-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
1/89
ADOPSI, DIFUT
KEMEN
UN
PAPER PENYULUHAN
I, INOVASI DAN PENDIDIKAN ORANERHADAP DINAMIKA KELOMPOK
MOHAMMAD RIFKY F
D1E011090
KELAS A
ERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAY
FAKULTAS PETERNAKAN
IVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
i
DEWASA
AAN
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
2/89
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya paper ini terselesaikan. Penyusun juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen dosen pengampu mata kuliah
penyuluhan atas bimbingannya dan teman teman kuliah atas dukungannya
dalam penyusunan dan penyelesaian paper ini
Munculnya berbagai permasalahan penyuluhan yang di hadapi oleh
masyarakat Indonesia merupakan suatu yang fenomenal. Masalah-masalah
tersebut sering di jumpai dalam kehidupan terutama dalam bidang peternakan,
sehingga atas dasar permasalahan tersebut penyusun membuat paper penyuluhan
berdasarkan kumpulan kumpulan karya hasil penelitian dimana karya tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk pemecahan masalah penyuluhan di
bidang peternakan.
Paper tersebut di susun agar pembaca dapat mengetahui dan memahamiPenyuluhan. Semoga dengan makalah yang berjudul Adopsi, Difusi, Inovasi dan
Pendidikan Orang Dewasa terhadap Dinamika Kelompok menjadi acuan dan
perhatian para pembaca.
Penyusunan paper ini, masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Berdasarkan hal tersebut, selaku penyusun, meminta maaf sebesar-besarnya serta
senantiasa terbuka menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah
berikutnya. Semoga bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan membangun
masyarakat Indonesia yang di cintai ke arah perbaikan dan kemajuan di masa
mendatang.
Purwokerto, 6 Juni 2014
Penyusun
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
3/89
iii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2.Tujuan ................................................................................................................1
II. ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI MELALUI PENDEKATANPSIKOLOGI...........................................................................................................2
2.1. Adopsi Inovasi .................................................................................................2
2.1.1.Pengertian Adopsi Inovasi ..............................................................................2
2.1.2.Tahapan Adopsi Inovasi..................................................................................4
2.1.3.Faktor yang Memengaruhi Kecepatan Adopsi Inovasi ...................................7
2.2.Difusi Inovasi...................................................................................................17
III. PENDIDIKAN ORANG DEWASA MELALUI PENDEKATANPSIKOLOGI.........................................................................................................22
3.1.Konsep Dasar Pendidikan Orang Dewasa .......................................................22
3.1.1.Definisi Pendidikan Orang Dewasa ..............................................................22
3.1.2.Tujuan Pendidikan Orang Dewasa................................................................26
3.2.Hambatan Pendidikan Orang Dewasa (10) ......................................................27
3.2.1.Hambatan Fisiologik .....................................................................................27
3.2.2.Hambatan Psikologik ....................................................................................32
3.2.Hambatan Perilaku...........................................................................................38
IV. PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDIDIKAN
ORANG DEWASA MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGI .....................42
4.1.Suasana.............................................................................................................42
4.1.1.Suasana Pendidikan Aktif .............................................................................42
4.1.2.Suasana Saling Menghormati........................................................................43
4.1.3.Suasana Saling Percaya.................................................................................44
4.1.4.Suasana untuk Menemukan Jati Diri ............................................................45
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
4/89
iv
4.1.5.Suasana Tidak Mengancam...........................................................................46
4.1.6.Suasana Keterbukaan ....................................................................................47
4.1.7.Suasana Membenarkan Perbedaan................................................................49
4.1.8.Suasana Mengakui Hak untuk Berbuat Salah ...............................................50
4.1.9.Suasana Membolehkan Keraguan.................................................................51
4.1.10.Suasana Evaluasi Bersama dan Evaluasi Diri .............................................52
4.2.Belajar ..............................................................................................................53
4.2.1.JenisJenis Belajar ......................................................................................53
4.2.2.CaraCara Belajar .......................................................................................55
4.2.3.PrinsipPrinsip Belajar ...............................................................................57
4.2.4.CiriCiri Belajar..........................................................................................58
4.2.5.FaktorFaktor Psikologis yang Memengaruhi Belajar ...............................61
V. DINAMIKA KELOMPOK (DK) ..................................................................62
5.1. Konsep Dasar Dinamika Kelompok................................................................62
5.1.1.Definisi Dinamika Kelompok .......................................................................62
5.1.2.Analisis Dinamika Kelompok.......................................................................64
5.2. Unsur Sosiologi Dinamika Kelompok ............................................................66
5.2.1. Tujuan Kelompok.........................................................................................66
5.2.2. Pembagian Tugas dan Hak serta Kewajiban Kelompok..............................68
5.2.3. Aturan dan Kebiasaan Kelompok ................................................................69
5.2.4. Kemudahan dan Tegangan Kelompok.........................................................71
5.2.5. Kegiatan Sosial Kelompok...........................................................................72
5.3. Unsur Psikologi Dinamika Kelompok ............................................................74
DAFTAR PUSTAKA
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
5/89
5
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian
nasional. Pembangunan ekonomi akan tetap berbasis peternakan secara luas,
dengan kata lain kegiatan agribisnis peternakan akan menjadi salah satu kegiatan
unggulan pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas.
Penyuluhan peternakan sebagai bagian integral pembangunan peternakan
merupakan salah satu upaya pemberdayaan peternak-peternak dan pelaku usaha
peternakan lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kegiatan penyuluhan
peternakan harus mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif peternak-peternak
dan pelaku usaha peternakan lainnya melalui pendekatan partisipatif. Pendekatan
partisipatif dalam praktiknya memerlukan pemahaman terhadap adopsi, difusi dan
inovasi, pendidikan orang dewasa dan faktor yang memengaruhinya serta
dinamika kelompok. Pemahaman tersebut diperlukan oleh seorang penyuluh
karena diperlukan untuk pengembangan pembangunan peternakan di masa
mendatang, sebab melalui pemberian pemahaman tersebut, peternak-peternak
ditingkatkan kemampuannya baik secara afektif, kognitif dan psikomotor agar
dapat mengelola usaha ternaknya dengan produktif, efisien dan menguntungkan,
sehingga peternak-peternak dan keluarganya dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Meningkatnya kesejahteraan peternak peternak dan
keluarganya adalah tujuan strategis utama dari pembangunan peternakan.
1.2 Tujuan
1. Mengkaji adopsi, inovasi dan difusi melalui pendekatan psikologi
2. Mengkaji pendidikan orang dewasa melalui pendekatan psikologi
3. Mengkaji prinsip dan faktor yang berpengaruh dalam pendidikan orang
dewasa melalui pendekatan psikologi
4. Mengkaji dinamika kelompok
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
6/89
6
II. ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI PETERNAKAN MELALUI
PENDEKATAN PSIKOLOGI
2.1 Adopsi Inovasi
2.1.1 Pengertian Adopsi Inovasi
Adopsi merupakan proses keluarnya ide (inovasi) sampai diterima dan
dilaksanakan masyarakat maupun peternak sehingga menjadi perilaku. Perilaku
dalam hal ini adalah perpaduan antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
keterampilan (psikomotorik). Menurut Suprapto dan Fahrianoor, (2004), adopsiadalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak
yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak seseorang
mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau
menolaknya kemudian mengukuhkannya.
Ibrahim dkk (2004) menyebutkan adopsi adalah proses yang terjadi sejak
pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut
mengadopsinya. Peternak sasaran mengambil keputusan setelah melalui beberapa
tahapan dalam proses adopsi. Beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu tingkat
adopsi sangat dipengaruhi tipe keputusan untuk menerima atau menolak inovasi.
Tipe keputusan adopsi inovasi, proses adopsi dapat melalui empat tahap yaitu:
tahap mengetahui (knowledge), persuasi (persuasion), pengambilan keputusan
(decision) dan konfirmasi (confirmation) dimana konfirmasi merupakan bagian
dari perefleksian dan pengembangan adopsi secara berkelanjutan (Hughes dkk,
2012).
Penyuluh dalam melakukan adopsi dan inovasi ke masyarakat harus
memperhatikan tiga pokok falsafah penyuluhan antara lain:
1. penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat,
2. penyuluh tidak menciptakan ketergantungan, tetapi menciptakan kemadirian
sehingga tercapai kesejahteraan,
3. penyuluh harus terampil dan membuat masyakarat menjadi terampil
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
7/89
7
1. Perubahan Kognitif
Terjadi melalui penyampaian info inovasi sehingga masyarakat menjadi
tahu. Teknik penyampaian pengetahuan ada dua macam yaitu pertama adalah
penyampaian secara massal dan kedua adalah penyampaian secara individual.
Menurut Ban dan Hawkins (2010) perubahan kognitif seseorang menyebabkan
perbedaan persepsi seseorang walaupun dalam situasi yang sama, sehingga dalam
tahap ini harus dilakukan redundancy (pengulangan pesan) yaitu menentukan
suatu strategi yang dapat mewakili suatu gagasan yang mengacu pada sebagian
besar gaya kognitif.
2. Perubahan Afektif
Terjadi ketika masyarakat tahu dan memahami informasi inovasi yang
diberikan dimana pemahaman tersebut diperoleh dengan belajar secara lebih
mendalam terhadap informasi inovasi yang disampaikan. Perubahan ini terjadi
berkenaan dengan sikap, kemampuan, dan penguasaan segisegi emosional yaitu
perasaan dan nilai. Menurut Tika (2010) nilai yang dimaksud adalah asumsi dasarmengenai hal hal yang ideal diinginkan atau berguna antara lain : hakikat
dengan lingkungan, hakikat orientasi waktu, hakikat sifat manusia, hakikat
aktivitas manusia, hakikat hubungan manusia, hakikat kebenaran dan hakikat
universalisme / partikularisme.
3. Perubahan Psikomotorik
Perubahan ini berkenaan dengan suatu keterampilan atau gerakangerakan
fisik (tindakan). Hughes dkk (2012) berpendapat bahwa tindakan dipengaruhi oleh
persepsi (afektif). Variabel persepsi yang mempengaruhi tindakan tersebut salah
satunya adalah ramalan pemenuhan diri (selffullfiling prophecy), yang terjadi
ketika ekspektasi atau prediksi sasaran memainkan peran yang berhubungan
dengan kejadian yang di ramalkan misal, fenomena sosial atau fenomena hal baru
yang terjadi dan ekspetasi masyarakat terhadap orang lain terutama orang asing.
Berdasarkan hal tersebut penting bagi penyuluh untuk memahami ekspetasi
masyarakat terhadap orang lain (terutama penyuluh itu sendiri).
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
8/89
8
2.1.2 Tahapan Adopsi Inovasi
1. Kesadaran (Awareness)
Merupakan kesadaran terhadap permasalahannya, sehingga masyarakat akan
terpacu berfikir kreatif dimana terfokus pada unsur pribadi dengan segala
keunikannya (Rivai dan Arifin, 2009). Menurut Hughes dkk (2012) unsur pribadi
(kepribadian) merupakan struktur tak terlihat dan proses yang mendasari di dalam
diri seseorang yang menjelaskan alasan berperilaku yang cenderung relatif sama
di situasi yang berbeda dan ataupun berbeda dari perilaku orang lain. Unsur
pribadi tersebut biasanya terjadi karena kekuatan sifatsifat yang mereka miliki.
Sifatsifat ini biasanya akan berinteraksi dengan faktor eksternal terutama pada
berbagai faktor situasional. Tika (2010) menguatkan bahwa emosi memainkan
peranan utama dalam membentuk persepsi. Misalnya emosi negatif dijumpai
menghasilkan penyederhanaan berlebihan terhadap isu isu inovasi, mengurangi
kepercayaan dan penafsiran yang negatif terhadap perilaku pihak lain. Sebaliknya,
emosi positif dapat meningkatkan hubungan yang potensial di antara unsur
unsur suatu masalah, mengambil pandangan yang luas di antara unsur unsur
suatu masalah dan mengembangkan penyelesaian yang lebih inovatif.
Berdasarkan hal tersebut hendaknya penyuluh memahami konsep ini karena
masyarakat (sasaran adopsi) memiliki emosi yang berbeda ketika hendak
diberdayakan melalui adopsi inovasi, sehingga bukan sesuatu yang mengherankan
apabila terdapat persepsi yang berbedabeda.
2. Minat (Interest)
Keinginan untuk mengetahui lebih lanjut inovasi yang ditawarkan dengan
cara memancing rasa ingin tahu nya (Ban dan Hawkins, 2010). Minat tersebut
merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan bila
orang tersebut diberi kebebasan untuk memilih. Pada suatu masyarakat pedesaan,
umumnya motivasi yang sering muncul adalah motivasi sosial. Menurut Gross
(2014), motivasi sosial merupakan proses aktifitas yang meliputi inisiasi,
pengarahan, energisasi, terhadap tingkah laku individu berdasarkan situasinya
yaitu pada saat orang lain berada dekat dengan individu yang bersangkutan.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
9/89
9
3. Evaluasi (Evaluation)
Menimbang manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi. Tahap ini
merupakan titik kritis karena merupakan faktor yang paling menentukan dalam
menimbulkan semangat akan suatu program inovasi yang di jalankan (Musyafak
dan Ibrahim, 2005). Hughes dkk (2012) menerangkan, selain manfaat dan
kekurangan penggunaan inovasi, salah satu yang menjadi pertimbangan lain
dalam melakukan adopsi adalah keahlian masyarakat, sifat pribadi masyarakat
akan perkembangan serta hierarki kebutuhan masyarakat. Sifat pribadi masyarakat
akan perkembangan yang perlu di pertimbangkan lebih dalam adalah kemampuan
dalam menerima dan menerapkan inovasi serta mencurahkan waktu dan usaha
yang diperlukan untuk menerima dan menerapkannya. Pada hierarki kebutuhan
masyarakat hal hal yang harus dipertimbangkan lebih dalam ialah kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan harga diri,
dan kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Feist dan Feist (2010), aktualisasi diri merujuk pada manusia
secara keseluruhan kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif.Aktualisasi diri tersebut salah satunya adalah konsep diri. Konsep diri meliputi
seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh
individu tersebut. Bagian bagian dari diri organismik berada di luar kesadaran
seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut, sehingga, saat manusia
(masyarakat sasaran) sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan
kesulitan dalam menerima perubahan / inovasi dan pembelajaran yang penting,
karena pengalaman yang tidak konsisten dengan diri mereka, biasanya disangkal
atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah. Berdasarkan
hal tersebut penyuluh hendaknya manyadari bahwa dalam praktiknya ada
beberapa masyarakat yang belum dapat beradaptasi terhadap suatu inovasi
walaupun pertimbangan (evaluasi) telah dilakukan dengan matang, hal tersebut
karena setiap masyarakat mempunyai konsep diri yang sudah terbangun dimana
jika sudah terbangun akan terasa sulit membuat perubahan karena konsep diri
tersebut seringkali memunculkan kecemasan dan ancaman.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
10/89
10
4. Percobaan/Demplot/Percontohan (Trial)
Melakukan percobaan untuk menguji sendiri inovasi dalam skala kecil. Pada
tahap ini, penyuluh harus membuat miniatur/model inovasi terlebih dahulu.
Tujuannya adalah untuk meyakinkan penilaian inovasinya sehingga ketika
penyuluh melakukan demplot pada peternak, maka peternak merasa ingin
menerapkan dalam usaha peternakannya. Sederhananya, penyuluh berperan untuk
menuntun peternak agar secara teknis dapat mempraktekan inovasi secara
mandiri. Penyuluh harus aktif melakukan supervisi, karena apabila mengalami
kegagalan maka kepercayaan peternak akan inovasi yang diberikan akan sirna
seketika. Hilangnya kepercayaan akan menyulitkan untuk mengadopsi kembali
inovasi yang telah disuluhkan (trauma) (Baba, 2008).
5. Menerima dan Menerapkan (Adopsi) :
Menerima dan menerapkan inovasi dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan atau di amatinya sendiri sehingga
tercapai ketepatan umpan balik. Hal tersebut karena umpan balik berkaitan dengan
kecepatan pelaksanaan dimana pada akhirnya akan memengaruhi ketepatanpengambilan keputusan (Ban dan Hawkins, 2010). Menurut King (2010) adanya
kecepatan pelaksanaan kemungkinan dipengaruhi oleh tujuan dan minat. Tujuan
dan minat tersebut dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi tersebut merupakan
kekuatan yang menggerakkan sasaran untuk berperilaku, berpikir dan merasa
seperti yang mereka lakukan. Motivasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain.
Dorongan (drive)
Adalah keadaan tergugah yang terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis
Kebutuhan (need)
Adalah keadaan kekurangan sesuatu yang memberikan energi untuk
menghilangkan atau mengurangi keadaan kekurangan tersebut
Homeostasis (homeostasis)
Adalah kcenderungan tubuh mempertahankan keadaan seimbang atau
tenang.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
11/89
11
2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Kecepatan Adopsi Inovasi
1. Sifat Inovasinya Sendiri
Menurut Musyafak dan Ibrahim, (2005) inovasi memiliki sifat baru. Sifat
baru tersebut kemudian dapat di introduksi oleh masyarakat tani yang belum
pernah mengenal sebelumnya. Jadi, sifat baru pada suatu inovasi harus dilihat
dari sudut pandang atau persepsi masyarakat tani (calon adopter), bukan kapan
inovasi tersebut dihasilkan. Ia juga menegaskan bahwa inovasi akan menjadi
kebutuhan peternak apabila apabila inovasi tersebut dapat memecahkan masalah
yang sering dihadapi peternak, sehingga identitikasi masalah secara benar menjadi
sangat penting, paling tidak dua alasan yaitu sesuatu yang dihadapi oleh peternak
dan jika masalah tersebut ternyata benar merupakan masalah peternak belum tentu
pemecahannya sesuai dengan kondisi peternak. Ban dan Hawkins (2010)
menambahkan, sejumlah studi telah menganalisis hubungan antara ciriciri suatu
inovasi dan tingkat adopsinya. Sebagian besar studi tersebut menggunakan
pertimbangan objektif, atau menganggap bahwa semua peternak mempunyai
persepsi sama. Hal tersebut menyebabkan hasil studi tidak dapat mencapai
kesimpulan sama.
Menurut Rivai dan Arifin (2009) Inovasi merupakan sesuatu yang baru yang
berasal dari potensi terpendam yang dimiliki oleh manusia untuk dipakai dalam
menempuh kehidupan yang disebut kreativitas, bentuk kreativitas dapat berupa
ide ide baru atau hasil penyempurnaan yang muncul dari hasil imajinasi yang
kemudian diberi sentuhan teknologi sehingga menjadi terobosan baru dalam
memecahkan masalah yang timbul. Selanjutnya imajinasi merupakan kemampuan
dalam menciptakan gagasan atau gambaran mental dalam pikiran kita atau
visualisasi untuk menciptakan citra yang jelas tentang suatu yang kita inginkan
bisa tercapai. dan memiliki manfaat atau nilai yang lebih baik. King (2010),
menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memikirkan
sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasa untuk menghasilkan pemecahan
masalah yang tidak biasa karena cara berpikir ini lebih cenderung kearah yang
divergen (menyebar) atau satu pertanyaan menghasilkan banyak jawaban.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
12/89
12
Ban dan Hawkins (2010) menjelaskan terdapat lima sifat inovasi antara lain:
Keuntungan relatif, maksudnya adalah apakah inovasi tersebut
memungkinkan peternak mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau
dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukan sebelumnya
Kompabilitas (kemudahan untuk dipahami), berkaitan dengan nilai sosial
budaya dan kepercayaan dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya
atau dengan keperluan yang dirasakan oleh peternak.
Komplesitas (kerumitan), yaitu inovasi tersebut memerlukan pengetahuan
dan keterampilan khusus dan sangat terkait dengan displin ilmu.
Triabilitas (dapat dicoba), yaitu kecenderungan peternak untuk mengadopsi
inovasi dalam skala kecil dan terbukti lebih baik.
Observalibitas (dapat diamati dan dipahami), sehingga terdapat proses
pembelajaran dan diskusi dari peternak yang bersangkutan.
King (2010) menambahkan bahwa untuk memunculkan lima sifat inovasi
tersebut penyuluh harus memunculkan solusi kreatif terhadap suatu masalah.
Memunculkan solusi kreatif pada suatu masalah dapat dideskripsikan sebagaisebuah 5 tahap proses yang berurutan yaitu :
Persiapan : Tahap dimana seseorang terlibat dalam suatu situasi masalah
yang menarik dan membangkitkan kengintahuan
Inkubasi :tahap dimana seseorang membuar beragam hubungan yang tidak
biasa dalam proses berpikir
Pencerahan :tahap dimana semua potongan informasi tentang masalah
tampak saling melengkapi dan cocok
Evaluasi :tahap dimana untuk menentukan apakah gagasan tersebut baru
atau apakah tampak jelas
Elaborasi : tahap klimaks proses kreatif dimana membutuhkan banyak kerja
keras. Feldman (2012) menyarankan bahwa pada tahap elaborasi diperlukan
pendekatan arousal terhadap motivasi dengan cara mempertahankan atau
meningkatkan rangsangan sampai pada level tertentu. Hal tersebut karena
tahap ini menyebabkan motivasi seseorang menurun.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
13/89
13
2. Sifat Sasarannya
Penyuluh juga disamping memperhatikan tahap tahap inovasi, juga harus
memperhatikan pengadopsi yaitu masyarakat itu sendiri. Berdasarkan kategori dan
ciricirinya, pengadopsi dibedakan menjadi lima antara lain:
Perintis / Inovator :
Cepat menerima sesuatu hal yang baru, banyak membaca, kaya,
berpengaruh dan terpandang, hubunngan dengan kaum atas lebih banyak dari pada
dengan peternak, pergaulan peternak baik tetapi sangat terbatas (Sinaga, 2004).
Feldman (2012) mengemukakan bahwa inovator cenderung memiliki kreativitas
tinggi yaitu merupakan kemampuan untuk membangun ide ide orisinil atau
mengatasi masalah dengan cara cara baru. Pengadopsi ini biasanya memiliki
cara berpikir yang divergen, kemampuan untuk mengembangkan respon yang
tidak biasa, namun sesuai terhadap masalah atau pernyataan. Aspek lain yang
menyebabkan pengadopsi ini memiliki kreativitas adalah komplesitas kognitifatau
pilihan terhadap stimulus dan pola berpikir yang rumit sehingga mereka seringkali
memiliki ketertarikan yang sangat luas dan lebih mandiri serta lebih tertarik
dengan masalahmasalah abstrak.
Pengerap Dini / Early adopter :
Daya penerimaannya cepat, mudah diyakini, pendidikannya tinggi, rata
rata umur muda, keadaan ekonomi baik, aktif dalam masyarakat pergaulan dengan
peternak baik. Pengadopsi ini cenderung memiliki motivasi yang tinggi., terutama
pada motivasi yang memberi atribusi pada dorongan yang dinamis untuk proses
kognitif (berpikir). Pengadopsi ini biasanya memiliki rencana dan intensi yang
kuat dan konsisten dimasa depan (Fiest dan Fiest, 2010).
Pengetrap Awal / The Early Majority :
Daya penerimaannya cukup, pendidikan cukup tinggi, rata rata umur
pertengahan/setengah umur, cukup aktif dalam masyarakat, pergaulan dengan
peternak sangat baik. King (2010) mengatakan bahwa pengadopsi ini sebagian
besar berusia 20 30 an. Pengadopsi biasanya memiliki kemampuan fisik
kesehatan dan berpikir yang optimal karena pada usia ini manusia mencapai
perkembangan fisik tepatnya berada pada titik puncak.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
14/89
14
Pengetrap Akhir / The Late Majority :
Daya penerimaannya sangat lambat, apa yang dilakukannya selalu melihat
orang lain dulu, rata rata umur sudah tua, tidak aktif dalam masyarakat dan
kurang bergaul karena ekonominya kurang cukup. Feldman (2012)
mengemukakan bahwa pengetrap ini mengalami penuaan fisik karena rata rata
sudah berumur 40 tahunan (masa dewasa akhir). Pada masa dewasa akhir ini
seseorang cnderung menerima orang lain dan kehidupan mereka sendiri serta
tidak terlalu memedulikan mengenai masalah masalah yang mengganggu
mereka. Disisi lain sebagian mereka juga mengalami krisis paruh baya. King
(2010) menambahkan pada usia ini manusia cenderung lebih buruk pada wilayah
ingatan dibandingkan dengan yang lebih muda. Pada usia ini mereka jarang
mengingat dimana dan kapan peristiwa peristiwa penting dalam kehidupannya
terjadi lebih baik dibandingkan mereka yang lebih muda dan biasanya mereka
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengingatnya. Akan tetapi beberapa
aspek yang membaik seiring pada usia ini adalah kebijaksanaan. Berdasarkan hal
tersebut maka penyuluh disarankan melakukan pelatihan dengan tujuan
meningkatkan kemampuan kognitif mereka.
Penolak / laggards :
Acuh tak acuh dan selalu menolak inovasi dan ukuran pemerintah,
berpandangan agresif (paranoid), ratarata sudah tua dan bersifat pasif. Fiest dan
Fiest (2010) menyatakan sifat sifat tersebut muncul sebab individu model ini
sudah membentuk konsep dirinya. Konsep diri yang sudah terbangun tidak
mungkin membuat perubahan sama sekali, apabila bisa di rubah itu pun akan
terasa sulit bagi individu yang bersangkutan. Perubahan ini biasanya lebih mudah
terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain, yang membantu seseorang untuk
mengurangi kecemasan yang menyebabkan kesadaran atas perubahan
komprehensif yang terjadi dalam dirinya dan ancaman yang menyebabkan
kesadaran seseorang yang dihadapkan pada sesuatu yang berada diluar jangakauan
praktis dari sistem konstruk orang tersebut, serta mengakui dan menerima
pengalamanpengalaman yang sebelumnya di tolak.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
15/89
15
3. Cara Pengambilan Keputusan
Terlepas dari ragam karateristik individu dan masyarakat. Cara pengambilan
keputusan yang dilakukan untuk mengadopsi sesuatu inovasi juga akan
memengaruhi kecepatan adopsi. Tentang hal tersebut, apabila keputusan adopsi
dapat dilakukan secara pribadi (individu) relatif lebih cepat dibanding
pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama (kolektif) warga
masyarakat lain, bahkan jika harus menunggu peraturan peraturan tertentu
(seperti rekomendasi pemerintah / penguasa).Musyafak dan Ibrahim (2005)
menyarankan keputusan secara individu dapat dapat dilakukan dengan beberapa
teknik antara lain : konsultasi, diagnosa resep dan partisipastif.
Teknik konsultasi, dilakukan dengan membuat peternak memposisikan
dirinya sebagai klien yang menyampaikan permasalahan dirinya kepada penyuluh
atau peneliti dengan tujuan untuk memperoleh solusi yang dihadapi. Pada teknik
ini diperlukan keterampilan untuk mendengarkan klien agar penyuluh
mendapatkan afeksi dari sasaran (Giblin, 2004). King (2010) juga menambahkan
teknik ini dapat dikombinasikan dengan mewawancarai mereka langsungsehingga informasi didapatkan dengan cepat. Pertanyaan pada wawancara tersebut
dapat berisfat tidak terstruktur, terbuka dan menggali pokok bahasan yang luas
mulai dari keyakinan agama sampai kebiasaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
mereka. Salah satu masalah pada wawancara adalah kecenderungan sasaran untuk
menjawab pertanyaan dengan cara yang mereka pikir diterima atau diinginkan
secara sosial daripada dengan cara mengomunikasikan apa yang benar benar
mereka pikirkan atau rasakan. Cervone dan Pervin (2012) berpendapat masalah
tersebut terjadi diakibatkan setiap individu memiliki tingkat stress psikologi yang
berbeda beda yang akhirnya berpengaruh terhadap coping (kemampuan untuk
mengantisipasi stress). Cara coping individu pada berbagai situasi situasi
tertentu ini berbeda. Perbedaan kuncinya adalah perbedaan antara coping yang
berfokus pada masalah yang mengacu pada upaya coping dengan mengubah
situasi yang penuh stress dan coping yang berfokus pada emosi yang mengacu
coping pada individu untuk berjuang meningkatkan kondisi internal dirinya.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
16/89
16
Teknik diagnosa resep dilakukan dengan prosedur penyuluh/peneliti
mengambil inisiatif mengajukan pertanyaan yang mungkin peternak tidak
memahami kenapa hal tersebut ditanyakan, selanjutnya penyuluh/peneliti
mendiagnosis penyebab masalah atas dasar jawaban peternak dan memberikan
resep sebagai pemecahan masalah. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat di
analisis bahwa teknik ini mengacu pada pendekatan psikodinamika terhadap
kepribadian. Feldman (2012) menjelaskan psikodinamika kepribadian didasarkan
pada ide bahwa kepribadian dimotivasi oleh kekuatan dan konflik dalam diri yang
tidak terlalu disadari oleh individu dan tidak dapat mereka kontrol, dengan kata
lain teknik ini dibuat dengan berdasarkan pada teori psikoanalisis yaitu teori
dimana banyak perilaku individu di motivasi oleh ketidaksadaran. Hal tersebut
memiliki kesamaan dengan Feist dan Feist (2010), melalui teori Skinner bahwa
ketidaksadaran terjadi karena manusia jarang mengobservasi hubungan antara
variabel genetik dan lingkungan dan perilaku mereka sendiri sehingga hampir
semua perilaku individu yang bersangkutan termotivasi secara tidak sadar.
Prosedur teknik partisipasi dilakukan dengan oleh penyuluh / penelitidengan meminta peternak secara aktif memberikan informasi faktual tentang
masalah yang dihadapi, sedangkan peneliti / penyuluh melengkapi informasi
tersebut sesuai dengan keahliannya. Diupayakan peternak dapat melihat
alternative pemecahan dan hasil yang diperkirakan dari setiap alternatif. Pilihan
pilihan solusi masalah datang dari peternak itu sendiri, sedangkan penyuluh hanya
menyumbangkan keahliannya. Musyafak dan Ibrahim (2005) menjelaskan bahwa
kelebihan ketiga teknik tersebut adalah adanya partisipasi dari individu, umpan
balik dapat diperoleh secara langsung dari peternak, topik pembahasan langsung
ke permasalahan spesifik yang dihadapi individu peternak, hasil akhir merupakan
integrasi informasi dari peternak dan penyuluh, peternak akan merasa
diperhatikan lebih sehingga mempunyai motivasi tinggi. Kelemahannya sasaran
target sempit, biaya perkapita penyuluhan tinggi, memungkinkan adanya rasa
kecemburuan dari peternak lain, umpan balik dari peternak kurang lengkap,
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
17/89
17
4. Saluran Komunikasi yang digunakan
Adopsi inovasi dapat mudah dan jelas disampaikannya melalui saluran
komunikasi yang relevan dengan melihat ukuran populasi dari sasaran. Saluran
komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penyuluh/peneliti dalam mengomunikasikan secara langsung dan tidak langsung,
harus bersikap persuasif. Menurut Feldman (2012) persuasi adalah proses
mengubah sikap, salah satu konsep sentral dari psikologi sosial. Sikap adalah
evaluasi tentang seseorang, perilaku, kepercayaan, atau konsep tertentu.
Kemudahan dimana kita dapat mengubah sikap sasaran bergantung pada sejumlah
faktor diantaranya sebagai berikut.
Sumber pesan.
Karakteristik pesan
Karakteristik target
Sumber pesan. Karakteristik dari seseorang yang menyampaikan persuasif,
dikenal sebagai sikap komunikator, memiliki pengaruh besar dalam efektivitas
pesan tersebut. Komunikator yang secara fisik dan sosial menarik akanmenghasilkan perubahan sikap yang lebih besar dibandingkan mereka yang
kurang menarik. Terlebih lagi, keahlian dan tingkat kepercayaan komunikator
terkait dengan pengaruh pesan kecuali dalam situasi situasi ketika audensi
(sasaran) percaya bahwa sang komunikator memiliki motif tertentu. King (2010)
menambahkan bahwa salah satu yang menentukan komunikator secara fisik dan
sosial menarik adalah bahasa. Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik itu
lisan, tertulis maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol dengan
kata lain, bahasa berperan sebagai sistem simbol yang amat kaya, karena mampu
mengekspresikan sebagian besar pikiran. Sederhananya bahasa berperan dalam
serangkaian proses kognitif yang dianggap penting. Fiest dan Fiest (2010)
mengemukakan bahwa bahasa berperan sebagai strategi encoding yaitu
mengategorisasikan informasi yang diterima dari stimulus eksternal menjadi
konstruk personal, termasuk konsep diri, pandangan mereka terhadap orang lain
dan cara mereka melihat dunia.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
18/89
18
Karakteristik pesan. Setiap pesan mempunyai karakteristik yang berbeda
dan karakteristik tersebut akan menghasilkan respon sikap yang berbeda baik itu
mempunyai pengaruh maupun tidak. Umumnya pesan memiliki dua sisi yang
menyebutkan posisi sebagai komunikator dan posisi dari lawan mereka (sasaran)
dipandang lebih efektif dibandingkan pesan yang memiliki satu sisi. Dengan
asumsi bahwa argumentasi bagi sisi yang lain dapat dimentahkan secara efektif
dan audensi mengetahui mengenai topik tersebut (Feldman, 2012). Adanya dua
sisi tersebut disebabkan adanya atribusi. Menurut King (2010) atribusi merupakan
suatu motivasi untuk menemukan penyebab dasar perilaku individu sebagai
bagian dari upaya mereka untuk memahami perilaku. Dengan demikian, atribusi
adalah mengenai mengapa orangorang berprilaku seperti yang mereka lakukan.
Karakteristik target. Fiest dan Fiest, (2010), menyatakan setelah seorang
komunikator menyampaikan pesan, karakteristik target pesan dapat menentukan
apakah pesan tersebut akan diterima atau tidak.misalnya orang orang yang
pandai lebih tahan terhadap persuasi dibandingkan mereka yang kurang pandai.
Perbedaan gender dalam keterbujukan sepertinya juga ada. Dalam lingkup publik,wanita relatif mudah dipaksa daripada pria, terutama ketika mereka kurang
memiliki pengetahuan mengenai topik dari pesan tersebut. Meskipun demikian,
mereka sama dengan pria yang terkait dengan perubahan sikap pribadi mereka.
Pada kenyataannya, kedalaman dari perbedaan resistensi terhadap persuasi antara
pria dengan wanita tidak terlalu besar. Perbedaan resistensi tersebut, kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor kognitif sosial terutama pada proses belajar sosial dimana
proses belajar tersebut berasal dari kepribadian yang mempunyai kesatuan
mendasar, yang berarti kepribadian manusia mempunyai stabilitas yang relatif.
Hal tersebut karena manusia (individu) belajar untuk mengevaluasi pengalaman
baru atas dasar penguatan terdahulu. Evaluasi yang relatif konsisten ini akan
membawa pada stabilitas yang lebih besar dan kesatuan dari kepribadian serta
akan memberikan sifat responsif terhadap perubahan melalui pengalaman baru
atau dapat dimodifikasi dan diubah selama manusia mampu untuk belajar.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
19/89
19
5. Keadaan Penyuluh
Berdasarkan keadaannya terdapat lima dimensi pelayanan penyuluhan
antara lain:
Tangible (Pelayanan Fisik)
Kemampuan penyuluh peternakan dalam menunjukkan tingkat kualitas
pelayanan kepada para peternak yang meliputi ketersediaan fasilitas fisik, keadaan
fasilitas dan kelengkapan fasilitas yang merupakan bukti nyata dari pelayanan
penyuluh peternakan dalam pemberian jasa kepada peternak.
Reliability (Kendala)
Kemampuan penyuluh peternakan untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya (Abubakar dan Siregar,
2010).
Responsiveness (Ketanggapan)
Ketanggapan penyuluh peternakan terhadap permasalahan yang diperoleh
peternak dan cara penyuluh peternakan memecahkan masalah bersama peternak
dalam kelompok tani-ternak. Feldman (2012) menguatkan dalam pengambilan
keputusan ini diperlukan unsur kreativitas dan cara berpikir yang kovergen
(mengarah pada logika dan pengalaman).
Insurance (Jaminan)
Meliputi kredibilitas (sifat jujur dan dipercaya), kompetensi (penguasaan
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar penyampaian materi
penyuluhan sesuai dengan kebutuhan peternak.
Empaty (Empati)
Atribut yang menggambarkan dimensi yang menekankan pada pelayanan
dalam melayani peternak dengan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi dengan berupaya memahami keinginan peternak. Fiest dan
Fiest (2010) menambahkan bahwa empati ini merupakan suatu bentuk
penghargaan positif dan akan menciptakan perasaan percaya diri dan berharga
bagi sasaran.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
20/89
20
6. Ragam Sumber Informasi
Ragam informasi diperlukan untuk mendukung proses adopsi inovasi
informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti informasi
interpersonal, media cetak, media elektronik, publikasi ilmiah, dan pertemuan
ilmiah/teknis. Kebutuhan informasi dan motivasi kognitif dapat mempengaruhi
penggunaan sumber informasi. Feldman (2012) menerangkan bahwa yang
dimaksud motivasi kognitif adalah produk dari pikiran, harapan dan tujuan
manusia. Misalnya tingkat ketika orang termotivasi dalam belajar untuk
menghadapi tes berdasarkan harapan mereka mengenai seberapa baik belajar
dapat menghasilkan dalam bentuk nilai yang baik.
Cervone dan Pervin (2012) menambahkan melalui teori kognitif sosialnya
bahwa motivasi kognitif menunjukkan motivasi mendasar manusia terhadap
pemikiran dihubungkan dengan diri, atau pemikiran rujukan diri dimana hal
tersebut diperoleh dan dicapai melalui pembelajaran observasional. Ide umumnya
adalah bahwa orang umumnya mengarahkan dan memotivasi tindakan mereka
sendiri melalui proses berpikir. Proses berpikir utama sering melibatkan diri.pertimbangan proses motivasi yang individu miliki berhubungan dengan hal ini
dalam psikologi kepribadian. Fiest dan Fiest (2010) menjelaskan melalui teori
kepribadian Allport bahwa psikologi kepribadian merupakan organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan karateristik perilaku dan
pikirannya untuk menyesuaikan, melakukan refleksi atas hal tersebut dan
berinteraksi dalam caracara yang menyebabkan lingkungan beradaptasi dengan
mereka. Definisi komprehensif Allport atas psikologi kepribadian memberikan
gagasan bahwa manusia adalah produk dan proses; manusia mempunyai struktur
terorganisasi, sementara pada saat yang bersamaan, mereka memproses
kemampuan untuk berubah. Sederhananya, kepribadian mencakup sistem fisik
dan psikologis; meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat;
serta tidak hanya merupakan sesuatu tetapi melakukan sesuatu. Psikologi
kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses, serta struktur dan
perkembangan.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
21/89
21
2.2 Difusi Inovasi
Difusi inovasi merupakan perembesan atau penyebaran adopsi inovasi dari
satu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial
masyarakat sasaran yang sama. Berlangsungnya proses difusi inovasi sebenarnya
tidak berbeda dengan proses adopsi inovasi. Bedanya adalah jika dalam proses
adopsi pembawa inovasinya berasal dari luar sistem sosial masyarakat sasaran.
Sedang dalam proses difusi, sumber informasi berasal dari sistem sosial
masyarakat sasaran itu sendiri. Kecepatan difusi juga tergantung kepada aktivitas
yang dilakukan oleh penyuluhnya sendiri. Berdasarkan hal tersebut setiap
penyuluh diharapkan dapat mempercepat proses difusi inovasi, melalui:
1. Melakukan diagnosa terhadap masalah masalah masyarakatnya serta
kebutuhan kebutuhan nyata (real need) yang belum dirasakan
masyarakatnya. Menurut Musyafak dan Ibrahim (2005) diagnosa kebutuhan
kebutuhan nyata tersebut dapat dilihat dari banyaknya kesesuaian (daya
adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di
peternak. Sumarno (2010) menambahkan bahwa faktor ekonomi dan faktor
non ekonomi sasaran perlu diperhatikan pada saat melakukan difusi inovasi,
karena difusi inovasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung resiko,
berorientasi ke masa depan, dan memerlukan pertimbangan yang matang
sehingga disarankan untuk penyuluh harus mendidik sasaran agar terbentuk
keterampilan yang dapat mewujudkan keinginan, kebutuhan dan
kemampuan individu. King (2010) menguatkan bahwa keterampilan dapat
memunculkan self efficacy. Self efficacy merupakan kepercayaan individu
bahwa ia dapat menguasai sebuah situasi dan menghasilkan keluaran yang
positif. Self efficacy memengaruhi apakah individu mencoba untuk
membangun kebiasaan yang sehat, sebanyak apakah usaha mereka dalam
mengatasi stress, berapa lama mereka dapat bertahan menghadapi rintangan
dan berapa banyak stress yang dialami. Penelitian telah menunjukkan bahwa
Self efficacy berhubungan dengan keberhasilan berbagai perubahan yang
positif.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
22/89
22
2. Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas dengan kondisi yang
dialaminya, dengan cara menunjukkan kelemahan kelemahan mereka,
masalah masalah mereka, adanya kebutuhan kebutuhan baru yang
memacu mereka untuk siap melakukan perubahan perubahan; sedemikian
rupa hingga dengan kesadarannya sendiri mereka termotivasi untuk
melakukan perubahanperubahan. Menurut Musyafak dan Ibrahim (2005),
agar mereka termotivasi melakukan inovasi, penyuluh harus menyampaikan
inovasinya dengan cara yang bermutu. Giblin (2004) menambahkan bahwa
untuk memotivasi sasaran mendifusi inovasi, langkah yang harus dilakukan
adalah mengetahui apa yang akan membuat sasaran melakukannya
(apa yang mereka inginkan, apa yang mereka cari, apa yang mereka suka)
karena apabila penyuluh mengetahui apa yang menggerakkan sasaran,
penyuluh akan mengetahui bagaimana caranya menggerakkan sasaran.
Langkah selanjutnya adalah penyuluh hanya menunjukkan bagaimana
sasaran bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan melakukan
apa yang anda (penyuluh) ingin mereka (sasaran) lakukan.Tentu saja dalam
proses nya anda harusbertanya,melihat danmendengarkan serta ditambah
usaha penyuluh untukmengetahui. Berdasarkan cara yang dikemukakan
oleh Giblin dapat di analisis bahwa cara secara tidak langsung berhubungan
dengan psikoterapi menggunakan teknikkongruensi. Fiest dan Fiest (2010)
menjelaskan bahwa teknik kongruensi adalah teknik terapi dengan
memanfaatkan pengalaman organismik seseorang (sasaran) sejalan dengan
kesadaran atas pengalaman tersebut, serta dengan kemampuan dan
keinginan untuk secara terbuka mengekspresikan perasaan perasaan
tersebut. Individu yang mengalami kogruen biasanya menjadi nyata dan
jujur secara utuh atau terintegrasi menjadi apa adanya, sehingga teknik ini
memerlukan persyaratan khusus yaitu penyuluh harus bersikap baik hati dan
ramah, namun juga seorang manusia yang utuh, dengan perasaan bahagia,
marah, frustasi, kebingungan dan lainnya atau dengan kata lain penyuluh
harus berjiwa besar dan memiliki hati yang kuat, sebab teknik ini bersifat
dinamis, menyendiri, dan tidak tak berarah.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
23/89
23
3. Menjalin hubungan yang erat dengan masyarakat sasaran dan bersamaan
dengan itu semakin menunjukkan kesiapannya untuk membantu mereka
serta membuat mereka yakin bahwa dia mampu membantu mereka untuk
memecahkan masalahnya serta mewujudkan terpenuhinya kebutuhan
kebutuhan baru tadi. Abubakar dan Siregar (2010) menyatakan bahwa untuk
menjalin hubungan yang erat dengan sasaran salah satu cara yang tepat
adalah dengan menekankan perlakuan penyuluh terhadap para peternak
sebagai individu individu. Penekanan perlakuan tersebut bertujuan agar
sasaran mempunyai kesadaran terhadap dirinya. Menurut King (2010),
kesadaran yang dimaksud disini adalah merujuk pada kawasan kejadian
eksternal dan sensasi internal, termasuk keawasan terhadap diri dan berbagai
pikiran tentang pengalaman sendiri; kawasan ini terjadi dalam suatu kondisi
tergugah (arousal), keadaan fisiologis saat seseorang sedang terlibat dengan
lingkungan. Dengan demikian, seseorang yang dalam keadaan tidur tidak
sama kesadarannya dengan ketika ia sedang dalam keadaan terjaga, hal
tersebut karena arus kesadaran dari pikiran seperti sensasai, citra, pikiran
dan perasaan akan terus berubah.
Cara lain yang di lakukan agar membuat sasaran yakin bahwa dia
(penyuluh) dapat membantu mereka (sasaran) adalah anda berbicara lewat
orang ketiga, maksudnya adalah anda tidak membuat pernyataan itu
langsung, melainkan mengutip seseorang. Biarkan orang lain membuat
pernyataan itu untuk anda sekalipun orang lain itu tidak hadir, memang hal
ini kelihatannya aneh tetapi orang tidak meragukan sedikit pun (yakin)
bahwa apa yang anda katakan pada mereka secara tidak langsung itu benar.
Teknik ini dilakukan karena manusia pada kodratnya bersikap skeptis (ragu
ragu) pada anda (penyuluh) dan apa yang anda katakan bila anda
mengatakan hal hal yang sifatnya menguntungkan diri anda (penyuluh)
Bila dimungkinkan kaitkanlah cara ini dengan mengutip kisah kisah
sukses dan atau sesuatu yang beracu pada fakta dan data statistik. (Giblin,
2004).
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
24/89
24
4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran, agar keinginankeinginan
untuk melakukan perubahan tadi dapat benar benar menjadi tindakan
nyata untuk melakukan perubahan. Menurut Sumarno (2010) agar
masyarakat dapat melakukan tindakan nyata untuk melakukan perubahan,
penyuluh harus memilih stimuli yang akan atau telah disampaikannya.
Stimuli harus memiliki pengaruh nyata. Stimuli yang memiliki pengaruh
nyata dalam difusi inovasi adalah informasi inovasi yang telah diterima oleh
sasaran, karena informasi ini berperan untuk mengurangi dan
menghilangkan ketidakpastian atau jumlah yang kemungkinan alternatif,
dengan kata lain, informasi sangat berperan dalam mempengaruhi
pembentukan atau perubahan sikap seseorang terhadap suatu objek,
sehingga makin banyak (berulang) informasi yang diperoleh seseorang
maka semakin mantap sikap orang terhadap suatu pilihan dan akan
menghilangkan ketidakpastian. Feldman (2012) menyatakan bahwa metode
pengulangan informasi berfungsi sebagai penguat. Penguat ini, merupakan
stimulus yang berfungsi meningkatkan kemungkinan akan kembalinya
terjadinya perilaku yaitu keyakinan (hilangnya keraguan / ketidakpastian).
Biasanya dalam praktiknya penguat ini bersifat sekunder sehingga harus
berasosiasi dengan penguat primer (kebutuhan biologis dan psikis). King
(2010) menguatkan bahwa dalam melakukan pengulangan informasi, adalah
pertama penyuluh harus memastikan bahwa informasi yang dipelajari akurat
dan teratur. Penyuluh harus meninjau kembali catatan secara rutin dan
mencari kemungkinan kesalahan dan kebingungan dari awal, karena tidak
ada gunanya mengingat dan mempelajari informasi yang tidak lengkap dan
tidak akurat. Kedua, atur materi dengan cara yang memungkinkan penyuluh
memungkinkan menyimpannya di ingatan dengan efektif lalu atur
informasi, susun ulang materi dan berikan struktur yang memudahkan untuk
mengingatnya. Salah satu teknik yang memudahkan untuk mengingat adalah
membuat peta konsep atau membuat analogi dari ingatan jangka panjang
yang bisa memanfaatkan skema (peta konsep) yang sudah ada (sudah
dibuat).
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
25/89
25
5. Memantapkan hubungan dengan masyarakat dan pada akhirnya melepaskan
mereka untuk berswakarsa dan berswadaya melakukan perubahan
perubahan tanpa harus selalu menggantungkan bantuan guna melaksanakan
perubahan perubahan yang dapat mereka prakarsai dan dilaksanakan
sendiri. Menurut Abubakar dan Siregar (2010), untuk memantapkan
hubungan dengan masyarakat yang pertama harus di lakukan adalah
penyuluh harus memberikan jaminan (insurance) kepada sasaran dengan
tujuan untuk menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat, karena
kepercayaan ini merupakan pondasi utama yang paling kuat untuk
membangun suatu hubungan dan langkah selanjutnya adalah penyuluh harus
menetapkan suatu standar kinerja yang spesifik dalam melakukan difusi
inovasi, tujuannya adalah agar masyarakat mengetahui dengan jelas apa
yang harus dilakukan sehingga sasaran mampu beradaptasi dan langkah
terakhir adalah bersikap empati. Giblin (2004) menambahkan bahwa untuk
membangun suatu kepercayaan yang pertama harus dilakukan adalah
penyuluh harus memahami kodrat manusia, kedua adalah menciptakan
kesan baik, dan terakhir adalah meyakinkannya. Menciptakan kesan baik
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu bersikap tulus, tunjukan
antusiasme, jangan terlalu cemas, jangan berusaha membangun diri
anda dengan menghambat orang lain, jangan memukul siapa pun atau
apa pun. King (2010) juga menyarankan untuk membangun kepercayaan
penyuluh harus melakukan atribusi yaitu memahami perilaku sasaran
dengan cara menemukan penyebab dasar mengapa sasaran termotivasi untuk
berperilaku demikian dengan mempertimbangkan dimensi sebab akibat.
Dimensi sebab akibat yaitu penyebab internal / eksternal; penyebab yang
stabil / sementara; penyebab yang dapat dikendalikan / tidak dapat
dikendalikan. Tujuan dari mempertimbangkan dimensi sebab akibat tersebut
adalah karena setiap individu (sasaran) memiliki beragam perilaku.
Beragam perilaku tersebut muncul karena faktor lingkungan dan juga bahwa
tindakan manusia di atur oleh pikirannya sendiri atau kepentingan dirinya,
dan sifat ini sangat kuat dalam diri manusia.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
26/89
26
III. PENDIDIKAN ORANG DEWASA MELALUI PENDEKATAN
PSIKOLOGI
3.1 Konsep Dasar Pendidikan Orang Dewasa
3.1.1.Definisi Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan Orang Dewasa (POD) merupakan proses pendidikan yang di
organisasikan melalui pesan atau isi, metode dan pelaksanaan yang ditujukan pada
orang dewasa dengan rentang usia antara 17 45 tahun. Eryanto dan Rika (2013)
manyatakan pendidikan merupakan kegiatan yang mengatur perkembanganmanusia secara terarah untuk menjadi manusia yang baik dan berguna. Pendidikan
tersebut berdasarkan komponenya terdiri atas tujuh poin yaitu:
1. Masukan Sarana (Instrumental Input)
Keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi kelompok
masyarakat dapat melakukan kegiatan belajar, dalam masukan ini termasuk tujuan
program, kurikulum, pendidik, tenaga kependidikan lainnya, tenaga pengelola
program, sumber belajar, media, fasilitas, biaya, dan pengelolaan program
(Sudjana, 2004).
2. Masukan Mentah (Raw Input)
Komponen yang dimaksud disini adalah peserta didik (warga belajar)
dengan berbagai karateristik yang dimilikinya, termasuk ciri ciri yang
berhubungan dengan faktor internal yang meliputi struktur kognitif (seperti skema
organisasi informasi dalam memori individu) dan faktor eksternal yaitu meliputi
seluruh penyebab eksternal seperti tekanan sosial, aspek situasi sosial, uang,
cuaca, atau keberuntungan (Feldman, 2012; King, 2010), pengalaman, sikap,
minat, keterampilan, kebutuhan belajar, aspirasi dan serta ciri ciri yang
berhubungan dengan faktor internal seperti keadaan keluarga dalam segi
pendidikan ekonomi, status sosial, biaya, dan sarana belajar serta cara dan
kebiasaan belajar dimana kandungan karakteristik tersebut memengaruhi
kecepatan belajar peserta didik.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
27/89
27
3. Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Merupakan faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya
program pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial seperti
teman bergaul atau teman bekerja serta modal budaya dimana dapat memberikan
pengetahuan baru (Eryanto dan Rika, 2013), lapangan kerja, kelompok sosial dan
sebagainya, serta lingkungan alam seperti iklim, lokasi, tempat tinggal. Masukan
tersebut meliputi lingkungan wilayah atau daerah, lingkungan nasional dan
lingkungan internasional. Lingkungan wilayah atau daerah mencakup kebijakan
dan perkembangan pendidikan, sosial ekonomi dan budaya, lapangan kerja / usaha
dan potensi lain yaitu minat / kecenderungan yang menyebabkan sesorang
berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktifitas aktifitas dalam bidang
tertentu (Yetti, 2009).
4. Proses yang Menyangkut Interaksi antara Masukan Sarana terutama
Pendidik dengan Masukan Mentah
Proses ini menyangkut interaksi antara masukan saran, terutama pendidik
dengan masukan mentah atau peserta didik (warga belajar). Proses ini terdiri darikegiatan belajar membelajarkan, bimbingan, dan penyuluhan serta evaluasi.
Kegiatan belajar membelajarkan lebih mengutamakan pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar dan bukan menekankan pada
peranan mengajar. Reed, (2011) menyarankan untuk melakukan pengulangan
verbal dan pembelajaran melalui model Atkinson-Shiffrin dimana model ini
melibatkan pengulangan informasi secara terusmenerus sampai kita pikir sudah
berhasil mempelajarinya dan hal ini berguna ketika materi yang dipelajari bersifat
abstrak terutama pada orang dewasa yang mengalami penurunan penalaran.
Kegiatan belajar dengan model tersebut juga dapat didukung dengan
memanfaatkan berbagai media visual, auditori maupun kinestetik yaitu media
elektronika, lingkungan sosial budaya, dan lingkungan alam. Fiest dan Fiest
(2010) kegiatan belajar yang ditujukan menggunakan model tersebut secara tidak
langsung mengarah pada teori kognitif sosial Bandura yaitu merupakan teori
pembelajaran melalui observasi atau pembelajaran melalui modeling.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
28/89
28
5. Keluaran (Output)
Komponen ini dimaknai sebagai kuantitas lulusan yang disertai dengan
perubahan tingkah laku (perilaku) yang didapat melalui kegiatan belajar
pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan sehingga
dapat mencapai perubahan kehidupan yang diinginkan masyarakat hal tersebut
karena orang dewasa secara tidak sadar melakukan segala usaha dalam
pergaulannya secara terus menerus dan spontan untuk perkembangan jasmani dan
rohani ke arah kedewasaannya (Eryanto dan Rika, 2013), dalam pandangan ini
mencakup hasil lulusan yang dapat bekerja dengan baik dalam masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, maka penguasaan keterampilan untuk penguasaan
terhadap pekerjaan sangat diutamakan (Sudjana, 2004). Feldman (2012),
menambahkan berdasarkan dari penelitian psikolog Albert Bandura dan rekan
rekannya bahwa sebelum mencapai perubahan perilaku, peserta didik secara tidak
sadar melakukan proses belajar observasional / belajar melalui imitasi yaitu
merupakan salah satu bagian utama pembelajaran manusia yang mana merupakan
pembelajaran dengan cara melihat perilaku sampai agresi orang lain atau model
dan hal tersebut menurutnya mungkin memiliki dasar genetis. Proses belajar
tersebut terjadi karena pada tubuh manusia terdapat neurotransmitter yaitu bentuk
zat zat kimia yang membawa pesan di sepanjang sinapsis (ruang antara dua
neuron di mana akson dari suatu neuron pengirim berkomunikasi dengan dendrit
dari neuron penerima menggunakan pesan pesan kimia) ke suatu dendrit (dan
terkadang tubuh sel) dari suatu neuron penerima sehingga memiliki suatu tautan
penting antara sistem saraf dan perilaku karena memegang peran penting untuk
mempertahankan otak vital dan fungsi tubuh terutama neurotransmitter jenis
dopamine (DA) dan Gamma Amino butyric acid (GABA) yang ditemukan di
otak ataupun di sumsum tulang belakang terlibat dalam pergerakan, atensi,
perilaku agresi dan belajar. Oleh karena itu, penting bagi pengajar untuk
memahami hal ini karena sejumlah besar masalah terkait dengan cakupan di mana
seseorang dapat belajar hanya dengan melihat perilaku orang lain.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
29/89
29
6. Masukan Lain
Komponen ini lebih menekankan pada daya dukung lain yang
memungkinkan para peserta didik dan lulusan dapat menggunakan kemampuan
yang dimiliki untuk kemajuan kehidupannya dimana ada upaya untuk mengarah
pada tercapainya perkembangan yang dapat merangsang suatu cara berpikir yang
rasional, kreatif dan sistematis sehingga memperluas keilmuan, meningkatkan
kemampuan dan potensi serta membuat seseorang lebih peka terhadap setiap
gejala gejala sosial yang muncul (Eryanto dan Rika, 2013). Masukan lain ini
meliputi dana, lapangan kerja / usaha, informasi, alat dan fasilitas, pemasaran,
lapangan kerja, paguyuban peserta didik (warga belajar), latihan lanjutan, bantuan
eksternal dan lain sebagainya (Sudjana, 2004).
7. Pengaruh (Impact) yang menyangkut hasil yang telah dicapai perserta didik
Komponen ini menyangkut hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dan
lulusan. Pengaruh ini meliputi antara lain, (a) perubahan taraf hidup yang ditandai
dengan memperoleh pekerjaan atau berwirausaha, perolehan atau peningkatan
pendapatan, kesehatan dan penampilan diri, (b) kegiatan membelajarkan oranglain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil yang telah
dimiliki, (c) peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan
masyarakat, baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana. Pengaruh
tersebut tidak hanya sampai pada ketiga hal tersebut saja, tapi juga membuat
peserta didik mampu beradaptasi terhadap stimulus poin a, b dan c dengan pola
berbeda melalui generalisasi stimulus yaitu suatu proses dimana setelah stimulus
terkondisikan untuk menghasilkan respon tertentu, stimulus yang mirip dengan
stimulus asli setelah stimulus pengaruh hasil pendidikannya terkondisikan untuk
menghasilkan respon tertentu. Semakin besar kesamaan antara kedua stimulus,
semakin besar kemungkinan terjadinya generalisasi stimulus. Respon terkondisi
yang dimunculkan oleh stimulus baru tersebut biasanya ridak sama intens dengan
respon terkondisi asli, meskipun semakin mirip stimulus baru tersebut dengan
stimulus lama, akan semakin miriplah respon yang baru dengan respon yang lama
(Feldman, 2012).
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
30/89
30
3.1.2.Tujuan Pendidikan Orang Dewasa
Perubahan perilaku yang lebih baik dari pada saat ini, baik secara kognitif,
afektif dan psikomotor agar terjadi peningkatan dalam hal merubah dan
mendapatkan material sehingga tercapai kesejahteraan. Aspek kognitif berupa
konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek
tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan
pribadi terhadap obyek tersebut (Sudjana, 2004).
Reed (2011) mengemukakan minat merupakan salah satu dimensi dari aspek
afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam
kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang
mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan
kehendak yang memengaruhi pikiran dan tindakan seseorang. Dimensi aspek
afektif mencakup tiga hal penting, yaitu: (1) Berhubungan dengan perasaan
mengenai objek yang berbeda; (2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang
dimulai dari titik netral ke dua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik
negatif; (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulaidari kuat ke sedang ke lemah. Mengartikan minat adalah perhatian yang kuat,
intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu
aktivitas. Yetti (2009), berpendapat bahwa minat adalah kesadaran seseorang pada
sesuatu, seseorang, suatu soal atau situasi yang bersangkut paut dengan dirinya.
Tanpa kesadaran seseorang pada suatu objek, maka individu tidak akan pernah
mempunyai minat terhadap sesuatu. Menurut Feldman (2012), minat sebagai
sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka
lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu
mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang
pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Fiest dan Fiest
(2010) menyatakan kepuasan bagi dirinya tersebut di namakan sebagai respon
afektif, yaitu tanggapan emosi, perasaan dan reaksi fisiologi (afektif) dimana
kedua tanggapan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kognisi dan saling
berinteraksi dengan situasi tertentu untuk menentukkan perilaku.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
31/89
31
3.2 Hambatan Pendidikan Orang Dewasa
3.2.1 Hambatan Fisiologik
Fisiologik berasal dari kata fisio yaitu fungsi atau faal organ tubuh dan logik
yaitu ilmu, sehingga fisiologik merupakan ilmu yang mempelajari fungsi faal
organ - organ tubuh. Pada orang dewasa secara fisiologik terjadi penurunan fungsi
organ dimana menjadi salah satu kendala penghambat pendidikan. Penurunan
fungsi tersebut antara lain:
1. Titik penglihatan
Kendala ini berkaitan dengan gangguan pada titik penglihatan orang
dewasa. Gangguan titik penglihatan tersebut menyebabkan gangguan persepsi
penglihatan. Pada saat penglihatan terganggu atau hilang akan mempengaruhi
perilaku belajar seseorang. Menurut Feldman (2012) beberapa gangguan persepsi
penglihatan pada orang dewasa diantaranya adalah gangguan akomodasi (yaitu
kemampuan lensa mata untuk memfokuskan cahaya dengan mengubah
ketebalannya) pada lensa mata seseorang yang menyebabkan bayangan tidak atau
kurang terfokus pada bagian tepian mata. King (2010) menambahkan gangguan
penglihatan lain pada orang dewasa adalah synasethesia perception yaitu
merupakan suatu kasus gangguan penglihatan dimana individu mengalami
kebingungan pada indra persepsinya (indra penglihatan) akibat induksi dengan
indra lainnya. Sebagai contoh, beberapa individu melihat music atau
mengecap warna. Seorang wanita yang dapat mengecap suara. Bentuk paling
umum adalah grapheme synaesthesia, dimana huruf atau angka memiliki
tingkatan warna tertentu sehingga seorang individu dapat merasakan bahwa huruf
A memiliki warna kuning bunga matahari dan angka 2 memilki warna abu
abu semen. Hal tersebut diakibatkan karena gangguan bagian korteks parietal
posterior yang terkait dengan integrasi normal. Fiest dan Fiest (2010) menguatkan
bahwa gangguan persepsi tersebut akan berpengaruh terhadap pembelajaran
individu secara observasi terutama terjadi gangguan perhatian individu terhadap
materi yang dipelajari secara observasi dan pada akhirnya akan terjadi produksi
perilaku yang berbeda pada individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut
maka penyuluh / pendidik disarankan untuk melakukan representasi verbal.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
32/89
32
2. Kemampuan mendengar
Penurunan kemampuan mendengar merupakan salah satu kendala dalam
pendidikan orang dewasa, terutama pada lansia. Penurunan pendengaran tersebut
ditandai dengan kurang mampu membedakan bunyi. Menurut King (2010)
kurangnya kemampuan untuk membedakan bunyi disebabkan oleh penurunan
sistim fisiologi auditori (pendengaran) saat memproses getaran pada udara.
Penurunan pemrosesan getaran udara tersebut meliputi dua macam yaitu
penurunan frekuensi (tinggi bunyi) dan amplitudo (intensitas bunyi). Penurunan
tersebut fisiologi auditori tersebut biasanya seringkali terjadi pada telinga bagian
dalam. Menurut Feldman (2012) telinga bagian merupakan bagian dari telinga
yang mengubah getaran suara menjadi bentuk yang dapat disalurkan ke otak.
Bentuk ini juga mengandung organ yang membuat manusia dapat mengalokasikan
posisi dan menentukan bagaimana bergerak dalam ruang. Ketika suara memasuki
telinga dalam melalui jendela oval, suara ini kemudian bergerak menuju koklea
atau rumah siput, suatu bentuk lengkung yang terlihat seperti seekor siput dan
dipenuhi dengan cairan yang bergetar sebagai respon terhadap suara. Di dalam
koklea tersebut terdapat membran basilar, suatu struktur yang terletak menuju
pusat koklea, membagi koklea tersebut menjadi ruang atas dan ruang bawah.
Membrane basilar ini dilingkupi oleh sel rambut. Ketika sel rambut ini
digerakkan oleh getaran yang memasuki koklea tersebut, maka sel sel yang ada
didalamnya akan mengirimkan suatu pesan neural ke otak dalam bentuk informasi
auditori yaitu korteks serebrum tepatnya pada lobus temporal (dibawah dahi).
Fiest dan Fiest (2010) menambahkan bahwa penurunan pendengaran tersebut
berpengaruh terhadap penurunan senstivitas reaksi, yaitu perbedaan sensivitas
aktivitas otak sebagai hasil pemberian stimulus yang mendukung (suara) dimana
berpengaruh terhadap kepribadian dalam bentuk perilaku. Dengan kata lain
kepribadian tersebut berhubungan dengan perbedaan dalam proses biologis atau
bagaimana individu akan berespon terhadap suatu stimulus dalam hal ini adalah
bunyi sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi potensi perilaku individu
terutama pada perhatian individu terhadap materi yang diterangkan saat proses
pendidikan.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
33/89
33
King (2010) dalam penelitiannya menerangkan bahwa penurunan
kemampuan bunyi secara fisiologis di tandai dengan beberapa gejala. Beberapa
gejala tersebut adalah penurunan kemampuan pada kedua telinga untuk
menentukan lokasi suara, hal tersebut karena setiap telinga menerima rangsangan
yang agak berbeda dari sumber bunyi. Akibat dari hal tersebut, maka individu
seringkali menemui kesulitan menentukan arah bunyi yang datang tepat dari
depan mereka, karena suara tersebut sampai ke telinga mereka pada waktu yang
bersamaan. Hal tersebut juga terjadi pada suara yang datang tepat dari atas dan
dari belakang individu.
Feldman (2012) menambahkan bahwa penurunan fisiologi pendengaran
disebabkan penurunan kepekaan terhadap frekuensi yang berbeda seiring dengan
pertambahan usia terutama rentang frekuensi yang didengar. Ia pun juga
menguatkan melalui teori frekuensi tentang pendengaran bahwa area yang
berbeda dari membran basilar merespon frekuensi yang berbeda pula, hal tersebut
karena keseluruhan membrane basilar bertindak sebagai microphone, bergetar
sebagai suatu keseluruhan respon terhadap suatu suara. Menurut penjelasan ini,saraf reseptor mengirimkan sinyal - sinyal yang terkait langsung dengan frekuensi
(jumlah gelombang per detik) dari suara yang di tampilkan pada individu, dengan
jumlah impuls saraf menjadi suatu fungsi langsung dari frekuensi suara tersebut.
Setelah suatu pesan auditori meninggalkan telinga, pesan tersebut dialirkan ke
korteks auditori di otak melalui suatu rangkaian koneksi neural yang rumit. Di
dalam korteks auditori sendiri, terdapat neuron neuron yang memberikan respon
secara selektif terhadap suara yang sangat spesifik.
Cervone dan Pervin (2012) menyatakan bahwa setelah stimulus auditori
mencapai korteks auditori, stimulus ini akan melewati hemisfer hemisfer
(bagianbagian) otak. Hemisfer ini terdiri dari dua bagian yaitu kiri dan kanan
dimana masing terlibat dalam aktivasi emosi negatif dan positif atau disebut
dengan dominansi hemisfer. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa pengukuran
aktivitas hemisfer dilakukan sebelum dan pada saat penayangan klip film yang
didesain untuk mengurangi emosi positif dan negatif.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
34/89
34
3. Penurunan Merespon Warna,
yaitu merasa pusing atau tidak nyaman jika melihat warna kontras, seperti
merah, kuning. ketidaknyaman dalam merespon warna kontras disebabkan oleh
penurunan fungsi atau degenerasi dua macam sel reseptor dalam retina yang peka
terhadap cahaya. Menurut Feldman (2012) nama yang diberikan kepada mereka
mencerminkan bentuknya : batang dan kerucut. Sel batang adalah reseptor yang
tipis dan berbentuk silinder yang sangat sensitif terhadap cahaya. Sel kerucut
adalah reseptor yang berbentuk kerucut dan peka terhadap cahaya, serta
bertanggung jawab untuk fokus yang jelas dan persepsi warna, terutama pada
cahaya yang terang. Sel batang dan kerucut ini tersebar secara tidak merata di
seluruh bagian retina. Sel kerucut terkonsentrasi pada bagian tertentu yang disebut
fovea. Fovea adaah bagian yang sangat sensitif dari retina. Sel batang dan kerucut
bukan hanya tidak sama secara struktural, namun mereka juga memainkan peran
yang sangat berbeda dalam penglihatan. Sel kerucut terutama bertanggung jawab
untuk memfokuskan persepsi warna secara lebih jelas, terutama dalam situasi
cahaya yang terang dan mampu melakukan adaptasi terang atau proses
menyesuaikan dengan cahaya terang setelah berada pada cahaya gelap lebih cepat
yaitu hanya dalam waktu kurang lebih dari satu menit. Sedangkan sel batang
memerlukan waktu 20 30 menit untuk melakukan adaptasi gelap atau proses
menyesuaikan diri dengan kondisi gelap. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
di analisis bahwa peserta didik mengalami ketidaknyamanan dalam melihat warna
kontras disebabkan oleh penurunan fungsi atau degenerasi sel kerucut. King
(2010) menambahkan bahwa penurunan fungsi pada kedua sel reseptor tersebut
mengakibatkan penurunan atensi dan set persepsi peserta didik. Atensi yang
dimaksud disini adalah kemampuan untuk memfokuskan pada aspek spesifik
sebuah pengalaman dan mengabaikan aspek yang lain dan set persepsi yang
dimaksud adalah kemampuan filter psikologis dalam pemrosesan infomasi
mengenai lingkungan. Fiest dan Fiest (2010) menguatkan bahwa adanya
penurunan atensi dan set persepsi tersebut menyebabkan penurunan peserta
pendidik dalam belajar terutama belajar melalui observasi yaitu merupakan proses
pembelajaran dengan menggunakan model sebagai bahan belajar.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
35/89
35
4. Penurunan Konsentrasi
Penurunan konsentrasi belajar adalah penurunan pemusatan perhatian dalam
proses tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Konsentrasi belajar yang
menjadi salah satu aspek penting bagi penerima dalam memahami dan mengerti
suatu pembelajaran, tercermin melalui setiap tingkah laku (behavior) yang
dilakukan. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa konsentrasi seseorang di dalam
belajar merupakan bagian dari kognitif manusia yang juga merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari manusia secara psikologis hal tersebut karena setiap
peserta didik mempunyai tiga kualitas psikologis yang penting bagi manusia
antara lain, (1) manusia adalah suatu entitas yang dapat memberikan penalaran
mengenai dunia menggunakan bahasa (2) manusia dapat membuat penalaran
bukan hanya tentang keadaan saat ini, tetapi juga kejadiankejadian di masa lalu
dan hipotesis kejadian kejadian di masa depan, (3) kemampuan penalaran ini
umumnya melibatkan refleksi terhadap diri entitas yang menggunakan bahasa
untuk penalaran dalam bentuk masa lampau, masa kini dan masa depan
mengenai diri mereka dan dunia sehingga ketiga aspek tersebut akan berpengaruh
terhadap proses kognitif sosial pada peserta didik (Cervone dan Pervin (2012).
Feldman (2012) menambahkan, bahwa penurunan konsentrasi dalam belajar
menyebabkan penurunan pengopresasian konsep, yaitu proses pengelompokan
mental untuk benda benda, kejadian, atau orang yang sama. Konsep membuat
kita dapat mengorganisasi fenomena yang kompleks menjadi kategori kognitif
yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah untuk digunakan. Fiest dan Fiest
(2010) menambahkan penurunan kemampuan proses penilaian menyebabkan
penurunan kemampuan untuk meregulasi perilaku individu melalui proses mediasi
kognitif akibatnya peserta didik tidak / kurang mampu menyadari diri secara
reflektif dan juga seberapa berharga tindakannya berdasarkan tujuan yang telah
dibuat untuk dirinya. Lebih spesifiknya lagi, proses penilaian bergantung pada
standar pribadi, performa rujukan, pemberian nilai pada kegiatan dan atribusi
terhadap performa.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
36/89
36
3.2.2 Hambatan Psikologik
Psikiologik secara harfiah berasal dari kata psiko yaitu mental / jiwa dan
logik yaitu ilmu, sehingga psikologi merupakan ilmu yang mempelajari kejiwaan
manusia atau hal hal yang berhubungan dengan sifat kejiwaan seseorang. Pada
orang dewasa hambatan psikologik yang sering terjadi antara lain,
1. Tidak suka digurui
Program pendidikan orang dewasa, pesertanya adalah orang dewasa yang
mempunyai (merasa mempunyai) keahliannya sendiri, pengalamannya dan
seringkali memimpin dalam lingkungannya. Sikap atau tingkah menggurui dapat
dirasakan peserta sebagai peremehan terhadap dirinya. Hal tersebut karena setiap
peserta didik mempunyai emosi yang berbeda beda. King (2010) menyatakan
bahwa emosi adalah persaan atau afeksi yang dapat melibatkan rangsangan
fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat), pengalaman sadar, dan ekspresi
perilaku (sebuah senyuman atau raut muka cemberut)
Menurut Feldman (2012), emosi tersebut dilakukan oleh seseorang karena
beberapa hal antara lain
a. mempersiapkan kita untuk bertindak sebagai tautan antara kejadian di
lingkungan dan respon yang kita keluarkan
b. membentuk perilaku orang dimasa depan yaitu emosi memfasilitasi
pembelajaran yang akan membantu seseorang membuat respons yang
sesuai di masa depan
c. membantu seseorang berinteraksi secara lebih efektif dengan orang lain.
Seseorang mengomunikasikan emosi yang dirasakan melalui perilaku
verbal dan non verbal sehingga emosi kita dapat dilihat oleh pengamat
disekeliling kita.
Giblin (2004) menyarankan pendidik / penyuluh untuk membuat peserta didik
merasa penting, karena setiap orang yang mempunyai (merasa mempunyai
keahlian) seringkali merasa ingin dipentingkan. Hal tersebut karena sifat yang
paling umum pada setiap orang dimana sifat ini begitu kuat pada dirinya adalah
hasrat ingin dipentingkan / hasrat ingin diakui.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
37/89
37
2. Lebih suka di motivasi
Orang dewasa dalam proses pembelajaran cenderung lebih suka motivasi
ketimbang di gurui, karena dengan motivasi akan menumbuhkan minat belajar
atau mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar (Eryanto dan
Rika, 2013). Menurut Lepper et al., (2005) melalui pendekatan kognisi
menyatakan bahwa motivasi adalah produk pikiran, harapan dan tujuan manusia
kognisi mereka. Teori kognitif dari motivasi tersebut menggambarkan kunci
perbedaan antara motivasi intrinsik menyebabkan kita untuk berpartisipasi dalam
aktivitas bagi kesenangan kita bukan untuk imbalan konkrit dan nyata apa pun
yang dapat kita terima. dan ekstrinsik motivasi ekstrinsik menyebabkan kita
melakukan sesuatu demi uang, nilai dan imbalan lainnya yang konkret dan nyata.
Feldman (2012) menyatakan bahwa motivasi merupakan faktor yang
mengarahkan dan memberikan energi pada tingkah laku manusia dan organisme
lainnya karena memiliki aspek biologis, kognitif dan sosial, serta kompleksitas.
Melalui model Maslow kebutuhan terkait motivasi dalam hierarki bahwa
kebutuhan primer harus dipuaskan atau dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhanyang lebih baik atau lebih tinggi tingkatannya. Urutan kebutuhan tersebut dari
level dasar sampai level tertinggi antara lain,pertama kebutuhan dasar (fisiologis)
yang merupakan kebutuhan primer seperti kebutuhan akan air, makanan, tidur,
seks dan sebagainya; kedua adalah kebutuhan terhadap rasa aman dan
mendapatkan perlindungan dengan kata lain, bahwa orang membutuhkan
lingkungan yang aman dan telindungi agar dapat berfungsi secara efektif; ketiga
adalah rasa cinta dan rasa memilki meliputi kebutuhan untuk mendapatkan dan
memberikan afeksi serta untuk memberikan kontribusi pada anggota dari beberapa
kelompok atau lingkungan sosial setelah memenuhi kebutuhan tahap ini maka
orang akan berjuang untuk memenuhi kebutuhan penghargaan; keempat
kebutuhan penghargaan yaitu kebutuhan untuk mengembangkan rasa harga diri
dengan mengetahui jika orang tersebut mengetahui dan menghargai
kompetensinya; dan kelima aktualisasi diri yaitu keadaan pemenuhan diri ketika
orang menyadari potensi tertinggi mereka dalam cara unik mereka sendiri.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
38/89
38
3. Lebih Suka Memakai Kebiasaan dan Cara Berpikir Lama
King (2010) menyatakan bahwa berpikir (thinking) melibatkan proses
memanipulasi informasi secara mental, seperti membentuk konsep konsep
abstrak, menyelesaikan masalah, mengambil keputusan dan melakukan refleksi
kritis atau menghasilkan gagasan kreatif. Ia juga menambahkan bahwa cara
berpikir akan menentukan proses kognitif yang terjadi dalam pemecahan sebuah
masalah, penalaran, dan pengambilan keputusan yang akhirnya berpengaruh pada
konsep berpikir dari peserta didik yang bersangkutan. Konsep berpikir tersebut
adalah kategorikategori mental yang digunakan untuk mengelompokkan objek
objek, kejadian kejadian, dan beragam sifat, hal tersebut karena manusia
memiliki kemampuan khusus untuk menciptakan kategori kategori makna
terhadap informasi yang ada di dunia (Fiest dan Fiest, 2010).
Solusi untuk mengatasi kendala ini adalah pada proses belajar perlu
dilakukan remediasi (pengulangan pesan) yang dilakukan secara bertahap. Hal
tersebut karena belajar merupakan suatu proses yang memerlukan intelektual /
pikiran (akal) dan emosi / perasaan (budi). Feldman (2012) menyatakan bahwapengulangan dalam pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui latihan, dimana
proses ini cara ini dilakukan untuk mentransfer memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Transfer yang dibuat dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang ini sepertinya sangat tergantung pada jenis latihan yang di
lakukan. Ia menyarankan agar informasi tersebut dapat masuk ke memori jangka
panjang perlu di lakukan latihan elaboratif. Latihan ini terjadi ketika informasi
diperhatikan dan diorganisasi dalam beberapa cara. Organisasi ini mungkin
melibatkan perluasan informasi untuk membuatnya sesuai dengan kerangka
berpikir logis tertentu, mangaitkan informasi tersebut dengan memori lain,
mengubahnya menjadi gambar sebuah gambar, atau mengubahnya dalam
beberapa cara lain. Salah satu strategi yang digunakan untuk latihan ini adalah
dengan menggunakan mnemonics, yaitu teknik formal untuk mengorganisasi
informasi dalam sebuah cara untuk membuat informasi tersebut lebih dapat
diingat.
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
39/89
39
4. Lebih Suka pada Hal yang Bersifat Pengalaman
King (2010) menyatakan bahwa orang dewasa cenderung menyukai pada
hal yang bersifat pengalaman karena beberapa aspek kognisi (pikiran) yang
membaik seiring dengan bertambahnya usia salah satunya adalah kebijaksanaan
(wisdom). Kebijaksanaan ini meliputi pengetahuan peserta didik mengenaik aspek
praktis dalam hidup. Kebijaksanaan ini mungkin meningkat seiring bertambahnya
usia karena bertambahnya pengalaman hidup. Dengan kata lain orang dewasa
cenderung dapat mengembangkan dirinya melalui pengalaman dan kesulitan
hidup yang dilaluinya akibatnya pengalaman dari peserta didik akan bertentangan
dengan struktur pemikiran dari pendidik. Ia juga menyarankan bahwa untuk
mendidik pada situasi semacam ini pendidik / penyuluh perlu melakukan asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi dilakukan dengan menjelaskan keadaan lingkungan
yang bersangkutan melalui struktur pemikiran dari si pendidik dan akomodasi
dilakukan dengan memodifikasi struktur pemikiran pendidik (dengan kata lain
mengubah cara berpikir dari peserta didik).
Cervone dan Pervin (2012) menyatakan orang dewasa lebih suka pada halyang bersifat pengalaman karena mereka memliki ketahanan psikologis.
Ketahanan psikologis tersebut disebabkan karena meningkatnya kebijaksanaan
pribadi walaupun mungkin terjadi penurunan kognitif. Hal tersebut terjadi karena
orang dewasa memilih domain tertentu dalam kehidupan di mana mereka
memfokuskan energi dan pengetahuan mereka, sehingga dapat dimungkkinan
mereka sangat mampu mempertahankan tingkat dari fungsi dan kesejahteraan
dalam domain kehidupan yang dipilih dimana hal ini berkaitan erat dengan
kebiasaan mereka. Berdasarkan hal tersebut apabila dikaitkan dengan teori Carl
Gustav Jung dapat di analisis bahwa kemungkinan besar orang dewasa mampu
memfokuskan energi dan pengetahuan mereka disebabkan oleh dominansi tipe
kecerdasan pada salah satu bagian otak yang ada di dalam diri sejak mereka lahir
dimana ini akan menjadi naluri berpikir seumur hidup mereka dan dominansi ini
bersifat genetik (merupakan karpet merah (anugrah) yang di berikan oleh Yang
Maha Kuasa) (Poniman, 2011).
-
7/21/2019 Paper Penyuluhan Adopsi,Difusi, Inovasi & Pod Terhadap Dk
40/89
40
5. Perlu bukti konkrit
Pendidik / penyuluh dalam mendidik perlu memberikan bukti konkrit ke
peserta didik. Pemberian bukti konkrit tersebut dapat berupa demonstrasi ataupun
member