Untuk M
TAFSI
(Kajian
Diaju
Memenuhi S
P
R ILMI K
Epistemo
ARIN
ukan kepada
Salah Satu S
Program St
Konsentra
Y
KEMENT
ologi Tafs
OLEH
IF RIJALUNIM: 14205
TESI
a Pascasarja
Syarat Guna
tudi Aqidah
si Studi al-Q
YOGYAKA
2017
TERIAN
ir Ayat-a
H:
UL FIKRY511006
IS
ana UIN Sun
a Memperol
dan Filsafa
Qur’an dan
ARTA
7
AGAMA
ayat Kelau
nan Kalijaga
leh Gelar M
at Islam
Hadis
A RI
utan)
a
Magister Agama
PERI\TYATAAI\ KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah im :
Nama
NIM
Jenjang
Program Studi
Konsenfasi
Arif Rijalul Fikry, S.Th.l
14205 r 1006
Magister (S2)
Aqidah dan Filsafat
Studi al-Qur'an dan Hadis
Menyatakan bahwa naskah tesis ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/
karya saya sendiri kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbemya.
Yogyakart4 5 Januari 2017Saya yang menyatakan,
Arif Rijalul Fikry, S.Th.lNIM: 1420511006
PERNYATAAI\ BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda taagan dibawah ini :
Nama
NIM
Jenjang
Program Studi
Konsentrasi
Arif Rijalul Fikry, S.Th.I
14205r 1006
Magister (S2)
Aqidah dan Filsafat
Al{ur'an dan Hadis
Menyatakan bahwa naskah tesis ini secara keseluruhan benar-benar bebas dari
plagiasi. Jika di kernudian hari tertukti melakukan plagiasi, maka saya siap
ditindak sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Yogyakarta 5 Januari 2017Saya yang menyatakarl
Fikry, S.Th.I
lll
NIM: 1420511006
PERSETUJUAI\I TIM PENGUJI
UJIAN TESIS
: TAFSIR ILMI KEMENTERIAN AGAMA RI (Kajian Epistemologi
Tafsir Ayat-ayat Kelautan)
Arif Rijalul Fikry
142051 1006
Aqidah dan Filsafat
Studi al-Qur'an dan Hadis
Telah disetujui tim penguji ujian munaqasyah:
Ketua Sidang/ Penguji . : Dr. Phil. Munirul lchwan, tF, M.A.
Tesis berjudul
Nama
NIM
Program Studi
Konsentrasi
Waklu
Hasil/ Nilai
Predikat
Pembimbing/ Penguji
Penguji
Diuji di Yogyakarta pada tanggal 30 Januari 2017
: Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ae.(. fu.araZ|l
: Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag.
:09.00. WIB
:91/A
: Dengas+Sas/Sangat Memuaskan/Aronu€sl€n
KEMENTERIAN AGAMA REPBUBLIK INDONESIAT'NTVERSITAS ISLAM IIEGERI SI]NAN KALIJAGA
lJdD pa,scAsARJANA
Tesis berjudul
Nama
Nim
Program
Program studi
Konsentrasi
Tanggal Ujian
PENGESAIIAN
TAFSIR ILMI KEMENTERIAN AGAMA N(Kajian Epistemologi Ayat-ayat Kelautan)
Arif Rijalul Fikry, S. Th. I.
142051 1006
Magister (S2)
Agama dan Filsafat Islam
Studi al-Qur'an dan Hadis
:30 Januari 2017
Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Agama(M.Ag.)
Yogyakart4 I Februari 2017
Phil., Ph.D.199503 I 002
;';#,::4
NOTADINAS PEMBIMBING
Kepada Yth.
,Derektg-r Pasq4sarj anaUIN Sunan KalijagaYogyakarta
Assalamualaikum, Wr. W.
Seteiah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan tesis yang
berjudul: TAf,'SIR ILI4I KEMENTERIAN AGAMA RI (Kajian Epistemologi
Ayat-ayat Kelautan)
Yang dihrlis oleh: .
Nama : Arif Rijalul Fikry, S. Th. I.
Nim :1424511006
Program : Magister (S2)
Plogriiiii setudi : Aqidah dzitr Filsafat
Konsentrasi : Studi Qur'an dan Hadis
Sala berpelndap2it bahwa tesis tersebut stidah dapat diajukan kepada Paseasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk diuji dalam
faiigka fiieffrperoleh gelar Mirgister Agama.
IF as s alamu' alaikum, Ilr. Wb.
Yogyakarta 28 Desember 2016Pembimbing
u' Prof. Dr. H. Muhammad, M.Ag.NIP. 1959051519900i r002
vii
MOTTO
LAHIR BAWA POTENSI MATI MEMBAWA INVESTASI
Wahai Anak Muda Jika Engkau tak Sanggup Menahan Lelahnya Belajar
Maka Engkau Harus Menanggung Pahitnya Kebodohan
(Pythagoras)
viii
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat dan pertolongan Allah swt. penulis akhirnya dapat
menyelesaikan tesis dengan judul: TAFSIR ILMI KEMENTERIAN AGAMA RI
(Kajian Epistemologi Ayat-Ayat Kelautan). Meskipun demikian, semaksimal
usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. Oleh karenanya, saran dan kritik
membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada :
1. Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D. Selaku Rektor UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta beserta seluruh jajarannya.
2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A, M.Phil., Ph.D., selaku direktur Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Rof’ah, BSW, M.A, Ph.D., selaku kordinator Prodi S2 UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
ix
4. Prof. Dr. H. Muhammad, M.Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan
motivasi, arahan, serta bimbingan dengan penuh kesabaran sampai tesis ini
terselesaikan.
5. Segenap dosen prodi Agama dan filsafat konsentrasi al-Qur’an dan Hadis
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi penulis untuk
tugas dan tanggung jawab selanjutnya.
6. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti untuk mendoakan dan
membimbing penulis dari mulai lahir hingga saat ini.
7. Saudara-saudariku, Yushi Itsnayanti Maulidah (Teteh), Erina Ni’matul Irodah
(Erin) Muhammad Azmi Tawakkal (Aji) dan Muhammad Fajrul Hijaz
Haromain (d’Ifaj) yang memberikan warna dan motivasi dalam kehidupan
penulis.
8. Keluarga besar PP Al-Jauhar dan PP Sunan Pandanaran. Terima kasih telah
mengajarkan penulis banyak ilmu yang insya Allah barakah.
9. Teman-teman Pascasarjana kelas SQH angkatan 2014.
10. Keluarga besar NINERS (Yuyun, Faiq, Atul, Lubab, Faizah, Nikmah, Ipin,
Zoe, Mbak Ika, Mbak Nunung, Munirah, Ita, Lala, Lek Nis, Nihayah, Azmil,
Mila, Izzah, Mbak Iin, Lila, Kusminah, Yafik, Aswar, Dafid, Azzam, Ikhlas,
Said, Faza, Mughzi, Trisna, Fadlul, Anis, Atho’, Zuhdi, Hasyim, Rizki, Ali,
Hulem, Adib, Tantan, Azhar, Ihya’, Najib, Aji, Sukri, Munir, Syauqi, Didik,
Chaleel, Ucup, dan Maghfur). Terimakasih telah mengajarkan banyak hal
dalam kebersamaan dan persaudaraan.
ll_ Teman-teman mahasantri CSS MORA, khususnya CSS MORA llIN Sunan
Kalijaga, terima kasih atas motivasi dan kebersamaannya bersama penulis.
Keluarga besar santri Pon-Pes Aji Mahasiswa a1-Muhsin. Terimakasih atas
kerjasama kalian semua.
Semua pihak yang tanpa disadari telah membantu penulis kuliah.
Iazakunullah ahsn al-jaza'. Akhir kata semoga karya ini dapat bermanfaat.
Amin.
Yogyakart4 5 Januari 2017
Psnulis,
13.
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif ……. tidak dilambangkan أ
Ba>’ b Be ب
Ta>’ t Te ت
S|a>’ s\ es titik atas ث
Ji>m j Je ج
H{a>’ h} ha titik bawah ح
Kha>’ kh ka dan ha خ
Dal d De د
Z|al z\ zet titik atas ذ
Ra>’ r Er ر
Zai z Zet ز
Si>n s Es س
xii
Syi>n sy es dan ye ش
S{a>d s} es titik bawah ص
D{a>d d} de titik bawah ض
T{a>’ t} te titik bawah ط
Z}a>’ z} zet titik bawah ظ
Ayn …‘… koma terbalik diatas‘ ع
Gayn g Ge غ
Fa>’ f Ef ف
Qa>f q Qi ق
Ka>f k Ka ك
La>m l El ل
Mi>m m Em م
Nu>n n En ن
Waw w We و
Ha>’ h Ha ه
Hamzah …’… Apostrof ء
Ya>’ y Ye ي
xiii
II. Konsonan rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap:
ditulis muta‘aqqidi>n
ditulis ‘iddah
III. Ta>’ marbu>t}ah di akhir kata
1. Bila dimatikan, ditulis h:
ditulis hibah
ditulis jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki
lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
ditulis ni’matullah
ditulis zaka>tul-fit}ri
متعقدين
عدة
هبة
جزية
هللا نعمة
الفطر زكاة
xiv
IV. Vokal pendek
ditulis a contoh ditulis d}araba (fathah) ــ
ditulis i contoh ditulis fahima (kasrah) ــ
ditulis u contoh ditulis kutiba (dammah) ــ
V. Vokal panjang:
1. Fathah+alif ditulis a> (garis di atas)
ditulis ja>hiliyyah
2. Fathah+alif maqs}u>r, ditulis a> (garis di atas)
ditulis yas‘a>
3. Kasrah+ya>’ mati, ditulis i> (garis di atas)
ditulis maji>d
4. Dammah+wau mati, ditulis u> (garis di atas)
ditulis furu>d
VI. Vokal rangkap:
1. Fathah+ya>’ mati, ditulis ai
ditulis bainakum
2. Fathah+wau mati, ditulis au
ditulis qaul
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof
ditulis a’antum
ditulis u‘iddat
ضرب
فهم
كتب
جاهلية
يسعى
جميد
فروض
بينكم
قول
اعدت
أأنتم
xv
ditulis la’in syakartum
VIII. Kata sandang Alif+La>m
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
ditulis al-Qur’a>n
ditulis al-qiya>s
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah
ditulis al-syams
ditulis al-sama>’
IX. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya
ditulis z\awi> al-furu>d}
ditulis ahl al-sunnah
شكرمت لئن
القران
القياس
الشمس
السماء
الفروض ذوى
السنة أهل
xvi
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI (Kajian
Epistemologi Ayat-ayat Kelautan). Hal ini tidak lain karena keberadaan tafsir ilmi
masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Di samping itu, status Kementerian
Agama merupakan sebuah lembaga yang berada dalam struktural pemerintahan
Negara Indonesia. Kajian ini berupaya melihat sejauh mana kebenaran tafsir ilmi
ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan bagaimana kontribusi tafsir
ini terhadap masyarakat Indonesia. Mengingat tafsir ini lahir di kawasan yang
memiliki wilayah lautan yang sangat luas, bahkan dikenal dengan negara maritim.
Menarik untuk dicermati meskipun al-Qur’an diturunkan di kawasan
padang pasir tetapi dalam beberapa kesempatannya al-Qur’an menjelaskan akan
eksistensi laut. Al-Qur’an berulang kali menyebut atau memperkenalkan laut
kepada Rasulullah yang barang tentu akan disampaikan juga kepada umatnya.
Lebih lanjut, kata laut dengan semua bentuk derivasinya disebutkan sebanyak 41
kali sedangkan ayat tentang daratan terulang sebanyak 12 kali. Ini
mengindikasikan bahwa laut merupakan salah satu hal yang penting untuk
dipikirkan. Bekerja sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
yang kemudian membentuk tim penyusun terdiri dari para ulama dan ilmuwan.
Kemunculan Tafsir Ilmi ini tentunya memperkaya khazanah tafsir Indonesia.
Menarik untuk dikaji lebih mendalam mengingat tafsir dengan nuansa ilmiah ini
tergolong baru di ranah tanah air.
Berangkat dari deskripsi di atas, penulis mengkaji Tafsir Ilmi Kemenag ini
dengan menggunakan kacamata epistemologi tafsir. Adapun bahasan yang dikaji
terkait dengan hal ini adalah sumber-sumber penafsiran yang digunakan oleh tim
penyusun, metodologi yang ditempuh oleh tim penyusun dan validitas penafsiran
yang telah dilakukan oleh tim penyusun.
Penulisan tesis ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan
metode deskripsi-analitis dan menggunakan pendekatan historis-filosofis untuk
mengungkap epistemologi Tafsir Ilmi Kemenag: Samudra dalam Perspektif al-
Qur’an dan sains. Adapun hasil penelitian ini yaitu: Pertama, sumber penafsiran
yang dirujuk oleh tim penyusun diantaranya adalah al-Qur’an, Hadis, kitab klasik,
akal, hasil riset terkait dengan ilmu kelautan. Kedua, Metode penafsiran yang
ditempuh oleh tim penyusun adalah metode tematik. Tim penyusun menentukan
tema, menghimpun, mengklasifikasi dan mengkategorisasi ayat-ayat al-Qur’an
tentang kelautan. Setelah itu, tim penyusun menjelaskan dengan bantuan teori-
teori ilmiah yang terkait dengan ayat-ayat yang sudah di tentukan di atas. Ketiga,
mengenai validitas penafsiran, menurut teori koherensi, secara umum tim
penyusun konsisten dengan prinsip-prinsip penafsirannya meskipun pada
beberapa kasus terdapat keinkonsistensian. Secara korespondensi, tafsir ilmi ini
relevan dengan wilayah Indonesia sebagai negara maritim yang memerlukan
wawasan kelautan. Secara pragmatis, tafsir ilmi ini memiliki kebenaran karena
Kementerian Agama telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
rangka meningkatkan mutu masyarakat melalui kualitas pemahaman dan
pengamalan agama dari perspektif al-Qur’an dan sains dalam hal kelautan.
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ ii
SURAT BEBAS PLAGIASI ................................................................................ iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................................ iv
PENGESAHAN DIREKTUR ............................................................................... v
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... xi
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 10
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 10
E. Kerangka Teori........................................................................................... 14
F. Metode Penelitian....................................................................................... 18
G. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 19
BAB II TAFSIR ILMI KEMENAG DAN
EPISTEMOLOGI TAFSIR INDONESIA
A. Tafsir Ilmi Kemenag .................................................................................. 21
1. Tim Penyusun ...................................................................................... 23
2. Latar Belakang dan Motivasi Penyusunan ........................................... 26
xviii
3. Prinsip Dasar Penyusunan Tafsir Ilmi.................................................. 29
4. Tafsir Ilmi dalam Pandangan Ulama.................................................... 30
B. Konstruk Epistemologi Tafsir Indonesia ................................................... 34
1. Definisi dan Ruang Lingkup Epistemologi .......................................... 34
2. Epistemologi Tafsir .............................................................................. 38
3. Sketsa Perkembangan Epistemologi Tafsir Ilmi di Indonesia ............. 40
a. Periodesasi Literatur Tafsir al-Qur’an di Indonesia ....................... 40
b. Paradigma Epistemologi Tafsir Kontemporer ............................... 42
4. Signifikansi Kajian Epistemologi Tafsir .............................................. 47
BAB III LAUTAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN SAINS DALAM
TAFSIR ILMI KEMENAG
A. Hakikat Lautan ........................................................................................... 50
1. Lautan dalam al-Qur’an ....................................................................... 50
2. Lautan dalam Tinjauan Sains ............................................................... 53
B. Lautan Sebagai Rahmat Allah .................................................................... 60
1. Lautan Sebagai Sumber Penghidupan .................................................. 60
2. Lautan Sebagai Sarana Transportasi .................................................... 65
3. Lautan Sebagai Sumber Energi ............................................................ 68
C. Fenomena Lautan Sevagai Tanda Kuasa Allah ......................................... 70
1. Batas Dua Laut ..................................................................................... 71
2. Ombak di Atas Ombak ......................................................................... 74
3. Api di Bawah Dasar Laut ..................................................................... 77
D. Bencana Lautan .......................................................................................... 80
1. Lautan Sebagai Potensi Bencana ......................................................... 80
2. Gelombang Badai ................................................................................. 83
3. Erosi dan Pencemararn Laut ................................................................ 85
BAB IV STRUKTUR EPISTEMOLOGI TAFSIR ILMI KEMENAG
TENTANG AYAT-AYAT LAUTAN
A. Sumber Penafisran ..................................................................................... 89
xix
1. Sumber Naqli ....................................................................................... 91
a. Al-Qur’an ....................................................................................... 91
b. Hadis .............................................................................................. 96
c. Kitab-kitab Tafsir ........................................................................... 98
2. Sumber Aqli: akal, realitas dan hasil riset .......................................... 102
B. Metode Penafsiran .................................................................................... 107
C. Validitas Penafsiran ................................................................................. 116
1. Teori Koherensi .................................................................................. 117
2. Teori Korespondensi .......................................................................... 119
3. Teori Pragmatis .................................................................................. 122
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 126
B. Saran ......................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 130
LAMPIRAN ........................................................................................................ 136
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an banyak membicarakan tentang ibadah, hukum dan akhlak.
Sementara itu, al-Qur’an juga memberikan perhatian kepada ilmu-ilmu
pengetahuan empiris, termasuk di dalamnya ilmu sosial dan ilmu alam untuk
kepentingan hidup manusia di alam realitas ini sebagai khalifah atau pelaksana
tatanan hidup di bumi alam raya. Pernyataan ini dijelaskan oleh Allah Swt. Swt.
dalam al-Qur’an surat al-An’a>m (6): 165.1 Dari pernyataan tersebut, hubungan
antara ilmu pengetahuan (baca: sains) dengan teks suci (baca: al-Qur’an)2 bisa
1 Adapun redaksi ayat di atas sebagai berikut.
يوهو رضجعلكمخلئفٱلذربذكسيعٱل إنذ كم بلوكمفماءاتى ورفعبعضكمفوقبعضدرجتل
ۥإونذهٱلعقاب ١٦٥لغفوررذحيمSelain itu, banyak pula ayat al-Qur’an yang memerintahkan umat manusia yang diberi keutamaan
berupa akal untuk melihat, memikirkan, merenungi dan mengkaji apa yang terdapat di alam dunia
ini.
2 Terjadi perdebatan di kalangan para ulama dan ilmuwan tentang hubungan agama
dengan ilmu pengetahuan. Tafsir termasuk bagian dari agama karena ketika mengkaji sebuah
agama tidak bisa dipisahkan dari kitab sucinya masing-masing. Ian G. Barbour membagi
perdebatan tersebut kedalam empat tipologi. Pertama, tipologi konflik; tipe ini menganggap
bahwa agama dan ilmu pengetahuan itu saling bertentangan. Tipologi ini dipegang oleh kelompok
materialism ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci. Kedua, tipologi independensi; pandangan
ini beranggapan bahwa semestinya tidak perlu ada konflik, karena ilmu pengetahuan atau sains
dan agama berada di domain yang berbeda. Ketiga, tipologi dialog; bentuk ini berupaya
membandingkan metodologi kedua bidang (agama dan sains) yang dapat menunjukkan adanya
hubungan teologis dan pencarian ilmiah tentang hubungan ini, baik itu persamaan maupun
perbedaanya. Keempat, tipologi integrasi; tipe ini dapat terjadi pada kalangan yang mencari titik
temu diantara keduanya. Dengan kata lain menyetujui akan perumusan ulang gagasan-gagasan
teologi tradisional yang lebih ekstensif dan sistematis daripada yang dilakukan oleh tipe dialog.
2
berlangsung wajar jika ada kajian secara sistematik dan komprehensif mengenai
konsep-konsep yang mungkin dihubungkan dari kedua wilayah tersebut. Ada
wilayah teks suci yang dihadirkan dan dipahami melalui perkembangan
kontemporer sains dan ada wilayah sains menerima nilai-nilai penerapannya dari
teks suci.3
Albert Einstein pernah menyatakan “knowledge without religion is blind
and religion without knowledge is lame”. Pernyataan ini menggugah para
ilmuwan dan intelektual, baik saintis dan sosiolog untuk mulai mencari
kemungkinan adanya kontribusi kitab suci terhadap keberadaan sains dan ilmu-
ilmu sosial humaniora juga teknologi. Dengan demikian, pekerjaan besar bagi
para mufasir untuk memberikan ruang kepada para ilmuwan agar mereka dapat
diizinkan masuk ke dunia tafsir kitab suci, termasuk al-Qur’an.
Ketika al-Qur’an diturunkan, Rasulullah Saw. Saw. menjadi otoritas utama
sebagai pemberi penjelasan kepada para sahabatnya mengenai arti maupun
kandungan al-Qur’an. Penjelasan tersebut diberikan terhadap ayat-ayat yang
sekiranya sukar untuk dipahami maksudnya.4 Setelah Rasulullah Saw. Saw. wafat,
para sahabat mulai memberikan penafsiran terhadap al-Qur’an sesuai dengan
kemampuan dan pemahaman mereka.
Penjelasan tentang hubungan agama dan ilmu pengetahuan dapat dilihat dalam Ian G. Barbour,
Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 97-98.
3 Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 6.
4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 71.
3
Penafsiran al-Qur’an terus berlangsung mengingat dinamika kehidupan
mengalami perubahan dari masa ke masa. Pasca era sahabat mulai muncul tafsir
dengan berbagai macam corak penafsiran.5 Salah satunya adalah corak penafsiran
ilmiah atau lebih dikenal dengan tafsi>r ‘ilmi. Hal tersebut terjadi mengingat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan usaha penafsir untuk memahami
ayat al-Qur’an sejalan dengan perkembangan ilmu itu sendiri.6
Secara eksplisit al-Qur’an memerintahkan manusia untuk memperhatikan
tanda-tanda yang ada di alam semesta, di alam sejarah dan di dalam diri manusia
sendiri dengan etos yang rasional dan empiris. Sebagaimana ayat berikut:
إنذ موتفخلق رضوٱلسذلٱختلفوٱل ٱلحرتريفٱلذتٱلفلكوٱنلذهاروٱلذ
نزلٱنلذاسبماينفعوماأ ماءمنٱللذ ٱلسذ حيابه
اءفأ رضمنمذ
ٱل بعدموتهاوبثذ
وتصيف دابذة منك حابوٱلريحفيها رٱلسذ ٱلمسخذ ماءبي رضوٱلسذ
أليتٱل
١٦٤لقوميعقلونSesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah Swt. turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
5 Seiring dengan perkembangan displin keilmuan yang ada, mulailah muncul tafsir yang
sesuai dengan nuansa pengetahuan mufasirnya. Hal ini mengingat tafsir sebagai satu bentuk
ekspresi intelektual mufasir dalam menjelaskan al-Qur’an sesuai dengan kemampuan manusia
masing-masing. Nuansa atau corak yang muncul pada waktu itu dan berkembang sampai saat ini
adalah tafsi>r falsafi, tafsi>r fiqhi, tafsi>r luga>wi>, tafsi>r s{u>fi> dan tafsi>r ada>b ijtima>'i. Lihat Abdul
Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an (Yogyakarta: Pondok Pesantren LSQ, 2012), hlm.
112.
6 Sebagai manifestasi dari ide-ide popular ini, pada tahun 1980-an, Liga Dunia Muslim di
Mekkah membentuk sebuah komite khusus yang bertugas untuk melakukan kajian terhadap
mu’jizat saintifik dalam al-Qur’an dan Sunnah. Komite tersebut disponsori oleh banyak ilmuan
dan cendekia muslim dari berbagai keahlian untuk tujuan melakukan eksplorasi dan membuktikan
adanya hubungan antara al-Qur’an dengan sains. Lihat Dale F. Eickelman, dkk, al-Qur’an Sains
dan Ilmu Sosial (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 4.
4
(terdapat)tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah Swt.) bagi kaum
yang memikirkan. Q.S. al-Baqarah (2): 164.
Selain ayat di atas masih banyak ayat al-Qur’an yang objek ontologisnya
berkaitan dengan alam jagat raya, seperti langit dan bumi beserta segala isi di
dalamnya. Hal tersebut tentu nantinya akan mengacu kepada kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan. Formulasi seperti ini harus dipegang sebagai epistemologi Islam
dalam menjawab tantangan mendatang.
Di era modern kontemporer ini, ilmu pengetahuan telah mengalami
kemajuan yang sangat signifikan. Berbagai penemuan ilmiah dan teori dalam ilmu
pengetahuan berkembang dengan sangat pesat.7 Sementara itu patut untuk
dicermati bahwa di dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berbicara
mengenai fenomena alam atau yang biasa dsebut ayat kauniyah. Lebih dari 750
ayat yang berbicara mengenai hal ini.8 Untuk menyingkap tabir rahasia ayat-ayat
kauniyah ini maka manusia memerlukan seperangkat alat yang dapat menjawab
atas fakta ilmiah tersebut. Salah satunya adalah melakukan penafsiran ayat-ayat
tersebut yang diistilahkan dengan tafsir ilmi.
Untuk zaman kontemporer seperti saat ini keberadaan tafsir ilmi menjadi
penting, sama pentingnya dengan penjelasan ayat-ayat hukum. Machasin
mengatakan bahwa menurut sebagian pakar, tafsir ilmi dapat menjadi “ilmu kalam
7 Hal ini sebagai akibat dari intensifnya kegiatan penelitian yang didukung oleh etos
ilmiah yang tinggi, dana yang berlimpah serta alat bantu penelitian yang canggih dan lengkap.
Ilmu pengetahuan yang dahulunya mampu dikuasai oleh umat Islam, kini sebagian besar dikuasai
masyarakat Barat. Lihat Poeradisastra, Sumbangan Islam terhadap Peradaban Eropa dan Barat
(Jakarta: P3M, 1980), hlm. 76.
8 Tant}awi al-Jauhari, al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (Beirut: Da>r al-Fikr, tt), vol.
1, jilid 1, hlm. 7. Lihat juga Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, terj. Agus
Effendi (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 78-79.
5
baru” yang dapat memperteguh keimanan manusia modern, khususnya di era ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.9 Ia menambahkan bahwa Allah Swt.
dalam memerintahkan manusia untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an tidak pernah
membedakan antara kelompok ayat hukum, muamalah, ahlak dan akidah dengan
kelompok ayat-ayat kauniyah.
Maurice Bucaille, seorang ilmuwan Prancis dalam bukunya al-Qur’an,
Bibel dan Sains Modern mengemukakan bahwa tidak ada satu ayat pun dalam al-
Qur’an yang bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Inilah
kiranya yang menyebabkan besarnya perhatian para sarjana untuk mengetahui
lebih jauh model penafsiran al-Qur’an dengan pendekatan ilmu pengetahuan.10
Tafsir ilmi dalam studi al-Qur’an masih meninggalkan banyak perdebatan
secara akademis. Pada umumnya pertentangan yang terjadi adalah seputar relasi
al-Qur’an dan perkembangan ilmu pengetahuan yang dinamis. Menghadapi kasus
ini, penulis merasa penting untuk membawa diskusi ini dalam kajian
epistemologi. Kajian tersebut mempertanyakan tafsir sebagai sebuah persepsi
dalam pandangan penafsirnya, metode, sumber sekaligus melakukan validasi teks
dan konteks yang digunakan oleh mufasir. Dalam konteks ini, penulis mengkaji
TafsirIlmi: Samudra Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.
Menarik untuk dicermati meskipun al-Qur’an diturunkan di kawasan
padang pasir tetapi dalam beberapa kesempatannya al-Qur’an menjelaskan akan
9 Machasin dalam “Pengantar”, Tafsir Ilmi: Samudra dalam Perspektif al-Qur’an dan
Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2013), hlm.
xii.
10 Maurice Bucaile, Bibel, Qur’an dan Sains Modern, terj. H.M. Rasjidi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1994), hlm. 5.
6
eksistensi laut. Al-Qur’an berulang kali menyebut atau memperkenalkan laut
kepada Rasulullah Saw. yang barang tentu akan disampaikan juga kepada
umatnya. Lebih lanjut, kata laut dengan semua bentuk derivasinya disebutkan
sebanyak 41 kali sedangkan ayat tentang daratan terulang sebanyak 12 kali.11 Ini
mengindikasikan bahwa laut merupakan salah satu hal yang penting untuk
dipikirkan. Di samping untuk menunjukkan kekuasaan Allah Swt., dalam
beberapa ayat juga digambarkan secara umum akan manfaat laut bagi
kelangsungan hidup manusia. Dengan demikian al-Qur’an begitu jelas
menerangkan keterkaitan kehidupan manusia dengan eksistensi laut.
Luasnya lautan melebihi luasnya daratan yang ada di muka bumi ini.
Hampir 70% air lautan menutupi pemukaan bumi. Ini menunjukkan ruang
kehidupan yang tersedia di lautan 300 kali lebih banyak dibandingkan dengan
daratan.12 Selain lautan memiliki panorama yang begitu indah dan ternyata air
laut pun memiliki keistimewaan dalam bidang fiqih. Ia menjadi salah satu air yang
bisa dijadikan untuk bersuci. Tanpa adanya laut, ekosistem hidup di dunia ini akan
terganggu. Hal ini mengingat selain laut menjadi produsen rantai makanan bagi
mahluk hidup, laut pun menjadi penghasilan bagi berbagai macam aneka profesi.
Meskipun begitu, pengetahuan akan lautan masih menyisakan banyak misteri
yang belum terpecahkan.
Seiring pentingnya laut bagi keberlangsungan makhluk hidup di dunia,
perlu adanya sikap yang bijak dalam upaya pemanfaatan dan kelestariannya.
11 Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Mu’jam Mufahras\ li A<lfa>z} al-Qur’a >n al-Kari>m
(Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th.), hlm. 145-146.
12 Tim Penyusun, Tafsir Ilmi: Samudra dalam…, hlm. 3.
7
Eksplorasi kekayaan yang dimiliki oleh laut harus dibarengi dengan upaya
pencegahan rusaknya ekosistem laut. Dengan tindakan yang semena-mena,
kenikmatan yang dihasilkan dari laut tadi bisa menjadi sumber bencana bagi
mahluk hidup lainnya. Kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan alam
berpotensi rusaknya alam di muka bumi ini.
Dalam konteks kenegaraan, Indonesia merupakan negara maritim atau
kepulauan terbesar di dunia. Antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan
oleh laut, tapi bukanlah menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa di Indonesia
untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sejak zaman
dahulu, pelayaran dan perdagangan antar pulau telah berkembang dengan
menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional. Banyak masyarakat
Indonesia menjadi pelaut-pelaut handal yang menjelajahi untuk mengadakan
kontak dan interaksi dengan pihak luar. Pada zaman bahari telah menjadi trade
mark bahwa Indonesia merupakan negara maritim.13 Luasnya lautan menjadi
modal utama untuk membangun bangsa ini. Melihat sejarah yang ada maka tidak
heran jika muncul slogan “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”.
Lautan menjadi suatu yang sangat penting sejak zaman dahulu sampai
zaman sekarang. Dengan mengoptimalkan potensi laut menjadikan bangsa
Indonesia maju karena Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan laut. Laut akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi
pertumbuham dan perkembangan perekonomian Indonesia atau perdagangan pada
13 Ahmad Yusam Thobroni, Fikih Kelautan: Perspektif al-Qur’an tentang Pengelolaan
Potensi Laut (Jakarta: Dian Rakyat, 2011), hlm. 3.
8
khususnya. Melihat bagaimana kejayaan masa lampau yang diperoleh karena
mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan
ketahanan politik suatu negara, maka suatu hal yang wajar bila sekarang Indonesia
harus lebih mengembangkan laut demi tercapianya tujuan nasional.14 Fenomena
ini menarik untuk dicermati bagaimana al-Qur’an menjelaskan segala aspek
tentang lautan sehingga kekhawatiran-kekhawatiran tadi dapat dihindari.
Salah satu tafsir yang membahas tentang lautan adalah Tafsir Ilmi
Kementerian Agama. Tafsir ilmi ini merupakan representasi tafsir ilmi yang ada
di Indonesia.15 Tafsir ini berusaha memadukan penafsiran al-Qur’an dengan ilmu
sains untuk menghasilkan pemahaman ayat-ayat kauniyah secara komprehensif.
Bekerja sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang
kemudian membentuk tim penyusun terdiri dari para ulama dan ilmuwan.
Kemunculan tafsir ilmi ini tentunya memperkaya khazanah tafsir Indonesia.
Menarik untuk dikaji lebih mendalam mengingat tafsir dengan nuansa ilmiah ini
tergolong baru di ranah tanah air. Di samping itu, status Kementerian Agama
merupakan sebuah lembaga yang berada dalam struktural pemerintahan Negara
Indonesia. Konsep al-Qur’an mengenai lautan, jika diaplikasikan dalam
kehidupan manusia, terlebih disinergikan dengan perkembangan teknologi
14 Anugerah Nontji, Laut Nusantara (Jakarta: Djambatan, 1993), hlm. 1.
15 Perkembangan Tafsir Ilmi khususnya nuansa sains di Indonesia mulai muncul di abad
ke 20. Beberapa karya yang termasuk dalam kategori ini diantaranya Metode Ayat-ayat Sains dan
Sosial karya Andi Rosadisastra dan Ayat-ayat Semesta: Sisi al-Qur’an yang Terlupakan karya
Agus Purwanto Lihat M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir Indonesia dari Kontestasi Metodologi
hingga Kontekstualisasi (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), 158. Adapun yang terakhir terbit adalah
Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ‘Amma karya ITB.
9
maritim saat ini yang sedemikian canggih dapat diasumsikan menjadi satu
alternatif pendukung bagi kesejahteraan manusia.
Dari pemaparan di atas, terdapat beberapa alasan mengapa penulis tertarik
untuk mengkaji tema ini. Pertama, Tafsir Ilmi Kemenag merupakan tafsir dengan
nuansa ilmiah yang disusun oleh para ulama Indonesia yang bekerja sama dengan
para ilmuwan Indonesia. Hal ini tentunya akan memberikan penjelasan
komprehensif terhadap masyarakat modern yang haus akan pemahaman ayat-ayat
kauniyah khususnya tentang laut. Kedua, Tafsir ini lahir di kawasan yang dikenal
dengan negara maritim. Kemenag yang notabene adalah lembaga pemerintahan
negara apakah mampu memberikan kontribusi terhadap kemajuan negeri ini dari
sektor kelautan melalui tafsir ilminya. Ketiga, Tafsir ilmi masih menyisakan
perdebatan secara akademis di kalangan ulama. Fenomena demikian, menuntut
untuk melakukan penelitian terhadap epistemologi tafsir guna mengetahui sejauh
mana penafsiran tersebut dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, tesis yang ditulis ini
difokuskan pada tafsir ayat-ayat tentang lautan yang terdapat dalam Tafsir Ilmi
Kemenag. Untuk lebih jelasnya, peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hakikat laut menurut Tafsir Ilmi Kemenag?
2. Apa sumber penafsiran Kemenag dengan tim penyusunnya?
3. Bagaimana metode tafsir Kemenag dengan tim penyusunnya?
10
4. Bagaimana validitas penafsiran Kemenag dengan tim penyusunnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat
penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan hakikat laut menurut Tafsir Ilmi Kemenag.
2. Mendeskripsikan sumber tafsir menurut Kemenag dengan tim
penyusunnya.
3. Mendeskripsikan secara komprehensif metodologi tim penyusun
dalam menafsirkan al-Qur’an serta mengetahui kontribusi karya
Kemenag dalam dunia penafsiran.
4. Mendeskripsikan tolak ukur validitas Tafsir Ilmi Kemenag dengan tim
penyusunnya.
5. Memberikan pemahaman komprehensif tentang tafsir kelautan
terlebih dengan menggunakan pendekatan saintifik.
D. Tinjauan Pustaka
Buku yang berjudul Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan yang ditulis
oleh Agus S. Djamil. Menurutnya, dari 6236 ayat al-Quran, sedikitnya ada 40 ayat
yang secara khusus membicarakan laut, lautan, dan kelautan. Pada beberapa
tempat, kata laut yang digunakan dimaksudkan secara simbolis untuk
menunjukkan keluasan, terutama dalam konteks pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Lebih dari itu, ayat-ayat al-Quran tentang lautan ini menunjukkan kepada kita
bahwa konstatasi al-Quran tentang lautan ternyata banyak memiliki kesesuaian
dengan hasil observasi dan temuan ilmu pengetahuan modern bidang kelautan.
11
Dengan pendekatan "pararelistik", penulis mencoba mencari kesejajaran atau
pararelitas antara fakta-fakta empiris temuan sains dan ayat-ayat al-Quran. Buku
ini menawarkan metode dan pendekatan bahwa temuan sains dan ayat al-Quran
sesungguhnya menyajikan penjelasan yang saling melengkapi dalam memahami
dan menyingkap misteri alam, terutama lautan.16
Buku berjudul Fikih Kelautan Perspektif al-Qur’an tentang Pengelolaan
Potensi Laut yang ditulis oleh Ahmad Yusam Thobroni. Ini merupakan disertasi
penulis yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah buku. Dengan metode tafsir
maud}u>’i, buku tersebut memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
lautan dengan perspektif al-Qur’an. Produk tafsir dari para ulama menjadi sumber
penjelasan terkait tema yang dikaji. Penulis dalam bukunya berupaya
menyadarkan manusia yang dianggap sebagai khalifah mampu menjaga
kelangsungan hidup di dunia ini. Dalam konteks ini adalah menuntut agar
manusia lebih bijak dalam mengelola laut dengan memberi aturan-aturan yang
memadai. Aturan-aturan ini dibuat dalam rangka memberi batasan hak dan
kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadap lingkungan laut. Adanya
pengelolaan laut yang tepat akan mengeluarkan Negara Indonesia dari krisis
ekonomi serta dapat mendorong menuju Indonesia yang maju, makmur dan
berkeadilan.17
Artikel yang ditulis oleh Jauhar Azizy berkaitan dengan corak ilmi dalam
Tafsir Kemenag. Dijelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
16 Agus S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan (Bandung: Mizan, 2013).
17 Ahmad Yusam Thobroni, Fikih Kelautan Perspektif al-Qur’an tentang Pengelolaan
Potensi Laut (Jakarta: Dian Rakyat, 2011).
12
teknologi membawa dampak terhadap munculnya model penafsiran baru.
Penafsiran tersebut mencoba memadukan antara ilmu pengetahuan dan isyarat
ilmiah yang ada dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah tafsir yang ditulis oleh tim
penyusun Kemenag dalam al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan)
pada tahun 2004. Menurut Jauhar, tafsir ini sangat respon sekali dengan
perkembangan sains. Ini dapat dilihat dalam proses menafsirkan ayat-ayat
kauniyah, Kemenag tidak hanya menghadirkan ulama atau cend3kiawan muslim
akan tetapi Kemenag juga bekerja sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia). Hal tersebut jelas tidak bertentangan dengan spirit al-Qur’an yang
sha>lih} li kulli zama>n wa maka>n. Dengan kata lain al-Qur’an selalu welcome
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.18
Artikel dengan judul “Epistemologi Tafsir Ilmi Kemenag: Tumbuhan
dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains”. Ditulis oleh Muhammad Julkarnain pada
tahun 2014. Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada Tafsir Ilmi Kemenag
dari segi epistimologisnya. Karya tafsir ilmi tersebut menurutnya tidak terlepas
dari adanya perdebatan terkait makna dan arti terhadap suatu kata atau kalimat.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan studi
kepustakaan (library research), sedangkan untuk analisa datanya digunakan
metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sesungguhnya
Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains karya Kementerian
18 Jauhar Azizy, “Corak Ilmi dalam Tafsir Kemenag (edisi yang disempurnakan)” dalam
Jurnal Studi Islam Ulul Albab VOL 15, NO 2 tahun 2014.
13
Agama ini merupakan sebuah usaha yang komprehensif dalam memaknai
fenomena semesta termasuk di dalamnya tumbuhan.19
Artikel yang ditulis oleh tim dari Universiti Malaya Kuala Lumpur dengan
judul “Al-Qur’an dan Sains: Lautan dalam Kajian Tafsir”. Dalam penelitiannya,
mereka berusaha mengkaji tafsir ayat-ayat lautan dengan menyajikan beberapa
hasil penafsiran beberapa ulama. Setelah itu mereka memadukan hasil tafsir-tafsir
tersebut dengan pendekatan saintifik. Menurut tim penyusun, penemuan kajian
saintifik yang baru ditemukan akhir-akhir ini sudah dijelaskan 14 abad yang lalu
dalam al-Qur’an. Hal ini menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an dan menegaskan
akan kesahihan al-Qur’an sebagai pedoman bagi hidup manusia yang memiliki
spirit s}a>lih} li kulli zama>n wa maka>n.20
Artikel yang ditulis oleh Kamarul Azmi Jasmi dan Nur Syazwani Mohd
Hanafiah dengan judul “Al-Qur’an dan Oceanografi”. Dalam artikel ini penulis
menjelaskan bagaimana hubungan ayat-ayat tentang laut dengan ilmu
pengetahuan, dalam konteks ini oceanografi. Oceanografi adalah ilmu tentang
lautan. Tema besar dalam tulisan ini adalah mengungkap beberapa fenomena
lautan yang terkesan menakjubkan. Di antaranya mengenai batas dua lautan yang
tidak saling bercampur, lautan dalam, gunung berapi dalam lautan dan batas air
sungai yang tidak bercampur dengan air laut. Tulisan ini ingin membuktikan
bahwa al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia yang berlaku sepanjang
19 Muhammad Julkarnain, “Epistemologi Tafsir Ilmi Kemenag: Tumbuhan dalam
Perspektif al-Qur’an dan Sains”, dalam Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 10, No. 1, Januari 2014.
20 Tim Penyusun, “Al-Qur’an dan Sains”, (Kuala Lumpur: Universiti Malaya, 2012).
14
masa. Isyarat-isyarat ilmiah yang sudah tertulis di dalamnya ketika 1400 tahun
yang lalu dapat diungkapkan dengan sains modern saat ini.21
E. Kerangka Teori
Tafsir ilmi adalah sebuah upaya memahami ayat-ayat al-Qur’an yang
mengandung isyarat ilmiah dari perspektif ilmu pengetahuan modern. Menurut
H{usain al-Z|ahabi, tafsir ini membahas tentang istilah-istilah ilmu pengetahuan
dalam penuturan ayat-ayat al-Qur’an, serta berusaha menggali dimensi keilmuan
dan menyingkap rahasia kemukjizatannya terkait informasi-informasi sains yang
mungkin belum dikenal manusia pada masa turunnya sehingga menjadi bukti
kebenaran bahwa al-Qur’an bukan karangan manusia, namun wahyu Sang
Pencipta dan pemilik alam raya.
Secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme
yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan logos yang berarti
pengetahuan atau informasi. Epistemologi umumnya diartikan sebagai teori
tentang pengetahuan (theory of knowledge).22 Adapun secara terminologi,
epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.23
21 Kamarul Azmi Jasmi dan Nur Syazwani Mohd Hanafiah, “Al-Qur’an dan
Oceanografi”, dalam Geologi, Hidrologi, Oceanografi dan Astronomi dari Perspektif al-Qur’an
(Malaysia: Malaysia Press, 2013).
22 Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 212.
23 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 148.
15
Dalam definisi lain, epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya suatu pengetahuan.24
Dalam kajian epistemologi, sumber dan metode untuk memperoleh ilmu
pengetahuan ada empat macam aliran: rasionalisme, empirisme, intutisionisme
dan positivisme.25 Mengenai upaya tolak ukur validitas suatu kebenaran (validity
of truth) ada tiga macam teori yang dapat digunakan, antara lain: teori koherensi,
teori korespondensi dan teori pragmatis.26
Istilah tafsir dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan keterangan atau
penjelasan ayat-ayat al-Qur’an.27 Adapun dalam bahasa Arab kata tafsir sebagai
kalimat tunggal ternyata bisa memiliki tiga makna, yaitu proses penafsiran, ilmu
penafsiran dan produk penafsiran.
Dalam Lisa>n al-‘Arab tafsir dimaknai dengan kasyf al-mugat}t}a yaitu
membuka sesuatu yang tertutup. Para ulama tafsir memberikan makna tafsir
dengan istilah al-id}a>h wa al-tabyi>n yang berarti penjelasan dan keterangan. Kata
tafsir juga bisa berasal dari al-fasr yang bermakna al-kasyf
(mengungkap/membuka) dan al-iz}har (menampakkan) atau al-tafsarah yang
24 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2004), hlm. 74.
25 A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 115-116, 140-142.
26 Harold H. Titus, dkk, Persoalan-persoalan Filsafat, terj. M. Rasjidi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984), hlm. 236-241.
27 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm.
882.
16
bermakna yang diperiksa oleh seorang dokter dari pasiennya.28 Dengan demikian,
menafsirkan al-Qur’an adalah menjelaskan atau menerangkan makna-makna yang
sulit pemahamannya dari ayat-ayat al-Qur’an tersebut.29
Sebagaimana dikatakan Muhammad Syahrur yang dikutip oleh Abdul
Mustaqim, al-Qur’an selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan era kontemporer
yang dihadapi umat manusia.30 Hal ini tentu menuntut adanya metodologi tafsir
mengingat perkembangan situasi sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia yang terus berkembang. Kemajuan umat manusia sangat ditentukan dari
pemahamannya terhadap al-Qur’an. Artinya, bagaimana dan sejauh mana pesan-
pesan yang dikandung al-Qur’an dapat direspon dan diaplikasikan dalam
kehidupan praksis dengan kebutuhan dan problematika yang dihadapi. Dengan
demikian, metode penafsiran al-Qur’an sudah menjadi keniscayaan dan harus
selalu diperhatikan.
Dalam menafsirkan al-Qur’an, para mufasir menggunakan metode yang
berbeda-beda sesuai dengan kecenderungannya masing-masing. Keilmuan yang
mereka tekuni dan kuasai akan senantiasa mewarnai dalam proses dan hasil
penafsirannya. Adapun metode penafsiran yang dimaksud di sini adalah suatu cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar
28 Ibn al-Manz}u>r, Lisa>n ‘Arab, ditahqiq oleh Ami>r Ah}mad Haidar, Cet. Jilid V (Beirut:
Da>r al-Kutub al-‘ Ilmiyyah, 2009), hlm. 64-65. Lihat juga Nashruddin Baidan, Wawasan Baru
Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 66.
29 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
hlm. 67.
30 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKiS, 2012, ), hlm.
xi
17
tentang apa yang dimaksud oleh Allah Swt. di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Hal ini memberi gambaran bahwa
metode penafsiran al-Qur’an merupakan perangkat dan tata kerja yang digunakan
oleh seorang mufasir dalam proses menafsirkan al-Qur’an.31
Salah satu respons dari perkembangan dan tuntutan zaman terhadap kitab
suci al-Qur’an adalah munculnya metode-metode dan corak penafsiran. Suatu hal
yang wajar ketika fenomena tersebut hadir dalam kajian al-Qur’an mengingat
sesungguhnya penafsiran al-Qur’an merupakan hasil pemahaman seseorang
terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Di sisi lain, suatu pemahaman yang dalam konteks
ini adalah al-Qur’an, tidaklah bisa berdiri sendiri. Hal itu selalu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti halnya tingkat kecerdasan, pengalaman, penemuan baru di
bidang ilmu pengetahuan dan kondisi sosial yang mengitarinya. Dengan kata lain,
ketika seorang mufasir menafsirkan al-Qur’an, ia tidak dapat terlepas dari faktor-
faktor tersebut.
Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan adalah cabang ilmu filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan. Di dalamnya memuat
tiga persoalan utama, yaitu sumber (alat) pengetahuan, metode pengetahuan dan
tolak ukur validitas (verifikasi) pengetahuan. Adapun tafsir memiliki tiga maksud
makna, proses penafsiran, ilmu (perangkat) penafsiran dan hasil produk dari
proses penafsiran.32
31 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), hlm. 2.
32 Sajida Putri, “Epistemologi Tafsir Hasbi ash-Shiddieqy dalam Kitab Tafsir al-Qur’an
al-Madjied an-Nur”, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga 2015. Lihat juga, Abdullah
18
Jadi, epistemologi tafsir adalah konsep teori pengetahuan mengenai
sumber asal tafsir, metode tafsir dan tolak ukur (validitas) tafsir, dalam posisi
tafsir sebagai suatu ilmu (perangkat) dan proses (metode) hingga sebagai suatu
keterangan (hasil produk penafsiran).
F. Metode Penelitian
Aspek meteodologis menjadi bagian yang sangat penting dalam setiap
penelitian ilmiah. Maka dari itu sebuah penelitian dituntut untuk menggunakan
metode yang jelas dan sistematis. Dengan perangkat metodologis, peneliti dapat
fokus dan mengarahkan kepada hasil penelitian yang baik. Adapun yang
dimaksud dengan metode di sini adalah cara kerja untuk memahami objek yang
menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan.33
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian library research atau kepustakaan
yang menggunakan metode deskriptif-analitis-kritis. Artinya dalam proses
pencarian data, penelti tidak terjun ke lapangan untuk melakukan survey atau
observasi. Dalam proses pengumpulan data, peneliti mendapatkan data dari
penelusuran kepustakaan berupa buku, jurnal ilmiah, dan tulisan-tulisan yang
terkait dengan tema pembahasan. Baik yang berasal dari sumber utama
(primary sources) maupun sumber pendukung (secondary sources).
Muzakki, “Epistemologi Tafsir al-Muhasiby dalam Kitab Fahm al-Qur’an wa Ma’anih”, Tesis
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga 2013.
33 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1997),
hlm. 7.
19
Sesuai dengan pokok bahasan yang dikaji, maka sumber utama dalam
penelitian ini adalah buku Tafsir Ilmi Kemenag: Samudra dalam Perspektif al-
Qur’an dan Sains. Sedangkan yang menjadi sumber sekundernya adalah
karya-karya lain tentang penafsiran al-Qur’an yang membahas tentang
kelautan dan buku-buku tentang teori kelautan. Data ini diharapkan dapat
menjadi pisau analisis untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data diambil dari dua sumber, data primer dan data sekunder. Data
primer yakni Tafsir Ilmi Kemenag. Data sekunder, yaitu data penunjang yang
bisa digali datanya untuk membantu peneliti dalam proses penelitian. Penulis
menggunakan karya-karya baik itu berupa buku, jurnal maupun artikel yang
berkaitan dengan tafsir ilmi secara umum dan khususnya yang berkaitan
dengan tafsir yang akan diteliti ini. Selain itu, buku-buku yang membahas
tentang ilmu kelautan akan memperkaya data dalam penelitian.
3. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menyeleksi data primer dan data
sekunder kemudian mengklasifikasikan berdasarkan bahasan pokok maupun
sub-bahasan. Selanjutnya, hasil klasifikasi tersebut dinalisis dengan teknik
penulisan deskriptif dan memberikan penafsiran serta kesimpulan terhadap
hasil analisis.
G. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan, penulisan ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
sebagai berikut.
20
Bab I adalah pendahuluan yang secara umum mendeskripsikan latar
belakang penulisan dan pembatasan dalam penulisan ini, meliputi: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan keguanaan penulisan, telaah pustaka,
kerangka teori, metode penulisan dan sistematika pembahasan.
Bab II menjelaskan gambaran umum dari Tafsir Ilmi Kemenag yang
meliputi pembahasan latar belakang dan motifasi penulisan tafsir ilmi. Selain itu
akan dibahas pula konstruk epistemologi tafsir yang berkembang di Indonesia.
Hal tersebut memberikan gambaran posisi Tafsir Ilmi Kemenag sebagai salah satu
tafsir yang ada di Indonesia.
Bab III memaparkan wawasan al-Qur’an secara umum mengenai lautan.
Pada bab ini membahas tentang terminologi al-Qur’an tentang laut dalam Tafsir
Ilmi Kemenag. kemudian menjelaskan bagaimana penjabaran laut dengan
memadukan ayat al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang.
Bab IV mengkaji epistemologi Tafsir Ilmi Kemenag dalam menafsirkan
ayat-ayat lautan. Pertama membahas tentang sumber yang digunakan dalam
penafsiran. Kemudian membahas metode yang digunakan oleh tim penyusun
dalam menulis tafsirnya. Setelah itu akan menjelaskan bagaimana validitas
penafsiran yang telah dilakukan Kemenag dan tim penyusunnya.
Bab V adalah penutup yang merupakan bab terakhir dalam tesis ini.
Kesimpulan dan saran yang direkomendasikan penulis untuk peneliti selanjutnya
dijelaskan pada bab ini.
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai lembaga pemerintahan Indonesia, Kementerian Agama
mengemban amanat untuk mensejahterakan warga negaranya. Salah satu
program untuk mencapai tujuan tersebut adalah meyusun tafsir-tafsir yang
mampu meningkatkan mutu kehidupan masyarakat melalui peningkatan
kualitas pemahaman dan pengamalan agama. Upaya ini sejalan dengan
amanat pasal 29 UUD 1945 yang ditafsirkan dalam PERPRES tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Tafsir ilmi tentang kelautan merupakan satu diantara tafsir-tafsir yang
telah berhasil disusun oleh sebuah tim yang terdiri dari para ulama dan
para ahli. Dengan ijtihad kolektif yang dilakukan oleh tim tersebut
diharapkan mampu memberi wawasan yang komprehensif dari perspektif
agama (baca: al-Qur’an) dan sains tentang lautan mengingat Indonesia
merupakan wilayah yang memiliki lautan yang cukup luas. Hal itu
menjadi potensi bagi kesejahteraan warga negara apabila mampu mampu
mengelolanya secara benar.
Tafsir Ilmi Kemenag merupakan salah satu formula kompromistik
untuk lebih mengembangkan misi dakwah Islam di tengah kemajuan ilmu
pengetahuan yang terus berkembang pesat. Di tengah perdebatan akan
127
eksistensi tafsir ilmi, tafsir ini tidak bermaksud untuk mendukung yang
pro ataupun menolak yang kontra. Tafsir dengan segala pendekatan
apapun bersifat relatif. Kedua kubu tersebut bisa jadi sama-sama benar.
Akan tetapi tidak produktif jika terus mengangkat isu tersebut.
Lautan dan segala potensi yang dimilikinya adalah anugerah Allah
yang diperuntunkan bagi manusia. Sebagi khalifah di bumi, manusia
mempunyai hak untuk mengeksplorasi laut tersebut guna mendapatkan
manfaat darinya. Sementara itu, manusia pun mengemban tanggung jawab
untuk melakukan konservasi laut guna menjaga keseimbangan ekologi.
Oleh karena itu diperlukan metode yang tepat, seimbang dan proporsional
untuk menghindari kerusakan akibat eksploitasi yang berlebihan. Sehingga
kerusakan lautan beserta isinya dapat terhindari dan dapat dimanfaatkan
oleh generasi-generasi selanjutnya.
Terdapat tiga hal penting yang menjadi fokus kajian epistemologi
tafsir. Sumber penafsiran, metodologi penafsiran dan validitas penafsiran.
Sumber penafsiran dalam Tafsir Ilmi Kemenag ini terbagi menjadi dua,
yaitu sumber naqli dan sumber aqli. Sumber naqli yang digunakan terdiri
dari al-Qur’an, Hadis, tafsir-tafsir klasik. Al-Qur’an menjadi sumber naqli
yang paling mewarnai. Hal ini mengingat bahwa metode yang digunakan
adalah tematik. Adapun hadis hanya digunakan dalam satu penjelasan saja.
Sedangkan tafsir-tafsir klasik yang dijadikan rujukan tafsir ilmi ini
diantaranya Ru>h} al-Ma’a>ni fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab’ al-
Mas\a>ni (al-Alu>si), al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r (Ibn ‘Asyu >r), Tafsi>r al-
128
Muntakhab (Lajnah Ulama al-Azhar), Lat}a>if al-Isya>rat (al-Qusyairi),
Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (Sayyid Qut}b) dan Jami >’ al-Baya>n fi> Ta’wi >l al-
Qur’a>n (al-T{abari>). Adapun sumber aqli berupa realitas dan hasil riset
mengenai kelautan.
Metode penafsiran yang ditempuh oleh tim penyusun adalah
metode tematik. Tim penyusun menentukan tema, menghimpun,
mengklasifikasi dan mengkategorisasi ayat-ayat al-Qur’an tentang
kelautan. Setelah itu kemudian tim penyusun menjelaskan dengan bantuan
teori-teori ilmiah yang terkait dengan ayat-ayat yang sudah di tentukan di
atas. Pada akhirnya akan terbentuk rumus formalistik sebuah konsep
kelautan yang komprehensif perspektif al-Qur’an dan sains.
Validitas tafsir ilmi ini dapat diuji oleh tiga teori yakni koherensi,
korespndensi dan pragmatis. Secara koherensi, tafsir ini dapat dinyatakan
memiliki kebeneran karena dalam penyusunannya sesuai dengan premis-
premis atau prinsip dasar penafsiran yang telah ditetapkan sebelumnya
meskipun terdapat keinkonsistensian dalam beberapa kasus. Adapun
secara korespondensi tafsir ilmi ini memiliki kebenaran mengingat tafsir
ini relevan dengan wilayah Indonesia sebagai negara maritim yang
memerlukan wawasan untk memberdayakan lautan. Sementara itu, secara
pragmatis tafsir ilmi ini memiliki kebenaran karena Kementerian Agama
telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam rangka
meningkatkan mutu masyarakat melalui kualitas pemahaman dan
pengamalan agama dari perspektif al-Qur’an dan sains dalam hal kelautan.
129
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan yang sekiranya dapat dilengkapi dan
disempurnakan oleh peneliti selanjutnya yang berkompeten serta
mempunyai minat mengkaji tafsir ilmi. Hal ini disebabkan keterbatasan
penulis baik secara kemampuan maupun referensi buku. Mengingat tafsir
ilmi masih menjadi perdebatan di kalangan para ulama perlu adanya kajian
yang lebih mendalam agar mendapatkan rumus formalistik penafsiran
yang dapat diterima semua kalangan. Terlebih seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, di Indonesia mulai muncul berbagai tafsir ilmi
baru yang disusun oleh individu maupun kolektif. Hal ini tentunya
menambah khazanah tafsir Indonesia dan menjadi tantangan baru bagi
peneliti selanjutnya untuk mengkaji tafsir ilmi ini dengan beragam
pendekatan dan metodologi yang ada.
Kajian terhadap epistemologi tafsir ilmi khususnya di Indonesia
dirasa masih minim. Dengan demikian, penulis berharap kepada para
peneliti selanjutnya untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengkaji
tafsir dengan nuansa ilmi ini. Salah satunya bisa dengan cara melakukan
perbandingan antara satu tafsir ilmi dengan tafsir ilmi lainnya. Semoga
karya ini bermanfaat bagi para pembacanya.
130
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Mujiyono. Agama Ramah Lingkungan; Perspektif al-Qur’an. Jakarta:
Paramadina, 2001.
Abdullah, Amin. dkk. Integrasi Sains Islam: Mempertemukan Epistemologi Islam
dan Sains. Yogyakarta: Pilar Mas, 2004.
Al-Ba>qi, Muh}ammad Fuad ‘Abd, Mu’jam Mufah}ras\ li Aya>t al-Qur’a>n al-Kari>m.
Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th.
Al-Gaza>li, Abu H{amid. Jawa>hir al-Qur’a>n. Kairo: Dar al-Maktabah al-Hai‟ah, t.th.
Al-Gaza>li, Muhammad. Berdialog dengan Al-Qur’an, terj. Masykur Hakim dan
Ubaidillah. Bandung: Mizan1997.
Al-Jabiri, „Abid. Bunyat al-‘Aql al-‘Ara>bi. Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al-
‘Arabiyah, 2009.
Al-Jauhari, Tant}awi. Al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m. Beirut: Da>r al-Fikr.
t.th.
Al-Jumaili, al-Sayyid. Al-I’ja >z al-‘Ilmi fi > al-Qur’a>n. Beirut: Da>r wa Maktabah al-
Hila>l. 1992.
Al-T{abari, Ibnu Jari>r. Jami>’ al-Baya>n fi> Ta’wi >l al-Qur’a>n, tahqi>q: Ah}mad
Muh}ammad Syakir. Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1420 H.
Anwar, Chairul. Horizon Baru Hukum Laut Internasional: Konvensi Hukum Laut
1982. Jakarta: Djambatan, 1989.
131
Azizy, Jauhar. “Corak Ilmi dalam Tafsir Kemenag (edisi yang disempurnakan)”,
Studi Islam Ulul Albab, Vol. 15 No. 2. 2014.
Bagus, Loren. Kamus Filsafat. Cet. ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005
Baraja, Abbas Arfan. Ayat-ayat Kauniyah. Malang: UIN Malang Press, 2009.
Barbour, Ian G. Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad. Bandung: Mizan, 2002
Bucaille, Maurice. Bibel, Qur’an dan Sains Modern, terj. H.M. Rasjidi. Jakarta:
Bulan Bintang, 1994.
Djamil, Agus S. Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan. Bandung: Mizan, 2013.
Eickelman, Dale F. dkk. Al-Qur’an Sains dan Ilmu Sosial, Yogyakarta: eLSAQ Press,
2010.
Gassing, A. Qadir. “Pencemaran Laut dan Upaya Pencegahan dan
Penanggulangannya”, Makalah Ekologi Lanjutan. Jakarta: Program
Pascasarjana Universitas Indonesia, 1984.
Gazali, M. Bahri. Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996.
Ghulsyani, Mahdi. Filsafat-Sains menurut Al-Qur’an, Terj. Agus Effendi. Bandung:
Mizan, 1998.
Golshani, Mehdi. Melacak Jejak Tuhan dalam Sains, terj. Ahsin Muhammad.
Bandung: Mizan, 2004.
132
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia. Yogyakarta: LKiS, 2013.
Hedgepth, J. W. “Lautan”, Ilmu Pengetahuan Populer. New York: Grolier
International, Inc. 2006.
Ibnu ‘Asyu >r, Muh}ammad T{a>hir. al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r. Beirut: Mu’assasah al-
Ta>rikh al-‘Arabi, 2000.
Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab. Ditahqi>q Ami>r Ah}mad Haidar. Cet. ke-2, jilid V. Beirut:
Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2009.
Ibrahim, Midhat Hafiz. al-Isya>ra>t al-‘Ilmiyyah fi > al-Qur’a>n. Kairo: Maktabah Gari>b,
1992.
Ibra>hi>m, Muh}ammad Isma >’i>l. Sisi Mulia al-Qur’an: Agama dan Ilmu, terj. Aly Abu
Bakar Baslamah. Jakarta: CV Rajawali, 1986.
Jansen, J.J.G. Diskursus Tafsir al-Qur’an Modern. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997.
Julkarnain, Muhammad. “Epistemologi Tafsir Ilmi Kemenag: Tumbuhan dalam
Perspektif al-Qur‟an dan Sains.” Penelitian Keislaman. Vol. 10, No. 1.
Januari 2014.
Kamarul Azmi Jasmi dan Nur Syazwani. Al-Qur’an dan Oceanografi. Malaysia:
Malaysia Press. 2013.
Kasmo, Mohd Arip. Pengukuhan Akidah Menerusi Penghayatan Sains dalam al-
Qur’an. Negeri Sembilan: Penerbitan Awan Biru, 2007.
Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV Naladana, 2006.
-------------------------. Tafsir Ilmi: Samudra dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains.
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2013.
133
-------------------------. Tafsir Ilmi: Air dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains. Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat,
Kementerian Agama, 2010.
-------------------------. Profil Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI. Jakarta: LPMA Badan Litbang dan Diklat
Kemenag RI, 2013.
Majid, Abdul. Mukjizat al-Qur’an dan al-Sunnah tentang IPTEK: Kaidah-kaidah
Mukjizat Ilmiah. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta:
UPBIK Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984.
Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarat: LKiS, 2012.
---------------------. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: Adab Press,
2012.
Nontji, Anugerah. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan, 1993.
Pasya, Ahmad Fuad. Dimensi Sains Al-Qur’an: Menggali Ilmu Pengetahuan dari Al-
Qur’an Terj. Muhammad Arifin. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2004.
Poeradisastra. Sumbangan Islam Terhadap Peradaban Eropa dan Barat. Jakarta:
P3M, 1980.
Pranggono, Bambang. Mukjizat Sains dalam al-Qur’an. Bandung: IDE Islami, 2006.
Purwanto, Agus. Ayat-ayat Semesta: Sisi al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung:
Mizan, 2008.
134
Qard}a>wi, Yu>suf. al-Qur’an Berbicara tentang akal dan Ilmu Pengetahuan, terj.
Abdul Hayyie, Irfan Salim, Sochimien. Jakarta: Gema Insani, 1996.
Quraish Shihab, M. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992.
-------------------. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.
-------------------. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Qut}b, Sayyid. Fi> Z{ilal al-Qur’a>n. Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Rosadidastra, Andi. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah, 2007.
Saleh, Sujiat Zubaidi “ Epistemologi Penafsiran Ilmiah Al-Qur‟an” dalam Tsaqafah:
Jurnal Peradaban Islam. Vol. 7, No. 1, April 2011, 129-130.
Soliman, Ahmad Mahmud. Scientific Trends In The Qur’an. London: Ta-Ha
Publisher, 1985.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan, 2000.
Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
----------------------------, “Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan dan Keagamaan: Mencari
Paradigma Kebersamaan” dalam Mastuhu dan Deden Ridwan (ed.), Tradisi
Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan Antardisiplin Ilmu. Bandung:
Nuansa, 1998.
Syafi‟ie, Imam. Konsep Ilmu Pengetahuan dalam al-Qur’an. Yogyakarta: UII Press,
2000.
135
Syamsuddin, Sahiron. Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: Nawasea Press, 2009.
Tasrif, Muh. “Agama dan Ilmu Pengetahuan: Telaah Pemikiran Kuntowijoyo tentang
Relasi Islam dan Ilmu Pengetahuan” dalam Dialogia: Jurnal Studi Islam
danSosial. Vol. 6, No. 2, Juli-Desember, 2008, 219-221.
Thayyarah, Nadiah. Buku Pintar Saims dalam al-Qur’an. Jakarta: Zaman, 2014.
Thobroni, Ahmad Yusam. Fikih Kelautan Perspektif al-Qur’an tentang Pengelolaan
Potensi Laut. Jakarta: Dian Rakyat, 2011.
Thurman, Harold V. Introduction Oceanography. USA: Pearson Education, 2003.
Tim penyusun, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Aas Juz ‘Amma. Bandung: Mizan, 2014.
Titus, Harold H. dkk. Persoalan-persoalan Filsafat. Terj. Rasjidi. Jakarta: Bulan
Bintang, 1984.
Yahya, Harun. Miracle of the Qur’an. Canada: al-Attique Publisher Inc.
Zuhdi, M, Nurdin. Pasaraya Tafsir Indonesia dari Kontestasi Metodologi hingga
Kontekstualisasi. Yogyakarta: Kaukaba, 2014.
136
Lampiran
Ayat-ayat Kelautan
نابكمإوذ رفرق ح تنظرونٱل نتم نوأ ناءالفر عو رق غ
وأ جني نكم
٥٠فأ
50. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu
dan Kami tenggelamkan (Fir´aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri
menyaksikan. Q.S. al-Baqarah (2): 50
موتفخل قإن رضوٱلس تلفوٱل ت ريفٱل تٱل فل كوٱنل هاروٱل لٱخ
ر ح نزلٱنل اسبماينفعٱل
أ وما ماءمنٱلل ٱلس به يا ح
فأ اء رضمنم
ٱل يف داب ةوتص
فيهامنكل تهاوبث دمو يحبع حابوٱلرل رٱلس مسخ ٱل بي
ماء رضوٱلس قلونٱل ميع ١٦٤أليتللقو
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan. Q.S. al-Baqarah (2): 164.
حل صي دأ رلكم ح
صي دۥوطعامهٱل ي ارةوحرلمعلي كم وللس متعال كم بلحرماوٱل تم قوا مادم ٱت يٱلل ونٱل ٩٦إل هت ش
96. Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama
kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu
akan dikumpulkan. Q.S. al-Ma>idah (5): 96
137
لممافٱل غي بمفاتحۥ۞وعنده ويع هولمهاإل ليع بل
ر وٱل ح قطٱل وماتس
لمهاولحب ةفظلمت يع رضمنورقةإل فٱل بوليابسإل ولرط
بي ٥٩كتبم59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu
yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz). al-An’a>m (6): 59.
نظلمتقل يكممل منينجل بلروٱل ح
عونهٱل ناۥتد جنىأ يةل ئن تضعوخف
هذه مننلۦمن كرينكونن ٦٣ٱلش 63. Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat
dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang
lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari
(bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur". al-An’a>m (6):
63.
يوهو بهافظلمتٱنلجومجعللكمٱل تدوا له بلر وٱل ح
ل ناٱل فص قد لمونٱأليت ميع ٩٧لقو
97. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui. al-An’a >m (6): 97.
نا إس وجوز ببن ءيل رر ح ٱل قالوا ل هم نام ص أ لع كفون يع م قو ا لع تو
فأ
عليموس قو مت هلونٱج قالإن كم ءالهة هاكمالهم اإل ١٣٨نل 138. Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah
mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani
lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala)
138
sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab:
"Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Q.S. al-A’ra>f (7): 138.
يةعنل هم وس ةٱل تٱل قر حاض ركنت ح دونفٱل يع ب تإذ ٱلس تيهم تأ إذ
كذلكنب لوهمبماكنوا تيهم بتونلتأ ش عويو مليس يو مسب تهم حيتانهم
سقون ١٦٣يف 163. Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka
ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan
di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.
Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Q.S. al-
A’ra>f (7): 163.
يهو فٱل كم يسيل بلروٱل ح
فٱل إذاكنتم وجري نبهمبريحٱل فل كحت وفرحوا بهاجاءت هاريحعصفوجاءهم جطيلبة ٱل مو مكنوظنوا
منكل دعوا حيطبهم
أ هم ن
أ ٱلل ينم لصيل ٱلل هذه جني تنامن
أ ۦلئن نلكونن
كرينمن ٢٢ٱلش 22. Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di
lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera
itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik,
dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila)
gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka
telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata):
"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami
akan termasuk orang-orang yang bersyukur". Q.S. Yu>nus (10): 22.
139
ءيل ر إس ببن نا ر۞وجوز ح نوجنودهٱل فر عو بعهم ت ۥفأ حت وا ياوعد بغ
ركه د أ ن هٱل غرقإذا
ۥقالءامنتأ هإل إل يل بهٱل ءيلۦءامنت ر إس بنوا
نامن٩٠لميٱل مس وأ
90. Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh
Fir´aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka);
hingga bila Fir´aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Q.S. Yu>nus (10):
90.
يٱلل ٱل موتخلق وٱلس رضٱل من نزل
ماءوأ بهٱلس رج خ
فأ منۦماء
ٱثل مرت لكم ر وسخ ل كم ٱل فل كرز قا ف ري رلج ح ٱل ره م
بأ رۦ وسخ
ن هرلكم ٣٢ٱل
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Q.S. Ibra>him (14): 32.
يوهو ٱل ر رسخ ح حل يةٱل من ه رجوا تخ وتس ا طريل ل ما من ه كلوا لأ
لهٱل فل كتل بسونهاوترى منفض كرونۦمواخرفيهولب تغوا تش ولعل كم ١٤
14. Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur. Q.S. Nah}l (16): 14.
140
بكم ير رفٱل فل كيز جلكمٱل ح لهٱل منفض لب تغوا ۥإن هۦ كنبكم
٦٦رحيما66. Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu
mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyayang terhadapmu. Q.S. al-Isra> (17): 66.
كمإوذا مس رفٱلض ح إلٱل كم اجن ى فلم إي اه عونإل منتد ضل بل
ٱل ت رض ع
وكنأ نسنم
٦٧كفوراٱل 67. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang
kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu
berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. Q.S. al-Isra> (17):
67.
ف وحل نهم ءادم بن نا م كر ۞ولقد بلروٱل ح
ٱل ن مل يلبتورزق نهم ٱلط ضيل ناتف خلق ن م كثيمل
لع ل نهم ٧٠وفض 70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. Q.S. al-Isra> (17): 70.
ا ذنسياحوتهمافبلغام معبي نهمافلم رفۥسبيلهٱت ح باٱل ٦١س
61. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Q.S. al-Kahfi (18):
61.
رءي تإقالوي ناإلأ
رةذ أ خ نسيتٱلص وتفإنل ٱل نيهإل نسى
ي طنوماأ ٱلش
ذ كرهأ ن أ ذوۥ رفۥسبيلهٱت ح
٦٣عجباٱل 63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung
di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak
141
adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu
mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". Q.S. al-Kahfi (18): 63.
ا م فينةأ ٱلس ف ملون يع لمسكي رفكنت ح
وكنٱل عيبهاأ ن
أ ردت
فأ
با سفينةغص خذك لكيأ ٧٩وراءهمم
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut,
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Q.S. al-Kahfi (18): 79.
كنقل رل و ح نلفدٱل كمتربللل مدادا رٱل ح ولو نتنفدكمتربل
قب لأ
١٠٩مدداۦجئ نابمث له109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". Q.S. al-Kahfi
(18): 109.
بعباديفولقد س أ ن أ موس و حي ناإل
أ ب طريقافٱض رلهم ح
ٱل يبسال ٧٧تخفدركولت ش
77. Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka
jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah
takut (akan tenggelam)". Q.S. T{a>ha (20): 77.
لم أ ن
أ تر ٱلل ف ا م لكم ر رضسخ
ٱل فل كوٱل رت ريف ح ٱل ره م
ۦبأ
سك ماءويم ٱلس نتقعلعرضأ
بإذ نهٱل إل ۦ إن ٱلل لرءوفر حيمٱنل اسب٦٥
65. Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang
ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia
menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
Manusia. Q.S. al-H{ajj (22): 65.
142
و نفو قهأ مل ج مو ه شى يغ ل جل
ل ب ر ف نفو قهۦكظلمت مل ج سحابۦمو رجيده خ
ضإذاأ قبع ضهافو بع ي علۥظلمت هاومنل م يرى يكد لم ٱلل
٤٠مننورۥنورافمالۥل40. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang
di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)
barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia
mempunyai cahaya sedikitpun. Q.S. al-Nu>r (24): 40.
و حي نانفأ
أ موس بإل بلعصاكٱض ر ح قكٱنفلقفٱل فر و دفكنك ٱلط
٦٣عظيمٱل 63. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu".
Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang
besar. Q.S. al-Syu’ara> (26): 63.
م نأ ظلمت ف ديكم يه بل
روٱل ح ٱل ير سل يحومن ٱلرل يدي بي ا بش
ته رح عۦ هم ءلأ تعلٱلل كونٱلل ايش ٦٣عم
63. Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan
dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum
(kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha
Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Q.S. al-Naml
(27): 63.
فٱل فسادظهر بلروٱل ح
ي ديٱل أ يلذيقهمبع ضٱنل اسبماكسبت ٱل
ير جعون لعل هم ٤١عملوا41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. al-Ru>m (30):
41.
143
مافولو ن رضأ
ق لموٱل رمنشجرةأ ح هٱل ۥيمد ده بع اۦمن رم
ب سب عةأ
كمت نفدت ٱلل إن ٢٧عزيزحكيمٱلل 27. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. Q.S. Luqma>n (31): 27.
لم أ ن
أ ٱل فل كتر رت ريف ح
متٱل بنع ءايتهٱلل ن لييكممل فۦ إن صب ارشكور
لكأليتللكل ٣١ذ31. Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-
tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
Q.S. Luqma>n (31): 31.
وءايتهومن رفارٱل ح لمكٱل ع
٣٢ٱل 32. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang
berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Q.S. al-Syu>ra> (42): 32.
رٱت ركو ح رقونٱل غ جندم واإن هم ٢٤ره 24. dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara
yang akan ditenggelamkan". Q.S. al-Dukha>n (44): 24.
۞ يٱلل ٱل لكم ر رسخ ح ٱل ري ٱل فل كلج ره م بأ منۦفيه ولب تغوا
له كرۦفض تش ١٢ونولعل كم 12. Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -
Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Q.S. al-Ja>s}iyah (45): 12.
144
رو ح جورٱل ٦ٱل مس
6. dan laut yang di dalam tanahnya ada api. Q.S. al-T{u>r (52): 6.
وارولرفات ٱل منشٱل ح
لمكٱل ع ٢٤ٱل
24. Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan
laksana gunung-gunung. Q.S. al-Rah}ma>n (55): 24.
تويوما رانيس ح ابهٱل بفراتساغئش جاجومنۥهذاعذ وهذامل حأوترى تل بسونها حل ية رجون تخ وتس ا طريل ل ما كلون
تأ
فيهٱل فل ككلله منفض كۦمواخرلب تغوا تش ١٢رونولعل كم
12. Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu
memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu
bersyukur. Q.S. Fa>t}ir (35): 12.
ي۞وهو ري نمرجٱل ح جاجوجعلبي نهماٱل بفراتوهذامل حأ هذاعذ
رام جورا زخاوحج ٥٣بر 53. Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang
ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi. Q.S. al-Furqa>n (25): 53.
م نأ رضجعل
ٱل بي وجعل روس لها وجعل ن هراأ خللها وجعل قرارا
ري ن ح عٱل ءلهم حاجزاأ لمونٱلل ليع ثهم ك
أ ٦١بل
61. Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-
gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut?
Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan
dari mereka tidak mengetahui. Q.S. al-Naml (27): 61.
145 ب لغم معإوذ
أ ب رححت
هلأ لفتى ري نقالموس ح حقباٱل ض م
أ و ٦٠أ
60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti
(berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan
sampai bertahun-tahun". Q.S. al-Kahfi (18): 60.
ري نمرج ح ١٩يل تقيانٱل 19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Q.S.
al-Rah}ma>n (55): 19.
حارإوذا ٱل رت ٦سجل6. dan apabila lautan dijadikan meluap. Q.S. al-Takwi>r (81): 6.
حارإوذا ٱل رت ٣فجل3. dan apabila lautan menjadikan meluap. Q.S. al-Infit}a>r (82): 3.
مافولو ن رضأ
ق لموٱل رمنشجرةأ ح هٱل ۥيمد ده بع اۦمن رم
ب سب عةأ
كمت نفدت ٱلل إن ٢٧عزيزحكيمٱلل 27. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. Q.S. Luqma>n (31): 27.
146
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Arif Rijalul Fikry, S.Th.I
Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 14 April 1991
No. Telepon : 085772058131/ 082317587709
Email : [email protected]
Alamat Rumah : Jl. Raya Bandung Km.03 Ds. Bojong
Kec. Karangtengah Kab. Cianjur Jawa Barat
43281
Alamat di Yogyakarta : Jl. Bimokurdo RT. 23 RW. 07 Kel. Demangan
Kec. Gondokusuman Kota Yogyakarta 55221
PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Perwanida, Cianjur 1996-1997
2. SDN Ibu Jenab 2, Cianjur 1997-2003
3. SMP Plus al-Ittihad, Cianjur 2003-2006
4. MA Sunan Pandanaran, Yogyakarta 2006-2009
5. UIN Sunan Kalijaga Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Yogyakarta 2009-
2013
6. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Konsentrasi Studi al-Qur’an dan Hadis 2014-
2017
PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Pondok Pesantren al-Ittihad Cianjur 2003-2006
2. Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta 2006-2009
3. Pondok Pesantren Aji Mahasiswa al-Muhsin 2009-2013
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Departemen Keagamaan, HTT (Haiat Thullab wa Thalibat) MA Sunan Pandanaran
Yogyakarta 2007-2008
2. Bendahara CSS MoRA (Community of Santri Scholars of Ministry of Religious
Affair)
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010-2011
3. Anggota PC IPNU Kota Yogyakarta 2011
4. Anggota PMII Rayon Fakultas Ushuluddin 2010
147
5. Divisi Minat Bakat ISMA (Ikatan Santri Mahasiswa Al-Muhsin) Yogyakarta 2011-
2012
PENGALAMAN BEKERJA
1. Guru Bahasa Arab di MTs Al Jauhar Semin Gunungkdiul 2013-2015
2. Guru Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadis MA Al Jauhar Semin Gunungkidul 2015-206