Download - tablet belimbing wuluh.pdf
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING
WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN
VARIASI KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Oleh :
MARIA SABATINI
M3509040
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul
FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI
KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT adalah hasil
penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau ulang dan/ dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Maria Sabatini
M3509040
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING
WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN
VARIASI KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
MARIA SABATINI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
INTI SARI
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) merupakan tanaman yang
mempunyai khasiat, sebagai antihipertensi. Kandungan utama dalam daun
belimbing wuluh yang berkhasiat sebagai antihipertensi yaitu tanin dan phytol.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sediaan tablet ekstrak etanol daun
belimbing wuluh, dan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi konsentrasi
Amylum maydis sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet sehingga
didapatkan konsentrasi pengikat yang paling optimum.
Ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 70%. Tablet ekstrak daun belimbing wuluh dibuat 4 formula dengan
variasi konsentrasi Amylum maydis F0 (0%), F1 (2,5%), F2 (5%) dan F3 (7,5%).
Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Granul diuji sifat fisiknya meliputi
waktu alir, susut pengeringan granul (LOD) dan sudut diam. Tablet diuji sifat
fisiknya meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan tablet, dan waktu
hancur. Data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan dalam Farmakope
Indonesia dan pustaka lainnya. Selanjutnya dilakukan analisis statistik
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov kemudian uji Anova dengan taraf
kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji t-LSD.
Hasil penelitian menunjukkan formula tablet ekstrak etanol daun
belimbing wuluh dengan Amylum maydis sebagai pengikat pada konsentrasi 2,5%,
5% dan 7,5% dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan. Tablet yang
paling baik dihasilkan dari F3 dengan konsentrasi Amylum maydis 7,5%..
Kenaikan konsentrasi bahan pengikat secara garis besar akan menghasilkan
kekerasan tablet yang semakin meningkat, tingkat kerapuhan semakin menurun
dan waktu hancur semakin lama.
Kata kunci : Tablet, ekstrak etanol daun belimbing wuluh, Amylum maydis,
granulasi basah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
THE TABLET FORMULATION OF THE ETHANOL EXTRACT OF
BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)S LEAF USING WET
GRANULATION METHOD WITH VARIATION CONCENTRATION OF
AMYLUM MAYDIS AS A BINDER
MARIA SABATINI
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) is a traditional plant which has
efficacy as an antihypertensive. Belimbing wuluhs leaf contains tanin and phytol a major components that is potentially as an hypertensive. The aim of this
research is to get a tablet preparation of ethanol extract of the belimbing wuluhs leaf and understand the addition effect of variation concentration of the Amylum
maydis as a binder to tablet physical properties so we can get the optimum of
Amylum maydis as a binder .
Extract of belimbing wuluhs leaf made by maceration using ethanol 70% as a solvent. Tablet of the belimbing wuluhs leaf extract made in 4 formulas with variation concentration of Amylum maydis F0 (0%), F1 (2,5%), F2 (5%), and F3
(7,5%). Tablet made by wet granulation method. The granule were tested in their
physical properties involves flow time, loss on dryng the granule (LOD), and
angel of repose. The tablet tested of its physical properties include uniformity of
weight, hardness, friability, and desintegration time. The data were compared by
Pharmacopeia of Indonesia and others literature. And then data were analyzed by
using Kolmogorov-Smirnov statistic test and Anova test with confidence level
95% followed by t-LSD test.
The result showed that formula of tablet 2,5%, 5%, and 7,5%
concentration of Amylum maydis can produce the optimum formulations of tablet.
The best tablet is resulted from formula 3 with 7,5% concentration of Amylum
maydis. The result also showed that there were significant differences to all
formulas on the tablet physical properties. The rising of binder concentration
would be produced more tablet hardness, less tablet friability and long of
desintegration tablet.
Key word : tablet, extract ethanol of belimbing wuluhs leaf, Amylum maydis, wet granulation.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Tugas Akhir itu memang sulit, tetapi akan lebih sulit lagi ketika kamu tidak
mengerjakannya (Heru Sasongko)
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu"
(1 Petrus 5 :7)
Hai pemalas pergilah kepada semut perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak
(Amsal 6 : 6)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :
Bapak dan Ibu Tersayang
Kakak-kakakku yang selalu
menjadi teladan dan motivatorku
Adikku tersayang yang selalu
membuatku semangat untuk
berjuang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan, Bapa
dan Sahabat yang setia yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul
FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI
KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT dengan baik.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin
terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan
baik moril maupun materiil, dan doa dari berbagai pihak. Karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing akademik atas segala
bimbingan dan arahan selama menjalani perkuliahan di D3 Farmasi
3. Heru Sasongko, S.Farm., Apt, selaku pembimbing tugas akhir atas segala
kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan, pengertian, saran,
kritik, dan ilmunya.
4. Segenap dosen pengajar dan staff program studi D3 Farmasi yang telah
banyak memberikan ilmu, bantuan dan pelajaran berharga.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Teman-teman D3 Farmasi 2009 terutama untuk Farida, Arum, Dhery, Devita
Dhista, Ria, Sarah, Indri, Mbak Mita, Tias, dan Septi terimakasih untuk 3
tahun yang tidak hanya dilalui sebagai waktu, tetapi kesempatan untuk belajar
menjadi pribadi yang diinginkan orang lain.
6. Kakak dan adik-adik tingkat D3 Farmasi UNS yang memberi banyak teladan
dan semangat.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Semoga
laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat
menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian dan pengembangan ilmu Ahli
Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
INTISARI .................................................................................................. iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 4
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4
1. Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ................. 4
a. Sistematika tanaman ........................................................... 4
b. Nama Lain .......................................................................... 4
c. Deskripsi Tanaman ............................................................ 5
d. Kandungan Kimia ............................................................... 5
e. Khasiat ................................................................................ 7
2. Tinjauan Tentang Ekstrak ....................................................... 8
3. Tinjauan Tentang Tablet ......................................................... 10
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20
B. Hipotesis ....................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 23
A. Kategori Penelitian, Rancangan Percobaan, dan Variabel ............. 23
B. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 23
C. Alat dan Bahan .............................................................................. 24
1. Alat .......................................................................................... 24
2. Bahan ...................................................................................... 24
D. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 24
E. Tahapan Penelitian ....................................................................... 25
1. Determinasi Tanaman .............................................................. 25
2. Pengambilan Bahan ................................................................. 25
3. Pembuatan Serbuk .................................................................. 25
4. Pembuatan Ekstrak Secara Maserasi ....................................... 25
5. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental .............................. 26
6. Formula Tablet dan Pembuatan Granul ................................... 25
7. Uji Sifat Fisik Granul .............................................................. 28
8. Evaluasi Tablet ........................................................................ 29
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................ 32
A. Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh ..................................... 32
B. Simplisia Daun Belimbing Wuluh ................................................. 32
C. Hasil Pembuatan Ekstrak .............................................................. 33
D. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental .......................... 34
E. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ..................... 34
F. Pembuatan Ekstrak Kering Belimbing Wuluh ............................... 34
G. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah .................... 35
H. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ........................................... 37
1. Waktu Alir ............................................................................... 37
2. Sudut Diam .............................................................................. 40
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Halaman
I. Proses Pentabletan ........................................................................ 42
J. Hasil Pemeriksaan Fisik Tablet Belimbing Wuluh ....................... 42
1. Keseragaman Bobot ................................................................ 43
2. Kekerasan Tablet ..................................................................... 45
3. Kerapuhan Tablet .................................................................... 47
4. Waktu Hancur ......................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
A. Kesimpulan .................................................................................... 53
B. Saran ............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN ..................................................................................................... 58
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Tanpa Pelicin Dan Dengan
Pelicin ............................................................................................ 39
Gambar 2. Diagram Perbandingan Sudut Diam Tanpa Pelicin Dan Dengan
Pelicin ............................................................................................ 41
Gambar 3. Diagram CV Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh .................. 44
Gambar 4. Diagram Kekerasan Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ....... 46
Gambar 5. Diagram Kerapuhan Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ....... 48
Gambar 6. Diagram Waktu Hancur Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh . 51
Gambar 7. Tanaman Belimbing Wuluh ........................................................... 61
Gambar 8. Serbuk Simplisia Daun Belimbing Wuluh ..................................... 61
Gambar 9. Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh ......................................... 62
Gambar 10. Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ...................................... 62
Gambar 11. Diagram Alir Cara Kerja ............................................................. 63
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Formula Tablet Daun Belimbing Wuluh ........................................... 26
Tabel II. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet ........................................ 30
Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Serbuk Simplisia Daun Belimbing Wuluh 33
Tabel V. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh ..... 34
Tabel VI. Pemeriksaan Susut Pengeringan (LOD) ......................................... 36
Tabel VII. Pemeriksaan Waktu Alir Granul ................................................... 37
Tabel VII. Pemeriksaan Susut Diam Granul ................................................... 40
Tabel VIII. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh . 43
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) 59
Lampiran 2. Foto Tanaman, Simplisia, Serbuk Simplisia, Ekstrak Etanol
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Gambar
Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ...................................... 61
Lampiran 3. Gambar Diagram Alir Cara Kerja ........................................... 63
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ....... 64
Lampiran 5. Data Hasil Penelitian Penggunaan Jumlah Bahan Pengikat dan
Penyesuaian Bobot Tablet dalam Formula ................................ 65
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan (%LOD) Granul ............ 68
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul.......................................... 69
Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ......................................... 78
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Persoalan dalam pengadaan obat dan biaya obat yang mahal dalam
masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obat modern
dengan biaya yang murah mulai menyentuh masyarakat. Pengobatan dan
pendayagunaan obat tradisional tersebut merupakan salah satu komponen program
pelayanan kesehatan dasar, serta merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi
kebutuhan dasar di bidang kesehatan (Wijayakusuma, 1995).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat maju,
baik pria ataupun wanita, tua atau pun muda bisa terserang penyakit ini. Penyakit
ini disebut sebagai silent diseases dan merupakan faktor risiko utama dari
perkembangan atau penyebab penyakit jantung dan stroke (Purwati et al., 2005).
Pemilihan obat-obatan antihipertensi saat ini telah banyak mengalami
perubahan, karena perlu mempertimbangkan efikasi, efek samping yang
ditimbulkan, pemakaian jangka panjang dan nilai ekonomisnya. Penggunaan
herbal dan bahan alami untuk mengobati dan mengontrol penyakit sudah banyak
dilakukan oleh masyarakat dunia (Aceves-Avila et al., 2001).
Penggunaan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk
pengobatan antihipertensi, pada umumnya hanya sebatas dalam bentuk sederhana
dengan cara diseduh atau direbus. Penggunaan dengan cara tersebut dinilai kurang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
efektif dan efisien. Untuk lebih memudahkan dalam penggunaannya maka dapat
dibuat dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet.
Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak diminati oleh perusahaan
farmasi maupun oleh pemakai sediaan farmasi karena merupakan bentuk sediaan
yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral
untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. Selain
itu tablet juga memiliki beberapa keuntungan seperti ketepatan dosis, praktis
dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
penyimpanan, mudah dibawa dan memilik bentuk yang memikat (Banker dan
Anderson, 1986).
Amylum maydis (amilum jagung) merupakan amilum yang diperoleh dari
biji Zea mays L (Anonim, 1995). Amilum maydis biasa digunakan sebagai bahan
pengisi, penghancur dan pengikat dalam beberapa sediaan tablet (Ansel,1989).
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi Amylum maydis
sebagai pengikat dalam formulasi tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan
metode granulasi basah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu :
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi Amylum maydis sebagai bahan pengikat
terhadap sifat fisis tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh ?
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2. Berapa konsentrasi Amylum maydis terbaik yang dapat digunakan sebagai
bahan pengikat dalam formulasi ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Menghasilkan tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.) yang sesuai persyaratan.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi Amylum maydis sebagai bahan
pengikat dalam formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) terhadap sifat fisis tablet.
3. Mengetahui konsentrasi terbaik Amylum maydis yang dapat dijadikan
pengikat.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
a. Diperoleh tablet ekstrak daun belimbing wuluh yang memiliki sifat fisis yang
baik.
b. Diketahui pengaruh Amylum maydis sebagai bahan pengikat dalam formulasi
tablet ekstrak daun belimbing wuluh.
c. Diketahui konsentrasi optimum Amylum maydis yang dapat digunakan sebagai
bahan pengikat dalam formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.).
d. Menambah prespektif dan alternatif penggunaan Amylum maydis sebagai
bahan pengikat pada formulasi sediaan tablet berbahan ekstrak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan tentang tanaman
Tanaman yang digunakan dalam pengujian ini adalah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.).
a. Kedudukan tanaman belimbing wuluh dalam taksonomi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Docotyledone
Bangsa : Geraniales
Suku : Oxalidaceae
Marga : Averrhoa
Jenis : Averrhoa blimbi L (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2001).
b. Nama Daerah
Sumatera : limeng (Aceh), selemeng (Gayo), belimbing (Batak Karo),
balimbing (Minangkabau), balimbing (Lampung), belimbing asam (Melayu);
Jawa : balimbing (Sunda), blimbing wuluh (Jawa Tengah), bhalingbhing bulu
(Madura); Bali : Blimbing buloh ;Nusa Tenggara : limbi (bima), libi (sawu),
balimbeng (Flores), ninili daelok(Rote), Kerbo (Timor). ;Maluku : taprera (Buru),
malibi (Halmahera) ;Irian : utekee (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2001).
c. Deskripsi Tanaman
Tanaman belimbing wuluh berhabitus pohon tinggi 5-10. Batang tegak,
bercabang, permukaaan kasar, banyak tonjolan, hijau kotor, daun majemuk,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menyirip, bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, panjang 7-10 cm, lebar 1-
3 cm, bertangkai pendek, anak daun 25-45 helai, pertulangan menyirip, warna
hijau sampai hijau muda. Bunga majemuk, bentuk malai, pada tonjolan batang
dan cabang menggantung, panjang 5-20 cm, kelopak 6 mm, merah dan mahkota
bergandengan, bulat lanset, ungu. Buah buni, panjang 4-6 cm, warna hijau
kekuningan. Biji laset atau segitiga, masih muda hijau setelah tua kuning
kehijauan. Akar tunggang warna coklat kehitaman (Steenis, 1992).
d. Kandungan Kimia
Pada umumnya di dalam marga Oxalis ditemukan asam oksalat dan
ditemukan enzim isositrat hase. Dalam daun belimbing wuluh ditemukan tanin.
Daun, buah dan batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), mengandung
saponin, flavonoid. Batang tanaman belimbing wuluh mengandung alkaloid dan
polifenol (Gunawan et al, 2002).
Daun belimbing wuluh (Avverhoa belimbi L) mengandung saponin,
flavonoid, disamping itu daunnya juga mengandung tanin (Anonim, 2001).
d.1.Saponin. Saponin adalah senyawa yang menimbulkan busa jika
dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah, sering digunakan sebagai detergen (Robinson, 1995).
Saponin dibagi menjadi 2 jenis : glikosida triterpenoid dan glikosida steroid.
Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.
Aglikonnya disebut sapogenin yang diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana
asam atau hidrolisis memakai enzim dan tanpa bagian gula yang mempunyai ciri
kelarutan sama dengan steroid lain. Saponin dapat diperoleh dari beberapa
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tumbuhan dengan hasil yang baik dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku
untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson,
1995).
d.2. Flavonid. Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai
senyawa yang mempunyai deretan C6-C6-C6. Kerangka karbonnya terdiri dari atas
2 gugus C6 (cincin benzene tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon (Robinson, 1995).
Flavonoid adalah senyawa yang larut dalam air dan dapat diekstrasi
dengan etanol 70%. Flavonoid berupa senyawa fenol, sehingga warnanya berubah
bila ditambah basa atau ammonia, jadi seyawa ini mudah dideteksi pada
kromatogram dalam larutan. Cara untuk mendeteksi seyawa fenol adalah dengan
menambahkan larutan besi (II) klorida 1 % dalam air atau etanol pada larutan
cuplikan sehingga warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat.
Flavonoid yang manapun mungkin saja merupakan turunan fenol dapat bekerja
sebagai antiseptik, dan desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein
sel bakteri. Turunan fenol juga dapat merubah permeabilitas membran sel
sehingga sel bakteri mengalami kematian (Harbone, 1987).
d.3. Tanin. Tanin adalah sejenis kandungan tumbuhan yang bersifat
fenol yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan mempunyai
kemampuan menyamak kulit. Tanin terhidrolisis larut di dalam air (terutama air
panas) membentuk larutan koloid. Tanin biasanya berupa senyawa berupa
senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut organik yang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
polar sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik non polar
seperti benzene dan kloroform. Tanin terhidrolisis dan glikosida dapat diekstraksi
dengan air panas atau campuran etanol-air. Tanin merupakan substansi kompleks
yang umumnya berupa senyawa polifenol juga bersifat antiseptik. Biasanya tanin
tersebar dalam daun, buah, kulit kayu dan batang (Robinson, 1995).
Tanin dapat digunakan sebagai astringen dan mencegah infeksi luka
karena tanin mempunyai antiseptik. Tanin yang merupakan senyawa polifenol,
diduga mempunyai mekanisme kerja dengan cara merusak permeabilitas barier
dalam mikroorganisme sehingga aktifitas antibakteri (Claus dan Tyler, 1965).
d.4. Phytol. Phytol merupakan senyawa alkohol diterpen asiklik, dan
campuran dari bentuk cis dan trans dari 3, 7, 11, 15 tetrametil -2-heksadesen-1-ol
(Anonymous, 2006). Senyawa ini bisa digunakan sebagai adjuvant yang cukup
baik dan aman untuk memperbaharui komplemen antibodi (Lim et al., 2006).
Karena kandungannya yang cukup banyak sekitar 12,46% dalam ekstrak murni,
kandungan inilah yang dimungkinkan memberikan efek hipotensif selain tanin
yang dapat mencegah terjadinya stroke (Hernani et al, 2009).
e. Khasiat
Batang belimbing wuluh dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit
gondok. Daunnya digunakan untuk mengatasi demam dan obat luar. Cairan bunga
belimbing wuluh digunakan untuk obat batuk dan sariawan. Buah dapat
menurunkan tekanan darah dan dapat dimasak untuk manisan atau asinan, obat
skorbut, sariawan serta sebagai obat batuk rejan (Syamsyuhidayat dan Hutapea,
2007).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Tinjauan tentang ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Ansel,
1989).
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,
perkolasi, soxhletasi, dan infundasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan
beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan penyesuaian dengan tiap
macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang
sempurna (Ansel, 1989).
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah halus
dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel,
sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar,
serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok
berulang-ulang kemudian disaring. Proses ini dilakukan pada temperatur 15-20OC
selama tiga hari menggunakan bejana maserasi (Ansel, 1989).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut
yang cocok dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu kolom,
serbuk simplisia dimasukkan ke dalam perkolator. Dengan cara penyarian ini
mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk keluar
dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom. Dengan pembaharuan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yang terus menerus bahan pelarut, memungkinkan berlangsungnya maserasi
bertingkat (Ansel, 1989).
c. Soxhletasi
Bahan yang akan disari berada di dalam kantung ekstraksi (kertas, karton)
di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada di antara labu suling dan
suatu pendingin. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan jika diberi
pemanasan akan menguap mencapai ke dalam pendingin balik melalui pipa pipet,
pelarut ini berkondensasi di dalamnya dan menetes ke bahan yang disari. Larutan
berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara
otomatis ditarik ke dalam labu tersebut (Voigt, 1984).
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan cara
ini tidak boleh disimpan lebih dai 24 jam (Anonim, 1979).
Dalam penelitian ini digunakan metode maserasi menggunakan etanol
70% dengan perbandingan 3 : 1. Digunakan metode maserasi, karena maserasi
merupakan proses paling tepat untuk obat yang halus dan memungkinkan
direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga
zat-zat yang mudah terlarut akan terlarut (Ansel, 1989).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Tinjauan tentang tablet
1) Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaanya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,
1979). Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan
mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan
desintegrasi, dan sifat antilengket). Dan dibuat dengan mengempa campuran
serbuk dalam mesin tablet (Siregar, 2007).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik
adalah sebagai berikut:
a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik
selama fabrikasi atau pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada
konsumen.
b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.
c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun
rasanya (Ansel, 1989).
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet
tidak akan memiliki variasi yang besar.
b. Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga
dihasilkan tablet yang keras.
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk, 1980).
2) Metode Pembuatan Tablet
Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu: metode kempa langsung,
granulasi basah, dan granulasi kering.
a. Kempa langsung
Metode kempa langsung yaitu percetakan bahan obat dan bahan tambahan
yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi. Kempa
langsung membangkitkan gaya ikatan di antara partikel sehingga tablet memiliki
kekompakan yang cukup (Voigt, 1984). Pada proses ini diperlukan serbuk yang
mempunyai fluiditas dan kompaktibilitas yang baik (Sheth dkk, 1980).
b. Granulasi kering
Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering ke
dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan
menjadi granul, penambahan bahan pelicin dan penghancur kemudian dicetak
menjadi tablet (Ansel, 1989).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Granulasi Basah
Metode ini meupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan
mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah,
pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan
penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
3) Mekanisme ikatan granulasi basah
Dispersi suatu cairan ke dalam masa serbuk pada umumnya akan
mengakibatkan peningkatan yang signifikan dalam pembentukan dan kekuatan
agregat partikel-partikel. Akan tetapi, tingkat pembentukan dan pertumbuhan
granul dipengaruhi oleh kuantitas cairan yang ditambahkan, mobilitas cairan, alat
granulasi yang digunakan, dan ukuran partikel masa serbuk (Siregar dan Wikarsa,
2010).
Newitt Conway-Jones dan Barlow menetapkan teori granulasi
berkenaan dengan empat keadaan. Keadaan ini disebut pendular, funicular,
kapiler, dan tetes) (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Mekanisme aglomerasi (pembentukan ikatan) dapat diaggap sebagai
suatu perubahan dari tahap trifase (udara-cairan-padatan), ketika kebanyakan
granul dalam keadaan pendular dan funicular, hingga menjadi suatu kumpulan
particular bifase (cairan-padatan), ketika granul akan berada dalam keadaan
kapiler dan tetes (Siregar dan Wikarsa, 2010).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gaya tarik antarmolekular merupakan merupakan interaksi jangka
singkat. Pada umumnya, gaya van der Waals memberikan kontribusi yang paling
besar pada daya tarik antarmolekular sehingga efektif pada rentang yang lebih
panjang. Gaya elektrostatis dibangkitkan terutama melalui gesekan antarpartikel,
yang mengubah keadaan elektron permukaan. Kontribusi menyeluruh dari gaya
tarik elektrostatis adalah menahan partikel-partikel dalam kontak yang cukup
lama untuk mekanisme lain guna mempengaruhi proses aglomerasi (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
4) Bahan tambahan dalam pembuatan tablet
Untuk pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan berupa :
a. Bahan pengisi. Bahan pengisi diperlukan untuk memungkinkan
suatu pencetakan sehingga menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang
dibutuhkan (Voigt, 1984).
Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan:
a) Non toksik.
b) Tersedia dalam jumlah yang cukup.
c) Harga cukup murah.
d) Inert atau netral secara fisiologis.
e) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan
berbagai obat atau komponen tablet lain.
f) Bebas dari mikroba.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: laktosa, sukrosa,
amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan
bahan lain yang cocok (Banker dan Anderson, 1986).
b. Bahan pengikat. Zat pengikat ditambahkan dalam bentuk kering
atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan
kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Banker dan Anderson,
1986).
Pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada
formulasi tablet. Peranan pengikat adalah untuk memberikan kohesivitas yang
diperlukan untuk mengikat partikel-partikel padat di bawah pengempaan untuk
membentuk suatu tablet yang kompak. Dalam granulasi basah, pengikat
meningkatkan pembesaran ukuran untuk membentuk granul sehingga
memperbaiki mampu alir campuran selama masa pencampuran selama proses
pembuatan. Pengikat juga dapat memperbaiki kekerasan tablet dengan
meningkatkan gaya intragranular dan juga antargranular (Siregar dan Wikarsa,
2010).
Proses aglomerasi yang paling luas digunakan dalam industri farmasi
adalah granulasi basah. Gaya kohesif yang bekerja selama proses aglomerasi
basah disebabkan oleh jembatan cair yang terjadi antar partikel padat, walaupun
gaya tarik antarmolekular, gaya van der Waals dan gaya elektrostatis juga
memberikan peranan awal. Mekanisme ikatan dalam keadaan basah tergantung
pada gaya kapiler dan gaya antarpermukaan granul (Siregar dan Wikarsa, 2010).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan
massa granul yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet
yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan
bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan
rapuh dan terjadi capping (Parrott, 1971).
c. Bahan penghancur. Zat penghancur ditambahkan guna
memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran
pernafasan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan
menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu
mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya
bioavailabilitas yang diharapkan (Banker dan Anderson, 1986).
Bahan penghancur yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa
yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon
(Anonim, 1995).
d. Bahan pelicin. Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur
aliran, dan bahan pemisah hasil cetakan (Voigt, 1984). Bahan pelicin mengurangi
gesekan selama proses pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat
hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi
tablet, oleh karena itu kadar lubricant yang berlebihan harus dihindari
(Anonim,1995). Bahan pelicin yang biasa digunakan antara lain talk, magnesium
stearat, aluminium stearat, asam stearat, asam palmitat, dan pati (Voight, 1984 ).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Uji sifat fisis granul
Untuk mengetahui sifat fisik granul, maka diperlukan uji sifat fisik
granul yang meliputi waktu alir, sudut diam dan susut pengeringan granul.
a. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan bila sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan, mudah tidaknya aliran granul
dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan
kelembabannya. Kecepatan alir granul sangat penting karena berpengaruh pada
keseragaman pengisian ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet (Sheth dkk,
1980).
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan
granul dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan
300
biasanya menunjukkan bahwa granul mempunyai sifat alir yang baik atau
disebutjuga free flowing dan bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 400
biasanya sifat alirnya kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
c. Susut Pengeringan
Lembap dalam suatu solid dapat dinyatakan berdasarkan pada bobot
basah atau bobot kering. Berdasarkan bobot basah, kandungan air dalam zat/bahan
dihitung sebagai presentasi bobot solid basah. Jika berdasarkan bobot kering, air
dinyatakan sebagai bobot solid kering.
Dalam farmasi, istilah susut pengeringan adalah suatu pernyataan
kandungan lembap berdasarkan bobot basah yang dihitung sebagai berikut
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
% Susut Pengeringan (SP) = Bobot air dalam sampel x 100%................(1)
Bobot total sampel basah
(Siregar dan Wikarsa, 2010)
6) Uji sifat fisik tablet
Untuk mengetahui sifat fisik tablet yang dihasilkan perlu dilakukan uji
sifat fisik tablet . Uji sifat fisik yang dilakukan adalah :
a. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet
sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Anonim,
1979).
b. Kekerasan
Sepuluh tablet dari masing-masing formula diambil secara acak dan diuji
dengan alat pengukur kekerasan tablet. Ditentukan nilai rata-rata hasil
pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentang nilai 4-8 kg (Banker
dan Anderson, 1986).
c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap pengikisan
permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan alat
friability tester. Batas kerapuhan tablet yang masih bisa diterima adalah kurang
dari 1,0%. Kerapuhan di atas 1,0% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
kurang baik (Lachman dkk, 1986).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
d. Waktu Hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan alat uji waktu hancur dan waktu
hancur yang dikendaki adalah kurang dari 15 menit (Anonim, 1979).
7) Pemerian zat aktif dan bahan tambahan
a. Zat aktif. Ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi serbuk daun
belimbing wuluh dengan pelarut etanol 70 % 1:5.
b. Aerosil. Aerosil merupakan bahan pengatur aliran yang dapat mengurangi
lengketnya partikel satu sama lain, dengan demikian gesekan partikel satu
sama lain sangat kurang. Aerosil dapat menarik lembab melalui silamol
(dapat menarik lembab hingga 40% dari massanya) dan meskipun
demikian serbuk masih dapat mempertahankan daya alirnya (Siregar,
2007).
c. Laktosa (bahan pengisi). Merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan, oleh karena tidak bereaksi dengan semua obat. Umumnya
formulasi yang menggunakan laktosa menunjukkan hasil pelepasan obat
yang baik, selain itu harganya murah, granul cepat kering dan waktu
hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet
(Lachman,dkk, 1986)
d. Explotab (bahan penghancur). Explotab disebut juga sodium starch
glikolat atau primojel. Merupakan modifikasi kanji, sebagai pengganti
yang murah dari karboksimetil. Digunakan dengan konsentrasi rendah (1,8
%, dilaporkan 4 % adalah yang optimum) (Lachman dkk, 1986).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
e. Avicel (Bahan Pengisi). Avicel menghasilkan tablet keras dengan tekanan
kempa yang rendah pada pengempaan tablet. Zat ini menghasilkan
pembasahan yang cepat dan merata karena adanya wicking acting sehingga
cairan penggranulasi terdistribusi di seluruh onggokan serbuk. Avicel
dpaat bermanfaat jika dikombinasikan dengan bahan pengisi lain seperti
Laktosa, manitol, amilum atau kalsium sulfat (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Avicel merupakan partikel terdepolimerisasi, putih, tidak berasa, tidak
berbau, bentuk serbuk, Kristal tersusun atas partikel yang berpori. Dalam
perdagangan tersedia dalam berbagai ukuran partikel dan mempunyai
tingkat kelembaban yang berbeda sehingga berbeda dalam penggunaannya
tergantung tingkat kelembabannya. Dikenal ada 2 macam avicel, yaitu:
Avicel PH 101 dan Avicel PH 102. Perbedaannya terletak pada ukuran
partikelnya. Avicel PH 101 merupakan produk asli yang diperoleh dengan
cara hidrolisis asam dari selulosa murni, sedangkan Avicel PH 102
merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih
besar. Baik Avicel PH 101 dan Avicel PH 102 digunakan secara luas pada
metode kempa langsung namun dapat juga digunakan sebagai bahan
pengisi pada pembuatan tablet secara granulasi basah (Sheth, 1980).
f. Kombinasi Mg stearat dan Talcum (bahan pelicin). Penambahan bahan
pelicin dapat memperbaiki sifat alir granul sehingga pengisisan granul ke
dalam ruang cetak lebih seragam, maka tercapai keseragaman bobot tablet
yang baik. Penggunaan bahan pelicin Talk dan Magnesium Sterat (9:1)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sebanyak 1,5 % maka waktu alir semakin cepat dan sudut diam semakin
kecil (Fudholi, 1983).
Magnesium stearat bersifat seperti lemak dan tersedia dalam ukuran
partikel kecil. Logam stearat merupakan lubrikan yang paling efisien dan
lazim digunakan. Pada umumnya tidak bersifat reaktif. Logam stearat juga
berfungsi sebagai glidan dan antiadheren (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Talk berfungsi sebagai lubrikan dan glidan. Talk mempunyai sifat yang
kurang menguntungkan karena memperlambat disintegrasi (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
g. Amylum maydis (bahan pengikat). Amylum maydis (Amylum jagung)
merupakan amilum yang diperoleh dari biji Zea mays L. bahan ini
memiliki pemerian serbuk yang sangat halus dan bewarna putih.
Identifikasi bahan ini yaitu dengan memanaskan sampai mendidih selama
1 menit suspensi 1 gram dalam 50 ml air dapat membentuk larutan kanji
encer (Anonim, 1995). Amylum maydis biasa digunakan sebagai bahan
pengisi, penghancur dan pengikat dalam beberapa sediaan tablet. Amylum
maydis biasa digunakan sebegai bahan pengikat dengan membentuknya
menjadi cairan berair (Ansel,1989).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Hipertensi merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di
Indonesia. Menurut data Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2007 angka prevalensi hipertensi mencapai 31,17% yang menyebabkan
hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian di Indonesia setelah
stroke dan tuberkolosis.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) termasuk dalam famili
Oxadilaceae merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi dimanfaatkan
untuk obat antihipertensi. Telah dibuktikan oleh Bipat et al., (2008) bahwa daun
belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah melalui stimulasi diuretik pada
hewan babi, dan tidak mengamati langsung penurunan tekanan darah setelah
diberi larutan uji. Penelitian lain yang dilakukan pada hewan kucing, ekstrak kasar
(ekstrak yang belum dimurnikan) daun belimbing wuluh dapat menurunkan
tekanan darah 41,25 mmHg dengan dosis pemberian 25 mg/BB (Hernani et al,
2009). Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat cenderung untuk
memilih cara pengobatan yang praktis dan mudah dalam penggunaan. Termasuk
dalam pengobatan hipertensi.
Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak diminati oleh
perusahaan farmasi maupun oleh pemakai sediaan farmasi karena merupakan
bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling
rendah. Selain itu tablet juga memiliki beberapa keuntungan seperti ketepatan dosis,
praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
penyimpanan, mudah dibawa dan memilik bentuk yang memikat (Banker dan
Anderson, 1986).
Bahan pengikat memiliki peranan penting dalam formulasi tablet. Salah
satu bahan yang dapat digunakan adalah pati. Pati yang digunakan sebagai bahan
pengikat dalam formulasi tablet adalah mucilago amili termasuk mucilago
Amylum maydis. Amylum maydis dapat digunakan sebagai pengikat kering dan
pengikat basah. Dalam granulasi basah mucilago Amylum maydis yang sering
digunakan dalam formulasi umunya dalam konsentrasi 5%-10%. (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
Penelitian lain dilakukan oleh Allagh tahun 2009 yang membandingkan
penggunaan konsentrasi Amylum maydis sebagai bahan pengikat 2,5%, 5%, dan
7,5% pada tablet chloroquini sebagai antimalaria. Konsentrasi Amylum maydis
dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi tersebut untuk membentuk massa
tablet ekstak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Dari penelitian
ingin diketahui pengaruh variasi konsentrasi Amylum maydis tersebut dalam
formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
C. HIPOTESIS
Penggunaan variasi konsentrasi bahan pengikat Amylum maydis diduga
berpengaruh pada sifat fisik tablet. Semakin besar konsentrasi Amylum maydis
diduga memperbaiki keseragaman bobot, menambah kekerasan, mengurangi
kerapuhan, dan memperlama waktu hancur tablet ekstrak daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kategori Penelitian, Rancangan Percobaan dan Variabel
Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah
kategori penelitian eksperimental laboratorium, dalam penelitian ini digunakan 3
macam variabel yaitu :
a) Variabel bebas : Konsentrasi Amylum maydis yang ditambahkan
sebagai pengikat dalam formulasi
b) Variabel tergantung : waktu alir, sudut diam granul, keseragaman bobot
tablet, kerapuhan tablet, dan waktu hancur tablet
c) Variabel terkendali : Umur tanaman, asal tanaman, lokasi pengambilan,
waktu pengambilan, suhu pengeringan granul, waktu pencampuran, nomor
ayakan, volume penambahan bahan pengikat, dan kedalaman punch.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari:
1. Spesifikasi ekstrak daun belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.) meliputi:
pemeriksaan organoleptis.
2. Uji sifat fisik granul ekstrak daun belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.)
meliputi: Loss On Drying (LOD), sifat alir, dan sudut diam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Uji sifat fisik tablet daun belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.) meliputi :
uji visual, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, waktu
hancur, dan kerapuhan tablet.
C. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah blender
untuk menghaluskan simplisia, bejana kaca untuk maserasi, kain flannel untuk
menyaring filtrat, rotary evaporator (RE-300) untuk memekatkan ekstrak,
timbangan analitik, waterbath, kompor listrik, oven (IL-80EN), mesin pencetak
tablet single punch (seri TDP 1), ayakan mesh 16, jangka sorong, klem, statif,
Hardness tester (Guoming YD-1) untuk uji kekerasan, disintegration tester
(Guoming BJ-2) untuk uji waktu hancur, Friabilator (Guoming CS-2) untuk uji
kerapuhan, thermometer untuk mengukur suhu pada waktu hancur, dan alat-alat
gelas pyrex seperti gelas beker, gelas ukur, cawan penguap, corong kaca dan
batang pengaduk.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah etanol 70 % (teknis), ekstrak daun belimbing
wuluh (Avverhoa bilimbi L), aerosil, avicel PH 101, laktosa, eksplotab, talk, Mg
stearat, aquadest yang dibeli dari Laboratorium teknologi Farmasi, UNS dan
Amilum maydis yang dibeli dari Brathacem.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknologi Farmasi, D3 Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Surakarta dan Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
Waktu Penelitian bulan April sampai tanggal 26 Juni 2012.
E. Tahapan Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Tahap pertama penelitian adalah memastikan kebenaran sampel tanaman
belimbing wuluh, dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada
tanaman belimbing wuluh terhadap kepustakaan dan dideterminasi di Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
2. Pengambilan Bahan.
Sampel yang akan digunakan adalah daun adalah belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) yang diperoleh di Desa Kagokan, Kecamatan Gatak, Kabupaten
Sukoharjo, Jawa Tengah.
3. Pembuatan serbuk
Daun belimbing wuluh dikumpulkan, dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan,
dan dikeringkan dibawah sinar matahari, ditutup dengan kain hitam selama 2 hari.
Simplisia yang telah kering, kemudian diserbuk dengan cara diblender dan diayak
dengan pengayak mesh 60.
4. Pembuatan ekstrak secara maserasi
Serbuk sebanyak 1 kg dimasukkan dalam bejana bermulut lebar, ditambah
etanol 70 % sebanyak 5L kemudian digojog, dan didiamkan selama 5 hari dengan
pengadukan yang teratur ( 3 kali sehari ). Setelah lima hari maserat disaring dan
dipekatkan dengan evaporator. Pelarut yang masih tertinggal diuapkan di atas
penangas air sampai bebas dari pelarut.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5. Pemeriksaan kualitas ekstrak
Pemeriksaan Organoleptis. Dilakukan pemeriksaan untuk mendeskripsikan
bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak .
6. Pembuatan granul dan penabletan dengan metode granulasi basah
Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan formula pada sebagai berikut :
Tabel I . Formula Tablet Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Bahan
Formula
0 (mg)
Formula 1
(mg)
Formula 2
(mg)
Formula 3
(mg)
0% 2,5% 5% 7,5%
Ekstrak 234 234 234 234
Aerosil 11,7 11,7 11,7 11,7
Avicel PH 101 234 234 234 234
Laktosa 58,3 52,4 46,7 40,59
Explotab 50 50 50 50
Amylum maydis - 5,90 11,80 17,71
Talkum 10,8 10,8 10,8 10,8
Mg Stearat 1,2 1,2 1,2 1,2
Total 600 600 600 600
Dosis ekstrak diperoleh dari penelitian pada kucing dengan dosis 25 mg/bb,
kemudian dikalikan faktor konversi dari kucing (2 kg) ke manusia Eropa 13,1
(Ngatidjan, 1990) diperoleh hasil 655 mg. Dari manusia Eropa dikonversikan
kembali ke dosis manusia Indonesia dengan mengalikan rata-rata berat badan
orang Indonesia dibagi dengan rata-rata berat badan orang Eropa dan didapatkan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
hasil 468 mg (Hernani et al, 2009). Dalam pembuatan sediaan dibuat dua tablet
sekali minum sehingga dosis yang digunakan tiap tablet 234 mg.
Dosis = Dosis Pada Hewan Uji x Faktor Konversi
= 25mg x 2 kg x 13,1
= 655 mg (pada manusia Eropa)
Dikonversikan ke manusia Indonesia
Dosis = Dosis Manusia Eropa x Berat Badan rata-rata orang Indonesia
Berat Badan rata-rata orang Eropa
= 655 x 50 Kg
70 Kg
= 467,85 mg (pada manusia Indonesia)
= 468 mg
= 468 mg : 2
= 234 mg
Pembuatan tablet diawali dengan mengeringkan ekstrak kental dengan
aerosil yang masing-masing telah ditimbang. Aerosil yang digunakan sejumlah
5% dari berat ekstrak yang digunakan. Setelah ekstrak kering, Avicel PH 101,
Laktosa dan Explotab ditambahkan dan diaduk homogen. Setelah itu Amylum
maydis yang telah berbentuk mucilago dengan konsentrasi tertentu dimasukkan
hingga membentuk masa yang siap digranulasikan.
Pembuatan mucilago Amylum maydis dilakukan dengan cara melarutkan
Amylum maydis yang telah ditimbang sesuai masing-masing konsentrasi ke dalam
10 ml aquades dingin kemudian ditambah dengan aquades panas hingga volume
100 ml, diaduk hingga terbentuk mucilago.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Massa yang terbentuk kemudian di ayak menggunakan pengayak no 16
mesh, dan granul yang terbentuk kemudian dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 60oC hingga diperoleh bobot tetap. Granul yang telah kering diayak kembali
dengan pengayak no 18 mesh setelah itu granul diuji LOD, sudut diam dan waktu
alirnya. Setelah diuji, granul kemudian ditambahkan Talk dan Mg Stearat untuk
diuji kembali waktu alirnya. Kemudian granul dimasukkan dalam alat pencetak
tablet dan dicetak menjadi tablet. Hasil tablet yang diperoleh kemudian diuji sifat
fisisnya.
7. Evaluasi granul ekstrak daun belimbing wuluh
a. Waktu Alir.
Ditimbang 100 g granul, kemudian dimasukkan kedalam corong yang
ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir
sampai habis. Dihitung waktu alir granul. Granul mempunyai sifat alir bagus bila
mempunyai waktu alir tidak lebih dari 10 detik ( Fudholi, 1983).
b. Sudut diam.
Granul seberat 100 gram, dimasukkan secara perlahan melalui lubang
bagian atas sementara bagian bawah ditutup. Setelah semua serbuk dimasukkan,
penutup dibuka dan serbuk dibiarkan keluar, kemudian diukur tinggi kerucut yang
terbentuk dan diameternya. Sudut diam antara 28- 42 menunjukkan sifat alir
yang bagus ( Carstensen, 1977 ).
tg = h/r ..(1)
= sudut diam
r = jari-jari kerucut
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
h = tinggi kerucut
c. Susut pengeringan (kadar air).
Pengujian ini dilakukan dengan cara menimbang granul basah kemudian
dikeringkan pada oven dengan suhu 60oC hingga bobot tetap dan dihitung kadar
airnya dengan rumus :
LOD = berat granul basah- berat granul kering X 100% (2) Berat granul basah
d. Berat Jenis
Berat jenis menyatakan berat suatu massa dalam suatu satuan volume. Berat
jenis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat
alir granul. Granul yang memiliki berat jenis kecil cenderung memiliki waktu alir
yang lama dan granul yang memiliki berat jenis besar akan lebih cepat mengalir.
Perhitungan berat jenis dilakukan dengan memasukkan granul ke dalam gelas
ukur 50 ml kemudian granul yang ada di dalam gelas ukur ditimbang dan dihitung
berat jenisnya dengan membagi massa granul dengan volume gelas ukur (50 ml).
8. Evaluasi tablet
Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi : uji visual ,uji keseragaman ukuran ,
uji kerapuhan , uji kekerasan , uji waktu hancur, dan uji keseragaman bobot .
a. Uji keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi keseragaman bobot yang ditetapkan
sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung rata-rata bobot tiap tablet. Jika
ditimbang satu-persatu, tidak boleh dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari yang ditetapkan kolom A,
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika, tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang dari rata-rata bobot yang ditetapkan kolom B.
Tabel II. Keseragaman Bobot Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 %
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5 % 10 %
(Anonim,1979)
b. Uji kerapuhan
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV persentase kerapuhan dapat
dihitung dengan rumus :
Kerapuhan % : berat tablet awal-berat tablet akhir x100%...........(3)
berat awal tablet
Pengujian kerapuhan dilakukan dengan alat friabilator tester. Batas
kerapuhan tablet yang masih diterima adalah kurang dari 1,0 %. Kerapuhan di atas
1,0 % menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman dkk,
1986).
c. Uji kekerasan
Sepuluh tablet dari masing-masing formula diambil secara acak dan diuji
dengan alat pengukur kekerasan tablet ditentukan nilai rata-rata hasil
pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentan nilai 4-8 kg (Voigt,
1984)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Uji waktu hancur
Lima tablet dari masing-masing formula dimasukan ke dalam desintregrant
tester. Waktu hancur yang dikendaki untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih
dari 15 menit (Anonim, 1979).
9. Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pendekatan secara teoritis
Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter dari
Farmakope Indonesia dan pustaka lain.
2. Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk data yang
terdistribusi normal dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan
95% dan dilanjutkan uji t-LSD (Least Significant Difference) jika terdapat
perbedaan yang bermakna. Dan bila data tidak terdistribusi normal maka dapat
dilakukan uji alternatif.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh
Untuk memperoleh hasil yang signifikan dan terpercaya determinasi
tanaman belimbing wuluh dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Determinasi dilakukan dengan mengacu pada buku
Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta dan buku Flora. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa tanaman yang dideterminasi adalah benar-benar tanaman
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). (Hasil Determinasi dapat dilihat pada
Lampiran 1).
B. Hasil Pengolahan Simplisia Daun Belimbing Wuluh
Simplisia segar diperoleh langsung dari tanaman belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) di Desa Kagokan, Gatak, Sukoharjo. Pemetikkan daun
dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini bertujuan untuk memudahkan didalam
pengolahan selanjutnya, setelah daun dipetik dapat dilakukan proses penjemuran.
Daun yang dipilih untuk dipetik adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda karena kandungan metabolit pada daun umunya optimum pada saat
usia tersebut. Daun yang telah dipetik kemudian disortasi kembali untuk memilih
ulang daun yang dapat digunakan sebagai simplisa kering untuk selanjutnya
dilakukan ekstraksi.
Setelah itu daun dicuci di bawah air mengalir untuk membersihkan
kotoran yang mungkin ada di permukaan daun. Setelah itu daun ditiriskan dan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dijemur. Daun dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup menggunakan kain
hitam selama 2 hari. Berat simplisia basah sebesar 20,5 kg dan setelah proses
pengeringan diperoleh 3,8 kg simplisia kering.
Simplisia kering kemudian di blender untuk memperluas permukaannya
sehingga pelarut pada saat proses ekstraksi dapat menarik banyak zat aktif dari
simplisia. Kemudian serbuk simplisia yang diperoleh dilakukan identifikasi,
tujuannya untuk memastikan bahwa serbuk yang digunakan benar-benar serbuk
tanaman belimbing wuluh serta tidak tercampur dengan serbuk atau bahan lain
yang tidak diinginkan. Hasil identifikasi serbuk simplisia daun belimbing wuluh
terlihat seperti pada Tabel III :
Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Serbuk Simplisia Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L.)
Uji Organoleptis Hasil
Bentuk Serbuk
Bau Khas daun daun belimbing wuluh
Warna Hijau muda
Rasa Pahit
Gambar serbuk simplisia daun belimbing wuluh dapat dilihat di lampiran 2.
C. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Hasil dari pembuatan ekstrak kental daun belimbing wuluh, dari 2000
gram serbuk simplisia daun belimbing wuluh yang dimaserasi menggunakan
etanol 70 % selama 5 hari dihasilkan ekstrak kental sebanyak 248,58 gram.
Berdasarkan hasil pembuatan ekstrak tersebut maka diperoleh rendemen :
248,58 gram/2000 gram X 100% = 12,429 %.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Kental Daun Belimbing Wuluh
Dilakukan pemeriksaan ekstrak kental daun belimbing wuluh dengan
tujuan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang didapatkan, sehingga diharapkan
dapat memenuhi kriteria kualitas ekstrak kental yang sesuai dengan persyaratan
yang dikehendaki. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan organoleptis.
Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental daun belimbing wuluh
adalah sebagai berikut :
Tabel IV . Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L.)
Uji Organoleptis Hasil
Bentuk Ekstrak kental
Bau Khas daun belimbing wuluh
Warna Hijau kecokelatan
Rasa Pahit
Gambar ekstrak yang diperoleh dapat dilihat lampiran 2.
E. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Dosis ekstrak diperoleh dari penelitian pada kucing dengan dosis 25mg/bb,
kemudian dikalikan faktor konversi dari kucing ke manusia Eropa 13,1
(Ngatidjan, 1990) diperoleh hasil 655 mg. Dari manusia Eropa dikonversikan
kembali ke dosis manusia Indonesia dengan mengalikan rata-rata berat badan
orang Indonesia dibagi dengan rata-rata berat badan orang Eropa dan didapatkan
hasil 468 mg (Hernani et al, 2009). Dalam pembuatan, sediaan dibuat dua tablet
sekali minum sehingga dosis yang digunakan tiap tablet 234 mg.
F. Pembuatan Ekstrak Kering Daun Belimbing Wuluh
Pembuatan ekstrak kering daun belimbing wuluh menggunakan aerosil
sebesar 5% dari bobot ekstrak dan ditambahkan dengan Avicel PH 101 dan bahan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
tambahan lain yaitu Explotab dan Laktosa. Pembuatan ekstrak kering dilakukan
di atas mortir dan stamper yang telah dipanaskan untuk membantu menguapkan
pelarut yang mungkin masih tertinggal dalam ekstrak kental.
G. Pembuatan Massa Tablet dengan Metode Granulasi Basah
Pembuatan tablet dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah,
yaitu dengan mencampur bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul
basah, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan pembuatan
tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Dalam formulasi ini digunakan mucilago Amylum maydis sebagai bahan
pengikat dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% untuk setiap formula.
Penambahan mucilago Amylum maydis untuk membentuk masa yang elastis
dalam setiap formula beratnya dikendalikan sama. Selanjutnya massa elastis
dilewatkan pada ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60C
selama 2jam. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam granul.
Setelah kering, granul tersebut diayak kembali dengan ayakan 18 mesh untuk
menyeragamkan ukuran dan bentuk granul karena ukuran granul akan
mempengaruhi sifat alir granul yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap
sifat fisis tablet.
Sebelum dilakukan proses pengeringan, masa granul elastis yang telah
dilewatkan pada ayakan 16 mesh ditimbang beratnya untuk mengetahui berat
granul basah. Setelah dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 60C
diperoleh granul kering dan ditimbang kembali beratnya. Hasil dari penimbangan
granul basah dan granul kering tersebut digunakan untuk menghitung nilai susut
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pengeringan atau LOD (Loss On Drying). Pengertian LOD (Loss On Drying)
adalah banyak kadar air yang hilang selama proses pengeringan, semakin tinggi
presentase LOD maka granul akan mudah rapuh karena ikatan antar partikel
menjadi renggang. Sebaliknya, jika % LOD semakin rendah maka granul menjadi
lembab dan memungkinkan granul akan menempel pada cetakan mesin tablet saat
dicetak. Hasil perhitungan % LOD dapat dilihat pada Tabel V (Lampiran 6).
Tabel V. Pemeriksaan Susut Pengeringan (LOD)
Pemeriksaan Berat granul basah
(gram)
Berat granul
kering (gram) LOD (%)
F0 135,87 106,23 21,74
F1 122,83 104,32 15,07
F2 120,95 103,50 14,42
F3 123,62 105,98 14,36
Keterangan :
F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunakan aquades)
F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %
F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %
F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %
Formula kontrol memiliki % LOD paling tinggi yaitu 21,74%, diikuti oleh
formula 1 sebesar 15,07%; formula 2 sebesar 14,42%, dan formula 3 sebesar
14,36%. Formula 0 menunjukkan banyaknya kandungan air yang hilang saat
pengeringan sehingga ikatan antar granulnya menjadi renggang dan menyebabkan
granul menjadi terlalu kering dan rapuh. Sedangkan Formula 3 menunjukkan
sedikitnya kandungan air yang hilang saat pengeringan sehingga dimungkinkan
granul akan menjadi lebih lembab dan melekat pada cetakan pada saat
pengempaan. Jumlah air yang hilang pada saat pengeringan berbeda-beda untuk
setiap formula, hal ini dipengaruhi oleh kandungan air dalam masing-masing
formula.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
H. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Pemeriksaan fisik terhadap granul dilakukan untuk mengetahui kualitas
granul yang telah dihasilkan. Granul yang mempunyai sifat fisik yang baik maka
akan menghasilkan tablet dengan kualitas yang baik pula, pemeriksaan fisik
granul dilakukan pada granul tanpa bahan pelicin dan granul yang sudah
ditambahkan bahan pelicin. Tujuannya mengetahui adanya kemampuan bahan
pelicin untuk memperbaiki sifat alir granul. Pemeriksaan sifat fisik granul
meliputi waktu alir dan sudut diam. Hasil pemeriksaan sifat fisik granul dapat
dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul Belimbing Wuluh Sebelum dan Sesudah
Ditambah Pelicin
Pemeriksaan F0 F1 F2 F3
Waktu Alir
(detik) tanpa pelicin 10,54 0,292 8,44 0,155 8,32 0,248 7,41 0,130
dengan pelicin 9,57 0,169 7,49 0,081 7,47 0,210 6,25 0,046 Keterangan :
F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunakan aquades)
F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %
F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %
F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %
1. Waktu Alir
Waktu alir serbuk massa tablet sangat penting untuk diketahui karena
merupakan parameter yang penting untuk mengetahui kualitas sebuk yang akan
ditablet. Untuk 100 gram serbuk waktu alir ideal yang dibutuhkan tidak lebih dari
10 detik (Fudholi,1983). Serbuk yang sudah diuji waktu alirnya dan menghasilkan
waktu alir di bawah 10 detik akan menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi
persyaratan. Variasi bahan tambahan yang ditambahkan pada tiap-tiap formula
diharapkan mampu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap sifat alir dari
masing-masing formula, karena bertambahnya bahan tambahan berupa lubrikan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dapat memperbaiki sifat alir serbuk sehingga sifat alir serbuk semakin baik. Data
hasil penelitian sebelum penambahan bahan pelicin pada formula 1, 2, dan 3
diperoleh hasil waktu alir tidak lebih dari 10 detik. Dengan dihasilkannya waktu
alir di bawah 10 detik yaitu formula 1, 2 dan 3 maka semua formula tersebut
memenuhi standar. Apabila waktu alir yang dihasilkan lebih dari 10 detik maka
massa tablet yang akan dicetak dapat mengalami kesulitan dalam proses
penabletan dan akan menghasilkan variasi bobot tablet yang kurang baik. Dari
hasil pengujian waktu alir diketahui bahwa ada pengaruh konsentrasi bahan
pengikat terhadap waktu alir granul. Formula 0 yang merupakan formula kontrol
memiliki waktu alir lebih dari 10 detik. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
bahan pengikat dalam formula tersebut yang hanya menggunakan aquadest
sebagai bahan pengikat dalam proses pembuatan massa granul. Sedangkan dari
formula 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan
pengikat maka semakin cepat pula waktu alirnya. Selain hal ini juga waktu alir
granul juga dipengaruhi oleh berat jenis dari masing-masing granul tiap formula.
Berat jenis masing formula yaitu formula 0 : 0,598 g/ml; formula1 : 0,622 g/ml;
formula 2 : 0,671 g/ml dan formula 3: 0,867 g/ml. Berat jenis granul yang tinggi
akan cenderung memiliki waktu alir yang cepat dibandingkan dengan berat jenis
yang kecil.
Data hasil penelitian setelah penambahan bahan pelicin menunjukkan
bahwa serbuk pada keempat formula mempunyai waktu alir yang memenuhi
syarat yaitu kurang dari 10 detik dan mempunyai waktu alir lebih cepat
dibandingkan dengan sebelum penambahan bahan pelicin. Hal ini terjadi karena
pengaruh bahan pelicin Mg Stearat dan Talkum yang berfungsi sebagai pelicin
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sehingga granul yang dihasilkan mempunyai waktu alir yang lebih baik. Aliran
serbuk dipengaruhi oleh bentuk, kerapatan, ukuran dan kelembaban granul.
Gambar 1. Histogram Hubungan antara Formula dengan Waktu Alir Sebelum dan sesudah
penambahan bahan pelicin
Berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa data waktu
alir serbuk sesudah diberi pelicin menunjukkan data terdistribusi normal, sehingga
dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semua formula,
karena nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,000 baik untuk waktu sesudah
diberi bahan pelicin. Selanjutnya uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang
menunjukkan bahwa antar formula yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan
yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan hampir ada perbedaan
formula diantara semua formula kecuali formula 1 dengan formula 2. Tidak
adanya perbedaan yang signifikan waktu alir formula 1 dan formula 2 hal ini
dimungkinkan karena berat jenis antara formula 1 dengan formula 2 yang tidak
jauh berbeda sehingga mempengaruhi waktu alir kedua formula yang tidak
0
2
4
6
8
10
12
F0 F1 F2 F3Wa
ktu
Ali
r (D
etik
)
Formula
Waktu Alir
tanpa pelicin
dengan pelicin
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari pengujian waktu alir dapat
diketahui bahwa ada pengaruh penambahan Amylum maydis terhadap waktu alir.
Semakin tinggi konsentrasi Amylum maydis maka semakin cepat waktu alirnya,
karena ikatan granul yang semakin kuat sehingga diperoleh bentuk granul yang
memiliki bentuk yang sferis dan terbentuk fines yang sedikit.
2. Sudut Diam
Sudut diam merupakan karakteristik fluiditas yang berhubungan erat dengan
kohesifitas antar partikel penyusun serbuk. Sudut diam sendiri adalah sudut yang
terbentuk antara permukaan tumpukan serbuk dengan bidang horizontal. Nilai
sudut diam berkisar 25 sampai 45 dengan nilai rendah menunjukkan
karakteristik yang lebih baik (Siregar, 2010). Hasil Pengujian sudut diam granul
ekstrak daun belimbing wuluh dapat dilihat dibawah ini.
Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Susut Diam Granul Ekstrak Belimbing Wuluh Sebelum dan
Sesudah Ditambah Pelicin
Pemeriksaan F0 F1 F2 F3
Sudut
Diam (o)
tanpa
pelicin 31,06 0,203 30,45 0,189 30,77 0,421 29,75 0,381
dengan
pelicin 30,93 0,282 30,51 1,476 29,73 0,325 29,57 0,352 Keterangan :
F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunkan aquades)
F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %
F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %
F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %
Pada tabel terlihat bahwa sudut diam yang paling kecil saat sebelum
ditambah bahan pelicin maupun sesudah ditambah bahan pelicin adalah sudut
diam formula 3 dan yang paling besar adalah formula 0. Besar kecilnya nilai sudut
diam yang dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya fines, ukuran dan kelembaban
granul, diameter corong, cara penuangan, dan pengaruh getaran.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2. Histogram Hubungan antara Formula dengan Sudut Diam Sebelum dan Sesudah
Ditambah Pelicin ( 0 )
Dari semua formula sudut diamnya memenuhi standar sehingga secara
teori semua formula tidak akan mengalami kesulitan pada waktu proses
penabletan karena serbuk bersifat mudah mengalir (free flowing). Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi
normal dengan nilai p-value > 0,05. Selanjutnya dilakukan uji statistik Anova satu
jalan dengan taraf kepercayaan 95%, hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi 0,194 atau lebih dari 0,05.
Kecermatan dalam pengukuran menggunakan jangka sorong sangat menentukan
terdistribusinya data dengan merata. Pengikat sangat mempengaruhi sudut diam,
konsentrasi pengikat yang semakin tinggi akan menyebabkan granul memiliki
bobot jenis yang semakin besar sehingga jumlah granul yang mengallir lebih
sedikit dibanding dengan tanpa pengikat. Granul tanpa bahan pengikat cenderung
memiliki berat jenis yang lebih kecil sehingga jumlah granul yang dihasilkan
lebih banyak dan kondisi granul cenderung lembab yang menyebabkan granul
tidak bisa menyebar tetapi saling mempel sehingga tinggi gundukan pada granul
05
101520253035
F0 F1 F2 F3Sud
ut
Dia
m (
)
Formula
Sudut Diamsebelum + pelicin
sesudah + pelicin
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
saat pengujian juga semakin tinggi. Sudut diam berbanding lurus dengan tinggi
granul sehingga semakin tinggi gundukan yang terbentuk maka semakin besar
sudut diamnya.
I. Proses Pentabletan
Proses pencetakan tablet dilakukan dengan mesin tablet single punch.
Sebelum mulai proses pencetakan tablet, mesin pencetak tablet single punch
diatur sedemikian hingga diperoleh bobot tablet dan kekerasan yang diinginkan.
Bobot tablet yang dikehendaki adalah 600 mg dengan kekerasan tablet 4-8 kg
(Bunker and Anderson, 1985). Setelah diperoleh bobot tablet dan kekerasan yang
diinginkan, mesin pencetak tablet single punch yang sudah diatur dengan
kedalaman punch 0,73 cm tersebut digunakan untuk mencetak tablet dari granul
formula kontrol, formula 1, formula 2 dan formula 3 tanpa harus dilakukan
pengaturan ulang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya tablet yang
dihasilkan dari beberapa formula dengan konsentrasi Amylum maydis yang
berbeda-beda dengan kedalaman punch dan tekanan yang sama untuk tiap
formulanya.
J. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
Pemeriksaan sifat fisik tablet ekstrak kemangi meliputi keseragaman
bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel VIII. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Pemeriksaan F0 F1 F2 F3
Keseragaman Bobot
(mg)
560,96 8,7205 607,24 8,5702 606,42 9,0305 605,60 6,2703
(CV = 1,554%) (CV = 1,411 %) (CV = 1,478 %) (CV = 1,035%) Kekerasan (kg) 2,906 0,623 4,770 0,601 5,464 0,817 5,989 0,669
Kerapuhan (%) 0,610 0,195 0,450 0,227 0,313 0,055 0,220 0,052
Waktu Hancur
(menit) 4,02 1,182 8,02 1,447 11,67 1,193 12,91 1,377
Keterangan :
F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunakan aquades)
F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %
F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %
F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %
1. Keseragaman Bobot dan Keseragaman Ukuran
Keseragaman bobot adalah faktor yang penting dalam suatu proses
produksi sediaan tablet, karena menentukan intensitas dosis obat yang masuk ke
dalam tubuh (yang diharapkan sama), sehingga akan berpengaruh pula terhadap
keamanan terapi dari sediaan tablet tersebut. Hasil perhitungan keseragaman
bobot pada semua formula setelah dibandingkan dengan penyimpangan bobot
tablet maka tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak
satupun tablet yang menyimpang bobotnya dari 10% dari bobot rata-ratanya,
sehingga semua formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi
pe