STUDI PENGEMBANGAN MODEL KLASIFIKASI YANG MAMPU
MENGKONPENSASI PENGARUH UKURAN PARTIKEL KOPI BUBUK
PADA UJI KEASLIAN KOPI LUWAK DAN LANANG MENGGUNAKAN
UV-VISIBLE SPECTROSCOPY DAN METODE PLS-DA
Skripsi
Oleh
NICOLAS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
STUDI PENGEMBANGAN MODEL KLASIFIKASI YANG MAMPU
MENGKONPENSASI PENGARUH UKURAN PARTIKEL KOPI BUBUK
PADA UJI KEASLIAN KOPI LUWAK DAN LANANG MENGGUNAKAN
UV-VISIBLE SPECTROSCOPY DAN METODE PLS-DA
OLEH
NICOLAS
Kopi adalah salah satu produk dasar yang berharga dan merupakan komoditas
utama setelah minyak yang banyak disukai masyarakat. Di Indonesia terdapat
jenis kopi spesialti, yaitu kopi Luwak dan kopi Lanang. Kopi Luwak adalah jenis
kopi arabika atau kopi robusta yang telah dimakan hewan Luwak (Paradoxurus
hermaproditus). Disamping itu, terdapat jenis kopi spesialti lainnya yaitu kopi
Lanang. Kopi Lanang ini berbentuk biji tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti
bentuk biji kopi pada umumnya.
Kegiatan pemalsuan pangan di Indonesia semakin banyak dilakukan khususnya
untuk komoditas kopi. Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan
makanan yang lebih murah dengan tujuan meningkatkan penampilan makanan
untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada penelitian
sebelumnya sudah dilakukan uji keaslian kopi Luwak dan Lanang dengan
menggunakan satu mesh saja yaitu nomor mesh 50. Penelitian ini dilakukan uji
1
keaslian kopi menggunakan 3 mesh yaitu nomor mesh 12, 50, dan 120 dengan
tujuan untuk membangun model global yang mengkonpensasi berbagai ukuran
mesh dalam mengidentifikasi keaslian kopi Luwak dan kopi Lanang
menggunakan Uv-vis spectroscopy dan metode PLS-DA .
Model lokal adalah model yang dibangun menggunakan sampel mesh yang sama.
Sedangkan model global adalah model kalibrasi dan validasi yang menggunakan
sampel dengan kombinasi sampel yang memiliki nomor mesh 12, 50, dan 120.
Hasil penelitian menunjukkan data PCA 600 sampel mampu mengidentifikasi
total 87% keragaman data dengan data PC1 sebesar 46% dan PC2 sebesar 41%.
Pada model lokal menunjukan bahwa model lokal yang dibangun akan
menghasilkan nilai prediksi yang baik jika diprediksi terhadap sampel mesh yang
sama dengan nilai RMSEP dan bias yang kecil. Sebaliknya, jika diprediksi
terhadap sampel mesh yang berbeda akan menghasilkan nilai prediksi yang
kurang baikdengan nilai RMSEP dan bias yang tinggi yang menandakan bawa
model lokal sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel. Setelah dibangun model
global dengan kombinasi mesh 12, 50, dan 120 mampu mengkonpensasi ukuran
partikel mesh dan mengurangi nilai error pada RMSEP dan bias tersebut.
__________________________________________________________________
Kata Kunci : Kopi, Luwak, Lanang, Uv-vis spectroscopy, PLS-DA, RMSEP,
bias
ABSTRACT
THE STUDY OF DEVELOPMENT OF CLASSIFICATION MODELS
WHICH CAN CONPENSATE THE EFFECT OF PARTICLE SIZE OF
COFFEE POWDER ON THE TEST AUTHENTICATION CIVET COFFEE
AND PEABERRY COFFEE USING UV-VISIBLE SPECTROSCOPY AND
PLS-DA METHOD
By
NICOLAS
Coffee is one of the basic products that is valuable and is the main commodity
after oil which is liked by many people. In Indonesia there are specialty of coffee,
namely Civet coffee and Peaberry coffee. Civet coffee is a type of arabica coffee
or robusta coffee that has been eaten by civet animals (Paradoxurus
hermaproditus). Besides that, there are other special types of coffee, namely
Peaberry coffee. This Peaberry coffee is single and round in shape, not split like
the shape of coffee beans in general. In the previous study, the authenticity of
civet and Peaberry coffees was carried out by using only one mesh, namely mesh
number 50.
Food counterfeiting activities in Indonesia are increasingly being carried out
especially for coffee commodities. Counterfeiting is an effort to change the
appearance of cheaper food foods with the aim of improving the appearance of
food to obtain maximum profits.This study conducted the authenticity test of
1
coffee using 3 mesh, namely mesh numbers 12, 50, and 120 with the aim of
building a global model that compensates for various mesh sizes in identifying the
authenticity of civet coffee and fresh coffee using Uv-vis spectroscopy and PLS-
DA methods.
Local models are models that are built using the same mesh sample. Whereas the
global model is a calibration and validation model that uses samples with a
combination of samples that have mesh numbers 12, 50, and 120. The results of
the study show that 600 PCA samples were able to identify a total of 87% of data
with PC1 data of 46% and PC2 of 41%. The local model shows that the local
model that is built will produce a good predictive value if predicted against a
mesh sample that is the same as the RMSEP value and a small bias. Conversely, if
predicted against different mesh samples will produce a poor predictive value with
a high RMSEP value and bias which indicates that the local model is strongly
influenced by particle size. Having built a global model with a combination of 12,
50, and 120 mesh can compensate for mesh particle size and reduce the error
value in the RMSEP and the bias.
._______________________________________________________________
Keywords: Coffee,Civet,Peaberry, UV-vis spectroscopy, PLS-DA, RMSEP, bias
STUDI PENGEMBANGAN MODEL KLASIFIKASI YANG MAMPU
MENGKONPENSASI PENGARUH UKURAN PARTIKEL KOPI BUBUK
PADA UJI KEASLIAN KOPI LUWAK DAN LANANG MENGGUNAKAN
UV-VISIBLE SPECTROSCOPY DAN METODE PLS-DA
Oleh
NICOLAS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Prabumulih, Sumatera Selatan pada
19 Desember 1996, sebagai anak kedua dari 3 bersaudara
dari pasangan Bapak Bisben Butar-Butar dan Ibu
Magdalena Sinaga. Penulis menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-Kanak (TK) IKI Sungai Niru pada tahun
2001-2002, Sekolah Dasar (SD) Negeri Inti Suni pada
tahun 2002-2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) KUD Pesari Suni pada
tahun 2008-2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Prabumulih pada
tahun 2011-2014.
Tahun 2014, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa SI Program Studi Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif di Organisasi Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian
(PERMATEP) sebagai anggota biasa, aktif di Organisasi Perseketuan Oikumene
Mahasiswa Kritsten Pertanian (POMPERTA) sebagai Koordinator Persekutuan
Umum periode 2015-2016, sebagai Ketua Umum periode 2016-2017, dan sebagai
Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa (TPPM) periode 2017-2018.
Pada tahun 2016, penulis mendapatkan beasiswa PPA. Pada bidang Akademik
penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Mekanisasi Pertanian pada
tahun 2017 dan Teknik Pengeringan pada tahun 2018. Pada tahun 2017 penulis
melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Industri
dan Penyegar dengan judul ―Mempelajari Proses Derajat Roasting Kopi Robusta
dan Analisis Mutu Kimia Kopi Robusta Klon BP-308 di Balai Penelitian
Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) Sukabumi - Jawa Barat.‖ dan pada
tahun 2018 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik periode I tahun
2018 di Pekon Pulau Benawang, Kecamatan Kota Agung Barat, Kabupaten
Tanggamus dan Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian
(S.T.P.) S1 Teknik Pertanian dengan menghasilkan skripsi yang berjudul ―Studi
pengembangan model klasifikasi yang mampu mengkonpensasi pengaruh ukuran
partikel kopi bubuk pada uji keaslian kopi Luwak dan Lanang menggunakan Uv-
Visible Spectroscopy dan Metode PLS-DA‖
i
SANWACANA
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi dengan judul
“Studi pengembangan model klasifikasi yang mampu mengkonpensasi
pengaruh ukuran partikel kopi bubuk pada uji keaslian kopi Luwak dan
Lanang menggunakan Uv-Visible Spectroscopy dan metode PLS-DA” ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi
Pertanian Universitas Lampung. Atas bimbingan, dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Diding Suhandy,S.TP., M.Agr., selaku dosen Pembimbing Utama
atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan bimbingan, ilmu,
pengalaman, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
ii
4. Ibu Cicih Sugianti, S.TP., M.Si., selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
pengarahan, ilmu, bimbingan, saran, serta motivasi selama penyusunan skripsi
ini;
5. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku pembahas dan dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan
penyusunan skripsi ini;
6. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian yang telah membantu
dan memberikan ilmunya selama ini;
7. Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Bisben Butar-Butar dan Ibu
Magdalena Sinaga yang yang telah memberi kasih sayang yang tiada tara,
dorongan semangat, nasihat, doa, dukungan, dan bantuan berupa moril
maupun materil;
8. Kakakku Jhontera Parlindungan dan Adikku Angelica Kristanti yang telah
memberikan doa, dukungan dan memberikan semangat selama ini;
9. Partner penelitian Kopi Squad Komang Sukarye, Eny Supriyanti, Nur Azis
Sigit P., Galih Eko Nugroho, Erick Desrianto Munthe, Galih Pratama, dan
Ryan Wahyudi yang telah memberikan ilmu maupun bantuan dalam
melakukan penelitian ini;
10. Sahabat-sahabatku Anugerah Hizkia Manurung, Gresia Dame Rianti T, Sahel
Renegade, Wernat Newell Simamora, Voibe Okta Pardede, Sapres Simbolon,
Marina Simanungkalit, Lily Agustini Waruwu, Brilian Patar, Febe Atalya
Tambunan, Magdalena Meiliani Manurung, Lika Oniaranti Sitorus, Mora
Shere Manurung, Swalsen Tobing, Rangga Aldion dan Christanty T. Saragih
iv
yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam melakukan penelitian
ini;
11. Teman-teman seperjuangan Aldi Riski Wibowo, Irvan Kurniawan, Fadhil Eka
Winata, Rakha Adipa, Keyan Putra Aji Boma Pratama Ramadhan, Andri
Anggawa, Yesi Erika, Rizki Eprimal, Debby Nuzulia, Riky Yan, dan Allan
Septiawan yang telah memberikan semangat, bantuan, dan keceriaan selama
melakukan penelitian;
12. Teman-teman Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen Pertanian
(POMPERTA).
13. Keluarga Besar Teknik Pertanian Angkatan 2014;
14. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan penelitian ini yang merupakan
bagian dari penelitian yang didanai oleh Kemenristek Dikti melalui Hibah
Penelitian berbasis Kompetensi (PBK) Tahun 2019.
Kiranya Tuhan selalu memberkati dan menyertai kalian senantiasa. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan
tetapi ada sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Bandar Lampung,
Penulis,
Nicolas
iv
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.3. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4. Hipotesis ................................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 7
2.1. Kopi .......................................................................................................... 7
2.2. Kopi Luwak (Civet Coffee) ...................................................................... 8
2.3. Kopi Lanang (Peabery Coffee) ............................................................... 11
2.4. UV-Vis Spectroscopy .............................................................................. 14
2.5. PLS -DA ................................................................................................. 15
III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 17
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 17
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 17
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................................. 17
v
3.3.1. Proses Penelitian ......................................................................... 19
3.3.2. Ekstraksi Kopi ............................................................................. 21
3.3.3. Pengambilan Data Spektra menggunakan Spektrofotometer...... 26
3.3.4. Analisis data ................................................................................ 27
3.3.5. Membangun dan Menguji Model ................................................ 28
3.3.6. Identifikasi ukuran partikel kopi komersial menggunakan metode
Fineness Modulus ....................................................................... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 35
4.1. Analisis Spektra ...................................................................................... 35
4.2. Principal Component Analysis (PCA) .................................................... 41
4.3. Membangun Model dengan Menggunakan Metode Regresi PLS .......... 48
4.3.1. Investigasi treatment dan interval spektra menggunakan nilai
RPD pada mesh 12 ...................................................................... 51
4.3.2. Investigasi treatment dan interval spektra menggunakan nilai
RPD pada mesh 50 ...................................................................... 53
4.3.3. Investigasi treatment dan interval spektra menggunakan nilai
RPD pada mesh 120 .................................................................... 55
4.4. Membangun Model Lokal dan Global ................................................... 57
4.4.1. Model Lokal ................................................................................ 58
4.4.2. Model Global .............................................................................. 61
4.5. Prediksi Model ........................................................................................ 66
4.5.1. Prediksi Model Lokal .................................................................. 67
4.5.2. Prediksi Model Global ................................................................ 78
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
LAMPIRAN ........................................................................................................ 102
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Standar saringan Tyler .................................................................................... 33
2. Data penimbangan sampel kopi komersial yang tertahan padasetiap mesh ... 34
3. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi .......................... 49
4. Hasil Nilai RPD interval gelombang terbesar setiap treatment pada
mesh 12 .......................................................................................................... 52
5. Hasil Nilai RPD interval gelombang terbesar setiap Treatment pada
mesh 50 .......................................................................................................... 54
6. Hasil Nilai RPD interval gelombang terbesar setiap Treatment pada
mesh 120 ........................................................................................................ 56
7. Kualitas Model kalibrasi dan validasi lokal .................................................... 58
8. Kualitas Model kalibrasi dan validasi global .................................................. 62
9. Kualitas hasil prediksi pada model lokal mesh 12 .......................................... 68
10. Kualitas hasil prediksi pada model lokal mesh 50 ........................................ 71
11. Kualitas hasil prediksi pada model lokal mesh 120 ...................................... 75
12. Kualitas hasil prediksi pada model kombinasi global model mesh 12 +
mesh 50 ........................................................................................................ 79
13. Kualitas hasil prediksi pada model kombinasi global model mesh 12 +
120 ............................................................................................................... 83
14. Kualitas hasil prediksi pada model kombinasi global model mesh 50 +
mesh 120 ...................................................................................................... 87
15. Kualitas hasil prediksi pada model kombinasi global model mesh 12 +
mesh 50 + mesh 120 .................................................................................... 92
16. Nilai Principal Component 600 sampel ...................................................... 103
17. Range skor untuk menentukan model terbaik pada sampel ........................ 117
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Produksi kopi di Indonesia (GAEKI, 2017) ...................................................... 8
2. Kopi Luwak yang digunakan .......................................................................... 11
3. Kopi Lanang (kiri) dan Kopi Biasa (kanan) (Meister, 2013) .......................... 12
4. Kopi Lanang yang digunakan dalam penelitian .............................................. 13
5. Prinsip kerja Spektrofotometri UV-Vis (Razi, 2012) ..................................... 14
6. Prosedur penelitian .......................................................................................... 18
7. Penggilingan .................................................................................................... 19
8. Jenis ayakan yang digunakan .......................................................................... 20
9. Pengayakan .................................................................................................... 20
10. Penimbangan ................................................................................................. 21
11. Proses penyeduhan kopi ................................................................................ 22
12. Pengadukan dengan Stirrer ........................................................................... 22
13. Penyaringan ................................................................................................... 23
14. Pengenceran .................................................................................................. 24
15. Prosedur ekstraksi kopi (Handayani, 2016) .................................................. 25
16. Prosedur penggunaan Spektrometer ............................................................ 27
17. Prosedur analisis data .................................................................................... 27
18. Model PLS-DA lokal 1 mesh 12 ................................................................... 28
vii
19. Model PLS-DA lokal 2 mesh 50 ................................................................... 29
20. Model PLS-DA lokal 3 mesh 120 ................................................................. 29
21. Model PLS-DA global 1 dengan mesh 12 + mesh 50 ................................... 30
22. Model PLS-DA global 2 dengan mesh 12 + mesh 120 ................................. 30
23. Model PLS-DA global 3 dengan mesh 50 + mesh 120 ................................. 31
24. Model PLS-DA global 4 dengan mesh 12 + mesh 50 + mesh 120 ............... 32
25. Tampilan awal software The Unscrambler ................................................... 37
26. Data spektra sampel kopi Lanang sebanyak 30 sampel menggunakan tiga
mesh yang berbeda ...................................................................................... 38
27. Data spektra sampel kopi Luwak sebanyak 30 sampel menggunakan tiga
mesh yang berbeda ...................................................................................... 40
28. Tampilan pengisian data yang akan dimasukkan .......................................... 42
29. Tampilan analisis PCA .................................................................................. 43
30. PCA skor plot menggunakan 600 sampel untuk PC1 dan PC2 pada
interval gelombang 190-1100 ...................................................................... 44
31. Data PCA menggunakan 100 sampel Lanang dan 100 sampel Luwak pada
mesh 12 ........................................................................................................ 45
32. Data PCA menggunakan 100 sampel Lanang dan 100 sampel Luwak pada
mesh 50 ........................................................................................................ 46
33. Data PCA menggunakan 100 sampel Lanang dan 100 sampel Luwak pada
mesh 120 ...................................................................................................... 47
34. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model lokal mesh 12 pada interval panjang
gelombang 250-450 nm ............................................................................... 59
35. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model lokal mesh 50 pada interval panjang
gelombang 190-600 nm ............................................................................... 60
36. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model lokal mesh 120 pada interval panjang
gelombang 190-1100 nm ............................................................................. 61
37. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model global kombinasi Mesh 12 +
Mesh 50 ....................................................................................................... 63
viii
38. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model global kombinasi Mesh 12 +
Mesh 120 ..................................................................................................... 64
39. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model global kombinasi Mesh 50 +
Mesh 120 ..................................................................................................... 65
40. Hasil a) kalibrasi dan b) validasi model global kombinasi Mesh 12 +
Mesh 50 + Mesh 120 ................................................................................... 66
41. Grafik RMSEP dan bias pada prediksi model lokal mesh 12 ....................... 69
42. Hasil prediksi model mesh 12 lokal ke sampel mesh 12 .............................. 70
43. Hasil prediksi model mesh 12 lokal ke sampel mesh 50 .............................. 70
44. Hasil prediksi model mesh 12 lokal ke sampel mesh 120 ............................ 71
45. Grafik RMSEP dan bias pada prediksi model lokal mesh 50 ....................... 72
46. Hasil prediksi model mesh 50 lokal ke sampel mesh 12 .............................. 73
47. Hasil prediksi model mesh 50 lokal ke sampel mesh 50 .............................. 74
48. Hasil prediksi model mesh 50 lokal ke sampel mesh 120 ............................ 74
49. Grafik RMSEP dan bias pada prediksi model lokal mesh 120 ..................... 76
50. Hasil prediksi model mesh 120 lokal ke sampel mesh 12 ............................ 77
51. Hasil prediksi model mesh 120 lokal ke sampel mesh 50 ............................ 77
52. Hasil prediksi model mesh 120 lokal ke sampel mesh 120 .......................... 78
53. Grafik RMSEP dan bias pada prediksi model global kombinasi pada
sampel mesh 12............................................................................................ 80
54. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 50 ke sampel mesh 12 ............... 81
55. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 50 ke sampel mesh 50 ............... 81
56. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 50 ke sampel mesh 120 ............. 82
57. Grafik RMSEP dan bias pada prediksi model global kombinasi pada
sampel mesh 12 + mesh 120 ........................................................................ 84
58. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 120 ke sampel mesh 12 ............. 85
59. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 120 ke sampel mesh 50 ............. 85
ix
60. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 120 ke sampel mesh 120 ........... 86
61. Grafik RMSEP dan bias pada prediksi model global kombinasi pada
sampel mesh 120.......................................................................................... 88
62. Hasil prediksi kombinasi mesh 50 + mesh 120 ke sampel mesh 12 ............. 89
63. Hasil prediksi kombinasi mesh 50 + mesh 120 ke sampel mesh 50 ............. 90
64. Hasil prediksi kombinasi mesh 50 + mesh 120 ke sampel mesh 120 ........... 91
65. Grafik RMSEP dan bias pada kombinasi semua mesh diprediksi pada
mesh 12, 50, dan 120 ................................................................................... 93
66. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 50 + mesh 120 ke sampel
mesh 12 ........................................................................................................ 94
67. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 50 + mesh 120 ke sampel
mesh 50 ........................................................................................................ 95
68. Hasil prediksi kombinasi mesh 12 + mesh 50 + mesh 120 ke sampel
mesh 120 ...................................................................................................... 96
69. UV-Vis Spectrometer (Genesys 10s) .......................................................... 122
70. Tampilan proses running ............................................................................. 122
71. Sampel kopi Lanang .................................................................................... 123
72. Sampel kopi Luwak..................................................................................... 123
73. Tampilan sampel 1 gram yang dibungkus aluminium ................................ 124
74. Tampilan Kuvet ........................................................................................... 124
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi adalah salah satu produk dasar yang berharga dan merupakan komoditas
utama setelah minyak yang banyak disukai masyarakat (Domingues et al,2014).
Menurut data International of coffee organization (ICO) tahun 2018, Brazil
menjadi negara yang memproduksi kopi terbesar setelah Vietnam dan Kolombia.
Indonesia menduduki urutan keempat dalam produksi kopi di dunia dan masih
berada di atas Ethiopia, Honduras, dan India. (ICO, 2018). Pada umumnya jenis
kopi yang tersedia di pasaran dunia dan di budidayakan di Indonesia adalah kopi
robusta dan kopi arabika (Siahaan, 2008).
Pasar kopi mengendap ditengah menguatnya ekspor global harga indikator
komposit ICO turun sebesar 1,2% pada Februari 2018 menjadi rata-rata 114,19
sen AS / lb. Indikator harga untuk Arabika turun pada Februari 2018 sementara
harga indikator untuk Robusta meningkat sedikit sebesar 0,7% menjadi rata-rata
89,24 sen AS / lb. Ekspor kopi Robusta diperkirakan naik 48,2% menjadi 4,48
juta kantong (269 ribu ton) pada Januari 2018 dan naik 6,4% menjadi 14,87 juta
kantong (892 ribu ton) untuk empat bulan kopi pertama tahun 2017/18. Hal ini
terutama disebabkan oleh meningkatnya pengiriman dari Vietnam pada bulan
Januari 2018 yang diperkirakan mencapai 3,29 juta kantong (198 ribu ton),
2
hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dalam empat bulan pertama tahun
2017/18, ekspor kopi Arabika jenis Milds dan Brazilian Naturals naik masing-
masing 9,3% menjadi 7,62 juta kantong dan 2,2% menjadi 13,31 juta kantong.
Pertumbuhan ekspor untuk kopi Arabika Milds lainnya dipimpin oleh peningkatan
pengiriman dari Honduras sementara Ethiopia memimpin pertumbuhan ekspor
kopi Arabika jenis Brazilian Naturals. Sebaliknya, pengiriman kopi Arabika
Colombus Milds selama periode yang sama turun sebesar 10,9% menjadi 4,94 juta
kantong karena hujan yang berlebihan di Kolombia telah menyebabkan penurunan
produksi (ICO, 2018)
Di Indonesia terdapat jenis kopi spesialti, yaitu kopi Luwak. Kopi Luwak
adalah jenis kopi arabika atau kopi robusta yang telah dimakan hewan Luwak
(Paradoxurus hermaproditus)., dan biji kopi keluar sebagai feses Luwak. Di
Provinsi Lampung, daerah penghasil kopi Luwak berada di Kabupaten
Lampung Barat. Harga kopi Luwak di pasar Indonesia tercatat masih cukup
tinggi yaitu untuk kopi Luwak budidaya untuk biji kopi yang disangrai (roasted
bean) seharga Rp. 125.000/kg dan kopi Luwak liar untuk biji kopi yang disangrai
(roasted bean) seharga Rp. 150.000/kg. (Hargacampur, 2019)
Disamping itu, di Indonesia juga terdapat jenis kopi spesialti lainnya yaitu kopi
Lanang. Kopi Lanang ini berbentuk biji tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti
bentuk biji kopi pada umumnya Saat ini, harga kopi Lanang sebesar Rp. 46.000
/200gr (Hargano, 2019).
3
Menurut Iriani (2016), kegiatan pemalsuan pangan di Indonesia semakin banyak
dilakukan khususnya untuk komoditas kopi. Pemalsuan adalah upaya perubahan
tampilan makanan makanan yang lebih murah dengan tujuan meningkatkan
penampilan makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
sehingga hal tersebut memberikan dampak buruk pada konsumen yang secara
sengaja dilakukan dengan cara menambah atau mengganti bahan.
Pengoplosan kopi sangat sulit diidentifikasi apabila biji kopi telah disangrai atau
sudah dalam bentuk bubuk karena sepintas terlihat sama saja. Ada beberapa
metode yang digunakan dalam mengidentifikasi keaslian kopi antara lain dengan
human sensory dan metode image proccesing. Metode human sensory
mengandalkan indra penciuman, pengecapan, dan indra penglihatan dalam
menentukan kualitas kopi yang mereka gunakan. Namun metode ini memiliki
kelemahan, yakni tergantung dengan tester dalam mengidentifikasi kopi sehingga
disaat tester tersebut sakit tidak ada yang bisa menggantikan karena identifikasi
harus konsisten dan objektif (Handayani, 2016).
Selanjutnya adalah metode Near-Infrared Spectroscopy (NIR), kelemahan
metode ini yaitu peralatan yang digunakan mahal dan orang yang menggunakan
harus memiliki keahlian khusus. Untuk mengatasi kelemahan ini, akan diterapkan
teknik cepat mendeteksi kemurnian kopi menggunakan UV-Vis spectroscopy
untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kopi dipasaran. Souto et al
(2015) telah membuktikan kemampuan alat UV-Vis spectroscopy untuk
membedakan kopi asli yang dioplos dengan bahan bukan kopi (dahan dan kulit
kopi). Kelebihan UV-Vis spectroscopy adalah proses ekstraksinya sangat murah,
4
karena hanya melibatkan pelarut air sehingga bebas bahan kimia, akurat,dan
merupakan alat yang mudah ditemukan di beberapa laboratorium mutu hasil
pertanian dan pangan.
Pada penelitian Apratiwi (2016) sudah dilakukan uji keaslian menggunakan UV-
Vis spectroscopy untuk mendeteksi adanya pencampuran pada bubuk kopi Luwak.
Namun proses kerja yang dilakukan hanya menggunakan satu ukuran mesh saja
dan menghasilkan satu model klasifikasi identifikasi keaslian kopi Luwak. Pada
penelitian ini menggunakan sampel kopi bubuk Luwak dan Lanang karena kopi-
kopi tersebut merupakan kopi spesialiti yang harganya cukup mahal yang artinya
akan mengalami kerugian bagi konsumen jika ternyata kopi-kopi tersebut telah
tercampur dengan bahan lainnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian uji
keasliannya menggunakan alat UV-Visible spectroscopy. Pengujian ini
menggunakan tiga mesh yang berbeda yaitu no mesh 12, 50, dan 120 dengan
tujuan untuk membangun model klasifikasi keaslian kopi secara global yang dapat
mengkonpensasi ukuran partikel (melakukan proses pengayakan kembali) yang
tentunya tidak efisien, melelahkan, dan banyak sampel yang terbuang.
Spektrum absorbansi yang berbeda diamati untuk partikel sampel yang berbeda.
Dapat dilihat bahwa intensitas absorbansi meningkat pada saat ukuran partikel
mengecil yang dapat kita lihat dari hasil ekstraksi larutan. Dengan menggunakan
ukuran partikel yang kecil, proses ekstraksi lebih intens karena areal kontak antara
sampel kopi dan pelarut meningkat. Hal ini menghasilkan larutan yang lebih
gelap pada sampel yang memiliki ukuran partikel kecil. Sampel kopi dengan
5
ukuran partikel lebih besar memiliki absorbansi yang lebih rendah, dan
sebaliknya.
Sampel dengan ukuran partikel yang sama akan didapatkan absorbansi yang sama.
Hasil serupa juga dikemukakan oleh Shan et al. (2014). Oleh sebab itu, untuk
mengurangi efek ukuran partikel yang berbeda dalam penelitian ini kita harus
memilih ukuran partikel sampel kopi tertentu. Hal ini sangat penting untuk
penelitian selanjutnya dalam pengukuran spektra pada identifikasi pemalsuan
kopi. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk menghilangkan proses pengayakan
kembali dengan cara membangun model klasifikasi global yang dapat mendeteksi
keaslian kopi dengan berbagai ukuran partikel.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Membangun model klasifikasi yang mampu mengkonpensasi pengaruh
ukuran partikel kopi dalam menguji keaslian kopi Luwak dan Lanang
menggunakan metode Partial Least Square Discriminant Analysis (PLS-
DA)
2. Menguji model yang dibangun untuk mengkonpensasi pengaruh ukuran
partikel kopi Luwak dan kopi Lanang menggunakan metode Partial Least
Square Discriminant Analysis ( PLS-DA)
1.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
6
1. Agar penggunaan UV-Vis Spectroscopy dapat mengidentifikasi keaslian
kopi Luwak dan kopi Lanang secara cepat dan tanpa proses pengayakan.
2. Membentuk perdagangan kopi yang bebas dari pemalsuan yang akan
merugikan bagi konsumen.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil bahwa penggunaan teknologi UV-Vis spectroscopy
dan penggunaan metode PLS-DA yang dapat membuat model global yang
mengkompensasi berbagai ukuran partikel dalam mengidentifikasi keaslian kopi
Luwak dan kopi Lanang.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama di
budidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari
spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di
Ethiopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah
tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya yaitu Yaman di bagian
selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC.
Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat
coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionita
Divisi : Magnoliophyta
8
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Astridae
Ordo : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta
Kopi sebagai salah satu komoditi non migas, memiliki pasaran yang cukup
mantap di pasaran dunia, sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang
suka minum kopi, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh GAEKI (Gabungan Eksportir Kopi Indonesia)
tahun 2017 tercatat bahwa Sumatera Selatan merupakan penghasil kopi tertinggi
di Indonesia disusul Lampung, Bengkulu, Sumatera Utara, Aceh, dan lainnya.
Gambar 1. Produksi kopi di Indonesia (GAEKI, 2017)
2.2. Kopi Luwak (Civet Coffee)
Selain jenis kopi robusta dan arabika, saat ini banyak negara khususnya Eropa,
9
Jepang dan Amerika Serikat telah mengenal kopi jenis spesialti milik Indonesia
yaitu kopi Luwak. Kopi Luwak adalah jenis kopi yang telah dimakan oleh
binatang sejenis musang bernama Luwak (Paradoxurus Hermaphrodirus). Buah
kopi tersebut mengalami proses fermentasi secara alami di dalam sistem
pencernaan Luwak. Proses fermentasi alami yang terjadi dalam perut Luwak
mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat
meningkatkan kualitas rasa kopi. Karena, selain berada pada suhu fermentasi
optimal juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan Luwak.
Kopi Luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya sekitar 0.5 – 1%
(Rubiyo, 2013). Rendahnya kadar kafein kopi Luwak ini disebabkan oleh proses
fermentasi dalam sistem pencernaan Luwak yang mampu mengurangi kadar
kafein kopi sehingga, dapat menciptakan kenikmatan pada kopi Luwak dengan
aroma yang sangat harum (Rubiyo, 2013).
Penelitian yang telah dilakukan oleh seorang peneliti makanan, Massimo Marcone
(2004) di Universitas Guelph, Ontario, Kanada menunjukkan bahwa sekresi
endogen pencernaan hewan sejenis musang atau Luwak itu meresap ke dalam biji
kopi. Sekresi enzim proteolitik memecah kandungan protein yang terdapat pada
biji kopi. Hasilnya, peptida dan asam amino bebas menjadi berkurang.
Perubahan jumlah protein dan asam amino bebas tersebut menghasilkan rasa yang
unik. Sementara itu, proses pengolahan kopi berupa penyangraian menghasilkan
reaksi-reaksi pencoklatan (mailard browning) dan kandungan protein, asam
amino, trgonelin, serotonin dengan 69 karbohidrat, asam-asam hidroksilat, fenol
dan lain sebagainya yang ada di dalam biji kopi.
10
Seiring meningkatnya permintaan pasar, kopi Luwak yang dihasilkan Luwak liar
semakin sulit didapat. Hal ini untuk membudidayakan Luwak secara khusus agar
bisa diambil biji kopinya. Menurut Alamtani (2017) Langkah-langkah
memproduksi kopi Luwak adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi buah kopi yang berkualitas baik untuk diberikan pada Luwak.
Kemudian buah tersebut dicuci dan dibersihkan.
2. Setelah itu buah kopi diberikan pada Luwak. Hewan ini masih akan
memilihnya lagi. Luwak mempunyai indera penciuman yang tajam. Dia tahu
buah kopi terbaik yang layak dimakan.
3. Setelah itu tunggu hingga Luwak mengeluarkan feses atau kotorannya.
Pengambilan feses biasanya dilakukan pagi hari.
4. Feses yang mengandung biji kopi dikumpulkan dan dibersihkan dalam air
mengalir. Kemudian jemur biji kopi dijemur hingga kering. Biji kopi dari
kotoran Luwak masih memiliki lapisan tanduk yang harus diolah lebih lanjut.
5. Biji kopi yang telah dicuci dan dikeringkan diolah lebih lanjut dengan proses
basah
Kopi Luwak yang unik dengan cita rasa yang khas membuat kopi ini semakin
digemari oleh penikmat kopi serta permintaannya meningkat meskipun
dengan harga yang fenomenal kopi ini tetap menjadi kopi yang sangat diminati
oleh penikmat kopi baik di Indonesia maupun di dunia. Semakin tinggi
permintaan menyebabkan produksi kopi Luwak tidak cukup dengan kopi Luwak
hasil fermentasi hewan Luwak saja, salah satu alternatif yang digunakan adalah
dengan menggunakan mikroba probiotik yang hidup dalam perut hewan Luwak.
Hasil fermentasi basah yang dilakukan dengan mengisolasi mikroba probiotik dari
11
organ pencernaan Luwak menghasilkan kopi yang memiliki cita rasa dan aroma
yang hampir menyamai kopi hasil pencernaan hewan Luwak (Subaidi, 2016).
Kopi Luwak ini telah terkenal sampai luar negeri. Kopi ini sangat terkenal karena
harganya yang sangat mahal. Di Hongkong sekitar Rp 300.000,00 –
Rp 400.000,00 di Jerman sekitar Rp 240.000,00 di Denpasar Bali sekitar Rp
250.000,00, di Jakarta Rp 20.000,00 untuk satu cangkir kopi, sementara di Inggris
kopi Luwak dijual dengan harga hampir Rp 1.000.000,00 per kg (Buldani, 2011).
Gambar 2. Kopi Luwak yang digunakan
2.3. Kopi Lanang (Peabery Coffee)
Kopi Lanang, adalah hasil mutasi natural dari kopi, bentuknya seperti biji utuh
(tidak berbelah), seperti terlihat pada Gambar 2 (a). Sebenarnya, biji kopi ini
tumbuh dengan bentuk seperti setengah kacang. Jenis kopi ini termasuk langka
karena hanya sekitar 3% sampai 5% dari seluruh biji kopi yang dipanen (Meister,
2014). Sebagai perbandingan, di dalam 100 kg biji kopi hanya terdapat kira-kira
sebesar 5 kg biji kopi Lanang saja. Dalam sisi bentuk, biji kopi Lanang memiliki
12
bentuk yang lebih kecil dan padat dibandingkan dengan biji kopi biasa. Biji kopi
Lanang dapat digolongkan sebagai biji kopi jantan yang berbiji tunggal
(monokotil) sedangkan biji kopi biasa bisa digolongkan sebagai biji kopi betina
serta berbiji ganda (dikotil). Jumlah biji ini tidak dapat dilihat dengan telanjang
mata, melainkan harus diperiksa secara manual dan dikupas terlebih dahulu (Dien,
2012).
Gambar 3. Kopi Lanang (kiri) dan Kopi Biasa (kanan) (Meister, 2013)
Menurut Balittri (2017), ada beberapa penyebab munculnya kopi Lanang, seperti:
1. Tidak optimalnya penyerbukan putik bunga akibat serangga atau angin
2. Adanya malnutrisi atau ketidakseimbangan distribusi zat makanan pada
saat pembuahan
3. Umur pohon kopi sudah di atas 10 tahun yang mengakibatkan penurunan
kemampuan penyerbukan secara alami
4. Kelainan genetika
Sampai titik ini, sudah diketahui bahwa kopi Lanang merupakan kopi hasil proses
alami. Tidak menggunakan rekayasa apapun.
13
Kopi Lanang ini memiliki nilai yang cukup tinggi karena selain harus disortir
manual dengan menggunakan tangan setelah biji kopi melalui proses roasting.
Selain itu ada juga kepercayaan sebagian masyarakat bahwa minuman kopi yang
diseduh dari biji kopi Lanang ini memiliki khasiat khusus untuk kaum pria.
Beberapa ahli kopi berpendapat bahwa biji kopi ini lebih manis dan kaya akan
rasa dibandingkan dengan biji kopi robusta biasa. Berdasarkan bentuknya, kopi
Lanang memiliki bentuk yang sedikit berbeda dengan biji kopi biasa yaitu terlihat
lebih padat. Bila biji kopi memiliki bentuk mirip setengah kacang tanah maka biji
kopi Lanang dapat dibilang memiliki bentuk seperti kacang tanah yang bulat dan
penuh. Dilihat dari segi ukuran, biji kopi Lanang memiliki ukuran yang sedikit
lebih pendek dibandingkan dengan biji kopi biasa. Hal ini dikarenakan bentuk
biji kopi Lanang yang lebih tebal. Aspek berat dari biji kopi Lanang memiliki
berat yang tidak jauh berbeda dari biji kopi biasa, akan tetapi perbedaan bentuk
biji kopi Lanang dan biji kopi biasa menyebabkan titik berat dari kedua biji kopi
tersebut berbeda.
Gambar 4. Kopi Lanang yang digunakan dalam penelitian
14
2.4. UV-Vis Spectroscopy
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan
sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan
instrumen spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah
penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state)
ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra
violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi
elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan
dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul (Hendayana, 1994).
Pada spektroskopi, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai
permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat
diukur adalah transmittansi atau absorbansi. Proses penyerapan cahaya oleh suatu
zat dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Prinsip kerja Spektrofotometri UV-Vis (Razi, 2012)
15
Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk mengukur serapan cahaya
pada daerah UV (100-200 nm) dan daerah sinar tampak (200-700 nm).
Spektrofotometri UV-Vis bisa digunakan untuk uji kuantitatif dan kualitatif.
Dalam setiap analisis kuantitatif perlu dilakukan langkah langkah utama dan baku
yaitu:
1. Pembentukan warna (untuk pengukuran dengan sinar tampak) dan zat yang
tidak berwarna atau warnanya kurang kuat.
2. Penentuan panjang gelombang maksimum.
3. Pembuatan kurva kalibrasi.
2.5. PLS -DA
PLS-DA didasarkan pada algoritma PLS regresi dengan menggunakan algoritma
variabel Y=1 dengan mencari variabel laten (LV) dengan kovarian maksimum
dengan Variabel-Y. PLS-DA digunakan untuk membangun model yang dapat
memaksimalkan pemisahan di antara kelas-kelas objek. Pada penelitaan Pratiwi
(2017) sudah dilakukan identifikasi dalam membedakan kopi spesialiti di
Indonesia, diantaranya yaitu kopi Gayo (Aceh), kopi Kintamani (Bali), dan kopi
Wamena (Papua) dengan metode PLS-DA dengan analisis nilai determinasi
sampel Gayo-Kintamani, Gayo – Wamena, dan Gayo-Kintamani-Wamena.
Dalam penelitian ini, PLS-DA dijalankan dengan menggunakan nilai sebagai
berikut; y = 0 (kopi Luwak) ; y = 1 (kopi Lanang). Model kalibrasi PLS-DA
dikembangkan menggunakan set kalibrasi sampel dan jumlah LV yang optimal
yang dapat ditentukan menggunakan nilai root mean square error of calibration
16
validation (RMSECV) Jumlah LV yang optimal diperoleh apabila RMSECV
bernilai kecil. Kinerja model PLS-DA akan dievaluasi menggunakan set sampel
prediksi menggunakan ± 0,5 sebagai nilai ambang batas untuk membatasi kelas.
Sampel kopi diklasifikasikan sebagai kopi Luwak jika nilainya di atas 0,5 dan
diklasifikasikan sebagai kopi Lanang jika nilainya di bawah 0,5 (Suhandy, 2017)
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai Juni 2018 bertempat di
Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pascapanen (RBPP) Program Studi
Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah UV-Vis spectroscopy jenis
Geneysis 10s UV-Vis diproduksi oleh Thermo Fisher Scientific, thermometer,
cuvet, rubber bulb, timbangan analitik, ayakan tyler Meinzer II dengan mesh
nomor 12, 50, dan 120, magnetic stirrer chimArec series S130810-33 (4 x 4 inch),
mesin coffee grinder dengan brand sayota yang memiliki daya 180 watt tipe SCG
178, pipet ukur (1 ml, 2 ml dan 25 ml), gelas ukur, labu erlemeyer 50 ml, labu
ukur, rak tabung, pemanas air, corong plastik, komputer, toples, tisu, kertas
tempel, kertas saring, alumunium foil dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan
pada penelitian ini adalah akuades, kopi bubuk Luwak dan kopi bubuk Lanang.
3.3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pemalsuan kopi Luwak dan kopi
Lanang menggunakan Uv-Vis Spectroscopy jenis Geneysis 10s UV-Vis.
18
ekstraksi menggunakan bahan kopi Luwak dan kopi Lanang sebagai bahan
campurannya meliputi persiapan bahan, dilanjutkan proses ekstraksi, strirrer, dan
proses pengambilan spektra selanjutnya membangun dan menguji model untuk
membedakan kopi Arabika asli dengan kopi Arabika campuran dengan
menggunakan The Unscrambler versi 9,2 dan selanjutnya dianalisis menggunakan
metode PLS-DA.
Mulai
Persiapan alat dan bahan
Ekstraksi Kopi
Pengambilan Spektra menggunakan
Spectophotometer
Selesai
Gambar 6. Prosedur Penelitian
Penyangraian dan penggilingan kopi
Pengayakan dengan berbagai mesh
(12,50,120) masing-masing sebanyak
200 sampel (100 sampel Luwak dan
100 sampel Lanang)
Ditimbang sebanyak 1 g
Analisis data
19
3.3.1. Proses Penelitian
1. Penggilingan
Penggilingan kopi dilakukan untuk mengubah bentuk dari biji kopi menjadi kopi
bubuk dengan menggunakan mesin coffee grinder dengan brand sayota yang
memiliki daya 180 watt tipe SCG 178 agar memudahkan pada saat proses
ekstraksi. Proses penggilingan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Penggilingan
2. Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang seragam dari partikel
kopi. Kopi diayak menggunakan ayakan tyler meinzer II dengan hasil ayakan
ukuran mesh 12 (1680 micro meter), 50 (297 micro meter), dan 120 (125 micro
meter). Keseragaman partikel kopi akan berpengaruh terhadap hasil ekstraksi
kopi. Jenis mesh yang digunakan dan proses pengayakan dapat dilihat pada
Gambar 8 dan Gambar 9.
20
a). Mesh 12 b). Mesh 50 c). Mesh 120
Gambar 8. Jenis ayakan yang digunakan
Gambar 9. Pengayakan
3. Penimbangan
Setelah proses pengayakan, kopi akan ditimbang sebanyak 1 g untuk setiap
sampel. Proses penimbangan dapat dilihat pada Gambar 10.
21
Gambar 10. Penimbangan
3.3.2. Ekstraksi Kopi
Proses ekstraksi kopi terdiri atas penyeduhan,pengadukan,penyaringan,dan
pengenceran.
1. Penyeduhan
Proses penyeduhan dilakukan dengan cara 1 g sampel yang sudah disiapkan
diseduh menggunakan akuades yang sudah dipanaskan terlebih dahulu sebanyak
50 ml. Proses penyeduhan dapat dilihat pada Gambar 11.
22
Gambar 11. Proses penyeduhan kopi
2. Pengadukan
Proses pengadukan dilakukan dengan menggunakan stirrer dan magnetic stirrer
selama 10 menit dengan kecepatan 350 rpm, setelah sampel disaring, diaduk
kembali menggunakan stirrer dengan kecepatan 125 rpm. Proses pengadukan
dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pengadukan dengan Stirrer
23
3. Penyaringan
Proses penyaringan menggunakan kertas saring yang dipotong bulat dan
kemudian dibentuk seperti corong dan menggunakan alat bantu berupa corong
kaca untuk proses penyaringannya. Sampel hasil penyaringan sebanyak kurang
lebih 10 ml saja. Proses penyaringan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Penyaringan
24
4. Pengenceran
Proses pengenceran dilakukan dengan cara mengambil sampel yang sudah di
stirrer dengan kecepatan 125 RPM sebanyak 1 ml. Kemudian diencerkan
menggunakan akuades dengan perbandingan 1 : 20 (20 ml akuades) lalu diaduk
secara konstan selama 1 menit. Sampel hasil pengenceran dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Pengenceran
25
Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi pada kopi Luwak dan Lanang.
Prosedur dalam ekstraksi kopi dapat dilihat pada Gambar 15.
Penimbangan kopi bubuk (1gram)
menggunakan timbangan digital
Pemanasan akuades sampai suhu 90 –
98 oC
Pencampuran sampel kopi bubuk (1
gram) + akuades (50 ml)
Selesai
Mulai
Penghomogenan hasil ekstraksi selama
10 menit menggunakan magnetic stirrer
Pengenceran dengan perbandingan
1 : 20 (ml)
Gambar 15. Prosedur Ekstraksi Kopi (Handayani, 2016)
Pengadukan selama 10 menit
dan disaring
26
3.3.3. Pengambilan Data Spektra menggunakan Spektrofotometer
Prosedur penggunaan Spektrofotometer dapat dilihat pada Gambar 16
Dihidupkan alat Uv-Vis spectroscopy jenis Geneysis 10s Uv-Vis ,
Thermo Scientific, USA) dengan cara menekan tombol turn on
Dimasukkan blank dan sampel ke dalam kuvet, letakkan ke dalam
holders system B (blank)
Ditekan tombol test, test arme add character selanjutnya tekan tombol
accept name
Selesai
Mulai
Dipilih wavelength tulis (190-1100) nm, tekan enter , pilih sampel
position dengan manual 6 lalu enter, pilih tombol run test
Dipilih tombol posisi cuvet sesuai sampel, tunggu proses sampai 100 %
Diklik tombol collect baseline, tunggu proses sampai 100%
Setelah selesai measure sample, akan keluar graph (grafik) kemudian klik
tombol tabular
Ditekan tombol test, edit data pilih menu save test to the USB drive
Diklik tombol create test arme, accept name,
Untuk mematikan alat UV-Vis spectrophotometer tekan tombol yang ada
pada bagian belakang alat
Data yang sudah tersimpan di USB, ambil sample dan blank yang ada di
dalam holders system, bersihkan dan dikeringkan
Gambar 16. Prosedur Penggunaan Spektrometer
(Apratiwi, 2016)
27
3.3.4. Analisis data
Setelah dilakukan pengambilan data spectra dari setiap sampel, kemudian
dilakukan analisis data yang dijelaskan pada Gambar 17.
Gambar 17. Prosedur Analisis data
Data spectra dipindahkan kedalam Excel lalu di save dengan format
“Excel 97-2003”
Pemindahan data spektra kedalam The Unscrambler dengan cara
membuka The Unscrambler, kemudian klik import Excel lalu pilih
data yg akan dimasukkan
Dilakukan pengkodean sampel jenis kopi dengan kode sampel 1 = kopi
Lanang, dan 0 = kopi Luwak
Dipilih Modify kemudian pilih treatment yang akan digunakan
Dipilih treatment terbaik, lalu pilih regression dengan sampel kalibrasi
dan validasi lokal dan global
Diklik Edit, kemudian klik Variable set untuk mengatur pembagian
sampel untuk kalibrasi, validasi, dan prediksi dengan pembagian kalibrasi
50%, validasi 30%, dan prediksi 20%.
Diklik Task kemudian klik Predict untuk memprediksi sampel pada
setiap mesh
Diklik Task kemudian pilih PCA untuk mendapatkan data PCA sampel
Selesai
Mulai
28
3.3.5. Membangun dan Menguji Model
Tahap-tahap membangun dan menguji model dilakukan dengan mengguarkan
nilai absorbansi yang didapatkan dari alat Spectrofotometer, kemudian data
tersebut diguarkan untuk membuat dan menguji model dengan perangkat lunak
The Unscrambler versi 9.2 menggunakan PLS-DA.
Data yang diperoleh dari sampel tersebut yang diambil data spektra nya pada alat
Uv-Visible spectroscopy jenis Geneysis 10s uv-vis kemudian data yang didapatkan
disimpan menggunakan USB yang akan dipindahkan ke dalam excel. Setelah itu
data tersebut diolah dengan menggunakan software The Unscramble versi 9.2
dengan metode PLS-DA dan beberapa treatment untuk membuat model
klasifikasi dalam mengkonpensasi ukuran partikel dengan membuat model lokal
dan model global. Model yang baik apabila tingkat akurasinya mencapai 100%
akan dijelaskan pada Gambar 18 sampai Gambar 24.
mesh 12
mesh 50
Mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 18. Model PLS-DA lokal 1 mesh 12
PLS-DA lokal 1
(Mesh 12)
29
Pada Gambar 18, Model PLS-DA lokal 1 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 12 yang performanya akan dievaluasi/diuji untuk
memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120. Diasumsikan bahwa
model ini menghasilkan data yang bagus pada ukuran mesh 12.
mesh 12
mesh 50
mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 19. Model PLS-DA lokal 2 mesh 50
Pada Gambar 19, Model PLS-DA lokal 2 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 50 yang performanya akan dievaluasi/diuji untuk
memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120. Diasumsikan bahwa
model ini menghasilkan data yang bagus pada ukuran mesh 50
mesh 12
mesh 50
mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 20. Model PLS-DA lokal 3 mesh 120
PLS-DA lokal 2
(Mesh 50)
PLS-DA lokal 3
(Mesh 120)
30
Pada Gambar 2, Model PLS-DA lokal 3 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 120 yang performanya akan dievaluasi/diuji untuk
memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120. Diasumsikan bahwa
model ini menghasilkan data yang bagus pada ukuran mesh 120.
mesh 12
mesh 50
mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 21. Model PLS-DA global 1 dengan mesh 12 + mesh 50
Pada Gambar 21, Model PLS-DA global 1 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 12 dan mesh 50 yang performanya akan dievaluasi/diuji
untuk memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120. Diasumsikan
bahwa model ini menghasilkan data yang bagus pada ukuran mesh 12 dan mesh
50.
mesh 12
mesh 50
mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 22. Model PLS-DA global 2 dengan mesh 12 + mesh 120
PLS-DA global 2
(Mesh 12 + Mesh 120)
PLS-DA global 1
(Mesh 12 + Mesh 50)
31
Pada Gambar 22, Model PLS-DA global 2 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 12 dan mesh 120 yang performanya akan dievaluasi/diuji
untuk memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120. Diasumsikan
bahwa model ini menghasilkan data yang bagus pada ukuran mesh 12 dan mesh
120.
mesh 12
mesh 50
mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 23. Model PLS-DA global 3 dengan mesh 50 + mesh 120
Pada Gambar 23, Model PLS-DA global 3 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 50 dan mesh 120 yang performanya akan dievaluasi/diuji
untuk memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120. Diasumsikan
bahwa model ini menghasilkan data yang bagus pada ukuran mesh 50 dan mesh
120.
PLS-DA global 3
(Mesh 50 + Mesh 120)
32
mesh 12
mesh 50
mesh 120
Keterangan : = Prediksi
Gambar 24. Model PLS-DA global 4 dengan mesh 12 + mesh 50 + mesh 120
Pada Gambar 24, Model PLS-DA global 4 adalah model yang dibangun dengan
menggunakan mesh 12, mesh 50, dan mesh 120 yang performanya akan
dievaluasi/diuji untuk memprediksi 3 ukuran mesh yaitu mesh 12, 50, dan 120.
Diasumsikan bahwa model ini menghasilkan data yang bagus pada semua ukuran
mesh.
3.3.6. Identifikasi ukuran partikel kopi komersial menggunakan metode
Fineness Modulus
Fineness modulus menunjukkan keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi
kasar, sedang dan halus dalam bahan hasil penggilingan (Widyotomo, 2002).
Pada pengukuran Fineness modulus pada kopi komersial menggunakan Tyler
dengan 7 nomor mesh yaitu nomor mesh 8, 10, 14, 20, 30, 40 dan 50 serta
nampan dibagian paling bawah. Ukuran partikel dan diameter kawat berbagai
Tyler mesh dapat dilihat pada Tabel 1.
PLS-DA global 4
(Mesh 50 + Mesh 120)
33
Tabel 1. Standar saringan Tyler
Mesh (
lubang/in2)
Kawat (in) Ukuran lubang
Nyata Perkiraan
…. 0.148 1.020 1
…. 0.135 0.742 ¾
…. 0.105 0.525 ½
…. 0.092 0.371 3/8
3 0.070 0.263 ¼
4 0.065 0.185 3/16
6 0.036 0.131 1/8
8 0.032 0.093 3/32
10 0.035 0.065 1/16
14 0.025 0.046 3/64
20 0.0172 0.0328 1/32
28 0.0125 0.0232 …
35 0.0122 0.0164 1/64
48 0.0092 0.0116 …
65 0.0072 0.0082 …
100 0.0042 0.0058 …
150 0.0026 0.0041 …
200 0.0021 0.0029 …
Sumber : Widyotomo (2002)
Kopi komersial yang digunakan sebanyak 250 gram yang di oven selama 24 jam
pada suhu 1050C, setelah itu sampel dimasukkan dalam Tyler pada susunan 7
nomor mesh 8,10,14,20,30,40 dan 50 serta nampan di bawahnya. Kemudian
diayak selama 5 menit. Setelah itu dihitung berat sampel yang tertahan pada setiap
mesh lalu dihitung menggunakan rumus Fineness Modulus sebagai berikut:
a. Finenes Modulus (FM) ....%..........%
%
hanBahanTerta
Hasil
34
b. D = 0.0041 (2)FM
= .............. in
Keterangan :
FM : Fineness Modulus
D : Diameter kopi komersial
% Hasil : Persentase Hasil bahan yang tertahan pada setiap mesh
% Bahan Tertahan : Jumlah bahan tertahan pada setiap mesh dikalikan
100
Tabel 2. Data penimbangan sampel kopi komersial yang tertahan pada
setiap mesh
Mesh
(inchi)
Ukuran
lubang
Berat Bahan
yang Tertahan
(g)
% Bahan
yang
Tertahan
Dikalikan
dengan % Hasil
8
10
14
20
30
40
50
Pan
∑
0,093
0,065
0,046
0,0331
0,0234
0,0165
0,0117
222,8142
0,0273
3,9952
8,4423
1,6952
3,0050
9,3722
0,5375
249,8889
89,1653
0,0110
1,5989
3,3784
0,6783
1,2026
3,7505
0,2150
100
7
6
5
4
3
2
1
0
-
624,1571
0,066
7,9945
13,5136
2,0349
2,4052
3,7505
0
653,9218
Pada Tabel 2 dapat dilihat beberapa data sampel yang tertahan pada setiap
meshnya. Dari data di atas menunjukkan bahwa nilai Fineness Modulus sebesar
6,539% dan nilai diameter partikel mesh sampel kopi komersial tersebut sebesar
0,3812. Dari hasil data tersebut, maka kopi komersial menggunakan ukuran
lubang mesh dengan nomor mesh perkiraan 3/8 (lebih kecil dari nomor mesh 3).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :
1. Hasil PCA untuk 600 sampel menjelaskan bahwa PC1 sebesar 46% dan PC2
sebesar 41% dimana nilai PC1 lebih besar dibandingkan PC2 dan secara
keseluruhan PC1 dan PC2 mampu menjelaskan 87% keragaman data.
2. Hasil prediksi model lokal yang baik akan dihasilkan ketika memprediksi
sampel yang sama. RMSEP dan bias akan tinggi apabila model lokal
diprediksi terhadap sampel yang berbeda.
3. Hasil dari model global yang dibangun dalam memprediksi sampel mesh 12,
50, dan 120 mampu mengurangi nilai error pada RMSEP dan Bias yang ada
sehingga model global tersebut dapat digunakan pada sampel yang berbeda.
4. Kombinasi sampel mesh 12 + mesh 120 jika memprediksi sampel mesh 50
menghasilkan nilai RMSEP yang lebih kecil karena mesh 50 berada pada
rentang mesh 12 dan mesh 120 tetapi tidak lebih baik dengan hasil pada
kombinasi semua mesh dalam memprediksi mesh 50.
5.2. Saran
Saran yang perlu dilakukan untuk penelitian berikutnya yaitu menggunakan
sampel kopi yang sama tetapi menggunakan parameter suhu roasting yang
berbeda.
98
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.J. 2004. Chemometrics in Analytikal Spectroscopy 2nd Edition.
Department of Applied Chemistry, RMIT University, Melbourne,
Victoria.Australia. 223 hlm.
Al Razi, Z. 2012. Spectrofotometrer U V-Vis. Diunduh pada hari Rabu
06/12/2017.
Alamtani. 2017. https://alamtani.com/kopi-Luwak/bagaimana-kopi-Luwak
diproduksi. Diakses tanggal 27 maret 2018
Agropustaka. 2012. Agrisbisnis kopi Lanang. http://www.agropustaka.com
Diakses tanggal 13 April 2018
Apratiwi, N. 2016 Studi Penggunaan UV-Vis Spectroscopy Untuk
Identifikasi Campuran Kopi Luwak dengan Kopi Arabika . Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Assifa, P. 2013. Analisis minyak babi pada krim pelembab wajah yang
mengandung minyak zaitun dengan menggunakan spektroscopy fourier
transform infrared (FTIR). Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarief
Hidayatullah. Jakarta. 71 hlm.
Briandet, R.E., K. Kemsley dan R. H. Wilson. 1996. Discrimination of Arabica
and Robusta in instant coffee by Fourier Transform-Infrared
Spectroscopy and Chemometrics. Journal Agric Food Chem. 44(1):170-
174.
Buldani, D., 2011. EBook_Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak. Cicalengka,
Bandung.
Chang, C.-W., Laird, D.A., Mausbach, M.J., Hurburgh C.R., 2001. Near-infrared
reflectance spectroscopy - Principal components regression analyses of
soil properties. Soil Science Society of America Journal 65, 480-490.
Citrasari, D. 2015. Penentuan Adulterasi Daging Babi Pada Nugget Ayam
Menggunakan NIR Dan Kemometrik. Skripsi. Universitas Jember.
Malang. 49 hlm.
Dijkstra, T. 1983. Some comments on maximum likelihood and partial least
squares methods. Journal of Econometrics, 22: 67–90.
99
Domingues, D.S., E. D. Pauli, J. E. M. Abreu, F. W. Massura, V. Cristiano, M.
J. Santos dan S. L. Nixdorf. 2014. Detection of roasted and ground coffee
adulteration by HPLC by amperometric and by post-column
derivatization UV–Vis detection. Journal food chemistry. 146(1) : 353-
362.
GAEKI, 2017. Areal dan Produksi Kopi. http://gaeki.or.id. Diakses tanggal 2 Mei
2018
Gulo, E.S.F. 2016. Aplikasi spektrofotometri UV dan kalibrasi multivariat untuk
analisis parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sirup.
Skripsi. Universitas Sanatha Dharma. Yogyakarta. 79 hlm.
Handayani, F.N . 2016 . . Studi Penggunaan Metode Analisis Berbasis UV-Vis
Spectroscopy Untuk Membedakan Kopi Luwak Asli dan Kopi Campuran
Luwak-Robusta Secara Cepat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung
Hargano. 2019. Harga kopi Lanang Arabika. http://www.hargano.com. Diakses t
tanggal 17 Januari 2019 pukul 15:00
Hargacampur. 2019. Harga kopi Luwak tahun 2019.
http://www.hargacampur.com Diakses tanggal 17 januari 2019 pukul
15:30
Hendayana, S. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hopke, P.K. 2003. The Evolution of Chemometrics. Analytica Chimica Acta
500. Elsevier. New York. Hlm: 365-377.
Isnindar, Wahyuono, S., Widyarini, S., dan Yuswanto. 2016. Analisis Kandungan
Kafein pada Ekstrak Buah Kopi Mentah dari Perkebunan Merapi Daerah
Istimewa Yogyakarta Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. J. Ilmiah
Farmasi PHARMACON. 5 (2) : 187-190.
International coffee organization. 2018. Coffee market settles lower
amidst strong global exports. Diakses tanggal 14 maret 2018
Iriani, R. 2016. Studi Penggunaan UV-Vis Spectroscopy dan Kemometrika
Untuk Mengidentifikasi Pemalsuan Kopi Arabika dan Robusta Secara
Cepat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Fitri , Y.K . 2016 . Penggunaan Data Absorban Bulir Jeruk Siam Jember
Pada Panjang Gelombang UV-Vis Spectroscopy untuk Membedakan Buah
Jeruk Berdasarkan Umur Simpan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung
100
Marcone, M. F. (2004). Composition and properties of Indonesian palm civet
coffee (kopi Luwak) and Ethiopian civet coffee. Food Research
International, 37, 901—902.
Meister, 2014. What Makes Peaberry Coffee So Special?. Diunduh dari
http://drinks.seriouseats.com/2011/01/wont-you-be-my-peaberry-what-are-
peaberry-coffee-beans.html). Diakses tanggal 21 April 2018
Mubayinah, A., B. Kuswandi dan L. Wulandari. 2016. Penentuan Adulterasi
Babi pada Sampel Burger Sapi Menggunakan Metode NIR dan
Kemometrik. e-Jurnal Pustaka Kesehatan.4(1) :35-40.
Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen, Edisi
Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Pratomo, D. S., dan Astuti, E. Z. 2015. Analisis Regresi dan Korelasi antara
Pengunjung dan Pembeli terhadap Nominal Pembelian di Indomaret
Kedungmundu Semarang dengan Metode Kuadrat Terkecil. Jurusan
Teknik Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian
Nuswantoro. Semarang.
Oktora , A. 2016. Penggunaan Data Absorban Kulit Jeruk Siam Jember
Pada Panjang Gelombang Ultraviolet Cahaya Tampak Spectroscopy
untuk Membedakan Buah Jeruk Berdasarkan Tingkat Kesegaran. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rahardjo, P. 2012. Kopi Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika
dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Reforma, 2016. Mengenal-jenis-hama-dan-penyakit-tanaman-kopi-serta-cara-
mengatasinya/ Beritani.com/2016/10/13/. Diunduh pada hari Rabu
06/12/2017
Rubiyo dan J.Towaha. 2013. Pengaruh Fermentasi Terhadap Citarasa Kopi Luwak
Probiotik. Jurnal Buletin Ristri. 4(2):175-182.
Shan, J., Suzuki, T., Suhandy, D., Ogawa, Y., and Kondo, N. 2014. Chlorogenic
acid (CGA) determination in roasted coffee beans by Near Infrared (NIR)
spectroscopy. Engineering in Agriculture, Environment and Food, 7(4):
139–142.
Siahaan, J.A. 2008. Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Arabika Indonesia di
Pasar Internasional Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 138 hlm.
Souto, U. T. C. P., Barbosa, M. F., Dantas, H. V., Pontes, A. S., Lyra, W. S.,
Diniz, P. H. G. D., Araujo, M. C. U., and Silva, E. C. 2015. Identification
of Adulteration In Ground Roasted Coffees Using UV-Vis Spectroscopy
and SPA-LDA. LWT-Food Science and Technology. 63(2):1037-1041.
101
Subaidi. 2016. Kopi Specialty, Kopi Luwak Probiotik. Diakses dari
http://bbp2tp.litbang.pertanian.go.id pada hari Jumat 20 Maret 2018
Suhandy, D dan Yulia, M. 2017. Peaberry coffee discrimination using UV-visible
spectroscopy combined with SIMCA and PLS-DA. International
Journal of Food Properties, 20:sup1