emfisema batasan kelainan paru yang ditandai pelebaran
TRANSCRIPT
EMFISEMA
Batasan
Kelainan paru yang ditandai pelebaran permanen abnormal dari saluran napas
distal bronkioli terminalis disertai destruksi dinding tanpa fibrosis yang jelas.
Destruksi didefinisikan sebagai pelebaran saluran napas yang tidak uniform
sehingga gambaran asinus dan komponen yang tersusun rapi terganggu dan
mungkin hilang.
Faktor Resiko
Paparan asap tembakau, occupational dust, defisiensi alfa 1 anti tripsin.
Klasifikasi
1. Emfisema asiner proksimal (emfisema sentraasiner)
2. Emfisema panasiner
3. Emfisema asiner distal
Patologi
Emfisema Sentriasiner
Proses dimulai di proksimal asinus (bronkioli respiratorius). Terbentuk parut
(scar) dan dilatasi fokal bronkioli dan struktur sekitar (duktus dan sakus alveoli)
menghasilkan pelebaran saluran napas di pusat asinus.
Ada 2 bentuk yaitu:
- Emfisema fokal. Emfisema yang dijumpai pada individu yang terpapar
debu inert seperti debu batubara
- Emfisema sentrilobuler. Emfisema sentriasiner yang sering dihubungkan
dengan perokok sigaret.
Emfisema panasiner
Pelebaran seluruh asinus. Bias fokal dan difus.
Emfisema asiner distal
Emfisema yang terjadi di bagian distal asinus yaitu duktus dan sakus alveolaris.
Kelainan ini mengenai lobus bagian perifer dan berbatasan dengan pleura
(subpleura), septa interlobular dan bundle bronkovaskuler. Emfisema ini sering
dihubungkan dengan pneumothoraks spontan primer pada usia muda.
Patogenesis
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan: antara lain inflamasi kronis, elastase-
antielastase (protease-antiprotease) dan oksidan-antioksidan. Paru dilindungi oleh
antiprotease (alfa 1 antitripsin, alfa 2 makroglobulin dan secretory
macroglobuline) dari elastase yang bersifat proteolitik. Elastase merupakan
produk utama neutrofil dan sel-sel lain seperti makrofag. Ketidakseimbangan
protease-antiprotease menyebabkan destruksi parenkim paru.
Oksidan yang berasal dari neutrofil, makrofag atau asap rokok sigaret
menginaktivasi alfa 1 antitripsin dan mengganggu repair matriks paru.
Antioksidan endogen: superoxide dismutase, dan katalase melindungi paru dari
jejas oksidan.
Gejala Klinis
Sesak napas dengan karakteristik berhubungan dengan aktivitas (dispneu on
effort), bila penyakit tambah berat sudah terasa sesak walau hanya dengan
aktivitas ringan. Batuk dengan dahak tidak banyak.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai toraks hiperinflasi. Harus diwaspadai sebab bias
dijumpai pada asma bronchial. Hiperinflasi menimbulkan barrel chest, suara ketok
hipersonor dan suara napas menurun.
Diagnosis
Berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditambah pemeriksaan
penunjang:
Radiologi: foto toraks : hiperinflasi (diafragma datar dan letak rendah,
sinus preniko kostalis tumpul, ruang retrosternal melebar, volume paru
bertambah besar)
Penipisan vaskuler dan hiperlusen
Faal paru. Ada obstruksi, yang ditandai oleh penurunan FEV1,
FEV1/FCV, PEF, hiperinflasi ditunjukkan dengan RV/TLC meningkat,
DLco menurun
Pemeriksaan alfa 1 antitripsin.
Penatalaksanaan
- Edukasi untuk penderita dan keluarga
- Berhenti merokok, hindari paparan factor iritan
- Rehabilitasi
- Terapi oksigen
- Bronkodilator: antikolinergik (ipratropium bromide 40 mcg sehari 3-4
kali), golongan xanthine (aminophylin/theophylline sehari 3 kali 1 tablet),
agonis beta 2, salbutamol 200 mcg sehari 3-4 kali, fenoterol 200 mcg
sehari 3-4 kali
- Nutrisi
Penyulit
1. Pneumothoraks
2. Kor Pulmonale
3. Gagal Napas
4. Malnutrisi