Download - LAPORAN tebu
Laporan PraktikumBudidaya Tanaman Perkebunan & Industri
PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU DENGAN METODE BUDCHIP
NAMA : ANDI ALFIANINIM : G111 14 307KELAS : CKELOMPOK : 08ASISTEN : SITI HAJRAWATI
RISMAN ARISANDI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan semusim.
Tebu termasuk ke dalam famili poaceae atau lebih dikenal sebagai
kelompok rumput- rumputan. Tebu tumbuh di dataran rendah daerah tropika dan
dapat tumbuh juga di sebagian daerah subtropika. Manfaat utama tebu adalah
sebagai bahan baku pembuatan gula pasir. Ampas tebu atau lazimnya
disebut bagasse adalah hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu yang
berasal dari bagian batang tanaman tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas
tebu sekitar 35-40% dari berat tebu yang digiling (Zultiniar dkk., 2011).
Produksi gula Indonesia tidak mengalami perkembangan yang berarti
semenjak tahun 1995 hingga tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik tahun 2012 yang menunjukkan bahwa produksi
gula tebu di Indonesia pada tahun 1995 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi
tahun 2010 hanya 2,3 juta ton. Hal ini menyebabkan pemerintah harus melakukan
impor gula sebesar 240.000 ton untuk mencukupi kebutuhan gula (BPS, 2012).
Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang di konsumsi dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat, pabrik-pabrik manisan, pabrik roti dan lain-lain, baik di
skala nasional dan internasional. Sehingga permintaan terhadap gula setiap
tahunya terus meningkat namun kondisi yang demikian membuat pabrik-pabrik
gula tidak mampu untuk sepenuhnya memenuhi kebutuhan nasional maupun
internasional akan permintaan terhadap gula, karena jumlah pabrik yang
memproduksi gula masih cukup terbatas sedangkan permintaan terhadap gula
terus meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbatasnya produksi gula ini di sebabkan
oleh kurangnya lahan dalam penanaman tebu meskipun terus di perluas lahan tebu
yang ada namun belum mampu dalam memenuhi permintaan gula nasional dan
internasional. Selain itu juga faktor –faktor lain yang mempengaruhi terbatasnya
produksi gula karena terbatasnya teknologi-teknologi yang di gunakan dalam
proses pembuatan atau produksi gula tebu sehingga tidak dapat memproduksi gula
secara maksimal dengan waktu yang cepat.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tebu
adalah metode budchip. Budchip ialah teknik pembibitan tebu secara vegetatif
menggunakan satu mata tunas tebu yang diperoleh dengan menggunakan mesin
bor. Bibit yang digunakan untuk budchip adalah bibit umur 5–6 bulan, murni,
bebas dari hama 7 penyakit dan tidak mengalami kerusakan fisik. Budchip harus
melalui tahap sortasi bibit (mata tunas) dan Hot Water Treatment (HWT)
(Ningrum dkk, 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu dilakukan praktikum tentang
tanaman kapas agar mahasiswa dapat mengetahui cara membudidayakan tanaman
tebu dengan metode budchip agar kedepannya dapat menjadi bekal untuk
meningkatkan produksi tanaman tebu.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pratikum budidaya tanaman tebu adalah untuk mengetahui cara
budidaya tanaman tebu menggunakan metode budchip dan manfaat tanaman tebu
bagi perkebunan dan industri.
Kegunaan dari pratikum budidaya tanaman tebu adalah sebagai pembelajaran
untuk mahasiswa lain tentang bagaimana cara pembudidayan tanaman tebu
menggunakan metode budchip.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Tebu
Menurut (Tarigan dan Sinulingga, 2006), klasifikasi tanaman tebu adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
2.2 Morfologi Tanaman Tebu
Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi, kurus, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai lebih kurang 3-5 m. Kulit batang
keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya. Pada
batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih ke abu-abuan dan
umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda (Tarigan dan Sinulingga
2006).
Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah
dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku batang dengan
kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin sempit.
Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun (Sinaga, 2011).
Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter.
Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada 2 macam akar yaitu
akar setek dan akar tunas. Akar setek/bibit berasal dari setek batangnya, tidak
berumur panjang, dan berfungsi sewaktu tanaman masih muda (Sinaga, 2011).
Akar tunas berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama
tanaman masih tumbuh. Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun
atas mulai dengan pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm.
Setiap bunga pada tanaman tebu mempunyai tiga daun kelopak, satu daun
mahkota, tiga benang sari dan dengan dua kepala putik (Sinaga, 2011).
Pada tanah yang cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5—1,0
meter. Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung akar-akar muda
terdapat akar rambut yang berperan mengabsorpsi unsur-unsur hara. Tanaman
tebu memiliki akar setek yang disebut juga akar bibit, tidak berumur panjang, dan
hanya berfungsi pada saat tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar
dari setek batang, disebut akar primer. Kemudian pada tanaman tebu muda akan
tumbuh akar tunas. Akar ini merupakan pengganti akar bibit, berasal dari tunas,
berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman tebu tumbuh (James, 2004).
Bunga yang terdapat pada tanaman tebu merupakan jenis bunga majemuk.
Bunga tanaman tebu terdiri atas malai dengan pertumbuhan yang terbatas.
Panjang dari bunga majemuk berkisar antara 70 hingga 90 cm. Masing – masing
bunga pada tanaman tebu memiliki tiga daun kelopak, tiga benang sari, dua kepala
putik dan satu daun mahkota (James, 2004).
2.3 Budidaya Tanaman Tebu
Menurut Effendi (2001), budidaya tanaman tebu adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Kebun
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh
dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60
cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah
got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam,
maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan
mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got – got
malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran
standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm
untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek
pertama dan stek kedua serta rapi. Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur
dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang
dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan
kontrol (jalan tikus).
2. Persiapan Tanam
Lakukan seleksi bibit di luar kebun Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar
mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.
Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NAS dosis
2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air. Sebelum tanam, juringan harus
diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus. Cara
tanamnya sebagai berikut :
1. Bibit Bagal/Debbeltop/Generasi. Tanah kasuran harus diratakan dahulu,
kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-
10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit
menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit). Jika bermata
(tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping
dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang
bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1
cm. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di
dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
3. Waktu Tanam
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing
masa giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.
4. Penyiraman
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah.
Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.
5) Penyulaman
Sulam sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman
rayungan bermata satu. Sulaman ke – 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan
berdaun 3 – 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.
Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan.
Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan
pemberian air ke – 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan. Penyulaman ekstra
bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2.
6) Pembumbunan Tanah
Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 – 4
helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan,
membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke
tanaman sehingga tertimbun tanah.
Pembumbunan ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup
besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun
tanah atau + 2 bulan. Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3
bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60
cm.
7) Pemupukan
Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha. Siramkan pupuk SUPER NASA yang
telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis ± 1 – 2 botol/1000 m²
dengan cara; 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan
induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram
juringan. Dan setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan
SUPERNASA untuk menyiram 5 – 10 meter juringan.
Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha.
Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu. Umur 1,5 bulan setelah
tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 – 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha.
Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu. Untuk mendapatkan
rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 – 6 tutup
dicampur HORMONIK 1 – 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3 bulan.
8) Hama Penyakit Tebu dan Penanganannya
Hama penyakit dan penyakit tebu dan penanganannya adalah sebagai berikut:
1. Hama Penggerek Pucuk dan batang. Biasanya menyerang mulai umur 3 – 5
bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto,
semprot PESTONA / Natural BVR. Selanjutnya, hama tikus yang dapat
dikendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung
hantu.
2. Penyakit Fusarium Pokkahbung. Penyebab jamur Gibbrella moniliformis.
Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan
terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari
daun ke batang.
Penyakit dongkelan, penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias
mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit tiba-tiba,
daun mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan
pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.
Penyakit nanas yang disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang
bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna
merah yang bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau seperti
nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.
Penyakit blendok yang disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans
Mula-mula muncul pada umur 1,5 – 2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis
akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan
melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun
bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA
selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural GLIO
sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.
2.4 Metode Budchip
Budchip ialah teknik pembibitan tebu secara vegetatif menggunakan satu mata
tunas tebu yang diperoleh dengan menggunakan mesin bor. Bibit yang digunakan
untuk budchip adalah bibit yang berumur 5 – 6 bulan, murni, bebas dari hama 7
penyakit dan tidak mengalami kerusakan fisik. Budchip harus melalui tahap
sortasi bibit (mata tunas) dan Hot Water Treatment (HWT) (Ningrum dkk, 2014).
Budchip adalah bibit tebu dalam bentuk mata tebu yang diambil dari batang
tebu dengan mengikut sertakan sebagian dari primordia akar. Metode yang disebut
budchip, dimana tebu di tanam terlebih dahulu di dalam tray atau media tanam
khusus kemudian setelah berumur 2-3 bulan, baru di tanam di areal dengan jarak
tanam tertentu. sistem ini merupakan adopsi sistem yang digunakan di pembibitan
kelapa sawit. Tapi tidak ada salahnya jika memang memberikan efisiensi dan
kemudahan dalam bercocok tanam ( SKC,2013).
Jika kita sedang membutuhkan bibit dalam jumlah banyak, sedangkan anda
hanya memiliki kebun bibit yang sedikit, maka inilah pemecahannya. Menurut
litbang pertanian, penggunaan benih unggul tebu bud chips dalam 1 hektar kebun
Bibit Datar ( KBD) menghasilkan benih 50-60 ton setara 350.000- 420.000 mata
tunas budchips. Kebutuhan bibit budchips dalam satu hektar pertanaman baru
plant cane diperlukan 12000-18000 batang bibit setara 2-2,5 ton bagal. Sehingga
dalam 1 ha luasan kebun bibit datar (KBD) mampu memenuhi kebutuhan areal
tanam baru ( plant cane) mencapai 29 – 35 ha. Pembuatan kebun bibit datar
memerlukan biaya besar dengan penggunaan bibit tebu bud chips ini lebih efisien
dan mampu menekan luas areal Kebun Bibit Datar ( KBD) mencapai 75-80%
( SKC,2013).
Keungulannya metode ini dibandingkan dengan metode sebelumnya yaitu
jumlah anakan tiap bibit yang ditanam yaitu mencapai 8 s/d 12 anakan.
Pembibitan pada tanaman tebu dengan metode bud chip masih mengunakan cara
yang manual yaitu untuk memisahkan bagian baku dari ruasnya dengan
mengunakan gergaji kayu. Hal tersebut berdampak pada jumlah mata tunas yang
terpotong sulit di prediksi jumlahnya pada tiap hari. Selain dari jumlah yang tidak
teratur, ukuran dari mata tunas tersebut tidak teratur dan waktu yang di butuhkan
juga terlalu lama terutama untuk pekerja pemula (Siswoyo, 2012).
2.5 Manfaat Tanaman Tebu dalam Bidang Industri dan Perkebunan
Menurut Zahara (2014), manfaat tanaman tebu dalam bidang industri dan
perkebunan adalah sebagai berikut:
a) Manfaat Tebu Dari Segi Industri
Tebu dapat dijadikan sebagai bahan pokok pembuatan gula. Seperti yang
sudah diketahui, tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah.
Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan
disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya
menggunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan ketidakmurnian, campuran
tersebut kemudian diputihkan dengan belerang dioksida. Campuran yang
terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang
kemudian dapat dipisahkan.
Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil
diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin
sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi. Tidak hanya gula dalam
bentuk kristal, akan tetapi juga dalam bentuk gula batu. Gula batu adalah gula
tebu yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal
lembut yang dipres dalam bentuk dadu.
Selain bahan pembuat gula, tebu juga bisa digunakan sebagai bahan pembuat
kertas. Proses pembuatan tebu menjadi gula menghasilkan cukup banyak ampas.
Dan ketika ampas tersebut dibakar, bagian dari tebu tersebut menjadi tidak
berguna. Saat ini, telah ditemukan berbagai solusi pemanfaatan ampas tebu. Salah
satu contohnya adalah membuat kertas dari ampas tebu. Selama ini sisa ampas
batang tebu di Indonesia hanya dijadikan bahan bakar pabrik gula. Tapi sekarang
ada teknologi menjadikan ampas tebu tadi sebagai bahan baku membuat kertas
waterproof yang setelah tidak berguna dapat hancur melalui proses pembusukan.
Sekarang karton yang dipakai perusahaan movers dilapisi dengan lilin
berbasis produk minyak atau berlapis plastik sehingga karton tidak dapat didaur
ulang. Les Edye dan Bill Doherty pimpinan tim mendapat penemuan itu di
Cooperative Research Centre for Sugarcane Innovation through Biotechnology
disingkat CRB SIIB yang bertempat di University of Queensland di St. Lucia.
Tebu juga bisa digunakan sebagai bahan pembuat alkohol. Tetes tebu
(molase) adalah salah satu hasil samping pabrik gula tebu yang masih mempunyai
nilai ekonomi yang cukup disebabkan kandungan gulanya yang tinggi sekitar 52%
sehingga memungkinkan dijadikan bahan baku berbagai industri. Industri yang
memanfaatkan tetes diantaranya adalah industri yang menghasilkan produk
distilasi seperti rum, alkohol, industri fermentasi seperti monosodium glutamat,
lisin, asam sitrat, vinegar, protein sel tunggal, aseton-butanol, gum xanthan dan
sebagainya.
b) Manfaat Tebu Dari Segi Perkebunan
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan sangat mengganggu apabila tidak dimanfaatkan.
Saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan
pakan ternak, hal ini karena ampas tebu mentiliki serat kasar dengan kandungan
lignin sangat tinggi (19,7%) dengan kadar protein kasar rendah (2,8%). Namun
limbah ini sangat potensi sebagai bahan pakan ternak. Melalui fermentasi
menggunakan probiotik, kualitas dan tingkat kecernaan ampas tebu diperbaiki
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase
(kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan
setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan dengan yang tanpa kompos,
namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium,
dan sulfur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2012. Tanaman Pangan. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta. 2 hlm.Effendi, H., 2001. Budidaya Tebu Populasi Tinggi (Hight Density Planting)
untuk Meningkatkan Produktivitas. Buletin Ilmiah INS Rasjid, A. dan Atik Suryani, 1993. Kajian Jarak Juringan (PKP) Tebu Lahan Sawah Alluvial di Pasuruan. Pros.Pertemuan Teknis Tahunan I/1993. P3GI Pasuruan. pp :1-8
James Glyn.2004. Sugarcane. Second Edition. Blackwell Publishing Company, IOWA.
Mita Kartika Ningrum, Titin Sumarni dan Sudiarso . 2014. Pengaruh Naungan Pada Teknik Pembibitan Bud Chip Tiga Varietas Tebu (Saccharum Officinarum L.). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya
Sinaga, S. 2011. Identifikasi Kesesuaian Lahan Tebu Di Pt. Perkebunan Nusantara Ii Kebun Helvetia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
SKC.2013.bibit tebu sebagai kunci keberhasilan produksi,(online).http://sugar.lpp.ac.id/bibit-tebu-sebagai-kunci-keberhasilan-produksi/ Diakses pada rabu 11 Mei 2016
Siswoyo TA, Oktavianawati I, Sugiharto B, Murdiyanto U. 2012. Perubahan Kandungan Sukrosa dan Aktivitas Invertase pada Batang Tebu selama Pemanenan. J. Zuriat 17(2):132-138
Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga, 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Zahara, A. 2014. Tebu (Si Manis Beribu Manfaat). (http://ameliazaharasyafruddin.blogspot.co.id/2014/07/tebu-si-manis-beribu-manfaat.html). Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
Zultiniar. 2011. Iodometri dan Iodimetri. (http://chemtutorial.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.