Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh:
Sekarwati
11141110000013
PROSES RESOSIALISASI MANTAN PECANDU
NARKOBA DI SAHABAT FOUNDATION
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PROSES RESOSIALISASI MANTAN PECANDU NARKOBA
DI SAHABAT FOUNDATION
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, Maret 2019
Sekarwati
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa
Nama : Sekarwati
NIM : 11141110000013
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PROSES RESOSIALISASI MANTAN PECANDU NARKOBA DI SAHABAT
FOUNDATION
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Tangerang Selatan, Februari 2019
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP: 197609182003122003
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Vinita Susanti, M.Si
NIP: 196501151991032002
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PROSES RESOSIALISASI MANTAN PECANDU NARKOBA DI SAHABAT
FOUNDATION
Oleh
Sekarwati
11141110000013
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Februari 2019. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Sosiologi.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 19 Maret 2019.
,
Ketua,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP.197609182003122003
Sekertaris,
Dr. Joharatul Jamilah, M.Si
NIP.196808161997032002
Sekertaris,
Penguji I,
Dr.Ida Rosyidah, MA
NIP.196306161990032002
Penguji II,
Dr. Dzuriyatun Thoyibah, M.Si
NIP.197608032003122003
Ketua Program Studi
Sosiologi
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP.197609182003122003
v
Abstrak
Skripsi ini menganalisa proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di Sahabat
Foundation. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan
pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi partisipatif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menunjukkan setiap proses resosialisasi yang dilakukan oleh
mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation, sikap dan dukungan keluarga dalam
proses resosialisasi dan kendala-kendala yang dihadapi oleh mantan pecandu dalam
proses resosialisasi di Sahabat Foundation. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori pengendalian Walter Reckless. Teori ini mengatakan bahwa individu tidak
akan melakukan tindakan kejahatan ataupun perilaku delikuensi jika memiliki
pengendalian internal dan pengendalian eksternal yang secara bersamaan berupaya untuk
menahan dorongan ataupun tarikan untuk melakukan kejahatan ataupun perilaku
delikuensi. Hasil penelitian ini adalah: 1) Proses resosialisasi mantan pecandu narkoba
dapat dilihat dari dua pengendalian sosial, yaitu pengendalian internal dan pengendalian
eksternal. Pertama, pengendalian internal yang terdiri dari konsep diri, orientasi tujuan,
toleransi frustasi dan retensi norma. (a) Konsep diri HK dan TA, yaitu membangun
kesuksesan meskipun pernah mengalami kegagalan. Konsep diri ST, yaitu mewujudkan
harapan-harapan orang tua. Konsep diri YD, yaitu mengembangkan rasa tanggung jawab
dengan menerima diri di Sahabat Foundation dan konsep diri DD, yaitu menerima diri
seperti adanya di Sahabat Foundation sebagai lingkungan yang baik. (b) Orientasi tujuan
YD, TA, DD dapat bekerja dan memperbaiki hubungan dengan keluarga. Orientasi tujuan
HK dapat pulih dari narkoba dan memperbaiki hubungan dengan keluarga. Orientasi
tujuan ST adalah dapat pulih dari narkoba. (c) Toleransi frustasi mantan pecandu narkoba
dilakukan dengan konseling. Toleransi frustasi TA dan YD dengan saling bercerita.
Toleransi frustasi DD dan TA menyibukkan diri di waktu luang dan HK dengan membaca
buku. (d) Retensi norma yang dilakukan YD, TA, DD, HK dengan mematuhi peraturan
dan mengikuti kegiatan Sahabat Foundation dengan baik dan ST dengan mengikuti
training di Sahabat Foundation. Kedua, pengendalian eksternal yang berasal dari Sahabat
Foundation, yaitu (a) pembatasan mantan pecandu narkoba dalam menjalankan proses
pemulihan yang terdapat pada peraturan Sahabat Foundation. (b) peran dan aktivitas
mantan pecandu narkoba dalam proses resosialisasi yang berupa bimbingan pengetahuan
adiksi dan bahasa inggris serta bimbingan keahlian menyablon baju dan mencukur rambut
dari BNN. YD, TA, DD, mendapatkan bimbingan keahlian menyablon baju dan
mencukur rambut dan HK mendapatkan bimbingan keahlian sablon baju. Bimbingan
praktek keagamaan dan bimbingan berperilaku konform atau baik pada kegiatan morning
meeting, wrap up dan Sharing Circle. (c)penguatan kelompok yang dilakukan pada
kegiatan terapi grup serta kelompok narcotic anonymous. 2) Sikap dan dukungan
keluarga yang diberikan kepada mantan pecandu narkoba dalam proses resosialisasi
adalah pertama pembatasan interaksi keluarga dengan mantan pecandu narkoba yang
terdapat pada peraturan di Sahabat Foundation. Kedua, peran dan aktivitas bermakna
yang dilakukan oleh keluarga kepada mantan pecandu narkoba. Hanya keluarga TA dan
ST yang memberi dukungan pembiayaan dan hanya keluarga ST yang memberi dukungan
dalam bentuk program rehabilitasi. 3) Kendala-kendala yang dihadapi mantan pecandu
narkoba selama menjalankan proses resosialisasi di Sahabat Foundation adalah,
penyesuaian diri terhadap setiap kegiatan dan peraturan di Sahabat Foundation,
memahami pegetahuan yang baru dipelajari oleh mantan pecandu narkoba,
berkomunikasi dengan konselor dan peraturan akan pembatasan rokok.
Kata Kunci: mantan pecandu narkoba, proses resosialisasi, kontrol sosial
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas segala nikmat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba di Sahabat Foundation.”
Shalawat serta salam penulis selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang telah
mengembangkan Islam hingga pada saat ini.
Dengan selesainya penelitian ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan dengan penyelesaian
skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak dan Ibu Wakil Dekan,
serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelajaran selama masa studi
penulis.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku ketua program studi Sosiologi
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si selaku sekertaris program studi Sosiologi
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr.Vinita Susanti, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak sekali membantu, mendengarkan setiap kesulitan dan juga
memberikan arahan supaya skripsi ini berjalan dengan lancar.
vii
5. Bapak AKBP. Heri Istu Hariono, S.Si yang telah merekomendasikan
tempat rehabilitasi narkoba untuk penelitian ini.
6. Sist Silvana dan Bro Andre yang telah menerima dengan baik dan
antusias kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Sahabat
Foundation.
7. Para mantan pecandu narkoba dan keluarga mantan pecandu narkoba
yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
8. Buat yang paling spesial dan tercinta Ema Sumiyati dan Bapak Sayuti
(Orang tua) yang telah membesarkan dan membiaya pendidikan penulis
selama ini, serta mendukung dan memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Keluarga penulis, yaitu Aal dan Agna, adik yang ngeselin tapi
ngangenin. Teh Heni, Ita, Wa Manah dan Kia sebagai penghibur dan
teman jalan dikala jenuh dengan skripsi. Ma Koyah, Bapak Akub, Bang
Ipul, Mpo Empit, mamang idin, encing enung dan Teh Ratna yang telah
bersedia memberikan dukungan, tumpangan tempat tinggal dan makan.
10. Sanggar Seni An-Nawawi yang selalu menghibur dengan musik sholawat
yang luar biasa.
11. Sahabat terbaik, Mijil, Juli, Beby, Ziah dan Ka Ade serta Usman yang
selalu support, menemani, mengkritik dan memberikan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
12. Terimakasih untuk Satuan Tugas Gerakan Anti Narkoba (SATGAS
GAN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai organisasi penulis yang
telah menjadi inspirasi dalam tema skripsi ini.
13. Terimakasih untuk teman seperjuangan skripsi, May, Fifi, Arlinda,
Azizah, Zul dan Fajar, Salam, Zaka dan teman Sosiologi A 2014 yang
lainnya.
14. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Demikian ucapan syukur dan terima kasih yang penulis berikan. Semoga
Allah senantiasa membalas semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang
diridhoi-Nya. Walaupun terdapat kekurangan dalam skripsi ini, penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin
Tangerang Selatan, Maret 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASRISME ............................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah................................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 11
E. Kerangka Teoritis ...................................................................................................... 18
F. Pembatasan Konsep ................................................................................................... 23
1. Resosialisasi .......................................................................................................... 23
2. Keluarga ................................................................................................................ 25
3.Mantan Pecandu Narkoba ...................................................................................... 25
4. Tempat Rehabilitasi Narkoba ................................................................................ 26
G. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 27
H. Metode Penelitian ...................................................................................................... 28
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................................ 28
2. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 29
x
3. Subjek Penelitian ................................................................................................... 31
4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 32
5. Analisis Data Penelitian ........................................................................................ 33
I. Proses Penelitian ......................................................................................................... 35
J. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 37
BAB II GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 38
A. Sejarah Sahabat Foundation ...................................................................................... 38
B. Visi dan Misi Sahabat Foundation ............................................................................ 39
C. Struktur Organisasi Sahabat Foundation ................................................................... 41
D. Daily Schedule Sahabat Foundation .......................................................................... 42
E. Peraturan-Peraturan Sahabat Foundation .................................................................. 44
BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA ................................................................ 48
A. Profil dan Kisah Mantan Pecandu Narkoba .............................................................. 48
1. YD ......................................................................................................................... 48
2. TA .......................................................................................................................... 52
3. DD ......................................................................................................................... 55
4.HK .......................................................................................................................... 58
5. ST .......................................................................................................................... 61
B. Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba ........................................................ 65
1. Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba dengan Pengendalian Internal .... 66
2. Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba dari Sahabat Foundation ............ 74
C. Sikap dan Dukungan Keluarga dalam Proses Resosialisasi ...................................... 84
1. Pembatasan Interaksi antara Keluarga dan Mantan Pecandu Narkoba .................. 85
2. Peran dan Aktivitas Bermakna Keluarga ............................................................... 86
a. Sikap dan Dukungan Keluarga dalam Bentuk Pembiayaan ............................... 87
xi
b. Sikap dan Dukungan Keluarga dalam Bentuk Program Pemulihan .................. 88
C. Kendala-Kendala Mantan Pecandu Narkoba dalam Proses Resosialisasi ................. 93
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 98
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 98
B. Saran .......................................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.D.1 Matriks Tinjauan Pustaka ................................................................................ 15
Tabel I.H.2 Subjek Penelitian ............................................................................................. 31
Tabel II.D.1 Daily Schedule Mantan Pecandu Narkoba ..................................................... 42
Tabel III.B.1 Pengendalian Internal Mantan Pecandu Narkoba di Sahabat
Foundation .......................................................................................................................... 67
Tabel III.C.1 Dukungan Keluarga dalam Bentuk Pembiayaan ........................................... 88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1. Contoh suggest di Sahabat Foundation ……………………………80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Setiap tahun Indonesia selalu memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa kini Indonesia dalam keadaan darurat narkoba, baik itu dalam media koran,
televisi ataupun media sosial. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus
penyalahgunaan narkoba, banyaknya jenis narkoba baru yang beredar di kalangan
masyarakat Indonesia, semakin menyeruaknya peredaran gelap narkoba dan kasus
mengenai hukuman yang diberikan kepada pengguna serta bandar narkoba.
Keadaan darurat narkoba di Indonesia mencerminkan betapa sangat bahayanya
penyalahgunaan narkoba bagi masyarakat Indonesia. Akibatnya, Indonesia setiap
harinya kehilangan puluhan orang, baik dari kalangan yang muda, tua, kaya,
miskin, pelajar, pekerja ataupun para aparat pemerintah.
Hasil survey Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia
bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2014
melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba secara umum sebesar
2,18%. Berdasarkan hasil survey tersebut telah dilakukan perhitungan proyeksi
angka prevalensi, dimana tahun 2016 telah diproyeksikan angka prevalensi
penyalahgunaan narkoba secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan
4.173.633 orang dengan rincian kategori adiksi coba pakai sebanyak 1.632.636
orang (prevalensi 0,87%), kategori teratur pakai sebanyak 1.539.360 orang
2
(prevalensi 0,82%), kategori pecandu suntik sebanyak 70.001 orang (prevalensi
0,04%) dan pecandu non suntik sebannyak 931.636 orang (prevalensi 0,49%)1
Pada tahun 2016 BNN melakukan penelitian tentang Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa menghasilkan
adanya kecenderungan penurunan dalam satu dekade terakhir ini, baik untuk
pernah pakai dan setahun pakai. Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada
kelompok pelajar dan mahasiswa setahun pakai menurun dari 5,2% pada tahun
2006 menjadi 1,9% pada tahun 2016. Atau bisa diartikan jika pada tahun 2006 ada
5 dari 100 orang pelajar/mahasiswa pakai narkoba dalam setahun dekade terakhir,
maka di tahun 2016 ini hanya 2 orang saja dalam 100 orang pelajar/mahasiswa.
Dengan demikian lebih dari separuh mereka yang pakai narkoba dalam setahun
terakhir dapat dikurangi satu dekade terakhir2. Meskipun terjadi penurunan
terhadap angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada lingkup pelajar dan
mahasiswa dalam satu dekade terakhir, tidak menutup kemungkinan pada tahun
selanjutnya data tersebut akan tetap, pasti akan terjadi perubahan baik penurunan
atau peningkatan terhadap angka prevalensi penyalahgunaan narkoba. Karena
dapat kita lihat dari berbagai media banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang serta globalisasi yang
terus terjadi di Indonesia.
1
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20narkoba%202017.pdf diunduh pada 20 Mei 2018 2
http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20170227/ringkasan_eksekutif_rev_cetak_18_feb.pdf diunduh pada 20 Mei 2018
3
Menurut American Psychiatric Association, definisi dari penyalahgunaan
obat (penyalahgunaan narkoba) adalah (Ardha Renzuli 2008):
“drug abuse has been defined as a pattern of pathological use that persist
for at least a month and that caused impairment in social or occupational
functioning in the family, at school or in a work setting”
Terjemahan bebas:
Penyalahgunaan obat telah didefinisikan sebagai pola penggunaan yang
patologis yang digunakan setidaknya dalam jangka waktu satu bulan dan secara
tetap dan menyebabkan kerugian dalam fungsi sosial atau pekerjaan di dalam
keluarga, di sekolah atau di lingkungan kerja.
Penyalahgunaan narkoba terkhusus bagi pengguna dan pecandu begitu
memberi dampak besar bagi gangguan kesehatan seperti, gangguan fungsi otak,
gagal ginjal, kerusakan hati dan lain sebagainya. Kemudian kehidupan sosialnya
pun akan terganggu, salah satunya yaitu bersikap anti sosial. Dengan dampak
yang diberikan atas penyalahgunaan narkoba tersebut membuat masyarakat
tentunya merasakan kekhawatiran dan keresahan. Karena Penyalahgunaan
narkoba ini juga merupakan suatu penyimpangan. Deviance can be defined as
nonconformity to a given set of norms that are accepted by a significant number
of people in a community or society (Giddens & Sutton 2014:175). Dengan
demikian, penyalahgunaan narkoba merupakan suatu hal yang buruk dan dapat
mengganggu kelanggengan suatu masyarakat atau ketertiban pada masayarakat
karena hal tersebut melanggar sebuah peraturan-peraturan yang berada di
masyarakat. Kemudian penyalahgunaan narkoba di katakan suatu penyimpangan
4
yang berujung pada adanya disintegrasi ini juga di karenakan penyalahgunaan
narkoba sangat di identikkan juga dengan adanya sebuah tindakan criminal
lainnya. Mereka melakukan berbagai perilaku menyimpang lainnya dan
melakukan pelanggaran hukum agar mereka dapat memperoleh narkoba yang
mereka butuhkan, salah satu tindakan yang dilakukan, yaitu mencuri, merampok
bahkan sampai membunuh.
Penyimpangan terhadap penyalahgunaan narkoba tersebut kemudian
membuat berbagai elemen masayarakat berusaha untuk melakukan pencegahan,
penanganan atau bahkan hukuman. Mulai dari kalangan pemerintah, khususnya
BNN dan Kementrian Kesehatan, Non-Government Organization (NGO),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Polisi dan lain-lainnya. Hal ini dilakukan
agar perilaku penyimpangan ini tidak meluas dan bertambah banyak, memberikan
efek jera serta masyarakat dapat hidup sehat, tenang dan tertib dalam kehidupan
bermasayarakat.
Keseriusan akan upaya pemberantasan penyalahgunaan narkoba juga telah
diatur secara sempurna. Peraturan akan tindak pidana serta proses hukum dari
pelaku penyalahguna narkoba diatur dalam Undang-Undang no 35 tahun 2009.
Dalam Undang-Undang tersebut sanksi terberat bagi penyalahgunaan narkoba
adalah hukuman mati dengan berbagai perimbangan tertentu. Sedangkan bagi para
pecandu atau pengguna wajib menjalani rehabilitasi baik rehabilitasi medis
maupun rehabilitasi sosial, baik itu pecandu yang tertangkap oleh kepolisian atau
5
pecandu yang dengan sadar sendirinya atau atas arahan keluarga yang ingin
melakukan rehabilitasi.
Rehabilitasi dalam pasal 56 ayat 1 Undang-Undang No.35 Tahun 2009
Tentang Narkotika mengatakan bahwa rehabilitasi bagi pecandu narkotika
dilakukan dengan maksud untuk memulihkan dan/ atau mengembangkan
kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Dalam
melaksanakan rehabilitasi, para pecandu narkoba wajib menjalani proses
rehabilitasi medis dan juga rehabilitasi sosial. Rehabilitasi Medis adalah suatu
proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari
ketergantungan Narkotika. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan
pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu
Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat. Dalam proses rehabilitasi sosial dapat dilakukan dengan pendekatan
keagamaan, pendekatan tradisional atau pendekatan alternative lainnya.
Dengan demikian, rehabilitasi ini dilakukan guna mengembalikan pecandu
narkoba agar kembali pulih secara jasmani serta berusaha mengembalikan
kehidupan sosialnya agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
masayarakat atau hal ini disebut dengan proses resosialisasi. Proses resosialisasi
ini dalam arti sempitnya adalah proses pemasyarakatan kembali setelah individu
melakukan tindakan penyimpangan atau kejahatan. Proses resosialisasi ini sangat
penting bagi mantan pecandu narkoba, hal ini juga di atur dalam Peraturan
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 tentang Standar
Rehabilitasi Sosial dengan Pendekatan Profesi Pekerjaan Sosial yang berbunyi
6
“resosialisasi merupakan kegiatan untuk mempersiapkan penerima pelayanan agar
dapat diterima kembali ke dalam keluarga dan masyarakat”.
Proses resosialisasi di tempat rehabilitasi narkoba bertujuan agar mantan
pecandu tersebut dapat kembali menjalankan perannya dalam keluarga dan juga
masyarakat, akan tetapi proses tersebut tidaklah mudah untuk di jalankan. Hal ini
dikarenakan proses resosialisasi ini terjadi pada sebuah tempat yang memiliki
peraturan-peraturan tertentu yang secara tegas harus dipatuhi dan peraturan ini
sebelumnya berbeda dengan peraturan, norma dan nilai apa yang mereka pandang
atau yang mereka yakini serta mereka laksanakan sebelumnya. Dengan artian lain
mantan pecandu harus meninggalkan kebiasaan buruk mereka yang merugikan
atau meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan
menyelaraskan kembali perilakunya dengan aturan-aturan yang berada di
masyarakat.
Kemudian proses resosialisasi yang tentunya perlu dukungan serta
keikutsertaan keluarga. Hal ini juga dikatakan oleh Retno dan Nilam dalam
jurnalnya yang mengatakan bahwa sebagai orang yang terdekat, orang tua sangat
memainkan peranan penting kepada anaknya yang memiliki kondisi pasca
penggunaan narkoba dan juga memiliki relevansi dengan adaptasi kehidupan
anaknya dalam bermasyarakat. Kemudian mereka juga mengatakan penerimaan
serta dukungan orang tua sangat penting dalam membantu anak remaja dalam
menghadapi kondisi pasca menggunakan narkoba (Widianingsih dan Widyarini
2009).
7
Pada realita yang terjadi, banyak juga kelurga dari mantan pecandu
narkoba yang tidak memberikan dukungan, penerimaan dan sebagainya. Hal ini
bisa berkaitan dengan sterotype dan stigma negatif yang diberikan atau berlaku di
masyarakat tentang pecandu narkoba. Seperti, keluarga akan malu besar karena
mempunyai anggota keluarga yang menyalahgunakan narkoba, kata-kata “kalo
pecandu narkoba yah tetap pecandu narkoba” atau bahkan lebih
parahnya“pecandu narkoba pasti terkena HIV/AIDS”3. Maka dari itu, setiap
mantan pecandu narkoba memiliki proses reosialisasi yang berbeda-beda dan hal
di atas tentu akan mempengaruhi proses resosialisasi yang dilakukan oleh mantan
pecandu narkoba.
Pada dasarnya proses resosialisasi ini dilakukan agar mantan pecandu
tidak menggunakan kembali narkoba, atau biasa disebut dengan istilah relaps.
Relaps merupakan perilaku penggunaan kembali narkoba yang ditandai dengan
adanya pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah individu tersebut
mengikuti program rehabilitasi dan pemutusan zat. Relaps dapat terjadi karena
individu bergaul kembali dengan teman-teman pemakai narkoba atau bandarnya,
sehingga seseorang tersebut tidak mampu menahan keingininan atau sugestinya
untuk memakai kembali narkoba serta relaps sendiri bisa terjadi karena
mengalami stress atau frustasi sehingga pelampiasaannya dengan narkoba
(Ikanovitasari dan Sudarji 2017:2).
Rehabilitasi yang didalamnya proses resosialisasi ini bukan untuk
menyembuhkan mantan pecandu narkoba dari narkoba, akan tetapi hanya
3 http://www.bnn.go.id/read/artikel/11867/dampak-langsung-dan-tidak-langsung-
penyalahgunaan-narkoba diakses pada tanggal 15 Oktober 2018
8
memulihkan dari narkoba. Sehingga bukan tidak mungkin seseorang tidak
menggunakan narkoba kembali. Maka dari itu, sangat perlu adanya pengendalian
sosial saat melaksanakan prooses resosialisasi mantan pecandu narkoba, baik dari
tempat rehabilitasi maupun keluarga sebagai tempat awal dia kembali setelah
selesai melaksanakan rehabilitasi.
Dari permasalahan mengenai proses resosialisasi mantan pecandu narkoba,
maka sangat menarik untuk melihat bagaimana proses resosialisasi mantan
pecandu narkoba dalam sebuah tempat rehabilitasi, khususnya di Sahabat
Foundation. Kemudian semakin menjadi menarik bagi peneliti untuk melihat
sikap dan pandangan yang diberikan oleh keluarga dan teman sesama peandu
narkoba di Sahabat Foundation dalam melakukan proses resosialisasi dalam
konteks kontrol sosial yang diberikan kepada mantan pecandu narkoba serta
melihat kendala-kendala apa saja yang dihadapi mantan pecandu narkoba dalam
proses resosialisasi. Sehingga kita dapat mengetahui secara lebih mendalam
proses resosialisasi yang dilakukakan oleh mantan pecandu narkoba di Sahabat
Foundation.
B. Pertanyaan Penelitian
Agar penelitian dapat dilakukan secara teratur dan terarah, maka peneliti
mengajukkan pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di Sahabat
Foundation?
9
2. Bagaimana sikap dan dukungan keluarga ketika mantan pecandu
melakukan proses resosialisasi?
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi mantan pecandu narkoba ketika
melakukan proses resosialisasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, adapun penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui proses resosialisasi mantan pecandu narkoba. Dengan maksud
tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di
Sahabat Foundation
2. Untuk menjelaskan sikap dan dukungan keluarga mantan pecandu
ketika mantan pecandu melakukan proses resosialisasi
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi mantan pecandu
narkoba ketika melakukan proses resosialisasi.
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis :
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih kepada peneliti lain sebagai bahan referensi
serta perbandingan penelitannya dalam meneliti suatu
fenomena yang mirip atau serupa dengan penelitian ini.
10
b. Bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang
sosiologi kriminalitas, khususnya mengenai resosialisasi
mantan pecandu narkoba.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan
bagi mahasiswa Sosiologi FISIP Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penelitian yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi penulis, penelitian ini dilaksanakan untuk
menyelesaikan studi agar mendapatkan gelar sarjana pada
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik serta penelitian ini dapat dijadikan pengalaman
penelitan sosial dalam mengasah kemampuan membuat
karya tulis ilmiah.
b. Bagi pembaca, diharapkan dengan adanya penelitian ini
dapat menambah wawasan serta informasi mengenai
permasalahan yang ada pada penelitian ini.
c. Bagi aparat pemerintah, yaitu Badan Narkotika Nasional
dan Kementrian Sosial, agar dapat memperhatikan lebih
mendalam permasalahan resosialisasi bagi mantan pecandu
narkoba.
11
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai mantan pecandu narkoba ini bukan merupakan hal
yang baru untuk diteliti, akan tetapi sudah banyak penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan mantan pecandu narkoba tersebut. Sebagai bahan
pertimbangan dalam skripsi ini, penulis melakukan beberapa tinjauan pustaka
yang berkaitan dengan tulisan ini sebagai referensi pembanding atau untuk
memperbaiki penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut antara lain :
Penelitian pertama dengan judul “Studi Kasus Kehidupan Remaja Mantan
Pecandu Narkoba (2016)” dari artikel e-jurnal Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang ditulis oleh Diah Ardiantina pada tahun. Jurnal ini secara umum
menjelaskan tentang perkembangan dua mantan pecandu narkoba yang sedang
melakukan rehabilitasi di Panti Sosial Putra Sehat Mandiri, yaitu RK dan DM.
Penelitian ini berjenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam.
Perkembangan fisik terhadap dua remaja mantan pecandu narkoba
memiliki kondisi fisik yang baik dengan didukung dengan pola hidup yang baik
pula. Perkembangan kognisi kedua remaja mantan pecandu tersebut dapat
menyelesaikan masalah dengan baik, namun subjek menjadi pelupa setelah
mengonsumsi narkoba. Dalam kemampuan intelektual, subjek pertama tidak
mengalami penurunan prestasi akademik. Namun sebaliknya dengan subjek
kedua. Sedangkan dalam perkembangan sosio-emosional, kedua remaja mantan
pecandu narkoba tersebut dapat mengendalikan emosinya. Akan tetapi subjek
12
pertama pasif terhadap kegiatan di lingkungan tempat tinggal. Berbeda dengan
subjek kedua yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh panti
rehabilitasi narkoba. Dari kedua subjek tersebut, keluarga menerima, menghargai
dan mendukung keadaan mantan pecandu narkoba yang sedang melakukan
rehabilitasi.
Penelitian yang kedua jurnal berjudul “ Kualitas Hidup Mantan Pecandu
Narkoba yang Sedang Menjalani Terapi Metadon (2015) ditulis oleh Geede Indra
Surya Lasmawan dan Tience Debora Valentina. Penelitian ini menekankan pada
kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani terapi metadon
mencakup aspek fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomenologi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metadon membantu
individu dalam berbagai aspek kualitas hidup seperti aspek kesehatan fisik, yaitu
individu dapat kembali beraktivitas secara normal. Pada aspek psikologis,
individu memiliki motivasi untuk mencapai harapannya dan tidak terpuruk dalam
penyesalan dalam artian lain yaitu mantan pecandu sudah mulai menerima kondisi
keadaan dirinya saat ini. Pada aspek psikologis juga mantan pecandu narkoba
memperlihatkan ekspresi spiritual pada saat menjalani terapi metadon. Terkait
aspek hubungan sosial, orang terdekat memberikan dukungan dan motivasi baik
dari orang tua maupun keluarganya sendiri. Namun ada beberapa mantan pecandu
narkoba yang juga belum sepenuhnya yang terlibat dalam aktivitas masyarakat
karena diakibatkan adanya stigma. Selanjutnya aspek kesejahteraaan lingkungan
13
yaitu individu pengguna metadon mengalami peningkatan status ekonomi,
pengetahuan yang meningkat, dan berhenti dari penyalahgunaan heroin. Di sisi
lain individu merasa kebebasannya berkurang, dan adanya kebutuhan untuk terus
menggunakan metadon.
Pembanding yang ketiga adalah tesis yang berjudul “Resosialisasi remaja
korban penyalahgunaan napza (studi kasus pada Panti Sosial Pamardi Putera
Khusnul Khotimah Serpong Tangerang)” yang ditulis oleh Rani Nuraini pada
tahun 2015, jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif. Data diambil melalui suatu wawancara yang mendalam. Fokus tesis ini,
yaitu pertama, bagaimana karakteristik dan latar belakang penyalahgunaan Napza
pada remaja. Kedua, bimbingan apa saja yang diberikan kepada remaja bekas
korban penyalahgunaan Napza di dalam proses resosialisasi. Ketiga, bagaimana
pandangan keluarga, masyarakat (masyarakat sekitar dan pengguna jasa) terhadap
remaja korban penyalahgunaan Napza.
Hasil dari penelitian ini, yaitu yang pertama, latar betakang penyalahgunaan
Napza yang dihadapi keempat informan remaja korban penyalahgunaan Napza
(Panto, Ali, Udin dan Dicky) disebabkan karena adanya faktor internal yang
bersifat psikologis, yaitu kepribadian dan faktor sosiologis, yaitu strata sosial
keluarga informan yang dominan berasal dari lapisan masyarakat bawah/keluarga
tidak mampu. Faktor eksternal meliputi kondisi keluarga, teman sebaya dan
lingkungan social budaya (subkultur) yang devian. Kedua, Dalam program
14
resosialisasi di panti ini, remaja diberikan empat jenis bimbingan agar remaja
korban penyalahgunaan Napza memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk
berintegrasi dengan masyarakat, antara lain: pertama, bimbingan kesiapan dan
peran serta masyarakat. Kedua, bimbingan pemantapan usaha/kerja. Ketiga,
bantuan pengembangan usaha /kerja/sekolah. Keempat, penempatan dan
penyaluran. Proses resosialisasi yang dilaksanakan di dalam panti dari keempat
jenis kegiatan tersebut belum secara optimal dilaksanakan sebagaimana ditetapkan
dalam program panti. Peran serta dan kepedulian masyarakat sekitar dalam
membantu proses resosialisasi remaja korban penyalahgunaan Napza masih
kurang optimal. Pada tahap kegiatan bimbingan pemantapan usaha/kerja,
masyarakat (pengguna jasa) telah menjalin kerjasama/kemitraan yang cukup baik
dengan pihak panti dalam penerimaan residers panti termasuk informan penelitian
melalui kegiatan Praktek Belajar Kerja. Ketiga, dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa hanya ada satu keluarga informan dari keempat informan yang memandang
permasalahan penyalahgunaan Napza sebagai masalah potensial yang harus
dikembangkan dalam proses akomodasi keluarga, yaitu memberikan dukungan
dan membantu proses penyesuaian diri remaja di masyarakat secara optimal
(terjadi pada kasus informan Dicky). Sedangkan orang tua ketiga informan
lainnya (Panto, Ali dan Udin) kurang mendukung proses resosialisasi mereka di
dalam panti maupun di lingkungan masyarakat.
Keempat, jurnal yang ditulis oleh “Dukungan Orang Tua dan
Penyesuaian Diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba” dari jurnal Psikologi
Volume 3, No. 1, Desember 2009 yang ditulis oleh Retno Widianingsih dan MM.
15
Nilam Widyarini. Penelitian ini lebih menekankan pada seberapa besarnya peran
orang tua dalam memberikan dukungan terhadap penyesuaian diri remaja mantan
pengguna narkoba ke dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode pengumpulan data adalah metode angket serta subjek
penelitian berjumlah 45 orang. Hipotesis penelitian yang diuji adalah ada
pengaruh dukungan orang tua terhadap penyesuaian diri pengguna narkoba.
Dukungan orang tua sangat mempengaruhi penyesuaian diri remaja
mantan pengguna narkoba. Sehingga penelitian ini memperlihatkan bahwa
terdapat peranan yang signifikan dari dukungan orang tua terhadap penyesuaian
diri remaja. Lebih detil lagi ditunjukkan peranan dukungan orang tua terhadap
penyesuaian diri remaja mantan pengguna narkoba sebesar 36,1%. Besarnya
dukungan orang tua kepada mantan pengguna narkoba juga berdasarkan jenis
kelamin, rentang usia dan tingkat pendidikan. Penyesuaian diri mantan pengguna
narkoba dapat dilihat dari tingkatan usia dan pendidikan.
Tabel I. D.1 Matriks Tinjauan Pustaka
No Data Penulis Teori Temuan/Hasil Persamaan Perbedaan
1. Penulis: Diah
Ardiantina
Judul: “Studi
Kasus Kehidupan
Remaja Mantan
Pecandu
Narkoba”
Metode
Penelitian:
Kualitatif
Tidak
dijelaskan
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kedua subjek mantan
pecandu narkoba
memiliki kesamaan
latar belakang dalam
mengonsumsi narkoba,
yaitu pengaruh teman-
teman pergaulan.
Penelitian ini
menjelaskan
perkembangan fisik,
Subjek penelitian
mantan pecandu
narkoba dan
persamaan dalam
membahas
hubungan dan
sikap mantan
pecandu dengan
keluarganya.
Tidak ada proses
resosialisasi yang
ditunjukkan dengan
mendalam dan lebih
menekankan pada
proses
perkembangan
mantan pecandu di
dalam tempat serta
tidak melihat peran
teman sesama
residen.
16
kognisi dan sosio-
emosional remaja
mantan pecandu
narkoba yang berada di
Panti Sosial Pamardi
Putra “Sehat Mandiri”
2. Penulis: Geede
Indra Surya
Lasmawan dan
Tience Debora
Valentina
Judul: “Kualitas
Hidup Mantan
Pecandu Narkoba
yang Sedang
Menjalani Terapi
Metadon”
Metode
Penelitian:
Kualitatif
Tidak
dijelaskan
Kualitas hidup individu
yang sedang menjalani
terapi metadon dapat
dipengaruhi oleh
beberapa hal
diantaranya dampak
dari penggunaan
metadon, faktor
budaya, status
pekerjaan, penghasilan,
dan hubungan dengan
orang sekitar. Kualitas
hidup yang ditampilkan
tidak hanya sebatas
hasil dari pengalaman
selama menggunakan
metadon, namun juga
sebagai hasil dari
pengalaman-
pengalaman terdahulu
termasuk pengalaman
sebagai mantan
pecandu narkoba.
Kualitas hidup
ditunjukkan dari empat
aspek kehidupan seperti
fisik, psikologis, sosial,
dan juga lingkungan.
Subjek penelitian
mantan pecandu
narkoba dan
keikutsertaan
keluarga dalam
proses
rehabilitasi.
Lebih menjelaskan
metode yang dipakai
dalam proses
rehabilitasi, yaitu
dengan cara terapi
metadon dan
menjelaskan
pengertian serta efek
dari metadon.
3. Penulis:Rani
Nuraini
Judul:
“Resosialisasi
remaja korban
penyalahgunaan
napza (studi
kasus pada Panti
Sosial Pamardi
Putera Khusnul
Khotimah
Serpong
Tangerang”
Tidak
dijelaskan.
Hanya
menjelaska
n konsep
resosialisasi
dan stigma
Hasil penelitian ini
menjelaskan tentang
latar belakang
penyalahgunaan
narkoba dari factor
internal dan eksternal.
Lebih menjelaskan
program-program
tempat rehabilitasi
mengenai proses
resosialisasi. Dan
menjelaskan pandangan
keluarga dan
masyarakat sekitar
Menjelaskan
proses
resosialisasi serta
persamaan dalam
beberapa konsep
tentang proses
resosialisasi. Dan
pentingnya
keikutsertaan
keluarga dalam
proses
resosialisasi.
Penjelasaan proses
resosialisasi terfokus
dan bergantung pada
bimbingan yang ada
di tempat
rehabilitasi. Subjek
penelitian remaja
mantan pecandu
narkoba. Tidak
menjelaskan
hubungan teman
sesama residen.
17
Metode
Penelitian:
Kualitatif
tempat rehabilitasi
terhadapap remaja
mantan pecandu
narkoba, terkhusus
dalam dukungan dan
penyesuaian diri remaja
mantan pecandu
narkoba.
4. Penulis: Retno
Widianingsih dan
MM. Nilam
Widyarini
Judul: Dukungan
Orang Tua dan
Pnyesuaian Diri
Remaja Mantan
Pengguna
Narkoba
Metode
Penelitian:
Kuantitatif
Tidak
dijelaskan
Hasil analisis
menujukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima, yang berarti
terdapat peranan yang
signifikan dari
dukungan orang tua
terhadap penyesuaian
diri remaja mantan
pengguna narkoba.
Semakin tinggi
dukungan orang tua
terhadap remaja mantan
pengguna narkoba
maka semakin baik
adaptasi yang
dilakukan oleh remaja
tersebut dalam
masyarakat
Subjek penelitian
adalah mantan
pecandu narkoba
serta
memperlihatkan
bagaimana
dukungan yang
diberikan oleh
keluarga kepada
mantan pecandu
narkoba dalam
proses kembali
dalam kehidupan
masyarakat.
Subjek penelitiannya
adalah remaja
mantan pengguna
narkoba dan
berfokus pada
dukungan yang
diberikan keluarga
terhadap remaja
mantan pengguna
narkoba dalam
proses adaptasi
kembali dengan
masyarakat.
Secara umum keempat literatur diatas menjelaskan proses dan usaha
mantan pecandu narkoba untuk kembali menjalankan perannya dalam kehidupan
sosial dengan menggunakan berbagai macam cara. Mantan pecandu narkoba
menjadi menarik dalam objek penelitian ini, karena narkoba menjadi suatu bahaya
besar bagi masyarakat Indonesia. Sehingga harus ada upaya agar permasalahan ini
tidak semakin meluas. Proses resosialisasi adalah salah satu upaya dalam
penyelesaian permasalahan narkoba. Hal ini dilakukan dengan melakukan
berbagai upaya mantan pecandu narkoba agar dapat berintegrasi kembali dengan
masyarakat dan tidak relaps. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan proses
resosialisasi mantan pecandu narkoba dalam penelitian ini dan bertempat di
18
Sahabat Foundation yang memang sebelumnya tidak ada penelitian mengenai
topik ini di lokasi tersebut.
E. Kerangka Teoritis
Teori Pengendalian Walter Reckless
Kontrol sosial atau bisa disebut juga pengendalian sosial diartikan oleh Joseph
S.Roucek sebagai “a collective term for those processes, planned or unplanned,
by which individuals are taught, persuaded, or complled to conform to the usages
and life-values of groups (1965:3)” (Sunarto, 2004:55). Dengan demikian, pada
kontrol sosial terdapat pengarahan terhadap seseorang terkhusus pada perilakunya
agar sesuai dengan norma-norma yang berada di masyarakat. (1) Sistem mendidik
dimaksudkan agar dalam diri seseorang terdapat perubahan sikap dan tingkah
laku; (2) Sistem mengajak bertujuan mengarahkan agar perbuatan seseorang
didasarkan pada norma-norma, dan tidak menurut kemauan individu-individu; dan
(3) Sistem memaksa bertujuan untuk mempengaruhii secara tegas agar seseorang
bertindak sesuai dengan norma-norma (Yani, 2015). Definisi Roucek tersebut
tidak hanya sebatas tentang tindakan yang harus dilakukan pada individu yang
membangkang tetapi pengertian diatas juga dapat kita pahami sebagai proses
sosialisasi.
Penelitian ini menggunakan teori kontrol sosial Walter Reckless untuk melihat
proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation. Dalam teori
pengendalian Reckless, agar individu tidak melakukan kejahatan ataupun
delikuensi, maka individu tersebut tidak diperbolehkan untuk melanggar setiap
19
kombinasi pengendalian luar dan pengendalian dalam secara bersama-sama dalam
upaya menahan atau mencegah orang baik itu mendapatkan dorongan atau tarikan
untuk melakukan kejahatan ataupun delikuensi. Setiap pelemahan pengendalian
dianggap akan cenderung meningkatkan kemungkinan pelanggaran karena
kelemahan ini membuka benteng kontrol sosial ekternal dan kontrol diri internal
(Lilly, Cullen, dan Ball, 2015:115). Jadi, menurut teori pengendalian Reckless,
agar mantan pecandu narkoba tidak relaps maka harus memiliki pengendalian dari
dalam dirinya (Internal) dan juga pengendalian dari luar dirinya (Eksternal), dan
keduanya harus dijalankan secara bersamaan. Faktor-faktor dalam teori
pengendalian Walter Reckless sebagai berikut:
1. Faktor-Faktor Pengendalian Internal
Pengendalian dalam akan cenderung mengontrol individu sampai tingkat
tertentu meskipun lingkungan eksternalnya berubah (Lilly, Cullen, dan Ball,
2015:116). Reckless membagi empat faktor utama dalam pengendalian dalam,
yaitu sebagai berikut:
a. Konsep diri.
Citra diri sendiri sebagai orang yang taat hukum dan tidak suka cari
masalah akan dapat menghambat potensi delikuensi, membawa individu pada
kepatuhan relative meski ada dorongan dan tarikan untuk melakukan kejahatan
atau perilaku delikuensi. Orang tua, guru dan figur otoritatif memiliki pengaruh
terhadap konsep diri yang baik.
20
Agustini (2009) menyatakan konsep diri merupakan gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep ini bukan
merupakan factor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-
menerus. Secara umum konsep diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsep
diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif akan memungkinkan
seseorang bisa bertahap menghadapi masalah yang mungkin saja muncul. Selain
itu akan membawa dampak posisit pula pada orang lain di sekitarnya. Sebaliknya
konsep diri negative akan mempengaruhi baik itu hubungan interpersonal maupun
fungsi mental lainnya (Rahmat, 2007).
b. Orientasi tujuan.
Reckless berpendapat bahwa kendali diri dalam sangat bergantung pada
orientasi tujuan. Orientasi ini didefinisikan sebagai arah hidup yang berkaitan
dengan orientasi ke tujuan yang legitimate (sah) dan cita-cita yang baik, yang
selaras dengan tujuan yang disepakati dan secara realistis dapat diraih. Menurut
teori pengendalian orientasi tujuan itu sebagai konsep yang menciptakan jalan
yang lurus dalam koridor konformitas.
Vande Walle (1999) mengatakan orientasi tujuan merupakan konstruk
yang menggambarkan bagaimana individu merespon, memberikan reaksi dan
menginterpretasikan situasi untuk mencapai suatu prestasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa orientasi tujuan adalah bagaimana individu menghadapi
situasi yang ada. Menurutnya juga orientasi tujuan secara konsep sebagai sifat
21
yang stabil yang bergerak kearah pengembangan kemampuan berprestasi dalam
berbagai situasi.
c. Toleransi frustasi.
Teori pengendalian ini mengakui kemungkinan bahwa kontrol biofisik
yang mengarah ke penyimpangan mungkin sangat membuat frustasi dan bahwa
masyarakat kontemporer mungkin menciptakan frustasi yang berat sebagai akibat
dari peluang yang berbeda-beda itu. Teori ini menyatakan sebagian dari
munculnya respons yang berbeda-beda terhadap frustasi keluarga, ekonomi,
politik, dan seksual dapat dijelaskan melalui fakta bahwa individu yang berbeda
mengembangkan kemampuan untuk menangani frustasi. Inti dari faktor toleransi
frustasi adalah bagaimana individu melakukan kontrol diri untuk mengatasi
kegagalan dan problem dalam kehidupan.
Toleransi frustasi (Maria, 2008) adalah kemampuan untuk menerima hal-
hal yang tidak kita setujui atau tidak kita sukai. Ketika seseorang merasa sangat
frustasi, hal itu bisa saja menjadi pengganggu dalam penyelesaian tugasnya.
Namun Individu yang memiliki toleransi frustasi yang tinggi tidak mudah untuk
menjadi frustasi. Toleransi frustasi yang tinggi berarti menerima kenyataan dan
menetapkan kesusahannya dalam pandangannya sendiri. Dryden mengatakan
toleransi frustasi yang tinggi mempunyai keyakinan yang masuk akal, mudah
menyesuaikan serta tidak membesar-besarkan suatu masalah.
22
d. Retensi norma
Retensi norma merujuk pada kepatuhan, komitmen, penerimaan, identifikasi
dengan legitimasi dan pembelaan nilai-nilai, norma, hukum, aturan, institusi, adat
dan cara bertindak. Pada retensi norma menekankan integrasi individual melalui
penggunaan cara-cara yang dapat diterima.
2. Faktor-Faktor Pengendalian Eksternal
Menurut Reckless, ikatan sosial yang kuat dan mengikat akan dapat mencegah
seseorang untuk berbuat kriminal atau menyimpang. Kuat atau tidaknya Ikatan
sosial tersebut dapat diperoleh dari siapa dan bagaimana yang memberikan
pengendalian sosial terhadap individu tersebut. Selanjutnya Reckless mengatakan
pengendalian sosial luar terdiri dari keluarga, teman dan polisi dan sebagainya
yang mempengaruhi kita agar tidak menyimpang (Henslin, 2007:154). Beserta
dengan reward dan punishment serta penerimaan dari segi sosialnya. Factor kunci
yang mengikat individu ke kelompok mungkin akan berbeda diantara satu
kelompok dan kelompok lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor
sebagai berikut (Lilly, Cullen, dan Ball, 2015:116):
1. Pembatasan yang masuk akal (reasonable). Pembatasan ini terlihat
dalam regulasi yang efektif.
2. Peran dan aktivitas bermakna yang melibatkan kombinasi dari regulasi
dan integrasi.
23
3. Beberapa variabel komplementer seperti penguatan yang dilakukan
oleh kelompok dan relasi supportif yang signifikan, penerimaan,
menciptakan rasa kebersamaan dan identitas.
F. Pembatasan Konsep
1. Resosialisasi
Resosialisasi adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan proses
sosialisasi yang merujuk pada perubahan nilai, sikap dan tingkah laku yang telah
menjadi bagian integral dari kehidupan individu4. Dengan kata lain resosialisasi
ini terjadi setiap kali individu mempelajari suatu hal yang baru atau suatu hal yang
bertentangan dengan kondisi awal individu tersebut. Neil J. Smelser mengatakan,
“Resocialization is learning of new roles, values or bodies of knowledge”.
Kemudian Smelser juga mengatakan resosialisasi adalah suatu proses dimana
individu mempelajari keahlian tertentu dan tingkah laku yang sesuai dengan peran
sosial mereka (Subekti 2013). Sehingga dengan hal tersebut mereka dapat
memulihkan atau mengembalikan perannya kembali dalam sebuah masyarakat.
Individu atau kelompok yang melakukan resosialisasi pada lazimnya terjadi
untuk mempelajari sesuatu yang bertentangan dengan kondisi awal kita. Proses
resosialisasi atau proses pemasyarakatan kembali suatu individu atau kelompok
sebelumnya didahului dengan adannya proses desosialisasi. Dalam proses
desosialisasi seseorang mengalami pencabutan diri yang dimilikinya, sedangkan
dalam proses resosialisasi seseorang diberi suatu yang baru. Proses desosialisasi
4 http://koentjoro-psy.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Kriminologi-2.pdf diakases pada
tanggal 13 Oktober 2018
24
dan resosialisasi ini sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung dalam apa
yang oleh Goffman dinamakan institusi total, yaitu suatu tempat tinggal dan
bekerja yang di dalamnya sejumlah individu dalam situasi sama, terputus dari
masyarakat yang lebih luas untuk suatu jangka waktu tertentu, bersama-sama
menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal (Sunarto 2004:29).
Resosialisasi terjadi ketika seseorang memasuki sebuah kelompok atau
organisasi yang hirarki, sehingga mereka diharuskan untuk menanggapi atau
menjalankan otoritas yang ada pada sebuah prinsip tersebut agar tidak keluar dari
kesetiaan individu tersebut, karena ketidaksetiaan individu dianggap sebagai
ancaman bagi kelompok. Individu yang dalam proses resosialisasi ini juga harus
menghormati setiap simbol dan tujuan organisasi. Dalam resosialisasi ini juga
bersifat memaksa untuk memperkuat keseriusan dan kelanggengan aturan dan
harapan baru. Karena tujuan dari resosialisasi sendiri adalah untuk
menghancurkan atau mendefinisikan kembali identitas lama mereka (Anderson
dan Taylor 2011:96-97).
Proses resosialisasi dapat dilihat dari setiap kegiatan atau bimbingan yang
diberikan oleh sebuah institusi, dalam penelitian ini yaitu tempat rehabilitasi
penyalahgunaan narkoba. Tempat rehabilitasi penyalahgunaan narkoba memiliki
kegiatan atau bimbingan yang berbeda dan hal tersebut berdasarkan dengan
program Kementrian Sosial ataupun Badan Narkotika Nasional.
25
2. Keluarga
Keluarga adalah lingkungan awal manusia menjalani sebuah kehidupan.
Hubungan antara orang tua dengan anak tidak akan bisa diabaikan dan dilepaskan
sejak anak tersebut dilahirkan sampai dia dewasa. Dalam (Setiadi dan Kolip 2011)
mengatakan bahwa keluarga adalah institusi yang paling penting pengaruhnya
terhadap seorang individu dalam proses sosialisasi, begitupun dengan sosialisasi
kembali (resosialisasi). Hal ini dikarenakan keluarga merupakan kelompok primer
yang selalu bertatap muka diantara anggotanya sehingga dapat selalu mengetahui
serta mengikuti perkembangan angota-anggotanya. Kemudian, orang tua memiliki
kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya sehingga menimbulkan
hubungan emosional serta keluarga, khususnya orang tua memiliki peranan yang
penting terhadap sosialisasi kepada anak karena adanya hubungan sosial yang
tetap. Sistem keluarga secara luas terdiri dari kakek, nenek, kakak, paman, bibi,
orang tua, anak dan sebagainya.
3. Mantan Pecandu Narkoba
Menurut Undang-Undang No.35 Tahun 2009, pecandu narkotika adalah orang
yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan
narkotika dapat dilihat dari kondisi seseorang yang ditandai dengan adanya
dorongan untuk menggunakan narkoba secara terus-menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunanya dikurangi
atau berhenti secara tiba-tiba, akan menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas
26
atau dapat menyebabkan sakaw. Penyalahguna narkoba adalah orang yang
menggunakan narkotika tanpa hak atau orang yang melawan hukum. Dalam UU
ini pun diwajibkan bagi para pecandu untuk melakukan rehabilitasi, baik yang
secara medis ataupun rehabilitasi sosial.
Mantan pecandu narkotika adalah orang yang telah sembuh dari
ketergantungan terhadap narkotika secara fisik dan psikis. Pengertian tersebut
adalah berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009 pasal 58. Seorang
pecandu narkoba yang tengah melaksanakan rehabilitasi sosial dapat dikatakan
sebagai seorang mantan pecandu. Karena dia telah terputus dari zat berbahaya
tersebut dan sedang menjalankan proses untuk kembali ke masyarakat.
4. Tempat Rehabilitasi Narkoba
Tempat rehabilitasi narkoba adalah suatu lokasi atau tempat yang digunakan
untuk pengobatan dan pencegahan pecandu narkoba agar mereka tidak kembali
menggunakan narkoba. Hal yang diberikan oleh tempat rehabilitasi untuk pecandu
narkoba adalah dengan memberikan perawatan untuk pecandu narkoba baik
perawatan secara fisik (jasmani) ataupun psikis, rohani serta fasilitas-fasilitas
lainnya dan memberikan berbagai rangkaian bimbingan dalam upaya pemulihan.
Tempat rehabilitasi narkoba juga areanya tidak dapat dimasuki oleh sembarang
orang, hanya orang-orang tertentu yang memiliki kepentingan di tempat
rehabilitasi narkoba tersebut.
Rehabilitasi merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan korban
penyalahgunaan narkoba atau mantan pecandu narkoba dari ketergantungan
27
Pengendalian Dalam
(kontrol diri
internal):
1. Konsep diri
2. Orientasi
tujuan
3. Toleransi
frustasi
4. Retensi
Pengendalian luar
(kontrol sosial
eksternal):
1. Sahabat
Foundation
2. Keluarga
narkoba. Proses rehabilitasi narkoba adalah usaha untuk memulihkan pecandu
narkoba dari ketergantungan narkoba dan kemudian menjadikan pecandu narkoba
tersebut dapat hidup normal sehat jasmani dan rohani, sehingga dapat
menyesuaikan dan meningkatkan kembali keterampilannya, pengetahuannya,
kepandaiannya, pergaulannya dalam lingkungan sosial atau dengan keluarganya
dalam arti ini adalah resosialisasi (Diputra 2012).
G. Kerangka Pemikiran
Proses resosialisasi mantan pecandu narkoba diawali dengan mantan
pecandu narkoba masuk ke dalam tempat rehabilitasi narkoba dengan sebab
tertentu. Kemudian mantan pecandu mengikuti setiap aturan dan kegiatan yang
berada di tempat rehabilitasi tersebut dalam upaya pemulihan. Kegiatan atau
Pecandu
Narkoba
Masuk ke
Tempat
Rehabilitasi
Proses Resosialisasi Kontrol
Sosial
28
bimbingan yang berada di tempat rehabilitasi tersebut tentu ada proses
resosialisasi. Dalam proses resosialisasi mantan pecandu di tempat rehabilitasi
tentu ada kontrol sosial yang dijalankan oleh mantan pecandu narkoba, yaitu
pengendalian dalam diri mantan pecandu narkoba dan juga kontrol sosial yang
berasal dari luar, yaitu yang pasti dari Sahabat Foundation, keluarga dan teman
sesama mantan pecandu yang berada di tempat rehabilitasi tersebut. Setiap proses
resosialisasi para mantan pecandu narkoba berbeda-beda dan faktornya adalah
kontrol sosial yang dijalankan serta di dapatkan oleh mantan pecandu narkoba
tersebut. Setiap pelemahan pengendalian baik pengendalian sosial eksternal
ataupun pengendalian diri internal dianggap memiliki kemungkinan-kemungkinan
untuk melakukan perilaku menyimpang atau relaps dari narkoba lagi, karena
kelemahan ini akan membuat t erlepasnya kontrol sosial eksternal dan kontrol diri
internal. Jadi, demi terwujudnya proses resosialisasi secara baik maka
pengendalian sosial internal harus berjalan bersama dengan pengendalian sosial
luar.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku
orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam
bentuk narasi (Satori dan Komariah 2013:236). Sehingga dengan menggunakan
metode ini akan mendapatkan data yang detail dan mendalam.
29
Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif dikarenakan ada hal-hal
yang harus digali secara mendalam kepada informan. Apalagi pembahasan
tentang mantan pecandu narkoba serta keluarganya merupakan hal yang sangat
rahasia, menyangkut nama baik keluarga dan juga bersifat privasi, sehingga perlu
adanya rasa saling percaya antara peneliti dan informan. Kemudian penelitian
kualitatif ini juga sesuai dengan tujuan penelitian sehingga tidak dapat dijelaskan
secara angka dan data yang didapatkan pula berupa kata-kata tertulis serta kata-
kata langsung lisan mantan pecandu narkoba dan keluarga. Proses resosialisasi
merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mantan pecandu narkoba maka
perlu bagi peneliti untuk melihat dan mengetahui setiap makna kegiatan atau
aktivitasnya, seperti memahami sikap, pandangan, tingkah laku dan nilai-nilai
yang dianut oleh informan. Semua ini hanya bisa dilakukan oleh penelitian
kualitatif.
2. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti, maka
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer adalah
data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan bisanya melalui hasil
wawancara yang mendalam serta observasi lapangan (Nasution 1996:143).
Wawancara diperoleh dari sumber utama, yaitu mantan pecandu narkoba
dan kelurganya. Kemudian wawancara juga dilakukan dengan pemilik yayasan
dan director program. Wawancara akan dilakukan kembali oleh peneliti apabila
data yang diperoleh dari wawancara sebelumnya kurang memadai. Peneliti
30
melakukan wawancara dengan mantan pecandu narkoba secara resmi dilakukan
satu sampai dua kali, tetapi peneliti sering berbincang-bincang dengan mantan
pecandu narkoba. Jenis wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara
semistruktur, yaitu wawancara yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono 2008:233). Dalam
wawancara peneliti menggunakan tape recording agar dapat merekam secara
langsung informasi yang didapatkan dan kemudian di transkip sehingga nantinya
akan mendukung peneliti dalam analisis data.
Marshall (1995) menyatakan bahwa, melalui observasi, peneliti belajar
tentang perilaku, dan makna perilaku tersebut (Sugiyono 2008:226). Observasi
yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan mengikuti beberapa daily schedule
mantan pecandu narkoba dan melihat perilaku mantan pecandu saat berada di
Sahabat Foundation (terlampir).
Mengenai data sekunder, peneliti mendapatkannya melalui studi
dokumentasi. Maksudnya adalah data sekunder diperoleh dari buku-buku, kajian-
kajian oleh peneliti terdahulu, arsip majalah, foto, internet yang relevan atau
bahkan dokumen resmi yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga hasil
penelitian ini dapat di katakan ilmiah dan juga terpercaya.
31
3. Subjek Penelitian
Dalam subjek penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive.
Purposive merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan. Pilihan atas purposive sample karena
peneliti menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk memasukkan unsur atau
subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi tempat dia mencari informasi
(Silalahi 2009:272). Adapun subjek dari penelitian ini adalah mantan pecandu
narkoba yang melakukan rehabilitasi yang terdiri dari berbagai profesi dan juga
usia serta sudah berapa lamanya para mantan pecandu di Sahabat Foundation.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 6 mantan pecandu narkoba, 1 informan
dari keluarga residen, dan informan pendukung, yaitu 1 informan dari ketua
yayasan dan 1 dari program director. Subjek utama penelitian ini akan diinisialkan
untuk menjaga kerhasiaan identitas informan karena ini bersifat privasi.
Tabel.I.H.2 Subjek Penelitian
No Nama Jenis
Kelamin
(L/P)
Umur Agama Status
1. YD L 25 Tahun Islam Residen
2. TA L 32 Tahun Islam Residen
3. DD L 52 Tahun Islam Residen
4. HK L 37 Tahun Islam Residen
5. ST L 26 Tahun Islam Residen
6. TT P 46 Tahun Kristen Tante/
32
Keluarga TA
7. Silvana P 40 Tahun Islam Ketua
Yayasan
8. Andre L 40 Tahun Islam Program
Director
Saat peneliti ingin menjadikan keluarga mantan pecandu narkoba menjadi
informan, peneliti mendapatkan hambatan. Ada empat mantan pecandu narkoba
yang tidak diberikan dukungan keluarga dan satu keluarga mantan pecandu
narkoba yang bersikap sanagat tertutup. Sehingga keluarga mereka tidak bisa
dijadikan informan. Peneliti berhasil melakukan wawancara salah satu keluarga
dari satu mantan pecandu narkoba. Saat diwawancari keluarga tersebut tidak
terbuka, walaupun peneliti sudah bersikap sebaik dan membuat kondisi senyaman
mungkin. Hal ini terjadi, menurut peneliti dikarenakan belum adanya trust antara
peneliti dan keluarga mantan pecandu dan juga tentang hal stigma yang beredar
tentang seorang pecandu narkoba.
Solusi akan hambatan diatas dilakukan peneliti dengan melihat dari sudut
pandang lain, yaitu dengan menanyakan perihal keluarga mantan pecandu narkoba
dengan ketua dan juga program director Sahabat Foundation. Karena tentu
mereka mengetahui hubungan mantan pecandu narkoba dengan keluarganya.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di JL. Permai Raya XI Blok BX-2 No.9,
Pamulang Permai Tangerang Selatan Banten dan tanggal 31 Oktober 2018 pindah
ke Jl. Bukit Permai Indah Blok A 18 No.12 Pamulang Timur, Tangerang Selatan
33
Banten. Tempat tersebut dipilih atas rekomendasi oleh Ketua BNNK Tangerang
Selatan saat itu Bapak AKBP. Heri Istu Hariono, S.Si. Proses penelitian ini akan
dilaksanakan pada tanggal 18 September 2018 s/d 10 November 2018.
5. Analisis Data Penelitian
Menurut Patton dalam Moleong, analisis data adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar
(Moleong, 2001:103). Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa
pentingnya kedudukan analisis data terlihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip
pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data. Setelah
mengumpulkan data-data yang diperlukan selanjutnya adalah menganalisis data-
data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah
menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003:70)
sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimmulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak
releevan.
34
Pada penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data berdasarkan dari teori
yang dipakai. Hal pertama yang dilakukan dalam reduksi data setelah melakukan
wawancara dan observasi adalah mentranskip seluruh hasil wawancara observasi.
Kemudian, peneliti meringkas bagian mana saja yang dapat dianalisis kedalam
beberpa kata kunci yang sesuai dengan teori yang digunakan, seperti konsep diri,
orientasi tujuan, toleransi frustasi, retensi norma dan faktor-faktor pengendlian
eksternal.
Setelah menetapkan kata kunci, peneliti dapat memasukkan data0data
yang sesuai dan membuang hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan kata kunci
tersebut.
b. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian
juga dapat berbentuk matrik, diagram, table dan bagan.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan data-data yang didapat
dari para informan berdasarkan dari individu-individu, sehingga display data akan
membentuk sebuah narasi perindividu, matrik dan table.
c. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan
Verifikasi dan penegasan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari
analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu
35
menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan
kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. dalam pengertian ini analisis
data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus.
Permasalahan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi
menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan
analisis yang terkait.
Data yang dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata,
matrik dan table untuk mendeskripsikan fakta yang ada dilapangan dan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja. Setiap
tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan
menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat peneliti
dari lapangan dan dokumtasi pribadi berupa foto, dokumen resmi dan sebagainya.
I. Proses Penelitian
Peneliti sangat tertarik tentang isu-isu kenarkobaan dan juga pernah
mengunjungi salah satu tempat rehabilitasi yang ada di Jakarta. Akhirnya peneliti
memilih untuk membahas tentang proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di
tempat rehabilitasi. Peneliti kemudian berdiskusi dengan kepala BNN Kota
Tangerang, Bapak AKBP. Heri Istu Hariono, S.Si pada tanggal 20 Mei 2018
mengenai tempat rehabilitasi yang sesuai dengan penelitian ini. Bapak Heri
merekomendasikan Sahabat Foundation.
Proses penelitian di Sahabat Foundation diawali dengan peneliti
menghubungi ketua yayasan untuk meminta izin. Ketua Yayasan memberikan
36
respon positif dan bersikap terbuka dengan adanya penelitian ini. Peneliti akhirnya
mendatangi tempat rehabilitasi tersbut tanggal 17 September 2018 untuk melihat
kegiatan yang berada di Sahabat Foundation. Peneliti dalam satu minggu datang
ke Sahabat Foundation 1-3 kali. Peneliti melakukan pendekatan dengan mantan
pecandu narkoba dan membangun trust sekaligus melakukan observasi selama
kurang lebih dua minggu.
Peneliti melakukan wawancara dengan mantan pecandu narkoba yang
peneliti anggap sudah trust dengan peneliti sehingga wawancara dilakukan dengan
santai tanpa ada paksaan dan tekanan. Saat peneliti berkunjung ke Sahabat
Foundation, peneliti terkadang membawa makanan ringan untuk para mantan
pecandu narkoba. Hal ini dilakukan peneliti untuk membangun trust dan
pendekatan dengan para mantan pecandu narkoba. Peneliti juga memberi imbalan
kepada mantan pecandu narkoba yang diwawancarai berupa minuman dan rokok.
Hambatan juga dirasakan oleh peneliti, yaitu ketika peneliti ingin
melakukan wawancara dengan salah satu keluarga TA dan keluarga ST. Tante TA
yang kurang terbuka dengan pertanyaan seputar keponakannya yang sedang
melakukan rehabilitasi narkoba dan orang tua ST yang tidak ingin diwawancarai,
karena hal ini bersifat privasi. Ada beberapa mantan pecandu narkoba juga yang
ketika diwawancarai kurang terbuka akan beberapa pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti.
37
J. Sistematika Penelitian
Dalam sistematika penelitian ini, penulis menyusun skripsi ke dalam lima
bab, yaitu sebagai berikut:
Bab satu adalah bab pendahuluan yang terdiri dari: pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis, deinisi konsep, kerangka pemikiran, metode penelitian, proses penelitian
dan sistematika penelitian.
Bab dua adalah gambaran umum yang akan menjelakaskan sejarah
Sahabat Foudation, visi misi Sahabat Foundation, struktur organisasi, Daily
Schedule dan peraturan-peraturan mantan pecandu narkoba di Sahabat
Foundation.
Bab tiga adalan temuan dan analisa data yang menjelaskan tentang kisah
hidup dari mantan pecandu narkoba hingga dia berada di tempat rehabilitasi
narkoba, pemaparan tentang proses resosialisasi mantan pecandu narkoba yang
berada di Sahabat Foundation dengan analisis teori pengendalian Walter Reckless.
Dimana kontrol sosial ini juga berasal dari keluarga mantan pecandu narkoba. Bab
ini juga akan membahas tentang kendala-kendala yang dialami mantan pecandu
narkoba ketika melakukan proses resosialisasi. Pemaparan semua ini berdasarkan
temuan-temuan di lapangan.
Bab lima adalam penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari seluruh
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
38
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Sahabat Foundation
Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang beberapa tahun ini
memiliki laju pertumbuhan yang sangat pesat, baik dari segi ekonomi, sarana
prasarana dan juga politik. Hal ini didukung juga dengan letak geografis
Tangerang Selatan yang dekat dengan Ibu Kota Indonesia, yaitu Jakarta dan dekat
dengan bandara. Sehingga hal tersebut membuat pertumbuhan manusia pun ikut
menaik di Tangerang Selatan, karena secara tidak langsung di Tangerang Selatan
terdapat peluang untuk kehidupan, terutama kemudahan peluang usaha.
Pertumbuhan yang sangat pesat dan peluang yang banyak di Tangerang Selatan
tidak menutup kemungkinan juga adanya kemudahan peredaran narkoba dan
penyalahgunaan narkoba yang kemudian menjadi boomerang bagi masyarakat
dan pemerintahan Tangerang Selatan.
Permasalahan narkoba yang berada di Tangerang Selatan membuat berbagai
macam kalangan masyarakat mencari solusi, mulai dari pencegahan dengan
pemberian informasi tentang bahaya narkoba dengan cara penyuluhan lewat
media ataupun diskusi, penanganan dengan penangkapan oleh polisi dan juga
rehabilitasi. Kebutuhan akan layanan informasi tentang narkoba dan kebutuhan
akan adanya tempat rehabilitasi narkoba, baik yang rawat inap ataupun rawat jalan
di Tangerang Selatan membuat beberapa orang akhirnya membentuk sebuah
tempat rehabilitasi dan juga membuka layanan konseling yang diberi nama
39
dengan “Yayasan Sakinah Harakah Bhakti” atau yang lebih dikenal dengan
Sahabat Foundation (Andre, Wawancara, 16 Oktober 2018) .
Sahabat Foundation terbentuk secara resmi dalam sebuah badan hukum pada
tanggal 18 November 2018 berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia nomor AHU-0043690.AH.01.04. Tahun 2016,
Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang
Selatan dan Dinas Sosial Pemerintahan Kota Tangerang Selatan. Sahabat
Foundation yang merupakan tempat rehabilitasi pecandu narkoba membuat
sebuah kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional, terutama dengan Deputi
Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional tentang pelaksanaan peningkatan
kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan lembaga rehabilitasi sosial bagi
pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang diselenggarakan oleh
masyarakat (Proposal Sahabat Foundation 2018). Saat ini Sahabat Foundation
sedang dalam proses kerjasama dengan Kementrian Sosial agar tempat rehabilitasi
ini dapat mejadi lebih baik lagi, terutama dalam pembinaan, kegiatan dan secara
ekonomi (Andre, Wawancara, 16 0ktober 2018).
B. Visi dan Misi Sahabat Foundation
Setiap organisasi memiliki visi dan misi yang dibentuk bukan hanya untuk
slogan belaka tetapi digunakan sebagai arahan langkah mereka untuk mencapai
tujuan dari terbentuknya organisasi tersebut, termasuk di Sahabat Foundation.
Visi dan Misi Sahabat Foundation berdasarkan yang tertera di proposal Sahabat
Foundation tahun 2018 sebagai berikut:
40
1. Kota Tangerang Selatan bebas narkoba;
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang adiksi dan narkoba;
3. Mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Indonesia bebas
narkoba;
4. Membangun lingkungan aman dan kondusif untuk mendukung
pencegahan dan penanggulangan masalah narkoba di masyarakat;
5. Mensinergikan nilai dan budaya Indonesia didalam pelaksanaan program
rehabilitasi;
6. Meminimalisasi angka kematian, penularan dan diskriminasi HIV/AIDS.
41
C. Struktur Organisasi Sahabat Foundation
Sumber: Proposal Sahabat Foundation 2018
Ketua Yayasan
Silvana Kurniati
House Coordinator
Ryan
Admin
Agung
Program Manager
Andi
Advokasi
Triezka Fierza. K
Staff Medis
Dr. Warner Tobing
Drg. Renata R
Program Director
Andre S. Tobing
Bendahara
Lisbeth Pasaribu
Counselor
Nicko
Opik
Outreach
Yudi Saputra
Mustafa
SDM Lain-Lain
Psikiater (Rujukan)
Psikolog (Rujukan)
Volunteer
42
D. Daily Schedule Sahabat Foundation
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para mantan pecandu narkoba yang
sedang melakukan rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation adalah sebagai
berikut:
Tabel.II.D.1 Daily Schedule Mantan Pecandu Narkoba
Waktu Senin-Kamis Jumat Sabtu Minggu
06.00 Wake up Wake up Wake up
07.00 Function Function Personal
Time
08.00 Personal time Personal Time Breakfast Wake Up
09.00 Breakfast Breakfast Morning
Breafing
Breakfast
10.00 Morning Meet Morning Meet GCU Function
11.00 Group/konseling Prepare Lunch Personal
Time
Free time
12.00 Prayer Prayer Prayer Prayer
13.00 Lunch Lunch Lunch Lunch
14.00 Sesi/grup Group
Creativity/Group
Therapy
Rest Free time
15.00 Rest
16.00 Animal
Interaction
Animal
Interaction
Animal
Interaction
Animal
Interaction
17.00 Function Function Function Function
17.30 Personal time Personal Time Personal
Time
Personal Time
19.00 Prayer Prayer Prayer Prayer
19.15 Dinner Dinner Dinner Dinner
43
20.00 Wrap up Wrap up Saturday
Night
Activity
Wrap Up
22.00 Closing House Closing House Closing House
Sumber: Arsip Sahabat Foundation 2018
Keterangan
Function : membersihkan rumah oleh para residen
Personal time : waktu untuk mandi dan persiapan aktivitas
para residen
Morning meeting : kegiatan ini sesi sharing, share feeling para
mantan pecandu narkoba, saling menasihati sesama mantan pecandu
narkoba, memberi motivasi, membahas kebutuhan para residen dan
melihat isu (suatu permasalahan) yang terjadi di tempat rehabilitasi dan
saling menasihati sesame mantan pecandu narkoba.
Group/Konseling : kegiatan ini lebih menekankan pada
pembelajan kenarkobaan.
Sesi/Group : membahas isu (suatu permasalahan)
yang terjadi di tempat rehabilitasi.
Animal Interaction : para mantan pecandu narkoba
memberi makan dan membersihkan hewan serta berinteraksi dengan
hewan
Wrap Up : membahas dan mengevaluasi
kegiatan yang berjalan selama seharian, dari mulai membahas feeling
44
mantan pecandu narkoba, kegiatanna dan suasana/keadaan tempat
rehabilitasi
Closing House : tidur malam
Group Creativity/ Group Therapy : kegiatan yang dilakukan untuk
membuat para residen senang dan memberi makna positif bagi kehidupan
dengan membuat sebuah permainan.
GCU (General Clean UP) : residen dan staff membersihkan
rumah secara keseluruhan
SNA (Saturday Night Activity) : aktivitas malam minggu.
E. Peraturan-Peraturan Sahabat Foundation
Dalam menjalani sebuah kehidupan, individu, kelompok dan masyarakat
mempunyai peraturan-peraturan untuk mengatur hidupnya agar terhindar dari
disintegrasi akibat adanya perilaku menyimpang atau tindakan kejahatan.
Peraturan tersebut dibuat agar individu atau kelompok berperilaku konformis,
begitupun dengan Sahabat Foundation yang memiliki peraturan untuk para
mantan pecandu narkoba yang sedang melaksanakan rehabilitasi. Peraturan
dibawah ini adalah peraturan yang dapat terlihat dalam tempat rehabilitasi Sahabat
Foundation (Arsip Sahabat Foundation 2018), sebagai berikut:
1. Peraturan utama yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh residen adalah
tidak diperbolehkan menggunakan narkoba, no sex, no vandalism dan
dilarang melakukan kekerasan
45
2. Saat memasuki program di Yayasan Sahabat akan dilakukan pemeriksaan
terhadap semua baju, buku, tas, koper, dan pemeriksaan badan atau fisik
sebagai dari proses memasuki rehabilitasi/ Yayasan
3. Selama residen berada di Yayasan Sahabat, pemeriksaan atas semua
barang milik pribadi, baju, area tempat tidur dan sebagainya yang akan
dilakukan setiap waktu oleh staff
4. Residen yang menolak tindakan staff dalam pemeriksaan setiap waktu,
akan dianggap sebagai pelanggaran atas peraturan ini dan tidak
menghargai rumah tempat tinggal saat ini.
5. Menciptakan ketentraman selama berada di Sahabat Foundation
6. Semua residen selama mengikuti program Yayasan Sahabat, harus
memperlakukan orang lain seperti mereka ingin diperlakukan, yaitu harus
bersikap menghormati dan menjunjung nilai kesopanan
7. Residen dilarang membawa, menggunakan atau menyimpan alat-alat
komunikasi untuk alasan apapun selama di Yayasan Sahabat atau sesuai
kesepakatan staff dan konselor
8. Fasilitas telepon dapat digunakan oleh setiap residen yayasan Sahabat bila
mendapat persetujuan dari konselor atau staff sesuai waktu yang telah
disepakati
9. Residen yang sedang di kunjungi dilarang untuk di dekati oleh residen lain
yang sedang tidak di kunjungi kecuali atas seijin staff
10. Setiap residen membuang sampah dan kotoran, puntung rokok, kertas,
makanan, kaleng, plastik, botol atau apapun yang dianggap sampah
46
11. Setiap residen tidak diperbolehkan mencuri dan mengambil sesuatu
apapun yang berada di Sahabat Foundation
12. Residen tidak diperkenankan untuk menulis, menggambar, menandai,
mencoret, segala macam bentuk yang menghancurkan, merusak, ditembok,
di pintu dan bagian di dalam lingkungan Yayasan Sahabat
13. Residen hanya diperbolehkan merokok pada area-area yang telah
ditentukan dan tidak diizinkan merokok didalam kamar
14. Setiap residen menjalani kegiatan yang telah tertulis di daily schedule
15. Setiap residen harus mengikuti grup atau sesi dengan menjaga kesopanan
dan suasana serta residen harus memiliki catatan pribadi untuk mencatat
setiap pembelajaran yang didapat selama rehabilitasi narkoba
16. Setiap residen harus merapihkan tempat tidurnya sendiri setiap hari
17. Setiap residen harus menjaga kebersihan kamar mandi yang telah selesai
dipakainya serta membuat jadwal untuk membersihkan kamar mandi
18. Setiap residen harus membersihkan peralatan makan yang telah selesai
dipakainya (piring, sendok, gelas dan meja/ tempat makan)
19. Setiap residen harus mandi 2 kali sehari
20. Setiap residen harus mengganti pakaian 1 kali sehari dan tidak
menggunakan pakaian yang sama untuk besoknya
21. Setiap residen diwajibkan untuk mencuci seprai dan sarung bantal satu kali
seminggu.
22. Area kantor dan kamar staff Yayasan Sahabat adalah area yang diluar
batas untuk semua residen kecuali ada izin langsung dari staff
47
23. Yayasan Sahabat mempunyai hak untuk melakukan tes urine kepada
semua residen setiap saat, selama menjalani program/ kegiatan Yayasan
Sahabat.
24. Jika residen memecahkan atau merusak segala benda didalam Yayasan
Sahabat, residen atau keluarga diharuskan untuk membayar seluruh biaya
dari seluruh kerusakan yang telah ditimbulkan.
25. Berbagai macam jenis obat berbahaya dengan resep atau
direkomendasikan oleh dokter akan diambil alih oleh staff untuk disimpan
dan diberikan sesuai petunjuk dokter
26. Kunjungan residen hanya dapat dilakukan oleh keluarga dan kerabat
residen yang telah disetujui oleh staff dan lama waktu kunjungan hanya 1
jam
27. Kunjungan tidak dapat dilakukan apabila residen melanggar peraturan atau
sebab-sebab lainnya
28. Penggunaan DVD dan TV hanya dilakukan apabila ada permohonan dari
residen kepada staff dan batas waktu sampai jam 22.00 WIB
48
BAB III
Temuan dan Analisa Data
A. Profil dan Kisah Hidup Mantan Pecandu Narkoba
1. YD
YD merupakan seorang pemuda berusia 25 tahun yang memiliki pekerjaan
bongkar muat barang di pelabuhan Tanjung Priuk. Dia anak keempat dari lima
bersaudara dan semua saudaranya adalah perempuan. Pengetahuan tentang akan
bahayanya narkoba sudah dia ketahui, akan tetapi faktor tempat tinggalnya yang
ekstrim, yaitu dekat dengan pelabuhan membuat dia mengenal dan menggunakan
narkoba berjenis sabu. Faktor teman sepergaulan dan orang tua yang bercerai juga
membuat dia menggunakan narkoba. Tahun 2009 YD masih belum aktif
menggunakan narkoba, hanya ketika kumpul dengan teman-temannya. Tahun
2012 sudah mulai aktif hingga akhirnya tahun 2013-2018 sudah mulai kecanduan
narkoba dan menggunakan narkoba setiap hari. Kecanduan narkoba YD juga
didukung dengan pamannya yang merupakan seorang pengedar narkoba. YD
akhirnya menjadi pengedar narkoba juga dan kemudian YD berhenti bekerja. YD
mengatakan bahwa pendapatan pengedar narkoba jauh lebih besar di bandingkan
dengan pekerjaan bongkar muat barang.
YD tertangkap polisi dan masuk ke tempat rehabilitasi narkoba pada tahun
2018 dengan kisah sebagai berikut:
“Karena di embet kawan, dikasih tau temen yang ke tangkep duluan sama
polisi trus bilang ke polisi buat nangkep saya. Barang bukti gak ada, Cuma
tes urin. Trus polisi cek hp saya trus ada chat saya sama temen saya yang
49
udah ke tangkep. Akhirnya saya dibawa ke kantor polisi trus cek urin, trus
positif. Kawan saya juga sama kaya saya gak ada barang bukti. Trus saya
masuk ke tempat rehab 2018 ini, tanggal 29 Januari 2018”.(YD, Wawancara,
19 Oktober 2018)
Perilaku yang di tunjukkan YD ketika pertama kali masuk ke tempat
rehabilitasi narkoba, yaitu tidak menerima semua peraturan yang ada di Sahabat
Foundation, karena YD merasakan perbedaan kondisinya dengan kondisi sebelum
masuk ke tempat rehabilitasi, seperti hidup yang selalu di kondisikan dari tempat
rehabilitasi. Meskipun YD ketika awal masuk mengalami penolakan terhadap
peraturan, tetapi YD tidak pernah melakukan sikap memberontak. YD pada bulan
kedua di rehabilitasi sudah mulai bersyukur dengan dia yang di rehabilitasi
dibandingkan dengan dia harus masuk penjara yang bisa mendapatkan hukuman
penjara selama 5 tahun bahkan bisa lebih. Dan sekarang, menurut YD rehabilitasi
adalah bentuk tanggung jawab dia sebagai laki-laki yang telah menyalahgunakan
narkoba dan sekarang menjalani harinya dengan enjoy dan melaksanakan
pemulihan dengan baik.
YD merasakan di Sahabat Foundation mengajarkan tanggung jawab baik
dalam hal kecil maupun hal besar. YD juga tidak pernah melakukan pelanggaran
serta tidak pernah terkena sanksi. Justru YD pernah dinobatkan sebagai residen
terbaik sebanyak dua kali, dimana penghargaan ini diberikan kepada residen yang
memiliki progress baik selama satu minggu menjalani rehabilitasi di Sahabat
Foundation dan kemudian YD diberi hadiah berupa rokok atau mie instan. Selama
melakukan rehabilitasi di Sahabat Foundation, YD juga mendapatkan berbagai
manfaat dari setiap kegiatannya sebagai berikut:
50
“Manfaatnya banyak, yang pertama merubah pola kehidupan, pola makan,
kesehatan juga berubah. Saya bener-bener merasakan manfaatnya lah. Dulu
pas make makan aja gak teratur acak-acakan tapi pas disni makan jadi
teratur sama kaya sebelum saya make. Trus saya juga dapet pengalaman
tentang dunia adiksi yang sebelumnya saya gak tau. Pembelajaran yang saya
paling inget itu, lakukan lah hal baik maka hal baik akan mengikuti. Itu yang
saya paling saya inget. Karena apa yaa, diluar sana saya gak pernah
melakukan kebaikan, tapi selama 8 bulan disini saya sudah merasakan
maknanya disini. Lakukan hal yang baik terus maka akan mengikuti saya.
Disini juga dapet temen baru yang positif dan pengalaman tentang
pengetahuan adiksi. Gimna sih nanti diluar sana untuk menanggapi narkoba
saya bisa kasih tau temen-temen saya yang masih make. Saya juga rasain
ketika segala sesuatunya harus minta izin atau communicate ternyata
memiliki manfaat penting. Jadi kita harus bisa komunikasi yang efektif. Jadi,
kalo diluar gak bisa komunikasi secara efektif akan terjatoh lagi. Misalnya
komunikasi sama orang tua, kalo kita gak izin ke orang tua mau pergi ke luar,
diluar jadinya make. Yaa pentinglah selalu communicate buat kedepannya
nanti setelah keluar. Karna saya dulu gak pernah izin kalo mau keluar rumah
sama orang tua, jangan kan izin pulang aja jarang ke rumah.”(YD,
Wawancara, 19 Oktober 2018)
Selain mendapatkan manfaat selama proses rehabilitasi, YD juga merasakan
perubahan dalam dirinya, baik dari perilaku yang menjadi lebih baik, menjadi
lebih berfikiran dewasa, pola kehidupan yang menjadi teratur, fisik yang menjadi
sehat, secara spiritual pun ada perubahan, yaitu Sholat menjadi lebih baik, tepat
waktu dan sering membaca al-Quran.
YD mengatakan bahwa keluarga itu sangat penting dan segalanya bagi YD.
Dan arti penting keluarga bagi YD baru dirasakan setelah YD berada di Sahabat
Foundation. Sebelum masuk ke tempat rehabilitasi, keluarga YD terutama ibunya
sangat perhatian kepada YD, selalu menannyakan keberadaan YD ketika YD
sedang tidak ada di rumah. Hingga akhirnya tahun 2016 keluarga YD mengetahi
bahwa YD seorang pecandu narkoba. Respon yang diberikan oleh keluarga ketika
mengetahui bahwa YD seorang pecandu narkoba adalah dengan membiarkan YD
dan menutupi keadaan YD yang seorang pecandu narkoba. Meskipun keluarga
51
sudah mengetahui bahwa YD seorang pecandu narkoba, tidak ada niatan dari
keluarga untuk melakukan rehabilitasi narkoba terhadap YD. Menurut penuturan
YD, keluarga masih memberi nasihat kepada YD setelah mengetahui YD sebagai
pecandu dan pengedar narkoba. Namun YD tidak menghiraukan semua nasihat
orang tuanya, hingga akhirnya tertangkap polisi dan menjalani rehabilitasi
narkoba.
Peneliti memilih YD sebagai informan dikarenakan ketika peneliti pertama
kali datang ke Sahabat Foundation, sikap yang di tunjukan oleh YD sangat sopan,
baik dan juga terbuka, sehingga peneliti dapat langsung berinteraksi dengan YD.
Saat peneliti melakukan wawancara dengan YD pun sangat terbuka dan antusias
berbagi pengalamannya dengan peneliti. YD juga terlihat sangat antusias dan baik
ketika menjalankan setiap kegiatan di Sahabat Foundation.
YD juga seorang menjadi leader para residen ketika YD sudah mengikuti
program rehabilitasi narkoba selama enam bulan. Tugas seorang Leader dari para
residen, yaitu memimpin kegiatan morning meeting dan wrap up, mencatat setiap
kebutuhan para residen dan kemudian di sampaikan kepada staff, dan setiap akan
menjalankan kegiatan harus YD yang meminta izin kepada staff yang bertugas.
YD juga diberi kepercayaan oleh sist Silvana (ketua yayasan Sahabat Foundation)
untuk membukakan pintu rumah dan pagar ketika ada orang selain residen yang
ingin keluar masuk rumah. Dan ini adalah kepercayaan dan tanggung jawab yang
besar bagi YD, karena bisa saja residen yang lain tidak bisa di percaya karena
masih ada rasa ingin kabur atau melarikan dari tempat rehabilitasi.
52
Kendala dan kesulitan pun dirasakan oleh YD ketika menjalankan kegiatan-
kegiatan dalam program rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation. Pertama,
sulit menemui sist Silvana atau Bro Andre untuk menghubungi keluarga ketika
YD rindu dengan keluarga. Kedua, ada beberapa teman yang tidak terbuka dengan
YD dan yang ketiga, yaitu rokok yang dibatasi perharinya hanya tiga batang
rokok, sedangkan YD merupakan perokok aktif.
2. TA
TA merupakan seorang pekerja di salah satu Bank di Jakarta yang berusia 32
tahun dengan pendidikannya hingga sarjana. TA kini sudah menikah dan memiliki
satu anak perempuan dan satu anak laki. Selain bekerja di Bank TA juga
merupakan seorang freelance Photographer dan seorang musician. TA bermain
musik semenjak dia duduk dibangku perkuliahan untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya, dikarenakan ayahnya saat itu sedang mengalami kesulitan ekonomi.
Dan dari kegiatan itu juga membuat TA mengenal narkoba.
TA sempat menyepelekan tentang narkoba, karena dia melihat pengalaman
ayahnya yang juga merupakan seorang pecandu putaw yang diketahui TA
semenjak dia duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. TA pernah melihat
ayahnya pernah mengalami sakaw dan melihat dampak-dampaknya, sehingga TA
berfikir tidak ingin seperti ayahnya. Namun lingkungan pertemanan kuliah dan
lingkungan ngeband nya kemudian membuat TA menggunakan narkoba berjenis
sabu. Ayah TA yang membuat TA kecewa karena tidak merawat TA dan TA
menjadi broken home juga menjadi factor TA menggunakan narkoba.
53
Sahabat Foundation adalah tempat kedua TA melakukan rehabilitasi narkoba
yang sebelumnya tahun 2010 TA melakukan rehabilitasi pertamanya. Setelah
melakukan rehabilitasi pertama TA langsung menikah dan selama menjalani
rumah tangga serta mempunyai anak. TA tidak lagi menggunakan narkoba, karena
menurut TA kegiatan dan prioritasnya sekarang anak-anak bukan drugs lagi,
namun TA tetap masih suka minum minuman beralkohol. Setelah tidak memakai
narkoba selama 7 tahun, TA dihadapkan dengan permasalahan dengan istrinya
dan terjadi relaps. Tanggal 9 april 2018 TA memulai rehabilitasi di Sahabat
Foundation yang sebelumnya TA tertangkap oleh polisi dan melakukan tes urin
yang positif menggunakan narkoba.
TA sering memberontak dan melakukan pelanggaran akan peraturan yang ada
di Sahabat Foundation ketika bulan pertama berada di Sahabat Foundation. Hal ini
dikarenakan TA merasa hidupnya tidak biasa diatur-atur oleh orang lain dan TA
inginnya bebas. Bulan kedua dan seterusnya TA sudah mulai mengikuti peraturan
yang ada di Sahabat Foundation dan pemikiran untuk kabur dari Sahabat
Foundation sudah menghilang. TA melakukan hal tersebut karena menurutnya
kabur tidak akan menyelesaikan masalah.
Manfaat dan perubahan juga dirasakan TA setelah beberapa bulan mengikuti
kegiatan yang berada di Sahabat Foundation sebagai beriku:
“Setelah disini gw bisa belajar dispilin, ikhlas dan yang terpenting kesabaran.
Disini gak bisa semuanya instan harus izin ini dulu lah sama mayor kalo mau
ngelakuin apapun. gw juga dapet keluarga baru yang care sama gw disaat gw
seperti ini temen-temen disini selalu support gw. Pengetahuan bertambah
apalagi tentang narkoba sama penyebabnya, sebelumnya juga gw gak tau
mendalam tentang narkoba, tapi disini gw mangkin tau apalagi dampak-
54
dampaknya, sabu yang gw tau enak doang tapi gw tau dampaknya bagi
gw.Gw juga disini bisa ngelatih kesabaran gw jadi lebih sabar dan selama 7
tahun gw gak sholat juga akhirnya gw disini sholat tepat waktu dan 5 waktu
berjamaah juga. Gw juga dapet pelajaran berharga pas ada kelompok
Narcotic Anonimous, mereka tuh orang-orang yang kelihatan pemulihannya
luar bisa, mereka bisa bangkit pada punya usaha. Kebenyakan orang yang
habis di rehab kan ngerasa diaudah gak berharga dan gak berguna, tapi
kenyatannya mereka bisa bangkit trus juga sukses. Tapi gw bisa belajar dari
mereka, dia bisa struggle gitu.” (TA, Wawancara, 25 September 2018).
Sanksi dan reward juga pernah TA alami selama menjalani kegiatan di
Sahabat Foundation. TA ketika awal masuk ke Sahabat Foundation pernah
melanggar peraturan, yaitu menyembunyikan rokok ketika keluarga TA
membesuknya dan kemudian merokok di kamar. Sehingga TA akhirnya diberikan
sanksi dengan menulis beberapa ratus kata dengan tujuan agar dia tidak
melakukan hal tersebut lagi. Kemudian TA juga pernah berkelahi dengan residen
lain karena perbedaan pendapat sehingga kemudian TA diberikan sanksi untuk
mencuci piring dalam satu hari. Selain pernah melakukan kesalahan, TA juga
pernah dinobatkan sebagai residen terbaik dalam satu minggu, karena
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik dan TA mendapatkan reward
berupa rokok ataupun mie instan
Kendala dan kesulitan TA selama menjalankan program rehabilitasi narkoba
di Sahabat Foundation adalah ketika TA awal masuk harus menyesuaikan diri
dengan segala peraturan serta kegiatan di Sahabat Foundation dan terkadang TA
merasakan kebosanan akan kegiatan Sahabat Foundation yang kesehariannya
sama. TA juga berpendapat bahwa fasilitas di Sahabat Foundation kurang lengkap
serta makanan yang sangat sederhana, berbeda ketika TA diluar atau sebelum
masuk ke Sahabat Foundation yang bisa merasakan masakan yang enak ataupun
55
mewah. Peraturan akan merokok yang dibatasi hanya tiga batang rokok juga
membuat TA merasakan kesulitan saat melaksanakan kegiatan-kegiatan di
Sahabat Foundation.
Ketika peneliti bertanya akankah TA kembali menggunakan narkoba, maka
jawaban TA adalah sebagai berikut:
“jujur gw bilang, masih enak kok pake narkoba, gw masih pengen, tapi gw
pikir, capek, capek ke tangkep polisi trus di rehab lagi, itu yang gw gak siap
lagi,males. 6 bulan gila banyak yang harus gw korbanin, waktu, pikiran,
uang, keluarga segala macem.” (TA, Wawancara, 25 September 2018).
3. DD
DD, seorang bapak yang memiliki empat orang anak dengan pekerjaan sehari-
harinya adalah bekerja di bengkel rak-rak piring di daerah Jakarta. Kehidupan DD
di lingkungan tempat tinggalnya sangat aktif dalam kegiatan masyarakat dan di
percaya sekali dengan masayarakatnya, terlebih dengan ketua RT (Rukun
Tetangga). DD juga sering berkumpul serta mengobrol bersama teman-temannya
dan terkadang disertai dengan meminum minuman beralkohol. Minuman alcohol
sudah menjadi hobi bagi DD, semenjak Sekolah Dasar DD sudah mengenal dan
sudah meminum minuman beralkohol. Dan ini adalah awal dari DD terjerumus
kedalam penyalahgunaan narkoba.
“Ya itu saya tadinya gak doyan, karena kawan yang iniin. Kawan nongkrong
diluar. Pas saya lagi minum, kan hobi saya minum akhirnya pas lagi minum-
minum datang kawan cewek, dia bawa cowoknya yang temen saya ini. Trus
saya diajak, saya bilang ngapain jauh-jauh kalo buat minum, tau-tau yaudah
pake aja, jajal aja dulu, trus saya bilang gak ah, kirain saya minum gak
taunya sabu. Mulainya dari situ tuh.” (DD, Wawancara, 20 Oktober 2018)
56
Jenis narkoba yang digunakan oleh DD pada tahun 2005 adalah sabu-sabu.
DD selalu memakai sabu bersama dengan teman-temannya, dan DD mengatakan
bahwa iya tidak terlalu sering menggunakan sabu, hanya keadaan tertentu saja.
Pengetahuannya tentang narkoba tidak diketahui olehnya, namun setelah DD ikut
teman-temannya pakai narkoba serta DD memakai narkoba, barulah DD
mengetahui bahwa sabu adalah narkoba.
Pada bulan Februari 2018 DD beserta teman-temannya di tangkap oleh polisi
ketika telah selesai menggunakan sabu-sabu. DD dan teman-temannya melakukan
tes urin di polres dan hasilnya semua positif menggunakan narkoba. Hanya DD
yang melakukan rehabilitasi narkoba namun teman-teman DD dibebaskan
dikarenakan mereka adalah para pekerja sehingga ada permainan uang yang
dilakukan oleh polisi dan teman-teman DD. Bulan maret DD masuk ke Sahabat
Foundation untuk melakukan rahabilitasi narkoba.
Awal memasuki tempat rehabilitasi, DD belum bisa menyesuaikan diri dengan
peraturan yang berada di Sahabat Foundation. Selama dua minggu di tempat
reahabilitasi narkoba yang dipikiran DD adalah bagaimana caranya dia bisa
pulang ke rumah dengan cara kabur. Namun setelah tiga minggu menjalankan
rehabilitasi di Sahabat Foundation, DD sudah bisa menerima keadaannya di
tempat rehabilitasi dan ingin melakukan perubahan dalam dirinya. DD juga dapat
bersyukur dengan dia di rehabilitasi dibandingkan dengan di penjara yang belum
tentu DD dapat berubah menjadi lebih baik.
57
DD juga merupakan seorang leader kitchen Sahabat Foundation, tugas
seoarang leader kitchen, yaitu memasak untuk para residen, staff dan konselor dan
mendaftar kebutuhan pangan di tempat rehabilitasi, terkhusus bahan makanan
pokok. Sehingga waktu aktivitasnya lebih banyak dibandingkan residen lainnya.
DD ingin lebih menyibukkan diri ketika melaksanakan rehabilitasi dengan
kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dibandingkan dia harus duduk-duduk
saja diwaktu luang dan akan menimbulkan fikiran negative dan membuatnya
frustasi:“Daripada Duduk-duduk gtu doang nanti malah pikiran kemana-mana
gak fokus buat rehab, saya orangnya gak mau diem sih.” (DD, Wawancara, 20
Oktober 2018).
Manfaat yang dirasakan oleh DD selama berada di Sahabaat Foundation
adalah sebagai berikut:
“mungkin kalo kita gak disini gak akan baik. Makanya saya disini dapet
hikmahnya, dari yang gak tau bisa jadi tau. Yaa banyaklah manfaatnya, kaya
kita gak bisa Bahasa inggris sekarang jadi bisa. Kegiatan yang gak bisa kita
lakuin diluar disini bisa. Kayak kerja-kerja gtu sih, kasih-kasih motivasi,
tukar pikiran. Yang tadinya kita gak bisa tuker pikiran jadi bisa. Disini bisa
melakukan kegiatan. Pengetahuan adiksi yang dari gak tau jadi tau. Ooh
banyak perubahan yang dirasain, lebih sehat, dari sikap sama tingkah laku
yang membangkang jadi berubah. Banyaklah pokoknya. Saya terus terang
nih, selama saya diluar gak pernah sholat, Alhamdulillah disini bisa
ngejalanin. Saya bersyukur. Yang penting setelah kita keluar dari sini kita gak
pernah ketinggalan.” (DD, Wawancara, 20 Oktober 2018).
Dibawah ini akan memaparkan kegiatan DD selama di Sahabat Foundation
beserta tanggapannya mengenai kegiatan yang pernah DD alami:
DD jarang sekali melakukan kesalahan dalam menjalani program rehabilitasi
di Sahabat Foundation, hanya komunikasi yang kurang efektif/lupa meminta izin
58
kepada staff ketika ingin melakukan suatu aktivitas kegiatan. DD juga terkadang
kurang fokus dalam menjalani kegiatan, sehingga DD diberi teguran agar
menjalankan kegiatan dengan lebih baik lagi. DD juga pernah diberi hukuman
dikarenakan TA merokok dalam kamar dan tidak ada yang menasihati TA serta
memberi tahu kelakuan TA kepada staff ataupun konselor. DD tidak pernah
menadapatkan hadiah dikarenakan DD tidak menginginkannya terleih dengan
penobatan sebagai residen terbaik perminggunya, yang terpenting bagi DD adalah
menjalankan peraturan dengan baik:
“Saya mah gak pernah aktif, gak ngarepin hadiah juga. Yang penting saya
mah disini sehat, saya bantuin disini, bantuin disini, ngikutin peraturan
disini.” (DD, Wawancara, 20 Oktober 2018).
Kendala atau kesulitan yang dirasakan DD selama menjalankan program
rehabilitasi narkoba adalah hanya saat DD ingin dan membutuhkan untuk
melakukan konseling, ternyata konselor sedang tidak bisa ditemui atau sedang
sibuk. Selebihnya DD tidak mengalami kesulitan atau kendala saat melaksanakan
kegiatan sehari-hari sebagai residen dan segala peraturannya. Hanya saja DD
terkadang merasakan kebosanan dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari yang sama,
hiburan hanya menonton TV atau bernyanyi bersama.
4. HK
HK merupakan seorang duda berusia 37 tahun yang memiliki pekerjaan
sebagai juru parkir di salah satu gedung di daerah Alam Sunter Jakarta Utara. HK
sudah mengenal dan menggunakan narkoba semenjak tahun 1999 disaat dirinya
putus dari sekolah menengah atas. HK mengetahui narkoba dan menggunakan
59
narkoba dari teman sepergaulan dan teman sepermainannya. penggunaan narkoba
yang HK gunakan dimulai dari yang berjenis obat-obatan, seperti nipam,
nextropen lalu naik ke tingkat ganja dan berakhir di sabu. Alasan HK
menggunakan narkoba hingga ke tingkat sabu, selain dikarenakan teman
sepergaulan lingkungan kerja adalah karena efek yang dirasakan oleh HK, seperti
merasa nyaman, tenang bahkan dapat berhalusinasi yang membuat HK gembira.
HK sebelumnya pernah berhenti menjadi pecandu narkoba selama tujuh tahun
ketika HK sudah berkeluarga serta mempunyai anak pada tahun 2006. Pekerjaan
HK saat itupun sebagai security yang memiliki lingkungan kerja aman dari
peredaran narkoba. Akan tetapi tahun 2013 HK bercerai dengan istrinya, kedua
anaknya ikut dengan istrinya dan saat itupun HK putus kerja, sehingga HK harus
mencari pekerjaan baru. Pekerjaan baru sebagai juru parker ternyata memiliki
lingkungan yang sangat rawan dengan peredaran narkoba dan akhirnya membuat
HK menggunakan kembali narkoba, saat itu narkoba jenis sabu.
HK tertangkap oleh polisi pada bulan Juli tahun 2018 bersama dengan teman-
temannya ketika setelah selesai menggunakan narkoba dan hasil tes urin
menunjukkan HK positif menggunakan narkoba. HK tertangkap oleh polisi tanpa
ada barang bukti, sehingga HK akhirnya di tempatkan di Sahabat Foundation
sebagai tempat rehabilitasi narkoba HK.
Saat awal memasuki Sahabat Foundatin, HK tidak menerima keadaannya yang
akan melakukan rehabilitasi narkoba karena tidak merasakan kecocokan akan
tempat, peraturan serta aktivitas yang telah diatur. HK merasakan putus dari zat
60
berbahaya tersebut, sehingga ketika awal-awal masuk HK merasakan lemas,
mengantuk dan hanya ingin makan serta tidur. Selama satu bulan HK selalu
memfikirkan cara untuk kabur dan tidak mengikuti kegiatan di Sahabat
Foundation secara baik. Memasuki bulan ke dua, barulah HK dapat memahami
dan menerima setiap program pemulihan, kegiatan dan peraturan yang berada di
Sahabat Foundation. HK juga dapat berfikir bahwa di Sahabat Foundation tempat
pemulihan yang bertujuan untuk merubah, menghilangkan serta memperbaiki
perilaku-perilaku HK yang sebelumnya dianggap tidak baik oleh masyarakat.
Manfaat dan perubahan yang dirasakan oleh HK selama berada di Sahabat
Foundation adalah sebagai berikut:
“Buat diri saya banyak lah, terutama perilaku saya yang buruk, perilaku menjadi
lebih baik, fisik juga berubah Alhamdulillah sehat gak sering sakit-sakitan, makan
juga teratur. Dulu saya males bangunnya telat, disini bisa saya rubah tanpa
disadari bisa untuk diri saya, itu kan bagus buat diri saya, karena pas saya keluar
nanti kan bisa terbiasa lagi kayak disini. Kalo di luar kan mana ada bangun pagi,
boro-boro bangun pagi, bangun jam 9 aja udah terbilang pagi. Kalo disini kan
jam 6 wajib bangun, jadi udah terbiasa di bangunin. Pengetahuan nambahlah
apalagi ilmu tentang adiksi, tentang masalah narkoba. Awalnya gak tau Bahasa
inggris, kadang disini di paksa harus tau, akhirnya dengan sendirinya tau gitu
terbiasa, sebenernya butek juga, dikit dikit Bahasa inggris, tapi udah terbiasa. Yg
dulunya sholat bolong-bolong disini jadi rutin, yang tadinya gak jamaah disini
berjamaah. Baguslah perubahan dari segi keagamaan.” (HK, Wawancara, 5
November 2018).
HK pernah melakukan kesalahan berupa lupa communicate dengan staff untuk
meminta izin membuat mie instan sehingga diberikan peringatan oleh staff. HK
juga pernah mendapatkan hukuman untuk mencuci piring dalam satu hari ketika
ada kegiatan pemeriksaan yang dilakukan hari senin. Staff mendapati di lemari
HK terdapat kertas yang seharusnya tidak ada di atas lemari. Hukuman untuk
menulis beberapa ratus kata juga pernah dialami oleh HK. Karena HK telat
61
bangun pagi, serta leader membangunkannya telat. HK menulis dua ratus kata
dengan tema agar tepat waktu menjalankan kegiatan di Sahabat Foundation.
Selain HK pernah melakukan kesalahan, HK juga pernah mendapatkan apresiasi
berupa reward beberapa batang rokok yang diberikan oleh staff, karena HK
menjadi residen terbaik dalam satu minggu dengan progres yang baik akan
menjalankan pemulihan di Sahabat Foundation.
Kendala dan kesulitan juga HK rasakan selama menjalankan pemulihan di
Sahabat Foundation, diantaranya adalah: pertama, peraturan rokok yang dibatasi,
sehingga HK merasa kurang untuk merokok, terlebih HK adalah seorang perokok
aktif. Kedua, saat kegiatan seminar, terkadang ada materi yang belum sepenuhnya
dipahami oleh HK atau HK tidak mengetahui materi tersebut, namun staff atau
konselor meminta pendapat atau bertanya kepada HK. Jadi HK merasa
kebingungan untuk menjawab pertanyaan tersebut dan terkadang meskipun tidak
mengetahui materinya:
“Kendalanya di rokok yang di batesin, ibaratnya kurang lah rokoknya. Kadang
abis makan rokok gak ada, tersiksa juga. Saya perokok aktif juga. Peraturan,
keadaan rumah sama makanan ada kendala tapi bukan menjadi kendala besar
sih. Kadang ada materi yang belum kita tahu trus di bawakan dalam seminar itu,
lalu kita disuruh menjawab pertanyaan dari bronya, kadang kita bingung
jawabnya karna kita belum tau materi itu gtu loh.” (HK, Wawancara, 5
November 2018).
5. ST
ST adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang memiliki pekerjaan sebagai
bos dari antar barang-barang bangunan. ST sekarang berumur 25 tahun, belum
menikah dan ST juga merupakan salah satu lulusan universitas yang berada di
62
Bandung. ST sudah mengenal narkoba dan menggunakan narkoba semenjak ST
memasuki sekolah menengah pertama dan jenis yang digunakan adalah ganja.
Alasan ST saat itu menggunakan narkoba adalah mengikuti gaya hidup yang
berada di lingkungan sekitar rumah dan teman sepermainnya. Pada masa sekolah
juga, ST sudah mulai minum minuman beralkohol. ST hanya menjadi pecandu
narkoba tanpa menjadi pengedar narkoba. Hal ini dikarenakan kondisi keluarga
ST yang memiliki perekonomian tinggi, sehingga kebutuhan ST dapat terpenuhi
dan ST dapat membeli narkoba. ST sebenarnya sudah mengetahui bahaya
narkoba, dampak narkoba dan penyalahgunaan narkoba akan tertangkap polisi.
Namun menurut ST, karena sifatnya yang masih labil dan rasa ingin tahu sangat
besar saat remaja, sehingga ST tidak mampu untuk mengatakan tidak pada
narkoba.
Orang tua ST mengetahui anaknya menggunakan narkoba ketika ST
memasuki sekolah menengah atas dan orang tua ST langsung memasukkan ST ke
salah satu tempat rehabilitasi yang berada di Pacitan Jawa Timur. Namun upaya
orang tua ST tidak berhasil, ST kabur pulang ke rumahnya saat rehabilitasinya
baru berjalan dua minggu. Alasan ST kabur dari tempat rehabilitasi adalah masih
ingin merasakan nikmatnya menggunakan narkoba dan belum ada niat dari dalam
diri ST untuk berubah. Kemudian ST kembali melanjutkan sekolah dan
menggunakan kembali ganja. Tahun 2013 ketika ST memasuki jenjang perguruan
tinggi, orang tua ST kembali membawa ST ke salah satu tempat rehabilitasi yang
berada di Jakarta Timur. Selama satu bulan ST melakukan detoksifikasi narkoba
dalam tubuhnya, kemudian ST diperbolehkan untuk pulang dan mengikuti
63
rehabilitasi rawat jalan dengan pengawasan dari orang tempat rehabilitasi tersebut.
Pengawasan yang dilakukan terhadap ST lama kelaman dapat dikelabuhi,
sehingga kemudian ST menggunakan kembali narkoba berjenis PIC. Kemudian
ST mempunyai pekerjaan, sehingga berakhir dengan menggunakan narkoba yang
mempunyai efek lebih dibandingkan ganja, yaitu sabu. Dan penggunaan
narkobanya pun berbarengan atau di campur, yaitu sabu, ganja dan inex. Pada
September 2018, orang tua ST masih berusaha agar ST tidak lagi menggunakan
narkoba, sehingga orang tua ST bekerjasama dengan kepolisian untuk melakukan
penangkapan ST.
“Saya di tangkep, awalnya sih kaget kirain bukan suruhan orang tua wah
beneran emang ke tangkep, setelah disini aja tau. Tau suruhan orang tua. Pas ke
tangkep gak ada barang bukti cuma tes urin doang. Awalnya kan pamit di rumah
tapi gak di bolehin orang tua suruh di rumah aja, saya kan mau ke bandung tapi
mampir dulu ke purwakarta ambil barang baru setelah make ke bandung. Trus
minum, kalo di luar kota suka minum buat gaya-gaya doang. Apasih enaknya
mabuk pusing sakit, muntah, ya tapi sekarang mikirnya kaya gitu, kalo dulu mana
ada pikiran gtu. Jam 12 malem saya ke tangkep, abis isya saya keluar dari rumah
, trus saya punya feeling ada yang ikutin.” (ST, Wawancara, 5 November 2018)
Pada tanggal 13 September 2018 ST masuk dan mengikuti program
rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation. Awal memasuki Sahabat Foundation,
selama satu minggu, ST tidur terus efek narkoba masih terasakan oleh ST. Ketika
efek sabu sudah hilang barulah ST menangisi keadaannya yang sekarang di
rehabilitasi narkoba kembali. ST tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di
Sahabat Foundation selama satu minggu pertama, tetapi tidak dilakukannya
dengan baik serta fokus. Setelah satu bulan menjalani proses rehabilitasi narkoba,
barulah ST dapat menerima keadaannya serta peraturan yang berada di Sahabat
Foundation.
64
Manfaat serta perubahan dapat ST rasakan ketika mengikuti pemulihan di
Sahabat Foundation, meskipun ST masih dapat dikatakan belum lama
menjalankan program pemulihan tersebut.
“Manfaatnya bisa bangun pagi, makan tepat waktu gak kayak kita pas make
aja, pas make malem jadi siang, siang jadi malem. Makan gak teratur, paling
kalo gak ada zat di tubuh kita barusan lapar. Jadi tau pengetahuan
bahayanya narkoba, pengetahuan Bahasa inggris. Fisik lebih sehat, yaa
bangun tidur teratur makan tepat waktu, kadang telat juga gak seperti dulu.
Perilaku yaa jelas lebih sabar, yaa segala sesuatunya gak segampang apa kita
di luar, yang jelas bersyukur aja lah, harus seadanya gtu, kadang kalo
makanan kan di luar bisa, kalo disini harus annaucement dulu. Secara
keagamaan jadi lebih banyak berdoa, dulu gak pernah berdoa. Dulu sholat
boro-boro karena pergaulan temen. Paling magrib isya doang, disini sholat
teratur.”
ST pernah mendapatkan sanksi yang berupa writing dua ratus lima puluh kata
dikarenakan ST lupa untuk communicate atau meminta izin kepada staff untuk
merokok. Dan kesalahan mengenai lupa communicate atau meminta izin kepada
staff sering dilakukan oleh ST. Serta perilaku ST yang menggebu-gebu akan suatu
hal, yaitu dimana keinginan ST harus terpenuhi dan hal tersebut tidak
diperbolehkan selama ST berada di Sahabat Foundation. ST juga pernah diberikan
apresiasi dikarenakan ST menjalankan kegiatan satu hari dengan baik, sehingga
ST diberi rokok oleh staff.
Kendala serta kesulitan yang dirasakan ST selama menjalankan pemulihan di
Sahabat Foundation adalah: pertama, ST merasa sangat susah mengikuti kegiatan
di awal ST memasuki Sahabat Foundation, dikarenakan ST belum menerima
keadaanya dengan berbagai kegiatan yang harus diikuti serta peraturan yang harus
ditaati. Kedua, susah bertemu dengan konselor ketika awal masuk serta ST kurang
merasa nyaman dengan konselornya, karena menurutnya konselornya tersebut
65
kurang mengerti keadaan ST serta cara penyamapaian konselor kepada ST ketika
konseling tidak dengan cara baik atau dalam artian tidak sopan.
Saat hari akan wawancara dengan ST, hari itu juga pertama kali ST mengikuti
program training yang berada di Sahabat Foundation. Alasan ST mengikuti
program training di Sahabat Foundation, dikarenakan ST ingin benar-benar pulih
dari narkoba serta belum sanggup untuk kembali ke lingkungan rumah yang
rawan akan relaps dan masih ingin berada di lingkungan yang aman dari narkoba.
B. Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba
Proses resosialisasi merupakan hal penting bagi pecandu narkoba yang
tengah melakukan rehabilitasi narkoba. Hal ini dilakukan agar mantan pecandu
narkoba dapat kembali ke masyarakat dengan perilaku yang konformis. Kontrol
akan pentingnya proses resosialisasi tertuang dalam Undang-Undang No.35
Tahun 2009 Tentang Narkotika, pasal 56 ayat 1 mengenai rehabilitasi sosial.
Proses resosialisasi mantan pecandu narkoba terdapat pada rehabilitasi sosial yang
dilakukan oleh mantan pecandu narkoba di tempat rehabilitasi narkoba. Kemudian
pentingnya proses resosialisasi ini juga terdapat dalam Peraturan Mentri Sosial
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 tentang Standar Rehabilitasi Sosial
Dengan Pendekatan Profesi Pekerja Sosial. Dalam UU ini proses resosialisasi
adalah kegiatan untuk mempersiapkan penerima pelayanan agar dapat diterima
kembali ke dalam keluarga dan masyarakat.
Proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation dapat kita
lihat dalam dua hal penting, yaitu proses resosialisasi dengan kontrol dari internal
66
atau pada diri mantan pecandu narkoba dan proses resosialisasi dengan kontrol
dari Sahabat Foundation sebagai tempat mantan pecandu narkoba untuk dapat
kembali berperilaku konform. Dan penjelasannya sebagai berikut:
1. Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba dengan Pengendalian
Internal
Keadaan mantan pecandu narkoba yang berada di Sahabat Foundation tentu
berbeda kondisinya dengan keadaan sebelumnya, dimana ketika di Sahabat
Foundation mantan pecandu narkoba dalam keadaan terkungkung dengan
berbagai peraturan yang harus dipatuhi hingga mencapai tujuan rehabilitasi
narkoba. Sehingga, kontrol dalam bagi mantan pecandu narkoba yang sedang
melakukan proses resosialisasi amatlah dibutuhkan, karena ini akan menentukkan
sebarapa besar atau banyak mantan pecandu narkoba dalam mempelajari dan
menerima kembali nilai-nilai dan norma serta pengetahuan baru di Sahabat
Foundation. Kontrol internal yang baik bagi mantan pecandu narkoba dapat
membuat mantan pecandu narkoba tidak menggunakan narkoba kembali
meskipun kontrol eksternalnya tidak di dapatkan ataupun mengalami perubahan
dalam kontrol eksternalnya. Pengendalian dalam yang baik dapat terlihat dari
seberapa banyak atau besar mantan pecandu narkoba melaksanakan faktor-faktor
pengendalian dalam, yaitu konsep diri, orientasi tujuan, toleransi frustasi dan
retensi norma dalam menjalankan proses resosialisasi di Sahabat Foundation.
Dengan kata lain, kontrol internal mantan pecandu narkoba ketika menjalani
proses rehabilitasi narkoba akan menentukkan mantan pecandu narkoba setelah
selesai melakukan rehabilitasi. Maka dari itu, dibawah ini akan menjelaskan
67
bagaimana para mantan pecandu narkoba melakukan kontrol dari dalam selama
menjalankan rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation:
Table III.B.1.Pengendalian Internal Mantan Pecandu Narkoba di
Sahabat Foundation
Mantan
Pecandu
Narkoba
Konsep
Diri
Orientasi Tujuan Toleransi Frustasi Retensi Norma
YD Mengemban
gkan rasa
tangggung
jawab
dengan
menerima
diri di
Sahabat
Foundation
Bekerja
dengan
lingkungan
yang baru
Merubah
sterotype dari
keluarga
Konseling
Bercerita
dengan TA
sebagai
teman
dekat
Tidak
memberontak
Tidak pernah
melakukan
kesalahan
TA membangun
kesuksesan
meskipun
pernah
mengalami
kegagalan.
Konsep diri
ini berasal
dari
kelompok
narcotic
anonymous
dan Andre
Bekerja
Kembali
bersama
keluarga
Menyibukk
an diri saat
waktu
luang
Konseling
dengan
konselor
Bercerita
dengan
teman
dekat YD
Mengikuti
kegiatan dan
peraturan
dengan baik
pada bulan
kedua di
Sahabat
Foundation
Menghilangkan
pemikiran
untuk kabur
DD Menerima
diri seperti
adanya di
Sahabat
Foundation.
Karena
Sahabat
Foundation
adalah
lingkungan
yag baik
Bekerja
kembali
Mengembalik
an
kepercayaan
masyarakat
tempat
tinggal
Konseling
dengan
konselor
Menyibukk
an diri di
Sahabat
Foundation
Mengikuti
peraturan dan
kegiatan di
Sahabat
Foundation
dengan baik
pada ulan
ketiga
HK membangun
kesuksesan
meskipun
pernah
mengalami
kegagalan.
Dapat pulih
dari narkoba
Memperbaiki
hubungan
dengan
keluarga
Konseling
dengan
konselor
Membaca
buku disaat
waktu
Mematuhi
segala
peraturan di
Sahabat
Foundation
pada bulan
68
Konsep diri
ini berasal
dari
kelompok
narcotic
anonymous
dan Andre
luang kedua
Tidak
melakukan
kesalahan yang
besar
ST Mewujudka
n harapan-
harapan
orang tua
Dapat pulih
dari narkoba
Bekerja dari
orang tua
Konseling
dengan
konselor
Mengikuti
training di
Sahabat
Foundation
a. Konsep Diri
Konsep diri yang digunakan mantan pecandu narkoba dalam kontrol sosial
dapat dipengaruhi dari orang tua, role model, figure otoritatif atau didapat dari
interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri yang digunakan mantan pecandu
narkoba saat di Sahabat Foundation adalah acuan mereka untuk menghadapi
segala masalah yang memungkinkan terjadi. Dibawah ini adalah konsep diri yang
digunakan mantan pecandu narkoba:
“Saya seneng, bersyukur (karena dapat melakukan rehabilitasi). Karena sebab
akibat saya juga. Alhamdulillah saya di rehab dibandingkan saya dipenjara
sampai bertahun-tahun untuk kasus narkoba. bahkan sampai lebih dari 5 tahun
penjara, saya harus bertanggung jawab sebagai laki-laki.” (Wawancara, YD, 19
Oktober 2018).”
“gw lebih prefer ke bro Andre. Dia pemakaiannya lumayan parah, tapi dia bisa
success dengan cara dia sendiri dan dia sampe beer-bener cleaner sampe minum-
minum aja gak sentuh. Dia bener-bener jauh itu semua dan dia juga bisa
membina rumah tangga dua duanya bekas pengguna user dan keluarganya baik-
baik aja. Apa yang di dapat sekarang buat dreams gw nanti. Dia bisa memutar
balik semua itu. Gw juga dapet pelajaran berharga pas ada kelompok Narcotic
Anonimous, mereka tuh orang-orang yang kelihatan pemulihannya luar bisa,
mereka bisa bangkit pada punya usaha. Kebenyakan orang yang habis di rehab
kan ngerasa diaudah gak berharga dan gak berguna, tapi kenyatannya mereka
bisa bangkit trus juga sukses. Tapi gw bisa belajar dari mereka, dia bisa struggle
gtu.” (Wawancara, TA, 25 September 2018).
69
“...mungkin kalo saya di penjara gak akan bisa berubahah. Pas di rehab disni
banyak perubahan. Disini banyak hikmahnya nih, kalo gak disini kita gak bisa
berubah, masih mending disini dari pada di penjara bukan tambah
bener.”(Wawancara, DD, 20 Oktober 2018).
“ada grup NA banyak yang dateng pernah dateng dua kali. Ibaratnya banyak
orang yang terjatuh karena narkoba terus sukses, kayak bro Andre. Mereka
sekarang punya café trus dapet memperthankan agar gak make lagi bertahan
sampe 10 tahun 11 tahun, yaitulah buat dpanutan saya agar lebih baik lagi ,
mereka bisa kenapa saya gak bisa gitu kan.…akhirnya saya mengerti, oh ini
tempat pemulihan untuk mengangkat kelakuan-kelakuan di luar yang jelek, bisa
untuk memperbaiki. Sebelumnya disini apa yaa, bukan untuk supaya bebas dari
narkoba, tidak pakai narkoba. Sebenernya tempat rehab ini untuk jati diri kita,
untuk mengangkat hal buruk kita gtu. (Wawancara, HK, 05 November 2018).
“Perhatian kurang apa coba, perhatian keluarga, yaa udah tau make masih di
support, uangnya kan gak kecil, uang orang tua ST coba. Tapi dia gak pernah
ngeluh. Sia sia kalo relaps sekarang, udah dua bulan belom kuat kok masih ada
sekarang rasa pengen masih ada, soalnya kan gak ada obatnya kan sist, hanya
memulihkan. Baru semalem dikasih tau sist (Sist Silvana) buat ojt. Orang tua sih
pengennya saya pulang tapi saya pengennya ojt (on job training) aja nanggungs”
(Wawancara, ST, 05 November 2018).
Mantan pecandu narkoba yang dijadikan informan dalam penelitian ini
memiliki beberapa kesamaan dalam membuat konsep diri. HK dan TA memiliki
konsep diri dengan tetap sukses meskipun pernah mengalami kegagalan hidup
dengan narkoba. konsep ini berasal dari role model yang sama, yaitu bro Andre
(direktur program Sahabat Foundation) yang merupakan seorang mantan pecandu
narkoba yang dapat pulih dan sukses serta kelompok narcotic anonymous yang
merupakan sekumpulan orang mantan pecandu narkoba yang dapat pulih dan
dapat berintegrasi kembali dengan masyarakat.
b. Orientasi Tujuan
Mantan pecandu narkoba yang sedang melakukan proses resosialisasi
dalam rehabilitasi narkoba memiliki cita-cita atau harapan mereka setelah selesai
menjalankan proses rehabilitasi. Hal ini dilakukan dan diperlukan agar mereka
70
tidak kembali menggunakan narkoba dan selalu berperilaku sesuai dengan nilai
dan norma di masyarakat. Dibawah ini adalah orientasi tujuan dari mantan
pecandu narkoba di Sahabat Foundation:
“Harapan saya bisa pulih aja,itu udah hal baik lah yang udah saya lakuin
terutama buat keluarga dan orang lain. Soalnya dulu kan saya di cap sama
keluarga jelek, sama orang lain juga di cap jelek, jadi saya ingin mengubah itu
jadi baik lagi. (Rencana setelah keluar dari Sahabat Foundation) Cari kerja lah
ka, ya yang kedua berubah hiduplah yang dulunya negative menjadi lebih positif.
Biar bisa bahagiain orang tua. Saya juga mau pindah ke Bali ke rumah saudara
buat kerja, sodara juga udah nawarin kerja. Pindah juga orang tua mendukung
karena kalo saya balik lagi ke rumah khawatir saya relaps, karena lingkungan
rumah juga banyak pengguna dan pengedar.” (Wawancara, YD, 19 Oktober
2018).
“banyak keinginan yang mau gw lakukan kalo keluar dari sini, bisa jalanin
aktivitas seperti biasanya” (Wawancara, TA, 25 September 2018).
“Harapannya saya banyak, satu yaa semoga terus sadar selalu jadi perilaku yang
baik bisa diterima di masyarakat, bisa bekerja lagi. Dulu saya dipercaya sekali
sama masyarakatUntuk keluarga saya nih ya, karena saya orang tua anak saya
ya itulah pentingnya.” (Wawancara, DD, 20 Oktober 2018).
“Yang jelas saya pertama-tama ingin bersih dari narkoba selalu pulih, mudah-
mudahan juga diluar juga bisa. Yang kedua memperbaiki hubungan saya sama
abang saya, mungkin saya udah bikin malu keluarga atau apa yaa, ketika saya
keluar mau nemuin dia lah buat minta maaf.” (Wawancara, HK, 05 November
2018).
“Bisa ikutin pemulihan, itu aja dulu. Iya jangan make lagi. Gak usah banyak-
banyaklah harapannya.” (Wawancara, ST, 05 November 2018).
c. Toleransi Frustasi
Mantan pecandu narkoba yang sedang melakukan rehabilitasi di Sahabat
Foundation pasti akan mengalami rasa frustasi. Rasa frustasi dikarenakan keadaan
mantan pecandu narkoba yang diatur sesuai dengan peraturan di Sahabat
Foundation, tidak adanya kebebasan untuk melakukan kegiatan seperti saat diluar
Sahabat Foundation atau memikirkan segala permasalahan yang terjadi saat
melakukan rehabilitasi narkoba. rasa frustasi terbut dapat dipengaruhidari factor
71
keluarga, ekonomi dan lain-lain. Maka dari itu, mantan pecandu narkoba yang
menjadi subjek dalam penelitian ini mengatasi rasa frustasi dengan melakukan
konseling dan sebagainya seperti berikut:
“Saya punya unek-unek saya ungkapin (saat konseling), kaya permasalahan yang
selama ini dihadapin trus tau cara mengatasinya gimana, kondisi emosionalnya
juga, semua diungkapin dan trus dikasih motivasi yang baik dan saya bisa
tenang” (Wawancara, YD, 19 Oktober 2018).
“(saat konseling) ya gw bisa cerita masalah-masalah gw trus pikiran-pikiran gw
pas gw lagi disini. Apalagi masalah istri gw anak gw. Trus Gw dapet solusinya
dari masalah itu.Gw banyak cape-capein badan gw disini, kadang bronya suruh
cuciin bajunya atau segala macem gw kerjain. Gw bukannya masalah proyek
disini, permasalah di luar kan banyak, salah satu memedicate pikir-pikiran
negative dan pikiran luar, jadi malem gw capek langsung tidur. Gw lebih lebih
aktif siang dari pada malem. Disini temen yang paling deket sama gw si YD, kita
saling support cerita-cerita apalagi yang sering kan kita kepikiran keluarga”
(TA, Wawancara, 25 September 2018)” (Wawancara, TA, 24 September 2018).
“Kalo konseling yaa saya ceritain aja kalo saya lagi ada pikiran di luar, kita bisa
ngomong. Kalo saya lagi ada pikiran diluar, pikirin keluarga, trus saya kena
(terpengaruh dengan konseling). Pas konseling perasaan tenang, kasih saran
juga….Daripada Duduk-duduk gtu doang nanti malah pikiran kemana-mana gak
fokus buat rehab, saya orangnya gak mau diem sih.”” (Wawancara, DD, 20
Oktober 2018).
“Di waktu konseling itu ibaratnya kita kasih tau permasalahan kita , kita di kasih
solusi jadi lega aja. Jadi, kita gak kepikiran sewaktu disini. Kadang kita disini
pikirannya enggak enggak tentang orang tua gak saying, pikirannya jelek aja.
Cuma sama konselor dikasih pemahaman yang positif. Ada manfaatnya juga
tenanglah pikiran kita… yaa paling coba-coba baca buku agama, politik atau
yang lainnya untuk mengisi waktu luang. Dari pada kita gak ada kegiatan kita
bengong mikirin yang dluar, akhirnya kita tidak fokus disini, ya mendingan kit
abaca-baca buku atau apalah gtu. Mengalihkan fikiran kita gtu.” (Wawancara,
HK, 05 November 2018).
“…sama konselor tuh harus terbuka, kalo kita ada masalah gak di pecahkan yang
ada balik lagi relaps. Selama konseling terbuka, karena di kasih nasihat,
pedoman lah biar gini-gini. Udah paling jawaban dari konselor, sabar dulu. Yaa
emang sabar juga serius, pokoknya harus sabar dan harus yakin” (Wawancara,
ST, 05 November 2018).
Setiap aktivitas mantan pecandu narkoba akan selalu di kontrol oleh staff
ataupun konselor. Begitupun ketika mantan pecandu narkoba terlihat sedang
72
frustasi atau sedang memikirkan suatu masalah, maka akan langsung melakukan
konseling untuk menangani hal tersebut (obervasi). YD dan TA memiliki cara lain
juga untuk menghadapi rasa frustasi, yaitu dengan saling bercerita dan saling
memberi motivasi. DD dan TA juga selalu menyibukkan diri saat ada waktu luang
di Sahabat Foundation. HK mengatasi rasa frustasinya juga dengan membaca
buku. Hal ini mereka lakukan agar menghilangkan segala pemikiran negatif.
d. Retensi Norma
Retensi norma lebih menekankan pada cara-cara mantan pecandu narkoba
agar dapat berintegrasi atau dapat melakukan proses resosialisasi dengan baik.
Cara tersebut dapat menggunakan dengan menjadi patuh, menerima, komitmen
akan nilai, norma, aturan dan cara bertindak.
Upaya YD menjalankan rehabilitasi dengan baik ditunjukkan dalam sikap dan
perilaku YD yang tidak pernah melakukan pemberontakkan selama berada di
Sahabat Foundation dan keterbukaannya terhadap semua yang berada di Sahabat
Foundation. Dan inilah bentuk dari retensi norma yang dilakukan oleh YD demi
terwujudnya orientasi tujuannya, “Gak pernah (melakukan pemberontakkan),
saya terima dengan peraturan-peraturannya. Kalo Saya open minded”
(Wawancara, YD, 19 Oktober 2018). YD juga tidak pernah melakukan kesalahan
yang dilakukan oleh dirinya sendiri: “Gak pernah melanggar (tidak pernah
melakukan kesalahan), kaka bisa tanya ke konselor atau staff nya” (Wawancara,
YD, 19 Oktober 2018).
73
Retensi norma yang dijalankan oleh TA selama menjalankan rehabilitasi
narkoba di Sahabat Foundation adalah mengikuti setiap kegiatan dan peraturan
pada bulan kedua di Sahabat Foundation. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
penyatuannya dengan Sahabat Foundation yang akan membawa TA pada
perubahan yang lebih baik. Hal ini dilakukan oleh TA dikarenakan TA memiliki
alasan dan juga cara yang ditunjukkan TA sebagai bentuk penerimaan diri sebagai
berikut:
“awal-awal pasti gw berontak sampe satu bulan apalagi kan gw tipikal orang
yang bisa diatur-atur. gw maunya bebas, tapi karena disini kan peraturannya
tegas, jadi gw ngikutin peraturan yang ada disini, kan kalo disini kalo
berontak terus bisa di pindahin, tapi akhirnya setelah satu bulan disini gw
ngikutin setiap peraturan yang ada disini. Gw masih bersyukur di rehab
disini.Gw juga gak ada pikiran kabur, kabur gak nyelesain masalah”
(Wawancara, TA, 24 September 2018).
Retensi norma yang dilakukan DD selama menjalankan proses
resosialisasi adalah dengan menjalankan kegiatan-kegiatan Sahabat Foundation
dengan baik, serta mematuhi segala peraturan di Sahabat Foundation. DD juga
jarang melakukan kesalahan selama berada di Sahabat Foundation:
“Jarang sih kalo saya (melakukan kesalahan), paling kadang gak fokus. Saya
biasa-biasa aja. Disini kan kalo ada satu orang melakukan kesalahan kena
semua” (Wawancara, DD, 20 Oktober 2018)
Cara yang digunakan HK untuk dapat menjalani proses resosialisasi secara
baik adalah dengan tidak melakukan pelanggaran atau kesalahan fatal yang
dilakukan sendiri oleh HK. Hal ini menunjukkan adanya penerimaan dan
kepatuhan yang dilakukan oleh HK selama menjalankan rehabilitasi narkoba di
Sahabat Foundation dengan menunjukkan cara dia bertindak: “Kesalahan yang
74
menonjol gak ada sist, paling lupa communicate gara-gara masak mie gak izin.”
(Wawancara, HK, 05 November 2018).
Cara yang sangat terlihat dari ST sebagai bentuk perilaku patuhan,
penerimaan, komitmen akan tidak menggunakan narkoba kembali adalah dengan
mengikuti training yang berada di Sahabat Foundation. Selain sebagai cara
konsep diri ST, hal tersebut juga merupakan sebagai retensi norma yang dilakukan
oleh ST:
“(alasan mengikuti training narkoba di Sahabat Foundation) satu mungkin
masih pengen di circle yang aman, belajarlah tentang adiksi dan dampaknya
dan juga bisa menolong orang yang memiliki masalah yang sama kaya saya.
Setidaknya bisa menolonglah, kan sebelumnya saya udah di tolong, yaa saya
menolong bukan berarti saya udah pulih, yaa contohlah buat kelompok yang
memiliki masalah yang sama.” (Wawancara, ST, 05 November 2018).
2. Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba dari Sahabat Foundation
Sahabat Foundation merupakan tempat rehabilitasi yang lebih menekankan
pada pemulihan narkoba dengan usaha pengembalian fungsi peran mantan
pecandu narkoba ke dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang berada di Sahabat
Foundation merujuk pada perubahan perilaku, sikap dan tingkah laku mantan
pecandu narkoba agar menjadi konform dengan masyarakat. Terlebih sifat adiksi
(sifat ketergantungan terhadap narkoba) mantan pecandu narkoba yang harus
dihilangkan. Kegiatan-kegiatan serta peraturan yang berada di Sahabat Foundation
juga merupakan pengendalian sosial yang di lakukan oleh sebuah organisasi untuk
mantan pecandu narkoba agar mencegah terjadinya perilaku menyimpang
kembali, yaitu mantan pecandu narkoba yang relaps (penggunaan narkoba
kembali setelah beberapa waktu tidak menggunakan narkoba).
75
Pecandu narkoba yang memasuki tempat rehabilitasi di Sahabat Foundation,
diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah terjadwalkan serta mentaati
peraturan yang berada di Sahabat Foundation. Jika mereka tidak melakukan hal
demikian, maka perilaku mereka akan menganggu kegiatan pemulihan yang
berada di Sahabat Foundation. Proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di
Sahabat Foundation dapat kita lihat dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh
mantan pecandu narkoba. Karena dalam kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh
Yayasan Sahabat memiliki makna untuk perubahan perilaku serta sikap mantan
pecandu narkoba agar menjadi konform. Maka dari itu, dalam proses resosialisasi
di Sahabat Foundation membaginya ke dalam tiga bagian yang berdasarkan faktor
pengendalian eksternal, yaitu Pembatasan mantan pecandu narkoba dalam proses
resosialisasi, peran dan aktivitas mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundaton
dan penguatan oleh kelompok.
a. Pembatasan mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation
Sahabat Foundation yang merupakan sebagai kontrol sosial, memiliki batasan-
batasan bagi mantan pecandu narkoba dalam melakukan proses resosialisasi.
Batasan-batasan tersebut dapat kita lihat dari berbagai peraturan Sahabat
Foundation. Peraturan-peraturan yang berada di Sahabat Foundation untuk mantan
pecandu narkoba yang sedang dalam menjalankan rehabilitasi narkoba telah
dipaparkan dalam bab II. Peraturan yang berada di Sahabat bertujuan agar proses
rehabilitasi dapat berjalan dengan baik. Dan para mantan pecandu narkoba
diwajibkan mengikuti setiap peraturan tersebut.
76
b. Peran dan Aktivitas Mantan Pecandu Narkoba di Sahabat Foundation
Aktivitas yang dijalankan mantan pecandu narkoba dalam melakukan proses
resosialisasi di Sahabat Foundation dapat di kelompokkan kedalam tiga
bimbingan, yaitu sebagai berikut:
1. Bimbingan Pengetahuan dan Keahlian
Pembelajaran mengenai pengetahuan baru untuk mantan pecandu narkoba
sangat di perlukan dalam proses resosialisasi, terlebih pengetahuan mengenai
narkoba dan adiksi. Karena sudah dipastikan mantan pecandu narkoba sebelum
memasuki Sahabat Foundation belum mengetahui dengan mendalam mengenai
adiksi, narkoba serta dampak-dampaknya dan juga peraturan perundang-undangan
mengenai penyalahgunaan narkoba. Sahabat Foundation memberikan bimbingan
pengetahuan mengenai adiksi dan narkoba dalam kegiatan Group yang di isi
dengan seminar yang dilaksanakan pada waktu 11.00 WIB-12.00 WIB. Adanya
seminar ini bertujuan untuk mendidik mantan pecandu narkoba agar mengetahui
pengetahuan baru tersebut dan dapat merubah sikap dan tingkah laku yang
sebelumnya.
Pembelajaran tentang narkoba atau adiksi ini dilakukan secara berulang-ulang.
Seminar ini di pimpin atau di arahkan oleh staff atau konselor yang sedang
bertugas atau bahkan dari BNN yang memberi materi mengenai kenarkobaan
77
kepada mantan pecandu narkoba, seperti yang dilakukan pada tanggal 18
September 2018 yang membahas mengenai bahayanya penyalahgunaan narkoba
bagi tubuh serta otak manusia yang bahkan dampak tersebut dapat turun menurun
kepada anaknya. Terkadang mantan pecandu yang sudah lama menjalankan
proses pemulihan di Sahabat Foundation menjadi pemimpin atau mengajarkan
kembali pengetahuan narkobanya ke mantan pecandu narkoba yang lainnya. Hal
ini dilakukan agar mantan pecandu narkoba lebih memahami tentang pengetahuan
tersebut, sehingga dapat masuk kedalam kesadarannya dan dapat diaplikasikan
setelah berada di masyarakat.
Fakta lain menunjukkan bahwa pengetahuan baru yang di dapat oleh beberapa
mantan pecandu narkoba bukan hanya pengetahuan mengenai adiksi dan narkoba
saja, namun pengetahuan Bahasa Inggris juga. Penggunaan Bahasa Inggris dalam
beberapa kegiatan seperti isu serta suggest yang menggunakan bahasa Inggris
membuat mantan pecandu narkoba mengetahui pembelajaran bahasa Inggris.
“Pengetahuan nambahlah apalagi ilmu tentang adiksi, tentang masalah narkoba.
Pengetahuan Bahasa inggris juga bertambah, dengan sendirinya karena terbiasa
jadi bisa Bahasa inggris. Awalnya gak tau Bahasa inggris, kadang disini di paksa
harus tau, akhirnya dengan sendirinya tau gitu terbiasa.” (HK, Wawancara, 5
November 2018)
Ketika pecandu narkoba memasuki Sahabat Foundation, maka mereka akan
meninggalkan segala dunia luar yang bebas dan tentunya juga meninggalkan
pekerjaannya. Dan ketika mereka selesai menjalani pemulihan narkoba, maka
belum tentu mereka mendapatkan kembali pekerjaan mereka atau belum tentu
mereka dapat diterima kembali dengan mudah dalam lingkungan masyarakat. Hal
ini dkarenakan mereka sebelumnya telah melakukan perilaku yang melanggar
78
nilai dan norma masyarakat. Dengan demikian, bimbingan keahlian dalam proses
resosialisasi mantan pecandu narkoba sangat diperlukan agar mantan pecandu
narkoba lebih kreatif dan produktif, baik ketika berada di Sahabat Foundation
maupun setelah berada diluar Sahabat Foundation dalam upayanya berintegrasi
dengan masyarakat.
Bimbingan keahlian di Sahabat Foundation hanya diadakan ketika Badan
Narkotika Nasional memberikan kursus keahlian kepada mantan pecandu narkoba
di Sahabat Foundation. Bimbingan keahlian di Sahabat Foundation memang
belum terjadwalkan. Hal ini dikarenakan Sahabat Foundatin belum bekerjasama
dengan Kementrian Sosial, sehingga pembiayaan rehabilitasi hanya berasal dari
mantan pecandu narkoba yang menyelesaikan administrasi serta dan dari pemilik
yayasan. Hal ini diungkapkan oleh Bro Andre selaku direktur program di Sahabat
Foundation:
“Kita belum kemensos, kita BNN. Kita ngambil kemensos tapi belum dapet
mungkin tahun depan, baru verifikasi aja mereka kesini ngecek. Jadi
kebutuhan mereka dari kita. Makanya kita ngejar kemensos. Ada pelatihan
sablon dari BNN dateng kesini tapi setelah di luar terserah mereka. Kita gak
bisa menyediakan bahan sablon diluar. Kalo dari BNN Cuma kasih pelatihan
tidak secara materi, kalo Kemensos barusan ada secara materi tapi itu juga
buat beli untuk kebutuhan disini, misalnya alat sablon dan makan.”(Andre,
Wawancara, 16 Oktober 2018).
Mantan pecandu narkoba yang menjadi subjek penelitian ini tidak semuanya
sudah mendapatkan pelatihan keahlian, seperti ST. Hal ini dikarenakan ST
merupakan residen yang belum lama menjalankan rehabilitasi narkoba di Sahabat
Foundation, sedangkan bimbingan keahlian tidak ditentukan waktu yang pastinya.
Bimbingan keahlian yang mereka telah dapatkan dari BNN adalah bimbingan
79
keahlian mencukur rambut dan atau sablon baju. Dan dibawah ini akan
menjelaskan pendapat mantan pecandu mengenai bimbingan keahlian yang
mereka dapatkan, sebagai berikut:
YD. “Waktu itu sablon pernah ikut dari BNN, trus pangkas rambut dari BNN
juga. Yaah seneng dan ini penting. Jadi kita bisa tau caranya nyablon dan cukur
rambut. (Pengembangan keahlian setelah keluar dari Sahabat Foundation) Kalo
niatan gak ada, Cuma seneng aja udah tau cara nyablon dan cukur rambut.”
(YD, Wawancara, 19 Oktober 2018)
TA. “disini gw pernah nyablon trus juga cukur rambut. Itu juga kan dari BNN.
Gak setiap bulan juga kan. Seharusnya sih perbulan ada biar kita gak bosen
dengan kegiatan yang itu-itu aja.” (TA, Wawancara, 25 September 2018)
DD.“Yaa itu bagus juga, yaa adanya kita disini tuh dari yang gak bisa jadi bisa,
belajar. Kalo saya mah emang udah bisa nyukur, diluar juga udah nyukurin
orang. (Pengembangan keahlian setelah keluar dari Sahabat Foundation) Enggak
sist, saya mau balik lagi ke tempat dulu kerja. Yaah biar di adain 2 bulan sekali,
jadi biar ada kegiatan” (DD, Wawancara, 20 Oktober 2018)
HK. “Saya pernahnya sablon sist dari BNN. Yaa seneng aja sist, tau teknik
nyablon. Kalo diliat sablon itu gampang tapi pas kita praktekin kalo kita gak tau
ininya yaa sulit juga. Gak segampang yang kita kira. Jadi yaa emang ada harus
kita bener-bener tau caranya lah. Bermanfaatlah buat pengalaman juga.
(Pengembangan keahlian setelah keluar dari Sahabat Foundation) Kalo emang ada
rezeki yaa mau juga buat usaha nyablon.” (HK, Wawancara, 5 November 2018)
Bimbingan keahlian juga menambah wawasan dan keahlian mereka,
meskipun empat dari kelima mantan pecandu narkoba yang mendapatkan
bimbingan keahlian tidak ingin mengembangkan keahliannya setelah selesai
proses pemulihan narkoba serta keluar dari Sahabat Foundation. Hanya HK yang
ada rencana untuk mengembangkan keahlian menyablon baju.
2. Bimbingan Berperilaku Konform
Proses resosialisasi dilakukan agar individu dapat berperilaku konform
sesuai nilai dan norma yang berada di masyarakat lagi setelah melakukan tindakan
penyimpangan sossial. Maka dari itu, Sahabat Foundation memberikan bimbingan
80
berperilaku baik atau konform pada kegiatan morning meeting, wrap up dan
Sharing circle. Selain itu juga, bentuk bimbingan berperilaku baik di Sahabat
Foundation dapat terlihat dari kata-kata baik yang tertempel di dinding yang
terdapat di Sahabat Foundation sebagai berikut:
Gambar III.1. Contoh suggest di Sahabat Foundation
Sumber: Dokumentasi peneliti tanggal 20 Desember 2018
Kata-kata tersebut disebut sebagai suggest di Sahabat Foundation. Suggest
tersebut harus di aplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari mantan pecandu
narkoba selama berada di Sahabat Foundation dan juga setelah selesai program
rehabilitasi.
Kegiatan morning meeting dan wrap up memiliki kesamaan aktivitasnya.
Pada kegiatan ini para mantan pecandu narkoba harus bisa mengatasi isu atau
permasalah yang terjadi di Sahabat Foundation dengan baik. Baik permasalahan
yang terjadi pada mantan pecandu narkoba maupun permasalah di lingkungan
Sahabat Foundation. Kemudian, Jika ada mantan pecandu narkoba yang
81
melakukan kesalahan, maka pada kegiatan ini mantan pecandu lain atau konselor
akan memberikan nasihat agar adanya perubahan perilaku yang lebih baik. Pada
kegiatan ini juga, para mantan pecandu narkoba saling memberikan motivasi.
Terlebih jika ada mantan pecandu narkoba yang memiliki perasaan tidak baik hari
itu. Pemberian motivasi ini bertujuan agar mantan pecandu narkoba selalu
menjalani program rehabilitasi dengan baik.
Sharing Circle berisi aktivitas pembahasan mengenai sebuah isu atau
suggest dan dikaitkan dengan peran yang dimiliki oleh mantan pecandu narkoba.
Contohnya pembahasan mengenai “tanggung jawab”, maka mantan pecandu
narkoba memberikan pendapatnya mengenai kata tersebut dan dikaitkan dengan
peran yang dimilikinya saat ini. Hal ini diharapkan mantan pecandu narkoba dapat
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-harinya dan mantan pecandu
narkoba dapat berperilaku dengan baik atau konform dengan nilai norma sosial
(observasi).
3. Bimbingan Praktek Keagamaan
Bimbingan keagamaan di ajarkan dan dipraktekkan oleh mantan pecandu
narkoba selama di Sahabat Foundation. Bimbingan praktek keagamaan bertujuan
untuk membuat mantan pecandu narkoba menjalani pemulihan dengan baik serta
mencegah terjadinya relaps dan dapat merubah perilaku serta sikap menjadi lebih
baik yang sesuai dengan ajaran Tuhan. Semua mantan pecandu narkoba yang
menjadi subjek penelitian ini, selama menjalani proses pemulihan narkoba di
82
Sahabat Foundation merasakan bimbingan dalam nilai keagamaan dan
perubahannya sebagai berikut:
YD: “Ada perubahan, banyak yang saya dapatkan. Mulai dari cara sholat yang
bener dan tepat waktu, tadarusan. Disini secara spiritual saya dapet ka, diluar
saya gak pernah sholat apalagi sholat subuh, sibuk.” (YD, Wawancara, 19
Oktober 2018)
TA: “Gw juga selama disini sholat tepat waktu terus berjamaah juga kan, yang
sebelumnya gw jarang sholat.” (TA, Wawancara, 25 September 2018)
DD: “Saya terus terang nih, selama saya diluar gak pernah sholat, Alhamdulillah
disini bisa ngejalanin. Saya bersyukur. Yang penting setelah kita keluar dari sini
kita gak pernah ketinggalan. Kalo saya abis sholat tenang, lega. Kalo pikiran lagi
sumpek, ngobrol sama temen aja gak mau tapi kalo abis sholat langsung lega.”
(DD, Wawancara, 20 Oktober 2018)
HK: “Ya biasanya yang gak tepat waktu jadi tepat waktu sholat, sholat 5 waktu
udah terbiasa. Yg dulunya sholat bolong-bolong disini jadi rutin, yang tadinya
gak jamaah disini berjamaah. Baguslah dari segi keagamaan.” (HK, Wawancara,
05 November 2018)
ST: “Yaa jelas sist, jadi lebih banyak berdoa, dulu gak pernah berdoa. Dulu
sholat boro-boro karena pergaulan temen. Paling magrib isya doang, disini
sholat teratur.” (ST, Wawancara, 05 November 2018)
Bimbingan praktek keagamaan juga diberikan kepada mantan pecandu
narkoba berupa doa kedamaian yang selalu diucapkan ketika kegiatan morning
meeting, seminar, wrap up, sesi grup dan terapi grup. Setiap mantan pecandu
narkoba harus menghafal dan mengaplikasikan setiap arti dari do’a kedamaian
dalam kehidupannya, terlebih ketika berada di Sahabat Foundation. Dan lafal dari
do’a kedamaian tersebut adalah sebagai berikut:
“Tuhan berikanlah kami kedamaian, untuk dapat menerima hal-hal yang
tidak dapat kami ubah, keberanian untuk mengubah, apa yang dapat kami
ubah, serta kebijaksanaan untuk dapat mengetahui segala perbedaannya”
(Observasi)
83
Saat melafalkan do’a kedamaian, para mantan pecandu narkoba saling
menggenggam tangan dengan membentuk sebuah lingkaran dan mata mereka pun
terpejam. Hal ini dilakukan untuk mengahayati setiap arti dari doa kedamaian
tersebut. Do’a kedamaian adalah hal yang paling menggambarkan teori external
containment Walter Reckless pada poin ketiga. Do’a kedamaian merupakan
penguatan, dukungan yang dilakukan oleh kelompok mantan pecandu narkoba
dalam menciptakan rasa kebersamaan dan identitas mereka sebagai mantan
pecandu narkoba yang sedang melakukan pemulihan narkoba.
c. Penguatan oleh Kelompok
Rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundatin menggunakan konsep terapi
komunitas. Terapi komunitas pada intinya adalah metode dan lingkungan yang
digunakan untuk megubah perilaku individu dengan suatu komunitas, dimana
anggota komunitas tersebut terdiri dari individu yang memiliki kondisi yang sama
sehingga setiap anggota komunitas tersebut mampu merubah arah dan kondisi
kehidupannya dan mereka juga dapat melihat dirinya sendiri (Dokumen Sahabat
Foundation 2018). Jadi, penguatan sebuah kelompok bagi mantan pecandu
narkoba yang melakukan proses resosialisasi mantan pecandu narkoba sangatlah
dibutuhkan.
Penguatan kelompok untuk mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation
terdapat pada kegiatan group theraphy yang dilaksanakan setiap hari jumat.
Kegiatan group theraphy berbentuk sebuah permainan atau kuis yang diberikan
oleh staff ataupun konselor. Tujuan adanya bentuk kegiatan tersebut adalah
84
membuat para residen merasa senang dengan adanya permianan tersebut dan
dapat melatih kekompakkan mereka dalam menjalankan proses resosialisasi
dengan baik di Sahabat Foundation secara bersama-sama (observasi).
Penguatan kelompok di Sahabat Foundation juga dilakukan dengan datangnya
kelompok narcotic anonymous untuk berdiskusi dengan mantan pecandu narkoba
yang berada di Sahabat Foundation. Kelompok narcotic anonymous (NA) adalah
sekumpulan mantan pecandu narkoba yang telah pulih dari narkoba dan tidak
relaps. Mantan pecandu narkoba berdiskusi dengan kelompok NA bertujuan
untuk memberikan penguatan kepada mantan pecandu narkoba yang sedang
melakukan rehabilitasi narkoba. Kelompok NA memberi penguatan bahwa
seorang mantan pecandu dapat pulih dan dapat berintegrasi dengan masyarakat
serta sukses tanpa narkoba. Sehingga ada beberapa mantan pecandu narkoba yang
menjadikan kelompok NA sebagai konsep diri, yaitu TA dan HK.
C. Sikap dan Dukungan Keluarga dalam Proses Resosialisasi
Dukungan yang diberikan keluarga kepada mantan pecandu narkoba yang
sedang menjalankan proses resosialisasi adalah sebagai kontrol sosial.
Pengendalian dengan tujuan untuk memahami nilai-nilai dan norma sosial yang
baru di pelajari selama berada di Sahabat Foundation dan mendukung perubahan
perilaku agar menjadi konformis serta dapat menjalankan perannya kembali dalam
keluarga dan masyarakat. Semua mantan pecandu pun mengatakan bahwa
dukungan dari keluarganya amatlah penting bagi diri mereka yang tengah
menjalani pemulihan narkoba di Sahabat Foundartion, baik dukungan dari istri,
85
anak, orang tua, kakak, adik, bibi dan sebagainya. Hal ini seperti yang dikatakan
ST sebagai berikut:
“Yaa, keluarga jelas penting setelah disini. Kalo bukan keluarga siapa lagi.
Dulu mah boro-boro pikirin keluarga, pikirannya pake pake aja. Perhatian
kurang apa coba, perhatian keluarga, yaa udah tau make masih di support.” (ST,
Wawancara, 05 November 2018)
Ada dua hal yang dapat dilihat dari sikap dan dukungan keluarga terhadap
mantan pecandu narkoba yang sedang menjalankan program rehabilitasi narkoba
di Sahabat Foundation, yaitu sebagai berikut:
1. Pembatasan interaksi antara keluarga dengan mantan pecandu narkoba
Sikap dan dukungan yang diberikan keluarga kepada mantan pecandu narkoba
dalam melakukan rehabilitasi juga harus mengikuti setiap regulasi atau peraturan
yang dibuat oleh Sahabat Foundation. Hal ini sebagai bentuk kontrol sosial, yaitu
adanya pembatasan interaksi keluarga dengan mantan pecandu narkoba.
Pembatasan interaksi antara mantan pecandu narkoba dengan keluarga dalam
proses resosialisasi mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation, yaitu:
Pertama, kunjungan keluarga hanya berlangsung selama satu jam serta
kunjungan keluarga di perbolehkan jika hari itu mantan pecandu narkoba dalam
keadaan baik atau tidak sedang melanggar peraturan (Peraturan Sahabat
Foundation 2018). Hal ini dilakukan agar tidak menganggu kegiatan mantan
pecandu narkoba serta menghalau terjadinya pelanggaran, seperti mantan pecandu
yang ingin pulang ke rumah sedangkan program rehabilitasi belum terselesaikan.
86
Kedua, ketika awal memasuki Sahabat Foundation serta baru memulai proses
pemulihan narkoba, mantan pecandu narkoba tidak di izinkan untuk bertemu
dengan keluarga, meskipun keluarga mendatangi Sahabat Foundation. Hal ini
dilakukan agar keluarga atau mantan pecandu narkoba tidak melakukan keributan
untuk dapat membebaskan mantan pecandu narkoba dari tempat rehabilitasi
narkoba
Ketiga adalah komunikasi mantan pecandu narkoba dengan keluarga
dilakukan ketika mantan pecandu narkoba telah menjalani proses pemulihan
narkoba selama satu bulan serta mantan pecandu narkoba memiliki progress yang
baik dalam menjalankan pemulihan narkoba. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh bro Andre “Tergantung orangnya, tapi biasanya setelah satu
bulan baru kita over view untuk bisa apa enggak (melakukan komunikasi dengan
keluarga). Kalo sebelum satu bulan pasti dia minta pulang (mantan pecandu
narkoba meminta ke keluarga agar dikeluarkan dari Sahabat Foundation). Untuk
menghindari itu makanya kita buat regulasi.” (Andre, Wawancara, 16 Oktober
2018)
2. Peran dan aktivitas bermakna yang dilakukan keluarga kepada mantan
pecandu narkoba
Peran dan aktivitas bermakna yang diberikan keluarga kepada anggota
keluarga yang sedang menjalani pemulihan narkoba adalah bentuk sikap serta
dukungan kelurga kepada mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation. Dan
hal tersebut dapat kita lihat dari dua aspek, yaitu sebagai berikut:
87
a. Sikap dan dukungan keluarga dalam bentuk pembiayaan
Dukungan keluarga dalam pembiayaan kehidupan mantan pecandu di Sahabat
Foundation narkoba sangatlah penting, karena dalam menjalani pemulihan
narkoba di Sahabat Foundation pasti ada kebutuhan-kebutuhan yang harus
terpenuhi untuk mantan pecandu narkoba, baik kebutuhan primer maupun
sekunder serta pembiayaan untuk menggaji konselor serta staff. Apalagi Sahabat
Foundation sendiri adalah tempat rehabilitasi yang hanya dibiayai oleh pemiliknya
sendiri tanpa ada bantuan dari Kementrian Sosial serta tidak dibayai oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN).
Faktanya hampir semua keluarga mantan pecandu narkoba tidak mendukung
dalam pembiayaan proses pemulihan narkoba, hanya keluarga ST dan juga
keluarga TA yang mendukung dalam hal ini. Orang tua ST membayar sepenuhnya
pembiayaan ST selama menjalankan program pemulihan narkoba di Sahabat
Foundation sedangkan bapak TA hanya membiayai sebagian pembiaayaan TA
selama menjalankan program pemulihan. Setiap dua minggu sekali, keluarga TA
baik bapak TA atau tante TA atau saudara TA lainnya mengunjungi TA untuk
memberikan segala kebutuhan yang diperlukan oleh TA, seperti rokok, mie instan,
obat-obatan dan lain-lainnya. Dukungan dalam bentuk kebutuhan primer juga
diberikan oleh orang tua ST untuk ST, dimana saat peneliti akan melakukan
wawancara dengan DD pada tanggal 20 Oktober 2018, ternyata hari itu orang tua
ST mengirimkan ST buah mangga.
88
Alasan yang logis beberapa keluarga tidak mendukung dalam pembiayaan
proses pemulihan mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation dikarenakan,
sebagian mantan pecandu narkoba memiliki peran sebagai kepala keluarga yang
mencari nafkah dan kondisi keluarga mereka memiliki perekonomian rendah serta
keluarga tidak paham tentang edukasi narkoba serta rehabilitasi narkoba.. Maka
dibawah ini adalah kesimpulan singkat akan dukungan yang diberikan keluarga
dalam pembiayaan proses pemulihan narkoba di Sahabat Foundation:
Tabel.III.B.1 Dukungan Keluarga dalam Bentuk Pembiayaan
Keluarga Mendukung Tidak Mendukung
Bapak TA √
Orang tua YD √
Kakak HK √
Istri AE √
Keluarga DD √
Orang tua ST √
b. Sikap dan Dukungan Dukungan dalam bentuk program pemulihan
Sikap keluarga yang ditunjukkan dalam bentuk dukungan program pemulihan
mantan pecandu narkoba dapat dilihat dari seberapa kuat keluarga melakukan
penguatan kepada mantan pecandu narkoba dan intensitas interaksi yang
dilakukan.
89
Keluarga (ayah, tante dan saudara lainnya) TA sering menjenguk TA.
Komunikasi yang juga terjalin sangat baik, terkecuali dengan istrinya TA. Apalagi
TA di izinkan untuk membawa HP yang digunakan di hari selasa dan jumat, TA
juga bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya. Setiap berkomunikasi dengan
keluarga, TA mengatakan selalu ada nasihat yang disampaikan oleh keluarganya
kepada dirinya agar menajalani program pemulihan narkoba dengan baik. Sikap
ini ditunjukkan keluarga TA dalam bentuk penguatan untuk TA dalam
menjalankan rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation. Namun fakta
menunjukkan bahwa hubungan keluarga TA dengan ketua yayasan tidak berjalan
dengan baik. Tidak ada komunikasi dua arah yang dilakukan untuk melihat
progres TA dalam menjalankan proses pemulihan narkoba di Sahabat Foundation.
Hubungan keluarga TA dengan ketua yayasan hanya sebatas administratif
mengenai waktu lamanya TA melakukan rahabilitasi narkoba, seperti yang
dikatakan oleh Bro Andre selaku direktur program di Sahabat Foundation:
“Nah itu bedanya, karena dia (keluarga TA) gak ada niat masukin rehab,
masuk kesini kan karna ke tangkep. Itu bedanya, makanya kita punya PR
besar, beda sama orang tua yang bawa anaknya, kaya ST. Kita bisa
komunikasi dua arah, dia juga punya kesenangan untuk bertanya,kalo ini
mah sebodoamat (Keluarga TA tidak peduli). Dia tau 6 bulan waktunya,
baik gak baik gak urusan saya (Keluarga TA) kalo waktunya pulang yaa
pulang.”(Andre, Wawancara, 16 Oktober 2018).
TA menyelesaikan program pemulihan dan keluar dari Sahabat
Foundation pada tanggal 2 Oktober 2018. Saat itu, tante TA melakukan
penjemputan pulang TA dan peneliti melihat tidak ada interkasi yang intensif dan
aktivitas yang bermakna antara TA dengan tantenya, hanya interaksi sebatas
keperluan administrasi yang belum terselesaikan. Hal ini mungkin dikarenakan
90
hubungan TA dengan tantenya tidak terlalu dekat, karena mereka juga tidak
serumah dan jarang bertemu untuk berinteraksi. Sehingga ketika menjenguk TA,
tante TA tidak melakukan interaksi dalam upaya memberikan dukungan atau
nasihat, karena menurutnya TA sudah dewasa sehingga harus bisa berfikir
dewasa. Dan aktivitas serta interaksi yang dilakukan oleh TA dengan tantenya
saat bertemu dalam waktu kunjungan ke Sahabat Foundation hanya interaksi jika
TA menanyakan suatu hal. “Gak tau, apa yang di tanya aja (komunikasi yang
dilakukan tante TA dengan TA)” (Wawancara, Tante TA, 2 Oktober 2018).
Meskipun demikian, tante TA mempunyai harapan agar TA kedepannya dapat
menjalankan aktivitas seperti biasanya.
Dukungan yang diberikan orang tua YD kepada YD dilakukan secara tidak
langsung yaitu melalui via telepon dan hanya satu bulan sekali. Sikap dan
dukungan yang diberikan kepada YD adalah berupa nasihat sebagai penguatan TD
selama berada di Sahabat Foundation. Karena orang tua YD tidak bisa secara
langsung untuk menjenguk YD. Aktivitas bermakna hanya terjadi ketika Kakak
YD dating ke Sahabat Foundation yang memberi berbagai penguatan kepada YD
dalam menjalankan program rehabilitasi narkoba, sebagai berikut:
“dia (kakak) bilang yang sabar, jalanin aja yang bener. Saya juga
tanggung jawab. Kasih support juga, dia (kakak) bilang sholat yang bener”
(Wawancara, YD, 19 Oktober 2018).
Namun ketika YD sudah menjalani rehabilitasi narkoba selama delapan
bulan, YD tidak dapat berkomunikasi dengan keluarganya, sehingga YD lebih
lama berada di Sahabat Foundation. Dan dari pihak Yayasan susah untuk
menghubungi keluarga YD.
91
Keluarga DD tidak mengetahui bahwa DD sedang menjalankan
rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation dan DD juga tidak menginginkan
keluarganya mengetahui hal tersebut. Sehingga tidak ada peran dan aktivitas
bermakna yang dilakukan keluarga DD kepada DD dalam bentuk penguatan DD
selama menjalankan proses resosialisasi dan keluarga tidak menunjukkan rasa
kebersamaan mengenai sebuah keluarga.
Keluarga HK sangat kecewa mengetahui bahwa HK tertangkap polisi
karena kasus narkoba dan sedang melakukan rehabilitasi narkoba. Sehingga
keluarga HK tidak mendukung HK dalam program rehabilitasi narkoba. Meskipun
demikian, HK masih mendapatkan penguatan dari keluarganya ketika keponakan
HK datang untuk menjenguk HK. Bentuk penguatan yang dilakukan oleh keluarga
HK, terkhusus kakak HK adalah sebaga berikut:
“abang gak mau ngurusin saya disini, nanti aja pas keluar diurusin sama
abang,masalah pekerjaan. Intinya yang penting lu baikin diri lu disini, kalo lu
udah sembuh udah baik, baru diluar ke abang (pengungkapan keponakan HK
kepada HK)” (Wawancara, HK, 05 November 2018)
Meskipun HK tidak mendapatkan secara langsung dukungan ketika
menjalankan proses resosialisasi, tapi keluarga HK masih memberikan penguatan
kepada HK dengan janji yang diberikan oleh keluarga HK setelah HK selesai
menjalankan rehabilitasi narkoba di Sahabat Foundation. Sehingga, keluarga HK
masih menerima keberadaan HK.
Sikap dan dukungan yang ditunjukkan oleh keluarga ST sudah terlihat dari
keinginan orang tua ST untuk melakukan rehabilitasi narkoba untuk ST. Selama
ST menjalankan program pemulihan di Sahabat Foundation, orang tua ST selalu
92
memperhatikan progres serta perubahan ST. Hal ini dilakukan keluarga ST
dengan saling berdiskusi dengan sist Silvana dan bro Andre agar ST mendapatkan
pemulihan narkoba yang terbaik. Hal ini dapat di contohkan dengan keluarga ST
yang menginginkan ST melakukan konseling dengan psikolog, dan saat itu
peneliti dimintai tolong oleh sist Silvana untuk mencari informasi psikolog yang
berada di dekat kampus.
“…beda sama orang tua yang bawa anaknya, kaya ST. Kita bisa
komunikasi dua arah, dia juga punya kesenangan untuk bertanya”
(Wawancara, Bro Andre, 16 Oktober 2018).
Setelah satu bulan lebih seminggu ST menjalani pemulihan di Sahabat
Foundation, barulah ST diizinkan oleh sist Silvana untuk dapat berkomunikasi
dengan orang tua ST melalui telepon. Saat interaksi sedang berlangsung, orang tua
ST juga memberikan nasihat kepada ST agar dapat berubah menjadi lebih baik,
apalagi ini adalah tempat rehabilitasi ketiga bagi ST. Bentuk penguatan yang
dilakukan oleh keluarga ST dalam menciptakan rasa sebuah kebersamaan adalah
dengan menjanjikan sebuah pekerjaan untuk ST jika ST melakukan pemulihan
narkoba dengan baik serta perubahan perilaku yang menunjukkan konform
dengan masyarakat. Hal diatas menunjukkan adanya peneriman orang tua ST
terhadap ST setelah selesai melakukan proses resosialisasi. Dan hanya ST lah
yang mendapatkan kontrol sosial penuh dari keluarga dalam proses resosialisasi di
Sahabat Foundation dengan memberikan dukungan secara pembiayaan serta
dukungan secara program pemulihan narkoba.
Sikap dan dukungan keluarga yang baik adalah yang mendukung proses
pemulihan dari awal hingga akhir, baik dukungan secara finansial ataupun
93
program rehabilitasi narkoba. Karena ketika mantan pecandu telah selesai dalam
program pemulihan dan kemudian keluar dari Sahabat Foundation, maka orang
yang akan mereka temui pertama kali adalah keluarga dan kemudian menjalani
perannya kembali dalam keluarga. Maka, pentingnya kontrol sosial yang
dilakukan oleh keluarga dari awal proses pemulihan narkoba terjadi hingga
mantan pecandu narkoba menjalankan perannya kembali akan sangat berpengaruh
dalam perubahan perilaku mantan pecandu narkoba yang lebih baik dan dapat
berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat secara terus menerus, sehingga
tidak terjadi relaps (penggunaan narkoba kembali).
D. Kendala-Kendala Mantan Pecandu Narkoba dalam Proses
Resosialisasi
Mantan pecandu narkoba dalam melaksanakan pemulihan narkoba di Sahabat
Foundation mengalami beberapa kendala dalan proses resosialisasi. Kendala-
kendala dibawah ini berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mantan
pecandu narkoba serta peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh mantan
pecandu narkoba selama berada di Sahabat Foundation. Kendala-kendala tersebut
sebagai berikut:
1. Penyesuaian diri terhadap setiap kegiatan dan peraturan di Sahabat
Foundation
Sahabat Foundation merupakan tempat yang memiliki berbagai peraturan dan
memiliki jadwal kegiatan sehari-hari yang telah ditentukan oleh yayasan. Hal ini
bertujuan untuk pemulihan bagi mantan pecandu narkoba agar berperilaku
94
konform. Bagi beberapa mantan pecandu narkoba, Sahabat Foundation
merupakan tempat yang memiliki hal-hal baru untuk mantan pecandu narkoba
pelajari, mulai dari pengetahuan, peraturan yang sesuai dengan masyarakat serta
Negara, nilai-nilai baru dan tentunya kondisi mereka yang berbeda sebelum
memasuki Sahabat Foundation. Sehingga ketika memasuki lingkungan Sahabat
Foundation, mantan pecandu narkoba harus melakukan penyesuaian diri, mulai
dari peraturan yang tegas, kegiatan yang telah di jadwalkan serta perilaku yang
selalu terkontrol oleh ketua yayasan beserta staffnya. Dan ini merupakan kendala
yang dirasakan oleh beberapa mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation
ketika awal memasuki Sahabat Foundation.
“Yaa pas awal saya gak terima dengan kegiatan sama peraturan yang ada,
karena pertama kali di rehab juga. Jadi, ngerasa gimana yaa beda gitu.
Apasih rehab nih. Tapi lama-kelamaan tau tentang rehab dan schedule disini
trus tentang pemulihan disini.” (YD, Wawancara, 19 Oktober 2018)
“Yaa jelas, pas pertama masih kurang nerima lah. Ya melakukannya berat
lah, kalo udah nerima mah eggak lah.” (ST, Wawancara, 5 November 2018)
“Kadang gw juga ngerasa bosen karna kegiatannya itu-itu aja, monoton
walaupun kadang ada outing dan outing juga gak di tentuin jadwalnya, trus
fasilitas di rumah juga kurang lengkap sih makan seadanya gak kayak dulu
pas gw di luar. Gw juga kan orangnya diluar selalu berpenampilan rapih
terus dan itu wajib buat gw, tapi pas disini gw harus pake celana pendek
kolor trus baju juga kaos polos, jadi pas gw make ini kayak gimana gitu.”
(TA, Wawancara, 25 September 2018).
Beberapa mantan pecandu narkoba ada yang merasakan kebosanan karena
memiliki kegiatan sehari-hari yang selalu sama. Namun hal demikian memang
tentu akan terjadi jika seseorang mengalami proses resosialisasi seperti yang
dikatakan oleh Goffman. Hal ini dilakukan untuk pengendalian mantan
pecandu narkoba dalam menanamkan nilai serta norma secara berulang-ulang,
95
sehingga kemudian mantan pecandu narkoba dapat memahami setiap makna
kegiatan yang berada di Sahabat Foundation dan diaplikasikan di kehidupan
sehari-hari yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Dalam teori kontrol sosial, penyesuaian diri mantan pecandu narkoba
dengan lingkungan Sahabat Foundation sangatlah penting. Hal ini dilakukan
agar kehidupan sosial di Sahabat Foundation dapat berjalan dengan seimbang.
Terlebih proses resosialisasi yang dilakukan oleh mantan pecandu narkoba
agar dapat berjalan baik
2. Pengetahuan yang baru dipelajari oleh mantan pecandu narkoba
Setiap mantan pecandu narkoba yang berada di Sahabat Foundation diberikan
pengetahuan baru oleh pihak yayasan, yang tentunya mantan pecandu narkoba
belum mengetahui hal tersebut sebelum memasuki Sahabat Foundation. Tujuan
dari pemberian pengetahuan baru ini adalah untuk mendidik mantan pecandu
narkoba agar dapat menambah wawasan, merubah sikap dan tingkah laku
sebelumnya. Namun hal ini juga menjadi kendala bagi beberapa mantan pecandu
narkoba dalam melakukan proses resosialisasi di Sahabat Foundation:
“Paling kendala saat seminar aja yaa. Kadang ada materi yang belum kita
tahu trus di bawakan dalam seminar itu, lalu kita disuruh menjawab
pertanyaan dari bronya, kadang kita bingung jawabnya karna kita belum tau
materi itu gtu loh. Yaa Cuma karna kita disini harus berani untuk menjawab,
masalah benar atau tidak urusan belakang yang penting kita coba dulu.
Kadang gak bisa materinya tapi kita bisa-bisain.” (HK, Wawancara, 5
November 2018).
Setiap mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation memang dituntut
untuk mengetahui segala kegiatan serta mengaplikasikannya. Jika hal tersebut
96
tidak dapat terlaksana maka akan ada sanksi yang diberikan oleh staf atau
konselor yang bertugas hari itu. Namun faktanya pengetahuan baru tersebut tidak
semua mantan pecandu narkoba dapat cepat memahami. Hal ini dikarenakan
pengetahuan baru tersebut juga belum terbiasa dilakukan oleh mantan pecandu
narkoba dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Komunikasi mantan pecandu narkoba dengan konselor
Konseling yang dilakukan oleh mantan pecandu narkoba dengan konselor
adalah bentuk pengendalian sosial individu terhadap individu. Karena konseling
ini adalah diskusi yang bertukar pikiran, maka butuh adanya kepercayaan dan
pengertian antara satu dengan lainnya serta konselor harus bersedia setiap saat
ketika mantan pecandu narkoba ingin melakukan konseling. Beberapa mantan
pecandu terkadang merasa sulit untuk bertemu dengan konselor ketika mantan
pecandu narkoba ada hal yang difikirkan dan perlu diskusi untuk menemukan
jalan keluar dari permasalahan tersebut:“kadang kalo kita lagi pengen konseling
gtu yaa, kita lagi butuh-butuhnya konseling tapi konselornya sibuk, tapi kita juga
makluminya.” (DD, Wawancara, 20 Oktober 2018 )
Sikap konselor yang seharusnya dapat dijadikan orang yang dapat dipercaya
oleh mantan pecandu narkoba, terkadang memiliki pendapat yang berbeda dengan
mantan pecandu narkoba. Sehingga terkadang sikap konselor tidak dapat
memahami keadaan residen . Hal ini dirasakan oleh ST yang mengatakan:
“Awal susah buat konsul sama bro Nicko, kurang sreg sama konselor. Karna
orang kan kadang-kadang maunya cara ngobrolnya kurang sopanlah, ada
97
yang gak suka cara begitu. Yaa beradaptasi, ooh mungkin cara dia seperti ini
cara penyampaiannya.” (ST, Wawancara, 5 November 2018).
4. Peraturan akan pembatasan untuk merokok
Hampir semua mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation adalah
perokok aktif. Sehingga ketika mereka mengetahui tentang peraturan merokok di
Sahabat Foundation, peraturan ini menjadi kendala bagi setiap mantan pecandu
narkoba selama menjalankan pemulihan narkoba. Di dalam rokok terdapat zat
nikotin, sehingga dapat dikatakan rokok adalah sebagai alat pengganti atau
pendamping narkoba. Bahkan sebenarnya dalam peraturan Undang-Undang No.
35 Tahun 2009, rokok termasuk jenis narkba yang termasuk ke dalam bahan zat
adiktif lainnya. Para mantan pecandu narkoba hanya diberikan tiga batang rokok
perharinya dan itu diluar proyekkan. Peraturan area merokok pun di tetapkan
dalam peraturan di Sahabat Foundation, sehingga ketika ada yang melanggar,
akan dikenakan sanksi. Dari hasil observasi peneliti, kendala merokok juga
dirasakan oleh mantan pecandu narkoba jika melakukan kesalahan yang dapat
diberikan sanksi tidak merokok dalam satu hari. Seperti kesalahan bangun
kesiangan yang dilakukan oleh semua mantan pecandu narkoba dan semua
mantan pecandu narkoba tidak diperbolehkan merokok dalam satu harian tersebut.
98
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai proses resosialisasi
mantan pecandu narkoba di Sahabat Foundation, maka kesimpulan yang dapat
ditarik berdasarkan data dan analisis adalah sebagai berikut:
1. Proses resosialisasi mantan pecandu narkoba dapat dilihat dari dua
pengendalian sosial, yaitu pertama, pengendalian internal yang meliputi faktor
konsep diri, orientasi tujuan, toleransi frustasi dan retensi norma. (a) Konsep diri
HK dan TA, yaitu membangun kesuksesan meskipun pernah mengalami
kegagalan. Konsep diri ST, yaitu mewujudkan harapan-harapan orang tua. Konsep
diri YD, yaitu mengembangkan rasa tanggung jawab dengan menerima diri di
Sahabat Foundation dan konsep diri DD, yaitu menerima diri seperti adanya di
Sahabat Foundation sebagai lingkungan yang baik. (b) Orientasi tujuan YD, TA,
DD dapat bekerja kembali dan memperbaiki hubungan dengan keluarga, orientasi
tujuan HK dapat pulih dari narkoba dan memperbaiki hubungan dengan keluarga
dan ST orientasi tujuannya adalah dapat pulih dari narkoba. (c) Toleransi frustasi
semua mantan pecandu narkoba dengan konseling, TA dan YD dengan saling
bercerita, DD dan TA menyibukkan diri di waktu luang dan HK membaca buku.
(d) Retensi norma yang dilakukan YD, TA, DD, HK dengan mematuhi peraturan
dan mengikuti kegiatan Sahabat Foundation dengan baik dan ST dengan
mengikuti training di Sahabat Foundation. Kedua, pengendalian eksternal yang
99
berasal dari Sahabat Foundation, yaitu (a) pembatasan mantan pecandu narkoba
dalam menjalankan proses pemulihan yang terdapat pada peraturan Sahabat
Foundation. (b) peran dan aktivitas mantan pecandu narkoba dalam proses
resosialisasi yang berupa bimbingan pengetahuan adiksi dan bahasa inggris serta
bimbingan keahlian menyablon baju dan mencukur rambut dari BNN. YD, TA,
DD, mendapatkan bimbingan keahlian menyablon baju dan mencukur rambut dan
HK mendapatkan bimbingan keahlian sablon baju. Bimbingan praktek keagamaan
dan bimbingan berperilaku konform atau baik pada kegiatan morning meeting,
wrap up dan Sharing Circle. (c)penguatan kelompok yang dilakukan pada
kegiatan terapi grup serta kelompok narcotic anonymous.
2. Sikap dan dukungan keluarga yang diberikan kepada mantan pecandu narkoba
dalam proses resosialisasi adalah pertama pembatasan interaksi keluarga dengan
mantan pecandu narkoba yang terdapat pada peraturan di Sahabat Foundation.
Kedua, peran dan aktivitas bermakna yang dilakukan oleh keluarga kepada
mantan pecandu narkoba. Hanya keluarga TA dan ST yang memberi dukungan
pembiayaan dan hanya keluarga ST yang memberi dukungan dalam bentuk
program rehabilitasi.
3. Kendala-kendala yang dirasakan oleh mantan pecandu narkoba dalam
menjalankan proses resosialisasi di Sahabat Foundation, yaitu pertama,
penyesuaian diri mantan pecandu narkoba terhadap setiap kegiatan-kegiatan dan
peraturan yang berada di Sahabat Foundation ketika awal masuk. Kedua,
pengetahuan yang baru dipelajari oleh mantan pecandu narkoba. ketiga,
100
komunikasi mantan pecandu narkoba dengan konselor dan keempat peraturan
akan pembatasan merokok.
B. Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan dari saat
pengumpulan data hingga saat penulisan penelitian ini. Saran-saran ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi para akademisi selanjutnya:
1. Penelitian ini mengarahkan kepada sosiologi kriminalitas, sehingga
peneliti berharap akademisi selanjutnya dapat memperbanyak literatur
sosiologi kriminalitas, terlebih mengenai dunia narkoba.
2. Bagi mantan pecandu narkoba dapat melaksanakan program rehabilitasi
dengan baik demi terwujudnya perubahan perilaku yang sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
3. Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sedang melaksanakan
program rehabiliasi narkoba agar mendapat dukungan, baik secara material
ataupun emosional. Dan dapat memahami segala dunia kenarkobaan.
4. Bagi Sahabat Foundation agar dapat menambah variasi kegiatan mantan
pecandu narkoba.
5. Badan Narkotika Nasional dan Kementrian Sosial agar dapat membantu
dan mendukung penuh proses resosialisasi mantan pecandu narkoba dalam
tempat rehabilitasi, terkhusus di Sahabat Foundation.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustina,Hendriati.(2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada
Remaja.Bandung: Aditama.
Anderson, M. L., & Taylor, H. F. (2011). Sociology The Essentials. United States
of America: Macmillan Publishing Solutions.
BNN. (2017). Narkoba dan Permasalahannya. Jakarta: Badan Narkotika Nasional
RI.
Giddens, A., & Sutton, P. W. (2014). Essential Concepts in Sociology.
Cambridge: Polity Press.
Henslin, J. M. (2007). Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Lilly, J. R., Cullen, F. T., & Ball, R. A. (2015). Teori Kriminologi Konteks dan
Konsekuensi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nasution, S. (1996). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Proposal Sahabat Foundation tahun 2018
Rahmat,J.(2007). Psikologi Komunikai Remaja.Bandung
Satori, D., & Komariah, A. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Setiadi, E. M., & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Singarimbun. (2001). Metode Penelitian Survey. Surabaya: Airlangga University
Press.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
xv
Sunarto, P. D. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 tentang
Standar Rehabilitasi Sosial dengan Pendekatan Profesi Pekerjaan Sosial
Wirawan, B. (2012). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Jurnal
Ardiantina, D. (2016). Studi Kasus Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Nakoba.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi I Tahun ke-5 2016.
Diputra, I. B. (2012). Kebijakan Rehabilitasi Terhadap Penyalahgunaan Narkotika
Pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jurnal
Hukum.
Ikanovitasari, C., & Sudarji, S. (2017). Gambaran Resiliensi Pada Mantan
Pengguna Narkoba. Prosiding Temu Ilmiah X Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia.
Lasmawan, G. I., & Valentina, T. D. (2015). Kualitas Hidup Mantan Pecandu
Narkoba yang Sedang Menjalani Terapi Metadon. Jurnal Psikologi
Udayana Vol. 2.
Subekti, A. E. (2013). Pelaksanaan Proses Resosialisasi Orang dengan Gangguan
Jiwa Untuk Kembali Dalam Masyarakat (Studi Deskriptif di Panti Sosial
Bina Laras Harapan Sentosa 3 Ceger).
Walle,Vande.(1999). The Influence of Goal Orientation and Self-Regulation
tactics on Sales Performance: A Longitudinal field test. Jurnal of Applied
Pshychology
Widianingsih, R., & Widyarini, M. (2009). Dukungan Orangtua dan Penyesuaian
Diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Psikologi, 14.
Yani, M. A. (2015). Pengendalian Sosial Kejahatan Suatu Tinjauan Terhadap
Masalah Penghukuman dalam Perspektif Sosiologi. Jurnal Cita Hukum.
xvi
Tesis dan Skripsi
Nuraini, Rani. (2015). Tesis Resosialisasi remaja korban penyalahgunaan napza
(studi kasus pada Panti Sosial Pamardi Putera Khusnul Khotimah
Serpong Tangerang). Depok: FISIP Universitas Indonesia.
Renzulli,Ardha. (2008). Skripsi Stigmatisasi, Diskriminasi, dan Penyimpangan
Sekunder pada ODHA. Depok: FISIP Universitas Indonesia.
Kristina, Maria.(2008).Pengukuran Toleransi Frustasi pada Dewasa Dini dengan
menggunakan The Kosenzweig Picture. Yogyakarta:Universitas Sanata
Dharma
Internet
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodati
n%20narkoba%202017.pdf diunduh pada 20 Mei 2018
http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20170227/ringkasan_eksekutif_rev_
cetak_18_feb.pdf diunduh pada 20 Mei 2018
http://koentjoro-psy.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Kriminologi-2.pdf
diakases pada tanggal 13 Oktober 2018
http://www.bnn.go.id/read/artikel/11867/dampak-langsung-dan-tidak-langsung-
penyalahgunaan-narkoba diakses pada tanggal 15 Oktober 2018
xvii
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : YD (inisial)
Status : mantan pecandu narkoba
Tanggal wawncara : 19 Oktober 2018
Keterangan :
S : Sekar (Pewawancara)
Data Diri YD
Usia 25 Tahun, pekerjaan Bongkar muat barang di tanjung priuk, blom menikah
S :Sejak kapan pakai narkoba? dan alesannya kenapa ?
YD : Memakai narkoba dari smp 2009, alasannya karena factor teman juga
lingkungan trus faktor dari keluarga, orang tua sempet pisah.
S :Sebelumnya udah tau belum kalau narkoba itu bahaya ?
YD : Tau,
S :Terus kenapa waktu itu masih pakai narkoba ?
YD :Ya karena mungkin faktor lingkungan teman pergaulang, karena
lingkungan tempat tinggal juga yang ekstream, hampir semua make.
S :Sudah berapa lama memakai narkoba?
YD :Pas 2009 masih belum aktif cuma hari weekend aja pakenya pas kumpul-
kumpul, make pas lagi ada acara-acara aja. Tahun 2012 sudah mulai aktif tuh
menggunakan narkoba mulai sering. 2013-2018 sering, setiap hari make, udah
kecanduan.
S :Mulai kapan masuk ke rehabilitasi Sahabat ?
YD :Karena di embet kawan, dikasih tau temen yang ke tangkep duluan sama
polisi trus bilang ke polisi buat nangkep saya. Trus saya masuk ke tempat rehab
2018 ini. Tanggal 29 Januari 2018.
S :Ada barang bukti gak pas ke tangkep ?
YD :Barang bukti gak ada, Cuma tes urin. Trus polisi cek hp saya trus ada chat
saya sama temen saya yang udah ke tangkep. Akhirnya saya dibawa ke kantor
polisi trus cek urin, trus positif. Kawan saya juga sama kaya saya gak ada barang
bukti.
S :Trus kapan ke tangkep polisi ?
xviii
YD :2018, saya ke tangkep sama polres Tanjung Priuk Jakarta Utara. Di polisi
kan ada aturan kalo gak ada barang bukti berarti rehab. Akhirnya saya di rehab.
S :Bro pecandu narkoba aja apa pengedar ?
YD :Dua duanya, soalnya sambilan saya pakai saya jual juga. Untungnya juga
besar. Nah dari besarnya keuntungan ini saya malah jadi berhenti kerja. Jadi
akhirnya ngedarin narkoba.
S :Tanggapan saat pertama masuk rehab ?
YD :Saya seneng, bersyukur. Karena sebab akibat saya juga. Alhamdulillah
saya di rehab dibandingkan saya dipenjara sampai bertahun-tahun untuk kasus
narkoba. bahkan sampai lebih dari 5 tahun penjara.
S :Perasaan dan tanggepan ketika masuk pertama kali melihat peraturan-
peraturan yang ada di tempat rehab?
YD :Yaa pas pertama-tama gak terima gtu, hidup di kondsikan. Blom pernah
saya hidup di kondisikan. Tapi saya pikir lagi yaudahlah ikutin aja peraturan, saya
harus bertanggung jawab sebagai laki-laki. Yaudah mau gak mau harus diikutin.
S :Pernah berontak gak disini ?
YD :Gak pernah, saya terima dengan peraturan-peraturannya. Kalo Saya open
minded .
S :Tanggepan bro tentang peraturannya?
YD :Peraturan disini baik. Emang disini merubah pola hidup kita. Kalo dulu
pas masih pake hidup gak teratur kaya dari pola tidur. Sedangkan disini bisa atur
schedule dengan baik.
S :Ada kesulitan gak saat menjalankan peraturan-peraturan dan kegiatan
disini ?
YD :Kalo kesulitan gak ada, yaa Cuma saya setiap hari jalaninnya dengan
enjoy aja. Yaa pas awal saya gak terima, karena pertama kali di rehab juga. Jadi,
ngerasa gimna yaa beda gitu. Apasih rehab nih. Tapi lama-kelamaan tau tentang
rehab dan schedule disini trus tentang pemulihan disini.
S :Manfaat yang dirasakan selama di rehab disini ?
YD :Manfaatnya banyak, yang pertama merubah pola kehidupan, pola makan,
kesehatan juga berubah. Saya bener-bener merasakan manfaatnya lah. Dulu pas
make makan aja gak teratur acak-acakan tapi pas disni makan jadi teratur sama
kaya sebelum saya make. Tru saya juga dapet pengalaman tentang dunia adiksi
yang sebelumnya saya gak tau.
S :Pembelajaran yang paling diinget selama melaksanakan rehab disini ?
xix
YD :Lakukan lah hal baik maka hal baik akan mengikuti. Itu yang saya paling
saya inget. Karena apa yaa, diluar sana saya gak pernah melakukan kebaikan, tapi
selama 8 bulan disni saya sudah merasakan maknanya disini. Lakukan hal yang
baik terus maka akan mengikuti saya.
S :Apa yang didapat selama disni ?
YD :Saya dapet temen baru yang positif dan pengalaman tentang pengetahuan
adiksi. Gimna sih nanti diluar sana untuk menanggapi narkoba saya bisa kasih tau
temen-temen saya yang masih make.
S :Selama rehab disini ada paksaan gak, baik dari staff, ketua yayasan atau
konselor?
YD :Disini gak ada paksaan tapi memang disini kita diajarkan buat tanggung
jawab ka baik hal kecil ataupun hal yang besar. Seiring berjalanya waktu sudah
terbiasa, mau gak mau harus dijalanin.
S :Pernah melakukan kesalahan gak selama disini ?
YD : Gak pernah melanggar, kaka bisa Tanya ke konselor atau staff nya
S :Pernah dikasih hadiah gak ?
YD :Pernah, pas waktu jadi residen terbaik dalam satu minggu dan saya dapet
dua kali dan dikasih rokok buat hadiahnya. Residen terbaik dilihat dari progress
residen selama satu minggu itu.
S :Bagaimana hubungan bro dengan temen-temen disini, apa baik-baik aja
apa pernah berantem ?
YD :Kalo hubugan sama temen sih baik. Kalo masalah kasus ada, tapi gak
pernah berlarut-larut. Ya karena orang yang dikasih kasus juga ngerti tentang
kesalahannya dan saya juga paham karena sayajuga sama kaya dia. Kaya si Sabit
yang masih baru-baru, saya pahamlah pas dia gak terima saya kasih masukan.
Kaya gitu lah kasusnya. Itu kasus biasalah gak berlarut-larut. Tapi trus saya kasih
motivasi dan Alhamdulillah dia terima.
S :Apa arti temen-temen buat bro ?
YD :Yaa menurut saya temen-temen disini, yaa family konsep lah. Bisa susah
seneng bareng, rokok bisa joinan, kalo minta rokok kadang dikasih sama family
disini. Jadi kesederhanaan itu yaa menurut saya bukan hanya narkoba, dengan
temen-temen positif juga udah seneng, bahagia.
S :Temen-temen sering kasih support gak ?
YD :Sering, setiap pagi juga kita saling kasih semangat dan motivasi.
S :Ada temen deket gak disini?
xx
YD :Ada TA, dia yang paling deket, makanya pas dia pulang saya ngerasa
sedih. Dia yang sering ngasih nasihat, masukan, support juga.
S :Disni ada batesan gak buat interaksi dengan yang lain, baik sesame
resdien, staff ataupun konselor ?
YD :Kalo batesan ada, kan disini sistemnya reside nada yang order ada yang
klu. Kalo order kita yang waktu rehabnya udah 5 bukan ke atas, nah yang di
bawah 5 bulan tuh klu. Nah batasannya tuh kalo klu harus menghargai yang order
lah, kalo gak menghargai kita lapor dengan mayor (staff/ orang yang sedang
bertugas mengatur jadwal residen) nanti dikasih peringatan.
S :Kalo lagi kumpul ada waktu luang, biasanya ngobrolin apa aja ?
YD :Ngobrolin apa aja, sharing pengalaman dan cerita-cerita masa lalu tapi
yang positif. Becanda-becanda aja sih, sekalian refresh feeling daripada kita jenuh
dan mind racing mending kita kumpul bareng.
S :Pernah dikasih keahlian gak selama melakukan rehab disini ?
YD :Pernah, waktu itu sablon pernah ikut dari BNN, trus pangkas rambut dari
BNN juga.
S :Apa yang bro rasain ketika ada pelatihan keahlian dari BNN ?
YD :Yaah seneng dan ini penting. Jadi kita bisa tau caranya nyablon dan cukur
rambut.
S :Ada rencana buat kedepannya melanjutkan kehlian yang udah diajarin,
setelah keluar buat kerjaan ?
YD :Kalo niatan gak ada, Cuma seneng aja udah tau cara nyablon dan cukur
rambut.
S :Kalo konseling berapa kali ?
YD :Kalo konseling dua minggu sekali.
S :Apa yang bro rasain ketika konseling dengan konselor ?
YD :Konseling itu penting ka, saya disini bisa cerita tentang hari ini atau
minggu kemarin apa yang kita rasain, kita bisa share feeling dan dikasih motivasi
juga. Saya punya unek-unek saya ungkapin, kaya permasalahan yang selama ini
dihadapin trus tau cara mengatasinya gimana, kondisi emosionlanya juga, semua
diungkapin dan trus dikasih motivasi yang baik dan saya bisa tenang.
S :Ada pikiran buat kabur selama ditempat rehab ?
YD :Gak ada, kalo saya mikir kabur gak ada. Kalo pemikiran untuk pulang
ada. Saya kan udah 8 bulan. Tapi saya sabar aja. Mungkin orang-orang disini pada
bingung, biasanya orang-orang yang direhab paling 3-6 bulan udah boleh pulang,
xxi
tapi saya belum pulang udah 8 bulan lebih. Tapi yaah saya sabar dan itu sisi
positifnya saya gtu. Lebih baik saya nurut daripada kabur.
S :Kendala apa saja yang dirasakan selama di tempat rehab?
YD :Ada, sulit untuk ketemu bro atau sist buat ngobrol masalah orang tua.
Padahal saya kangen sama orangtua, tapi bro atau sist bilang gak bisa. Akhirnya
saya sabar dan ini juga treatment buat saya. Kalo untuk temen-temen yang disini
kalo mereka open saya juga open.
S :Apa pendapat bro tentang keluarga ?
YD :Keluarga itu sangat penting dan segalanya. Baru disini saya ngerasa
pentingnya keluarga dulu-dulu saya gak pernah mikir.
S :Gimana sikap keluarga sama bro sebelum masuk ke tempat rehabilitasi ?
YD :Ibu saya perhatian sekali, bapak agak perhatian. Ibu kalo saya lagi main di
teleponin terus lagi dmna. Tapi yaa saat anaknya terjatuh ya gmna. Saya anak ke
empat dari lima bersaudara, saya laki-laki sendirian.
S :Keluarga tau gak bro pakai narkoba ?
YD :Keluarga tau sejak 2016, jadi keluarga sempet ngediemin saya gitu.
S :Tanggapan keluarga gimana ketika bro pakai narkoba ?
YD :Dia tau tapi dia nutupin di daerah sana beda aka. Saya kan makenya di
rumah ngumpet-ngumpet, tapi orang tua tau. Orang tua mikirnya si YD ngapain di
dalem kamar terus nih, mereka tau tapi saya mainnya masih aman.
S :Trus pas orang tua tau kamu pakai narkoba, mereka gak ada niatan buat
ngerehab gtu ?
YD :Gak ada niatan orang tua, tapi mereka Cuma mereka ngasih tau kalo main
hati-hati jangan macem-macem. Cuma sayanya aja yang pala batu, jadi susah
dibilanginnya.n akhirnya begini.
S :Selama disini pernah komunikasi gak sama orang tua ?
YD :Pernah. Biasanya nelepon minta ke sist atau bro, kadang diboleh kadang
enggak. Tergantung sist atau bro nya lagi sibuk apa enggalk.
S :Berapa kali dalam sebulan komunikasi sama keluarga ?
YD :Satu bulan sekali, biasanya orang tua yang nelepon. Pengen denger suara
saya pake hp sist.
S :Apa aja yang diomongin pas telepon ?
xxii
YD :Yaa nanya kabar, gimana udah bener blom disana. Udah sholat blom.
Nanyain keadaan lah.
S :Sering dinasihatin gak sama orang tua ?
YD :Yaa sering, orang tua bilang, yudah jangan gitu lagi yaa, mamah udah
cape, udah langsung keluar air mata.
S :Ada yang pernah jenguk gak ?
YD :Ada, pertama kali kakak. Trus kakak ngobrol sama sist.
S :Trus bro ngobrol juga gak sama kakak ?
YD :Ngobrol juga, dia bilang yang sabar, jalanin aja yang bener. Saya juga
tanggung jawab. Kasih support juga, dia bilang sholat yang bener.
S :Trus sekarang gimana hubungan dengan keluarga? Udah telepon bulan
ini?
YD :Belum, padahal saya juga pengen pulang udah 8 bulan saya disini mau 9
bulan udah lama. Tapi masih ada pertimbangan dari bro dan sist. Saya nunggu aja
S :Tau gak pertimbangan yang dimaksudkan oleh sist ?
YD :Katanya masalah keluarga doang, belum bisa nerima. Entah itu bener apa
enggak. Tapi ini sebuah treatmen buat saya gimana sih saya nanti diluar, gimana
saya mengendalikan emosi saya, bisa gak saya mengendalikan waktu saya gitu.
Makanya sist sama bro andre mungkin mempertimbangkan itu. Tapi pas saya
kasih tau orang tua, orang tua gak mau kasih tau. Orang tua bilang, yaudah yang
bener dulu disitu. Kata bro andre juga tergantung keluarga saya kan, saya boleh
pulang atau tidak. Jadi, kalo sewaktu0waktu bro andre atau sist mulangin saya
tanpa sebab berarti ada apa-apa dong dan masalah dong buat keluarga saya. Orang
tua saya taunya saya lagi pemulihan, kalo dari keluarga belum boleh pulang yaa
mau gimana lagi gtu kan.
S :Perubahan apa saja yag dialami oleh bro disini ?
YD :Yang saya rasakan saat ini adalah perubahan perilaku ka.
S :Seperti apa perubahan perilaku yang dirasain ?
YD :Saya bisa ngatur pola kehidupan saya, sifat saya juga berubah, yang dulu
saya gak dewasa, sekarang saya belajar jadi lebih dewasa.
S :Perubahan yang dirasakan secara fisik apa ? dulu pake narkobanya jenis
apa ?
YD :Saya pake sabu, perubahan fisik saya jaddi agak gemukan saya bisa
makan banyak juga sekarang dan sekarang sehat.
xxiii
S :Secara spiritual atau religiusitas ada perubahan gak ?
YD :Ada perubahan, banyak yang saya dapatkan. Mulai dari cara sholat yang
bener dan tepat waktu, tadarusan. Disini secara spiritual saya dapet ka, diluar saya
gak pernah sholat apalagi sholat subuh, sibuk.
S :Pernah ngerasa bosen gak dengan kegiatan yang ada di tempat rehab?,
YD :Sering bosen mah ka, itu mah udah pasti kita ngerasain bosen mah. Tapi
sekarang gimana kitanya buat mengatasi kebosanan itu, dengan mengisi kegiatan
lainnya kaya olahraga, ngerjain proyek dari staff atau bro andre trus dikasih rokok
atau mie. Itutuh udah hal positif, untuk mengatasi mind racing pikirin keluar jadi
pikirin jenuh tuh hilang.
S :Di hari jumat ada grup terapi, apa yang bro rasakan manfaatnya ?
YD :Manfaatnya dari grup terapi ini kita bisa refresh feeling, kita bisa bahagia
secara sederhana dengan temen-temen yang lain dengan melakukan kuis, games
dari temen-temen atau dari konselor.
S :Wrap up ngapain aja ?
YD :Share feeling dari pagi sampai malem. Tanyain feeling apa good apa bad
dan alesannnya kenapa. Trus juga kita kasih motivasi kalo bad dan masukan kalo
good. Trus follow up issue hari ini. Trus juga intropeksi diri, kalo ada kesalahan.
Disini namanya personal pullup. Nanti dari family kasih masukan dan saran.
S :Pernah ikut outing ?
YD :Pernah ke tmii, semua pada outing.
S :Gimana perasaannya saat outing ?
YD :Yaa happy lah ka bisa berenang di snowbay. Outing disini setiap 6 bulan
sekali.
S : Apa yang dilakukan dalam melakukan Mor Meet ?
YD : yaa kita buat isu buat hari ini, nanyain feeling, trus juga ada motivasi
buat residen-residen. Jadi nanti yang feelingnya lagi bad jadi good. Trus juga kan
kita announcement kebutuhan yang ada disini atau kebutuhan kita, nanti di
approve atau enggak gtu. Trus juga pas terakhir ada doa kedamaian, biar kita
tenang ngejalanin rehab disini.
S : Apa saja yang dilakukan saat seminar ?
YD : kan disini kita pemulihan narkoba yaa, jadi kita disini kita belajar tentang
adiksi, dampaknya trus juga belajar tentang terjadinya relaps. Pokoknya tentang
adiksi kebanyakannya sist.
S : Sharing circle apa aja yang dilakukan bro dengan kegiatan tersebut ?
xxiv
YD : jadi para residen diminta pendapatnya tentang satu hal tema, biasanya
dari bro-bronya atau dr yang di tempel itu, trus gimana kita menanggapinya trus
nanti dijadikan satu atau dikolaborasikanlah setiap pendapat residen, jadi kan kita
bisa tau makna dari kata itu untuk kehidupan kita nanti di luar.
S : Animal interaction, apa manfaat yang dirasakan sama ?
YD : yaa disini kan kita belajar ngurusin hewan, biar nanti kalo kita diluar ada
waktu kosong kita melihara hewan biar gak macem-macem lagi make narkoba.
nanti saya juga mau pelihara kucing anggora di rumah.
S : Funcition, biasanya bersih-bersih rumah gak sebelum kesini ?
YD : dulu mana ada bersih-bersih rumah, gak pernah. Ada ibu juga kan. Yaa
setelah disini bisa bersih-bersih, nanti juga diluar kita bisa bantuin orang tua
bersih-bersih rumah. Biar orang tua juga seneng juga kan, berarti YD udah ada
perubahan nih selama di rehab disini.
S : S.N.A ngapain aja ?
YD : yaa makan-makan bareng , masak-masak bareng sama bro-bronya. Rasa
kekeluargaan tuh kuat gak mandang apa yang kita makan banyak apa enggak,
enak apa enggak. Yang penting rasa kebersamaan kita di sini ada. trus juga
kadang nonton dvd kalo ada kasetnya. Yaa mengisi malam minggu lah dengan hal
positif. Biar diluar juga nanti kaya gitu.
S :Harapan bro setelah keluar dari sini ?
YD :Harapan saya bisa pulih aja,itu udah hal baik lah yang udah saya lakuin
terutama buat keluarga dan orang lain. Soalnya dulu kan saya di cap sama
keluarga jelek, sama orang lain juga di cap jelek, jadi saya ingin mengubah itu
jadi baik lagi. Harapannya biar pulihlah.
S :Apa yang bro rasain ketika di apa-apa harus izin dengan staff yang
berjaga ?
YD :Yang saya rasain yaa memiliki manfaat penting. Jadi kita harus bisa
komunikasi yang efektif. Jadi, kalo diluar gak bisa komunikasi secara efektif akan
terjatoh lagi. Misalnya komunikasi sama orang tua, kalo kita gak izin ke orang tua
mau pergi ke luar, diluar jadinya make. Yaa pentinglah selalu communicate buat
kedepannya nanti setelah keluar. Karna saya dulu gak pernah izin kalo mau keluar
rumah sama orang tua, jangan kan izin pulang aja jarang ke rumah.
S :Rencana yang bro lakuin setelah keluar dari sini ?
YD :Cari kerja lah ka, ya yang kedua berubah hiduplah yang dulunya negative
menjadi lebih positif. Biar bisa bahagiain orang tua. Saya juga mau pindah ke
Balike rumah saudara buat kerja, sodara juga udah nawarin kerja. Pindah juga
xxv
orang tua mendukung karena kalo saya balik lagi ke rumah khawatir saya relaps,
karena lingkungan rumah juga banyak pengguna dan pengedar.
S :Dalam pikiran bro ada rasa buat Makai narkoba lagi gak ?
YD :Dari hati saya gak mau pakai narkoba lagi, karena saya sudah merasakan
pait manisnya narkoba. narkoba tuh enak ka, tapi dampaknya yang gak enak. Jujur
dari hati saya yang paling dalam yaa ka, sudah cukuplah merasakan paitnya dan
udah cape juga lah make narkoba.
S :Apa pendapat bro tentang orang yang relaps ?
YD :Orang yang relaps, yaa semoga saya gak sama kaya orang itu yang relaps.
Yaa mungkin orang yang relaps tuh gak bisa open minded seberapa paitnya dia
melaksanakan rehab. Yaah orang yang relaps gak baik lah.
S :Dari keluarga ada yang pemakai juga gak ?
YD :Kakak gak ada tapi om paman ada. Om pengguna kalo paman pengedar.
Jadi bener-bener deketlah, jadi kadang saya pake gak pernah bayar jadi saya lebih
enak, dikasih tanpa duit tapi dapet duit.
S :Trus gimana dengan kerjaannya ?
YD :Tetep kerja, tapi setelah pake trus saya berhenti kerja dari bongkar muat
barang anterin dokumen doang. Saking keenakannya karena pendapatan juga
lebih besar ngejual narkoba, sampainya akhirnya saya ke tangkep.
S :Trus om pernah ke tangkep ?
YD :Dulu pernah ketengkep.
YD di temapt rehab jadi leader dari residen karena dia sudah lama di tempat
rehab, kurang lebih 8 bualan dan memilki progress yang baik dalam pemulihan.
Tugas leader memimpin kegaiatan pagi morning meeting sama wrap up malem.
Kaki kanannya mayor, kalo sewaktu-waktu residen butuh sesuatu harus ke saya
dulu barusan saya laporin ke mayor, begitupun sebaliknya.
S :Perasaannya ketika diamanahkan jadi leader ?
YD :Yaa perasaannya senenglah ada aktivitas, di kasih kepercayaan juga,
gimana sih tanggepan ketika dikasih percayaan dan tanggung jawab. Ketika saya
dikasih tanggung jawab kecil seperti ini kedepannya saya di kasih tanggung jawab
yang besar insyallah saya bisa jalankan, itu yang saya pikirin. Selagi hal itu
positif saya jalankan, apalagi saya dalam pemulihan.
Jadi leader udah dari saya 6 bulan disini.
xxvi
Nama : TA (inisial)
Status : mantan pecandu narkoba
Tanggal Wawancara : 24-25 September 2018.
Data diri TA
TA 32 Tahun bekerja di salah satu bank di Jakarta. Sudah menikah dan
mempunyai dua anak.
TA :Bokap gw lebih parah, bokap gw pake putaw kalo gw sabu. Sabu ibarat
kalo lagi ada duit make kalo gak ada duit gak papa. Walaupun ada adiksinya juga,
di tahap-tahapan yang parah sabu parah juga, tapi putaw lebih parah. Bokap gw
juga hampir sampe sakau, di keluarga gw yang lebih parah bokap gw yang
kecanduan. Tapi dia 4 kali juga jatohnya,jatohnya 4 kali baru yang terakhir ini
bener-bener, gw udah capek. Bahkan di umurnya yang 48 masih make, baru-baru
3 tahun ini bener-bener bersih dan bisa bangkit. Untungnya Allah, maksudnya
masih kasih dia kesempatan untuk bangkit. Sempet ancur-ancuran, malah gw
sempet mikir gw SMP SMA gak make, badung gw telat, soalnya gw liat keluarga
gw sendiri contohnya seperti itu kan. Jadi gw sempet menyepelekan, ah gw mah
gak bakal kena, contohnya bokap gw, gw mah anti lah. Gw sempet liet temen-
temen gw SMP SMA ngerokok, gw belum, badungnya telat. Pas kuliah pas
ngerasain bokap gw jatoh bangkrut, akhirnya gw nyari duit sendiri, gw ngeband
dari situ gw kenal. Disitulah baru mulai kena, tadinya gw sempet menyepelekan,
drugs gw mah enggak lah. Itu bahaya juga tuh, orang yang menyepelakan dan
menganggap dirinya kuat itu malah lebih rentan di saat dia tiba-tiba ada apa-apa.
Sebenernya 7 tahun gw berhenti total-total, minum masih. Karna gw kerja kantor
pagi, malem gw ngeband. Nah kebetulan gw ada masalah sama istri gw, akhirnya
gw pas ngeband, males balik, temen gw ngajak lagi make, goblok banget gw.
Ibaratnya gw jatoh make lagi baru 4 bulan. masuk kesini april
S :Berarti sebelumnya di rehab dulu ?
TA : iya sebelum kesini kena di rehab dulu. Trus kan gw married punya anak
tuh gw bener-bener udah males gtu loh, mainan baru gw tuh bukan drugs lagi,
mainan baru gw anak-anak yaa kan. Emang bener kita tuh., adiksi tuh gak bisa
sembuh kan adanya di otak di memories, waktu ku ada masalah yang lo gak bisa
hadepin lu inget, otak lo masih ngerekam inget enak-enaknya make drugs, lo akan
lari kesitu. Gw aja masih inget awal-awal makenya kayak gimana, itu masih inget.
Yang bikin enak tuh bukan efeknya tapi cara makenya bikin bongnya, kan ada
seninya gtu.
Gw udah 6 bulan disini, tapi gw minta sama sist buat di percepat, soalnya gw
tanggal 4 ada tawaran kerja mau interview, sist juga loyal yang penting gw gak
macem-macem, yang penting lo bener-bener punya plan. Soalnya keluarga rata-
rata minum, keluarga gw juga batak jadi minum-minum.
xxvii
S : udah boleh keluar-keluar belum bro ?
TA : udah boleh keluar, keluar juga Cuma keperluan, kayak belanja keperluan
yayasan tru ke bank, urus-urus buat anak gw. Gw juga gak ada pikiran kabur,
kabur gak nyelesain masalah. Lagi pula gw sebentar lagi, ngapain gw kabur.
Kecuali gw baru seminggu disini, baru iya.
Gw juga dapet pelajaran berharga pas ada kelompok Narcotic Anonimous, mereka
tuh orang-orang yang kelihatan pemulihannya luar bisa, mereka bisa bangkit pada
punya usaha. Kebenyakan orang yang habis di rehab kan ngerasa diaudah gak
berharga dan gak berguna, tapi kenyatannya mereka bisa bangkit trus juga sukses.
Tapi gw bisa belajar dari mereka, dia bisa struggle gtu.
Gw banyak cape-capein badan gw disini, kadang bronya suruh cuciin bajunya
atau segala macem gw kerjain. Gw bukannya masalah proyek disini, permasalah
di luar kan banyak, salah satu memedicate pikir-pikiran negative dan pikiran luar,
jadi malem gw capek langsung tidur. Gw diluar tidur jam 3 jam 4, disini jam 10
gw tidur, yang lain masih nongkrong, gw tidur duluan. Gw lebih lebih aktif siang
dari pada malem.
Makanya seneng disini, walaupun kita orang-orang permasalahan hukum, kita di
rehab, kita masih dijaga sama mereka, diperlakukannya sangat baik, ini kan
rehabnya menurut gw family banget karna di tempat lain keras apa. Kadang orang
yang di rehab juga keras, malah tambah capek.
Disini gak boleh pegang uang, kalo gw di besuk duitnya gw kasih konselor, nah
nati kalo kita mau jajan bilang sama bronya, bro saya mau beli oreo, tapi bro harus
izin sist, sist TA pengen beli oreo nih, yaudah di izinin belinya besok, tapi kita
juga harus announcemet dulu kalo mau makan orenya baru makan, lu bayangin
mau makan oreo aja harus dua hari. Tapi disitu kita bisa belajar , bisa
mengendalikan apa yang kita pengen, kalo diluar lo mau beli apa aja harus instan.
S :perasaan bro ketika melihat seorang ayah menggunakan narkoba ?
TA : dulu sih gw gak terlalu ngerti apa, mungkin gelar SMP, gw taunya dia
make gw liat belum terlalu tau dampak bagi bokap gw, jadi gak terlalu ini. Tapi
pas SMA dia masih make baru gw tau dampaknya, gw merasa kecewa lah, gw
coba nasehatin juga kok. Dulu waktu itu belum make juga sempet nasihatain.
Lebih kecewa tapi agak kasihan juga, mungkin stress juga nyokap gw meninggal
3 tahun, gak punya istri dan gak kawin lagi kan, ya mungkin hiburannya kesitu
larinya. Jadi gw waktu itu posisinya delimatik, apa gw sebagai anak harus
ngomelin dia apa harus mengerti keadaan dia. Dan gw sedih saat dia bangkrut
juga.
S : Ada kaitannya gak dengan bro TA sendiri ?
TA : kalo secara langsung enggak malah ngebikin gw belajar, ah gw gak bakal
make kayak bokap gw. Tapi dampaknya ada karena bokap gw ngecewain gw gak
ngurusin gw. Gw juga jadi broken home, dan berdampak pada psikis gw sama
xxviii
mental gw karena terganggu dan menyebabkan make drugs. Tapi kalo dia lagi
pake drug gw pengen pake drugs itu enggak ada gitu.
S : rehab pertama tahu berapa waktu itu ?
TA : Tahun 2010
S : masuk kesini kapan ?
TA : 9 april
S : sekarang komunikasi sama istri gimana ?
TA : masih komunikasi baik baru transfer uang bulanan.
S : Komunikasi sama anak ?
TA : sama anak jauh lebih baik dari pada istri, kalo istri Cuma urusan
keuangan aja, kalo sama anak masih knangen aja. Pa kangen mau ini mau ini,
biasalah anak kecil dengan wish wish nya.
S : ada jadi role model gak disini ?
TA : gw lebih prefer ke bro Andre. Dia pemakaiannya lumayan parah, tapi dia
bisa success dengan cara dia sendiri dan dia sampe beer-bener cleaner sampe
minum-minum aja gak sentuh. Dia bener-bener jauh itu semua dan dia juga bisa
membina rumah tangga dua duanya bekas pengguna user dan keluarganya baik-
baik aja. Apa yang di dapat sekarang buat dreams gw nanti. Dia bisa memutar
balik semua itu.
TA : gw ada kerjaan di luar makanya gw urus dari hp aja, otomatis boleh
pegang hp. Masih ada kerjaan yang masih bisa gw kerjain selama di dalem.
S : waktu itu makenya narkoba jenis apa ?
TA : gw udah pernah nyoba beberapa narkoba, mulai dari sabu, ganja bahkan
putaw. Tapi gw lebih cocoknya make sabu. Cocok-cocokan kalo pake narkoba.
gw lebih cocok pake sabu, karna efeknya buat gw semangat trus secara gak sadar
ide-ide ada terus.
S : Gimana sikap dan perasaan bro ketika awal masuk sini ?
TA : awal-awal pasti gw berontak sampe satu bulan apalagi kan gw tipikal
orang yang bisa diatur-atur. gw maunya bebas, tapi karena disini kan peraturannya
tegas, jadi gw ngikutin peraturan yang ada disini, kan kalo disini kalo berontak
terus bisa di pindahin, tapi akhirnya setelah satu bulan disini gw ngikutin setiap
peraturan yang ada disini. Gw masih bersyukur di rehab disini.
S : apa arti teman-teman buat bro ?
xxix
TR : berarti banget lah, siapa lagi yang buat gw berubah kalo bukan dari
mereka yang sering ngasih motivasi masukan. Disini juga kan make terapi
komunitas. Yaa meskipun gw pernah berantem karena gak sependapat aja sama
gw, tapi itu juga gak berlarut-larut kan.
S :Apa ada batasan selama disini untuk bergaul dengan teman-teman sesama
residen ?
TR : gak ada sih. Paling sama orang yang baru masuk kan pas awal masuk kan
gak terima keadaanya jadi gw paling yaa agak gak terlalu deket aja. tapi lama-
kelamaan deket juga kok. Disini temen yang paling deket sama gw si YD, kita
saling support cerita-cerita apalagi yang sering kan kita kepikiran keluarga.
S : Pernah dikasih keahlian gak selama disini ?
TR : disini gw pernah nyablon trus juga cukur rambut. Itu juga kan dari BNN.
Gak setiap bulan juga kan. Seharusnya sih perbulan ada biar kita gak bosen
dengan kegiatan yang itu-itu aja.
S : Apa yang bro rasain setelah sesi konseling ?
TR : ya gw bisa cerita masalah-masalah gw trus pikiran-pikiran gw pas gw
lagi disini. Apalagi masalah istri gw anak gw. Trus Gw dapet solusinya dari
masalah itu. Trus juga kan cerita gw selama disini menjalankan programnya
gimana. Tapi kadang gw juga ngerasa kesel sama konselor yang nasehatin gw tapi
dia nyatanya beda keadaanya sama gw.
S : Apa yang dilakukan dalam melakukan MorMeet ?
TR : cek feeling, cek kebutuhan di rumah sama keinginan residen juga kan,
ada yang minta kopi, indomie lah kaya ST tadi atau minta nelepon keluarga. Trus
juga angkat isu hari ini yang berhubungan dengan keadaan rumah. Tapi yang
paling penting disini share feeling, gimana caranya agar feeling residen disini bisa
good, jadi ada motivasi juga.
S : Apa saja yang dilakukan saat seminar ?
YD : ya disini gw belajar tentang adiksi, gimana orang-orang junkies yang
sebelumnya gw gak tau, apalagi masalah bahaya atau dampak dari penggunaan
narkoba.
S : Sharing circle apa aja yang dilakukan bro dengan kegiatan tersebut ?
YD : tukar pikiran sama pengetahuan tentang tema yang dikasih sama bro-
bronya aja sih. Temanya tergantung dari bro-bronya atau kadang juga dari kita
sendiri. Tapi ini tujuannya buat gw sama temen-temen yang lain paham akan kita
disini ngapain sama tanggung jawab kita sebagai misalnya seorang ayah gtu sih.
S : Animal interaction, apa manfaat yang dirasakan sama ?
xxx
YD : gw di rumah gak pernah loh ngurusin hewan baru kali ini disini. Jadi mau
gak mau gw ikutin aja. isi-isi waktu kosong aja ya kan. Tapi pas gw jadi leader,
leader gakpapa gak ikut bersihiin juga, Cuma mantau residen yang lain aja.
S : Funcition, biasanya bersih-bersih rumah gak sebelum kesini ?
YD : mana ada gw di rumah bersih-bersih baru pertama disini emang ada
aturan yang harus bersih-berih rumah sendiri segala macemnya harus sendiri. Jadi
bisa mandiri lama-lama.
S : Wrap up, ngapain aja dan apa manfaatnya ?
YD : kaya pagi sih. Cuma kalo wrap up tuh follow up isu hari ini, apa berjalan
dengan baik apa enggak. Trus juga share feeling hari ini. Trus juga kita bisa
intropeksi diri masing-masing selama seharian menjalakan aktivitas disini. Apa
ada yang melakukan kesalah apa enggak gtu aja sih.
S : grup terapi ngapain aja ?
YD : permainan, games yaah buat seneng-senenglah sesama residen. Biar gak
bosen juga kan selama seminggu dengan kegiatan yang itu-itu aja. kadang juga
dikasih rokok kalo yang menang sama bro nya.
S : S.N.A ngapain aja ?
YD : keseringannya makan-makan disini. Main gitar nonton tv atau kaset
bareng-bareng, biar gak galau juga kan malem minggu
S : apa yang dilakukan ketika banyak waktu kosong ?
YD : gw paling ngobrol-ngobrol aja sama residen lain atau sama bro-bronya.
Trus juga nyari proyekkan juga kan. Yaa kalau selasa atau jumat paling gw nlpn
istri atau anak-anak gw, temen gw sambil ngerjain kerjaan diluar juga.
S : Perubahan apa yang dirasakan selama berada disini ?
TR : banyaklah perubahan yang gw rasain selama disini, meskipun makan
seadanya gak kaya gw di luar. tapi perilaku gw berubahlah, makin sabar terus juga
belajar ikhlas. Sabar menghadapi istri yang minta cere, sabar kalo pengen makan
ini harus izin dulu. Gw juga selama disini sholat tepat waktu terus berjamaah juga
kan, yang sebelumnya gw jarang sholat. Tapi kalo secara fisik selama disini gw
agak kurusan sih.
S : kok bro di bolehin sih sama sist bawa hp ?
TA : yaa setiap hari selasa sama jumat gw boleh pegang hp, gw izin sama sist
bbuat megang hp, ada kerjaan yang bisa gw kerjain disini, buat kirimin duit buat
anak-anak gw.
S : menurut bro keluarga penting gak ?
xxxi
TA : wah penting banget apalagi bokap gw. Gw di biayain sama bokap gw
selama disini walaupun gw udah gak berhubungan sama bokap gw selama 7 tahun
karna gw pindah agama ikutin istri gw. Bokap sempet kecewa apalagi bokap gw
kristennya termasuk kuat, tapi pas gw ke tangkep hubungi orang tua. Malahan istri
gw minta cerai pas gw masuk sedih. Gw sedih trus kesel, gw bela-belain pindah
agama tapi pas gw lagi kayak gini dia malah minta cerai.
S : masih komunikasi gak sama istri sekarang ?
TA : masih, yang kemaaren gw bilang, nelepon buat keperluan anak aja. Gw
juga masih komunikasisama temen-temen gw di luar, dan ada beberapa teme-
temen gw yang agak menajuh dr gw gak care kayak dulu pas tau gw di rehab.
Pokoknya ada perbedaan, tapi ada juga temen gw yang ngasih semangat sama gw,
sabar yaa, jalanin baik-baik gitu.
S : pernah di jenguk sama keluarga gak ?
TA : 2 minggu sekali ada yang ngejenguk, kadang bokap gw, kadang sodara
gw tante gw bahkan temen gw juga ada yang pernah jenguk. Tapi istri gw gak
pernah jenguk.
S : apa aja yang biasanya di obrolin sama keluarga baik saat ketemu atau
telepon ?
TA : yaa mereka kasih nasihat ke gw, support ke gw, baik-baik ya disana
jangan macem-macem, ikutin setiap kegiatan disana, gitu aja sih.
S : pernah ngelakuin kesalahan gak selama disini ?
TA : pas pertama sering gw, karna gw blom nerima keadaan gw. Gw nyelipin
rokok kalo keluarga gw dateng trus ngerokok di kamar, akhirnya gw di kasih
hukuman buat nulis berpa ratus kata gtu biar gak ngulangin lagi kesalahan gw.
Trus juga paling pernah cekcok lah sama si RT waktu itu, dia juga songong
orangnya, yaa gw gak terima lah. Ya trus gw di suruh cuci piring juga pernah.
S : pernah dikasih reward gak ?
TA : gw pernah jadi residen terbaik pas satu minggu itu. Tru yaa paling
hadiahnya rokok kalo gak indomie. Gw lwbih sering nyari proyek-proyekkan aja
sih sama bro-bro yang ada disini biar dapet rook atau kopi atau mie lah.
S : selama disini apa manfaat yang bro rasakan ?
TA : setelah disini gw bisa belajar dispilin, ikhlas dan yang terpenting
kesabaran. Disini gak bisa semuanya instan harus izin ini dulu lah sama mayor
kalo mau ngelakuin apapun. gw juga dapet keluarga baru yang care sama gw
disaat gw seperti ini temen-temen disini selalu support gw. Pengetahuan
bertambah apalagi tentang narkoba sama penyebabnya, sebelumnya juga gw gak
tau mendalam tentang narkoba, tapi disini gw mangkin tau apalagi dampak-
xxxii
dampaknya, sabu yang gw tau enak doang tapi gw tau dampaknya bagi gw.Gw
juga disini bisa ngelatih kesabaran gw jadi lebih sabar dan selama 7 tahun gw gak
sholat juga akhirnya gw disini sholat tepat waktu dan 5 waktu berjamaah juga.
S : Harapan bro setelah keluar dari sini ?
TA : banyak keinginan yang mau gw lakukan kalo keluar dari sini, bisa jalanin
aktivitas seperti biasanya tapi sebenernya gw takut pas keluar mereka gak nerima
gw yang mantan pecandu narkoba. apa yang gw harepin yang gw planning selama
disini tapi gak sesuai sama dengan realita gitu. Jadinya gw aku takut buat keluar.
S :Trus masih mau make narkoba lagi gak nih pas pulang ?
TA : jujur gw bilang, masih enak kok pake narkoba, gw masih pengen, tapi gw
pikir, capek, capek ke tangkep polisi trus di rehab lagi, itu yang gw gak siap
lagi,males. 6 bulan gila banyak yang harus gw korbanin, waktu, pikiran, uang,
keluarga segala macem.
S : apa kendala atau kesulitan yang dirasakan sama bro, mulai dari mungkin
tema, konselor atau keadaan rumah ?
TA : jujur gw orang yang sifatnya keras jadi kadang ada beberapa temen disini
yang gak sepikran sama gw, kalo sama konselor gw fine fine aja. tapi kadang gw
juga ngerasa bosen karna kegiatannya itu-itu aja, monoton walaupun kadang ada
outing dan outing juga gak di tentuin jadwalnya, trus fasilitas di rumah juga
kurang lengkap sih makan seadanya gak kayak dulu pas gw di luar. Gw juga kan
orangnya diluar selalu berpenampilan rapih terus dan itu wajib buat gw, tapi pas
disini gw harus pake celana pendek kolor trus baju juga kaos polos, jadi pas gw
make ini kayak gimana gitu.
S : kalo kendala peraturan yang ada disini ?
TA : kendala peraturan awal-awal ada karna gw harus menyesuaikan diri dulu,
dulu pas gw pertama masuk gw sering banget nyelipin rokok nyembunyiin rokok
di bawah meja lah, di rak lah, jadi pas bokap gw dateng bawa rokok, trus gw
selipin. Nanti pas staff gak ada yang liat gw ambil dah rokonya, karna disini juga
rokok di batesin Cuma 3 batang kan sehari.
xxxiii
Nama : DD (inisial)
Status : manatan pecandu narkoba
Tanggal Wawancara : 20 Oktober 2018
Data diri DD
Usia 52 tahun, pekerjaan bengek rak-rak piring, punya anak 4
S :Sudah semenjak kapan pakai narkoba ?
DD :Dari tahun 2005,
S :Waktu itu pakainya narkoba jenis apa ?
DD :Sabu aja
S :Waktu itu kenapa pakai narkoba ?
DD :Ya itu saya tadinya gak doyan, karena kawan yang iniin. Kawan
nongkrong diluar. Pas saya lagi minum, kan hobi saya minum akhirnya pas lagi
minum-minum dating kawan cewek, dia bawa cowoknya yang temen saya ini.
Trus saya diajak, ngapain jauh-jauh kalo buat minum, tau-tau yaudah pake aja,
jajal aja dulu, trus saya bilang gak ah, kirain saya minum gak taunya sabu.
Mulainya dari situ tuh.
S :Tau gak awalnya itu sabu narkoba bahaya gitu ?
DD :saya gak tau tadinya, emang saya gak tau sabu, saya taunya Cuma minum.
Tapi lama-lama saya tau.
S :Pas make narkoba Cuma make apa pengedar juga ?
DD :Cuma make aja,
S :Rutin gak pake narkoba ?
DD :Oh enggak jarang, kalo lagi mau make yaah make, kalo enggak yaa
enggak. Gak ini, saya gak nafsu kalo pake gtuan, gak kaya orang-orang yang
rutin.
S :Pas make ada keinginan buat berhenti gak ?
DD :Ada sih, yagitu lah saya make begituan. Kalo lagi mau yaa mau gak di
paksain. Make juga bareng kawan-kawan, kadang-kadang kawan ngajak kalo saya
enggak mau yaa enggak mau.
S :Apa yang bapak rasaian ketika make sabu ?
DD :Yaa itulah efeknya gtu gak mau makan gak mau tidur, untuk kerja sih
semangat. Nafsu makan berkurang.
xxxiv
S :Bagaimana awalnya bapak masuk ke tempat rehab ?
DD :Pas lagi di tangkep, pas saya selesai make dan mau make lagi tapi
langsung di grebek sama polisi. Di grebek bertiga trus dibawa ke polres.
S :Tahun berapa di tangkep ?
DD :Tahun 2018
S :Ada barang bukti gak pas ke tangkep ?
DD :Enggak ada makanya di rehab disini
S :Trus akhirnya, temen yang lain gimana, di rehab juga ?
DD :Enggak mereka pulang,
S :Kok bisa ?
DD :Mereka kan orang bekerja kan jadi main duit juga kan, akhirnya mereka
dilepas. Soalnya ibaratnya mereka namu di rumah saya. Jadi kalo saya di rehab
S :Bulan apa pak masuk ke tempat rehab ?
DD :Bulan maret, udah 8 bulan.
S :Gimana tanggapan pertama kali masuk ke tempat rehab? Perilakunya
gmna ?
DD :Pas di tangkep langsung di bawa kesini, mungkin kalo saya di penjara gak
akan bisa berubaha. Pas di rehab disni banyak perubahan. Oh gini rehab. Kaget
juga awal pas saya disini sama peraturannya, yaa namanya orang baru, pas satu
minggu dua minggu disini pikirannya pengen pulang, tapi lama-lama tiga minggu
pikiran berubah. Disini banyak hikmahnya nih, kalo gak disini kita gak bisa
berubah, masih mending disini dari pada di penjara bukan tambah bener.
S :Baik gak peraturan disini menurut bapak ?
DD :Baik, bagus sesuai sama yang masyarakat ingin kan, mungkin kalo kita
gak disini gak akan baik. Makanya saya disini dapet hikmahnya, dari yang gak tau
bisa jadi tau.
S :Manfaat yang dirasakan setelah menjalankan setiap peraturan yang ada
disini?
DD :Yaa banyaklah, kaya kita gak bisa Bahasa inggris sekarang jadi bisa.
Kegiatan yang gak bisa kita lakuin diluar disini bisa,
S :Misalnya seperti apa pak?
xxxv
DD :Kayak kerja-kerja gtu sih, kasih-kasih motivasi, tukar pikiran. Yang
tadinya kita gak bisa tuker pikiran jadi bisa. Disini bisa melakukan kegiatan.
S :Ada kesulitan gak selama menjalankan peraturan dan kegiatan disini ?
DD :Kalo saya kan emang orangnya gak bisa diem, emang giat bekerja, di
rumah juga gtu gak bisa diem, bekerja terus. Kalo disini udah saya naggep rumah
sendiri, Cuma bedanya kita di rehab. Ikutin peraturan-peraturan disini.
S :Peraturan merokok disini, menurut bapak ada masalah gak buat bapak ?
DD :Kalo menurut saya gak masalah, saya juga kalo ngerokok jarang-jarang.
Saya juga diluar beli rokok 3 batang, gak terlalu aktif merokok.
S :Pengetahuan apa aja yang di dapet di tempat rehab ini ?
DD :Pengetahuan adiksi yang dari gak tau jadi tau. Saya juga belajar ngasih
motivasi, oh jadi gini cara ngasih motivasi ke orang, bisa tukar pikiran dengan
orang.
S :Pembelajaran apa yang paling bapak inget selama di tempat rehab ini
mengenai adiksi ?
DD :Yaa tentang motivasi-motivasi jangan pake narkoba, nanti saya juga mau
di kasih tau dengan kawan-kawan yang ada di luar biar jangan pake narkoba,
kasih saran-saran gtu aja.
S :apa aja yang di dapet selama disini ?
DD :temen Alhamdulillah dapet yang baru berusaha bareng buat jadi bener,
saya senenglah. Kekeluargaan juga dapet bisa tukar pikiran, bagus juga
kekeluargaan disini.
S :Ada paksaan gak selama menjalankan rehab disini ?
DD :Biasa, yang penting kita ngikutin peraturan disini. Gak ada paksaan, udah
kaya rumah sendiri.
S :Pernah melakukan kesalahan gak ?
DD :Jarang sih kalo saya, paling kadang gak fokus. Saya biasa-biasa aja.
Disini kan kalo ada satu orang melakukan kesalahan kena semua, kayak kesalahan
merokok di kamar, itu ketauan udah gak bleh ngerokok, kalo mau ngerokok
terusnya harus nulis beberapa ratus kata.
S :Siapa yang pernah ngerokok di dalem kamar waktu itu pak ?
DD :Yaa itu si TA, pas awal masuk.
S :Hukumannya waktu itu dikasih apa ?
xxxvi
DD :Hukumannya tergantung mayor kasihnya apa, waktu itu suruh nulis beda-
beda pendapat sama yng lain nulisnya.
S :Pernah di kasih reward gak ?
DD :Saya gak pernah, apalagi yang residen terbaik perminggu. Saya mah gak
pernah aktif, gak ngarepin hadiah juga. Yang penting saya mah disini sehat, saya
bantuin disini, bantuin disini, ngikutin peraturan disini.
S :Kalo hubungan bapak sama temen-temen disini gimana ?
DD :Baik-baik aja, komunikasi juga baik, dulu saya pas RT masih ada
pengennya berantem mulu. Tapi saya gak mau berantem, saya gak mau nyari
masalah disini, disini aja udah susah jangan di buat susah lagi disini.
S :Menurut bapak, arti temen-temen disini ?
DD :Kalo temen-temen disini enak, saling mengerti juga kondisinya, punya
pikiran-pikiran berubah. Kadang-kadang saya juga suka mikirin anak-anak pengen
pulang, trus saya ungkapin ke temen-temen, kadang kalo mau tidur, pikiran
kosong mau kadang langsung nangis.
S :Apa yang bapak rasain ketika udah ngungkapin perasaan bapak ke temen-
temen ?
DD :Yaa saya ungkapain apa yang saya rasain, kalo gak kita keluarin pikiran
makin jadi, kalo di keluarin plong. Temen-temen kasih semangat, masukin,
sharing lah, biar pikiran jadi good.
S :Ada teman terdekat gak disini ?
DD :Semuanya deket sih, yaah disi ade lah. Dia temen nongkrong juga diluar.
S :Ada batesan gak untuk ngobrol disini dengan family ?
DD :Disini bebas gak ada batesan.
S : Apa yang di lakukan dalam melakukan MorMeet ?
DD : yaa kaya kita selama kita disini, selama seharian kita ngapain aja. kalo
ada masalah diungkapin juga, kita juga announcement juga. Ada motivasi juga.
Ada manfaatnya bagus, apa yang kita ungkapin kita dikasih masukan lagi sama
yang lain, apalagi feelingnya lagi bad.
S : Apa saja yang dilakukan saat seminar ?
DD : seminar tuh kayak pelajaran lah. Pelajaran tentag adiksi, narkoba, hiv
aids dan gejala-gejalanya. Dan Alhamdulillah bermanfaat juga, jadi kalo kita
keluar juga bisa ngerti dengan segala macam kemungkinan-kemungkinan sebagai
seorang yang pernah memakai narkoba.
xxxvii
S : Sharing circle apa aja yang dilakukan bro dengan kegiatann tersebut ?
DD : jadi kegiata ini kita ngilangin pikiran negative kita biar tetap fokus, trus
ngangkat isu atau suggest juga. Manfaatnya banyak, kita jadi nambah masukan.
S : Animal interaction, apa manfaat yang dirasakan sama DD ?
DD : sebenarnya gak biasa untuk animal interaction. Jadi karena disini yaa
ikutin aja, tugas kita juga. Di luarkan kita gak pernah ngapa ngapain dan pikiran
yang lain-lain tapi disini bisa ngapa ngapain dan bisa tau dapet pelajaran. Jadi
nanti setelah keluar bisa kaya disini.
S : Funcition, biasanya bersih-bersih rumah gak sebelum kesini ?
DD : saya disini cape-capein badan. Saya kan orangnya gak bisa diem di luar
juga. Jadi yaa udah biasa.
S : Wrap up, ngapain aja dan apa manfaatnya ?
DD : kalo ada family kita yang melakukan kesalahan selama sehari maka di
kasih masukan agar tidak melakukan kesalahan lagi dan bisa bener. Wrap up juga
kaya pagi, ngasih motivasi dan share feeling
S : grup terapi ngapain aja ?
DD : ngilangin kejenuhan kita lah. Bro nya kasih lomba, permainan. Jadi
pikiran kita gak kemana-mana. Trus juga seneng.
S : S.N.A ngapain aja ?
DD : makan-makan bareng sama family. Yaa nyetel dvd untuk hiburan. Yaa
disini kan ngapain lagi, yaa nikmati aja, bersyukur aja.
S : apa yang dilakukan ketika banyak waktu kosong ?
DD : ngobrol, nonton tv.
S : pernah ikut outing ?
DD : oh seneng itu sekali-kali ke taman mini. Saya semangat di ajak jalan-
jalan.
S :Apa tanggapan bapak tentang adanya pelatihan di tempat rehab sini ?
DD :Yaa itu bagus juga, yaa adanya kita disini tuh dari yang gak bisa jadi bisa,
belajar. Kalo saya mah emang udah bisa nyukur, diluar juga udah nyukurin orang.
S :Nanti kedepannya mau ngembangin keahlian nyukurnya gak, kayak kerja
di barber shop ?
DD :Enggak sist, saya mau balik lagi ke tempat dulu kerja.
xxxviii
S :Harapan bapak disini tentang pelatihan keahlian ?
DD :Yaah biar di adain 2 bulan sekali, jadi biar ada kegiatan.
S :Bapak pernah merasa bosan gak dengan kegiatan yang ada disini ?
DD :Yaa masih ada perasaan bosen, yaa kegiatannya gtu-gtu doang. Namanya
rehab yaa. Hiburannya nonton tv nyanyi-nyanyi gtu doang.
S :Kalo konseling berapa kali dalam sebulan ?
DD :Tergantung konselor sih, tergantung kitanya juga sih mau konselor apa
enggak. Tapi ada jadwalnya sih. Tapi kalo kita mau konseling tapi konselornya
sibuk yaa berarti besok. Kalo konseling yaa saya ceritain aja kalo saya lagi ada
pikiran di luar, kita bisa ngomong.
S :Apa aja yang diomongin ketika konseling ?
DD :Itu pribadi sist,
S :Apa manfaat yang dirasakan ketika konseling ?
DD :Nah itu, saya terbuka sih, kalo saya lagi ada pikiran diluar, pikirin
keluarga, trus saya kena. Pas konseling perasaan tenang, kasih saran juga.
S :Selama di tempat rehab ini, ada pikiran buat kabur gak >?
DD :Yaa itu pas pertama masuk pikirannya keluar aja, kalo sekarang udah gak
ada pikiran buat kabur. Kalo pertama masuk pasti ada, orang kita di tangkep ya
kaget, jadi pengen kabur kabur. Tapi pas udah dua minggu tiga minggu udah
berubah pikirannya, oh yaa bener.
S :Kendala atau kesulitan yang dirasakan selama rehab disini ?
DD :Yaa begitulah, kadang kalo kita lagi pengen konseling gtu yaa, kita lagi
butuh-butuhnya konseling tapi konselornya sibuk, tapi kita juga makluminya. Yaa
tergantung kita juga sih kalo ngejalaninnya ikhlas sabar yaa enak-enak aja gak ada
kendala.
S :Arti sebuah keluarga buat bapak apa ?
DD :Arti buat Keluarga yaa penting sist
S :Kenapa pentingnya keluarga ?
DD :Untuk keluarga saya nih ya, karena saya orang tua anak saya ya itulah
pentingnya. Saya selalu mikirin anak saya, anak saya sekolah apa enggak selama
saya disini, yaa jangan sampe gak sekolah. Semoga aja anak-anak saya sama
kakak ade saya.
S :Apa tanggapan istri bapak ketika bapak di rehab disini ?
xxxix
DD :Saya udah gak punya istri. Tapi saya sama istri saya udah pisah 8 tahun.
Anak saya ambil dua dua.
S :Sekarang anak-anak tinggal sama siapa ?
DD :Yaa makanya, di rumah kan ada kakak saya, ada adik saya, mudah-
mudahin juga kakak saya atau adik saya atau juga mamahnya yang ngurus
sekarang. Mamahnya juga kadang dating kesitu.
S :Tapi, keluarga taugak kalo bapak lagi di rehab ?
DD :Yaa pada tau, taunya sih mereka di tangkep polisi di polres, gak tau saya
ada disini. Tapi kayaknya udah ada yang kasih tau sih, tempo hari ada kawan yang
disini juga dia udah pulang, rumahnya deket saya juga, mudah-mudahan sih di
kasih tau.
S :Dari bro andre atau sist silvana pernah ngasih tau ke keluarga bapak ?
(dia geleng kepala), gak di kasih tau. Emang sayanya gak mau mereka kasih tau.
DD :Kenapa alasan bapak gak mau kasih tau keluarga ?
DD :Saya dari dulu, gak pernah minta di kunjungin, di besuk-besuk. Kalo saya
ditengokin kaya gtu malah nambah pusing, malah mikirin.
S :Kalo menurut bapak penting gak sih dukungan keluarga ketika posisi
bapak lagi di rehab ?
DD :Penting bagi saya keluarga kasih semangat, masukan-masukan.
S :Selama disini, perubahan apa aja yang bapak rasain?
DD : Ooh banyak, lebih sehat, dari sikap sama tingkah laku yang
membangkang jadi berubah. Banyaklah pokoknya. Saya terus terang nih, selama
saya diluar gak pernah sholat, Alhamdulillah disini bisa ngejalanin. Saya
bersyukur. Yang penting setelah kita keluar dari sini kita gak pernah ketinggalan.
S :Apa yang bapak rasakan ketika setelah sholat ?
DD :Kalo saya abis sholat tenang, lega. Kalo pikiran lagi sumpek, ngobrol
sama temen aja gak mau tapi kalo abis sholat langsung lega.
S :Harapan bapak setelah keluar dari sini ?
DD :Harapannya saya banyak, satu yaa semoga terus sadar selalu jadi perilaku
yang baik bisa diterima di masyarakat, bisa ekerja lagi. Dulu saya dipercaya sekali
sama masyarakat, karena saya gak bisa diem, jadi tangan saya enteng apa yang
bisa kerjain yaa kerjain. RT saya kalo ada kegiatan manggilnya saya, kalo
tetangga mau ngawinin manggil saya, soalnya saya aktif di masyarakat, kalo ada
yang minta tolong yaa saya tolong.
xl
S :Setelah keluar dari sini ada pikiran lagi buat pake narkoba lagi gak ?
DD :Wah saya enggak mau, ancur semuanya saya kalo pake narkoba lagi.
Narkoba tuh masalah segalanya. Udah cukup sekali ini aja.
S :Perasaan bapak ketika di kasih tanggung jawab disini sebagai leader
kitchen ?
DD :Bro andre yang nyuruh saya, saya terima dari pada saya gak punya
kegiatan atau kesibukan. Duduk-duduk gtu doang nanti malah pikiran kemana-
mana gak fokus buat rehab, saya orangnya gak mau diem sih. Udah bisa masak
saya juga, dulu saya juga buka catering. Saya juga udah lama disini
DD bercerita dengan sendirinya
Saya emang orangnya suka minum sih sist, dari SD saya udah minum-minum.
Macem-macem merk udah pernah coba. Saya disini juga ngikutin peraturan yang
ada disini pas udah 3 minggu disini. Sebelumnya saya juga pernah di penjara
selama 7 bulan karena kasus perampokan nodong orang, itu tahun 1987. Trus
tahun 1988 juga masuk penjara karena kasus perampokan, di LP selama 1 tahun.
Trus tahun 1992 di penjara selama 7 tahun karena kasus pembunuhan. Awalnya
saya sama temen berdua lagi jalan, trus ada lumayan orang yang mabok ngajak
berantem yaa saya ngelawan, abis itu salah satu diantara mereka ada yang
meninggal. Pas tahun 1999 saya nikah sama istri saya.
xli
Nama : HK (inisial)
Status : Mantan Pecandu Narkoba
Tanggal wawancara :05 November 2018
Keterangan :
S :Pewawancara
Data diri HK
Usia 37 tahun, pekerjaan sebelumnya markir di daerah sunter Jakarta utara,
sebelum markir jadi security, udah menikah tapi udah pisah 6 tahun ada, anak
semua ikut mantan istri dua-duanya.
S :Tinggal di Jakarta sama siapa ?
HK :Sama abang, orang tua dua duanya udah meninggal.
S :Kapan udah mulai pake narkoba ?
HK :Udah lama juga sih sist, dari 99. Pas putus sekolah kenal narkoba, SMA
saya gak lulus sist.
S :Awalya tau narkoba dari mana ?
HK :Yaah awalnya biasa dari pergaulan dulu lah, mulanya obat obat-obatan,
kaya nipam, nextropen naik ke tingkat ganja, baru sabu.
S :Setiap pake narkoba rutin gak ?
HK :Rutin, jenisnya beda-beda.
S :Kenapa waktu itu sempet kepikiran buat pake narkoba, selain pengaruh
dari temen ?
HK :Yaa karena efeknya sih, nyaman tenang pake narkoba. enaklah ngefly
tenang gitu.
S :Tapi tau gak sebelumnya kalo narkoba itu bahaya ?
HK :Tau banget sebenernya yaa taulah, Cuma yang enak-enak itu dilarang kita
tau lah. Cuma yaa itu.
S :Ada sebagai pelampiasan karena masalah gtu gak sih ?
HK :Kalo itu sih gak juga yaa, cuma kadang-kadang kalo teman-teman lagi
ngumpul aja bareng-bareng. Kalo untuk masalah-masalah trus make gak juga sih.
S :Bisa ceritain sampai kamu bisa masuk kesini tempat rehab ?
xlii
HK :Pas masuk sini pribadi saya sempet kaget aja, biasanya make, hampir tiap
hari make sabu. Giliran gak make disini bawaannya lemes ngantuk, pengennya
makan tidur, susah untuk ngejalanin hawa badan. Makanya disini ada kegiatan
biar gak lemes, jadi udah biasa.
S :Pas masuk kesini apa emang dari pihak keluarga apa dari pihak kepolisian
?
HK :Pihak kepolisian, di tangkep. Kebetulan di tangkep pas lagi marker,
ngumpul sama temen. Kebetulan temen juga di tangkep akhirnya nunjuk saya,
saya juga di tangkep, karena gak ada barang bukti akhirnya di proses rehab. Pas
tes urin positif.
S :Udah berapa bulan disini di tempat rehab ?
HK :Sudah 4 bulan
S :Pas pertama masuk kesini gmna perasaannya ?
HK :Wah yaa gak terima. Saya masuk kesini diri saya gak terima, disini gak
cocoklah sama diri saya gak layaklah, tempat apa ini yaa. Hati mah pengen
berontak gitu, ada pikiran macem-macem pokoknya gw harus keluar pengen
inilah inilah, bukan tempat rehab bukan tempat pemulihan, pokoknya pikirannya
campur aduklah yaa kan, itu hari pertama. Lama-kelamaan saya ikutin program,
akhirnya saya mengerti, oh ini tempat pemulihan untuk mengangkat kelakuan-
kelauan di luar yang jelek, bisa untuk memperbaiki. Sebelumnya disini apa yaa,
bukan untuk supaya bebas dari narkoba, tidak pakai narkoba. sebenernya tempat
rehab ini untuk jati diri kita, untuk mengangkat hal buruk kita gtu.
S :Kapan udah bisa mulai terima dengan keadaan disini ?
HK :Udah memasuki 2 bulan baru bisa memahami program disini, baru bisa
menerima keadaan disini. Tadinya saya ngikutin program disini baru sebulan apa
yaa apaya gak masuk, masuk ke kuping kanan keluar kuping kiri karena saya
belum bisa diri saya disini. Kesini-kesini sih disininyaudah nyaman, udah nerima.
S :Tegas gak peraturan disini ?
HK :Tegas juga disini,
S :Ada paksaan gak selama menjalankan rehab disini agar mentaati setiap
peraturan ?
HK :Hmm yaa ada, kalo kita melakukan kesalahan nih harus menjalankan
sanksi nih dari mayor buat cuci piring seharian yaa harus cuci piring, kalo gak di
turutin yaa nambah lagi hukuman kita.
S :Apa yang anda rasakan manfaat selama ada disini ?
xliii
HK :Buat diri saya banyak lah, terutama perilaku saya yang buruk, yang saya
males bangunnya telat disini bisa saya rubah tanpa disadari bisa untuk diri saya,
itu kan bagus buat diri saya, karena pas saya keluar nanti kan bisa terbiasa lagi
kayak disini. Kalo di luar kan mana ada bangun pagi, boro-boro bangun pagi,
bangun jam 9 aja udah terbilang pagi. Kalo disini kan jam 6 wajib bangun, jadi
udah terbiasa di bangunin. Pengetahuan nambahlah apalagi ilmu tentang adiksi,
tentang masalah narkoba. pengetahuan Bahasa inggris juga bertambah, dengan
sendirinya karena terbiasa jadi bisa Bahasa inggris. Awalnya gak tau Bahasa
inggris, kadang disini di paksa harus tau, akhirnya dengan sendirinya tau gitu
terbiasa, sebenernya butek juga, dikit dikit Bahasa inggris. Tapi udah terbiasa.
Disini juga dapet rasa pertemanan, disini dapet rasa kekeluargaannya. Ketika kita
sakit, temen peduli kasih arahan yang baik, nyaranin minum obat udah minum
obat apa belum, itulah kita terasa gtu loh. Kalo diluar sana kebanyakan temen gak
ada yang perhatiin kaya gtu. Paling keluarga, tapi temen gak ada. Sakit yaah sakit
mium obat yaa minum obat gak ada yang perhatiin, jangan minum ini jangan
makan ini, itulah yang dirasakan kekeluargaan disini sama temen disini.
S :Pernah melakukan kesalahan gak selama disini ?
HK :Kesalahan yang menonjol gak ada sist, paling lupa communicate gara-
gara masak mie gak izin.
S :Pernah dikasih sanksi gak ?
HK :Tergantung sama mayornya sist, kadang ngasih peringatan dulu kadang
nyuci piring trus writing. Pernah suruh nyuci piring pas lagi sidak hari senin,
dilemari saya ada kertas apaan gitu, akhirnya yaudah suruh cuci piring. Tadi juga
semuanya suruh writing karena bangunnya telat, harusnya leader bangunin jam 6
tapi tadi jam 7. Jadi harus nulis 200 kata kita harus tepat waktu.
S :Pernah dikasih reward ?
HK :Yaa disinikan dikasihnya hadiahnya apa sih gak jauh lah, paling rokok,
makanan atau mie. Kan kalo setiap seminggu sekali ada pemilihan residen terbaik,
saya pernah dapet trus di kasih rokok berapa batang sama bro-bronya ada aja yang
ngasih juga kalo abis grup.
S :Pernah berantem gak sama temen-temen disini ?
HK :Gak pernah. Baik-baik aja.
S :Menurut kamu apa arti temen-temen disini ?
HK :Temen-temen disini bagi saya segalanya menurut saya. Diwaktu kita
butuh sahabat mereka bisa jadi sahabat, diwaktu kita sakit bisa jadi keluarga gtu
loh. Temen-temen disini bisa jadi segalanya. Kasih support juga, motivasi tiap
hari.
S :Punya temen terdekat gak disini, yang bisa buat curhat gitu ?
xliv
HK :Justru saya takut sist kalo punya temen deket, takutnya apabila kita selek
atau ada masalah justru malah lama untuk kembali deket. Saya punya pengalaman
seperti itu. Kita berteman, menurut saya jangan terlalu deket amat sama orang,
ketika kita selek ngelebihin temen biasa ininya lamanya untuk kembali akur lagi.
Makanya disini gak ada yang deket gak ada yang jauh, biasa-biasa aja. Gak ada
batesan.
S :Kalo ada waktu senggang sama temen-temen disini, ngobrolin apa aja ?
HK :Paling masalah rumah aja, kalo kita ngobrolin masalah luar kadang yaa
suka kita belokin, ngapain sih kita ngobrolin masalah diluar, masih jauh masih
lama lah, nanti kalo diobrolin kita pusing yaa. Ngobrolin apa aja yang ada disini,
trus juga cerita-cerita dulu pas make. Pokoknya kalo ngobrol masalah-masalah
narkoba lah dibandingkan pengalaman-pengalaman kerja.
S :Pernah dikasih pelatihan gak selama disini ?
HK :Saya pernahnya sablon sist dari BNN.
S :Gimana perasaannya ketika dikasih pelatihan disini ?
HK :Yaa seneng aja sist, tau teknik nyablon. Kalo diliat sablon itu gampang
tapi pas kita praktekin kalo kita gak tau ininya yaa sulit juga. Gak segampang
yang kita kira. Jadi yaa emang ada harus kita bener-bener tau caranya lah.
Bermanfaatlah buat pengalam juga.
S :Ada renacana buat bikin usaha sablon ?
HK :Kalo emang ada rezeki yaa mau juga buat usaha nyablon.
S :Kalo di konseling, apa aja yang dibicarain ?
HK :Konseling masalah kita di rumah, yang kadang mengganggu pikiran kita
disini, soalnya orang tua kita gak pernah datang gak jenguk jenguk, knapa. itulah
kita harus ngungkapin itu saat konseling, penyebabnya apa tapi sebenernya ada
masalah apa enggak. Lebih pembahasan di rumah dibandingkan disini.
S :Apa yang dirasain setelah konseling ?
HK :Di waktu konseling itu ibaratnya kita kasih tau permasalahan kita , kita di
kasih solusi jadi lega aja. Jadi, kita gak kepikiran sewaktu disini. Kita tau
mungkin dia gak bisa jenguk karna lagi ada permasalah lain, jadi kita gak bisa
pikiran negative mulu sama orang rumah. Kadang kita disini pikirannya enggak
enggak tentang orang tua gak saying, pikirannya jelek aja. Cuma sama konselor
dikasih pemahaman yang positif. Ada manfaatnya juga tenanglah pikiran kita.
S : Apa yang HK lakukan dalam melakukan MorMeet ?
HK : yang paling penting memberi masukan kepada family-family disini untuk
tetap semangat menjalani pemulihan disini. Kadang kita juga dikasih motivasi
xlv
juga yaa, kita harus terima. Yang jelas motivasi itu semua baik disini, tidak untuk
menjatuhkan. Begitu aja sih intinya.
S : Apa saja yang dilakukan saat seminar?
HK : kebanyakan mempelajari ilmu-ilmu adiksi dan penyakit kronisnya.
Belajar gimana kalo kita di luar, cara agar kita bisa tidak memakai lagi seperti itu,
adalah trik-triknya. Manfaatnya nanti kita rasakan ketika di luar, kita taulah
gimana caranya ada temen kita ngajak trus cara kita untuk menghindar. Adalah
cara-caranya agar mereka juga tidak tersinggung dengan cara-cara yang baik.
S : Sharing circle apa aja yang dilakukan bro dengan kegiatann tersebut ?
HK : biasanya temanya diambil dari filosopi yang berada disini yaa. Misalnya
seharian ini filosopinya “berjalan dengan semestinya”. Yaa paling kita
menguraikan arti dan makna tersebut gtu sebagai bentuk pemulihan disini. Kaya
residen berjalan dengan semestinya aja, jangan neko-neko, ya kita sama-sama
saling menghargai dengan staf juga, itulah salah satunya.
S : Animal interaction, apa manfaat yang dirasakan sama HK ?
HK : mungkin diluar kita gak pernah mengurus dengan hewan, namun disini
kita belajar berinterkasi dengan hewan yang ada disini. Belajar mengasih makan
tepat waktu, bersihin kandang. Agar suatu saat kita di luar untuk mengisi waktu
luang agar waktu kita tidak kosong yang membuat kita make lagi.
S : Funcition, biasanya bersih-bersih rumah gak sebelum kesini ?
HK : aduh kalo di rumah boro-boro, orang kebanyakan anak muda kayak kita
terima beres. Kalo disini kan tepat waktu ada jamnya. Agar terbiasa juga diluar
agar bersih-bersih rumah dengan tidak terpaksa. Yaa kan keluarga juga seneng
kalo ada hal-hal positif yang kita lakuin.
S : Wrap up, ngapain aja dan apa manfaatnya ?
HK : biasanya yaa gak jauh dari morning meeting sih, Cuma dia ada
perbedaannya pembahasan issue yang tadi pagi kita buat. Isu itu ter follow up apa
enggak gtu seharian ini dari siang sampai malem. Sebelum itu tetep ada motivasi
ada masukan, share feeling juga.
S : selama menjalankan kegiatan senin sampai jumat dengan pola yang sama
ada kendala tidak ?
HK : paling kendala saat seminar aja yaa. Kadang ada materi yang belum kita
tahu trus di bawakan dalam seminar itu, lalu kita disuruh menjawab pertanyaan
dari bronya, kadang kita bingung jawabnya karna kita belum tau materi itu gtu
loh. Yaa Cuma karna kita disini harus berani untuk menjawab, masalah benar atau
tidak urusan belakang yang penting kita coba dulu. Kadang gak bisa materinya
tapi kita bisa-bisain.
xlvi
S : grup terapi ngapain aja ?
HK : di hari jumat pas kegiatan itu kita kayak membuat semacem permainan
juga untuk menghilangkan rasa jenuh, tapi tujuannya untuk menambah fokus kita.
Jadi permainan itu ada maknanya gtu. Kayak kita ada permainan untuk menulis
kegiatan kita, disini kan kebanyakan Bahasa inggris jadi kadang ada yang tidak
tahu cara penulisannya, ya itu salah satu pelajarannya. Manfaatnya banyaklah,
disini menambah fokus kita dan bisa berbahasa inggris. Perasaannya juga seneng.
Kadang juga ada reward nya juga dari bronya.
S : S.N.A ngapain aja ?
HK : kalo disini SNA bareng-bareng disini, kita masak-masak. Bronya yang
beli patungan karena mereka punya duit residen yang masak. Trus kita makan
bareng, nah disinilah terasa kekeluargaannya gtu loh, disini kita bukan masalah
makanan yang enak atau banyak. Tapi disini kita bisa makan bareng kumpul
bareng, ketawa-ketawa bareng, masak bareng.
S : apa yang dilakukan HK ketika banyak waktu kosong ?
HK : yaa paling coba-coba baca buku agama, politik atau yang lainnya untuk
mengisi waktu luang. Dari pada kita gak ada kegiatan kita bengong mikirin yang
dluar, akhirnya kita tidak fokus disini, ya mendingan kit abaca-baca buku atau
apalah gtu. Mengalihkan fikiran kita gtu.
S :Pernah ada rasa ingin berontak gak selama disini ?
HK :Awal ada, karena saya gak bisa terima kehadiran saya disini, tempat
apalah ini. Apalagi lagi ada grup puyeng itu pengen berhenti di grup tuh. Ada lah
awal ingin berontak trus kabur.
S :Apa pendapat kamu tentang keluarga ?
HK :Kalo saya sih setelah saya menjani disini, saya tau arti keluarga.saya mau
minta maaf sama keluarga.
S :Keluarga tau kalo kamu ada di tempat rehab ?
HK :Tau
S :Pernah telepon ?
HK :Pernah dateng sekali, pas saya pertama kali kesini. Ponakan saya yang
pernah kesini. Orang tua kan udah gak ada, abang saya juga blom pernah dateng.
Cuma ponakan aja
S :Kalo via telepon udah pernah blom ?
HK :Pernah Cuma mail box, gak bisa di hubungi.
S :Pas pertama ponakan dateng apa aja yang diomongin sama bro ?
xlvii
HK :Yaa Cuma ngasih tau kalo abang gak mau dateng kesini gak mau di
telepon, kecewa sama lu, lu bikin malu di keluarga, abang gak mau ngurusin saya
disini, nanti aja pas keluar diurusin sama abang,masalah pekerjaan. Intinya yang
penting lu baikin diri lu disini, kalo lu udah sembuh udah baik, baru diluar ke
abang. Abang juga abang kandung.
S :Menurut kamu penting gak sih dukungan dari keluarga ketika kamu
sedang rehab ?
HK :Penting banget yaa sist, buat penguatan saya juga yang ada disini.
Penguatan mental saya artinya ibaratnya diperhatiin lah sama keluarga walaupun
pas saya jatoh. Makanya saya suka sedih, gak dibesuk sama abang.
S :Apa pendapat kamu ketika abang ternyata gak care sama kamu pas kamu
lagi disini ?
HK :Apa yaa, pertama pikiran saya pasti negative lah, gak saying, gak peduli,
kadang suka pemikiran gtu makanya ada sesi konseling, abang lu bukannya gak
sayang atau gimana, dia buat lu mikir biar lu berubah barusan setelah baru
gimana.
S :Selama disini apa perubahan yang dirasakan ?
HK :Berubah perilaku menjadi lebih baik, fisik juga berubah Alhamdulillah
sehat gak sering sakit-sakitan, makan juga teratur.
S :Secara keagamaan ada perubahan gak ?
HK :Ya biasanya yang gak tepat waktu jadi tepat waktu sholat, sholat 5 waktu
udah terbiasa. Yg dulunya sholat bolong-bolong disini jadi rutin, yang tadinya gak
jamaah disini berjamaah. Baguslah dari segi keagamaan.
S :Harapan setelah keluar dari sini ?
HK :Yang jelas saya pertama-tama ingin bersih dari narkoba selalu pulih,
mudah-mudahan juga diluar juga bisa. Yang kedua memperbaiki hubungan saya
sama abang saya, mungkin saya udah bikin malu keluarga atau apa yaa, ketika
saya keluar mau nemuin dia lah buat minta maaf.
S :Lingkungan disana aman gak agar gak make lagi ?
HK :Gak aman sist, di lingkungan rumah juga banyak yang make. Makanya
harus keluar atau pindah dari lingkungan itu sist. Lingkungan tuh mempengaruhi
banget, sebelumnya saya pernah berhenti 7 tahun sebelum kesini, trus saya main
ke tempat lingkungan saya kerja di tempat parkiran akhirnya makin parah sist,
setiap hari make. Pas saya lagi berkeluarga saya udah berhenti make. Kerja
security udah gak kenal lagi make narkoba, lingkungan juga aman, gak ada
temen-temen yang make. Kegiatan nya juga abis pulang kerja sama keluarga cape
tidur apa, kebetulan putus sama istri putus kerja juga, akhrnya sempet goyang
xlviii
juga, keluar trus kebetulan ada kerjaan marker ke eakan juga masalah narkoba,
yaudah jatoh lagi. 2013 saya cerai sama istri.
S :Sekarang masih ada pikiran buat pake narkoba lagi ?
HK :Gak, takut hukumannya. Takut hukuman penjaranya sist, untuk pemakai
aja bisa 4-5 tahun kalo kita digerak jadi pasal Bandar bisa penjara 7-8 tahun.
S :Waktu pas make jadi penjual juga gak ?
HK :Cuma make, tapi kalo temen mau make lewat saya juga belinya.
S :Ada yang jadi role model buat berubah ?
HK :Ada sist, banyak lah sist, kemarin juga ada grup NA banyak yang dateng
pernah dateng dua kali. Ibaratnya banyak orang yang terjatuh karena narkoba
terus sukses, kayak bro andre. Mereka sekarang punya café trud dapet
memperthankan agar gak make lagi bertahan sampe 10 tahun 11 tahun, yaitulah
buat panutan saya agar lebih baik lagi , mereka bisa kenapa saya gak bisa gitu kan.
S :Kendala atau kesulitan selama di tempat rehab ?
HK :Kendalanya di rokok yang di batesin, ibaratnya kurang lah rokoknya.
Kadang abis makan rokok gak ada, tersiksa juga. Saya perokok aktif juga.
Peraturan, keadaan rumah sama makanan ada kendala tapi bukan menjadi kendala
besar sih, Cuma rokok aja sist.
xlix
Nama : ST (inisial)
Status : mantan pecandu narkoba
Tanggal wawncara : 05 November 2018
Data diri ST
Usia 25 tahun, pekerjaan antar barang dan status belum menikah
S :Dulu sebelum ke tempat rehab kerja apa ST ?
ST :Bukan kerja, kayak buka lapangan kerja aja, yaa jadi saya punya pegawai.
Makanya orang tua gak bisa diatur.
S :Sejak kapan nih udah mulai kenal sama narkoba ?
ST :Pertama kenal smp pake ganja,
S :Dari mana tau ganja pas smp ?
ST :Dari lingkungan rumah sist, temen-temen tongkrongan sist yang satu
angkatan
S :Alasannya pake narkoba kenapa waktu itu ?
ST :Yaa gak ada alasan, Cuma ngikutin aja, gaya hidup, kalo gak make gak
seru.
S :Sebelumnya tau gak kalo itu narkoba, bahaya gitu ?
ST :Tau, tapi gak mendalami kayak disini. Yaah sebenernya taulah ke tangkep
polisi tau, yaa bahayanya dampaknya, cuma gimana yaa namanya anak masih
labil, sekarang juga masih labil sist, iyalah Cuma bisa menjaga, cuman yaa
gimana kita dirinya. Cuma kalo saat ini belum mampu buat kembali dan jangan
sampe relaps .
Ganja sampe sekarang sebelum masuk rehab masih pake, dua tahun ini barusan
make sabu, karena udah megang uang kali yaa karena udah bisa ke beli, dulu kan
gak ada uangnya paling beli sabu 100, sabukan kelas elit yaa.
S :Trus sabu taunya dari temen gtu ?
ST :Semua dari temen,
S :Sekolah tamatan sampe berapa ?
ST :Sampe d3 di Widyatama Bandung. Sekarang udah lulus.
S :Pas di kampus juga masih make ?
ST :Masih sist,
l
S :Temen-temennya juga make ?
ST :Gak konsumsi sendiri. Saya gak ngejual ke temen Cuma make sendiri aja,
karena kecukupan kali yaa.
S :Tapi keluarga tau pas ST make narkoba ?
ST :Tau semenjak SMA, akhirnya di bawa ke tempat rehab, rehab.
S :Berarti ini bukan rehab pertama dong ?
ST :Ini rehab ketiga, pertama rehab di Pacitan Jawa Timur yang kedua di
Madani Jakarta. Di Pacitan baru dua minggu kabur. Padahal gak bawa apa apa
tapi bisa balik gtu. Pulangnya naik kereta, dulu kereta kan gak seketat ini, kasih
muka melas juga luluh lah penjaganya.
S :Pas rehab pertama umuran berapa ?
ST :Pas SMA masih sekolah, kelas dua naik kelas tiga. Pas udah pulang
sampe rumah trus make lagi, masih tetep make.
S :Kenapa waktu itu kepikiran buat kabur ?
ST :Yaa gak enak lah, enakan make yaa. Masih belum ada niatan buat
berubah. Jadi yaa susah gimana-gimana juga, kita gak munafiklah. Orang tua
bilangnya jangan make, kitanya iya iya doang.
S :Pas di nasihatin orang tua baik-baik atau gimana ?
ST :Gak, pakai tangan lah.
S :Trus pas masuk Madani gimana ceritanya ?
ST :gak ke tangkep, di bawa sama orang tua saya.
S :Trus berapa lama di rehab Madani ?
ST :Satu bulan, detoksasi, obat. Cuma satu bulan disana, boleh pulang tapi di
kawal dari sana, kayak di kawal-kawal lah kemana-mana. Disana satu bulan
detoksasi, satu bulan rawat jalan tapi di kawal. Cuman awalnya bisa di kelabuhi
lah, karena kan banyak temen PIC, zamannya PIC.
S :Pas di Madani emang gak ada rasa perubahan gitu ?
ST :Gak ada lah, obat makenya gitu, jadi mengurangin dosis palingan, yaa kan
detoksasi kan obat, di kurung di rumah sakit gak sadar. Yaa di rumah sakit aja
selama beberapa minggu.
Di Madani cepet karena ada intervensi dari orang tua, kecuali tangkapan.
Contohnya kayak disini ajalah, kalo tangkapan waktu nya gak tau, kecuali dari
orang tua, kapan aja bisa.
li
S :Pas ke madani tahun berapa itu ?
ST :Kuliah aja pas kuliah, tahun 2013. Trus keluar abis itu make ganja lagi,
sabu make pas punya kerjaan aja, karena punya uang yaa,
S :Pas masuk kesini di tangkep sama polisi ?
ST :Bukan di tangkep polisi, rehab disini karena orang tua gak sanggup jadi
ada kenalan polisi, trus konsultasi di rencanain lah penangkapannya. Susah sih di
bujuk baik-baiknya.
S :Masuk kesini tanggal berapa ?
ST :Tanggal 13 bulan September 2018. Cuma tadinya tanggal 13 ini di suruh
balik, Cuma saya gak mau balik, mau ikut ojt aja.
S :Kenapa ikut ojt aja ?
ST :Yaa.. satu mungkin masih pengen di circle yang aman, belajarlah tentang
adiksi dan dampaknya dan juga bisa menolong orang yang memiliki masalah yang
sama kaya saya. Setidaknya bisa menolonglah, kan sebelumnya saya udah di
tolong, yaa saya menolong bukan berarti saya udah pulih, yaa contohlah buat
kelompok yang memiliki masalah yang sama. Bukan cara pengobatan atau
tratment, kasih motivasi ngobrol kayak grup gitu setidaknya buat penguatlah. Tapi
Cuma kata-kata yang waktu pas make, apaan nih kata-kata ah gtu kayak pas
pertma masuk juga grup apaan ini grup apaan serba di persulit lah, tapi lama
kelamaan disini seenggaknya makin kuatlah ada grup itu.
S :Apa yang dirasain perbedaan tempat rehab satu dengan yang pernah
dijalani ?
ST :Kalo yang udah-udah mungkin terlalu keras yaa, jadi bukan dari niatan
kita yaa perubahannya itu. Adanya niatan orang lain agar kita berubah. Sedangkan
narkoba penyakit yang gak ada obatnya lah sist, harusnya di ilusitrasi agar pikiran
kita gak pake lagi lah.
S :Masih ada pikiran buat make lagi gak ?
ST :Yaa siapa orang yang mau sist, Cuma kan gak tau penyakit kita seumur
hidup. Yaa gak ada yang gak bisa. Kalo pake lagi mungkin satu karena ada
masalah yang gak bisa di atasi, larinya minum. Minum juga kan termasuk
narkoba.
S :ST udah mulai minum sejak kapan ?
ST :Saya minum dari sekolah.
S :Apa tanggapan dan sikap ST ketika pas pertama masuk di sini dengan
peraturannya ?
lii
ST :Yaa rumitlah. Awal maklum lah ya kan masih pengen make trus juga
belum nerima, kok bisa sampe sini.
S :Tegas gak peraturan disini ?
ST :Yaa lumayanlah. Yaa gimana kitanya sist, kalo kita ya gak keras disini
juga gak keras. Kalo kita keras dianya makin keras, gitu aja.
S :Ketika udah nerima semua peraturan yang ada disini, kira-kira jangka
waktunya berapa minggu brother ?
ST :Satu bulan lah, yaa trus ngobrol sama orang tua baru terasa lah.
S :Telepon terakhir sama orang tua kapan ?
ST :Ada lah seminggu yang lalu. Pertama kali telepon sama orang tua satu
bulan lewat seminggu.
S :Disini udah berapa bulan ?
ST :Dua bulan kurang seminggu.
S :Ngobrol apa aja sama orang tua ?
ST :Yaa nanyain keadaan, kabar lah. Nasehat jelas lah.
S :Nasehat apa yang diberikan sama orang tua ?
ST :Yaa berubah. Yaa bisa berubahlah.
S :Ada kesulitan atau hambatan gak selama disini ?
ST :Yaa jelas, pas pertama masih kurang nerima lah. Awal susah buat konsul
sama bro nicko, kurang sreg sama konselor. Karna orang kan kadang-kadang
maunya cara ngobrolnya kurang sopanlah, ada yang gak suka cara begitu. Yaa
beradaptasi, ooh mungkin cara dia seperti ini cara penyampaiannya.
S :Apa yang dirasain setelah konseling ?
ST :Yaa perasaannya gimana, sama konselor tuh harus terbuka, kalo kita ada
masalah gak di pecahkan yang ada balik lagi relaps. Selama konseling terbuka,
karena di kasih nasihat, pedoman lah biar gini-gini. Udah paling jawaban dari
konselor, sabar dulu. Yaa emang sabar juga serius, pokoknya harus sabar dan
harus yakin.
S : Apa yang ST lakukan dalam melakukan MorMeet ?
ST : yaa keluh kesahnya, feeling nya ditanyain. Yaa awal-awal feelingnya mix
masih belum menerima. Ya lama-lama sudah nyadar sudah posititif thinking.
Ngangkat isu, sudges yaa diterapin sehari-hari.
liii
S : Apa saja yang dilakukan saat seminar ?
ST : ya ikutin seminar yang dibawa oleh bro-bronya. Ya seenggaknya
mengertilah, mengetahui materi adiksi, konseling, life skiil. Ya gtu gtu aja
S : Sharing circle apa aja yang dilakukan bro dengan kegiatann tersebut ?
ST : jadi tergantung temanya, nanti di laboritin setiap tanggapan residen.
Dibahas pendapat mengenai tema itu. Misalnya temanya di ambil dari sudges
yang bagus-bagus yang ada di temple di dinding.
S : Animal interaction, apa manfaat yang dirasakan sama ?
ST : ya paling, saya kan dibagian bersihin kandang hewan kucing.
Sebelumnya saya gak pernah diluar.
S : Funcition, biasanya bersih-bersih rumah gak sebelum kesini ?
ST : bersih-bersih rumah. Jadi manfaatnya bisa nyapu ngepel dulu mana bisa
mana mau.
S : Wrap up, ngapain aja dan apa manfaatnya ?
ST : ngebahas isu seharian, terfollow up apa enggak. Sharing feeling, kasih
feed back, motivasi dan kadang apresiasi. Manfaat yang dirasain yaa saling
mengingatkan satu sama lain lah, apalagi kalo ada kesalahan yang dilakuin,
intropeksi diri jelas pasti.
S : grup terapi ngapain aja ?
ST : yaa kebanyakan permainan lah, untuk menghibur diri. Biar gak bosen
mungkin. Seenggaknya bisa sedikit ketawa. Jenuh sih sebenernya tapi yaa gimana
lagi.
S : S.N.A ngapain aja ?
ST : yaa semacem makan-makan lah dengan sederhana ala kadarnya.
S : apa yang dilakukan ketika banyak waktu kosong ?
ST : kalo bisa nonton tv yaa nonton tv, kalo enggak yah nyari proyek.
S : ada kesulitan gak selama menjalan kegiatan disini ?
ST : ya kesulitannya kalo yang belum nerima, ya melakukannya berat lah,
kalo udah nerima mah eggak lah.
S :Manfaat yang dirasakan selama disini ?
liv
ST :Manfaatnya bisa bangun pagi, makan tepat waktu gak kayak kita pas
make aja, pas make malem jadi siang, siang jadi malem. Makan gak teratur, paling
kalo gak ada zat di tubuh kita barusan lapar.
S :Dari segi pengetahuan ada manfaat gak yang di dapet ?
ST :Disini, banyak lah sist. Pengetahuan bahayanya narkoba, pengetahuan
Bahasa inggris banyak, tadinya gak hafal sist issue, tapi dari konselornya harus
bisa hafalin issue 25 sama sudgest 25 barusan dikasih rokok. mungkin kalo gak
gtu gak hafal. Sudges nya yang di tempelin itu sebagian.
S :Selama disini ada paksaan gak yang di kasih ?
ST :Gak ada,
S :Pernah melakukan kesalahan gak selama disini ?
ST :Sering
S :Apa aja kesalahan yang pernah dilakuin ?
ST :Yaa kompalsif, keinginan yang menggebu-gebu,
S :Maksudnya gimana tuh ?
ST :Yaa selalu ingin instan, pengen ini harus itu juga, sedangkan disini kan
gak bisa harus announcement lah itu lah, kadang juga gak di approve , nanya lagi
nanya lagi lah, jadi kesel lah harusnya.
S :Pernah di kasih sanksi gak ?
ST :Sering
S :Karena apa itu sering di kasih sanksi ?
ST :Yaa ,,,, kesalahan, gak komunikasi gak communicate setiap rokok, gak
lapor ke mayor. Masalah saya gak communicate.
S :Trus di kasih sanksi apa ?
ST :Yaa di suruh writing, kita di kasih tema, trus nulis 250 kata.
S :Pernah di kasih reward gak ?
ST :Pernah di kasih apresiasi. Di kasih rokok.
S :Pernah berantem sama temen-temen disini gak ?
ST :Enggak, baik-baik aja, gimana kitanya.
S :Apa arti temen-temen disini buat bro ST ?
lv
ST :Artinya yaa inilah temen yang saling memberi masukan yang positif trus
saling mendukung lah, buat memulihkan penyakit secara bersama-sama.
S :Punya temen deket gak disjni ?
ST :Ade, awal awal dia sering kasih masukan , karena dia udah lama juga.
S :Kalo ada waktu luang sama temen-temen ngobrolin apa aja ?
ST :Ngobrolin masalah gitu, coba kalo kita bukan disini mungkin lebih parah,
bersyukurlah ada disini.
S :Pernah kut atau dikasih pelatihan ? misalnya dari BNN ?
ST :Belum.
S :Pernah ada rasa ingin buat kabur gak selama di tempat rehab ?
ST :Awal ada, yaa tetep ada buat dobrak pintu, pintu kadang ke buka, yang
jagain orang, orangnya makannya sama, masa gak bisa.
S :Perndapat bro tentang keluarga ? keluarga tuh apa sih ?
ST :Yaa, keluarga jelas penting setelah disini. Dulu mah boro-boro ituin
keluarga, pikirin keluarga, pikirannya pake pake aja.
S :Kenapa keluarga penting ?
ST :Perhatian kurang apa coba, perhatian keluarga, yaa udah tau make masih
di support,
S :Penting gak dukungan keluarga ?
ST :Penting,
S :Kenapa penting ?
ST :Kalo bukan keluarga siapa lagi.
S :Selama disini, perubahan yang dirasain apa aja ?
ST :Yaa itulah, fisik lebih sehat, yaa bangun tidur teratur makan tepat waktu,
kadang telat juga gak seperti dulu.
S :Kalo dari segi sikap atau perilaku ada perubahan gak ?
ST :Yaa jelas lebih sabar, yaa segala sesuatunya gak segampang apa kita di
luar. yaa yang jelas bersyukur aja lah, harus seadanya gtu, kadang kalo makanan
kan di luar bisa, kalo disini harus annaucement dulu,
S : Perubahan yang dirasain secara keagamaan?
lvi
ST : Yaa jelas sist, jadi lebih banyak berdoa, dulu gak pernah berdoa. Dulu
sholat boro-boro karena pergaulan temen. Paling magrib isya doang, disini sholat
teratur.
S : Sekarang masih ada pikiran buat pake lagi gak?
ST :Ya kalo sekarang gak ada, Cuma gak tau lah yaa. Kita harus liat
kebelakangnya kalo kita make lagi. Yang jelas masih ada.
S :Harapan kedepannya nih ?
ST : Bisa ikutin pemulihan, itu aja dulu. Iya jangan make lagi. Gak usah
banyak-banyaklah harapannya.
ST :Kalo pemake tuh sist, pengennya di rangkul sama keluarga. Orang tua tuh
sampe bialng jangan kasih duit sama barang ke ST, tapi kalo buat barang-barang
gitu pasti ada aja jalannya buat dapet.
ST :Saya di tangkep, awalnya sih kaget kirain bukan suruhan orang tua wah
beneran emang ke tangkep, setelah disini aja tau. Tau suruhan orang tua.
Istilahnya orang tua gak sedikit ngeluarin uang buat itu, ngasih uang ke polisi,
pasti gak sedikit. Pas ke tangkep gak ada barang bukti Cuma tes urin doang, itu
juga gak di urin, di tangkep. Awalnya kan pamit di rumah tapi gak di bolehin
orang tua suruh di rumah aja, saya kan mau ke bandung tapi mampir dulu ke
purwakarta ambil barang baru setelah make ke bandung. Trus minum, kalo di luar
kota suka minum buat gaya-gaya doang. Apasih enaknya mabuk pusing sakit,
muntah, ya tapi sekarang mikirnya kaya gitu, kalo dulu mana ada pikiran gtu.
S :Pas pertama masuk kesini gimana kondisi badan, kan gak make lagi tuh ?
ST :Yaa saya tidur terus selama seminggu, baru setelah itu ada istilah nangis,
iyalah bisa nangis wajarlah udah hilang sih yaa. Pas pertama masuk ikutin
kegiatan sama kaya yang lain tapi gak fokus kaya mereka, kalo yang lain kan udah
lama. Baru abis make saya di tangkep.
ST :Sia sia kalo relaps sekarang, udah dua bulan belom kuat kok masih ada
sekarang rasa pengen masih ada, soalnya kan gak ada obatnya kan sist, hanya
memulihkan. Apalagi kalo kita punya masalah, aduuh. Baru semalem dikasih tau
sist buat ojt. Orang tua sih pengennya saya pulang tapi saya pengennya ojt aja
nanggung, pas mingu kemarin saya minta ojt sama orang tua. Tapi sebenernya
dari kemarin sih mau tanya ke sist tapi takut di kiranya menggebu-gebu. Akhirnya
tanpa sepengetahuan saya di setujuin. Pasti orang tua mikirin, orang tua apa sih
yang enggak. Saya nih sist, kalo di itung buat saya aja nih, idih.. tapi orang tua
gak marah gak apa, coba kalo kita diambil uangnya sedikit aja pasti marah. Dari
kecil saya ke tangkep polisi, tebus lagi tebus lagi. Saya pernah ke tangkep dua
kali, penjara sekali bareng aril di bandung, di penjara 1 bulan 15 hari, main
kejaksaan main hakim, uangnya kan gak kecil, uang orang tua ST coba. Tapi dia
gak pernah ngeluh, uangnya abis coba.
lvii
Nama : TT (inisial)
Status : Tante TA
Tanggal Wawancara : 2 Oktober 2018
S :Permisi tante, perkenalkan saya sekar mahasiswa sosiologi uin Jakarta,
kebetulan saya sedang melakukan penelitian disini, dan saya mau wawancara
tante buat data.
TT :Maksud kamu apa saya gak ngerti,
S :Saya mau wawancara tante buat bahan skripsi saya tante, nanti kalo ada
pertanyaan yang menurut tante privasi gak papa gak dijawab.
TT :Saya gak ngerti deh, mau kamu apa
S :Iyaa, saya mau Tanya tentang TA dari sisi keluarga. Menurut tante sosok
TA seperti apa di keluarga ?
TT :Ponakan aja.
S :Gimana tan sosok TA di keluarga apa hangat atau..?
TT :Biasa aja
S :Tante sering gak untuk jenguk TA ?
TT :Sering.
S :Berapa kali dalam sebulan ?
TT :Gak tentu
S :Biasanya kalo tante kesini ngobrol sama TA yaa.
TT :Sebentar
S :Biasanya ngobrolin apa aja tan ?
TT :Gak tau, apa yang di Tanya aja.
S :Tante sering ngasih nasihat atau support gak buat TA selama menjalankan
rehab disini ?
TT :Yaa kan dia udah dewasa
S :Tapi kan pasti tante kayak kasih semangat, biar TA bisa pulih juga gitu.
TT :Yaa biasa
S :Harapan tante buat TA untuk kedepannya seperti apa ?
lviii
TT :Yaa semoga seperti biasa aja
S :Tante kalo kesini sendiri aja kalo ngejuk TA ?
TT :Kadang bawa sodara juga
S :Kalo di rumah tante sering ngobrol atau diskusi bareng TA gak ?
TT :Saya gak serumah sama TA
S :Tapi kalo biasanya ketemu ..
TT :Saya gak pernah ketemu.
S :Apa alasan tante mau menjenguk TA disini ?
TT :Ponakan.
S :Apa ada hal lain tan ? pasti tante sayang sama TA?
TT :Biasa aja.
S :Yaudah terimaksih yah tan udah mau di wawancara.
lix
Nama :Andre (A)
Status : ketua program atau wakil ketua yayasan
Nama : Ibu Silvana
Status : Ketua Yayasan
Tanggal Wawancara :16 Oktober 2018
Keterangan :
S : Sekar (peneliti)
Pertanyaan :
Kerja sama Sahabat Foundation dengan instansi terkait ?
Hubungan Sahabat Foundation dengan Keluarga ?
A :Beberapa ada keluarga yang kalo bisa ketemu, kalo kita gak bisa ketemu
yaudah, karna menghubunginya kita kemana tuh gak tau.
S :Saya melihat ada perbedaan antara YD sama TA, TA yang udah 6 bulan
bisa pulang sedangkan YD yang udah 8 bulan belum pulang, itu gimana yaa bro ?
A :Pertama mereka dari tang kepan polisi, satu keluarganya TA sendiri
berkooperatif ke yayasan dan ke pihak kepolisian dan emang dari awal sudah
mengatakan mengambil sesuai program. Sementara keluarga YD sendiri sampai
detik ini kita suruh dating malah menghilang. Jadi kita menunggu proses
penjemputan keluarganya. Jadi kalo kita tau keluarganya gak dateng terpaksa,
justru kita terpaksa gitu, karna kita udah menghubungi berberapa kali gak ada
jawaban. Balik lagi ke keluarganya, kecuali dateng kesini full gak ada
keluarganya, gak pernah nongolin muka sekali.
S :Keluarga TA apalagi tantenya ketika wawancara sama saya agak gak
suka,
A :Nah itu bedanya, karena dia gak ada niat masukin rehab, masuk kesini
kan karna ke tangkep. Itu bedanya, makanya kita punya PR besar, beda sama
orang tua yang bawa anaknya, kaya ST. Kita bisa komunikasi dua arah, dia juga
punya kesenangan untuk bertanya, kalo ini maj sebodoamat. Dia tau 6 bulan
waktunya, baik gak baik gak urusan saya,kalo waktunya pulang yaa pulang.
Begitu juga dengan yang lain. Orang tuanya sabit sehari 2 kali bisa komunikasi by
phone sama kita. Keluarga Sabit masih takut sama sabit, takut dia minta pulang.
A :Untuk kamunikasi ST dengan kelurga kita kasih time prime juga kita ga
kasih gtu.
S :Trus berapa waktunya untuk bisa komunikasi sama keluarganya ?
lx
A :Tergantung orangnya, tapi biasanya setelah satu bulan baru kita over view
untuk bisa apa enggak. Kalo sebelum satu bulan pasti dia minta pulang. Untuk
menghindari itu makanya kita buat regulasi.
A :Kita belum kemensos, kita BNN. Kita ngambil kemensos tapi belum
dapet mungkin tahun depan, baru verifikasi aja mereka kesini ngecek. Jadi
kebutuhan mereka dari kita. Makanya kita ngejar kemensos. Ada pelatihan sablon
dari BNN dateng kesini tapi setelah di luar terserah mereka. Kita gak bisa
menyediakan bahan sablon diluar. Kalo dari BNN Cuma kasih pelatihan tidak
secara materi, kalo Kemensos barusan ada secara materi tapi itu juga buat beli
untuk kebutuhan disini, misalnya alat sablon dan makan.
Wawancara via Whatapp
Tanggal Wawancara :27 Oktober 2018
Sekar: Maaf ganggu nih,Sist minggu kemarin sekar udah ngobrol sma bro andre
mengenai sekar mau wawancara orang tua sabit. Jd sekar mau tanya sma bro/sist,
orang tuanya sabit untuk minggu ini udah hububgin bro/sist apa belum yaa ?
Ibu Silvana : Pagiii... Klo orang tua ST agak susah di wawancarai.
Sekar : Jadi, kalo menurut sist yang bsa sekar wawancarai orang tua siapa
yah sist ?
Ibu Silvana : Utk saat ini blm ada
Ibu Silvana : Soalnya klo klien di kitanya kan tau sendiri, orang tuanya
malahan gak ada yg mendukung utk anak nya menjalankan rehabilitasi
Sekar : Kira2 kenapa yah sist, orangtua ST susah di wawancarai ?.
Ibu Silvana : Satu susah di wawancarai & agak tertutup.
Sekar : Begtupun dgn keluarganya yg lain yaah sist, kaya kaka nya atau
saudaranya
Ibu Silvana : Klo sm yg lain aku kan gak berhubungan kecuali orang tua ST.
Klo utk yg lain mana ada kel yg mendukung anak nya rehab. Yg ada spti yg udh
diceritakan kan, mereka aja gak ada yg mau dtg ke sahabat, skali nya dtg
ngamuk2 minta anaknya di pulangkan
Ibu Silvana : Agak susah, krn keadaan ekonomi makanya kel jg gak ada yg
peduli klo anak nya masuk rehab.
Sekar : Ooh gtu yaah sist, oke deh kalo orang tua sabit gak bsa di
wawancarai.
Sekar : Sist sekar mau tanya nih, kemarin lupa mau nanya sama bro.
Tanya via chat gakpapa yah sist
Ibu Silvana : Iyaa gpp
Sekar : Oh iya sist sekar mau tanya tentang keluarga AE sama HK
Ibu Silvana : Gak ada keluarga nya
Ibu Silvana : Istrinya AE pernah dtg
Sekar : Keluarganya susaj dihubungi yaa ?
Ibu Silvana : Cm minta AE nya pulang
Ibu Silvana : Istrinya ade gak ada hp
Ibu Silvana : Kel nya HK jg gak ada no tlp nya
lxi
Sekar : Ooh gtu yah sist, Keluarganya HK pas pertama katanya pernah
dateng sist
Ibu Silvana : Iyaa istrinya
Ibu Silvana : Kan aku bilang... terus istrinya minta AE di pulangin
Ibu Silvana : Jd intinya kel mereka agak susah klo utk mendukung recovery
Ibu Silvana : Krn di satu sisi, kel pun kura edukasi ttg bahaya narkoba
Ibu Siliana : Di satu sisi lg mereka (klien) jg tulang punggung kel.
Ibu Silvana : Yg si klien itu sendiri terkadang mendapat penghasilan dr dia
ngambilin barang haram tsb. Dgn upah uang & pemakaian gratis
LAMPIRAN OBSERVASI
No Tanggal Observasi Observasi
1. 18 September 2018 Melihat dan mengikuti kegiatan yang dilakukan
oleh BNN Pusat ke para residen. Kegiatan ini
berupa pemberian materi tentang kenarkobaan dan
motivasi hidup.
2. 20 September 2018 Melihat dan mengikuti beberapa kegiatan untuk
mengetahui kegiatan sehari-hari terkhusus daily
activity para residen di tempat rehabilitasi.
Kemudian peneliti juga mengetahui peraturan yang
ada di Sahabat Foundation.
3. 25 September 2018 Dapat memahami setiap kegiatan yang dilakukan
para residen dan pendekatan dengan residen dalam
upaya membangun trust sudah mulai terbangun.
Sehingga peneliti sudah memulai memilih residen
yang akan dijadikan informan.
4. 27 September 2018 Melihat sikap dan perilaku yang dilakukan residen,
terkhusus dengan staff/konselor, seperti harus izin
ketika melakukan segala hal dan residen tidak
dibiarkan untuk menyendiri dan melamun ketika
ada waktu jeda istirahat.
5. 29 Oktober 2018 Melihat kegiatan yang dilakukan mantan pecandu
narkoba dari siang hingga sore hari. Siang hari diisi
dengan kegiatan pemahaman tentang kenarkobaan
dan sore hari merawat dan membersihkan hewan
pemeliharaan yang berada di Sahabat Foundation,
sehingga ketika para mantan pecandu narkoba ini
lxii
sudah keluar bisa memelihara hewan dengan
memanfaatkan waktu luang daripada menggunakan
narkoba kembali.
6. 1 Oktober 2018 Meskipun kegiatan yang dilakukan seperti daily
activity tetapi ada perbedaan dengan hari yang lain,
yaitu setiap hari senin ada pemeriksaan ruangan
para residen untuk melihat apakah ada peraturan
yang dilanggar oleh para residen.
7. 2 Oktober 2018 Memahami lebih mendalam setiap kegiatan dan
peraturan yang tidak tertulis. Serta melihat dan
memaknai interaksi antara residen dengan residen
dan residen dengan staff atau konselor diluar
kegiatan. Melihat interaksi yang dilakukan antara
mantan pecandu narkoba dengan kelurganya yang
sedang berkunjung untuk menjemput pulang.
8. 4 Oktober 2018 Mengikuti kegiatan aktivitas grup untuk melihat
dan memahami kegiatan grup.
9. 12 Oktober 2018 Mengikuti dan memahami Group creativity/Group
Therapy. Kegiatan ini dilakukan untuk membuat
semua residen bahagia dengan cara melakukan
permainan yang dibuat oleh staff atau konselor atau
permainan atas ide dari para residen. Setiap
permainan mempunyai makna dan akan menjadi
motivasi bagi para residen.
10. 5 November 2018 Melihat interaksi sesame mantan pecandu narkoba
lxiii
Lampiran Dokumentasi
lxiv