Download - Pengetahuan Lelang
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
1/94
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT KEUANGAN UMUM
2007
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI
PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA
(Diklat Jarak Jauh)
MODUL
Pengetahuan Lelang:Penghapusan BMN
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
2/94
i
KATA PENGANTAR
Proses pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sarana yang
senantiasa diperlukan oleh setiap orang, termasuk mereka yang tengah bekerja dalam
rangka meningkatkan karir kerja dalam kehidupannya, karena proses pembelajaran
pada hakekatnya adalah salah satu cara untuk terjadinya peningkatan dan
pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mengantisipasi permasalahan dan
pemenuhan kebutuhan kerja di masa depan.
Modul Pengetahuan Lelang: Penghapusan Barang Milik Negara yang ditulis
oleh Saudara Isti Indrilistiani, SH., M.Sc. ini disusun dan digunakan dalam Diklat Teknis
Substantif Spesialisasi (DTSS) Pengelolaan Kekayaan Negara yang diselenggarakan
oleh Pusdiklat Keuangan Umum bagi pegawai dari Direktorat Jenderal KekayaanNegara (DJKN) Departemen Keuangan, dan dirancang untuk memberi bekal
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi pegawai DJKN dalam bidang
kekayaan negara guna meningkatkan motivasi dan memperlancar kemampuan dalam
rangka penugasan tugas di lingkungan kerja DJKN. Modul ini sudah mendapatkan
masukan-masukan dari berbagai pihak, diantaranya Saudara Drs. Tyas Miyanto, M.Ec.
(dari DJKN) dan Ibu Dr. Durri Andriani (dari Universitas Terbuka).
Kami menghargai dan berterima kasih atas upaya penulis dan pereview dalam
mempersiapkan dan menyusun modul ini sehingga turut membantu memberikan
kemudahan bagi peserta pendidikan dan pelatihan di lingkungan Pusdiklat Keuangan
Umum Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan.
Jakarta, November 2007Kepala Pusdiklat Keuangan Umum,
ttd
Agus HermantoNIP 060048497
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
3/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
iiModul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Instruktusional Umum...................................................... 2
C. Tujuan Instruksional Khusus........................................................ 2
BAB II : ARTI PENTING LEMBAGA LELANG
A. Masalah Umum............................................................................. 3B. Tujuan Instruksional Khusus........................................................ 3
C. Pokok-pokok Bahasan.................................................................. 3
D. Materi:
1. Sejarah Lembaga Lelang ........................................................ 3
2. Dasar Hukum.......................................................................... 5
3. Pengertian Lelang .................................................................. 6
4. Asas Lelang ........................................................................ 8
5. Fungsi Lelang ..................................................................... 9
6. Jenis Lelang ....................................................................... 9
7. Sistem Lelang ..................................................................... 11
8. Arti Penting Lembaga Lelang ............................................. 14
9. Rangkuman ......................................................................... 15
10. Tes Formatif I ..................................................................... 16
11. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................... 17
BAB III : SUBJEK LELANG
A. Masalah Umum............................................................................ 18
B. Tujuan Instruksional Khusus...................................................... 18
C. Pokok-pokok Bahasan ..... 18
D. Materi:
1. Pejabat Lelang................................................................... 19
2. Penjual............................................................................... 21
3. Peserta Lelang/Pembeli... 23
4. Rangkuman 24
5. Tes Formatif II 25
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
4/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
iiiModul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara)
6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............................................ 26
BAB IV : RISALAH LELANG
A. Masalah Umum ...................................................................... 27
B. Tujuan Instruksional Khusus .................................................. 27
C. Pokok Bahasan ...................................................................... 27
D. Materi:
1. Pengertian dan Fungsi Risalah Lelang . 27
2. Bentuk Risalah Lelang .................................................. 33
3. Penandatanganan Risalah Lelang ............................... 40
4. Catatan Setelah Risalah Lelang Ditutup ........................... 41
5. Penyimpanan dan Pengambilan Risalah Lelang .............. 41
6. Minut, Salinan dan Kutipan Risalah Lelang ...................... 427. Rangkuman ...................................................................... 44
8. Tes Formatif III ................................................................... 44
9. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................... 46
BAB V : PROSEDUR LELANG
A. Masalah Umum......................................................................... 47
B. Tujuan Instruksional Khusus..................................................... 47
C. Pokok Bahasan......................................................................... 47
D. Materi:
1. Persiapan Lelang .............................................................. 48
2. Pelaksanaan lelang............................................................. 55
3. Purna Lelang....................................................................... 58
4. Jenis-Jenis Kewajiban Pembayaran Penjual dan
Pembeli Lelang .................................................................. 59
5. Rangkuman ........................................................................ 61
6. Tes Formatif IV ................................................................... 61
7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................... 63
BAB VI : KEBIJAKAN LELANG PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA
A. Masalah Umum......................................................................... 64
B. Tujuan Instruksional Khusus..................................................... 64
C. Pokok Bahasan......................................................................... 64
D. Materi:
1. Dasar Hukum Lelang Penghapusan .................................. 64
2. Pelaksanaan lelang Penghapusan Barang Milik Negara ... 66
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
5/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
ivModul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara)
3. Kendala Lelang Penghapusan Barang Milik Negara ......... 68
4. Regulasi Pelaksanaan Lelang Penghapusan
Barang Milik Negara .......................................................... 69
5. Kebijakan Pelaksanaan Lelang Penghapusan
Barang Milik Negara .......................................................... 71
6. Rangkuman ....................................................................... 74
7. Tes Formatif V .................................................................. 74
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................... 76
BAB VII : PENUTUP
1. Simpulan ................................................................................. 77
2. Saran ....................................................................................... 79
Kunci Jawaban Tes Formatif .......................................................................... 80
Daftar Pustaka ................................................................................................ 81
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
6/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Lelang adalah salah satu sarana penjualan barang yang keberadaannya di
Indonesia telah ada sejak tahun 1908, ditandai dengan lahirnya Undang-Undang (UU)
Lelang (Vendu Reglement Stbl. 1908 Nomor 189 sebagaimana telah diubah dengan Stbl.
1940 Nomor 56). Sampai dengan sekarang, UU Lelang tersebut masih digunakan sebagai
dasar hukum pelaksanaan lelang di Indonesia meskipun hampir sebagian besar dari seluruh
pasal-pasalnya telah dicabut dan atau sudah tidak efektif lagi.
Saat ini setiap pelaksanaan Lelang harus dengan campur tangan negara, yang dalam
hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Departemen
Keuangan cq. Pejabat Lelang Kelas I kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Pemerintah,
misalnya Lelang Perum Pegadaian atau Lelang di Tempat Pelelangan Ikan. Dengan kata
lain Lembaga Lelang masih dimonopoli oleh Negara.
Pada tahun 1997, mulai dibuka kesempatan bagi swasta untuk berperan dalam
pelaksanaan lelang (meskipun pelaksanaannnya harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan
Pejabat Lelang Negara) melalui regulasi Balai Lelang. Sejalan dengan perkembangan
kehidupan di masyarakat, disadari bahwa ternyata peran DJKN masih belum tergantikan
dan sangat diperlukan untuk mengembangkan dan meningkatkan citra lelang agar tidak
hanya diartikan sebagai pelaksanaan eksekusi (merupakan salah satu tugas pemerintah)
tetapi juga dapat bersaing dengan cara penjualan barang lainnya seperti penjualan langsung
antara penjual dengan pembeli atau dengan perantara/makelar/komisioner, barter, hibah
dan sebagainya, yaitu lelang dapat menjadi sarana transaksi jual beli yang disukai,
dipercaya dan menjadi pilihan utama dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat saat
melaksanakan penjualan (sales mean auctions). Oleh karena itu diharapkan dalam rangka
mewujudkan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sebagai pengelola kekayaan negarayang bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dibutuhkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mampu melaksanakan tugas untuk mengembangkan sekaligus
meningkatkan citra lelang tersebut.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
7/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 2
Guna mendapatkan tenaga-tenaga sebagai SDM yang memiliki etos kerja yang baik
dan pengetahuan tentang Lembaga Lelang dan mempunyai kemampuan serta keterampilan
melaksanakan lelang maka dibutuhkan modul pengetahuan lelang dan penggalian potensi
lelang dalam kaitannya dengan penghapusan barang milik negara/daerah, yang diharapkan
mendukung dan membantu mengatasi berbagai masalah yang timbul/berkaitan dengan
Lembaga Lelang dewasa ini sekaligus mengembangkannya. Oleh karena itu, modul ini
diharapkan akan bermanfaat bagi peserta Diklat Subtantif Spesialisasi (DTSS) Pengelolaan
Kekayaan Negara untuk mengerti dan membantu memahami, mengembangkan, serta
menambah keterampilan di bidang lelang dan pengelolaan kekayaan negara secara umum.
B. Tujuan Instruktusional Umum.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta Diklat dapat melaksanakantugas dan kegiatan yang berkaitan dengan lelang dengan efektif di Lembaga Lelang
sebagai salah satu sarana pemindahtanganan (penghapusan) barang milik negara/daerah
sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 48 UU Nomor 1 Tahun 2004, serta diharapkan
dapat mengembangkan Lembaga Lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan
bersaing sebagai instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi kepentingan
masyarakat.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah membaca modul ini, peserta diklat diharapkan dapat:
a. Menjelaskan manfaat dan terapan dari Lembaga Lelang
b. Menjelaskan berbagai kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi, serta
pelaksanaan di bidang lelang dalam rangka pengelolaan kekayaan negara kepada
stakeholders.
c. Melaksanakan tugas dan kegiatan yang berkaitan dengan lelang secara benar, baik dan
tertib sebagai salah satu sarana pemindahtanganan (penghapusan) barang milik
negara/daerah
d. Mengembangkan Lembaga Lelang sebagai instrumen jual beli yang mampu
mengakomodasi kepentingan masyarakat.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
8/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 3
KEGIATAN BELAJAR 1
ARTI PENTING LEMBAGA LELANG
A. Masalah Umum
Lembaga Lelang merupakan lembaga yang kurang populer, baik dalam pengertian
terminologi maupun pengertian yang sebenarnya. Lembaga Lelang dikenal dalam
masyarakat dengan pengertian yang negatif yaitu proses penjualan barang karena eksekusi
atau penjualan barang-barang rongsokan/rusak dalam rangka penghapusan kekayaan
negara, padahal lelang dapat meliputi semua jenis barang baik yang baru maupun bekas
pakai dan tidak saja karena eksekusi dan penghapusan, tetapi dapat atas kehendak pemilik
barang itu sendiri yang bermaksud menjual secara lelang. Bahkan timbul kerancuan di
masyarakat yang menyamakan lelang dengan tender sebagaimana yang diatur dalamKeppres 80 tahun 2003 (pembelian/ pengadaan barang/jasa).
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pada Kagiatan Belajar 1 ini, peserta Diklat
diharapkan mampu menjelaskan manfaat dan terapan dari Lembaga Lelang di masyarakat
khususnya yang berkaitan dengan dasar hukum, pengertian-pengertian, dan sistem lelang.
C. Pokok-pokok Bahasan
Untuk membantu memahami manfaat Lembaga Lelang, pada Kegiatan Belajar 1
akan dibahas empat materi sebagai berikut.
1. Sejarah Lembaga lelang
2. Dasar Hukum
3. Pengertian Lelang
4. Sistem Lelang
D. Materi
1. Sejarah Lembaga Lelang
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti
peningkatan harga secara bertahap. Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa
lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum Masehi (Sumber: wikipedia). Beberapa jenislelang yang populer pada saat itu antara lain adalah lelang karya seni, tembakau, kuda, dan
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
9/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 4
budak. Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak 1908,
yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl. 1908 Nomor. 189 dan Vendu Instructie,
Stbl. 1908 Nomor 190. Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini
dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.
Berdirinya Unit Lelang Negara dapat dikaitkan dengan lahirnya Vendu Reglement
Stbl. 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 Nomor 190 yaitu pada bulan
Februari 1908, sehingga diperkirakan pada saat itulah mulai berdirinya unit lelang negara.
Jumlah unit operasional di seluruh Indonesia (saat itu masih Hindia Belanda) pada saat itu
juga tidak dapat diketahui secara pasti. Demikian halnya sampai saat terjadinya perubahan
Vendu Reglement pada tahun 1940 dengan S.1940 Nomor 56, tidak diketahui jumlah unit
operasional lelang.
Sejak lahirnya Vendu Reglement tahun 1908, unit lelang berada di lingkunganDepartemen Keuangan dengan kedudukan dan tanggung jawab langsung di bawah Menteri
Keuangan. Adapun struktur organisasi pada masa itu yaitu di tingkat Pusat adalah Inspeksi
Urusan Lelang. Sedangkan di tingkat daerah/unit operasional adalah Kantor Lelang Negeri.
Pada tahun 1955 Unit Lelang Negara (ULN) berada langsung di bawah Menteri Keuangan,
dan di daerah yang bertindak sebagai kantor operasional adalah Inspeksi Urusan Lelang.
Kantor Lelang Negeri Inspeksi Urusan Lelang sejajar Inspeksi Pajak. Sejalan dengan
pembentukan Direktorat Jenderal di Departemen, pada tahun 1960 ULN berada di bawah
Direktorat Jenderal Pajak dengan Status Eselon III, dengan kantor operasional Kantor
Lelang Negeri dan pada tahun 1970 menjadi Kantor Lelang Negara (KLN) di bawah
koordinasi Kantor Wilayah Pajak.
Sejak 1 April 1990, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
428/KMK.01/1990, ULN dipindahkan dari Direktorat Jenderal Pajak ke Badan Urusan
Piutang Negara (BUPN) dengan status tetap Eselon III (Subdit Pembinaan Lelang).
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1991 dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 21 Th. 1991,
BUPN berubah menjadi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN), ULN naik
menjadi Eselon II (Biro Lelang Negara) dengan kantor operasional masih seperti saat
bergabung dengan Direktorat Jenderal Pajak yaitu KLN. BUPLN menjadi Direktorat
Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) sesuai dengan Keppres Nomor 177 Th.
2000, dan dengan Keppres Nomor 84 tahun 2001 dan ditegaskan lagi dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 445/KMK.01/2001, ULN di operasional berubah dari KLN
menjadi Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), pelayanan lelang
bergabung dengan pelayanan (pengurusan) piutang negara. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 445/PMK.01/2006 tentang Organisasi Departemen Keuangan, DJPLN
berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dan kantor-kantor
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
10/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 5
operasionalnya berubah menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL).
Setelah mempelajari sejarah Lembaga Lelang, dapatkah Anda menceritakan perubahan
peraturan yang menyebabkan perubahan organisasi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan lelang? Anda dapat mendiskusikan jawaban Anda dengan peserta Diklat yang
lain. Tuliskan jawaban Anda pada kotak berikut ini.
2. Dasar Hukum
Peranan lembaga lelang dalam sistem perundang-undangan Indonesia tampak
masih dianggap relevan. Hal ini terbukti dengan difungsikannya lelang untuk mendukung
upaya Law Enforcement dalam hukum perdata, hukum pidana, hukum pajak, hukum
administrasi negara, dan hukum pengelolaan kekayaan negara. Perkembangan hukum
belakangan ini seperti Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor 4 Tahun 1996,
Undang-Undang Perpajakan dan Undang-Undang Kepailitan, serta Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuktikan ekspektasi masyarakat
dan pemerintah yang semakin besar terhadap peranan lelang. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa meskipun sistem lelang yang diatur dalam Vendu Reglement termasuk salah satu
peraturan lama warisan Belanda, sistem dan konsep dasarnya sebenarnya cukup baik dalam
mendukung sistem hukum saat ini. Sampai dengan saat ini, dasar hukum Lembaga Lelang
adalah UU Lelang (Vendu Reglement Stb. 1908 No.189) dan dilengkapi Instruksi Lelang
(Vendu InstructieStb. 1908 NO.190) serta Peraturan Pelaksanaannya. Namun yang secarakhusus menjadi dasar hukum pelaksanaan lelang adalah:
a. Undang-Undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad
1908:189 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1941:3)
b. Peraturan Pemerintah Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85)
c. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Keuangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4313)
Perubahan peraturan dan pengaruhnya terhadap organisasi penanggung jawab lelang:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
11/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 6
d. PMK Nomor.40/PMK.07/2006 ttg Juklak Lelang
e. PMK Nomor.41/PMK.07/2006 ttg Pejabat Lelang Kelas I
f. PMK Nomor 118/PMK.07/2005 ttg Balai Lelang
g. PMK Nomor 119/PMK.07/2005 ttg Pejabat Lelang Kelas II
h. KMK Nomor .05/KM.7/2006 ttg Formasi Pejabat Lelang Kelas II
i. Perdirjen Nomor PER-01/PL/2006 ttg Pedoman Administrasi Perkantoran dan
Pelaporan Pejabat Lelang Kelas II
j. Perdirjen Nomor PER-02/PL/2006 tentang Juknis Pelaksanaan Lelang.
3. Pengertian Lelang
Ada beragam pengertian lelang. Berikut ini beberapa diantaranya.
a. Pasal 1457 KUHPerdata
Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
telah dijanjikan
b. Richard L. Hirshberg
Lelang (auction) merupakan penjualan umum dari properti bagi penawar yangtertinggi, dimana pejabat lelang bertindak terutama sebagai perantara dari penjual.
c. Roell, seorang sarjana hukum di Belanda pada tahun 1932 menyatakan bahwa definisi
penjualan umum adalah :
Penjualan umum adalah suatu rangkaian kejadian yang terjadi antara saat di mana
seseorang hendak menjual sesuatu benda atau lebih, baik secara pribadi maupun
dengan perantaraan kuasanya dengan memberi kesempatan kepada orang-orang yang
hadir melakukan penawaran untuk membeli benda-benda yang ditawarkan, sampai
kepada saat kesempatan itu lenyap.
Kesempatan itu lenyap pada saat tercapainya persetujuan antara penjual/kuasanya
dengan pembeli tentang harganya.
d. Christopher L. Allen, mendefinisikan lelang sebagai Thesale by auctions involves an
invitation to the publik for purchase of real or personal property offered from sale by
making successive increasing offers until, subject to sellers reserve price the property
is knocked down to highest bidder.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
12/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 7
e. Mr.M.T.G. Maulenberg, seorang Ahli Lelang Belanda dari Department of Marketing
and Agricultural Market Research, University of Wageningen mengemukakan bahwa
Auction are an intermediary between buyers and sellers. Their main objective is price
discovery. In connection with price formation auctions fulfil also other marketing
functions, like new product assembly products for sale are physically supplied to the
auction
f. Wennek, (Balai Lelang Rippon Boswell and Company Swiss)
An Auction is a system of selling to the public, a number of individual items, one at a
time, commencing at a set time on a set day. The auctioneer conducting the auction
invites offers of prices for the item from the attenders.
g. G. Steven Olley1
Auctions is a set up to sell a product to the highest bidder, in contrast, auctions for
procurement contracts award the prize to lowest bidder
h. Kamus Besar Bahasa Indonesia, lelang berarti :
penjualan dihadapan orang banyak yang dipimpin oleh pejabat lelang dengan tawaran
yang atas-mengatasi
Definisi Pasal 1Vendu Reglement
Penjualan di muka umum ialah pelelangan atau penjualan benda yang diadakan di muka
umum dengan penawaran harga yang makin meningkat atau dengan persetujuan yang
makin menurun atau dengan pendaftaran harga, dimana orang-orang yang diundang atau
sebelumnya sudah diberitahu tentang pelelangan atau penjualan diberi kesempatan untuk
membeli dengan jalan menawar harga, menyetujui harga, atau dengan jalan pendaftaran.
Dan Pasal 1aVendu Reglementmenyebutkan bahwa penjualan dimuka umum tidak bolehdiadakan kecuali di depan juru lelang.
Definisi PMK 40/PMK.07/2006
Lelang adalah penjualan benda yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara
tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.
1 Senior Consultant in National Economic Research Assosiates (NERA).
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
13/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 8
Dari pengertian-pengertian di atas tampak bahwa suatu pelaksanaan lelang harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
penjualan barang kepada umum yang dilakukan di muka umum
dilakukan dengan penawaran yang khas
didahului dengan pengumuman lelang, sebagai upaya megumpulkan peminat lelang
sebanyak-banyaknya sekaligus pemberitahuan kepada khalayak umum
dilaksanakan oleh dan/atau di hadapan Pejabat Lelang dan olehnya dibuat berita acara
bernama Risalah Lelang
4. Asas Lelang
Secara normatif sebenarnya tidak ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur asas lelang namun apabila kita cermati klausula-klausula dalam peraturan
perundang-undangan di bidang lelang dapat ditemukan adanya Asas Lelang yaitu:
a. Asas Keterbukaan
Menghendaki agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui adaya rencana lelang dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang sepanjang tidak dilarang
oleh Undang-Undang. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan lelang harus didahului
dengan pengumuman lelang. Asas ini juga untuk mencegah terjadinya praktekpersaingan usaha tidak sehat, dan tidak memberikan kesempatan adanya praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
b. Asas Keadilan
Mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi
rasa keadilan secara proporsional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas ini untuk
mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat Lelang kepada peserta lelang tertentu atau
berpihak hanya pada kepentingan penjual. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi,
penjual tidak boleh menentukan harga limit secara sewenang-wenang yang berakibat
merugikan pihak tereksekusi.
c. Asas Kepastian Hukum
Menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan
hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Setiap
pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akte
otentik. Risalah Lelang digunakan penjual/pemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang
untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya .
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
14/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 9
d. Asas Efisiensi
Akan menjamin pelaksanaan lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang
relatif murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan
Pembeli disahkan pada saat itu juga.
e. Asas Akuntabilitas
menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang berkepentingan.
Pertanggungjawaban Pejabat Lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan uang
lelang.
5. Fungsi Lelang
Lembaga lelang dalam aplikasinya di masyarakat memiliki dua fungsi, yaitu :
a. Fungsi Privat yang tercermin pada saat digunakan masyarakat yang secara sukarela
memilih menjual barang miliknya secara lelang untuk memperoleh harga yang optimal.
Dalam hal ini lelang akan memperlancar arus lalu lintas perdagangan barang.
b. Fungsi Publik yang tercermin pada saat digunakan oleh aparatur negara untuk
menjalankan tugas umum pemerintahan di bidang penegakan hukum dan pelaksanaanUndang-Undang sesuai ketentuan yang diatur dalam berbagai Peraturan
Perundang-undangan, antara lain: Undang-Undang Perpajakan, Undang-Undang Acara
Pidana dan Perdata, Undang-Undang Hak Tanggungan, Undang-Undang Panitia
Urusan Piutang Negara, Undang-Undang Jaminan Fidusia, Undang-Undang
Kepailitan.
Selain itu Lelang juga digunakan oleh aparatur negara dalam rangka pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah dan/atau Kekayaan Negara yang dipisahkan sesuai ketentuan
yang diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1970
tentang Penjualan dan/atau Pemindahtanganan Barang-Barang yang Dimiliki/Dikuasai
Negara sekaligus untuk mengumpulkan penerimaan negara.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
15/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 10
6. Jenis Lelang
Jenis lelang dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu dari sudut sebab barang itu dijual
dan dari sudut Penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang.
Dari sudut sebab barang itu dijual, dibedakan menjadi lelang ekasekusi dan lelang
Noneksekusi.
a. Lelang Eksekusi
Lelang eksekusi adalah penjualan barang yang bersifat paksa atau eksekusi suatu
putusan Pengadilan Negeri yang menyangkut bidang pidana atau perdata maupun
putusan Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dalam kaitannya dengan pengurusan
Piutang Negara, serta putusan dari Kantor Pelayanan Pajak dalam masalah perpajakan.
Dalam hal ini Penjualan lelang biasanya dilakukan atas barang-barang milik tergugat
atau Debitur/Penanggung Hutang atau Wajib Pajak yang sebelumnya telah disita
eksekusi. Selain itu, dapat juga karena perintah peraturan perundang-undangan seperti
Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 6 Undang-Undang Hak
Tanggungan, Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia dan Pasal 59 Undang-Undang
Kepailitan. Singkatnya, lelang eksekusi adalah lelang yang dilakukan dalam rangka
melaksanakan putusan/penetapan Pengadilan atau yang dipersamakan dengan
putusan/penetapan Pengadilan atau atas perintah peraturan perundang-undangan.
b. Lelang Noneksekusi
Lelang noneksekusi adalah lelang barang milik/dikuasai negara yang tidak diwajibkan
dijual secara lelang apabila dipindahtangankan atau lelang sukarela atas barang milik
swasta. Lelang ini dilaksanakan bukan dalam rangka eksekusi/tidak bersifat paksa atas
harta benda seseorang.
Sedangkan dari sudut penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan
dilelang, dibedakan menjadi lelang yang sifatnya wajib dan lelang yang sifatnya sukarela.
a. Lelang yang sifatnya wajib
Lelang yang dilaksanakan atas permintaan pihak yang menguasai/memiliki suatu
barang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan harus dijual secara lelang.
Contohnya: Barang-barang inventaris milik Instansi Pemerintah, apabila sudah
dihapuskan, maka berdasarkan Pasal 48 UU Perbendaharaan jo. Inpres No.9 tahun 1970
barang-barang tersebut harus dijual secara lelang melalui Kantor Lelang, termasuk
lelang atas putusan/penetapan lembaga peradilan yang dalam amar putusannyamewajibkan adanya penjualan secara lelang, dan sebagainya.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
16/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 11
b. Lelang yang sifatnya sukarela
Lelang yang dilaksanakan atas permintaan masyarakat/pengusaha yang secara sukarela
menginginkan barangnya dilelang.
Setelah mempelajari Dasar Hukum Lelang, Pengertian Lelang, Asas Lelang, Fungsi Lelang
dan Jenis Lelang, apakah yang Anda ketahui tentang Dasar Hukum, Pengertian, Asas,
Fungsi dan Jenis Lelang? Jelaskan secara rinci! Anda dapat mendiskusikan jawaban Anda
dengan peserta Diklat yang lain. Tuliskan jawaban Anda pada kotak berikut ini.
7. Sistem Lelang
Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini, Lembaga Lelang bertanggung untuk
melakukan suatu proses yang berkesinambungan, mulai dari persiapan lelang, pelaksanaan
lelang, dan diakhiri dengan pascalelang. Pada setiap tahap peran dari subyek lelang, yang
terdiri dari Pejabat Lelang, Penjual dan Peserta Lelang berbeda-beda. Pada tahap persiapan
lelang, dituntut kerjasama yang baik antara pihak Penjual dengan Pejabat Lelang agar
dalam pelaksanaan lelang dapat tercipta harga yang optimal sekaligus wajar, dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat Lelang sangat berperan pada
saat pelaksanaan lelang, ia harus menjamin lelang dilaksanakan sesuai rule of the game.
Akhirnya pada tahap pascalelang ketiga pihak harus berkolaborasi untuk menyelesaikan
proses lelang.
Sistem Lelang di Indonesia mempunyai ciri-ciri tertentu yang harus diperhatikan
dan dipahami maknanya oleh Pejabat Lelang, dan kemudian harus diinformasikan oleh
Pejabat Lelang kepada pemohon lelang dan peserta lelang, yaitu:
a. Lelang dengan Tanggungan Pemerintah
Pembayaran tagihan yang timbul dari lelang kepada Pemerintah/Pejabat Lelang
Pemerintah/Pejabat Lelang terikat membayar hasil lelang kepada Penjual
Bea Lelang ditanggung Pembeli dan Penjual
Dasar Hukum, Pengertian, Asas, Fungsi dan Jenis Lelang:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
17/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 12
PEMBELI
PEJABAT LELANG
PEMERINTAHPENJUAL
HARGA
PENJUALAN
HASIL
PENJUALAN
BARANG
b. Lelang di luar Tanggungan Pemerintah
Pembayaran tagihan yang timbul dari lelang dilakukan langsung kepada Penjual
Pemerintah/Pejabat Lelang tidak terikat dalam pengelolaan uang lelang
Bea Lelang ditanggung Penjual
Sistem ini diimplementasikan, dengan regulasi untuk Lelang Non Eksekusi denganmenggunakan fasilitas jasa dari Balai Lelang
c. Pembayaran Tunai
Pembayaran paling lambat 3 x 24 jam hari kerja. Pembayaran dapat dilakukan
dengan uang kartal maupun uang giral. Khusus untuk uang giral harus dapat
diuangkan paling lambat 3 X 24 jam.
Namun pelunasan Harga Lelang oleh Pembeli dapat diberikan dispensasi terutama
untuk obyek lelang yang harganya sangat tinggi dan ketentuan dispensai jangka
waktu pembayaran oleh Pembeli harus dicantumkan dalam pengumuman lelang.
Pembeli yang tidak memenuhi kewajiban melunasi Harga Lelang dan pungutan sah
lainnya ditetapkan sebagai wanprestasi, akibatnya uang jaminan yang telah disetor
hangus/tidak dapat ditarik kembali.
Pembayaran tunai dapat dilakukan dengan uang giral, seperti cek tunai, cek giro,
travel cek. Pembayaran dengan uang giral dianggap sebagai pembayaran lunas
apabila dapat diuangkan.
d. Lelang dengan pembayaran Tangguh/Lelang Kredit
Pembayaran dilakukan dalam 3 bulan sesudah hari lelang (Pasal 22 VR)
Ijin pembayaran Tangguh diberikan Pejabat Lelang dalam hal lelang dengan
Tanggungan Pemerintah dan oleh Penjual dalam hal Lelang di luar Tanggungan
Pemerintah. (Pasal 25 VR)
Untuk jumlah yang besar, Pembeli harus memberikan jaminan. (Pasal 26, 27, 28
VR)
Ketentuan ini sudah tidak diberlakukan lagi (tidak efektif)
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
18/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 13
e. Harga Eksklusif
Dalam harga penawaran yang diajukan Peserta/Pemenang Lelang BELUM terhitung
pungutan-pungutan lelang (Bea Lelang pembeli, Uang Miskin)
Pada umumnya, lelang yang dilakukan adalah Lelang Eksklusif.
f. Harga Inklusif
Dalam harga penawaran yang diajukan Peserta/Pemenang lelang SUDAH terhitung
pungutan-pungutan Lelang (Bea Lelang, Uang Miskin).
Lelang inklusif dilakukan apabila ada permintaan tertulis dari Penjual.
Dasar Hukum: SE Ka. BUPLN Nomor SE 59/PN/1994 tanggal 12 Oktober 1994
tentang Tata Cara Penawaran Lelang
g. Penawaran Secara Terbuka/Lisan
Penawaran lelang dilakukan secara lisan dengan penawaran harga meningkat
(naik-naik) atau menurun (turun-turun).
h. Penawaran Secara Tertutup/Tertulis
Penawaran lelang dilakukan secara tertulis dalam amplop tertutup
Dapat dilanjutkan dengan Lelang Terbuka/Lisan bila penawaran tertinggi belum
mencapai harga limit yang dikehendaki Penjual.
i. Lelang dengan Harga limit/Reserved Price
Pejabat Lelang menetapkan Pemenang Lelang kepada Penawar Tertinggi apabila
penawarannya sudah mencapai dan atau melampaui Harga limit/Reserved Price yang
dikehendaki Penjual.
j. Lelang Tanpa Harga limit/Reserved Price
Pejabat Lelang menetapkan Pemenang Lelang pada penawar yang mengajukan
penawaran Tertinggi, berapapun besarnya penawaran yang diajukan, disahkan sebagai
Pemenang Lelang.
k. Kewenangan Melelang
Pada prinsipnya setiap Lelang tidak boleh diadakan kecuali di depan Pejabat Lelang.
(Pasal 1a VR jo Pasal 25 (1) Kep. Menkeu Nomor 304/KMK.01/2002). Pengecualian
Lelang Pegadaian, Ikan, Hasil Pertanian, Hasil Perkebunan (Pasal 49 VR) dengan
peraturan minimal setingkat Peraturan Pemerintah (Pasal 1a VR). Sanksi Pelanggaran
Pasal 1a VR Denda maksimal Rp. 150 ribu termasuk pidana pelanggaran. (Pasal 1a VR
jo Perpu Nomor 18 th 1960) berakibat Lelang tidak sah (KMK Nomor
304/KMK.01/2002) dan dapat dilakukan pembatalan Lelang (KMK Nomor
534/MK/11/1970).
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
19/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 14
l. Pengumuman Lelang
Pada prinsipnya setiap pelaksanaan lelang harus didahului dengan Pengumuman Lelang
yang dilakukan oleh Penjual/Pemohon. Pengumuman lelang dimaksudkan untuk
mengumpulkan peminat/peserta lelang dan memberitahukan pihak-pihak yang
berkepentingan. Pelaksanaan lelang tanpa didahului pengumuman lelang tidak sah.
Harga yang optimal dan tujuan lelang akan dicapai apabila pengumuman lelang
dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga benar-benar informatif, tidak hanya sekdar
formalitas memenuhi prinsip lelang.
m. Obyek Lelang dijual apa adanya (as by as)
Penawar/peserta lelang dianggap telah mengetahui barang yang dilelang sehingga
apabila kemudian terdapat kekurangan/kerusakan yang terlihat maupun tidak terlihat
setelah ditetapkan sebagai pembeli, tidak berhak menolak, atau minta kerugian. Namun
demikian apabila Penjual telah menguraikan secara spesifik terhadap barang yang
dilelang, ternyata kemudian tidak sesuai yang disebutkan dalam pengumuman lelang,
pembeli lelang dapat menuntut ganti rugi kepada Penjual/pemilik barang yang dilelang.
n. Pembeli Wanprestasi
Pembeli wanprestasi bertanggungjawab terhadap tagihan dari penjual guna mengganti
semua biaya untuk pelaksanaan lelang kedua kalinya/ulang dan juga jika dalam lelang
ulang tidak mencapai harga semula maka pembeli wanprestasi harus memnuhi
kekurangannya, sementara itu ia tidak berhak untuk menuntut atas kelebihan harga
apabila harga pada lelang ulang lebih tinggi dari lelang semula.
o. Tempat Lelang
Lelang dilaksanakan dalam wilayah kerja KPKNL tempat barang berada, namun dapat
dilakukan diluar wilayah kerja KPKNL dalam hal mendapat persetujuan Dirjen PLN
untuk barang dalam wilayah antar Kanwil, dan Ka Kanwil DJKN dalam wilayah
Kanwil.
p. Tidak diperlukan Akta Jual Beli (AJB) dari Notaris/PPAT
Setiap pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh dan/atau di hadapan Pejabat Lelang
harus dibuat berita acara bernama Minut Risalah Lelang. Pembeli yang memerlukan
AJB dari pelaksanaan lelang cukup minta kepada Pejabat Lelang untuk dibuatkan
Kutipan Risalah Lelang sebagai AJB yang digunakan untuk balik nama, tanpa tambahan
biaya.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
20/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 15
8. Arti Penting Lembaga Lelang
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diakatakan bahwa lembaga lelang
merupakan salah satu institusi pasar yang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengansarana penjualan barang pada umumnya. Adapun nilai lebih dari Lembaga Lelang yaitu
jaminan harga yang optimal karena harus didahului dengan upaya mengumpulkan
peserta/peminat lelang, dan pemberian kesempatan yang sama kepada para peserta/peminat
lelang untuk melakukan penawaran dalam satu waktu sehingga akan menimbulkan
kompetisi penawaran. Berdasarkan hal itu tidaklah mengherankan kalau Lembaga Lelang
digunakan sebagai parameter bagi pencapaian rasa keadilan di masyarakat, khususnya
dalam bidang pengakan hukum/lelang eksekusi dan penjualan kekayaan negara (fungsi
publik), serta sekaligus memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan
usaha penjualan barang secara lelang (fungsi privat).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan secara lelang mempunyai nilai
lebih/kebaikan, yaitu:
a. Built in Control,Lelang diumumkan lebih dahulu dengan maksud untuk menghimpun
peminat/peserta lelang sebanyak-banyaknya dan memberikan kesempatan pihak yang
berkepentingan untuk mengajukan keberatan. Ini berarti bahwa pelaksanaan lelang
dilakukan di bawah pengawasan umum. Bahkan sejak diumumkan pihak yang
berkeberatan dapat mengajukan verzet/gugatan terhadap pelaksanaan lelang tersebut
mapupun terhadap hasil lelangnya.
b. Obyektif, Lelang dilaksanakan secara terbuka di depan umum, tidak ada prioritas di
antara peserta lelang, kesamaan hak dan kewajiban diantara peserta akan menghasilkan
pelaksanaan lelang dan harga yang obyektif. Kondisi ini dijamin oleh Pejabat Lelang
sebagai pejabat umum yang bertindak sebagai pemimpin lelang, juri, wasit, hakim dan
sebagai pembuat berita acara lelang (Risalah Lelang).
c. Kompetitif, Lelang harus didahului pengumuman lelang dan hak dan kewajiban peserta
lelang sama, tidak ada prioritas, hal ini akan menciptakan mekanisme penawaran
dengan persaingan bebas diantara para peserta lelang, sehingga akan tercapai harga
yang optimal sekaligus wajar.
d. Otentik, pada setiap pelaksanaan lelang dibuat berita acara yang bernama Minut
Risalah Lelang yang merupakan akta/bukti otentik telah dilaksanakan suatu pelelangan.
Oleh Pejabat Lelang Minut Risalah lelang dapat dikeluarkan Kutipan Risalah Lelang
yang tergolong acte van transpor, oleh karena itu pembeli tidak perlu lagi membuat
akta jual beli di notaris lagi.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
21/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 16
Setelah mempelajari Sistem Lelang dan Arti Penting Lembaga Lelang, dapatkah Anda
menjelaskan bagaimana sistem lelang dan kelebihan penjualan secara Lelang? Anda dapat
mendiskusikan jawaban Anda dengan peserta Diklat yang lain. Tuliskan jawaban Anda
pada kotak berikut ini.
9. Rangkuman
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti
peningkatan harga secara bertahap. Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam
perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl. 1908
Nomor 189 dan Vendu Instructie,Stbl. 1908 Nomor 190. Peraturan-peraturan dasar lelang
ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di
Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006, definisi lelang
adalah penjualan benda yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis
dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang
didahului dengan pengumuman lelang.
Adapun asas-asas lelang adalah (1) Asas keterbukaan, (2) Asas keadilan, (3) Asas
kepastian hukum, (4) Asas efisiensi, dan (5) Asas akuntabilitas.
Untuk jenis lelang sendiri dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu dari sudut sebab
barang itu dijual dan dari sudut penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan
dilelang. Jenis lelang ditinjau dari sudut sebab barang itu dijual dibedakan menjadi lelang
eksekusi dan non eksekusi. Sedangkan dari sudut penjual dalam hubungannya dengan
barang yang akan dilelang, dibedakan menjadi lelang yang sifatnya wajib dan lelang yang
sifatnya sukarela. Adapun fungsi Lelang terdiri dari (1) Fungsi privat dan (2) Fungsi
publik..
Penjualan secara lelang memiliki nilai lebih/kebaikan, yaitu (1) Built in control, (2)
Obyektif, (3) Kompetitif, dan (4) Otentik.
Sistem lelang dan kelebihan penjualan secara lelang:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
22/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 17
10. Tes Formatif I
Lingkarilah B bila pernyataan di bawah ini benar dan lingkarilah S bila pernyataan di
bawah ini salah
1. B S Lelang adalah setiap Penjualan Barang dan Jasa di muka umum umum
dengan cara penawaran harga naik-naik dan atau tertulis serta melalui usaha
mengumpulkan para peminat/Peserta Lelang.
2. B S Dari sudut sebab barang akan dijual, lelang dibedakan menjadi lelang wajib
dan lelang sukarela.
3. B S Lelang eksekusi adalah lelang atas barang milik instansi/badan tertentu
yang menurut peraturan perundang-undangan harus dijual secara lelang.4. B S Fungsi publik lelang antara lain untuk mengumpulkan penerimaan negara.
5. B S Lelang noneksekusi adalah lelang barang milik/dikuasai negara yang tidak
diwajibkan dijual secara lelang apabila dipindahtangankan atau lelang
sukarela atas barang milik swasta.
6. B S Asas efisiensi menjamin lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya
yang relatif murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang
telah ditentukan dan Pembeli disahkan pada saat itu juga.
7. B S Asas akuntabilitas menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan
menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pelaksanaan lelang.
8. B S Salah satu unsur lelang adalah dilakukan dengan penawaran yang khas.
9. B S memperlancar arus lalu lintas perdagangan barang merupakan salah satu
unsur publik lelang.
10. B S Yang dimaksud dengan lelang noneksekusi adalah lelang barang
milik/dikuasai negara yang tidak diwajibkan dijual secara lelang apabila
dipindahtangankan atau lelang sukarela atas barang milik swasta.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
23/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 18
11. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif I yang ada di bagian
belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
Jumlah semua soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas, Anda dapat meneruskan dengan
materi selanjutnya. Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
ini, terutama yang belum Anda kuasai.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
24/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 19
KEGIATAN BELAJAR 2
SUBJEK LELANG
A. Masalah Umum
Subjek dalam proses lelang adalah: Pejabat Lelang, Penjual, dan Peserta Lelang/
Pembeli. Merekalah yang mempunyai peran yang sangat dominan. Masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda tetapi saling berkaitan sehingga ketiga subjek
lelang tersebut dituntut untuk bertangung jawab dalam setiap tindakan dalam pelaksanaan
lelang. Masalah ini belum sepenuhnya dipahami oleh pengguna jasa lelang maupun oleh
masyarakat pada umumnya, bahkan oleh subyek lelang sendiri, sehingga sering
menimbulkan persepsi yang berbeda dan cenderung menimbulkan masalah.
Tujuan dari setiap lelang adalah terciptanya harga lelang yang optimal. Dalamsetiap pelaksanaan lelang, sebenarnya yang sangat berperan untuk mencapai tujuan lelang
tersebut adalah Penjual. Dalam hal ini, penjual dapat sebagai pemilik barang atau karena
peraturan perundang-undangan berhak melaksanakan penjualan terhadap suatu barang
yang ia kuasai/miliki. Sepanjang Penjual benar-benar bertujuan untuk memperoleh harga
yang optimal maka pada pokoknya Lembaga Lelang dapat menjamin tujuan tersebut.
Kesungguhan penjual ditunjukan pada saat melaksanakan pengumuman lelang
yang benar-benar informatif sehingga tujuan pengumuman lelang dapat dicapai yaitu
mengumpulkan peminat sebanyak-banyaknya dan pemberitahuan kepada masyarakat/yang
berkepentingan tentang akan adanya lelang. Dalam kondisi yang demikian maka akan
dapat dikumpulkan peserta lelang sebanyak-banyaknya. Dengan peserta yang banyak ada
jaminan penawaran lelang akan kompetitif. Oleh karena itu semua peserta lelang harus
dijamin mempunyai kesempatan yang sama untuk mengajukan penawaran.
Pejabat Lelang harus menjamin proses lelang berjalan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, dan para pihak dapat melaksanakan Hak dan Kewajibannya dengan wajar.
Pejabat Lelang harus bersikap adil, tegas dan berwibawa serta mampu berkomunikasi
dengan semua pihak.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah selesai mempelajari Kagiatan Belajar 2 ini, peserta diharapkan mampu
menyebutkan hak dan kewajiban subyek lelang sehingga lelang dapat berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan menciptakan harga yang optimal.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
25/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 20
C. Pokok-pokok Bahasan
Untuk lebih memahami subjek lelang, pada Kegiatan Belajar 2 akan dibahas 3
(tiga) materi sebagai berikut:
1. Pejabat Lelang.
2. Penjual.
3. Peserta Lelang/Pembeli.
D. Materi
1. PEJABAT LELANG
Pejabat Lelang (vendumeester, auctioneer) adalah orang yang khusus diberi
wewenang oleh Menteri Keuangan melaksanakan penjualan barang secara lelang. (Pasal 1
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006 tanggal 30 Mei 2006).
Klasifikasi Pejabat Lelang menurutPasal 7 Vendu Instructie (VI)adalah:
1. Pejabat Lelang Kelas I yaitu Pejabat Pemerintah yang diangkat khusus sebagai Pejabat
Lelang dan Penerima Uang Kas Negara yang ditugaskan sebagai Pejabat Lelang.
2. Pejabat Lelang Kelas II yaitu Pejabat Negara selain Pejabat Lelang yang diberi tugas
tambahan sebagai Pejabat Lelang, Orang-orang yang khusus diangkat sebagai PejabatLelang.
Berdasarkan Pasal 5 PMK Nomor 40/PMK.07/2006, Pejabat Lelang dibedakan
menjadi:
1. Pejabat Lelang Kelas I yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) yang berkedudukan di KPKNL dan yang diberi wewenang oleh
Undang-Undang untuk melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang
2. Pejabat Lelang Kelas II yaitu Lulusan Pendidikan dan Pelatihan Pejabat Lelang yang
diselengggarakan oleh BPPK, Notaris, atau Pensiunan PNS DJKN diutamakan yang
pernah menjadi Pejabat Lelang Kelas I yang berkedudukan di Kantor Pejabat Lelang
Kelas II dan hanya berwenang melaksanakan lelang berdasarkan permintaan Balai
Lelang. Serta diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melaksanakan lelang untuk
jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, lelang aset BUMN/D berbentuk Persero, dan
lelang aset milik Bank dalam likuidasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1999
Namun, apabila di suatu wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas I terdapat Pejabat
Lelang Kelas II, Pejabat Lelang Kelas I yang bersangkutan tidak diperbolehkan
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
26/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 21
melaksanakan lelang atas permohonan Balai Lelang, kecuali Pejabat Lelang Kelas II yang
ada di wilayah tersebut dibebastugaskan, cuti atau berhalangan tetap.
Secara umum, dalam melaksanakan tugasnya Pejabat Lelang berperan sebagai:
1. Pemimpin Lelang, yang menjamin ketertiban, keamanan dan kelancaran serta
mewujudkan pelaksanaan lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
memimpin lelang, Pejabat Lelang dituntut untuk bersikap komunikatif, tegas dan
berwibawa.
2. Perantara antara penjual yang ingin menjual barang secara lelang dan peserta lelang
yang bermaksud membeli barang yang dilelang.
3. Hakim dalam pelaksanaan lelang yang menetapkan seorang peserta lelang menjadi
pemenang lelang.
4. Pejabat umum yang membuat akta otentik sebagai bukti pelaksanaan lelang berupa
Risalah Lelang.
1.1.Wewenang Pejabat Lelang
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Lelang berwenang untuk:
a. melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang dan dokumen
barang yang akan dilelang
b. menegur dan/atau mengeluarkan peserta dan atau pengunjung lelang apabilamelanggar tata tertib pelaksanaan lelang
c. menghentikan pelaksanaan lelang untuk sementara waktu apabila diperlukan
dalam rangka menjaga ketertiban pelaksanaan lelang
d. menolak melaksanakan lelang apabila tidak yakin akan kebenaran formal berkas
persyaratan lelang
e. melihat barang yang akan dilelang
f. meminta bantuan aparat keamanan apabila diperlukan
g. mengesahkan Pembeli Lelang dan/atau
h. membatalkan Pembeli Lelang yang wanprestasi.
1.2.Kewajiban Pejabat Lelang
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Lelang memiliki kewajiban:
a. Bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan
pihak yang terkait
b. meneliti dokumen persyaratan lelang
c. membuat bagian Kepala Risalah Lelang sebelum Lelang dimulai
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
27/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 22
d. membacakan bagian Kepala Risalah Lelang dihadapan peserta lelang sebelum
lelang dimulai, kecuali dalam lelang yang dilakukan melalui media elektronik
e. memimpin pelaksanaan lelang
f. mengesahkan Pembeli Lelang
g. membuat Minuta Risalah Lelang dan menyimpannya
h. membuat Salinan dan Kutipan Risalah Lelang menyerahkan kepada yang
berhak
i. meminta dari Pembeli bukti Pelunasan Harga Lelang, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan, dan pungutan-pungutan lain yang diatur sesuai
peraturan perundang-undangan dan meneliti keabsahannya
j. membuat administrasi pelaksanaan lelang
k. memberikan pelayanan jasa lelang sesuai dengan peraturanperundang-undangan di bidang lelang dan
l. mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang lelang
1.3.Larangan Pejabat Lelang
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Lelang dilarang:
a. melayani permohonan lelang di luar kewenangannya
b. dengan sengaja tidak hadir dalam pelaksanaan lelang yang telah dijadwalkan
c. membeli barang yang dilelang dihadapannya secara langsung maupun tidak
langsung
d. menerima uang jaminan lelang dan Harga Lelang dari Pembeli
e. melakukan pungutan lain di luar yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku
f. melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kepatutan sebagai Pejabat Lelang
g. menolak permohonan lelang sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah
lengkap dan telah memenuhi legalitas subjek dan objek lelang atau
h. merangkap jabatan atau profesi sebagai Pejabat Negara, Kurator, Penilai,Pengacara/Advokat, atau jabatan lain yang oleh peraturan perundangan dilarang
dirangkap dengan jabatan Pejabat Lelang
2. PENJUAL
Owners, Sellers/Vendors, diterjemahkan pemilik barang, pemohon/penjual
lelang. Penjual adalah perorangan atau badan hukum yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau perjanjian, mempunyai hak dan atau berwenang melakukan
penjualan secara lelang. Penjual dapat berstatus pemilik barang, kuasa pemilik barang, atau
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
28/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 23
orang/Badan yang oleh Undang-undang atau peraturan yang berlaku diberi wewenang
untuk menjual barang secara lelang. Sebenarnya kunci kesuksesan dari lelang sehingga
terciptanya harga lelang yang optimal berada ditangan Penjual. Pelaksanaan pengumuman
lelang dan pemberian kesempatan yang sama dan kemudahan kepada para peminat lelang
untuk menjadi peserta lelang serta pilihan tempat lelang yang baik, (mudah dijangkau oleh
peserta lelang) adalah beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh Penjual dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan esensi dari tahapan tersebut.
Dalam pelaksanaan lelang, penjual bertanggung jawab terhadap keabsahan
barang dan dokumen persyaratan lelang serta bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi
terhadap kerugian yang timbul karena ketidakabsahan barang dan dokumen persyaratan
lelang.
2.1. Hak Pemohon/Penjual lelang :
a. Memilih cara penawaran lelang
b. Menetapkan syarat-syarat lelang (bila dianggap perlu)
c. Menerima Uang Hasil Lelang
d. Menerima Salinan Risalah Lelang
2.2. Kewajiban Pemohon/Penjual lelang :
a. Mengajukan permohonan lelang secara tertulis
b. Melengkapi syarat-syarat/dokumen-dokumen yang diperlukanc. Melaksanakan pengumuman lelang
d. Menetapkan harga/harga limit yang wajar atas barang yang dilelang
e. Membayar Bea Lelang, Biaya Administrasi, dan Pajak/Pungutan lainnya (misalnya
: PPh Pasal 25)
f. Menyerahkan barang dan dokumen-dokumennya kepada pembeli lelang
g. Menaati tata tertib lelang
Dalam suatu pelaksanaan lelang, penjual dapat mengajukan syarat-syarat lelang
tambahan, misalnya:
- jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum pelaksanaan lelang
(aanwijzing)
- jangka waktu bagi calon pembeli untuk melihat dan meneliti fisik barang yang akan
dilelang
- jangka waktu pembayaran harga lelang
- jangka waktu pengambilan/penyerahan barang oleh pembeli.
Apabila penjual mengajukan syarat-syarat tambahan, maka syarat-syarat tersebutharus dicantumkan dalam Risalah Lelang, dengan ketentuan:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
29/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 24
1. Tidak boleh bertentangan dengan ketentuan umum lelang, misalnya:
a. Pembayaran uang hasil lelang secara kredit, kecuali ada ijin dari Direktur Jenderal
Kekayaan Negara
b. Memperjanjikan pengembalian uang hasil lelang apabila jadwal pembongkaran
barang yang dilelang tidak dipenuhi oleh pembeli
c. Apabila tidak mengikuti anwijzing (penjelasan atas barang-barang yang dilelang)
tidak boleh ikut lelang
d. Jangka waktu penyetoran uang jaminan ditetapkan terlalu lama dari waktu
pelaksanaan lelang
e. Syarat-syarat lain yang bertentangan dengan syarat umum lelang.
2. Tidak berakibat merugikan/mengurangi hak-hak Negara.
3. Memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal1320 KUH Perdata.
4. Disampaikan secara tertulis pada saat permohonan lelang.
5. Diumumkan pada Pengumuman Lelang.
3. PESERTA LELANG/PEMBELI
Attenders, Bidders, The Highest Bidders, Buyers/Purchasers diterjemahkan
Peserta, Penawar, Penawar Tertinggi/Pemenang Lelang, Pembeli Lelang. Perorangan atau
Badan Usaha dapat menjadi peserta/pembeli lelang kecuali yang nyata-nyata dilarang oleh
peraturan yang berlaku, seperti Hakim, Jaksa, Panitera, Pengacara, Pejabat Lelang,
Jurusita, Notaris, yang terkait dengan pelaksanaan lelang. Peserta lelang yang memenuhi
syarat dan sebagai penawar tertinggi yang telah melampaui atau sama dengan harga limit
ditetapkan sebagai pembeli/pemenang lelang.
3.1. Hak Peserta Lelang :
a. Melihat dan meminta keterangan atas dokumen-dokumen barang yang akan
dilelang.
b. Melihat dan memeriksa barang yang akan dilelang.
c. Meminta kembali Uang Jaminan bila tidak ditunjuk sebagai pembeli lelang.
d. Meminta Kutipan Risalah Lelang/Grosse dan kwitansi lelang bila ditunjuk sebagai
Pembeli lelang.
e. Mendapatkan barang beserta dokumen-dokumennya bila ditunjuk sebagai Pembeli
lelang.
3.2. Kewajiban Peserta Lelang :
a. Menyetor Uang Jaminan kepada Pejabat Lelang, bila disyaratkan demikian.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
30/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 25
b. Peserta/Kuasanya hadir dalam pelaksanaan lelang.
c. Mengisi Surat Penawaran dengan baik dan benar dalam hal lelang tertutup/tertulis.
d. Membayar Pokok Lelang, Bea Lelang, dan Pajak/pungutan lainnya (misalnya :
BPHTP) bila ditunjuk jadi Pembeli Lelang.
e. Menaati tata tertib pelaksanaan lelang.
3.3. Pembeli Lelang
Pembeli ditetapkan oleh Pejabat Lelang
Pembeli wajib membayar harga lelang, Bea Lelang, dan Uang pungutan lainnya.
Apabila pembeli tidak memenuhi kewajibannya tersebut, Pejabat Lelang
membatalkan penetapannya sebagai Pembeli
Pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya tersebut tidak boleh mengikuti lelang
diseluruh wilayah Indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan
Setelah mempelajari Subjek Lelang, dapatkah Anda menjelaskan siapa saja yang menjadi
subjek lelang dan apa peranannya dalam pelaksanaan lelang? Anda dapat mendiskusikan
jawaban Anda dengan peserta Diklat yang lain. Tuliskan jawaban Anda pada kotak berikut
ini
4. Rangkuman
Subjek dalam proses lelang adalah Pejabat Lelang, penjual dan peserta
lelang/pembeli lelang yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang berbeda
namun saling berkaitan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
40/PMK.07/2006 tanggal 30 Mei 2006, Pejabat Lelang adalah orang yang khusus diberi
wewenang oleh Menteri Keuangan melaksanakan penjualan barang secara lelang.
Pejabat Lelang memiliki wewenang, kewajiban, dan larangan yang telah diatur
menurut peraturan di bidang lelang.
Yang menjadi subjek lelang dan peranannya dalam pelaksanaan lelang adalah:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
31/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 26
Penjual adalah perorangan atau badan hukum yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau perjanjian, mempunyai hak dan atau berwenang melakukan
penjualan secara lelang.
Peserta lelang adalah orang yang memenuhi syarat dan sebagai penawar tertinggi
yang telah melampaui atau sama dengan harga limit ditetapkan sebagai pembeli/pemenang
lelang.
Tujuan dari setiap lelang adalah terciptanya harga lelang yang optimal. Agar
pelaksanaan lelang sesuai dengan tujuannya, Pejabat Lelang harus menjamin proses lelang
berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan para pihak melaksanakan hak dan
kewajibannya secara wajar.
5. Tes Formatif II
Lingkarilah B bila pernyataan di bawah ini benar dan lingkarilah S bila pernyataan di
bawah ini salah
1. B S Pengumuman lelang merupakan salah satu aspek yang menunjang
tercapainya tujuan pelaksanaan lelang.
2. B S Salah satu wewenang Pejabat Lelang adalah membuat bagian Kepala
Risalah Lelang sebelum lelang dimulai.
3. B S Pejabat Lelang dapat membeli barang yang dilelang dihadapannya.
4. B S Penjual dapat menetapkan syarat-syarat lelang tambahan tanpa terkecuali.
5. B S Penjual dapat berstatus pemilik barang, kuasa pemilik barang, atau
orang/Badan yang oleh Undang-undang atau peraturan yang berlaku diberi
wewenang untuk menjual barang secara lelang.
6. B S Penjual berhak menerima uang jaminan penawaran lelang apabila peserta
lelang mengundurkan diri.
7. B S Peserta lelang berhak meminta kembali uang jaminan penawaran lelang bila
tidak ditunjuk sebagai pembeli.
8. B S Peserta lelang wajib membayar Pokok Lelang, Bea Lelang, dan
Pajak/pungutan lainnya (misalnya : BPHTP) bila ditunjuk jadi Pembeli
Lelang.
9. B S Apabila pembeli tidak memenuhi kewajibannya, Penjual membatalkan
penetapannya sebagai pembeli.
10. B S Pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat mengikuti lelang setelah
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sebagai pembeli wanprestasi.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
32/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 27
6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif II yang ada di bagian
belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
Jumlah semua soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas, Anda dapat meneruskan dengan
materi selanjutnya. Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
ini, terutama yang belum Anda kuasai.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
33/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 28
KEGIATAN BELAJAR 3
RISALAH LELANG
A. Masalah Umum
Sebagaimana diketahui, dalam setiap pelaksanaan lelang selalu dibuat berita
acara berupa Risalah Lelang. Karena Risalah Lelang merupakan akta otentik, maka
dalam pembuatannya harus memuat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang
tersebut. Untuk itu perlu diketahui hal-hal yang harus dimuat dalam Risalah Lelang,
bentuk Risalah Lelang, serta siapa-siapa saja yang berhak mendapat Risalah Lelang.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian, fungsi dan bentuk Risalah Lelang.
b. Mengetahui dan dapat membedakan minuta, grosse, salinan, dan kutipan Risalah
Lelang.
c. Memahami dan menjelaskan tata cara penandatanganan dan pemberian catatan
setelah Risalah Lelang ditutup oleh para pihak.
d. Mengetahui dan memaparkan tata cara penyimpanan dan pengambilan Risalah
Lelang.
C. Pokok Bahasan
Untuk lebih memahami tentang Risalah Lelang, pada Kegiatan Belajar 3 akan
dibahas 6 materi sebagai berikut:
1. Pengertian dan fungsi Risalah Lelang
2. Bentuk Risalah Lelang
3. Penandatanganan Risalah Lelang
4. Catatan setelah Risalah Lelang ditutup
5. Penyimpanan dan pengambilan Risalah Lelang
6. Minut, Salinan, dan Kutipan Risalah Lelang
D. Materi
1. Pengertian dan Fungsi Risalah Lelang
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
34/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 29
Risalah Lelang merupakan legal output dari Kantor Lelang. Menurut Pasal
1868 KUH Perdata jo Pasal 37, 38 dan 39 Vendu Reglement, Risalah Lelang termasuk
akta otentik. Selanjutnya menurut Pasal 1870 KUH Perdata, akta otentik merupakan
bukti yang sempurna. Risalah Lelang juga merupakan salah satu bentuk perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.
Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak dan persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
a. pengertian Risalah Lelang
Menurut Pasal 35 Vendu Reglement mengatakan Tiap penjualan dimuka umum
oleh juru lelang atau kuasanya dibuat berita acara tersendiri yang bentuknya
ditetapkan seperti dimaksud dalam Pasal 37, 38 dan 39 VR. Namun dalam
perkembangannya istilah berita acara lelang tersebut berubah menjadi Risalah
Lelang. Sejak kapan penggunaan Risalah Lelang tersebut secara resmi belum
diketahui, akan tetapi istilah Risalah Lelang itu menurut Pedoman Administrasi
Umum Departemen Keuangan dapat diartikan sebagai berikut :
Berita Acara adalah risalah mengenai suatu peristiwa resmi dan kedinasan yang
disusun secara teratur dimaksudkan untuk mempunyai kekuatan bukti tertulis
bilamana diperlukan sewaktuwaktu. Berita Acara ini ditandatangani oleh
pihakpihak yang bersangkutan.
Risalah adalah laporan mengenai jalannya suatu pertemuan yang disusun
secara teratur dan dipertanggungjawabkan oleh si pembuat dan atau pertemuan
itu sendiri, sehingga mengikat sebagai dokumen resmi dari kejadian / peristiwa
yang disebutkan didalamnya.
Dari kedua pengertian tentang berita acara dan risalah tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Risalah Lelang adalah : Berita acara yang merupakan
dokumen resmi dari jalannya penjualan dimuka umum atau lelang yang disusun
secara teratur dan dipertanggungjawabkan oleh Pejabat Lelang dan para pihak(penjual dan pembeli) sehingga pelaksanaan lelang yang disebut didalamnya
mengikat.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dinyatakan bahwa Risalah Lelang adalah
berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan
akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna bagi para pihak.
Dengan pengertian lelang yang dimaksud, maka Risalah Lelang harus memuat:
Apa : menjelaskan tentang objek atas barang yang dilelang.
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
35/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 30
Mengapa : menjelaskan latar belakang sampai timbulnya lelang tersebut.
Hal ini penting sekali dijelaskan dalam lelang eksekusi.
Dimana : menjelaskan dimana dilaksanakan lelang tersebut.
Bagaimana : menjelaskan proses terjadinya penawaran sampai dengan
ditunjuknya Pembeli Lelang.
Siapa-siapa : menjelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam lelang, baik
Pejabat Lelang, pemohon/penjual lelang, para penawar, dan
Pembeli Lelang.
b. Fungsi Risalah Lelang
Suatu peristiwa penting yang mempunyai akibat hukum, misalnya suatu transaksi
atau suatu perikatan, perlu adanya pembuktian. Sebagai bukti bisa digunakankesaksian dari yang melihat peristiwa itu, akan tetapi saksi hidup ini mempunyai
kelemahan- kelemahan yaitu bila suatu peristiwa akan dibuktikan kebenarannya
saksi-saksi itu sudah tidak ada lagi.
Oleh karena adanya kelemahan untuk pembuktian dengan saksi hidup tersebut,
pihak-pihak yang berkepentingan mulai mencari dan menyadari pentingnya
bukti-bukti tertulis. Mereka mulai mencatat dalam suatu surat (dokumen) dan
ditandatangani, oleh pihak yang berkepentingan berikut saksi-saksinya. Disinilah
awal kesadaran perlunya pembuktian tertulis walaupun masih dibawah tangan.
Sedangkan pengertian tentang akta authentik seperti yang dikenal dalam KUH
Perdata belum ada.
Selanjutnya, menurut hukum bahwa Risalah Lelang termasuk kategori akta
authentik. Sebelum membahas apa itu akta authentik, terlebih dahulu
diuraikan/dijelaskan mengenai pengertian akte. Istilah akte dalam bahasa Belanda
disebut acte dan dalam bahasa Inggris act atau deed sedangkan menurut R.
Subekti dan Tjitrosudibyo dalam bukunya Kamus Hukum bahwa actemerupakan bentuk jamak dari actum dari bahasa Latin yang artinya
perbuatan-perbuatan.
Sebuah surat disebut akte bila memenuhi syarat sebagai berikut :
Surat harus ditanda tangani
Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1869 KUH Perdata : suatu akte yang karena
tidak berkuasa atau tidak cakapnya Pejabat Umum atau karena sesuatu cacat
dalam bentuknya, tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik, namun
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
36/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 31
demikian mempunyai kekuatan sebagai tulisan dibawah tangan jika
ditandatangani oleh pihak.
Maksud keharusan ditandatanganinya suatu akte adalah untuk memberi ciri
tersendiri dari suatu akte sebab suatu tanda tangan seseorang mempunyai sifat
individual.
Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak atas suatu
perikatan.
Surat itu diperuntukkan sebagai alat bukti
Sedangkan pembuatan Risalah Lelang telah memenuhi syarat sebagaimana
disebutkan di atas, yaitu:
Pertama : Bahwa setiap Risalah Lelang harus ditandatangani oleh para pihak
baik Pejabat Lelang, Pejabat Penjual maupun Pembeli (vide Pasal
38 VR).
- Tiap lembar pada sudut kanan atas harus ditandatangani oleh
Pejabat Lelang kecuali pada lembar terakhir, karena pada
lembar terakhir ini berarti terdapat bagian kaki/penutup dari
Risalah Lelang yang harus ditandatangani Pejabat Lelang.
- Risalah Lelang ditandatangani oleh Penjual, Pejabat Lelang dan
Pembeli
- Dalam hal Penjual tidak menandatangani, supaya dicatat pada
bagian kaki/penutup Risalah Lelang yang berlaku sebagai tanda
tangan.
Kedua : Isi Risalah Lelang adalah Berita Acara dari peristiwa atau apa yang
terjadi dan dialami para pihak yaitu jual beli dimuka umum/lelang
Ketiga : Untuk pembuktian. Risalah Lelang dibuat dari semula memang
dimaksudkan sebagai bukti yang sah sesuai pengertian dari Risalah
Lelang itu sendiri.
Macam-macam akte
Menurut pasal 164 HIR yang disebut bukti adalah : surat, keterangan saksi,
perangkaan, pengakuan dan sumpah.
Masalah pembuktian, dulunya perjanjian-perjanjian dan lain-lain dibuat secara
tertulis, kemudian dengan perkembangan hukum bukti tertulis semakin
dibutuhkan. Seperti misalnya suatu perjanjian yang dibuat dan disaksikan para
saksi kemudian karena lamanya waktu dalam pelaksanaan perjanjian itu
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
37/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 32
kemudian terjadi sengketa, untuk penyelesaian sengketa pasti diperlukan
saksi-saksi yang menjadi saksi saat perjanjian itu dibuat. Kalau saksi-saksi
tersebut masih hidup atau masih ingat dan para pihak tidak lupa atau tidak saling
mengingkari, tidak menjadi masalah. Akan tetapi kalau saksi-saksi tersebut sudah
lupa apalagi sudah meninggal ditambah lagi para pihak sudah lupa dan saling
mengingkari, maka akan menjadi sulit untuk penyelesaiannya. Lain halnya kalau
bukti-bukti perjanjian tersebut dibuat secara tertulis maka akan mempermudah
penyelesaian sengketa. Itulah sebabnya mengapa diantara bukti, pembuktian
dengan tulisan diutamakan.
Seperti tersebut diatas bahwa diantara alat bukti yang tertutama adalah bukti
tertulis (surat) dan akte sebagai bukti tertulis diatur dalam pasal 1867 KUH
Perdata yang bunyinya sebagai berikut : Pembuktian dengan tulisan dilakukan
dengan tulisan otentik maupun dengan tulisan dibawah tangan.
Dari pasal 1867 dapat disimpulkan bahwa terdapat dua macam akte yaitu :
1. Akte dibawah tangan
Yaitu akte yang sengaja dibuat oleh para pihak untuk pembuktian tanpa
bantuan oejabat pembuat akte (Pasal 1874 KUH Perdata) seperti surat-surat
register, surat-surat urusan rumah tangga, dan lain-lain.
Siapa yang membuat akta dibawah tangan itu ternyata dari tanda tangannya,
jika dapat ditetapkan bahwa tanda tangan itu benar-benar tanda tangan para
pihak, maka tidak dapat disangkal bahwa yang menandatanganui itu telah
melakukan perbuatan hukum yang tersebut dalam akta itu sungguh-sungguh
pernyataan pihak yang bersangkutan kemudian yang masih disangkal
bahwa pernyataan itu diberikan pada tanggal yang tertulis dalam akta itu.
2. Akte Otentik
Pasal 165 HIR dan Pasal 285 RBG menyatakan sebagai berikut :
akte otentik yaitu suatu surat yang diperbuat oleh atau dihadapan pegawai
umum yang berkuasa akan membuatnya mewujudkan bukti yang cukup
bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang
mendapat hak dari padanya ... dst.
Dalam Pasal 1870 KUHPerdata disebutkan bahwa akte otentik mempunyai
kekuatan pembuktian sempurna. Artinya, bila terjadi sengketa hukum di
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
38/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 33
kemudian hari, maka yang tersebut dalam akte otentik itu merupakan bukti yang
sempurna, tidak perlu dibuktikan dengan alat-alat bukti yang lain.
Disinilah arti pentingnya suatu akte otentik dalam sengketa hukum, yaitu
memudahkan pembuktian dan memberikan kepastian hukum seperti yang
dimaksud Ps. 165 HIR dan Ps 1870 KUHPerdata.
Karena Risalah Lelang juga merupakan akte otentik maka sudah tentu kekuatan
pembuktian tersebut berlaku juga untuk Risalah Lelang, dan Risalah Lelang
sebagai akte otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna juga
dalam arti materiil.
Risalah Lelang dapat digunakan:
Akte jual beli yang sah bagi pembeli suatu pelelangan.
Karena Risalah Lelang sebagai akte jual beli yang sah, maka Risalah Lelangdapat dipakai untuk balik nama (Vide PP No.24/1997 pasal 41, 57 jo pasal 108
Peraturan Menteri Agraria No.3 Tahun 1997 Pasal 108).
Dalam hal lelang dilaksanakan dalam rangka pelunasan hutang dijamin dengan
hak tanggungan, maka dengan Risalah Lelang catatan mengenai adanya hak
tanggungan menjadi hapus/roya (Vide Ps. 54 PP Nomor 24/1997 jo Peraturan
Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 109).
Perlu diperhatikan, akte otentik hanya mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna namun tidak berarti mempunyai kekuatan eksekutorial.
Risalah Lelang itu mempunyai tiga macam kekuatan pembuktian yaitu:
1. Kekuatan pembuktian lahir, artinya bahwa apa yang tampak pada lahirnya
yaitu Risalah Lelang yang nampak seperti akta dianggap sebagai akta
sepanjang tidak terbukti sebaliknya.
2. Kekuatan pembuktian formal, yaitu kepastian bahwa suatu kejadian yang ada
dalam Risalah Lelang betulbetul dilakukan oleh Pejabat Lelang.
3. Kekuatan pembuktian materiil, yaitu kepastian bahwa apa yang tersebut
dalam Risalah Lelang itu adalah benar dan merupakan pembuktian yang
sempurna dan sah terhadap pihak yaitu: Penjual, Pembeli Lelang dan berlaku
untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya.
Dengan demikian Risalah Lelang mempunyai fungsi sebagai bukti adanya
peristiwa hukum seperti tercantum dalam Risalah Lelang itu. Dengan kekuatan
pembuktian ini, Risalah Lelang dapat digunakan sebagai:
1. Untuk kepentingan dinas:
a. Bagi Kantor Pertanahan, sebagai dasar peralihan hak atas tanah (balik
nama).
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
39/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 34
b. Bagi Bendaharawan barang sebagai dasar penghapusan atas barang yang
dilelang dari daftar inventaris.
c. Bagi Kejaksaan/Pengadilan Negeri sebagai bukti bahwa telah
melaksanakan Penjualan sesuai dengan prosedur lelang.
d. Bagi Bank, sebagai dasar untuk meroya/mencoret hipotik.
2. Bagi pembeli sebagai akta jual beli, yang merupakan bukti sah bahwa ia telah
melakukan pembelian.
3. Bagi Penjual sebagai bukti bahwa Penjual telah melakukan Penjualan sesuai
dengan prosedur lelang.
4. Bagi administrasi lelang adalah sebagai dasar perhitungan Bea Lelang
sebagai PNBP dan PPh final sebagai penerimaan Negara ke Kas Negara.
Setelah mempelajari pengertian dan fungsi Risalah Lelang, dapatkah Anda menjelaskan
apa pengertian dan fungsi dari Risalah Lelang? Anda dapat mendiskusikan jawaban Anda
dengan peserta Diklat yang lain. Tuliskan jawaban Anda pada kotak berikut ini
2. Bentuk Risalah Lelang
Dalam penyusunan Risalah Lelang, Risalah Lelang harus dapat dibaca, ditulis
dengan kata-kata dan kalimat yang jelas tanpa singkatan-singkatan, tempat-tempat
yang kosong atau tersisa yang tidak terisi tulisan. Pada tiap-tiap lembar harus
dicoret/digaris dengan tanda agar tidak diisi dengan tulisan.
Semua angka-angka yang menyatakan jumlah dan tanggal harus ditulis dengan
huruf, boleh diulang dengan angka agar tidak menimbulkan penafsiran lain.
Kalimat-kalimat dalam Risalah Lelang harus merupakan suatu rangkaian yang
berhubungan satu dengan yang lain sehingga mudah dimengerti maknanya.
Pejabat Lelang harus membacakan Risalah Lelang, dan jika terdapat
pihak-pihak yang tidak mengerti harus dijelaskan.
Pengertian dan fungsi Risalah Lelang adalah:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
40/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 35
Susunan Risalah Lelang telah ditentukan bentuknya seperti yang diatur dalam
pasal 37, 38 dan 39 Vendu reglement (Staatsblad No.189 Tahun 1908), yang terdiri
dari:
- Bagian Kepala Risalah lelang
- Bagian Badan Risalah Lelang
- Bagian Kaki/Penutup Risalah Lelang
a. Bagian Kepala Risalah Lelang
Bagian Kepala Risalah Lelang isinya mengandung arti yang luas bahwa yang
menghadap itu mempunyai kecakapan untuk bertindak (recht bekwam) dan
mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan hukum (rechtbevoeg).
Khusus untuk Risalah Lelang, karena peminta lelang selaku penghadap tersebut
umumnya pegawai yang berarti dianggap cakap bertindak menurut hukum, maka
pada bagian Kepala Risalah Lelang tidak tampak tercantum adanya kecakapan
untuk bertindak. Bagian Kepala Risalah Lelang menjadi sangat penting
dikarenakan sah tidaknya akte atau Risalah Lelang tersebut bergantung pada
bagian Kepala.
Menurut Pasal 37 VR Kepala Risalah Lelang harus memuat:
1. Judul dan nomor Risalah Lelang.
2. Hari dan tanggal lelang, waktu/saat pelaksanaan lelang ditulis dengan huruf.
3. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal/kedudukan dari Vendumeester
(Pejabat Lelang).
4. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal dari peminta lelang (yang
bertindak sebagai Penjual).
Dalam hal pelelangan diadakan tidak untuk peminta sendiri, dimuat pula
keterangan apakah lelang itu dimintanya/diadakannya.
5. Kecakapan dan kewenangan bertindak dari Penjual.
6. Identitas barang yang dilelang.
7. Pendapat Pejabat Lelang yang bersangkutan dengan legalitas subyek dan
objek dimuat dalam Risalah Lelang.
8. Permintaan lelang itu dengan lisan atau dengan tulisan/tertulis.
9. Tempat dimana lelang itu diadakan.
10. Sifat barang yang dilelang dan alasan apa barang tersebut dilelangkan.
11. Dalam hal yang dilelang itu mengenai barangbarang tetap (tanah/persil)
diperlukan menyebutkan secara lengkap mengenai:
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
41/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 36
a. Status hak tanah itu (Surat Hak Tanah/Sertifikat) dari Kantor Pendaftaran
Tanah (Kadaster) atau suratsurat lain yang menjelaskan bukti pemilikan
hak atas tanah tersebut.
b. Batasbatasnya (Surat Keterangan Lurah/Camat, khusus tanah yang
belum terdaftar). Jika surat ukur sudah ada urgensi batas ini tidak perlu
lagi.
c. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah dari Kantor Pertanahan (termasuk
jika ada keteranganketerangan mengenai bebanbeban yang memberati
barang tersebut).
d. Syaratsyarat lelang dari Penjual.
12. Alasan dilaksanakan lelang perlu dijelaskan selengkapnya, terutama dalam
lelang eksekusi.13. Cara bagaimana lelang tersebut diumumkan oleh Penjual.
14. Surat umum lelang yang bertalian dengan peraturanperaturan lelangnya
sendiri.
15. Atas tanah yang dilelang dimintakan Surat Keterangan diri Kantor
Pendaftaran Tanah/Agraria setempat (PP Nomor 10/1961).
16. Bukti pengumuman dan suratsurat lainnya guna penyusunan badan Risalah
Lelang ini diserahkan pemohon lelang ke Kantor Lelang selambatlambatnya
3 hari kerja sebelum lelang (vide Pasal 20 VR).
17. Bagian Kepala Risalah Lelang sampai dengan kata : ...Penjualan ini dimulai,
dibuat, dan diketik sebelum lelang.
18. Uraian bagaimana duduk proses perkara, bagaimana ketentuan/syarat lelang
tergambar jelas dalam bagian Kepala Risalah Lelang dan mudah dimengerti
para peminat lelang sewaktu pembacaan Risalah Lelang. Tentang pembacaan
Risalah Lelang sebelum lelang dimulai dimuat dalam Risalah Lelang.
19. Untuk menghilangkan keraguraguan dan kesalahan penafsiran terhadap
aturan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 mengenai
keharusan meminta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) terhadap
hak atas tanah yang akan dilelang, dengan ini dipandang perlu untuk
ditegaskan kembali halhal sebagai berikut:
a. Ketentuan Pasal 21 jis Pasal 24 dan Pasal 27 Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 pada dasarnya menetapkan bahwa SKPT terhadap
setiap hak atas tanah yang akan dilelang harus telah ada sebelum
pelaksanaan lelang
-
5/20/2018 Pengetahuan Lelang
42/94
DTSS Pengelolaan Kekayaan NegaraPusdiklat Keuangan Umum
Modul : Pengetahuan Lelang (Penghapusan Barang Milik Negara) 37
b. Mengingat pentingnya SKPT sebagai alat untuk menilai