Download - Laporan Praktikum II Ilmu Faal
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
1/27
LAPORAN PRAKTIKUM II ILMU FAAL
KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK
Disusun oleh : KELOMPOK A4
No. Nama NPM
1. Putu Parta Anantama 13700055
2. Ida Ayu Galih Pertiwi 13700057
3. Ida Bagus Putra Narendra 13700059
4. Kadek Putra Dwipayana 13700061
5. Ni Putu Mande Arianti 13700063
6. Putri Yogi Suari 13700065
7. Mirna Christantri 13700067
8. Risky Dwi Ratna Sari 13700069
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
2/27
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan pratikum yang berjudul KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG
KATAK. dalam laporan ini dijelaskan tentang hasil dari kontraksi otot polos pada lambungkatak.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu FAAL Fakultas Kedokteran
Wijaya Kusuma Surabaya, serta untuk memperluas wawasan dan pengetahuan semua mahasiswa
tentang kontraksi otot polos itu sendiri.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik
bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moral. Oleh sebab itu pada kata
pengantar ini kami mengucapkan terimakasih kepada Tim Dosen Mata Kuliah Ilmu FAAL dalam
membimbing serta mengarahkan kami dalam proses penyusunan laporan dan pratikum yang
telah kami lakukan serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan
ini.
Kamu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Surabaya, april 2014
Tim penyusun
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
3/27
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI .
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
1.2 Permasalahan...
1.3 Tujuan Pratikum .
BAB II METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan Pratikum ......
2.2 Tata Kerja Pratikum ..
BAB III HASIL PRATIKUM
3.1 Hasil Pratikum ...
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil Pratikum
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan..
KESIMPULAN..
DAFTAR PUSTAKA ...
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
4/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang TeoriOtot Polos secara anatomis berbeda dengan otot rangka dan otot jantung, oto polos terdiri dari
serabut-serabut kecil yang umumnya berdiameter 1-5 mikrometer dan panjangnya hanya 20-500
mikrometer dan oto polos tidak memperlihatkan gambaran garis lintang. Otot polos mempunyai
aktin, myosin, dan tropomyosin, tetapi tidak mempunyai troponin. Juga terdapat reticulum
sarkoplasmik yang tidak berkembang dengan baik.
Secara umum, otot polos dapat dibagi menjadi otot polos visceral ( unitary/unit tunggal) dan otot
polos multi-unit.
- Otot Polos Multi-UnitOtot polos ini terdiri dari atas serabut otot polos tersendiri dan terpisah tanpa membentuk
suatu sinsitium, dan diinervasi oleh single nerve ending seperti pada otot skelet. Tiap
serabut bekerja tanpa bergantung pada serabut lain dan seringkali dipersarafi oleh sebuah
ujung syaraf, di tutupi oleh lapisan tipis yang terdiri atas substansi seperti membrane
basal, yakni campuran kolagen halus dan glikoprotein yang membantu menyekat serabut-
serabut yang terpisah satu sama lain. Sifat terpenting dari serabut otot polos multi-unitadalah bahwa masing-masing serabut dapat berkontraksi dengan tidak bergantung pada
yang lain, hamper seluruhnya ditimbulkan oleh rangsangan syaraf dan sangat sedikit yang
diakibatkan oleh faktor stimulasi dari local tissue. Contoh otot polos multi-unit adalah
otot siliaris dan iris pada mata, serta Piloerector muscle yang menyebabkan tegaknya
rambut bila dirangsang oleh sistem saraf simpatis.
- Otot Polos Visceral (Unit Tunggal)Otot polos ini berkontraksi bersama-sama sebagai suatu unit tunggal. Serabut-serabut
biasanya tersusun dalam bentuk lembaran atau berkas, dan membrane selnya berlekatan
satu sama lain pada banyak titik sehingga kekuatan yang terbentuk dalam satu serabut
otot dapat dijalarkan ke serabut berikutnya. Selain itu, membran sel dihubungkan oleh
banyak taut rekah (gap junction) yang dapat dilalui oleh ion-ion secara bebas dari satu sel
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
5/27
otot ke sel otot berikutnya, sehingga potensial aksi atau aliran ion yang sederhana tanpa
potensial aksi dapat berjalan dari satu serabut ke serabut berikutnya dan menyebabkan
serabut otot dapat berkontraksi bersama-sama. Disebut juga sebagai otot polos sinsitial
karena sifat antar hubungan sinsitialnya di antara serabut-serabut. Disebut juga otot polos
visceral karena otot ini ditemukan pada dinding sebagian besar organ visera tubuh,
termasuk usus, duktus biliaris, ureter, uterus, dan banyak pembuluh darah.
Kekhasan dari dari otot polos visceral adalah ketidakmantapan potensial
membrannya, yang pada masa relative tenang, rata-rata nilainya adalah 50 milivolt.
Potensial Aksi dapat ditimbulkan oleh peregangan, efek hormone, dan rangsangan
neurotransmitter dari sistem syaraf, tetapi dasar timbulnya potensial aksi ini terjadi pada
otot polos itu sendiri tanpa adanya ekstrinsik stimulus. Biasanya dihubungkan dengan
basic slow wave rhytm yg timbul karena ketidakmantapan potensial membrane. Slow
wave itu sendiri bukan merupakan potensial aksi, tetapi apabila slow wave meningkat
mencapai nilai ambang (sekitar 35 milivolt) maka suatu potensial aksi akan timbul dan
menyebar ke seluruh bagian otot polos visceral, hingga kemudian terjadi kontraksi. Slow
wave ini sering disebut pula sebagai gelombang pace maker. Bentuk potensial aksi pada
otot polos bias berupa spike potensial(seperti pada otot rangka) maupun bentuk plateau
(yang memperlihatkan pemanjangan dataran pada saat repolarisasi seperti pada otot
jantung)Setelah terjadi potensial aksi, maka akan terjadi suatu kontraksi dari otot polos
yang mempunyai dasar molekuler sebagai berikut :
- Peningkatan influx Ca2+ ke dalam sel melalui saluran Ca2+ karena RetikulumSarkoplasmik pada otot polos visceral kurang berkembang, maka peningkatan kadar Ca
2+
intrasel yang membangkitkan kontraksi terutama berasal dari influx Ca2+
dari cairan
ekstra seluler
- Penggiatan Kinase Myosin Rantai Ringan yang bergantung pada Calmodulin- Fosforilasi Myosin- Pengikatan myosin pada aktin dan peningkatan Myosin ATP ase- Kontraksi- Defosforilasi myosin oleh berbagai fosfatase- Relaksasi atau kontraksi yang dipertahankan oleh mekanisme latch bridge
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
6/27
Terjadinya peregangan akan mengakibatkan penurunan potensial membrane sehingga
memicu terjadinya potensial aksi. Bila Adrenalin dan Noradrenalin ditambahkan pada
sediaan otot polos saluran pencernaan in vitro, maka potensial membrane akan
membesar, demikian pula jika ada rangsangan syaraf adrenergik, hal tersebut
mengakibatkan potensial aksi semakin sulit terjadi sehingga kontraksi otot akan menurun.
Jika Asetilkholin ditambahkan pada sediaan otot polos saluran pencernaan in vitro maka
potensial membran akan menurun, demikian pula jika ada rangsangan syaraf kholinergik.
Hal tersebut akan memicu terjadinya potensial aksi sehingga kontraksi otot akan
meningkat. Selain itu Progesteron akan meningkatkan potensial membran dan
menghambat kontraksi otot polos uterus, tetapi Estrogen meningkatkan potensial
membran namun meningkatkan kepekaan sehingga dapat menimbulkan kontraksi
spontan.
Mekanisme Kontraksi pada Otot Polos
Dasar Kimiawi untuk Kontraksi Otot Polos
Otot polos mengandung filamen aktin dan myosinyang mempunyai sifat kimiawi mirip
dengan sifat kimiawi filamen aktin dan myosin pada otot rangka. Otot polos tidak
mengandung kompleks troponin normal yang dibutuhkan pada pengaturan kontraksi otot
rangka, sehingga mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda.
Penelitian kimiawi menunjukkan bahwa filamen aktin dan myosin yang berasal dari otot
polos akan saling berinteraksi satu sama lain dengan cara yang sama dengan interaksi
kedua filament tersebut lakukan di otot rangka. Selanjutnya proses kontraksi diaktifkan
oleh ion kalsium dan adenosine trifosfat (ATP) yang dipecah menjadi adenosine difosfat
(ADP) untuk memberikan energi bagi kontraksi.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
7/27
Dasar Fisika Kontraksi Otot Polos Otot polos tidak mempunyai susunan
bergaris filamen aktin dan myosin yang sama seperti yang dijumpai di otot rangka.
Namun teknik mikrografi electron memberikan kesan adanya susunan fisik, menunjukkan
sejumlah besar filamen aktin yang terlekat pada sesuatu yang disebut badan padat (dense
bodies). Beberapa dari badan ini melekat pada membrane sel, sedangkan yang lainnya
tersebar di dalam sel. Beberapa membrane badan padat dari sel-sel yang berdekatan
terikat bersama-sama oleh jembatan protein antarsel, melalui ikatan inilah kekuatan
kontraksi dijalarkan dari satu sel ke sel berikutnya.
Di antara filament-filamen aktin dalam serabut otot terdapat filament myosin yang
terletak bertebaran. Filamen myosin ini mempunyai diameter dua kali lebih besar dari
filamen aktin. Kebanyakan filament myosin mempunyai sesuatu yang disebut jembatan
silang side-polaryang tersusun sehingga jembatan pada satu sisi berayun ke satu arah
dan yang lainnya berayun ke arah sebaliknya. Hal ini menyebabkan myosin menarik
filamen aktin ke satu arah pada satu sisi ketika secara bersamaan menarik filamen aktin
yang lain kea rah sebaliknya pada sisi lain. Keuntungan dari susunan ini menyebabkan
otot polos dapat berkontraksi hingga 80% dari panjangnya dibandingkan otot rangka
yang kontraksinya terbatas, yaitu kurang dari 30% panjangnya.
Perbandingan antara Kontraksi Otot Polos dan Kontraksi Otot RangkaWalaupun sebagian besar otot rangka dapat berkontraksi dan berelaksasi secara tepat,
tetapi sebagian besar kontraksi otot polos merupakan kontraksi tonik yang dapat
berlangsung lama, dan kadang berlangsung hingga berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Ada dugaan bahwa baik sifat fisik maupun kimiawi dari kontraksi otot polos dan
kontraksi otot rangka berbeda. Beberapa perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
Siklus Lambat dari Jembatan Silang Myosin.Kecepatan siklus dari jembatan
silang myosin pada otot polos yaitu, pelekatan pada aktin kemudian melepas dari aktin,
dan pelekatan kembali untuk siklus berikutnyaberlangsung lebih lambat pada otot
polos dibandingkan pada otot rangka. Bahkan frekuensinya sampai sekecil 1/10 sampai
1/300 frekuensi siklus di otot rangka.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
8/27
Fraksi waktu saat jembatan silang tetap melekat pada filamen aktin, yang merupakan
faktor utama yang menentukan kekuatan kontraksi, diduga sangat bertambah pada otot
polos. Kemungkinan siklus yang lambat ini adalah karena kepala jembatan-silang
memiliki aktivitas ATP-ase yang jauh lebih lemah daripada aktivitas ATP-ase pada otot
rangka, sehingga pemecahan ATP yang member energy bagi pergerakan kepala
jembatan-silang menjadi jauh berkurang sesuai dengan lambatnya siklus.
Kebutuhan Energi untuk Mempertahankan Kontraksi Otot Polos. Hanya
dibutuhkan energy sebesar 1/10 hingga 1/300 untuk mempertahankan agar tegangan
kontraksi pada otot polos menjadi sama dengan tegangan pada otot rangka. Hal ini diduga
berasal dari siklus pelekatan dan pelepasan jembatan-silang yang berlangsung lambat dan
karena hanya satu molekul ATP saja yang dibutuhkan untuk setiap siklus tanpa
memperhatikan lama kerjanya.
Penggunaan sedikit energy oleh otot polos ini secara luas bersifat penting bagi
keseluruhan ekonomi energi tubuh, karena organ-organ seperti usus, kandung kemih,
kandung empedu, dan organ visera lainnya sering harus mempertahankan tonik kontraksi
otot hamper dalam waktu yang tak terbatas.
Kelambatan Onset Kontraksi dan Relaksasi Seluruh Jaringan Otot Polos.
Jaringan otot polos yang tipikal akan mulai berkontraksi 50 sampai 100 milidetik setelahotot polos dirangsang, lalu mencapai kontraksi penuh sekitar 0,5 detik kemudian, dan
selanjutnya kekuatan kontraksi otot ini berkurang dalam waktu 1 hingga 2 detik
berikutnya, sehingga menghasilkan waktu kontraksi total 1 hingga 3 detik. Karena ada
begitu banyak jenis otot polos, kontraksi pada beberapa tipe dapat berlangsung sesingkat
0,2 detik atau selama 30 detik.
Daya Kontraksi Otot. Walaupun secara relative terdapat sedikit filament
myosin dalam otot polos, dan meskipun terdapat waktu siklus yang lambat padajembatan-silang, daya kontraksi maksimum pada otot polos seringkali lebih besar
daripada daya kontraksi maksimum pada otot rangka---sebesar 4 sampai 6 kg/cm2daerah
irisan melintang untuk otot polos dibandingkan dengan 3 sampai 4 kg untuk otot rangka.
Kekuatan kontraksi yang besar berasal dari masa pelekatan jembatan silang ke filamen
aktin yang berlangsung lama.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
9/27
Mekanisme Latch untuk Mempertahankan Kontraksi yang Lama pada
Otot Polos. Begitu otot polos telah mengalami kontraksi sempurna, jumlah eksitasi
yang berlanjut biasanya dapat dikurangi hingga tingkat yang jauh lebih rendah daripada
tingkat permulaan, dan ternyata otot mempertahankan kekuatan kontraksi penuhnya.
Selanjutnya energy yang digunakan untuk mempertahankan kontraksi seringkali sedikit,
kadang hanya 1/3000 dari energy yang dibutuhkan oleh otot rangka untuk
mempertahankan kontraksi yang sama, peristiwa ini disebut dengan mekanisme latch.
Makna penting dari mekasnisme latch adalah bahwa mekanisme ini dapat
mempertahankan kontraksi tonik yang lama pada otot polos selama berjam-jam dengan
menggunakan sedikit energy. Selain itu, dibutuhkan sedikit sinyal eksitatorik berlanjut
yang berasal dari serabut saraf atau sumber hormonal.
Stress-Relaksasi Otot Polos.Gambaran penting lain dari otot polos, khususnya
jenis otot polos unit-tunggal visceral dari banyak organ berongga, adalah kemampuan
untuk kembali mendekati kekuatan kontraksi asalnya dalam waktu beberapa detik atau
beberapa menit setelah otot tersebut memanjang atau memendek.
Sebagai contoh: Peningkatan volume cairan dalam kandung kemih yang
berlangsung tiba-tiba, sehingga meregangkan otot polos dalam dinding kandung kemih,
akan menghasilkan peningkatan tekanan yang besar dan cepat dalam kandung kemih.
Namun, selama kira-kira 15detik hingga satu menit berikutnya, meskipun terus terjadi
regangan pada dinding kandung kemih, tekanan akan kembali hamper tepat ke nilai
asalnya. Kemudian, bila volume meningkat lagi akibat penyebab lain, efek yang sama
kembali terjadi. Sebaliknya, bila volume menurun secara tiba-tiba, mula-mula tekanan
akan menurun menjadi sangat rendah tetapi kemudian dalam beberapa detik atau
beberapa menit berikutnya akan meningkat dan mendekati atau kembali ke nilai asalnya.
Fenomena ini disebutstress-relaksasi danstress-relaksasi balik.
(Sumber: Guyton and Hall, Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 11 halaman 97)
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
10/27
Regulasi Otot Polos Pada Lambung
Otot merupakan tranduser (mesin) biokimiawi utama yang mengubah energy potensial
(kimia) menjadi energy kinetik (mekanis). Pada percobaan ini pengamatan dilakukan terhadap
otot polos yang terdapat pada lambung katak (otot polos visceral). Kontraksi otot polosbergantung pada kalsium ekstrasel dan otot polos bekerja secara involuntir (diluar kesadaran).
Potensial aksi dapat ditimbulkan oleh:
1. PereganganMengakibatkan penurunan potensial membrane, peningkatan frekuensi potensial aksi,
dan peningkatan tonus.
2. Efek HormonMenyebabkan kontraksi atau relaksasi otot melalui mekanisme reseptor.
3. Rangsangan neurotransmitter dari sistem saraf.Akan tetapi, timbulnya potensial aksi terjadi pada otot polos itu sendiri tanpa adanya
ekstrinsik stimulasi. Hal ini dikarenakan adanya basic slow wave rhytm yang timbul karena
ketidakmantapan potensial membrane. Slow wave ini disebut juga sebagai gelombang pace
maker. Walaupun suat potensial aksi, tetapi slow wave dapat mengakibatkan timbulnya potensial
aksi yang menyebar ke seluruh bagian otot polos apabila slow wave meningkat mencapai nilai
ambang hingga kemudian terjadi kontraksi.
Adapun bentuk potensial aksi pada otot polos berupa :
a. Spike potensialLamanya tiap potensial ini 10-15 m detik. Ditimbulkan melalui rangsangan listrik, kerja
hormone terhadap otot polos, kerja substansi transmitter dari serat syaraf, dan
peregangan.
b. Plateau (pada otot jantung)Beberapa mili detik sebelum dimulainya repolarisasi, potensial tetap dalam keadaan
mendatar mendekati puncak paku. Menunjukkan perpanjangan waktu kontraksi.
Contoh: terjadi pada ureter dan uterus.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
11/27
Dalam praktikum ini digunakan beberapa obat yang ingin diketahui pengaruhnya
terhadap kontraksi pada otot polos lambung katak. Obat-obat tersebut antara lain :
- Pilocarpin 0,5%- Sulfat Atropin 0,01%- Adrenalin 0,01%
Selain obat-obatan tersebut terdapat obat lain yang juga mempengaruhi kontraksi otot
polos lambung katak. Contohnya : noradrenalin, asetilkolin.
Umumnya, hormon yang bersirkulasi dalam tubuh akan mempengaruhi kontraksi otot
polos hingga derajat tertentu dan beberapa diantaranya mempunyai pengaruh yang sangat
besar. Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot
mengandung reseptor perangsang bergerbang hormon. Sebaiknya, hormon akan
menimbulkan penghambatan jika membran mengandung reseptor penghambat .
Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka saluran ion
kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Aktivasi reseptor
membrane lainnya akan menghambat kontraksi. Hal ini dicapai melalui penutupan
saluran kalsium dan natrium untuk mencegah masuknya ion-ion positif ini atau dengan
membuka saluran kalium untuk memudahkan efluks ion kalium. Kadang-kadang
konstraksi atau inhibisi ditimbulkan oleh hormon tanpa menyebabkan perubahan apapun
pada potensial membran. Pada keadaan tersebut, hormone dapat mengaktifkan suatu
reseptor membran yang tidak membuka saluran ion manapun tetapi menyebabkan suatu
perubahan internal di dalam serat otot, seperti pelepasan kalsium dari retikulum
sarkoplasma; kemudian menginduksi kontraksi.
Bila sediaan otot polos yang ditata untuk perekaman potensial aksi intrasel in vitro
diberi :
a. Epinefrin atau Norepinefrin ( termasuk golongan adrenergik )Epinefrin dan neropinefrin bekerja pada reseptor alfa dan beta, dengan neropinefrin
Mempunyai afinitas lebih besar terhadap reseptor adrenergic alfa sedangkan epinef
Rin terhadap reseptor adrenergik beta.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
12/27
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
13/27
1.2. Pemasalahan
1.2.1 Percobaan ini menggunakan otot polos visceral (otot polos pada lambung katak).
Mengapa digunakan otot polos visceral dan bukannya otot polos multiunit ?
1.2.2 Mengapa sebelum lambung katak dimasukkan ke dalam tabung perendam larutan thyrode
harus dialiri dengan oksigen terlebih dahulu dengan kecepatan yang optimal ?
1.2.3 Mengapa bagian pylorus yang diikat pada alat penulis dan bukannya bagian cardiac ?
1.2.4 Mengapa pada percobaan ini urutan pengujian obat adalah pilocarpin, sulfat atropine,
kemudian adrenalin ?
1.2.5 Mengapa dalam setiap percobaan selalu mengambil control terlebih dahulu ?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini adalah:
1.3.1 Mengetahui pengaruh tiap-tiap obat terhadap kontraksi otot polos lambung secara teoritis
dan mekanisme kerjanya.
1.3.2 Membandingkan antara hasil praktikum dan teori, serta menyebutkan alasan-alasannya
jika hasil percobaan tidak sesuai dengan teori
1.3.3 Mengamati frekuensi, amplitudo, dan tonus lambung katak.
1.3.4 Mengamati kontraksi otot polos terutama otot visceral.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
14/27
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan Praktikum
Untuk praktikum ini digunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Kimograf2. Kertas pencatat3. Tabung perendam lambung katak4. Alat untuk mengalirkan oksigen kedalam tabung perendam lambung katak5. Benang dan penulis6. Katak yang akan diambil lambungnya7. Obat-obat yang diselidiki pengaruhnya terhadap otot polos lambung katak:- Pilocarpin 0,5%- Sulat Atropin 0,01%- Adrenalin 0,01%8. Larutan Thyrode
2.2 Tata Kerja Praktikum
Langkah-langkah yang perlu dilakukan saat percobaan ialah sebagai berikut:
A. Bunuhlah katak dengan cara berikut:1. Peganglah katak dengan tangan kiri dan jari telunjuk diletakkan dibagian
belakang kepala, sedangkan ibu jari diletakkan dibagian punggungnya. Tekan jari
telunjuk, agar kepala menjadi sedikit tertunduk, sehingga terdapat cekungan
antara cranium dan columna vertebralis.
2. Ujung jarum penusuk dipegang tangan kanan, kemudian ditusukkan pada tempatlekukan antara cranium dengan columna vertebralis.
3. Rusaklah otot katak dengan mengarahkan jarum tersebut kearah cranial,kemudian jarum digerakkan kian kemari sampai kedua tungkai katak tersebut
menjadi lemas dan dalam posisi ekstensi.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
15/27
B. Setelah katak dibunuh, maka bedahlah dinding rongga perut dengan cara sebagaiberikut:
1. Tempatkan katak terlentanf diatas papan katak, kemudian fiksir kedua kakinelakan menggunakan jarum.
2. Irislah rongga dada dan perut katak tersebut dengan irisan yang berbentuk hurufY. pada waktu mengiris kulit, harap dilakukan dengan hati-hati dan harap dipakai
gunting (jangan pakai scapel). Kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang
dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memotong kulit katak
tersebut dengan memakai gunting. Ingat, waktu menggunting jangan sampai
memotong organ-organ lain. Setelah perut katak terbuka, perhatikanlah secara
invivo pergerakan-pergerakan lambung katak tersebut.
3. Bebaskan lambung katak tersebut dari jaringan sekitarnya dengan hati-hati danjangan sampai terlalu banyak mengadakan tekanan/sentuhan pada lambung katak
tersebut, karena hal ini merupakan stress sehingga dapat mempengaruhi kontraksi
lambung tersebut.
4. Ikatlah bagian pylorus sedistal mungkin dan bagian cardia seproksimal mungkindengan benang, kemudian potong lambung bagian pylorus disenelah distal dari
ikatan, dan potonglah bagian cardia disebelah proksimal dari ikatan.
5.
Angkatlah dengan segera, potonglah lambung tersebut dan masukkan kedalamlarutan thyrode dalam tabung perendam supaya lambung katak tidak sampai
rusak.
6. Sebelum lambung dimasukkan kedalam tabung perendam, larutan thyrode harusdialiri oksigen dengan kecepatan optimal.
7. Ikatlah ujung cardia pada kait pada tabung perendam, sedang ujung pylorusdihubungkan dengan benang penulis sehingga percobaan pengaruh obat terhadap
kontraksi lambung katak dapat dimulai.
8. Adanya kontraksi pada lambung katak ditandai dengan pemendekan otot lambungyang menarik penulis kebawah sehingga terbentuk garis naik pada kertas pencatat
yang terpasang pada tabung kymograph.
9. Kemudian sesudah terjadi kontraksi beberapa saat, maka otot lambung akanrelaksasi yang ditandai dengan kembalinya otot pada panjang semula sehingga
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
16/27
akan menggerakkan penulis kebawah dan membentuk gambaran garis menurun
kembali pada posisi awal.
10.Dan dengan adanya kontraksi dan relaksasi otot secara ritmis akan membentukgambaran gelombang naik turun yang teratur sehingga kita bias mengukur
frekuensi, amplitudo, dan tonus dari gelombang tersebut.
11.Catatlah gerakan lambung normal sebanyak minimal 3kali kontraksi (yangberbentuk seragam) sebagai control percobaan pengaruh obat yang oertama
(pilocarpin)
12.Teteskan tiga tetes pilocarpin kedalam tabung perendam lambung katak danberilah tanda pada kertas kimograf pada saat meneteskan obat tersebut. Dan
catatlah minimal tiga kali kontraksi seragam.
13.Kemudian mulai selidikilah pengaruh obat yang diteteskan terhadap kontraksiotot polos lambung katak dengan melihat perubahan frekuensi, amplitudo dan
tonus sebelum ditetesi obat (kontrol) dan sesudah ditetesi obat (perlakuan) dengan
syarat kotraksi control dan perlakuan dicatat dalam satu putaran kimograf.
Apabila pengaruh obatnya kurang nyata dapat ditambahkan sehingga dapat
terlihat jelas efeknya.
14.Setelah cukup mempelajari pengaruh satu obat, maka cucilah lambung katakdengan jalan mengganti cairan didalam tabung dengan larutan thyrode sebanyaktiga kali.
15.Kerjakanlah langkah no 11 sampai 14 untuk obat sulfat atropine dan adrenalin.(pada penggunaan obat adrenalin harap diperhatikan agar larutan tersebut selalu
dalam keadaan fresh, yaitu proses pembuatannya kurang dari 24jam)
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
17/27
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Rumus
3.1.1 Untuk mencari besar Amplitudo digunakan rumus :
3.1.2 Untuk mencari lamanya waktu digunakan rumus :
Waktu (t) =
3.1.3 Untuk mencari besarnya frekuensi digunakan rumus :
3.2 Perhitungan Hasil Praktikum
3.2.1 Larutan Pilokarpin
Kontrol
Gambar 1. Kontrol Larutan Pilokarpin
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
18/27
A1 = 2 cm
A2= 2,2 cm
A3= 2,2 cm
A =
=
= 2,13 cm
S = 15,5 cm
t =
=
=
= 0,65 menit
frekuensi =
=
Perlakuan
Gambar 2. Perlakuan Larutan Pilokarpin
A1 = 0,3 cm
A2= 0,7 cm
A3= 1 cm
A =
=
= 0,67 cm
S = 35,8 cm
t =
=
=
= 1,49 menit
frekuensi =
=
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
19/27
Tonus = Naik
3.2.2 Larutan Sulfat Atrofin
Kontrol
Gambar 1. Kontrol sulfat Atrofin
A1 = 1,3 cm
A2= 1,9 cm
A3= 1,5 cm
A =
=
= 1,57 cm
S = 14,1 cm
t =
=
=
= 0,59 menit
frekuensi =
=
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
20/27
Perlakuan
Gambar 2. Perlakuan Larutan Sulfat Atrofin
A1 = 1,6 cm
A2= 0,6 cm
A3= 0,7 cm
A =
=
= 0,97 cm
S = 35,2 cm
t =
=
=
= 1,5 menit
frekuensi =
=
Tonus = Tetap
3.2.3 Larutan Adrenalin
Kontrol
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
21/27
Gambar 1. Kontrol larutan Adrenalin
A1 = 0,5 cm
A2= 1,5 cmA3= 2,1 cm
A =
=
= 1,37 cm
S = 24,7 cm
t =
=
=
= 1,03 menit
frekuensi =
=
Perlakuan
Gambar 2. Perlakuan Larutan Adrenalin
A1 = 0,4 cm
A2= 0,3 cmA3= 0,3 cm
A =
=
= 0,33 cm
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
22/27
S = 24,5 cm
t =
=
=
= 1,02 menit
frekuensi =
=
Tonus = -
3.3 Tabel Pengamatan Hasil Praktikum
Jenis Obat Frekuensi
( kontraksi/ menit)
Amplitudo
( cm)
Tonus Kesimpulan
Pilocarpin Kontrol
Perlakuan
Sulfat
Atrofin
Kontrol
TetapPerlakuan
Adrenalin Kontrol
-Perlakuan
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
23/27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil Praktikum
Dengan melakukan ini, kami dapat mengetahui efek-efek yang diyimbulkan oleh obat-
pbatan yang diberikan kepada lambung katak. Obat-obat yang telah diberikan pada praktikum ini
memiliki kerja yang sama dengan mekanisme kerja beberapa hormon yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa:
1. Pilokarpin 0,5%- Frekuensi meningkat dari 0,54 menjadi 0,8 kontraksi/menit- Amplitudo meningkat dari 4,7 menjadi 6mm- Tonus meningkat (naik)2. Sulfat Atropin 0,01%- Frekuensi meningkati dari 0,6 menjadi 0,31 kontraksi/menit- Amplitudo menurun dari 5,7 menjadi 3,3mm- Tonus tetap3. Adrenalin 0,01%- Frekuensi menurun dari 0,04 menjadi 0,2 kontraksi/menit- Amplitudo menurun dari 6 menjadi 4,3mm- Tonus kami lambangkan - pada data karena setelah perlakuan, garis yang menunjukkan
kontraksi pada kertas pencatat tidak menunjukkan adanya kontraksi yang berupa garis
lurus seperti gambar yang sudah kami perlihatkan oada hasil praktikum.
Pada perbandingan frekuensi kontrol dan frekuensi perlakuan otot polos dengan larutan
Sulfat Atropin dan Pilocarpin, terjadi peningkatan frekuensi, sedangkan pada adrenalin
hasilnya tidak bias menunjukkan adanya peningkatan atau tidak karena menghasilkan
garis lurus saja. Hal ini disebabkan karena fungsi kerja larutan sebagai penghambat
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
24/27
kontraksi otot polos. Sehingga jarak antara gelombang yang terekam pada kimograf
menjadi lebih panjang.
Sedangkan amplitude kontrol dan perlakuan otot polos dengan larutan sulfat
atropine dan adrenalin terjadi penurunan amplitudo. Hal ini disebabkan karenasimpangan (jarak dari puncak gelombang sampai batas garis) menjadi lebih pendek.
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan
1. Percobaan ini menggunakan otot polos visceral (otot pada lambung katak). Mengapa
digunakan otot polos visceral dan bukannya otot polos multiunit ?
Jawab:
Dalam praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini, kita lakukan percobaan
dari visceral smooth muscle untuk mengetahui pengaruh adrenergic dan cholinergic
terhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara in-vitro. Pengamatan ditujukan
terhadap variabel : amplitudo, frekuensi dan tonus.Dalam Larutan tersebut mempunyai
susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit cairan tubuh katak. Dan
pada percobaan ini dibutuhkan otot yang tidak dipengaruhi oleh stimulus ekstrinsik,
melainkan dipengaruhi oleh stimulus dari jaringan local, sehingga meskipun lambung
katak dipotong akan tetap dapat berkontraksi. Mempunyai irama kontraksi sendiri yang
dengan pengaruh obat-obatan akan menimbulkan potensial aksi. Tetapi dasar dari
potensial aksi itu sendiri berada pada otot polos karena adanya gelombang lambat dan
ketidakmantapan potensial membran. Syarat ini dipengaruhi oleh otot polos visceral,
sehingga otot polos visceral yang digunakan dalam praktikum ini. Selain itu, jika
potensial aksi terjadi di satu titik pada otot polos, akan membuat serat-serat di sekitarnya
juga terjadi potensial aksi sebesar rangsangan yang diberikan, dikarenakan adanya
sinsitium/sifat hubungan antarselnya.
2. Mengapa sebelum lambung katak dimasukkan ke dalam tabung perendam larutan
thyrode harus dialiri dengan oksigen terlebih dahulu dengan kecepatan yang optimal ?
Jawab:
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
25/27
Ketika lambung katak diangkat, suplai oksigen pada pembuluh darah terhenti. Larutan
thyrode mempunyai susunan elektrolit yang hamper mendekati susunan elektrolit cairan
tubuh katak. Maka dari itu sebelum digunakan pada lambung katak, larutan thyrode haris
disterilkan dulu dengan oksigen yang cukup agar respirasi sel pada otot polos lambung
katak tidak terganggu.
3.Mengapa bagian pylorus yang diikat pada alat penulis dan bukannya bagian cardiac ?
Jawab:
Hal ini dikarenakan pada pylorus terdapat otot yang lebih tebal daripada bagian lambung
yang lain sehingga kontraksinyapun lebih besar dan dapat menggerakkan alat penulis
pada kimograf melalui tuas pengungkit. Ketebalan otot sirkular 50-100% lebih besar
daripada cardia dan secara tonik tetap berkontraksi secara ringan hamper sepanjang
waktu.
4. Mengapa pada percobaan ini urutan pengujian obat adalah pilocarpin, sulfat atropine,kemudian adrenalin ?
Jawab:
Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengamatan efek farmakologi obat. Efek
pilokarpin bersifat menurunkan potensial membran menyebabkan
amplitude,frekuensi, dan tonus meningkat., sedangkan efek sulfat atropine dan
adrenalin men aik kan pot ens ia l mem bra n men yeb abk an
amplitude,frekuensi, dan tonus menurun. Sehingga untuk digunakan pertama
pilokarpin karena nantinya tidak akan menggangu pengamatan terhadap efek sulfat
atropin dan adrenalin . Dan sebaliknya jika sulfat atropin dan adrenalin diberikan
pertama, maka ikatan sulfat atropin maupun adrenalin yang kuat dengan reseptornya ini
akan susah dilepas pada saat diberikan pilokarpin. Dan ini akan menggangu pengamatan
terhadap efek pilokarpin.
5.
Mengapa dalam setiap percobaan selalu mengambil kontrol terlebih dahulu?Jawab:
Kontrol berfungsi sebagai acuan keadaan dimana otot polos pada lambung kantak
berkontraksi dalam keadaan normal sebelum ditetesi obat-obatan yang akan diuji
pengaruhnya, sehingga dapat mengetahui pembanding kontraksi otot polos yang masih
normal dengan otot polos yang sudah diberi perlakuan.
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
26/27
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanSetelah melakukan percobaan dan menyusun laporan ini kami menyimpulkan bahwa:
1. Otot polos lambung katak merupakan otot visceral yang bersifat involunter, yangberkontraksi tanpa stimulus ekstrensik dan dapat dipengaruhi oleh obat-obatan.
2. Rangsangan untuk menimbulkan potensial aksi yang dapat berupa:- Peregangan- Efek hormone- Rangsangan neurotransmitter dari saraf
3. Obat-obatan atau hormon yang diberikan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada ototpolos lambung katak, bergantung pada jenis reseptor yang diaktifkan.
4. Bila pilokarpin diberikan pada cairan perendam otot polos:- Potensial membran menurun- Potensial aksi meningkat- Aktivitas otot seiring dengan meningkatnya kontraksi tonik dan jumlah kontraksi ritmik
5. Bila sulfat atropine diberikan:- Potensial membrane meningkat- Potensial aksi menurun- Relaksasi otot
6. Bila adrenalin diberikan:- Potensial membrane meningkat- Potensial aksi menurun- Relaksasi otot
-
5/24/2018 Laporan Praktikum II Ilmu Faal
27/27
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. dan J.E. Hall . BukuAjar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta: EGC
Dorland, W.A.Newman.2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29.
Jakarta: EGC
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20.
Jakarta: EGC