu jati bukan kayu lainnya, kayu sejati.

    Ini adalah simbol mencari sesuatu yang sejati, the real truth, not just the truth.

    Jadi keseimbangan hidup adalah badanmu sering terputus dengan kepalamu. Kepala sering memikir

    begini dan hati berfikir begitu. Ada konflik yang luar biasa antara keharusan-keharusan akal dan

    dengan nafsu didalam hati dan syahwat, maka selalu disambung dengan kesejatian, antara fikir dan

    dzikir, antara intelektual dengan spiritual, antara nurani dengan kecerdasan. Itu selalu dikawinkan,

    dinikahkan terus-menerus, nurutin kecerdasan bisa menghancurkan kehidupan orang lain, nurutin

    hati aja itu juga lemah. Jadi harus ada manajement interrelatif akal dengan perasaan, antara hati dan

    pikiran,antara kecerdasan dengan kelembutan.

    Kita hanya akan melangkahkan kaki jika sudah ada kesepakatan antara kepala dengan badan kita.

    Kalau tidak, kita akan terkena parangnya sunan kalijogo, terputuslah leher kita dan tergeletaklah

    kepala dan badan kita. (Delta FM/Verbatim: Yeni Uswatun Hasanah)

  • http://kenduricinta.com 29

    Manajemen adalah.. Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib Posted by Red KC on Jul 28th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry.

    Manajemen bukanlah kita punya sayur-sayuran lantas kita memasaknya.

    Manajemen adalah tidak punya apa-apa tapi sanggup menyuguhkan sayur kepada

    orang yang memerlukan.

    Manajemen adalah ditiadakan namun mampu menjadi lebih ada dibanding pihak

    yang meniadakan.

    Manajemen adalah kaki diborgol kemudian memenangkan lomba lari melawan

    orang yang memborgol.

    Manajemen adalah sayapmu dipangkas namun mampu terbang lebih cepat, tinggi,

    dan jauh dibanding mereka yang memangkas sayapmu.

    Manajemen adalah hampir tak ada air tapi bisa mandi dan menjadi lebih bersih

    dibanding pencuri airmu.

    Manajemen adalah engkau tak boleh bicara, tak ditampilkan, tak ditayangkan, tak

    dianggap ada, namun mampu hadir lebih mendalam dan evergreen didalam kalbu

    orang banyak dibanding mereka yang membunuh eksistensimu atau mereka yang

    diunggul-unggulkan dimuan-muat ditayang-tayangkan dibesar-besarkan siang

    malam oleh penindasmu.[]

  • http://kenduricinta.com 30

    Bakso Khalifatullah Posted by Red KC on Jul 7th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang

    itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas

    tempat roti.

    Selalu begitu, Pak?, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-

    anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

    Maksud Bapak?, ia ganti bertanya.

    Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?

    Ia tertawa. Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak

    saya

    Maksud Pak Patul?, ganti saya yang bertanya.

    Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga

    saya, milik orang lain dan milik Tuhan.

    Aduh gawat juga Pak Patul ini. Maksudnya?, saya mengejar lagi.

    Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban

    utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan

    yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk

    membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa

    menjangkaunya.

    Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis

    ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya

    famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.

    Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup

    maka saya guncang-guncang tubuhnya. Hati saya meneriakkan Jazakumullah, masyaallah, wa

    yushlihu balakum!, tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya. Tuhan memberi ijazah

    kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.

    Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak

    terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip,

    managemen dan disiplin hidup Pak Patul. Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya:

    bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk

    hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.

    Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak

    pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di

    sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak

  • http://kenduricinta.com 31

    berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: Di antara pendapatan saya ini terdapat

    milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan.

    Peradaban saya masih peradaban milik saya. Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional,

    lebih dewasa, lebih bertanggungjawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana kapitalisme

    subyektif posesif saya.

    30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah-marah dan

    menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena kalau semua Bapak beli,

    bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?

    Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40

    batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup

    untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap

    memberi saya 40 jagung.

    Lho, uang saya tidak cukup, Pak

    Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap

    Berarti saya hutang?

    Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya.

    Doooh adoooh! Tompes ako takiye!

    Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah took kemudian satu jam

    lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya. Ketika datang saya protes: Keeif Inta

    ya Akhke mane aje? Kalau saya ambilin barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong.

    Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk: Kalau mau curi barang saya ya curi

    saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan.

    Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, master-piece. Orang-orang besar

    bertebaran di seluruh muka bumi. Makhluk-makhluk agung menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-

    gang kampung, pelosok-pelosok dusun dan di mana-manapun. Bakso Khalifatullah, bahasa Jawanya:

    bakso-nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.

    Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR. Itu baru penjual cendhol, belum Menteri dan Dirjen Irjen

    Sekjen. Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol. Itu

    baru penjual jagung bakar, belum Kiai dan Ulama. *****

  • http://kenduricinta.com 32

    ABDURAHMAN WAHID-WAHID Posted by Red KC on Jul 7th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.

    You can leave a response or trackback to this entry

    Lambat atau cepat hegemoni kekuatan persepakbolaan dunia akan bergeser ke Afrika, meskipun

    kemudian akan bergilir ke wilayah lainnya. Sejak piala dunia beberapa kali yang lalu Aljazair,

    Camerun, Nigeria, Marokko, sudah ngamping-amping tetapi memang masih ada semacam nuansa

    rasisme dalam mekanisme politik persepakbolaan, yang tercermin pada psikologi wasit atau pengurus

    organisasi persepakbolaan.

    Sayang Mesir tak masuk, gara-gara Gus Dur di-impeach oleh MPR. Orang Mesir cinta Indonesia,

    Sukarno dan merasa memiliki Gus Dur karena sejarah kakek beliau serta karena pernah kuliah di

    Cairo. Gus Dur jatuh mengecewakan orang Mesir, sehingga sampai hari ini belum tentu Megawati

    diterima di sana. Sampai-sampai kesebelasan Mesir kacau hatinya dan tidak bisa menang lawan

    Aljazair. Skor 1-1, padahal kalau 1-0, Mesir masuk Piala Dunia. Kalau Gus Dur waktu itu tetap jadi

    presiden, skor pasti 1-0. 1 itu Wahid. Kalau 1-0 berarti Wahidnya satu. Kalau skor 1-1 maka nama Gus

    Dur menjadi Abdurahman Wahid WahidMaka Mesir gagal ke Piala Dunia.

    Tapi toh sekarang Senegal memberi lampu kuning, meskipun tidak akan semulus yang kita impikan.

    Bagi kita yang berpikiran standar, tentu kaget kok Perancis bisa kalah oleh Senegal. Meskipun tak ada

    Zidane tapi ya jangan lantas begitu loyo, tidak kreatif, tidak punya daya menaklukkan, permainan

    individu kalah, tidak punya aransemen dengan akselerasi gerak dan irama bermain.

    Tapi bagi yang sudah punya instink dan tahu bahwa Senegal akan unggul, hasil pertandingan awal

    Piala Dunia tadi malam tidak mengejutkan. Namun demikian saya sarankan sebaiknya kita memilih

    kaget saja menyaksikan setiap kejadian selama Piala Dunia, sebab tujuan kita memang untuk

    terkaget-kaget, sehingga asyik dan selalu ada dinamika, ada tegangan.

    Kalau pada pertandingan perdana Perancis kalah tapi nantinya malah jadi juara, sebaiknya kita kaget.

    Kalau ternyata Perancis tak bisa sampai ke final, marilah tetap kaget. Kalau Senegal menang terus

    setelah yang awal ini, juga marilah kaget. Kalau kalah dan tidak bisa masuk ke babak berikutnya,

    marilah terus kaget. Kalau tidak kaget, apa gunanya nonton sepakbola.

    Hari ini saya bertugas di tiga acara, dan pertandingan perdana Perancis-Senegal berlangsung pada

    acara terakhir saya tadi malam. Saya nonton tidak intensif dan tidak seluruhnya. Sambil kedinginan

    dalam acara karena tempatnya dekat Kutub Selatan saya bertanya-tanya siapa yang menang, dan

    tiba-tiba ada SMS masuk berbunyi :"Itali juara Cak!". Gendeng. Tapi memang nonton sepakbola

    adalah peluang sangat indah untuk berkhayal, menciptakan lakon-lakon apa saja di dalam benak kita,

    membayang-bayangkan, melampiaskan obsesi, bahkan bisa nonton sepakbola untuk menerapkan

    ideology, sentimen-sentimen sejarah atau selera pribadi. Teman saya yang memandang sepakbola

    secara professional-estetik, tidak senang Perancis kalah, karena tidak cocok dengan teori baku

    tentang mutu kesebelasan. Tapi bagi teman lain yang pikirannya dipenuhi oleh romantisme

  • http://kenduricinta.com 33

    perjuangan kaum tertindas, bersorak-sorak karena Senegal menang, karena mengidentifikasi Perancis

    sebagai salah satu negara penjajah pada abad-abad yang lalu.

    Semula dia mencita-citakan finalnya nanti Perancis vs. Kamerun dan akan dimenangkan kesebelasan

    negara kaum hitam yang nenek moyangnya dulu dijajah. Cuma ideologi teman saya ini menjadi agak

    tidak mantap kalau dia ingat bahwa Zidan beragama Islam

    Ah, apa Anda pernah mendengar musik Senegal? Tidak ada musik yang asyiknya melebihi asyiknya

    musik Senegal serta negara-negara Afrika agak Utara lainnya. Kreativitas musik di wilayah ini

    menggabungkan 3 dimansi keindahan: dinamika Afrika, romantisme Timur Tengah dan kecanggihan

    Eropa. Beruntung saya pernah pentas bareng mereka di lapangan pinggir pantai Rotterdam***

  • http://kenduricinta.com 34

    Anak-Anak Yatim Sejarah

    Posted by Red KC on Jun 10th, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through

    the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Salah satu kelompok manusia yang paling memperoleh empati dan kasih Allah adalah anak-anak

    yatim. Ketika Ia mendaftari delapan jenis (posisi sosial) manusia yang harus disantuni: anak yatim

    menempati urutan pertama. Kriteria pendustaan terhadap ibadat shalat, misalnya, oleh Allah

    disebutkan hal mengabaikan anak yatim sebagal indikator utama.

    Atau contoh lain, tatkala Allah menuturkan betapa Ia telah menolong manusia dari kesukaran menuju

    kemudahan: imbalan yang paling Ia mintakan untuk diprioritaskan ialah jangan berlaku

    sewenang-wenang terhadap anak yatim. Rupanya tak ada hamba yang lebih menyentuh hati Allah

    melebihi anak-anak yatim. Dunia modern adalah produser utama anak-anak yatim! berkata Kiai

    Sudrun pada suatu ha/aqah. Orang tak begitu paham. Apa maksud Kiai?. Dunia modern sangat

    menawarkan suatu tata hidup yang merenggangkan hubungan kasih kemanusiaan. Hati manusia

    sangat berjarak satu sama lain.

    Segala sistem yang dihasilkan merupakan potret dan kesaling tak percayaan antar manusia. Dunia

    modern, atau dunia yang disebut modern oleh orang-orang yang merasa modern, sangat mengabdi

    kepada penaklukan. Struktur sosialnya berupa kekuasaan dan ketakberdayaan. Format

    keberlangsungan hidupnya berupa kemenangan dan kekalahan. Bahkan alam semesta dan segala

    isinya, sejauh bisa dijangkau oleh manusia modern, selalu jadikan anak-anak yatim. Di kota-kota

    besar, anak-anak diyatimkan oleh orang tua mereka sendiri. Hak waktu mereka untuk bertemu

    dengan orang tua mereka sangat dikurangi. Hak mereka untuk memperoleh tingkat dan kualitas kasih

    sayang seperti yang seharusnya diperoleh dan peradaban orang pandai yang modern itu

    diterlantarkan. Hak mereka untuk memperoleh pendidikan akal budi yang baik, tanggungjawab

    sosial, kesadaran ke alam semestaan, atau pengenalan atas nurani dirinya sendiri, amat sedikit

    dipenuhi.

    Hak mereka untuk memperoleh informasi dan peluang empiris dalam meniti kembali jalan menuju

    Tuhannya, dibutuhkan sejak sebelum siang hari kehidupan mereka. Mereka menjadi jauh tidak saja

    dan orang tuanya, tapi juga dan dirinya sendiri, dan segala bentuk kasih sayang kebudayaan

    kemanusiaan yang semestinya terhampar di bumi dan cakrawala mereka. Jarak dari itu semua

    membuat mereka berada dalam kegelapan di tengah sesuatu yang seolah-olah merupakan cahaya.

    Maka mereka berkelahi satu sama lain, menonjok dan mengalahkan satu sama lain. Langsung

    maupun tak langsung. Berlagak seperti seorang pujangga, Sudrun melanjutkan: Di negeri orang-

    orang berpengetahuan tinggi yang menyebut diri modern ini dalam banyak hal, negara meyatimkan

    rakyatnya, pamong meyatimkan penduduknya, pemimpin meyatimkan ummatnya kemudian

    Sudrun tertawa kecil Seperti Saudara-saudara sekalian ini, sebagai ummat, siapakah Bapak Ibu

    sejarah Anda?. (Disunting Oleh: Rusdianto, diambil dari buku : Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai)

  • http://kenduricinta.com 35

    Kesaksian Sederhana Orang Biasa

    Posted by Red KC on Mar 31st, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through

    the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    dua buah puisi dari milis padhang mbulan. Untuk

    BERLANGGANAN, kirim e-mail kosong ke

    [email protected] Untuk BERHENTI, kirim e-mail kosong ke

    [email protected]

    Kesaksian Sederhana Orang Biasa From Maiyah KC

    Kesaksianku tentang dunia hanya bisa sederhana

    Karena jenis dan standar kebahagiaanku memang sangat biasa-biasa saja

    Kaki hidupku tidak meloncat menggapai langit

    Tak ada yang kukejar hingga lari terbirit-birit

    Tanganku tidak mengacungkan tinju ke angkasa

    Sebab tak ada satu unsur apapun dalam kehidupan ini

    yang membuatku kagum dan terpana

    Kekuatanku tak akan menyentuh siapa-siapa

    Karena aku tidak tertarik pada kemenangan atas manusia

    Kubelanjakan tenagaku hanya sedikit saja

    Sebab atas segala yang lemah hatiku tak berdaya

    Kalaupun pikiranku mengembara sampai ke ruang hampa

    Hatiku sudah lama selesai dan tak meminta apa-apa

    Tak ada sekilaspun padaku mimpi menaklukkan dunia

    Sebab dunia sangat murah harganya dan hanya beberapa

    tetes keringat dari badanku yang kurelakan untuknya

    Tak ada sedikitpun minatku terhadap kehebatan diri

    karena jenis kelemahanku adalah kebiasaan

    untuk mentertawakan diriku sendiri

    Jika ada orang beramai-ramai tersesat menjunjungku

    Volume kepalaku tidak membesar dan hatiku tetap bisa mengantuk

    Jika mereka menemukan kebenaran sehingga menghinaku

    Helai-helai buluku tidak berdiri bahkan kantukku bertambah lelap

    Kebesaran dan kegagahan amat sangat aku remehkan

    Dan tak akan pernah kukenakan sebagai pakaian

  • http://kenduricinta.com 36

    Apabila dunia menyangka aku mencintainya dan ingin mengawininya

    Tentu karena ia tak tahu aku sudah mentalaknya sebelum pernah mencintainya

    Barang siapa kegagahannya mendatangiku dan menggertak

    Kusihir ia jadi katak

    (Emha Ainun Nadjib/PmBNetDok/2004)

    Sudah Bukan Diriku From: maiyah kc

    Kalau aku sudah bukan diriku

    Akankah lahir anakku yang berasal dari dirinya

    Kalau manusia sudah tak sepenuhnya manusia

    Adakah cara agar penerusnya kembali manusia

    Kalau aku sudah hilang

    Karena diriku digantikan

    Oleh diri seragam produksi massal

    Yang mana dari nilai-nilai yang masih mungkin tertinggal

    Bangsaku sudah bukan bangsaku

    Bangsaku bukan bangsa yang tumbuh

    dari dalam diri kebangsaannya

    Bangsaku hanya bahan dasar alam

    Sebagaimana batubara yang ditambang

    Dicetak oleh industri globalisasi

    Dijadikan plastik dan robot barang dagangan

    Pemerintahku adalah anjing herder

    Pikirannya dikendalikan oleh stick holder

    Merahkah ini hijaukah itu

    Baikkah ini burukkah itu

    Ditentukan tidak berdasar nurani dan akalmu

    Karena sudah ada paket makro untuk itu

    Mana maju mana mundur

    Apa yang mulia apa yang hina

    Siapa Nabi siapa teroris

    Bukan hak kemanusiaanmu untuk menentukan

    Bumi mengecil seukuran bola golf

    Diambil dipukul diambil dibuang atau dikeranjang-sampahkan

    Bangsaku terdaftar sebagai pelacur unggul tergolek di ranjang

    Disetubuhi kapan saja Mr. Global Stick Holder menghendaki

    Sekujur badan disemprot parfum demokrasi

    Dihibur dengan lagu dusta tentang hak asasi

    Mata dipejamkan ditiup dengan hawa toleransi

    Mulut dingangakan, siap dituangi sperma globalisasi

    Tetapi bangsaku tak kehilangan dirinya

    Karena generasi yang ini sejak lahir memang sudah bukan dirinya

  • http://kenduricinta.com 37

    Hujan turun terlalu deras

    Hujan ludah dan air liur para raksasa

    Manusia dan negara dipersatukan oleh banjir

    Dunia menyempit, menjadi sebuah bendungan

    Bendungan itu

    Bernama globalisasi

    Hujan turun terlalu deras

    Banjir global masuk sampai ke kamar pribadi

    Menelusup sampai ke ulu hati

    Bahkan otak sampai terbungkus oleh kerak tahi besi

    Di manakah, dalam banjir itu, manusiamu?

    Tak ada kegelisahan apapun atas hilangnya diri

    Tak ada ketakjuban atas punahnya nilai

    Apakah wajah yang kau temukan di kaca itu

    benar wajah manusia

    Sebab pada semuanya yang lebih menonjol

    adalah tanda-tanda kehewanan

    Yang lebih rajin muncul

    adalah indikator kebinatangan

    politik keserakahan

    mobilisasi pelampiasan

    ekonomi keborosan

    globalisasi pemusnahan kemanusiaan

    peruntuhan nilai-nilai batin

    seluruh permukaan bumi sedang dirancang

    menjadi hamparan lapangan golf

    di mana para juragan global dengan stik-stik mewah

    membidik dan melempar bola-bola golf

    yang terbuat dari kepala-kepala manusia

    Dan kalau engkau bertanya tentang aku

    dengarlah pertanyaanmu itu kujawab

    dengan penuh kebanggaan:

    Aku adalah setan!

    Aku adalah setan, yang riwayatku

    ditulis oleh Tuhan sendiri di kitab suciNya

    bahwa puncak sikapku adalah pernyataan suci

    bahwa sesungguhnya aku takut kepada Allah

    Apakah manusia takut kepada Tuhan?

    Apakah bagi manusia, Tuhan cukup penting?

    Tuhan tergeletak di belakang tumit setiap orang

  • http://kenduricinta.com 38

    Tuhan bukan subyek yang disertakan

    dalam proses pengambilan keputusan

    Kalau bangsa ini semakin tak memenuhi syarat untuk disebut bangsa

    Kalau manusia kita semakin tak pantas disebut manusia

    Adakah cara agar penerus kita kembali manusia?

    (Emha Ainun Nadjib/2004/PmBNetDok)

  • http://kenduricinta.com 39

    MAKNA SPIRITUAL DAN SOSIAL IBADAH PUASA (komplit)

    Posted by Red KC on Mar 31st, 2010 and filed under Podjok CN. You can follow any responses to this entry through

    the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

    Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib 1996

    Tulisan ini bisa dimulai dari perspektif Rukun Islam. Dari syahadah hingga menunaikan haji di

    rumah suci Allah. Kita mencoba menjelaskan satu per satu maqam Rukun Islam tersebut. Dan, pada

    akhirnya, kita akan melihat maqam ibadah puasa, yang menjadi topik bahasan tulisan ini. Apakah

    maqam-maqam itu saling terkait, atau tidak?

    Alamat dan Jurusan

    Syahadah. Salah satu Rukun Islam berarti ketetapan dan penetapan titik pijak dan sekaligus arah

    tujuan gerak kehidupan manusia Muslim. Semacam alamat dan jurusan. Pertama barangkali pada

    spektrum kosmologis kemudian teologis, baru kemudian kedua kultural.

    Pandangan tentang sangkan paran, semacam alamat historis-kosmologis, menurut manusia untuk

    (melalui akal pikiran maupun melalui informasi wahyu, mawaddah wa rahmah, juga huda, bayyinat,

    wa furqan) menentukan alamat teologis (atau a-teologis)nya. Berdasarkan itu maka ia berangkat

    merumuskan alamat sosialnya, alamat kulturalnya, juga mungkin alamat politiknya, bahkan bukan

    tidak mungkin juga alamat geografisnya. Dengan itu, beda pandang manusia mengenai dunia, akhirat,

    dan tentang dunia akhirat menjadi terumuskan.

    Menduniakan Akhirat, Mengakhiratkan Dunia, dan Mendunia-akhiratkan Kehidupan

    Pada budaya dan perilaku manusia beserta sistem nilai yang disusun dalam kolektivitas mereka, ada

    yang memandang dunia ini sebagai tujuan. Seluruh aktivitas pribadi, gerakan sosial,

    pengorganisasian kekuasaan dan kesejahteraan di antara mereka, dilaksanakan dengan

    mengandaikan bahwa dunia ini adalah wadah satu-satunya dari segala awal dan segala akhir.

    Wadahnya hanya dunia. Substansinya hanya dunia. Metodenya hanya dunia. Dan, targetnya juga

    hanya dunia. Orang lahir, orang bersekolah, orang bekerja, orang berkuasa, orang berkarier, dalam

    durasi dunia.

    Segala sesuatunya akan berbeda dengan pandangan lain yang meletakkan dunia sebagai titik tolak

    dan titik pijak untuk melangkah ke akhirat. Sejarah di dunia dikerjakan sebagai jalan (syari, thariq,

    shirath), dan produknya adalah akhirat. Setiap kegiatan dan fungsi manusia dalam sejarah, selama

    dunia berlangsung, berlaku sebagai metoda. Berkedudukan tinggi, berjaya, unggul, atau menang di

    antara manusia, tidak dipahami sebagai neraka. Sebab surga dan neraka adalah produk dari

    penyikapan (teologis, moral, kultural) manusia atas semua keadaan tersebut.

  • http://kenduricinta.com 40

    Dalam hal ini belum akan kita perdebatan tentang apakah dunia dan akhirat itu diwadahi oleh dua

    satuan waktu yang berbeda, atau terletak pada rentang waktu yang sama, yang dibatasi oleh

    momentum yawm al-qiyamah, ataukah dunia dan akhirat itu sesungguhnya berlangsung sekaligus.

    Ikrar teologis (yang beraktualisasi kultural) yang dilaksanakan melalui syahadatain, ibadah lain serta

    syariat hidup secara menyeluruh adalah suatu pengambilan sikap, suatu pilihan terhadap pan