halaman muka majalah tempo - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf ·...

122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Perbedaan Halaman Muka Sebagai Representasi Tajuk Utama Majalah Tempo Edisi Tahun 1993/1994 dengan Tahun 2009/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Oleh : Lukman Nusa D 0206066 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vuongtram

Post on 27-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO

(Studi Analisis Isi Perbedaan Halaman Muka Sebagai Representasi

Tajuk Utama Majalah Tempo Edisi Tahun 1993/1994 dengan Tahun

2009/2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Oleh : Lukman Nusa

D 0206066

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO

(Studi Analisis Isi Perbedaan Halaman Muka Sebagai Representasi

Tajuk Utama Majalah Tempo Edisi Tahun 1993/1994 dengan Tahun

2009/2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Oleh : Lukman Nusa

D 0206066

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

i

Page 3: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Surakarta, 11 Januari 2011

Pembimbing

Drs. Hamid Arifin, M.Si NIP. 196005171988031002

ii

Page 4: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

Ketua : Drs. Nuryanto, M.Si. (................................)

NIP. 194908311978021001

Sekretaris : Tanti Hermawati, S.Sos., M.Si (................................)

NIP. 196902071995122001

Anggota : Drs. Hamid Arifin, M.Si (................................)

NIP. 196005171988031002

Mengetahui,

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN, SU

NIP. 19601009 198601 1 001

iii

Page 5: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN MOTTO

It always seems impossible until its done.

(Nelson Rolihlahla Mandela)

iv

Page 6: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk Cinta yang Selalu Menyala,

Bapak Pawito dan Ibu Mutoyinah.

Inilah langkah awal dari pencapaianku...

v

Page 7: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul Halaman Muka Majalah Tempo (Studi Analisis Isi

Perbedaan Halaman Muka Sebagai Representasi Tajuk Utama Majalah Tempo

Edisi Tahun 1993/1994 dengan Tahun 2009/2010) dengan segala kurang dan

lebihnya.

Pemilihan tema penilitian ini berangkat dari minat penulis akan kajian

komunikasi massa pada sebuah media yang dalam penelitian ini adalah media

cetak. Komunikasi massa pada sebuah media sendiri tidak luput dari pengaruh

kebijakan atau sistem politik yang dianut pada sebuah pemerintahan. Sistem

politik inilah yang nantinya, sampai tingkat tertentu berpengaruh pada segi

penerbitaan sebuah media begitupun sebaliknya. Kajian semacam ini kemudian

penulis implementasikan untuk meneliti kecenderungan pemuatan isu-isu pada

halaman muka majalah Tempo pada dua periode dengan pemerintahan yang

memiliki perbedaan karakteristik sistem politik. Bertolak dari pandangan di atas,

peneliti melakukan penelitian ini dimana laporannya disusun dalam bentuk skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS Solo.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan pertolongan dari

berbagai pihak. Dengan segenap keikhlasan dan kerendahan hati, penulis

memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunianya-Nya, sehingga berbagai kemudahan ditemui penulis dalam pengerjaan

vi

Page 8: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. H. Supriyadi,

SN, SU, Dekan FISIP UNS yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian serta Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D, Ketua Jurusan

Ilmu Komunikasi FISIP UNS yang juga telah memberikan ijin penyusunan skripsi

sekaligus tak hentinya memberi motivasi ketika bertemu diruang jurusan.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Dwi Tiyanto,

S.U pembimbing akademik penulis, atas kesabarannya dalam membimbing

penulis selama masa perkuliahan dan motivasinya agar penulis segera

menyelesaikan skripsi.

Terkhusus, penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada

Bapak Bapak Drs. Hamid Arifin, M.Si, sekretaris jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

UNS sekaligus pembimbing skripsi penulis atas keikhlasan dan kesabarannya

membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini, memberikan berbagai

wejangan dan ilmu yang sebelumnya tidak penulis pahami. Tidak lupa terima

kasih penulis ucapkan kepada Bapak Budi Aryanto (Mas Budi) yang bersedia

direpotkan oleh segala keperluan administrasi yang diperlukan terkait penelitian

ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua tercinta,

Bapak Pawito dan Ibu Mutoyinah, atas semua doa ditengah kesibukannya dan

memberi motivasi dan dukungan kepada penulis untuk sesegera mungkin

menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya kepada dua adik saya yang terkasih,

Duryatin Amal dan Arifah Qudsiyah yang telah memberikan dukungan moril

kepada penulis. Kepada teman-teman yang telah berbaik hati ikut membantu

vii

Page 9: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelancaran proses penelitian ini, Rian “Erpatrek” Erpatriatmoko, Sidiq “Crownxz”

Setyawan, Nikki Fardhani, dan Imas “Ndut” Ayu Prafitri penulis sampaikan

ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya. Juga para sahabat ”11 Anak Markas”

R. Fajri Susetyo, Wahyu, M. Yogi Saputro, Meggy Girbaldi, Ican “Cani”

Zulmedia, Barlian “Jes_Ngamuk_DbD” Anung P, Kukuh “KU2H_K2”

Apriyanto, Rendra “Ghost_Buster” Vidian P, yang selalu sudi menyisihkan

waktunya untuk sharing ataupun sekedar refreshing dari segala kepenatan.

Untuk, 12 AM Adv serta teman-teman seperjuangan Komunikasi FISIP

angkatan 2006, terima kasih atas kebersamaan selama masa perkuliahan dan

dukungannya selama pengerjaan skripsi. Tidak lupa penulis haturkan terima kasih

untuk Hira “Bebek Bawel” Puspita Putri, untuk ambisi besarnya, yang mungkin

lebih besar dari penulis sendiri, agar penulis sesegera mungkin lulus. Terakhir,

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik lahir maupun batin dari

persiapan penelitian hingga terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, terima kasih banyak.

Tiada gading yang tak retak, mungkin itulah cerminan dari skripsi ini.

Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya sederhana ini.

Terima kasih dan semoga bermanfaat. Amin.

Surakarta, 2 Januari 2011

Penulis

viii

Page 10: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------------- i HALAMAN PERSETUJUAN ---------------------------------------------------- ii HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------- iii HALAMAN MOTTO -------------------------------------------------------------- iv HALAMAN PERSEMBAHAN -------------------------------------------------- v KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- vi DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- ix DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------- xi DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------- xii ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- xiii BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ------------------------------------------------------- 1 B. Rumusan Masalah --------------------------------------------------- 6 C. Tujuan Penelitian ---------------------------------------------------- 6 D. Manfaat Penelitian --------------------------------------------------- 7 E. Landasan Teoritis

1. Komunikasi ------------------------------------------------------ 7 2. Komunikasi Massa ---------------------------------------------- 12 3. Jurnalistik Sebagai Bentuk Komunikasi Massa -------------- 19 4. Media Cetak dan Majalah --------------------------------------- 22 5. Kebebasan Pers --------------------------------------------------- 24 6. Halaman Muka ---------------------------------------------------- 27

F. Definisi Konseptual ------------------------------------------------- 33 G. Definisi Operasional ------------------------------------------------- 34 H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian ---------------------------------------------------- 40 2. Objek Penelitian -------------------------------------------------- 45 3. Teknik Pengumpulan Data -------------------------------------- 46 4. Populasi dan Sample --------------------------------------------- 47 5. Kerangka Berpikir ------------------------------------------------ 50 6. Unit Analisis ------------------------------------------------------ 51 7. Analisis Data ------------------------------------------------------ 52

ix

Page 11: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8. Reliabilitas dan Validitas --------------------------------------- 52

BAB II . DESKRIPSI LOKASI A. Sejarah Majalah Tempo -------------------------------------------- 56

B. Pembreidelan Tempo ------------------------------------------------ 59

C. Kembalinya Tempo -------------------------------------------------- 61

D. Visi dan Misi --------------------------------------------------------- 63

E. Karakteristik Majalah Tempo -------------------------------------- 65

F. Struktur Organisasi -------------------------------------------------- 66

G. Ideologi Tempo ------------------------------------------------------ 69

BAB III . PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Kategori Tema Halaman Muka ------------------------------------- 85 B. Kategori Individu yang Diangkat pada Halaman Muka ------------------------------------------------------------------- 95 C. Kategori Pengemasan Halaman Muka ----------------------------- 99

BAB IV . PENUTUP A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------ 103 B. Keterbatasan dalam Penelitian -------------------------------------- 104 C. Saran ------------------------------------------------------------------- 105

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x

Page 12: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Teori Laswell (Muhamad Mufid, 2007: 7) ----------------- 11 Gambar 2. Model komunikasi Shannon dan Weaver

(John Fiske, 1990: 13) ------------------------------------------------- 12 Gambar 3. Matrik Penelitian (Schillinger dan Porter, 1999: 125-149) ------- 50

xi

Page 13: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Kategori Halaman Muka dan Ilustrasi yang Digunakan Tempo Periode I (No. 9 Tahun XXIII – 1 Mei 1993 – No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994). Sample 50% (24 Edisi) ----------------------------------------------------------------- 74 Tabel 2. Tabel Kategori Halaman Muka dan Ilustrasi yang Digunakan Tempo Periode II (Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010). Sampel 50% (24 Edisi) ------------------------------------------------- 78 Tabel 3. Frekuensi Kategori-Kategori Halaman Muka Majalah Tempo Periode I dan Periode II ---------------------------------------- 87 Tabel 4. Frekuensi Isu Korupsi Majalah Tempo Periode I

dan Periode II ------------------------------------------------------------- 89 Tabel 5. Frekuensi Isu Politik Majalah Tempo ---------------------------------- 92 Tabel 6. Frekuensi Kemunculan Seorang Individu di Halaman Muka Majalah Tempo Periode I dan Periode II ----------------------- 96 Tabel 7. Frekuensi Teknik Pengemasan Halaman Muka Periode I

dan Periode II ------------------------------------------------------------- 101 Tabel 8. Kategori Halaman Muka dan Ilustrasi yang Digunakan Tempo Periode I (No. 12 Tahun XXIII – 22Mei 1993 – No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994) berdasarkan pengkoding 2--------------------------------------------------------- Lampiran Tabel 9. Kategori Halaman Muka dan Ilustrasi yang Digunakan Tempo Periode II (Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010) berdasarkan Pengkoding 2 -------------------------------------------------------- Lampiran Tabel 10. Frekuensi Kategori-Kategori Halaman Muka Majalah Tempo Periode I dan Periode II Menurut Pengkoding 2 ------------------------------------------------------- Lampiran Tabel 11. Frekuensi Isu Korupsi Majalah Tempo Periode I dan Periode II Menurut Pengkoding 2 -------------------------------- Lampiran Tabel 12. Frekuensi Isu Politik Majalah Tempo Periode I dan Periode II Menurut Pengkoding 2 -------------------------------- Lampiran Tabel 13. Frekuensi Kemunculan Tokoh di Halaman Muka Majalah Tempo Menurut Pengkoding 2 ------------------------- Lampiran Tabel 14. Frekuensi Teknik Pengemasan Halaman Muka Majalah Tempo Periode I dan Periode II Menurut Pengkoding 2 -------------------------------------------------------- Lampiran Tabel 15. Proposisi dan Kuadrat Proposisi Kategori Tema Halaman Muka Majalah Tempo ---------------------------------- Lampiran Tabel 16. Proposisi dan Kuadrat Proposisi Isu-Isu Korupsi Pada Halaman Muka Majalah Tempo ---------------------------- Lampiran Tabel 17. Proposisi dan Kuadrat Proposisi Isu-Isu Politik Pada Halaman Muka Majalah Tempo ---------------------------- Lampiran Tabel 19. Proposisi dan Kuadrat Kategori Tokoh Pada Halaman Muka Majalah Tempo ----------------------------------- Lampiran Tabel 20. Proposisi dan Kuadrat Kategori Pengemasan Halaman Muka Majalah Tempo ----------------------------------- Lampiran

xii

Page 14: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

LUKMAN NUSA, D0206066, HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Perbedaan Halaman Muka Sebagai Representasi Tajuk Utama Majalah Tempo Edisi Tahun 1993/1994 dengan Tahun 2009/2010), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta, 2011.

Halaman muka sebuah majalah adalah bagian yang paling menonjol. Sebuah halaman muka menentukan pandangan pertama yang nantinya juga akan mempengaruhi minat baca dari khalayak. Bagi media cetak yang sadar akan arti pentingya, halaman muka didesain sedemikian rupa hingga menjadi sebuah desain sederhana namun kompetitif dan menarik sekaligus mencerminkan filosofi dari media tersebut.

Selanjutnya, sebuah teori pendekatan lingkungan menyatakan bahwa sampai pada tingkat tertentu, sistem politik berpengaruh pada komunikasi begitupun sebaliknya. Teori semacam ini menjelaskan bahwa dengan kebijakan-kebijakan yang dilahirkan pada sebuah sistem politik, hingga tingkat tertentu berpengaruh pada pemberitaan sebuah media. Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kecenderungan pemberitaan majalah berita nasional Tempo yang dapat dilihat dari bagian halaman mukanya pada dua periode yang memiliki karakteristik sistem politik yang berseberangan di Indonesia.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi karena fokus penelitian terletak pada kecenderungan pemberitaan majalah Tempo yang dicerminkan pada bagian halaman muka dengan skala frekuensi. Sedangkan pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Teknik random sampling digunakan untuk memilih 48 dari 96 halaman muka majalah tempo edisi tahun 1993/1994 dan 2009/2010, sementara validitas data diuji melalui teknik dua pengkoding dan analisa data menggunakan data frekuensi dan prosentasi intensitas.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan pada pemberitaan majalah Tempo pada periode I tahun 1993/1994 dan periode II tahun 2009/2010. Pemberitaan tentang isu-isu yang bersangkutan dengan oknum-oknum pemerintahan pada periode II lebih banyak jika dibandingkan pada periode I. Penelitian ini juga menemukan bahwa pada periode II ditemukan beberapa edisi yang mengangkat presiden sebagai model dalam halaman muka sedangkan pada periode I tidak ditemukan sama sekali halaman muka semacam ini.

Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan teknik ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan pada periode I. Kenyataan semacam ini memperlihatkan adanya peningkatan kebebasan pers dan kebebasan menyatakan pendapat pada periode II. Hal ini berangkat dari sebuah pernyataan bahwa pemuatan ilustrasi atau karikatur mensyaratkan adanya kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan pers pada sebuah sistem politik.

xiii

Page 15: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRACT

LUKMAN NUSA, D0206066, TEMPO MAGAZINE COVERS (Content Analysis About the Differences of Tempo Magazine Covers as The Representations of Tajuk Utama at 1993/1994 and 2009/2010), Paper, Communication Science Majors, Social and Political Science Faculty, Surakarta Sebelas Maret University (FISIP UNS), 2011.

A magazine’s cover is the most prominent part. The magazine covers determine the people’s first impression futhermore will influence the reader’s interest to read. For the press media who realize the importances, the covers will be designed as a simple but competitive and interesting design which representating the media’s philosophy. Futhermore, the theory of Environment states that until specific level, political system influences communication vise versa. This theory describes that the governement policy which is born in a political system, until a specific level, influences the news release. Base from the states, the problem of this research is the preference of Tempo the national news magazine’s news release which can be seen from its covers at two periods which has different political system’s characteristic in Indonesia. To find the answer, the researcher use the content analysis metode because the research focus on the preference of Tempo’s news release which is representated on its covers with frequency scale. While the observation and documentation metode is used for the data gathering. Random sampling technique is used for selecting 48 from 96 Tempo magazine covers at 1993/1994 and 2009/2010 while the data validation is tested with two coders technique and the data analysis was using frequency data and intencity persentage.

The research found that there are significant diferences on Tempo’s news release between the first period at 1993/1994 and the second period at 2009/2010. News release about government issues at the second periode is larger than the first periode. This research found that there a some edition which represent the president on the cover at the second period but none was found at the first period too.

From the result of the research describe that the frequency of using ilustration technique for Tempo magazine covers at the second period is larger than at the first period. The fact described that there were raising power of the pers freedom and the freedom of speech at the second period. This fact is base from the state that ilustration or caricature technique usage requires the freedom of speech and the press freedom on its political system.

Page 16: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah majalah, tidak ada yang lebih penting dari pada halaman

muka (Nelson, 1979: 162). Halaman muka sebuah majalah mengandung elemen

sangat penting karena menjadi bagian yang nantinya akan dilihat pertama kali

oleh khalayak. Bagian ini didesain sedemikian rupa sehingga mampu memberikan

kesan menarik ketika pembaca melihatnya untuk pertama kali. John Morris, dalam

bukunya Magazine Editing menyebutkan tentang arti pentingnya desain dalam

sebuah majalah sebagai berikut.

“Publishing is never a purely verbal matter: printing words always involves design issues, even if it is only selections of a typeface. Magazine design takes that process and extends it through the incorporation of photographic and illustrative material”. (Penerbitan bukan hanya tentang hal-hal bersifat verbal saja: dunia percetakan selalu berhubungan dengan desain, bahkan ketika hanya dalam menyeleksi tipe muka. Desain majalah mengambil proses tersebut dan mengembangkannya melalui penggabungan antara fotografi dan bahan ilustrasi). (John Morris, 1996:147)

Dari pendapat John Morrris sebagaimana dikutipkan di atas dapatlah

disimpulkan bahwa sebuah majalah membutuhkan desain, termasuk desain

halaman muka, yang dapat membuatnya lebih mampu menarik perhatian

khalayak. Halaman muka, dalam kaitan ini, menjadi suatu hal yang sangat penting

dalam hal first impression kepada pembacanya.

Page 17: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pada majalah berita, halaman muka menjadi sangat penting karena

merepresentasikan prioritas pemberitaan. Sebuah halaman muka haruslah

sederhana, kompetitif dan menarik. Halaman muka hendaknya berkaitan pada

artikel utama dari edisi tersebut. Konsistensi dari desain sehingga

merepresentasikan filosofi dari majalah itu sendiri menjadi hal yang penting

sehingga majalah tersebut dapat dengan mudah dikenali oleh pembaca. (Click &

Baird, 1983: 204)

Banyak majalah berita di Indonesia, salah satunya yang dapat dikatakan

terkemuka adalah Tempo. Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan

Indonesia yang umumnya meliput berita dan politik. Halaman muka majalah

Tempo menjadi sebuah topik yang menarik untuk dikaji karena untuk beberapa

kali, halaman muka majalah ini menimbulkan kontroversi.

Pada masa Orde Baru tahun 1982 misalnya, Surat Izin Terbit (SIT)

TEMPO pernah dibekukan oleh keputusan Menteri Penerangan Ali Moertopo

karena melanggar kode etik pers yang bebas dan bertanggung jawab. Banyak

orang percaya, alasan utamanya karena TEMPO memberitakan kampanye partai

Golkar, di lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir dengan kerusuhan.

(www.kopigrafika.com)

Selanjutnya, pada tahun 1994 pemerintah melakukan pembreidelan juga

pada majalah tersebut. Alasan pembreidelan tidak pernah jelas. Tetapi banyak

yang meyakini bahwa pemberitaan mengenai impor kapal perang (bekas) dari

Jerman. Pemberitaan mengenai kasus ini dianggap sebagai sebuah ancaman

terhadap stabilitas negara. (www.kopigrafika.com)

Page 18: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pada era Reformasi, TEMPO tak surut mengundang kontroversi, ulasan

artikelnya mengenai ada Tomy di Tenabang, Kasus Akbar Tanjung, hingga

gambar sampul Majalah TEMPO, yang memuat lukisan "Perjamuan Terakhir"

karya Leonardo Da Vinci, yang sangat sakral bagi agama Nasrani, di pelesetkan

dengan gambar Soeharto di meja makan bersama enam anaknya.

(www.kopigrafika.com). Gambar tersebut dimuat pada halaman muka majalah

Tempo edisi 4-10 Februari 2008, beberapa hari setelah wafatnya mantan presiden

Soeharto.

Kontroversi baru-baru ini yaitu pada edisi 28 Juni – 4 Juli 2010 yang

berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi adalah sebuah contoh halaman muka

majalah Tempo yang menimbulkan pro dan kontra. Desain halaman muka yang

menggambarkan seorang perwira tinggi Polisi dengan tiga celengan berbentuk

babi yang terikat pada salah satu tangan sang perwira menyebabkan Tempo edisi

ini menjadi sulit untuk didapatkan. Disinyalir keadaan ini disebabkan majalah

Tempo edisi Rekening Gendut Perwira Polisi diborong oleh beberapa pihak

tertentu. Lebih lanjut, dalam masa edisi ini diterbitkan, pemerintah dan

masyarakat sedang menggalakkan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi

sementara berkembang dugaan terdapat beberapa perwira tinggi Polisi yang

terlibat dalam tindak pidana korupsi. Tapi itulah, Tempo dengan segala

kehebohan yang sering dimunculkannya, suka atau tidak, telah menciptakan

warna tersendiri bagi perkembangan dan kedewasaan politik bagi perjalanan

negara dan bangsa ini.

Page 19: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Terutama karena kontroversi-kontroversi yang sering ditimbulkan oleh

majalah berita mingguan Tempo inilah maka penting untuk meneliti bagaimana

majalah Tempo memilih dan menyajikan persoalan-persoalan penting dalam

halaman muka. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dua periode terbitan

majalah Tempo yaitu: periode I No. 12 Tahun XXIII – 22 Mei 1993 - No. 17

Tahun XXIV – 25 Juni 1994 dan periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga

Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010. Pemilihan kedua periode tersebut lebih

disebabkan oleh adanya perbedaan pemerintahan yang berkuasa pada masanya.

Masa Orde Baru yang berkuasa pada periode pertama cenderung lebih

mempunyai tekanan terhadap kebebasan pers.

Selanjutnya, Pawito dalam desertasinya Mass Media and Democracy: a

study of the roles of the mass media in the Indonesian transition period 1997-

1999, menjelaskan tentang kondisi media massa pada periode orde baru.

The Period of New Order lasted form 1967 to 1998. Basically, in this period, similiar to that in the period of Demokrasi Terpimpin, Indonesian mass media were put under government control. In the periode of Demokrasi Terpimpin, the mass media served as the arms of the government to promote the government policies e.g. Demokrasi Terpimpin, Manipol Usdek, and Nasakom in an atmosphere called politik adalah panglima (politics is the chief consideration). Likewise, in the period of New Order the Indonesian mass media served as an agent of the government to promote government policies, primarily national development programs, in an atmosphere called pembangunan adalah panglima (development is the chief of cansideration). Thus during both periods, the governemnt enforced its control over the media in order to prepetuate the regime. Similiar to that in the period of Demokrasi Terpimpin, Departemen Penerangan also played a remarkable role in controlling the media in the period of New Order. (Periode Orde Baru berlangsung tahun 1967-1998. Secara umum, periode ini hampir mirip dengan periode Demokrasi Terpimpin, media massa di Indonesia berada dalam kontrol pemerintah. Pada saat periode Demokrasi Terpimpin, media

Page 20: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

massa dijadikan sebagai alat pemerintah untuk mempromosikan kebijakan pemerintah. Demokrasi Terpimpin, Manipol Usdek, dan Nasakom terdapat dalam sebuah atmosfer yang disebut politik adalah panglima. Demikian juga pada periode Orde Baru, media massa di Indonesia digunakan sebagai agen pemerintah untuk mempromosikan kebijakan pemerintah, secara umum untuk mempromosikan program pembangunan nasional dalam sebuah atmosfer yang disebut sebagai Pembangunan adalah panglima. Pada kedua periode pemerintah memaksakan kontrolnya kepada media untuk melanggengkan rezim. Sama halnya pada saat periode Demokrasi Terpimpin, Departemen Penerangan juga mempunyai peranan yang penting untuk mengontrol media). (Pawito, 2002: 98)

Dari pendapat Pawito di atas dapatlah kiranya penulis simpulkan bahwa

pemerintahan orde baru pada periode I memiliki sistem politik yang tidak jauh

berbeda dengan pemerintahan masa orde lama dimana pemerintahan

membenarkan adanya intervensi terhadap media. Pada periode I dimana

pemerintah memiliki atmosfer sistem politik pembangunan sebagai panglima

dapat memaksakan kontrolnya kepada media untuk membuat abadi rezim

tersebut.

Sebaliknya, pada periode II dimana pemerintahan kabinet Indonesia

Bersatu berkuasa. Pada periode tersebut, reformasi baru saja terjadi sehingga

euforia kebebasan pers benar-benar terasa didalamnya. Selanjutnya, pemilihan

dalam penggunaan ilustrasi untuk halaman muka yang biasanya sangat terkait

dengan berita utama atau tajuk utama edisi bersangkutan notabene merupakan

keputusan media secara instutusional (melalui para editor). Keputusan ini sudah

tentu dibuat oleh para editor setelah mencermati dan mempertimbangkan

persoalan atau perkembangan situasi politik dan sosial yang ada di masyarakat.

Pemilihan penggunaan ilustrasi yang kental dengan unsur subjektifitas, dari pada

Page 21: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

fotografi dalam penyusunan desain halaman muka majalah Tempo juga

setidaknya menjadi penguat alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari permasalahan diatas, dapatlah dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Tema-tema apa saja yang menjadi sorotan majalah Tempo

sebagaimana yang ditampilkan di halaman muka pada periode I No. 12

Tahun XXIII – 22Mei 1993 - No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994 dan

periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4

Juli 2010.

2. Siapa yang paling banyak muncul di halaman muka majalah Tempo

pada periode I dan Periode II.

3. Bagaimana perbedaan cara majalah Tempo dalam mengemas sebuah

isu yang kemudian diangkat menjadi halaman muka pada periode I dan

periode II.

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini pada intinya berkenaan dengan halaman muka majalah berita

Tempo khususnya pada dua periode penerbitan yaitu periode I No. 12 Tahun

XXIII – 22Mei 1993 - No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994 dan periode II Edisi

3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010. Adapun tujuan

pokok dari penelitian ini adalah: Untuk melihat secara lebih intensif tentang

Page 22: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

tampilan halaman muka majalah tempo terutama dalam aspek tema dari pesan

yang menjadi sorotan majalah Tempo untuk diangkat dalam halaman muka di

kedua periode sebagaimana dikemukakan di atas serta kemungkinan perbedaan

yang ada di antara kedua periode tersebut (dilihat dari frekuensi kemunculan).

Adapun tujuan kedua adalah membandingkan tokoh yang paling sering diangkat

dalam halaman muka majalah Tempo pada kedua periode. Selanjutnya, penelitian

ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan cara pengemasan

sebuah halaman muka pada masing-masing periode (dilihat frekuensi dari

penggunaan ilustrasi/karikatur dan fotografi).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dunia

penelitian komunikasi karena dalam dunia tersebut masih jarang ditemukan

penelitian mengenai halaman muka sebuah majalah. Disamping itu,

pembandingan antara dua periode yang dipilih, setidaknya dapat menjadi sebuah

tolak ukur perkembangan pers di Indonesia.

E. Landasan Teoritis

Teori merupakan landasan bagi seorang peneliti dalam melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini, landasan teori dimulai dengan teori mengenai

komunikasi.

Page 23: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Komunikasi

Dalam buku “Komunikasi dan Regulasi Penyiaran”, Mufid mengutip

pengertian komunikasi dari Weekly (1967), secara etimologi (bahasa) kata

“komunikasi” berasal dari Bahasa Inggris “communication” yang mempunyai

akar kata dari bahasa Latin “comunicare.” Kata “comunicare” sendiri memiliki

tiga kemungkinan arti:

1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum.

2. “cum + munus” berarti saling memberi sebagai hadiah.

3. “cum + munire” yaitu membangun pertahanan bersama. (Muhamad

Mufid, 2007 :1)

Sedangkan secara epistemologis (istilah), dalam buku “Komunikasi dan

Regulasi Penyiaran”, Mufid mengutip dari beberapa tokoh komunikasi,

diantaranya adalah Ruben (1992), R loose (1999) dan DeVito (1986). Definisi-

definisi itu adalah:

1. “Communication means that information is passed from one place to another” (komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari satu tempat ke tempat lain).

2. “Communication...include (s) all the procedures by which one mind may effect another.” (Komunikasi...meliputi semua prosedur di mana pikiran seseorang mempengaruhi orang lain).

3. “The transmission of information, ideas, emotion, skills, etc. By the use of symbol – word, pictures, figures, graph, etc.” (pemindahan informasi, ide, emosi, keterampilan, dan lain-lain dengan menggunakan simbol – seperti kata, gambar, figur dan grafik).

4. “The imparting, conveying or exchange of ideas, knowledge, or information whether by speech, writing or signs.” (memberi, meyakinkan atau bertukar ide, pengetahuan atau informasi baik melalui ucapan, tulisan atau tanda).

Page 24: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

5. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang biasanya melalui sistem simbol yang berlaku secara umum.

6. Komunikasi adalah, “proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam definisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan. (Muhamad Mufid, 2007 :1-2)

Astrid dalam bukunya “Komunikasi Sosial di Indonesia”, menyinggung

tentang pengertian Komunikasi.

Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna. Arti ini perlu dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi. Suatu situasi komunikasi serasi adalah yang diharapkan oleh komunikator dan komunikan. Komunikasi serasi hanya dapat dicapai apabila pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi memberi arti dan makna yang sama kepada lambang-lambang yang dipergunakan karena itu dikatakan bahwa pemberi arti kepada lambang merupakan landasan pokok untuk suatu komunikasi yang serasi, terutama karena manusia hidup dalam masyarakatnya melalui komunikasi. (Phil Astrid S Susanto, 1980: 4)

Secara garis besar, baik Mufid maupun Astrid sama-sama mendefinisikan

komunikasi sebagai sebuah proses yang kemudian menghasilkan sebuah produk

pesan. Dalam proses tersebut sebuah pesan dikemas sedemikian rupa hingga

terdapat keselarasan antara komunikator dan komunikannya. Proses keselarasan

itu tentu saja tidak luput dari hambatan ataupun gangguan. Melalui hambatan dan

gangguan inilah nantinya sebuah pesan diterima oleh komunikan yang selanjutnya

menghasilkan berbagai feed back.

Page 25: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Selanjutnya, Mufid juga merumuskan beberapa unsur yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi anatomi komunikasi. Unsur-unsur tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain atau

hubungan seseorang dengan lingkungannya, baik dalam rangka pengaturan

atau koordinasi.

2. Proses, yakni aktivitas yang nonstatis, bersifat terus menerus. Ketika kita

bercakap-cakap dengan seseorang misalnya, kita tentu tidak diam saja. Di

dalamnya kita membuat perencanaan, mengatur nada, menciptakan pesan

baru, menginterpretasikan pesan, merespons atau mengubah posisi tubuh

agar terjadi kesesuaian dengan lawan bicara.

3. Pesan, yaitu tanda (signal) atau kombinasi tanda yang berfungsi sebagai

stimulus (pemicu) bagi penerima tanda. Pesan dapat berupa tanda atau

simbol. Sebagian dari tanda dapat bersifat universal, yakni dipahami oleh

sebagian besar manusia diseluruh dunia, seperti senyum sebagai tanda

senang, atau asap sebagai tanda adanya api. Tanda lebih bersifat universal

daripada simbol. Ini dikarenakan simbol terbentuk karena adanya

kesepakatan, seperti simbol negara. Karena terbentuk melalui kesepakatan,

maka simbol tidak bersifat alami dan tidak pula universal.

4. Saluran (channel), adalah wahana di mana tanda dikirim. Channel bisa

bersifat visual (dapat dilihat) atau aural (dapat didengar).

5. Gangguan (noise), segala sesuatu yang dapat membuat pesan

menyimpang, atau segala sesuatu yang dapat mengganggu diterimanya

Page 26: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

pesan. Gangguan (noise) bisa bersifat fisik, psikis (kejiwaan) atau

semantis (salah paham).

6. Perubahan, yakni komunikasi menghasilkan perubahan pada pengetahuan,

sikap atau tindakan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi.

(Muhamad Mufid, 2007: 3-4)

Selanjutnya, pada tahun 1948 Laswell memperkenalkan pola komunikasi

yang mengatakan bahwa komunikasi meliputi “who says what to whom in what

channel with what effect”, atau “siapa berkata apa kepada siapa dengan

menggunakan saluran apa serta menimbulkan pengaruh apa”.

Model Komunikasi Lasswell

Whom Effect Who What Channel

(audience/pendengar)

(Pembicara) (pengaruh) (pesan) (medium)

Gambar 1: Model Teori Laswell (Muhamad Mufid, 2007: 7)

Teori Laswell, walaupun masih berfokuskan pada komunikasi verbal satu

arah, namun teori tersebut dipandang lebih maju dari teori yang telah ada. Di

samping berhasil lepas dari pengaruh komunikasi propaganda yang ketika itu

sangat mendominasi wacana komunikasi, Laswell juga mendefinisikan medium

pesan dalam arti yang lebih luas yakni media massa. (Muhamad Mufid, 2007: 7-8)

Page 27: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Lebih lanjut, Laswell juga menyebutkan beberapa fungsi dari komunikasi:

1. The surveillance of the environment. (Pengawasan terhadap lingkungan)

2. The correlation of the parts of society in responding to the

environment.(Penghubung bagian-bagian dari masyarakat kepada

lingkungan)

3. The transmission of the social herritage from one generation to the next.

(Menurunkan warisan sosial dari satu generasi kepada generasi

setelahnya). (Onong U. Effendy, 1994: 13)

Fungsi “surveillance” yang dimaksudkan oleh Laswell disini merupakan

kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam

suatu lingkungan, dapat dikatakan sebagai penggarapan berita. Fungsi kedua yaitu

“correlation” adalah semua kegiatan yang mencakup berbagai interpretasi

terhadap informasi pada lingkungannya. Fungsi terakhir, “transmission of

culture" yang menyatakan sebuah komunikasi dapat digunakan sebagai sebuah

media untuk memberikan warisan saosial dan budaya dari generasi tua kepada

generasi yang lebih muda.

2. Komunikasi Massa

Karya Shannon dan Weaver, Mathematical Theory of Communication

(1949;Weaver,1949b), diterima secara luas sebagai salah satu benih yang keluar

dari studi komunikasi yang telah tumbuh. Teori ini merupakan suatu contoh yang

Page 28: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

gamblang dari mahzab proses, yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan.

(John Fiske, 1990: 13)

Receive Tujuan Sumber informasi Transmite Pesan Sinyal yang

sinyal diterima

Sumber gangguan

Gambar 2: Model komunikasi Shannon dan Weaver (John Fiske, 1990: 13)

Dari gambar 2 dapat kita simpulkan bahwa Shannon dan Weaver

mengidentifikasi tiga level masalah dalam studi komunikasi. Hal itu adalah:

• Level A (masalah teknis) merupakan sebuah permasalahan yang

berjibaku dengan cara bagaimana simbol-simbol komunikasi dapat

ditransmisikan secara akurat.

• Level B (masalah semantik) adalah masalah mengenai bagaimana

simbol-simbol yang ditranmisikan secara persis menyampaikan makna

yang diharapkan.

• Level C (masalah keefektifan) yang merupakan permasalahan terakhir

yang bergumul dengan semua permasalahan bagaimana makna yang

diterima secara efektif mempengaruhi tingkah laku dengan cara yang

diharapkan. (John Fiske, 1990: 46)

Page 29: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Masalah teknis di level A adalah yang paling sederhana untuk dipahami

dan ini adalah salah satu masalah yang semual dikembangkan model tersebut

untuk dijelaskan. Masalah semantik sekali lagi mudah untuk diidentifikasikan,

namun jauh lebih sulit untuk dipecahkan, dan mulai dari makna kata hingga

makna bahwa sebuah gambar film warta berita sebuah negara mungkin memiliki

makna bagi seorang warga negara lain. Shannon dan Weaver memandang bahwa

makna terkandung dalam pesan: maka memperbaiki encoding akan meningkatkan

akurasi semantik. Namun, terdapat juga faktor-faktor budaya yang bekerja disini

yang modelnya tidak menentukan: makna setidaknya sama banyaknya di dalam

budaya sebagaimana di dalam pesan

Masalah keefektifan sekilas mungkin tampak untuk menyatakan secara

tidak langsung bahwa Shannon dan Weaver memandang komunikasi sebagai

manipulasi dan propaganda: bahwa A telah berkomunikasi secara efektif dengan

B jika merespons dengan cara yang A harapkan. Mereka menempatkan diri

mereka sendiri terbuka terhadap kritik ini, dan hampir tidak menangkisnya,

dengan mengklaim bahwa respons estetik atau emosional terhadap suatu karya

seni adalah suatu efek komunikasi

Selanjutnya, sebagaimana yang sudah disinggung diatas, Laswell memberi

kita model lain yang menegaskan bahwa untuk memahami proses komunikasi

massa kita perlu mempelajari setiap tahapan dalam modelnya:Who, Says what, In

which channel, To whom, With what effect. Ini merupakan versi verbal model

yang berasal dari Shannon dan Weaver. Model ini melihat komunikasi sebagai

tranmisi pesan. Model ini mengungkapkan isu “efek” dan bukannya “makna.”

Page 30: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

“Efek” secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan

diamati pada penerima yang disebabkan oleh unsur-unsur yang bisa

diidentifikasikan dalam prosesnya. Perubahan pada salah satu unsur tersebut akan

merubah efek. (John Fiske, 1990: 46)

Dari beberapa pendapat tentang komunikasi massa, pendapat Bitner

(1980) merupakan definisi tentang komunikasi massa yang paling sederhana.

“Mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people”.(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). (Ardianto dan Erdinaya, 2007:3)

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang harus menggunakan

media massa (Ardianto dan Erdinaya, 2007:3). Televisi, radio, surat kabar, film,

buku, pita merupakan bentuk dari komunikasi massa (Effendy, 1990:20).

Definisi dari Bitner yang dikutip oleh Ardianto dan Erdinaya merupakan

sebuah definisi komunikasi massa yang memprioritaskan pada channel dan

jumlah komunikan pada sebuah proses komunikasi massa. Adapun Effendy

(1990) memperjelas berbagai channel yang dapat digunakan oleh sebuah proses

komunikasi massa untuk mentransmisikan sebuah pesan.

McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, menjelaskan bahwa

komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang

berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh

ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang

sebenarnya). (McQuail,1996:7)

Page 31: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Masih menurut McQuail, ciri-ciri utama komunikasi massa adalah sumber

komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan satu organisasi formal, dan

“sang pengirim”-nya seringkali merupakan komunikator profesional. Pesannya

tidak unik dan beranekaragam, serta dapat diperkirakan. Di samping itu,

seringkali pesan tersebut ”diproses”, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan

itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang memiliki nilai tukar, serta

acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan.” Hubungan antara pengirim

dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan

tersebut juga bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali bersifat non-moral dan

kalkulatif dalam artian bahwa sang pengirim tidak bertanggung jawab atas

konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjualbelikan

dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu.

Charles Wright, seorang ahli komunikasi mencoba merumuskan mengenai

ciri-ciri komunikasi massa:

1. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim

2. Pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan

khalayak secara serentak, bersifat sekilas

3. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisansi yang

kompleks yang melibatkan biaya besar. (Mursito BM,1999:18)

Nurudin (2007), dalam bukunya Komunikasi Massa, merumuskan dalam

tujuh ciri sebuah komunikasi yang dapat disebut sebagai komunikasi massa.

a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Page 32: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan

kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur

dan berkerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga disini

menyerupai sebuah sistem. Dalam komunikasi massa, komunikator adalah

lembaga media massa itu sendiri.

b. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Audience sebuah media massa memiliki keragaman umur, jenis kelamin

dan status sosial ekonomi. Karakter komunikan atau audience menurut

Herber Blumer adalah:

- Audience dalam komunikasi massa bersifat heterogen, berasal dari

berbagai kelompok dalam masyarakat.

- Berisi individu-individu yang tidak saling kenal dan tidak saling

berinteraksi secara langsung.

- Tidak memiliki kepemimpinan atau organisasi sosial.

c. Pesannya Bersifat Umum

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa bersifat umum dan

ditujukan untuk khalayak yang jamak, bukan pada orang atau golongan

tertentu.

d. Komunikasi Berlangsung Satu Arah

Dalam bentuk komunikasi ini, komunikan tidak bisa langsung memberi

tanggapan terhadap pesan yang disampaikan komunikator.

e. Komunikasi massa Menimbulkan Keserempakan

Page 33: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dalam komunikasi massa penyampaian pesan dilakukan secara serempak

atau hampir bersamaan, walaupun pada audience media cetak komunikan

belum tentu menerima pesan secara bersamaan.

f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai sarana utama dalam penyampaian pesan kepada

khalayak sangat membutuhkan sebagai peralatan teknis seperti komputer,

mesin cetak, kamera dan lain-lain.

g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper berfungsi untuk memilih informasi yang layak disebarkan dan

menyederhanakan penyampaiannya agar mudah dipahami oleh khalayak.

(Nurudin,2007:54-55)

Komunikasi massa menurut Mursito BM dalam bukunya Memahami

Institusi Media, menjelaskan bahwa kata “komunikasi massa” diadopsi dari istilah

bahasa inggris “mass communication” atau komunikasi media massa (mass media

communication), yang berarti komunikasi dengan menggunakan media massa

atau “mass mediated”, komunikator tak dapat bertatap langsung dengan khalayak.

Misalnya; penyiar radio atau televisi yang sedang siaran, tidak dapat menatap

audiens dalam perbincangannya, sedangkan istilah “mass media” atau “media

massa” adalah dari “media of mass communication” – media yang digunakan

dalam komunikasi massa. Istilah lain yang paling banyak digunakan adalah pers.

(Mursito BM, 2006:2)

Page 34: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, untuk meneliti perbandingan

halaman muka majalah Tempo periode I dan Periode II dibutuhkan pengetahuan

mengenai sistem politik yang digunakan pada masing-masing periode.

Pengetahuan mengenai sistem politik yang mempengaruhi komunikasi dalam hal

ini media massa demikian juga sebaliknya disebuat sebagai pendekatan

lingkungan. Dalam bukunya, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye

Pemiilihan, Pawito menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan bertolak dari

asumsi bahwa antara sistem politik dan komunikasi terdapat hubungan timbal-

balik: sistem politik mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi

mempengaruhi sistem politik. Bertolak dari asumsi ini, maka mencermati

lingkungan, terutama lingkungan sosial-politik, pada saat komunikasi berlangusng

menjadi sangat penting. Lingkungan sosial-politik secara sederhana dapat

dipahami sebagai kondisi sosial-politik yang secara umum dirasakan luas oleh

masyarakat berkaitan dengan kinerja sistem politik. (Pawito, 2009: 35)

Dapat ditarik kesimpulan dari pernyataannya, Pawito menyadari bahwa

pendekatan lingkungan ini mengasumsikan bahwa lingkungan sosial-politik,

sampai tingkat tertentu, berpengaruh terhadap komunikasi. Dengan kata lain,

perubahan yang terjadi dalam sistem politik cenderung diikuti oleh perubahan

kondisi komunikasi politik termasuk kondisi media. Perubahan ini nantinya akan

dapat dilihat dari perbandingan halaman muka majalah Tempo periode I dan

periode II yang notabene memiliki karakteristik pengaruh sistem politik terhadap

media massa yang berbeda.

Page 35: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Jurnalistik Sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Jurnalistik atau jurnalisme berasal dari kata Journal, artinya sebuah catatan

harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat

kabar. Journal berasal dari kata latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari

kata itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik

(kusumaningrat, 2006:15). Jurnalistik juga dapat diartikan sebagi sebuah kegiatan

mencari dan mengolah fakta realitas empirik, kemudian dilaporkan kepada

khalayak melalui media massa. Laporan tentang realitas empirik di media massa

ini disebut berita. (Mursito, 1999:25)

Menurut Kovach dan Rosentiel, tujuan utama dari Jurnalisme adalah

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak sehingga mereka dapat

hidup merdeka dan mengatur diri sendiri. Untuk dapat memenuhi tujuan

utamanya, jurnalisme harus memenuhi prinsip-prinsip jurnalisme yang disebut

dengan sembilan elemen jurnalisme. Sembilan elemen jurnalisme itu adalah:

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran 2. Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga 3. Intisari jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi 4. Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber

berita 5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan 6. Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik,

maupun dukungan warga 7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menarik

dan relevan 8. Jurnalisme harus menjaga agar berita berita komprehensif dan

proposional 9. Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

(Bill Kovach & Tom Rosentiel, 2001:6)

Page 36: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dari uraian sembilan elemen jurnalistik yang di sebutkan Bill Kovach dan

Tom Rosentiel diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa realisasi dari

elemen-elemen jurnalistik tersebut dibutuhkan dukungan baik dari sisi internal

maupun eksternal dari sebuah media. Pada sisi internal dibutuhkan kesadaran diri

dari awak media maupun sang pemiliknya untuk menjunjung tinggi apa yang

dinamakan independensi jurnalistik. Sedangkan pada sisi eksternal, mensyaratkan

pemerintahan dengan berbagai kebijakannya yang pro dengan kebebasan pers dan

kebebasan menyatakan pendapat.

Sejarah Jurnalistik dimulai ketika tiga ribu tahun yang lalu, Firaun di

Mesir, Amenhotep III, mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di

provinsi-provinsi untuk memberitahukan apa yang terjadi di ibukota. Di Roma

2000 tahun yang lalu Acta Diurna (“tindakan-tindakan harian”) – tindakan-

tindakan senat, peraturan-peraturan pemerintah, berita kelahiran dan kematian -

ditempelkan ditempat-tempat umum. Selama abad pertengahan di Eropa, siaran

berita yang ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi

usahawan.

Keperluan untuk mengetahui apa yang terjadi merupakan kunci lahirnya

jurnalisme selama berabad-abad. Tetapi, jurnalisme itu sendiri baru benar-benar

dimulai ketika huruf-huruf lepas untuk percetakan mulai digunakan di Eropa pada

sekitar tahun 1440. Dengan mesin cetak, lembaran-lembaran berita dan pamflet-

pamflet dapat dicetak dengan kecepatan yang lebih tinggi, dalam jumlah yang

lebih banyak, dan dengan ongkos yang lebih rendah.

Page 37: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Surat kabar pertama yang terbit di Eropa secara teratur dimulai di Jerman

pada tahun 1609: Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Tak lama

kemudian, suratkabar-suratkabar lainnya muncul di Belanda (1618), Perancis

(1620), Inggris (1620), dan Italia (1636). Suratkabar-suratkabar pada abad ke-17

ini bertiras sekitar 100 sampai 200 eksemplar sekali terbit, meskipun Frankfurter

Journal pada tahun 1680 sudah memiliki tiras 1500 sekali terbit.

Pada tahun 1650, suratkabar pertama yang terbit sebagai harian adalah

Einkommende Zeitung di Leipzig, Jerman. Pada tahun 1702 menyusul Daily

Courant di London yang menjadi harian pertama di Inggris yang berhasil

diterbitkan. Ketika lebih banyak penduduk mendapatkan penghasilan yang lebih

besar dan lebih banyak di antara mereka yang belajar membaca, maka semakin

besarlah permintaan akan suratkabar. Bersamaan dengan itu, terjadi penemuan

mesin-mesin yang lebih baik dalam mempercepat produksi koran dan

memperkecil ongkos.

Pada tahun 1833, di New York City, Benjamin H. Day, menerbitkan untuk

pertama kalinya apa yang disebut penny newspaper (suratkabar murah yang

harganya satu penny). Ia memuat berita-berita pendek yang ditulis dengan hidup,

termasuk peliputan secara rinci tentang berita-berita kepolisian untuk pertama

kalinya. Berita-berita human interest dengan ongkos murah ini menyebabkan

bertambahnya secara cepat sirkulasi suratkabar tersebut. Kini di Amerika Serikat

beredar 60.000.000 eksemplar harian setiap harinya.

Jurnalisme kini telah tumbuh jauh melampaui suratkabar pada awal

kelahirannya. Majalah mulai berkembang sekitar dua abad lalu. Pada tahun 1920

Page 38: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

radio komersial dan majalah-majalah berita muncul ke atas panggung. Televisi

komersial mengalami boom setelah Perang Dunia II.

Selanjutnya, dalam penelitian ini, Tempo sebagai salah satu media cetak

yang cukup terkemuka di Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyaknya

media massa atau media of mass communication. Hal ini sejalan dengan definisi

perusahaan pers yang terdapat dalam Undang-Undang No.40/1999 tentang pers,

pasal 1 ayat 2.

Perusahan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronika, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Dari undang-undang tesebut dapat kita simpulkan bahwa wujud dari media

seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang itu adalah perusahaan penerbitan

yang bergerak di bidang media cetak, meliputi perusahaan penerbitan surat kabar,

majalah, tabloid dan buku. Sedang media elektronika meliputi media radio dan

media televisi.

4. Media Cetak dan Majalah

Perkembangan media cetak tidak bisa lepas dari perkembangan

penggunaan kertas sebagai bahan untuk merekam tulisan. Hal demikian sudah

dimulai di dunia Islam sepanjang abad ke-18 dengan kertas kulit (meski

sebenarnya kertas sudah muncul di Cina). Lama kelamaan, sistem pemakaian di

atas kertas tersebar ke umat kristen Eropa, khususnya ketika tentara Moors

menduduki Spanyol. Tulisan yang awal mulanya dimonopoli oleh kalangan

Page 39: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pendeta, elit politik, ilmuwan dan ahli lain mulai bergeser. Masyarakat umum

yang memiliki kemampuan untuk menulis dan membaca mulai merasakan

manfaatnya. (Nurudin,2007:54-55)

Sejarah media modern bermula dari buku cetak. Meskipun pada awalnya

upaya percetakan buku hanyalah merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk

memproduksi teks yang sama atau hampir sama, yang telah disalin dalam jumlah

yang besar, namun upaya itu tentu saja masih dapat disebut semacam revolusi.

Lambat laun perkembangan buku cetak mengalami perkembangan dalam segi isi -

semakin bersifat sekular dan praktis. Kemudian semakin banyak pula karya

populer, khususnya dalam bentuk brosur dan pamflet politik dan agama yang

ditulis dalam bahasa daerah, yang ikut berperan dalam proses transformasi abad

pertengahan. Jadi, pada masa terjadinya revolusi buku pun ikut memainkan peran

yang tidak dapat dipisahkan dari proses revolusi itu sendiri. (McQuail,1996:9)

Surat kabar komersial abad ketujuh belas tidak lahir dari satu sumber,

tetapi dari gabungan kerja sama antara pihak percetakan dengan pihak penerbit.

Ragam surat kabar resmi (seperti yang diterbitkan oleh Raja atau pemerintah)

memang memiliki beberapa ciri khas yang sama dengan surat kabar komersial,

tetapi juga berfungsi sebagai terompet penguasa dan alat pemerintah. Surat kabar

komersial merupakan ragam yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan

institusi surat kabar.

Surat kabar memiliki inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak –

penemuan (invensi) bentuk karya tulis, sosial dan budaya yang baru – meskipun

pada masa itu pandangan yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat

Page 40: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kabar, jika dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada

individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas, dan

kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru, yakni kebutuhan para

usahawan kota dan orang profesional. Kualitas kabaruannya bukan terletak pada

unsur teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsinya yang tepat bagi

kelas sosial tertentu yang berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan

suasana yang secara sosial dan politis lebih bersifat permisif. (McQuail,1996:10)

Majalah merupakan jenis media massa yang paling unik diantara media

lainnya. Rhenald Kasali (1992:112-113) berpendapat bahwa media cetak memiliki

kekuatan dibanding dengan media cetak lainnya, yakni kemampuannya

menjangkau segmentasi pasar tertentu yang terspesialisasi sehingga majalah

memiliki komunitas sendiri. Majalah juga memilki sifat long life span, dimana

usia edar majalah lebih panjang dari seluruh media yang ada dan pada umunya

majalah juga dapat disimpan hingga bertahun-tahun sebagai referensi.

Majalah seperti media cetak lainnya, pada dasarnya merupakan alat

komunikasi massa yang tugasnya menyampaikan pesan dari sumber, dalam hal ini

redaksi kepada pembacanya dengan menggunakan lambang-lambang yang

dicetak. Lambang-lambang ini dapat berwujud huruf-huruf cetak maupun gambar.

Tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana mengemas lambang-

lambang ini menjadi menarik bagi khalayak.

Page 41: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

5. Kebebasan Pers

Shoemaker (1996) dalam bukunya Mediating The Message berpendapat

tentang pemerintahan dalam sebuah negara sedikit banyak memiliki pengaruh

terhadap pers dalam negaranya.

There is little doubt that governments of all countries exert control over the mass media. In countries where the media are largely privately owned, controls are exerted through laws, regulations, licenses, and taxes. In countries where the media are primarily government-owned, government control is exerted through media financing. A study by the Freedom House shows that although 107 government adopted democratic reforms in 1993, “the personal freedom of nearly a billion citizens decreased.” (Terdapat keraguan yang kecil bahwa pemerintahan pada semua negara menggunakan kontrol terhadap media massa. Pada negara-negara dimana media dimiliki oleh swasta, kontrol dari pemerintahan ditekankan melalui hukum, regulasi-regulasi, surat-surat ijin dan pajak. Pada negara-negara dimana media dimiliki oleh pemerintahan, kontrol dari pemerintah digunakan melalui finansial media. sebuah penelitian oleh Freedom House memperlihatkan meskipun 107 pemerintah menganut reformasi demokrasi pada tahun 1993, kebebasan individu pada jutaan rakyat berkurang). (Pamela J Shoemaker, 1996: 199)

Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat banyak

pengekangan oleh pemerintah terhadap kebebasan pers sebuah media melalui

berbagai modus. Selanjutnya, meskipun sudah terdapat kebebasan pers dalam

sebuah negara, kejahatan terhadap kebebasan pers seringkali masih ditemukan.

Hal ini sejalan dengan fakta mengejutkan yang ditemukan Sussman yang dilansir

oleh Shoemaker. Dalam buku tersebut, Sussman menjelaskan tentang penemuan

1060 kasus mengenai kekerasan dalam kebebasan pers dalam 101 negara.

Kekerasan-kekerasan pada kebebasan pers tersebut dapat berupa penahanan

terhadap wartawan hingga pembunuhan.

Page 42: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Kebebasan pers pada pemerintahan Amerika Serikat sendiri secara resmi

berlaku ketika dideklarasikannya Amandemen Kebebasan.

Congress shall make no law respecting an establishment of religion, or prohibiting the free exercise thereof; or abridging the freedom of speech, or of the press;or the right of the people peacebly to assemble, and to petition the Government for a redress of grievances. (Dewan Perwakilan Rakyat tidak diperbolehkan membuat undang-undang menghargai sebuah pembangunan dari agama, atau melarang kebebasan penggunaannya; atau penyingkatan terhadap kebebasan bicara, atau terhadap pers; atau hak manusia untuk membentuk dan atau memohon pemerintah untuk sebuah keluhan).

Sebuah kebebasan pers telah lama dijunjung pada masyarakat Amerika

Serikat dengan adanya amandemen kebebasan tersebut. Di Indonesia sendiri,

walaupun pada saat kabinet indonesia bersatu berkuasa ditemukan adanya euforia

kebebasan pers akan tetapi pengekangan kebebasan pers masih terjadi pada masa

orde baru berkuasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontrol media oleh

pemerintah. Pemerintah menggunakan media untuk mempromosikan kebijakan-

kebijakan pemerintah dan program-program pemerintahan. Pawito, dalam

desertasinya yang berjudul Mass Media and Democracy: A study of the Roles of

The Mass Media In The Indonesian Transition Period 1997-1998, merumuskan

setidaknya ditemukan 4 modus kontrol pemerintah terhadap media.

1. The government used licensing and other legal codes.

Hal ini dapat dilihat pada tahun 1966, semua media penerbit, harus

mempunyai Surat Ijin terbit (SIT). Pada tahun 1982 dan 1987, undang-

undang ini direvisi dengan mengganti SIT menjadi SIUPP (Surat Ijin

Usaha Penerbitan Press).

Page 43: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2. Government control over the mass media often occured in less formal

terms. In this respect, various patterns developed. For example, a

patronclient relationship between government officers and newspeople

(media owners, editors, and reporters) was established.

Dalam kasus ini, pada beberapa kesempatan, pemerintah memberikan

wartawan sejumlah uang (lebih dikenal sebagai uang amplop atau uang

bensin

3. Budaya telepon was another prominent mechanism of government control

over the mass media.

Dalam hal ini, pemerintah melakukan panggilan telepon terhadap

wartawan, sebagai contoh bagaimana menulis isu-isu tertentu, dan

memerintahkan mereka untuk tidak menuliskan aspek-aspek tertentu.

Wartawan diharuskan untuk tidak memberitakan mengenai isu-isu negatif,

seperti konflik elit politik, korupsi pemerintah, dan kekerasan yang

dilakukan oleh pihak pemerintah. Pelanggaran terhadapnya akan

dikenakan sangsi pembreidelan.

4. Another mechanism of government control over the mass media was

exercised by means of media ownersip.

Keluarga atau kroni dari pemerintahan secara legal masuk kedalam

industri media dengan mempuyai kepemilikan terhadap media tersebut.

Sebagai contoh Harmoko (menteri penerangan), mengontrol Pos Kota

Group, Siti Hardiyanti (putri tertua Soeharto) mengontrol Wanita

Indonesia. (Pawito, 2002: 99-102).

Page 44: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Berbagai modus yang disebutkan oleh Pawito tersebut merupakan bentuk

dari intervensi pemerintah terhadap pemberitaan media. Pemberitaan media pada

saat itu menjadi tidak idependen dan selalu dipaksa untuk pro dengan kebijakan

pemerintah. Berbagai pemberitaan yang bersifat negatif, disortir sedemikian rupa

hingga image pemerintahan yang sempurna tanpa cela selalu dilihat oleh

masyarakat.

6. Halaman Muka

John Morris mendiskripsikan hubungan halaman muka dengan majalah itu

sendiri dalam bukunya Magazine Editing:

A magazine’s cover is its most prominent and useful selling tool. Many otherwise excellent publications are damaged by their editors’s apparent in ability to arrive at suitable cover style. On the other hand good covers alone will not, in the long term, save an inadequate magazine. Finding a suitable cover style and sticking with it is made no easier by the undoubted fact that your covers are something upon which everyone will have an opinion, from the person who comes in to mend the photocopier to your managing director. Most of the opinions have regrettably little to do with reality. (Halaman muka majalah adalah bagian yang paling menonjol dan alat penjualan yang paling berguna. Banyak penerbit bagus dihancurkan oleh ketidakmampuan editor dalam menemukan gaya cover yang cocok bagi majalahnya. Disisi lain, untuk waktu yang lama halaman muka saja tidak akan menyelamatkan sebuah majalah. Tidak mudah menemukan sebuah gaya halaman muka yang cocok dan tetap menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh fakta yang tidak dapat dibantah bahwa halaman muka adalah sebuah bagian dimana khalayak akan berpendapat terhadap majalah tersebut, dari oknum yang bertanggungjawab pada bagian fotocopy hingga managing director. Banyak dari opini-opini tersebut sedikit menyayangkan terhadap ralitas). (John Morris,1996:166)

Page 45: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Morris berpendapat akan arti penting sebuah halaman muka bagi

kelangsungan hidup sebuah majalah. Bagi majalah yang sadar akan arti

pentingnya, sebuah halaman muka akan dikemas sedemikian rupa hingga cocok

dengan gaya dari majlaah tersebut. Gaya yang khas inilah yang nantinya akan

mempengaruhi minat beli khalayak yang menjadi tulang punggung kehidupan dari

mejalah tersebut.

Selanjunya, hasil penelitian Comag, Market research into Magazine

Covers pada tahun 1990 mengenai halaman muka yang mampu mempengaruhi

pembeli menemukan bahwa setidaknya terdapat beberapa fakta tentang halaman

muka agar mampu menarik perhatian pembaca.

1. The cover picture must be clear and not crowded. (Gambar

halaman muka haruslah jelas dan tidak ramai)

2. Men expect the cover picture to have something to do with the

content, but woman don’t. (Pria menginginkan gambar pada

halaman muka memiliki hubungan dengan isi yang terkandung

dalam sebuah majalah, sedangkan wanita memiliki

kecenderungan berbeda)

3. The cover subject should fill the frame and preferably be in the

middle. (Subjek dari halaman muka hendaklah memenuhi frame

dan disukai bila berada di tengah)

4. Models must ‘reflect the right image for the title’ and ‘their

body language is vital’. (Model harus merefleksikan gambar

Page 46: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

yang tepat untuk judulnya, dan bahasa tubuh menjadi sangat

penting)

5. Bright colours are preferalbe to dingy ones, but really there

should only be three, preferably black, white and red. (Warna

yang cerah lebih disukai jika dibandingkan dengan warna yang

suram, tetapi sebenarnya terdapat tiga yang disukai, hitam,

putih dan merah)

6. People don’t like gifts obscuring the cover, but they will buy

magazines that do this because they want the gifts. (Khalayak

tidak menyukai jika hadiah mengaburkan halaman muka, akan

tetapi mereka akan membeli majalahnya karena mereka

menginginkan hadiah itu). (Comag, 1990)

Dari hasil penelitian Comag tersebut diatas, sekiranya dapat disimpulkan

bahwa halaman muka memang membutuhkan perhatian khusus sehingga dapat

menjalankan fungsi-fungsinya. Halaman muka majalah Tempo sendiri, sejauh

pengamatan penulis pernah menggunakan fotografi dan ilustrasi dalam

pengemasan halaman mukanya. Fotografi sendiri menurut Fred S. Parish dalam

bukunya Photojurnalism: An Introduction mendiskripsikan:

Photography from the Greek pbos, meaning “light” and “graphein”, meaning “writing”... Photography stops time and allow people to see what they did not witness in person. George Santayana made the point in a 1912 speech to The Harvard Camera Club: photography is...helpfull to every intelligent man because it enables him to see much that from his station in space and time, is naturally invisible. (Fotografi

Page 47: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

berasal dari bahasa Yunani yang berarti “light” dan “graphein” yang berarti tulisan... Fotografi menghentikan waktu dan memungkinkan orang untuk melihat apa yang tidak mereka lihat secara pribadi. George Santayana membuat pernyataan pada pidatonya tahun 1912 kepada The Harvard Camera Club: fotografi...sangat membantu setiap orang-orang rajin karena ini memungkinkan dia untuk melihat banyak yang biasanya tidak dapat ia lihat baik secara ruang dan waktu).(Fred S. Parrish, 2002: 2)

Secara garis besar, kutipan diatas mendiskripsikan fotografi sebagai

sesuatu yang dapat memberikan penglihatan kepada seseorang yang tidak dapat

menyaksikan kejadiannya secara langsung. Fotografi sendiri merupakan sebuah

gambaran realitas dari kejadian yang sudah terjadi. Selanjutnya, halaman muka

majalah Tempo yang menggunakan gaya ilustrasi karikatur memang mampu

menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak. Dalam bukunya Magazine Editing,

John Morris menyebutkan pendapatnya mengenai gaya ilustrasi yang digunakan

dalam desain sebuah majalah.

Illustration can provide a welcome change of pace and mood. The problem is that illustration is not neutral: however hard or combative the artist might try to make them, illustration invariably have a more ‘subjective’ air than photographs. They label a piece as a feature, as something driven more by opinion and analysis than by hard reportage. They create a slight distancing effect, making things seem slighly unreal. But they have their uses. (Ilustrasi dapat memberikan sebuah awal perubahan pada langkah dan suasana hati. Yang menjadi masalah adalah ilustrasi tidaklah netral: seberapapun sulit sang ilustrator dalam membuatnya, ilustrasi memiliki lebih banyak hal subjektif jika dibandingkan dengan fotografi. Ilustrasi dianggap sebagai sebuah feature, sebagai sesuatu yang lebih dikendalikan oleh opini dan analisis daripada oleh reportasi. Ilustrasi sedikitnya menimbulkan sebuah efek tidak ramah, membuat beberapa hal terlihat sedikit tidak nyata. Akan tetapi ilustrasi memiliki kegunaan tersendiri). (John Morris,1996:160)

Page 48: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Secara singkat, John Morris ingin mengatakan bahwa ilustrasi yang

digunakan dalam desain sebuah majalah dapat menimbulkan sebuah suasana

tersendiri dimana fotografi tidak dapat memberikannya. Meskipun begitu,

penggunaan ilustrasi dalam desain sebuah majalah tidak dapat dipungkiri lagi juga

memiliki sisi negatif. Subjektifitas yang terlalu kental merupakan sisi negatif yang

dimilikinya. Hal ini disebabkan ilustrasi didasari oleh sebuah opini dari

ilustratornya.

Terlepas dari sisi negatifnya, sebuah ilustrasi mempunyai kegunaan

tersendiri jika digunakan dalam desain sebuah majalah. Masih dalam buku yang

sama, John Morris berpendapat mengenai hal tersebut:

They are helpful where the real thing simply cannot be photographed, either for practical reasons (no photographer was available, the situation was too dangerous, it was a physical impossibility) or for the legal reasons (it’s a court case, or you don’t want to identify an individual for some reason). They are also very good for emotional and abstract subjects, where the illustrator finds an image that goes to the heart of the matter in a way no photograph could. They are ideal in instructional material where photography simply wouldn’t be clear enough. (Ilustrasi sangat membantu ketika suatu hal yang nyata tidak bisa dijadikan foto, baik karena alasan prakteknya (tidak ada fotografer, situasi terlalu berbahaya, atau sesuatu yang secara fisik tidak dapat dilakukan) ataupun karena alasan-alasan resmi (peristiwa tersebut adalah kasus pengadilan, atau anda tidak ingin mengekspose seseorang karena alasan tertentu). Ilustrasi juga sangat bagus untuk subjek-subjek yang bersifat emosi dan abstrak, dimana sang ilustrator menemukan sebuah gambar yang sangat mengena ketika dalam beberapa hal fotografi tidak dapat melakukannya. Ilustrasi sangat ideal untuk materi instruksi ketika fotografi tidak dapat melakukannya dengan jelas.) (John Morris,1996:160-161)

Dari pendapatnya tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebuah

ilustrasi dalam desain majalah sangat membantu ketika realitas tidak dapat

Page 49: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

disajikan dalam fotografi. Selain itu juga, sebuah ilustrasi juga sangat bagus untuk

subyek yang bersifat emosi dan abstrak dimana seorang ilustrator mampu

menemukan sebuah gambar yang mampu menyentuh perasaan dimana sebuah

fotografi tidak dapat melakukannya.

Selanjutnya, perbedaan jumlah frekuensi penggunaan ilustrasi pada

halaman muka majalah Tempo periode I dan periode II juga menjadi sesuatu yang

menarik untuk diteliti. Pawito, dalam bukunya Komunikasi Politik: Media Massa

dan Kampanye, menyatakan bahwa ilustrasi/karikatur pada umumnya dipahami

sebagai karya grafis berupa gambar-gambar yang disertai tulisan di media cetak

dengan unsur-unsur pesan bersifat paduan antara humoris, satiris, dan seringkali

distorsif. Dengan demikian, karikatur dapat dipretensikan sebagai bentuk

penyampaian aspirasi atau tuntutan-tuntutan. Karikatur dapat dibuat dan

dipublikasikan untuk mengkritik, menyerang, atau mungkin memprovokasi pihak

lain. Kebebasan menyatakan pendapat atau kebebasan pers merupakan prasyarat

untuk adanya penyebarluasan pesan-pesan dalam bentuk karikatur. Seringkali

kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan pers menjadi krusial. Pada

umumnya diyakini bahwa kebebasan tidak bersifat mutlak, tetapi ada nilai-nilai

etika yang membatasi. (Pawito, 2009: 111-112)

Ilustrasi yang berupa karikatur diciptakan dengan melihat proses

menangkap realitas yang ada dalam masyarakat. Realitas tersebut distrukturkan

dan dikonversikan ke dalam tanda-tanda pesan (terutama gambar dan tulisan)

untuk ditunjukkan kepada khalayak. Karikatur merepresentasikan pikiran,

imajinasi, aspirasi, atau tuntutan tertentu yang teramplifikasi oleh media massa

Page 50: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang memuatnya. Dengan demikian, sampai tingkat tertentu karikatur di dalam

identitas yang lebih rendah menjadi alat atau media perlawanan. Seperti yang

dikemukakan oleh Yusuf Maulana (KOMPAS, 8 April 2006: 14), karikatur

menjadi media perlawanan terutama bagi pihak yang tertindas; sedangkan bagi

pihak kekuatan dominan, karikatur dibuat sebagai “pembalasan untuk

‘menertibkan’ pihak tertindas”. (Pawito, 2009: 112-113)

F. Definisi konseptual

Definisi konseptual adalah definisi yang menjelaskan konsep dengan

kata/istilah/sinonimnya yang dianggap sudah dipahami pembaca. Definisi ini

tampak seperti definisi pada kamus sehingga orang menyebutnya sebagi definisi

kamus (Soehartyono, 1998: 29). Berikut adalah definisi konseptual dalam

penelitian ini:

1. Pers dalam penelitian ini adalah istilah pers dalam arti sempit,

yakni semua media cetak. Dikhususkan dalam penelitian ini

adalah majalah. Majalah dalam penelitian ini adalah majalah

Tempo. Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan

Indonesia yang umumnya meliput berita dan politik. Edisi

pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971. Selanjutnya,

majalah sebagai sebuah media cetak memiliki bagian paling

penting yang disebut dengan halaman muka. Halaman muka

sendiri adalah halaman pertama yang merepresentasikan isu

yang dianggap paling penting oleh sebuah majalah. Isu-isu

Page 51: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dalam penelitian ini kemudian dikelompokkan berdasarkan

temanya. Perangkat pembagian tema-tema tersebut terdiri dari

18 kategori. 1) Seni dan Hiburan, 2) Anak-anak, 3)Korupsi dan

skandal, 4) Krisis, 5) Ekonomi, 6) Pendidikan, 7)Energi, 8)

Kesehatan, 9) Sejarah, 10) Human Interest, 11) Internasional,

12) Politik, 13) Agama, 14) Ilmu Pengetahuan, 15) Spesial

Interest, 16) Sport, 17) Teknologi, 18) Terorisme. (Scott, 2008:

6-7)

2. Individu atau tokoh yang dimuat dalam halaman muka adalah

individu dalam masyarakat yang mempunyai isu-isu menarik

sehingga membuat sebuah media mengangkatnya pada bagian

halaman muka.

3. Pengemasan halaman muka adalah bagaimana cara sebuah

media membuat bagian halaman muka menjadi menarik

sehingga menimbulkan minat baca pada khalayak.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana

caranya mengukur variabel (Singarimbun dan Effendi, 1991: 216). Berikut adalah

definisi operasional dari penelitian ini:

1. Definisi operasional pertama dalam penelitian ini adalah tema dari dalam

majalah Tempo itu sendiri. Kategori tema dalam penelitian ini mengkutip

dari 18 kategori penelitian Professor Scott dalam jurnalnya yang berjudul

Page 52: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

The Face of Time: Interpreting a Glance at The Wolrd’s Newsmagazine

dengan beberapa penyederhanaan hingga menjadi 11 kategori, sebagai

berikut:

a. Corruption/scandals included articles about political and economic

corruption and scandals (korupsi/skandal, termasuk didalamnya

artikel-artikel mengenai Politik dan Korupsi bersifat Ekonomi dan

skandal).

b. Crisis Included articles about any sudden tragedy that affected many

people. (Krisis, termasuk didalamnya artikel-artikel mengenai

perubahan tiba-tiba yang mempengaruhi banyak orang).

c. Economy included articles covering employment, personal finance,

economic health (racessions/upswings), globalitation, specific

industries, and other economic natures. (Ekonomi, termasuk

didalamnya artikel-artikel mengenai tenaga kerja, keuangan pribadi,

kesehatan ekonomi, globalisasi, industrisi spesifik dan gejolak

ekonomi lainnya).

d. Education included articles about the state of or practices of school,

school performance, and higher education issues. (Pendidikan

termasuk didalamnya artikel-artikel mengenai keadaan praktek dari

sekolah, penyelenggaraan sekolah, dan isu-isu pendidikan yang lebih

tinggi).

Page 53: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

e. History included articles reflecting past events or people. (Sejarah,

termasuk didalamnya artikel-artikel yang merefleksikan kejadian-

kejadian atau orang-orang pada masa lalu).

f. Human interest included articles about specific people (living within

the last 50 years). (Human interest, termasuk didalamnya artikel-

artikel mengenai orang spesifik (hidup dalam jangka waktu 50 tahun

terakhir)).

g. International included articles in which the primary focus was an event

occuring beyond borders, such as the war of iraq, conflicts between

other states, the Olympics, and events occuring in other states.

(Internasional, termasuk didalamnya artikel-artikel yang secara garis

besar fokus pada kejadian diluar perbatasan, seperti perang di Irak,

konflik diantara negara-negara, Olimpiade, dan kejadian-kejadian

yang terjadi di negara-negara lain).

h. Politics included articles about politics: politicians/congress,

presidents, presidential administrations, election/candidates, political

parties and the Supreme Court. (Politik, termasuk didalamnya artikel-

artikel tentang politik-politik: Politikus/anggota dewan, Presiden,

pemerintahan, pemilihan umum/kandidat-kandidat, partai politik dan

Pengadilan Tinggi).

i. Special interest was a catch-all category for the wide spectrum of news

events that did not neatly fit into any other16 categories: topics range

from the alleged Y2k crisis, controversial issues such as abortion and

Page 54: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

television cencorship, immigration/border security, Elian Gonzales

fiasco, and other unusual events. (Minat spesial yang menangkap

semua kategori dari spektrum berita kejadian yang luas dimana tidak

pas jika dimasukkan dalam 16 kategori lainnya: jarak topik dari krisis

Y2k, isu kontroversial seperti aborsi dan sensor televisi, Elian

Gonzales fiasco, dan kejadian-kejadian tidak biasa lainnya).

j. Sports was a rare category and only included articles about specific

sporting achievements such as the Red Sox victory at the 2004 World

Series. Articles about the Olympics were coded Internatioanl and

feature in specific athletes were coded Human Interest. (Olah raga

adalah kategori langka dan hanya termasuk didalamnya artikel-artikel

mengenai prestasi-prestasi olah raga seperti kemenangan The Red Sox

pada World Series 2004. Artikel-artikel tentang Olimpiade dikode

kedalam Internasional dan feature pada olah raga yang spesifik

dimasukkan dalam kategori Human Interest).

k. Terrorism included all articles about terrorists, terrorist activity, acts of

terrorism (9/11 was exception and coded crisis), and anti-terrorism

efforts that did appear to have a more natural fit within Politics or

international. (Terorisme, termasuk didalamnya semua artikel-artikel

tentang teroris, aktivitas teroris, tindakan terorisme (9/11 merupakan

pengecualian dan dimasukkan kedalam kategori krisis), dan usaha

anti terorisme yang muncul memiliki kecocokan alami diantara Politik

atau internasional).(Scott, 2008: 6-7)

Page 55: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Kategori kedua adalah mengenai orang atau individu yang muncul dalam

halaman muka majalah Tempo. Terlepas dari isu-isu yang melibatkan

individu tersebut, kategori ini nantinya bermaksud untuk menggali lebih

dalam sehingga memahami prioritas majalah Tempo dalam mengangkat

seorang individu pada periode I dan periode II. Prioritas inilah yang

nantinya akan memberi gambaran mengenai fenomena-fenomena yang

berasal dari exterrnal maupun internal dalam pemberitaan majalah Tempo.

3. Kategori ketiga adalah mengenai pengemasan halaman muka majalah

Tempo. Dalam perkembangannya, sebuah halaman muka dapat

menggunakan fotografi maupun ilustrasi dalam hal pengemasannya.

a. Fotografi menurut Fred S Parrish adalah sesuatu yang dapat

memberikan penglihatan kepada seseorang yang tidak dapat

menyaksikan kejadiannya secara langsung. Fotografi sendiri

merupakan sebuah gambaran realitas dari kejadian yang sudah terjadi.

(Fred S. Parrish, 2002: 2)

b. Ilustrasi dalam penelitian ini adalah karikatur dan kartun pada halaman

muka majalah Tempo adalah karya grafis berupa gambar-gambar yang

disertai tulisan di media cetak dengan unsur-unsur pesan bersifat

paduan antara humoris, satiris, dan seringkali distorsif. Dengan

demikian, bentuk ilustrasi tersebut dapat dipretensikan sebagai bentuk

penyampaian aspirasi atau tuntutan-tuntutan. Karikatur dapat dibuat

Page 56: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dan dipublikasikan untuk mengkritik, menyerang, atau mungkin

memprovokasi pihak lain. (Pawito, 2009: 111)

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif-kuantitatif.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Krippendroff (1993:15) penelitian deskriptif-

nkuantitatif biasanya bertujuan terutama untuk memberikan gambaran mengenai

suatu gejala sosial dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi

tidak melakukan pengujian hipotesa. Bertolak dari pandangan demikian maka

penelitian ini bermaksud untuk menyajikan gambaran tentang halaman muka

majalah Tempo selama edisi sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya

dengan bertumpu pada data kuantitatif.

Penelitian ini, sesuai dengan maksud penelitian, dilakukan dengan

menggunakan metode analisis isi. Analisis isi sebagai suatu metode ilmiah yang

lazim digunakan dalam studi komunikasi merupakan sebuah metode penelitian

yang mengamati kode-kode dari sebuah pesan untuk mendapatkan keterangan dari

isi pesan. Keterangan-keterangan ini nantinya akan digunakan untuk memahami

keseluruhan dari isi pesan yang terkandung didalamnya.

Fred N. Kerlinger berpendapat bahwa analisis isi adalah suatu metode

untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi. “Tidak seperti mengamati secara

langsung perilaku orang atau meminta orang untuk menjawab skala-skala, atau

mewawancarai orang, sang peneliti mengambil komunikasi-komunikasi yang

Page 57: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

telah dihasilkan oleh orang dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang

komunikasi-komunikasi itu.” (Don Michael Flourney(Ed.),1989:12)

Menurut Guido H. Stempel III, seorang redaktur kawakan dari Journalism

Qyterly, mempunyai pendapatnya sendiri mengenai analisis isi

“Content analysis is a formal system for doing something that we all do informally rather fraquently, drawing conclusions from observations of content.”(Analisis isi adalah sistem formal untuk melakukan sesuatu yang dilakukan oleh kita semua secara informal tetapi tidak sering-sering, menarik kesimpulan-kesimpulan dari pengamatan-pengamatan isi).(Guido H.Stempel III,1981:119)

Sementara Bernald Berelson menyatakan bahwa analisis isi telah sering

dipakai untuk mengkaji pesan-pesan media. Oleh karena metode ini adalah suatu

cara untuk menuji isi secara kuantitatif, keyakinan-keyakinan dan kepentinga-

kepentingan para editor dan penerbit-penerbit, kecenderungan para pembaca

(berdasarkan asumsi bahwa bahan-bahan yang diterbitkan secara berhasil bagi

sesuatu golongan tertentu , mencerminkan secara akurat kecenderungan golongan

yang bersangkutan), dan pola-pola kebudayaan dari bangsa-bangsa seutuhnya,

bahkan, telah dipelajari dengan menggunakan teknik penelitian ini. (Don Michael

Flourney(Ed.),1989:12-13)

Kerlinger menyatakan bahwa analisis isi ini sering dipakai untuk

menetapkan tekanan relatif atau frekuensi dari berbagai gejala komunikasi

propaganda, kecenderungan-kecenderungan, gaya-gaya, perubahan-perubahan

dalam isi, dan keterbacaan. (Don Michael Flourney(Ed.),1989:13)

Masih menurut Bernald Berelson, terdapat beberapa asumsi yang menjadi

dasar dari analisis isi:

Page 58: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

- Bahwa kesimpulan-kesimpulan tentang hubungan antara maksud dan isi serta antara isi dan efek dapat ditarik secara sah dan hubungan sebenarnya diterapkan

- Bahwa pengkajian isi nyata adalah sangat berarti. Kategori-kategori dapat dibuatkan pada isi yang sesuai dengan arti yang dimaksud oleh komunikator dan dimengerti oleh para pembaca.

- Bahwa uraian isi komunikasi secara kuantitatif adalah sangat berarti. Asumsinya mengandung arti bahwa frekuensi kejadian dari berbagai sifat isi itu sendiri merupakan faktor penting dalam proses komunikasi, dalam keadaan-kedaan tertentu. (Don Michael Flourney(Ed.),1989:13)

Berelson ingin menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal penting yang

harus diperhatikan ketika menggunakan analisis isi sebagai metode penelitian.

Pembuatan kategori yang dapat dicerna dan dimengerti baik oleh komunikator dan

komunikan adalah hal yang paling penting. Adapun hal penting selanjutnya

adalah mengenai pengambilan kesimpulan yang didapat setelah menguraikan isi

dari media yang berupa skala frekuensi.

Selanjutnya, Dennis McQuaill, mengungkapkan kritiknya bahwa

pendekatan analisis isi yang didefinisikan Berelson adalah pendekatan tradisional

yang dipraktikkan pada awal abad ke-20 lalu. Pendekatan analisis isi bercirikan

sebagai berikut.

1. Memiliki populasi dan sampling. 2. Membangun kerangka teori yang relevan dengan tujuan

penelitian. 3. Memilki unit analisis. 4. Mencari kesesuaian antara isi dengan kerangka kategori dengan

menghitung unit yang diteliti dan membuat presentase frekuensi.

5. Mengungkapkan hasil temuan berdasarkan frekuensi. (Antoni, 2004: 96)

Page 59: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Dari ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam analisis isi, validitas

metode dan hasil-hasilnya sangat tergantung dari kategori-kategorinya. Oleh

sebab itu, penelitian secara luas dilakukan untuk menetapkan kategori-kategori

yang layak bagi analisis isi berita dan tajuk rencana yang memungkinkan

pengkodingan scara akurat di satu pihak dan kemungkinan perbandingan hasil-

hasilnya dilain pihak.

Stempel dalam bukunya mengenai metode-metode penelitian dalam

komunikasi massa mencatat beberapa hal penting tentang pengkategorian dalam

analisis isi:

There are real advantages to using category system that has been used in other studies. First you will know that it is a workable system, you will get some notion of the kinds of results that are likely. Validity and reliability will be lesser concerns. Yet, granting all this, you still may find that you need to create your own set of categories. The decision to create your own categories instead of using an existing set should be based primarily on the conclusion that no existing system will enable you to meet the objectives of your study. (Sungguh banyak manfaatnya menggunakan sistem penggolongan yang pernah dipakai dalam studi-studi lainnya. Pertama, anda akan tahu bahwa sistem penggolongan demikian sudah terbukti dapat dipakai. Dengan mengamati hasil-hasil studi lainnya yang pernah memakai sistem yang bersangkutan, anda akan memperoleh beberapa pengertian tentang berbagai hasil yang mungkin diperoleh. Masalah validitas dan reliabilitas dengan sendirinya akan berkurang). (Guido H.Stempel III,1981:122-123)

Dari catatan Stempel, dapatlah kiranya kita simpulkan bahwa banyak

manfaat menggunakan sistem penggolongan yang pernah dipakai dalam studi-

studi lainnya. Namun demikian, beberapa perubahan dalam kategori-kategori

tersebut dianggap perlu untuk mencapai sasaran studi ini. Stempel menjelaskan

Page 60: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

bahwa setidaknya terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan ketika

membentuk kategori dalam analisis isi.

As you set out create a set of categories, you should keep three things in mind: Categories must be pertinent to the objectives of your study, Categories should be functional, The system of categories must be manageable. (Ketika kita membuat seperangkat kategori, kita perlu memperhatikan tiga hal: Kategori-kategori tersebut harus langsung berhubungan dengan sasaran, kategori-kategori tersebut hendaklah bersifat fungsional dan sistem kategori-kategori tersebut harus dapat dikendalikan). (Guido H.Stempel III,1981:123)

Prasyarat adanya kategori yang fungsional dan dapat dikendalikan menjadi

titik berat dari pernyataan Guido diatas. Untuk mendapatkan berbagai kategori

yang fungsional dan dapat dikendalikan penyederhanaan dari sistem kategori

penelitian terdahulu mutlak dibutuhkan. Diantara studi-studi yang dirasa baik

untuk penelitian ini adalah studi yang dilakukan Oleh Professor Scott. Perangkat

pembagiannya terdiri dari 18 kategori. 1) Seni dan Hiburan, 2) Anak-anak,

3)Korupsi dan skandal, 4) Krisis, 5) Ekonomi, 6) Pendidikan, 7) Energi, 8)

Kesehatan, 9) Sejarah, 10) Human Interest, 11) Internasional, 12) Politik, 13)

Agama, 14) Ilmu Pengetahuan, 15) Spesial Interest, 16) Sport, 17) Teknologi, 18)

Terorisme. (Scott, 2008: 6-7).

Dari hasil dokumentasi penulis dalam penelitian ini, kategori yang

digunakan oleh Scott harus mengalami penyederhanaan sehingga kategori-

kategori tersebut dapat menjadi kategori yang fungsional dan dapat dikendalikan.

Kategori tema Scott yang berjumlah 18 kemudian disederhanakan menjadi 11

kategori yaitu: Korupsi, Krisis, Ekonomi, Pendidikan, Human Interest,

Internasional, Politik, Spesial Interest, Olah Raga, Terorisme, dan Kesehatan.

Page 61: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian penulis analisis dengan menggunakan

teknik statistik deskriptif terutama modus mean dari hasil sajian distribusi

frekuensi berdasarkan kategori-kategori sebagaimana baru saja dikemukakan.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah halaman muka dari dua periode majalah

Tempo yang dimulai dari periode I No. 12 Tahun XXIII – 22Mei 1993 - No. 17

Tahun XXIV – 25 Juni 1994 dan periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga

Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010. Perbedaan kerakteristik pemerintahan yang

berkuasa pada dua periode tersebut setidaknya menjadi alasan pertama pemilihan

edisi-edisi tersebut. Periode pertama yang notabene masih dalam masa Orde Baru,

terbit dalam masa yang terdapat pengekangan kebebasan pers oleh pemerintah.

Hal ini bertolak belakang dengan periode edisi kedua dimana terjadi euforia

kebebasan pers yang disebabkan oleh adanya reformasi.

Selanjutnya, adapun alasan pengambilan periode II yang terdiri dari 48

edisi ini berangkat dari pemikiran bahwa edisi ini terbit setelah masa pesta

demokrasi (pemilihan umum) sehingga dapat dianggap merupakan representasi

dari kondisi normal masyarakat. Lebih lanjut, kontroversi yang masih hangat

mengenai halaman muka Tempo edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010 yang berjudul

Rekening gendut perwira Polisi menjadi sebuah alasan yang patut utuk dijadikan

bahan pertimbangan pengambilan objek penelitian. Selanjutnya, pemilihan dalam

penggunaan ilustrasi, yang notabene kental dengan unsur subjektifitas dari

ilustratornya, dari pada fotografi dalam penyusunan desain halaman muka majalah

Page 62: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tempo juga setidaknya menjadi penguat alasan mengapa topik ini menarik untuk

diteliti. Selanjutnya, dokumentasi dari halaman muka majalah Tempo ini tidak

dapat dipisahkan dengan adanya observasi terhadap tajuk utama dari edisi yang

bersangkutan untuk dapat mengidentifikasi halaman muka tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

Scott dalam jurnalnya tentang cover majalah Time dari tahun 1998-2008.

Melakukan penelitiannya dengan tiga tahap: designing a code sheet,

collecting/analyzing covers, and interpreting the information. Berangkat dari tiga

tahapan tersebut, penelitian tentang halaman muka majalah Tempo akan

dilakukan dengan beberapa penyesuaian.

a. Dokumentasi: usaha mengumpulkan data Halaman Muka yang selalu

berhubungan dengan liputan utamanya di Majalah Tempo pada dua

periode yaitu periode I No. 12 Tahun XXIII – 22Mei 1993 - No. 17 Tahun

XXIV – 25 Juni 1994 dan periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga

Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010.

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dari:

1. Dokumen halaman muka setiap edisi majalah Tempo dari edisi No. 12

Tahun XXIII – 22Mei 1993 - No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994 dan

Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli

2010.yang notabene selalu berubah tiap minggunya. Halaman muka

ini nantinya akan menunjukkan bagaimana majalah Tempo memilih

dan menyajikan persoalan-persoalan penting.

Page 63: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2. Dokumen liputan utama dari tiap edisi, mulai dari No. 12 Tahun

XXIII – 22Mei 1993 - No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994 dan Edisi

3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010..

Dalam bagian liputan utama inilah penjelasan mengenai halaman

muka didapatkan.

Bagian dokumentasi ini dilakukan dengan jalan membuat daftar

kode yang terorganisir menjadi empat kolom: nomor edisi, topik halaman

muka, ilustrasi yang digunakan, dan keterangan (didapat dari data

keterangan mengenai topik yang diangkat dari liputan utama.

b. Kategori

Metode yang digunakan adalah observasi sistemik, yaitu dengan

adanya pemilahan jenis-jenis persoalan yang diangkat majalah Tempo

sebagai Halaman Muka. Pemilahan ini dilakukan dengan melakukan

pengkategorian yang telah ditentukan.

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya

dapat diduga. Pada penelitian ini, populasinya adalah halaman muka majalah

Tempo dalam dua periode. Periode I No. 12 Tahun XXIII – 22Mei 1993 - No. 17

Tahun XXIV – 25 Juni 1994 edisi-edisi ini dianggap sebagai representasi dari

sebuah produk komunikasi massa yang mengalami pengekangan pada kebebasan

Page 64: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

persnya. Periode ini berakhir dengan pembreidelan majalah Tempo pada bulan

Juni 1994. periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4

Juli 2010, edisi-edisi ini dianggap sebagai edisi terbaru dari majalah Tempo yang

terbit setelah pesta demokrasi (pemilihan umum) sehingga merepresentasikan

kondisi normal dari masyarakat. Kondisi normal dari masyarakat inilah yang

secara tidak langsung akan mempengaruhi pemberitaan majalah Tempo. Periode

kedua ini diakhiri dengan kontroversi pada edisi 3918/28 Juni- 4 Juli 2010 yang

berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi dimana menyebabkan Tempo edisi ini

ditarik dari peredaran. Hal-hal inilah setidaknya yang menjadi alasan pengambilan

populasi dalam penelitian ini.

Adapun mengenai jumlah sampel yang diambil Arikunto berpendapat

bahwa kebanyakan peneliti beranggapan semakin banyak sampel, atau semakin

besar prosentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik.

Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian (Arikunto, 1987: 108)

Selanjutnya, Kripendorff mengutip pendapat Stempel (1952) mengenai

jumlah sampel dalam bukunya Content Analysis.

Stempel (1952) compared samples of 6, 12, 18, 24, and 48 issues of a newspaper with the issues of an entire year and found, using the average proportion of subject matter as a measure, that increaseing the sample size beyond 12 did not produce significantly more accurate results. (Stempel membandingkan sampel berjumlah 6, 12, 18, 24 dan 48 isu dalam surat kabar dengan isu-isu dalam satu tahun dan menemukan, menggunakan proporsi rata-rata sebagai ukuran dimana menambah ukuran sampel diatas 12 tidak menambah hasil yang lebih akurat). (Krippendorff, 1989: 69)

Page 65: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berangkat dari pernyataan di atas maka peneliti memutuskan mengambil

sampel sebesar 50% dari jumlah populasi, sehingga kalau dirinci akan menjadi

seperti berikut:

a. Populasi majalah Tempo periode I adalah 48 edisi. Besar

sampelnya adalah 50% dari 48 edisi sehingga didapat hasil

sebanyak 24 edisi.

b. Populasi majalah Tempo periode II adalah 48 edisi. Besar

sampelnya adalah 50% dari 48 edisi sehingga didapat hasil

sebanyak 24 edisi.

Dalam pengambilan anggota sampel pada penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik random sampling yakni secara acak mengambil sampel dari

populasi yang ada. To determine which unit is then to be included in the sample,

the plan may call for the use of dice, a roulette wheel, a random number table, or

of any other device that assigns equal probabilities to each unit. Untuk

menentukan unit kedalam sebuah sampel, dapat menggunakan dadu, roda roulet,

angka random ataupun alat-alat lain yang menyediakan kemungkinan yang sama

pada tiap unit. (Krippendorff, 1989: 66)

5. Kerangka Berpikir

Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Elisabeth

Schillinger dan Catherine Porter yang berjudul Glasnot and The Transformation

of Moscow News juga membandingkan penerbitan surat kabar tersebut pada dua

Page 66: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

masa yang memiliki karakteristik pemerintahan yang sangat berbeda, yaitu tahun

1982 dan tahun 1989 di Uni Soviet. Masa diantara kedua tahun tersebut terjadi

perubahan bernama Glasnot yang menyebabkan semacam krisis sama halnya

dengan yang terjadi di Indonesia ketika reformasi dikibarkan. Masa sebelum

Glasnot merupakan sebuah masa yang totalitarian (dikuasai oleh kelompok atau

partai politik tertentu) dan masa setelahnya merupakan sebuah masa Democratia

yang kental akan sifat demokratis. (Schillinger dan Porter, 1999: 125-149).

Fenomena yang ditelili pada jurnal Schillinger dan Porter adalah sebuah

penelitian tentang fenomena komunikasi yang terjadi pada dua masa

pemerintahan yang memiliki karakteristik sistem politik berbeda. Secara lebih

sederhana dapat dibuat sebuah matrik desain penelitian seperti dibawah ini.

Matrik Penelitian

A A

Keterangan:

A : Media

X : Isi Pesan

W1: Periode 1

W2: eriode II

Gambar 3: Matrik Penelitian (Schillinger dan Porter, 1999: 125-149)

W1 W2

X X

Perbedaan Isi Pesan

Page 67: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Fenomena semacam ini mempunyai kemiripan dengan apa yang terjadi di

Indonesia, dan bahkan mungkin Indonesia terinspirasi oleh karenanya.

Perbedaannya mungkin hanya terdapat pada sifat otoritarian (dikuasai oleh

individu tertentu) yang kental pada masa sebelum reformasi menggantikan

totalitarian yang terjadi di Uni Soviet pada masa itu. Berangkat dari penelitian

yang dilakukan oleh jurnal Schillinger dan Porter tersebut, penelitian mengenai

halaman muka majalah Tempo ini memilih dua periode yang memiliki

karakteristik sistem politik yang berbeda pula. Masa periode I merupakan periode

yang dikuasai pemerintahan orde baru sedangkan pada masa periode II,

merupakan masa dimana pemerintahan telah mengalami sebuah proses perubahan

menyeluruh disegala bidang atau yang sering disebut sebagai reformasi.

6. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai objek

penelitian. Unit analisis merupakan bagian terpenting dalam analisis isi. Unit

analisis dari penelitian ini adalah frekuensi, yang dimaksud frekuensi disini adalah

intensitas sebuah persoalan menjadi sorotan utama majalah Tempo. Pemilahan ini

dilakukan untuk mengetahui bagaimana majalah Tempo memilih dan menyajikan

persoalan-persoalan penting.

Page 68: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

7. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

analisis isi. Kemudian data yang telah dikoding, diproses untuk mendapatkan

frekuensi, prosentasi dan tabulasi. Kemudian dilakukan interpretasi atas data

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F x 100% N Dimana:

P = angka prosentase

F = frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of cases (jumlah frekuensi atau banyak sumber informasi)

8. Reliabilitas dan Validitas

Untuk mengetahui dan menjamin keakuratan serta validitas dari data yang

telah dikoding dan diinterpretasikan, digunakan rumus reliabilitas. Uji reliabilitas

penelitian ini menggunakan rumus Holsti (Holsti, 1963 : 49-50):

R = 2 (C1,2) . C1+C2 Dimana:

R = koefisien reliabilitas

C1,2 = jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua orang pengkoding

C1 + C2 = jumlah pernyataan yang diberikan kode oleh pengkoding

Page 69: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Selanjutnya, untuk membuktikan valid tidaknya perhitungan penelitian

terhadap populasi penelitian, peneliti menggunakan sampel penelitian yang

dikerjakan orang lain (pengkoding I: Lukman Nusa dan pengkoding II: Rian

Erpatriatmoko) dimana keduanya adalah sama-sama mahasiswa komunikasi

angkatan 2006 yang juga mengetahui tentang pengkodingan.

Dari hasil pengkodingan I kemudian dilakukan uji reliabilitas terhadap

pengkodingan sampel yang dilakukan pengkoding II. Uji reliabilitas dalam

statistik digunakan untuk mengetahui kesalahan dalam pengukuran. Tujuan

digunakannya pengkoding I dan pengkoding II adalah untuk memperoleh

kesepakatan atau tujuan bersama sehingga diharapkan input reliabilitasnya tinggi.

Tentang patokan tingkat persetujuan bersama dikatakan Lasswell sebagai pemberi

angka yang menunjukkan kesamaan sebanyak 70% sampai 80% antara atau di

antara pelaksana koding atau analisis adalah dapat diterima sebagai kendala yang

dapat memadai (Fluorney, 1989: 33).

Karena rumus reliability tidak memperhitungkan tingkat persetujuan antar

pengkoding (interkoder) akibat peluangnya yang terjadi, maka selanjutnya

digunakan rumus Scott:

Pi= Persetujuan yang nyata –Persetujuan yang diharapkan 1- Persetujuan yang diharapkan

Dimana:

Pi adalah Probability of Index (persetujuan intercoder)

% persetujuan yang nyata = nilai R

% persetujuan yang diharapkan = jumlah kuadrat tiap prosentase kategori

Page 70: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

Majalah merupakan jenis media massa yang paling unik diantara media

lainnya. Rhenald Kasali (1992:112-113) berpendapat bahwa media cetak memiliki

kekuatan dibanding dengan media lainnya, yakni kemampuannya menjangkau

segmentasi pasar tertentu yang terspesialisasi sehingga majalah memiliki

komunitas sendiri. Majalah juga memilki sifat long life span, dimana usia edar

majalah lebih panjang dari seluruh media yang ada dan pada umunya majalah juga

dapat disimpan hingga bertahun-tahun sebagai referensi

Selanjutnya Kurniawan Junaedhi (1996: xiii) memberikan tiga batasan

definisi majalah. Batasan pertama adalah media cetak yang terbit secara berkala,

tetapi bukan yang terbit setiap hari, kedua media cetak itu bersampul, setidaknya

punya wajah, dan dirancang secara khusus, dan yang terakhir media cetak itu

dijilid atau setidaknya memiliki sejumlah halaman tertentu.

Majalah seperti media cetak lainnya, pada dasarnya merupakan alat

komunikasi massa yang tugasnya menyampaikan pesan dari sumber, dalam hal ini

redaksi kepada pembacanya dengan menggunakan lambang-lambang yang

dicetak. Lambang-lambang ini dapat berwujud huruf-huruf cetak maupun gambar.

Tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana mengemas lambang-

lambang ini menjadi menarik bagi khalayak. Dalam bab ini akan dijelaskan hal-

hal terkait majalah Tempo.

Page 71: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

A. Sejarah Majalah Tempo

Tempo dilahirkan dari sebuah gagasan yang muncul dari para wartawan

muda, pasca kejatuhan Presiden Soekarno, yaitu Goenawan Mohamad, wartawan

sekaligus penyair. Lalu, Fikri Jufri, seorang mahasiswa, yang bekerja di harian

Pedoman. (www.kopigrafika.com)

Ia mencetuskan ide untuk membuat majalah mingguan berita model Time

dan Newsweek (yang beredar di Amerika). Setelah melalui serentetan

perundingan yang melelahkan, disepakati menerbikan majalah jenis baru itu,

berupa majalah mingguan bergambar bernama Ekspres. Goenawan ditunjuk

sebagai pemimpin Redaksi, dan Fikri Jufri sebagai wakilnya (Junaedhie, 1996 :

135-136).

Gagasan yang awalnya hanya sebuah impian itu mulai terealisasi setelah

Goenawan dan kawan-kawan, menerbitkan majalah Ekspres yang dibiayai B.M

Diah, pemilik harian Merdeka yang pernah jadi duta besar Indonesia.

(www.kopigrafika.com)

Pada bulan April 1969, nomor perdana majalah itu beredar. Tebalnya 34

halaman dicetak 20 ribu eksemplar. Kecuali gambar sampul, isi halaman

dalamnya dicetak hitam putih. Ekspres menggunakan Surat Ijin Terbit (SIT) No.

0933/SK/Dir PP/SIT/1970 dan Surat Ijin Cetak (SIC) No. Kep. 040/PC/IV/1970.

Rubrik-rubrik yang ditampilkan adalah Laporan Utama, Agama, Ekonomi, Film,

Hiburan, Hukum dan Kriminalitas, Ilustrasi, Internasional, Kota dan Desa, Olah

Raga, Pendidikan, Pers, Pokok dan Tokoh, Seni dan Ilmu, dan lain-lain. Dengan

demikian, seperti gambaram Goenawan sebelumnya, pola redaksional maupun

Page 72: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

tata muka majalah ini memang menghampiri pola Time atau Newsweek

(Junaedhie, 1996: 136).

Baru enam bulan berjalan, pada bulan Oktober, Goenawan dan Fikri Jufri

diberhentikan oleh pemilik modal dari Ekspres. Alasannya karena ada konflik

internal dan perbedaan pendapat mengenai kepengurusan Persatuan Wartawan

Indonesia (PWI). Beberapa wartawan lain yang solider juga ikut keluar. Berita

eksodusnya Goenawan dan kawan-kawan dari Ekspres menjadi berita yang ramai.

Kabar itu sampai juga ke telinga Ir. Ciputra, Ketua Yayasan Jaya Raya, penerbit

Majalah Djaja yang kemudian mengundang Goenawan ke kantornya. Disitu

Ciputra membeberkan rancananya men-swasta-kan Djaja sekaligus menjaga

kemungkinan untuk menggabungnya dengan majalah baru yang direncanakannya

berdasarkan konsep Goenawan (Junaedhie, 1996: 137)

Pertemuan Ciputra dengan Goenawan Mohamad tidak terlepas dari peran

serta Harjoko Trisnadi dari majalah Djaja yang bertindak sebagai penghubung

diantara keduanya. Disamping Harjoko terdapat nama Bur Rasuanto yang

sebelumnya bekerja di harian Indonesia Raya, ikut terlibat dalam usaha penerbitan

majalah baru tersebut. Untuk masalah perijinan penerbitan majalah baru, Bur

harus menmendapatkan ijin dari pemerintah dan PWI. Bertolak belakang dari

perijinan dari pemerintah yang dengan mudah didapatkan perijinannya, Bur

mengalami kesulitan mengantongi perijinan dari PWI Jakarta yang pada saat itu

diketuai oleh Marzuki Arifin. (www.kopigrafika.com)

Mendengar nama Goenawan, Arifin langsung menolak. Tapi Bur tak

kehilangan akal. Ada pernyataan tertulis bahwa surat rekomendasi ternyata sah

Page 73: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

jika ditandatangani oleh salah satu jajaran ketua PWI. Kepada seorang temannya

yang berasal dari Medan, dan kebetulan menjadi salah satu wakil ketua PWI Jaya,

Bur dengan mudah memperoleh izin tersebut. Setelah semua beres, akhirnya

disepakati membentuk majalah baru yang diberi nama Tempo. Dengan demikian,

Tempo merupakan gabungan dari orang-orang majalah Djaja dengan mantan

personel Ekspres. (www.kopigrafika.com)

Majalah baru ini dimodali Yayasan Jaya Raya sebesar Rp 20 Juta. Orang

yayasan yang ditugaskan mengelola Tempo adalah Eric Samola, waktu itu pejabat

bagian humas PT Pembangunan Jaya. Goenawan Mohamad sebagai ketua dewan

redaksi, Bur Rasuanto sebagai wakil ketua, dan Usamah sebagai redaktur

pelaksana. Christianto Wibisono, Fikri Jufri, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi,

Lukman Setiawan, Syu'bah Asa, Zen Umar Purba, Putu Wijaya, dan Isma Sawitri

duduk sebagai anggota dewan redaksi. (www.kopigrafika.com)

Akhir Desember 1970, dengan rekomendasi Menlu Adam Malik, menpen

Budiardjo mengeluarkan SIT Tempo. Menyusul 12 Januari 1971, keluar SIC-nya.

Pada Januari 1971 nomer perkenalan Tempo terbit dengan 18 halaman dan

dibagikan gratis. Dalam perwajahan, Tempo meniru Time, sesuatu yang tidak

disebutkan pengelola Tempo bahwa mereka terpengaruh oleh majalah Amerika.

Bahkan kata Tempo dan Time berarti waktu, dan penggunaan kata waktu yang

dengan segala variasinya lazim digunakan oleh banyak penerbitan. Persamaan

Tempo dan Time, terutama ketika Tempo menggunakan “bingkai merah” yang

telah menjadi trademark Time, membuat Time menggugat Tempo pada tahun

1973 (Steele, 2007: 60).

Page 74: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Majalah Tempo Edisi 1 yang terbit setebal 52 halaman itu dijual Rp. 80

per eksemplar. Diluar dugaan, majalah yang dicetak 10 ribu eksemplar oleh PT

Dian Rakyat itu langsung ludes di pasaran. Dalam edisi 27 Maret 1977 Tempo

berhasil mengungkapkan utang Pertamina sebesar 10 Milyar Dollar US. Prestasi

ini mendapat pujian dari surat kabar The Asian Street Journal, edisi 25 Mei 1977.

Menurut koran itu Tempo memiliki penciuman berita yang tajam (Junaedhie,

1996 : 141).

B. Pembreidelan Tempo

Perjalanan Tempo di tubuhnya sendiri bukannya tanpa badai. Terhitung 12

April 1982, SIT Tempo dibekukan oleh Menteri Penerangan berdasarkan SK

Menpen No. 76/Kep/Menpen/1982. Hal itu dikarenakan Departemen Penerangan

menilai pemberitaan Tempo pada Edisi 27 Maret 1982 (perihal pengacauan di

Lapangan Banteng), 3 April 1982 (perihal insiden kampanye di Solo dan Jogja),

dan 10 April 1982 (perihal pemogokan di UI) secara sengaja atau tidak telah

melanggar konsensus bersama antara pemerintah dan pers nasional. Atas

dukungan dari berbagai pihak, semisal Persatuan Advokad Indonesia, Wakil

Presiden Adam Malik, dan Persatuan Wartawan Indonesia, pada tanggal 29 Mei

1982, menpen Ali Murtopo menyatakan SIT Tempo dicairkan. Pada tanggal 9

Juni 1982 Tempo beredar kembali di kalangan pembacanya (Junaedhie, 1996 :

143).

Permasalahan internalpun menjadi sebuah batu kerikil yang harus dilewati

Tempo. Kebijakan perusahaan, antara pendiri Tempo, Goenawan Mohamad dan

Page 75: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Bur Rasuanto memunculkan terjadinya ekspansi besar-besaran para wartawan

Tempo, di tahun 90-an. Bur mendirikan Majalah berita mingguan Editor, dan 40

wartawan ikut Bur. Kedua majalah tersebut bersaing sengit meraih hati

masyarakat dengan berita-beritanya yang seringkali menghebohkan dan membuat

merah telinga para pengambil kebijakan negeri.(www.kopigrafika.com)

Tak ayal, sampailah pada sebuah momentum yang tepat bagi pemerintah

orde baru untuk menutup keduanya, saat munculnya pemberitaan mengenai

pembelian Kapal eks Jerman Timur. Keduanya pun di breidel di tahun 1994.

Kondisi pembreidelan, ibarat titik balik yang ikut menyurutkan kejayaan

percetakan Temprint, saat sang induk dikubur pemerintah. Percetakan Temprint

dilanda kelesuan luar biasa. Benar-benar mengandalkan ongkos-ongkos cetak. Hal

yang sama dialami para wartawan Tempo. Tak semuanya mampu bertahan dalam

kondisi yang berat tersebut. Sebagian besar wartawan Tempo memilih

membentuk majalah baru. Setiawan, Mahtoem, Harjoko Trisnadi, Herry Komar,

Basri mendirikan majalah Gatra yang dibiayai oleh Bob Hasan, seorang

pengusaha besar dan salah seorang kepercayaan Soeharto.

(www.kopigrafika.com)

Bukan hanya itu, Gatra pun mendapatkan kucuran modal untuk memiliki

percetakan sendiri yang diberi nama PT Enka Parahyangan. Hal ini juga,

menarik minat bagi banyak karyawan percetakan PT Temprint, untuk ekspansi

besar-besaran pindah ke PT Enka Parahyangan, setelah pembreidelan majalah

Tempo. (www.kopigrafika.com)

Page 76: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Pada tanggal 7 September 1994 Goenawan Mohamad dan 43 wartawan

eks-Tempo mempertanyakan legalitas Menteri Penerangan Harmoko membreidel

SIUPP. Tempo menggugat Departemen Penerangan di Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta, karena keputusan Menteri mencabut izin terbit Tempo melanggar

Undang-Undang Pokok Pers. Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah

Indonesia, sebuah media yang dibreidel menggugat Departemen Penerangan

(Steele, 2007: 236).

Pada 3 Mei 1995, hal yang mengejutkan pemerhati media terjadi,

Pengadilan Negeri Jakarta memenangkan gugatan Goenawan Mohamad eks-

karyawan Tempo. Departemen Penerangan mengajukan banding ke Mahkamah

Agung (MA). Namun, pada 13 Juni 1996 MA mementahkan semua, dan Tempo

tetap dibredel. Kalangan pers Indonesia menyadari politik bermain dalam

mempengaruhi putusan hukum tersebut (Steele, 2007: 238).

C. Kembalinya Tempo

Penderitaan Tempo karena dibreidel, berakhir seiring kejatuhan Soeharto.

Setelah presiden BJ. Habibie membuka perizinan bagi pers lebih demokratis,

pasca reformasi digaungkan. Tapi, ternyata, untuk menerbitkan kembali majalah

Tempo, bukan perkara mudah. Tak semua setuju dengan rencana wartawan senior

Tempo, tersebut, dan tak semua berminat. Mengingat PT Grafiti Pers, penerbit

majalah Tempo, sejak 1996 sudah menerbitkan majalah D&R. Mingguan itu

digarap oleh gabungan awak Tempo lama dan wartawan muda. Lalu, banyak para

wartawan-wartawan hebat Tempo yang telah bekerja di tempat lain. kebanyakan

Page 77: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dari mereka berada di Gatra, Majalah Forum, dan Tabloid Kontan. Di tempat

baru, mereka menduduki posisi-posisi strategis. (www.kopigrafika.com)

Mengetahui kemungkinan Tempo yang bisa terbit kembali, pada detik-

detik terakhir pengurusan penerbitannya, Goenawan Mohamad bertemu dengan

Yunus Yosfiah, Menteri penerangan pada saat itu, dan secara resmi menyatakan

bahwa Tempo bisa terbit kembali. Maka, rapat demi rapat pun digelar. Satu rapat

yang banyak dikenang adalah pertemuan alumni di Utan Kayu 68 H, Jakarta

Timur. Dari sanalah dicari kesepakatan apakah akan menerbitkan kembali Tempo

atau tidak. (Tempo, no 3735/20-26 Oktober 2008, hal 6-7)

Zulkifli Lubis, mantan Direktur Keuangan SDM-Umum dan sekarang

menjabat sebagai Komisaris Tempo, menerangkan bahwa walaupun akhirnya

disepakati bahwa Tempo akan terbit kembali, terdapat dua kubu yang sama kuat

dalam pertemuan Utan Kayu pada saat itu. Kelompok pertama ingin majalah

Tempo kembali. Alasan mereka, ada cita-cita yang harus diteruskan. Banyak

kelompok masyarakat yang protes, marah, dan berdemo ketika majalah ini

dibreidel. Yang tidak setuju juga mempunyai alasan yang bagus. Mereka takut

nama majalah ini tidak akan sebagus sebelum dibreidel – bila terbit lagi. Nama

Tempo sudah harus, sudah menjadi legenda, tak perlu dihidupkan lagi. (Tempo,

no 3735/20-26 Oktober 2008, hal 7)

Keputusan pertemuan Utan Kayu dengan radikal mengubah ritme hidup

sebuah ruko pucat berlantai empat, dengan cat sudah mengelupas, di Jalan

Proklamasi 72, Jakarta Pusat. Bangunan itu akan menjadi kantor majalah Tempo

baru. Ruang-ruang masih separuh kosong, tapi seluruh gedung seperti dipenuhi

Page 78: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

aliran darah baru untuk merealisasikan penerbitan Tempo pada Selasa, 6 Oktober

1998. (Tempo, no 3735/20-26 Oktober 2008, hal 7)

Maka tibalah hari itu, 6 Oktober 1998. Tempo terbit kembali dengan

laporan utama “Pemerkosaan, Cerita dan Fakta”. Majalah ini tampil dengan

desain halaman muka yang simbolis, mata yang menitikkan air. Kerja keras

redaksi yang sudah dimulai sejak tanggal 4 September 1998 dengan

mengumpulkan bahan ternyata berbuah hasil yang memuaskan. Edisi perdana

yang dicetak 180 ribu eksemplar itu langsung ludes. (Tempo, no 3735/20-26

Oktober 2008, hal 16)

Sejak pertama kali terbit kembali satu dasawarsa silam, jurnalisme Tempo

adalah jurnalisme investigasi. Menyajikan kabar di balik warta, dengan mengintip

dan membongkar apa yang selama ini disembunyikan dari mata publik, sejak awal

sudah ditakdirkan menjadi nilai lebih media ini. Takdir semacam inilah yang

membuat penerbitan majalah ini penuh dengan kontroversi. Tapi itulah Tempo

dengan segala kehebohan yang muncul, suka atau tidak, telah menciptakan warna

tersendiri bagi perkembangan dan kedewasaan politik bagi perjalanan negara ini

D. Visi dan Misi

I. Visi

Visi dari Tempo adalah menjadi acuan dalam meningkatkan

kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta

membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan

pendapat.

Page 79: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

II. Misi

Visi tersebut diterjemahkan dalam beberapa misi sebagai berikut:

a. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia

yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang

berbeda-beda, Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari

tekanan kekuasaan modal dan politik.

b. Meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan

tampilan visual yang secara baik dan terus menerus.

c. Menciptakan karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode

etik.

d. Menjadikan tempat kerja mencerminkan Indonesia yang beragam

sesuai kemajuan jaman.

e. Menerapkan suatu proses kerja yang menghargai kemitraan dari

semua sektor.

f. Menjadi lahan subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya

khasanah artistik dan intelektual. (Litbang Tempo)

E. Karakteristik Majalah Tempo

a. Reguler

Majalah Tempo terbit setiap hari senin. Jumlah halaman majalah

ini berubah-ubah tiap waktu, rata-rata lebih dari 110 halaman pada periode

I dan mengalami peningkatan menjadi lebih dari 130 halaman pada

periode II. Secara Isi didalamnya terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu

Page 80: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

rubrik berita, rubrik non berita, dan iklan. Rubrik-rubrik Tempo bervariasi,

tercatat tetap setiap minggunya pada periode II adalah rubrik Prelude

(Album, Etalase, Inovasi, Kartun,), Indonesiana (artikel yang berisi

tentang kejadian-kejadian yang terjadi di tengah masyarakat), buku

(resensi buku terbaru, pengarang, dsb), ekonomi (kebijakan dan peristiwa

ekonomi yang terjadi di masyarakat). Hukum (kasus hukum, kriminalitas,

dan hal-hal yang menyangkut Undang-Undang), Kesehatan (berisi tentang

informasi seputar kesehatan yang menyangkut obat-obatan dan penyakit),

Ilmu dan Teknologi (artikel yang mengulas tentang inovasi dan

perkembangan di bidang IPTEK), Opini (Opini, Bahasa, Kolom),

Lingkungan (berita mengenai lingkungan hidup, alam, dsb), Musik (

artikel mengenai perkembangan musik dan teknologi serta

perkembangannya), Olahraga (mengupas kejuaraan, pelatihan, dsb)

Etalase (memaparkan inovasi baru dalam IPTEK dan kesehatan), Inovasi

(artikel yang berisi tentang penemuan baru disegala bidang) dan Tokoh

(Obituari, Wawancara, Pokok & Tokoh).

b. Edisi Khusus

Selain edisi reguler Tempo juga sering mengeluarkan edisi khusus.

Pengerjaan edisi khusus tempo ditangani oleh tim khusus yang sengaja

dibentuk untuk menyelesaikan edisi ini. Isinya hampir sama dengan

Tempo edisi reguler, yang membedakan adalah adanya liputan khusus

yang menghadirkan sisi lain dan mengupas lebih dalam tentang suatu isu.

Page 81: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Edisi khusus Tempo mayoritas diterbitkan untuk memperingati momen-

momen tertentu, atau mengangkat tokoh tertentu yang berjasa.

F. Struktur Organisasi

Objek dalam penelitian ini adalah dua periode majalah Tempo yang

dimulai dari periode I Edisi 14/23 5 Juni 1993 hingga 17/24 25 Juni 1994 dan

periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3922/26 Juli-1 Agustus

2010. Saat edisi itu terbit, susunan organisasi majalah tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Periode I (Edisi 14/23 5 Juni 1993- 17/24 25 Juni 1994)

Pemimpin Umum:Eric Samola.

Pemimpin Perusahaan: Harjoko Trisnadi.

Pemimpin Redaksi: Goenawan Mohamad.

Wakil Pemimpin Redaksi: Fikri Jufri

Redaktur Eksekutif: Herry Komar.

Redaktur Senior: Goenawan Mohamad, Kami Ilyas, Yusril Djalinus

Redaktur Pelaksana Kompartemen: A. Margana, Bambang Bujono, Isma

Sawitri, Putu Setia, Zakaria M. Passe.

Sidang Redaksi: Agus Basri, Aries Margono, Budiman S. Hartoyo, Budi

Kusumah, Bunga Surawijaya, Didi Primbadi, Diah Purnomowati, Ed Zoelverdi,

Farida Senjaya, Gatot Triyanto, Julizar Kasiri, Max Wangkar, Mohamad Cholid,

Putut Tri Husodo, Rudy Novrianto, R. Ahmed Kurnia Soeriawidjaja, Widi

Yarmanto, Yopie Hidayat.

Page 82: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Redaktur Pelaksana Liputan: Amran Nasution (Koordinator), Syahril Chili

(Wakil), Achijar Abbas Ibrahim (Asisten). Biro Jakarta: Toriq Hadad (Kepala),

Andy Reza Rohadian, Ardian T. Gesturi, Bambang Aji, Bambang H. Sujatmoko,

Bina Bektiati, Dwi Setyo Irawanto, G. Sugrahetty Dyan K, Indrawan, Iwan Qodar

Himawan, Ivan Haris Prikurnia, Leila S. Chudori, Linda Djalil, Liston P. Siregar,

Nunik Iswardhani, Prioyono B. Sumobogo, Siti nurbaiti, Sri Indrayati, Sri

Pudyastuti, Sru Wahyuni, Taufik T. Alwie, Wahyu Muryadi. Biro Medan:

Bersihar Lubis (Kepala), Affan Bey Hutasuhut, Fachrul Rasyid, Irwan E. Siregar,

Mulhlizardy Muktar, Sarluhut Napitipulu. Biro Bandung: Happy Sulistiyadi

(Kepala), Ahmad Taufik, Ida Farida. Biro Yogyakarta: Rustam Bambang

Harimurti (Kepala), bandelan Amarudin, Heddy Lugito, Kastoyo Ramelan, R.

Fadjri. Biro Surabaya: Moebanoe Moera Sumadjaja (Kepala), Jalil Hakim, Kelik

M. Nugorho, Zed Abidien. Palembang: Hasan Syukur. Washington: Bambang

Harymurti, P. Nasution. Tokyo: Seiichi Okawa. Bangkok: Yuli Ismartono. Kuala

Lumpur: Ekram Hussein Attamimi, Cairo: A. Dja’far Bushiri, Vancouver: Toeti

Kakiailatu.

Fotografi: Riset: Anizar M. Jasmine, Didik Budiarto, Mahanizar, Rudi P.

Singgih, Sri Widodo.

Fotografer: Donny Metri, Hidayat S. Gautama, Rini PWI, Robin Ong, Rully

Kesuma.

Sekretariat Redaksi: Rudy Novrianto (Kepala)

Redaktur Bahasa: Slamet Djabarudi, Sapto Nugroho,

Page 83: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Pengarah Rancang Grafis: Edi Rustiadi Murad. Desain Visual Konsultan: S.

Prinka, Desainer: Jesse Tanzil, Malela, Y. Joko Sulistyo, Visualizer: Mulyawan,

Sustantho.

Produksi Pracetak: Alex Korompis (Kepala Bagian), Lusi Rustam, Sukarmo

Dokumentasi dan Riset: Nico J. Tampi (Kepala Bagian). Staff: Ramli Amin, Sri

Mulungsih, Sutrisno.

Alamat : Gedung Tempo, Jl. H. R. Rasuna Said kav. C- 17, Kuninagan,

Jakarta12940, Tlp 021-5201022, Kotakpos: 4223/JKT 10001

b. Periode II (Edisi 3824/3-9 Agustus 2009- Edisi 3922/26 Juli-1 Agustus

2010)

Pemimpin Redaksi: Wahyu Muryadi.

Redaktur Eksekutif: Gendur Sudarsono.

Pj. Redaktur Eksekutif: Arif Zulkifli

Redaktur Senior: Bambang Harymurti, Diah Purnomowati, Edi Rustiadi M,

Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, S. Malela

Mahargasarie, Toriq Hadad.

Redaktur Utama: Bina Bektiati, Budi Styarso, Hermien Y. Kleden, Idrus

F.Shahab, L. R. Baskoro, Mardiyah Chamim, M. Taufiqurahman, Nugroho

Dewanto, Purwanto Setiadi, Seno Joko Suyono.

Redaktur: Ahmad Taufik, Anne L. Handayani, Bagja Hidayat, Irfan Budiman,

Kurniawan, Padjar Iswara, Purwani Diyah Prabandari, Setri Yasra, Wahyu

Dhyatmika, Yandhrie Arvian.

Page 84: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Staff Redaksi: Adek Media, Anton Aprianto, Budi Riza, Dwijo U. Maksum,

Muchamad Nafi, Nunuy Nurhayati, Ramidi, retno Sulistiyowati, Rini Kustiani, Rr

Ariyani, Sapto Pradityo, Sunudyantoro, Yandi M. Rofiyandi. Reporter: Cheta

Nilawaty, Erwin Dariyanto, Feri Firmansyah, Gunanto, Harun Mahbud, Nieke

Idrieta, Ninin P. Damayanti, Oktamandjaya, Rudy Prasetyo, Suryani Ika Sari,

Sutarto, Stefanus Teguh Edi Pramono, Yophiandi, Yuliawati.

Desain Visual: Gilang Rahadian (Kepala), Eko Punto Pambudi, Hendry Prakasa,

Kendra H. Paramita, Kiagus Auliansyah, Aji Yuliarto. Tata Letak: Agus

Darmawan Setiadi, Tri Watno Widodo. Fotografer: Bismo Agung (Koordinator),

Aryus P. Soekarno, Dimas Aryo.

Redaktur Bahasa:uu Suhardi (Kepala), Dewi Kartika Teguh W, Sapto Nugroho

Dokumentasi dan Riset: Priatna, Ade Subrata.

Alamat : Gedung Tempo, Jl. Proklamasi, No. 72 Jakarta 10320, Tlp 021-3916160

Faks. 021-3921947 (Redaksi), Email: [email protected]

G. Ideologi Tempo

Bukan hal baru jika tulisan di Tempo mengundang banyak kontroversi.

Tempo yang bergerak di ranah Jurnalistik memilki definisi tersendiri tentang

bagaimana mereka memposisikan dirinya terhadap suatu permasalahan. Berikut

adalah Definisi Tempo yang di kutip Omi Intan Naomi dari Pariwara Tempo

1988:

“Mengapa Tempo Menulis Ini dan Tak Menulis Itu? Tempo tidak mungkin menghidangkan setiap masalah tanpa memberi latar belakang. Tempo mencoba seobyektif mungkin. Tempo selalu mengambil jarak dengan masalah yang ditulis dan

Page 85: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

juga melihat kasus yang berkaitan dengan kejadian-kejadian lain. Tiap masalah harus dilihat dari berbagai segi. Untuk menyajikan sebuah berita, Tempo terlebih dahulu mengumpulkan informasi dari pelbagai pihak. Fakta-fakta itu dirapikan, kemudian dihidangkan kepada pembaca. Tempo jarang memberikan kesimpulan final, kami sadar, bahwa pembaca cukup arif dan kebenaran bukan merupakan monopoli penulis berita. Sebagai sebuah mingguan, tidak semua berita yang terbetik dapat anda baca di Tempo. Tempo harus menyaring, memilih yang penting. Kriteria seleksi yang utama adalah kehangatan berita, kemudian relevansinya dengan pembaca Tempo. Juga, apakah peristiwanya cukup besar. Tempo tidak mewakili suatu golongan, apalagi memperjuangkan golongan. Prinsip itulah yang merupakan beleid berita Tempo yang dengan sendirinya mewarnai penampilan rubrik-rubrik Tempo. Tempo Enak Dibaca dan Perlu” (Omi Intan Naomi, 1996: 122)

Dari paragraf tersebut mengisyaratkan bahwa Tempo tidak memihak satu

golongan. Sedangkan mengenai ideologi yang diusung Tempo, Redaktur Utama

Majalah Tempo Arif Zulkifli mengatakan:

”Kalau secara umum bisa saya jawab Tempo itu mengusung kebebasan, karena Tempo hidup dan bernafas di alam yang membutuhkan kebebasan, saya kira itu jelas sekali. Sehingga Tempo akan sangat kritis terhadap elemen-elemen yang berusaha memberangus kebebasan. Misalnya apa sih yang memberangus kebebasan, misal pelarangan Ahmadiyah, Tempo akan di depan untuk mengatakan tidak, Ahmadiyah adalah salah satu entitas dari bangsa ini yang butuh ruang juga, kita tidak bisa mengklain dia sesat sehingga harus diberangus, prinsip-prinsip Tempo selalu begitu. Pemberedelan kami juga tidak suka.”

Satu hal yang sudah didengar berkali-kali oleh reporter adalah sikap

Tempo terhadap amplop. Pendiri Tempo, Goenawan Mohamad, sering bergurau,

“Jika ingin kaya raya, jangan menjadi wartawan.” Meski itu hanya gurauan,

wartawan Tempo sudah tahu, mereka tak akan memiliki mobil Jaguar atau rumah

mewah (kecuali jika mereka ketiban warisan, menang lotre, atau kawin dengan

Page 86: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

orang kaya). Sejak awal pula, ketika para wartawan senior harus mengajar para

calon reporter yang masih muda, hijau, bergelora, dan matanya berbinar seperti

ingin menaklukkan duniaitu, kalimat pertama yang diucapkan para redaktur –

dengan galak – adalah “Tempo mengharamkan amplop!” (Tempo, no 3735/20-26

Oktober 2008, hal 22)

Dari kutipan diatas, dapat kita tarik kesimpulan dengan jelas bahwa

pekerjaan media yang identik dengan pengaruhnya terhadap masyarakat tidak

dapat dihindari lagi penuh dengan intervensi dari luar. Dengan mengharamkan

budaya Amplop ini, Tempo bermaksud untuk mencegah adanya “tainted news”

atau berita yang sudah ternoda. Untuk menunjukkan keseriusan perang terhadap

Amplop, sejak tahun 1980-an, Tempo sudah membuat sistem pengembalian

amplop dengan menyediakan formulir pengembalian amplop dan bingkisan.

Tak ketinggalan pula aspek cover both side, subjektivitas dan obyektivitas

yang dijunjung oleh Tempo. Wartawan Tempo memang dituntut cover both sides,

tapi dalam hal objektivitas Tempo menganut prinsip “ritual strategis objektivitas”.

Prinsip itu mengacu pada misi Tempo yakni “menegakkan keadilan”, sehingga

walaupun angle berita yang dipilih dan narasumber yang dipilih adalah

berdasarkan subjektivitas namun itu adalah ritual demi terciptanya keadilan yang

objektif.

Sejak terbit satu dasawarsa silam, jurnalisme Tempo adalah jurnalisme

investigasi. Menyajikan kabar di balik warta, dengan mengintip dan membongkar

apa yang selama ini disembunyikan dari mata publik, sejak awal sudah

ditahbiskan menjadi nilai lebih dari media ini. Pada tiap edisi, mantra di ruang

Page 87: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

redaksi adalah “lebih dalam, lebih baru, lebih penting”. Inilah cap dagang yang

diniatkan menjadi pembeda Tempo dengan media lain di Indonesia. (Tempo, no

3735/20-26 Oktober 2008, hal 48)

Berangkat dati kutipan diatas, bukan menjadi sesuatu yang kebetulan jika

kemudian laporan utama Tempo edisi pertama setelah pembreidelan mengangkat

isu pemerkosaan perempuan Tiong Hoa pada kerusuhan yang membakar Jakarta

pada Mei 1998. Sebuah topik yang sangat kontroversial pada masa itu karena

banyak orang bertanya-tanya tentang kebenaran terjadi pemerkosaan massal pada

hari-hari menjelang kejatuhan Soeharto itu.

Belum lagi ditambah dengan edisi kedua Tempo pasca pembreidelan.

Laporan utama pada edisi ini mengangkat topik skandal pembelian 39 kapal bekas

Jerman Timur. Pengangkatan isu ini sebagai liputan utama menjadi sesuatu yang

kontroversial bagi Tempo sendiri karena sebagai mana kita tahu, empat tahun

sebelumnya Tempo di breidel oleh pemerintah karena mengangkat topik tersebut.

Page 88: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Seperti yang sudah disinggung pada Bab I sebelumnya, penelitian ini

menggunakan teknik sampling yang digunakan oleh Guido H Stempel III. Seperti

yang dikutip oleh Kripendorf dalam bukunya “Content Analysis”, Stempel

melakukan sebuah penelitian tentang isu-isu dalam surat kabar dan

membandingkan sampel berjumlah 6, 12, 24, dan 48. Hasil perbandingan tersebut

menyatakan bahwa menggunakan sampel lebih dari 12 tidak akan menambah

keakuratannya. (Krippendorff, 1989: 69).

Selanjutnya, Arikunto juga berpendapat bahwa tidak selamanya semakin

banyak sampel akan mempengaruhi kualitas dari hasil penelitian. (Arikunto,

1987: 108). Berangkat dari dua pendapat tersebut, maka penelitian ini

menggunakan random sampling sebesar 50% dari keseluruhan populasi. Teknik

random sampling itu sendiri menurut Kripendorf adalah dengan menggunakan

dadu, roda roulet, angka random atapun alat-alat lain yang menyediakan

kemungkinan yang sama pada tiap unit analisis.

Khusus pada bab ini, penulis bermaksud menyajikan data dari hasil

dokumentasi ke dalam bentuk tabel untuk mengukur perbedaan kecenderungan

liputan pada majalah Tempo pada saat Orde baru dan pasca Reformasi, hasil

penelitian ini akan disajikan berdasarkan frekuensi dan volume masing-masing

kategori yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Sebelumnya, penulis terlebih

dahulu melakukan uji reliabilitas antar pengkoding terhadap berbagai aspek

Page 89: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kategori dalam penelitian ini. Berikut ini adalah tabel halaman muka Tempo

periode I No. 12 Tahun XXIII – 22Mei 1993 - No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni

1994 dan periode II Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4

Juli 2010 berdasarkan urutan kemunculan pada angka random untuk mengetahui

kategori dan bagaimana Tempo mengemas halaman mukanya.

Tabel 1. Tabel Kategori Halaman Muka dan Ilustrasi yang Digunakan Tempo Periode I (No. 9 Tahun XXIII – 1 Mei 1993 - No. 17 Tahun XXIV – 25

Juni 1994). Sample 50% (24 Edisi)

No. No edisi dan Judul

Tema Halaman

Muka

Ilustrasi yang Dipergunakan Keterangan

47 No. 16 Tahun XXIV – 18 Juni 1994

Hari-Hari Gol

Olah Raga Fotografi - Menggambarkan seorang pemain sepak bola yang berposisi sebagai penjaga gawang yang sedang jatuh dengan posisi kepala terlebih dahulu. Bola nampak melayang diatas pemain tersebut.

19 No. 39 Tahun XXIII – 27 November 1993

Mari Kembali ke Cina

Internasional

Ilustrasi - Diilustrasikan seekor naga yang membawa bendera bertuliskan “Mari Kembali ke Cina”

21 No. 42 Tahun XXIII – 18 Desember 1993

Berebut Nama Bung Karno

Human Interest

Fotografi - Halaman muka Tempo pada edisi ini menggunakan siluet foto dari Presiden RI yang pertama, Soekarno.

48 No. 17 Tahun XXIV – 25 Juni 1994

Special Interest

Ilustrasi - Mengilustrasikan mata seorang wanita dengan bibir yang digambarkan tertutup oleh frame film. Frame

Page 90: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Film Seks & Sensor Kita

film tersebut bergambar sebuah bibir yang menjadi bagian dari wajah wanita tersebut

18 No. 38 Tahun XXIII - 20 November 1993

Hari-hari Akhir SDSB

Pendidikan

Fotografi - Foto dari demonstran yang menuntut pembubaran SDSB. Para demonstran itu menggunakan kain bertuliskan “SDSB anak haram Kapitalisme”

27 No. 48 Tahun XXIII – 29 Januari 1994

Ria Terlibat Narkotika?

Human Interest

Fotografi - Menggunakan foto Ria Irawan yang sedang berpose. Ria terlihat sedang duduk dan tangan kiri memegang kepala.

30 No. 51 Tahun XXIII – 19 Februari 1994

Ini Dia Eddy Tansil

Korupsi-Korupsi ekonomi

Fotografi - Halaman muka Tempo kali ini berisi empat foto setengah badan Eddy Tansil. Keempat foto tersebut membagi rata satu halaman muka dari Tempo edisi kali ini.

9 No. 20 Tahun XXIII – 17 Juli 1993

Prajogo Dituding

Korupsi – Korupsi Politik

Fotografi - Mengilustrasikan gambar setengah badan dari Pradjogo Pangestu.

46 No. 15 Tahun XXIV – 11 Juni 1994

Habibie dan Kapal Itu

Korupsi – Korupsi Politik

Fotografi - Halaman muka Tempo kali ini didesain sedimikian rupa hingga terbagi menjadi dua. Sisi kiri adalah sebuah foto kapal perang yang tengah berlayar dilautan. Sisi sebelah kanan merupakan foto Habibie yang tengah berbicara.

7 No. 18 Tahun XXIII – 3 Juli 1993

Cekal Bagi Penunggak

Ekonomi Ilustrasi - Menggambarkan sebuah alat pres yang sedang menekan (mengepres) beberapa lembaran uang rupiah.

Page 91: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Kredit

13 No. 24 Tahun XXIII – 14 Agustus 1993

Perlawanan Islam Militan

Terorisme Fotografi - Menggambarkan foto dari dua pejuang Islam Militan yang sedang diborgol. Keduanya nampak sedang diarak oleh Polisi dan berteriak mengacungkan sebuah buku yang dicurigai sebagai Al-Quran.

45 No. 14 Tahun XXIV – 4 Juni 1994

Mencoba Menggoyang Habibie

Politik – Politikus

Fotografi - Foto setengah badan BJ Habibie yang sedang mengacungkan tangan kirinya keatas. Habibie digambarkan tengah berbicara dengan ekspresi semangat.

17 No. 37 Tahun XXIII – 13 November 1993

Lika-Liku Dagang Wanita

Spesial Interest

Ilustrasi - Mengilustrasikan gambar kotak kayu yang bergambar sosok seroang wanita. Kotak kayu tersebut bertuliskan “ekspor” dibagian kanan atasnya.

34 No.3 Tahun XXIV – 19 Maret 1994

Marsinah: Peradilan yang Sesat?

Politik – Pengadilan Tinggi

Ilustrasi - Mengilustrasikan sosok wanita yang bernama Marsinah. Foto Marsinah diambil setengah badan dengan gambar timbangan dibelakangnya. Gambar timbangan itu terlihat sobek dibagian tengahnya.

44 No. 13 Tahun XXIV – 28 Mei 1994

Para Penderita AIDS Bicara

Kesehatan Fotografi - Halaman muka edisi kali ini didesain sedemikian rupa hingga tulisan AIDS pada judul berisi foto-foto penderita AIDS. Penderita-penderita AIDS yang digambarkan pada tulisan itu terdiri dari anak kecil, seorang pria yang busung lapar hingga punggung seorang wanita yang

Page 92: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

setengah telanjang.

37 No. 6 Tahun XXIV – 9 April 1994

Heboh Kasus Surabaya

Korupsi – Korupsi Politik

Ilustrasi - Melukiskan sebuah palu yang kemungkinan palu di Meja Hijau. Palu tersebut digambarkan diselimuti oleh lembaran uang kertas.

43 No. 12 Tahun XXIV – 21 Mei 1994

Perang Melawan Bandit

Terorisme Ilustrasi - Mengilustrasikan sebuah tangan yang bergerak membentuk sebuah pistol. Jari telunjuk dilukiskan sebagai laras senapan yang mengeluarkan cairan bewarna merah.

25 No 46 Tahun XXIII – 15 Januari 1994

Hukuman Buat Demonstran

Politik - pemerintahan

Ilustrasi - Menggambarkan dua buah tangan yang mengepal mengacung keatas. Kedua tangan tersebut nampak saling terikat dan memakai jas (dua tangan tersebut dianalogikan sebagai kepala dan baju tersebut dianalogikan sebagai badan).

1 No. 12 tahun XXIII – 22 Mei 1993

Willem Oh, Willem

Human Interest

Fotografi - Menggunakan foto setengah badan dari William Soeryadjaya. Sosok tua William difoto ketika menengadah keatas dengan tangan kirinya memegang kaca mata.

15 No. 26 Tahun XXIII - 28 Agustus 1993

Politik Cina Sesudah Deng

Internasional

Ilustrasi - Mengilustrasikan kaisar cina Denk Xiaoping yang menggenakan baju kekaisarannya.

35 No.4 Tahun XXIV – 26 Maret 1994

Mar’ie Menggebrak

Korupsi – Korupsi Politik

Ilustrasi - Digambarkan Mar’ie Muhammad yang memegang logo BAPINDO. Tangan kiri memegang logo tersebut dan tangan kanan mengambil satu

Page 93: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

bagian dari logo tersebut.

31 No. 52 Tahun XXIII – 26 Februari 1994

Kisah Bobolnya BAPINDO

Korupsi – Korupsi Ekonomi

Fotografi - Halaman muka Tempo edisi kali ini berupa foto setengah badan dari Sudomo dan Eddy Tansil.

8 No. 19 tahun XXIII – 10 Juli 1993

Beranikah Saddam Membalas

Internasional

Fotografi - Mengilustrasikan wajah Saddam Hussein yang berada ditengah crosshair sebauh senapan. Crosshair itu nampak tepat membidik wajah Saddam.

28 No. 49 Tahun XXIII – 5 Februari 1994

Ria Menjawab (Wawancaraa Khusus dengan Ria Irawan)

Human Interest

Fotografi - Halaman muka kali ini menggunakan foto full face dari Ria Irawan.

Sumber: Dokumentasi

Tabel 2. Tabel Kategori Halaman Muka dan Ilustrasi yang Digunakan Tempo Periode II (Edisi 3824/3-9 Agustus 2009 hingga Edisi 3918/28 Juni- 4

Juli 2010). Sampel 50% (24 Edisi) No No edisi dan

Judul Tema

Halaman Muka

Ilustrasi yang Dipergunakan Keterangan

2 3825/10-16 Agustus 2009 Tamat?

Terorisme Ilustrasi - Gambar lusuh gembong teroris, Noordin M Top, nampak tersobek-sobek menjadi empat bagian.

37 3907/12-18 April 2010 Aksi Mafia Trunojoyo

Korupsi – korupsi politik

Ilustrasi - Menggambarkan sebuah tangan kanan yang memegang topi Polisi dan tangan kiri memegang tikus di

Page 94: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

bagian ekornya. Tangan kiri tersebut berusaha memasukkan atau mengeluarkan tikus beserta sebuah dokumen berisi foto-foto perwira polisi dan uang kedalam topi Polisi tersebut.

10 3833/5-11 Oktober 2009 Padang 30 September

Krisis Fotografi - Sebuah foto yang menggambarkan bangunan yang rusak oleh gempa dan sedang dikrumuni orang-orang yang menjadi relawan utnuk menyelamatkan korban bencana.

23 3846/4-10 Januari 2010 Heboh Yayasan ‘Satu Juta Dolar’

Politik - Presiden

Ilustrasi - Menggambarkan Menteri Djoko Suyanto yang sedang mempersilakan tamu untuk menyaksikan SBY yang sedang menyanyi diatas panggun layaknya seorang “anak band”. Didepan Djoko terdapat guci dan toples yang biasa digunakan untuk memasukkan sumbangan.

34 3904/22-28 Maret 2010 Angkatan Baru Penebar Teror

Terorisme Ilustrasi - Menggambarkan pasukan teroris yang dipersenjatai lengkap dengan menggunakan topeng dikepala mereka. Sebuah tangan nampak sedang menempelkan barcode pada jidat pasukan itu.

13 No.3836/26 oktober-1 November 2009 Ribetnya Menyusun Kabinet

Politik – presiden

Ilustrasi - Menggambarkan kesibukan SBY. Digambarkan SBY duduk di kursi yang mewah sedang sibuk menghitung sesuatu pada suatu alat berbentuk seperti kalkulator. Alat tersebut mengeluarkan gulungan kertas yang banyak hingga menyebabkan SBY terbelit kertas-kertas itu.

3 3826/17-23 Agustus 2009 9 Daerah Bintang

Ekonomi Ilustrasi - Melukiskan berbagai kegiatan masyarakat didaerah pedesaan

Edisi khusus Hari Kemerdekaan

Page 95: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

28 3851/8-14 Februari 2010 Apakah Antasari Membunuh

Korupsi – Korupsi Politik

Ilustrasi - Melukiskan Antasari Azhar yang sedang terduduk memasang wajah serius. Dihadapannya nampak seseorang mengacungkan palu dengan tali tiang gantungan terikat padanya.

1 3824/3-9 Agustus 2009 Ancang-Ancang Cicak vs Buaya

Politik – Pemerintahan

Ilustrasi - Menggambarkan pertarungan gladiator jaman Romawi kuno. Gladiator disebelah kiri yang berukuran lebih kecil memakai baju pelindung berbentuk Cicak dan beratribut KPK, sedangkan lawannya yang lebih besar memakai baju pelindung berbentuk Buaya dengan atribut POLRI. Keduanya tengah bertarung disaksikan oleh tikus-tikus berpakaian putih.s

33 3903/15-21 Maret 2010 Dulmatin Tewas: Matikah Terror

Terorisme Ilustrasi - Menggambarkan seseorang (kemungkinan polisi) yang sedang mengidentifikasikan kemiripan foto “hardfile” Dulmatin (dipegang ditangan kiri) dengan “softfile”-nya yang ditampilkan pada monitor komputer. Pada bagian kanan atas layar monitor komputer terdapat topi Polisi yang tergantung. Segelas minuman dengan gambar mata yang langsung melihat kearah pemegang foto Dulmatin diletakkan didepan layar monitor tersebut.

17 3840/23-29 November 2009 Kenapa Begitu Sulit

Politik - Presiden

Ilustrasi - Menggambarkan presiden SBY yang sedang berpikir (nampak dari kerutan wajah dan tangan kiri yang memegang dagu) dengan memegang palu di tangan kanannya bertuliskan “bebas”. SBY duduk di depan sebuah

Page 96: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

meja yang berisi dokumen dan foto Bibit-Chandra

27 3850/1-7 Februari 2010 Pansus Century: Siapa Jadi Korban

Korupsi – Korupsi Politik

Ilustrasi - Digambarkan Sri Mulyani dan Boediono yang sedang duduk dihadapan sebuah Mahkamah. Nampak keduanya duduk bersebelahan dan saling memandang dengan pandangan memelas. Dihadapan mereka sebuah mahkamah sedang seru memperdebatkan sesuatu.

24 3847/11-17 Januari 2010 Cara Asyik Menikmati Penjara

Korupsi – Korupsi Ekonomi

Ilustrasi - Menggambarkan Artalyta ‘Ayin’ Suryani yang berdandan layaknya “lady of justice”. Tangan kanannya memegang pedang yang patah sedang tangan kirinya memegang timbangan yang berisi palu disisi kanan dan onggokan uang disisi kirinya

25 3848/18-24 Januari 2010 Adu Kuat dengan Anggodo

Korupsi – Korupsi politik

Ilustrasi - Dilukiskan Anggodo Widjojo yang ditarik keatas dengan kasar oleh sebuah tangan dari kumpulan brigade tameng polisi. Kasarnya tarikan itu menyebabkan sepatu sebelah kanan yang ia genakan terlepas.

39 3909/26 April-2 Mei 2010 Kasus Cek Pelawat BI: Lupa-Lupa Ingat...

Korupsi – Korupsi Ekonomi

Ilustrasi - Menggambarkan Nunun Nurbaetie yang memasang ekspresi lupa ketia disodorkan foto-foto tokoh yang kemungkinan menjadi pelawat BI

40 3910/3-9 Mei 2010 Siap Tembak Jendral

Korupsi – korupsi Politik

Ilustrasi - Menggambarkan Susno Duadji yang sedang mendodongkan pistol. Anehnya laras pistol tersebut malah mengarah ke Susno sendiri.

12 3835/19-25 Oktober 2009 Kabinet:Harapan dan

Politik – Pemerintahan

Ilustrasi - Digambarkan siluet wajah menteri-menteri untuk kabinet 2009-2014

Edisi Khusus Menteri Pilihan

Page 97: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Kenyataan 36 3906/5-11

April 2010 Perang Bintang Siapa Menang

Korupsi – korupsi politik

Ilustrasi - Digambarkan Susno Duadji dan dua jendral berbintang yang saling menuding satu sama lain.

35 3905/29 Maret-4 April 2010 Markus Di Markas Polisi

Korupsi – Korupsi politik

Ilustrasi - Menggambarkan Susno Duadji yang sedang menarik baju seorang perwira tinggi polisi hingga nampak onggokan uang diperutnya. Digambarkan uang yang berada pada perut periwra tinggi polisi tersebut sangat banyak dan terdapat empat ekor tikus didalamnya.

9 3832/28 September-4 Oktober 2009 KPK Di Ujung Tanduk

Politik - Presiden

Ilustrasi - Menggambarkan SBY yang sedang mengacungkan mainan-mainannya. Ditangan kanan SBY mengacungkan Logic Cube yang bergambar KPK dan cicak. Di tangan kanannya, SBY mengacungkan mainan-mainan kecil berbentuk kepala orang yang terpasang dijari-jarinya. Belakangan kepala-kepala tersebut disinyalir sebagai anggota Tim Lima, komisi anti korupsi yang dibentuk sendiri oleh SBY.

43 3913/24-30 Mei 2010 Harta Karun Siapa Mau

Special Interest

Ilustrasi - Dilukiskan seorang petugas lelang yang sedang berdiri didepan meja lelang bosan menunggu. Tangan kanannya menopang dagu tuanya dan tangan kiri lemas memegang palu. Sebuah guci yang nampak tua terletak di meja disamping petugas lelang itu. Nampak juga sarng lebah yang menghias kedua objek tersebut.

46 3916/14-20 Juni 2010

Olah raga Ilustrasi - Menggambarkan seorang suporter bola dari

Non-

Page 98: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Goool... Afrika Selatan yang dengan antusiasnya berteriak.

29 3852/15-21 Februari 2010 Lanjutan Kasus Century: Melacak Aliran Duit Boedi Sampoerna

Korupsi – korupsi ekonomi

Ilustrasi - Menggambarkan Boedi Sampoerna yang berada dalam gulungan uang ratusan dolar. Gulungan tersebut diikat oleh tali merah dengan berandol kain berlogo Century Bank. Empat lembar uang ratusan dolar nampak beterbangan dibelakang Boedi.

41 3911/10-16 Mei 2010 Sri Mulyani Terbang Siapa Senang

Korupsi – korupsi politik

Ilustrasi - Menggambarkan Sri Mulyani yang sedang terbang menggunakan balon udara. Dibawahnya tergambar SBY dan Bakrie yang sdang bersalaman. SBY berada dalam sebuah benteng berkontur garuda yang memiliki bendera RI dan Century Bank berkibar didalamnya.

Sumber: Dokumentasi

Telah disinggung sebelumnya bahwa menjadi sesuatu yang tidak dapat

dipungkiri, sebuah halaman muka menjadi hal penting dalam suatu majalah.

Ketika berhadapan dengan konsumen, halaman muka menjadi first impression

yang menentukan apakah majalah ini cukup berharga untuk dibeli. Tempo sendiri,

sebagai sebuah majalah berita nasional sadar akan arti pentingnya halaman muka.

Kesadaran akan posisi halaman yang sangat crucial ini, ditunjukkan dari desain

halaman muka Tempo pada tiap edisinya. Desain halaman muka Tempo selalu

menarik, menggelitik, unik dan bahkan sering kali kontroversial.

Keunikan desain halaman muka dari majalah Tempo yang berupa ilustrasi

bisa jadi sudah dimulai ketika majalah tersebut pertama kali terbit pasca

Page 99: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

pembreidelan masa Orde Baru yaitu tahun 1994-1998. Tempo edisi 6 Oktober

1998 mengangkat sebuah desain halaman muka yang melukiskan sebuah mata

yang menitikkan air mata. Dengan judul “Pemerkosaan: Cerita dan Fakta”,

Tempo edisi ini membedah isu tentang pemerkosaan dalam kerusuhan besar-

besaran yang melanda Jakarta dan beberapa kota lain pada Mei 1998. Perempuan

etnis Tionghoa dikabarkan menjadi korban ditengah kerusuhan itu. Desain

halaman muka yang simbolis ini merupakan buah karya dari Malela

Mahargasarie, redaktur kreatif Tempo pada saat itu. Gebrakan fenomenal ini

diakui Malela berasal dari mimpinya. “Saya bermimpi jalanan Jakarta penuh

dengan mata, mata dan mata.” (Tempo, no 3735/20-26 Oktober 2008, hal 16).

Selanjutnya, seperti yang sudah disinggung pada bab I sebelumnya,

penelitian ini bertujuan untuk melihat secara lebih intensif tentang tampilan

halaman muka majalah tempo terutama dalam aspek tema dari pesan yang

menjadi sorotan majalah Tempo untuk diangkat dalam halaman muka sehingga

tidak tertutup kemungkinan dapat melihat perbedaan yang ada dikedua periode

tersebut (dilihat dari frekuensi kemunculan). Lebih lanjut, pada tiap halaman

muka majalah Tempo terkadang ditemukan seorang atau lebih tokoh dari berbagai

bidang yang diangkat sebagai halaman muka majalah ini. Terlepas dari baik buruk

isu yang melibatkan tokoh tersebut, penelitian ini juga bermaksud mencari tahu

siapa yang paling sering mendapat perhatian Tempo dari periode I dan periode II.

Aspek inilah yang nantinya akan menjadi tujuan kedua penelitian ini. Yang

terakhir adalah mengenai cara pengemasan halaman muka majalah Tempo.

Menurut hasil observasi penulis, pada kedua periode tersebut setidaknya

Page 100: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

ditemukan dua macam teknik pengemasan halaman muka yaitu dengan

menggunakan fotografi dan ilustrasi. Fotografi sendiri merupakan media

dokumentasi yang mencoba memberikan informasi secara akurat kepada khalayak

sedangkan ilustrasi dalam hal ini karikatur dengan segala keunikannya mampu

memberikan warna tersendiri bagi halaman muka majalah berita ini. Aspek ketiga

inilah yang nantinya akan menjadi tujuan ketiga dari penelitian ini (melihat

frekuensi dari penggunaan ilustrasi/karikatur dan fotografi)

A. Kategori Tema Halaman Muka

Telah disinggung sebelumnya bahwa Dennis McQuaill, mengungkapkan

kritiknya bahwa pendekatan analisis isi yang didefinisikan Berelson adalah

pendekatan tradisional yang dipraktikkan pada awal abad ke-20 lalu. Pendekatan

analisis isi bercirikan sebagai berikut.

1. Memiliki populasi dan sampling. 2. Membangun kerangka teori yang relevan dengan tujuan

penelitian. 3. Memilki unit analisis. 4. Mencari kesesuaian antara isi dengan kerangka kategori dengan

menghitung unit yang diteliti dan membuat prosentase frekuensi.

5. Mengungkapkan hasil temuan berdasarkan frekuensi. (Antoni, 2004: 96)

Dari kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa penggunaan kategori

dalam studi analisis isi menjadi sesuatu yang sangat penting. Berangkat dari

kenyataan tersebut, penelitian ini menggunakan 19 kategori yang digunakan oleh

Scott pada jurnal The Face of Time: Interpreting a Glance at The World’s

Newsmagazine. 1) Seni dan Hiburan, 2) Anak-anak, 3)Korupsi, 4) Krisis, 5)

Page 101: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Ekonomi, 6) Pendidikan, 7)Energi, 8) Kesehatan, 9) Kesehatan, 10) Sejarah, 11)

Human Interest, 12) Internasional, 13) Politik, 14) Agama, 15) Ilmu Pengetahuan,

16) Spesial Interest, 17) Sport, 18) Teknologi, 19) Terorisme. (Scott, 2008: 6-7).

Bertolak dari kategori tersebut diatas, untuk melakukan penelitian halaman

muka majalah Tempo di Indonesia dibutuhkan penyederhanaan. Dari 19 kategori

yang dikemukakan Scott tersebut diambil 11 kategori yaitu Korupsi, Krisis,

Ekonomi, Pendidikan, Human Interest, Internasional, Politik, Spesial Interest,

Olah Raga, Terorisme, dan Kesehatan. Penyederhanaan ini dilakukan karena

perbedaan karakter dari populasi penelitian Scott yang menggunakan halaman

muka majalah Time sebagai objek penelitiannya. Berikut adalah tabel frekuensi

kategori-kategori yang diangkat Tempo sebagai halaman muka pada periode I dan

II.

Dari tabel 3, cukuplah jelas kiranya bahwa Tempo memang

menitikberatkan pemberitaannya mengenai isu-isu politik, korupsi. Hal ini

ditunjukkan dari dua periode tersebut yang berjumlah total 48 edisi, isu korupsi

berjumlah 17 isu dengan rincian pada periode I terdapat 6 kali kemunculan atau

25% dari keseluruhan edisi yang diterbitkan pada tahun itu. Periode II terjadi

peningkatan yang hampir dua kali lipatnya menjadi 45,83% dari total satu tahun

edisi atau 11 kali kemunculan.

Page 102: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 3. Frekuensi Kategori-Kategori Halaman Muka Majalah Tempo Periode I dan Periode II

No. Kategori Periode I Periode II

F P (%) F P (%)

1 Korupsi 6 25 11 45,83

2 Krisis 0 0 1 4,17

3 Ekonomi 1 4,17 1 4,17

4 Pendidikan 1 4,17 0 0

5 Human Interest 4 16,67 0 0

6 Internasional 3 12,5 0 0

7 Politik 3 12,5 6 25

8 Spesial Interest 2 8,33 1 4,17

9 Olah Raga 1 4,17 1 4,17

10 Terorisme 2 8,33 3 12,5

11 Kesehatan 1 4,17 0 0

Jumlah 24 100 24 100

Sumber: Tabel 1 dan 2

Selanjutnya dari tabel 3 dapat juga kita cermati bahwa peringkat kedua

dipegang oleh kategori politik yang mendapat jatah 9 kali kemunculan dengan

rincian pada periode I sebanyak 12,5% atau 3 kali kemunculan dan pada periode

II sebesar 25% atau 6 kali kemunculan diambil untuk kategori ini. Peningkatan

yang hampir dua kali lipat semacam ini memiliki kemiripan dengan kategori

korupsi.

Page 103: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Terorisme setidaknya juga menjadi isu yang diminati oleh majalah

Tempo. Hal ini diperlihatkan dengan jumlah 5 kali pemunculan isu terorisme

dengan perincian mengambil 8,33% atau 2 kali kemunculan pada periode I dan

12,5 % atau 3 kali kemunculan pada periode II dari total keseluruhan halaman

muka majalah Tempo. Fenomena peningkatan sebesar dua kali lipatnya seperti

kategori-kategori sebelumnya tidak terjadi pada kategori human interest.

Walaupun pada periode II isu human interest seperti menghilang, akan tetapi pada

periode I isu tersebut cukup mengambil banyak porsi dari keseluruhan halaman

muka majalah Tempo yaitu sebesar 16,67% atau 4 kali kemunculan dari total satu

tahun edisi. Berangkat dari data yang menunjukkan fakta semacam ini, bukan

menjadi sesuatu yang salah ketika peningkatan yang hampir dua kali lipatnya ini

mungkin menimbulkan berbagai pertanyaan.

Selanjutnya, perlu menjadi sebuah catatan ketika masuk ke dalam analisis

kategori korupsi dan kategori politik karena keduanya memang bersinggungan.

Kategori isu korupsi sendiri dibagi menjadi 2 sub kategori yaitu korupsi ekonomi

dan korupsi politik. Korupsi ekonomi adalah korupsi yang melibatkan oknum sipil

atau non-pemerintahan sedangkan sub bab korupsi politik merupakan sub bab

yang berisi tentang isu-isu korupsi yang melibatkan oknum pemerintahan. Sebagai

contoh pada kasus yang diusung pada edisi 3905/29 Maret-4 April 2010 berjudul

“Markus Di Markas Polisi”. Isu yang diangkat menjadi halaman muka semacam

ini memang dimasukkan kedalam kategori korupsi akan tetapi masuk kedalam sub

kategori korupsi politik karena melibatkan Kepolisian yang notabene merupakan

administrasi presiden. Hal ini bertolak belakang dengan isu yang diangkat pada

Page 104: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tempo edisi 3909/26 April-2 Mei 2010 berjudul “Kasus Cek Pelawat BI: Lupa-

Lupa Ingat...”, isu yang menitik beratkan pada kesaksian Nunun Nurbaeti sebagai

saksi warga negara sipil semacam ini memang dikategorikan kedalam korupsi

akan tetapi masuk kedalam kategori korupsi ekonomi.

Tabel 4. Frekuensi Isu Korupsi Majalah Tempo

Periode I dan Periode II

No. Kategori Periode I Periode II

F P (%) F P (%)

1 Korupsi Politik 4 66,67 8 72,72

2 Korupsi Ekonomi 2 33,33 3 27,27

Jumlah 6 100 11 100

Sumber: Tabel 3

Dengan pemberian sub kategori semacam ini, perbedaan terlihat jelas pada

masing-masing periode. Kategori korupsi memang masih menjadi isu yang paling

favorit untuk diangkat dari masa ke masa akan tetapi perlu menjadi suatu catatan

tersendiri bahwa pada periode I pengulasan isu korupsi yang berjumlah 6 terbagi

kedalam 2 kemunculan sub kategori korupsi ekonomi dan 4 kemunculan korupsi

politik. Hal ini berbeda jika kita melihat kedepan pada masa periode II dimana

pengulasan isu korupsi yang berjumlah 11 kemunculan tersebut dibagi menjadi 8

kali kemunculan isu korupsi politik dan 3 kali kemunculan isu korupsi ekonomi.

Korupsi Politik yang melibatkan pemerintahan menjadi isu yang paling digemari

untuk diangkat. Peningkatan jelas terlihat pada tabel 4. Peningkatan dari 66,67%

ke 72,72% pada korupsi sub kategori korupsi politik sedangkan terjadi penurunan

Page 105: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

pada sub kategori korupsi ekonomi merupakan pratanda adanya sebuah fenomena,

terlepas dari kemungkinan dari sisi intern ataupun extern yang terjadi pada tubuh

Tempo.

Bukan hanya kategori korupsi saja yang memiliki sub kategori, kategori

Politik sendiri dalam temuan Scott pada jurnal The Face of Time: Interpreting a

Glance at The World’s Newsmagazine dibagi menjadi beberapa sub kategori. Sub

kategori itu antara lain Politikus/anggota dewan, Presiden, Pemerintahan,

pemilihan umum/kandidat-kandidat, partai politik dan Pengadilan Tinggi. (Scott,

2008: 6). Sub kategori semacam dalam perkembangan penelitian ini sendiri juga

mengalami penyederhanaan menjadi Politikus/anggota dewan, Presiden,

Pemerintahan, dan Pengadilan Tinggi ini akan dapat mengindikasikan majalah

Tempo memang menitikberatkan pemberitaannya pada isu-isu Politik. Sebagai

contoh kategori politik dengan sub kategori politikus adalah Tempo edisi No. 14

Tahun XXIV – 4 Juni 1994 yang berjudul Mencoba Menggoyang Habibie. Isu

yang melibatkan B.J. Habibie dengan keterlibatannya pada pembelian kapal

perang bekas Jerman Timur ini memang dimasukkan kedalam sub kategori

politikus karena isu tersebut melihat B.J Habibie sebagai salah satu politikus besar

di Indonesia.

Selanjutnya adalah kategori politik dengan sub kategori presiden dengan

contoh halaman muka majalah Tempo edisi No.3836/26 oktober-1 November

2009 dengan judul Ribetnya Menyusun Kabinet. Alasan pemasukan dalam sub

kategori ini cukup jelas karena halaman muka edisi ini bercerita tentang

kesibukan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia

Page 106: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

ketika Tempo edisi tersebut diterbitkan dimana diilustrasikan sedang duduk di

kursi mewah sibuk menghitung sesuatu pada suatu alat berbentuk seperti

kalkulator. Alat tersebut mengeluarkan gulungan kertas yang banyak hingga

menyebabkan Susilo Bambang Yudhoyono terbelit kertas-kertas tersebut.

Sub kategori Pengadilan tinggi dapat kita temukan pada halaman muka

majalah Tempo edisi No.3 Tahun XXIV – 19 Maret 1994 dengan judul Marsinah:

Peradilan yang Sesat?. Halaman muka ini mengilustrasikan sosok wanita yang

bernama Marsinah. Foto Marsinah diambil setengah badan dengan gambar

timbangan dibelakangnya. Gambar timbangan itu terlihat sobek dibagian

tengahnya. Halaman muka ini dimasukkan dalam sub kategori pengadilan tinggi

karena bercerita tentang carut marutnya pengadilan tinggi yang mengurus kasus

Marsinah.

Untuk contoh kategori politik dengan sub kategori pemerintahan dapat kita

lihat pada Tempo edisi khusus menteri pilihan No. 3835/19-25 Oktober 2009

dengan judul Kabinet:Harapan dan Kenyataan. Halaman muka majalah Tempo

edisi ini menggambarkan siluet wajah menteri-menteri untuk kabinet 2009-2014.

Menteri-menteri yang notabene merupakan oknum pemerintahan Indonesia

membuat isu semacam ini dimasukkan kedalam sub kategori pemerintahan. Untuk

lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel 3 yang bercerita tentang frekuensi isu

politik yang diangkat oleh majalah Tempo pada halaman muka.

Page 107: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Tabel 5. Frekuensi Isu Politik Majalah Tempo Periode I dan Periode II

No. Kategori Periode I Periode II

F P (%) F P (%)

1 Politikus 1 33,33 0 0

2 Pengadilan Tinggi 1 33,33 0 0

3 Pemerintahan 1 33,33 3 50

4 Presiden 0 0 3 50

Jumlah 3 100 6 100

Sumber: Tabel 3

Perbedaan yang signifikan telihat dalam pengangkatan isu seputar

pemerintahan dan Presiden. Perbedaan tersebut nampak pada periode I yang

semula isu pemerintahan hanya mengambil 33,33% dan 0 % untuk isu tentang

Presiden sedangkan pada periode II, isu seputar pemerintahan dan presiden sama-

sama menjadi 50%. Sejumlah pertanyaan lagi mungkin akan timbul ketika melihat

data semacam ini. Mengapa terjadi peningkatan sebesar dua kali lipat pada

pemuatan isu yang bersinggungan dengan sub kategori korupsi politik dari

periode I ke periode II. Mengapa isu yang menyangkut pemerintahan meningkat

dari 33,33% menjadi 50%. Lalu mengapa pada periode I tidak ada sama sekali

pengangkatan isu yang berkaitan dengan presiden sedangkan pada periode II

muncul 3 kali pengangkatan yang mengambil 50% dari isu-isu politik.

Jawaban mungkin dapat kita cari pada teori pendekatan lingkungan yang

menyatakan bahwa antara sistem politik dan komunikasi terdapat hubungan

timbal-balik: sistem politik mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya

Page 108: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

komunikasi mempengaruhi sistem politik. (Pawito, 2009: 35). Hal ini dapat

dibenarkan ketika kita melihat bahwa Presiden dan pemerintah yang berkuasa

pada periode I dan periode II memiliki perbedaan karakteristik sistem politik yang

dianut.

Sebagaimana yang kita tahu, periode I yaitu tahun 1993 hingga 1994

media massa dikontrol oleh pemerintah dengan menggunakan empat macam

modus. Modus pertama adalah dengan menggunakan SIT (Surat Ijin Terbit) yang

kemudian diubah menjadi SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Press). Modus

pertama ini memungkinkan pemerintah untuk mencabut surat ijin tersebut

sehingga media yang bersangkutan akan mendapat larangan terbit. Beberapa kali

Tempo terkena kasus pencabutan surat ijin semacam ini. Sebagai contoh setelah

penerbitan Tempo edisi No. 15 Tahun XXIV – 11 Juni 1994 dengan judul Habibie

dan Kapal Itu, Tempo harus membayar mahal dengan pencabutan SIUPP

sehingga larangan terbit-pun tak ayal didapatkannya. Modus kedua adalah dengan

uang amplop. Modus semacam ini memang masih terjadi hingga saat ini. Dengan

menggunakan uang amplop, pihak bersangkutan bermaksud untuk mengendalikan

pemberitaan mengenai dirinya. Modus ketiga adalah dengan budaya telepon.

Dalam modus ketiga ini pemerintah melakukan panggilan telepon terhadap

wartawan, sebagai contoh bagaimana menulis isu-isu tertentu, dan memerintahkan

mereka untuk tidak menuliskan aspek-aspek tertentu. Wartawan diharuskan untuk

tidak memberitakan mengenai isu-isu negatif, seperti konflik elit politik, korupsi

pemerintah, dan kekerasan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Pelanggaran

terhadapnya akan dikenakan sangsi pembreidelan. Modus terakhir adalah dengan

Page 109: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

memasukkan keluarga atau kroni dari pemerintahan kedalam industri media

secara legal.

Keempat modus pengontrolan media ini menjadi tidak efektif lagi ketika

digunakan pada tahun-tahun setelah reformasi digalakan. Reformasi yang terjadi

pada tahun 1998 merupakan tolak ukur dari kebebasan pers di Indonesia.

Pengontrolan terhadap media oleh pemerintah berkurang sangat drastis. Periode II

yang notabene merupakan masa dimana reformasi telah satu dekade digalakan

memungkinkan adanya penjaminan kebebasan pers pada setiap media massa.

Kembali ke data tabel 2 dimana terjadi peningkatan sebanyak dua kali lipat dari

isu seputar korupsi dan politik. Pertanyaan mengapa fenomena ini terjadi mungkin

dapat terjawab dengan adanya teori pendekatan lingkungan yang menyatakan

sistem politik yang berbeda, berpengaruh juga pada komunikasi media massa.

Kenyataan semacam ini juga pernah ditemukan pada jurnal Shillinger dan

Proter yang berjudul Glasnot and The Transformation of Moscow News. Jurnal

tersebut merupakan penelitian yang membandingkan penerbitan surat kabar

Moscow News pada dua masa yang memiliki karakteristik pemerintahan yang

sangat berbeda, yaitu tahun 1982 dan tahun 1989 di Uni Soviet. Masa diantara

kedua tahun tersebut terjadi perubahan bernama Glasnot yang menyebabkan

semacam krisis sama halnya dengan yang terjadi di Indonesia ketika reformasi

dikibarkan. Masa sebelum Glasnot merupakan sebuah masa yang totalitarian

(dikuasai oleh kelompok atau partai politik tertentu) dan masa setelahnya

merupakan sebuah masa Democratia yang kental akan sifat demokratis.

(Schillinger dan Porter, 1999: 125-149)

Page 110: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

B. Kategori Individu yang Diangkat pada Halaman Muka

Berangkat dari data sebelumnya yang menyatakan bahwa terjadi

perubahan peliputan pada isu yang menyangkut Presiden dari yang semula tidak

ada liputan pada periode I menjadi tiga kali peliputan pada periode II, dapatlah

kita berasumsi bahwa memang sistem politik pada periode I dan periode II

berseberangan mengenai kebijakan pada media massa kemudian selanjutnya

sedikit banyak berpengaruh pada pemberitaan. Hal ini juga diperkuat dengan

adanya perbedaan yang terlihat pada peliputan isu yang bersinggungan dengan

pemerintah dan kasus-kasus korupsi yang terjadi didalamnya. Kategori ini ingin

memberi gambaran lebih jelas mengenai prioritas majalah Tempo dalam

mengupas isu-isu yang melibatkan berbagai tokoh. Sebagai contoh adalah Tempo

edisi No. 48 Tahun XXIII – 29 Januari 1994 dengan judul Ria Terlibat

Narkotika?. Halaman muka majalah Tempo pada edisi ini menggunakan foto Ria

Irawan yang sedang berpose. Ria terlihat sedang duduk dan tangan kiri memegang

kepala. Tempo edisi ini jelas mengupas tentang keterlibatan Ria Irawan dalam

kasus narkotika. Terlepas dari isu yang melibatkannya, Ria Irawan dimasukkan

kedalam kategori individu yang dijadikan majalah Tempo untuk menghias bagian

halmaan muka. Untuk melihat lebih jelas mengenai perbedaan peliputan tersebut,

dapat kita lihat dari tabel frekuensi kemunculan beberapa tokoh pada halaman

muka majalah Tempo pada periode I dan Periode II berikut ini.

Page 111: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Tabel 6. Frekuensi Kemunculan Seorang Individu di Halaman Muka Majalah Tempo

Periode I Periode II

Tokoh F P (%)

Tokoh F P (%)

Soekarno 1 7,69 Noerdin M. Top 1 5 Ria Irawan 2 15,38 Djoko Suyanto 1 5 Eddy Tansil 2 15,38 Susilo B. Yudhoyono 5 25

Pradjogo Pangestu 1 7,69 Antasari Azhar 1 5 B. J. Habibie 2 15,38 Dulmatin 1 5

Marsinah 1 7,69 Sri Mulyani 2 10 William Soeryadjaya 1 7,69 Boediono 1 5

Denk Xiaoping 1 7,69 Artalyta Suryani 1 5 Mar’ie Muhammad 1 7,69 Anggodo Widjojo 1 5

Saddam Hussein 1 7,69 Susno Duadji 3 15 Boedi Sampoerna 1 5 Nunun Nurbaeti 1 5 Aburizal Bakrie 1 5

Jumlah 13 100 Jumlah 20 100 Sumber: Tabel 1 dan 2

Suatu fakta dapat kita lihat pada tabel 4 dimana pada periode I tidak

terdapat tokoh yang memiliki frekuensi tinggi sehingga membuatnya termuat

dalam halaman muka beberapa edisi majalah Tempo. Dalam periode I memang

terdapat tiga tokoh yang memang agak menonjol jika dibandingkan yang lain,

tokoh-tokoh itu antara lain, Ria Irawan dengan keterlibatannya pada kasus

narkotika, kemudian terdapat Eddy Tansil yang pada periode I menjadi isu

kontroversial dengan korupsinya, dan yang terakhir B.J. Habibie yang dalam masa

periode I heboh dengan kasus pembelian kapal perang bekas Jerman Timur.

Ketiganya sama-sama mengambil porsi 15,38% dari total edisi majalah Tempo

periode I. Adapun tokoh-tokoh lainnya seperti Soekarno, Pradjogo Pangestu,

Page 112: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Marsinah, William Soeryadjaya, Denk Xiaoping, Mar’ie Muhammad, Saddam

Hussein sama-sama mendapat porsi 7,69%

Berbeda dengan periode I, pada periode II lebih terlihat prioritas majalah

Tempo dalam hal pemuatan seorang tokoh pada halaman mukanya. Susilo

Bambang Yudhoyono, presiden RI, pada periode ini memang banyak disorot. Isu

– isu yang melibatkan presiden tersebut antara lain isu pemilihan menteri-menteri

untuk kabinetnya, isu yang menyangkut KPK dengan kasus Bibit-Chandra, dan

kasus Century yang melibatkan Sri Mulyani dan Bakrie, jumlah kelima isu yang

melibatkan presiden tersebut mengambil porsi 25% dari total edisi majalah Tempo

pada periode II. Selanjutnya, Susno Duadji yang heboh dengan kasus menguak

makelar kasus ditubuh Kapolri menjadi prioritas kedua dalam pemuatannya

menjadi halaman muka pada majalah Tempo. Hal ini dapat dilihat dari tiga kali

sehingga berjumlah 15% kemunculan pada edisi-edisi majalah Tempo. Sri

Mulyani, mantan menteri keuangan RI setidaknya menjadi peringkat ketiga dalam

frekuensi kemunculannya pada halaman muka majalah Tempo yaitu 10%. Pada

periode ini memang Sri Mulyani sedang terkait dengan kasus talangan dana Bank

Century. Adapun tokoh-tokoh lainnya seperti Noerdin M. Top, Djoko Suyanto,

Antasari Azhar, Dulmatin, Boediono, Artalyta Suryani, Anggodo Widjojo, Boedi

Sampoerna, Nunun Nurbaeti, dan Aburizal Bakrie sama-sama mendapatkan porsi

5%.

Tabel 4 juga bercerita bahwa terdapat perbedaan besar dalam hal

pengangkatan isu seputar presiden dan pemerintahan. Hal ini dapat kita lihat pada

kemunculan isu yang menyangkut tokoh dalam pemerintahan pada masa periode I

Page 113: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

hanya seputar B.J. Habibie dan Mar’ie Muhamad. Pemunculan isu menyangkut

B.J. Habibie mengenai pembelian kapal bekas Jerman Timur, walaupun hanya

berjumlah satu kali pengangkatan sudah cukup membuat majalah Tempo sedikit

merenggang asa. Pasalnya menurut sejarah, majalah Tempo mengalami

pembreidelan setelahnya.

Hal ini bertolak belakang dengan periode II dimana isu-isu seputar

pemerintahan mengalami banyak peliputan oleh majalah Tempo. Isu-isu tersebut

diantaranya adalah isu yang melibatkan Antasari Azhar, Sri Mulyani, Boediono,

Susno Duadji, Aburizal Bakrie dan bahkan Susilo bambang Yudhoyono. Jumlah

oknum pemerintahan yang menjadi bahan peliputan nampaknya sudah cukup

menjadi bukti bahwa lingkungan sosial politik pada sebuah masa memang sangat

berpengaruh pada komunikasi dalam hal ini media massa. Hal ini diperkuat

dengan adanya temuan bahwa pada periode II, peliputan isu seputar Susilo

Bambang Yudhoyono, yang notabene menjabat sebagai presiden pada masa

periode II, menjadi yang terbanyak diantara tokoh-tokoh lainnya. Sangat

berseberangan ketika kita melihat kebelakang pada masa periode I ketika mantan

presiden Soeharto menjabat sebagai presiden dimana tidak ditemukan adanya

peliputan oleh majalah Tempo mengenai isu yang melibatkan dirinya.

Fakta bahwa pada periode I minim pemberitaan mengenai tokoh-tokoh

yang merupakan oknum pemerintahan, memungkinkan adanya sebuah kebijakan

pemerintah terhadap pemberitaan media. Hal-hal semacam ini, semakin

memperkuat dugaan bahwa memmang pada masa Orde Baru empat macam

modus pemerintah dalam mengendalikan media memang benar adanya. Modus-

Page 114: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

modus semacam inilah yang nantinya akan meminimalisir pemberitaan media

terhadap oknum pemerintahan yang bersangkutan. Modus-modus ini jugalah yang

akan mengontrol kebebasan pers di Indonesia. Sekiranya dapat disimpulkan disini

bahwa kembali teori pendekatan lingkungan yang menyatakan bahwa di antara

sistem politik dan komunikasi terdapat hubungan timbal-balik: sistem politik

mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi sistem

politik, menjadi sebuah alasan yang dirasa tepat ketika melihat fenomena

semacam ini.

C. Kategori Pengemasan Halaman Muka Majalah Tempo

Sebagaimana acap kali disingung sebelumnya, cara pengemasan sebuah

media massa, lebih khusus media cetak dalam hal ini majalah Tempo menjadi

sesuatu yang sangat penting untuk menarik minat baca masyarakat. Majalah

berita mingguan Tempo, memang tercatat sering bereksperimen dalam hal

pengemasan bagian halaman mukanya. Sejauh pengamatan penulis, terdapat dua

jenis teknik pengemasan halaman muka yang digunakan majalah Tempo, yaitu

menggunakan teknik fotografi dan ilustrasi.

Perlu menjadi sebuah catatan tersendiri bahwa fotografi yang

dimaksudkan disini adalah sesuatu yang dapat memberikan penglihatan kepada

seseorang yang tidak dapat menyaksikan kejadiannya secara langsung. Fotografi

sendiri merupakan sebuah gambaran realitas dari kejadian yang sudah terjadi. Jadi

fotografi disini adalah sesuatu gambar yang real, yang langsung dapat

menceritakan sebuah kejadian kepada pembaca. Selanjutnya, ilustrasi yang

Page 115: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

dimaksudkan disini adalah ilustrasi yang bersifat karikatur dan kartun. Gambar-

gambar ilustrasi yang seringkali digunakan Tempo adalah gambar-gambar yang

disertai tulisan di media cetak dengan unsur-unsur pesan bersifat paduan antara

humoris, satiris, dan seringkali distorsif. Karikatur dan kartun yang digunakan

pada halaman muka majalah Tempo dapat dibuat dan dipublikasikan untuk

mengkritik, menyerang, atau mungkin memprovokasi pihak lain. Tabel dibawah

ini adalah frekuensi penggunaan teknik fotografi dan ilustrasi pada halaman muka

majalah Tempo.

Kategori ini ingin menguak fakta tentang penggunaan dua teknik

pengemasan halaman muka yang sajauh ini pernah digunakan oleh majalah berita

Tempo. Sebagai contoh Tempo edisi No. 15 Tahun XXIV, 11 Juni 1994 dengan

judul Habibie dan Kapal Itu. Halaman muka Tempo kali ini didesain sedemikian

rupa hingga terbagi menjadi dua. Sisi kiri adalah sebuah foto kapal perang yang

tengah berlayar dilautan. Sisi sebelah kanan merupakan foto Habibie yang tengah

berbicara. Halaman muka edisi ini dimasukkan kedalam kategori fotografi karena

pengemasan gambar Habibie dan kapal perang menggunakan teknik fotografi.

Perbedaan dapat kita lihat pada Tempo edisi No.3905/29 Maret-4 April 2010

dengan judul Markus Di Markas Polisi. Halaman muka Tempo edisi ini

menggambarkan Susno Duadji yang sedang menarik baju seorang perwira tinggi

polisi hingga nampak onggokan uang diperutnya. Digambarkan uang yang berada

pada perut periwra tinggi polisi tersebut sangat banyak dan terdapat empat ekor

tikus didalamnya. Teknik ilustrasi jelas-jelas digunakan dalam pengemasan

halaman muka edisi ini karena tidak mungkin ada kejadian perut seorang perwira

Page 116: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

polisi berisi onggokan uang. Teknik ilustrasi semacam ini disebut dengan

karikatur karena terdapat kritik yang bernuansa humor dan satiris didalamnya.

Selanjutnya dibawah ini adalah tabel yang bermaksud untuk menggambarkan

mengenai frekuensi majalah Tempo dalam menggunakan teknik ilustrasi dan

fotografi dalam mengemas bagian halaman muka.

Tabel 7. Frekuensi Teknik Pengemasan Halaman Muka Majalah Tempo Periode I dan Periode II

Teknik Pengemasan Periode I Periode II

F P (%) F P (%) Fotografi 14 58,33 1 4,17 Ilustrasi 10 41,67 23 95,83 Jumlah 24 100 24 100

Sumber: Tabel 1 dan 2

Bukan menjadi sesuatu kebetulan ketika kita melihat bahwa pada periode

I, majalah Tempo masih lebih banyak menggunakan teknik fotografi jika

dibandingkan dengan teknik ilustrasi dalam mengemas halaman muka. Pada

periode I, teknik fotografi mendapatkan porsi 58,33% sedangkan ilustrasi 41,67%.

Sebuah perbandingan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi syarat dengan

berbagai fakta menggelitik didalamnya.

Selanjutnya, perbedaan semakin tampak pada periode II. Penggunaan

teknik ilustrasi meningkat pesat menjadi 95,83% dari keseluruhan edisi majalah

Tempo pada periode tersebut. Teknik fotografi sendiri hanya mendapat porsi

4,17%, sebuah porsi yang sangat kecil jika kita melihat kebelakang pada periode

I. Fenomena semacam ini adalah sebuah perubahan drastis yang terjadi pada

majalah Tempo itu sendiri.

Page 117: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Peningkatan jumlah penggunaan teknik ilustrasi pada periode II

merupakan sebuah fenomena yang dapat terjawab juga dengan teori pendekatan

lingkungan dimana sistem politik dan komunikasi terdapat hubungan timbal-

balik: sistem politik mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi

mempengaruhi sistem politik. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa

pada masa periode II adalah masa setelah reformasi bergulir. Reformasi tersebut

mendorong adanya perubahan yang signifikan pada aspek kebebasan pers

sehingga muncul euforia kebebasan pers pada masa periode II. Cukuplah jelas

kiranya bahwa peningkatan dalam hal penggunaan ilustrasi pada halaman muka

majalah Tempo ini mengindikasikan adanya kebebasan pers yang lebih tinggi

pada periode II jika dibandingkan dengan periode I. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Pawito pada bukunya Komunikasi Politik: Media Massa dan

Kampanye Pemilihan bahwa penyebaran pesan berbentuk ilustrasi pada media

massa membutuhkan kebebasan menyatakan pendapat atau kebebasan pers.

(Pawito, 2009: 111-112)

Itulah tadi ulasan analisis data dari penelitian ini. Temuan-temuan tersebut

diatas menggambarkan bahwa suatu sistem politik memang, sampai tingkat

tertentu, berpengaruh pada komunikasi dalam hal ini adalah media cetak dan lebih

khusus lagi majalah Tempo. Sebuah teori pendekatan lingkungan rupanya dapat

menjawab fenomena yang terjadi pada majalah Tempo pada periode I dan periode

II. Bab selanjutnya adalah kesimpulan mengenai berbagai temuan pada analisis

data pada bab ini.

Page 118: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari serangkaian analisis data pada bab sebelumnya, sekiranya dapat

disimpulkan bahwa memang terdapat perbedaan pada pemberitaan majalah

Tempo pada periode I dan periode II. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat

dari perincian sebagai berikut:

a. Pemberitaan mengenai isu-isu korupsi dan politik berjumlah lebih sedikit

pada periode I jika dibandingkan pada periode II. Pada masa periode II,

majalah Tempo lebih banyak memberitakan berbagai isu-isu melibatkan

oknum-oknum pemerintahan yang terlibat dalam berbagai konflik. Hal ini

diperkuat dengan adanya beberapa pemuatan isu-isu yang bersangkutan

langsung dengan presiden yang memerintah pada masa periode II. Hal ini

berseberangan dengan fakta yang ditemukan pada masa periode I dimana

sama sekali tidak ditemukan adanya pemberitaan tentang presiden pada

halaman muka majalah Tempo pada masa itu.

b. Tokoh-tokoh yang dimuat pada periode I dan periode II juga memiliki

perbedaan karakteristik. Pada periode I lebih banyak terlihat tokoh sipil

yang terlibat dalam permasalahan-permasalahan pelik sehingga

mendorong Tempo memprioritaskan pemberitaan terhadapnya. Hal ini

berbeda dengan data temuan pada Tempo periode II dimana lebih banyak

Page 119: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

ditemukan tokoh pemerintahan maupun presiden sendiri dalam halaman

muka majalah Tempo. Pada periode I hanya ditemukan B.J. Habibie dan

Mar’ie Muhammad sebagai oknum pemerintahan yang masuk dalam

halaman muka majalah Tempo. Jumlah ini berbanding terbalik dengan

jumlah tokoh pemerintahan yang keluar pada halaman muka majalah

Tempo seperti Susno Duadji, Sri Mulyani, Boediono, hingga Aburizal

Bakrie. Selanjutnya, pada Halaman Muka majalah Tempo periode I, tidak

ditemukan Soeharto yang dikala itu menjabat sebagai presiden Republik

Indonesia. Berbeda halnya dengan periode I, pada periode II ditemukan

beberapa halaman muka edisi majalah Tempo yang memuat Susilo

Bambang Yudhoyono yang pada periode II menjabat sebagai presiden.

c. Selanjutnya juga ditemukan perbedaan yang signifikan dari frekuensi

pemakaian teknik pengemasan pada halaman muka majalah Tempo. Pada

periode I pemakaian teknik fotografi lebih banyak jika dibandingkan pada

periode II yang dipenuhi dengan pemakaian teknik ilustrasi.

Dengan temuan semacam ini, peneliti ingin mengkonfirmasi kebenaran

teori lingkungan, sebuah teori yang menyatakan bahwa antara sistem politik dan

komunikasi terdapat hubungan timbal-balik: sistem politik mempengaruhi

komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi sistem politik. Sistem

politik yang dianut pemerintahan pada masa periode I merupakan sebuah sistem

politik yang selalu berusaha memiliki kontrol terhadap pemberitaan media. Media

dikontrol sedemikian rupa sehingga dapat tetap menjaga image baik pemerintah

terhadap masyarakat. Hal ini bertolak belakang dengan pemerintahan yang

Page 120: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

memimpin pada masa periode II. Pada masa periode II, telah terjadi reformasi

yang merombak total sistem politik yang dianut pemerintah sehingga berpengaruh

pula terhadap kondisi komunikasi politik termasuk kondisi media. sistem politik

pada masa periode II memungkinkan adanya euforia kebebasan pers yang

memungkinkan sebuah media untuk mengekspresikannya kedalam bentuk

peliputan isu-isu yang bahkan menyudutkan pemerintahan pada masa itu sendiri.

Selain ditunjukkan dengan adanya pemberitaan yang meningkat pada

kategori isu-isu menyangkut pemerintahan dan presiden, euforia kebebasan pers

ini juga ditunjukkan dengan besarnya frekuensi penggunaan ilustrasi atau

karikatur yang bersifat humoris, satiris dan distorsif pada halaman muka majalah

Tempo. Penggunaan teknik semacam ini pada sebuah media, sebagaimana yang

sudah disinggung sebelumnya, mensyaratkan adanya kebebasan menyatakan

pendapat dan kebebasan pers.

B. Keterbatasan dalam Penelitian

Sebagai makhluk yang tidak dapat terlepas dari kesalahan dan hambatan,

peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini.

Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah sampel penelitian yang dirasa terlalu sedikit mungkin menjadi

keterbatasan tersendiri dalam penelitian ini. Pengambilan keseluruhan

populasi sebagai sampel pada masa sebelum reformasi dan masa

setelah reformasi masih memungkinkan adanya penemuan sebuah

Page 121: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

fakta baru jika dibandingkan bila hanya mengambil masa satu tahun

penerbitan majalah Tempo sebelum dan sesudah reformasi seperti

yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Adanya pengambilan sampel sebesar 50% dari satu tahun sebelum dan

sesudah reformasi menyebabkan penyederhanaan dalam penggunaan

kategori Scott. Penyederhanaan semacam ini mungkin tidak akan

diperlukan apabila mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel

penelitian.

3. Kurangnya komunikasi antar pengkoding, setidaknya juga bisa

menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Beruntung pada saat-saat

terakhir penyelesaian hasil realibilitas dan validitas penelitian,

keterbatasan semacam ini dapat diminimalisir dengan peningkatan

intensitas pertemuan antar pengkoding.

C. Saran

Pada bagian akhir dari penelitian ini, peneliti juga bermaksud ingin

memberikan beberapa saran agar pencapaian hasil yang lebih baik bukan menjadi

sesuatu yang tidak mungkin pada generasi-generasi mendatang. Adapun saran-

saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Variasi tema yang diangkat pada halaman muka majalah Tempo pada

masa kemasa, diharapkan memberikan dorongan terhadap peneliti lain

Page 122: HALAMAN MUKA MAJALAH TEMPO - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7191/1/192061011201107541.pdf · ilustrasi pada pengemasan halaman muka pada periode II lebih banyak jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

untuk melakukan penelitian serupa terhadap kebebasan pers yang

didapat oleh media-media lainnya. Dikarenakan pengekangan

kebebasan pers memiliki hasil yang berbeda pada masa dan media

yang berbeda.

2. Metode analisis isi memang dirasa cocok untuk meneliti prioritas

pemberitaan majalah Tempo dari waktu ke waktu akan tetapi tema

semacam ini juga akan menjadi lebih mendalam dan mengena bila

dilanjutkan dengan studi framming dan semiotik. Penggunaan

framming ditujukan untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai

ideologi pemilik media dan awak media yang notabene berbeda dari

waktu ke waktu. Adapun studi semiotik dapat digunakan untuk

menemukan berbagai pesan konotatif yang sering ditemukan pada

ilustrasi halaman muka majalah Tempo.