Download - Produktivitas Tanaman Teh
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
1/112
ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH
(Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN,
BATANG, JAWA TENGAH
Oleh
DHIAN SARASWATI
A34104066
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
2/112
RINGKASAN
DHIAN SARASWATI. Analisis Produkivitas Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. (Dibimbing olehISKANDAR LUBIS dan SUPIJATNO).
Produktivitas teh Indonesia saat ini masih tergolong rendah yaitu mencapai
sekitar 1 900 2 000 kg teh kering per hektar per tahun pada tahun 2007. Skala
tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara
penghasil teh lainnya, seperti Kenya yang mencapai 3 000 kg teh kering per
hektar per tahun. Bahkan pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai
1 478 kg teh kering per hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Hal inilah
yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia, sehingga
dibutuhkan analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas.
Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai
aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Kegiatan magang ini
diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui
penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan membandingkan ilmuyang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11
Februari 2008 sampai 10 Juni 2008. Kegiatan magang telah dilaksanakan di
Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.
Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja
sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan
pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Jenis data yang
digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan staf perusahaan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, seperti
produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian tempat,
curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir
(Januari 1998 sampai dengan Desember 2007).
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
3/112
Pengelolaan Kebun Pagilaran secara keseluruhan sudah cukup baik,
walaupun masih kurang optimal dalam beberapa hal. Seperti dalam pemeliharaan
kebun juga masih kurang intensif. Hal ini dilihat dalam pemberian pupuk yang
masih banyak terdapat kesalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektif
dalam pemberian pupuk. Selain itu kurangnya pelakanaan Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk setiap kepala bagian kebun.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas teh adalah ketinggian tempat,
curah hujan, umur tanaman, asal bahan tanam, serta tenaga pemetik. Ketinggian
optimum untuk pertumbuhan tanaman teh adalah 800 1 200, selain itu tanaman
teh tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi. Penggunaan bahan tanam stek
dapat meningkatkan produktivitas teh basah. Tanaman yang berumur tua masih
tetap dapat berproduksi dengan baik. Tenaga pemetik laki-laki menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi daripada tenaga perempuan, akan tetapi dalam
kualitas pekerja perempuan lebih tinggi daripada pekerja laki-laki. Selain faktor-
faktor tersebut pengelolaan kebun yang baik juga akan meningkatkan
produktivitas tanaman teh.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
4/112
ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH
(Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN,
BATANG, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Dhian Saraswati
A34104066
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
5/112
Judul : ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze)
DI PT. PAGILARAN,BATANG, JAWA TENGAH
Nama : DHIAN SARASWATI
NRP : A34104066
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr Ir Iskandar Lubis, MS Ir Supijatno, MSiNIP 131 471 380 NIP 131 578 789
Mengetahui,Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
6/112
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 31
Agustus 1985 dari pasangan Bapak Suratno dan Ibu Subiyanti. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis masuk pendidikan Taman Kanak-kanak Pertiwi Semarang, Jawa
Tengah pada tahun 1990. Sekolah Dasar pada tahun 1992 di SDN Kabluk 03-04
Semarang, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 1998. Lulus dari SMPN 2
Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2001. Lulus dari SMA Kesatrian 1 Semarang,
Jawa Tengah pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agronomi,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SPMB. Penulis mengikuti organisasi mahasiswa yaitu Badan
Eksekutif Mahasiswa tingkat Fakultas Pertanian (BEM A) selama dua tahun
berturut-turut yaitu 2005/2006 berada di departemen kesekretariatan dan
2006/2007 berada di departemen pendidikan.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
7/112
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,
Hidayat, dan Kasih Sayang-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan lancar yang berjudul
ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) DI PT.
PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Analisis ini didasari adanya
penurunan ekspor teh Indonesia ke negara lain yang semakin menurun tiap
tahunnya. Skripsi merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program
Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi produktivitas teh di PT Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Akhirnya
penulis hanya dapat bermohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang memerlukan.
Bogor, September 2008
Penulis
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
8/112
UCAPAN TERIMAKASIH
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, berkat dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS, dan Ir. Supijatno, MSi sebagai pembimbing I
yang telah memberikan nasehat, perhatian, dan masukan kepada penulis
sehingga memperlancar penyelesaian skripsi ini.
2. Ani Kurniawati, SP., MSi, sebagai pembimbing akademik.
3. Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai dosen penguji.
4. Bapak, Ibu, Duto, Ira tanpa kalian aku tidak akan sampai disini. Kalian
adalah segalanya.
5. Direksi PT. PAGILARAN yang telah berkenan memberikan ijin magang
kepada penulis di PT. PAGILARAN, Unit Produksi Pagilaran, Batang, Jawa
Tengah.
6. Ibu Ketut dan Bapak Harsoyo yang telah memberikan banyak bantuan
kepada penulis.
7. Ir. H. Tentrem Raharjo, selaku Pimpinan Kebun PT. Pagilaran, Unit
Produksi PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.
8. Bapak Haryoso Setiyo Utomo, Bapak Ujang Mahidi dan Bapak Eko
Purwadi selaku Kepala Bagian Kebun Pagilaran, Andongsili dan
Kayulandak yang dengan sabar selalu memberikan arahan kepada penulis di
kebun.
9. Supriyono, SP. selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan PT.
PAGILARAN, Batang, Jawa Tengah.
10. Bapak Subito, Bapak Riyadi, Bapak Purwanto, Bapak Sutunut, Bapak
Wiyanto, Ibu Sri Rahayu dan seluruh staf Bagian Litbang PT Pagilaran yang
sangat membantu penulis dalam melakukan magang.
11. Pak Nurhan dan keluarga, Ibu Ratmi, Mak surip dan keluarga, Pak
Sungkowo dan keluarga, Pak Girman, Pak Siwit, Pak Santo dan seluruh
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
9/112
warga Pagilaran atas keramahaanya dan kebaikannya penulis selama penulis
tinggal di Pagilaran.
12. Seluruh karyawan Pagilaran yang telah membantu penulis dalam melakukan
praktek di kebun.
13. Mbak Restu dan Hendro (Pagilaran-ers) teman seperjuangan selama kita
melakukan magang dalam suka maupun duka.
14. Indah (UNSOED), Ida (UNSOED), Ixa (UNISRI) dan Risdy (UNISRI)
walaupun sejenak kita kenal, tetapi serasa telah lama kenal.
15. Indra, Mudi, Diah (UNPAD 2003), Gita, Dhini, Enunk dan Rika (Q-erz)
yang pernah ada dalam empat tahunku.
16. Sari dan Rika (H4-ers) yang selalu bersama selama tiga tahun terakhir.
17. Nani, Nandini, Asti, Vv, Q-erz dan H4-ers (D Gandenkz) yang selalu
membuat hari-hariku tertawa.
18. Agronomi41 yang memberikan arti teman kepada penulis.
19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
memberikan dukungan kepada penulis.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
10/112
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv
PENDAHULUANLatar Belakang........................................................................................ 1Tujuan..................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKABotani Tanaman Teh ............................................................................. 4Syarat Tumbuh ...................................................................................... 5Budidaya Tanaman Teh ......................................................................... 6Pengolahan dan Produktivitas Teh ......................................................... 8
METODOLOGIWaktu dan Tempat.................................................................................. 10Metode Pelaksanaan ............................................................................... 10
KEADAAN UMUMSejarah .................................................................................................... 12Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim................................................. 13Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................... 14Bidang Usaha.......................................................................................... 15
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN
Pembibitan ............................................................................................. 17Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)........................... 22Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) ......................................... 27Pemetikan .............................................................................................. 35Pengolahan ............................................................................................. 38Pemeriksaan Teh .................................................................................... 46
PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUNStruktur Organisasi ................................................................................. 51Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan................................................... 53Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf ................................................. 54
Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Non Staf ......................................... 54HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketinggian Tempat ................................................................................. 60Curah Hujan............................................................................................ 62Umur Tanaman ....................................................................................... 65Bahan Tanaman ......................................................................................67Jenis Klon ............................................................................................... 68Tenaga Kerja .......................................................................................... 68Populasi Tanaman................................................................................... 71Produktivitas Antar Bagian Kebun ........................................................ 72
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
11/112
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan ............................................................................................ 77Saran ...................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79
LAMPIRAN..................................................................................................... 81
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
12/112
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya..... 14
2. Jumlah dan Fungsi Alat Penggilingan serta Sortasi Basah ................. 40
3. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran........................................ 44
4. Densitas Teh Hitam PT Pagilaran........................................................ 44
5. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk Halus dan KasarBulan Februari 2008 PT Pagilaran....................................................... 47
6. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk, Batang danTingkat Kerusakan Bulan Februari 2008 PT Pagilaran ....................... 47
7. Jumlah Tenaga Kerja Unit Produksi PT. Pagilaran ............................. 53
8. Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun di PT Pagilaran ............... 59
9. Perbandingan Produktivitas Teh Kering dan Basah PT Pagilaran....... 60
10. Analisis Deskriptif Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun(1998-2007) PT Pagilaran.................................................................... 60
11. Hubungan Ketinggian Tempat dengan Produktivitas Teh Basah........ 61
12. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan ProduktivitasTeh Basah per Tahun Selama 10 Tahun Terakhir................................ 63
13. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan ProduktivitasRata-rata Teh Basah per Bulan Selama 10 Tahun Terakhir................. 64
14. Hubungan Umur Tanaman dengan Produktivitas Teh Basahper Tanaman Teh ................................................................................. 65
15. Hubungan Tahun Tanam dan Bahan Tanam dengan ProduktivitasTeh Basah Rata-rata per Tahun Selama 10 Tahun............................... 66
16. Hubungan Tenaga Kerja Pemetik dan Produktivitas Teh BasahBagian Kebun Pagilaran Bulan Desember Selama 7 Tahun................ 69
17. Hubungan Produktivitas Teh Basah dengan Populasi Tanaman Teh .. 71
18. Produktivitas Teh Basah Antar Bagian KebunSelama 10 Tahun Terakhir ................................................................... 73
19. Perbedaan Faktor Produktivitas Teh BasahTiap Blok Selama 10 Tahun................................................................. 74
20. Perbedaan Faktor Klon dan Tahun Tanam Setiap Bagian Kebun. ...... 75
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
13/112
Nomor Halaman
Lampiran
1. Jurnal harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran ................................. 82
2. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM)dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran........................... 86
3. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM)dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak....................... 89
4. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM)dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili ........................ 90
5. Hubungan Klon dengan Rata-rata Produksi Teh Basah per Tahun ..... 91
6. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1997 - 2007 ................. 94
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
14/112
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Bekong untuk Bibit Stek ............................................................. 18
2. Naungan dan Sungkup di Pembibitan ......................................... 19
3. Single Node Cutting .................................................................... 19
4. Penataan Stek pada Bekong ........................................................ 20
5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi ........................................ 20
6. Jarak Tanam double row ............................................................. 25
7. Pemupukan Daun ........................................................................ 30
8. Lahan yang Telah Dipangkas ...................................................... 31
9. Pangkasan Jambul ....................................................................... 33
10. Withering Trough ........................................................................ 38
11. PCR (Press Cup Roller) .............................................................. 40
12. OTR (Open Top Roller) .............................................................. 40
13. Skema Alur Penggilingan............................................................ 41
14. Contoh PGL-Form-10-01............................................................ 50
15. Grafik Hubungan antara Populasi denganProduktivitas Teh Basah.............................................................. 72
Lampiran
1. Peta Perkebunan PT Pagilaran .................................................... 95
2. Struktur Organisasi Unit Produksi PT Pagilaran......................... 96
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
15/112
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies,
terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada daerah diantara 30 lintang
utara dan 30 lintang selatan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Tanaman teh
(Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) dikonsumsi sebagai minuman penyegar karena
mengandung zat katekin dan kafein seperti halnya kopi. Tanaman teh berasal dari
pegunungan Assam, daerah pegunungan India yang berbatasan dengan Republik
Rakyat Cina dan Burma (Siswoputranto, 1978).
Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar 1 900 2 000 kg teh
kering per hektar per tahun pada tahun 2007. Hasil produktivitas tersebut masih
tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara penghasil teh lainnya,
seperti Kenya yang mencapai 3 000 kg teh kering per hektar per tahun. Bahkan
pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai 1 478 kg teh kering per
hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia.
Berdasarkan data Dirjen Perkebunan Indonesia Departemen Pertanian, pada tahun
2001 ekspor teh Indonesia ke mancanegara masih sebesar 107 144 ton, dengan
nilai ekspor mencapai US$ 112.5 juta. Namun pada 2002, volume dan nilai ekspor
tersebut turun masing-masing menjadi 100 184 ton dan US$ 103.4 juta. Begitu
pula yang terjadi ditahun berikutnya, volume ekspor teh nasional hanya mencapai
88 894 ton dengan nilai ekspor US$ 95 juta. Pada tahun 2004 keadaan membaik
dengan kenaikan volume menjadi 98 572 ton dan nilai ekspor US$ 116 juta.
Prestasi serupa juga dialami pada tahun 2005 dengan volume 102 389 ton (US$
121.7). Tetapi pada tahun 2006 ekspor teh mengalami penurunan kembali menjadi
90 000 ton, dengan nilai ekspor dibawah US$ 100 juta (Direktorat Jendral
Perkebunan, 2007).
Rendahnya produktivitas Indonesia disebabkan lambatnya peremajaan
tanaman dan tidak optimalnya pengelolaan perkebunan teh. Akibatnya, mutu
tanaman teh Indonesia kalah bersaing dengan produk teh yang diekspor dari
sejumlah negara kompetitor, dengan demikian itu perlu meningkatkan
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
16/112
produktivitas teh Indonesia melalui pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Agar Indonesia dapat memegang
posisi penting dalam komoditi teh di dunia (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
Tujuan
Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai
aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mahasiswa
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Dengan kegiatan
magang ini mahasiswa agar mampu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan melalui penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan
membandingkan ilmu yang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
17/112
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, pada tahun
1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi koleksi tanaman Kebun Raya di
Bogor, dan pada tahun 1827 ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa
Barat. Jenis Teh yang masuk ke Indonesia (Jawa) Assam berasal dari Sri Lanka
(Ceylon). Masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman
teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di
Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun
perkebunan teh di daerah Simalungan, Sumatra Utara (Pusat Penelitian Pekebunan
Gambung, 1992).
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan. Di
Pegunungan Assam, teh ditanam pada ketinggian lebih dari 2 000 m dpl.
Perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim
sejuk, meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan
memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh
semakin tinggi mutunya (Siswoputranto, 1978).
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh. Tanaman teh umumnya
dapat dipetik daunnya secara terus menerus setelah umur 5 tahun. Pemeliharaan
yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40
tahun. Oleh karena itu perkebunan teh selalu memperoleh pemupukan secara
teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pangkasan secara
baik, mendapat curah hujan yang cukup. Perkebunan teh perlu diremajakan
setelah tanaman-tanaman tehnya berumur 40 tahun keatas. Cara pemetikan daun
dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan mutu teh yang dihasilkan
(Siswoputranto, 1978). Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas
teh kering yang dihasilkan.
Perolehan hasil daun yang tinggi, perkebunan teh kini mengutamakan
hanya tanaman-tanaman teh klon-klon unggul. Klon merupakan bahan tanaman
vegetatif yang digunakan untuk pembiakan dengan cara stek (Setyamidjaja, 2000).
Klon mampu memberi hasil berlipat dibanding dengan tanaman teh asli yang
berasal dari biji. Pada berbagai negara telah dilakukan usaha untuk menemukan
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
18/112
klon-klon unggul, untuk meningkatkan produktivitas teh. Misalnya di India pada
tahun 1934 1938 hasil yang dicapai sekitar 580 kg/ha. Hasil ini kemudian
ditingkatkan mencapai 960 kg/ha (tahun 1955 1957), dan kini mencapai hasil
rata-rata sekitar 1 125 kg/ha. Di Sri langka hasil dari 460 kg/ha menjadi 760
kg/ha, dan sekarang mencapai 900-950 kg/ha dan masih banyak lagi negara yang
menggunakan penelitian mutakhir (Siswoputranto, 1978).
Botani Tanaman Teh
Tanaman Teh dengan nama latin Camellia sinensis, yang masih termasuk
keluarga Camelia. Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama
telah dikenal dalam peradaban manusia. Dalam botani teh termasuk akar, daun,
bunga, dan buah (Puslitbun Gambung, 1992) .
Tanaman teh secara umum berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik
tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Kebanyakan perdu
mempertahankan akar tunggang sedalam 90 cm 150 cm dengan diameter sekitar
7.5 cm. Pertumbuhan akar lateral, penyebarannya dibatasi oleh perdu di dekatnya.
Perdu yang ditanam dengan jarak 120 cm, dipangkas dan dipetik, setelah 4 tahun
ujung akarnya saling bertemu (Setyamidjaja, 2000).
Pertumbuhan daun pada semaian (seedling) atau stek (cutting) dimulai dari
poros utama dan duduk secarafilotaksisberselang seling. Ranting dan daun-daun
baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau,
berbentuk lonjong, ujungnya runcing, tepinya bergerigi. Daun-daun baru yang
mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang
terbentuk sesudahnya. Besarnya daun berkisar antara 2.5 cm-25 cm, tergantung
varietasnya. Pucuk dan ruas daun tanaman teh berambut. Daun tua berteksturseperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja,
2000).
Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga teh
sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri
menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik
(calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan
mahkota, berwarna putih halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
19/112
Tangkai sari panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar,
menonjol 2 mm 3 mm ke atas. Putik mempunyai rambut 3 5 helai. Hanya
sekitar 2 % dari keseluruhan bunga pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji.
Penyerbukan buatan (artificial pollination) hanya meningkatkan jumlah buah
sampai 14 % (Setyamidjaja, 2000).
Buah yang masih muda, berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal.
Mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya
berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan
datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon (cotyledone) besar, yang jika
dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji
mengandung minyak dengan kadar yang tinggi (20 % berat biji) (Setyamidjaja,
2000).
Syarat Tumbuh
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) berasal dari daerah
subtropis, karena itu di Indonesia teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan.
Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah iklim
dan tanah.
Faktor iklim sangat berkaitan erat dengan tinggi tempat (elevasi). Suhu
udara yang baik bagi tanaman teh ialah suhu harian yang berkisar antara 13 - 25
C yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada
siang hari tidak kurang 70% (Pusat Penelitian Gambung, 1992).
Menurut Setyamidjaja (2000) curah hujan tahunan yang diperlukan untuk
tanaman teh adalah 2 000 mm 2 500 mm, dengan jumlah curah hujan pada
musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm/bulan. Tanaman tehmerupakan tanaman yang tidak tahan pada kekeringan. Sinar matahari
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman teh karena sinar matahari mempengaruhi
suhu, makin banyak sinar matahari maka suhu udara makin tinggi. Daerah
pertanaman tanaman teh umumnya pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas
permukaan air laut (dpl). Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian
antar 400 m sampai 1 200 m dpl. Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di
atas 1 500 meter dpl, sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
20/112
(night frost). Berdasarkan ketinggian tempat tanaman teh dibedakan menjadi
dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl, dataran sedang dengan
ketinggian 800-1 200 m dpl dan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1 200
m dpl.
Menurut Setyamidjaja (2000) tanah yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan
organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4.5
6.0. Sifat-sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah: solum cukup
dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur sedalam
mungkin, mampu menahan air, memiliki kandungan hara yang cukup. Di
Indonesia jenis utama yang digunakan untuk perkebunan teh adalah tanahAndosol
(di pulau Jawa pada ketinggian 800 m dpl.) dan tanah Podsolik (Sumatra).
Pemupukan nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA, sehingga tanah tetap
dalam kondisi asam. Unsur hara dalam abu daun teh yang terdapat dalam jumlah
yang besar (makro) adalah: kalium 1.75% - 2.25%, fosfor 0.30% - 0.50%, kapur
0.40% - 0.50%, magnesium 0.20% dan belerang 0.10% - 0.30% dari berat kering.
Budidaya Tanaman Teh
Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan
merupakan titik kritis yang menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalam
menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk
menggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50
tahun.
Penyediaan bahan tanaman (pembibitan) pada budidaya teh dapat
dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer,karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan
tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah
berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (Pusat
Penelitian Gambung). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif
seperti pemupukan pemberantasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan.
Pada pelaksanaan penanaman bibit teh, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam,
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
21/112
teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang diperlukan. Jarak
tanam antar barisan tanaman 120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60
cm 90 m. Pengajiran adalah memasang ajir pada tempat-tempat yang akan
ditanami bibit teh, sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Ukuran
lubang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 cm 30 cm 40 cm,
sedangkan untuk bibit stek dalam Polybag adalah 20 cm 20 cm 40 cm.
Tanaman pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon
pelindung sementara seperti Theprosia sp. atau Crotalaria sp. dan pohon
pelindung tetap seperti Gliricidia maculata (Setyamidjaja, 2000).
Budidaya selanjutnya seperti pemeliharaan diantaranya pemangkasan,
pemupukan, pengelolaan dan pengawetan tanah, pengendalian hama dan penyakit
serta pengendalian gulma. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan produksi,
memperbaiki bidang petik dan memperbaiki kondisi tanaman yang terserang hama
dan penyakit. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang
terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. Gilir pangkas dibedakan berdasarkan
ketinggian tempat yaitu pada dataran rendah dilakukan 3 tahun sekali sedangkan
dataran tinggi dilakukan 4 tahun sekali. Waktu pangkasan yang baik adalah pada
saat kandungan pati lebih dari 12 %. Waktu terbaik untuk pemangkasan
perkebunan di pulau jawa adalah bulan April-Mei (akhir musim hujan) dan
Sepetember-Oktober (awal musim hujan) (Tobroni dan Adimulya, 1997).
Jenis pangkasan yang sering dilakukan diantaranya pangkasan kepris yaitu
menurunkan dan meratakan bidang petik, pangkasan bersih yaitu menurunkan
bidang petik dan memangkas semua cabang dengan diameter lebih dari 1 cm,
pangkasan jambul merupakan pangkasan yang menyisakan 2 cabang yang
berdaun 50-100 lembar. Selain itu juga jenis pangkasan lainnya yaitu pangkasanindung merupakan pangkasan pertama, pangkasan bentuk dengan tujuan
membentuk bidang petik agar lebar, pangkasan tengah bersih hampir sama dengan
pangkas bersih tapi hanya bagian tengah saja, pangkasan dalam adalah
memperbaiki dan memperbaharui bidang petik yang kurang baik, pangkasan leher
akar yaitu pangkasan berat yang dilakukan pada leher akar atau disebut dengan
pangkasan rejuvenasi (Tobroni dan Adimulya, 1997).
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
22/112
Ranggas (cabang sisa pangkasan) diletakkan diatas bekas luka pangkasan
untuk mengurangi sengatan matahari secara langsung pada cabang yang terbuka
selama 3-5 hari (Vadumencum Budidaya teh, 1993). Setelah itu ranggas
dibenamkan ke dalam tanah, dan dilakukan gosok lumut agar tidak menghambat
pertumbuhan tunas baru (Tobroni dan Adimulya, 1997).
Pemetikan merupakan ujung tombak produksi, dalam budidaya teh.
Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara
keseluruhan. Menurut Setyamidjaja (2000) pemetikan adalah pekerjaan
memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk
kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi
perdagangan. Jenis pemetikan diantaranya petikan jendangan, gendesan dan
produksi. Petikan jendangan dilakukan pertama setelah pangkasan sekitar 3-4
bulan setelah pangkas. Tujuan dari petikan jendangan adalah membentuk daun
pemeliharaan. Petikan gendesan dilakukan sebelum tanaman dipangkas sekitar 1-2
minggu. Tujuan dari petikan ini adalah untuk mengurangi kehilangan produksi
akibat pemangkasan. Petikan produksi merupakan pemetikan yang dilakukan
untuk produksi. Petikan ini dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu
dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali.
Menurut Tobroni dan Adimulya (1997) daur petikan merupakan jangka
waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari.
Daur petik juga disebut gilir petik dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian
tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Berdasarkan ketinggian gilir petik dibagi
menjadi dua yaitu dataran tinggi dengan gilir petik 10-12 hari dan dataran rendah
dengan gilir petik 9-10 hari.
Pengolahan dan Produktivitas Teh
Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh. Pengolahan daun teh
dimaksudkan mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali,
sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang baik dan
disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari tiga kelompok
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
23/112
yaitu substansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin dan mineral), substansi
aromatik dan enzim-enzim.
Pengolahan daun teh menghasilkan tiga jenis teh yang berbeda dan tidak
dapat dicampurkan satu dengan lainnya dalam pemasarannya. Tiga jenis teh
tersebut ialah : teh hitam, teh hijau dan teh oolong (Siswoputranto, 1978).
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu
sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) serta sistem CTC
(Crushing Tearing Curling). Sistem orthodox yang banyak dilakukan adalah
sistem Orthodox rotorvane yang terdiri dari beberapa tingkat kegiatan yaitu :
penyediaan pucuk daun segar, pelayuan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi,
pengeringan, sortasi kering, serta pengemasan. Sedangkan untuk teh hitam sistem
CTC terdiri dari penyediaan bahan baku, pelayuan, ayakan pucuk layu, gilingan
persiapan, gilingan CTC, fermentasi, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan
(Setyamidjaja, 2000).
Pengolahan teh hijau lebih sederhana dari teh hitam. Teh hijau merupakan
pucuk daun muda tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses fermentasi.
Tahapan-tahapan kegiatan berikut : pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi
dan pengemasan (Setyamidjaja, 2000).
Teh oolong dapat digolongkan sebagai mutu antara teh hijau dan teh
hitam, karena memperoleh sedikit proses fermentasi. Berbeda dengan proses
pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong daun-daun teh yang telah
dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas api atau udara panas,
difermentasikan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke mesin-mesin pengiling
dan akhirnya dikeringkan (Siswoputranto, 1978).
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
24/112
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11
Februari 2008 sampai 10 Juni 2008, di Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa
Tengah.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja
sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan
pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan.
Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah
pekerjaan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian gulma,
pemupukan, pemanenan dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak
perkebunan. Selain itu selama menjadi KHL juga melaksanakan hal-hal sebagai
berikut : menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan,
serta target luasan yang akan dikerjakan oleh pekerja.
Pekerjaan yang dilakukan oleh penulis pada saat berstatus sebagai
pendamping mandor adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang
meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan
serta mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
Pada saat menjadi pendamping asisten afdeling bertugas dan bertanggung
jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling,
membuat laporan asisten afdeling, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP), mempelajari manajerial tingkat kebun dan
membuat jurnal harian.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan
staf perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan,
seperti produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian
tempat, curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir
(Januari 1998 sampai dengan Desember 2007). Tabel data curah hujan disajikan
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
25/112
pada Tabel Lampiran 6. Data sekunder dari perusahaan tersebut kemudian diolah
untuk kemudian dianalisis. Pemilihan faktor-faktor yang dianalisis berdasarkan
kelengkapan data yang tersedia di kebun. Selain dari perusahaan, data sekunder
juga diperoleh dari bahan pustaka baik dari perusahaan maupun instansi yang
terkait, seperti Biro Statistik dan PPTK Gambung.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
26/112
KEADAAN UMUM
Sejarah
Seorang warga Belanda bernama E. Blink merintis pembukaan hutan di
daerah Pagilaran pada tahun 1840 yang digunakan untuk budidaya kopi dan kina.
Ternyata daerah ini tidak cocok untuk tanaman kopi dan kina menyebabkan kedua
tanaman tersebut mulai diganti dengan tanaman teh pada tahun 1880. Keadaan
iklim dan lingkungan yang cocok menyebabkan teh dapat tumbuh subur dan
menghasilkan produksi yang lebih baik daripada kopi dan kina.
Perkembangan perkebunan ini dikelola oleh sebuah maskapai Belanda
yang berkedudukan di Semarang. Perusahaan ini mulai berkembang sangat pesat
dan perluasan areal pun terus dilakukan. Tahun 1920 terjadi kebakaran besar
yang menghancurkan pabrik sehingga Belanda mengalami bangkrut. Tahun 1922
perkebunan ini dibeli dan dibangun kembali oleh pemerintahan Inggris di bawah
perusahaan yang bernama P & T Land's (Pamanukan and Tjiasements Lands).
Sejak saat itu mulai digunakan sarana kabel untuk mempermudah pengangkutan
pucuk teh dari kebun produksi ke pabrik.
Saat Jepang menguasai Indonesia, pabrik dan sebagian besar perkebunanteh di Pagilaran dirusak kemudian ditanami dengan tanaman pangan untuk
memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang saat perang Asia Timur Raya. Tahun
1945 Indonesia dapat menguasai perkebunan teh tersebut, tetapi pengelolaan
pabriknya masih dilakukan oleh pemerintahan Inggris sampai berakhirnya Hak
Guna Usaha (HGU) pada tahun 1964 dan kembali diambil alih oleh pemerintahan
Indonesia.
Tanggal 23 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia perkebunan diserahkan
kepada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan tujuan ikut
melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian) dan statusnya diubah menjadi PN Pagilaran oleh Surat Keputusan
Menteri Pertanian dan Agraria dengan No. SK/II/6/Ka-64 tanggal 8 Februari
1964.
Tanggal 1 Januari 1973 PN Pagilaran diubah statusnya menjadi PT
Pagilaran Perusahaan Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Pagilaran
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
27/112
dengan seluruh sahamnya dimilki oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian
UGM Yogyakarta. Tanggal 5 Mei 1977 mendapat tambahan areal Segayung Utara
dengan SK. No. 14/HGU/DA/77. PT Pagilaran sebagai perusahaan swasta yang
bergerak dibidang perkebunan menjadi tempat penelitian ilmiah bagi mahasiswa
dan dosen serta pengemban misi melaksanakan pembangunan subsektor
perkebunan yang ditetapkan pada tanggal 28 Juni 1983 dengan SK No.
15/HGU/DA/83, selanjutnya Menteri Pertanian dengan surat No.
KB.340/97/Mentan/1985, menugaskan kepada PT Pagilaran untuk menjadi
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Lokal Teh Jawa Tengah pada tanggal 21 Januari
1985.
Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim
PT Pagilaran berlokasi di lereng pegunungan Kemulan, yaitu di sebelah
utara pengunungan Dieng, 36 km tenggara kota Batang, tepatnya di Desa
Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.
Perkebunan ini terletak pada ketinggian 700-1 600 meter dpl, dengan topografi
berbukit-bukit sehingga untuk meminimalkan terjadinya erosi yang berakibat
terkikisnya lapisan top soil maka di perkebunan ini perlu dilakukan terasering.
PT Pagilaran terletak di Dukuh Pagilaran ini berjarak + 1.5 km dari Desa
Keteleng dan + 10 km dari Kecamatan Blado dan jarak dengan kota Kabupaten +
40 km serta jarak dengan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) + 100 km.
Perkebunan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Keteleng, Kecamatan Blado,
Kawedanan Bandar, Kabupaten Batang, Karesidenan Pekalongan.
Batas-batas wilayah PT Pagilaran, yaitu: Sebelah utara adalah Desa
Kalisari, Dukuh Njono, Dukuh Prejengan. Sebelah timur yaitu Desa Ngadirejo,Dukuh Pringombo, Dukuh Wonokerto dan Desa Plecet. Sedangkan sebelah
selatan adalah Desa Sijeruk, Dukuh Kayulandak. Dan sebelah Barat adalah Dukuh
Andongsili, Desa Kembang Langit.
Jenis tanah di kebun pada ketinggian 1 000 meter dpl ke atas didominasi
tanah Andosol, sedangkan pada ketinggian kurang dari 1 000 meter dpl
didominasi tanah latosol. Tanah Andosol berwarna kekuning-kuningan, dengan
tekstur geluh dan berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
28/112
daya mengikat air yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah
diolah, permeabilitas (peresapan air) tinggi dan pH tanah yang rendah (4.5 6).
PT Pagilaran mempunyai pos pengamatan curah hujan tapi hanya satu
yaitu di afdeling Pagilaran. Dulu PT Pagilaran juga memiliki stasiun pengamatan
suhu dan kelembaban, akan tetapi stasiun ini hilang karena dicuri warga sekitar.
Data curah hujan selama 10 tahun terakhir (1998-2007) dapat dilihat pada Tabel
Lampiran 6. Curah hujan 3 000-6 000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan
sebanyak 280-300 hari/tahun. Suhu udara di sekitar perkebunan berkisar antara
15-28oC, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 70-98%.
Luas Areal dan Tata Guna LahanLuas areal perkebunan unit produksi Pagilaran secara keseluruhan adalah
1 115.038 ha dengan 3 afdeling : Kebun Pagilaran, Kebun Kayulandak dan Kebun
Andongsili. Pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kebun
pagilaran merupakan kebun paling luas diantara 3 kebun yaitu 534.591ha.
Tabel 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya.
No Pemanfaatan LahanPagilaran
(ha)
Kayulandak
(ha)
Andongsili
(ha)
Jumlah(ha)
1 Tanaman TehTM 428.072 219.263 303.594 953.099TBM - 8.750 6.500 15.250Kebun Penelitian 2.170 - - 2.170Kebun Poliklonal 2,500 - - 2.500
Jumlah 432.742 228.013 310.094 970.849
2. Aneka TanamanKopi 7.980 7.250 - 15.230Cengkeh 58.060 - - 58.060Tanaman Percobaan 2.170 - - 2.170Kina - 10.550 - 10.550
Jumlah 68.210 17.800 - 86.010
3. Lain LainHutan belukar 8.019 - 6.290 14.309Jurang/Alur - 1.540 - 1.540Lapangan 1.174 1.000 0.816 2.990Emplasment, pabrikdan poliklinik
18.896 - - 18.896
Emplasement - 3.330 2.844 6.174Bak air - 0.100 - 0.100Makam 2.500 0.750 2.000 5.250Jalan Produksi 3.050 3,470 2.400 8.920
Jumlah 33.639 10.190 14.350 61.839
Jumlah Total 534.591 256.003 324.444 1 115.038
Sumber : Laporan bulanan tiap bagian kebun, April 2008
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
29/112
Areal konsesi dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama adalah areal tanaman
teh dengan luas 970.849 ha dan areal aneka tanaman dengan luas 86.010 ha, selain
itu terdapat areal emplasemen dan lain-lain dengan luas 61.839 ha. Pemanfaatan
areal PT Pagilaran dapat dilihat pada Tabel 1.
Bidang Usaha
PT Pagilaran memilliki beberapa bidang usaha antara lain Perkebunan teh,
coklat, kopi, cengkeh, kina dan kelapa dan perdagangan teh hitam dan teh hijau
ekspor maupun lokal. PT Pagilaran juga bergerak sebagai biro konsultasi dalam
penelitian dan pengembangan perkebunan dan bergerak dalam usaha pengadaan
bibit tanaman perkebunan (teh, kakao dan kopi).
PT Pagilaran berperan serta sebagai kebun inti dalam pelaksanaan proyek-
proyek pemerintahan dalam pengembangan perkebunan melalui pola PIR. Salah
satunya sebagai kebun inti dalam melaksanakan proyek PIR Lokal Teh Jawa
Tengah yang mencakup areal 3 000 ha. Selain itu juga sebagai kebun inti dalam
pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Kelapa Hibrida di Kabupaten Batang yang
meliputi areal 1 000 ha. PT Pagilaran juga berperan sebagai kebun inti dalam
pengembangan perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kulon Progo dan
pengembangan perkebunan Kakao rakyat di Kabupaten Wonogiri, pengembangan
perkebunan kopi Arabika di Kabupaten Wonosobo dan pengembangan
perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kendal. Terdapat juga sebagai kebun inti
dalam pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Banpres di Kabupaten Gunung
Kidul yang meliputi areal 3 000 ha.
Pada tahun 2003 PT Pagilaran memulai Pengembangan Agrowisata yang
meliputi pemandangan dan pesona hamparan kebun teh di ketinggian 700-1 600meter dpl, melihat proses pembuatan teh, paket kesenian daerah, fasilitas
penginapan dan transportasi keliling kebun, ruang sidang dan ruang pertemuan
dengan kapasitas 400 orang, lapangan olahraga tenis, badminton, sepakbola, bola
volley dan bilyard.
Pengolahan teh hitam dan teh hijau setelah pengolahan hasil kebun
lainnya, di PT Pagilaran mempunyai beberapa pabrik, yaitu: Pabrik Pagilaran,
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
30/112
Pabrik Kaliboja, Pabrik Sidoharjo, Pabrik Jatilawang, Pabrik Samigaluh dan
Segayung Utara.
Pabrik Pagilaran mengolah pucuk teh menjadi teh hitam dan teh hijau.
Pengolahan teh hitam maupun teh hijau untuk keperluan ekspor maupun lokal
dengan kapasitas 2 500 ton teh hitam per tahun dan 500 ton teh hijau per tahun.
Lokasi pabrik berada di Pagilaran, Kecamatan Blado Kabupaten Batang.
Pabrik Kaliboja mengolah pucuk teh segar menjadi teh hitam. Pabrik ini
mengolah pucuk dari kebun plasma dengan kapasitas 2 400 ton teh hitam per
tahun. Lokasi pabrik ini di Kaliboja, Kecamatan Paninggaran Kabupaten
Pekalongan.
Pabrik Sidoharjo mengolah teh hitam. Pabrik ini juga mengambil pucuk
dari kebun plasma Pengolahan pucuk berkapasitas 1 000 ton teh hitam per tahun
dan berlokasi di Sidoharjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Pabrik Jatilawang dengan pengolahan teh hitam. Pengolahan pucuk plasma
dengan kapasitas 1 000 ton teh hitam per tahun dengan lokasi di Jatilawang,
Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.
Pabrik Samigaluh mengolah pucuk teh menjadi teh hijau ekspor.
Pengolahan pucuk plasma dengan kapasitas 1 000 ton teh hijau per tahun dengan
lokasi di Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.
Terakhir adalah pabrik Segayung Utara, yaitu pengeringan biji coklat
dengan kapasitas 150 ton per tahun dengan lokasi di Sumbang jati Kecamatan
Tulis, Kabupaten Batang.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
31/112
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN
Pembibitan
Pembibitan di PT. Pagilaran hanya terdapat di Afdeling Pagilaran. Sedang
di Afdeling Kayulandak dan Andongsili tidak terdapat areal pembibitan. Dengan
demikian seluruh bibit diambil dari Afdeling Pagilaran. Luas areal pembibitan
yaitu 1 000 m. Kegiatan pembibitan dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan
menggunakan stek dan menggunakan biji. Pada saat penulis melakukan kerja
praktek, terdapat kegiatan pembibitan. Upah yang diberikan pekerja merupakan
upah harian yaitu 5 jam kerja Rp 13 500.
Kegiatan pertama yang dilakukan pada pembibitan adalah persiapan lahan.
Penentuan lahan pembibitan sesuai dengan syarat lahan layak seperti dekat
dengan sumber air dan lahan induk. Lokasi pembibitan dekat dengan lahan induk
agar pengangkutannya lebih mudah. Selain itu untuk posisi kemiringan lebih baik
miring ke timur agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, akan tetapi dapat juga
miring ke segala arah kecuali arah barat. Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan
bedengan dengan ukuran (90 cm 100 cm) 120 cm. Ukuran bedengan
sebenarnya rata-rata tiga contoh bedeng 82 cm 817 cm.
Persiapan pohon induk perlu dilakukan untuk memperoleh bahan tanam
yang baik, yaitu pemangkasan dan kerik lumut . Hasil pangkasan dibenamkan di
sekitar tanaman. Selain itu kegiatan selanjutnya adalah membersihkan sekitar
tanaman dengan diameter sekitar 2 m (bokoran). Kemudian tanah di sekitar
tanaman digemburkan dengan menggunakan garpu. Setelah itu bahan stek dapat
diambil 4 5 bulan setelah perlakuan tersebut.
Persiapan media tanam dilakukan untuk menunggu proses tumbuhnya stek
di pohon induk. Media tanam terdiri dari top soil, sub soil, tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), KCl, TSP dan Dithane M-45. Komposisi untuk campuran
top soiladalah tawas 600 gr/m, KCl 500 gr/m, TSP 500 gr/m danDithane M-45
400 gr/ m. Sedangkan campuran sub soil adalah tawas 800 1 200 gr/m dan
Dithane M-45 300 gr/m. Berdasarkan pengamatan penulis, sebelumnya top soil
dan sub soil diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 1 cm. Prestasi kerja
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
32/112
pekerja pengayakan tanah di pembibibitan untuk top soil 2 m/orang dan sub soil
1 m/orang, sedangkan penulis top soil mendapat m dan sub soil 1/8 m.
Campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polibag ukuran 12 15
cm. Akan tetapi berdasarkan pengukuran penulis ukuran sebenarnya polibag
adalah10 16 cm. Takaran top soil2/3 pada lapisan bawah, dan sub soil1/3 pada
lapisan atas. Polibag yang berisi komposisi tersebut dinamakan bekong. Bekong
kemudian disusun di bedengan (Gambar 1). Ukuran bekong yang sudah disusun di
bedengan berdiameter 6.4 cm dan tinggi 12.6 cm. Ukuran ini berdasarkan
pengamatan penulis selama melakukan magang. Jarak antar bedengan 60 cm agar
memudahkan pemeliharaan. Setiap bedengan terdapat sekitar 1 820 polibag.
Prestasi kerja Pekerja mendapat 500 polibag/orang, sedangkan penulis mendapat
176 polibag.
Kegiatan selanjutnya adalah membuat sungkup dari plastik (Gambar 2).
Kerangka dibuat dengan tinggi 40 cm dengan panjang plastik 180 cm. Naungan
dibuat dari ayaman bambu kemudian diikatkan dengan paku andam (Glicinialiniaris), dengan tinggi naungan 180 cm. Naungan ini menghasilkan intensitas
cahaya sekitar 25 30 %. Paku andam paling baik digunakan untuk naungan
karena memiliki daya tahan terhadap angin, hujan, dan waktu kering dan rontok
cocok untuk bibit menyesuaikan lingkungan.
Tunas-tunas baru yang akan digunakan untuk bahan stek akan tumbuh,
setelah 4 5 bulan pohon induk dipangkas. Pembuangan pucuk dilakukan
sebelumnya, agar menghasilkan batang dan daun yang kuat. Setelah pembuangan
Gambar 1. Bekong untuk Bibit
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
33/112
pucuk, pohon induk dibiarkan selama 2 minggu kemudian baru diambil bahan
stek sekitar 10 daun. Pengambilan 10 ruas daun ini harus memenuhi syarat
diantaranya pangkal batang sudah berwarna coklat dan daun menengadah ke atas.
Setelah itu dipotong tiap stek satu daun, jadi terdapat 10 stek dengan bentuk
Single Node Cutting (Stek satu buku) (Gambar 3). Ketika dipotong sudah
disiapkan ember yang berisi air untuk menjaga kelembaban bahan stek. Kemudian
stek direndam dalam larutanDithane M-45(bahan aktifMankozeb 80 %) dengan
dosis 2 gram / liter air selama kurang lebih 1-2 menit. Hal ini dilakukan untuk
menghambat pertumbuhan jamur pada bibit.
Stek ditanam di polibag dengan satu daun, tetapi apabila daun terlalu besar
dipotong setengahnya agar tidak tumpuk antar daun. Arah daun harus sama agar
tidak berantakan (Gambar 4). Bibit disungkup dengan plastik selama 4 bulan
tanpa perlakuan, kecuali bila kering disiram. Penyulaman dilakukan apabila
terdapat stek yang mati atau membusuk, dengan mengusahakan pembukaansungkup secepat dan sekecil mungkin. Kelembaban dalam sungkup harus dijaga
yaitu sekitar 80 %. Setelah 4 bulan dilakukan adaptasi dengan lingkungan
dilakukan tiap 2 minggu dengan penambahan pembukaan sungkup selama 2 jam.
Misalnya 2 minggu pertama sungkup dibuka selama 2 jam, 2 minggu berikutnya
dibuka selama 4 jam dan seterusnya. Pada minggu ke 10 dibuka selama 12 jam
dan dibuka seterusnya.
Gambar 2. Naungan dan Sungkup di Gambar 3. Single Node Cutting
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
34/112
Pemeliharaan dilakukan pada saat pembukaan bertahap seperti penyiangan
yang dilakukan 3 hari sekali, pemberantasan hama penyakit 2 hari sekali, dan
penyiraman 3 hari sekali. Selain itu juga dilakukan pemupukan tanah dan
pemupukan dengan pupuk daun. Pemupukan tanah menggunakan campuran urea,
KCL, dan TSP dengan dosis masing-masing 0.5 g/polibag. Pupuk tanah ini
diberikan setiap setengah bulan sekali pada bibit yang sudah dibuka dari sungkup.
Cara pemupukan adalah dengan menabur pupuk diatas bekong kemudian
dibersihkan dari daun-daun teh dengan dedaunan atau ranting dan disiram agar
pupuk tidak menempel di daun. Pupuk daun diberikan seminggu sekali dengan
pupuk organik Super Max. Pupuk tersebut merupakan pupuk cair organik
berwarna hitam dengan komposisi 15.2 % N; 6.1 % P; 7.14 % K dan unsur
lainnya dan pupuk dicairkan setiap 10 cc dengan air 15 liter.
Saat penulis melakukan kegiatan magang terdapat bibit stek yang berumur
4 bulan yang sedang dalam masa pembukaan sungkup. Bibit ini mempunyai daya
pertumbuhan sekitar 80 %. Selain itu juga terdapat bibit stek yang berumur
Gambar 5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi
Gambar 4. Penataan Stek pada
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
35/112
sebulan yang sedang disungkup. Bibit ini mempunyai daya pertumbuhan 48 %,
karena terdapat yang terkena jamur dan kemudian mati.
Bibit stek dapat dipindahkan ke lapang setelah berumur 8 bulan atau yang
disebut dengan bibit siap salur. Bibit siap salur terdapat kelas bibit yaitu kelas A ,
kelas B dan kelas C. Kelas A merupakan bibit yang mempunyai tinggi lebih dari
30 cm dan mempunyai 6 helai daun, kelas B tinggi 20-30 cm dan kelas C tinggi
kurang dari 20 cm. Kelas bibit yang sudah siap salur adalah kelas A (tinggi 25 cm
dan jumlah daun 6 daun). Bibit yang termasuk dalam kelas B harus dipelihara
kembali dan kelas C harus disungkup kembali.
Perkebunan Pagilaran selain mempunyai lahan pembibitan juga terdapat
kebun poliklonal. Kebun poliklonal merupakan kebun biji yang terdiri dari dua
macam atau lebih klon yang ditanam dalam bentuk kombinasi barisan, segiempat
atau segitiga ganda (double triangle) (Tarlan dan Adimulya, 1997). Luasnya
kebun poliklonal Pagilaran 2.5 ha dan telah berumur 31 tahun. Kebun ini ditanami
tujuh jenis klon teh unggulan, diantaranya Malabar 2, SA 40, PS 1, TRI 2025,
Cinuruan 143, SKM 118, dan Kiara 8. Diantara 7 klon tersebut TRI 2025
merupakan klon paling unggul karena produktivitasnya paling tinggi yaitu 3
ton/ha teh kering atau sekitar 15 ton/ha teh basah, agak tahan terhadap cacar
dibandingkan TRI 2024, dan mudah tumbuh. Jarak tanam di kebun polilonal
adalah 6 m 6 m dengan bentuk segitiga ganda.
Kebun poliklonal juga dilakukan pemeliharaan diantaranya pemupukan,
penyiangan, pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit tanaman.
Pemupukan dilakukan satu tahun dua kali dengan dosis 100 gram Urea, 40 gram
TSP dan 40 gram KCl setiap pohonnya. Penyiangan dilakukan 3-4 kali dalam
setahun. Pemangkasan dilakukan hanya sekali selama penanaman yaitu padatahun 2001, dengan tinggi pangkasan 3 m dari tanah. Pengandalian hama penyakit
dilakukan apabila pohon poliklonal terserang penyakit dalam skala besar.
Pembibitan dengan menggunakan biji juga dilakukan di perkebunan
Pagilaran. Biji yang digunakan adalah biji yang illegitumyaitu induk betina yang
diketahui dari kebun poliklonal. Terdapat dua cara pembibitan biji di kebun ini
yaitu langsung di tanah (konvesional) dan menggunakan polibag.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
36/112
Cara konvesional adalah mengambil biji yang sudah masak tapi belum
berkecambah. Biji kemudian dikupas dan segera dimasukan ke dalam air untuk
memisahkan biji yang baik dan yang kurang baik. Biji yang yang digunakan
adalah biji yang tenggelam (biji yang baik). Biji tersebut kemudian disemai
langsung di tanah di sebuah bedengan. Bedengan ini terletak diantara pohon-
pohon poliklonal. Jarak persemaian antar biji 10 10 cm. Pada pelaksanaannya
tidak dilakukan penyungkupan dan pemberian naungan.
Pembibitan dalam polibag menggunakan biji berasal dari kebun poliklonal
yang jatuh kemudian berkecambah, sehingga sebelumnya dicari biji yang
berkecambah di bawah pohon-pohon teh. Biji berkecambah ditanam di polibag
dengan tanah tanpa pemberian perlakukan sebelumnya. Bibit ini hanya digunakan
untuk menyulam kebun yang berasal dari bibit biji. Setelah bibit dari biji ini
berumur 5 bulan, dipindahkan ke lapangan untuk menyesuaikan lingkungannya.
Selain itu dilakukan seleksi antara bibit yang mati dan sehat. Bibit mati disulam
kembali dan yang sehat dikumpulkan. Setelah 7 bulan bibit sehat tersebut
dikelompokkan berdasarkan klon yang dilihat dari bentuk daun. Klon yang sama
dikumpulkan dan diseleksi kembali kebenaran klon tersebut. Bibit asal biji dapat
dipindahkan ke lapang setelah 2 tahun.
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Unit Produksi Perkebunan Pagilaran mempunyai areal tanaman teh belum
menghasilkan (TBM). TBM merupakan tanaman teh muda dan berumur di bawah
dua tahun serta belum diambil produksinya (Tobroni dan Adimulya, 1997). Areal
ini terdapat pada bagian afdeling Andongsili dan Kayulandak, sedangkan bagian
afdeling pagilaran hanya sedikit areal tanaman belum menghasilkan. Setiapbagian afdeling berbeda dalam pengelolaan tanaman belum menghasilkan.
Kebun Pagilaran
Tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun pagilaran merupakan
konversi lahan dari kopi menjadi teh, sehingga luas lahan TBM Pagilaran belum
dicantumkan ke dalam areal Perkebunan PT Pagilaran (Tabel 1). Jenis klon yang
ditanam adalah Pagilaran 4 (PGL 4) dan Pagilaran 11 (PGL 4). Sebelumnya lahan
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
37/112
ini dibuat teras terlebih dahulu dengan tujuan agar tanah lebih tahan lama dan
tidak terjadi erosi. Selain itu dibuat saluran drainase yang buntu untuk
menampung air atau yang disebut got buntu.
Pada Perkebunan Pagilaran TBM yang berumur 3 bulan dilakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk tablet. Pupuk ini merupakan campuran
antara pupuk primer yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk ini diberikan dengan cara
membuat dua lubang dengan tugal di samping tanaman. Dosis pupuk tiap tanaman
adalah 6 gram atau enam tablet karena bobot satu tablet 1 gram. Jadi tiap lubang
diberi tablet, lalu ditutup kembali dengan tanah. Standar pekerja satu orang
adalah 1 000 m.
Kebun Andongsili
Pada kebun Andongsili luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM)
yaitu 6.5 ha. Umur tanaman pada saat ini sekitar 3 tahun, dan masih ada
penyulaman. Klon yang ditanam adalah TRI 2025. Pertumbuhan tanaman tidak
seragam karena waktu penanaman tidak bersamaan. Bibit teh yang ditanam pada
bulan kemarau mengalami kegagalan, sehingga memerlukan penyulaman.
Sedangkan bibit yang ditanam pada akhir kemarau tumbuh dengan subur.
Pemeliharaan yang dilakukan di TBM antara lain pemupukan, penyiangan,
penggemburan, penanaman pohon pelindung sementara dan pembentukan bidang
petik.
Pemupukan yang dilakukan pada awal tanam dan 3 bulan setelah tanam.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan kandungan NPK 5:1:3.
Dosis yang diberikan setiap tanaman adalah 20 gram. Pemeliharaan selanjutnya
adalah pengendalian gulma yang dilakukan secara intensif yaitu dengan caramanual dan kimiawi. Penyiangan secara manual dilakukan oleh para pekerja
dengan menggunakan sabit. Gulma yang telah disiangi, dikumpulkan di tempat
yang terbuka. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dilakukan
apabila tidak hujan. Herbisida yang digunakan adalah Round up dengan bahan
aktif Glyphospateyang dapat aktif apabila tidak terkena air minimal 2 jam. Pada
saat penulis melakukan kegiatan magang, tidak dilakukan pengendalian gulma
dengan herbisisda, karena musim hujan sedang berlangsung.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
38/112
Penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Sebelum menanam tidak diberi pupuk kompos
dan tidak dibuat terasiring, sehingga diperlukan penggemburan. Pembuatan rorak
sudah dilakukan akan tetapi karena hujan, rorak menjadi rusak dan hilang.
Penanaman pohon pelindung dilakukan, setelah teh ditanam. Pohon
pelindung yang ditanam adalah Puhli (Theprosia sp.). Tanaman ini hanya
bertahan selama satu tahun, dan akan mati dengan sendirinya. Jarak tanaman tidak
ditentukan, dan ditanam secara acak.
Pembentukan bidang petik dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan
setelah bibit ditanam di lapang. Cara yang digunakan antara lain Centering,
Bending atau kombinasi keduanya. Cara yang lebih banyak yang digunakan
adalah Centering,yaitu dengan memotong batang utama setinggi 15 20 cm dari
tanah. Cara ini memiliki beberapa kelebihan yaitu batang samping yang tumbuh
lebih kuat, tahan lama tidak mudah membusuk akan tetapi pertumbuhannya
lambat. Selain cara Centering juga dilakukan dengan cara Bending yaitu dengan
melengkungkan batang samping dengan bantuan ranting. Setelah dua bulan
ranting dilepas dan batang samping tidak tegak lagi, cabang-cabang baru akan
muncul di atas batang samping tersebut. Cara ini lebih cepat menutup serta cepat
tumbuh dan dapat dipetik pada umur tiga tahun. Akan tetapi pertanaman tidak
tahan lama hanya sekitar 15 20 tahun karena pangkal batang mudah membusuk.
Kebun Kayulandak
Bagian Kebun Kayulandak mempunyai kebun TBM dengan luas 8.75 ha,
dan umur tanaman tersebut 4 tahun dengan tahun penanaman 2004. Penanaman
TBM ini dilakukan dalam upaya peremajaan tanaman teh yang sudah tidakproduktif. Klon yang ditanam dalam satu blok ini bermacam-macam antara lain
klon Gambung 7, Gambung 9, MPS dan masih banyak lagi, tetapi yang lebih
didominankan klon Gambung 7. Pemeliharaan di TBM Kayulandak antara lain
penyulaman, penggemburan, penyiangan, pembentukan bidang petik,
pemangkasan awal, pemupukan, pembuatan rorak, pembuatan got panjang dan
penanaman pohon pelindung sementara.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
39/112
Penyulaman hingga saat ini masih dilakukan untuk mengganti tanaman
yang gagal tumbuh. Tanaman banyak yang gagal tumbuh disebabkan oleh lahan
yang berbatu dan serangan hebat hama. Hama yang menyerang adalah hama
penggerek batang (Zeuzela coffeae) yang menyebabkan daun kuning, kemudian
rontok dan mati.
Penyulaman selain dengan menggunakan bahan stek, juga dilakukan
dengan bahan tanam dari hasil cangkok. Bahan tanam dari cangkok ini digunakan
sebagai percobaan. Berdasarkan pengamatan penulis di lapang hasil cangkok tidak
sekuat bahan tanam stek karena batangnya mudah membusuk.
Awal penanaman dilakukan penggemburan dan pembuatan teras. Setiap
teras minimal satu baris tanaman apabila lahan sangat curam. Lebar dari teras juga
harus mengacu pada jarak tanam. Semakin lebar jarak tanam maka semakin lebar
pula teras yang dibuat. Pada tanah datar jarak tanam yang digunakan pada lahan
TBM ini adalah double rowseperti Gambar 6.
Kegiatan rutin yang harus dilakukan pada lahan TBM adalah
penggemburan tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki strukturtanah. Pengemburan dilakukan setahun 3 kali, dengan menggunakan cangkul dan
garpu.
Pengendalian gulma di kebun Kayulandak menggunakan cara manual,
sedangkan penggunaan herbisida jarang dilakukan. Cara penyiangan dengan
menggunakan cara manual dilakukan 4 kali setahun. Standar penyiangan, pekerja
harus menyelesaikan 2.25 patok per hari. Upah yang diberikan kepada pekerja
penyiangan Rp 6 500.00/patok.
60
120
Gambar 6. Jarak Tanam double row
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
40/112
Penanaman tanaman pelindung sementara bertujuan untuk melindungi
tanaman dari cahaya matahari karena tanaman masih belum bisa menyesuaikan
dengan cahaya matahari. Selain itu juga melindungi tanah dari erosi. Tanaman
pelindung sementara yang digunakan pada kebun Kayulandak sama dengan kebun
Andongsili yaitu Theprosia sp.Tanaman ini juga dapat meningkatkan kesuburan
tanah dengan mengikat nitrogen bebas, karena mengandung bintil akar yang
bersimbiosis dengan Rhizobium. Tanaman ini digunakan sebagai tanaman
pelindung hingga tanaman teh dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Tanaman ini sendiri dapat hidup selama 3 tahun. Apabila tanaman teh sudah dapat
menyesuaikan dengan cahaya matahari kurang dari 3 tahun maka tanaman
pelindung sementara ditebang. Tanaman pelindung sementara ditanam selang
setengah bulan setelah penanaman teh. Setiap empat tanaman teh ditanam satu
tanaman pelindung sementara.
Pembentukan bidang petik banyak digunakan teknik Centering. Teknik ini
dimulai pada saat tanaman teh berumur tiga bulan setelah tanam. Dipotong
setinggi maksimal 20 cm dari tanah, semakin rendah tanaman yang dihasilkan
semakin kuat. Selanjutnya dilakukan selama enam kali hingga teh berumur 18
bulan. Apabila sudah tumbuh tunas dipotong pada batas tunas yang memiliki arah
keluar minimal dua arah telah terisi. Centering lebih efisien dibandingkan dengan
Bending, karena teknik Centering menggunakan alat gunting sehingga satu orang
pekerja dapat mengerjakan 1 ha per hari. SedangkanBendingmembutuhkan kayu
untuk menyangga cabang yang dilekungkan, sehingga pekerjaan kurang efisien.
Pemupukan dilakukan setahun empat kali dengan menggunakan pupuk
NPK. Dosis yang digunakan adalah 8 gram/perdu, dengan perbandingan NPK
yaitu 2 : 2 : 1. Cara aplikasinya dengan membuat bokoran berdiameter 20 cm dariperdu disekitar tanaman dengan cangkul.
Pembuatan rorak dilakukan pada umur 3 bulan dan dibuat satu tahun
sekali. Rorak ini bertujuan untuk membuang sarasah hasil penyiangan. Serasah
tersebut dimasukan dalam rorak, agar menjadi kompos sehingga menyuburkan
tanah. Rorak ini dibuat dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60
cm, serta jarak antar rorak 400 cm. Selain untuk menyuburkan tanah rorak juga
untuk menyimpan air dengan mengendapkan air.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
41/112
Pembuatan got panjang bertujuan untuk pembuangan air agar tidak terjadi
erosi dan pencucian hara. Selain untuk menyimpan air pada saat musim hujan dan
mengalirkannya pada saat musim kemarau. Ukuran got panjang yaitu lebar 60 cm,
dalam 60 cm dan panjang sesuai dengan panjangnya teras. Setiap patok dibuat 2
got panjang. Pembuatan ini dipilih teras yang cukup untuk lebar got panjang.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pemeliharaan kebun yang dilakukan oleh PT. Pagilaran diantaranya adalah
pemangkasan, penyiangan, penyulaman dan pemupukan. Kegiatan lainnya
merupakan kegiatan berurutan setelah pemangkasan adalah kubur ranggas, kerik
lumut, dan penggarpuan. Seharusnya urutan kegiatan setelah pangkas adalah kerik
lumut, kubur ranggas dan penggarpuan. Akan tetapi urutan ini tidak efektif
dilakukan di lapang.
Pengendalian Gulma
Gulma yang dominan di kebun Pagilaran adalah Ageratum conizoides,
Clydemia hirta, Centrocema pubescens, Cromellina diffusa, Cynodon dactilon,
Oplisminus compesitus, Paspalum conjugatum. Penyiangan dilakukan 3-4 bulan
sekali dengan cara manual. Alat yang digunakan adalah sabit atau arit. Standar
yang digunakan tiap pekerja adalah 2 patok, sedangkan penulis mendapat 80 m.
Upah yang diberikan tiap patoknya adalah Rp 7 500 akan tetapi dapat berubah
tergantung kesepakatan dari pekerja dan mandor besar.
Pengendalian gulma juga dilakukan berdasarkan umur pangkas. Tanaman
yang berumur satu tahun setelah pemangkasan dilakukan penyiangan 4 kali dalam
setahun. Tanaman yang berumur dua tahun setelah pangkas dilakukan 3 kalidalam setahun. Untuk tanaman berumur tiga tahun setelah pangkas dilakukan 2-3
kali setahun. Sedangkan untuk tanaman berumur empat tahun setelah pangkas
atau hampir dipangkas penyiangan dilakukan 2 kali setahun. Pada saat ini terdapat
pengurangan residu penggunaan bahan kimia termasuk herbisida. Untuk itu
Penggunaan herbisida hanya dilakukan setahun sekali untuk tiap blok, dan hanya
dilakukan pada tanaman yang berumur setahun setelah pangkas. Hal ini dilakukan
karena tanaman belum menutup tanah sehingga pertumbuhan gulma yang terlalu
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
42/112
besar, sehingga sulit dilakukan secara manual. Herbisida yang digunakan adalah
Round Up, dengan dosis 3.5 liter/ha. Setelah penggunaan herbisida biasanya
dilakukan kegiatan garpu ekstra.
Herbisida Round Up merupakan herbisida sistemik tidak selektif dengan
bahan aktif Gliphospat. Heribisida ini mempunyai daya berantas yang luas, selain
untuk memberantas jenis-jenis gulma berdaun lebar juga dapat digunakan untuk
jenis gulma berdaun sempit dan teki-tekian. Herbisida ini bekerja secara sistemik,
sehingga dapat mematikan gulma sampai ke perakarannya. Oleh sebab itu baik
digunakan untuk memberantas jenis-jenis gulma berdaun sempit maupun berdaun
lebar tahunan yang berkembang biak secara vegetatif (Pusat Penelitian
Perkebunan Indonesia, 1997).
Pada afdeling Andongsili lebih sulit melakukan penyiangan, karena gulma
yang tumbuh lebih banyak dan lebih lebat. Hal ini dikarenakan kelembaban yang
lebih tinggi dan tenaga kerja yang kurang. Keadaan lahan yang lebih terjal dan
tidak dibuat teras sehingga membuat pekerja sulit melakukan penyiangan. Jadi
untuk menentukan upah pekerja tergantung dari keadaan kebun. Apabila keadaan
sulit maka upah kerja lebih mahal. Upah pekerja bekisar Rp 10 000 Rp 12 000.
Hasil penyiangan secara manual dikumpulkan pada bagian yang sudah
dibersihkan yang nanti akan dibalik pada saat penggarpuan.
Di Kayulandak penyiangan dilakukan 2-3 kali setahun dengan cara
manual. Dibandingkan tanaman TBM, penyiangan pada tanaman dewasa lebih
jarang karena tanah yang sudah tertutup perdu teh sehingga tidak banyak gulma
yang tumbuh. Pemakaian herbisida dilakukan setiap dua tahun sekali dengan
menggunakanRound Up, terutama pada saat akan dilakukan penggarpuan. Setelah
kegiatan penyiangan dilakukan pembuatan rorak (got buntu) dengan ukuranpanjang 200 cm, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm, dengan jarak antar rorak 4 m
(400 cm) yang diukur dengan tombak. Peletakan rorak berselang-seling, dengan
jumlah 16 rorak dalam satu patok (400 m3). Pembuatan rorak ini bertujuan untuk
menimbun hasil penyiangan tetapi tidak ditutup. Sehingga gulma yang ditimbun
tersebut akan membusuk dan dapat menambah kesuburan tanah serta mencegah
erosi. Standar pembuatan rorak seorang pekerja adalah satu patok (16 rorak).
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
43/112
Pemupukan
Pemupukan di kebun Pagilaran dilakukan dua kali dalam setahun awal dan
akhir musim hujan, berarti enam bulan sekali. Akan tetapi hanya dilakukan
apabila biaya memadai. Pupuk seharusnya diberikan antar bulan Maret hingga
Mei atau September hingga November. Pada saat ini terjadi keterlambatan dalam
pengiriman pupuk. Pemupukan pada tahun ini hanya dilakukan sekali setahun.
Hal ini dikarenakan kurangnya biaya pemeliharaan. Pemupukan dilakukan apabila
terdapat pengiriman pupuk. Pupuk yang dikirim hanya dapat memupuk sekitar 15
blok untuk masing-masing kebun. Seharusnya yang dipupuk 20-40 blok.
Pupuk yang digunakan pupuk kimia yaitu campuran urea, SP-36, dan KCl.
Dosis yang digunakan 45 gram per perdu, sehingga seharusnya dalam satu karung
dengan berat 25 kg dapat diberikan 555 perdu Kebutuhan pupuk dalam satu hektar
lahan teh adalah 360 kg. Dalam sehari luas areal yang dipupuk sekitar 8 ha dengan
kebutuhan 83 karung atau 2.75 ton. Pupuk yang digunakan dalam bentuk tablet
yang melepaskan hara secara perlahan, sehingga kegiatan pemupukan kembali
dibutuhkan waktu yang lama.
Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang di sekitar perdu teh (jarak
dari perdu 15 cm) dengan kedalaman kira-kira 8 cm, kemudian dimasukan pupuk
sesuai takaran yang diberikan. Dalam satu hektar lahan teh membutuhkan tujuh
orang pekerja. Pemupukan dengan bahan organik juga dilakukan, tetapi hanya jika
bahan pupuk tersedia. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang,
dengan kebutuhan 10 ton/ha.
Pembagian kegiatan pemupukan tiap pekerja adalah tiga orang membawa
pupuk dari tempat penurunan pupuk ke pekerja yang akan memberikan pupuk ke
pemupuk, satu orang memberikan pupuk kepada pemupuk, satu orangmengumpulkan karung, dan sisanya berpasangan sebagai pembuat lubang dan
pemberi pupuk (pemupuk) sekaligus menutup lubang. Standar pekerja pemupukan
adalah 1 250 m/orang, sedangkan penulis mendapat 240 m. Upah yang diberikan
merupakan upah harian 5 jam yaitu Rp 13 500.
Dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan memerlukan pengawasan yang
intensif karena banyak terjadi penyimpangan. Pada pengamatan yang dilakukan
penulis dalam pemberian pupuk, seharusnya satu karung (25 kg) untuk 555 perdu
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
44/112
dengan menggunakan takaran yang sudah diperkirakan bahwa berat satu takaran
tersebut 45 gram/perdu. Akan tetapi pada pelaksanaannya satu perdu mendapat 81
gram/perdu atau satu karung pupuk untuk 307 perdu tanaman teh, sehingga
pemberian pupuk ini tidak efisien. Selain itu juga dalam penutupan pupuk terdapat
25 % yang tidak ditutup dan sekitar 35 % perdu yang tterlewat tidak dipupuk.
Pemupukan pada daun juga dilakukan dengan yang menggunakan pupuk
Super Max yang sudah dijelaskan kandungannya dalam pembibitan. Untuk
tanaman menghasilkan dosis yang digunakan satu liter pupuk daun cair untuk
luasan satu hektar. Berdasarkan pengamatan penulis, pupuk sebelumnya
diencerkan dengan air dengan konsentrasi 3 cc per liter air dan dicampur dengan
urea yang dicairkan (konsentrasi 0.1 %). Urea digunakan sebagai bahan perekat
pupuk dengan daun. Campuran pupuk dimasukkan ke dalam alat penyemprot.
Alat yang digunakan adalah Knapsack Sprayer (Gambar 7) dengan kapasitas 15
liter yang digunakan untuk 1.5-2 patok. Dosis pupuk daun yang dilakukan di
lahan hanya 0.75 liter per hektar, karena ada penambahan larutan urea.
Kegiatan sebelum melakukan pemupukan, terlebih dahulu mempersiapkan
air sehari sebelum pelaksanaan, karena pengangkutan air membutuhkan waktu
yang lama. Pemberikan pupuk ini tidak boleh terkena air hujan minimal 4 jam.
Pupuk ini diberikan pada tanaman yang berumur pendek pada tanaman belum
menghasilkan, seperti klon PS yang berumur 2 tahun sudah dipetik. Pemberian
Gambar 7. Pemupukan Daun
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
45/112
pupuk daun ini dimaksudkan untuk menambah ketebalan daun. Standar
pemupukan daun setiap pekerja mendapat 0.5 ha.
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan empat tahun sekali, berarti perkebunan Pagilaran
menggunakan gilir pangkas empat tahun. Sehingga dalam setahun luas lahan yang
dipangkas seperempat dari seluruh luas kebun. Misalnya luas kebun Pagilaran
kira-kira 428.072 ha, sehingga dalam setahun luas lahan yang dipangkas 107.018
ha, dengan target selama 6 bulan sudah dilakukan pemangkasan seluas 60.211 ha
(60 % dari luas yang akan dipangkas). Pemangkasan ini biasanya dimulai bulan
Maret atau April. Luas ini dibagi kembali per blok kebun, dan per blok
pemangkasan dilakukan selama sebulan, yang seharusnya dapat dilakukan selama
setengah bulan. Satu blok kebun terdapat 16 pekerja, yang setiap pekerja
diberikan satu patok dengan luas kira-kira 400 m. Pada kebun Andongsili pekerja
yang ada sekitar 12 orang, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memangkas
satu blok (14.5 ha) adalah 45 hari.
Tinggi pemangkasan dari tanah bertahap dari 40 hingga 70. Apabila tahun
ini pemangkasan 40 cm maka pemangkasan selanjutnya 65 cm, setiap gilir
pangkas naik 5 cm. Apabila sudah sampai 70 cm maka kembali diturunkan 45 cm
dan seterusnya. Semakin tinggi pangkasan semakin cepat pucuk tumbuh.
Presentasi tanaman mati akibat pangkasan hanya kurang dari 5 %.
Gambar 8. Lahan yang Telah Dipangkas
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
46/112
Sebelum pemangkasan dilakukan petikan gendesan, yaitu mengambil
semua pucuk sebelum dipangkas. Akan tetapi sebaiknya sebelum dipangkas
pucuk dibiarkan selama 2 bulan untuk mengumpulkan pati di dalam akar. Kadar
pati ini dapat dilihat dari bekas potongan pada batang yang mengeluarkan cairan.
Para mandor pemangkasan membuat contoh terlebih dahulu, sebelum
pemangkasan dilakukan oleh pekerja. Kemudian dilakukan kesepakatan dengan
pemborong dengan harga yang cocok. Pemangkasan hanya bisa dilakukan oleh
para pekerja yang mahir pemangkasan. Tinggi pohon yang akan dipangkas diukur
terlebih dahulu, misalnya 55 cm menggunakan kayu. Kemudian kayu ini
digunakan untuk menjadi patokan di kebun. Tetapi hanya satu saja yang diukur
kemudian yang lain mengikuti tanaman yang telah diukur tadi. Hal ini agar hasil
pangkasan terlihat rata, sehingga tidak semua tanaman diukur. Hasil pangkasan
yang berupa ranting-ranting (ranggas) diletakkan di atas tanaman teh yang telah
dipangkas, hal ini untuk mengurangi penguapan pada batang teh yang terbuka.
Apabila cuaca baik, hasil pangkasan dapat dipetik lagi pada umur 2.5-3
bulan. Sebaliknya apabila cuaca tidak mendukung, seperti saat ini dimana hujan
terlampau sering, hasil pangkasan dapat dipetik kembali setelah berumur lebih
dari 3 bulan. Pangkasan harus dipotong miring (45) untuk menghindarkan
pembusukan akibat dari masuknya air hujan. Potongan yang miring akan
mengalirkan air ke bawah, apabila potongan datar akan menampung air hujan,
sehingga batang menjadi busuk. Selain itu pisau pangkas harus tajam agar batang
tidak pecah yang mengakibatkan tanaman menjadi busuk.
Pemangkasan di Kayulandak juga terdapat pemangkasan jambul (Gambar
9). Pangkas jambul adalah pangkasan yang meninggalkan daun kurang lebih 100lembar daun. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman teh yang ditanam tidak tahan
terhadap panas sehingga diperlukan pelindung. Klon ini adalah jenis PS yang
tidak tahan panas. Setelah pemetikan jendangan sisa jambul dipotong. Pada kebun
Kayulandak setelah pemangkasan dibuat got panjang dengan ukuran lebar 60 cm,
tinggi 60 cm dan panjang menyesuaikan panjang lahan teras. Pembuatan got
panjang ini bertujuan untuk menyimpan air dan mengalirkan air yang berlebih.
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
47/112
Kubur Ranggas
Kegiatan selanjutnya setelah pemangkasan adalah kubur ranggas atau belet
ranggas. Ranggas merupakan ranting-ranting sisa pemangkasan. Kubur ranggas
berarti membenamkan ranting-ranting sisa pangkasan ke dalam tanah. Hal ini
dilakukan disela-sela tanaman teh. Kubur ranggas dilakukan dengan tujuan untuk
mengembalikan unsur hara ke tanah, kemudian digunakan kembali oleh tanaman
teh. Kegiatan ini dilakukan seminggu setelah pemangkasan, karena untuk
menghilangkan gas beracun yang dikeluarkan dari sisa-sisa ranting tersebut.
Seharusnya sampai ranting benar- benar kering, akan tetapi untuk memberikan
pekerjaan pada pekerja supaya tidak menganggur maka dilakukan seminggu
setelah pemangkasan. Kegiatan ini tidak selalu dilakukan setelah pemangkasan
dapat pula dilakukan setelah kerik lumut seperti pada kebun bagian Andongsili.
Kerik Lumut
Kegiatan ini dilakukan setengah bulan setelah kubur ranggas. Tujuan dari
kerik lumut adalah untuk membersihkan lumut dan tumbuhan yang menempelpada batang teh. Batang teh terdapat pada kondisi yang lembab akibat dari
ternaungnya daun teh, sehingga banyak lumut dan tumbuhan yang menempel pada
batang teh. Selain itu tujuan dari kerik lumut adalah menghilangkan hama dan
penyakit yang menempel pada lumut di batang teh sehingga pertumbuhan tunas
tidak terhambat. Alat yang digunakan adalah karung bekas tempat teh diangkut,
karung beras, atau alat lain yang mempunyai permukaan kasar. Bahkan ranting-
ranting teh pun dapat digunakan. Tidak terdapat alat khusus dalam kegiatan ini.
Gambar 9. Pangkasan Jambul
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
48/112
Cara kerik lumut tinggal menggosok-gosokan alat ke batang teh. Prestasi pekerja
dalam sehari 400 m (satu patok) dengan upah antara Rp 14 000-Rp 15 500.
Untuk setiap patoknya tergantung kebersihan pohon teh dari lumut, sedangkan
penulis mendapat 100 m.
Pada Kebun Andongsili kerik lumut dilakukan sebelum kubur ranggas. Hal
ini dikarenakan pekerja yang kurang. Keadaan tanaman teh yang mempunyai
lumut yang lebih tebal dan banyak, juga akan memperlambat pekerja dalam
melakukan kegiatan kerik lumut. Hal ini menyebabkan tanaman teh terlalu lama
dibiarkan, sehingga akan segera bertunas. Akan tetapi tunas yang tumbuh akan
terhambat karena adanya lumut dan tumbuhan lain yang menempel pada tanaman
teh.
Proses kegiatan kerik lumut dilakukan setelah menyingkirkan ranting-
ranting (ranggas) yang terdapat di atas tanaman teh. Pada pelaksanaan kerik lumut
bagian bawah tanaman dibersihkan, dan kerik lumut dimulai dari tanaman bagian
bawah terlebih dahulu. Bagian tunas yang akan tumbuh harus bersih dari lumut
agar tunas tumbuh dengan baik. Setelah selesai kerik lumut, ranggas dikembalikan
ke atas tanaman teh atau langsung dilakukan kegiatan kubur ranggas.
Penggarpuan
Penggarpuan dilakukan setelah kerik lumut. Sebelum dilakukan
penggarpuan, dilakukan pembersihan gulma terlebih dahulu. Tujuan dari
penggapuan ini adalah mengemburkan tanah dengan membalik tanah, menjaga
aerasi tanah dan memutuskan sebagian akar teh karena teh merupakan tanaman
yang membutuhkan regenerasi akar. Alat yang digunakan adalah garpu, dan tidak
menggunakan cangkul karena dapat terjadi pemutusan akar yang besar sehinggadapat merusak akar. Selain itu juga dilakukan garpu ekstra ketika tanaman
berumur satu tahun setelah pangkas. Garpu ekstra ini biasanya dilakukan setelah
pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Prestasi pekerja
penggarpuan 400 m selama 5 jam kerja, sedangkan penulis mendapat 4 m. Upah
seorang pekerja Rp 14 500/patok.
Penggarpuan di kebun Andongsili lebih sulit dilakukan karena keadaan
kebun yang terjal, gulma yang tinggi, dan tidak terdapat terasering. Selain itu
-
5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh
49/112
barisan yang tidak teratur. Penggarpuan di kebun ini sering terlambat, hal ini
dikarenakan gulma yang terlalu banyak dan kurangnya pekerja.
Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi
syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk
kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan
(Tobroni dan Adimulya, 1997). Pemetikan yang dilakukan di PT Pagilaran adalah
pemetikan jendangan, produksi dan gendesan. Setiap mandor membawahi 40
orang pemetik. Untuk pemetikan tidak ditentukan luasan yang harus dipetik. Akan
tetapi setelah penulis melakukan pengamatan dalam sehari rata-rata seorang
pemetik memetik dengan luas 134.6 m dengan hasil pucuk 60 kg. Pada bagian
kebun Kayulandak penulis memetik selama 5 jam mendapat 14 kg.
Sejak tahun 1975 pemetikan banyak menggunakan gunting, walaupun
sudah diketahui kualitas petikan menggunakan tangan lebih baik, tetapi masih
digunakan gunting. Hasil petikan dengan menggunakan gunting lebih kaku dan
luka yang ditingga