gga
DESCRIPTION
panjiTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN AKI (Acute Kidney Injury) DENGAN HEMODIALISA
DI RUANG HEMODIALISA RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :Panji Arik Indraswara
NIM. 0810720050
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
AKI (Acute Kidney Injury)
A. Pengertian
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis
yang ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam
beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. (Lorraine M.
Wilson)
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular.
(Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2)
Gagal ginjal akut mengacu pada kehilangan fungsi ginjal yang tiba-tiba
(beberapa jam sampai beberapa hari) yang ditandai dengan peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin serum. (Keperawatan Kritis edisi 8)
Diagnosis GGA berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditegakkan bila
terjadi peningkatan secara mendadak kreatini serum 0,5 mg% pada pasien dengan
kadar kreatinin awal <2,5 mg% atau meningkat >20% bila kreatinin awal >2,5 mg%.
B. Epidemologi
Frekuensi kejadian gagal ginjal
GGA pada bayi dan anak-anak lebih sering diakibatkan oleh gagal prerenal
GGA sering terjadi pada bayi dan anak-anak yang berpenyakit kritis dan
dapat secara signifikan memengaruhi hasil ( mortalitas dan morbiditas)
Angka mortalitas terkait GGA yang tinggi (sampai 78%) berkaitan dengan
suatu kombinasi GGA dan gagal organ multisistem.
Pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi prostat. Pada wanita, infeksi saluran
kemih yang berulang dapat menyebabkan GGA, serta pada wanita yang
mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Frekuensi kejadian GGA cukup tinggi yaitu sekitar 25-50 kasus per juta
penduduk pertahun. GGA ini merupakan 1% dari jumlah penderita yang
dirawat di rumah sakit dan 2-5% dari penderita yang dirawat di unit
perawatan intensif.
C. Etiologi
Menurut The Series For Clinical Execellence Nursing, penyebab dari gagal ginjal
akut ini terbagi menjadi 3 penyebab:
Gagal ginjal prerenal akibat berkurangnya aliran darah ke ginjal, yang bisa
disebabkan oleh:
Gangguan autoimun misalnya skleroderma
Kehilangan darah
Gangguan kardiovaskular, misalnya gagal jantung, aritmia, dan
temponade
Gangguan darah misalnya trombositopenik purpura idiopatik, reaksi
transfusi, gangguan hemodilitik lainnya
Gangguan akibat pendarahan mirip melahirkan (berkaitan dengan
abrupsi plasental atau plasenta previa) yang bisa merusak ginjal
Embolisme
Hipovolemia
Hipertensi ganas
Genangan cairan dalam asites atau pembakaran
Sepsis
Syok
Gagal ginjal intrarenal akibat kerusakan ginjal, yang bisa disebabkan oleh:
Glomerulonefritis poststreptokokal akut
Pielonefritis akut
Nekrosis tubular akut
Trombosis vena renal bilateral
Iskemia
Nefrotoksin
Mieloma renal
Penyakit sel sabit
Lupus eritematosus sistemik
Vaskulitis
Gagal postrenal akibat obstruksi bilateral di aliran urin keluar, yang bisa
disebabkan oleh:
Hiperplasia prostatik jinak
Gumpalan
Papila dari nekrosis papiler
Kalkulus renal
Striktur
Tumor
Edema uretral akibat kateterisasi
1. Gagal ginjal akut prarenal
GA prarenal atau azotemia prarenal atau di sebut juga sebagai GGA fungsional,
di sebabkan oleh Perfusi glomerulus yang abnormal sehingga menurunkan LFG.
Biasanya disebabkan karena:
a. Hipovolemia, yang di sebabkan oleh
Kehilangan darah /plasma : perdarahan, luka bakar.
Kehilangan cairan melalui gastrointestinal, kulit, ginjal (diuretik, penyakit ginjal
lain), pernafasan, pembedahan.
Redistribusi dari intravaskuler ke ekstravaskuler (hipoalbuminemia, sindrom
kompartemen ketiga, pankreatitis, peritonitis, kerusakan otot yang luas,
sindrom distres pernafasan).
Kekurangan asupan cairan.
b. Vasodilatasi sistemik
Sepsis
Sirosis hati
Anestesi/blokade ganglion
Reaksi anafilaksis
Vasodilatasi oleh obat
c. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung
Renjatan kardiogenik,infark jantung
Gagal jantung kongestif (disfungsi miokard, katup jantung)
Tamponade jantung
Distrimia
Emboli paru
d. Kegagalan autoregulasi
Vasokontriksi praglomerulus oleh karena sepsis, hiperkalsemia, sindrom
hepatorenal,
obat-obat seperti inflamasi non steroid (AINS), adrenalin, noradrenalin,
siklosporin, dan ampoterisin B
Vasodilatasi pascaglomerulus: di sebabkan oleh obat-obat penghambat
angiotensinconverting enzyme (ACE), dan antagonis reseptor AT1
angiotensin.
2. Gagal Ginjal Akut Renal
Banyak penyebab gagal ginjal akut renal yang di sebabkan karena berkurangnya
aliran darah ginjal ke seluruh bagian atau sebagian ginjal. Biasanya karena terjadi
penyempitan atau stenosis arteri renalis sehingga mengurangi aliran darah ke
seluruh ginjal. Penyakit yang biasanya menyebabkan GGA renal:
a. Nekrosis tubular akut
Pasca iskemik: syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta
Nefrotoksik:
o Nefrotoksin eksogen: Antibiotik seperti aminoglikosida, amfoterisin B;
Media kontrasteriodinasi; logam berat seperti sisplatin, biklorida
merkuri, arsen; siklosporin seperti takrolimus; pelarut seperti karbon
tetraklorida, etilene glikol, methanol.
o Nefrotoksin endogen: pigmen intratubular seperti hemoglobin,
mioglobin; protein intratubular seperti mieloma multiple; kristal
intratubular seperti asam
urat.
b. Penyakit vascular atau glomerulus ginjal primer
Glomerulonefritis progresif cepat atau pascastreptokokus akut
Hipertensi maligna
Serangan akut pada gagal ginjal kronis yang terkait-pembatasan garam atau
air
c. Nefritis tubulointerstisial akut
Alergi beta laktam
Infeksi
3. Gagal Ginjal Akut Pascarenal
GGA pascarenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup,
namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Obstruksi aliran ini akan
mengakibatkan kegagalan filtrasi glomerulus dan transfor tubulus sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan yang permanen, tergantung berat dan lamanya obstruksi.
Begitu terjadi hambatan aliran urin, terjadi kenaikan yang cepat tekanan hidrolik
tubulus proksimal, yang kemudian di kompensasi dengan vasodilatasi arteriol eferen
ginjal yang di mediasi oleh produksi prostaglandin, prostaksiklin dan prostaglandin
E2.
Biasanya karena penyakit:
a. Obstruksi uretra: katup uretra, striktur uretra
b. Obstruksi aliran keluar kandung kemih: hipertrofi prostat, karsinoma
c. Obstruksi ureter bilateral/unilateral: intraureter (batu, bekuan darah), ekstraureter
(fibrosis retroperitoneal, neoplasma kandung kemih, prostat, atau serviks,
cedera).
d. Kandung kemih neurogenik
D. Patofisiologi pathway dan respon masalah keparawatan
Menurut Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Gagal ginjal akut adalah
hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan
sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular. Ini dimanifestasikan dengan
anuria, oliguria, atau volume urin normal. Anuria (kurang dari 50 ml urin per hari) dan
normal haluaran urin tidak seperti oliguria. Oliguria (urin kurang dari 400 ml per hari)
adalah situasi klinis yang umum dijumpai pada gagal ginjal akut.
Disamping volume urin yang diekskresikan, pasien gagal ginjal akut
mengalami peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum dan
retensi produk sampah metabolik lain yang normalnya diekskresikan oleh ginjal.
Tiga kategori utama kandisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
Prarenal (hipoperfusi ginjal)
Intrarenal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Pascarenal (obstruksi aliran urin)
Kondisi Prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnua laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan
volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal),
vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi jangtung (infark
miokardium, gagal jantung kongestif, atau syok kardiogenik)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan,
dan infeksi serta agens nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN)
dan berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan
pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot ketika
terjadi cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemia atau keduanya. Reaksi
transfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal; hemoglobin dilepaskan
melalui mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di
tubulus ginjal menjadi faktor pencetus terbentuknya hemoglobin. Faktor penyebab
lain adalah pemakaian obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada
pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal
melindungi aliran darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.
Pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat; akhitnya laju
filtrasi glomerulus meningkat.
Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oliguri belum diketahui,
namun terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab. Beberapa faktor
mungkin reversibel jika diidentifikasi dan ditangani dengan tepat sebelum fungsi
ginjal terganggu. Beberapa kondisi berikut menyebabkan pengurangan aliran darah
renal dan gangguan fungsi ginjal: (1) hipovolemia; (2) hipotensi; (3) penurunan curah
jantung dan gagal jantung kongestif; (4) obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah
akibat tumor, bekuan darah, atau batu ginjal; dan (5) obstruksi vena atau arteri
bilateral ginjal. Kondisi ini ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara
permanen, peningkatan BUN, oliguria, dan tanda-tanda lain yang berhubungan
dengan gagal ginjal akut dapat dikurangi.
Tahapan: terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut; periode awal,
periode oliguria, periode diuresis, dan periode perbaikan.
Periode awal: dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Periode oliguria: (volume urin kurang dari 400 ml/24 jam) disertai dengan
peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh
ginjal (urea, kreatinin, asam urat, dan kation intraseluler – kalium dan magnesium).
Jumlah urin minimal yang diperlukan untuk membersihkan produk sampah normal
tubuh adalah 400 ml. Pada tahap in gejala uremik untuk pertamakalinya muncul, dan
kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
Pada banyak pasien hal ini dapat merupakan penurunan fungsi ginjal disertai
kenaikan retensi nitrogen, namun pasien masih mengekskresikan urin sebanyak 2
liter atau lebih setiap hari. Hal ini merupakan bentuk nonoligurik dari gagal ginjal dan
terjadi terutama setelah antibiotik nefrotoksik deberikan kepada pasien; dapat juga
terjadi pada kondisi terbakar, cedera traumatik, dan penggunaan anastesi halogen.
Pada tahap ke tiga, periode diuresis, pasien menunjukan peningkatan
jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Nilai
laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun, meskipun haluaran urin
mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih dianggap normal. Tanda
uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan
masih diperlukan. Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya dehidrasi
selama tahap ini; jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3 sampai 12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal.
Meskipun terdapat reduksi laju filtrasi glomerulus permanen sekitar 1% sampai 3%,
tetapi hal ini secara klinis tidak signifikan.
E. Klasifikasi
Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Intiations Group
Kriteria Laju Filtrasi Glomerulus Kriteria Jumlah Urine
Risk
Trauma
Gagal
Loss
ESRD
Peningkatan serum kreatinin 1,5 kali
Peningkatan serum kreatinin 2 kali
Peningkatan serum kreatinin 3 kali atau
kreatinin 355 μmol/l
Gagal ginjal akut persisten, kerusakan total
fungsi ginjal selama lebih dari 4 minggu
Gagal ginjal terminal lebihdari 3 bulan
< 0,5 ml/kg/jam selama
6jam
< 0,5 ml/kg/jam selama
12 jam
< 0,5 ml/kg/jam selama
24 jam atau anuria
selama 12 jam
F. Komplikasi
(source: buku saku patofisiologi Elisabeth J. Corwin)
Retensi cairan akibat kegagalan fungsi ginjal dapat menyebabkan edema,
gagal jantung kongestif, atau intoksikasi air.
Gangguan elektrolit dan pH dapat menimbulkan ensefalopati.
Apabila hiperkalemianya parah (≥ 6,5 miliekuivalen per liter), dapat terjadi
distritmia dan kelemahan otot.
G. Gejala Klinik
Menurut The Series For Clinical Execellence Nursing, tanda dan gejala dari gagal
ginjal akut:
Tanda awal: oliguria, azotemia, dan (jarang terjadi) anuria
Demam dan menggigil, yang mengindikasikan infeksi, komplikasi umum dari
gagal ginjal akut
Tanda selanjutnya: ketidak seimbangan elektrolit, asidosis metabolik, dan
efek berat lain saat pasien semakin uremik dan disfungsi ginjal mengganggu
sistem tubuh lainnya:
- Kardivaskular – dari awal penyakit: hipertensi; selanjutnya: hipertensi,
aritmia, cairan berlebihan, gagal jantung, edema sistemik, anemia,
perubahan mekanisme penggumpalan
- Sistem saraf pusat (centran nervous system – CNS) sakit kepala,
mengantuk, iritabilitas, konfusi, neuropati periferal, sawan, koma
- Kutaneus: kekeringan, pruritus, pucat, purpura; beku uremik (jarang
terjadi)
- GI: anoreksia, mual, muntah, diare, atau konstipasi, stomatitis,
pendarahan, hematemesis, selaput lendir kering, napas uremik.
- Respiratorik: respirasi kusmaul, edema pulmoner
H. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Laboratorium
Urine
o Volume urine biasanya rendah. Penilaian yang akurat membutuhkan
kateterisasi bladder yang diikuti dengan pengukuran setiap jamnya
(kecuali untuk pasien dengan obstruksi saluran kemih bawah).
o Osmolalitas urine >600 mOsm/kg biasanya menunjukkan adanya
gagal ginjal akut.
o Urinalisis rutin biasanya tidak memperlihatkan adanya abnormalitas.
Senyawa urine dan darah
o Rasio BUN – kreatinin normalnya 10 : 1, dan biasanya rasio ini akan
meningkat pada gagal ginjal prerenal.4
Gambar 8. Pemeriksaan Laboratorium pada GGA4
• Pencitraan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, seperti misalnya rontgen
abdomen, didapatkan adanya batu radioopak. USG cukup sensitif dan spesifik
untuk mendeteksi adanya hidronefrosis.2
Hasil uji darah yang mengindikasikan gagal ginjal akut intrinsik meliputi
kenaikan kadar nitrogen urea, kreatinin, dan kalium; kadar bikarbonat dan
hemoglobin (Hb) rendah; dan pH hematrokit (HTC) rendah.
Spesimen urin menunjukan warna tambahan, debris seluler, gravitasi spesifik
menurun, dan dalam penyakit glomerular menunjukan proteinuria dan
osmolitas urin yang mendekati osmolalitas serum kadar kalium urin kurang
dari 20 mEq/L jika oliguria disebabkan oleh berkurangnya perfusi dan lebih
dari 40 mEq/L jika disebabkan oleh masalah intrinsik.
Studi lainya meliputi ultrasonografi renal, radiografi ginjal-ureter-kandung
kemih, urografi ekskretori, scan renal, pielografi retrograd, computed
temography, dan nefrotomografi
Pencitraan radionuklida: dapat menunjukan kaliketaksis, hidronefrosis,
penyempitan, dan lambatnya pengisisan dan pengosongan sebagai akibat
dari GGA
Pielogram retrogard: menunjukan abnormalitas perlvis ginjal dan ureter
Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskularitas dan massa
Sistouretrogram berkemih: menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke
dalam ureter, retensi
CT scan: gambaran bagian menyilang dari ginjal dan saluran perkemihan
mendeteksi adanya/luasnya penyakit
MRI: memberi informasi tentang jaringan lunak
I. Penatalaksanaan
Ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena
itu, tujuan penanganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan
kimiawi normal dan mencegah komplikasi sehingga perbaikan jaringan ginjal dan
pemeliharaan fungsi ginjal dapat terjadi. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi,
menangani dan mengeliminasi setiap kemungkinan penyebab kerusakan.
Identifikasi dan tangani penyebab yang bisa disembuhkan, misalnya terapi
obat nefrotoksik, uropati obstruktif, dan penipisan volume.
Tindakan suportif meliputi makanan kaya kalori dan rendah protein, natrium,
dan kalium, dengan suplemen vitamin dan pembatasan cairan.
Pemantauan elektrolit secara saksama penting untuk mendeteksi
hiperkalemia. Beri glukosa hipertonik dan insulin I.V. sesuai perintah-dan
resin pertukaran kalium oral atau rektal-untuk membuang kalium dari tubuh
bila terjadi hiperkalemia
Dialisis peritoneal bisa diperlukan jika tindakan tersebut tidak bisa mengontrol
hiperkalemia dan gejala uremik.
Terapi penggantian ginjal secara kontinu bisa dilakukan bagi pasien yang
tidak bisa menoleransi hemodialisis atau yang tidak stabil secara
hemodinamik.
Pengobatan Suportif untuk Gagal ginjal akut
Komplikasi Pengobatan
Kelebihan volume
intra vaskuler
Hiponatremia
Hiperkalemia
Batasi garam (1-2 gr/hari) dan air (< 1 liter/hari)
Batasi asupan air (< 1 liter/hari) hindari infuse larutan
hipotonik
Batasi asupan diet K(<40 mmol/hari)hindari diuretic hemat K
Potassium-binding ion axchage resins
Gukosa (50 ml dextrose 50%) dan insulin (10 unit)
Natrium bikarbonat (50-100mmol)
Agonis β2 (salbutamol 10-20 mg inhalasi atau 0,5-1 mg IV)
Asidosis Metabolik
Hiperfosfotemia
Hipokalsemia
Nutrisi
Kalsium glukonat (10 ml larutan 10% dalam 2-5 menit)
Natrium bikarboat (upayakan bikarbonat serum > 15 mmol/L
PH>7,2)
Batasi asupan diet fosfat (<800mg/hari)
Obat pengikat fosfat (kalium asetat, kalsium karbonat)
Kalsium karbonat : kalsium glukonat (10-20ml larutan 10%)
Batasi asupa protein diet (0,8-1 g/kg BB/hari) jika tidak
dalam kondisi katabolic
Karbohidrat (100g/hari)
Nutrisi enternal dan parenteral, jika perjalanan klinik lama
atau katabolik
Hemodialisa
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari
darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.
Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar
volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan
hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan
masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat
dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan
dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher &
Wilcox, 1997).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter
khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang
digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa
memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan
buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan
(NKF, 2006).
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan
hemodialisa antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain.
Gambar skema hemodialisa
Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005)
selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang
terjadi, antara lain:
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu
berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya
hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan
cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat
asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik,
neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama
dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat
serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien
hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer
dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea
yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan
suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini.
Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak
yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama
dengan azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang
perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi
trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan.
Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan.
7. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan
muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan
sering disertai dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian
heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah
yang lambat.
Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gagal Ginjal Akut yang Menjalani Hemodialisa
A. Pengkajian
a. Anamnesa:
1. Identitas:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin: Pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi prostat. Pada
wanita, infeksi saluran kemih yang berulang dapat menyebabkan GGA,
serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
2. Riwayat sakit dan kesehatan:
a. Keluahan utama: penurunan produksi urine
b. Riwayat kesehatan sekarang : pengkajian ditujukan sesuai dengan
predisposisi etiologi penyakit terutama pada prerenal dan renal. Secara
ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah
urine output dan apakan penurunan jumlah urine output tersebut ada
hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca-perdarahan
setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka
bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat
minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat
pemasangan transfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada
ginjal.
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya riwayat batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi presisposisi
penyebab pasca-renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
d. ADL :
Nutrisi: didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
Eliminasi: perubahan pola berkemih biasanya: peningkatan
frekuensi, poliuria (kegagalan dini), atau penurunan
frekuensi/oliguria(fase akhir), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan
retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), perubahan warna urine
contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria (biasanya
12-21 hari); poliuria (2-6 L/hari), abdomen kembung, diare atau
konstipasi
Hygiene: -
Aktifitas/istirahat: keletihan, kelemahan, malaise, kelemahan tonus
otot, kehilalngan tonus
b. Pemeriksaan fisik:
B1 (breathing): pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola
nafas dan jalan nafas yang merupakan respons terhadap azotemia dan
sindrom akut uremia. Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik) sering
didapatkna pada fase ini.
(napas pendek, takipnea, dispnea, peningkatan freekuensi, kedalaman
(pernapasan kusmaul); napas amonia, batuk produktif dengan sputum kental
merah muda (edema paru)).
B2 (blood): sering terdapat anemia yg merupakan kondisi yang tidak dapat
dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah marah dan kehilangan
darah, biasanya dari saluran GI. Adanya penurunan curah jantung sekunder
dari gangguan fungsi jantung akan memperberat kondisi GGA. Pada
pemeriksaan tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
(hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi malignam, eklampsia/hipertensi
akibat kehamilan, distritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi ortostatik
(hipovolemia), nadi kuat (hipervolemia), edema jaringan umum (termasuk
area periorbital, mata kaki, sakrum), pucat, kecendrungan perdarahan,
peningkatan berat badan (edema), perubahan turgor kulit/kelembaban)
B3 (brain): gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien
berisiko kejang, efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala,
penglihatan kabur, kram otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada
fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia.
B4 (bladder): perubahan pola kemih pada periode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output ( 400 ml/hari, sedangkan
pada periode deuresis terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan
jumlah urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus.
Pada pemeriksaan didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih
pekat/gelap.
(perubahan pola berkemih biasanya: peningkatan frekuensi, poliuria
(kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria(fase akhir), disuria, ragu-
ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), perubahan warna
urine contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria (biasanya 12-21
hari); poliuria (2-6 L/hari))
B5 (bowel): didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
B6 (Bone): didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum efek sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi, kekeringan kulit,
pruritus, pucat, purpura; beku uremik (jarang terjadi)
c. Pemeriksaan penunjang:
Hasil uji darah yang mengindikasikan gagal ginjal akut intrinsik meliputi
kenaikan kadar nitrogen urea, kreatinin, dan kalium; kadar bikarbonat dan
hemoglobin (Hb) rendah; dan pH hematrokit (HTC) rendah.
Spesimen urin menunjukan warna tambahan, debris seluler, gravitasi spesifik
menurun, dan dalam penyakit glomerular menunjukan proteinuria dan
osmolitas urin yang mendekati osmolalitas serum kadar kalium urin kurang
dari 20 mEq/L jika oliguria disebabkan oleh berkurangnya perfusi dan lebih
dari 40 mEq/L jika disebabkan oleh masalah intrinsik.
Studi lainya meliputi ultrasonografi renal, radiografi ginjal-ureter-kandung
kemih, urografi ekskretori, scan renal, pielografi retrograd, computed
temography, dan nefrotomografi
Pencitraan radionuklida: dapat menunjukan kaliketaksis, hidronefrosis,
penyempitan, dan lambatnya pengisisan dan pengosongan sebagai akibat
dari GGA
Pielogram retrogard: menunjukan abnormalitas perlvis ginjal dan ureter
Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskularitas dan massa
Sistouretrogram berkemih: menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke
dalam ureter, retensi
CT scan: gambaran bagian menyilang dari ginjal dan saluran perkemihan
mendeteksi adanya/luasnya penyakit
MRI: memberi informasi tentang jaringan lunak
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul untuk pasien gagal ginjal akut meliputi :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. mukus dalam jumlah berlebihan
DS : mengeluh napas pendek, nafas berbau amonia
DO: takipnea, peningkatan freekuensi, kedalaman (pernapasan kusmaul), batuk
produktif dengan sputum kental merah muda (edema paru).
2. Penurunan curah jantung b.d. perubahan preload
DS : mengatakan adanya pembengkakan pada kelopak mata, mata kaki
DO : hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus, distritmia jantung, edema
3. Resiko cedera b.d. disfungsi sensorik
Yang ditandai dengan: penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, penglihatan
kabur, gangguan status mental
4. Gangguan eliminasi urin b.d. penyebab multipel
DS : mengatakan ragu-ragu dalam berkemih.
DO: perubahan pola kemih pada periode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi
dan penurunan urine output ( 400 ml/hari, peningkatan frekuensi, poliuria
(kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria(fase akhir),
disuria, ,dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), perubahan warna
urine contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria (biasanya 12-21
hari); poliuria (2-6 L/hari))
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidak mampuan
untuk mencerna makanan.
DS : mengeluh mual dan muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri uluhati,
kembung
DO: diare, konstipasi
6. Keletihan b.d. status penyakit
DS: mengeluh keletihan, kelemahan
DO: malaise, kelemahan tonus otot, kehilalngan tonus
7. Intoleransi aktifitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
DS: mengeluh lelah setelah beraktifitas, letih, lemah
DO: hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi malignam, eklampsia/hipertensi
akibat kehamilan, distritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi ortostatik
(hipovolemia), nadi kuat (hipervolemia).
8. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
DS: mengatakan adanya peningkatan berat badan dalam waktu singkat
DO: edema jaringan umum (termasuk area periorbital, mata kaki, sakrum),
perubahan turgor kulit, kulit lembab.
9. Resiko kerusakan itegritas kulit b.d. gangguan kondisi metabolik
Yang ditandai dengan adanya kekeringan, pruritus, pucat, purpura, beku uremik
(jarang terjadi).
10. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif dan kegagalan mekanisme
regulasi
DS:mengeluh lemah,
DO: haus, berat badan menurun, hipotensi, turgor kulit jelek, mukosa membran
kering, hemokonsentrasi
11. Resiko perdarahan b.d. koagulopati inheren
Yang ditandai dengan adanya kecenderungan perdarahan.
C. Rencana Tindakan/intervensi keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin b.d. penyebab multipel
Goal: pola eliminasi urin pasien normal selama dalam perawatan
Objective: pasien tidak mengalami penyebab multipel selama dalam perawatan
Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- Dapat berkemih dengan normal
- Produksi urin >600 ml/hari
- Disuria (-)
intervensi dan rasional:
1. dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan tentang masalah
perkemihan.
R/ mendengan aktif menunjukan respek terhadap pasien; pengungkapan secara
bebas membantu menentukan ketakutan pasien secara tepat.
2. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga atau
pasangan.
R/ pengetahuan kesehatan yang akurat akan meningkatkan kemampuan pasien
dalam mempertahankan kesehatan.
3. Dorong asupan cairan yang seimbang
R/ untuk melembabkan membran mukosa dan melarutkan zat kimia dalam tubuh
4. Kolaborasi pemberian obat nyeri sesuai program dan pantau keefektifannya
R/ untuk meredakan nyeri dan menurunkan ketegangan akibat ansietas
5. Observasi pola berkemih pasien. Dokumentasikan warna dan karakteristik urin,
asupan dan haluaran, dan berat badan pasien setiap hari. Laporkan semua
perubahannya.
R/ pengukuran asupan dan haluaran yang akurat sangat penting untuk
melakukan terapi penggantian cairan secara tepat. Karakteristik urine membantu
penegakan diagnosis.
2. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulator sekunder akibat
GGA
Goal: pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit selama
dalam perawatan
Objective: pasien tidak akan mengalami gangguan selama dalam perawatan
Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- Edema (-)
- Turgor kulit baik
- Kelembaban kulit baik
Intervensi dan rasional:
1. Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembatasan multipel.
R/ membantu menghindari periode tanpa cairan.
2. Jelaskan alasan pembatasan cairan dan diet yang dianjurkan
R/ untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien
3. Berikan cairan sesuai instruksi, pantau kecepatan aliran IV secara cermat
R/ kelebihan cairan IV dapat memperburuk kondisi pasien
4. Berikan perawatan mulut, pertahankan kelembapan membran mukosa dengan
pelumas larut air
R/ untuk mencegah dehidrasi mukosa
5. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema
R/ edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contoh
tangan, kaki, area lumbosakral. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg cairan
sebelum edema pitting terdeteksi. Edema periorbital dapat menunjukan tanda
perpindahan cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh
akumulasi cairan minimal.
6. Awasi denyut jantung, TD dan CVP
R/ takikardi dan hipertensi terjadi karena (1) kegagalan ginjal untuk
mengeluarkan urine, (2) pembatasan cairan berlebihan selama mengobati
hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguria gagal ginjal, (3) perubahan
pada sestem renin-angiotensin
7. Ukur berat badan pasien setiap hari sebelum sarapan sesuai program. Periksa
adanya tanda-tanda retensi cairan seperti edema.
R/ untuk memberikan pembacaan yg konsisten
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. mukus dalam jumlah berlebihan
Goal: pola nafas pasien efektif selama dalam perawatan
Objective: pasien dapat terbebas dari mukus dalam jumlah berlebihan selama
dalam perawatan.
Outcomes: dalam waktu 1x24 jam perawatan:
- RR normal (12-20x/menit)
- Pernafasan kusmaul (-)
- Ronchi (-)
Intervensi dan rasional:
1. Istirahatkan klien dengan posisi semi fowler
R/ posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal. Istirahat
akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan
menurunnkan tekanan darah
2. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung
R/ lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan
yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
3. Kolaborasi pemberian cairan Ringer Laktat secara intravena
R/ larutan IV Ringer Laktat biasanya merupakan cairan pilihan untuk
memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih anion normal.
4. Pantau data laboratorium analisis gas darah berkelanjutan
R/ tujuan keperawatan pada asidosis metabolik adalah meningkatkan pH
sistemik sampai ke batas yang aman dan menaggualangi sebab-sebab
asidosis yang mendasarinya. Dengan monitoring perubahan dari analisis gas
darah berguna untuk menghindari komplikasi yang tidak diharapkan.
5. Observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan pasien
R/ untuk mendeteksi tanda-tanda awal gangguan dan untuk mengetahui
keefektifan intervensi.
4. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif dan kegagalan
mekanisme regulasi
Goal: pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit selama
dalam perawatan.
Objective: pasien tidak akan mengalami kehilangan cairan aktif dan kegagalan
mekanisme regulasi selama dalam perawatan.
Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- Berat badan meningkat
- Dehidrasi (-)
- Turgor kulit normal
- Mukosa membran lembab
- TTV dalam batas normal
Intervensi dan rasional:
1. Jelaskan alasan kehilangan cairan dan ajrkan pada pasien cara memantau
volume cairan (contohnya dengan mencatat berat badan setiap hari dan
mengukur asupan dan haluaran)
R/ tindakan ini mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan personal
2. Kolaborasi pemberian cairan secara intravena
R/ jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake dan output cairan.
3. Selimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Hindari terlalu panas
R/ untuk mencegah vasodilatasi, terkumpulnya darah di ekstremitas dan
berkurangnya volume darah sirkulasi.
4. Pantau status cairan (turgor kulit, membran mukosa, intake dan output)
R/ jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan.
Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring
yang ketat pada produksi urin <600 ml/hari karena merupakan tanda-tanda
terjadinya syok hipovolemik.
5. Observasi TD dan timbang berat badan
R/ hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik. Perubahan berat badan sebagai
parameter dasar terjadinya defisit cairan
6. Observasi warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur
R/ mengetahui adanya pengaruh peningkatan tahanan perifer
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi
F. Pendidikan pasien
1. Jelaskan tentang penyebab episode gagal ginjal akut
2. Jelaskan derajat fungsi ginjal setelah fase akut lewat
3. Jelaskan makanan dan minuman yang harus dipantang
4. Ajarkan keterampilan untuk mengobservasi suhu, nadi, pernafasan, TD, intake
dan output, mengukur BB setiap hari dan mencatatatnya
5. Jelaskan tentang pentingnya personal hygiene yg baik
6. Jelaskan tentang bagaimana menghindari infeksi
7. Jelaskan tentang latihan dan istirahat dan jenis latihan atau olahraga yg
diperbolehkan
8. Beri penjelasan tentang obat-obatan: nama, tujuan, dosis, waktu dan reaksi yg
merugikan dan tulis semua obat yang diminum
9. Jelaskan jadwal kunjungan follow up ke dokter dan pentingnya kegiatan tersebut
10. Jelaskan tentang kemungkinan dialisa ginjal dan tranplantasi di masa mendatang
DAFTAR PUSTAKA
Suyono, dkk. 2001. lamet. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke tiga. Jakarta : Balai
penerbit FKUI
Fauci, Braunwald, et al. 2008. Harrison’s: Principle of Internal Medicine, ed 17. New York:
McGraw- Hill
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Dager, W; Spencer, A. 2001. Chapter 45: Acute Renal failure. Available
from:http://highered.mcgraw-hill.com (Accesed : May, 23rd 2012)
Siddique. 2001. Acute Renal failure: Pathogenesis & Management. Available
from:http://kznhealth.gov.za (Accesed : May, 23rd 2012)
Tanagho E A, McAninch J W.2004. Lange: Smith’s General Urology. Sixteenth Edition.
Boston: McGraw Hill.