SKRIPSI
PENGARUH MODELLING MEDIA VIDEO TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB
PUTRA IDHATA KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Oleh:
SYLVIA RIKA ANGREYNI POHAN
NIM: 201402048
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
PENGARUH MODELLING MEDIA VIDEO TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB
PUTRA IDHATA KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persayaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
SYLVIA RIKA ANGREYNI POHAN
NIM: 201402048
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan dinyatakan layak
mengikuti ujian sidang
SKRIPSI
PENGARUH MODELLING MEDIA VIDEO TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB
PUTRA IDHATA KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Menyetujui,
Pembimbing 1
Hariyadi, S.Kp., M.Pd
NIP. 196811092005011001
Menyetujui,
Pembimbing 2
Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes
NIS. 20150124
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130092
iv
P E N G E S A H A N
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (SKRIPSI) dan dinyatakan
telah memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar (S.Kep)
Pada Tanggal : ………………………
Dewan Penguji :
1. Ketua Dewan Penguji
Dian Anisia W., S.Kep., Ns., M.Kep : ………………………….
2. Penguji 1
Hariyadi, S.Kp., M.Pd : ………………………….
3. Penguji 2
Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kep : ………………………….
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes
NIS. 20160130
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim...
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq,
Hidayat dan karunia-Nya yang begitu besar yang senantiasa memberikan
kemudahan, kelancran dan kekuatan kepada saya.Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh
hati dan sekuat tenaga serta pikiran untuk orang di sekitar saya yang sangat saya
cintai. Untuk ayah dan ibu yang telah menjadi sosok orang tua yang terbaik,
terhebat, dalam kehidupan saya dan selalu mendukung semua usaha yang saya
lakukan dan selalu memberikan doa yang tiada hentinya. Untuk kedua adik saya
terimakasih karena telah menjadi saudara my partner in crime. Untuk Om, tante
dan adik sepupu saya yang juga telah mendukung saya untuk penyusunan skripsi
sampai saat ini. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas dari
doa kalian yang kalian panjatkan disetiap sujudnya.
1. Untuk Bapak Hariyadi S.Kp., M.Pd dan Ibu Sesaria Betty M, S.Kep., Ns.,
M.Kes terimaksih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Semoga Allah
SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh Bapak dan
Ibu.
2. Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih telah
mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
3. Untuk Ibu Dyah Rukminingsih, S.Pd terimakasih telah memberikan ijin serta
memberi masukan selama ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
ilmu yang diberikan.
4. Untuk Ibu Sulistiyani, S.Pd terimakasih yang telah memberikan informasi serta
masukan selama ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ilmu yang
diberikan.
vi
5. Untuk kalian My Best Friends (Roshella Avinka, Indah R, Aliefa Desta, Puri
Pratama, Tri Wulan), My Best Partner (Titis Arumdika, Shielda Novita, Putri
Valentine, Siti Nur, Candra Wahyu, Findy, Reni W, Wiwik Arfianti,
Miftahuddin Habibbullah, Dwi Putra, Rais Saputro, M Shahrul, Nanda Riski,
Kohari) dan My Best Suporters (Yohany Chintiya, Yunita Astri, Vinsca
Claudia, Ekke Pipit, Widiantri, Hayyu Afienna, Rita Puspita, Puri Prastiani,
Mbak Pungky Pramita, Saktia Denny, Tri Angga, Pandu Arif, Aris Apriandi,
Nizar) kalian semua adalah keluargaku terimakasih atas bantuan, dukungan,
semangat dan menemani saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
selamanya kita tetap dekat seperti saat ini.
6. Untuk kalian keluarga HIMKA (Himpunan Mahasiswa Keperawatan)
terimakasih atas dukungan dan semangat kalian yang telah diberikan kepada
saya hingga saya selesai dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk kalian keluarga DPM (Dewan Pengurus Mahasiswa) STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun terimakasih atas dukungan dan semangat kepada saya
sampai sekarang selesai dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan khususnya kelas 8A
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun perjuangan kita belum
selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
vii
MOTTO
Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah kecuali dia yang selalu mengoreksi diri dan membenarkan
kebenaran orang lain atas kekeliruan diri sendiri
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sylvia Rika Angreyni Pohan
NIM : 201402048
Prodi : S1 Keperawatan
JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Modelling Media Video Terhadap Peningkatan
Kemampuan Toilet Training pada Anak Retardasi Mental di
SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
Dengan ini menyatakan bahwa SKRIPSI ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri. Hasil penelitian ini merupakan pemikiran dan pemaparan asli dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
Sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/ tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka. Jika
terdapat refrensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka dituliskan
sumbernya dengan jelas.
Demikian pernyataan ini penulis buat secara sadar dan bersungguh-sungguh
tanpa paksaan dari pihak manapun
Madiun, 30 Juli 2018
Sylvia Rika Angreyni Pohan
NIM. 201402048
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri :
Nama : Sylvia Rika Angreyni Pohan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 06 Desember 1995
No. HP : 082234784155
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. 2002 – 2008 : SDN Margomulyo 2 Ngawi
2. 2008 – 2011 : SMP Negeri 2 Ngawi
3. 2011 – 2014 : SMA Negeri 2 Ngawi
4. 2014 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
x
ABSTRAK
Sylvia Rika Angreyni Pohan
PENGARUH MODELLING MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN TOILET TRAININGPADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SLB PUTRA IDHATA KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN
MADIUN
109 halaman + 10 tabel + 4 gambar + lampiran
Anak dengan retardasi mental membutuhkan perhatian yang sangat besar,
salah satu bentuk kemandirian yang tidak bisa dilakukan anak retardasi mental
adalah toilet training. Untuk mengajarkan keterampilan toilet training dibutuhkan
sebuah teknik modelling yang dibentuk dengan mengamati dan meniru perilaku
orang lain. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh modelling media
video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi mental
di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
Desain penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimentaldengan pendekatan
two grouppretest-posttest with control group design. Tehnik sampel
menggunakan total sampling dengan jumlah 40 responden. Pengumpulan data
menggunakan lembar checklist. Uji statistic yang digunakan paired t – test.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan antara dua kelompok. Berdasarkan
hasil analisa uji statistik paired t-testdiperoleh ρ value = 0,000 <0,05 artinya ada
pengaruh modelling media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training
pada anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun.
Terdapat perubahan kemampuan toilet training pada anak retardasi mental
di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun setelah diberikan
modelling media video tentang toilet training diharapkan adanya pelajaran
tambahan tentang toilet training sehingga anak retardasi mental nantinya mampu
melakukan toilet training secara mandiri tanpa bantuan orang tua atau guru
bahkan orang lain.
Kata kunci : Anak retardasi mental, toilet training dan modelling media
video
xi
ABSTRACT
Sylvia Rika Angreyni Pohan
THE EFFECT OF MODELLING VIDEO MEDIA ON INCREASES OF
ABILITY OF TOILET TRAINING TO CHILDREN MENTAL
RETARDATION IN THE EXTRAORDINARY SCHOOL PUTRA IDHATA
DOLOPO SUBDISTRICT MADIUN DISTRICT
109 pages + 10 tables + 4 pictures + appendix
A children with mental retardation needed attention which very big, one
form of independent who can’t do children of mental retardation is toilet training.
To teach independent of toilet training needed a modeling a technique which
formed with observe and copying behavior other people. The purposeof this
research to determine the effect of modeling video media on increases of ability of
toilet training to children mental retardation in the Extraordinary School Putra
Idhata Dolopo Subdistrict Madiun District.
The design of this research used is quasy eksperimental with two group
pretest-posttest with control group design approach. The sample technique used
total sampling with 40 respondents. Data of collection using checklist sheet. The
statistic test used paired t-test.
The results showed difference between the two groups. Based on the results
of statistic paired t-test obtained p value = 0,000 < 0,05 is there is an effect of
modeling video media on increases of ability of toilet training to children mental
retardation in the Extraordinary School Putra Idhata Dolopo Subdistrict Madiun
District.
There is change in the ability of toilet training in a children mental
retardation in the Extraordinary Putra Idhata Dolopo Subdistrict Madiun District
after given modeling video media about toilet training hopefull presence of minor
about toilet training so that a children mental retardation will be able to do toilet
training independently without the help of parents or teachers even other people.
Keywords: Child mental retardation, toilet training and media video modelling
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ..................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Persembahan ......................................................................................... v
Motto .................................................................................................................. vii
Halaman Pernyataan............................................................................................ viii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................... x
Abstract .............................................................................................................. xi
Daftar Isi ............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvii
Daftar Istilah .......................................................................................................xviii
Daftar Singkatan.................................................................................................. xxi
Kata Pengantar .................................................................................................... xxii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Khusus ................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Umum .................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................ 8
1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Toilet Training................................................................ 13
2.1.1 Pengertian Toilet Training ............................................... 13
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toilet Training ....... 14
2.1.3 Proses Toilet Training Pada Anak .................................. 16
2.1.4 Tahapan dalam Toilet Training ...................................... 18
2.1.5 Keuntungan Toilet Training ........................................... 20
2.1.6 Dampak Latihan Toilet Training .................................... 21
2.1.7 Keberhasilan Toilet Training .......................................... 21
2.2 Konsep Teknik Modelling .......................................................... 22
2.2.1 Pengertian Teknik Modelling ......................................... 22
2.2.2 Tujuan Teknik Modelling ................................................ 24
2.2.3 Macam-macam Teknik Modelling .................................. 24
2.2.4 Jenis-jenis Teknik Modelling .......................................... 25
2.2.5 Fungsi dari Teknik Modelling ........................................ 27
xiii
2.2.6 Tahap-tahap Teknik Modelling ....................................... 28
2.3 Konsep Media Video .................................................................. 29
2.3.1 Pengertian Media Video ................................................. 29
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media
Video ............................................................................... 30
2.3.3 Karakteristik Media Video ............................................. 31
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Video ....................... 32
2.3.5 Manfaat Penggunaan Media Video ................................ 34
2.4 Konsep Retardasi Mental ........................................................... 35
2.4.1 Pengertian Retardasi Mental ........................................... 35
2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Retardasi Mental .... 36
2.4.3 Penyebab Retardasi Mental ............................................ 39
2.4.4 Tingkat-tingkat Retardasi Mental ................................... 44
2.4.5 Tahapan Toilet Training Pada Anak Retardasi Mental ... 44
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 47
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................... 48
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 49
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 49
4.2.1 Populasi .......................................................................... 49
4.2.2 Sampel ............................................................................ 50
4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................... 50
4.3 Teknik Sampling ........................................................................ 51
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 52
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 53
4.5.1 Identifikasi Variabel ....................................................... 53
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ........................................ 53
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................... 55
4.6.1 Uji Validitas .................................................................... 55
4.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................. 56
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 56
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 57
4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 58
4.9.1 Pengolahan Data ............................................................. 58
4.9.2 Analisa Data .................................................................... 60
4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 61
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ................................................ 63
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 64
5.2.1 Data Umum ..................................................................... 64
5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................. 64
5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..... 65
5.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama .. 65
xiv
5.2.2 Data Khusus .................................................................... 66
5.2.2.1 Mengidentifikasi Tingkat Kemampuan Toilet
Training Pada Anak Retardasi Metal
Sebelum Diberikan Modelling Media Video .... 66
5.2.2.2 Mengidentifikasi Tingkat Kemampuan Toilet
Training Pada Anak Retardasi Metal Sesudah
Diberikan Modelling Media Video ................... 67
5.2.2.3 Menganalisis Pengaruh Modelling Media
Video Terhadap Peningkatan Kemampuan
Toilet Training Pada Anak Retardasi Mental ... 68
5.3 Pembahasan ................................................................................ 69
5.3.1 Kemampuan Toilet Training Pada Anak Retardasi
Mental Sebelum Dilakukan Intervensi ........................... 69
5.3.2 Kemampuan Toilet Training Pada Anak Retardasi
Mental Setelah Dilakukan Intervensi .............................. 71
5.3.3 Pengaruh Modelling Media Video Terhadap
Peningkatan Kemampuan Toilet Training ....................... 73
5.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 77
6.2 Saran ........................................................................................... 78
6.2.1 Bagi SLB Putra Idhata Dolopo ....................................... 78
6.2.2 Bagi Orang Tua Murid di SLB Putra Idhata Dolopo ...... 78
6.2.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ................. 78
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN ....................................................................................................... 83
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................. 9
Tabel 4.1 Perhitungan Sampel ............................................................ 51
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................ 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Checklist Kemampuan Toilet
Training ............................................................................... 56
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anak
retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun .............................................................. 65
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun .............................................................. 65
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan agama anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun .............................................................. 66
Tabel 5.4 Hasil sebelum dan sesudah diberikan modelling media
video terhadap peningkatan kemampuan toilet training
pada anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Dolopo
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun pada kelompok
kontrol ................................................................................. 66
Tabel 5.5 Hasil sesudah diberikan modelling media video terhadap
peningkatan kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental di SLB Putra Idhata Dolopo Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun ................................................. 67
Tabel 5.6 Hasil Analisis pengaruh modelling media video terhadap
peningkatan kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental di SLB Putra Idhata Dolopo Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun ................................................. 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 1.1 Grafik Anak Penderita Retardasi Mental di SLB Putra
Idhata Dolopo ................................................................... 3
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Modelling Media Video
terhadap Peningkatan Kemampuan Toilet Training
pada Anak Retardasi Mental ............................................ 47
Gambar 4.1 Skema Desain Penelitian .................................................. 49
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengesahan Judul ........................................................... 83
Lampiran 2 Surat Izin Pencarian Data Awal ..................................... 84
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Pencarian Data Awal ............. 86
Lampiran 4 Surat Izin Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 87
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Validitas &
Reliabilitas ...................................................................... 88
Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian ........................................ 89
Lampiran 7 Surat Permohonan Menjadi Responden ......................... 90
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ....................... 91
Lampiran 9 Kisi-kisi Checklist .......................................................... 92
Lampiran 10 Cheklist Keberhasilan Toilet Training ........................... 93
Lampiran 11 Foto Tahapan Toilet Training ......................................... 94
Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................ 96
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ........................................................ 97
Lampiran 14 Surat Keterangan Selesai Peneltian ................................ 98
Lampiran 15 Hasil Tabulasi Data Responden ..................................... 99
Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Data Umum Responden ................ 103
Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas ...................................................... 104
Lampiran 18 Hasil Uji Paired T-Test .................................................. 105
Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian ................................................. 107
Lampiran 20 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................ 108
Lampiran 21 Lembar Konsultasi Bimbingan ...................................... 109
xviii
DAFTAR ISTILAH
Toilet training : Latihan BAK dan BAB
Modelling : Pemodelan
Retardasi mental : Penurunan fungsi intelektual
Intelegensi : Kemampuan mental
Adaptif : Mudah menyesuaikan diri
Disabilitas : Keterbatasan diri
Prevalensi : Angka kejadian
Ilustrasi : Hasil visualisasi dar suatu tulisan
Disforia : Gelisah
Enuresis : Mengompol
Potty chair : Kursi pipis
Eliminasi : Pengeluaran
Obsesif : Gangguan dengan pikiran negatif
Introvet : Penyendiri
Ekstrovet : Kepribadian yang menyukai interaksi
Impulsif : cepat dalam bertindak
Models : Model
Live models : Penokohan yang nyata
Multiple model : Penokohan ganda
Symbolic modeling : Model Simbolik
Reinforcement : Penguatan
Retention : Penyimpanan
Treatment : Pengobatan
Follow Up : Mengikuti
Access : Mengakses
Cost : Biaya
Technology : Teknologi
Interactivity : Interaktivitas
Organization : Organisasi
Noveltya : Temuan sebuah penelitian
Rubella : Penyakit yang disebabkan oleh virus
Sifilis : Satu infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual
Toksoplasma : Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh
parasit Toxoplasma gondii
Intoksinasi : Keracunan
Abortus : Pengguguran kandungan
Degeneratif : : Penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakanatau penghancuran terhadap
jaringan atau organ tubuh
Anomaly Cranial Primer : Kelainan pada sistem 12 syaraf manusia
xix
Sindroma Down : Suatu kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkn adanya
abnormalitas perkembngan kromosom
Chi Du Chat : Sekelompok kelainan yng terjadi akibat
hilangnya kromosom nomor 5
Ensefalopatia : Kelainan pada otak
Reparative : Perbaikan
Kraneostenosa : Cacat lahir dimana satu atau beberapa sendi
antara tulang tengkorak bayi menutup terlalu
dini sebelum otak bayi menutup sepenuhnya
Hidrosifalus Congenital : Penyumbatan pada sluran irigasi otak
sehingga menyebabkan penumpukn cairan
serebro spinal di ventrikel serebral dan ruang
subdural
Hipertelirisme : Jarak yang tidak normal antara dua organ
berpasangan
Megalensefali : Otak abnorml besar, berat dan biasanya rusak
Sindroma Lurence-Moon-
Biebdl. : Kelainan genetik yang merupakan ciliopathy
yang ditandai terutama oleh obesitas, ataksia,
ketidakmampuan belajar, kelainan ginjal,
perawakan pendek, perkembangan organ
genital, retinitis pigmentosa dan DM tipe 2
Single Gene : Terjdinya mutasi padsatu gen saja namun
sudah menimbulkan penyakit
Translokasi : Mutasi yang mengalami pertukarn segmen
kromosom ke kromosom non homolog
Fragile-X : Hasilnya spektrum cacat intelektual mulai dari
tingan sampai berat serta karakteristik fisik
Syndrome Polygenic : karatkter yang sering muncul dalam pewarisan
yang dikendalikan oleh lebih dari satu gen
Trisomi : Jumlah kromosom 47
Phenyketonoria : Gangguan desakan autosomal genetis yang
dikenali dengan kurangnya enzim fenilalanin
hidroksilase (PAH)
Toksemia Grafidarum : Tekanan darah meningkat saat hamil
Disfungsi Plasenta : Kelainan plasenta yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan janin akan nutrisi atau
oksigen
Meningitis : Penyakit yang disebabkan oleh peradangan
pada selaput pelindung yang menutupi saraf
otak dan tulang belakang
Hipoglikemia : Gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar
gula di dalam darah berada di bawah kadar
normal
Hiperbilisubinemia : Terjadiny peningkatan kadar plasma bilirubin
2 stansar
xx
Neurotoksin : Toksin yang beraksi di sel saraf
Anoksia : Tidak adanya suplai oksigen untuk menunjng
otak dan organ tubuh
Hipotiroid : Kondisi berkurangnya produksi hormon tiroid
Hepatomeghali : pembesaran liver
Meningitis : Radang selaput otak
Ensefalitis : Radang otak
Sub Akut Sklerosing
Panesefalitis : Penyakit yang mempengaruhi otak dan tulang
belakang
xxi
DAFTAR SINGKATAN
IQ : Intelligensi Quotint
TORCH : Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes
HIV : Human Immunodeficiency Virus
CVA : Cerebral Vaskular Accident
xxii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat Rahmat, Ridho dan
Hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Skripsi dengan
judul “Pengaruh Modelling Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan
Toilet Training pada Anak Retardasi Mental di SLB Putra Idhata Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegiatan penyusunan
skripsi tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan
motivasi pada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Suwanto, S.Pd., M.Pd sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
Kabupaten dan Kota Madiun.
2. Dyah Rukminingsih, S.Pd sebagai Kepala Sekolah di SLB Putra Idhata
Kecamatan Dolopo Kabuaten Madiun.
3. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
4. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns., M.Kep sebagai Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
xxiii
5. Hariyadi, S.Kp., M.Pd sebagai pembimbing 1 skripsi yang telah memberikan
petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi skripsi ini.
6. Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns., M.Kes sebagai pembimbing 2 skripsi yang telah
memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari
awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Madiun, 30 Juli 2018
Penulis,
Sylvia Rika Angreyni Pohan
NIM. 201402048
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan bagi kehidupan manusia sangatlah penting artinya. World
Health Organization (WHO) merumuskan sehat yaitu keadaan sempurna
baik fisik, psikologis, maupun sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Retardasi mental merupakan anak yang
memiliki kemampuan yang kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki
intelektual di bawah rata-rata yang muncul dalam masa perkembangan
(Depkes, 2010). Retardasi mental suatu keadaan dengan intelegensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo= kurang atau sedikit, fren
= jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan
berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berperilaku adaptif
(Nugroho, 2012).
Angka kejadian retardasi mental di dunia pada anak laki-laki dan
perempuan 1,2 : 1. Anak retardasi mental di Amerika Serikat berjumlah
3000 – 5000 setiap tahunnya. Anak retardasi mental di Indonesia menempati
populasi terbesar keempat di dunia (Ariani dkk, 2014). Anak retardasi
mental berjumlah 6.600.000 jiwa di Indonesia (Tiranata dkk, 2015).
2
Berdasarkan data terbaru Riskesdas (2013) menyebutkan jumlah penduduk
Indonesia yang mengalami disabilitas sebesar 8,3 persen dari total populasi.
Dari jumlah tersebut, 6,2% diantaranya adalah anak usia 15-24 tahun
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Populasi anak retardasi mental
menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan keterbatasan
lainnya. Insidennya sulit diketahui karena retardasi mental kadang-kadang
tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya
masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan
puncak umur 10-14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak
umur pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.Prevalensi retardasi
mental di Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 6,6 juta jiwa (Direktorat
Bina Kesehatan Anak, 2010). Prevalensi yang cukup tinggi serta
permasalahan yang timbul akibat ketidakmampuan mereka dalam
melakukan aktifitas perawatan diri menunjukan bahwa anak retardasi mental
merupakan bagian dari komunitas yang perlu untuk diberikan perhatian
lebih (Finaros, 2012). Sedangkan angka retardasi mental di Provinsi Jawa
Timur yang ada di SLB-C tahun 2013/2014 berjumlah 6.633 orang atau
61.21 (Pusat Data dan Informasi KEMENKES RI, 2014).
Hasil penelitian Noer Elok Faikoh (2014), dengan judul “Pengaruh
Modelling Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Toilet Training
Pada Anak Retardasi Mental Usia 5-7 Tahun Di SLB N Semarang”. Anak-
anak dengan retardasi mental membutuhkan perhatian yang sangat besar,
karena selain mereka memiliki fungsi intelektual dibawah normal, mereka
3
juga tidak bisa mandiri. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti di SLB N Semarang pada salah satu seorang terapis pada
tanggal 20 Desember 2013, didapatkan data bahwa sebagian besar anak
retardasi mental belum dapat melakukan toilet training secara mandiri,
disamping itu guru dan terapis juga hanya mengajarkan para siswa hanya
sebatas pemahaman tentang cara toilet training yang benar atau dengan kata
lain menggunakan tekhnik lisan. Hasil observasi terhadap 3 siswa usia 5-7
tahun, pada tanggal 7 Januari 2013, menunjukkan 2 dari 3 siswa, masih
harus dilakukan pendampingan dan masih harus dibantu oleh orangtuanya
dalam melakukan toilet training. Pada penelitian tersebut menyatakan
bahwa berdasarkan fenomena di SLB N Semarang tentang masih banyaknya
kasus anak dengan retardasi mental yang belum dapat mandiri dalam toilet
training dan melihat keefektifan modelling media video dalam melatih toilet
training pada anak terbukti dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan
untuk anak dengan usia toddler maupun dengan anak autisme.
Menurut data yang telah diperoleh dari Dinas Kesehatan di Kabupaten
Madiun tahun 2014 jumlah penderita retardasi mental adalah 115 orang.
Gambar 1.1 Grafik Anak Penderita Retardasi Mental di SLB Putra Idhata
Dolopo
Sumber : SLB Putra Idhta Dolopo
0
5
10
15
20
25
2014 2015 2015 2017
Laki-laki
Perempuan
4
Data siswa pada tahun 2014 di SLB Putra Idhata Desa Glonggong,
Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun adalah 32 orang diantaranya 18laki-
laki dan 13 perempuan. Pada Tahun 2015 jumlah siswa retardasi mental
adalah 33 orang diantaranya 18 laki-laki dan 12perempuan. Tahun 2016
jumlah siswa retardasi mental ada 15 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan
7 perempuan. Pada tahun 2017 jumlah siswa retardasi mental di SLB
tersebut meningkat menjadi 47 orang siswa yang terdiri dari 25laki-laki dan
22 perempuan.
Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti kepada 7
anak pada tanggal 12 Desember 2017 di SLB Putra Idhata Dolopo
didapatkan bahwa 1 anak yang tidak bisa melakukan toilet training dan
tidak dapat mengontrol BAB dan BAK secara mandiri, 5 anak melakukan
toilet training dengan cara dibantu oleh keluarga dan 1 anak dapat
melakukan toilet training tetapi saat membersihkan buang air mereka
kurang bersih dalam melakukannya.
Perlu diketahui, bahwasannya kemampuan anak dalam kegiatan yang
berhubungan dengan toilet bukanlah sebuah warisan, melainkan sesuatu
yang harusdipelajari dan diajarkan. Untuk mengajarkan keterampilan toilet
trainingtersebut,dibutuhkan sebuah teknik atau cara yang tepat sehingga
mudah dimengerti oleh anak. Salah satu teknik tersebut adalah teknik
modelling. Teknik modelling adalah suatu perilaku atau tingkah laku yang
dibentuk melalui model dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Teknik modelling lebih memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan,
5
dimana perilaku atau tingkah laku seseorang atau beberapa orang model
berperan sebagai perangsang terhadap fikiran, sikap, atau perilaku subjek
pengamat tindakan untuk ditiru.Teknik modelling adalah untuk
mempermudah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh anak sehingga anak dapat terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran.
Retardasi mental dinyatakan sebagai masalah yang pelik, terutama
kurang dapat berkomunikasi sesuai dengan usianya. Seseorang yang
mengalami retardasi mental tidak berkemampuan untuk mengerti situasi
yang serius dan tidak dapat berperilaku sesuai dengan situasi hukum yang
berlaku. Seseorang yang mengalami retardasi mental dalam hal
berkomunikasi mengalami kesulitan karena perpendaharaan kata kata yang
terbatas. Mereka mengalami kesulitan dalam kemampuan mambaca dan
menulis. Selain itu, mereka juga mengalami kesulitan bertingkah laku sesuai
dengan usianya, dan mereka lebih memilih anak-anak yang usianya lebih
rendah dari dirinya sebagai teman (Ekasari, 2010). Orang yang mengalami
keterlambatan mental akan mengalami kesulitan dalam hal beradaptasi,
keluarga hendaknya sering mengajak komunikasi dan bergaul dan
dibimbing tentang bagaimana cara memulai interaksi dengan orang lain.
Salah satu cara untuk membentuk proses adaptasi yang baik adalah dengan
cara berkomunikasi sehingga dengan berkomunikasi itu pada penderita
retardasi mental dapat memulai dirinya beradaptasi (Solikhin, 2009). Faktor
psikososial, citra diri yang negatif dan harga diri yang buruk setelah ciri
6
yang sering ditemukan pada individu retardasi mental ringan dan sedang
yang merasa berbeda dari orang lain. Mereka mengalami kegagalan dan
kekecewaan berulang karena tidak memenuhi harapan orang tuanya dan
masyarakat secara progresif tertinggal di belakang temang sebayanya dan
bahkan oleh sanak saudaranya yang lebih kecil. Kesulitan komunikasi
semakin meningkatkan kerentanan mereka terhadap kecanggungan dan
ilustrasi. Perilaku yang tidak sesuai, seperti menarik diri adalah yang sering
terjadi. Perasaan isolasi dan ketidakberdayaan yang terus menerus telah
berhubungan dengan perasaan kecemasan, disforia, dan depresi.
Untuk mengurangi dampak-dampak yang ditimbulkan anak retardasi
mental salah satunya adalah memberikan promosi kesehatan melalui media
video. Dari latar belakang yang terpapar diatas peneliti tertarik untuk
meneliti masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Modelling Media Video
Terhadap Peningkatan Kemampuan Toilet Training Pada Anak Retardasi
Mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan pertanyaan
masalah penelitian “Apakah ada pengaruh modelling media video terhadap
peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi mental di SLB
Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun?”
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh modelling media video terhadap peningkatan
kemampuan toilet training pada anak retardasi mental di SLB Putra Idhata
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental sebelum dan sesudah diberikan modelling media video pada
kelompok kontrol.
2. Mengidentifikasi tingkat kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental sebelum dan sesudah diberikan modelling media video pada
kelompok perlakuan.
3. Menganalisis pengaruh modelling media video terhadap peningkatan
kemampuan toilet training pada anak retardasi mental.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkuat dan mengembangkan
khasanah ilmu tentang anak retardasi mental terutama mengenai
kemandirian pada anak khususnya toilet training.
8
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi
Sebagai referensi atau bahan tambahan ilmu baru tentang
kemampuan toilet training melalui modelling media video pada anak
retardasi mental.
2. Bagi SLB Putra Idhata
Diharapkan dengan hasil penelitian ini semua karyawan terutama
guru mampu meningkatkan dalam pengajarannya dalam memandirikan
anak khususnya tentang toilet training serta mampu menginformasikan
kepada pihak orang tua untuk lebih meningkatkan perannya masing-
masing dalam mendidik anak dalam mengembangkan perkembangan
sosial pada anak retardasi mental.
3. Bagi yang diteliti
Dengan adanya pendidikan kesehatan tentang kemandirian anak
khususnya tentang toilet training dengan menggunakan modelling media
video diharapkan anak retardasi mental yang berada di SLB Putra Idhata
Dolopo mampu secara mandiri dalam pemenuhan toilet training untuk
kehidupan sehari-hari.
4. Bagi peneliti yang selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutkan lebih mengembangkan secara
detail permasalahan yang ada pada anak retardasi mental untuk
menunjang informasi.
9
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul
Penelitian Variabel Jenis Penelitian Hasil Perbedaan
1 Pengaruh
Modelling
Media Video
Terhadap
Peningkatan
Kemampuan
Toilet Training
Pada Anak
Retardasi
Mental Usia 5-7
Tahun di SLB N
Semarang
1. Modelling
media video
2. Kemampuan
Toilet
Training
Metode
penelitian ini
menggunakan
one group pre
and postest
Menggunakan
teknik purposive
sampling
Berdasarkan uji
normalitas yang
dilakukan oleh peneliti,
didapatkan hasil nilai
pretest sebesar 0,00 dan
nilai postest sebesar
0,00 maka dapat
disimpulkan jenis data
berdistribusi tidak
normal . Untuk melihat
perbedaan tingkat
kemampuan toilet
training sebelum dan
sesudah pemberian
intervensi modeling
media video pada anak
retardasi mental d SLB
N Semarang di uji
dengan wilcoxon. Uji
wilcoxon dilakukan
karena data setelah
diuji normalitas
ternyata data
berdistribusi tidak
normal. Berdasarkan
<0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima.
Sehingga dapat
disimpulkan hasil ada
pengaruh modelling
media video terhadap
peningkatan toilet
training pada anak
retardasi mental usia 5-
7 tahun di SLB N
Semarang.
PEMBAHASAN
Retardasi mental
adalah
ketidakmampuan anak
yang ditandai dengan
keterbatasan sebelum
anak berusia 18 tahun.
Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan
bahwa jenis kelamin
perempuan sebanyak
16 responden (53.3 %)
dan laki-laki sebanyak
Teknik
pengambilan
sampling
dengan total
sampling
10
No Judul
Penelitian Variabel Jenis Penelitian Hasil Perbedaan
14 responden (46.7%).
Artinya dalam
penelitian yang
dilakukan oleh peneliti,
didapatkan data bahwa
sebagian besar
responden berjenis
kelamin perempuan.
Hal ini juga tidak
sesuai dengan
penelitian yang
dilakukan oleh
Elisabeth (2008)
dengan judul „
Hubungan Antara Pola
Asuh Orang Tua
dengan Status Personal
Hygiene Anak
Retardasi Mental
Ringan dan Sedang di
SLB N II Yogyakarta‟
yaitu didapatkan data
jumlah responden
paling banyak berjenis
kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 33 responden
(70.2%) sedangkan
responden perempuan
hanya berjumlah 14
responden (29.8%).
Gangguan yang dialami
oleh penyandang
retardasi mental
diantaranya adalah
tentang ketrampilan
merawat diri, oleh
karena itu mereka
sangat memerlukan
pembelajaran
perawatan diri, salah
satunya toilet training.
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti
didapatkan hasil bahwa
kemampuan anak
retardasi mental dalam
bertoilet training
sebelum dilakukan
intervensi pemberian
modelling media video
didapatkan hasil nilai
minimum 0, maximum
6, mean 3.50 dan
11
No Judul
Penelitian Variabel Jenis Penelitian Hasil Perbedaan
standar deviasi 1.253.
Data yang diperoleh
sebanyak 15 responden
(50%) berada dalam
kategori mampu, dan
15 responden (50%)
berada dalam kategori
tidak mampu.
2 Hubungan
Tingkat
Pengetahuan
Dengan Pola
Pembiasaan
Toilet Training
Pada Anak
Disabilitas
Intelektual Di
Sekolah Luar
Biasa
1. Tingkat
Pengetahuan
2. Pembiasaan
Toilet
Training
Jenis penelitian
adalah
kuantitatif
noneksperimen,
desain
penelitian
analitik korelasi,
dan pendekatan
cross sectional.
Pengambilan
sampel dengan
consecutive
sampling.
Hasil analisis akhir
didapatkan bahwa
variabel pola asuh
memiliki pengaruh
paling dominan.
Seperti dikemukakan
bahwa pemahaman
orang tua dalam
menerapkan pola asuh
juga mempunyai
hubungan khususnya
dengan kemampuan
toilet training pada
anak (Effendi, et al.,
2013). Pengetahuan
tentang toilet training
sangat penting untuk
dimiliki oleh seorang
ibu. Hal ini akan
berpengaruh pada
penerapan toilet
training pada anak. Ibu
yang mempunyai
pengetahuan yang baik
akan mempunyai
pemahaman yang baik
tentang manfaat dan
dampak toilet training.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi
kemandirian anak yaitu
pengetahuan dan
pola asuh orang tua.
Santrock (2009)
mengatakan bahwa
pola asuh orang tua
yang demokratis
mendorong anak lebih
mandiri, namun orang
tua harus dapat
memegang kendali
anak. Orang tua
merupakan paling
dekat dengan anak.
Pola asuh orang tua
Metode
penelitian
menggunaka
n quasy
eksperimen
dengan two
group pre
test dan post
test. Teknik
samplingtota
l sampling.
12
No Judul
Penelitian Variabel Jenis Penelitian Hasil Perbedaan
merupakan interaksi
antara orang tua
dengan anaknya selama
pengasuhan, orang tua
mempunyai berbagai
macam fungsi yang
salah satunya adalah
mengasuh putra-
putrinya. Dalam
mengasuh anaknya
orang tua memiliki
berbagai metode.
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Toilet Training
2.1.1 Pengertian Toilet Training
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan definisi toilet
training adalah sebuah usaha pembiasan mengontrol buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) secara benar dan teratur. Latihan ini
termasuk dalam perkembangan psikomotrik, karena latihan ini
membutuhkan kematangan otot-otot pada daerah pembuangan kotoran
(anus dan saluran kemih). Toilet training merupakan latihan moral yang
pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan
moral anak selanjutnya (Priyoto, 2015).
Toilet training pada anak dengan usia yang tidak tepat dapat
menimbulkan beberapa masalah yang dialami anak yaitu seperti sembelit,
menolak toileting, disfungsi berkemih, infeksi saluran kemih, dan enuresis
(Hooman et al, 2013).
Toilet training merupakan suatu keterampilan fisik dan motorik yang
harus dicapai oleh anak. Kemampuan untuk buang air sangat bergantung
pada kematangan otot dan motivasi yang dimiliki. Ketika bayi baru lahir
belum mampu mengendalikan buang airnya, sehingga buang air dilakukan
setiap saat. Pada usia 4 bulan, interval buang airnya sudah dapat
14
diramalkan. Pengendalian buang air besar rata-rata dilakukan pada usia 6
bulan dan kebiasaan pengendalian buang air besar baru terbentuk pada
akhir masa bayi. Sedangkan pengendalian buang air kecil dimulai usia 15
hingga 16 bulan, namun sampai akhir masa bayi pengendalian buang air
kecil ini belum sempurna (Ambarwati, 2012).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwatoilet training
adalah usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) yang harus dicapai oleh anak agar
terhindar dari masalah yang dialami anak yaitu seperti sembelit, menolak
toileting, disfungsi berkemih, infeksi saluran kemih dan enuresis.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toilet Training
Menurut Hidayat (2008) faktor yang mempengaruhi keberhasilan
program toilet training sebagai berikut :
1. Motivasi orang tua
Orang tua akan mudah menerima dan mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu. Dengan motivasi yang baik untuk
melakukan stimulasi toilet training, maka keberhasilan toilet training
akan terwujud. Motivasi orang tua sendiri dipengaruhi oleh faktor
instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan dorongan
yang berasal dari dalam diri seseorang yang berupa pengetahuan,
sikap, keadaan mental, dan kematangan usia sedangkan faktor
15
ekstrinsik yaitu berupa sarana, prasarana, dan lingkungan (Subagyo
dkk, 2010).
2. Kesiapan anak
Menurut Ningsih (2012) kesiapan anak sendiri yaitu kesiapan fisik,
psikologis dan intelektual :
a. Kesiapan anak secara fisik
Indikator anak dalam kesiapan fisik adalah anak mampu duduk
atau berdiri. Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak
yang akan melakukan buang air kecil dan buang air besar dapat
meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk,
meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas
celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mendapat perhatian
karena kemampuan untuk buang air ini lancar dan tidaknya dapat
dilihat dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk
buang air besar dan buang air kecil sudah mampu dan siap untuk
melakukannya. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air
besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur.
b. Kesiapan anak secara psikologis
Indikator kesiapan psikologis adalah adanya rasa nyaman sehingga
anak mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang BAB
dan BAK. Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah
gambaran psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air
besar dan buang air kecil seperti anak tidak rewel ketika akan
16
buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air besar atau
buang air kecil, ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin
melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah mau ke toilet
selama 5 sampai 10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya,
adanya keingintahuan kebiasaan toilet trainingpada orang dewasa
atau saudaranya, adanya ekspresi untuk menyenangkan pada orang
tuanya.
c. Kesiapan anak secara intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air besar dan buang air
kecil antara lain kemampuan anak untuk mengerti buang air besar
dan buang air kecil, kemampuan mengkomunikasikan buang air
besar dan buang air kecil, anak menyadari timbulnya buang air
besar dan buang air kecil, mempunyai kemampuan kognitif untuk
meniru perilaku yang tepat seperti buang air besar dan buang air
kecil pada tempatnya serta etika dalam buang air besar dan buang
air kecil.
2.1.3 Proses Toilet Training Pada Anak
1. Membuat jadwal untuk anak
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu
dengan tepat kapan anaknya biasa buang air besar (BAB) atau buang
air kecil (BAK). Orang tua bisa memilih waktu selama 4 kali dalam
sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore dan malam bila orang
17
tua tidak mengetahui jadwal yang pasti BAK (buang air kecil) atau
BAB (buang air besar) anak (Priyoto, 2015).
2. Teknik Lisan
Melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak dengan
kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar dan buang air kecil,
cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada
orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini
mempunyai nilai cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk
buang air kecil dan buang air besar dimana dengan lisan ini persiapan
psikologis anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu
dengan baik melaksanakan buang air kecil dan buang air besar
(Priyoto, 2015).
3. Teknik Modelling
Melatih anak dengan cara meniru untuk buang air besar atau
memberikan contoh-contoh buang air kecil dan buang air besar atau
membiasakan buang air air kecil dan buang air besar dengan benar.
Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan
salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga
mempunyai kebiasaan yang salah. Selain cara tersebut di atas terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan seperti melakukan observasi pada
saat anak merasakan buang air besar dan kecil, tempatkan anak di atas
pispot atau ajak ke kamar mandi, berikan pispot dalam posisi aman
dan nyaman, ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air besar
18
dan buang air kecil, berikan pujian jika anak berhasil jangan
disalahkan dan dimarahi, biasakan anak pergi ke toilet pada jam-jam
tertentu dan beri anak celana yang mudah dilepas dan dikembalikan
(Priyoto, 2015).
4. Teknik pemilihan tempat duduk
a. Tempat duduk berlubang (potty chair) untuk eliminasi yang tidak
ditopang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman
(Wong, 2008).
b. Tempat duduk portable yang diletakkan diatas toilet biasa yang
memudahkan transisi dari kursi berlubang untuk eliminasi ke toilet
biasa dan menempatkan bangku panjang yang kecil di bawah kaki
untuk menstabilkan posisi anak (Wong, 2008).
c. Menempatkan kursi berlubang untuk eliminasi di kamar mandi dan
membiarkan anak mengamati ekskresinya ketika dibilas ke dalam
toilet untuk menghubungkan aktivitas ini dengan praktik yang
biasanya (Wong, 2008).
2.1.4 Tahapan dalam Toilet Training
Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa tahapan
seperti membiasakan menggunakan toilet pada anak buang air dengan
membiasakan anak masuk ke dalam WC anak akan lebih cepat adaptasi.
Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan pakaian
lengkap dan jelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan rutin kepada
anak ketika anak terlihat ingin buang air (Priyoto, 2010).
19
Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari
terutama 20 menit setelah bangun tidur dan sesuai makan, ini bertujuan
agar anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali
enkopresis (mengompol) dalam masa toilet training itu merupakan hal
yang normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang
tua dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum
dapat melakukan dengan baik (Priyoto, 2010).
Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat
kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri :
1. Melihat kesiapan anak
Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan
waktu yang tepat bagi orang tua untuk melatih toilet training.
Sebenarnya tidak ada patokan umur anak yang tepat dan baku untuk
toilet training karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal
fisik dan biologisnya. Orang tua harus mengetahui kapan waktu yang
tepat bagi anak untuk dilatih buang air dengan benar. Para ahli
menganjurkan untuk melihat beberapa tanda kesiapan anak itu sendiri,
anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum menjalani toilet
training. Bukan orang tua yang menentukan kapan anak harus
memulai proses toilet training akan tetapi anak harus memperlihatkan
tanda kesiapan toilet training, hal ini untuk mencegah terjadinya
beberapa hal yang tidak diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua
atau anak trauma melihat toilet (Priyoto, 2010).
20
2. Persiapan dan perencanaan
Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan. Hal
ini yang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut gunakan istilah
yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku buang
air besar (BAB)/ buang air kecil (BAK) misalnya poopoo untuk buang
air besar (BAB) dan peepee untuk buang air kecil (BAK). Orang tua
dapat memperlihatkan penggunaan toilet pada anak sebab pada usia
ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua. Orang tua hendaknya
segera mungkin mengganti clana anak bila basah karena enkopresis
(mengompol) atau terkena kotoran, sehingga anak akan merasa risih
bila memakai celana yang basah dan kotor. Meminta pada anak untuk
memberitahukan atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila ia ingin
buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak
mampu mengendalikan dorongan buang air maka jangan lupa berikan
pujian pada anak (Priyoto, 2015).
2.1.5 Keuntungan Toilet Training
Ada beberapa keuntungan toilet training (Hidayat, 2011) :
1. Mengajarkan anak disiplin dan hidup bersih.
2. Memacu kreatifitas dan insiatif berfikir anak.
3. Bisa memacu kemandirian anak.
4. Menghindari perilaku malas pada anak sejak dini.
21
2.1.6 Dampak Latihan Toilet Training
Hidayat (2011), menyatakan anak akan mengalami masalah apabila
bimbingan dan stimulasi dari orang tua tidak optimal, biasanya akan
mengakibatkan :
1. Rasa iri hati, perasaan ini timbul bila seorang merasa takut akan
kehilangan sesuatu dan anak akan mencoba menarik perhatian orang
tua.
2. Bila terlalu dini anak akan menjadi takut pada orang tua dan selalu
berusaha agar tidak dimarahi dengan menjadi sangat bersih, sangat
rapi dan penurut atau sebaliknya anak menjadi jorok, keras kepala dan
tidak dapat dipercaya dan bila terlambat melatih anak akan
mengompol.
3. Kegagalan tugas perkembangan toilet training menyisakan konflik
yang menimbulkan kepribadian anal-retentif yaitu bersifat obsesif,
berpandangan sempit, introvet dan juga pelit atau menyisakan konflik
yang menimbulkan keribadian anal-ekehulsif yaitu sifat yang
ekstrovet, impulsif, tidak rapi dan kurang pengendalian diri.
2.1.7 Keberhasilan Toilet Training
Keberhasilan menguasai tugas-tugas perkembangan (mulai belajar
mengontrol buang air besar dan buang air kecil) pada pra sekolah
memerlukan bimbingan dari orang tua. Keberhasilan toilet training dapat
dicapai apabila anak mampu mengenali keinginan untuk buang air besar
22
dan buang air kecil, kemampuan fisik anak untuk mengontrol spinkter
anak dan uretral akan dicapai pada usia anak 18-24 bulan (Wong,2008).
Toilet training dikatakan berhasil dikarenakan anak mau memberitahu
bila merasa buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB), anak
mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar, anak
mampu menahan buang air kecil atau buang air besar, anak mampu
membersihkan atau cebok dengan sendiri, anak tidak pernah ngompol atau
buang air besar di celana. Sedangkan toilet training dikatakan terlambat
apabila anak terlambat memberitahu bila merasa membuang air kecil atau
buang air besar, anak terlambat mengatakan pada ibu bila buang air kecil
atau buang air besar, anak mengompol terus atau buang air besar di celana
(Wong, 2008).
2.2 Konsep Teknik Modelling
2.2.1 Pengertian Teknik Modelling
Teknik modelling adalah teknik yang bertujuan untuk mempelajari
perilaku baru dengan mengamati model dan mempelajari keterampilannya
(Hutomono, 2011). Teknik modeling juga diperuntukkan bagi konseli yang
telah memiliki pengetahuan tentang penampilan perilaku tetapi belum
dapat menampilkannya. Proses terapeutik dalam bentuk modeling akan
membantu atau memengaruhi serta memperkuat perilaku yang lemah atau
memperkuat perilaku yang siap dipelajari dan memperlancar respon.
Berdasarkan keuntungan menggunakan teknik modeling tersebut, teknik
modeling simbolis sebagai salah satu dari bentuk teknik modeling
23
diasumsikan sesuai digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial
siswa.
Modelling merupakan istilah umum yang menunjukkan terjadinya
proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan terjadi
karena peniruan. Menurut Bandura (Abimanyu & Manrihu 2009)
memberikan sedikit pernyataan berbeda mengenai modelling bahwa
Pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru,
lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena
sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan
menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Teknik modelling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang
dilakukan orang model (orang lain), tetapi modelling melibatkan
penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif
(Alwisol, 2009).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
modelling adalah teknik yang bertujuan untuk mempelajari perilaku baru
dengan mengamati model dan mempelajari keterampilannya yang
melibatkan proses-proses kognitifmelibatkan penambahan dan atau
pengurangan tingkah laku yang teramati dan menggenalisir berbagai
pengamatan sekaligus.
24
2.2.2 Tujuan Teknik Modelling
Menurut Fauzan (2009) teknik modeling yang digunakan konselor
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.
2. Agar klien bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang
dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
3. Membantu klien untuk merespon hal- hal yang baru.
4. Melaksanakan tekun respon- respon yang semula terhambat/
terhalang.
5. Mengurangi respon- respon yang tidak layak.
2.2.3 Macam-macam Teknik Modelling
Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009) menyatakan bahwa jenis-
jenis modelling ada empat yaitu :
1. Modelling tingkah laku baru
Melalui taknik modeling ini orang dapat memperoleh tingkah laku
baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemmapuan kognitif. Stimulasi
tinngkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan
symbol verbal yang dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan
kognitif simbolik ini membuat orang mentransformasi apa yang
didapat menjadi tingkah laku baru.
2. Modelling mengubah tingkah laku lama
Dua macam dampak modeling terhadap tingkah laku lama. Pertama
tingkah laku model yang diterima secara social memperkuat respon
25
yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima
secara social dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku yang
tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan
cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respon tingkah
laku akan melemah.
3. Modelling simbolik
Modelling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model film
atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat
mempengaruhi pengamatnya.
4. Modelling kondisioning
Modelling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.
Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang
mendapat penuatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam
diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya
saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai
hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang
diamati.
2.2.4 Jenis-jenis Modelling
Menurut Corey (dalam Singgih D. Gunarsa, 2012) jenis modelling
menjadi tiga, yaitu:
1. Live models (penokohan yang nyata)
Penokohan langsung kepada orang yang dikagumi sebagai model
untuk diamati. Model sesungguhnya adalah orang yaitu konselor,
26
guru, teman sebaya, anggota keluarga, atau tokoh lain yang dikagumi.
Disini koselor bisa menjadi model langsung dengan
mendemonstrasikan tingkah laku yang dikehendaki dan mengatur
kondisi optimal bagi konseli untuk menirunya.
2. Models (media video)
Model yang dimaksud adalah model simbolis yaitu salah satunya
melalui media video. Sehingga, tokoh dan perilaku-perilaku tertentu
bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku dari
model-model yang ada dan salah satunya adalah melalui media video.
Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual)
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi
pelajaran. Media video adalah untuk menyajikan informasi dalam
bentuk yang menyenangkan, menarik mudah dimengerti dan jelas.
Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera,
terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi itu.
Selain itu video juga lebih menarik perhatian karena di dalam video
terdapat gambar-gambar dan contoh hal atau pelajaran yang akan
dipelajari tanpa orang harus membayangkan bagaimana gambaran dan
ilustrasinya. Pesan yang disampaikan melalui media video dapat
mempengaruhi emosi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil cepat
yang tidak dimiliki oleh media lain. Dengan demikian orang akan
dengan cepat mengangkap dan mengingat ilmu yang telah disajikan
melalui media video.
27
3. Multiple model (penokohan ganda)
Penokohan ganda yang terjadi dalam kelompok dimana seseorang
anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan dipelajari suatu
sikap baru setelah mengamati bagaimana anggota-anggota lain dalam
kelompok bersikap. Ini adalah salah satu dari efek yang diperoleh
secara tidak langsung pada seseorang yang mengikuti terapi
kelompok.
2.2.5 Fungsi dari Teknik Modelling
Jones (2011) juga mengemukakan beberapa fungsi dari teknik
modelling yaitu:
1. Menghambat dan menghilangakan atau mengurangi hambatan
perilaku yang sudah ada dalam repertoar.
2. Sebagai fasilitasi respons, perilaku yang dijadaikan model dapat
berfungsi sebagai pengingat atau isyarat bagi orang untuk melakukan
perilaku yang sudah ada.
3. Membangkitkan rangsangan emosional. Orang dapat mempersepsi
dan berperilaku beerbeda dalam keadaan kerenagsangan yang
meningkat.
4. Symbolic modelling membentuk gambaran orang tentang realitas
sosial diri dengan cara itu ia memotret berbagai hubungan manusia
dan kegiatan yang mereka ikuti.
28
2.2.6 Tahap-tahap Teknik Modelling
Bandura (dalam Syamsu Yusuf, 2009) meyakini bahwa modelling
melibatkan empat proses, yaitu sebgai berikut:
1. Attentional yaitu proses dimana observer/individu menaruh perhatian
terhadap perilaku atau penampilan model. Dalam hal ini sesorang
cenderung memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif, dan
populer. Lebih jauh lagi Jones (2011) menyebutkan variabel dari
attention adalah, karakteristik stimuli modelling (mencakup,
ketersediaan, kekhasan, atraktivitas personal, nilai fungsional) dan
karakteristik pengamat (mencakup, kapasitas sensorik, tingkat
rangsang, kebiasaan perseptual dan reinforcement sebelumnya).
2. Retention, yaitu proses yang merujuk pada upaya individu untuk
memasukkan infomasi tentang model. Baik kemandirian belajar
rendah maka selanjutnya mendata apa faktor penyebab masalah
tersebut.
3. Tahap prognosi adalah suatu proses dan prosedur untuk menyiapkan
rencana-rencana untuk melatih siswa atau konseli dalam sebuah upaya
yang dilakukan dalam proses konseling misalnya dengan memberikan
nasehat cara-cara peningkatkan
4. Tahap pelaksanaan (treatment) yang bertujuan untuk membantu siswa
yang memiliki kemandirian belajar yang rendah agar dapat
meningkatkan kemandirian belajar
29
5. Tahap pengamatan/evaluasi (Follow Up) melakukan tahap penilaian
indikator yang tercantum dalam prognosa yang telah ditentukan.
Melalui kegiatan evaluasi atau atau follow up dapat diketahui seberapa
jauh perkembanagan kemandirian belajar siswa setelah di berikan
permodelan nyata dan sejauh mana proses yang terjadi dapat menuju
sasaran yang diharapkan.
6. Tahap refleksi adalah suatu proses pemikiran dan perenungan kembali
pada tahap-tahap sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut kemudian
ditindaklanjuti untuk menentukan rancangan tindakan berikutnya.
2.3 Konsep Media Video
2.3.1 Pengertian Media Video
Media video merupakan salah satu media audio visual. Azhar Arsyad
(2014) menyatakan bahwa video dapat menggambarkan suatu objek yang
bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Media video pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap.
Cecep Kustandi (2013) mengungkapkan bahwa video adalah alat yang
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-
konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperlambat waktu dan mempengaruhi sikap.
30
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media
video pembelajaran adalah media audio visual yang dapat menampilkan
gambar yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara
yang sesuai yang menyajikan informasi memaparkan proses, menjelaskan
konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperlambat waktu dan mempengaruhi sikap untuk membantu
pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Video
Oleh sebab itu, dalam memilih media pembelajaran yang tepat
menurut Erickson (Hidayat, 2011) dapat kita rumuskan dalam satu kata
ACTION, yaitu akronim dari: access, cost, technology, interactivity,
organization dan noveltya.
1. Acces, media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat
dimanfaatkan siswa
2. Cost, media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat
dijangkau.
3. Technology, media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia
dan mudah menggunakannya.
4. Interactivity, media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi
dua arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik
secara fisik, intelektual dan mental.
31
5. Organization, dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara
organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit
organisasi seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
6. Novelty, media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga
memiliki daya tarik bagi siswa yang belajar.
2.3.3 Karakteristik Media Video
Daryanto (2013) menambahkan bahwa karakteristik media video
sebagai media pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan, yaitu dengan cara mengatur jarak antara layar untuk
tampilan dengan alat pemutar kaset.
2. Video dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa disamping suara
yang menyertainya.
3. Video membantu anda menyampaikan materi yang memerlukan
visualisasi yang mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik
tertentu.
4. Video dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan
kecepatan dapat disesuaikan untuk mendemonstrasikan perubahan.
5. Video dapat digunakan baik untuk proses pembelajaran tatap muka
maupun jarak jauh tanpa kehadiran guru.
Berdasarkan uraian yang telah diutarakan oleh beberapa ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan media video sebagai media
pembelajaran, maka harus diketahui karakteristik video yang dapat
32
mendukung digunakannya sebagai media pembelajaran. Karakteristik
media video sebagai media pembelajaran diantaranya yaitu dapat
menampilkan gambar dengan ukuran yang fleksibel, gambar dapat
dimanipulasi dan dikombinasikan dengan suara, gerakan animasi dan teks
kecepatannya dapat disesuaikan sehingga mendukung pemahaman siswa
dalam mempelajari materi. Selain itu sasaran penggunaan video yang
fleksibel yaitu dapat digunakan secara individual maupun berkelompok
sehingga memudahkan siswa belajar meskipun dalam situasi kelas yang
berbeda.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Video
Media video sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Arief S. Sadiman dkk. (2012) menyatakan bahwa
media video sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan media video antara lain yaitu:
1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dari
rangsangan luar lainnya.
2. Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada
penyajian dan siswanya.
3. Dapat menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
4. Keras lemahnya suara dapat diatur.
5. Gambar proyeksi dapat di-beku-kan untuk diamati.
6. Objek yang sedang bergerak dapat dapat diamati lebih dekat.
33
Sementara kekurangan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
penggunaan media video dalam proses belajar mengajar adalah:
1. Komunikasi bersifat satu arah dan perlu diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain.
2. Kurang mampu menampilkan detail objek yang disajikan secara
sempurna.
3. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
Menurut Azhar Arsyad (2014) mengungkapkan bahwa terdapat
keuntungan dan keterbatasan video sebagai media pembelajaran.
Keuntungan media pembelajaran video adalah sebagai berikut:
1. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disajikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
2. Disamping dapat mendorong dan meningkatkan motivasi, video dapat
menanamkan sikap dan segi-segi afektif.
3. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok heterogen maupun perorangan.
Sementara keterbatasan media video sebagai media pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan video pada umumnya memerlukan biaya yang mahal dan
waktu yang banyak.
2. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajaryang diinginkan; kecuali video dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
34
Berdasarkan teori yang telah disampaikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pengembangan media video ini tidak terlepas
dari kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya. Kelebihan media video
sebagai media pembelajaran adalah mampu menampilkan gambar yang
bergerak secara berulang-ulang maupun dihentikan pada bagian tertentu
sehingga memudahkan mengulang materi yang belum dipahami, praktis
dan efisien waktu, mampu menarik perhatian siswa dengan tampilannya
yang menarik, serta dapat digunakan secara individu maupun dalam
kelompok. Sementara kekurangan media video ini sebagai media
pembelajaran adalah komunikasi akan cenderung bersifat satu arah
sehingga guru harus kreatif dalam memberikan umpan balik, media video
pembelajaran keterampilan menyulam yang secara khusus untuk siswa
tunagrahita belum tersedia sehingga media harus diproduksi sendiri.
Sementara itu dalam proses produksinya sangat kompleks sehingga
membutuhkan peralatan yang lengkap, mahal, dan membutuhkan waktu
dan tenaga yang tidak sedikit.
2.3.5 Manfaat Penggunaan Media Video
Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012), antara lain:
1. Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik.
2. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak
mungkin bisa dilihat.
3. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu.
35
4. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu
keadaan tertentu.
5. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya
yang dapat memicu diskusi peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas, keberadaan media video sangat tidak
disangsikan lagi di dalam kelas. Dengan video siswa dapat menyaksikan
suatu peristiwa yang tidak bisa disaksikan secara langsung, berbahaya,
maupun peristiwa lampauyang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas.
Siswa pun dapat memutar kembali video tersebut sesuai kebutuhan dan
keperluan mereka. Pembelajaran dengan media video menumbuhkan minat
serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran.
2.4 Konsep Retardasi Mental
2.4.1 Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi
dan merupakan suatu kondisi yang di tandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang di anggap
normal (Prabowo, 2014).
Retardasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak
dibandingkan anak lain seusianya. Retardasi mental merupakan 50%
diantara penyebab keterlambatan bicara. Anak yang mengalami retardasi
mental menunjukkan urutan tahapan perkembangan yang teratur, tetapi
terlambat yang meliputi keterlambatan bicara reseptif, ekspretif dan
36
disertai keterlambatan visio-motor, kemampuan penafsiran sesuatu yang
didengar serta gangguan penggunaan mimik (Maulana, 2010).
Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan
berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif),
yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun (Aden, 2010).
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa retardasi
mental adalah suatu keadaan atau kondisi yang mulai timbul sebelum usia
18 tahun yang ditandai dengan intelegensi yang rendah atau kecerdasan
umum yang berada di bawah rata-rata yang disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif).
2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Retardasi Mental
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1
(Maramis, 2005) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai
berikut:
1. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada
perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan
terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada
akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena
masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dan lain-lain ke dalam tubuah
ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi,
karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
37
2. Terjadinya rudapaksa dan/ atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi,
alat kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan
kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran
(perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul
pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan
oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel
korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
3. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolisme karbohidrat dan
protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam
kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama
sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan
otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu
dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum
anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri
dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat
sukar untuk ditingkatkan.
4. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi
sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst.
38
Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan
penderita mengalamai keterbelakangan mental.
5. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi
tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan
defek kongenital yang tak diketahui sebabnya.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma
down yang dulu sering disebut mongoloid.
7. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan
kurang dari 38 minggu.
8. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang
berat pada masa kanak-kanak.
9. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya
kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat
menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
39
2.4.3 Penyebab Retardasi Mental
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi (Prabowo, 2014) :
1. Retardasi Mental Primer
Akibat kelainan kromosom, dimana kelainan kromosom terdapat
dalam jumlahnya atau bentuknya :
a. Kelaianan dalam jumlah kromosom
Sindroma down/ long down atau mongolisme (trisoma otosomal
dan trisomi kromosa 21 pada kromosoma seks).
b. Kelainan dalam bentuk kromosom
“Chi du chat “ tidak terdapat cabang pendek pada kromosom 5 dan
18.
2. Retardasi Mental Sekunder
a. Akibat infeksi dan intoxikasi
Dalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena
kerusakan jaringan.
b. Akibat rudapaksa dan/ atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain,seperti sinar-X,
bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa
kepala sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi
mental.Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa I
(PPDGJ I) menyebutkan :
1) Ensefalopatia karena kerusakan prenatal
40
2) Ensefalopatia karena keruskan pada waktu lahir
3) Ensefalopatia karena keruskan postnatal
c. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung di sebabkan oleh gangguan
metabolisme (umpamanya gangguan metabolisme lipida,
karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau termasuk dalam
kelompok ini.
d. Akibat penyakit otak nyata (postnatal)
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma
(tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena oda paksa/
keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak nyata, tetapi yang
belom di ketahui betul etiologinya (diduga herediter atau familiar).
Reaksi sel-sel otak (structural) ini dapat bersifat degeneratif,
infiltratif, radang rolifirasit, sklerotif atau reparative.
e. Akibat penyakit/pengaruh prenatal yang tidak jelas keeadan
diketahui sejak dari lahir, tapi tidak di ketahui etiologinya,
termasuk amomali cranial primer dan efek kogniteal yang tidak di
ketahui sebabnya. Misalnya : Anensefali dan heinsefali, kelainan
pembentukan gizi, porensefali congenital, Kraneostenosa,
Hidrosifalus congenital, Hipertelirisme, Makro sefali
(megalensefali), Mikrosefali primer, Sindroma lurence-moon-
biebdl.
41
f. Akibat premeturitas
Dalam kasus ini termasuk retardasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi yang waktu lahir berar badannya kurang dari
2500 gram dan atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu
serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam subkategori
selain ini.
g. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental mungkin juga akibatnya suatu gangguan jiwa
yang berat pada masa anak-anak. Untuk membuat diagnosa ini
harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak
terdapat patologi otak. Penderita skizofrenia residnal dengan
deteriorasi mental tidak termasuk dalam kelompok ini.
h. Akibat deprevasi psikososial
Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor-faktor bio medik
ataupun sosio budaya (yang berhubungan dengan deprevasi
psikososial dan penyusunan diri) untuk membuat diagnosa ini
terdapat riwayat deprivasi psikososial dan tidak terdapat tanda-
tanda patologi susuan saraf pusat. Keadaan yang mengakibatkan
retardasi mental ini mungkin ruptural-familial atau dan depreviasi
lingkungan sosial. Adanya disfungsi otak merupakan dari retardasi
mental terhadap beberapa faktor yang potensial berperan dalam
terjadinya retardasi mental (Prabowo, 2014), yaitu:
42
1) Non Organik
a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b) Faktor sosiokultural
c) Interaksi anak pengasuh yang tidak baik
d) Penelantaran anak
2) Organik
a) Faktor Prakonsepsi
(1) Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit
metabolik, kelainan neonataneous, dll).
(2) Kelaina kromosom (X-linked), translokasi, fragile-x,
syndrome polygenic.
b) Faktor Pranatal
(1) Gangguan pertumbuhan otak trimestes
(2) Kelainan kromosom (Trisomi, mosaik, dll)
(3) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
immunodeficiency virus)
(4) Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, dll)
(5) Disfungsi plasenta
(6) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
(7) Kelainan kogenital
(8) Infeksi intrauterin (TORCH, HIV)
(9) Zat-zat tetatogen (alkohol, kokain dan logam berat)
(10) Ibu DM, PKU (phenyketonoria)
43
(11) Toksemia grafidarum
(12) Ibu malnutrisi
c) Faktor Perinatal
(1) Sangat prematur
(2) Asfiksia neonatorium
(3) Trauma lahir,pendarahan intrakranial
(4) Meningitis
(5) Kelainan metabolic, hipoglikemia, hiperbilisubinemia
d) Faktor Post Natal
(1) Trauma berat pada kepala /susunan saraf pusat
(2) Neurotoksin, misalnya logam berat
(3) CVA
(4) Anoksia misalnya : tenggelam
(5) Metabolik :
(a) Gizi buruk
(b) Kelainan Hormonal misalnya hipotiroid,
psedohipoparatiroid
(c) Aminoaciduria misalnya : PKU (phenyketonuria)
(d) Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia,
dll
(e) Polisakaridosis misalnya syndrom hurter
(f) Cerebral lipidosis (tay sachs) dengan hepatomegah
(gaucher)
44
(g) Penyakit degeneratif/metabolik lainnya
(6) Infeksi
(a) Meningitis ensefalitas dll
(b) Sub akut sklerosing panesefalitis
2.4.4 Tingkat-Tingkat Retardasi Mental
Menurut (Prabowo, 2014) hasil bagi intelegnsi (HI atau IQ =
intelligensi quotint) bukanlah merupakan satu-satunya paokan yang dapat
di pakai untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental sebagai
kriteria dapat di pakai juga kemampuan untuk di didik atau di latih dan
kemampuan sosial atau kerja (vokasional).
Tingkat-tingkat retardasi mental dalam PPDGJ I di bagi menjadi:
1. Retardasi mental taraf perbatasan
2. Retardasi mental ringan
3. Retardasi mental sedang
4. Retardasi mental berat
5. Retardasi mental sangat berat
2.4.5 Tahapan Toilet Training pada Anak Retardasi Mental
Arianingsih (2011) mengatakan bahwa tahapan toilet training yang
dapat mengatasi hambatan pada anak retardasi mental dan berkebutuhan
khusus adalah sebagai berikut:
1. Membuat jadwal harian kebiasaan BAB dab BAK
Observasi waktu anak BAB dan BAK selama sehari penuh. Setelah
dua minggu akan terlihat pola kebiasaan untuk anak buang air.
45
Pembuatan jadwal bertujuan untuk mengatasi hambatan sensori dan
kelekatan rutinitas pada anak. Pembuatan jadwal akan menjadikan
anak terlatih untuk mengenali tanda-tanda buang air secara perlahan.
2. Membuat alat bantu visual
Alat bantu visual yang dibuat harus sesuai dengan taraf pemahaman
anak. Alat bantu visual dapat berupa foto, gambar atau gambar
bertulisan urutan kegiatan yag dapat diletakkan di kamar mandi atau
di tempat yang mudah dilihat. Alat bantu tersebut diharapkan dapat
mengatasi hambatan komunikasi pada anak retardasi mental.
3. Membiasakan anak menggunakan toilet
Membiasakan anak menggunakan toilet untuk buang air, memulai
membiasakan masuk WC. Melatih duduk di toilet dan menjelaskan
pada anak tentang kegunaan toilet.
4. Menjadi model yang baik untuk anak
Memberi contoh cara menggunakan toilet pada anak dengan menjadi
model. Biarkan anak melihat kakak atau orang tua dalam
menggunakan toilet. Hal ini dilakukan agar anak lebih terampil dan
mengerti bahwa menggunakan toilet adalah kebiasaan yang juga
dilakukan oleh orang lain.
5. Tidak memaksa anak
Apabila anak merasa bosan menggunakan toilet, jangan pernah
memaksa anak. Beberapa anak memerlukan waktu yang lebih lama
dalam menguasai latihan toilet.
46
6. Membuat anak merasa nyaman selama proses latihan
Anak berkebutuhan khusus terutama anak retardasi mental mengalami
perubahan baik tempat maupun kegiatan merupakan hal yang tidak
menyenangkan. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menyediakan
benda-benda yang disenangi anak selama proses latihan agar
hambatan sensori anak bisa teratasi.
7. Memberikan penguatan
Penguatan yang diberikan dapat berupa pujian, perlakuan, mainan dan
hal-hal yang disenangi anak. Hal tersebut dapat membuat anak merasa
berhasil dan dapat membuat perilaku lebih menetap.
47
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti : Hubungan
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep Pengaruh Modelling Media Video terhadap
Peningkatan Kemampuan Toilet Training pada Anak
Retardasi Mental.
Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa ada pengaruh pembelajaran
toilettraining menggunakan modelling media video pada anak retardasi
mental. Toilet training dipengaruhi oleh motivasi orang tua dan kesiapan
anak secara fisik, psikologis dan intelektual. Sehingga akan mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi toilet training:
1. Motivasi orang tua
2. Kesiapan anak :
a. Kesiapan anak secara fisik
b. Kesiapan anak secara psikologis
c. Kesiapan anak secara intelektual
Kemampuan toilet training pada
anak retardasi mental :
1. Tidak bisa
2. Dibantu
3. Mandiri
Pembelajaran toilet training
menggunakan modelling media
video
48
keberhasilan dalam toilet training seperti:anak mampu mengenali untuk
BAK dan BAB, fisik anak untuk mengontrol spinkter anak dan uretral,
anak mau memberitahu bila merasa BAK dan BAB, mengatakan pada ibu
bila BAK dan BAB, anak mampu menahan BAK dan BAB, anak mampu
membersihkan atau cebok dengan sendiri dan anak tidak pernah ngompol
atau BAB di celana.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis data dalam penelitian ini adalah ada pengaruh modelling
media video terhadap peningkatan kemampuan dalam toilet training pada
anak retardasi mental.
49
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan
adalah quasyeksperimental dengan desain two grouppretest - posttest with
control group design. Di penelitian ini variabel modelling media video dan
variabel kemampuan toilet training pada anak retardasi mental di SLB
Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun akan diteliti dan
diobservasi tiga hari berturut-turut (Faikoh, 2014).
Gambar 4.1 Skema Desain Penelitian quasyeksperimental dengan desain
two grouppretest - posttest with control group design
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
murid yang mengalami retardasi mental di SLB Putra Idhata Dolopo
dengan jumlah murid SD 22 anak, SMP 12 anak dan SMA 13 anak yang
Pre test
kelompok A
20 orang
Diberi
modelling
media video
Post test
kelompok A
Pre test
kelompok B
20 orang
Tidak diberi
modelling
media video
Post test
kelompok B
50
seluruhnya berjumlah 47 anak dengan kriteria dalam melakukan toilet
training yaitu mandiri, dibantu dan tidak bisa.
4.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria sampel yang
sangat membantu dalam mengurangi bias dalam penelitian khususnya jika
terhadap varibel-variabel kontrol ternyata memiliki pengaruh terhadap
variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria sampel yang
sangat membantu dalam mengurangi bias dalam penelitian khususnya jika
terhadap varibel-variabel kontrol ternyata memiliki pengaruh terhadap
variabel yang diteliti.
Total keseluruhan yang digunakan adalah 47 anak dan yang telah
diambil untuk studi pendahuluan bejumlah 7 anak. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 anak yang terdiri dari SD 20 anak,
SMP 8 anak dan SMA 12 anak.
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-
variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita
teliti. (Nursalam, 2008).
51
4.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total sampling.Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling
karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari
100seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.Jadi sampel
dalam penelitian ini adalah 40 anak yang dibagi menjadi 20 anak di
kelompok A (perlakuan) dan 20 anak di kelompok B (kontrol).
Rumus :
Tabel 4.1 Perhitungan Sampel
Kriteria Banyaknya Sampel
SD ( 20 : 40 ) 40 = 20 Orang
SMP ( 8 : 40 ) 40 = 8 Orang
SMA ( 12 : 40 ) 40 = 12 Orang
Jumlah Sampel 40 Orang
52
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian Pengaruh Modelling media video terhadap
peningkatan toilet training pada anak retardasi mental di SLB Putra
Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
Populasi
Seluruh anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun sebanyak 47 anak
Sampel
Seluruh anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun sebanyak 20 anak di kelompok perlakuan dan 20 anak di kelompok kontrol
Teknik Sampling
Total Sampling
Desain penelitian
Quasy Eksperimental
Pengumpulan data
Checklist
Variabel terikat
Modelling media video
Variabel bebas
KemampuanToilet
training
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Entry Data
Analisa data
Uji Paired t-test sample berpasangan
Hasil dan kesimpulan
Pelaporan
53
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah modelling media video pada
anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan toilet training
pada anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi operasional penelitian pengaruh modelling media video
terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
Variabel
penelitian
Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor
Variabel
Independen:
modelling
media video
Merupakan
suatu usaha
yang efektif
untuk
membentuk
perilaku baru
pada anak
dengan cara
mengamati dan
meniru orang
lain (model)
melalui media
video.
1. Kesiapan anak
secara intelektual
a. Anak mampu
melakukan toilet
training
b. Anak dapat
menirukan
kebiasaan toilet
training
c. Anak mampu
menyadari
keinginan untuk
BAB dan BAK
2. Kesiapan anak
secara fisik
a. Anak mampu
melakukan BAB
dan BAK
dengan cara
duduk
- - -
54
Variabel
penelitian
Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor
b. Anak mampu
melakukan BAK
dengan cara
berdri
c. Anak mampu
melepas celana
ketika BAB dan
BAK
3. Kesiapan anak
secara psikologis
a. Anak mampu
pergi ke kamar
mandi jika akan
BAB dan BAK
b. Anak mampu
membersihkan
diri ketika BAB
dan BAK
c. Anak mampu
menyiram
setelah BAB dan
BAK
d. Anak mampu
mengontrol
BAB dan BAK
Variabel
Dependen:
kemampuan
toilet
training
Merupakan
proses
pengajaran dan
serta usaha
melatih
kemampuan
anak untuk
mengontrol
BAK dan BAB
secara benar
dan teratur.
1. Kesiapan anak
secara intelektual
a. Anak mampu
melakukan toilet
training
b. Anak dapat
menirukan
kebiasaan toilet
training
c. Anak mampu
menyadari
keinginan untuk
BAB dan BAK
2. Kesiapan anak
secara fisik
a. Anak mampu
melakukan BAB
dan BAK
dengan cara
duduk
b. Anak mampu
melakukan BAK
dengan cara
berdri
c. Anak mampu
melepas celana
ketika BAB dan
BAK
Checklist Interval -
55
Variabel
penelitian
Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor
3. Kesiapan anak
secara psikologis
a. Anak mampu
pergi ke kamar
mandi jika akan
BAB dan BAK
b. Anak mampu
membersihkan
diri ketika BAB
dan BAK
c. Anak mampu
menyiram
setelah BAB dan
BAK
d. Anak mampu
mengontrol
BAB dan BAK
4.6 Instrumen Penelitian
Dalam penyusunan instrumen penelitian terdapat uraian dalam
pengumpulan data, yaitu validitas dan reliabilitas. Uji validitas instrumen
penelitian berupa berupa checklist keberhasilan dalam melakukan toilet
training dengan menggunakan 20 item soal yang dapat mengukur
keberhasilan dalam setiap itemnya. Dan uji reliabilitas adalah uji yang
dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan telah
vareliabel.
4.6.1 Uji Validitas
Untuk hasil uji validitas pada checklist variabel dependen yang
dilakukan di SLB Dharma Wanita Madiun dengan menggunakan jumlah
responden sebanyak 10 anak, maka nilai r tabel diperoleh melalui tabel r
Product Moment Pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, jadi df =
20-2 = 18, maka r tabel = 0,378. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai
56
r hitung > r tabel yang mana r hitung dapat dilihat dari Corrected Item
Total Corelation.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Untuk hasil uji reliabilitas checklist tersebut dengan cara yang sama
dengan komputerisasi menggunakan teknik Alpha Cronbach (α) dalam uji
reliabilitas r hasil adalah Alpha. Jika r alpha > r tabel pertnyaan tersebut
dinyatakan reliabel, begitu juga sebaliknya. Suatu instrument dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sujarweni, 2014).
Hasil dari uji reliabilitas untuk checklist kemampuan toilet training yang
sudah valid menunjuk nilai alpha 0,901 disini sudah reliabel karena nilai
sudah memenuhi syarat yaitu 0,901> 0,6.
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Checklist Kemampuan Toilet Training
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.901 20
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di SLB Putra Idhata Kecamatan
Dolopo Kabupaten Madiun.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 12 Desember 2017 sampai
Mei 2018.
57
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016).
1. Mengajukan persetujuan judul kepada Kaprodi Keperawatan yang
telah disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2
2. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Pimpinan Badan
Perwakilan Wilayah Provinsi Jawa Timur di Kota Madiun.
3. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Sekolah SLB
Putra Idhata Dolopo
4. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti mengurus surat
permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala Sekolah
SLB Putra Idhata Dolopo
5. Mengumpulkan calon responden yang akan diteliti dalam satu ruangan
6. Melakukan komunikasi dengan baik dengan calon responden jika akan
melakukan penelitian kepada mereka yang dibantu oleh guru dan
teman-teman mahasiswa.
7. Calon responden dibagikan checklist, apabila calon responden
bersedia menjadi responden pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan, maka dipersilahkan untuk menandatangani informed
concent dan apabila calon responden tidak bersedia menjadi
responden maka peneliti tetap menghormati keputusan tersebut
58
8. Responden yang telah bersedia menjadi responden dan
menandatangani informed concent pada kelompok kontrol dan
perlakuan, kemudian responden mengisi kuesioner yang
pengisisannya dibantu oleh teman-teman mahasiswa setelah itu
dikumpulkan kepada peneliti
9. Pada kelompok perlakuan diberikan modelling media video dua kali
dalam durasi 5 menit
10. Setelah diberikan modelling media video peneliti dan teman-teman
membagikan checklist kepada responden post perlakuan untuk diisi.
11. Setelah checklist diisi oleh responden dengan dibantu teman-teman
mahasiswa maka checklist tersebut dikumpulkan kembali kepada
peneliti pada saat itu juga
12. Setelah checklist terkumpul, peneliti memerikasa kelengkapan data
dan jawaban dari checklist yang diisi oleh responden
13. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dari checklist yang telah diisi
checklist yang telah diisi lengkap selanjutnya diserahkan kepada
peneliti untuk pengolahan data.
14. Setelah selesai melakukan penelitian pada kelompok kontrol kemudan
diberikan intervensi modelling media video
4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu di proses
dan dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di
59
tabulasi dan di kelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti. Langkah-
langkah pengelolahan data:
1. Editing
Peneliti melakukan editing data yang terkumpul untuk memastikan
apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai
upaya menjaga kualitas data agar dapat di proses lebih lanjut. Pada
saat melakukan penelitian, apabila ada soal yang belum diisi oleh
responden maka responden diminta untuk mengisi kembali.
2. Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng
”kode”an atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi dua angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).
a. Data Demografi
1) Jenis kelamin
Laki-laki = 1
Perempuan = 2
2) Usia
5 – 11 tahun = 1
12 – 16 tahun = 2
17 – 25 tahun = 3
3) Agama
Islam = 1
Kristen = 2
60
Khatolik = 3
Hindu = 4
Budha = 5
b. Variabel keberhasilan toilet training
Tidak bisa = 1
Dibantu = 2
Mandiri = 3
3. Scoring
Skor pada penilaian keberhasilan toilet training ini yaitu berupa nilai
angka > atau = 1.
4. Data Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke
dalam program atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut
apabila tidak terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data.
5. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke tabel-tabel dan
mengatur angka-angka, sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam
berbagai kategori (Nazir, 2011).
4.9.2 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Pada penelitian ini, peneliti menganalisa tingkat keberhasilan
toilet training sebelum dan sesudah diberikan modelling media video.
61
Semua karakteristik responden dalam penelitian ini seperti : Jenis
kelamin, Usia, Agama dan variabel keberhasilan toilet training pada
anak retardasi mental.
2. Analisa Bivariat
Pada penelitian ini peneliti melakukan analisa data terlebih
dahulu. Peneliti menggunakan uji Paired T-Test sebab termasuk
dalam jenis statistika parametrik. UjiPaired T-Testyang digunakan
untuk melihat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
4.10 Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan atau kelompok apapun,
manusia tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam
kegiatan keilmuan yang berupa penelitian manusia sebagai pelaku
penelitian dengan manusia lain sebagai objek penelitian juga tidak terlepas
dari etika atau sopan santun. Dalam hubungannya antara kedua belah
pihak masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya. Pelaku
penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan
penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude)
serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin penelitian
yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek
penelitian (Nugroho, 2012).
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan indivudu dalam memberikan informasi. Setiap orang
62
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang
lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak menampilkan informasi mengenai
identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup
menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice and
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan perlu
dikondisikan, sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa
semua subjek peneliti memperoleh perlakuan dan keuntungan yang
sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.
Peneliti memberikan intervensi kepada calon responden meski tidak
memenuhi kriteria inklusi penelitian.Jadi peneliti memberi keadilan
terhadap subjek.
3. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya.Peneliti berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan
bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian ini harus dapat
mencegah atau paling tidak mengurang rasa sakit, cidera, stress,
maupun kematian subjek penelitian.
63
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu mulai tanggal 03 – 15 Mei
2018. Dengan jumlah responden sebanyak 40 anak denganretardasi mental,
sedangkan penyajian data dibagi menjadi dua, yaitu: Data umum dan data khusus.
Data umum terdiri dari data demografi meliputi: jenis kelamin, usia danagama.
Setelah data disajikan data khusus yang didasarkan pada variabel yang diukur,
yaitu: keberhasilan toilet training pada anak retardasi mental.
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian
SLB Putra Idhata Kab. Madiun di Desa Glonggong, Kecamatan
Dolopo, Kabupaten Madiun adalah Unit Pelaksana Teknis pendidikan
persekolahan yang didirikan oleh Yayasan Putra Idhata dan kepala sekolah
SLB Putra Idhata Kab. Madiun sekarang Ibu Dyah Rukminingsih,S.Pd.
Berdasarkan SK Mendikbud No.08/48/0/1972 tanggal 4 Desember
1972. Dalam pelaksanaannya sekolah yang berstatus swasta tersebut
bertanggung jawab langsung kepada Yayasan Putra Idhata Kab.Madiun di
era otonomi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur. Sekolah telah bersertifikat ISO :
9000-2008.
Jumlah keseluruhan warga di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun adalah 70 anak, 14 guru, 1 tukang kebun dan 1 penjaga
asrama. Sekolah ini juga terdapat cukup banyak anak dengan Retardasi
64
Mental dengan usia 7 – 19 tahun yang terdiri dari SD, SMP dan SMA
dengan keterbatasan tuna rungu, tuna wicara dan tuna grahita.Sekolah
terletak di daerah strategis antara Madiun – Ponorogo dengan luas 5000
m2.Selain dilengkapi ruang belajar dan sarana belajar yang baik, sekolah
juga dilengkapi ruang assesment, perpustakaan, laboratorium komputer,
ruang olah raga, ruang ketrampilan, ruang produksi braille, arena bermain
dan asrama siswa.
5.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
meliputi: jenis kelamin, usia dan agama. Sedangkan data khusus yang
didasarkan pada variabel yang diukur, yaitu: keberhasilan toilet training
pada anak retardasi mental.
5.2.1 Data Umum
Data umum yang diidentifikasikan dari responden meliputi: jenis
kelamin, usia dan agama.
5.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di SLB Putra
Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun pada tanggal 03 – 15 Mei
2018. Tabel berikut ini memberikan gambaran responden yang
berdasarkan jenis kelamin pada keluarga dengan anak retardasi mental.
65
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Perempuan 20 50 %
2 Laki-laki 20 50 %
Total 40 100
Sumber: Data Primer
Menunjukkan bahwa respondennya berjenis kelamin perempuan dan
laki-laki sama yaitu sebanyak 50%
5.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia di SLB Putra Idhata
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun pada tanggal 03 – 15 Mei 2018.
Tabel berikut ini memberikan gambaran responden yang berdasarkan usia
pada keluarga dengan anak retardasi mental.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia anak retardasi mental di
SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun No Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 5 - 11 tahun 16 40%
2 12 - 16 tahun 14 35%
3 17 - 25 tahun 10 25%
Total 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.2 Menunjukkan bahwa sebagian besar berusia 5 -
11 tahun sebanyak 40% dan sebagian kecil usia 17 - 25 tahun sebanyak
25%.
5.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
Karakteristik responden berdasarkan agama di SLB Putra Idhata
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun pada tanggal 03 – 15 Mei 2018.
Tabel berikut ini memberikan gambaran responden yang berdasarkan
agama pada keluarga dengan anak retardasi mental.
66
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan agama anak retardasi mental di
SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun No Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Islam 38 95%
2 Kristen 2 5%
3 Katholik 0 0%
4 Hindu 0 0%
5 Budha 0 0%
Total 40 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.3 Menunjukkan bahwa sebagian besar beragama
islam sebanyak 95% dan sebagian kecil beragama Kristen sebanyak 5%.
5.2.2 Data Khusus
Setelah mengetahui dari data umum dalam penelitian ini maka akan
ditampilkan hasil penelitian berdasarkan dengan data khusus yang
meliputi: kemampuan toilet training pada anak retardasi mental dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi tentang variabel independent dan variabel
dependent.
5.2.2.1 Mengidentifikasi Tingkat Kemampuan Toilet Training Pada Anak
Retardasi Mental Sebelum dan Sesudah Diberikan Modelling Media
Video Pada Kelompok Kontrol
Berikut adalah hasil dari uji paired t-test sebelum diberi perlakuan
diberi perlakuan modelling media video.
Tabel 5.4 Hasil sebelum dan sesudah diberikan modelling media video
terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental di SLB Putra Idhata Dolopo Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun pada kelompok kontrol
Pre
Kontrol
Mean Median Modus Minimum -
Maksimum
7.30 8.00 8 2 - 9
Post Kontrol Mean Median Modus
Minimum -
Maksimum
7.60 8.00 8 3 - 10
Sumber:Olahan Data SPSS
67
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa kelompok pre kontrol
didapatkan rerata 7.30 yang artinya responden tidak bisa melakukan toilet
training, 8.00 yang artinya nilai tengah, nilai yang sering muncul yaitu 8
yang mewakili responden dari tingkat pendidikan SD, nilai minimum
adalah 2 dan nilai maksimum adalah 9, pada kelompok post kontrol
didapatkan rerata 7.60 yang artinya responden tidak bisa melakukan toilet
training, 8.00 yang artinya nilai tengah, nilai yang sering muncul yaitu 8
yang mewakili responden dari tingkat pendidikan SD, nilai minimum
adalah 3 dan nilai maksimum adalah 10.
5.2.2.2 Mengidentifikasi Tingkat Kemampuan Toilet Training Pada Anak
Retardasi Mental Sebelum dan Sesudah Diberikan Modelling Media
Video Pada Kelompok Perlakuan
Berikut adalah hasil dari uji paired t-test sesudah diberi perlakuan
diberi perlakuan modelling media video.
Tabel 5.5 Hasil sesudah diberikan modelling media video terhadap
peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Dolopo Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun
Pre
Perlakuan
Mean Median Modus Minimum -
Maksimum
7.05 8.00 8 2 -9
Post
Perlakuan
Mean Median Modus Minimum -
Maksimum
11.20 11.00 13 7 - 14
Sumber:Olahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa kelompok pre perlakuan
sebelum diberikan modelling media video didapatkan rerata 7.05 yang
artinya setelah dilakukan perlakuan kemampuan responden dalam
melakukan toilet training responden meningkat yaitu dengan cara dibantu,
8.00 artinya nilai tengah yang didapatkan, nilai yang sering muncul yaitu 8
68
yang mewakili responden dari tingkat SD, nilai minimum adalah 2 dan
nilai maksimum adalah 9, pada kelompok post perlakuan sesudah
diberikan modelling media video didapatkan rata-rata 11.20 yang artinya
setelah dilakukan perlakuan kemampuan responden dalam melakukan
toilet training responden meningkat yaitu dengan cara dibantu, 11.00
artinya nilai tengah yang didapatkan, nilai yang sering muncul yaitu 13
yang mewakili responden dari tingkat SD, nilai minimum adalah 7 dan
nilai maksimum adalah 14.
5.2.2.3 Menganalisis pengaruh modelling media video terhadap peningkatan
kemampuan toilet training pada anak retardasi mental
Berikut adalah hasil analisis dari pengaruh modelling media video
terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental.
Tabel 5.6 Hasil Analisis pengaruh modelling media video terhadap
peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Dolopo Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun Analisa N Corelation Sig (2-tailed)
Pre Kontrol 20 0.929 0.083
Post Kontrol
Pre Perlakuan 20 0.584 0.000
Post Perlakuan
Sumber:Olahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa modelling media
video memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan toilet training.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic paired t-
test sampleberpasangandengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ
value = 0,000 < α = 0,05, artinya Ha diterima berarti ada pengaruh
modelling media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training
69
pada anak retardasi mental di Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
Hasil uji statistik paired t-test sample berpasangan bahwa r hitung = 0,029
yaitu positif yang berarti semakin sering diberikan pembelajaran toilet
training maka keberhasilan toilet training juga semakin meningkat.
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi
terhadap responden pada bulan Mei 2018 setelah diolah, maka peneliti
akan membahas mengenai pengaruh modelling media video terhadap
peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi mental di SLB
Putra Idhata Dolopo Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.
5.3.1 Perubahan Perilaku Sebelum dan Sesudah Diberikan Modelling
Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Toilet Training
Pada Anak Retardasi Mental Pada Kelompok Kontrol
Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa gambaran responden berdasarkan
tingkat kemampuan pada kelompok perlakuan dapat dijelaskan rerata nilai
kemampuan anak retardasi mentalsaat diberi pre test checklist adalah 7.30
yang berarti responden belum mampu melakukan toilet training secara
mandiri.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Warner (2009) keberhasilan
toileting pada anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu kesiapan fisik,
kesiapan mental, kesiapan psikologis dan kesiapan orang tua. Orang tua
memiliki peranan penting dalam proses toilet training pada anak ketika
usia toddler karena dengan penanaman serta pola kebiasaan terhadap
toileting dapat membuat anak menjadi tidak ketergantungan serta
70
mengenali hasrat buang airnya. Adanya kesiapan psikologis anak dapat
juga disebabkan oleh faktor anak itu sendiri (internal) meliputi krisis
identitas dan kontrol diri yang lemah maupun faktor dari (eksternal)
meliputi keluarga termasuk pola kebiasaan pada orang tua, dengan pola
pemakaian diapers yang jarang pada anak maka hal tersebut tidak akan
mempengaruhi keberhasilan toilet training pada anak karena orang tua
dapat memberikan latihan toilet secara maksimal kepada anak tanpa
terhambat oleh ketergantungan terhadap diapers yang hanya digunakan
dalam frekuensi jarang atau jika hanya dibutuhkan saja.
Berdasarkan dari tabel 5.6 didapatkan hasil bahwa p value 0.083 > α
0.05 dengan korelasi 0.929 yang artinya tidak ada pengaruh modelling
media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun dengan keeratan sangat kuat. Peneliti berpendapat bahwa tidak ada
perubahan pada indikator kesiapan anak secara intelektual. Menurut
Ningsih (2012) kesiapan anak secara intelektual, pengkajian intelektual
pada latihan buang air besar dan buang air kecil antara lain kemampuan
anak untuk mengerti buang air besar dan buang air kecil, kemampuan
mengkomunikasikan buang air besar dan buang air kecil, anak menyadari
timbulnya buang air besar dan buang air kecil, mempunyai kemampuan
kognitif untuk meniru perilaku yang tepat seperti buang air besar dan
buang air kecil pada tempatnya serta etika dalam buang air besar dan
buang air kecil.
71
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui rerata pre kontrol adalah 7.30
sedangkan post kontrol adalah 7.60 yang berarti mengalami perubahan
nilainya namun tidak terjadi perubahan pada p value. Peneliti berpendapat
bahwa ada perubahan dalam indikator kesiapan anak secara psikologis.
Menurut Ningsih (2012) kesiapan anak secara psikologis, indikator
kesiapan psikologis adalah adanya rasa nyaman sehingga anak mampu
mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang BAB dan BAK.
5.3.2 Kemampuan Toilet Training Pada Anak Retardasi Mental Sebelum
dan Sesudah Diberikan Modelling Media Video Terhadap
Peningkatan Kemampuan Toilet Training Pada Anak Rretardasi
Mental Pada Kelompok Perlakuan
Pada tabel 5.5 Hasil penelitian dilihat bahwa gambaran responden
berdasarkan tingkat kemampuan pada kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah diberikan intervensi dapat dijelaskan rerata kemampuan anak
retardasi mentalyaitu 7.05 menjadi 11.20 artinya melalui modelling media
video kemampuan toilet training pada anak retardasi mental meningkat
menjadi dibantu.
Toilet training dikatakan berhasil dikarenakan anak mau memberitahu
bila merasa buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB), anak
mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar, anak
mampu menahan buang air kecil atau buang air besar, anak mampu
membersihkan atau cebok dengan sendiri, anak tidak pernah ngompol atau
buang air besar di celana. Sedangan toilet training dikatakan terlambat
apabila anak terlambat memberitahu bila merasa buang air kecil atau
buang air besar, anak terlambat mengatakan pada ibu bila buang air kecil
72
atau buang air besar, anak terus mengompol atau buang air besar di celana
(Wong, 2009).
Menurut Azhar Arsyad (2014) media video merupakan salah satu
media audio visual.Media video pada umumnya digunakan untuk tujuan-
tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap. Hal ini didukung dengan salah satu faktor yang
mempengaruhi penggunaan media video menurut (Hidayat, 2011) yaitu
interactivity dimana media yang akan dipilih dapat memunculkan
komunikasi dua arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat
(aktif) baik secara fisik, intelektual dan mental.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelum diberikan perlakuan
modelling media video didapatkan bahwa responden masih belum bisa
melakukan toilet training dan setelah diberikan perlakuan berupa
modelling media video, didapatkan data bahwa responden mengalami
peningkatan kemampuan pada item melakukan toilet training, menirukan
kebiasaan toilet training, menyadari keinginan untuk BAB/BAK,
membuka dan memakai celana, dan juga menyiram kloset. Walaupun
mereka mengalami peningkatan dalam kemampuan toilet training tetapi
mereka masih belum mampu sepenuhnya secara mandiri untuk melakukan
kegiatan toilet training dikarenakan mereka mempunyai keterbatasan fisik
73
dan kemampuan.Sehingga dalam melakukan toilet training responden
masih banyak dibantu oleh guru atau orang tuanya.
Pada instrumen penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan pada
indikator intelektual pada item melakukan toilet training (pelatihan toilet),
menirukan kebiasaan toilet training (pelatihan toilet), menyadari keinginan
untuk BAB dan BAK. Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa
kemampuan toilet training setiap individu berbeda-beda. Anak dikatakan
mampu dalam melakukan toilet training apabila mereka sudah siap fisik,
psikologis serta intelektual. Jika mereka mampu dalam hal tersebut dapat
dikatakan bahwa mereka berhasil dalam kemampuan toilet training. Untuk
terus mengembangkan kemampuan anak retardasi mental dalam
kemampuan toilet training maka peran orang tua dan guru sangat penting
bagi mereka. Karena dengan dukungan dari orang tua dan guru anak
retardasi mental sedikit demi sedikit pasti akan mengerti dan mampu
melakukan toilet training secara mandiri.
5.3.3 Pengaruh Modelling Media Video Terhadap Peningkatan
Kemampuan Toilet Training
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil ada pengaruh antara
modelling media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training
pada anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun. Dari data penelitian pengaruh modelling media video
pada anak retardasi mental terdapat peningkatan keberhasilan toilet
training dilihat dari sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.
74
Dari uji statistik menggunakan SPSS 16 dengan menggunakan uji
paired t-test sample berpasangan didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05
maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti ada pengaruh modelling
media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun.
Dari hasil penelitian yang didapatkan dari hasil checklist kebanyakan
responden melakukan toilet training dengan cara dibantu. Karena pada
anak retardasi mental mereka mengalami kekurangan pada kecerdasan dan
tingkat kemampuan yang terbatas sehingga untuk melakukan toilet
training anak retardasi mental memerlukan bantuan dari keluarga terdekat
bahkan tidak bisa melakukan toilet training.
Dijelaskan oleh Nugroho (2012) terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang.Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum
yang berada di bawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berperilaku adaptif.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Noer Elok
Faikohtahun 2014, gangguan yang dialami oleh penyandang retardasi
mental diantaranya adalah tentang ketrampilan merawat diri, oleh karena
itu mereka sangat memerlukan pembelajaran perawatan diri, salah satunya
toilet training. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
hasil bahwa kemampuan anak retardasi mental dalam bertoilet training
75
sebelum dilakukan intervensi pemberian modelling media video
didapatkan hasil nilai minimum 0, maximum 6, mean 3.50 dan standar
deviasi 1.253. Data yang diperoleh sebanyak 15 responden (50%) berada
dalam kategori mampu, dan 15 responden (50%) berada dalam kategori
tidak mampu.Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah
memberikan intervensi berupa modelling media video selama tiga hari
berturut turut terhadap kemampuan anak retardasi mental didapatkan nilai
minimum 0, maximun 7, mean 5.07, standar deviasi 1.530. Kemampuan
toilet training terdapat peningkatan hasil yaitu dari yang semula 15
responden (50%) meningkat menjadi sebanyak 26 responden (86.6%).
Artinya memiliki selisih peningkatan sebesar 36.6%. Anak mulai mampu
melihatkan perkembangannya dalam bertoilet training setelah mereka
menonton video kemudian mempraktekannya, walaupun sepenuhnya
belum ada yang dapat melakukan toilet training secara mandiri, mereka
harus tetap di antar oleh gurunya. Hasil observasi yang dilakukan peneliti
setelah diberikan terapi berupa modelling media video, didapatkan data
bahwa responden mengalami peningkatan kemampuan pada item
membuka celana dalam, menyiram kotoran, memakai celana dalam dan
celana luarnya kembali, dan juga mencuci tangan dengan sabun setelah
BAK/BAB.
Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa anak retardasi mental
mampu melakukan toilet training dengan cara dibantu setelah beberapa
kali dilakukan pemutaran video. Karena anak retardasi mental lebih mudah
76
memahami pembelajaran berupa modelling media video. Oleh karena itu
disarankan adanya pelajaran tambahan tentang toilet training sehingga
anak retardasi mental nantinya mampu melakukan toilet training secara
mandiri tanpa bantuan orang tua atau guru bahkan orang lain.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti merasa belum optimal akan
hasil yang telah didapatkan karena terdapat kelemahan dan keterbatasan
antara lain:
1. Kurangnya waktu yang lama untuk mengisi kuesionertoilet training
pada anak retardasi mental.
2. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dan yang membantu
dalam penelitian tersebut karena anak belum mampu untuk mengisi
kuesioner dengan keterbatasan mereka.
3. Peneliti kurang menguasai bahasa isyarat sehingga mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi.
77
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul pengaruh modelling media
video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental di SLB Putra Idhata Dolopo Kecamatan Dolopo Kabupaten
Madiun dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tingkat kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental sebelum dan sesudah diberikan modelling media
video pada kelompok kontrol.
2. Mengidentifikasi tingkat kemampuan toilet training pada anak
retardasi mental sebelum dan sesudah diberikan modelling media
video pada kelompok perlakuan.
3. Ada pengaruh modeling media video terhadap peningkatan
kemampuan toilet trainingpada anak retardasi mental di SLB Putra
Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dengan p value = 0,000
< α 0,05.
78
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
6.2.1 Bagi SLB Putra Idhata Dolopo
Diharapkan bagi guru serta pengasuh di SLB Putra Idhata Dolopo
untuk menambahkan pembelajaran toilet training sebagai ekstra dalam
proses pembelajaran dapat dimulai dari pengenalan toilet serta fungsinya,
dapat dimulai dari pembelajaran cuci tangan dan kemudian dilanjutkan
dengan kebersihan diri dalam kemandirian BAK dan BAB.
6.2.2 Bagi Orang Tua Murid di SLB Putra Idhata Dolopo
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan orang tua selalu
mendampingi, mengawasi dan mengajarkan tentang toilet training secara
benar dan tepat seperti yang telah diajarkan oleh peneliti. Dan diharapkan
setelah dilakukan penelitian ini tentang pengaruh modellinng media video
anak retardasi mental mampu melakukan toilet training secara mandiri
tanpa dibantu oleh keluarga atau guru.
6.2.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dapat
menambah refrensi tentang modelling media video dan kemampuan toilet
training sehingga dapat digunakan sebagai bahan promosi kesehatan dan
bahkan dapat turun ke sekolah-sekolah mensosialisasikan tentang toilet
training khususnya pada anak retardasi mental.
79
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti yang akan datang dapat digunakan sebagai
salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan
penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya, variable yang berbeda,
jumlah sampel yang lebih banyak, tempat yang berbeda, desain yang lebih
tepat dan tetap berhubungan dengan toilet trainingserta lebih bisa
melakukan komunikasi dengan anak retardasi mental agar anak lebih bisa
tenang dalam penelitian.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, S & Manrihu, M.T, 2009. Teknik dan Laboratorium Konseling.
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Aden. 2010. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain pada Anak. Yogyakarta:
Siklus.
Alwisol, 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Ambarwati, Yuliana. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Toilet
Training dengan kecenderungan perilaku BAB dan BAK anak usia Toddler
di Desa Semen Wonogiri. Skripsi. Fakultas Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jurusan S1 Keperawatan.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/32262. [Diakses pda tanggal 8 Desember
2017 jam 14.00].
Ariani, M, Seoselo, DA, Surilena. 2014. Karakteristik Pola Asuh dan
Psikopatologi Orang Tua Penyandang Retardasi Mental Ringan di Sekolah
Luar Biasa–C (SLB-C) Harapan Ibu. Jornal of Medicinel.13(2),74-83.
Arief S. Sadiman, 2012. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Cecep Kusnadi, Bambang Suctipto. 2011. Media Pembelejaran Manual Dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Daryanto, D. 2013. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Depkes, 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.
Faikoh, Noer; Alfiyanti, Dera; Nurullita, Ulfa. 2014.Pengaruh Modelling Media
Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Toilet Training Pada Anak
Retardasi Mental Usia 5-7 Tahun Di SLB N Semarang.Jurnal. STIKES
Telogorejo Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vie
w/229. [Diakses pada tanggal 8 Desember 2017 Jam 13.00].
81
Fauzan, Lutfi. 2009. Teknik Modeling. (Online) tersedia dalam
http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/23/teknik-modeling. [Diakses
pada tanggal 8 Desember 2017 Jam 13.40]
Hidayat, A. 2011. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Hooman, N. Safaii, A. Valavi, E. Alavijeh, A. 2013. Toilet Training in Iranian
Children.Iran J. Pediart, April 2013. Vol. 3 No. 2.Pp : 154 – 158.
Hutomono, Shodiq. 2011. Observasional Learning: Metode Psikologis Yang
dilupakan dalam Psikologis Olahraga. Jurnal Ilmiah SPIRIT. 11, (2), 25-
Jones, R. N. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Psokoterapi (terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maramis, Willy F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press
Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Kempat.
Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prastowo Andi, 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Priyoto. 2015. Teori Perubahan Perilaku Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Solikhin, Ismail. 2009. Corporate Social Resposibility from Charity to
Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.
Subagyo, 2010. Hubungan Antara Motivasi Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu
dengan Keberhasilan Toilet Training pada Anak Prasekolah. Suara Forikes.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Bandung: ALFABETA.
82
Tiranata, Retananigsih dan Suwarsi.2015.Hubungan Dukungan Sosial Dengan
Harga Diri Yang Memiliki Anak Retardasi di SLBN 1 Bantul. Jurnal.
Universitas Respati Yogyakarta. S1 Keperawatan.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pene
litianDetail&act=view&typ=html&buku_id=67471. [Diakses pada tanggal 8
Desember 2017 Jam 13.00]
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Rosda.
83
Lampiran 1 Pengesahan Judul
84
Lampiran 2 Surat Izin Pencarian Data Awal
85
86
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Pencarian Data Awal
87
Lampiran 4 Surat Izin Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas
88
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Validitas dan
Reliabilitas
89
Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Judul penelitian
: Pengaruh modelling media video terhadap peningkatan
kemampuan toilet training pada anak retardasi mental di
SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
Peneliti : Sylvia Rika Angreyni Pohan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modelling media
video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi
mental. Penelitian ini sangat penting guna meningkatkan kemampuan anak dalam
toilet training secaramandiri untuk kehidupan sehari-hari. Penggunaan media
video dirasa paling mudah dalam mencontohkan atau dapat ditiru dengan mudah
karena tampak gambar atau ilustrasi dalam video tersebut. Sehingga
saudara/saudari mampu mengingat dengan mudah apa yang telah dilihat dalam
pemutaran video yang berisi tentang cara toilet training dengan benar. Prosedur
penelitian yang akan dilakukan adalah mengisi checklist yang akan dilakukan oleh
saudara/saudari, yang berisi pertanyaan mengenai biodata dan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan toilet training. Waktu yang
diberikan kurang lebih 30-45 menit. Informasi yang saudara/saudari berikan
selama prosedur penelitian akan dijamin kerahasiaannya. Dalam pembahasan atau
laporan nama Saudara/Saudari tidak akan disebutkan hanya di coding pada lembar
checklist.
Madiun,..... - ........... 2018
Peneliti,
Sylvia Rika Angreyni Pohan
90
Lampiran 7 Surat Permohonan Menjadi Responden
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatagan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun:
Nama : Sylvia Rika Angreyni Pohan
NIM : 201402048
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh modelling media
video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi mental
di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun”. Sehubungan dengan
judul penelitian diatas, data yang diperoleh dari penelitian akan sangat bermanfaat
bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Untuk kepentingan tersebut peneliti
memohon anda untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan
dengan jujur. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan.
Atas perhatian, kerjasama dan kesediaan dalam partisipasi sebagai
responden dalam penelitian ini, saya menyampaikan terimaksih dan berharap
informasi anda akan berguna khususnya dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Sylvia Rika Angreyni Pohan
91
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : ..................................................................
Umur : .................................................................
Alamat : ..................................................................
Setelah mendapat keterangan secukupnya dari penulis serta mengetahui
manfaat, tujuan dan prosedur penelitian yang berjudul “Pengaruh modelling media
video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak retardasi mental
di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun” menyatakan
*BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* diikutsertakan dalam penelitian ini dengan
catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak
membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya apa yang diinformasikan dijamin kerahasiaannya oleh
penulis.
Peneliti,
Sylvia Rika Angreyni Pohan
Madiun, ....... - ............ 2018
Responden,
*Coret yang tidak perlu
92
Lampiran 9 Kisi-kisi Cheklist
KISI-KISI CHECKLIST
Pengaruh modelling media video terhadap peningkatan kemampuan toilet
training pada anak retardasi mental di SLB Putra Idhata Kecamatan Dolopo
Kabupaten Madiun
Variabel Sub Variabel Nomor
Soal
Jumlah
Soal
Variabel Dependen :
Kemampuan Toilet
Training
1. Kesiapan anak
secara intelektual
1 - 4 4
2. Kesiapan anak
secara fisik
5 – 10 6
3. Kesiapan anak
secara psikologis
11 - 20 10
93
Lampiran 10 Cheklist Keberhasilan Toilet Training
CHECKLIST KEBERHASILAN TOILET TRAINING
1. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan yang
sebenarnya dengan cara memberikan tanda (√) pada salah satu kolom yang
telah disediakan berikut ini:
Keterangan :
TB = Tidak bisa
D = Dibantu
M = Mandiri
No Pernyataan TB D M
1. Melakukan toilet training (pelatihan toilet)
2. Menirukan kebiasaan toilet training (pelatihan
toilet)
3. Menyadari keinginan untuk BAB
4. Menyadari keinginan untuk BAK
5. Melakukan BAB dengan cara duduk/jongkok
6. Melakukan BAKdengan cara
berdiri/duduk/jongkok
7. Melepas celana ketika BAB
8. Melepas celana ketika BAK
9. Melakukan BAB teratur
10. Melakukan BAK teratur
11. Pergi ke kamar mandi jika akan BAB
12. Pergi ke kamar mandi jika akan BAK
13. Ceboksetelah BAB
14. Ceboksetelah BAK
15. Menyiram kloset setelah BAB dan BAK
16. Menyiram kloset setelah BAK
17. Menahan BAB
18. Menahan BAK
19. Menahan emosi saat BAB
20. Menahan emosi saat BAK
94
Lampiran 11 Foto Tahapan Toilet Training
95
96
Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil Tabel Uji Validitas
No r hitung Syarat Keterangan
1 0,383 < 0,378 Item soal valid
2 0,533 < 0,378 Item soal valid
3 0,698 < 0,378 Item soal valid
4 0,413 < 0,378 Item soal valid
5 0,556 < 0,378 Item soal valid
6 0,544 < 0,378 Item soal valid
7 0,544 < 0,378 Item soal valid
8 0,438 < 0,378 Item soal valid
9 0,420 < 0,378 Item soal valid
10 0,451 < 0,378 Item soal valid
11 0,733 < 0,378 Item soal valid
12 0,383 < 0,378 Item soal valid
13 0,413 < 0,378 Item soal valid
14 0,510 < 0,378 Item soal valid
15 0,533 < 0,378 Item soal valid
16 0,606 < 0,378 Item soal valid
17 0,733 < 0,378 Item soal valid
18 0,510 < 0,378 Item soal valid
19 0,454 < 0,378 Item soal valid
20 0,454 < 0,378 Item soal valid
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.901 20
97
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian
98
Lampiran 14 Surat Keterangan Selesai Penelitian
99
Lampiran 15 Hasil Tabulasi Data Responden
Hasil Tabulasi Pre Kontrol
No
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 Total
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 7
3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 9
4 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 7
5 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 9
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7
7 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 8
8 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 6
9 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 9
10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
11 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 8
12 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 7
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8
14 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9
15 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
16 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 9
17 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
18 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
20 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 9
99
100
Hasil Tabulasi Pre Perlakuan
No
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 Total
1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9
2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 9
3 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 9
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5
5 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 9
6 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 7
7 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 6
8 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5
9 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6
10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6
11 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 7
12 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9
13 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 9
14 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 8
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 6
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
18 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8
19 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7
20 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
100
101
Hasil Tabulasi Post Kontrol
No
Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 Total
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 7
3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 9
4 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 7
5 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 10
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7
7 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 8
8 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 6
9 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 9
10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
11 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 10
12 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 7
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8
14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 13
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3
16 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 10
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 5
18 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
20 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 9
101
102
Hasil Tabulasi Post Perlakuan
No Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 Total
1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 12
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 13
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10
4 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 13
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 14
8 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 12
9 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 11
10 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 10
11 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14
12 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13
13 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 13
14 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 12
15 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10
16 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 12
17 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
18 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 12
19 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 13
20 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
102
103
Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Data Umum Responden
DISTRIBUSI FREKUENSI DATA UMUM RESPONDEN
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid LAKI-LAKI 21 52.5 52.5 52.5
PEREMPUAN 19 47.5 47.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5-11 TAHUN 16 40.0 40.0 40.0
12-16 TAHUN 13 32.5 32.5 72.5
17-25 TAHUN 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
AGAMA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ISLAM 38 95.0 95.0 95.0
KRISTEN 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
104
Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas
Tests of Normalityb,c,d,e
POST_
KONTR
OL
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE_KONTROL 5 .260 2 .
8 .492 6 .7 .496 6 .9
10 .385 3 . .750 3 .8
Tests of Normalityb,c,d
POST_
PERLA
KUAN
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE_PERLAKUAN 10 .441 4 . .630 4 .1
11 .151 4 . .993 4 .9
12 .253 3 . .964 3 .6
13 .473 5 .1 .552 5 .1
105
Lampiran 18 Hasil Uji Paired Sample t-test
KELOMPOK KONTROL
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PRE_KONTROL 7.30 20 1.976 .442
POST_KONTROL 7.60 20 1.818 .407
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PRE_KONTROL &
POST_KONTROL 20 .929 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PRE_KONTROL -
POST_KONTROL -.300 .733 .164 -.643 .043 -1.831 19 .083
106
KELOMPOK PERLAKUAN
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PRE_PERLAKUAN 7.05 20 1.572 .352
POST_PERLAKUAN 11.20 20 1.765 .395
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PRE_PERLAKUAN &
POST_PERLAKUAN 20 .584 .007
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PRE_PERLAKUAN -
POST_PERLAKUAN -4.150 1.531 .342 -4.867 -3.433 -12.120 19 .000
107
Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
108
Lampiran 20 Jadwal Kegiatan Penelitian
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
108
109
Lampiran 21 Lembar Konsultasi Bimbingan
109