fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi

21
FUNGSI MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI ALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas kehidupan ini? Apakah sama fungsinya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan? atau mempunyai fungsi yang lebih istimewa ? Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang lain. Oleh karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah. Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan banyak orang mati, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam. Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh agama.

Upload: muhammad-rivaldi

Post on 19-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fungsi manusia sebagai khalifah di bumi

TRANSCRIPT

Page 1: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

FUNGSI MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMIALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari  setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas kehidupan ini? Apakah sama fungsinya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan? atau mempunyai fungsi yang lebih istimewa ?Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang lain. Oleh karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah. Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan banyak orang mati, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan individu setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain apa lagi oleh negara.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan

Page 2: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.Fungsi KhalifahPada  dasarnya,  akhlak  yang  diajarkan   Alquran   terhadap lingkungan bersumber dari fungi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan  menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan  mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam  pandangan  akhlak Islam,  seseorang  tidak dibenarkan mengambil  buah  sebelum  matang,  atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.Ini  berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua  proses yang sedang  terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga  ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan,  dan benda-benda  tak  bernyawa  semuanya

Page 3: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

diciptakan  oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.Karena itu dalam Alquran ditegaskan bahwa :“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan  burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan  umat-umat (juga)  seperti manusia...”  (QS. Al-An’am  [6] : 38)Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran  bahwa  apapun  yang  berada  di  dalam  genggaman tangannya,   tidak lain   kecuali    amanat    yang    harus dipertanggungjawabkan. “Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin yang berhembus di udara,  dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawabannya, manusia menyangkut pemeliharaan  dan pemanfaatannya”, demikian   kandungan penjelasan  Nabi  Saw. tentang firman-Nya dalam Alquran“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kemikmatan (yang  kamu  peroleh).” (At-Takatsur, [102]:  8)Dengan demikian  manusia bukan  saja  dituntut  agar tidak  alpa  dan angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan” (QS Al-Ahqaf [46]: 3).Pernyataan Allah ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan  kepentingan  diri  sendiri,  kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus  berpikir  dan bersikap  demi kemaslahatan  semua pihak.  Ia  tidak  boleh bersikap  sebagai penakluk alam  atau  berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang,  istilah penaklukan  alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani  yang beranggapan bahwa  benda-benda  alam

Page 4: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

merupakan dewa-dewa yang memusuhi  manusia sehingga harus ditaklukkan.Yang menundukkan alam menurut Alquran adalah  Allah.  Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.“Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 13)Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam. Keduanya  tunduk  kepada  Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. Aquran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad Saw. yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad Saw. bahkan memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. “Nama” memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.Ini berarti bahwa manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak  boleh  tunduk  dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda  itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh  benda-benda  itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda sehingga  mengorbankan kepentingannya sendiri. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apapun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya tidak mengorbankan kepentingannya di akhirat kelak.Memanfaatkan Segala PotensiManusia merupakan khalifah di bumi ini, diciptakan oleh Allah dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan yang menyertainya. Kita diberi akal pikiran dan juga hawa nafsu sebagai pelengkapnya. Manusia telah diberikan berbagai fasilitas di muka bumi sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Semua yang kita perlukan telah terhampar di alam semesta, manusia hanya perlu mengelolanya saja.

Page 5: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

Dalam kelangsungan hidup manusia terjadi berbagai perkembangan di dunia, semakin kompleksnya kebutuhan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan terciptanya berbagai mesin-mesin dan berbagai alat komunikasi yang membantu meringankan kehidupan dan pekerjaan manusia. Didorong dengan nafsu keserakahannya, manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, negara hanya berpikir untuk memajukan perekonomian dan pembangunan besar-besaran diberbagai sektor, tanpa memikirkan dampak lingkungan yang diakibatkan dari apa yang dilakukan manusia. Termasuk penduduk Indonesia perilakunya juga seperti itu, bisa dikatakan kepeduliannya sangat kecil terhadap lingkungan, ini tidak lepas dari tingkat kesadaran masyarakat dan juga desakan ekonomi yang juga menuntut masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang diakibatkan.Kegiatan manusia di dunia ini banyak menimbulkan masalah bagi lingkungan, erosi tanah, polusi udara, banjir, tanah longsor, tanah yang hilang kesuburannya, hilangnya spesies-spesies dalam ekosistem, kekeringan, hilangnya biota-biota laut dan yang paling memprihatinkan adalah pemanasan suhu global, yaitu peristiwa pemanasan bumi yang disebabkan oleh peningkatan ERK (Efek Rumah Kaca) yang disebabkan oleh gas rumah kaca (GRK), seperti CO2, CH4, Sulfur dan lain-lain yang menyerap sinar panas atau menyebabkan terperangkapnya panas matahari (sinar infra merah). ERK (greenhouse effect) bukan berarti disebabkan oleh bangunan-bangunan yang berdinding kaca, tapi hanya merupakan istilah yang berasal dari para petani di daerah iklim sedang yang menanam tanaman di rumah kaca.Global Warming sangat perlu diperhatikan oleh seluruh penduduk dunia, dan termasuk didalamnya penduduk Indonesia, dengan bersinergi menurunkan dan memperlambat peningkatan greenhouse effect. Langkah-langkah nyata harus dilakukan oleh masyarakat, karena sangat besarnya dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain yang hidup di bumi.

Page 6: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

Kita ketahui Indonesia merupakan negara maritim. Pemanasan global yang saat ini terjadi akan memicu naiknya suhu atmosfer bumi, dan akan menaikkan permukaaan air laut, yang juga didukung oleh pencairan es di kutub bumi. Hal ini dapat memicu tenggelamnya negara kita, didahului dengan tenggelamnya ribuan pulau-pulau kecil yang dimiliki Indonesia. Kalau pemanasan global tidak cepat ditanggulangi dan membiarkan kegiatan-kegiatan manusia yang tidak ramah dengan lingkungan, mungkin beberapa abad lagi negara kita akan tenggelam dan berakhirlah peradaban manusia di dunia.Seiring pertumbuhan penduduk yang cenderung tidak dapat dikendalikan dan selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini juga terjadi di Indonesia, akan memicu naiknya kebutuhan-kebutuhan manusia seperti pangan, tempat tinggal, listrik, BBM dan banyak kebutuhan lainnya. Kesemuanya itu akan meningkatkan kebutuhan manusia akan lahan-lahan yang digunakan untuk produksi pertanian, perkebunan, pertambangan, tempat tinggal, jalan-jalan dan fasilitas umum. Hal ini tidak bisa dipungkiri, dan akhirnya terjadilah penebangan pohon-pohon dan hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk bahan baku industri tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang akan diderita.Ini  berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua  proses yang sedang  terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga  ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan,  dan benda-benda  tak  bernyawa  semuanya diciptakan  oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat

Page 7: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang. ***

Manusia Sebagai Khalifah1. Surat Al Baqarah : 30

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan

padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)

a. Kandungan ayat

Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi

kalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia

diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti

tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya,

perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang

ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu

semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-

benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman

kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.

Kesimpulan kandungan Surat Al Baqarah : 30, diantaranya:

Page 8: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

1. Allah memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah (wakil

Allah) di bumi

1. Allah memilih manusia menjadi khalifah di muka bumi

2. malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai

manusia. Menurut pandangan malaikat, manusia suka membuat kerusakan dan

menumpahkan darah

3. Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah

dirinya. Malaikat merasa selalu bertasbih, bertauhid dan menyucikan Allah

4. Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat

2. Surat Al Mukminun : 12-14

Bacalah Surat Al Mukminun ayat 12-14 berikut dengan fasih dan benar! Teks

lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)

dari tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam

tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,

lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami

jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,

Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)

a. Kandungan ayat

Dalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses

penciptaan manusia. Sebelum para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui

proses asal usul kejadian penciptaan manusia dalam rahim ibunya, Allah SWT sudah

terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut dalam Al Qur’an seperti dalam

surat Al Mukminun ayat 12-14, dan diperkuat oleh ayat lainnya diantaranya Surat Al

Hasyr ayat 24 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang

mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan

Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS Al Hasyr : 24)

Pada surat Al Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses

penciptaan manusia dalam rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu:

Page 9: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

1. Fase air mani

2. Fase segumpal darah

3. Fase segumpal daging

Yang masing-masing fasenya memakan waktu 40 hari, hal ini dijelaskan dalam sebuah

hadits yang di riwayatkan oleh bukhari:

Artinya :

Dari Abdullah bin Mas’ud ra.,ia berkata : Rasululla saw bercerita kepada kami, beliaulah

yang benar dan dibenarkan : “Sesungguhnva penciptaan perseoranganmu terkumpul

dalam perut ibunva empat puluh hari dan empat puluh malam atau empat puluh malam,

kemudian menjadi segumpal darah, semisal itu (40 hari = pen) kemudian menjadi

segumpal daging, semisal itu (40 hari = pen), kemudian Allah mengutus Malaikat,

kemudian dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari rizkinya,

ajalnya (batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian Malaikat

meniupkan ruh padanya. Sesungguhnya salah seorang di antaramu niscaya beramal

dengan amal ahli (penghuni) sorga, sehingga jarak antara sorga dengan dia hanya satu

hasta, namun catatan mendahuluinya, maka ia beramal dengan penghuni neraka, maka

ia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantaramu, beramal dengan amal

ahli neraka, sehingga jarak antara neraka dengan dia hanya satu hasta, namun catatan

mendahuinya, maka ia beramal dengan amal penghuni sorga, maka ia masuk

sorga. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Sedangkan dalam surat Al Hasyr Allah menjelaskan bahwa janin sebelum menjadi

manusia sempurna juga mengalami tiga fase, yaitu:

1. Taswir, yaitu digambarkan dengan bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari

2. Al Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya

3. Al Baru’, yaitu penyempurnaan terhadap bentuk janin

Kesimpulan kandungan surat Al Mukminun ayat 12-14 ini antara lain:

1. Menjelaskan tentang proses kejadian manusia

2. Allah memberi kesempatan hidup di dunia kepada manusia

3. Usia manusia ditentukan oleh Allah SWT

Page 10: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

4. Manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak

sombong kepada Allah dan sesama manusia

3. Surat Adz Dzariyat ayat 56

Bacalah surat Az Zariyat berikut ini dengan fasih dan benar! Teks lihat “google

Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah

kepadaku.” (QS Adz Zariyat : 56)

a. Kandungan ayat

Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah,

termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan

diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi

manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya

fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini

adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua

alam semesta ini.

Seperti diutarakan pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang

menciptakan manusia dari saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina,

yaitu air mani, oleh karenanya merupakan suatu keharusan bagi manusia untuk

menyembah penciptanya, yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk mulia

diantara makhluk lainnya.

4. Surat Al Hajj ayat 5

Bacalah surat Al Hajj ayat 5 berikut ini dengan fasih, tartil, dan benar! Teks lihat

“google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka

(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari

setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang

sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan

Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah

ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan

berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada

yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai

pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.

Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,

Page 11: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan

yang indah. “ (QS Al Hajj : 5)

B. PROSES KEJADIAN MANUSIA

Manusia dalam pandangan Islam tediri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.

Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah.

Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri, yang keberadaannya dia

alam baqa nanti merupakan rahasia Allah SWT. Proses kejadian manusia telah

dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim dan Hadits Rasulullah SAW.

Tentang proses kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an

surat Al Mukminun ayat 12 – 14 Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari

tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

kokoh (rahim). Kemudain airmani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal

darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang

belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan

dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling

baik.” (QS Al Mukminun : 12-14).

Tentang proses kejadian manusia ini juga dapat dilihat dalam pada QS As

Sajadah ayat 7 – 9 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : 7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai

penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati

air yang hina. 9. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh

(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;

(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajadah : 7 – 9)

Dalam hadits Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda yang

artinya: “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40

hari sebagai nutfah, kemudain sebagai alaqah seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai

mudgah seperti itu, kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan

ruh kedalam tubuhnya.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a dan muslim)

Ketika masih berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum

mempunyai ruh, karena baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (4X30 hari).

Oleh karena itu, yang menghidupkan tubuh manusia itu bukan roh, tetapi kehidupan itu

sendiri sudah ada semenjak manusia dalam bentuk nutfah. Roh yang bersifat immateri

Page 12: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang berpusat diotak,

serta daya rasa yang disebut kalbu yang berpusat di dada. Keduanya merupakan

substansi dai roh manusia.

C. PERANAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua

peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.

Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya

perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).

1. Memakmurkan Bumi

Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia

harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia.

Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan

tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat

melanjutkan eksplorasi itu.

2. Memelihara Bumi

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak

manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan

jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena

sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena

itu, hal semacam itu perlu dihindari.

Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia

mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa

(pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan

kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama

(Islam).

Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara

bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang

membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan

cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi

sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat

kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang

Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi : Teks lihat

“google Al-Qur’an onlines”

Page 13: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya

kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan

menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)

Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan

fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap

Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat

77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,

kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)

D. TUGAS MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK

Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata

menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun. Beribadah berarti

menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk

mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.

1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan

syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak boleh

diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.

2. Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang

diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam

konteks mencari keridhaan Allah SWT

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT,

karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah k=jiwa yang berbahagia,

mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin.

Sedankan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam

kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT

yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang

puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah

ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

Page 14: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada

Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam

telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah.

Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus

disesuaikan dengan ajaran Islam.

Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di

muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki

oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain

Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik

dalam keadaan suka maupun duka.

Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh

kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan

dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul

berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan

keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu

Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, ''Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (Al-Baqarah:30). Banyak kaum muslimin yang keliru

dalam memahami ayat ini, yakni sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna

khalifah yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan

generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsier

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan

seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)

di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman:

''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)

Allah Ta'ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan penghormatan

kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul Ala, sebelum mereka diadakan. Maka

Allah berfirman, ''Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat''. Maksudnya, Hai

Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu'', ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah

di bumi'', yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan

Page 15: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, ''Dialah yang menjadikan kamu

sebagai khalifah-khalifah di bumi'' (Fathir: 39). Itulah penafsiran khalifah yang benar, bukan

pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam merupakan khalifah Allah di bumi dengan

berdalihkan firman Allah, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.''

Abdur Razaq, dari Muammar, dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan firman Allah, ''Mengapa

Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya'', Seolah-olah

malaikat memberitahukan kepada Allah bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan

membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai

bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk

yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak diizinkan-Nya.

Ibnu Juraij berkata bahwa sesungguhnya para malaikat itu berkata menurut apa yang telah

diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan Adam. Maka malaikat berkata, ''Mengapa

Engkau hendak menjadikan di bumi itu oranig yang akan membuat kerusakan padanya?''.

Ibnu Jarir berkata, ''Sebagian ulama mengatakan, 'Sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti

itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah dibentahukan kepada

mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata, ''Mengapa Engkau hendak

menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?'' Sesungguhnya mereka bermaksud

mengatakan bahwa di antara keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu

bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban

atas mereka, Allah berkata, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,'' yakni

Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan spesies yang suka melakukan

kerusakan seperti yang kamu sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan

menjadikan di antara mereka para nabi, rasul, orang-prang saleh, dan para wali.

Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa'i berkata dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsiernya :

Saya berpendapat bahwa konsep khalifah mengharuskan secara pasti tiadanya pihak yang

digantikan, baik tiadanya itu secara total atau hanya sebagian, baik tiadanya itu karena kematian,

perpindahan, dicopot, mengundurkan diri, atau karena sebab lain yang membuat pihak yang

digantikan tidak dapat melanjutkan aktivitasnya. Misalnya Anda berkata: ''Abu Bakar merupakan

khalifah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam'' yakni setelah Rasul meninggal. Atau Anda berkata:

Page 16: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

''Rasulullah menjadikan Ali sebagai khalifah di Madinah,'' yaitu ketika Nabi shalallahu 'alaihi wa

sallam pergi dari Madinah untuk melakukan salah satu perang. Bila konsep ini telah jelas dan

melahirkan kepuasan, maka orang yang merasa puas tadi akan menemukan kekeliruan pendapat

orang yang mengatakan bahwa Adam dijadikan Allah sebagai khalifah-Nya di bumi. Kekeliruan itu

disebabkan oleh hal-hal berikut ini.

1. Adalah mustahil tiadanya Allah dari kerajaan-Nya, baik secara total maupun sebagian. Dia

senantiasa mengurus langit dan bumi dan tidak ada suatu perkara seberat Dzarrah pun yang ada di

langit dan di bumi yang terlepas dari pengetahuan-Nya. Jadi, Dia tidak membutuhkan khalifah, wakil,

pengganti, dan tidak pula butuh kepada pihak yang ada di dekat-Nya. Dia Mahakaya dari semesta

alam.

2. Jika keberadaan Adam atau jenis manusia itu layak untuk menggantikan Allah, maka dia harus

memiliki sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah Ta'ala, dan Mahasuci Allah dari sifat-sifat yang

dapat diserupai manusia. Jika manusia, sebagaimana seluruh makhluk lainnya, tidak menyandang

sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah, bahkan makhluk tidak memilikinya, sedangkan Allah

Maha Sempurna pada seluruh sifat-Nya, maka terjadilah ketidaksamaan secara total. Maka

bagaimana mungkin orang yang berkekurangan menggantikan pihak Yang Mahas Sempurna?

Maha Suci Allah dari adanya pihak yang menandingi dan menyerupai. ''Tidak ada sesuatu pun yang

serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'' (asy-Syuura: 11)

3. Adalah sudah pasti bahwa manusia tidak layak menjadi khalifah atau wakil Allah, bahkan hal

sebaliknyalah yang benar, yaitu Allah sebagai khalifah dan wakil. Simaklah beberapa firman berikut

ini. ''Cukuplah Allah menjadi Wakil (Penolong) kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung''(Ali

Imran: 173). ''Dan Allah Maha Mewakili segala sesuatu.''(Hud: 12). ''Dan barangsiapa bertawakal

kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.''(At-Thalaq: 3). ''Dan cukuplah

Allah sebagai Wakil''(An-Nisa': 81) Dalam hadits mengenai doa bepergian, Nabi shalallahu 'alaihi wa

sallam bersabda, ''Ya Allah, Engkaulah yang menyertai perjalanan dan yang menggantikan dalam

mengurus keluarga (yang ditinggalkan)''

Page 17: Fungsi Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

4. Tidak ada satu dalil pun, baik yang eksplisit, implisit, maupun hasil inferensi, baik di dalam Al-

Qur'an maupun Sunnah yang menyatakan bahwa manusia merupakan khalifah Allah di burni,

karena Dia berfirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi''. Ayat ini

jangan dipahami bahwa Adam alaihis salam adalah khalifah Allah di bumi, sebab Dia bertirman,

''Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.'' Allah mengatakannya demikian, dan tidak

mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan, untuk-Ku, seorang khalifah di bumi'', atau Dia

mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah bagi-Ku di bumi'', atau

''menjadikan khalifah-Ku''. Dari mana kita menyimpulkan bahwa Adam atau spesies manusia

sebagai khalifah Allah di bumi? Ketahuilah, sesungguhnya urusan Allah itu lebih mulia dan lebih

agung daripada itu, dan Maha Tinggi Allah dari perbuatan itu. Namun, mayoritas mufasirin

mengatakan, ''Yakni, suatu kaum menggantikan kaum yang lain, kurun demi kurun, dan generasi

demi generasi.''

Ulama lain menafsirkan ayat di atas dengan ''menjadikan sebagai khalifah bagi makhluk

sebelumnya yang terdiri atas jin atau makhluk lain yang mungkin berada di muka bumi yang ada

sebelum spesies manusia.

Penafsiran yang pertama adalah lebih jelas karena dikuatkan dengan AlQur'an dan Sunnah. Adapun

orang yang berpandangan bahwa yang dimaksud dengan khilafah ialah khilafah dalam penetapan

hukum semata, maka pandangan ini tidak dapat diterima. Karena hukum yang valid ialah yang

bersumber dari wahyu yang telah ditetapkan Allah, bukan hukum si khalifah, namun hukum Allah,

dan hukum itu merupakan sarana penghambaan kepada Allah. Alangkah jauhnya jarak antara

ibadah dengan perwakilan dan kekhilafahan. Jadi, jelaslah bahwa orang yang menghukumi itu tiada

lain hanyalah menetapkan hukum Allah, bukan inenggantikan-Nya.