Download - Penddk Estetika
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ilahi Rabbi, karena hany
dengan Rahmatnya lah kita dapat melakukan segala aktivitas kita karena tidak ada satu pun
yang luput dari kekuasaannya. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada
baginda Rasulullah, Muhammad saw motivator sejati, guru, syaikh, ayah bagi ummatnya,
karena beliaulah kita kuat berada dijalan Islam ini. Shalawat beriring salam juga semoga
selalu tercurah bagi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga yaumil akhir.
Salah satu peta kehidupan yang ditinggalkan Rasulullah adalah Al Qur’an di
dalamnya terkandung lengkap makna dan petunjuk untuk mengarungi kehidupan. Semua
tuntunan ada di dalamnya. Pada matakuliah Tafsir Kontekstual inilah kita dapat
memperdalam pengetahuan tentang ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya berhenti di pengetahuan
akan tetapi selanjutnya dapat mengejawantah ke dalam sanubari kita sehingga kita benar-
benar menjadi muslim yang kaffah.
Pada bahasan kelompok kami, kami akan membahas tentang pendidikan estetika
didalam Al-Qur’an. Mulai dari seni hingga sastra yang tersirat maupun tersuarat didalam Al-
Qur’an. Karena inilah kitab ilmu pengetahuan yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji.
Terakhir kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami Prof. Dr.
Salman Harun yang telah membimbing kami dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami memohon ampun kepada Allah atas
segala khilaf yang kami lakukan, krtik dan saran yang membangun sangat kami nantikan dari
berbagai pihak.
J
akarta, 7 Juni 2011
Tim Penyusun
Kelompok 13/Biologi IV B Page 1
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan Pembuatan Makalah 4
C. Metode Pembuatan Makalah 4
Bab II Pembahasan 5
A. Pendidikan Estetika 5
B. Pandangan Islam Tentang Seni 6
1. Pandangan Islam Tentang Seni 6
2. Dasar Seni Islam 7
3. Nilai-nilai Seni dan Estetika dalam Al qur’an 8
4. Allah Menganugrahkan Keindahan 9
5. Dekorasi 10
C. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Pendidikan Estetika 18
1. QS. Al-Araf : 26 18
2. QS. Fushshilat (41) : 12 24
3. QS. Yusuf (12) : 111 28
Daftar Pustaka 30
Kelompok 13/Biologi IV B Page 2
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam, seni dan estetika sangat erat hubungannya. Sifat dinamik ajaran Islam
memperbolehkan umatnya menghayati keindahan dalam pelbagai bidang tidak hanya
seni saja. Seperti yang kita bahas pada bab sebelumnya, Islam meletakkan
pengaruhnya pada setiap cabang seni, bahkan ikut menentukan arah perkembangan
seni dunia. Seni Islam yang banyak mengandung unsur sakral meletakkan nilai
estetika islam sebagai estetika suci yang dekat hubungannya dengan sifat-sifat Allah.
Jika jiwa seni adalah rasa adanya keindahan, maka Al Qur'an menggugah dan
menegaskannya dalam berbagai topic. Dengan kekuatan dia mengarahkan pandangan
kepada hukum "kebaikan" atau "keindahan" yang dititipkan Allah kepada segala
sesuatu yang diciptakan agar manusia memandang kepada hukum "manfaat" atau
"kegunaan"-nya. Al quran juga mengatur manusia bagaimana menikmati keindahan
atau perhiasan dan memanfaatkannya .
Allah SWT berfirman dalam bentuk penganugrahan binatang ternak
“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai manfaat dan sebagiannya kamu makan.”
(QS. An Nahl [16]: 5).
Ini memperingatkan adanya manfaat dan kegunaan. Selanjutnya Allah berfirman
“Dan kamu menikmati pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya
kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.”
(QS.An Nahl [16]: 6).
Ayat ini memperingatkan sisi keindahan, yaitu mengarahkan pandangan kita
kepada oknum Allah yang sangat indah yang tidak pernah ada tangan seorang
Kelompok 13/Biologi IV B Page 3
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
makhluk senimanpun mampu melukisnya, melainkan dilukis oleh tangan Sang
Pencipta Yang Maha Suci.
Orang yang melanglangbuana menelusuri dunia Al Qur'an tentu mengetahui
dengan jelas bahwa Al Qur'an hendak menanamkan di akal dan hati orang mukmin
yang tersebar di seluruh bagian dunia dari atas, bawah, dan sekitarnya. Yakni
keindahan langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Jika Islam mengajak
merasakan dan mencintai keindahan maka cara mengunkapkan rasa dan cinta
keindahan itu telah diatur dengan cara yang indah pula, di dalam makalah ini sendiri
saya akan mamaparkan tentang hukum Islam dalam pembuatan gambar dan
pembuatnya.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui esensi pendidikan
estetika dalam kehidupan manusia dan sebagai salah satu bentuk pemenuhan tugas
perkuliahan Tafsir Kontekstual.
C. Metode pembuatan Makalah
Metode penyusunan makalah ini adalah dengan melakukan studi pustaka pada
buku-buku dan sumber informasi lain yang terkait dengan pendidikan estetika untuk
kemudian disusun dalam bentuk makalah.
BAB II
Kelompok 13/Biologi IV B Page 4
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Estetika
Istilah aesthetic, dipopulerkan oleh Baumgarten pada pertengahan abad ke-18
untuk menyatakan sesuatu yang berkaitan dengan keindahan. Hingga sekarang ini,
makna tersebut masih bertahan. Sesuatu yang estetik bermakna sesuatu yang indah.
Karena seni secara tradisional dihubungkan dengan keindahan, maka seni pun
berkaitan erat dengan istilah estetik. Ringkasnya seni bersifat estetik.
Dalam buku Estetika Islam oleh Oliver Leaman menyebutkan tiga argumen
kuat yang menentang penggunaan seni dalam budaya islam yaitu, penggambaran
visual yang kreatif berakibat pada dikuasainya akal pikiran, pemusatan pada
gambaran yang menghambat pemahaman hakikat segala sesuatu, dan yang terakhir
yaitu bahwa nabi mencela segala bentuk pemberhalaan. Hal tersebut menjelaskan
bahwa seni dan estetika islam sangat menghargai dan memikirkan tentang hubungan
kreatifitas otak manusia dengan moralitas untuk menghasilkan karya yang indah, suci
dan bisa dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya.
Seni dalam Islam bisa diartikan sebagai sebuah upaya untuk menuturkan
kebesaran Ilahi yang mengungkapkan pelbagai aspek kehidupan terutama esensi
ketauhidan karena segala sesuatu melantunkan puji-pujian bagi yang Esa. Dapat
disimpulkan bahwa kejamakan pada akhirnya dapat direduksi menjadi ke-Esaan.
Beberapa hal yang menyangkut tentang gambaran dunia yang disajikan Al
Quran dan pengaruhnya terhadap estetika, khususnya karya sastra, musik dan seni
rupa salah satunya menjelaskan bahwa dalam Al Quran dinyatakan alam semesta,
juga pribadi manusia, di mana ayat-ayat-Nya terbentang, diumpamakan sebagai kitab
agung atau sebuah karya sestra yang ditulis oleh Sang Pencipta dengan kalam-Nya di
atas lembaran terpelihara. Berdasarkan pandangan tersebut, para sufi memberikan
pendapatnya mengenai fungsi seni yaitu, seni adalah pembawa nikmat mencapai
keadaan jiwa yang damai dan menyatu dengan keabadian yang abadi. Seni juga
sebagai pembebasan jiwa dari alam benda melalui sesuatu yang berasal dari alam
benda itu sendiri. Fungsi seni yang lain yaitu sebagai penyucian diri dari
pemberhalaan terhadap bentuk-bentuk itu sendiri. Fungsi keempat yaitu untuk
menyampaikan hikmah, yaitu kearifan yang menbantu kita bersifat adil dan benar
Kelompok 13/Biologi IV B Page 5
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
terhadap Tuhan. Seni juga berfungsi sebagai sarana efektif untuk menyebarkan
gagasan pengetahuan, informasi yang berguna bagi kehidupan seperti pengetahuan
dan informasi yang berkenaan dengan sejarah, geografi,hokum, undang-undang, adab,
pemerintahan, politik, ekonomi, dan gagasan keagamaan. Fungsi yang terakhir yaitu,
karya seni juga merupakan cara untuk menyampaikan puji-pujian kepada yang Maha
Esa.
Dalam hadist Rasulullah menyebutkan Allah itu Indah dan menyukai
keindahan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa estetika juga ada dan berpengaruh
penting dalam islam dan seni.
B. Pandangan Islam Tentang Seni
Pandangan Islam Tentang Seni
Sebenarnya, bagaimana pandangan Islam tentang seni? Seni merupakan
ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah
pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak
manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya.
Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana
Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?”
(QS.Qaaf [50]: 6).
Allah juga mengajak manusia untuk melihat dari perspektif keindahan,
bagaimana buah-buahan yang menggantung di pohon dan bagaimana pula buah-
buahan itu dimatangkan. Jika manusia memerhatikan dan menikmati dengan
pandangan yang indah, saat arak-arakan binatang ternak saat masuk ke kandang, juga
saat dilepaskan ke tempat penggembalaan, sesungguhnya pada peristiwa itu ada unsur
keindahannya. Ajakan-ajakan kepada manusia tersebut menunjukkan, pada dasarnya
manusia dianugerahi Allah potensi untuk menikmati dan mengekspresikan keindahan.
Seni merupakan fitrah dan naluri alami manusia. Kemampuan ini yang membedakan
manusia dengan makhluk yang lain. Karena itu, mustahil bila Allah melarang manusia
untuk melakukan kegiatan berkesenian.
Kelompok 13/Biologi IV B Page 6
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Nabi Muhammad Saw sangat menghargai keindahan. Suatu ketika dikisahkan,
Nabi menerima hadiah berupa pakaian yang bersulam benang emas, lalu beliau
mengenakannya dan kemudian naik ke mimbar. Namun tanpa menyampaikan sesuatu
apapun, Beliau turun kembali. Para sahabat sedemikian kagum dengan baju itu,
sampai mereka memegang dan merabanya. Nabi Saw bersabda: “Apakah kalian
mengagumi baju ini?” Mereka berkata, “Kami sama sekali belum pernah melihat
pakaian yang lebih indah dari ini.” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saputangan Sa’ad
bin Mu’adz di surga jauh lebih indah daripada yang kalian lihat.” [M Quraish Shihab,
Wawasan Al-Qur’an].
Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga menuliskan bahwa: “Siapa yang
tidak berkesan hatinya di musim bunga dengan kembang-kembangnya, atau oleh alat
musik dan getaran nadanya, maka fitrahnya telah mengidap penyakit parah yang sulit
diobati.”
Dasar Seni Islam
Seni yang didasarkan pada nilai-nilai Islam [agama/ketuhanan] inilah yang
menjadi pembeda antara seni Islam dengan ragam seni yang lain. Titus Burckhardt,
seorang peneliti berkebangsaan Swiss-Jerman mengatakan, “Seni Islam sepanjang
ruang dan waktu, memiliki identitas dan esensi yang satu. Kesatuan ini bisa jelas
disaksikan. Seni Islam memperoleh hakekat dan estetikanya dari suatu filosofi yang
transendental.” Ia menambahkan, para seniman muslim meyakini bahwa hakekat
keindahan bukan bersumber dari sang pencipta seni. Namun, keindahan karya seni
diukur dari sejauh mana karya seni tersebut bisa harmonis dan serasi dengan alam
semesta. Dengan begitu, para seniman muslim memunyai makna dan tujuan seni yang
luhur dan sakral. Apakah seni Islam harus berbicara tentang Islam? Sayyid Quthb
dengan tegas menjawab tidak. Kesenian Islam tak harus berbicara tentang Islam. Ia
tak harus berupa nasehat langsung atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga
penampilan abstrak tentang aqidah. Tetapi seni yang Islami adalah seni yang
menggambarkan wujud dengan ‘bahasa’ yang indah serta sesuai dengan fitrah
manusia. Kesenian Islam membawa manusia kepada pertemuan yang sempurna antara
keindahan dan kebenaran.
Ajaran Islam menganjurkan adanya keindahan dan kecantikan dalam segala
hal. Keindahan tersebut tidak terbatas hanya dalam amalan-amalan reliji dan akhlaqul
karimah yang dicerminkan orang muslim, namun hal di luar itu juga dintuntut
Kelompok 13/Biologi IV B Page 7
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
mencerminkan keelokan. Salah satunya adalah keindahan seni yang bernuansa Islami.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah bersabda:
الله الجمال جميل إن يحب
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan” (HR Muslim).
Seni Islami merupakan kreasi dan inovasi yang dapat memperkaya keindahan dan
keelokan dalam Islam itu sendiri.
Nilai-Nilai Estetika dan Seni di Dalam Al-Qur`an
Sudah menjadi hukum alam, jiwa manusia cenderung untuk mendapatkan
kesenangan dari benda-benda yang indah dan cantik. Namun, kecenderungan
mewujudkan dalam dirinya berkembang sesuai dengan keyakinan agama serta
kearifan masing-masing manusia.
Meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala keindahan, manusia beriman
akan merasa sangat bahagia mendapatkan kecantikan ini dan berupaya sebaik
mungkin untuk mensyukuri kemahakuasaan dan keelokan ciptaan-Nya. Kerinduan
mereka akan surga menunjang kemampuan untuk menikmati kecantikan. Terlebih
lagi, dengan menekuni penggambaran Al-Qur`an tentang siksaan neraka dan
membandingkannya akan membantu manusia beriman mensyukuri nilai-nilai estetika,
yang memberikan rasa suka cita pada jiwa mereka.
Ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan surga juga berperan sebagai
bimbingan bagi makhluk beriman, karena ayat-ayat itu menguraikan nilai-nilai
estetika dan kecantikan yang Allah sudah pilihkan untuk mereka. Inilah bentuk-
bentuk kecantikan dan estetika yang menyenangkan Allah. Lebih dari itu, Dia sudah
berjanji untuk memberi rahmat kepada hamba-hamba-Nya dengan kemolekan
semacamnya kelak di surga. Dalam cahaya tanda-tanda inilah, orang-orang beriman
coba menciptakan satu lingkungan seperti yang digambarkan terdapat di surga, untuk
mereka nikmati sendiri di dunia ini, sehingga dengan demikian memperoleh pola
hidup yang ditandai dengan melimpahnya keindahan.
Kelompok 13/Biologi IV B Page 8
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Allah Menganugerahkan Keindahan
Salah satu anugerah Allah kepada orang-orang beriman di dunia ini adalah
barang-barang perhiasan. Allah menciptakan emas dan perak untuk dijadikan
perhiasan, mutiara, bahan-bahan pakaian indah bernilai, dan banyak benda lainnya
yang disebutkan di dalam Al-Qur`an, semuanya untuk menghibur dan menyenangkan
manusia. Keindahan yang akan Allah anugerahkan di surga kepada hamba-hamba-
Nya yang sesungguh-sungguhnya tulus ikhlas adalah disanjung,
"Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan
kepada mereka gelang terbuat dari perak…," (QS. al-Insaan [76]: 21)
Di dalam ayat ini, Allah menekankan perhatian kita pada nilai keindahan sutra
dan tenunannya. Sebagaimana ayat yang disebutkan, perhiasan perak adalah salah
satu ornamen yang Allah ciptakan untuk umat manusia. Sebagai contoh, gelang-
gelang perak banyak disebutkan pada ayat-ayat lain.
Ayat lain menjelaskan keindahan kalung emas dan mutiara,
"Sesungguhnya, Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di
surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan
pakaian mereka adalah sutra." (QS. al-Hajj [22]: 23)
Allah sudah mengindikasikan bahwa mutiara adalah barang hiasan terkenal
yang akan dianugerahkan kepada orang-orang beriman penghuni surga, sebagai
pahala.
Kelompok 13/Biologi IV B Page 9
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Imbalan untuk semua keindahan itu, kepada manusia hanya dituntut sikap
mensyukuri kepada Allah dan hidup di dunia menurut perintah-perintah-Nya dan
menjauhi apa pun larangan-Nya. Mereka yang mematuhinya akan dikaruniai surga
dan akan menerima berkah dan keindahan-keindahan tidak terbatas untuk selama-
lamanya. Kalau tidak, mereka dibolehkan memanfaatkan untuk sementara segala
sesuatu yang tersedia di bumi, yang tak satu pun darinya bakal menolong mereka di
hari perhitungan, ketika semua manusia harus menghitung semua perbuatan mereka
selama berada di dunia ini. Di akhir penghitungan, mereka ini berhak dijebloskan ke
neraka, tempat penyiksaan abadi dan tak tertanggungkan pedihnya.
Dekorasi
Allah, Dia yang telah menciptakan manusia dalam bentuk terindah, juga
memberikan ilham kepada mereka agar mereguk kesenangan dari berbagai macam
kecantikan. Di antara semua ciptaan, hanya manusia saja yang mendapat iradah
mengenal konsep "kecantikan". Manusia tidak saja menikmati barang-barang cantik,
tapi juga berusaha membuatnya.
Melalui sejumlah tanda di dalam Al-Qur`an, Allah memberikan penghargaan
kepada estetika, kecantikan, dan kemolekan, dan memberikan dorongan kepada
hamba-hamba-Nya untuk menikmati itu semua. Di dalam al-Qur'an Dia menyatakan
bahwa karunia-Nya,
"Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezeki yang baik?' Katakanlah, 'Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja di hari kiamat)…."(QS.
al-A'raaf [7]: 32)
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut, semua kecantikan dan
barang apa pun yang menyedapkan di dunia disediakan untuk manusia beriman yang
Kelompok 13/Biologi IV B Page 10
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
dapat mensyukuri nikmat itu. Sebaliknya, di hari kemudian, banyak benda lainnya
yang tak terbandingkan indah dan megahnya akan khusus jadi milik mereka.
Setiap keindahan adalah karya seni milik Allah semata, Pencipta segala
sesuatu. Itu sebabnya semua keindahan menakjubkan orang-orang beriman, dan
mengapa semua orang beriman mensyukuri Allah atas semua karunia itu, dan makin
tambah dekat kepada-Nya. Beberapa rincian berkaitan dengan kehidupan Nabi
Sulaiman a.s. mengungkap beberapa isyarat tentang hal ini.
Di dalam ayat berikut, Nabi Sulaiman a.s. menjelaskan mengapa beliau
menggandrungi kekayaan, kekuasaan, dan kemuliaan,
"Maka ia berkata, 'Sesungguhnya, aku menyukai kesenangan terhadap barang yang
baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari
pandangan.” (QS. Shaad [38]: 32)
Beberapa unsur dekorasi yang tertera di dalam Al-Qur`an berbunyi seperti
berikut.
1. Lambungkan Langit-Langit
"Dan demi Baitul Makmur, dan atap yang ditinggikan (langit)." (QS.ath-Thuur [52]:
4-5)
Dalam keadaan lapang dan luas, tempat-tempat dengan langit-langit melambung
memberikan rasa nyaman kepada kalbu manusia. Plafon dengan tatanan demikian
juga indah dipandangan mata. Langit-langit rendah, sebaliknya, menimbulkan
ketidaknyamanan. Bahwa inilah salah satu bentuk siksaan neraka yang dapat
membuat kita bisa lebih mengerti tentang kesengsaraan yang harus dirasakan
penghuni Nar (neraka) kelak. Penggambaran Allah ini, bahwa neraka beratap rendah,
Kelompok 13/Biologi IV B Page 11
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
penuh sesak, dan terkurung, hendaknya dapat meyakinkan kita agar tidak memilih
tempat seperti itu di alam dunia ini untuk permukiman kita.
2. Loteng dan Tangga-Tangga Perak
"…Tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak)
yang mereka menaikinya." (QS. az-Zukhruf [43]: 33)
Elemen-elemen dekoratif lainnya yang disebut di dalam Al-Qur`an adalah loteng-
loteng perak dan tangga-tangga tinggi dari perak. Allah menganugerahkan semua
keindahan ini kepada manusia. Akan tetapi, Dia juga mengingatkan kita bahwa
kemegahan-kemegahan ini sesungguhnya perangkap kehidupan di dunia ini dan
bahwa rumah kita yang abadi ada di hari kemudian.
3. Pintu-Pintu
"Dan Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu
pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya, Dan (Kami buatkan pula)
perhiasan-perhiasan (dari emas)…." (QS. az-Zukhruf [43]: 34-35)
Ayat ini menarik perhatian kita pada nilai estetika dan seni dari pintu-pintu dan
unsur-unsur perhiasan: "pintu-pintu rumah-rumah mereka". Di luar penggunaan
fungsional mereka, pintu-pintu, yang mungkin dari emas, perak, atau kayu berukir,
ataupun dipercantik dengan kaca, mungkin dapat dijadikan sebagai benda-benda
hiasan di pintu gerbang rumah ataupun pada bagian-bagian dalam rumah.
Sesungguhnya, seni arsitektur dan dekorasi Utsmani banyak mengembangkan pola
ini, di samping juga menambah-nambahkan pada pintu-pintu bermacam ukuran serta
desian pada istana-istana, rumah peristirahatan, dan rumah-rumah lainnya.
Kelompok 13/Biologi IV B Page 12
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
4. Tiang-Tiang Tinggi
"Yaitu penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum
pernah dibangun (sesuatu kota) seperti itu di negeri-nergeri lain." (QS. al-Fajr [89]:
7-8)
Sebagaimana kita tahu dari Al-Qur`an, Iram, ibu kota kaum Aad, sangatlah
elok bangunannya berkat kemegahan arsitekturnya, terutama tatanan tiang-tiang besar
tinggi menjulang. Penyebutan Iram dalam Al-Qur`an adalah untuk menunjukkan
adanya perhatian pada nilai tinggi dari keindahan dan sekaligus tampilan bangunan-
bangunan tinggi.
5. Dipan-Dipan Berbordir Permata
Al-Qur`an acap menyebut dipan-dipan, menguraikannya sebagai karunia Allah
yang dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia senangi,
"…Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di
dekatnya) dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani
yang terhampar." (QS. al-Ghaasyiyah [88]: 13-16)
Dipan-dipan yang menyenangkan dan indah buatannya adalah tempat duduk
ideal untuk manusia. Lebih dari itu, perabot rumah ini bisa dipercantik dan dibuat
lebih cemerlang. Kita dapat membaca,
"Mereka berada di atas dipan yang bertatahkan emas dan permata, seraya bertelekan
di atasnya berhadap-hadapan." (QS. al-Waaqi'ah [56]: 15-16)
Kelompok 13/Biologi IV B Page 13
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Rasa terhibur yang didapatkan dari dipan-dipan secara khusus direntangkan dalam
ayat-ayat berikut,
"Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di
dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang sangat." (QS. al-Insaan
[76]: 13)
"Sesungguhnya, penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan
(mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan
di atas dipan-dipan." (QS. Yaasiin [36]: 55-56)
"(yaitu) surga Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka
bertelekan…." (QS. Shaad [38]: 50-51)
"Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan…." (QS. ath-Thuur [52]: 20)
6. Dipan-Dipan Tinggi dan Ranjang-Ranjang Berhias Sutra
"Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk." (QS. al-Waaqi'ah [56]: 34)
Dipan-dipan dan ranjang-ranjang yang ditinggikan, elemen-elemen dekoratif
di dalam surga memberikan pemandangan lebih luas dibandingkan dengan yang
rendah-rendah. Dan pada akhirnya memberikan kelegaan,
Kelompok 13/Biologi IV B Page 14
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
"Mereka bertelekan di atas permadani yang di sebelah dalamnya dari sutra. Dan
buah-buahan surga dapat dipetik dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?" (QS. ar-Rahmaan [55]: 54-55)
Ayat-ayat ini menarik perhatian kita pada kecantikan penggunaan kain sutra
tebal kaya ornamen untuk jok dipan dan seprei ranjang. Sutra nan teramat estetis
indahnya, ditambah keelokan desain serta benang pilihan, tentu akan membuat
penampilan dipan tambah mengesankan.
7. Bantal-Bantal Hijau
"Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang
indah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. ar-
Rahmaan [55]: 76-77)
Bantal-bantal adalah keindahan lain yang disebutkan di dalam Al-Qur`an. Di
samping bantal, ayat ini juga menunjuk pada pentingnya makna hijau, warna lambang
perdamaian yang sudah mendapat pengakuan ilmu modern.
8. Piring-Piring Emas dan Piala-Piala
"Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam
surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan (dipandang) mata dan kamu
kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-
amal yang dahulu kamu kerjakan." (QS. az-Zukhruf [43]: 71-72)
Kelompok 13/Biologi IV B Page 15
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Allah memberitahukan pada kita bahwa barang pecah-belah di surga juga
punya nilai artistik dan estetika tinggi. Sebagaimana ayat itu mengatakan lebih lanjut,
barang-barang ini merupakan karunia "yang hati-hati mereka menginginkannya serta
menyenangkan pandangan mata mereka".
9. Bejana-Bejana Perak dan Piala Kristal
Di samping piring emas, kita juga diberi tahu bahwa piala-piala dari perak dan
kristal juga disediakan di surga. Ayat-ayat tentang ini berbunyi,
"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang
bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukir
mereka dengan sebaik-baiknya." (QS. al-Insaan [76]: 15-16)
Mereka yang hidup mengikuti prinsip-prinsip Islam akan diberikan ganjaran
pahala berupa hidup kekal di dalam surga dan dengan bermacam-macam karunia yang
bakal menyenangkan jiwa mereka. Sesungguhnya, orang-orang beriman akan
menempati rumah-rumah peristirahatan dengan kebun-kebun dan dekorasi hiasan
yang belum pernah ada di dunia, dan akan disuguhi minuman-minuman yang lezat
cita rasanya dalam cangkir-cangkir emas; minuman-minuman itu diambil dari sungai
yang mengalir di bawah istana-istana mereka di dalam surga, sebagaimana kita baca,
"Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas
yang berisi khamar dari sungai yang mengalir." (QS. ash-Shaaffat [37]: 44-45)
Suguhan-suguhan di dalam Surga tidak bisa dibandingkan dengan apa yang
kini tersedia di dunia ini. Namun, Allah menyediakan untuk hamba-hamba-Nya
bermacam-macam kesukaan mereka di dunia ini yang mungkin serupa dengan yang
ada di surga. Sebagai imbalan untuk karunia-karunia ini, orang-orang beriman
hendaklah bersyukur dan menikmati semua itu, dan berterima kasih pada Allah.
Kelompok 13/Biologi IV B Page 16
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
C. Ayat-ayat Al-qur’an yang Berkaitan dengan Pendidikan Estetika
1. Tafsir QS. Al A’raaf ayat 26
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa[531]Itulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Setelah mengarahkan pembicaraan kepada Adam as. Dan istrinya, serta
mengisyaratkan bahwa mereka akan memperoleh keturunan, maka ayat ini dan ayat-
ayat berikut member peringatan dan tuntutan kepada anak keturunan Adam as.
Boleh jadi juga ayat ini dan ayat-ayat berikut (empat ayat) yang dimulai
dengan panggilan Hai anak-anak Adam, merupakan lanjutan dari uraian ayat lalu
yang menginformasikan tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan seluruh
manusia, sehingga dengan demikian ayat ini dan ayat-ayat berikut termasuk apa yang
disampaikan Allah – melalui Adam as. – kepada anak cucunya pada masa awal
kehidupan mereka di permukaan bumi ini. Pesan ayat ini dan ayat berikut merupakan
penyampaian Ilahi tentang nikmat-Nya, antara lain ketersediaan pakaian yang dapat
menutup “aurat” mereka, dan peringatan agar tidak terjerumus dalam rayuan setan,
srta perintah-Nya untuk berhias ketika beribadah kepada Allah swt.
Sayyid Quthub menulis bahwa ini adalah perhentian dari sekian banyak
perhentian yang ditemukan dlaam surah ini. Ini adalah perhentian yang cukup panjang
setelah episode yang lalu dari kisah manusia. Seakan-akan setiap perhentian itu
berpesan : “Berhentilah sejenak agar kita dapat merenungkan pelajaran yang dapat
ditarik dari episode ini, sebelum kita berlanjut melihat episode-episode yang
mendatang dalam perjalanan panjang manusia.”
Apapun hubungn yang dipilih yang jelas ayat ini berpesan Hai anak-anak
Adam, yakni manusia putra putri Adam sejak putra pertama hingga anak terkahir dari
Kelompok 13/Biologi IV B Page 17
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
keturunannya sesungguhnya Kami Tuhan Yang Maha Kuasa telah meurunkan kepada
kamu pakaian, yakni menyiapkan bahan pakaian untuk menutupi aurat-aurat kamu,
yakni aurat lahiriah serta kekurangan-kekurangan batiniah yang dapat kamu gunakan
sehari-hari, dan menyiapkan pula bulu, yakni bahan-bahan pakaian indah untuk
menghiasi diri kamu dan yang kamu gunakan dalam peristiwa-peristiwa istimewa.
Dan disamping itu ada lagi yang Kami anugerahkan yaitu pakaian takwa. Itulah
pakaian yang terpenting dan yang paling baik. Yang demikian itu, yakni penyiapan
aneka bahan pakaian adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-
mudahan, yakni dimaksudkan dari penyiapan pakaian itu adalah agar mereka selalu
ingat, kepada Allah swt. Dan nikmat-nikmat-Nya.
Thahir Ibnu ‘Asyur mengomentari ayat ini antara lain bahwa Allah swt.
mengilhami Adam as. agar enutup auratnya. Ini kemudian ditiru oleh anak cucunya.
Manusia seluruhnya diingatkan tentang nikmat itu untuk mendorong mereka untuk
bersyukur. Karena itu lanjut Ibnu ‘Asyur, ayat ini menggunakan kata Kami telah
menurunkan untuk menunjukkan manfaat kegunaan pakaian.
Kata libas adalah segala sesuatu yang dipakai, baik penutup badan, kepala,
atau yang dipakai di jari dan di lengan seperti cincin dan gelang.
Kata risy pada mulanya berarti bulu, dan karena bulu binatang merupakan
hiasan dan hingga kini dipakai oleh sementara orang sebagai hiasan, baik di kepala
maupun melilit di leher, maka kata tersebut dipahami dalam arti pakaian yang
berfungsi sebagai hiasan.
Dari sini dapat dipahami dua fungsi dari sekian banyak fungsi pakaian.
Pertama, sebagai penutup bagian-bagian tubuh yang dinilai oleh agama dan dinilai
oleh seseorang atau masyarakat sebagai buruk bila dilihat, dan yang kedua, adalah
sebagai hiasan yang menambah keindahan pemakainya. Ini member isyarat bahwa
agama memberi peluang yang cukup luas untuk memperindah diri dan
mengekspresikan keindahan.
Dalam ayat lain disebut fungsi lain dari pakaian yaitu penunjuk identitas, atau
diferensiasi, yakni pembeda antara identitas seseorang atau satu suku dan bangsa,
dengan lainnya. Ini diisyaratkan oleh QS. Al-Ahzab [33]: 59
Kelompok 13/Biologi IV B Page 18
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
59. “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Dimana wanita-wanita muslimah diperintahkan agar mengulurkan jilbab
mereka ke seluruh tubuh mereka supaya mereka lebih mudah untuk dikenal
identitasnya sebagai wanita-wanita terhormat, sehingga tidak diganggu oleh siapapun
yang usil.
Firman-Nya libấsut-taqwấ mengisyaratkan pakaian ruhani. Rasul saw.
melukiskan iman sebagai sesuatu yang tidak berbusana, dan pakaiannya adalah takwa.
Pakaian takwa bila telah dikenakan seseorang maka “Ma’rifat akan menjadi
modal utamanya, pengendalian diri ciri aktivitasnya, kasih asas pergaulannya,
kerinduannya kepada Ilahi tunggangannya, zikir pelipur hatinya, keprihatinan adalah
temannya, ilmu senjatanya, sabarr busananya, kesadaran akan kelemahan di hadapan
Allah kebanggaannya, zuhud (tidak terpukau oleh kemegahan duniawi) perisainya,
kepercayaan diri harta simpanan dan kekuatannya, kebenaran andalannya, taat
kecintaannya, jihad kesehariannya dan shalat adalah buah mata kesayangannya.”
Jika pakaian takwa telah menghiasi jiwa seseorang, maka akan terpelihara
identitasnya, lagi anggun penamilannya. Anda akan menemukan dia selalu bersih
walau miskin, hidup sederhana walau kaya, terbuka tangan dan hatinya. Tidak
berjalan membawa iftnah, tiak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak menuntut
yang buan haknya dan tidak menahan hak orang lain. Bila beruntung ia bersyukur,
bila diuji ia bersabar, bila berdosa ia istighfar, bila bersalah ia menyesal, dan bila
dimaki ia tersenyum sambil berkata : jika makian anda keliru, maka aku bermohon
semoga Tuhan mengampunimu dan jika makian anda benar, maka aku bermohon
semoga Allah mengampuniku.
Kelompok 13/Biologi IV B Page 19
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Ayat ini menyebut pakaian takwa, yakni pakaian ruhani setelah sebelumnya
menyebut pakaian jasmani yang menutupi kekurangan-ekurangan jasmaninya,
pakaian ruhani menutupi hal-hal yang dapat memalukan dan memperburuk
penampilan manusia jika ia terbuka. Keterbukaan aurat jasmani dan ruhani dapat
menimbulkan rasa perih dalam jiwa manusia, hanya saja rasa perih dan malu yang
dirasakan bila aurat ruhani terbuka jauh lebih besar daripada keterbukaan aurat
jasmani baik didunia, lebih-lebih di akhirat. Keterbukaan aurat jasmani dapat
ditoleransi Allah bila ada kebutuhan yang mendesak, karena keharaman membukanya
bertujuan menghindarkan manusia terjerumus dalam sesuatu yang haram karena
dzatnya, dengan kata lain menghindarkan manusia terjerumus dalam keterbukaan
aurat ruhani. Itu sebabnya membuka aurat jasmani-bila dibutuhkan- misalnya dlaam
rangka pengobatan, dapat ditoleransi. Terbukanya aurat jasmani dapat menjadi pintu-
kecil atau besar-bagi terjadinya perzinahan yang merupakan satu kedurhakaan yamg
terlarang karena dzatnya. Keharaman sesuatu karena dzatnya hanya dibenarkan jika
ada darurat yang bila diabaikan dapat mengancam jiwa seseorang. Sebaliknya
tertutupnya aurat ruhani, mengantar manusia menutup aurat jasmaninya, demikian
antara lain terlihat kebenaran firman-Nya, bahwa Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik.
Penggalan ayat ini dapat juga dipahami sebaai menunjukkan fungsi ke empat
dari pakaian. Thahir Ibnu ‘Ấsyur menulis dalam tafsirnya bahwa libấsut-taqwấ dibaca
oleh Imam Nafi, Ibnu Amir, Al-Kisai dan Abu Ja’fat dengan nashab (dibaca; libấsat-
taqwấ) bukan libấsut-taqwấ sebagaimana bacaan yang lain). Ini berarti pakaian yang
dimaksud sama kedudukannya dengan kedua pakaian yang disebut sebelumnya, yakni
pakaian takwa termasuk juga pakaian yang diturunkan oleh Allah, dan jika demikian,
tentu ia tidakberupa sesuatu yang abstrak, melainkan konkrit. Karena itu-jika
demikian bacaannya- takwa yang dimaksud disini bukan takwa dalam pengertian
agama yang popular, yakni upaya melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya, tetapi maknanya adalah makna kebahasaan yaitu
pemeliharaan/perlindungan. Dari sini dipahami bahwa libấsut-taqwấ adalah pakaian
yang dapat memelihara dan melindungi seseorang, dalam bentuk perisai, yang
digunakan dlaam peperangan untuk menghindarkan pemakainya dari luka atau
kematian. Ini dapat menjadi isyarat tentang fungsi lain dari pakaian yaitu fungsi
Kelompok 13/Biologi IV B Page 20
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
pemeliharaan. Memang ditemukan ayat lain yang menjelaskan fungsi pemeliharaan
itu yaitu melalui firman-Nya:
“Dan Dia jadikan bagi kamu pakaian yang memelihara kamu dari panas dan pakaian
(baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan”. (QS. An Nahl [16]: 81).
Masih banyak pendapat lain tentang makna pakaian takwa, misalnya malu,
atau pakaian yang menampakkan kerendahan diri kepada Allah yang digunakan
beribadah, atau penampilan yang baik, dan lain-lain tetapi pendapat-pendapat ini
dapat dicakup oleh apa yang penulis kemukakan di atas.
Penutup ayat ini la’allahum yadzdzakkarun/mudah-mudahan mereka selalu
ingat, beralih menjadi bentuk persona ketiga padahal redaksi-redaksi sebelumnya
yang mengambil bentu persona kedua. Disisi lain kata yadz-dzakkarun pada mulanya
adalah yatadzakkarun kemudian huruf ta’ diselipkan ke dalam huruf dzal sehingga
tidak terulis dan tidak pula terbaca. Ini untuk mengisyaratkan bahwa mengingat yang
dimaksud disini tidak mutlak harus dalam bnetuk yang sempurna. Sekedar mengingat
nikmat Allah, misalnya dengan berdoa ketika memakainya atau mensyukurinya sudah
cukup. Adapun pengalihan redaksi ke bentuk persona ketiga maka ia bertujuan
mencegah kesan yang boleh jadi muncul di benak sementara orang bahwa tuntunan
dan peringatan ini hanya ditujukan kepada kaum muslimin saja. Padahal sebenarnya
ia ditujukan kepada semua pihak. Demikian lebih kurang uraian al-Biqấ’i.
Thabấthabấ’i memahami penutup ayat ini: Yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Sebagai
isyarat terhadap fungsi pakaian ruhani dalam menghindarkan manusia dari keperihan
dan siksa akibat terbukanya aurat tersebut dalam arti, bahwa pakaian yang ditemukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan menutup auratnya adalah bukti kekuasaan Allah
yang bila diperhatikan oleh manusia akan mengantarnya menyadari bahwa ia juga
memiliki aurat batiniah-yaitu keburukan-keburukan nafsu- yang buruk pula bila
terbuka. Menutupnya merupakan hal yang lebih penting dari pada menutup aurat
Kelompok 13/Biologi IV B Page 21
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
lahiriah. Penutup aurat batiniah itulah pakaian takwa yang diperintahkan Allah dan
dijelaskan oleh Rasul-Nya saw.
Pada ayat ini Allah swt. menyeru kepada anak cucu Adam dan
memperingatkan nikmat yang begitu banyak yang telah dianugerahkan-Nya supaya
mereka tidak melakukan maksiat, tetapi hendaklah mereka bertakwa kepada-Nya di
mana mereka berada sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw.:
كنت وتعالى الله خوف أينما سبحانه
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah swt. di mana saja engkau berada”.
(H.R At Turmuzi dari Mu'az bin Jabal)
Dialah yang menurunkan hujan dari langit, menyebabkan adanya kapas, rami,
wool dan sebagainya yang kesemuanya itu dapat dijadikan bahan pakaian sesudah
diolah untuk dipakai menutupi aurat kita, tubuh kita dan untuk menahan panas dan
dingin dan dipakai dalam peperangan untuk menahan senjata (baju besi), dijadikan
keindahan sebagai perhiasan, satu hal yang disukai oleh Allah swt. sebagaimana
sabda Nabi Muhammad saw.:
الله الجمال جميل إن يحب
Artinya: “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan” (HR Muslim).
Ini semuanya adalah merupakan pakaian dan keindahan lahiriah. Di samping
itu ada lagi macam pakaian yang sifatnya abstrak (rohaniah) jauh lebih baik dari
pakaian lahiriah tadi karena ia dapat menghimpun segala macam kebaikan, yaitu
takwa kepada Allah swt. Sabda Nabi Muhammad saw.:
أن عليك حقا تقي كل جمع ألنه الله إلى حذرا تكون يجب
جيدة
Artinya: “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah karena sesungguhnya takwa itu
menghimpun segala kebaikan.” (H.R Abu Ya'la dari Abu Said)
Kelompok 13/Biologi IV B Page 22
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Dengan takwa itu Allah swt. senantiasa memberikan kepada kita petunjuk untuk
dapat mengatasi dan keluar dari kesulitan yang dihadapi, Dia akan memberikan
kepada kita rezeki dari arah yang tidak terduga-duga sebelumnya dan selalu
dimudahkan urusan kita sebagaimana firman Allah swt.
…
Artinya: "Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” (Q.S At Talaq; 4)
Segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah swt. seperti memberikan
pakaian adalah tanda bagi kekuasaan Allah swt. dan membuktikan kebaikan-Nya
kepada anak cucu Adam a.s. maka pada tempatnyalah kalau kita selalu mengingat
Allah swt. mensyukuri nikmat-Nya, menjauhi ajakan setan dan tidak berlebih-lebihan
dalam ucapan dan lain-lain sebagainya.
2. Tafsir QS. Fush Shilat Ayat 12
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.”(QS. Fushshilat [41]:12)
Sebelum kita membahas tafsir ayat di atas kami akan membedah hikmah dari nama-nama Allah yang terdapat pada ayat diatas, Harjani Hefni, MA dalam bukunya The 7
Kelompok 13/Biologi IV B Page 23
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
Islamic Habits memberikan resep bagaimana kita dapat mengambil hikmah dari nama-nama Allah, berikut adalah paparan beliau :
No. Nama Allah Arti Pengaruh Positif Terhadap Jiwa
Bentuk Meneladani Nama-nama Allah
1. Al-Khaliq Yang Maha Menciptakan
Mengagumi Ciptaan-NyaMenjadi orang yang mampu merancang suatu karya.
2 Al-Hafiz Yang Maha Memelihara atau Pemelihra
Merasakan keamanan dan kedamaian hidup, karena ada kekuasaan Maha Dasyat yang selalu memelihara siapa yang meminta kepada-Nya kapan dan dimana saja.
Menjadi pemelihara amanah yang telah dititipkan Allah kepada kita, yang menjadi khalifah Allah dimuka bumi, memelihara dan memakmurkannya.
3. Al-Aziz Yang Maha Perkasa
Menjadikan-Nya sumber keperkasaan, tidak menggantungkan harapan kepada manusia.
Menumbuhkan izzah dan keperkasaan dibawah panji-panji Allah.
4. Al-‘Alim Yang Maha Mengetahui
Menambah keyakinan untuk mengamalkan keyakinan untuk mengamalkan Al-Qur’an dan ajaran agama karena asasnya adalah ilmu.
Ingin terus menambah ilmu sehingga keputusan yang dibuat semakin berbobot.
Setelah Allah SWT menciptakan langit dan bumi, seperti yang diterangkan
pada ayat yang lain, maka pada ayat ini diterangkan keadaan keduanya setelah
penciptaan itu.
Diterangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit itu dengan
menjadikan tujuh langit dalam dua masa: dengan demikian, lamanya Allah SWT
merencanakan penciptaan langit dan bumi ialah selama enam masa.
Diterangkan bahwa menghiasi langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan, ada
Kelompok 13/Biologi IV B Page 24
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
bintang yang bercahaya sendiri dan ada pula yang menerima pantulan cahaya dari
planet yang lain. Karena itu terlihat cahaya bintang-bintang itu tidak sama,
ketidaksamaan cahaya bintang-bintang itu menimbulkan keindahan yang tiada
taranya.
Dan Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan oleh tiap-
tiap langit itu, sesuai dengan hikmah dan Sunatullah. Seperti mengadakan daya tarik
pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada garis edarnya, sehingga
dengan demikian planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu
dengan yang lain. Untuk masing-masing planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu,
sesuai dengan keadaan dan terjadinya, seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas
matahari, karena kejadian keduanya berlainan pula.
Semua yang diterangkan itu merupakan ciptaan Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang harus tunduk kepada ketetapan Nya. Tidak ada satupun dari yang
diciptakan Nya yang menyimpang dari ketetapan Nya itu. Dia mengetahui keadaan
makhluk yang diciptakan Nya itu, baik yang halus maupun yang kasar, baik yang
nyata maupun yang tersembunyi.
Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally
dalam Terjemahan Tafsir Jalalain menafsirkan QS. Fushshilat(41) : 12 adalah sebagai
berikut:
“ (Maka Dia menjadikannya) dhamir yang ada pada lafal ayat ini kembali kepada lafal
As- Samaa atau langit, karena memandang dari segi maknanya (tujuh langit dalam dua
hari) yakni hari Kamis dan hari Jumat, Dia telah selesai dari menciptakan langit pada
saat-saat terakhir dari hari tersebut. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam,
oleh karena itu maka di sini tidak dikatakan Fasawwaahunna tetapi Faqadhaahunna.
Dan sesuai dengan makna ayat ini yaitu ayat- ayat tentang penciptaan langit dan bumi
dalam enam hari (dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya) yang telah
Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan beribadah
kepada- Nya. (Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan pelita- pelita) yakni bintang -
bintang yang cemerlang (dan Kami memeliharanya) dinashabkan oleh Fi'il-nya yang
keberadaannya diperkirakan, Kami menjaganya dengan meteor- meteor dari setan
Kelompok 13/Biologi IV B Page 25
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
yang mau mencuri- curi pembicaraan para malaikat. (Demikianlah ketentuan Yang
Maha Perkasa) di dalam kerajaan - Nya (lagi Maha Mengetahui) makhluk- Nya.”
Merujuk pada tafsir ayat diatas pendidikan nilai estetika yang Allah berikan
adalah “Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan pelita- pelita” jelas sekali ayat ini
mengingatkan kita tententang nilai seni yang terdapat dalam ciptaan Allah yaitu langit
yang Allah hiasi dengan bintang-bintang. Ayat ini mengajari kita makna keindahan
dari ciptaan Allah yaitu langit dan memberitahu kita bahwa Allah itu indah dan
menyukai keindahan hal ini terbukti dari paparan redaksi ayat diatas. Oleh karena itu
secara tersirat ayat ini juga memberikan kita peringatan bahwa ummat Islam itu cinta
keindahan atau seni dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keindahan
dan seni yang kita lihat ataupun kita ciptakkan harus menjadi sarana yang dapat
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Yang Maha Indah.
Bagaimana membuat keindahan menjadi charger imani ? Merujuk pada QS.
Ali Imran(3) : 191 yang berbunyi :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Pada ayat diatas kita diperintahkan untuk mengingat atau memikirkan
bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi dengan segala keindahannya. Langit
tadi yang begitu indah adalah seni yang membuat hati kita menjadi lapang karena
keindahannya. Masalah yang melanda kita juga seakan sirna jika kita mentafakuri
keindahannya dan makin yakin bahwa Allah saja mudah menghiasi langit dan
menegakkannya maka mudah jugalah bagi Allah menyelesaikan segala urusan
Kelompok 13/Biologi IV B Page 26
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
hambanya, begitulah dampak psikologis yang dapat kita peroleh dari proses
mentafakuri keindahan ciptaan Allah. Sehingga kita makin sadar tiada yang sia-sia
dari ciptan Allah. Keindahan ini juga membuat kita rindu akan kehidupan di surga
kelak yang menjadi janji Allah bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh karena itulah
beberapa ustadz berpendapat seni dan alam diperlukan untuk menambah sekaligus
memperbaiki ruhani kita. Tidak hanya dalam persoalan agama saja akan tetapi dalam
hal motivasi kehidupan pun akan berpengaruh.
3. Tafsir QS. Yusuf Ayat 111
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally dalam Terjemahan Tafsir Jalalain menafsirkan QS. Yusuf(12) : 111 adalah sebagai berikut :
“(Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat) yang dimaksud adalah kisah - kisah para rasul (pengajaran bagi orang - orang yang mempunyai akal) orang -orang yang berakal (Ini bukanlah) Alquran ini bukanlah (cerita yang dibuat- buat) sengaja dibuat- buat (akan tetapi) tetapi (membenarkan kitab- kitab yang sebelumnya) kitab- kitab yang diturunkan sebelum Alquran (dan menjelaskan) menerangkan (segala sesuatu) yang diperlukan dalam agama (dan sebagai petunjuk) dari kesesatan (dan rahmat bagi kaum yang beriman) mereka disebutkan secara khusus dalam ayat ini mengingat
Kelompok 13/Biologi IV B Page 27
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
hanya mereka sajalah yang dapat mengambil manfaat Alquran bukan orang - orang selain mereka.”
Dalam tema matakuliah Tafsir Kontekstual kali ini temanya adalah pendidikan estetika. Ternyata Al Qur’an tidak hanya menyimpan pendidikan estetika yang tinggi pada hal-hal yang berwujud benda akan tetapi nilai estetika Al-Qur’an juga terdapat didalam ayat-ayatnya. Keunikan bahasa Al Qur’an (bukanlah bahasa sehari-hari), namun dengan bahasa ini, yang terpilih menjadi bahasa pengantar Allah kepada manusia. Tentu dijadikan karena memiliki keunggulan yang sulit ditandingi oleh bahasa-bahasa lainnya. Keindahan dalam terjemahan atau asli, kedalaman makna ayatnya yang tak tertandingi. Bukan hanya kemudahan diingat dan dilantunkan, juga berada pada kedalaman struktur, keseimbangan dan tatanan informasi yang sulit dibandingkan dalam dunia tata tulis manusia sampai kini.
Hingga kini Al-Qur’an masih menjadi satu-satunya kitab suci yang mempunyai kedalaman bahasa sastra, sekaligus mengandung makna yang sangat mendalam sehingga belum ada satu orang pun yang bisa membuat ayat tandingannya. Tidak berhenti pada makna, Al-Qur’an juga menyimpan sejuta rahasia sains baik yang sudah terungkap ataupun yang masih menjadi rahasia Allah. Banyak ilmuwan yang akhirnya terpincut dengan islam ketika meneliti tentang ayat Al-Qur’an.
Daftar Pustaka
As-Suyuthi, Jalaluddin dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally.----. Terjemah
Tafsir Jalalain. Jawa Barat: Pustaka Al Hidayah
Hamka ,Prof. Dr.. 1999. Tafsir Al Azhar Juzu XIII-XIV. Jakarta: PT Pustaka Panjimas
Hamka ,Prof. Dr.. 1999. Tafsir Al Azhar Juzu XXIV. Jakarta: PT Pustaka Panjimas
Hefni, Harjani, MA. 2009. The 7 Islamic Daily Habits: Hidup Islami dan Modern Berbasis
Al- Fatihah.Jakarta: Pustaka IKADI
Yahya, Harun. 2001. Deep Thinking: Bagaimana Seorang Muslim Berpikir. Jakarta: Rabbani
Press
Sumber Website :
http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/aksiologi-etika-dan-estetika-filsafat.html
Kelompok 13/Biologi IV B Page 28
Tafsir Kontekstual mengenai Pendidikan Estetika
http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/03/06/kedudukan-estetika-dalam-arsitektur-islam/
http://arifberbagi.wordpress.com/2011/01/04/seni-dalam-pandangan-islam/
http://www.pdfwindows.com/pdf/estetika-menurut-perspektif-islam/
http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/pandangan-islam-tentang-seni.html
http://ningratsite.multiply.com/reviews/item/3
http://www.harunyahya.com/indo/buku/keindahan6.htm
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=category&id=48&Itemid=79
http://putramatika.blogspot.com/2009/11/keindahan-sastra-bahasa alquran.html?zx=54cac92b74682bc1
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp
Kelompok 13/Biologi IV B Page 29