Download - Pandangan Ulama tentang Qada dan Qadar
Pandangan Ulama tentang Qadha
dan Qadar (takdir), Ikhtiar,
Tawakal, dan Doa
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Pandangan Ulama tentang
Qadha dan Qadar (takdir),
Ikhtiar, Tawakal, dan Doa
KELOMPOK IV
(11) HANIFA Puspa
Anindya
(10) Frisaranda DEWA
Sukarno
(04) AZKY Abdillah
(27) SHAFIRA Hany
(30) YUNI Artika R.
(13) INDRIA Dewi A.
“Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, pencipta alam semesta termasuk di
dalamnya perbuatan manusia itu sendiri. Tuhan juga bersifat Maha Kuasa dan
memiliki kehendak yang bersifat mutlak dan absolut. Dari sinilah banyak timbul
pertanyaan sampai di manakah manusia sebagai ciptaan Tuhan bergantung
pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan
hidupnya? Apakah Tuhan memberi kebebasan terhadap manusia untuk
mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan
kekuasaaan Tuhan yang Absolut?
1.
FAHAM QADARIYAH
Qadariyah diambil dari bahasa Arab, dasar katanya adalah
qadara yang memiliki arti kemampuan atau kekuasaan.
Adapun pengertian qadariyah berdasarkan terminologi adalah
suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia
tidak diintervensi oleh Tuhan, artinya tanpa campur tangan
Tuhan atau dengan kata lain tidak mengakui adanya qadar
bagi Tuhan. Mereka menyatakan, bahwa tiap-tiap hamba Tuhan
adalah pencipta bagi segala perbuatannya; dia dapat berbuat
sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Dalam bahasa Inggris qadariyah ini diartikan sebagai free will
and free act, bahwa manusialah yang mewujudkan
perbuatan-perbuatan dengan kemauan dan tenaganya.
Menurut Ahmad Amin, qadariyah pertama kali dimunculkan
oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy
Doktrin yang dikembangkan oleh kaum Qadariyah ini
diantaranya:
Manusia mempunyai daya dan kekuatan untuk
menentukan nasibnya, melakukan segala sesuatu yang
diinginkan baik dan buruknya. Jadi surga atau neraka
yang didapatnya bukan merupakan takdir Tuhan
melainkan karena kehendak dan perbuatannya sendiri.
Secara alamiah manusia mempunyai takdir yang tak dapat
diubah mengikuti hukum alam seperti tidak memiliki sayap
untuk terbang, tetapi manusia memiliki daya untuk
mengembangkan pemikiran dan daya kreatifitasnya
sehingga manusia dapat menghasilkan karya untuk
mengimbangi atau mengikuti hukum alam tersebut dengan
menciptakan pesawat terbang.
Jadi, secara tidak langsung Qadariyah adalah aliran yang berpendapat
bahwa takdir itu tidak ada. Dan segala sesuatu itu tergantung pada
diri sendiri. Jika ia berkehendak, maka ia dapat memberikan petunjuk
pada dirinya sendiri, barangsiapa menghendaki juga dapat
menyesatkan dirinya sendiri, serta siapa yang berkehendak, maka ia
dapat menghinakan dirinya, dan siapa yang memuliakan dirinya, maka
ia akan mengantarkan dirinya kepada kebaikan. Semuanya itu
kembali pada kehendak hamba itu sendiri dan tidak ada
hubungannya sama sekali dengan kehendak Tuhan.
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir” (Qs.Al-Kahfi:29)
“Sesungguhnya Allah SWT tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”.(Qs.Ar-raad:11)
“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka
Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk
(kemudharatan) dirinya sendiri”.(Qs.An-Nisa’:111)
2.
FAHAM JABARIYAH
Faham Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa
manusia “majbur”, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab
atau usaha tidak ada sama sekali.
Tokoh di dalam paham Jabariyah sebagai pencetus dan
penyebar aliran ini adalah Ja’ad Ibn Dirham (wafat 124 H).
Menurut al-Syahrastani, al-jabr berarti meniadakan
perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya (nafy al-
fi'l 'an al'abd haqiqah) dan menyandarkan perbuatan itu
kepada Tuhan. Menurut paham ini, manusia tidak kuasa
atas sesuatu. Karena itu, manusia tidak dapat diberi sifat
"mampu" (istitha'ah). Manusia sebagai dikatakan Jahm ibn
Shafwan, terpaksa atas perbuatan-perbuatannya, tanpa
ada kuasa (qudrah), kehendak, (iradah), dan pilihan
bebas (al-ikhtiyar).
Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia,
sebagaimana perbuatan Tuhan atas benda-benda mati.
Oleh karena itu, perbuatan yang disandarkan kepada
manusia harus dipahami secara majazy, seperti halnya
perbuatan yang disandarkan pada benda-benda. Misalnya
ungkapan, "Pohon berbuah, air mengalir, dan batu
bergerak”.
Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia,
sebagaimana perbuatan Tuhan atas benda-benda mati.
Oleh karena itu, perbuatan yang disandarkan kepada
manusia harus dipahami secara majazy, seperti halnya
perbuatan yang disandarkan pada benda-benda. Misalnya
ungkapan, "Pohon berbuah, air mengalir, dan batu
bergerak”.
Jadi, Dilihat dari segi pendekatan kebahasaan, Jabariyah
berarti ‘keterpaksaan’ , artinya suatu paham bahwa
manusia tidak dapat berikhtiar. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah fatalism atau predestination
(segalanya ditentukan oleh Tuhan) Memang dalam aliran ini
paham keterpaksaan melaksanakan sesuatu bagi manusia
sangat dominan, karena segala perbuatan manusia telah
ditentukan semula oleh Tuhan.
“Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya, Ya
Allah tidak ada sesuatu yang dapat menahan apa-apa
yang Engkau telah berikan, tidak berguna kesungguhan
semuanya bersumber dariMu ”
(H.R Bukahri)
“Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu,
kecuali telah ditentukan di dalam buku sebelum kamu
wujud”
(Q.S. Al-Anfal)
Kamu tidak menghendaki, kecuali Allah menghendaki.
(Q.S. al-lnsan: 30)
Pada masa sahabat (Khulafa at-Rasyidin) kelihatannya sudah
ada orang yang berpikir Jabariyah. Diceritakan bahwa Umar ibn
al-Khatab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diintrogasi,
pencuri itu berkata, "Tuhan telah menentukan aku mencuri."
Umar menghukum pencuri itu dan mencambuknya berkali-kali.
Ketika keputusan itu ditanyakan kepada Umar, ia menjawab:
"Hukum potong tangan untuk kesalahannya mencuri, sedang
cambuk (jilid) untuk kesalahannya menyandarkan perbuatan
dosa kepada Tuhan.”
3.
FAHAM ASYARI’AH
4.
DALIL NAQLI
FAHAM QADARIYAH
" Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu. dan janganlh kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. "
Al-Qashash (28) : 77
"Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi, untuk
mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanam-
tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan".
Al-Baqarah (2) : 205
‘”Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepaa orang-orang yang berbuat baik.“
Al-A’raf : 56
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata :
“Orang-orang yang penyayang itu
disayangi oleh Allah yang Maha
Penyayang. Maka sayangilah yang di
bumi, niscaya yang berada di langit
menyayangi kalian”.
[HR. Tirmidzi juz 3, hal. 216, no. 1989, dan ia berkata : Ini hadits
hasan shahih]
Shukron.Ada pertanyaan?
Daftar Pustaka
1. http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2013/03/paham-jabariah-
dan-qadariah-pak-mukrim.html
2. http://www.1001-kisahislami.com/2015/02/beriman-kepada-
qadha-dan-qadar.html
3. http://hafiana9.blogspot.co.id/2012/05/qadha-dan-qadar.html
“Manusia mempunyai daya dan kekuatan untuk menentukan nasibnya,
melakukan segala sesuatu yang diinginkan baik dan buruknya. Jadi surga atau
neraka yang didapatnya bukan merupakan takdir Tuhan melainkan karena
kehendak dan perbuatannya sendiri, berbeda dengan yang di I’tiqadkan
ahlusunnah wal jama’ah yang menyatakan pekerjaan manusia pada lahirnya
dikerjakan oleh manusia tetapi pada kahikatnya Tuhanlah yang menjadikan dan
manusia adalah perantara sebagai sebab terjadinnya
(dengan ikhtiyar dan kasab)