Download - pencegahan penyakit menular
LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR
PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI POSYANDU TULIP DESA PULO SARI
RANGKASBITUNG, LEBAK
Oleh :
dr. Lydia Amaliya
Pendamping :
dr. Dini Kuswiandri
PUSKESMAS RANGKASBITUNG KABUPATEN LEBAK
PROVINSI BANTEN
2014
LAPORAN PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini berbagai macam penyakit terus di temukan dan
terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman,baik pola
penularan,pengobatan, pencegahan serta penyebabnya pun berbeda – beda mulai
dari penyakit yang ringan sampai yang sulit di sembuhkan.
Demam berdarah dengue atau yang biasa di singkat DBD adalah salah satu
penyakit yang sulit di sembuhkan hal ini di sebabkan karena Sampai saat ini
belum ditemukan obat atau vaksin untuk penanggulangan DBD ini.
Demam berdarah dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis.
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah dengue
tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang
sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi
lingkungan yang tidak bagus.
Hampir setiap tahun, di bulan-bulan tertentu, selalu saja ada berita tentang
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit ini tiap tahun telah
membawa banyak korban jiwa, bahkan jumlah kasus serta korban jiwa meningkat
tiap tahunnya.DBD terjadi berulang-ulang setiap tahun. DBD merupakan salah
satu penyakit penting di Indonesia dan memerlukan penanganan yang menyeluruh
dan integral, agar penyakit ini tidak lagi menimbulkan banyak korban jiwa.
Karena saat ini curah hujan cukup tinggi dan banyak daerah termasuk wilayah
Rangkasbitung terkena banjir serta berdasarkan latar belakang diatas, kami
tertarik untuk melakukan penyuluhan mengenai DBD.
1.2 Tujuan Penyuluhan
a. Memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang Demam Berdarah
Dengue
b. Memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang cara penularan Demam
Berdarah Dengue
c. Memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang cara mencegah Demam
Berdarah Dengue
1.3 Tempat dan Waktu Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Tulip Desa Pulo Sari, Rangkasbitung pada
hari Rabu tanggal 11 Desember 2013 pukul 09.00.
1.4 Peserta Penyuluhan
Peserta penyuluhan terdiri dari 20 ibu yang datang ke posyandu
1.5 Proses Penyuluhan
Penyuluhan diberikan kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu untuk
imunisasi ataupun periksa kehamilan. Ibu-ibu yang datang ke posyandu
dikumpulkan agar mengikuti penyuluhan sebelum pulang.
Penyuluhan dilakuan dengan dua arah namun tidak menggunakan media,
penyuluhan hanya diberikan dengan pemberian materi lisan. Pertama – tama,
acara dibuka oleh kader yang bertanggungjawab atas posyandu tersebut kemudian
dilanjutkan dengan pemberian materi penyuluhan oleh penyuluh. Setelah selesai
memberikan materi, dibuka sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini, para ibu
terlihat tampak antusias.
1.6 Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN-
3, dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan – perdarahan.
b. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang
lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang
kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang
berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada
saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan
kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan
berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif).
Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan
dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul.
c. Mengenal nyamuk Ae.Aegypti
Mengenali nyamum Ae. aegypti sangat mudah. Beberapa ciri
khusus untuk mengenali nyamuk ini antara lain dari pola hitam putih di
tubuhnya, sepeti di kaki dan diperutnya. Perhatikan pola di punggungnya.
Ae. aegypti memiliki dua garis putih di tengah dan di sisinya ada dua garis
melengkung.
d. Masa inkubasi dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang
virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda
dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
2. Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
3. Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali ).
4. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
5. Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3
(Trombositopeni)
6. timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah
penurunan nafsu makan ( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil
kejang, sakit kepala, mimisan ( epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces
berlendir dan campur darah ( malena ).
7. Demam yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada
persendian.
8. Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah
9. Pada kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi
cairan pada rongga tubuh
Berdasarkan kriteria WHO diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2 – 7 hari, biasanya bifasik
• Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis atau melena
• Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemi.
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet.
Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
e. Definisi kasus DBD
Secara Laboratoris
1. Presumtif Positif (Kemungkinan Demam Dengue): Apabila ditemukan
demam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis berikut: nyeri kepala,
nyeri belakang mata, mialgia, artralgia, ruam, manifestasi perdarahan,
leukopenia, uji HI ≥1.280 dan atau IgM anti dengue positif, atau pasien
berasal dari daerah yang pada saat yang sama ditemukan kasus confirmed
dengue infection.
2. Confirmed DBD (Pasti DBD): Kasus dengan konfirmasi laboratorium
sebagai berikut deteksi antigen dengue, peningkatan titer antibodi >4 kali
pada pasangan serum akut dan serum konvalesens, dan atau isolasi virus.
f. Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air
dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infuse ( intravena ) mungkin di perlukan
untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.transfusi
platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya
adalah pemberian obat – obatan terhadap keluhan yang timbul.
g. Pencegahan ( Pengendalian Nyamuk Ae. Aegypti )
DBD disebabkan oleh virus dan penyebarannya melalui vektor
nyamuk. Dari sekian banyak jenis nyamuk, hanya satu nyamuk yang
menjadi vektor DBD, yaitu Aedes aegypti. Oleh karena itu untuk
mengendalikan penyebaran DBD dilakukan dengan mengendalikan vektor
nyamuk ini yaitu dengan beberapa metode sebagai berikut :
a. lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain dengan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ),pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembang biakan nyamuk dan perbaikan
desain rumah sebagai contoh : menguras bak mandi atau penampungan air
sekurang – kurangnya sekali seminggu,mengganti dan menguras vas
bunga dan tempat minum burung seminggu sekali menutu dengan raat
tempat penampungan air,mengubur kaleng – kaleng bekas,aki bekas dan
ban bekas di sekitar rumah.tumpah atau bcornya air dari pipa
distribusi,katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan
menjadi habitat yang penting untuk larva Ae.Aegypti jika tindakan
pencegahan tidak dilakukan.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik ( kan adu / ikan cupang ), dan bakteri ( Bt.H – 14 ). Peran
pemangsa yang di mainkan oleh copepod crustacea ( sejenis udang –
udangan ) telah di dokumnetasikan pada tahun 1930 – 1950 sebagai
predator yang efektif terhadap Ae.Aegypti ( Kay BH, 1996 ).selain itu juga
di gunakan perangkap telur autosidal ( perangkap telur pembunuhan ) yang
saat ini sedang dikembangkan di singapura.
c. Kimia
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan ( fogging /
dengan menggunakan malathion dan fenthinol ),berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu
memberikan bubuk abate ( temephos ) pada tempat – tempat penampungan
air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain – lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara – cara di atas, yang di sebutkan dengan
3M plus,yaitu menutup,menguras dan mengubur barang – barang yang
bisa di jadikan sarang nyamuk.selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik,menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida,menggunakan repellent,memasang obat nyamuk dan
memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat.
pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan
kembali ( revitalisasi ) pokjanal DBD di Desa / Kelurahan maupun
kecamatan dengan pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan
pemeriksaan jentik berkala.perekrutan warga masyarakat sebagai juru
pemantau jentik ( jumantik ) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan
pemantauan jentik,pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan
penyuluhan kesehatan.peran media massa dalam penanggulangan KLB
DBD dan sebagai peringatan dini kepada masyarakat juga di tingkatkan
dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada khalyak yang
cepat di harapkan masyarakat dan departemen terkait lebih
waspada.intensifikasi pengamatan ( surveilans ) penyakit DBD dan vektor
dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat PusKesMas
Kecamatan / Kabupaten juga perlu dibenahi.
1.7 Kesimpulan
Penyuluhan tentang ASI Eksklusif merupakan salah satu upaya untuk
memberantas penyakit DBD. Setidaknya para ibu mengetahui bagaimana cara
mencegah DBD sehingga tidak terjadi wabah DBD di lingkungan tempat tinggal.
Setelah dilakukan penyuluhan pada 20 ibu-ibu yang datang ke Posyandu Tulip
Desa Pulo Sari Rangkasbitung, didaptkan hasil sebagai berikut.
a. Para ibu yang datang ke Posyandu Tulip Desa Pulo Sari, Rangkasbitung
memiliki pengetahuan baru tentang Demam Berdarah Dengue
b. Para ibu yang datang ke Posyandu Tulip Desa Pulo Sari, Rangkasbitung
memiliki pengetahuan tentang cara penularan Demam Berdarah Dengue
c. Para ibu yang datang ke Posyandu Tulip Desa Pulo Sari, Rangkasbitung
memiliki pengetahuan tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue
Hal tersebut tercermin dari perilaku dan sikap para ibu selama proses
penyuluhan. Para ibu tampak antusias dalam mengikuti penyuluhan. Selain itu,
para ibu banyak bertanya mengenai topik penyuluhan.
1.8 Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2009.
2. WHO . Dengue: Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control.
World Health Organization. 2009.
3. Shepherd SM. Dengue Fever. Updated Oct 23, 2009. Cited from :
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#a0104
4. Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue
LAPORAN PENYULUHAN
Nama Peserta dr. Lydia Amaliya
Nama Pendamping dr. Dini Kuswiandri
Nama Wahana Puskesmas Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten
Tema Penyuluhan Demam Berdarah Dengue
Tujuan Penyuluhan d. Memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang
Demam Berdarah Dengue
e. Memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang cara
penularan Demam Berdarah Dengue
f. Memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang cara
mencegah Demam Berdarah Dengue
Hari / Tanggal Rabu, 11 Desember 2013
Waktu 09.00 – 10.00 WIB
Tempat Posyandu Tulip Desa Pulo Sari Rangkasbitung, Lebak
Jumlah Peserta 20 orang
LAMPIRAN FOTO